unp fkip udin psikologi

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV adalah : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajuka kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.(UUD 1945, 1993:02) Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir pembangunan Nasional tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai tujuan pembanguna nasional yaitu : Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat, dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu : Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya lembaga pendidikan yang secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam beberapa aspek bisa diwakilkan

Upload: nasrullah

Post on 10-Apr-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNP FKIP Udin Psikologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan

dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV adalah :

“ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajuka kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.” (UUD 1945, 1993:02)

Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir

pembangunan Nasional tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan

MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai tujuan pembanguna nasional

yaitu :

“ Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat, dalam suasana

prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.”

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya

eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan

Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :

“ Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan

tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”

Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya

lembaga pendidikan yang secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang

semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam beberapa aspek bisa diwakilkan

Page 2: UNP FKIP Udin Psikologi

2

dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah atau Madrasah

yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki

kalifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang

secara otomatis menjadi lembaga pendidika yang baik. Dengan demikian

kualifikasi merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan,

baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang

terkait.

Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa

maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar

mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu

pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut tidak

selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa

muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan

sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan

siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berperan untuk

membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah

kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan

belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan konseling

disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar

siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih

dalam sehingga bimbingan dan konseling lebih sistimatis dan bermutu.

Page 3: UNP FKIP Udin Psikologi

3

Bimbingan dan konseling yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam

dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat

penting. Dengan kata lain bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam

mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses

belajar mengajar. Bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu

kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya

bimbingan dan konseling disekolah secara intensif akan memberi dampak baik

secara langsung maupun secara tidak langsung yang akhirnya akan kembali pada

keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian

tentang “Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Menanggulangi Kesulitan

Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Al-Muhajirin Desa Waiheru

Kecamatan Baguala Kota Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan

penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan

keluarnya melalui penelitian.

Pernyataan ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto

dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan mengatakan bahwa :

“Masalah mesti merupakan bagian kebutuhan seseorang untuk dipecahkan, orang

ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan pemecahan dari

masalah yang dihadapi.” (Surahmad, 1989:22)

Page 4: UNP FKIP Udin Psikologi

4

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah sudah

menjadi suatu “kebutuhan” dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan

masalah alur dan sistematika penelitian tidak akan menemukan jawaban dari

masalah yang sedang diteliti.

Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Metodologi Penelitian Pendidikan

mengemukakan :

“ Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan

diteliti. Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah

yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian. Rumusan masalah

cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan

kesimpulan yang tegas. (Sudiyono, 1992:61)

Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang

bersifat problematik akan memerlukan pemecahan. Dalam penelitian kita dituntut

untuk mencari pemecahan masalah tersebut.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Adakah peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan

belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota

Ambon ?

2. Bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan

belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota

Ambon ?

Page 5: UNP FKIP Udin Psikologi

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak

dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan

pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.

Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil

yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang dijalankan

dalam penelitian itu.

Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang

telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan konseling dalam

menanggulangi kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru

Kecamatan Baguala Kota Ambon

2. Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam

menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di MTs Al-

Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Bagi Guru

Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan

program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di

sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi

Page 6: UNP FKIP Udin Psikologi

6

dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu

meningkat.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat

dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan

gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi

belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.

3. Bagi Penulis

Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai

tambahan informasi mengenai bimbingan dan konseling yang ada di lembaga

madrasah khususnya di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan

Baguala Kota Ambon.

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian suatu

Pendekatan Praktek, menyatakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul” (1997 : 67).

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

“Ada peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan

belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota

Ambon”

Page 7: UNP FKIP Udin Psikologi

7

2. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak ada peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan

belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota

Ambon “

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi

kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala

Kota Ambon mempunyai jangkauan yang sangat luas. Namun karena adanya

keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka

ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah sebagai berikut ini :

1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang

lokasi tersebut yang meliputi sejarah berdirinya madrasah, struktur

organisasi, dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian.

2. Bentuk-bentuk bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru kepada

siswa baik secara prefentif maupun kuratif dalam menanggulangi kesulitan

belajar siswa.

3. Data tentang hasil perolehan skor dari angket yang telah disebarkan untuk

mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan konseling dalam

menanggulangi kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru

Kecamatan Baguala Kota Ambon.

Page 8: UNP FKIP Udin Psikologi

8

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial

yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari

penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah

dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul

dengan pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu

bentuk kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan

permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian.

Sesuai dengan judul “Peranan Bimbingan dan konseling dalam

Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa”, maka batasan pengertian di atas

meliputi :

a. Peranan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan arti peranan,

“Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”

(Depdikbud, 1991 : 751).

Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminto dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah, “Sesuau yang menjadi bagian

atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal

atau peristiwa)” (Poerwadarminto, 1997 : 735).

Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

peranan adalah segala sesuatu yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu

peristiwa yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 9: UNP FKIP Udin Psikologi

9

b. Bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling yang dalam bahasa Inggrisnya disebut

Guidance and Conseling merupakan rangkaian dua kata yang jika kata

bimbingan disebut biasanya selalu diikuti oleh kata konseling.

Bimo Walgito memberikan definisi bimbingan sebagai berikut :

“ Bimbingan adalah merupakan tuntunan, bantuan dan pertolongan

yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu-individu

dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

hidupnya agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya. “ (Mapiere, 1997 : 735).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan

bantuan yang diberikan kepada setiap individu yang mengalami kesulitan

hidup. Sesuai dengan potennsi yang ada sehingga mereka bisa hidup sejahtera

dan damai. Dalam aktivitas belajar, siswa membutuhkan bimbingan dalam

menghadapi kesulitan belajarnya.

Sedangkan pengertian konseling menurut Bimo Walgito adalah :

“ konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam

memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara

yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai

kesejahteraan hidupnya.” (Mapiere, 1997 : 04)

Dari dua pengertian tersebut, ada persamaan dan ada perbedaannya.

Persamaannya adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-

individu dalam menghadapi problem hidupnya. Sedangkan perbedaannya,

bimbingan lebih luas dari konseling, bimbingan lebih menitik-beratkan pada

segi-segi kuratif. Tetapi walaupun berbeda, penggunaan bimbingan selalu

diikuti oleh kata konseling.

Page 10: UNP FKIP Udin Psikologi

10

c. Menanggulangi kesulitan belajar

Menanggulangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain

diartikan “Mengatasi” (Depdikbud, 1991:1005).

Sedangkan Kesulitan berarti “Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit,

kesukaran. (Depdikbud, 1991 : 971).

Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip

oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar,

memberikan definisi belajar yaitu : “suatu proses dimana organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman”. (Dahan, 1989:11).

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran

yang sedikit banyak permanen. (Dahan, 1989:06).

Dari dua pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud

menanggulangi kesulitan belajar adalah upaya untuk mengatasi keadaan yang

terasa sulit sewaktu individu melakukan kegiatan belajar.

H. Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Peranan Bimbingan dan konseling

a. Konsep Bimbingan dan Konseling

Berdasar defenisi operasioanl menyangkut pengertian bimbingan

dan konseling diatas, maka dapat dipahami bahwasanya bimbingan dan

konseling, ada persamaannya dan ada perbedaannya. Persamaan adalah

keduanya merupakan suatu bantua bagi individu-individu dalam

Page 11: UNP FKIP Udin Psikologi

11

menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan

lebih luas dari pada konseling, bimbingan lebih menitik beratkan pada

segi-segi preventif, sedangkan konseling lebih menitik beratkan pada segi

kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti

dengan kata konseling.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah harus mendapatkan

perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah

sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam

berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan. Ketrampilan dan

sikap mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa generasi mda

perlu dibina secara intensif sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam

Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa generasi muda

harus dibina agar menjadi generasi pengganti dimasa mendatang yang

harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi serta

membina kemerdekaan Bangsa.

Petugas bimbingan dan konseling yang keberadaannya disamping

sebagai badan yang bertugas memberikan bimbingan kepada para siswa

juga sebagai guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik

kepada siswa. Sehingga tanggung jawab petugas bimbingan dan

konseling menjadi ganda dan variatif atau sebagai pengajar mata

pelajaran dan sebagai pendidik agama dan akhlaq yang baik.

Page 12: UNP FKIP Udin Psikologi

12

b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah

mempunyai dua tujuan yaitu :

“ Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan

tujuan akhir. Tujuan sementara adalah supaya orang bersikap dan

bertindak seperti dalam situasi hidupnya sekarang ini. Sedangkan

tujuan akhir adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya

sendiri, menagambil sikapnya sendiri dan menangung sendiri

resiko dari tindakan-tindakannya” (Winkel, 1991:17).

c. Cara-cara Pelaksnaan Bimbingan dan konseling

Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program

bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Para

petugas bimbingan selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga

mendapatkan pendidikan khusus dan bimbingan dan konseling;secara

ideal berijasah sarjana FIP IKIP, jurusan BK, atau program yang

sederajat. Di samping itu seorang pembimbing harus mempunyai

pengalaman maupun pengetahuan yang cukup, baik yang bersifat praktis

maupun teoritis, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito :

“ Agar supaya seorang pembimbing dapat menjalankan fungsi atau

pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, seorang pembimbing harus

mempunyai pengetahuan yang cukup luas baik segi yang bersifat

teoritis maupun yang bersifat praktis. (Walgito, 1989:17)

d. Sifat Bimbingan dan Konseling

Masalah bimbingan dan konseling mengacu pada situasi masa

pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau

kesulitan yang dihadapi murid. Dengan kata lain pemberian bantuan dapat

Page 13: UNP FKIP Udin Psikologi

13

dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada

kesulitan yang dihadapi murid.

Sifat bimbingan menurut Andi Mapiere dibagi menjadi empat

yaitu :

- Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama) kepada

murid, sebelum murid menghadapi kesulitan atau persoalan yang serius.

- Sifat pengembangan (development) yaitu usaha bantuan yang diberikan

pada murid dengan mengiringi „perkembangan mentalnya ; yang

dimaksudkan terutama untuk menetapkan jalan berfikir dan

bertindaknya murid sehingga dapat berkembang secara optimal.

- Sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha bantuan yang diberikan pada

murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius, dengan

maksud agar murid agar terbebas dari kesulitan.

- Sifat pemeliharaan (treatment) yaitu usaha bantuan yang dimaksudka

terutama unuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental murid

yang bersangkutan bertahan dalam kesembuhan, setelah menjalani

proses penyembuhan.

e. Jenis-Jenis Bimbingan dan konseling

Menurut Hanafi Anshari bantuan atau bimbingan yang diberikan

kepada siswa ada dua macam yaitu : “bimbingan yang bersifat prefentif

(pencegahan) dan bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan)”.

(Anshari, 1991:67).

Page 14: UNP FKIP Udin Psikologi

14

Bimbingan yang bersifat prefentif (pencegahan) adalah pemberian

bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan atau persoalan yang

serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara lain : memelihara

situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap baik. Dalam hal ini

hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain harus dijaga sebaik

mungkin. Adapun bimbingan yang bersifat pencegahan adalah tata tertib,

menanamkan kedisiplinan, memberikan motivasi, dan memberikan

nasehat. (Anshari, 1991:67).

Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu uasaha bantuan yang

diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalaan

serius. Dengan maksud utama agar murid yang bersangkutan terbebaskan

dari kesulitan. Dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan secara

sistimatis kepada klien digunakan berbagai langkah dan tehnik agar orang

yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem yang

dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu perasaan,

frustasi dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai

dengan kemampuannya. Bimbingan yang bersifat kuratif berupa

pemberitahuan, peringatan, hukuman dan ganjaran. (Anshari, 1991:67)

2. Kajian tentang Menanggulangi Kesulitan Belajar

Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : “sesuatu bentuk pertumbuhan

atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan” (Hamalik,

1990:2)

Page 15: UNP FKIP Udin Psikologi

15

Pemecahan kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam

bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa” ada beberapa

tahapan dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa,memperhatikan

sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar.

(Partowisastro, 1984:72).

Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan

problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan

follow upnya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga

memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan

penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di

atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk

terpilihnya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan

langkah-langkah berikutnya.

Sebab-sebab kesulitan belajar menurut Koestoer Parto Wisastro dan A.

Hadi Saputra, yaitu :

a). Disebabkan oleh gangguan alat tubuh.

b). Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang.

c). Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan.

d). Disebabkan oleh gangguan perasaan.

e). Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).

Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :

Page 16: UNP FKIP Udin Psikologi

16

a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri

b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Hamalik,

1990:117)

Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah kesulitan

belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai berikut :

a) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas

b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan

c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan

sebagainya.

d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir

diri, tak mau mencatat dan sebagainya).

e) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung,

melamun, pemarah dan sebagainya) (Ahmadi, 1978:161)

Hal ini berarti perlu ada bantuan untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi.

Langkah-langkah dalam pemecahan kesulitan belajar menurut Koestoer

Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar”

mengatakan sebagai berikut :

(1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah tentang adanya murid-

murid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan berkenan dengan

masalah-masalah tersebut.

Page 17: UNP FKIP Udin Psikologi

17

(2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola tingkah laku murid yang

sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya masalah.

(3) Kegiatan mempelajari kembali “Commulative Record”.

(4) Berbicara dengan guru-guru lain.

(5) Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.

(6) Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.

(7) Kegiatan jika perlu, melakukan referial.

3. Tinjauan tentang Peranan Bimbingan dan Konseling dalam

Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa.

Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar

mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan

tetapi kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya terbatas,

sedangkan masalah yang dihadapi anak didik semakin hari semakin

kompleks. Dari semacam kondisi inilah peranan bimbingan dan konseling

diperlukan, dalam rangka memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh

siswa. Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan

di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan

dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S.

Winkel :

“ Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam

keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang

ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari

pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau

psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan

dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh

mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya

disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam

masyarakat sekarang.” (Winkel, 1991:28).

Page 18: UNP FKIP Udin Psikologi

18

Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua

persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin.

Menurut Bimo Walgito bimbingan dan konseling di sekolah dapat

dilaksanakan dengan bermacam sifat :

1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah

jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.

2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh individu.

3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik,

jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito, 1984:26)

Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari

pada bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka

untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran.

I. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Dalam rangka mencari data yang valid, maka penelitian ini disusun

dengan rancangan penelitian seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam

penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat

berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Untuk mendapatkan data tentang peranan bimbingan dan konseling,

peneliti menggunakan metode angket yang diberikan siswa yang berisi

pertanyaan-pertanyaan sekitar aktifitas orang tua yang berhubungan dengan

kepribadian anak.

Page 19: UNP FKIP Udin Psikologi

19

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan angket kemudian

ditabulasikan dan diletakkan dalam format tabel dengan menggunakan rumus

prosentase (%) yang kemudian disusul dengan beberapa analisis hasil dari

data angket yang telah dicapai.

Namun sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu

melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Persiapan

Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang

sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan

merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik

akan memperlancar jalannya penelitian.

Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah

disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Menyusun rencana

Dalam menyusun rencana ini penulis menetapkan beberapa hal seperti

berikut ini.

1) Judul penelitian

2) Alasan penelitian

3) Problema penelitian

4) Tujuan penelitian

5) Obyek penelitian

6) Metode yang dipergunakan

Page 20: UNP FKIP Udin Psikologi

20

b) Ijin melaksanakan penelitian

c) Mempersiapkan alat pengumpul data yang berhubungan dengan

langkah-langkah orang tua, yakni menyusun instrumen dan angket

dan wawancara.

2) Pelaksanaan

Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah

melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti

mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa

metode, antara lain :

a) Wawancara

b) Angket

c) Dokumentasi

3) Penyelesaian

Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun

langkah-langkah berikutnya, yaitu :

a. Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan

dan menganalisis data yang telah diperoleh, yang kemudian

dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing dengan harapan apabila

ada hal-hal yang perlu direvisi, akan segera dilakukan sehingga

memperoleh suatu hasil yang optimal.

b. Laporan yang sudah selesai kemudian akan dipertaruhkan di depan

Dewan Penguji, kemudian hasil penelitian ini digandakan dan

disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.

Page 21: UNP FKIP Udin Psikologi

21

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa

kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak

digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah sebagian individu

yang diselidiki” (1994:70).

Sedangkan menurut T. Raka Joni “Populasi adalah keseluruhan

individu yang ada, yang pernah dan mungkin ada yang merupakan

sasaran yang sesungguhnya dari pada suatu penyelidikan”

Bertolak dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah seluruh siswa MTs. Al-Muhajirin yang

berjumlah 173 orang siswa.

b. Sampel Penelitian

Pengertian mengenai sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan

bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

(1997:177). Selanjutnya Suharsimi menyatakan bahwa :

“ Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari

100 lebih 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung

setidaknya dari :

1. Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

Page 22: UNP FKIP Udin Psikologi

22

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek,

karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk

peneliti yang beresiko besar, hasilnya akan lebih besar”

(1992:107).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini

mengambil sampel siswa mulai kelas I sampai dengan kelas III. Adapun

jumlah siswa yang penulis jadikan sampel adalah sebagai berikut :

Kelas I berjumlah 10 siswa

Kelas II berjumlah 10 siswa

Kelas III berjumlah 10 siswa

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30

siswa. Adapun Teknik penarikan sampel (sampling) menurut Saifuddin

Azwar ada beberapa macam yaitu :

1. Sampel probabilitas

Sampel probabilitas adalah teknik penarikan sampel di mana

setiap unsur, elemen atau anggota populasi mempunyai peluang yang

sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa cara teknik penarikan

sampel probabilitas adalah sebagai berikut :

a. Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah proses

penarikan sampel dari populasi memiliki peluang yang sama

untuk ditarik menjadi sampel.

Page 23: UNP FKIP Udin Psikologi

23

b. Sampling berstrata (stratified random sampling) adalah proses

penarikan sampel dimana keadaan populasi tidak sama

(heterogen)

c. Sampling berkelompok (cluster sampling) adalah proses

pengambilan sampel dimana keadaan populasi tidak diketahui

secara pasti.

d. Sampling sistematis (systematic random sampling) adalah proses

pengambilan sampel di mana unsur atau anggota pertama saja dari

sampel dipilih acak, sedangkan anggota-anggota berikutnya

dipilih secara sistematis berdasarkan cara tertentu.

2. Sampel Non Probabilitas

Sampel non probabilitas adalah proses penarikan sampel di

mana setiap anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi sampel.

Macam-macam teknik penarikan sampel non probabilitas sebagai

berikut :

a. Sampling secara kebetulan (accidental sampling) adalah

pengambilan sampel dengan cara mengambil siapa saja yang ada

atau kebetulan ada.

b. Sampling secara sengaja (purposive sampling) adalah proses

penarikan sampel atas dasar pertimbangan yang dibutuhkan oleh

peneliti dalam penelitiannya. (1998:87-89)

Page 24: UNP FKIP Udin Psikologi

24

Berdasarkan teori di atas maka penarikan sampel yang dilakukan

oleh peneliti adalah menggunakan teknik penarikan sampel non

probabilitas dengan cara sampling secara sengaja.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan,

sehingga data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka dalam setiap

penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan dipakai

untuk mendapatkan serta mengumpulkannya. Sebab metode merupakan kunci

keberhasilan dalam suatu penelitian.

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Angket

Metode angket dapat dilakukan dengan adanya sejumlah pertanyaan

yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

(Arikunto, 1993:188)

Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah 30 siswa untuk

memperoleh data mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTs

Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya. (Arikunto,

1993:198)

Page 25: UNP FKIP Udin Psikologi

25

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi

adalah untuk memperoleh data tentang MTs Al-Muhajirin terutama data

mengenai jumlah siswa siswa, keadaan tenaga pendidik dan karyawan,

struktur organisasi lembaga, serta sarana dan prasarana yang ada di

lembaga tersebut.

3. Metode Analisis Data

Setelah mengadakan serangkaian kegiatan (penelitian) dengan

menggunakan beberapa metode di atas, maka data-data yang terkumpul

dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini dipergunakan

untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat

direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan

dianalisa dengan menggunakan teknik presentase, dimana akan digunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden (Sudijono, 1987:40)

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi,

yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika

%100xN

FP

Page 26: UNP FKIP Udin Psikologi

26

itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara

berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian,

definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang pondok pesantren,

akhlaq, serta kajian tentang peranan pondok pesantren dalam

pembinaan akhlaq masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian,

populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik

pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data

yang berkaitan dengan hasil yang didapat di lapangan penelitian, serta

analisis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai

hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang

sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.

Page 27: UNP FKIP Udin Psikologi

27

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu 1978. Psikologi Pendidikan. Semarang : Rineka Cipta

Ahmadi, Abu dan Achmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

Jakarta : Rineka Ilmu

Anshari, Hafi. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

Arifin, M. 1994. Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta : Golden Terayon

Press.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

PT. Rineka Cipta

Depdikbud, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka

Faisal, Sanafiyah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi, Malang

Hamalik, Oemar, 1990, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung :

Tarsito

Hamalik, Oemar. 1992, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo

Mapiare, Andi. 1989. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya :

Usaha Nasional

Poerwadarminta, W.J.S. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka

Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta

: Erlangga.

Surahmat, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian, Dasar-dasar dan Teknik, Bandung

: Tartito.

Walgito, Bimo. 1989. Bimbingan dan konseling di Sekolah, Yogkayarta : Andi

Offset.

……………., 2003. Undang-undang RI No. 2 Tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Semarang : Tugu Muda.

Page 28: UNP FKIP Udin Psikologi

28

PROPOSAL

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI

KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs. AL-MUHAJIRIN

DESA WAIHERU KECAMATAN BAGUALA

KOTA AMBON

U D I N

Nomor Induk Mahasiswa : 2008-39-077

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

A M B O N

2010

Page 29: UNP FKIP Udin Psikologi

29