antusiasme masyarakat dalam pemilu terhadap … file1.4.2.4 demokrasi pancasila ala orde baru ......

19
ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP PELAKSANAAN DEMOKRASI Kelompok Garuda Nusantara 1. Michelle Meiliani Sucitas (1401010038) 2. Sally Gazali (1401010039) 3. Yessica Putri Budianto (1401010057) 4. Audrey Monica (1401010062) 5. Alvin Christopher (1401010068) Nilai Presentasi: 88,75 Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Hayati Universitas Surya Tangerang 2015

Upload: dinhtuong

Post on 09-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU

TERHADAP PELAKSANAAN DEMOKRASI

Kelompok Garuda Nusantara

1. Michelle Meiliani Sucitas (1401010038)

2. Sally Gazali (1401010039)

3. Yessica Putri Budianto (1401010057)

4. Audrey Monica (1401010062)

5. Alvin Christopher (1401010068)

Nilai Presentasi: 88,75

Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Ilmu Hayati Universitas Surya

Tangerang

2015

Page 2: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, Tim Penulis ingin menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Penyertaan-Nya, Tim Penulis dapat

menjalankan penelitian dan menyusun makalah ini tanpa ada halangan yang berarti.

Tim Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

untuk orang tua yang telah setia memberikan dukungan dan doa, teman-teman yang

telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, dan Bapak Aryaning Arya Kresna

S.Fil., M.Hum., selaku Dosen Mata Kuliah Dasar Indonesia Jaya Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran yang bermakna

dan bermanfaat untuk Tim Penulis.

Selain itu, Tim Penulis juga ingin berterima kasih kepada seluruh responden

kuesioner dan narasumber yang telah bersedia meluangkan waktu untuk survei yang

telah dilakukan.

Adapun penulisan makalah ini dilakukan untuk pemenuhan penugasan Mata

Kuliah Dasar Indonesia Jaya Pancasila dan Kewarganegaraan. Meskipun demikian, Tim

Penulis berharap agar penelitian ini dapat berguna untuk ke depannya.

Oleh karena tiada gading yang tak retak, Tim Penulis ingin memohon maaf atas

adanya segala kesalahan dan kata-kata yang mungkin kurang berkenan. Atas perhatian

dan pemakluman, Tim Penulis ucapkan terima kasih.

Tangerang, Juli 2015

Tim Penulis

Page 3: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ··························································································· 1

1.2. Rumusan Masalah ····················································································· 2

1.3. Tujuan Penelitian ······················································································ 3

1.4. Landasan Pemikiran ·················································································· 3

1.4.1 Jenis-jenis Demokrasi (Artikelsiana, 2015) ·································· 3

1.4.1.1 Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat .. 3

1.4.1.2 Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi ........................ 3

1.4.2 Sejarah Demokrasi di Indonesia (Wasino, 2014) ························· 4

1.4.2.1 Masa Kolonial Belanda .................................................... 4

1.4.2.2 Demokrasi Parlementer/Liberal...................................... 5

1.4.2.3 Demokrasi Terpimpin ...................................................... 6

1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ................................ 7

1.4.2.5 Demokrasi Pasca Orde Baru ............................................ 7

1.4.3 Syarat Pemilih dalam Pemilihan Umum······································· 8

1.5. Metode Penelitian ···················································································· 8

BAB II ISI .............................................................................................................................. 9

2.1. Hasil Penelitian ·························································································· 9

2.1.1. Hasil Kuesioner ················································································ 9

2.1.2. Hasil Wawancara ········································································ 10

2.2. Pembahasan ···························································································· 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13

3.1. Simpulan ································································································· 13

3.2. Saran ······································································································· 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 15

Page 4: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan etimologinya, kata demokrasi berasal dari kata dalam Bahasa

Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein kekuasaan. Oleh karena itu, secara

harfiah, kata demokrasi dapat diartikan sebagai kedaulatan berada di tangan rakyat,

atau sistem pemerintahan dan kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara dibawah

kendali rakyat (Wasino, 2014).

Selain itu, beberapa pengertian demokrasi berdasarkan beberapa ahli adalah

sebagai berikut (Kresna, 2008):

1. Joseph A. Schumpeter

Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan

politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara

perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

2. Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintahan

yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan

mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3. Henry B. Mayo

Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa

kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara

efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip

kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Beberapa kata kunci yang dapat digunakan untuk mendefinisikan demokrasi

adalah kebebasan, kesetaraan, kedaulatan, rakyat, dan representasi. Oleh karena itu,

jika suatu negara menganut demokrasi sebagai ideologinya, maka kekuasaan tertinggi

dari negara tersebut berada di tangan rakyat dan negara tersebut diselenggarakan

berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Hakikat demokrasi secara singkat juga

dapat dipaparkan melalui pernyataan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

Demokrasi juga bertumpu pada kehendak rakyat karena rakyat adalah sekumpulan

orang dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dilakukan

berdasarkan pendapat yang dianut oleh sebagian besar individu (Kresna, 2008).

Page 5: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

2

Salah satu prasyarat dari sistem politik demokrasi adalah penyelenggaraan

pemilu yang bebas dan berkala, karena pemilu merupakan salah satu sarana kedaulatan

rakyat dimana rakyat dapat memilih wakil dan pemimpin mereka untuk menjalankan

pemerintahan (Sumarno, 2011). Di Indonesia sendiri, pemilihan presiden dan wakil

presiden secara umum oleh rakyat pertama kali dilakukan pada tahun 2004. Sejak saat

itu, pemilu diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih presiden dan wakil presiden

yang baru untuk menjalankan pemerintahan pada periode selanjutnya.

Namun, pada setiap penyelenggaraan pemilu, selalu terdapat suara-suara tidak

sah maupun suara yang tidak digunakan. Pelaku dari peristiwa ini seringkali disebut

sebagai golput (golongan putih) karena keputusan mereka untuk tidak memilih salah

satu sisi, memberikan golongan ini label ‘putih’. Golongan ini juga seringkali

menganggap remeh pemilu atau berpendapat bahwa memilih adalah suatu tindakan

yang tidak bermanfaat karena berbagai alasan. Padahal, pemilu merupakan salah satu

unsur esensial dalam pelaksanaan demokrasi di suatu negara. Oleh karena itu, golput

dapat menjadi salah satu indikator seberapa baik demokrasi pada suatu negara

dilaksanakan.

Berdasarkan data dari KPU, pada pemilu tahun 2014, jumlah seluruh suara sah

pada pemilihan presiden adalah 124.972.491 suara dengan angka perolehan golput

mencapai 24,8% dari total suara. Jika dibandingkan dengan data pemilu legislatif tahun

2009 yang memiliki tingkat golput sebesar 29,01%, dapat dikatakan bahwa terjadi

peningkatan partisipasi dari penduduk Indonesia (Komisi Pemilihan Umum Republik

Indonesia, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan menjadi

beberapa masalah, yaitu:

1. Apa makna pemilu bagi rakyat Indonesia?

2. Seberapa antusias masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu?

3. Bagaimana pendapat masyarakat mengenai adanya golput? Apa golput

merupakan hak sebagai warga negara atau apatisme politik?

Page 6: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

3

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah

mengetahui tingkat antusiasme masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dalam

pemilu.

1.4. Landasan Pemikiran

1.4.1 Jenis-jenis Demokrasi (Artikelsiana, 2015)

1.4.1.1 Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

Demokrasi langsung

Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang mengikutsertakan atau melibatkan

seluruh rakyat. Demokrasi ini dilakukan secara langsung dalam membicarakan atau

menentukan urusan-urusan negara. Demokrasi langsung terjadi pada zaman Yunani

kuno yang pada saat itu penduduknya masih sedikit.

Demokrasi tidak langsung

Demokrasi tidak langsung/perwakilan adalah sistem demokrasi yang melibatkan rakyat

pengambilan keputusan suatu negara secara tidak langsung. Biasanya rakyat memilih

wakil yang telah dipercaya untuk menjabat dalam parlemen sebagai penyalur aspirasi

rakyat. Contoh: pemilihan anggota DPR oleh rakyat yang kemudian akan memilih

presiden.

1.4.1.2 Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

● Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal adalah sistem demokrasi yang menekankan kepada kebebasan

individu yang sering mengabaikan kepentingan umum.

● Demokrasi Rakyat

Demokrasi rakyat adalah demokrasi yang didasari dari paham kerakyatan yang

mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan umum.

● Demokrasi Pancasila

Demokrasi ini berasal dari Negara Indonesia. Demokrasi pancasila adalah demokrasi

yang bersumber dari tata nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia dengan berasaskan

musyawarah mufakat yang mengutamakan kepentingan umum.

Page 7: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

4

1.4.2 Sejarah Demokrasi di Indonesia (Wasino, 2014) (Ramadan, 2011)

1.4.2.1 Masa Kolonial Belanda

Demokrasi di Indonesia sudah mulai dikenal pada zaman penjajahan Belanda.

Negara Belanda bukan negara yang menganut paham demokrasi, namun ketika

berkuasa di Indonesia, Belanda menjalankan pemerintahan secara demokratis. Oleh

karena itu, banyak pemikiran dari para pejabat kolonial yang bertujuan untuk mengubah

tatanan pemerintahan menjadi sistem feudal.

Pada tahap awal, demokrasi dimulai dari tingkat terendah, yaitu desa. Ketika

Daendels menjadi pemimpin atas Indonesia pada tahun 1809, ia memperkenalkan

sistem pemungutan suara untuk memilih kepala desa. Tradisi pemilihan kepala desa ini

berlanjut dan kemudian dikenal dengan istilah demokrasi desa.

Gagasan dan konsep mengenai demokrasi terus berkembang hingga ke tingkat

nasional. Mulai terbukanya arus informasi politik dan banyaknya aktivis politik berhaluan

radikal Belanda yang “dibuang” ke Hindia Belanda (Bergsma, Baars, Sneevliet, dan lain

lain) membuat demokrasi menjadi lebih mudah tersebar, terutama kepada para pemuda

bumiputera. Pada saat yang bersamaan, pendidikan masyarakat pribumi pun sudah

semakin membaik.

Untuk menampung suara dari masyarakat, dibentuklah organisasi-organisasi

politik. Aspirasi masyarakat ada yang disalurkan melalui parlemen dan ada yang di luar

parlemen Hindia Belanda. Salah satu organisasi penyalur suara rakyat non-parlemen

adalah Volksraad atau Dewan Rakyat. Banyak anggota partai politik yang tidak bersedia

duduk dalam parlemen Hindia Belanda itu, seperti para aktivis PNI, ISDV, NIP, dan

sebagainya. Mereka dikenal sebagai kaum nasionali radikal. Akan tetapi banyak juga

yang dikenal sebagai kaum nasionalis moderat yang bersedia duduk di Parlemen untuk

memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dalam lembaga demokrasi bentukan Belanda

itu.

Volksraad sendiri baru diresmikan pada tahun 1918 oleh Gubernur Jendral Mr.

Graaf van Limburg Stirum. Tetapi pada kenyataannya, Volksraad tidak banyak berperan

dalam menyalurkan suara rakyat karena keanggotaannya yang terlalu berbelit-belit.

Pemilihan wakil untuk mengisi jabatan Volksraad diawali dengan pembentukan berbagai

“Dewan Kabupaten” dan “Haminte Kota”, di mana setiap 500 orang Indonesia berhak

memilih “Wali Pemilih” (Keesman). Kemudian Wali Pemilih inilah yang berhak memilih

sebagian anggota Dewan Kabupaten. Kemudian setiap provinsi mempunyai “Dewan

Page 8: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

5

Provinsi”, yang sebagian anggotanya dipilih oleh Dewan Kabupaten dan Haminte Kota di

wilayah provinsi tersebut. Sebagian besar anggota Dewan Provinsi yang umumnya dari

bangsa Belanda, diangkat oleh Gubenur Jenderal.

Susunan dan komposisi Volksraad yang pertama (1918) beranggotakan 39 orang

(termasuk ketua), dengan perimbangan:

1. Dari jumlah 39 anggota Volksraad, orang Indonesia Asli melalui “Wali Pemilih”

dari “Dewan Provinsi” berjumlah 15 anggota (10 orang dipilih oleh “Wali Pemilih” dan 5

orang diangkat oleh Gubernur Jenderal)

2. Jumlah terbesar, atau 23 orang anggota Volksraad mewakili golongan Eropa dan

golongan Timur Asing, melalui pemilihan dan pengangkatan oleh Gubernur Jenderal (9

orang dipilih dan 14 orang diangkat)

3. Adapun orang yang menjabat sebagai ketua Volksraad bukan dipilih oleh dan

dari anggota Volksraad sendiri, melainkan diangkat oleh mahkota Nederland

Setelah banyak orang Indonesia yang berpengalaman dalam Volksraad, mulailah

muncul ide dan gagasan untuk mengubah susunan dan pengangkatan Volksraad untuk

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi usul tersebut selalu ditolak oleh

pihak Belanda. Sebagai contoh adalah dikeluarkannya Petisi Sutardjo tahun 1935 yang

berisi permohonan kepada Pemerintah Belanda agar diadakan pembicaraan bersama

antara Indonesia dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib Indonesia di

masa yang akan datang, atau Gerakan Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik

Indonesia. Petisi ini juga ditolak pemerintah kolonial Belanda.

1.4.2.2 Demokrasi Parlementer/Liberal

Setelah Jepang menggantikan Belanda untuk berkuasa di Indonesia, Volksraad

dibubarkan. Sistem pemerintahan dijalankan dengan pengaruh kekuasaan militer

sehingga demokrasi menjadi terhambat. Demokrasi setelah Indonesia merdeka mulai

mengalami perkembangan setelah dikeluarkan Maklumat No. X pada 3 November 1945

yang ditandatangani Muhammad Hatta. Maklumat ini berisi mengenai perlunya partai

politik sebagai bagian dari demokrasi serta rencana pemerintah untuk melaksanakan

pemilu pada Januari 1946. Dengan dikeluarkannya maklumat ini, partai-partai politik

yang sudah dibentuk menjadi lebih diakui dan partai-partai politik yang baru banyak

bermunculan. Pada tahun 1953 Kabinet Wilopo berhasil menyelesaikan regulasi pemilu

dengan ditetapkan UU No. 7 tahun 1953 mengenai Pemilu. Pemilu multipartai secara

Page 9: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

6

nasional disepakati dilaksanakan pada 29 September 1955 (untuk pemilhan parlemen)

dan 15 Desember 1955 (untuk pemilihan anggota konstituante).

Pemilihan Umum Indonesia 1955 merupakan pemilu pertama di Indonesia.

Pemilu ini dikenal sebagai pemilu yang paling paling demokratis karena tidak ada jumlah

batasan partai politik dan bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pemilu ini

dilaksanakan untuk memilih anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang

diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 ditambah 14

wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah

pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo

mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan dipegang

oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Pemilu 1955 dibagi ke dalam 2 tahap.

Tahap pertama adalah pemilu untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29 September

dan diikuti oleh 29 partai politik. Tahap kedua adalah pemilu untuk memilih anggota

konstituante pada 15 Desember 1955.

Parlemen yang dibentuk tidak memberikan kinerja yang maksimal dan

pemerintahan cenderung bergonta-ganti sehingga Soekarno “mengubur” demokrasi

liberal yang dianggapnya tidak cocok dengan Indonesia.

1.4.2.3 Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin identik dengan pemerintahan Soekarno yang otoriter.

Indonesia kembali berpegang pada UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Melalui dekrit ini pula Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959, diganti

dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno bertindak sebagai

perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama. Pada

demokrasi terpimpin, kekuatan parlemen sangat dibatasi dan partai-partai politik

dilumpuhkan.

Terlepas dari sifatnya yang otoriter, demokrasi terpimpin merupakan alat untuk

mengatasi segala perpecahan politik di Indonesia yang terjadi pada pertengahan tahun

1950-an. Soekarno menciptakan doktrin baru untuk memegang kendali politik di

Indonesia. Kebebasan pers pun sangat dibatasi sehingga tidak ada surat kabar atau

majalah yang berani mengkritik pemerintah pada Demokrasi Terpimpin. Soekarno ingin

mengadakan sebuah revolusi di Indonesia dengan berpegang pada lima buah pilar, yaitu,

Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme ala Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi

Page 10: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

7

Terpimpin, dan kepribadian Indonesia. Kekuasaan berpusat di tangan Soekarno, TNI-

Angkatan Darat, dan PKI. Hubungan antara Soekarno dan PKI merupakan hubungan

timbal balik dimana PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk memperoleh

pendukung. Pada tahun 1963, MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur

hidup dan keputusan ini sangat didukung oleh PKI. TNI-AD menjadi curiga terhadap

kedekatan hubungan Soekarno dengan PKI. Kecurigaan ini didukung dengan sikap

Soekarno yang sangat mendukung TNI-AU sehingga Soekarno dianggap ingin

menciptakan saingan baru untuk TNI-AD dan memecah militer. Konflik ini memuncak

pada tahun 1965.

1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru

Demokrasi Pancasila ala orde baru indentik dengan pemerintahan Soeharto yang

berkuasa selama 32 tahun. Soeharto memimpin di Indonesia setelah dikeluarkannya

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). PKI dijadikan kambing-hitam dalam

peristiwa G30S, meskipun sebenarnya banyak aktor yang berperan.

Soeharto menyebut gagasan demokrasinya dengan istilah Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila ini sebenarnya memiliki makna yang sama dengan Demokrasi

Terpimpin, yaitu demokrasi asli Indonesia yang berpegang teguh pada ideologi Pancasila.

Untuk membentuk citra dirinya yang menjunjung demokrasi, Soeharto menjadwalkan

pemilu sesuai tuntutan dari partai politik. Untuk mempertahankan kekuasaannya,

Soeharto berinisiatif untuk menggabungkan partai politik menjadi 3 partai yang terdiri

dari Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, dan Golongan Karya.

Pemerintahan Soeharto mengalami kemunduran pada saat terjadi krisis moneter tahun

1997. Ekonomi nasional menjadi terpuruk yang ditandai dengan runtuhnya nilai mata

uang rupiah, inflasi besar-besaran, tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK),

dan semakin besarnya tingkat pengangguran. Krisis ekonomi memicu berlangsungnya

aksi-aksi protes dikalangan mahasiswa yang menuntut Soeharto untuk mundur.

1.4.2.5 Demokrasi Pasca Orde Baru

Setelah Soeharto lengser dari jabatannya, permerintahan dipimpin oleh Habibie.

Terjadi beberapa kemajuan pada demokrasi ditandai dengan adanya kebebasan pers,

pembebasan para tahanan politik (tapol), kebebasan bagi pendirian partai-partai politik,

kebijakan desentralisasi (otonomi daerah), amandemen konstitusi antara lain berupa

Page 11: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

8

pembatasan masa jabatan presiden maksimal dua periode, pencabutan beberapa UU

politik yang represif dan tidak demokratis, dan netralitas birokrasi dan militer dari politik

praktis. Akan tetapi terjadi juga konflik mengenai kesukuan, agama, dan ras di beberapa

daerah seperti di Ambon, Poso, Sambas, dan lainnya.

Pemilu tahun 1999 memunculkan pasangan Abdurrahman Wahid dan Megawati

sebagai presiden dan wakil presiden. Setelah 2 tahun berkuasa, Gusdur kemudian

lengser dan pemerintahan berpindah ke tangan Megawati.

Pemilu tahun 2004 adalah pemilu pertama dimana rakyat Indonesia bisa

memilih secara langsung presiden dan wakil presiden serta anggota DPR DPRD. Susilo

Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.

Sistem yang sama juga diterapkan pada pemilu tahun 2009 dan 2014. Pada tahun 2009

pemilu dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono

sedangkan pemilu 2014 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

1.4.3. Syarat Pemilih dalam Pemilihan Umum

Masyarakat harus memenuhi syarat sebagai pemilih agar dapat menggunakan

hak suara dalam pemilu. Syarat-syarat untuk mengikuti pemilu antara lain:

● Sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah.

● Memiliki kartu tanda penduduk (KTP).

● WNI (Warga Negara Indonesia).

● Sehat secara rohani.

● Sudah terdaftar sebagai pemilih dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap).

● Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang

mempunyai hukum tetap.

1.5. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi pustaka dan survei.

survei dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada seratus responden

dan wawancara dengan lima orang narasumber yang seluruhnya merupakan penduduk

Gading Serpong. Sementara itu, studi pustaka dilakukan dengan menggunakan data

statistik yang didapatkan dari KPU dan jurnal yang didapatkan dari internet. Seluruh

pencarian data dilakukan secara online dengan bantuan mesin pencari digital Google.

Page 12: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

9

BAB II

ISI

2.1. Hasil Penelitian

2.1.1. Hasil Kuesioner

Berdasarkan hasil penelitian kepada 100 orang responden, didapatkan data

bahwa 90% responden ikut memberikan hak suara mereka dalam pemilihan umum

presiden pada tahun 2014 kemarin. Pada saat data dispesifikasikan berdasarkan jenis

kelamin, dapat dilihat bahwa sebanyak 87% dari jumlah responden laki-laki dan 92% dari

jumlah responden perempuan ikut serta memberikan hak suara mereka pada pemilu

kemarin. Jika data diolah berdasarkan pekerjaan, sebagian besar mahasiswa dan pelajar

juga turut serta memberikan hak suara pada pemilu presiden 2014.

Sebagian besar responden perempuan dan laki-laki yang sudah bekerja

mempunyai antusiasme yang biasa saja pada mengikuti pemilu 2014. Tingkat

antusiasme yang biasa saja juga terjadi pada sebagian besar responden mahasiswa.

Sebanyak 63 responden atau 63% menganggap bahwa pemilu 2014 kemarin

sudah berjalan dengan baik dengan alasan bahwa pemilu tersebut sudah berjalan

dengan aman dan tertib. Sedangkan, sebanyak 37 responden atau 37% menganggap

pemilu kemarin belum berjalan dengan baik karena masih banyak terdapat kecurangan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa motivasi dari sebagian besar

responden laki-laki dan perempuan baik mahasiswa atau yang sudah bekerja

menggunakan hak suara mereka pada saat pemilu pada tahun 2014 karena kesadaran

bahwa satu suara mereka dapat memengaruhi kehidupan demokrasi di Indonesia. Hanya

sebagian kecil dari responden yang menjawab bahwa mereka mengikuti pemilu hanya

ikut-ikutan atau agar tidak dianggap golput.

Bagi responden yang tidak ikut memberikan hak suaranya, mereka memiliki

beberapa alasan, seperti kurangnya informasi tentang pemilu, dipersulit oleh KPU, atau

tidak sempat untuk pergi ke TPS dan karena tidak mempunyai pilihan yang cocok.

Berdasarkan hasil kuesioner ini, sebagian besar responden atau sebanyak 17

responden perempuan dan 16 responden laki-laki yang sudah bekerja, dan juga 7

responden mahasiswa perempuan dan 4 responden mahasiswa laki-laki menganggap

golput merupakan sebuah bentuk apatisme atau ketidakpedulian politik. Sebanyak 28

responden yang sudah bekerja dan 9 responden mahasiswa berpendapat bahwa golput

Page 13: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

10

merupakan sebuah pilihan untuk tidak memilih. Sedangkan sisanya mengatakan bahwa

golput merupakan hak setiap warga negara.

2.1.2. Hasil Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan pada 6 orang responden atau narasumber yaitu 3

orang pekerja atau orang dewasa (3 pria dan 2 wanita), dan 2 orang mahasiswa (1 pria

dan 1 wanita).

Dari hasil wawancara pada pada pertanyaan pertama mengenai arti golput,

narasumber menjawab bahwa golongan putih (golput) merupakan tindakan yang tidak

baik karena orang tidak masyarakat yang golput tidak ikut berpartisipasi memberikan

pendapat atau suara mereka. Apabila orang tersebut menjadi golput, orang tersebut

tidak berhak untuk mengkritik kinerja pemerintahan karena orang tersebut tidak

berperan dalam menyumbangkan suaranya.

Pada pertanyaan kedua mengenai alasan seseorang memilih untuk golput, para

narasumber menjawab bahwa golput dapat terjadi karena faktor dari luar seperti kinerja

pemerintah yang buruk sehingga membuat masyarakat trauma akan pemilu, adanya

proses pendaftaran pemilih tetap yang dipersulit oleh pihak KPU, maupun adanya

kampanye hitam (black campaign). Selain itu ada faktor dari dalam diri sendiri seperti

malas untuk pergi ke TPS, pemilih ragu dalam menentukan pilihannya, dan tidak mau

menggambil resiko atau tidak mau disalahkan apabila kinerja pemerintah yang

mendatang akan buruk lagi.

Pertanyaan ketiga, yaitu pantaskah seseorang menjadi golput dengan alasan

pada pertanyaan sebelumnya. Jawaban narasumber adalah pantas atau tidaknya

tergantung pada kondisi, apabila kondisinya memang dipersulit dari pihak KPU, maka

seseorang pantas untuk golput karena hal tersebut bukan kehendak dari pemilih.

Namun, apabila seseorang golput karena faktor dari diri sendiri, maka seseorang tidak

berhak untuk golput.

Pada pertanyaan keempat, yaitu apakah golput merupakan hak bagi masyarakat,

narasumber-narasumber menjawab bahwa golput adalah pilihan untuk tidak memilih

namun tidak sepenuhnya benar.

Pada pertanyaan kelima, saran apa yang bisa diberikan untuk kemajuan

demokrasi di Indonesia, jawaban yang diberikan narasumber adalah lebih

memperbanyak pendekatan ke masyarakat, selain itu, pemerintah harus memperbaiki

Page 14: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

11

kinerjanya. Selain itu, saran untuk KPU juga diberikan, yaitu agar KPU memberikan

sosialisasi tentang pemilu, baik dari kandidatnya, maupun tata cara pemilihannya. Lalu,

black campaign atau kampanye gelap juga harus diatasi.

2.2. Pembahasan

Dari hasil kuesioner dan hasil wawancara, dapat dibahas bahwa antusiasme

masyarakat dalam pemilu presiden tahun 2014 kemarin tidak terlalu tinggi. Dilihat dari

hasil kuesioner, sebagian besar responden menjawab ‘biasa saja’ dalam keantusiasannya

dalam pemilu. Hal ini akan berdampak ke pelaksanaan demokrasi di Indonesia karena

demokrasi memerlukan partisipasi rakyat sebagai subjeknya. Selain itu, tujuan pemilihan

umum ialah memilih wakil rakyat, sehingga apabila rakyat tidak memilih maka politik

tidak dapat berjalan dengan baik dan sistem politik partisipatif tidak terlaksana

sebagaimana semestinya. Antusiasme masyarakat dalam pemilu dipengaruhi beberapa

hal seperti masyarakat sudah sadar akan peran sebagai warga negara dan kelancaran

pemilu dan kegiatan-kegiatan pra-pemilu seperti kampanye.

Antusiasme masyarakat dalam mengikuti pemilihan umum dipengaruhi oleh

kelancaran pemilu sendiri. Para responden sebagian besar menjawab pemilu presiden

2014 berjalan dengan baik dengan alasan tidak adanya kerusuhan ataupun aman.

Namun, bagi para responden yang menjawab bahwa pemilu kemarin berjalan dengan

tidak lancar memiliki alasan yaitu adanya black campaign maupun hasil pemilunya yang

memiliki cukup banyak kecurangan.

Bagi para responden, makna pemilu sangat beragam, namun dapat disimpulkan

bahwa makna pemilu bagi masyarakat adalah ajang atau sarana aspirasi rakyat melalui

pemilihan pemimpin atau wakil rakyat dengan tujuan untuk membawa bangsa dan

negara ke arah yang lebih maju.

Tindakan golput atau tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu dianggap

sebagai bentuk apatis terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Namun, golput

tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena tidak ada peraturan yang menentang tindakan

golput secara hukum. Golput disebabkan oleh karena image pemerintah yang sudah

buruk sehingga masyarakat merasa bahwa memilih pun tidak akan membawa

perubahan, karena semua pemimpin dianggap sama, sehingga keraguan dalam memilih

atau tidak yakin dengan kandidat pemimpin baru akan muncul.

Page 15: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

12

Sebagai warga negara yang juga objek demokrasi, masyarakat seharusnya sadar

akan perannya dalam mengisi pesta demokrasi dengan menggunakan hak suaranya

dalam pemilihan umum. Tindakan golput sebaiknya tidak dilakukan agar pelaksanaan

politik demokrasi dapat terjadi di Indonesia. Apabila angka golput menurun, maka

pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan lebih baik sehingga sistem politik partisipatif di

Indonesia akan terlihat dan berjalan semestinya.

Page 16: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

13

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa antusiasme masyarakat dalam

pemilu sangat penting, karena demokrasi di Indonesia memerlukan peran dari rakyat

sebagai objek dan subjek demokrasi. Antusiasme masyarakat dalam pemilu presiden

2014 kemarin masih terbilang cukup rendah, Besarnya antusiasme masyarakat terhadap

pemilu sangat dibutuhkan karena salah satu aspek demokrasi adalah adanya pilihan

pemimpin atau wakil rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat. Selain itu, sebagian

responden sudah sadar bahwa golput merupakan tindakan apatis terhadap demokrasi di

Indonesia.

Makna pemilu bagi masyarakat adalah sarana aspirasi masyarakat dengan

tujuan pemilihan pemimpin baru untuk mencapai masa depan bangsa yang lebih baik.

Pemilu di Indonesia harus dapat menjadi pengamalan dari sistem politik partisipatif yang

salah satu syaratnya adalah adanya kegiatan pemilihan wakil rakyat oleh rakyat secara

langsung.

3.2. Saran

Masyarakat sebagai objek demokrasi harus lebih aktif dalam kegiatan

demokrasi, karena tujuan dari demokrasi adalah untuk rakyat. Masyarakat diharapkan

tidak apatis dan lebih antusias dalam kegiatan demokrasi di masa yang mendatang

sehingga angka golput di Indonesia dapat berkurang.

Page 17: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

14

DAFTAR PUSTAKA

Artikelsiana. (2015, Maret). Macam-Macam Demokrasi. Retrieved from Artikelsiana: http://www.artikelsiana.com/2015/03/macam-macam-demokrasi-jenis-pengertian.html/

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. (2014, Juli 22). KPU Republik Indonesia. Retrieved Mei 19, 2015, from http://kpu.go.id/

Kresna, A. A. (2008). Demokrasi. In A. A. Kresna, Modul Pendidikan Kewarganegaraan (pp. 98-99).

Ramadan, H. R. (2011). Pemilu untuk Pemula. Modul Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih, 4-17.

Sumarno. (2011). Modul Pendidikan Pemilih untuk Pelajar SMA, SMK, dan MAN: Panduan Pemilu untuk Pemula. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta.

Wasino. (2014). Demokrasi: Dulu, Kini, dan Esok. 2-17.

Page 18: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

15

LAMPIRAN

KUESIONER PKN “Antusiasme Masyarakat dalam Pemilu terhadap Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia”

Nama: Usia: Jenis kelamin:

No. HP: Wilayah domisili:

1. Apakah Anda menggunakan hak suara Anda dalam pemilihan umum presiden pada

tahun 2014 kemarin? ❏ Ya ❏ Tidak 2. Seberapa antusiaskah Anda dalam Pemilu Presiden tahun 2014? ❏ Sangat tidak antusias ❏ Tidak antusias ❏ Biasa saja ❏ Antusias ❏ Sangat antusias 3. Menurut Anda, apakah pemilu kemarin berjalan dengan baik? ❏ Ya, alasannya…………………………………………………………... ❏ Tidak, alasannya……………………………………………………….. 4. Apabila Anda menjawab ‘Ya’ pada pertanyaan nomor 1, apa motivasi Anda dalam

menggunakan hak suara Anda pada pemilu (tahun 2014)? ❏ Kesadaran bahwa satu suara bisa mempengaruhi kehidupan demokrasi di Indonesia ❏ Agar tidak dianggap golput ❏ Saya hanya ikut-ikutan famili/teman ❏ Lainnya: ………………... 5. Apabila Anda menjawab ‘Tidak’ pada pertanyaan nomor 1, apa alasan Anda untuk

tidak menggunakan hak suara Anda pada pemilu (tahun 2014)? ❏ Saya merasa tidak cocok dengan semua pilihan ❏ Saya merasa bahwa satu suara dari saya tidak akan berpengaruh dalam hasilnya

nanti ❏ Lainnya: …………………………………………………………………………………………………………………….. 6. Menurut Anda, apakah golput merupakan: ❏ Hak setiap warga negara ❏ Sebuah pilihan untuk tidak memilih ❏ Sebuah bentuk apatisme (ketidakpedulian) politik 7. Apa makna pemilu bagi Anda? ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………

Page 19: ANTUSIASME MASYARAKAT DALAM PEMILU TERHADAP … file1.4.2.4 Demokrasi Pancasila Ala Orde Baru ... atau sistem pemerintahan dan kekuasaan ... yang penting secara langsung atau tidak

16

LAMPIRAN

Penyebaran angket di kampus Surya

University

Sesi wawancara dengan narasumber

(mahasiswa)

Sesi wawancara dengan narasumber di

Summarecon Digital Center

(pekerja/orang dewasa)

Sesi wawancara dengan narasumber

(mahasiswa)

Sesi wawancara dengan narasumber di

Summarecon Digital Center

(pekerja/orang dewasa)

Sesi wawancara dengan narasumber di

Summarecon Digital Center

(pekerja/orang dewasa)