anti inflamasi.doc

10
BAB I PENDAHULUAN Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama- sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6- 10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan

Upload: andhyka-kiyoshi

Post on 20-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

FARMAKOLOGI

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.

Terdapat 2 tipe interaksi obat yaitu secara farmakokinetika dan farmakodinamika.Farmakokinetik: Apayang dilakukan tubuh terhadap obat, salah satu obat dapat mengubah konsentrasi yang lain dengan mengubah penyerapan, distribusi, metabolisme, atau ekskresi-Biasanya (tapi tidak selalu) dimediasi oleh sitokrom P450 (CYP) .Farmakodinamik:Terkait dengan efek obat pada tubuh. Satu jenis obat memodulasi efek farmakologis obat lain: aditif, sinergis, atau antagonis.

Kombinasi sinergis, efek farmakologis lebih besar dari penjumlahan 2 obat, interaksi yang menguntungkan: aminoglikosida+penisilin-Berbahaya: barbiturat+alkohol.

Antagonisme, efek farmakologis lebih kecil dari pada penjumlahan 2 obat, interaksi yang menguntungkan: naloksondiopiat overdosis. Interaksi yang berbahaya:AZT+stavudine.

Aditivitas, efek farmakologis sama dengan penjumlahan dari 2 obat, interaksi yang menguntungkan: aspirin+acetaminophen, interaksi yang berbahaya: neutropenia dengan AZT+gansiklovir.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002).

Inflamasi atau peradangan adalah respon protektif sitem imun nonspesifik yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau menghancurkan agen pencedera dalam persiapan untuk proses pemyembuhan (Sylvia A. Price, 2005).

B. Etiologi

1. Agen fisik2. Agen kimia3. Reaksi imunologik4. Organisme organisme patogenik.C. Tujuan Proses Inflamasi

1. Tujuan positif inflamasi :a. Untuk menahan dan memisahkan kerusakan sel.

b. Menghancurkan mikroorganisme.

c. Menginaktifkan toksin.

d. Mempersiapkan perbaikan jaringan.

2. Tujuan negatif inflamasi :

a. Menyebabkan reaksi hipersensitifitas

b. Menyebabkan kerusakan organ progresifc. Pembentukan jaringan parut.

D. Manifestasi klinis1. Rubor (kemerahan)Rubor atau kemerahan, biasanya merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan .Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian meregang, secara cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia kongesti, menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol hyperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui pelepasan zat seperti histamin.Akibat dari sekresi histamin tersebut berupa:1. Peningkatan aliran darah lokal.2. Peningkatan permeabilitas kapiler.3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial. 4. Edema ekstraseluler lokal.5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.2. Kalor (panas) Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya, panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 37oC yang merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan dikulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan kedaerah yang normal. Fenomena hangat lokal ini tidak terlihat di daerah daerah meradang yang terletak jauh dalam tubuh, karena jaringan jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37o C dan hiperemia lokal tidak menimbukan perbedaan.

3. Dolor (sakit)Dolor atau nyeri pada suatu rekasi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion ion tertentu dapat merangsang ujung ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat zat kimia tertentu seperti histamin atau zat- zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.

4. Tumor (pembengkakan)Aspek paling mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor, atau pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan intertisial. Campuran cairan dan sel sel ini yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal perjalan reaksi perjalan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian, sel sel darah putih atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai eksudat.

5. Fungsiolesa (perubahan fungsi)

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Fungsiolesa atau perubahan fungsi merupakan bagian yang lazim pada reaksi peradangan. Sepintas mudah dimengerti, bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, seharusnya berfungsi secara abnormal. Akan tetapi, carabagaimana fungsi jaringan yang meradang itu terganggu tidak dipahami secara terperinci.E. Pengobatan Pada InflamasiObat anti inflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan, aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang dan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat kedudukannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi terbagi ke dalam golongan steroid dan golongan non-steroid.1. Obat Anti-inflamasi NonsteroidObat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat (Dorland, 2002).

1) Obat AINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.15 Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat AINS sering juga disebut sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug).

2) Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:

a. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid, diflunisalb. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin.

c. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin (amidopirin), fenilbutazon dan turunannya

d. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam mefenamat dan meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, dan glafenin.

e. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu1. obat yang menghentikan proses inflamasi akut, misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon2. obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon.

Sedangkan menurut waktu paruhnya, Obat AINS dibedakan menjadi:a. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat, asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.

b. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.

c. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan naproksen.

d. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan tenoksikam.

e. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.Klasifikasi kimiawi obat anti-inflamasi nonsteroid

a. Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine

b. Derivat para-aminofenol: asetaminofen

c. Asam asetat indol dan inden: indometasin.

d. Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolak

e. Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen, oxaprozin

f. Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat

g. Asam enolat: oksikam (piroksikam, meloksikam)

h. Alkanon: nabumeton Selective Cyclooxygenase II inhibitors

i. Diaryl-subtiuted furanones: rofecoxib

j. Diaryl-subtituted pyrazoles: celecoxib

k. Asam asetat indol: etodolac

l. Sulfonanilid: nimesulid

3) Obat antiinflamasi steroid Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan sendi.