api fix.docx

Upload: shinta-nyil-unyil

Post on 10-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien: KeluargaNama Mahasiswa: Shinta Ardiana PStatus interaksi perawat-klien : Pertemuan ketigaTanggal: 11Oktober 2014Lingkungan: Diskusi dilakukan pada hari Sabtu 11 Oktober 2014 dalamJam: 10.00 suasana tenang, Cuaca mendung dengan suhu dinginDeskripsi klien: Klien tampak tenang ketika diajak berdiskusi. KlienBangsal: menggunakan pakaian rawat inap yang telah disediakan rumah sakit. Pakaian tampak masih kusut ketika berdiskusi.Tujuan (berorientasi pada klien): menghindarkan klien dari resiko perilaku kekerasan, melatih klien cara mengontrol marah dengan verbal (bicara) dan mencantumkan dalam kegiatan sehari hari.KOMUNIKASI VERBALKOMUNIKASI NON VERBALANALISA BERPUSATPADA PERAWATANALISA BERPUSATPADA KLIENRASIONAL

P : Selamat siang ibuk?

K : selamat siangP : duduk berhadapan, tersenyum, badan agak membungkuk ke depan, tubuh sikap terbukaK : ekspresi biasa saja

K : ekspresi biasa sajaP : mempertahankan sikap terbuka, badan condong ke depan, memandang dan mendengarkan dengan penuh perhatianPerawat ingin membuka percakapan dengan keluarga.

Perawat merasa senang karena keluarga menanggapi kedatangan perawat.Keluarga ingat janji dengan perawat

Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya

P : Kalau boleh saya tahu, bagaimana buk ada kesulitan dalam merawat mbak yeni?

K : alhamdulillah mbak tidak.karena anak saya sedikit-sedikit sudah bisa mengontrol marahnya..P : Menanyakan dengan baik.K : mendengarkan pertanyaan dari perawat.

K : Memandang perawat, ekspresi wajah tampak biasaP : Mendengarkan dengan seksama, tersenyum, menganggukkan kepalaP : Ingin tahu tentang pengalaman dalam merawat klien.

Keluarga tampak memperhatikan fokus bahasan dalam interaksi

Dalam interaksi pertanyaan mengenai pengalaman sangat berpengaruh untuk mengetahui kesulitan atau halangan yang dialami kelurga dalam merawat klien.

P : ibu apakah ibu sering mengingatkan mbak yeni untuk latihan?

K : Sudah, saya mengingatkan anak saya untuk latihan dan minum obat teratur.P : menanyakan apakah keluarga mengingatkan untuk berlatih mengontrol marah. K : Menjawab pertanyaan perawat dengan jelas.

K : keluarga memandang perawat, ekspresi wajah datarP : : Menganggukkan kepala, mendengarkan keluarga, tetap mempertahankan sikap terbukaPerawat ngin mengetahui apakah jadwal latihan yang sudah dibuat dilaksanakan atau tidak.

Keluarga tampak memperhatikan fokus bahasan dalam interaksi

Keluarga menjawab sudah membantu melakukan latihan dan sudah mengingatkan minum obat pagi ini. Dalam pengobatan dan latihan kelurga mempunyai peran penting.

P : Bagus,buk bagaimana kalau saya mengajarkan latihan mengontrol marah mbak yeni dengan cara verbal dan religi. Yaitu verbal dengan meminta, mengungkapkan dan menolak dan dengan cara religi atau mendekatkan diri dengan allah.

K : iya saya mau mbak demi kesembuhan anak saya.P : Menganggukkan kepala, tersenyum, ekpresi wajah bersahabatK : Mendengarkan.

K : memandang perawat, dan menjawab bersedia.P : Mendengarkan klien dengan seksama, sambil menganggukkan kepala, tersenyumPerawat ingin mengajarkan cara mengontrol marah dengan religi.

Fokus keluarga baik dalam mengajarkan pada klien.

Menanyakan persetujuan dari keluarga adalah cara perawat menghargai keluarga dengan tindakan yang akan dilakukan perawat.

P : Nah cara mengontrol marah dengan religi yaitu misal mbak yeni marah ibuk coba mengingatkan untuk berdoa,kalau tidak bisa berwudhu. Dan kalu mengontrol dengan meminta yaitu meminta maaf jika mbak yeni tidak bisa. Dengan menolak melalui menolak dengan cara halus dan mengungkapkan yaitu mengungkapkan kalau mbak yeni marah.P: iya mbak saya faham,besok akan saya ajarkan pada anak saya.P : Menjelaskan cara dengan baik.K : Mendengarkan

K : menjawab perawat, ekspresi lebih senang.P : Mendengarkan klien dengan seksama, sambil menganggukkan kepala, tersenyum

Keluarga termotivasi untuk belajar lagi.

Keluarga mencoba memahami apa yang diajarkan oleh perawat.Melatih cara mengontrol resiko perilaku kekerasan yang ditimbulkan dengan cara yang lebih aman dan tidak membahayakan orang lain. Klien mengalami kesadaran terhadap stimulus internal dan eksternal sehingga proses belajar masih dapat berjalan dengan baik

P : Nah sekarang mari kita buat jadwal untuk latihan anak ibuk.

K : Iya mbak saya kan melatih anak saya 3x dalam sehariP : Mengajak keluarga untuk membuat jadwal. K : mengangguk-anggukkan kepala

K :memandang perawat, sambil mengangguk-anggukkan kepalaP : Ekpresi wajah senang, memperhatikan kalau keluarga antusias untuk penyembuhan klien.Perawat menanykan persetujuan keluarga.

Perawat memberikan dukungan atas antusias keluarga

Keluarga termotivasi untuk membuat jadwal latihan untuk anak.

Kelurga faham dengan apa yang diajarkan.

Jadwal dibuat agar latihan secara teratur.

P : Kalau begitu saya pamit dulu ibu, terimakasih dan sampai bertemu di hari berikutnya..

K : Iya.P : tersenyum, memandang klien dengan senang, menjelaskan dengan nada suara yang lemah lembut, suara jelas dan memotivasi klien K : mengangguk-anggukkan kepala

K : mengangguk-anggukkan kepala, ekspresi wajah datarP : Ekpresi wajah senang dan tersenyumPerawat mengakhiri interaksi dengan terminasi

Perawat senang dengan interaksi yang dilakukan dengan keluarga

Kebutuhan klien tampak telah terpenuhi dengan proses belajar yang dilakukan bersama perawat meski belum sepenuhnya

Keluarga menyetujui hasil pertemuanMenurut konsep interaksi terapeutik maka akhir interaksi diakhiri dengan terminasi. Klien sepakat untuk menindak lanjuti pertemuan. Hal ini menunjukkan bahwa antara klien dan perawat telah terjadi trust.

Rekomendasi : saat dilakukan intervensi keperawatan klien kooperatif dengan perawat. Klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Beberapa teknik komunikasi telah digunakan diantaranya empati, fokusing, sikap terbuka dan role modeling. Teknik ini tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan klien terutama klien dengan masalah resiko perilaku kekerasan.