makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia.docx

21
MAKALAH UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Diposkan oleh Ristina AN. di 02.43 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut : a) Apa yang dimaksud dengan korupsi? b) Apasajakah Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah pemeberantasan korupsi? c) Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ? d) Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ? e) Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ? f) Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ?

Upload: catur-fachul-ulum

Post on 02-Dec-2015

259 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

MAKALAH UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA.docx

TRANSCRIPT

MAKALAH UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

Diposkan oleh Ristina AN. di 02.43

BAB I

PENDAHULUAN

  

1.1  Latar Belakang Masalah

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun

maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara

yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat

sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan

hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari

itu, di sini kami akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

1.2  Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut :

a)     Apa yang dimaksud dengan korupsi?

b) Apasajakah Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah pemeberantasan

korupsi?

c)     Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ?

d)     Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ?

e)     Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?

f)      Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ?

g)     Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a)     Mengetahui pengertian dari korupsi.

b) Mengetahui Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah pemeberantasan

korupsi

c)     Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.

d)     Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.

e)     Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.

f)      Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.

g)     Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere yang bermakna

busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.secara haflah, korupsi diartikan sebagai

perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawi negeri, yang secara tidak wajar

dan tidak legal memeperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahguakan publik yang dipercayakan kepada mereka.

1. Bentuk dan jenis korupsi

Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai berikut

a.       Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa lain kepada seseorang atau

aparat negara untuk suatu jasa bagi pemberi uang

b.      Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut membayar uang atau jasa lain

sebagai ganti atas imbal balik fasilitas yang diberikan.

c.       Pencurian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan kekuasaan dan mencuri harta rakyat,

langsung atau tidak langsung.

Adapun Syed Hussein Alatas menyebutkan tiga tipe fenomena dalam korupsi yaitu penyuapan,

pemerasan dan nepotisme.

2. Ciri-ciri Korupsi

Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut.

a.       Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang

b.      Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.

c.       Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

d.      Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha menyelubungi perbuatannya

dengan berlindung dibalik pembenaran hukum.

e.       Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan yang

tegas dan mereka yang mampu untuk memengaruhi keputusan-keputusan itu.

f.        Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau masyarakat

umum.

g.       Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.

3. Sebab-sebab Korupsi

Menurut Syed Hussein Alatas antara lain :

a.       Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi

b.      Kemiskinan

c.       Kurangnya pendidikan

d.      Tiadanya tindak hukum yang tegas

e.       Struktur pemerintah

f.        Perubahan radikal

g.       Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika

h.       Keadaan masyarakat.

4. Dampak Korupsi

Bidang Kehidupan

Dampak Korupsi

Hukum a.   Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan hukum

b.   Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.c.   Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakatd.   Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan

uange.   Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama

rakyat miskinf.     Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele

karena disalahgunakan oleh aparat penegak hukum.

Politik a.   Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)

b.   Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat.

c.   Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negarad.   Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya

manusia indonesia.e.   Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak

percaya terhadap pemerintah.f.     Diabaikannya pembangunan nasional karena

penyelenggara negara disibukkan dengan membuat kebijakan popilis bukan realistis.

Ekonomi a.   Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di lingkaran kekuasaan.

b.   Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah bukan berdasarkan kemandirian.

c.   Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya

d.   Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi kerakyatan.

e.   Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara keseluruhan

f.     Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil.

g.   Terjadinya tindak pencucian uangSosial

Budayaa.       Hilangnya nilai-nilai moral sosialb.      Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegarac.       Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum,

berkurangnya kepedulian dan kesetiakawanand.      Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

5. Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi

Upaya yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah :

a.       Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi

b.      Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi

c.       Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka

d.      Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau kinerja

para penyelenggara negara

e.       Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.

Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :

a.       Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor

b.      Penindakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap tidak tegas

dan meloloskan koruptor dari jerat hukum

c.       Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku terhadap para pelaku korupsi

d.      Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak hukum untuk

segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.

Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif adalah dengan

ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak Pidana Korupsi. Hakim

dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad hoc yang persyaratan dan

pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim pada umumnya. Keberadaan hakim ad

hoc diperlukan karena keahliannya sejalan dengan kompleksitas perkara tindak pidana korupsi,

baik yang menyangkut modus operandi, pembuktian, maupun luasnya cakupan tindak pidana

korupsi yang antara lain di bidang keuangan dan perbankan, perpajakan, pasar modal ,

pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2.2 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat

mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp

1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin

langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi

Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),

namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga

Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan

sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami

krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis

multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain

ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN).

Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 &

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas

dari KKN.

2.3 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan

sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap

rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa oknum

pejabat lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-

monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.

Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor. Hal

ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap

perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi

dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara  menyeluruh,

mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

2.4 Fenomena Korupsi di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

1.      Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada lembaga-

lembaga politik yang ada.

2.      Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num” lembaga

tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan, kedaerahan, kesukuan,

dan profesi serta kekuatan asing lainnya.

3.      Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara

mereka yang tidak mampu.

4.      Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih

“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

a)     Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-bah-ubah sesuai

dengan kepentingan politik saat itu.

b)     Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-an umum.

c)     Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba mencari

keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.

d)     Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan kekuasaan.

Dimulailah pola tingkah para korup.

e)     Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil yang

mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat besar (rakyat).

f)      Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di bidang politik

dan ekonomi-bisnis.

g)     Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ja-batan dan hirarki

politik kekuasaan.

2.5 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya

pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas

korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para

pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

a.       Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

b.      Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good

governance.

c.       Membangun kepercayaan masyarakat.

d.      Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.

e.       Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

2.6 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-sia,

antara lain sebagai berikut :

a.       Upaya pencegahan (preventif).

b.      Upaya penindakan (kuratif).

c.       Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d.      Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

2.6.1 Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada

bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung

jawab yang tinggi.

d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan

dibarengi sistem kontrol yang efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui

penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2.6.2 Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-

rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh

penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a)      Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda

NAD (2004).

b)      Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan pungutan liar

dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c)      Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta (2004).

d)      Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an negara Rp

10 milyar lebih (2004).

e)      Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI

kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).

f)        Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).

g)      Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

h)      Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

i)        Menetapkan SEOrang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus korupsi

Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).

j)        Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

2.6.3 Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait

dengan kepentingan publik.

b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke

tingkat pusat/nasional.

d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan

negara dan aspek-aspek hukumnya.

e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap

pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.6.4 Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi

dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari

sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha

pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl

21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan

pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan

memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang

menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.

Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI

Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan

bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang

dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara

terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia,

Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,

Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia

adalah negara terbebas dari korupsi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a.       Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan

sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur

“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).

b.       Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin

pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat

negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim-pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya

menjadi krisis multidimensi.

c.       Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering

menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.

d.       Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom-pok sosial baru

yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Mereka

hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pri-badinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.

e.       Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,

menanggulangi dan memberantas korup-si.

f.         Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi di Indonesia,

antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi

masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swada-ya Masyarakat).

3.2 Saran

a)      Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indo-nesia agar

mendapat informasi yang lebih akurat.

b)      Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-kannya di dalam

kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-korupsi-di-indonesia.html

http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html

KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi

petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Upaya Pemberantasan Korupsi di

Indonesia” ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini atas tuntunan Bapak Erwin Mengenai

pembahasan “Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia”

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas X SMA Negeri 1 Martapura.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan

dan arahan kepada penyusun.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala

saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

                                                                         Martapura, November 2012

                                                                                            

                                                                                      Penyusun,

  DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah.............................................................................

1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3  Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi.........................................................................................

2.2 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia........................................................

2.3 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi............................................................

2.4 Fenomena Korupsi di Indonesia....................................................................

ii

2.5 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi...................................

2.6 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi.......................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................