sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

10
SISTEM ALARM ANTI MALING DAN ANTI KEBAKARAN UNTUK PENGAMANAN GEDUNG M. Toha/10400755 Jurusan Teknik Elektro – Universitas Gunadarma – Jakarta ABSTRAKSI Sistem alarm ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk mendeteksi tindakan pencurian dan kebakaran yang sering menimpa gedung atau rumah. Gedung sebagai tempat hunian dan aktivitas manusia haruslah relatif aman dari dua hal tersebut. Pencurian dan kebakaran dapat menimbulkan korban baik manusia ataupun harta benda. Pencurian terjadi karena sistem keamanan yang tidak baik sedangkan kebakaran terjadi karena sistem instalasi listrik yang tidak sempurna disamping suhu udara di kota yang tinggi juga karena faktor- faktor tak terduga lainnya. Dua kejadian tersebut semakin parah karena respon dari lembaga terkait sangat lambat, oleh karena itu dibuat sistem alarm ini untuk mengatasinya. Rangkaian sistem alarm ini memiliki dua sensor utama. Sensor gerak (maling) dengan phototransistor – sinar laser dan sensor kebakaran (api) dengan reisistor peka cahaya (LDR). Sensor maling dipasang pada pintu atau jendela gedung dan sensor api dipasang pada tiap-tiap ruangan. Disamping itu juga disediakan tombol panik manual untuk untuk mengaktifkan alarm jika sensor otomatisnya mendadak tidak bekerja. Untuk memudahkan monitoring digunakan dioda 7-segmen pada tiap-tiap ruangan yang dipantau. Pengujian dilakukan dengan mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian serta waktu tanggap sensornya. Secara keseluruhan sistem alarm dikatakan bekerja dengan baik jika memiliki perbedaan sekecil mungkin antara kenyataan dan teori terutama waktu tanggap sensor yang cepat dalam merespon gejala fisis terkait. Kata Kunci : Sistem alarm, sensor, phototransistor, LDR, dan waktu tanggap 1. PENDAHULUAN Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa diangkat tema ini:pertama,rumah atau gedung sebagai tempat aktifitas manusia dan tempat penyimpanan barang berharga lainnya memerlukan sistem perlindungan yang mudah dioperasikan dan terjangkau harganya. Kedua, kejadian yang sering membahayakan rumah dan penghuninya adalah tindakan pencurian dan bahaya kebakaran.Tingginya kejadian pencurian dan kebakaran akibat lemahnya sistem pencegahan dan pengamanan terutama di perkotaan. Lambatnya respon yang diberikan oleh lembaga terkait jika terjadi pencurian maupun kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mendapatkan suatu rangkaian sistem alarm yang dapat mendeteksi tindakan pencurian (maling) dan menjelaskan bagaimana proses kerjanya. Memperoleh bentuk rangkaian yang mampu mendeteksi gejala kebakaran (api) dan menjelaskan seperti apa cara kerjanya. Memperoleh sebuah informasi yang jelas mengenai cara kerja model pengolahan input kedua sensor dan model responnya. Menganalisa secara keseluruhan sistem alarm tersebut. Sistem alarm ini sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tindakan pencurian dan kebakaran yang menimpa rumah atau gedung. 1

Upload: lamnguyet

Post on 31-Dec-2016

246 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

SISTEM ALARM ANTI MALING DAN ANTI KEBAKARAN UNTUK

PENGAMANAN GEDUNG

M. Toha/10400755 Jurusan Teknik Elektro – Universitas Gunadarma – Jakarta

ABSTRAKSI

Sistem alarm ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk mendeteksi tindakan pencurian dan kebakaran yang sering menimpa gedung atau rumah. Gedung sebagai tempat hunian dan aktivitas manusia haruslah relatif aman dari dua hal tersebut. Pencurian dan kebakaran dapat menimbulkan korban baik manusia ataupun harta benda. Pencurian terjadi karena sistem keamanan yang tidak baik sedangkan kebakaran terjadi karena sistem instalasi listrik yang tidak sempurna disamping suhu udara di kota yang tinggi juga karena faktor-faktor tak terduga lainnya. Dua kejadian tersebut semakin parah karena respon dari lembaga terkait sangat lambat, oleh karena itu dibuat sistem alarm ini untuk mengatasinya.

Rangkaian sistem alarm ini memiliki dua sensor utama. Sensor gerak (maling) dengan phototransistor – sinar laser dan sensor kebakaran (api) dengan reisistor peka cahaya (LDR). Sensor maling dipasang pada pintu atau jendela gedung dan sensor api dipasang pada tiap-tiap ruangan. Disamping itu juga disediakan tombol panik manual untuk untuk mengaktifkan alarm jika sensor otomatisnya mendadak tidak bekerja. Untuk memudahkan monitoring digunakan dioda 7-segmen pada tiap-tiap ruangan yang dipantau.

Pengujian dilakukan dengan mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian serta waktu tanggap sensornya. Secara keseluruhan sistem alarm dikatakan bekerja dengan baik jika memiliki perbedaan sekecil mungkin antara kenyataan dan teori terutama waktu tanggap sensor yang cepat dalam merespon gejala fisis terkait. Kata Kunci : Sistem alarm, sensor, phototransistor, LDR, dan waktu tanggap 1. PENDAHULUAN

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa diangkat tema ini:pertama,rumah atau gedung sebagai tempat aktifitas manusia dan tempat penyimpanan barang berharga lainnya memerlukan sistem perlindungan yang mudah dioperasikan dan terjangkau harganya. Kedua, kejadian yang sering membahayakan rumah dan penghuninya adalah tindakan pencurian dan bahaya kebakaran.Tingginya kejadian pencurian dan kebakaran akibat lemahnya sistem pencegahan dan pengamanan terutama di perkotaan. Lambatnya respon yang diberikan oleh lembaga terkait jika terjadi pencurian maupun kebakaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mendapatkan suatu rangkaian sistem alarm yang dapat mendeteksi tindakan pencurian (maling) dan menjelaskan bagaimana

proses kerjanya. Memperoleh bentuk rangkaian yang mampu mendeteksi gejala kebakaran (api) dan menjelaskan seperti apa cara kerjanya. Memperoleh sebuah informasi yang jelas mengenai cara kerja model pengolahan input kedua sensor dan model responnya. Menganalisa secara keseluruhan sistem alarm tersebut.

Sistem alarm ini sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tindakan pencurian dan kebakaran yang menimpa rumah atau gedung.

1

Page 2: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

2. TEORI DASAR Rangkaian Kapasitor – Resistor (C – R) Pengisian muatan (charging) t = C.R Vc = Vs(1 – e –t/CR) i = Vs e –t/CR Pelepasan muatan (discharge) Vc = Vs e –t/CR

i = Vs e –t/CR

+V

R

C R C

Gambar 2.1 Rangkaian C-R sederhana [1].

Tegangankapasitor, Vc

Kecepatanperubahan awal =

Vs/CRVs

0,63Vs

t = CR Waktu, t

Tegangankapasitor, Vc

Kecepatanperubahan awal =

-Vs/CR

t = CR Waktu, t

0,37Vs

Vs

Gambar 2.2 Kurva pertumbuhan dan

pelepasan eksponensial [1]. Dioda Laser Dioda LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dioda Laser merupakan dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya karena mekanisme pancaran/emisi terstimulasi (stimulated emmision).

2. Cahaya yang dipancarkan oleh dioda Laser bersifat koheren.

3. Dioda Laser memiliki lebar spektral yang sempit (~1nm) sehingga dispersi khromatik dapat ditekan.

4. Daya keluaran optik dari dioda Laser adalah –12 sampai dengan 3dBm.

5. Karakteristik kemudi-daya optik dioda Laser tidak linear.

6. Kinerja (keluaran daya optik, panjang gelombang dan umur ) dari dioda Laser sangat dipengaruhi oleh temperatur operasi [2].

Dioda 7-segmen

abcdefg.

V+

Cammon Anoda

Gambar 2.5 7-Segmen Common anoda [3].

a b c d e f g .

G n d

C am m on C at o da

Gambar2.6 7-Segmen Common Catoda [3] Resistor Peka Cahaya (LDR)

Resistansi

Intensitas cahaya

LDR

Gambar 2.7 Kurva karakteristik dan simbol

LDR [1]. Phototransistor Tak ada penyinaran. Arus kolektor dengan IB = 0, yaitu Ic = (β+1) Ico Ada cahaya maka timbul IL, sehingga arus kolektor total adalah, Ic = (β+1) (Ico + IL)

2

Page 3: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

2 4 6 10 12 14 16

12

34

56

Ic(m A)

Vce (V )

1

2

3

5

7

Gambar 2.8 Karakteristik keluaran dari

phototransistor [4].

+Vce

Q1

Gambar 2.9 Pembiasan phototransistor [4]. Transistor sebagai Saklar

+Vcc

Rc

Rb

NPN

Gambar 2.10 Transistor sebagai saklar [5]. IB = [VB – 0,6] / RBIC = VCC / RCDenyut sulut (trigger pulse) perlu setinggi:

VB = [IB. RB ] + 0,6V

Ic(m A )

lu tu t

D a e ra hje n u h

V c e (V o lt)

Gambar 2.11 Daerah operasi transistor

sebagai saklar [5]. Gerbang Logika Digital Gerbang NOT Y = X

X Y

Gambar 2.13 Lambang pembalik [6].

Tabel 2.3 Tabel kebenaran Gerbang NOT Masukan Keluaran

A Y 0 1 1 0

Gerbang AND Y = A . B

A

B Gambar 2.14 Lambang gerbang AND [6]. Tabel 2.4 Tabel kebenaran Gerbang AND

Masukan Keluaran A B Y 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1

Gerbang OR Y = A + B

A

B

Y

Gambar 2.15 Lambang gerbang OR [6].

Tabel 2.5 Tabel kebenaran Gerbang OR

Masukan Keluaran A B Y 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

Relay Relay adalah suatu saklar (switch)

elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet.

RLY1

Gambar 2.16 Simbol Relay [3].

Timer 555 sebagai Multivibrator Astabil

U4A

S

R Q_Q

U3

U2

U1

Q1NPN

R3

R2

R1

0V (pin-1)

Pelepas muatan(pin-7)

Pemicu (pin-2)

Ambang (pin-6)

Kontrol (pin-5)

Vcc (pin-8)

Reset (pin-4)

Output (pin-3)

Gambar 2.17 Susunan internal dari sebuah

timer 555 [1].

3

Page 4: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

+V

R1

R2

GndTrgOutRst Ctl

ThrDisVcc

555

C6150uF

Gambar 2.18 Konfigurasi astabil timer 555

[1].

O utpu tp in -3

+V cc

0V

ton to ff

ton + to ff

Gambar 2.19 Bentuk gelombang untuk

operasi timer astabil [1]. Bentuk gelombang tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut: ton = W = 0,693.C (R1 + R2), Untuk timer 555 sebagai VCO (voltage control oscilator) dimana (pin-5) digunakan sebagai masukan kontrol, maka ton = - (R1 + R2) C ln [Vcc – Vcon] /

[Vcc – 0,5Vcon]

toff = 0,693CR2 T = ton + toff = 0,693.C (R1 +2R2) F = 1,44 / [C (R1 + 2R2)] ton / toff = [R1 + R2] / R2 ton / [ton + toff] = [R1 + R2] / [R1 + 2R2]

x 100%

3. PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

Phototransistor Sinar Laser

Pintu Utama

ZONA I

ZONA II

ZONA III

ZONA IV

ZONA V

Tombol Panik

LDR

Tombol PengaturDelay

LDR

Tombol Panik

LDR

LDR

LDR

Tombol Panik

Tombol Panik

Tombol Panik

ModitoringDisplay

Gambar 3.1 Miniatur alat tampak luar.

INPUT ZONA ISensor Gerak

(Laser & Phototransistor)

Sensor Api (LDR)

Sensor Api (LDR)

INPUT ZONA II

INDIKATOR & RESPONSE

LED Motor DC

INDIKATOR & RESPONSE

LED Motor DC

Sensor Api (LDR)

INPUT ZONA III

INDIKATOR & RESPONSE

LED Motor DC

Sensor Api (LDR)

INPUT ZONA IV

INDIKATOR & RESPONSE

LED Motor DC

Sensor Api (LDR)

INPUT ZONA V

INDIKATOR & RESPONSE

LED Motor DC

Delay Tune

ANDGate

OR Gate

PROSES

SIRENE

OUTPUT

INPUT

Lima Unit 7-SegmentMonitoring Display

1 2 3 4 5

Gambar 3.2 Blok diagram rangkaian

sistem alarm.

Sistem input, pada rangkaian ini pada dasarnya ada dua jenis yaitu pendeteksi pencurian dan pendeteksi terjadinya kebakaran. Sistem input yaitu bagian yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala fisis dari lingkungan terkait dengan keamanan sebuah gedung, seperti adanya tindak kriminal dalam hal ini pemaksaan untuk membuka pintu ataupun jendela gedung digunakan sensor deteksi gerakan maling dengan menggunakan

4

Page 5: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

phototransistor dan sinar Laser. Sedangkan untuk mendeteksi adanya api yang berarti terjadi kebakaran, dalam hal ini akan digunakan sensor cahaya berupa resistor peka cahaya (light dependent resistor/LDR). Pada blok input ini juga disediakan saklar manual (tombol panik) sebagai input cadangan apabila sensor-sensor mendadak tidak berfungsi. Sinyal input tersebut akan diumpankan pada gerbang logika NOT sehingga akan menjadi sinyal digital yang akan diberikan pada blok selanjutnya (pemroses data). Blok input dibagi dalam beberapa zona pengamanan dengan tingkat keamanan yang berbeda. Pada zona satu (lantai pertama dari gedung) diterapkan pola keamanan yang khusus hal ini ditandai dengan dipasangnya sensor kebakaran, sensor maling dan tombol panik serta tempat monitoring sekaligus pusat pemberi tindakan darurat lainnya. Untuk zona lainnya hanya diterapkan sensor kebakaran dan tombol panik dimana respon sinyal akan diberikan tindakan perlokasi kejadian.

Pada bagian pemroses data ini, sinyal-sinyal input yang diterima sudah berbentuk sinyal digital yang selanjutnya akan diproses dengan rangkaian logika AND dan OR. Rangkaian pengolah data merupakan penentu apakah sinyal input tersebut sesuai atau tidak untuk diberikan respon. Dalam blok ini ada dua komponen utama yaitu IC CMOS 4082 (gerbang AND) dan IC CMOS 4072 (gerbang OR). Di samping itu juga ada sebuah transistor (BD139) yang berfungsi sebagai saklar otomatis untuk menggerakan relai untuk kemudian mengumpankannya pada sisi output. Sistem output, merupakan bagian terakhir dari rangkaian sistem alarm ini. Bagian ini berupa LED sebagai indikator bahwa sistem berfungsi dengan baik pada setiap zona pengamanan dan 7-segmen masing-masing zona akan menyala stabil di ruang monitoring. Sedangkan bentuk output sebagai respon adanya kebakaran ditandai dengan menyalanya LED

indikator pada zona terkait dan 7-segmen akan menyala berkedip-kedip (astabil) di ruang monitoring, sirene kebakaran akan diaktifkan oleh relay dan alat pemadam api juga akan aktif (hal ini disimbolkan dengan sebuah motor d.c/kipas yang berputar). Untuk merespon terjadinya tindakan pencurian sirene pencurian akan aktif. Dengan melihat dan mendengarkan output yang ada petugas pengamanan gedung dapat segera memberikan tidakan yang tepat dan cepat terhadap kasus-kasus tersebut. Rangkaian sensor maling

Laser Diode

S2

+V12V

A+V5V

Photo Transistor

Q1

Q2

RLY 312VSPDT

D41N4001

R11k

Gambar 3.3 Rangkaian sensor maling pada

pintu Zona I Rangkaian sensor kebakaran

+V12V

I Out

IC1a

4069

RLY 412VSPDT

C2100nF

+

C3100uF

D21N4148

IC1b

4069

LED3

S3

S4

D31N4148

M2

4082

LED1 LED2

R1100k

R4220k

R51k

R21k

R31k

LDR 1

Gambar 3.4 Rangkaian sensor kebakaran

pada Zona I

+V12V

S5 C4100nF

RLY 512VSPDT

IC1c

4069

II Out

M3LED4 LED5

R6100kLDR 2

R81k

R71k

Gambar 3.5 Rangkain sensor kebakaran

pada zona II, III, IV dan V

5

Page 6: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

Rangkaian pemroses data

C

BRLY 10

RLY 912VSPDT

Q3NPN

D51N4148

I In

II In

III In

IV In

V In

A

+V12V

R1810k

Gambar 3.9 Rangkaian pemroses data.

Rangkaian sirene

C121uFB

C

A

C91uF

C81uF

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

U1555

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

U2555

C1047uF

C110.01uF

R2022k

R1910k

R221k

R211k

R2310k

R24100k

R251k

SPK

Gambar 3.10 Rangkaian sirene.

IC 555 pertama berfungsi sebagai multivibrator astabil dan IC 555 kedua berfungsi sebagai multivibrator astabil dengan tegangan input kontrol (VCO/ Voltage Control Oscilator). Timer 555 pertama akan menghasilkan gelombang persegi dimana besarnya frekuensi ditentukan oleh nilai C8 dan C12, R19 dan R20. Keluaran timer 555 pertama akan menjadi tegangan kontrol terhadap timer 555 kedua setelah melalui rangkaian CR, sehingga keluaran pada pin-3 besarnya frekuensi akan tergantung besarnya tegangan yang masuk melalui pin-5. Outputnya masih berupa gelombang persegi namun frekuensinya berubah-ubah tergantung tegangan masukan di pin-5. Frekuensi inilah yang menjadi penggerak speaker.

Rangkaian monitoring display

V InIV InIII InII In

RLY13RLY12RLY11+V12V

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

555

C133.3uF

I In

RLY14 RLY15

abcdefg.

V+

DISP1

abcdefg.

V+

DISP2

abcdefg.

V+

DISP3

abcdefg.

V+

DISP4

abcdefg.

V+

DISP5

R321k

R311k

R301k

R291k

R281k

R261k

R27220k

Gambar 3.11 Rangkaian monitoring

display.

Monitoring display terdiri dari lima buah 7-segmen cammon anoda yang memantau kelima zona yang ada dan sebuah astabil multivibrator dengan timer 555. Contoh, untuk zona I pada saat tidak terjadi kebakaran (berlogika 0) maka relay 11 tidak mendapat masukan arus dan tegangan sehingga ia tidak bekerja (off) dan pada kondisi ini 7-segmen akan menyala tanpa berkedip-kedip. Jika pada zona I ada kebakaran (berlogika 1) maka relay 11 akan mendapat masukan arus dan tegangan sehingga ia bekerja (on) dan pada kondisi ini 7-segmen akan berkedip-kedip karena memperoleh catu dari multivibrator astabil.

6

Page 7: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

4. PENGUJIANAN ALAT DAN PEMBAHASAN

Tujuan Pengujian Untuk mengetahui apakah alat dapat bekerja secara baik dan benar, apakah setiap komponen bekerja sesuai karakteristik yang dimilikinya atau tidak. Dengan melihat hasil pengujian kita akan dapat menganalisa dan membuat kesimpulan. Hasil Pengujian dan Pembahasan Pengujian rangkaian dan waktu tanggap sensor maling

C

B

A

Laser Diode

S2

+V12V

A+V5V

Photo Transistor

Q1

Q2

RLY 312VSPDT

D41N4001

R11k

Gambar 4.1 Titik-titik pengujian pada

rangkaian sensor maling.

Tabel 4.1 Data hasil pengujian rangkaian sensor maling.

Kondisi ada

sinar Laser

Kondisi tidak ada

sinar Laser

Titik Uji

V (V)

I (mA)

Keterangan

V (V)

I (mA)

Keterangan

A 11 57,8 11 27,2 B 4 0,16 0 0 C 0,5 26,1

Q1 dan Q2 saturasi

10 0,1

Q1 dan Q2 tersumbat

Tabel 4.2 Data hasil pengujian waktu

tanggap sensor maling. Percobaan Waktu

tanggap (s) Keterangan

1 0,24 2 0,21 3 0,20 4 0,19 5 0,14 6 0,20 7 0,17 8 0,13 9 0,17 10 0,19

Rata-rata 0,184

Uji coba dilakukan

dengan membuka pintu

miniatur alat hingga sirene

berbunyi . Jarak antara sinar Laser-

phototransistor 20 cm

Pengujian rangkaian dan waktu tanggap sensor kebakaran

E

D

CBA

+V12V

I Out

IC1a

4069

RLY 412VSPDT

C2100nF

+

C3100uF

D21N4148

IC1b

4069

LED3

S3

S4

D31N4148

M2

4082

LED1 LED2

R1100k

R4220k

R51k

R21k

R31k

LDR 1

Gambar 4.2 Titik-titik pengujian pada

rangkaian sensor kebakaran.

Tabel 4.3 Data hasil pengujian LDR disaat tidak ada api.

Komponen Resistansi (KΩ)

Arus (mA)

Tegangan (V)

Keterangan

LDR 1 1,20 0,05 11,20 LDR 2 1,31 0,025 11,23 LDR 3 1,46 0,04 11,30 LDR 4 2,15 0,04 11,30 LDR 5 1,52 0,03 11,20

Uji coba dilakukan

dengan menutup

rapat LDR

Tabel 4.4 Data hasil pengujian

LDR disaat ada api Komponen Resistansi

(KΩ) Arus (mA)

Tegangan (V)

Keterangan

LDR 1 0,05 32 2,3 LDR 2 0,07 29 1,92 LDR 3 0,08 32 1,96 LDR 4 0,05 30 2,68 LDR 5 0,09 31 3,19

Uji coba dilakukan

dengan sumber api (korek api) pada jarak 10 cm dari

LDR

Tabel 4.5 Data hasil pengujian waktu

tanggap LDR Percobaan Waktu

tanggap (s) Keterangan

1 0,48 2 0,67 3 0,32 4 0,53 5 1,33 6 3,51 7 0,26 8 2,47 9 1,45 10 0,39

Rata-rata 1,168

Uji coba dilakukan

dengan sumber api (korek api) pada jarak 10 cm dari LDR hingga sirene

berbunyi.

7

Page 8: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

Pengujian rangkaian pemroses data

E

D

C

B

A

C

BRLY 10

RLY 912VSPDT

Q3NPN

D51N4148

I In

II In

III In

IV In

V In

A

+V12V

R1810k

Gambar 4.3 Titik-titik pengujian rangkaian

pemroses data.

Tabel 4.9 Hasil pengujian rangkaian pemroses data.

Input (titik uji)

A B C D

Level Tegangan

(V)

Output (titik uji

E)

Level Tegangan

(V)

0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1

0 = 0,05V

1 = 10V

1

0 = 0,03V

1 = 9V

Pengujian rangkaian sirene

E

D

CB

A

C121uFB

C

A

C91uF

C81uF

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

U1555

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

U2555

C1047uF

C110.01uF

R2022k

R1910k

R221k

R211k

R2310k

R24100k

R251k

SPK

Gambar 4.4 Titik-titik pengujian pada

rangkaian sirene.

O utput p in -3T.B .1

+Vcc

0V

22m s 15m s

0,037s

O utput p in -3T.B .2

+Vcc

0V

0,04s 0 ,03s

0,069s

O utput p in -3T .E

+Vcc

0V

48m s 0,69m s

48,69m s Gambar 4.5 Hasil pengujian (titik B dan E) bentuk gelombang output rangkaian sirene. Pengujian rangkaian monitoring display

GFEDC

B

A

V InIV InIII InII In

RLY13RLY12RLY11+V12V

GndTrgOutRstCtl

ThrDisVcc

555

C133.3uF

I In

RLY14 RLY15

abcdefg.

V+

DISP1

abcdefg.

V+

DISP2

abcdefg.

V+

DISP3

abcdefg.

V+

DISP4

abcdefg.

V+

DISP5

R321k

R311k

R301k

R291k

R281k

R261k

R27220k

Gambar 4.6 Titik pengujian rangkaian

monitoring display.

+Vcc

0V

0,505s 0,503s

1,008s Gambar 4.7 Hasil pengujian output pin-3

timer 555 multivibrator astabil.

Tabel 4.10 Hasil pengujian display monitoring.

Kondisi Input Relay Rly 11

Rly 12

Rly 12

Rly 13

Rly 14

Kondisi 7-segmen pada relay terkait

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

0 1 0 0 0

1 1 0 0 0

0 0 1 0 0

1 0 1 0 0

0 1 1 0 0

1 1 1 0 0

0 0 1 0 0

1 0 1 1 1

1. Menyala

berkedipkedip pada saat berlogika 1

2. Menyala tanpa berkedip-kedip saat berlogika 0

8

Page 9: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

5. PENUTUP Simpulan Setelah melakukan pengambilan data uji coba dan dilakukan analisa secara singkat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rangkaian sensor maling menggunakan phototransistor dan sinar Laser. Sensor bekerja dengan memanfaatkan saat dimana sinar Laser terpotong oleh gerak daun pintu/jendela yang dibuka secara paksa oleh pencuri sehingga mentrigger alarm hingga berbunyi. Berdasarkan hasil pengujian ternyata sensor maling dapat bekerja cukup baik, hal ini dilihat dari singkatnya waktu rata-rata yang dibutuhkan sensor untuk merespon gejala fisis terkait sebesar 0,184 s.

2. Rangkaian sensor kebakaran (api) menggunakan LDR sebagai sensornya. Ketika LDR mendapatkan api disekitarnya maka alarm akan berbunyi dengan waktu respon yang cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari besarnya waktu tanggap rata-ratanya sebesar 1,168 s.

3. Sebagai pemroses data masukan alat ini menggunakan sebuah gerbang OR, sebuah transistor dan relay untuk mengatur pengaktifan sirene dan monitoring display. Sirene dua nada dibangkitkan oleh timer 555 sebagai multivibrator astabil.

4. Sistem alarm secara keseluruhan bekerja dengan baik dimana sensor-sensornya memiliki waktu tanggap yang cepat. Dengan melihat data pengujian alat untuk masing-masing blok rangkaian terlihat faktor kesalahan yang relatif kecil.

Saran Untuk melakukan pembuatan alat dan penelitian sejenis penulis menyarankan beberapa hal agar diperoleh hasil yang baik dan memuaskan, yaitu:

1. Persiapkan penguasan terhadap teori-teori dasar komponen yang digunakan secara baik. Hal ini akan sangat sangat berguna dalam melakukan analisa kinerja alat.

2. Untuk memperoleh alat sensor yang memiliki waktu respon yang sangat kecil selektiflah dalam memilih komponen sensor, belilah yang berkualitas walaupun agak lebih mahal dari umumnya karena disinilah jantung dari rangkaian ini.

3. Lakukan pengujian terhadap komponen dan rangkaiannya diatas protoboard sebelum dilakukan perakitan untuk menghindari kesalahan dan keruksakan komponen saat dirangkai.

4. Buatlah rancangan PCB sesederhana mungkin agar mudah dalam melakukan alokasi kerusakan jika terjadi.

5. Rancang box alat sekuat mungkin sehingga tahan terhadap guncangan mekanik.

6. Lakukan sekali lagi pengujian dengan alat –alat ukur yang memiliki presisi yang baik agar diperoleh informasi kinerja alat secara menyeluruh dan valid.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Tooley, Michael, Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi, Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta, 2003.

[2] Anonim, Sistem Komunikasi Serat Optik, PT Telkom, Bandung, 1998.

[3] Pratomo, Andi, Rangkaian Elektronik Praktis, Puspa Swara, Jakarta, 2004.

[4] M. Barmawi dan M. O. Tjia, Integrated Electronics: Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1997.

9

Page 10: sistem alarm anti maling dan anti kebakaran untuk pengamanan

[5] Malvino, Prinsip-prinsip Elektronik, edisi ke-2, Erlangga, Jakarta 1995.

[6] Malvino Leach, terjemahan oleh Ir Irwan Wijaya, Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital, Erlangga, Jakarta, 1992.

[7] Januar, Jafet, Menggambar Rangkaian Elektronika dan Menjalankan Simulasi dengan Circuit Maker 5.0 for Windows, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

[8] Wasito, Data Sheet Book 1, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1985.

10