laporan bijih besi

Upload: elde

Post on 30-Oct-2015

1.042 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Survey tinjau geomagnetik bijih besi

TRANSCRIPT

  • iPT. CAKUNG PRIMA STEEL

    LAPORAN SURVEY TINJAUPOTENSI BIJIH BESI PT. CAKUNG PRIMA STEEL DESA BUKIT INDAH

    KECAMATAN TELAGA ANTANGKABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

    PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

    Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64,Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia Tlp:085323353108, Email :[email protected],

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Laporan ini merupakan laporan hasil dari survey tinjau bijih besi padawilayah atas nama PT. CAKUNG PRIMA STEEL yang telah dilakukan kegiatanpemetaan geologi pada tanggal 17 april 2013 hingga 26 april 2013. Kegiatan surveytinjau bijih besi ini dilakukan di Desa Bukit Indah Kecamatan Telaga AntangKabupaten Kota Waingin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dengan ruang lingkupkegiatan yaitu meliputi pemetaan dan pengamatan kondisi geologi lokal di seluruhdaerah survey tinjau, pengamatan singkapan batuan terutama bijih besi, pengambilanconto bijih besi.

    Pada kegiatan survey tinjau yang dilakukan oleh team geologist CV. Jogjageologi Survey ini dengan tujuan utama adalah untuk memastikan apakah wilayahPT. CAKUNG PRIMA STEEL berpotensi mengandung endapan bijih besi sehinggadapat dipastikan perlu atau tidak untuk dilakukan pekerjaan eksplorasi bijih besiselanjutnya di wilayah tersebut.

    Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak, terutama PT.CAKUNG PRIMA STEEL yang membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan inidari mulai persiapan kegiatan di lapangan sampai penyusunan laporan ini.

    Akhirnya, diharapkan agar laporan hasil kegiatan survey tinjau bijih besi ininantinya dapat dijadikan bahan masukan untuk Direksi PT. CAKUNG PRIMASTEEL dalam menentukan kelanjutan tahapan kegiatan selanjutnya.

    Yogyakarta, April2013

    Faidzil chabib( DIREKTUR CV. Jogja Geologi Survey )

  • iii

    SARI

    Secara administratif lokasi kegiatan survey tinjau batubara PT. CAKUNGPRIMA STEEL di Desa Bukit Indah, Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten KotaWaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas areal 935.72 Ha. LokasiSurvey dapat dicapai dari Jogjakarta menggunakan pesawat udara menujuBanjarmasin dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit, kemudian dilanjutkandengan perjalanan darat Banjarmasin menuju Kabupaten Sampit menggunakankendaraan darat selama 9 jam. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menggunakan jalurdaratdari Kabupaten SampitmenujuKota Waringin Timur yang dapat ditempuhselama 3,5 jam.

    Berdasarkan pengamatan pola kontur, bentuk bukit, bentuk lembah danbentuk sungai dan relief pembagian morfologi daerah penyelidikan secara deskriptifdibagi menjadi dua satuan morfologi yaitu Satuan Perbukitan Homoklin, SatuanDataran Denudasional. Menurut Van Zuidam 1983.

    Dari hasil kegiatan survey tinjau dilokasi PT. CAKUNG PRIMA STEELdidominasi oleh Kondisi geologi daerah studi secara umum merupakan sebaranbatuan malihan yang telah terlipat, tersesarkan dan terintrusi oleh batuan bekukondisi geologi daerah kajian tersebut diuraikan seperti berikut ini :a. Litologi

    Tonalit; berwarna kelabu gelap, mempunyai tekstur holokristalin, ukuranbutir kurang lebih 1 mm dengan bentuk kristal sub - anhedral. Mineral penyusunterdiri dari kuarsa, ortoklas, plagioklas (Ano 44-64) berstruktur zoning dan sebagiantelah terubah menjadi mineral serisit dan epidot, biotit, klorit,apatit, hornblende danmineral opak. Satuan batuan ini menerobos batuan sekis maupun kuarsit dicirikanoleh terdapatnya xenolit batuan malihan dalam tubuh tonal it. Secara regional satuanbatuan tonalit termasuk dalam kelompok batuan beku Sepauk berumur Kapur

    Granit; berwarna kelabu terang-kemerahan, mempunyai tekstur holokristalin,hipidiomorfik-panidiomorfik dengan ukuran butir 0,1-5 mm, mineral penyusunterdiridari : kuarsa, ortoklas berstruktur pertit dan graphik, biotit, muskovit, epidot,zirkon,monazit, klinozoisit dan mineral opak. Radioaktivitas rata-rata 90 cis dan ada

  • iv

    yang mencapai 500 cis. Keberadaan granit di daerah Kota ini mempunyaikarakteristik radioaktivitas relatif tinggi, dari hasil analisis kadar U totalmcnunjukkan kadar 9,25 ppm.

    Didaerah survey penyelidikan dengan luasan total 935.72 Hectare denganluas area penyelidikan survey dan geomagnet sebesar 50 x 50 meter persegi ditemukan indikasi bijih besi primer, perlu adanya survey geologi maupungeomagnetic secara lebih detail lagi, mengingat masih kisaran 15 % dari totalkeseluruhan luasan lokasi.

  • vDAFTAR ISI

    COVER..iKATA PENGANTAR..ii

    RESUME.iiiDAFTAR ISI...ivDAFTAR TABEL.v

    DAFTAR GAMBAR...viDAFTAR LAMPIRAN .vii

    BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1

    1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian...21.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian21.4 Keadaan Lingkungan..4

    1.5 Keadaan Iklim61.6 Tata Guna Lahan...6

    BAB II METODOLOGI PENELITIAN2.1 Metodologi.82.1.1 Akusisi.8

    2.1.2 Analisis92.1.3 Sintesis...12

    2.2 Peralatan Yang Digunakan...12

    2.3 Waktu Kegiatan dan Personil Tim13

    BAB III DASAR TEORI

    3.1 Bijih Besi..163.2 Metode Magnetik..283.3 Intensitas Kemagnetan..28

    3.4 Suseptibilitas Kemagnetan...........................................................................293.5 Medan magnet Bumi.29

  • vi

    3.6.Variasi Medan Magnet Bumi.......................................................................323.7 Koreksi Data Magnetik.33

    BAB IV GEOLOGI REGIONAL

    4.1 Tatanan Tektonik..35

    4.2. Fisiografi..36

    4.3. Stratigrafi.374.4 Struktur dan Tektonik...38

    BAB V GEOLOGI DAERAH TELITIAN

    5.1. Geomorfologi Daerah Telitian.39

    5.1.1 Bentukan Asal Struktural...41

    5.1.1.1 Perbukitan Homoklin (S1)/(L3)..41

    5.1.1.1 Perbukitan Homoklin (S1)/(L1&2).42

    5.1.2 Bentukan Asal Denudasional43

    5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi (D1)/(L3)43

    5.1.2.2. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi (D1)/(L1&2)..44

    5.2 Pengambilan Sample atau Contoh Bjih Besi...45BAB VI GEOMAGNETIK DAERAH TELITIAN

    6.1 Survey Geomagnetik.47

    6.2 Pengolahan Data...47

    6.3 Perhitungan PPM..48

    6.4 Perhitungan Koreksi Diurnal48

    6.5 Perhitungan Koreksi IGRF...48

    BAB VII KESIMPULAN

    7.1 kesimpulan56

    DAFTAR PUSTAKA...57

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng menurut Zuidam ( 1983 )....10

    Tabel 2.2 Klasifikasi bentang alam menurut Zuidam ( 1983 )..11

    Tabel 2.3 Aktualisasi kegiatan pemetaan geologi......12Tabel 2.4 Daftar Pelaksana Kegiatan Pemetaan Geologi...12Tabel 3.1 mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis.19Tabel 3.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya...21Tabel 5.1 Karakteristik bentuk lahan daerah telitian..40

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Peta lokasi dan kesampaian daerah Survey Tinjau..3Gambar 1.2 Akses jalan menuju lokasi4Gambar 1.3 Akses jalan4Gambar 1.4. Kondisi mess di lokasi.5Gambar 1.5 Areal hutan tropis di lokasi survey tinjau.6Gambar 1.6 Areal bekas lokasi hutan yang digunakan untuk kebun sawit.7Gambar 1.7.Jalan yang digunakan untuk akses transportasi di lokasi7Gambar 2.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian...14Gambar 2.2.Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik...15Gambar 3.1 Elemen medan magnet bumi............................................................30Gambar 4.1 Tatanan dan fisiografi regional Kalimantan....36Gambar 4.2 Runtunan stratigrafi daerah Kota Waringin Timur dan sekitarnya.37Gambar 5.1 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 )41Gambar 5.2 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 )42Gambar 5.3 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 )..43Gambar 5.4 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 )..44Gambar 5.5 singkapan bijih besi lokasi..45Gambar 5.6 singkapan bijih besi lokasi 2...45Gambar 5.7 singkapan bijih besi lokasi 1...46Gambar 6.1 Peta Topografi Lokasi 3..49Gambar 6.2 Peta Koreksi Harian Lokasi 3.50Gambar 6.3 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 350Gambar 6.4 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 3.51Gambar 6.5 Peta Topografi Lokasi 2..51Gambar 6.6 Peta Koreksi Harian Lokasi 2.52Gambar 6.7 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 2...52Gambar 6.8 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 253Gambar 6.9 Peta Topografi Lokasi 1.53Gambar 6.10 Peta Koreksi Harian Lokasi 1..54Gambar 6.11 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 154Gambar 6.12 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 1.55

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Peta Lintasan Geomaknetik

    Peta Geomorfologi Daerah TelitianPeta Topografi Geomagnetik

    Peta Koreksi Harian GeomagnetikPeta Intensitas Medan Magnet Total GeomagnetikPeta Anomali Medan Magnet Total Geomagnetik

  • 1 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada penentuan prospek atau tidaknya suatu bijih besi pada wilayah kuasapenambangan dari PT. Cakung Prima Steel, harus melibatkan penyelidikan umumdan tata cara eksplorasi bijih besi yang meliputi : interpretasi dasar geologi berupainterpretasi bentuk lahan, fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologiregional, bijih besi dan geomagnetik. Interpetasi dasar geologi bertujuan untukmengetahui gambaran umum sebelum melaksanakan suatu tahapan survey tinjaubijih besi dan geomaknetik.

    Kenyataan dilapangan bijih besi hadir setempat dan penyebarannya tidak luasdengan bukti hadirnya batu tonalit dan granit yang tersingkap di permukaan.Penyebaran bijih besi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor geologi berupapelapukan dan erosi, sesar, kekar, proses ubahan maupun intrusi yang dapatmenyebabkan sebaran bijih besi tidak luas.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian geologi untukmengindentifikasi litologi pembawa bijih besi baik itu batu tonalit maupun granitserta faktor-faktor geologi apa yang menyebabkan bijih besi sebarannya tidal meluasdan dilaksanakannya suatu kajian geomagnetic untuk menguatkan bahwa di lokasipenambangan mengandung bijih besi.

  • 2 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

    Maksud dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui kondisi geologi dan potensi endapan bijih besi.2. Menghimpun data singkapan batu granit dan tonalit dilokasi daerah telitian.3. Untuk mengetahui potensi endapan bijih besi dengan penyelidikan

    geomagnetik.

    Berdasarkan perolehan data di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitianini adalah :

    1. Untuk mendapatkan data mengenai kondisi lokasi pemetaan, geologi, kondisi(posisi atau letak, ketebalan dan arah penyebaran) endapan bijih besi denganmelakukan pengambilan contoh bijih besi untuk dilakukan analisakualitasnya.

    2. Untuk mengetahui pola sebaran pola sebaran endapan bijih besi.

    1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian

    Secara administratif lokasi kegiatan survey tinjau bijih besi PT. CAKUNGPRIMA STEEL berada di wilayah Desa Bukit Indah, Triguana dan sekitarnya,Kecamatan Telaga AntangKabupaten Kota Waringin Timur Provinsi KalimantanTengah dengan luas areal 935,72 Ha. Secara geografis (UTM) koordinat PT.CAKUNG PRIMA STEEL( PT. Mustika Indah Usindo/lokasi 1 ) dan ( PT. AlamSumber Rejeki /lokasi 2 ) seperti dibawah:

  • 3 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Kordinat Lokasi 2

    Pencapaian lokasi daerah telitian dari Yogyakarta adalah sebagai berikut:

    1. Bandara Adisutjipto Yogyakarta - Bandara Banjarmasin menggunakan pesawatBoeing Lion air dengan waktu tempuh 1,3 jam.

    2. Bandara Banjarmasin Kecamatan Telaga Antang Kabupaten Kota WaringinTimur dengan waktu tempuh sekitar 12 jam dengan menggunakan kendaraan.

    Gambar 1.1. Peta lokasi dan kesampaian daerah Survey Tinjau Bijih BesiPT. CAKUNG PRIMA STEEL

    point x y1 667242 98213522 669412 98213523 669412 98199284 667579 98199285 667579 98182716 669001 98182717 669001 98173218 666067 98173219 666067 982072110 667242 9820721

  • 4 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 1.2 Akses jalan menuju lokasi

    Gambar 1.3 Akses jalan

  • 5 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    1.4.Keadaan Lingkungan1.4.1 Kondisi Penduduk

    Sebagian besar penduduk yang bermukim di daerah penyelidikan beradadiwilayah desa Desa Bukit Indah , Triguana dan sekitarnya merupakan pendatangyang berasal dari luardaerah diantaranya Suku Banjar, Suku Bugis, Suku Toraja,Suku Jawa dan suku asliyaitu Suku Dayak.Mata pencaharian penduduk di daerahpenyelidikan umumnya bekerja sebagai buruh sawit, buruh perusahaan kayu,karyawan swasta ataupun pegawai negeri (PNS, ABRI, Pegawai Pemerintahan),pedagang, tani dan berbagai macam lagi mata pencaharian lainnya.

    Gambar 1.4. Kondisi mess di lokasiPT. CAKUNG PRIMA STEEL dan sekitarnya.

    1.4.2. Flora Dan Fauna

    Secara umum vegetasi di daerah penyelidikan hampir seluruhnya didominasioleh hutan bekas HPH, sedikit semak belukar dengan berbagai macampohon khashutan alami diantaranya kayu putih, kayu merah, ulin dan lainsebagainya.Beberapa fauna yang diperkirakan ada yang berada di daerahpenyelidikan antaralain jenis unggas (burung liar, ayam), ular, kijang, pelanduk, rusa,babi hutan dan ikanyang berada di sungai-sungai yang mengalir didaerahpenyelidikan.

  • 6 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    1.5 Keadaan IklimDaerah penyelidikan secara umum berada di dekat garis khatulistiwa, dan

    kondisi ini mengakibatkan daerah penyelidikan beriklim tropis (mempunyai duamusimyaitu musim hujan dan musim kemarau) dengan rata-rata suhu udara berkisarrata-rata 31.70 C (Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika). Curah hujan didaerah penyelidikan cukup tinggi berkisar antara 2400-3600 mm/th dengan jumlahhari hujan 168 hari/tahun dengan frekuensi tertinggi curah hujan yakni pada bulanJanuari-April.

    1.6 Tata Guna LahanSecara umum penggunaan lahan di lokasi PT. CAKUNG PRIMA

    STEELdengan luas lebih kurang 935.72 Ha, hampir sebagian besar merupakankawasanhutan HPT yang beroperasi di wilayah tersebut.

    Gambar 1.5 Areal hutan tropis di lokasi survey tinjauPT. CAKUNG PRIMA STEEL

  • 7 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 1.6 Areal bekas lokasi hutan yang digunakan untuk kebun sawitPT. CAKUNG PRIMA STEEL

    Gambar 1.7.Jalan yang digunakan untuk akses transportasi di lokasiPT. CAKUNG PRIMA STEEL

  • 8 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB II

    METODOLOGI PENELITIAN

    2.1 MetodologiDalam penelitian ini, tahapan metode tersebut terdiri dari:

    1. Akusisi merupakan perolehan data awal atau bahan-bahan yang dipakaisebagai dukungan penelitian ini yaitu kajian pustaka, pemetaan geologi, danpemercontohan.

    2. Analisis merupakan penelaahan dan penguraian atas data hinggamenghasilkan simpulan akhir.

    3. Sintesis merupakan hasil dari analisis sehingga menjadi kesatuan yangselaras dalam membangun model yang didapatkan.

    Alasan penelitian ini adalah agar mengetahui besarnya nilai sumberdayabatubara. Sistematika kerja dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

    2.1.1 Akusisi DataPenelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Perolehan data primer terdiri atas:

    1. Studi pustaka :

    a. Fisiografi regional

    b. Stratigrafi regionalc. Struktur geologi regionald. Bijih besi dan geomagnetik

    2. Pemetaan geologi

    a. Pengamatan geomorfologi

    b. Pengamatan singkapanc. Lintasan geomagnetik

    d. Hasil pengukuran geomagnetik

  • 9 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Perolehan data sekunder :

    1. Pemercontohan ( sampling )a. Contoh Singkapan ( chanel sampling )

    2.1.2 Analisis Data

    Tahapan analisis data terdiri atas:1. Analisis bentuk lahan

    Dasar pembagian bentuklahan daerah telitian menggunakan klasifikasiVerstapen (1985), yaitu:

    a. Morfologi

    Terdiri dari:

    Morfografi

    Morfografi adalah susunan objek alami yang ada di permukaan bumi,bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah,bukit, perbukitan, dataran, punggungan, tubuh sungai, kipas alluvial danlain-lainnya.

    Morfometri

    Morfometri merupakan pembagian kenampakan geomorfologi yangdidasarkan pada aspek-aspek kualitatif dari suatu daerah sepertikelerengan, pola lereng, ketinggian, relief, bentuk lembah, tingkat erosiatau pola pengaliran

    b. Morfogenesa

    Morfogenesa adalah asal-usul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta proses-proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal inistruktur geologi, litologi penyusun, dan proses geomorfologi merupakanhal-hal yang perlu diperhatikan. Morfogenesa meliputi :

  • 10 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    1. Morfostruktur pasif yang merupakan bentuklahan yangdiklasifikasikan berdasarkan tipe batuan maupun struktur batuan yangada kaitannya dengan denudasi .

    2. Morfostruktur aktif, berupa tenaga eksogen seperti pengangkatan,perlipatan, dan pensesaran atau bentuklahan yang berkaitan eratdengan hasil kerja gaya endogen.

    3. Morfodinamik, berupa tenaga endogen yang berhubungan dengantenaga air, es, gerakan massa dan kegunungapian atau bentuklahanyang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen ( air, es, angin,dan gerakan tanah ).

    c. Morfoasosiasi

    Morfoasosiasi merupakan kaitan antara bentuklahan satu denganbentuklahan yang lain dalam susunan keruangan atau sebarannya dipermukaan bumi.

    Penggolongan satuan geomorfologi yang didasarkan pada kelerengan danrelief mengacu pada klasifikasi Zuidam (1983), dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagaiberikut :

    Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng menurut Zuidam ( 1983 )

    No Klasifikasi Deskripsi % Lereng Relief (m)

    1 Datar hampir datar 0-2 140 >1000

  • 11 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Pembagian morfogenesa didasarkan atas kontrol utama pembentuknya atauproses geologi, yang mengacu pada klasifikasi Zuidam ( 1983 ) yang membagisatuan geomorfologi menjadi 8 satuan, untuk setiap satuan dicantumkan kode huruf,untuk sub-satuan dengan penambahan angka di belakang. Pembagian satuangeomorfologi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Klasifikasi bentang alam menurut Zuidam ( 1983 )

    Kode Satuan Bentang Alam

    S Satuan bentang alam struktural

    V Satuan bentang alam vulkanik

    D Satuan bentang alam denudasional

    M Satuan bentang alam marine/pantai

    F Satuan bentang alam fluvial

    G Satuan bentang alam glasial

    K Satuan bentang alam karst

    E Satuan bentang alam eolian

    2. Analisis singkapan

    Singkapan dianalisa dengan cara melakukan pengamatan langsung dilapangan, kemudian dideskripsi apa nama batuannya.

    3. Analisis data geomagnetik

    Data geomagnetic didapatkan dari pengukuran dilapangan yangkemudian diolah agar data tersebut apan menjadi suatu peta geomagnet yaitupeta topo, peta koreksi harian, peta intensitas medan magnet, peta anomalymedan magnet total.

    4. Analisis sebaran bijih besi

  • 12 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Analisis sebaran bijih besi dilakukan setelah analisis datageomagnetic di lapangan.

    2.1.3 Sintesis

    Setelah keseluruhan analisis dilakukan, selanjutnya dilakukan sintesis yangterdiri atas peta-peta yang telah jadi yaitu :

    1. Peta geomorfologi

    2. peta lintasan

    3. peta topo

    4. peta koreksi harian

    5. peta intensitas medan magnet6. peta anomaly medan magnet total

    2.2 Peralatan Yang DigunakanBeberapa peralatan lapangan yang digunakan pada kegiatan pemetaan

    geologi adalah sebagai berikut: Peta dasar/topografi skala 1: 1.000; Peta Geologi Regional

    GPS Garmin 76Cx;

    Kompas geologi;

    Palu geologi

    Loupe;

    Tas lapangan;

    Kantong contoh (sample) batuan; Kamera digital;

    Alat-alat tulis, laptop, dll.

    2.3 Waktu Kegiatan dan Personil TimKegiatan pemetaan geologi telah dimulai di lapangan dari tanggal 17 sampai

    26 April 2013 dengan kegiatan pengamatan lokasi Outcroping dan pengambilancontoh, inputing dan pengolahan data. Tahap berikutnya adalah kegiatan penyusunan

  • 13 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    laporan yang dilakukan di kantor CV. Jogja Geologi Survey di Yogyakarta selama 10hari kerja.

    Adapun personil tim pemetaan geologi bijih besi CV. Jogja Geologi Surveyyaitu meliputi :2 orang Geologist, 1 orang geomagnet. Untuk kendaraan dibantupihak PT. CAKUNG PRIMA STEEL.

    Tabel 2.3.Aktualisasi kegiatan pemetaan geologi.

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Persiapan (Personil, Alat, dll) 1 hari2 Mobilisasi Tim ke Lokasi 2 hari3 Kegiatan Lapangan di Lokasi 5 hari5 Demobilisasi Tim ke Yogya 2 hari6 Penyusunan Laporan 10 hari

    Apr-13tahap penyusunan lap.No. DurasiKegiatan

    Tabel 2.4 Daftar Pelaksana Kegiatan Pemetaan Geologi.

    No NAMA PERSONIL JABATAN KETERANGAN1 Erwin Aji Saputra Senior Geologist CV. JGS2 Sofyan Syamsudin Geologist CV. JGS3 Ghofar Arshab Geomagnet Freelance

  • 14 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 2.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

    Akusisi Analisa Sintes

    Model GeologiRegional

    Pemetaan Geologi

    Pengamatan Singkapan

    Geomorfologi DaerahPenelitian

    Nama singkapan

    Data mentah geomagnet

    Analisa sebaranbijih besi

    BentuklahanSatuan Bentuk

    Lahan

    Geologi Detail DaerahPenelitian

    1 Peta Lintasan

    2 Peta Geomorfologi

    3 Peta Topo

    4 Peta Koreksi Harian

    5 Peta IntensitasMedan Magnet6.Peta Anomali MedanMagnet Total

    KajianPustaka

    Fisiografi regional

    Stratigrafi regional

    Struktur geologi regional

    Bijih besi dan geomagnet

    Analisa datageomagnetik

    Hasil pengukurangeomagnet

    Lintasan geomagnet

  • 15 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 2.2.Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik

  • 16 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB IIIDASAR TEORI

    3.1 Bijih Besi

    1. Mineral dan BijihProses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan

    jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yangmempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umatmanusia).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakandalam arti ekonomis adalah :

    1. Bentuk Jebakan2. Besar dan volume cadangan3. Kadar4. Lokasi geografis

    5. Biaya PengolahannyaDari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat

    didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam danmineral saja yang mempunyai prosentasi relatif besar, karena pengaruh proses danaktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur unsur danmineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karenaProses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineralyang mempunyai nilai ekonomis.

    Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh :1. Proses Pelapukan dan transportasi2. Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magmaProses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan

    persyaratan tertentu.

  • 17 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebihbesar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisamemperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadarminimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan ( Enrichment Factor atauConcentration Factor).

    Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi,ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atauelemen tunggal (native element). Sebagian besar merupakan persenyawaanunsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.

    Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logamdisebut mineral logam (Metallic mineral). Apabila kandungan logamnya trelatifbesar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebutMineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yangterdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam)yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yangdiambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisadiambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

    Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidakmenguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang.Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisadimanfaatkan sebagai hasil sampingan (by-product), misalnya mineral kuarsa,fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut ganguemineral apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan.Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagaiwaste mineral.

    Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentukmineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contohendapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit danlain-lain.

    Kadar (presentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijihdisebut cut off grade. Kandungan logam yang terpadat didalam suatu bijih

  • 18 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    disebut tenor off ore. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-carapemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanyatidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis.

    Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineralsaja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cubisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu jenismineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam. Misalnyamineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframitmengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkankarena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuantertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya denganproses kejadian (genesa) mineral bijih.

    Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakterdari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namunseringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besiterdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memilikinilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnyaberupa Magnetite,Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupamineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

    Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besibernilai ekonomis antara lain :

    1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetitedan Limonite6. Oksidasi: Limonite dan Hematite7. Letusan Gunung ApiDari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan

    kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematitmerupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-

  • 19 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    mineral pembawa besidengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandunganFe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

    Tabel 3.1 mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

    Mineral Susunankimia

    KandunganFe (%)

    Klasifikasikomersil

    Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 Magnetik

    ataubijih hitamHematit Fe2O3 70,0 Bijih merahLimonit Fe2O3.nH2O 59 - 63 Bijih coklatSiderit FeCO3 48,2 Spathic, black

    band, clayironstone

    Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman,1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

    Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%.Besi atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Bentuk murninyaberwarna gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat mudahbereaksi dan mudah teroksidasi membentuk karat. Sifat magnetism besi sangatkuat, dan sifat dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat kekerasan 4-5dengan berat jenis 7,3-7,8.Besi oksida pada tanah dan batuan menunjukkan warnamerah, jingga, hingga kekuningan. Besi bersama dengan nikel merupakan alloypada inti bumi/ inner core. Bijih besi utama terdiri dari hematit (Fe2O3). danmagnetit (Fe3O4). Deposit hematit dalam lingkungan sedimentasi seringkaliberupa formasi banded iron (BIFs) yang merupakan variasi lapisan chert, kuarsa,hematit, dan magnetit. Proses pembentukan dari presipitasi unsur besi dari lautdangkal. Taconite adalah bijih besi silika yang merupakan deposit bijih tingkatrendah. Terdapat dan ditambang di United States, Kanada, dan China. Bentuknative jarang dijumpai, dan biasanya terdapat pada proses ekstraterestrial, yaitumeteorit yang menabrak kulit bumi. Semua besi yang terdapat di alam sebenarnyamerupakan alloy besi dan nikel yang bersenyawa dalam rasio persentase tertentu,dari 6% nikel hingga 75% nikel. Unsur ini berasosiasi dengan olivine dan

  • 20 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    piroksen. Penggunaan logam besi dapat dikatakan merupakan logam utama.Dalam kehidupan seharti-hari, besi dimanfaatkan untuk: Bahan pembuatan bajaAlloy dengan logam lain seperti tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromiumuntuk menguatkan atau mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnetKatalis dalam kegiatan industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidangmedis, biokimia, dan metalurgi. Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya

    a. Besi primerProses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan

    adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yangmemungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuantua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi,mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma denganbatuan yang diterobosnya.

    Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida)yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zonalemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa.Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkanbahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyakmengandung bijih.

    b. Besi Sekunder (Endapan Placer)Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan

    dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat. Pembentukan pasir besiadalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisimenengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Prosesini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika.Di daerahpantai selatan Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dariakumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan,penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, transportasidan pengendapan.

    Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melaluiproses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu

  • 21 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, beratjenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengannilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebutendapanalochton tersebut sebagai cebakan placer.

    Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapikebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakancadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karenatererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karenaberupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimanapemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah.Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metodapenambangan termurah.

    Tabel 3.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

    G e n e s a J e n i sTerakumulasi in situ selama pelapukan Placer residualTerkonsentrasi dalam media padat yangbergerak

    Placer eluvial

    Terkonsentrasi dalam media cair yangbergerak (air)

    Placer aluvial atausungai

    Placer pantaiTerkonsentrasi dalam media gas/udarayang bergerak

    Placer Aeolian(jarang)

    Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasilangsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas ataukasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisahdari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentukpada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat jugaditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).

    Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan inidiendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerahditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilaiekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

  • 22 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yangberkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimanakonfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktorpenting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalamcebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan :Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalamukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahandan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel(rasio hidraulik).

    Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai olehpemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombangmelemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yangkembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat.Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai,kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan.Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimanalapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagianatas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

    Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yangdisebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahanmineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka.Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukangelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan iniadalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim danzirkon.

    Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selainmengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasidengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2),markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3),wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Feyang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2),

  • 23 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim(YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

    c. Endapan besi lateritNikel Laterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan

    menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel tembaga berasal dari mineralpentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa)silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapannikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapatterbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan,maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineralbijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal danterkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang mengandungCO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material material organis dipermukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan,dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kayaakan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asaldan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin danpiroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah danakan memberikan mineral mineral baru pada proses pengendapan kembali(Hasanudind,1992).

    Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuanultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyakmengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang padaumumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudahdipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dariudara luar dan tumbuh tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadipenguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderunguntuk membentuk suspensi koloid dari partikel partikel silika yangsubmikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida danmengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkanair dengan membentuk mineral mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobaltdalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.

  • 24 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dansilika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab sertamembentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe,Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukandan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Coterkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral oxida /hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).

    Besi dan Alumina LateritBesi dan alumina laterit tidak dapat di pisahkan dari proses pembentukan

    nikel laterit, salah satu produk laterit adalah besi dan almunium. Pada profil lateritterdapat zona-zona di antaranya zona limonit. Zona ini menjadi zonaterakumulasinya unsur-unsur yang kurang mobile, seperti Fe dan Al. Batuan dasardari pembentukan nikel laterit adalah batuan peridotit dan dunit, yangkomposisinya berupa mineral olivine dan piroksin. Faktor yang sangatmempengaruhi sangat banyak salah satunya adalah pelapukan kimia. Karenaadanya pelapukan kimia maka mineral primer akan terurai dan larut. Faktor lainyang sangat mendukung adalah air tanah, air tanah akan melindi mineral-mineralsampai pada batas antara limonit dan saprolit, faktor lain dapat berupa PH,topografi dan lain-lain.

    Endapan besi dan alumina banyak terkonsentrasi pada zona limonit. Padazona ini di dominasi oleh Goethit (Fe2O3H2O), Hematite (Fe2O3) yang relatiftinggi, Gibbsite (Al2O3.3H2O), Clinoclore (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O) danmineral-mineral hydrous silicates lainnya (mineral lempung) Bijih besi dapatterbentuk secara primer maupun sekunder. Proses pembentukan bijih besi primerberhubungan dengan proses magmatisme berupa gravity settling dari besi dalambatuan dunit, kemudian diikuti dengan proses metamorfisme/metasomatsma yangdiakhiri oleh proses hidrotermal akibat terobosan batuan beku dioritik. Jeniscebakan bijih besi primer didominasi magnetit hematite dan sebagianberasosiasi dengan kromit garnet, yang terdapat pada batuan dunit terubah dangenes-sekis.

    Besi yang terbentuk secara sekunder di sebut besi laterit berasosiasi denganbatuan peridotit yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukan berjalan

  • 25 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    secara intensif karena pengaruh faktor-faktor kemiringan lereng yang relative

    kecil, air tanah dan cuaca, sehingga menghasilkan tanah laterit yang kadang-kadang masih mengandung bongkahan bijih besi hematite/goetit berukurankerikilkerakal.

    Besi Laterit merupakan jenis cebakan endapan residu yang dihasilkan oleh prosespelapukan yang terjadi pada batuan peridotit/piroksenit dengan melibatkandekomposisi, pengendapan kembali dan pengumpulan secara kimiawi . Bijih besitipe laterit umumnya terdapat didaerah puncak perbukitan yang relative landaiatau mempunyai kemiringan lereng dibawah 10%, sehingga menjadi salah satufactor utama dimana proses pelapukan secara kimiawi akan berperan lebih besardaripada proses mekanik. Sementara struktur dan karakteristik tanah relativedipengaruhi oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Adapun profillengkap tanah laterit tersebut dari bagian atas ke bawah adalah sebagai berikut :zone limonit, zone pelindian (leaching zone) dan zone saprolit yang terletak diatas batuan asalnya (ultrabasa).

    Zona pelindian yang terdapat diantara zona limonit dan zona saprolit inihanya terbentuk apabila aliran air tanah berjalan lambat pada saat mencapaikondisi saturasi yang sesuai untuk membentuk endapan bijih. Pengendapan dapatterjadi di suatu daerah beriklim tropis dengan musim kering yang lama. Ketebalanzona ini sangat beragam karena dikendalikan oleh fluktuasi air tanah akibatperalihan musim kemarau dan musim penghujan, rekahan-rekahan dalam zonasaprolit dan permeabilitas dalam zona limonit.

    Derajat serpentinisasi batuan asal peridotit tampaknya mempengaruhipembentukan zona saprolit, ditunjukkan oleh pembentukan zona saprolit denganinti batuan sisa yang keras sebagai bentukan dari peridotit/piroksenit yang sedikitterserpentinisasikan, sementara batuan dengan gejala serpentinit yang kuat dapatmenghasilkan zona saprolit .Fluktuasi air tanah yang kaya CO2 akanmengakibatkan kontak dengan saprolit batuan asal dan melarutkan mineralmineral yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Unsur Mg, Si, dan Ni daribatuan akan larut dan terbawa aliran air tanah dan akan membentuk mineral-mineral baru pada saat terjadi proses pengendapan kembali. Unsur-unsur yangtertinggal seperti Fe, Al, Mn, CO, dan Ni dalam zona limonit akan terikat sebagai

  • 26 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    mineral-mineral oksida/hidroksida diantaranya limonit, hematit, goetit, manganitdan lain-lain. Akibat pengurangan yang sangat besar dari Ni-unsur Mg dan Sitersebut, maka terjadi penyusutan zona saprolit yang masih banyak mengandungbongkah-bongkah batuan asal. Sehingga kadar hematit unsur residu di zona lateritbawah akan naik sampai 10 kali untuk membentuk pengayaan Fe2O3 hinggamencapai lebih dari 72% dengan spinel-krom relative naik hingga sekitar 5% .

    Besi lateritMineral ini terbentuk dari pelapukan mineral utama berupa olivine dan

    piroksin. Mineral ini merupakan golongan mineral oksida hidroksida non silikat,mineral ini terbentuk dari unsur besi dan oksida atau FeO( ferrous oxides)kemudian mengalami proses oksidasi menjadi Fe2O3 lalu mengalami presipitasiatau proses hidroksil menjadi Fe2O3H2O ( geotithe). Mineral ini tingkat mobilitasunsurnya pada kondisi asam sangat rendah, oleh karena itu pada profil lateritbanyak terkonsentrasi pada zona limonit.

    AluminaUnsur Al hadir dalam mineral piroksin, spinel (MgO.Al2O3), pada

    mineral sekunder seperti Clinochlor (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O), dan gibbsite(Al2O3.3H2O). Alumina sangat tidak larut pada air tanah yang ber Ph antara 4-9.

    d. Eksplorasi Bijih Besi.Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak

    dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman tekniseksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihakdalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer,agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

    Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasisebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaanlapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahuigambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur danpenginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, petageologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe,magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatangeofisika.

  • 27 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologimeliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi,survei geofisika dan pemboran inti.

    Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalahanalisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisiskimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4,TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukanantara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan dataadalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

    Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnyadilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum,eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi,tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapanmineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan

    deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-

    dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohansingkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

    Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaanadalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologidilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuanterpilih.

    Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisikbatuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakanmineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yangmendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidaklangsung.

    Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikangeofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai

  • 28 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuaistandar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadapoptimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

    Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antaralain :

    - Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi

    seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping

    Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dansebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijihbesi bawah permukaan.

    3.2 Metode Magnetik

    Metode Geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang seringdigunakan sebagai survei pendahuluan pada eksplorasi batuan mineral diantaranyamineral emas. Akurasi pengukuran metode magnetik ini relatif tinggi danpengoperasian di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat

    Pada umumnya peta anomali medan magnetik bersifat agak kompleks,variasi medan lebih tak menentu dan terlokalisir sebagai akibat dari medanmagnetik dipole yang merupakan besaran vektor. Peta anomali magnetikmenunjukkan sejumlah besar anomali residu yang merupakan hasil variasimineral magnetik yang terkandung di dalam batuan dekat permukaan.

    3.3 Intensitas Kemagnetan

    Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulanbenda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar,benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian,intensitas kemagnetan dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuanmenyearahkan momen-momen magnetik dalam medan magnetik luar dapat jugadinyatakan sebagai momen magnetik persatuan volume.

  • 29 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Vrml

    VMI

    (3.4)

    Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm-3 dan dalam SI adalahAm-1.

    3.4 Suseptibilitas Kemagnetan

    Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadappengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineraldan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan,akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untukpendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktorkontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi.

    Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan olehsuseptibilitas kemagnetan k, yang dituliskan sebagai

    HkI

    (3.5)

    Besaran ini adalah parameter dasar yang dipergunakan dalam metode magnetik.Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut semakinbanyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik.

    3.5 Medan magnet Bumi

    Pada tahun 1893 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik darimedan magnetik bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya yangdilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang dibuat oleh Gaussyaitu :

    1) Intensitas medan magnetik bumi hampir seluruhnya berasal dari dalambumi

    2) Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati denganpersamaan harmonik yang pertama yang berhubungan dengan potensial

  • 30 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    dwikutub di pusat bumi. Dwi kutub Gauss ini mempunyai kemiringan11.5o terhadap sumbu geografi.

    Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut jugaelemen medan magnet bumi (gambar III.3), yang dapat diukur yaitu meliputi arahdan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

    Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponenhorizontal yang dihitung dari utara menuju timur

    Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidanghorizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal kebawah.

    Intensitas Horizontal ( HB ), yaitu besar dari medan magnetik total padabidang horizontal.Medan magnetik total (B), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

    Gambar 3.1 Elemen medan magnet bumi

    Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untukmenyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yangdisebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharuisetiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuranrata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satutahun.

  • 31 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

    1. Medan magnet utama (main field)Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil

    pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah denganluas lebih dari 106 km2..

    2. Medan magnet luar (external field)Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang

    merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultravioletdari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrikyang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medanini terhadap waktu jauh lebih cepat.

    3. Medan magnet anomaliMedan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal

    (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandungmineral bermagnet seperti magnetite ( 87 SFe ), titanomagnetite ( 42 OTF ie ) danlain-lain yang berada di kerak bumi.

    Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target daripengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkanoleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnetremanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitupada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwakemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yangdiperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen daninduksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnetinduksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalamsurvei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medanmagnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

  • 32 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    ALMT HHHH

    (3.10)

    dengan : TH

    : medan magnet total bumi

    MH

    : medan magnet utama bumi

    LH

    : medan magnet luar

    AH

    : medan magnet anomali

    3.6. Variasi Medan Magnet Bumi

    Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumisenantiasa mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik inidapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:

    1. Variasi sekuler

    Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasimedan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutubmagnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan caramemperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumiyang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.

    2. Variasi harian

    Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagianbesar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dariperputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arusyang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hinggamencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat variasiyang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam. Variasi inidiasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasiharian bulan (Telford, 1976).

    3. Badai Magnetik

  • 33 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalammedan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktorpenyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapikejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periodeyang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetiksecara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.

    3.7 Koreksi Data Magnetik

    Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target survei,maka data magnetik yang telah diperoleh harus dibersihkan atau dikoreksi daripengaruh beberapa medan magnet yang lain. Secara umum beberapa koreksi yangdilakukan dalam survei magnetik meliputi:

    1. Koreksi harian

    Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data magnetikterukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian.Koreksi variasi harian dilakukan untuk menghilangkan medan magnet peiodikyang berasal dari luar anomali target. Maka didapatkan anomali medan magnet.

    Cara base line dan pengoreksian variasi harian : dengan mengurangi nilaibase (BL) dengan nilai base awal (BL1).

    Dengan : Hvar = Koreksi harian

    BLn = Base line titik pengukuran

    BL1 = Base line awal

    Cara pengoreksian dengan metode pengukuran looping

    Dengan :

    Tukur = waktu titik pengukuran

    Tbase = waktu baseTloop = waktu loop

  • 34 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Hbase = Intensitas Base

    Hloop = Intensitas Loop

    2. Koreksi IGRFKoreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet terukur

    untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.

    Koreksi IGRF = Intensitas IGRF daerah pengukuran

  • 35 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB IVGEOLOGI REGIONAL

    4.1 Tatanan Tektonik

    Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yangkompleks.Adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang membentuk daerah timurKalimantan (Hamilton, 1979). Evolusi tektonik dari Asia Tenggara dan sebagianKalimantan yang aktif menjadi bahan perbincangan antara ahli-ahli ilmukebumian.Pada jaman Kapur Bawah, bagian dari continental passive margin didaerah Barat daya Kalimantan, yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng AsiaTenggara yang dikenal sebagai Paparan Sunda.

    Pada jaman Tersier, terjadi peristiwa interaksi konvergen yangmenghasilkanbeberapa formasi akresi, pada daerah Kalimantan.Selama jaman Eosen,daerah Sulawesi berada di bagian timur kontinen dataran Sunda. Pada pertengahanEosen, terjadi interaksi konvergen ataupun kolisi antara lempeng utama, yaitulempeng India dan lempeng Asia yang mempengaruhi makin terbukanya busurbelakang samudra, Laut Sulawesi dan Selat Malaka. Cekungan Kutai merupakansalah satu cekungan yang dihasilkan oleh perkembangan regangan cekungan yangbesar pada daerah Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau Kalimantan ini merupakansalah satu pusat pengendapan, yang kemudian pada awal tersier terpisah menjadi 6cekungan sebagai berikut :1 Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan Selatan,2.Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,3. Cekungan Tarakan, yangterletak di timur laut Kalimantan,4 Cekungan Sabah, yang terletak di utaraKalimantan 5. Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut Kalimantan 6.Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di Kalimantan Tengah.

  • 36 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    4.2. Fisiografi

    Secara fisiografi, Pulau Kalimantan secara umum terbagi ke dalam beberapazona. Berturut-turut dari arah selatan ke utara adalah zona Pulau Laut Sebuku-SelatMakasar Throught, Zona Pegunungan Meratus, Zona Cekungan Barito, Kutai danMeratus, Zona Mangkaliat, Zona Karimata, Sampit, Pangkalanbun danPalangkaraya,Zona Pontianak, Sambas, Zona Kuching, Ketungau dan Tanjung Selor,Zona Serawak, Tarakan serta Zona Sibu, Brunai dan Sulu Through.

    Secara fisiografis, daerah penelitian yang merupakan Fisiografi daerah jalurlereng utara pegunungan Schwaner,didominasi oleh batuan malihan yang telahterlipat dan tersesarkan. Geologi regional daerahMentawa menempati kelompoksatuan batuan malihan Pinoh, berumur Trias - Yura.Batuanpenyusun berupa sekiskuarsa, filit, batusabak, batutanduk dan beberapa tufa termalihkan.Keberadaanbatuan malihan tersebut diterobos oleh kelompok batuan tonalit Sepauk berumurKapur yang terdiri dari tonalit, granodiorit hornblende biotit, diorit, granodiorit,monzo diorit dan diorit kuarsa

    Gambar 4.1 Tatanan dan fisiografi regional Kalimantan.

  • 37 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    4.3. Stratigrafi

    Secara tak selaras di atas satuan batuan granitandiendapkan Formasi Tanjung yangterdiri atas batupasir kuarsa berselingan dengan batulempung dengan sisipan batubara,diduga berumur Eosen, dandiendapkan dalam lingkungan paralik-neritik (Nila drr., 1995 Secara selaras di atas FormasiTanjung dijumpai Formasi Berai,yang dikuasai oleh batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik dengan tebal 20sampai 200 cm; setempat kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang; bersisipan napalkelabu muda, padat dan berlapis baik (10-15 cm), serta batulempung berwarna kelabu,setempat terserpihkan dengan ketebalan 2575 cm. Kumpulan foraminifera besar yangterdapat dalam batugamping (Aziz, 1982) mengindikasikan umur Oligosen Akhir MiosenTengah (T-T) dengan lingkungan pengendapanneritik, satuan batugamping initersingkap baik di Sungai Mentaya yang menindih Formasi Tanjung

    Gambar 4.2 Runtunan stratigrafi daerah Kota Waringin Timur dan sekitarnya(Nila drr.,1995)

  • 38 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    4.4 Struktur dan Tektonik

    Kerangka tektonik di Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh perkembangantektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng Samudera Philipina,Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang terjadi sejak Jaman Kapursehingga menghasilkan kumpulan cekungan samudera dan blok mikro kontinenyangdibatasi oleh adanya zona subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dansesarsesarmayor.

    Struktur geologi yang dijumpai di daerah ini berupa sesar, perlipatandankelurusan yang secara umum berarah baratdaya timurlaut dan baratlaut tenggara.Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik yang melibatkanbatuan sedimen yang berumur Tersier dan pra-Tersier.Kelurusan-kelurusan inididuga merupakan jejak atau petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar denganstruktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dankelurusan, juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut baratdaya.Mengingat litologi di daerah ini didominasi oleh batuan yang berumurTersier, diduga kehadiran sesar, kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengankegiatan tektonik yang terjadi padazaman itu

  • 39 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB VGEOLOGI DAERAH TELITIAN

    5.1 Geomorfologi Daerah Telitian

    Geomorfologi daerah telitian sebagian besar terdiri dari dataran denudasi danperbukitan homoklin, memperlihatkan pola kelurusan perbukitan yang berarahbaratdaya - timurlaut. Percabangan sungai alur-alur liar yang mengalir ke datarandenudasi dan perbukitan homoklin yang membentuk suatu pola pengaliran.

    Daerah telitian ini telah mengalami proses geomorfologi baik secara eksogendan endogen yang menyebabkan perubahan bentuk morfologi. Secara eksogenberupa pelapukan dan gerakan tanah yang menyebabkan terjadinya longsoran. Proseseksogen ini banyak dipengaruhi oleh faktor litologi di daerah telitian yang dominantersusun oleh batu beku dan sedimen dengan resistensi lemah-sedang.

    Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi yang disebutkan oleh modifikasi VanZuidam ( 1983 ), maka bentuklahan yang terdapat di daerah telitian dapat dibagimenjadi 2 ( empat ) satuan bentuklahan, yaitu: perbukitan homoklin ( S1 ), datarandenudasi ( D1 ). Bentuklahan tersebut mempunyai aspek-aspek geomorfologi yangberbeda-beda yang mencirikan dari masing-masing bentuk lahan, seperti yangterlihat pada Tabel 5.1 berikut :

  • 40 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Tabel 5.1 Karakteristik bentuk lahan daerah telitianBENTUK ASAL BENTUK LAHAN PEMERIAN

    Struktural

    (lokasi 3) PerbukitanHomoklin

    Morfografi : didominasi oleh kumpulan bukit - bukit.Morfometri : kelerengan berkisar antara 14 - 20 %

    ( agak curam ) relief 5 - 30 m.Morfostruktur aktif : kedudukan batuan yang relative horisontal

    Morfostruktur pasif : batuan beku jenis batugranit.Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi oleh air dan

    angin.

    Morfoasosiasi : perbukitan.

    Struktural

    (lokasi 1 & 2)Perbukitan

    Homoklin

    Morfografi : didominasi oleh kumpulan bukit - bukit.Morfometri : kelerengan berkisar antara 18 - 25 %

    ( agak curam ) relief 10 - 40 m.Morfostruktur aktif : kedudukan batuan yang relative horisontal

    Morfostruktur pasif : batuan beku jenis batugranit.Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi oleh air dan

    angin.

    Morfoasosiasi : perbukitan.

    Denudasional

    (lokasi 3)

    Dataran

    Denudasi

    Morfografi : dataran yang memperlihatkan kontur renggang

    Morfometri : kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 %( landai ) relief 0 - 4 m.

    Morfostruktur aktif : -

    Morfostruktur pasif : soil.

    Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi .

    Morfoasosiasi : sepanjang dataran nyaris karena proses erosioleh media air.

    Denudasional

    (lokasi 1 & 2)

    Dataran

    Denudasi

    Morfografi : dataran yang memperlihatkan kontur renggang

    Morfometri : kelerengan berkisar antara 1 - 1,3 %( landai ) relief 0 - 6 m.

    Morfostruktur aktif : -

    Morfostruktur pasif : soil.

    Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi .Morfoasosiasi : sepanjang dataran nyaris karena proses erosi

    oleh media air.

  • 41 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    5.1.1. Bentukan Asal Struktural5.1.1.1. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin ( S1 )

    (Lokasi 3)Satuan geomorfik ini menempati 65 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel

    5.1 secara morfografi didominasi oleh kumpulan bukit bukit. Secara morfometridaerah telitian mempunyai nilai kelerengan berkisar 14 20 % ( agak curam ),dengan relief 50 - 100 m, maka ditafsirkan sebagai daerah perbukitan homoklin(Gambar 5.1). Secara morfostruktur aktif kedudukan lapisan yang horisontal.Sedangkan morfostruktur pasif berdasarkan lembah berbentuk V maka dapatditafsirkan disusun oleh batuan beku jenis batugranit. Secara morfodinamik,bentuklahan ini tingkat proses pelapukan dan erosi oleh air. Dan secaramorfoasosiasi bentuk lahan ini berasosiasi dengan perbukitan.

    Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapatditentukan sebagai satuan geomorfik perbukitan homoklin.

    Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Homoklin ( S1 )Arah Kamera Menghadap Timurlaut

    Perbukitan Homoklin

    Gambar 5.1 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 ).

    Lensa kamera menghadap timurlaut.

  • 42 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    5.1.1.2. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin ( S1 )(Lokasi 1 & 2)

    Satuan geomorfik ini menempati 73 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel5.1 secara morfografi didominasi oleh kumpulan bukit bukit. Secara morfometridaerah telitian mempunyai nilai kelerengan berkisar 18 25 % ( agak curam ),dengan relief 10 - 40 m, maka ditafsirkan sebagai daerah perbukitan homoklin(Gambar 5.2). Secara morfostruktur aktif kedudukan lapisan yang horisontal.Sedangkan morfostruktur pasif berdasarkan lembah berbentuk V maka dapatditafsirkan disusun oleh batuan beku jenis batugranit. Secara morfodinamik,bentuklahan ini tingkat proses pelapukan dan erosi oleh air. Dan secaramorfoasosiasi bentuk lahan ini berasosiasi dengan perbukitan.

    Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapatditentukan sebagai satuan geomorfik perbukitan homoklin.

    Perbukitan Homoklin

    Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Homoklin (S2)Arah Kamera Menghadap ke Tenggara

    Gambar 5.2 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 ).

    Lensa kamera menghadap timurlaut.

  • 43 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    5.1.2. Bentukan Asal Denudasional

    5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi ( D1 )(Lokasi 3)

    Satuan geomorfik ini menempati 35 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel5.1 secara morfografi merupakan dataran yang memperlihatkan kontur yangrenggang. Secara morfometri memiliki kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 %( landai ) dan relief 0 - 4 m. Secara morfostruktur pasif berdasarkan pola kontur yangrenggang, ditafsirkan adalah soil. Secara morfodinamik proses pelapukan dan erosisangat berperan. Dan secara morfoasosiasi, bentuklahan ini berasosiasi sepanjangdataran denudasi karena proses erosi oleh media air.

    Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapatditentukan sebagai satuan geomorfik dataran denudasi ( Gambar 5.3 ).

    Dataran Denudasi

    Satuan Bentuk Lahan Dataran Denudasi ( D1 )Arah Kamera Menghadap Tenggara

    .

    Gambar 5.3 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 ).

    Lensa kamera menghadap tenggara

  • 44 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi ( D1 )(Lokasi 1 & 2)

    Satuan geomorfik ini menempati 35 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel5.1 secara morfografi merupakan dataran yang memperlihatkan kontur yangrenggang. Secara morfometri memiliki kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 %( landai ) dan relief 0 - 4 m. Secara morfostruktur pasif berdasarkan pola kontur yangrenggang, ditafsirkan adalah soil. Secara morfodinamik proses pelapukan dan erosisangat berperan. Dan secara morfoasosiasi, bentuklahan ini berasosiasi sepanjangdataran denudasi karena proses erosi oleh media air.

    Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapatditentukan sebagai satuan geomorfik dataran denudasi ( Gambar 5.4 ).

    Dataran Denudasi

    Satuan Bentuk Lahan Dataran Denudasi (D1)Arah Kamera Menghadap ke Timurlaut

    Gambar 5.4 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 ).

    Lensa kamera menghadap timurlaut

  • 45 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    5.2 Pengambilan Sample atau Contoh Bjih Besi

    Dalam kegiatan penyelidikan ini juga dilakukan pengambilan sample/contohpada batuan primernya atau betrocknya, namun hanya sebagai pembanding/contoh.Untuk kedepannya akan diadakan pengambilan sampel dengan metode sumur ujiataupun menggunakan bor tangan.

    Gambar 5.5 singkapan bijih besi lokasi 3

    Gambar 5.6 singkapan bijih besi lokasi 2

  • 46 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 5.7 singkapan bijih besi lokasi 1

  • 47 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    BAB 6GEOMAGNETIK DAERAH TELITIAN

    6.1 Survey Geomagnetik

    Dari hasil survey geomagnetic terhadal lokasi ini, dengan luasan survey 50 x50 meter persegi dengan menggunakan metode geomagnetik dengan pengambilanjarak antar titik potensial 10 meter membentuk garis/line lurus, menunjukan adanyaindikasi besi yang kuat.

    Pengolahan data geomagnet selanjutnya akan menghasilkan peta konturyangterdiri dari peta kontur topografi, peta kontur intensitas medan magnet total, petakontur hasil Koreksi Diurnal, peta kontur anomali medan magnet total. Pembuatanpeta kontur dilakukan dengan menggunakan software surfer 10. Peta konturtopografi dibuat dengan memasukan nilai topografi titik- titik pengukuran dankoordinat titik- titik pengukuran magnet yaitu Rendah ( kurang dari 45250 nT ),Sedang (45250 nT sampai 45650 nT , dan tinggi (lebih dari 45650 nT )

    6.2 Pengolahan Data

    Pertama adalah kita mencari nilai rata-rata dari data PPM yang kitadapatkanpada penelitian tersebut.Data itu juga disebut data intensitas medan total.Intensitas medan magnet total ini dikurangi dengan koreksi variasi harian dankoreksi IGRF sebesar 42356nT. Anomali medan magnet total yang diperolehdilakukan peng-grid-an untuk mendapatkan peta anomali medan magnet total.Permodelan dilakukan dengan mengunakan program Ssurfer 10. Dan selanjutnyadilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi lokasi penelitian.

  • 48 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    6.3 Perhitungan PPM

    Dicari PPM rata-rata yang didapat dari nilai PPM yang diukur tiap titiksebanyak tiga kali dengan rumus:

    6.4 Perhitungan Koreksi Diurnal

    Koreksi Diurnal (harian) adalah penyimpangan intensitas medan magnetbumi yang disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan efek sinarmatahari dalam satu hari. Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukanterhadap data magnetik terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnetluar atau variasi harian.

    Perhitungan dari koreksi diurnal ini dilakukan dengan menggunakanperangkat lunak Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi diurnal ini dihitung

    dengan menggunakanDimana :

    tn = t pd titik nHakh = Nilai medan magnet di titik akhirHawl = Nilai medan magnet di titik awal

    6.5 Perhitungan Koreksi IGRF

    Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnetterukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi. Harga rata-rataintensitas medan magnet utama bumi untuk daerah Kalimantan Tengah, yaitu sebesar42356 nT. Nilai inilah yang akan digunakan dalam pengolahan terhadap koreksiIGRF

  • 49 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Pengolahan terhadap koreksi IGRF ini menggunakan perangkat lunakMicrosoft office (excel), dimana nilai koreksi IGRF ini dapat dihitung denganpersamaan

    Ha = Anomali medan magnetik totalHrata-rata = Nilai rata-rata H di tiap stasiunHvar = Koreksi variasi harian

    HIGRF = Koreksi IGRF (42356nT)

    Gambar 6.1 Peta Topografi Lokasi 3

  • 50 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.2 Peta Koreksi Harian Lokasi 3

    Gambar 6.3 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 3

  • 51 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.4 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 3

    Gambar 6.5 Peta Topografi Lokasi 2

  • 52 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.6 Peta Koreksi Harian Lokasi 2

    Gambar 6.7 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 2

  • 53 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.8 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 2

    Gambar 6.9 Peta Topografi Lokasi 1

  • 54 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.10 Peta Koreksi Harian Lokasi 1

    Gambar 6.11 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 1

  • 55 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    Gambar 6.12 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 1

  • 56 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    KESIMPULAN

    Dari keseluruhan rangkaian penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarikbeberapa kesimpulan sebagai berikut

    - Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi yang disebutkan oleh modifikasi VanZuidam ( 1983 ), maka bentuklahan yang terdapat di daerah telitian dapat dibagimenjadi 2 ( empat ) satuan bentuklahan, yaitu: perbukitan homoklin ( S1 ), datarandenudasi ( D1 )- Metode magnetic merupakan metode yang berdasarkan pengukuran anomaligeomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas, ataupermeabilitas magnetik suatu jebakan dari daerah magnetik di sekelilingnya.

    - Dalam pengukuran metode magnetik, berdasarkan nilai supsebilitasnya dapatdigolongkan menjadi diamagnetik, paramagnetik, dan ferromagnetik

  • 57 Mining and Geological ConsultanPerum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman,Yogyakarta 55281, IndonesiaTlp: 085323353108, Email :[email protected],

    DAFTAR PUSTAKA

    Baranov, V. 1957. A new method for Interpretation of Aeromagnetic Maps:Pseudogravimetric Anomalies, Geophysics, Volume 22, 359-83.

    Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,Cambridge University Press.

    Grand, F.S and West, G.F. 1965. Interpretation Theory in Applied Geophysics,McGraw-Hill Book Company.

    Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Penerbit ITB. Bandung.Shuey, R.T., Pasquale, AS. End correction in magnetic profile

    Geophysics, Volume 38, No.3, 507-512.Solihin, 2005, Skripsi, Pendugaan Kandungan Batuan Andesit dan Diorit

    Di Kawasan Gedangan Malang Selatan Dengan Menggunakan MetodeMagnetik, Malang, Universitas Brawijya.

    Telford, W.M. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Press, London.Verstappen, H, 1983, Applied geomorphology: Geomorphological surveys for

    environmental development, AmsterdamWahyudi, 2004, Teori dan Aplikasi Metode Magnet, Laboratorium

    Geofiosika FMIPA UGM Yogyakarta.

    Zuidam, R.A van, and Zuidam Cancelado. FI, 1983, Terrain Analysis anClassification Using Aerial Photographs A Geomorphological, ApproachITC, Textbook.