antropologi kebudayaan ( si udin )

20
ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN Oleh : Bpk. Kasim Sembiring, SH, M.Si

Upload: ferdina-recky

Post on 21-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

nkhbkhlhbhl

TRANSCRIPT

Page 1: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN

Oleh :

Bpk. Kasim Sembiring, SH, M.Si

Page 2: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

ANGGOTA :

1. Arfi Rifadah (121610101057)2. Wulandari Fajrin (121610101058)3. Asti Widaryati (121610101059)4. Arum Risalah (121610101060)

5. Sabrina Maharani Pratama (121610101061)6. Weka Dayinta B. (121610101062)7. Syamsul Bachri (121610101063)8. Agya Nanda P. (121610101064)

9. Annasa Nur Hidayah (121610101065)10. Retno Widyastuti (121610101066)11. Galistyanissa W. (121610101067)

12. Meidi Kurnia Ariani (121610101068)13. Astinia Widyastuti (121610101069)

KELOMPOK TUTORIAL V

Page 3: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Antropologi : Ilmu yang mempelajari hakekat manusia /

keberadaan manusia

Kebudayaan : Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

Page 4: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Taksonomi Bloom membagi adanya 3 domain,

ranah atau kawasan potensi manusia belajar.

Yaitu :

* Kognitif (Pengetahuan),

* Afektif (Sikap),

* Psikomotorik.

Page 5: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

Tingkat Pengetahuan dalam domain kognitif adalah sebagai berikut:

1. Sintesa (evaluation)

2. Analisis (analysis)

3. Penerapan (application)

4. Pemahaman (comprehension)

5. Tahu (know)

6. Evaluasi (evaluation)

Page 6: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Tingkat sikap dalam domain afektif :

1. Penerimaan (recerving)

2. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

3. Menghargai (valuing)

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Page 7: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik.

Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956)

yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam

bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Tingkat sikap domain psikomotorik :

1. Persepsi

2. Respons terpimpin

3. Mekanisme

4. Adaptasi

Page 8: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

EQ SQIQ

Page 9: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

1. Kecerdasan Pikiran

2. Logika

3. Memerlukan proses terus-menerus

4. Cara berpikir sulit diubah

Page 10: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )
Page 11: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

1. Pengendalian Diri

2. Motivasi Diri

3. Memerlukan Pengalaman

4. Trial-Error

Page 12: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )
Page 13: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

1. Kecerdasan dari Dalam Jiwa

2. Pemaknaan dalam Setiap Kejadian

3. Ketenangan Jiwa

4. Memerlukan Refleksi Diri

Page 14: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )
Page 15: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Cipta, Karsa dan Rasa secara umum digambarkan sebagai wujud manusia dimana bagian-bagiannya melambangkan keberadaan cipta, karsa, rasa itu sendiri. Wujud fisik manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian secara umum yaitu:

1) Kepala 2) Dada 3) Tangan dan Kaki.

Tidak dapat dipungkiri lagi apabila cipta, karsa dan rasa ini bersemayam secara kasat mata dalam tiga bagian tersebut diatas. Dengan demikian sebenarnya Cipta, Karsa, dan Rasa adalah bukan materi atau dengan kata lain non-materi yang bersemayam dalam materi.

Page 16: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

CIPTA

RASA

KARSA

Page 17: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Cipta bisa diartikan sebuah proses pengupayaan untuk mewujudkan sesuatu yang belum ada menjadi nyata.  Cipta  pada dasarnya sebuah kekuatan pada diri “Manusia”  terhadap segala sesuatu yang bersifat untuk mewujudkan sesuatu menjadi  nyata.  Cipta memiliki kekuatan tersendiri atau independent atau merupakan inner power yang Tuhan YME berikan kepada manusia sebagai pembeda dari mahluk-mahluk lainnya. Dengan demikian bisa merupakan sebuah kekuatan yang dapat berjalan sendiri karena merupakan energi. Cipta pada dasarnya secara lahiriyah (dapat diraba) bersemayam dalam otak manusia, dalam kepala manusia dengan segala perangkatnya berupa sensor-sensor motorik yaitu: mata, telinga, hidung dan mulut. Melalui keempat pintu inilah dapat mempengaruhi proses penciptaan yang dilakukan manusia, menuju kepada proses penciptaan yang baik maupun yang buruk. Sebenarnya selain ada dalam otak manusia, cipta bisa juga berada ditempat lainnya, sudah barang tentu ada pada bagian-bagian pada diri manusia bersifat kasat mata.

Page 18: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Karsa dapat diartikan sebagai kehendak yang ada pada diri “Manusia”, juga merupakan sebuah kekuatan tersendiri yang Tuhan YME berikan kepada manusia sebagai pembeda dari mahluk-maluk ciptaNya yang lain. Karsa sangat lekat sekali dengan kaitan proses untuk bergerak, beraktifitas atau bereaksi untuk berupaya mewujudkannya. Salah satu contoh bila perut kita “terasa” lapar, yang merupakan hasil dari merasakan dari sensor-sensor motorik, maka akan bisa berlanjut menjadi “Karsa” secara langsung tanpa didahului oleh “Cipta”. Bergerak langsung ingin mewujudkannya dengan segala cara mulai dari yang baik, sampai dengan terjerumus menjadi hal-hal yang tidak baik. Sekali lagi “baik” juga sebagai hasil dari perwujudan “Rasa” yang juga sangat-sangat relatif penilaiannya.

Page 19: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )

Rasa secara arti kata merupakan hasil atau tanggapan dari sistem sensorik yang dapat merasakan sebuah kondisi-kondisi tertentu baik secara fisik maupun non-fisik. Hasil tanggapan merupakan sebuah nilai-nilai empiris yang kemudian dinyatakan secara visual, ucapan, perbuatan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, pada saat manusia merasakan hawa dingin pegunungan disaat berkemah, karena tidak biasanya sedingin ditempat tinggalnya, setelah merasakan akan menghasilkan sebuah tata-nilai secara empirik baik secara visual, ucapan ataupun perbuatan. Demikian pula bila merasakan sedapnya makanan, maka akan timbul sebuah reaksi yang merupakan rasa dengan nilai empirik yang berbeda antara manusia-manusia lainnya, walaupun merasakan resep makanan yang sama. Munculah keberagaman pendapat yang juga merupakan rasa sebagai reaksi atau tanggapan dari masakan yang dirasakan, munculah suka, biasa, amat suka, favorit. Disinilah letak keberagaman manusia, sehingga munculah yang namanya rasa secara nisbi atau relatif dan rasa secara hakiki.

Page 20: Antropologi Kebudayaan ( Si Udin )