antibiotika topikal

16
BAB I PENDAHULUAN Pada umumnya, antibiotika topikal memegang peranan penting pada penatalaksanaan kasus-kasus dermatologi. Antibiotika topikal ini paling sering diresepkan oleh para dermatologis untuk menangani Akne Vulgaris dengan derajat penyakit ringan hingga sedang dan juga sebagai terapi adjuvan dengan obat-obatan lain yang dengan cara peroral. Pada infeksi kulit superfisial seperti Impetigo, penggunaan antibiotik topikal (contohnya Mupirocin) dapat menghilangkan kebutuhan terhadap antibiotika peroral yang bersifat sistemik, sehingga tidak terdapat efek samping seperti gangguan gastrointestinal dan juga tidak terdapat interaksi yang tidak diinginkan dengan obat peroral lainnya. Antibiotika topikal juga sering diresepkan sebagai terapi profilaksis untuk pasien setelah tindakan bedah minor dan juga tindakan kosmetika seperti halnya chemical peel atau laser resurfacing untuk meminimalisir risiko infeksi pada luka bekas operasi dan juga untuk mempercepat penyembuhan luka. 1 Keuntungan antibiotika topikal dibandingkan dengan antibiotika sistemik di antaranya adalah mencegah terjadinya toksisitas yang bersifat sistemik dan juga mencegah terjadinya efek samping, menurunkan angka prevalensi resistensi bakteri terhadap antibiotika tersebut, dan juga memberikan konsentrasi antibacterial yang tinggi pada lokasi infeksi tersebut. 2 Akan tetapi, antibiotika topikal yang digunakan untuk terapi profilaksis terhadap infeksi pasca-operasi harus

Upload: aditya-prasetya-s

Post on 13-Aug-2015

587 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

antibiotik topikal

TRANSCRIPT

Page 1: antibiotika topikal

BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya, antibiotika topikal memegang peranan penting pada penatalaksanaan

kasus-kasus dermatologi. Antibiotika topikal ini paling sering diresepkan oleh para

dermatologis untuk menangani Akne Vulgaris dengan derajat penyakit ringan hingga sedang

dan juga sebagai terapi adjuvan dengan obat-obatan lain yang dengan cara peroral. Pada

infeksi kulit superfisial seperti Impetigo, penggunaan antibiotik topikal (contohnya

Mupirocin) dapat menghilangkan kebutuhan terhadap antibiotika peroral yang bersifat

sistemik, sehingga tidak terdapat efek samping seperti gangguan gastrointestinal dan juga

tidak terdapat interaksi yang tidak diinginkan dengan obat peroral lainnya. Antibiotika topikal

juga sering diresepkan sebagai terapi profilaksis untuk pasien setelah tindakan bedah minor

dan juga tindakan kosmetika seperti halnya chemical peel atau laser resurfacing untuk

meminimalisir risiko infeksi pada luka bekas operasi dan juga untuk mempercepat

penyembuhan luka.1

Keuntungan antibiotika topikal dibandingkan dengan antibiotika

sistemik di antaranya adalah mencegah terjadinya toksisitas yang bersifat

sistemik dan juga mencegah terjadinya efek samping, menurunkan angka

prevalensi resistensi bakteri terhadap antibiotika tersebut, dan juga

memberikan konsentrasi antibacterial yang tinggi pada lokasi infeksi

tersebut.2

Akan tetapi, antibiotika topikal yang digunakan untuk terapi profilaksis terhadap

infeksi pasca-operasi harus dilakukan secara selektif dan sesuai dengan prosedurnya,

misalnya arthroplasty dan operasi katarak. Pada pasien obesitas yang akan menjalani operasi

di bagian abdominal, maka profilaksis antibiotika topikal sangat dibutuhkan. Selain itu juga

dibutuhkan untuk prosedur operasi di bagian dermatologi maupun bedah plastik.3

Sedangkan penatalaksanaan pada luka terbuka tidaklah sesederhana seperti

mengoleskan antibiotika topikal saja, tetapi pertama kali yang harus dilakukan adalah luka

harus dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik. Kemudian setelah itu, dioleskan

antibiotika topikal jika luka tersebut sudah dibersihkan dan sudah dijahit jika diperlukan.

Lalu luka tersebut harus ditutup dengan perban atau dibalut lalu dapat juga disemprotkan

spray proteksi luka. Beberapa tahun sebelumnya teori mengenai penyembuhan luka yang

terbaik adalah harus mendapatkan pajanan dengan udara bebas. Akan tetapi dewasa ini telah

Page 2: antibiotika topikal

ditemukan fakta oleh para ahli bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan cara

dibalut agar luka tersebut tidak terkontaminasi oleh udara luar yang dapat mengakibatkan

terjadinya infeksi sekunder.2

BAB II

II.1 DEFINISI

Definisi antibiotika adalah substansi atau zat yang dihasilkan atau

merupakan derivate dari beberapa jenis jamur, bakteri, maupun

organisme lainnya yang dapat menghancurkan atau menghambat

perkembangan suatu mikroorganisme lainnya.2

Antibiotika juga dapat didefinisikan sebagai suatu subgroup dari

antiinfeksi yang merupakan suatu derivate dari sumber bakteri dan

digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri lainnya.2

Beberapa keadaan berikut ini merupakan kontraindikasi bagi

pemakaian antibiotika topikal sebagai satu-satunya terapi, karena

dibutuhkan penatalaksanaan medis dari bidang lain secara komprehensif,

yaitu:2

- Luka yang luas

- Luka yang dalam

- Luka dengan perdarahan yang sulit dihentikan

- Luka bakar yang diameternya lebih dari 1 inchi

- Luka kotor yang sulit dibersihkan dengan antiseptik

- Gigitan binatang

- Trauma pada mata

II.2 INTERAKSI OBAT

Penggunaan antibiotika topikal tidak boleh digunakan secara

bersamaan dengan Hydrocortisone, yaitu kortikosteroid topikal yang

digunakan untuk mengobati inflamasi. Hal ini dikarenakan akan

menyembunyikan tanda-tanda infeksi ataupun reaksi alergi.2

II.3 PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA TOPIKAL PADA INFEKSI BAKTERI DI

KULIT

Page 3: antibiotika topikal

Berikut ini adalah jenis-jenis antibiotika topikal yang digunakan pada penatalaksaan

untuk berbagai jenis infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri.

A. Terapi Antibiotika Topikal pada Akne Vulgaris dan Rosasea:

Akne Vulgaris adalah kelainan pada kelenjar sebasea dan salurannya yang bersifat

self-limited dan biasanya muncul pada pasien usia awal dewasa.4

Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang

berperan yang berperan dalam folikel yang berperan dalam etiopatogenesis Akne

Vulgaris, misalnya Oksitetrasiklin 1%, Eritromisin 1% dan Klindamisin Sulfat 1%.5

Efektivitas antibiotika topikal pada penatalaksanaan Akne Vulgaris dan Rosasea

tergantung oleh efek langsung dari antibiotika topikal itu sendiri, akan tetapi banyak juga

antibiotika topikal yang bekerja dengan cara menekan neutrophil chemotactic faktor

sehingga meningkatkan anti-inflamasi atau dengan cara lainnya. Penggunaan antibiotika

topikal untuk Akne Vulgaris pun semakin meningkat karena berkurangnya angka

resistensi terhadap antibiotika topikal dibandingkan dengan antibiotika sistemik.

Sementara itu, kombinasi antara antimikroba Benzoyl Peroxide dengan antibiotika

menurunkan angka resistensi bakteri terhadap antibiotika.1

1. Eritromisin

Eritromisin merupakan antibiotika yang termasuk ke dalam golongan Makrolid

dan efektif untuk Gram positif berbentuk kokus dan juga Gram negatif yang

berbentuk basil. Eritromisin ini sering digunakan untuk penatalaksanaan pada Akne

Vulgaris.1

Cara kerja Eritromisin adalah berikatan dengan ribosom 50S yang ada pada

bakteri, lalu memblokade translokasi molekul tRNA (peptydil-transferase RNA) dari

reseptor menuju donor, mengganggu pembentukan rantai polipeptida, dan juga

menghambat sintesis protein bakteri tersebut. Selain itu juga, Eritromisin dapat

berfungsi sebagai anti-inflamasi.1

Sediaan Eritromisin adalah 1.5%-2% dalam bentuk solusio, jel, dan salep sebagai

terapi topikal tunggal. Eritromisin juga tersedia dalam bentuk kombinasi dengan

Benzoyl Peroksida.1

2. Klindamisin

Klindamisin adalah antibiotika Linkosamid yang bersifat semisintetik dan

merupakan derivate dari Linkomisin. Mekanisme kerja Klindamisin serupa dengan

Eritromisin, yaitu mengikat ribosom 50S bakteri lalu menghambat sintesa protein

bakteri tersebut.1

Page 4: antibiotika topikal

Sediaan Klindamisin adalah 1% dalam bentuk jel, solusio, suspense atau lotion,

dan bentuk sabun pencuci muka yang biasa digunakan untuk terapi Akne Vulgaris.

Selain itu juga tersedia dalam bentuk kombinasi dengan Benzoyl Peroksida yang

menurunkan perkembangan angka kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotika

Klindamisin. Kolitis Pseudomembranosa pernah dilaporkan sebagai efek samping dari

penggunaan Klindamisin secara topikal, tetapi amat sangat jarang.1

3. Metronidazol

Metronidazol dalam bentuk topikal adalah Nitroimidazol yang biasanya tersedia

dengan konsentrasi 0.75% dalam bentuk jel, krim, dan lotion. Sedangkan

Nitroimidazole 1% berupa jel atau krim digunakan untuk penatalaksanaan Rosasea.

Pada konsentrasi dengan dosis rendah, Nitroimidazol ini digunakan dua kali dalam

sehari, tetapi jika dengan dosis tinggi maka digunakan cukup satu kali perhari.

Metronidazol oral berfungsi sebagai antibiotika broad-spectrum.1

4. Asam Azeleat

Merupakan asam dikarboksilat yang ditemukan pada makanan yaitu sereal

gandum dan juga makanan yang berasal dari hewani. Di dalam plasma darah manusia,

kadar normal Asam Azeleat in adalah 20-80 ng/ml. Mekanisme kerja dari Asam

Azeleat yaitu menormalkan proses keratinisasi dengan cara mengurangi ketebalan

stratum korneum, mengurangi jumlah dan ukuran granula keratohyalin, serta

menurunkan jumlah filagrin. Pada bakteri Propiniobacterium acnes dan

Staphylococcus epidermidis, Asam Azeleat juga dilaporkan berfungsi untuk

menghambat sintesis protein pada bakteri tersebut. Pada mikroorganisme aerob, Asam

Azeleat dapat menghambat enzim oksidoreduktase yaitu tirosinase, 5-alfa reduktase

dan DNA polimerase. Sedangkan pada mikroorganisme anaerob, Asam Azeleat ini

berfungsi untuk menurunkan proses glikolisis. Asam azeleat sering digunakan pada

pengobatan Akne Vulgaris dan Rosasea, meskipun fungsi utamanya adalah untuk

menghilangkan hiperpigmentasi seperti misalnya pada Melasma. Asam Azeleat

tersedia dalam bentuk jel dengan konsentrasi 15% dan dalam bentuk krim dengan

konsentrasi 20%.1

Pada sebuah penelitian, efektivitas Klindamisin fosfat topikal dibandingkan

dengan Asam Azeleat topikal yang keduanya telah lazim digunakan pada pengobatan

Akne Vulgaris. Pada penelitian-penelitian sebelumnya disebutkan bahwa terdapat

perkembangan yang signifikan terhadap angka resistensi bakteri terhadap

Klindamisin, tetapi belum pernah dilaporkan adanya resistensi bakteri tersebut

Page 5: antibiotika topikal

terhadap Asam Azeleat. Pada akhir penelitian tersebut disimpulkan bahwa kedua

antibiotika tersebut sama-sama memiliki efektivitas yang baik pada penatalaksanaan

Akne Vulgaris, tetapi ternyata Asam Azeleat lebih efektif untuk mengurangi derajat

keparahan Akne Vulgaris.6

5. Sulfonamid (Sulfasetamid)

Sulfasetamid merupakan Sulfonamid topikal yang digunakan untuk pengobatan

Akne Vulgaris dan Rosasea. Pada umumnya, Sulfonamid bekerja sebagai antibakteri

dengan cara menjadi kompetitor bagi PABA (Para-aminobenzoid acid) dalam

pembentukan asam folat pada bakteri tersebut. Akan tetapi mekanisme kerja

Sulfasetamid pada pengobatan Rosasea masih belum dapat diketahui hingga saat ini.

Sulfasetamid tersedia dalam bentuk lotion berkonsentrasi 10%, sedangkan

Sulfasetamid 5% tersedia dalam bentuk jel, krim, suspense, dan masker wajah.1

B. Terapi Antibiotika Topikal Pada Infeksi Bakterial Superfisial dan Luka Bakar

Impetigo yang luas, infeksi pada kulit di ekstremitas inferior, atau pasien yang disertai

dengan keadaan immunocompromised, maka terapi yang tepat digunakan adalah

antibiotika topikal untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi yang lebih serius.

Antibiotika topikal juga sering digunakan pada prosedur bedah minor.1

Adapun antibiotika topikal yang sering digunakan pada infeksi bacterial superficial

dan juga luka bakar adalah sebagai berikut:

1. Mupirosin

Mupirosin dikenal dengan nama Pseudomonic Acid A, merupakan derivat dari

Pseudomonas fluorescens. Cara kerjanya adalah berikatan dengan iso-leucyl t-RNA

dan mencegah sintesis protein bakteri. Aktivitas Mupirosin hanya terbatas pada Gram

positif, terutama Staphylococci dan juga Streptococcui pada umumnya. Mupirosin

dapat aktif bekerja pada keadaan dengan pH sekitar 5,5 yaitu pada kulit yang

memiliki pH normal misalnya. Karena Mupirosin sangat sensitive pada perubahan

temperature, maka antibiotika ini akan rusak jika pada keadaan suhu yang sangat

tinggi. Salep Mupirosine 2% dioleskan 3x/hari dan terutama diindikasikan untuk

pengobatan Impetigo dengan lesi terbatas, yang disebabkan oleh S.aureus dan

S.pyogenes. tetapi pada penderita immunocompromised terapi yang diberikan harus

secara sistemik untuk mencegah komplikasi serius. Pada tahun 1987 dilaporkan

Page 6: antibiotika topikal

resistesi Mupirosin karena pemakaian antibiotika topical untuk Methicillin-resistant

S.aureus (MRSA).1

Penelitian terakhir di Tennessee Veterans’ Aggairs Hospital menunjukkan bahwa

penggunaan jangka panjang salep Mupirosine untuk mengontrol MRSA, khususnya

pada penderita ulkus dekubitus,meningkatkan resistensi yang bermakna. Lebih lanjut,

peneliti Jepang menemukan bahwa Mupirosin konsentrasi rendah dicapai setelah

aplikasi intranasal dan dipostulasikan bahwa mungkin ini menjelaskan resistensi

terhadapt Mupirosin pada strain S.aureus.1

Suatu studi percobaan menggunakan salep antibiotika kombinasi yang

mengandung Basitrasin, Polimiksin B, dan Gramisidin berhasil menghambat

kolonisasi pada 80% (9 dari 11) penderita yang setelah di-follow up selama 2 bulan

tetap menunjukkan dekolonisasi. Semua kasus (6 dari 6) terhadap Mupirosin-sensitive

MRSA dieradikasi, sedangkan 3 dari 5 kasus terhadap Mupirosin-sensitive MRSA

dieliminasi. Formulasi baru yang menggunakan asam kalsium (kalsium membantu

dalam stabilisasi bahan kimia) tersedia untuk penggunaan intranasal dalam bentuk

salep 2% dan krim 2%.1

Pelaporan dari seluruh dunia mengenai resistensi S. aureus terhadap mupirosin

adalah sebagai berikut: Spanyol 11,3%, Amerika Serikat 13,2%, Trinidad Tobago

26,1%, Cina 6,6%, India 6%, Turki 45% dan Korea 5%, dan bagaimanapun ini

menunjukkan bahwa peningkatan resistensi S. aureus terhadap mupirosin ini sudah

meluas. Sedangkan berdasarkan 2 penelitian yang dilakukan di Iran, prevalensi S.

aureus yang resisten terhadap mupirosin adalah 2,7% dan 0%.7

Adapun resistensi Mupirosin itu dapat diketahui melalui sebuah pemeriksaan

yang disebut E-Test atau Uji E. Melalui pemeriksaan ini didapatkan dua kategori

resistensi Mupirosin, yaitu resistensi tingkat rendah (disebut MupI) dengan MIC 4-

256 µg/ml dan resistensi tingkat tinggi (disebut MupR) dengan MIC yang lebih dari

512 µg/ml.8

2. Basitrasin

Antibiotika polipeptida topikal yang berasal dari isolasi strain Tracy-I Bacillus

subtilis, yang dikultur dari penderita dengan fraktur compound yang terkontaminasi

tanah. Basil ini diturunkan dari Bacillus, dan trasin berasal dari penderita yang

mengalami fraktur compound (Tracy). Basitrasin merupakan polipeptida siklik yang

memiliki banyak komponen yaitu A, B dan C. Basitrasin sering digunakan sebagai

Page 7: antibiotika topikal

Zinc Salt. Basitrasin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara

berikatan dan menghambat defosforilasi pada lemak pirofosfat. Kebanyakan

organisme Gram negatif dan jamur resisten terhadap obat ini. Sediaan tersedia dalam

bentuk salep Basitrasin dan sebagai Basitrasin Zinc, mengandung 400-500 unit

pergram.1

Basitrasin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial pada kulit

seperti Impetigo, Furunkulosis, dan Pioderma. Obat ini juga sering dikombinasikan

dengan Polimiksin B dan Neomisin sebagai salep antibiotika tripel yang dipakai

beberapa kali sehari untuk pengobatan dermatitis atopi, numularis, atau stasis yagn

disertai dengan infeksi sekunder. Sayangnya, aplikasi Basitrasin topical memiliki

risiko untuk timbulnya sensitisasi kontak alergi dan meski jarang dapat menimbulkan

syok anafilaktik. 1

3. Polimiksin B

Adalah antibiotika topikal yang diturunkan dari B.polymyxa, yang asalnya

diisolasi dari contoh tanah di Jepang. Polimiksin B adalah campuran dari polimiksin

B1 dan B2, keduanya merupakan polipeptida siklik. Fungsinya adalah sebagai detergen

kationik yang berinteraksi secara kuat dengan fosfolipid membran sel bakteri,

sehingga menghambat integritas sel membran.1

Polimiksin B aktif melawan organism gram negatif secara luas termasuk

P.aeruginosa, Enterobacter, dan E.coli. Polimiksin B tersedia dalam bentuk salep

(5000-10.000 unit pergram) dalam kombinasi Basitrasin atau Neomisin. Cara

pemakaiannya dioleskan 1-3x/hari.1

4. Aminoglikosida Topikal (Neomisin dan Gentamisin)

Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika yang penting digunakan baik secara

topikal ataupun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram

negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit

ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein pada bakteri tersebut.1

Neomisin sulfat, aminoglikosida yang sering digunakan secara topical adalah hasil

fermentasi Streptomyces fridae. Neomisin sulfat memiliki efek mematikan bakteri

gram negatif dan sering digunakan sebagai profilaksis infeksi yang disebabkan oleh

abrasi superfisial, luka terbuka atau luka bakar. Tersedia dalam bentuk salep (3,5

mg/g) dan dikemas dalam bentuk kombinasi dengan antibiotika lain seperti Basitrasin,

Page 8: antibiotika topikal

Polimiksin, dan Gramisidin. Bahan lain yang sering dikombinasikan dengan

Neomisin adalah Lidokain, Pramoksin, atau Hidrokortison.1

Neomisin tidak direkomendasikan oleh banyak ahli kulit karena dapat

menyebabkan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak karena pemakaian

Neomisin memiliki angka prevalensi yang tinggi, dan pada 6-8% penderita yang

dilakukan Patch Test memberi hasil positif. Neomisin sulfat 20% dalam Petrolatum

digunakan untuk menilai alergi kontak.1

Gentamisin sulfat diturunkan dari hasil fermentasi Micromonospora purpurea.

Tersedia dalam bentuk topikal berupa krim atau salep 0.1%. antibiotika ini banyak

digunakan oleh ahli bedah kulit ketika melakukan operasi telinga, terutama pada

penderita DM atau keadaan immunocompromised lain, sebagai profilaksis terhadap

Otitis Eksterna Maligna akibat P.aeruginosa.1

5. Sulfonamid (Sulfadiazin Perak dan Mafenid Asetat)

Sulfonamid dapat digunakan untuk pengobatan Akne Vulgaris, Rosasea, dan luka

bakar. Sulfadiazin Perak bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel

bakteri dan membrannya. Sedangkan mekanisme kerja Mafenid Asetat berbeda

halnya dengan Sulfadiazin. Jika Mafenid Asetat ini digunakan pada area kulit dengan

luka bakar yang luas, maka akan memiliki risiko terjadinya Asidosis Metabolik.

Sulfadiazin dan Mafenid Asetat ini merupakan antibiotika broad-spectrum. Selain itu,

superinfeksi yang disebabkan oleh Candida pun dapat terjadi pada penggunaan

Mafenid Asetat.1

6. Nitrofurazon

Nitrofurazon atau Furacin adalah derivate dari Nitrofuran yang digunakan dalam

penatalaksanaan pasien luka bakar. Mekanisme kerja dari Nitrofurazon adalah

menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam degradasi glukosa dan piruvat baik

secara aerob maupun anaerob. Nitrofurazon tersedia dengan konsentrasi 0.2% dalam

bentuk krim, solusio dan juga dalam bentuk pembalut luka. Nitrofurazon sangat baik

aktivitasnya pada Staphylococci, Streptococci, E.coli, Clostridium perfringens dan

Proteus sp.1

C. Antibiotika Topikal Lainnya.

1. Gramisidin

Page 9: antibiotika topikal

Merupakan derivate B. brevis, berupa peptide linier yang membentuk stationery

ion channel pada bakteri yang sesuai. Aktivitas antibiotika Gramisidin terbatas pada

bakteri Gram positif.1

2. Kloramfenikol

Di Amerika Serikat, penggunaannya terbatas untuk pengobatan infeksi kulit yang

ringan. Mekanisme kerjanya hampir mirip dengan Eritromisin dan Klindamisin, yaitu

menghambat ribosom 50S memblokade translokasi peptidil tRNA dari akseptor ke

penerima. Tersedia dalam krim 1%. Obat ini jarang digunakan karena dapat

menyebabkan Anemia Aplastik yang fatal atau depresi sumsum tulang.1

3. Cliquinol/Iodochlorhydroxiquin

Clioquinol adalah antibakteri dan antijamur yang diindikasikan untuk pengobatan

kelainan kulit yang disertai peradangan dan tinea pedis serta infeksi bakteri minor.

Kerugiannya adalah mengotori pakaian, kulit, rambut dan kuku serta potensial

menyebabkan iritasi. Clioquinol mempengaruhi penilaian fungsi tiroid (efek ini dapat

berlangsung hingga 3 bulan setelah pemakaian). Tetapi Clioquinol tidak

mempengaruhi hasil tes untuk pemeriksaan T3 dan T4.1

Page 10: antibiotika topikal

DAFTAR PUSTAKA

1. Bonner, Mark W. Benson, Paul M. James, William D. Topical Antibiotics. In: Wolff,

Klaus. Glodsmith, Lowell A. Katz, Stephen I. Glichrest, Barbara A. Paller, Amy S.

Leffel, David J. FitzPatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York:

McGraw Hill; 2008. Vol 2. p. 2113-2115

2. Schwartz, Robert A. Al-Mutairi, Nawaf. Topical Antibiotics In Dermatology: An Update.

USA and Kuwait: The Gulf Journal of Dermatology and Venerology; 2010.

3. McHugh, S.H. Collins, C.J. Corrigan, M.A. Hill, A.D. Humphreys, H. The Role of

Topical Antibiotics Used as Prophylaxis in Surgical Site Infection Prevention . Dublin:

Journal of Antimicrobial Chemotherapy; 2011.

4. Zaenglein, Andrea L. Graber, Emmy M. Thiboutot, Diane M. Strauss, John S. Acne

Vulgaris and Acneiformis Eruption. In: Wolff, Klaus. Glodsmith, Lowell A. Katz,

Stephen I. Glichrest, Barbara A. Paller, Amy S. Leffel, David J. FitzPatrick’s

Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. Vol 1. p. 690.

5. Wasitaatmadja, Sjarif M. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea dan Rinofima. In: Djuanda,

Adi. Hamzah, Mochtar. Aisah, Siti. Ilmu Penyait Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

6. Ozkan, Metin. Dormaz, Gul. Sabuncu, Ilham. Saracoglu, Nurhan. Akgun, Yurdanur.

Urar, Selim. Clinical Efficacy of Topical Clindamycin Phosphate and Azelaic Acid on

Acne Vulgaris and Emergence of Resistant Coagulase-Negative Staphylococci. Tubitak:

Turk Journal Medical Science; 2000.

7. Mohajeri, P. Gholamine, B. Rezai, M. Khamisabadi, Y. Frequency of Mupirocin

Resistant Staphylococcus aureus Strain Isolated From Nasal Carriers in Hospital

Patients in Kermanshah. Kermanshah: Jundishapur Journal of Microbiology; 2012; 5:

p.560-563

8. Mondino, P. Santos, K. Bastos, M. deMarval, M. Improvement of Mupirocin E-Test for

Susceptibility Testing of Staphylococcus aureus. Rio de Janeiro: Journal of Microbiology;

2003.