aplikasi di indonesia.docx
DESCRIPTION
aplikasi di indonesiaTRANSCRIPT
APLIKASI DI INDONESIA
Kini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global
menunjukan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang,
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006,
terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara. International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari
bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59
tahun (Trisnawati, 2013).
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM
adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara
Timur (3,3%) (Kemenkes, 2013).
Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita yang
terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif.
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM
pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di perkotaan cenderung lebih
tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013).
Angka kejadian komplikasi pada pasien DM sekitar 15% terjadi pada DM Tipe 1 dan
85% terjadi pada DM tipe 2 (Bate and Jerums, 2003). Dari banyakknya komplikasi salah
satunya adalah Ulkus kaki diabetic dan amputasi adalah penyebab terbesar kematian dan
kesakitan, kecacatan termasuk emosional yang menyebabkan biaya perawatan dan
pengobatan yang tinggi ( Pemahaman dan manajemen secara mandiri oleh pasien sedini
mungkin adalah cara terbaik pencegahan masalah ulkus kaki diabetic (American
DiabetesAssociation, 2003). Pasien perlu diberikan pendidikan kesehatan untuk dapat
melakukan pemeriksan kaki secara mandiri dengan rutin, dengan perhatian khusus pada
adanya pertumbuhan callus, kehilangan sensasi pada kulit, infeksi dan kaki melepuh (Yaturu,
2011).
Isi dalam jurnal ini sangat bagus bila di implementasikan di Indonesia.Karena
memang kita harus tau apa yang sedang terjadi di Indonesia sendiri tentang Diabetes
Melitus, kenapa hingga saat ini angka kematian pada penyakit ini cukup tinggi.Selain itu kita
dapat mengoreksi apa saja yang belum atau kurang diimplementasikan di Indonesia ini, kita
dapat mengubahnya untuk lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya.Dari hasil jurnal
tersebut dijelaskan bahwa seharusnya kita lebih menekannkan pada edukasi ke pasien
untuk perawatan mandiri dalam merawat kaki diabetic nya.Dengan diterapkannya edukasi
seperti promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan
perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan
dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim
penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain.
TUGAS JURNAL
BLOK ENDOKRIN
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. DEWI PANGASTUTI
2. SEPTIN PUSPITA NINGRUM
3. WA JANITA
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014