aplikasi dynamic anisotropy untuk pemodelan endapan bijih bauksit_r3
DESCRIPTION
ANUGERAHTRANSCRIPT
Aplikasi Dynamic Anisotropy Untuk Pemodelan Endapan Bijih Bauksit
Studi Kasus Landak, di PT. ANTAM (Persero) Tbk
M. Zulfikar Muslim – Data Analyst Jr. EngineerTPT PERHAPI XXIII – 24 November 2014
Personal Background
Muhammad Zulfikar MuslimTeknik Pertambangan, Institut Teknologi BandungBergabung di Antam sejak Mei 2013 sebagai Data Analyst Jr. Engineer Terlibat dalam kegiatan atau studi terkait dengan optimisasi, scheduling, dan analisa data.
Sekilas ANTAM
Memiliki komoditas yang terdiversifikasi dan operasi yang terintegrasi secara vertikal.Kegiatan utama meliputi eksplorasi, penambangan, pengolahan, pemurnian serta pemasaran.Wilayah operasi tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral.Memiliki sumberdaya dan cadangan dengan jumlah dan kualitas yang tinggi.Memiliki banyak IUP Eksplorasi, proyek pengembangan strategis, dan joint venture yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Outline
PendahuluanDynamic AnisotropyStudi KasusKesimpulan
Pendahuluan
Besarnya investasi yang dibutuhkan pada industri pertambangan.Kualitas dan kuantitas endapan bijih akan mempengaruhi keputusan ekonomis maupun teknis.Perlu dilakukan pemodelan dan penaksiran endapan dengan derajat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan.Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemodelan adalah dengan mengubah orientasi dari search ellipsoid.Dalam studi ini dilakukan pendekatan menggunakan opsi Dynamic Anisotropy pada perangkat lunak Studio 3.
Dynamic Anisotropy
Pemodelan dan Penaksiran
Beberapa hal yang mempengaruhi hasil dari pemodelan dan penaksiran diantaranya:
Validitas dan akurasi dataKetepatan interpretasi geologiAnalisis statistik dan geostatistik
Penentuan parameter : range, nugget dan sill variance, search ellipsoid
Pemilihan metode estimasi yang sesuai
Search Ellipsoid
Search ellipsoid merupakan suatu elipsoida 3 dimensi yang menggambarkan kontinuitas dan orientasi dari suatu mineralisasi.Pada perangkat lunak Studio 3, search ellipsoid memiliki dua fungsi utama yaitu:
Menentukan search volume untuk memilih sejumlah sampleMenghitung besarnya bobot untuk setiap sample yang telah dipilih
Ketidaksesuaian orientasi dari search ellipsoid dapat menyebabkan kesalahan penaksiran blok bijih menjadi waste ataupun sebaliknya.
Dynamic Anisotropy
Dynamic Anisotropy merupakan suatu metode yang memungkinkan dilakukannya penyesuaian orientasi dari search ellipsoid untuk setiap blok di dalam model. Search ellipsoid dari setiap blok akan memiliki orientasi yang tepat dan mengikuti arah kecenderungan dari mineralisasi.
Dynamic Anisotropy Cont’
Perbedaan hasil dari kedua pendekatan tersebut secara geometris dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
Geometri Pendekatan Konvensional (atas) dan Dynamic Anisotropy (bawah)
Studi Kasus IUP Bauksit ANTAM di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat
IUP ANTAM - LandakSalah satu IUP yang dimiliki Antam yang berada di Karangan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat.Endapan bauksit pada area ini berupa lateritic bauxite yang terbentuk akibat proses leaching secara vertikalPada umumnya endapan bauksit tersebut ditemukan pada bukit-bukit yang landai hingga moderate.
Diagram Alir
Exploration and Data Collection
Database harus validDatabase harus terstruktur
Geological Interpretation and Modeling
Perlu memperhatikan geometri cebakan
Statistical Analysis and Resources Estimation
Informasi tentang distribusi dan variasi dataInformasi kemenerusan mineralisasi
Exploration and Data Collection
Data Test PitJarak Spasi 50 – 400 m13.825 test pit45.863 data assays
Penentuan HorizonBerdasarkan pengamatanTebal Overburden ± 2.5 mTebal Bijih ± 4 m
2.5 m
4.0 m
Geological Interpretation and Modeling
Tahap PengerjaanDrillhole Coding (dari data Test Pit)String CorrelationWireframe ModelingBlock Modeling
Analisis Statistik dan Geostatistik
Analisis StatistikHasil pengolahan data statistik pada penelitian ini dimanfaatkan untuk menentukan populasi data dan nilai top cut.Top cutting dilakukan untuk mengurangi pengaruh nilai-nilai yang berada di luar populasi (outliers).
Analisis GeostatistikSedangkan perhitungan variogram dilakukan pada kadar Al2O3, RSiO2, TSiO2, Fe2O3, dan CF dengan acuan:
Jarak lag : 50 mJumlah lag : 10
KADAR NILAI TOP CUT (%)
CF 75.00
AL2O3 60.00
RSIO2 14.00
TSIO2 90.00
FE2O3 21.00
VARIABEL Nugget (%) Total Sill (%) Range (m)
CF 10.00 19.00 25
AL2O3 6.00 17.60 11
RSIO2 0.40 1.00 12
TSIO2 10.00 85.00 50
FE2O3 1.50 3.50 20
Penentuan Dip and Dip Direction
KonvensionalUkuran dari search ellipsoid yang dipakai adalah 75 meter pada sumbu major dan intermediate serta 10 meter pada sumbu minor. Sedangkan besar dip dan dip direction untuk setiap blok adalah konstan sebagai berikut:
Dynamic AnisotropyUkuran dari search ellipsoid sama dengan yang ukuran yang dipakai pada metode konvensional.Besar dip dan dip direction didapat dengan langkah sebagai berikut:
Hitung besar sudut dip dan dip direction dari wireframe yang telah dibuat.Interpolasi sudut dip dan dip direction tersebut kepada tiap-tiap blok
AXIS Dip Dip Direction
Major 0 N90E
Intermediate 0 N180E
Minor 90 N270E
Resources Estimation
Metode yang digunakan untuk menaksir nilai kadar adalah Ordinary Kriging. Jumlah sample yang digunakan dibatasi pada rentang antara 2 dan 10 sample. Hasil estimasi kadar blok rata-rata untuk pemodelan konvensional dan dengan dynamic anisotropy dapat dilihat pada tabel berikut:
KADAR RATA - RATA PENAKSIRAN
DEVIASI KONV. DYN. ANISO.
CF (%) 47.34 47.21 0%
AL2O3 (%) 35.93 35.16 2%
RSIO2 (%) 4.72 4.80 -2%
TSIO2 (%) 37.13 38.39 -3%
FE2O3 (%) 7.81 7.81 0%
Scatter Plot
Scatter Plot dibuat untuk menunjukkan hubungan hasil penaksiran kadar antara di antara kedua model tersebut.Kedua model tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Swath Plot
Swath Plot merupakan suatu grafik yang menggambarkan distribusi kadar rata-rata dari suatu endapan pada serangkaian petak yang dibuat mengikuti arah tertentu. Swath Plot pada penelitian ini dibuat dengan kerapatan petak sebesar 400 meter memanjang dari Barat ke Timur.Swath Plot tersebut diterapkan untuk semua kadar yang ditaksir pada masing-masing model yang telah dikerjakan dan juga pada data test pit.
Swath Plot Cont’
Cross Section Y = 62412.5 mN
Cross-section Model Dynamic Anisotropy (atas) dan Konvensional (bawah)
Cross Section Y = 62462.5 mN
Cross-section Model Dynamic Anisotropy (atas) dan Konvensional (bawah)
Cross Section Y = 62512.5 mN
Cross-section Model Dynamic Anisotropy (atas) dan Konvensional (bawah)
Kesimpulan
Secara statistik menggunakan Scatter Plot dan Swath Plot metode konvensional dan dynamic anisotropy memberikan hasil taksiran umum yang relatif sama dengan deviasi berkisar antara 0 – 3 % untuk kadar Al2O3, Fe2O3, RSiO2, dan TSiO2.Namun secara geometri, posisi sebaran kadar dengan Dynamic Anisotropy memberikan profil yang lebih sesuai dengan morfologi laterit yang merupakan hasil proses leaching secara vertikal. Meningkatnya keyakinan secara geometris tersebut akan mempermudah pengambilan keputusan saat pembuatan design ataupun perencanaan tambang.
Kesimpulan Cont’
Penerapan Dynamic Anisotropy juga dapat meminimalisir kesalahan penaksiran posisi ore menjadi waste ataupun sebaliknya sehingga kegiatan optimisasi sumberdaya dapat lebih akurat dan optimal. Secara umum, Dynamic Anisotropy sesuai untuk diterapkan pada pemodelan endapan laterit dan sedimen/aluvial yang pembentukan atau geometrinya dikontrol oleh morfologi yang bergelombang. Pendekatan dengan metode ini dapat diterapkan juga untuk cebakan bijih epitermal yang berupa vein/veinlets yang berdimensi memipih dengan perubahan strike dan dips yang cukup kompleks.
Terima Kasih