alarm batubara

68
EDISI XIX Agustus 2014 Memperkuat Industri Logam Nasional dengan Hilirisasi Mineral 10 Mendulang Investasi dari Tiongkok 18 Alarm Batubara Penyediaan Batubara untuk Kebutuhan Dalam Negeri Jangka Panjang WARTA MINERBA Majalah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Belajar Hingga ke Negeri OBAMA Hal 42 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Upload: phamdien

Post on 12-Jan-2017

251 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alarm Batubara

EDISI XIX ▪ Agustus 2014

Memperkuat Industri Logam Nasional dengan Hilirisasi Mineral

10Mendulang Investasi dari Tiongkok

18

Alarm Batubara Penyediaan Batubara untuk Kebutuhan

Dalam Negeri Jangka Panjang

WARTA MINERBAMajalah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Belajar Hingga ke Negeri

OBAMAHal 42

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Page 2: Alarm Batubara

Daftar Isi

DAFTAR ISI

ARTIKEL MINERBA

04 Alarm Batubara Penyediaan Batubara untuk Kebutuhan Dalam Negeri Jangka Panjang

10 Memperkuat Industri Logam Nasional dengan Hilirisasi Mineral

14 MelahirkanRezim Pejabat Fungsional Inspektur Tambang

18 Mendulang Investasi dari Tiongkok

INFO MINERBA

26 Kunjungan Direktur Jenderal Mineral dan Batubarake Sulawesi Utara

29 Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama

30 Memacu Kinerja melalui Kinerja Award

34 Rahasia Kideco Bertahan dalam Badai dan Menjadi yang Terbaik

LIPUTAN WARTA

42 Belajar Hingga ke Negeri OBAMA

50 Focus Group Discussion (FGD): Energy and Mining Sectors in Indonesia Today

52 Ditjen Minerba Menggandeng KPK dalam Pengawasan dan Supervisi Perusahaan Pemegang KK dan PKP2B

53 Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di 12 Provinsi di Indonesia

58 Dialog Khusus “Pengawasan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Provinsi Jambi”

62 Penyerahan Penghargaan Pengelolaan Keselamatan dan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun 2014

SI MINO

66 Jangan Ada Kota Hantu di Indonesia

Belajar Hingga ke

Negeri OBAMA

42

02Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 3: Alarm Batubara

warta minerba

MENINGKATKAN KINERJA

Pembaca yang budiman,

Kali ini Warta Minerba kembali hadir dengan mengusung tema Meningkat-kan Kinerja. Tema ini diangkat untuk memberikan gambaran mengenai ki-nerja minerba secara khususnya dan pertambangan secara umumnya.

Berbicara batubara tak pernah lepas dari kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Pada edisi 19 ini, pembaca dapat menyimak artikel mengenai DMO batubara dalam artikel utama kami dengan judul Alarm Batubara, Penyediaan Batubara Untuk Kebutu-han Dalam Negeri Jangka Panjang.

Kekayaan alam Indonesia yang ter-diri dari batubara dan mineral tentu-nya membutuhkan inovasi terus dalam

penggunaannya. Selain batubara dalam pemanfaatan DMO juga indus-tri logam dalam hilirisasi mineral pun dikupas dalam warta minerba kali ini.

Keikutsertaan pihak terkait dalam pelaksanaan pembinaan pertamba-ngan semakin marak terjadi, hal ini tidak meluluhkan Ditjen Minerba untk melahirkan Rezim Pejabat Fungsional Inspektur Tambang yang akan diurai-kan oleh Rosben Aguswar.

Beberapa tema terkait kinerja Minerba yang disampaikan Tim Warta dian-taranya Koordinasi Supervisi dan Pe-ngawasan Pertambangan Mineral dan Batubara dengan KPK, serta wawan-cara langsung CEO untuk kinerja pe-rusahaan diwakili oleh PT Kideco. Pe-nyerahan Penghargaan Kinerja Award

untuk Internal Ditjen Minerba, Penye-rahan penghargaan untuk keselama-tan dan lingkungan minerba.

“Kembangkan sayap agar terarungi duniamu…” sebaris kalimat motivator yang redaksi tiru untuk dapat meng-gambarkan bahwa Ditjen Minerba se-lalu aktif dalam kegiatan dalam dan luar negeri yang diadakan beberapa liputan kegiatan tersebut dapat dilihat diantaranya: Mendulang investasi dari tiongkok, kunjungan Dirjen Minerba ke Sulawesi Utara, Belajar hingga ke Negeri Obama, FGD Indonesia Today.

Akhir kata kami ucapkan selamat menikmati warta minerba edisi ke 19.

warta minerba

EMAIL: [email protected] WEBSITE: www.minerba.esdm.go.id

Diterbitkan olehDirektorat Jenderal Mineral dan Batubara

PenasehatDirektur Jenderal Minerba

Penanggung JawabSesditjen Minerba

Koordinator RedakturIr. Sujatmiko

Agus Yulianto, MT, MMDrs. Tri Priyono, MT

RedakturSusanna Renna Ertanti, S.Si

DR. La Ode Tarfin Jaya, ST, MTRina Handayani, ST

Penyunting/EditorCecilia Margareth, ST

Salman Akira Togi, SMParlindungan Sitinjak, ST

Desain Grafis dan FotorgraferSatyo Naresworo, S.IP

Muh. Nasarudin, S.KomMuh. Adi Putra Sudiman, ST

Rani Febrianti, SH

Desain dan LayoutIrfan Khosirun, ST

SekretariatNurmala Parhusip, B.Sc.

Kri Hastuti Sri Kusrini

Khoirul Fata, ST

Penulis ArtikelOetomo Tri Winarno

Daddy Amin, ST, MMIr. Rosben Aguswar, M.Si.

Ir. SujatmikoFadli Ibrahim, SH

Parlindungan Sitinjak, STMuh. Adi Putra Sudiman, ST

Antonius Agung, S,STSatyo Naresworo, S.IP

Rina Handayani, STErlangga Matin JP

Muhammad Nasarudin, S.Kom

Alamat RedaksiJl. Prof. Dr. Supomo, SH No. 10 Jakarta 12870

Telp: +62-21 8295608Fax: +62-21 8315209, 8353361

Website www.minerba.esdm.go.id

[email protected]

PENGATAR REDAKSI

3Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 4: Alarm Batubara

Alarm Batubara

4Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Oetomo Tri WinarnoPeneliti di Pusat Kebijakan Keenergian

Institut Teknologi Bandung

Pertambangan batubara di Indonesia merupakan salah satu bidang usaha yang perkembangannya sangat pesat dalam satu dasawarsa terakhir. Hal ini dapat dilihat baik dari volume produksi batubaranya, nilai tambah yang di-hasilkan, serta jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.

Pertumbuhan produksi dan usaha pertambangan batubara yang sangat cepat ini dipicu oleh beberapa hal, antara lain karena meningkatnya harga batubara dan harga minyak bumi, meningkatnya penggunaan batubara baik di dalam negeri maupun di dunia pada umumnya, serta otonomi daerah dalam perizinan usaha pertambangan batubara.

Penyediaan Batubara untuk Kebutuhan Dalam Negeri Jangka Panjang

Page 5: Alarm Batubara

Pertumbuhan produksi batubara telah memberi-kan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian di daerah penghasil, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Secara nasional, pertumbuhan produksi batubara mampu mendorong peningkatan pemanfaatan batubara di dalam negeri, khususnya untuk sektor pembangkit listrik dan sektor industri. Namun disinilah permasalahannya, pada saat perekonomian di dalam negeri semakin bergantung pada batubara, pemerintah perlu merumuskan kebijak-an menjamin penyediaan batubara untuk kebutuhan domestik dalam jangka panjang.

Produksi dan Pemanfaatan BatubaraAwal dekade 90-an, pertambangan batubara Indonesia memasuki babak baru yang ditandai dengan mulai ber-operasinya perusahaan-perusahaan tambang batubara skala besar. Pada tahun 1991, produksi batubara Indo-nesia hanya 13,8 juta ton per tahun. Pada tahun 2004 jumlah produksi batubara meningkat hampir 10 kali lipat yaitu 131 juta ton. Enam tahun kemudian, pada tahun 2010 naik lagi menjadi 20 kali lipat atau sebesar 280 juta ton. Lalu, hanya butuh tiga tahun yaitu pada tahun 2013 naik menjadi 30 kali lipat atau sebesar 426 juta ton.

Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan produksi batubara selama 23 tahun terakhir adalah 17,4% per

tahun. Pada Gambar 1. dapat dilihat grafik pertumbu-han produksi batubara dalam kurun 1991 hingga 2013.

Selama sepuluh tahun terakhir (2004-2013), perusa-haan pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) memi-liki pertumbuhan produksi batubara terbesar, yaitu tum-buh rata-rata 38,7% per tahun. Sementara produksi batubara dari perusahaan pemegang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) tumbuh 11,2% per tahun dalam periode yang sama.

Persentase produksi dari perusahaan PKP2B pada tahun 2013 sebesar 68% dari produksi nasional, sedangkan perusahaan IUP 29% dan sisanya PTBA (PT Tambang Batubara Bukit Asam) sebesar 3%. Pangsa produksi batubara IUP mengalami peningkatan yang sangat sig-nifikan, pada tahun 2004 hanya kurang dari 7% dari produksi batubara nasional.

Hal ini sangat terkait dengan banyaknya IUP yang di-terbitkan oleh daerah. Pada saat ini terdapat lebih dari 3.800 perusahaan di seluruh Indonesia dan jumlah IUP yang sudah dalam tahap produksi sebesar lebih dari 1.300 perusahaan.

Selanjutnya, pemanfaatan produksi batubara untuk kebutuhan di dalam negeri berkisar 25% dari total produksi batubara nasional, selebihnya diekspor ke ber-bagai negara. Pada tahun 2013, pemakaian batubara di dalam negeri sebesar 98 juta ton atau setara dengan 392 juta SBM (setara barel minyak), sedangkan ekspor batubara mencapai 328 juta ton. Pemanfaatan batu-

Sumber: Ditjen Minerba, 2014

Gambar 1. Pertumbuhan Produksi Batubara Indonesia

1991 19920

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1990 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pro

du

ksi (

Juta

to

n/t

ahu

n)

05Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 6: Alarm Batubara

bara Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2. di bawah ini.

Indonesia pada saat ini merupakan pengekspor ba-tubara terbesar di dunia. Menurut World Coal Asso-ciation, pada tahun 2013 Indonesia merupakan ne-gara keempat terbesar produsen batubara dunia dan pengekspor terbesar batubara dunia. Khususnya untuk batubara uap, Indonesia menguasai 44% pasar ekspor dunia. Namun demikian, dari sisi volume cadangan ba-tubara, menurut BP Statistics 2014, Indonesia hanya menguasai 3,2% cadangan batubara dunia, dengan rasio cadangan terhadap produksi sebesar 71 tahun. Pada Tabel 1 disampaikan perbandingan cadangan dan produksi batubara dari berbagai negara. Cadangan dalam hal ini termasuk cadangan terbukti dan terkira (proven and probable).

Kebutuhan Batubara Jangka PanjangSeiring dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan energi juga terus tumbuh. Bahkan di Indonesia pada saat ini pertumbuhan pemakaian energi lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi. Batubara merupakan salah satu jenis energi yang pertumbuhan pemakaiannya di dalam negeri paling tinggi dibanding jenis energi yang lain, khususnya dalam pembangkitan listrik.

Di sektor industri, pemakaian batubara juga meningkat cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini didorong oleh semakin mahalnya harga bahan bakar minyak dan listrik untuk industri. Selain itu, penggunaan batubara sebagai bahan baku industri petrokimia serta industri

Tabel 1. Cadangan dan Produksi Batubara Dunia

NegaraProduksi*

(juta ton/th)Ekspor*

(juta ton/th)Cadangan**

(juta ton)Cad/Prod**

(tahun)China 3,549 - 114,500 31USA 935 144 237,295 266India 595 - 60,600 100Indonesia 443 383 31,357*** 71Australia 421 301 76,400 160Rusia 359 134 157,010 452Afrika Selatan 259 74 30,156 117Jerman 197 - 40,542 213Polandia 144 - 5,465 12Kazakhstan 126 - 33,600 293

Sumber: *) World Coal Association 2013; **) BP Statistics 2014, ***) KESDM, 2014

Sumber: Ditjen Minerba, 2014

Gambar 2. Pemanfaatan Batubara Indonesia

19990 0%

505%

100

15010%

200 15%

25020%

DomestikEkspor

Produksi

% Domestik

300

350

35%

40030%

450 35%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Juta

to

n/t

ahu

n06

Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 7: Alarm Batubara

pengolahan berbasis batubara akan segera berkem-bang di Indonesia dalam waktu dekat.

Pada Gambar 3. dapat dilihat perkembangan pemakai-an energi primer di Indonesia. Pemakaian batubara tumbuh rata-rata 12.6% per tahun selama tahun 2000–2011, sementara pemakaian minyak bumi tum-buh rata-rata 3% per tahun, dan energi yang lain rata-rata tumbuh 5% per tahun dalam kurun waktu yang sama. Pangsa pemakaian batubara pada tahun 2011 mencapai 27% dari total pemakaian energi primer.

Menurut Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Ke-bijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang sudah disetujui DPR pada awal 2014, batubara ditargetkan menjadi penyedia energi terbesar sampai dengan tahun 2050. Pada 2025, target pangsa pemakaian batubara dalam bauran energi primer sebesar 30% dan 25% pada tahun 2050. Target tersebut belum termasuk pemaka-ian batubara yang dicairkan dan batubara yang digas-kan, yang dalam dokumen tersebut dimasukkan dalam kelompok energi baru dan terbarukan (EBT). Target pemakaian EBT adalah 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050, di mana untuk EBT ini tidak di-rinci per jenis energi. Untuk itu di dalam tulisan ini dia-sumsikan pemakaian batubara dicairkan dan digaskan adalah 5% pada tahun 2025 dan 2050. Sehingga total

target pemakaian batubara adalah 35% pada tahun 2025 dan 30% pada tahun 2050.

Di dalam RPP KEN tersebut, juga disebutkan target pemakaian energi primer total sebesar 400 juta TOE (ton oil equivalent) atau 2,88 milyar SBM pada tahun 2025 dan 1.000 juta TOE atau 7,2 milyar SBM pada tahun 2050. Dengan target pangsa pemakaian batu-bara seperti disebutkan di atas, maka pemakaian ba-tubara pada tahun 2025 akan menjadi 252 juta ton dan pada tahun 2050 menjadi 540 juta ton. Rata-rata penambahan pemakaian batubara hingga tahun 2050 adalah sekitar 12 juta ton per tahun.

Pada Gambar 4. dapat dilihat grafik yang menggam-barkan perkiraan pemakaian batubara dan produksi batubara yang diasumsikan terus dipertahankan sebe-sar produksi batubara tahun 2013 yaitu 440 juta ton/tahun. Perpotongan antara grafik volume produksi ba-tubara dan grafik perkiraan pemakaian batubara dalam negeri terjadi pada tahun 2040. Setelah tahun 2040 Indonesia akan menjadi pengimpor netto batubara. Sebagai catatan, pada saat ini Indonesia sudah men-jadi negara pengimpor netto minyak bumi, dan dalam waktu dekat juga akan mulai mengimpor gas bumi.

Sumber: Pusdatin ESDM, 2012

Gambar 3. Pemakaian Energi Primer di Indonesia

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

200

400

600

800

1000

1200

1400

Juta

SB

M

Panas Bumi

Tenaga Air

Gas Bumi

Minyak Bumi

Batubara

07Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 8: Alarm Batubara

Mengamankan Penyediaan BatubaraPada pembahasan sebelumnya telah disampaikan perkiraan permintaan batubara, yang terus tumbuh di masa mendatang. Di sisi lain, volume cadangan batu-bara akan turun jika penemuan cadangan baru lebih rendah dibanding produksi batubara. Pada Tabel Ca-dangan dan Produksi Batubara Dunia di atas, disampai-kan bahwa rasio cadangan terhadap produksi Indone-sia pada tahun 2013 adalah 71 tahun.

Skenario neraca cadangan – produksi batubara dalam jangka panjang disampaikan pada Gambar 5. Asumsi yang diambil adalah produksi batubara tetap sebesar 440 juta ton/tahun dan pemakaian batubara hingga tahun 2050 mengikuti target KEN, selanjutnya tetap sebesar 530 juta ton/tahun.

Dengan produksi batubara 440 juta ton/tahun, maka cadangan total (terbukti dan terkira) batubara sebesar 31,36 milyar ton akan terkuras habis pada tahun 2083 jika tidak ada penemuan cadangan baru. Jika hanya memperhitungkan cadangan terbuktinya saja, maka cadangan batubara akan habis pada tahun 2033. Ek-spor batubara hanya akan berlangsung sampai tahun 2040. Jika kecenderungan pertumbuhan produksi ba-tubara masih terjadi, maka laju pengurasan cadangan akan berlangsung lebih cepat.

Untuk mengamankan penyediaan batubara bagi kebu-tuhan dalam negeri, pada Pasal 5 Undang-Undang No

4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Ba-tubara telah diatur bahwa pemerintah dapat menetap-kan kebijakan pengutamaan batubara untuk kepentin-gan dalam negeri, dengan pengendalian produksi dan ekspor batubara. Selanjutnya, pasal tersebut dijabarkan dalam Pasal 89 – 92 Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertamban-gan Mineral dan Batubara (beberapa pasalnya direvisi oleh PP No 1 Tahun 2004). Pengendalian produksi batubara sangat terkait dengan pengendalian penjualan atau ekspor batubara. De-ngan asumsi kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi, maka pengendalian produksi akan mengurangi ekspor batubara dan sebaliknya pengendalian ekspor akan mengurangi produksi batubara. Kewenangan dalam melakukan pengendalian produksi batubara berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Sementara, kewenangan dalam pengen-dalian ekspor batubara berada di bawah Kementerian Perdagangan.

Dengan besarnya pemakaian batubara di masa men-datang, pengendalian produksi dan penjualan (ekspor) batubara hanya dapat menunda habisnya cadangan. Sebagaimana disampaikan pada Gambar 5, Indonesia akan menjadi pengimpor netto (net importer) batu-bara sekitar 25 tahun lagi. Beberapa hal yang diusul-kan mengenai mekanisme pelaksanaan pengendalian produksi batubara yaitu:• Perusahaan besar yang telah lama beroperasi

tidak dapat meningkatkan volume produksi batu-

ARTIKELMINERBA

Gambar 4. Perkiraan Pemakaian dan Produksi Batubara

2013 14 26 3820 32 4417 29 4123 35 4715 27 3921 33 4518 30 4224 36 4816 28 4022 34 4619 31 4325 37 49 500

100

200

300

400

500

600

Juta

to

n/t

ahu

n08

Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 9: Alarm Batubara

bara (paling banyak sama dengan produksi tahun 2013), agar umur produksinya lebih panjang.

• Perusahaan yang baru beroperasi diperbolehkan meningkatkan produksi batubara sampai dengan kapasitas tertentu.

• Kementerian ESDM cq Ditjen Minerba mengkoor-dinasikan pengendalian produksi batubara.

• Ditjen Minerba memberikan kuota produksi batu-bara kepada PKP2B dan Pemda.

• Ditjen Minerba melakukan pengawasan terhadap produksi batubara dari PKP2B.

• Pemda melakukan pengawasan terhadap produk-si batubara dari IUP.

• Pengawasan dilakukan melalui persetujuan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) dan laporan produksi bulanan.

Selain pengendalian produksi batubara, upaya pene-muan baru cadangan batubara harus ditingkatkan agar dapat memperpanjang masa produksi batubara. Pada saat ini terdapat 120,5 miliar ton sumber daya batu-bara, yang berpotensi untuk ditingkatkan statusnya menjadi cadangan batubara.

Pengendalian Batubara untuk NegaraTulisan ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran stakeholder batubara, khususnya perusahaan per-tambangan batubara, mengenai mendesaknya untuk segera dilaksanakan pengendalian produksi dan pen-

jualan batubara. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melaksana-kan pengendalian produksi dan penjualan (ekspor) ba-tubara, dan pemerintah daerah diwajibkan untuk me-matuhi ketentuan produksi batubara yang ditetapkan pemerintah.

Pengalaman dalam pengelolaan minyak dan gas bumi harus menjadi pelajaran untuk pengelolaan batubara. Indonesia yang pernah menjadi presiden organisasi negara pengekspor minyak bumi (OPEC), namun sejak tahun 2008 harus keluar karena sudah berubah men-jadi negara pengimpor minyak. Dalam hal gas bumi, Indonesia pernah menjadi negara pengekspor terbesar gas alam cair (LNG), saat ini mengalami kesulitan paso-kan gas bumi dan akan segera mengimpor gas bumi.

Sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkan-dung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergu-nakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; bukan hanya rakyat Indonesia saat ini, tetapi juga rakyat Indo-nesia di masa mendatang harus dapat menikmatinya. []

Daftar Pustaka• Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, statistik dan bahan presen-

tasi.• Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Neraca Sumber Daya

Energi”, 2013.• Pusat Data dan Informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Min-

eral, “Handbook of Energy & Economics 2012”, 2013.• BP Statistical Review of World Energy 2014.

• World Coal Association, “Coal Facts 2013”.

ARTIKELMINERBA

0

100

200

300

400

500

600

100

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Pro

du

ksi/

Pem

akai

an (

juta

to

n/t

h)

Cad

ang

an (

juta

to

n)

Gambar 5. Skenario Neraca Cadangan – Produksi Batubara

Pemakaian

Produksi

Cadangan Total

Cadangan Terbukti

2013 2037 20652025 2049 20742017 2041 20692029 2053 20812021 2045 20732033 20612057

09Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 10: Alarm Batubara

MEMPERKUATIndustri Logam Nasional dengan Hilirisasi Mineral

10Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Daddy Amin, ST, MM Perencana Muda Direktorat Pembinaan Program Minerba

foto: http://4nines.org/images/img3.jpg

Page 11: Alarm Batubara

Sumber daya mineral Indonesia yang sangat besar akan menjadi modal pembangunan jika dikelola dengan baik dan benar.

Kebijakan hilirisasi mineral sem-pat mengguncang perusahaan tambang di Indonesia. CEO Free-

port McMoran, Richard C. Adkerson, ter-bang dari New York untuk menyampaikan langsung keberatannya atas kebijakan ini. Newmont Nusa Tenggara (NNT) malah mengajukan gugatan arbitrase terkait larangan ekspor bahan mineral mentah yang diterapkan Pemerintah Indonesia. Perusahaan-perusahaan tambang raksasa itu seakan tidak puas bahwa selama ini sudah mengeruk kekayaan mineral Indo-nesia.

Indonesia memang kaya dengan sum-ber daya mineral. Data Badan Geologi ESDM menunjukkan, sumber daya tem-baga mencapai 4,925 miliar ton, nikel 2,633 miliar ton, dan bauksit 349,6 juta ton. Belum lagi bahan mineral lain seperti emas primer sebesar 5,386 miliar ton, perak 3,406 miliar ton, seng 577 juta ton, dan timah 354 juta ton. Berdasarkan data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), cadangan tembaga Indonesia sebesar 4,1% dari cadangan tembaga dunia (pe-ringkat ke-7 dunia), cadangan nikel seki-tar 2,9% dari cadangan nikel dunia (pe-ringkat ke-8), cadangan emas 2,3% dari cadangan emas dunia (peringkat ke-7), dan cadangan timah 8,1% dari cadangan timah dunia (peringkat ke-5).

Sumber daya mineral yang besar itu akan menjadi modal pembangunan jika di-kelola dengan benar. Pengelolaan sumber daya mineral harus memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional. Oleh karena

itu, sesuai dengan pasal 33 UUD, sumber daya mineral harus dikuasai oleh negara dan dikelola untuk mencapai sebesar-be-sar kemakmuran rakyat.

Eskpor Sangat BesarApakah sumber daya mineral itu sudah dikelola dengan benar untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat? Mari kita lihat apa yang terjadi.

Kekayaan sumber daya mineral itu di-boroskan melalui ekspor bahan men-tah mineral dalam jumlah yang sangat besar. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, ekspor bijih bauksit men-capai 56 juta ton (2013), meningkat 7 kali dibanding 2008 (7,8 juta ton). Ekspor bijih besi mencapai 19 juta ton (2013), jumlah ini meningkat 10 kali dibanding 2008 (1,9 juta ton). Ekspor bijih nikel mencapai 56 juta ton (2013), meningkat 14 kali dibanding 2008 (4 juta ton). Eks-por bijih tembaga sebesar 1,47 juta ton (2011), meningkat 7 kali dibanding 2009.

Akibat ekspor besar-besaran ini, sumber daya mineral akan habis dalam waktu singkat. Misalnya cadangan bauksit, akan habis dalam waktu 20 tahun. Bahkan ca-dangan bijih besi diperkirakan akan habis dalam waktu 9 tahun.

Ekspor bahan mentah mineral secara besar-besaran ini sangat merugikan In-donesia. Dari sisi ekonomi, Indonesia ke-hilangan nilai tambah yang sangat besar dibandingkan jika bahan mineral itu dio-

11Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 12: Alarm Batubara

lah di dalam negeri. Nilai tambah berarti bahwa pengo-lahan bahan mineral akan menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari sebelum-nya. Peningkatan nilai tambah ini akan terjadi jika bijih dan konsentrat mineral tersebut diolah di dalam negeri menjadi produk lanjutan.

Besarnya nilai tambah jika bahan mentah mineral itu diolah dalam negeri sangat signifikan. Kementerian ESDM (2012) menyebut, dari ekspor bijih bauksit tahun 2011 yang sebesar 40,6 juta ton, negara kehilangan potensi nilai tambah sebesar US$ 18 miliar jika bijih bauksit tersebut diolah di dalam negeri. Dari tembaga, dengan mengekspor 1,47 juta ton bijih tembaga pada 2011, potensi nilai tambah tembaga yang seharus-nya bisa diperoleh sebesar US$ 13,2 miliar. Dari nikel, dengan mengekspor 56 juta ton bijih nikel pada 2013, dapat diperoleh nilai tambah sebesar US$ 9 miliar. Jadi dari ketiga jenis komoditi mineral saja, potensi nilai tambah yang hilang sebesar US$ 40,2 miliar.

Keroposnya Industri Logam NasionalEkspor bahan mentah mineral besar-besaran juga mengakibatkan keroposnya struktur industri logam na-sional. Keroposnya struktur industri logam ini terlihat dari terputusnya rantai pasok yang menghubungkan hulu dan hilir dalam industri logam nasional. Selama ini industri logam dan manufaktur selalu kekurangan pa-sokan bahan baku karena minimnya industri perantara yang menghubungkan hulu dan hilir.

Secara garis besar, struktur rantai pasok industri logam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu industri hulu, industri antara, dan industri hilir. Dalam industri logam tembaga, industri hulu mengolah bahan men-tah konsentrat tembaga (copper concentrate) menjadi katoda tembaga (copper cathode). Industri antara me-ngolah katoda tembaga menjadi produk antara berupa tembaga lembaran (copper sheet) dan tembaga ba-tangan (copper rod). Selanjutnya industri hilir mengo-lah kedua jenis produk ini menjadi produk hilir seperti kabel tembaga, pipa, dan peralatan rumah tangga.

Ironisnya, sebagai bahan baku industri hulu, 70% pro-duksi konsentrat tembaga malah diekspor, dan hanya 30% dijual di dalam negeri untuk diproses menjadi pro-duk utama katoda tembaga. Padahal di sisi hilir, Indo-nesia mengimpor produk tembaga dalam jumlah besar dengan volume yang terus naik. Data BPS menunjuk-kan, tahun 2003 impor produk tembaga hanya sebesar US$86 juta, naik menjadi US$250 juta (2007), dan me-lonjak menjadi US$ 1,28 miliar (2011). Impor produk tembaga dalam bentuk batang, produk kabel tembaga, dan produk tembaga dalam bentuk foil.

Dalam industri logam aluminium, industri hulu men-golah bauksit menjadi alumina yang merupakan pro-duk antara. Kemudian, alumina ini diproses lebih lanjut menjadi logam aluminium primer (ingot). Ironisnya, mata rantai pembuatan aluminium dari bijih bauksit ini terputus karena Indonesia tidak memiliki industri pe-ngolahan dan pemurnian alumina. Karena tidak memi-liki industri pengolahan alumina, produksi bijih bauksit Indonesia seluruhnya diekspor dalam bentuk mineral mentah, belum diolah dan dimurnikan. Indonesia ke-mudian mengimpor seluruh produk alumina untuk me-menuhi kebutuhan bahan baku industri logam alumi-nium. Setiap tahun, Indonesia mengimpor 500 ribu ton bahan baku alumina dari Australia.

Industri logam nasional memang menunjukkan sebu-ah ironi. Ironi itu terlihat dari fakta bahwa Indonesia

AKIBAT EKSPOR BESAR-BESARAN

INI, SUMBER DAYA MINERAL AKAN

HABIS DALAM WAKTU SINGKAT.

MISALNYA CADANGAN BAUKSIT, AKAN HABIS

DALAM WAKTU 20 TAHUN. BAHKAN

CADANGAN BIJIH BESI DIPERKIRAKAN AKAN HABIS DALAM WAKTU

9 TAHUN.

12Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 13: Alarm Batubara

mengekspor bahan mentah bijih mineral, kemudian mengimpor produk hilir dari mineral tersebut. Sebagai contoh, hampir semua produksi bijih nikel Indonesia diekspor. Ironisnya, untuk memenuhi kebutuhan nikel dalam negeri, Indonesia harus mengimpor kembali nikel yang sudah diolah di Jepang.

Hilirisasi Mineral Kebijakan hilirisasi mineral dimaksudkan untuk meng-optimalkan manfaaat sumber daya mineral dalam rangka mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kebijakan ini tertuang dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. UU ini mewajibkan penciptaan nilai tambah melalui pengola-han bahan mineral dan batubara. Pasal 102 menyebut-kan: Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemur-nian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.

Kewajiban pengolahan mineral di dalam negeri dite-gaskan pada pasal 103 ayat 1: Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Peru-sahaan pertambangan wajib membangun fasilitas pe-leburan dan pengolahan mineral selambat-lambatnya 5 tahun sejak diundangkan (pasal 170).

Kebijakan larangan ekspor mineral mentah dan kebi-jakan hilirisasi mineral akan mendorong tumbuhnya industrialisasi nasional dengan lebih mudah dan cepat. Hilirisasi mineral dapat melengkapi rantai pasok industri logam nasional sehingga memiliki struktur industri logam yang kuat.

Struktur industri logam nasional yang kuat dicirikan dengan kelengkapan mata rantai industri dari hulu hingga hilir dan adanya saling keterkaitan yang kuat antara mata rantai tersebut. Kelengkapan rantai pasok ini selanjutnya akan mempercepat proses industrialisasi.

Indonesian Resources Studies (IRESS) menyebutkan, ke-bijakan larangan ekspor mineral mentah akan mendo-rong tumbuhnya industri logam di Indonesia. Pertama, tumbuhnya industri pengolahan bijih nikel domestik dengan kebutuhan bijih nikel dalam negeri sebanyak 18 juta ton per tahun. Kedua, tumbuhnya industri bahan baku baja (sponge/pig iron) berkapasitas 9,5 juta ton per tahun. Ketiga, tumbuhnya industri pengo-lahan konsentrat tembaga (copper concentrate) men-jadi katoda tembaga (copper cathode) dalam negeri dengan kapasitas 425 ribu ton per tahun. Keempat, meningkatkan daya saing industri hilir tembaga, seperti industri kabel, PCB, dan komponen elektronik lainnya. Kelima, tumbuhnya industri pengolahan bauksit men-jadi alumina di dalam negeri dengan kapasitas 7 juta ton per tahun. Keenam, kebutuhan alumina domestik sebanyak 500 ribu ton per tahun bisa terpenuhi dari pasokan dalam negeri.

Perlu ditekankan bahwa kebijakan larangan ekspor mineral mentah dan kebijakan hilirisasi mineral adalah satu paket dan tidak bisa dipisahkan. Kebijakan lara-ngan ekspor mineral mentah hanyalah salah satu sisi kebijakan. Sisi yang lain adalah kebijakan hilirisasi mi-neral berupa kewajiban pembangunan fasilitas pen-golahan dan pemurnian mineral. Kebijakan larangan ekspor mineral justru dapat merugikan jika pembangu-nan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral tidak terealisasi atau industri hilir domestik belum mampu me-nyerap hasil produksi pengolahan dan pemurnian mine-ral domestik. Oleh karena itu, kebijakan larangan ekspor mineral mentah harus disertai dengan upaya penyiapan rantai hilirnya. []

IRONISNYA INDUSTRI LOGAM NASIONAL.HAMPIR SEMUA PRODUKSI BIJIH NIKEL INDONESIA DIEKSPOR DAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN NIKEL DALAM NEGERI, INDONESIA HARUS MENGIMPOR KEMBALI NIKEL YANG SUDAH DIOLAH DI JEPANG

13Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Page 14: Alarm Batubara

Istilah Inspektur Tambang sudah lama ada di Indone-sia. Bangsa Indonesia mengenal “Mijninspecteurs” (Inspektur Tambang) sejak pemerintahan Hindia Be-

landa berdasarkan pada “Mijn Politie Reglement (MPR)” staatsblad Nomor 341 Tahun 1930.

Sejarah panjang Inspektur Tambang sejalan dengan kegiatan pertambangan di Indonesia yang secara be-sar-besaran juga di mulai pada akhir abad 18. Misalnya penambangan Batubara di Sawahlunto dan penambang-an kapur untuk semen di Indarung Padang Sumatera Barat sekarang. Melihat umur Inspektur Tambang itu lebih tua dari Republik Indonesia sudah seharus Inspek-tur Tambang berbicara banyak dalam pengelolaan usaha pertambangan di negara ini.

Tahun 1990 sebagian urusan pertambangan diserahkan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk bahan galian golongan C atau bahan galian industri, maka pada waktu itu Gubernur menerbitkan Surat Izin Pertambang-an Daerah (SIPD). Sebagai instutisi pengawasan dibentuk lembaga Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah (PITDA)

berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1256.K/03/M.PE/1991. Sejalan dengan kebijakan tersebut dilakukan pendidikan untuk Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah pada tahun 1991 oleh Badan Pengem-bangan Teknologi Mineral di Bandung. Pada dekade 1990-an setiap pemerintahan Provinsi/Daerah Tingkat I, kecuali DKI, mempunyai pejabat Pelaksana Inspeksi Tam-bang Daerah.

Pengawasan terhadap kegiatan pertambangan bahan galian golongan A dan B dilakukan oleh Departemen Pertambangan dan Energi bersama Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Pertambangan dan Energi. Pejabat yang mengawasi bernama Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) dan Pelaksana Inspeksi Tambang Wilayah (PITWIL) untuk pejabat yang berada di Kanwil Departemen Per-tambangan dan Energi. Dasar pembentukan lembaga ini adalah Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 2555.K/201/M.PE/1991, dimana sampai saat ini kedua Keputusan Menteri belum di cabut sebagai dasar pembentukan Inspektur Tambang. Walaupun secara no-menklatur, kedua dasar hukum ini sudah tidak sesuai

Melahirkan

Rezim Pejabat FungsionalInspektur Tambang

14Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ARTIKELMINERBA

Ir. Rosben Aguswar, M.Si. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Korps Inspektur Tambang Indonesia

Page 15: Alarm Batubara

dengan semangat pengelolaan usaha pertambangan saat ini.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah sesudah reformasi tahun 1998, dan perjuangan teman-teman PIT untuk menjadikan lembaga PIT/PITWIL dan PITDA menjadi jabatan fungsional menunjukan hasil. Pada tahun 2002 melalui Keputusan Menteri Aparatur Nega-ra Nomor 22 Tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya melahir Ins-pektur Tambang (IT) sebagai pejabat fungsional dengan jenjang kepangkatan sampai IT Madya.

Namun, lahirnya IT belum diikuti oleh perubahan pera-turan menteri yang mengatur tentang pengangkatan PIT/PITDA, sehingga di daerah menimbulkan multi tafsir. Di beberapa daerah, banyak PIT dan PITDA me-lakukan impassing menjadi pejabat fungsional IT, dan hampir disemua daerah pasca otonomi daerah tidak mengangkat pejabat fungsional IT tetapi tetap mem-buat tim yang diberi nama PIT atau IT dan melakukan kewenangan Inspektur Tambang. Modus dari kondisi ini tidak lebih sebagai mensiasati agar pejabat struk-tural masih bisa berfungsi sebagai IT dan juga mensia-sati anggaran pengawasan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau anggaran dekonsen-trasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Kondisi ini tetap berlangsung tanpa ada korek-si dari instansi pembina dan instansi yang berwenang.

Berakhirnya Rezim PIT dan PITDADengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang mengamanatkan ada 15 aspek yang harus di-awasi dalam pengelolaan kegiatan usaha pertamban-gan mineral dan batubara. Dari 15 aspek tersebut enam aspek menjadi kewenangan Inspektur Tambang dan sisanya 9 aspek menjadi kewenangan Pejabat Pe-ngawas.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 mempertegas istilah Inspektur Tambang. Dengan demikian istilah Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) dan Pelaksana Inspek-si Tambang Daerah (PITDA) sudah gugur demi hukum.

Pengangkatan pejabat PIT atau PITDA sesudah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 atau Inspektur Tambang tetapi bukan sebagai pejabat fungsional adalah tinda-kan yang melawan hukum dan bertentangan dengan undang-undang ini.

Fenomena yang berkembang di daerah, banyak man-tan pejabat PIT dan PITDA walaupun sudah menduduki jabatan struktural masih enggan melepaskan fungsi mereka sebagai Inspektur Tambang. Kerancuan ini

membuat fungsi dan pelaksanaan pengawasan men-jadi tidak efektif dan seakan-akan tidak ada kontrol. Ironis mereka yang sudah impassing menjadi pejabat fungsional Inspektur Tambang di beberapa daerah ter-marjinalkan sehingga fungsi sebagai Inspektur Tam-bang tidak bisa dilaksanakan sebagai mana mestinya.

Ketidakjelasan fungsi Inspektur Tambang di daerah menyebabkan banyak Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diterbitkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota banyak yang tidak mempunyai Kepala Teknik Tambang (KTT) dan Buku Tambang dalam melaksanakan kegiat-an eksplorasi dan operasi produksi. Padahal kewajiban pemegang IUP mempunyai KTT dan Buku Tambang se-jalan dengan fungsi dan tugas Inspektur Tambang.

Seharusnya Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi Mineral dan Batubara tidak menggunakan kewengan ex-officio selaku Kepala In-spektur Tambang apabila di instansinya tidak ada Ins-pektur Tambang. Sebelum Kepala Inspektur Tambang memutuskan sesuatu, tentunya harus meminta pertim-bangan teknis dari pejabat fungsional Inspektur Tam-bang.

Semua Keputusan Bupati/ Walikota dan Gubernur mengenai pengangkatan pejabat Pelaksana Inspeksi Tambang atau Inspektur Tambang yang tidak sebagai pejabat fungsional Inspektur Tambang seyogia sudah dicabut sejak Januari 2009, sejalan dengan disetujuinya Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Begitu juga bagi institusi pengawas (BPK, Ins-pektorat Daerah) seharus sudah menjadi temuan jika sebuah institusi yang menerbitkan IUP tidak mempun-yai pejabat fungsional Inspektur Tambang dan Pejabat Pengawas. Banyak anggaran pengawasan oleh Inspek-tur Tambang yang dicairkan tetapi tidak dilaksanakan oleh pejabat fungsional Inspektur Tambang dan hal ini

Fenomena yang berkembang di daerah, banyak mantan pejabat PIT dan PITDA walaupun sudah menduduki jabatan struktural masih enggan melepaskan fungsi mereka sebagai Inspektur Tambang.

ARTIKELMINERBA

15Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 16: Alarm Batubara

adalah sebuah pelanggaran terhadap ketentuan perun-dang-undangan.

Pengangkatan pejabat fungsional Inspektur Tambang harus dicantumkan dalam keputusan pengangkatan-nya sebagai berikut: jabatan fungsional (IT Pertama, IT Muda dan IT Madya), mempunyai angka kredit dan mempunyai tunjangan fungsional. Secara hukum dan defacto, sejak Januari 2009 rezim Pelaksana Inspeksi Tambang dan Inspektur Tambang yang bukan pejabat fungsional sudah berakhir.

Korps Inspektur Tambang Indonesia (KITA)Pada pertemuan Inspektur Tambang dan Calon Inspek-tur Tambang di Jakarta pada bulan Mei 2014, jumlah Inspektur Tambang di seluruh Indonesia baru mencapai 70 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 32 orang be-rasal dari Inspektur Tambang dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dan 38 orang dari SKPD yang membidangi Mineral dan Batubara Provinsi dan Kabu-paten/Kota seluruh Indonesia.

Perkembangan pejabat fungsional Inspektur Tambang ini sangat mengkhawatirkan. Sudah 5 tahun UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Ba-tubara yang mewajibkan Pengawasan Teknis dan Ling-kungan dilaksanakan oleh Inspektur Tambang, tetapi tidak menjadi perhatian yang serius. Pertemuan terse-but menghasilkan sebuah kesepakatan untuk melahir sebuah organisasi yang menghimpun Inspektur Tam-bang seluruh Indonesia dalam Korps Inspektur Tam-bang Indonesia (KITA).

Sebuah cita-cita oleh Inspektur Tambang seluruh In-donesia dirumuskan dan disepakati dalam bentuk visi yang dituangkan dalam Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi sebagai berikut: Mewujud-kan Inspektur Tambang yang Profesional, Transparan dan Berintegritas Tinggi untuk Mengawasi Kegiatan Pertambangan di Indonesia agar Sesuai dengan Kai-dah Pertambangan yang Baik dan Benar (Good Mining Practice).

Kemudian, organisasi Korps Inspektur Tambang Indo-nesia (KITA) mempunyai Misi

1. Mewujudkan Inspektur Tambang yang profesio-nal dalam pengawasan terhadap 7 aspek;

2. Menjaga komitmen dan profesionalisme Inspek-tur Tambang melalui pendidikan, pelatihan, dan kursus secara nasional dan internasional; dan

3. Membangun kelembagaan Inspektur Tambang di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Ne-gara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun tujuan organisasi adalah memperkuat kelem-bagaan Inspektur Tambang di seluruh wilayah Republik Indonesia dan mewujudkan pelaksanaan kegiatan per-tambangan yang baik bagi kesejahteraan rakyat.

Keberadaan KITA sangat direspon oleh teman-teman di daerah, sehingga jumlah Inspektur Tambang di daerah bertambah signifikan. Jumlah Inspektur Tambang di se-luruh Indonesia sampai awal September 2014 adalah 103 orang dengan rincian 31 orang di Direktorat Jen-deral Mineral dan Batubara dan 72 orang di daerah, serta lebih kurang 25 orang lagi masih dalam proses (lihat tabel di halaman berikut). Kondisi ini menunju-kan bahwa UU Nomor 4 Tahun 2009 melahirkan rezim pejabat fungsional Inspektur Tambang (IT) dan meng-akhiri rezim pejabat Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT).

Menjadi tugas berat kedepan yang secara mendasar adalah mendorong institusi pembina untuk segera mencabut Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1256.K/03/M.PE/1991 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C oleh Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah (PITDA) dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 2555.K/201/M.PE/1991 tentang Pelaksaan Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum serta menetap dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Meneral tentang Tatacara Pengang-katan Inspektur Tambang sebagai dasar yang kuat untuk kelembagaan Inspektur Tambang.

Kemudian, agar Inspektur Tambang lebih berwibawa, maka perlu ditetapkan segera dasar hukum pemben-tukan Kode Etik Inspektur Tambang dan Majelis Etik Inspektur Tambang. []

Sudah 5 tahun UU No. 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara yang mewajibkan

Pengawasan Teknis dan Lingkungan

dilaksanakan oleh Inspektur Tambang, tetapi tidak menjadi

perhatian yang serius.

ARTIKELMINERBA

16Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 17: Alarm Batubara

Data Inspektur Tambang Seluruh Indonesia

No Instansi Jumlah Total1 Ditjen Minerba ESDM 31 orang 31 orang2 Provinsi Sumatera Utara 4 orang

DPE Provinsi Sumatera Utara 3 orangDPE Kab. Mandailing Natal 1 orang

3 Provinsi Sumatera Barat 7 orangDESM Provinsi Sumatera Barat 7 orang

4 Provinsi Riau 1 orangDESDM Provinsi Riau 1 orang

5 Provinsi Bengkulu 1 orangDPE Provinsi Bengkulu 1 orang

6 Provinsi Jambi 1 orangDPE Provinsi Jambi 0 orangDPE Kab. Merangin 1 orang

7 Provinsi Sumatera Selatan 1 orangDPE Provinsi Sumatera Selatan 1 orang

8 Provinsi Kep. Bangka Belitung 11 orangDPE Prov. Kep. Bangka Belitung 7 orangDPE Kab. Bangka 2 orangDPE Kab. Bangka Barat 1 orangDPE Kab. Belitung Timur 1 orang

9 Provinsi Jawa Barat 3 orangDESDM Jawa Barat 0 orangDPE Kab. Tasikmalaya 2 orangDPSDA dan Pertambangan Kab. Cianjur 1 orang

10 Provinsi Kalimantan Timur 16 orangDPE Provinsi Kalimantan Timur 8 orangDPE Kab. Kutai Kartanegara 7 orangDPE Kab. Kutai Timur 1 orang

11 Provinsi Kalimantan Selatan 5 orangDPE Provinsi Kalimantan Selatan 5 orang

12 Provinsi Kalimantan Barat 2 orangDPE Provinsi Kalimantan Barat 2 orang

13 Provinsi NTT 1 orangDPE Provinsi NTT 0 orangDPE Kab. Belu 1 orang

14 Provinsi Sulawesi Selatan 5 orangDPE Provinsi Sulawesi Selatan 4 orangDPE Kab. Maros 1 orang

15 Provinsi Maluku Utara 13 orangDPE Provinsi Maluku Utara 7 orangDPE Kab. Halmahera Tengah 6 orang

Total 102 orang

Catatan1. Calon Inspektur Tambang yang sedang di proses di Badan

Kepegawaian Daerah dari Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Provinsi sebanyak 33 orang yang terdiri daria. Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 1 orangb. Provinsi Riau sebanyak 1 orangc. Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 1 orangd. Provinsi Sumatera Barat sebanyak 4 orange. Provinsi Jambi sebanyak 1 orang

f. Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 5 orangg. Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 1 orangh. Provinsi Jawa Barat sebanyak 11 orang

2. Calon Inspektur Tambang dari Kabupaten/Kota Provinsi Kali-mantan Selatan yang sedang diproses DUPAK oleh tim penilai Provinsi sebanyak 13 orang.

3. Jumlah Calon Inspektur Tambang yang sudah lulus DIKLAT 899 orang.

ARTIKELMINERBA

17Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 18: Alarm Batubara

ARTIKELMINERBA

MendulangInvestasi dari TiongkokDirjen Minerba Menghadiri Trade and Investment Forum on Energy, Mineral and Infrastructure di Chongqing Republik Rakyat Tiongkok

18Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Ir. SujatmikoKepala Bagian Rencana

dan Laporan

Fadli Ibrahim, SHKepala Bagian Hukum

Parlindungan Sitinjak, ST Kepala Seksi

Penyiapan Program Batubara

M. Adi Putra Sudiman, ST Perencana Pertama

Page 19: Alarm Batubara

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara R. Sukh-yar memimpin delegasi Kementerian ESDM menghadiri Trade and Investment Forum on En-

ergy, Mineral and Infrastructure yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Repub-lik Rakyat Tiongkok (RRT). Event yang berlangsung di Chongqing RRT ini terselenggara atas kerjasama antara KBRI dengan Pemerintah Kota Chongqing RRT.

Delegasi Kementerian ESDM terdiri dari: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Direktorat Jenderal Ke-tenagalistrikan, Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, dan Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM. Anggota delegasi dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara terdiri dari 4 orang yaitu: Kepala Bagian Ren-cana dan Laporan Sujatmiko, Kepala Bagian Hukum Fadli Ibrahim, Kepala Seksi Penyiapan Program Batu-bara Parlindungan Sitinjak, dan Perencana Pertama M. Adi Putra Sudiman.

Trade and Investment Forum on Energy, Mineral and Infrastructure yang berlangsung pada tanggal 28 April 2014 ini bertujuan menyampaikan penjelasan kebija-kan Indonesia tentang peluang investasi di bidang pe-ngolahan dan pemurnian mineral, bidang energi, dan bidang infrastruktur kepada para pengusaha RRT. Ke-mudian dilanjutkan dengan One on One Meeting (busi-ness matching) untuk memberikan kesempatan kepada pihak pengusaha Tiongkok menindaklanjuti peluang investasi yang ditawarkan.

Forum ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta yang berasal dari pengusaha Tiongkok, pengusaha Indonesia, serta Pemerintah Kota Chongqing. Trade and Investment Forum diawali dengan sambutan Director General For-eign and Overseas Chinese Affairs Office Chongqing dan dilanjutkan dengan sambutan Duta Besar Republik Indonesia untuk RRT Soegeng Rahardjo.

Duta Besar RI menyampaikan bahwa forum ini merupa-kan salah satu upaya untuk meningkatkan hubungan ekonomi RI dengan RRT, dimana volume perdagangan RI-RRT yang mencapai USD 68 miliar dan RRT menjadi salah satu mitra dagang terbesar RI. Pada tahun 2012 jumlah investasi yang berasal dari RRT di Indonesia ada-lah USD 2 miliar terutama dalam bidang minyak dan gas serta pertambangan mineral dan batubara.

Dirjen Minerba, R. Sukhyar, selaku narasumber me-nyampaikan paparan berjudul Opportunity on Min-eral and Coal Investment in Indonesia. Dirjen Minerba menjelaskan kondisi Indonesia pada saat ini. Indonesia merupakan negara ekonomi terbesar ke-16 di dunia yang memiliki 55 juta tenaga kerja terampil dan 45 juta penduduk kelas menengah. Indonesia juga memi-liki sumber daya batubara 120 miliar ton serta sumber daya mineral antara lain bijih nikel 3,5 miliar ton, bijih bauksit 1,2 miliar ton, dan bijih tembaga 17 miliar ton.

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang me-wajibkan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam

ARTIKELMINERBA

Dirjen Minerba R. Sukhyar dalam One on One Meeting

19Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 20: Alarm Batubara

negeri maka sejak tanggal 12 Januari 2014 ekspor min-eral bijih (raw material) dilarang. Kebijakan ini membu-ka peluang bagi para investor untuk membangun pen-golahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Dirjen Minerba mengundang para pengusaha Tiongkok ber-investasi membangun pengolahan dan pemurnian min-eral dengan membangun sendiri maupun bekerjasama dengan mitra lokal dalam membangun pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia.

Selanjutnya Dirjen Minerba menjelaskan bahwa kebija-kan peningkatan nilai tambah telah mendorong pem-bangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Saat ini terdapat 25 fasilitas pengola-han pemurnian yang sudah mencapai tahap produksi dan commisioning.

Pada bagian penutup presentasinya, Dirjen Minerba menyampaikan bahwa potensi investasi dalam bidang mineral dan batubara sangat berprospek dan menarik pada sisi hulu pertambangan dan pada sisi hilir yaitu pengolahan dan pemurnian. Dirjen Minerba mengun-dang investor Tiongkok untuk mengembangkan po-tensi mineral dan batubara terutama dalam pengola-han dan pemurnian mineral.

Seusai paparan Dirjen Minerba, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan narasumber dari Ditjen Ketena-galistrikan yang menyampaikan peluang investasi di bidang ketenagalistrikan. Kemudian narasumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal yang menyam-paikan peluang investasi di bidang infrastruktur, serta dari Shenhua Power Group yang menyampaikan pen-galaman kesuksesan Shenhua Power Group dalam berinvestasi pada bidang pertambangan batubara dan pembangkit listrik di Indonesia.

Shenhua berbagi tips pengalaman kesuksesan berinves-tasi di Indonesia. antara lain: dukungan Pemerintah In-donesia bagi Shenhua dalam melaksanakan investasi, kerjasama dengan mitra lokal Indonesia, pembentukan tim manajemen yang kuat dalam pertambangan dan pembangkit listrik, serta membina hubungan yang baik dengan pemerintah daerah serta dengan masyarakat sekitar lokasi proyek melalui program tangggung jawab sosial perusahaan dan membuka kesempatan kerja ke-pada masyarakat terutama sekitar wilayah proyek.

Setelah sesi pemaparan, Trade and Investment Forum dilanjutkan dengan One on One Meeting yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu: kelompok batubara, kelom-pok mineral, dan kelompok infrastruktur yang memberi-kan kesempatan kepada para investor Tiongkok untuk berkonsultasi dan menindaklanjuti peluang investasi di bidang mineral, batubara, dan infrastruktur. Dalam One on One Meeting para investor Tiongkok menanyakan tentang mekanisme perizinan dan peluang investasi di bi-dang mineral, batubara, dan infrastruktur

Kunjungan Ke Pabrik Baja Tangshan Steel di Provinsi Hebei RRTSebelum menghadiri Trade and Investment Forum on Energy Mineral and Infrastructure, Dirjen Minerba memimpin delegasi mengunjungi pabrik pengolahan dan pembuatan baja Tangshan Steel di Provinsi Hebei Republik Rakyat Tiongkok (RRT), pada tanggal 27 April 2014. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengeta-hui lebih dekat proses pengolahan dan pembuatan baja Tangshan Steel sebagai upaya untuk mendukung pembangunan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri (Indonesia) dalam mendukung kebijakan peningkatan nilai tambah mineral.

Kunjungan Dirjen Minerba dan delegasi ke Tangshan Steel disambut oleh manajemen Tangshan Steel yang dipimpin oleh Deputy General Manager Tangshan Steel Group Mr Li Yidong.

Dalam pertemuan ini Mr Li Yidong menjelaskan profil Tangshan Steel sebagai perusahaan pembuatan baja dengan kapasitas produksi 18 juta ton baja per tahun dan memiliki 37.000 pegawai. Bahan baku pasir besi berasal dari dalam negeri RRT sebesar 30% dan impor sebesar 70% terutama dari Australia dan Brasil.

Tangshan Steel adalah produsen baja terbesar keenam di RRT yang berdiri sejak tahun 1943 dan memasarkan produk baja untuk kebutuhan dalam negeri RRT dan sekitar 3 juta ton diekspor. Pada tahun 2014 Tangshan Steel menargetkan ekspor produk baja 4 juta ton ke-59 negara tujuan termasuk ke Indonesia.

ARTIKELMINERBA

Dirjen Minerba, R. Sukhyar

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara yang mewajibkan pengolahan

dan pemurnian mineral di dalam negeri maka sejak

tanggal 12 Januari 2014 ekspor mineral bijih (raw

material) dilarang.

20Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 21: Alarm Batubara

Tangshan Steel merupakan perusahaan besi baja yang terintegrasi yang terdiri dari: pabrik besi (ironmaking), baja (steelmaking), hot rolling, long product, cold roll-ing, stainless steel, dan medium plate. Mr Li menyam-paikan tantangan yang dihadapi Tangshan Steel adalah produksi baja yang berlebih yang dihasilkan oleh pabrik baja di seluruh RRT, perlambatan ekonomi dunia yang mempengaruhi kebutuhan baja, serta dampak lingkun-gan. Untuk menghadapi tantangan ini, Tangshan Steel melakukan efisiensi, penataan kegiatan dan operasi pabrik, ekspansi ke pasar internasional serta peningka-tan standar lingkungan dalam operasional.

Dirjen Minerba R. Sukhyar menyampaikan terimakasih kepada Tangshan Steel yang menerima dan memberi-kan kesempatan kepada delegasi Kementerian ESDM untuk melihat secara langsung proses pengolahan dan pembuatan baja Tangshan Steel.

Dirjen Minerba melanjutkan, sejak 12 Januari 2014, In-donesia telah mewajibkan pengolahan dan pemurnian mineral bijih di dalam negeri, sehingga ekspor mineral bijih tidak diperbolehkan lagi. Kebijakan peningkatan nilai tambah mineral memberikan peluang kepada para investor untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia. Dirjen Minerba men-gundang Tangshan Steel berinvestasi dan membangun pabrik pengolahan dan pembuatan baja di Indonesia

sebagai upaya untuk melakukan ekspansi internasional dan dapat bekerjasama dengan mitra lokal dari Indo-nesia dalam membangun pabrik pengolahan dan pem-buatan baja di Indonesia.

Pada tahun 2012 Tangshan Steel menghasilkan 15,6 juta ton pig iron, 15 juta ton crude steel, dan 14,7 juta ton produk baja dengan pendapatan sebesar 62,5 mil-iar yuan.

Selanjutnya Dirjen Minerba dan delegasi mengunjungi pabrik baja untuk melihat secara langsung proses pen-golahan dan pembuatan baja di Tangshan Steel hingga menghasilkan produk baja. Seusai melihat secara lang-sung proses pengolahan dan pembuatan baja, kunjun-gan ditutup dengan jamuan makan siang

Kunjungan Kehormatan Dirjen Minerba ke Wakil Walikota Chongqing RRTSetelah pelaksanaan Trade and Investment Forum on Energy, Mineral and Infrastructure pada tanggal 28 April 2014, keesokan harinya Duta Besar Republik In-donesia untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Soe-geng Rahardjo, Dirjen Minerba R. Sukhyar, serta de-legasi melaksanakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Walikota Chongqing RRT. Pada kunjungan ke-hormatan tersebut, Wakil Walikota Chongqing meny-ambut langsung dan didampingi oleh para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Chongqing, antara lain: Director General Foreign and Overseas Chinese Affairs Office Chongqing dan Director General Bureau of Ge-ology and Mineral Exploration Chongqing.

ARTIKELMINERBA

Dirjen Minerba di Pabrik Baja Tangshan Steel

Deputy General Manager Tangshan Steel Group Mr Li Yidong

Tantangan yang dihadapi Tangshan Steel adalah produksi baja yang berlebih yang dihasilkan oleh pabrik baja di seluruh RRT, perlambatan ekonomi dunia yang mempengaruhi kebutuhan baja, serta dampak lingkungan.

21Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 22: Alarm Batubara

Wakil Walikota Chongqing menyampaikan selamat da-tang kepada Duta Besar beserta Delegasi RI (Delri) ke Chongqing dan menyampaikan terimakasih atas pelak-sanaan Trade and Investment Forum on Energy, Mineral and Infrastructure yang memberikan kesempatan ke-pada pihak pengusaha Tiongkok untuk menindaklan-juti peluang investasi yang ditawarkan. Wakil Walikota Chongqing mengharapkan peningkatan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Chongqing melalui pembukaan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Chongqing serta pembukaan jalur penerbangan langsung Jakarta-Chongqing-Jakarta. Wakil Walikota Chongqing dalam kesempatan ini mengundang para pengusaha Indonesia untuk mengikuti Chongqing Exhi-bition pada bulan Mei 2014 di Chongqing.

Duta Besar RI juga menyampaikan ucapan terimakasih atas kerjasama dan dukungan Pemerintah Kota Chong-qing dalam pelaksanaan Trade and Investment Forum on Energy, Mineral and Infrastructure yang merupakan kerjasama KBRI dengan Pemerintah Kota Chongqing. Terkait dengan pengusulan pembukaan KJRI di Chong-qing, Duta Besar menyatakan bahwa usulan tersebut akan dipelajari. Selanjutnya, para pengusaha RRT diun-dang untuk berinvestasi di Indonesia khususnya dalam bidang energi, mineral, dan infrastruktur antara lain: pembangunan pengolahan dan pemurnian mineral,

ARTIKELMINERBA

Foto Bersama Dubes RI dan Dirjen Minerba dengan Wakil Walikota Chongqing

Dubes RI Menyampaikan Cindera Mata kepada Wakil Walikota Chongqing RRT

22Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 23: Alarm Batubara

penambangan bawah tanah, pembangunan pembang-kit listrik, dan pembangunan sarana transportasi massal monorail.

Adapun usulan pembukaan penerbangan Jakarta-Chongqing-Jakarta akan diteruskan kepada maskapai penerbangan Indonesia di Beijing untuk dapat dievalu-asi oleh pihak maskapai. Acara diakhiri dengan pertu-karan cindera mata antara Duta Besar RI dengan Wakil Walikota Chongqing serta antara Dirjen Minerba den-gan Wakil Walikota Chongqing.

Sebelum kunjungan kehormatan ini, pada hari sebe-lumnya tanggal 28 April 2014, Delri mengunjungi Chongqing Rail Transport yang memproduksi mono-rail sebagai sarana transportasi angkutan massal yang telah digunakan di Chongqing serta kunjungan ke Di-rectorate General Bureau of Geology and Mineral Ex-ploration Chongqing.

Dalam pertemuan dengan pihak Directorate General Bureau of Geology and Mineral Exploration Chongqing, Dirjen Minerba menyampaikan upaya peningkatan hubungan dan kerjasama dalam bidang pertambangan dan geologi antara Indonesia dengan Kota Chongqing antara lain melalui kerjasama dalam teknologi eksplo-rasi mineral dan batubara.

ARTIKELMINERBA

Dirjen Minerba Menyampaikan Cindera Mata kepada Wakil Walikota Chongqing RRT

Wakil Walikota Chongqing mengharapkan peningkatan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Chongqing melalui pembukaan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Chongqing serta pembukaan jalur penerbangan langsung Jakarta-Chongqing-Jakarta.

di dunia

.

Bijih nikel 3,5 miliar ton Bijih bauksit 1,2 miliar ton

Bijih tembaga 17 miliar

23Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 24: Alarm Batubara

Dirjen Minerba Mengunjungi Nanchuan Alumina Factory Dirjen Minerba R. Sukhyar memimpin Delri mengunju-ngi Nanchuan Alumina Factory di Chongqing Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 29 April 2014. Kunju-ngan bertujuan melihat secara langsung pengolahan bijih bauksit menjadi alumina.

Delri disambut oleh pihak manajemen Nanchuan Alu-mina Factory yang memandu Dirjen Minerba serta delegasi untuk melihat bahan baku bijih bauksit serta alumina sebagai produk hasil pengolahan bijih bauksit. Sebagian alumina yang dihasilkan selanjutnya diekspor termasuk ke Indonesia sebagai bahan baku PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk menghasilkan logam aluminium.

Manajemen Nanchuan Alumina Factory menjelaskan bahwa sebelum tahun 2014 bahan baku bauksit berasal dari dalam negeri dan sebagian diimpor dari Indonesia. Namun, dengan pemberlakuan kebijakan peningkatan

ARTIKELMINERBA

Kunjungan Dirjen Minerba dan delegasi Kementerian ESDM tanggal 27-29 April 2014 di Republik Rakyat Tiongkok bertujuan memberikan penjelasan kebijakan dan peluang investasi di bidang pengolahan dan pemurnian mineral serta bidang energi kepada para pengusaha Tiongkok

Potensi Investasi Indonesia

Negara ekonomi terbesar ke-16 di dunia

55 juta tenaga kerja terampil

45 juta penduduk kelas menengah

Sumber daya batubara 120 miliar ton

Sumber daya bijih nikel 3,5 miliar ton

Sumber daya bijih bauksit 1,2 miliar ton

Sumber daya bijih tembaga 17 miliar ton.

24Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 25: Alarm Batubara

nilai tambah mineral melalui kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri maka bijih bauksit dari Indonesia tidak diperbolehkan diekspor.

Dirjen Minerba mengundang Nanchuan Alumina Fac-tory berinvestasi membangun pengolahan dan pe-murnian bauksit di Indonesia sehingga meningkatkan manfaat bagi Indonesia dan bagi Nanchuan Alumina Factory sehingga bijih bauksit yang dimanfaatkan dari bumi Indonesia diproses di dalam negeri menjadi alumina yang bernilai tinggi dan selanjutnya menjadi bahan baku bagi fasilitas pengolahan dan pemurnian aluminium untuk menghasilkan logam aluminium.

Bagi Nanchuan Alumina Factory memperoleh manfaat dengan pengurangan biaya pengangkutan bijih bauk-sit dan alumina sehingga menjadi lebih efisien dan meningkatkan keuntungan perusahaan.

Secara umum, kunjungan Dirjen Minerba dan delegasi Kementerian ESDM tanggal 27-29 April 2014 di Repub-lik Rakyat Tiongkok bertujuan memberikan penjelasan kebijakan dan peluang investasi di bidang pengolahan dan pemurnian mineral serta bidang energi kepada para pengusaha Tiongkok sehingga menindaklanjuti dengan menanamkan investasi dalam pembangunan pengolahan dan pemurnian mineral.

Kebijakan peningkatan nilai tambah mineral mela-lui kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri merupakan upaya konkret pemerintah untuk memanfaatkan sumber daya alam mineral untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” []

ARTIKELMINERBA

Dirjen Minerba Menyampaikan Cindera Mata kepada Nanchuan Alumunium Factory

25Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 26: Alarm Batubara

INFOMINERBA

Antonius Agung. S, STKasi. Perlindungan Lingkungan Batubara

Satyo. Naresworo, S.IPStaf Bagian Rencana dan Laporan

Kunjungan Direktur Jenderal Mineral dan Batubarake Sulawesi Utara

26Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 27: Alarm Batubara

INFOMINERBA

Pada tanggal 5 Agustus 2014, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara beserta rombongan mela-kukan rangkaian kegiatan kunjungan lapangan

ke Sulawesi Utara. Pada kesempatan pertama, Dirjen Minerba beserta rombongan melakukan pertemuan dengan Gubernur Sulawesi Utara yang didampingi Forkompinda Kapolda Sulut, Kajati Sulut, Kepala BIN, dan pejabat dari lingkungan Pemrov Sulut yaitu Bupati Minahasa Utara, Kepala Dinas ESDM Prov. Sulawesi Utara, dan Kepala Dinas ESDM Kab. Minahasa Utara.

Pada pertemuan tersebut dibahas seputar pertamba-ngan bidang mineral dan batubara. Pada kesempatan ini dibahas juga persiapan peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik pengolahan bijih besi PT Mik-gro Metal Perdana (PT MMP) di Pulau Bangka, Mina-hasa Utara.

Investasi PT MMP di sektor pertambangan merupakan salah satu implementasi dari hubungan bilateral saling

menguntungkan antara Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok dengan Pemerintah RI. Selain berinvestasi di sektor pertambangan, PT MMP juga merencanakan in-vestasi di sektor energi yaitu pemanfaatan energi air untuk PLTA. Sebab, di wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdapat potensi sekitar 600 MW dari sumber energi air.

Namun, niat baik ini tidak selalu berjalan mulus. Berba-gai permasalahan muncul akibat adanya informasi dari LSM yang diperkuat pemberitaan oleh media massa terkait adanya kekhawatiran potensi kerusakan ling-kungan yang terjadi apabila ada kegiatan pertamban-gan di Pulau Bangka.

Catatan penting dari pertemuan ini yaitu Kajian Ling-kungan Hidup Strategis (KLHS) untuk wilayah Kab. Mi-nahasa Utara sebagai dasar zonasi wilayah pertamba-ngan penting untuk segera diselesaikan oleh Pemkab Minahasa Utara.

Kadis Tamben Prov. Sulawesi Utara, Kapolda Sulawesi Utara, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bupati

Minahasa Utara, Kepala BIN, Kajati Sulawesi Utara.

Rombongan tiba di Pulau Bangka

Lokasi PT Mikgro Metal Perdana (MMP) di Pulau Bangka, Minahasa Utara

Dirjen Minerba disambut oleh warga masyarakat Pulau Bangka

27Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 28: Alarm Batubara

Setelah pertemuan usai, rombongan segera menuju pelabuhan untuk Kunjungan Lapangan ke PT MMP di Pulau Bangka menggunakan speed boat dengan kapa-sitas terbatas.

PT MMP telah mempersiapkan lahan untuk pelabuhan, gudang, fasilitas perumahan karyawan, dan jalan akses.

Pembangunan perumahan dan perkantoran sudah men-capai sekitar 30%. Sarana fisik berupa bangunan (6 unit) sudah berdiri. Peralatan yang ada di lapangan untuk rencana kegiatan meliputi 10 unit truk, 3 unit excavator, 3 unit buldoser, dan 2 unit mobil crane.

Pada saat kunjungan lapa-ngan tidak ada aktivitas penambangan. Kegiatan yang tengah dilakukan ada-lah pembangunan gedung untuk perkantoran dan pe-rumahan, jalan akses, dan fasilitas pelabuhan.

Rombongan DJMB berkun-jung ke pemukiman warga yang nantinya akan direlokasi untuk dapat berdialog lang-sung dengan masyarakat.

Masyarakat menyambut baik kedatangan rombongan dan mengutarakan bahwa warga sangat senang den-gan adanya PT MMP di Pulau Bangka karena nantinya akan didirikan beberapa sarana prasarana umum untuk masyarakat dan juga terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat. []

Foto di rumah yang sedang dalam tahap pembangunan di area relokasi warga

Warga yang memang terkenal dengan murah senyum melambaikan tangan saat menghantar rombongan yang meninggalkan dermaga menggunakan speedboat untuk segera menuju ke Manado dan bergegas kembali ke Jakarta untuk menjalankan tugas-

tugas yang telah menanti.

INFOMINERBA

28Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 29: Alarm Batubara

Dalam rangka peningkatan kinerja untuk me-menuhi kebutuhan organisasi di lingkungan Kementerian ESDM, maka pada tanggal 18 Juli

2014, Menteri ESDM Jero Wacik melantik 24 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama. Sebelum pemberlakuan Un-dang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pejabat Pimpinan Pratama lebih dikenal dengan nama Pejabat Eselon II.

Pengangkatan dan pelantikan 24 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Kementerian ESDM di-lakukan berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 3089 K/73/MEM/2014 tanggal 15 Juli 2014. Dalam cara pelantikan ini dihadiri oleh para Pejabat Pimpinan Tinggi Madya (yang sebelumnya lebih dikenal deng-an nama Pejabat Eselon I) di lingkungan Kementeri-an ESDM. Dirjen Minerba R. Sukhyar turut hadir dan menyaksikan pelantikan para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama ini.

Dari 24 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang dilan-tik terdapat 5 pejabat baru di lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang dilantik di lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara adalah sebagai berikut:

1. Ir. Paul Lubis, M.T. mengemban jabatan sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu-bara menggantikan Ir. Harya Adityawarman yang mengemban jabatan baru sebagai Sekretaris In-spektorat Jenderal Kementerian ESDM. Harya Adityawarman mengemban jabatan sebagai Sek-retaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara selama 2 tahun 9 bulan, yaitu sejak tanggal 4 Ok-tober 2011 hingga 18 Juli 2014. Sementara Paul Lubis sebelumnya mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu-bara selama 1 tahun 3 bulan yaitu sejak tanggal 5 April 2013 hingga 18 Juli 2014.

2. Dra. Retno Damayanti, Dipl.EST mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara menggantikan Ir. Paul Lubis, M.T. Retno Damayanti sebelumnya mengem-ban jabatan sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara selama 2 tahun yaitu sejak tanggal 10 Juli 2012 hingga 18 Juli 2014.

3. Drs. R. Edi Prasodjo, M.Sc mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Pengusahaan Mine-ral menggantikan Ir. Dede Ida Suhendra, M.Sc yang mengemban jabatan baru sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Dede Ida Suhendra mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral selama 3 tahun 3 bulan yaitu sejak tang-gal 15 April 2011 hingga 18 Juli 2014. Sementara Edi Prasodjo sebelumnya mengemban jabatan se-bagai Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara selama 2 tahun 9 bulan yaitu sejak tanggal 4 Ok-tober 2011 hingga 18 Juli 2014.

4. Dr. Ir. Bambang Tjahjono Setiabudi, M.Sc mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara menggantikan Drs. R. Edi Prasodjo, M.Sc. Bambang Tjahjono Setiabudi se-belumnya mengemban jabatan sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Geologi selama 4 tahun yaitu sejak tanggal 8 Juli 2010 hingga 18 Juli 2014.

5. Ir. Bambang Susigit, M.T. mengemban jabatan sebagai Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara menggantikan Ir. Syawalludin Lubis, M.T. yang memasuki masa purna bakti. Syawal-ludin Lubis mengemban jabatan sebagai Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara se-lama 2 tahun 7 bulan sejak 30 November 2010 hingga purna bakti pada tanggal 1 Juli 2013. Se-mentara Bambang Susigit sebelumnya mengem-ban jabatan sebagai Kepala Sub Direktorat Kon-servasi Mineral dan Batubara.

Segenap pejabat dan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mengucapkan teri-makasih kepada para pejabat yang telah menyelesai-kan tugas dan jabatannya di Direktorat Jenderal Mine-ral dan Batubara serta mengucapkan selamat bertugas kepada para pejabat yang mengemban jabatan baru di lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Majulah pertambangan demi Indonesia. [Parlin Sitinjak]

INFOMINERBA

PelantikanPejabat Pimpinan Tinggi Pratama

29Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 30: Alarm Batubara

Memacu Kinerjamelalui

KINERJA AWARD

Rina HandayaniStaf Bagian Rencana dan Laporan

INFOMINERBA

30Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 31: Alarm Batubara

Ditjen Mineral dan Batubara menyelenggarakan acara Penganugerahan Kinerja Tahun 2013 dengan tujuan mengevaluasi kinerja unit eselon

II di lingkungan Ditjen Mineral dan Batubara. Event ini sekaligus sebagai bentuk apresiasi atas tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja unit Eselon II di Lingku-ngan Ditjen Mineral dan Batubara.

Kriteria penilaian LAKIP Award Eselon II ini dibagi atas dua jenis penilaian, yaitu: (1) LAKIP Favorit, dengan tim penilai berasal dari perwakilan unit eselon II di ling-kungan Ditjen Mineral dan Batubara; (2) LAKIP Juara, dengan tim penilai berasal dari Inspektorat Jenderal KESDM, Biro Perencanaan dan Kerja Sama-KESDM, serta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

Penganugerahan Kinerja Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Tahun 2013 berlangsung pada 20 Agus-tus 2014. Acara yang digelar di Hotel Pajajaran Suites Resort and Convention ini dihadiri 80 orang peserta.

Pada kesempatan tersebut turut hadir pula Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Para Pejabat Eselon II di Lingkungan Ditjen Mineral dan Batubara, Asisten De-puti Perumusan Kebijakan Reformasi Birokrasi, Akunta-bilitas Aparatur, dan Pengawasan, Biro Perencanaan dan Kerjasama KESDM, Asosiasi, serta pejabat dan staf di lingkungan Ditjen Minerba.

Pada sambutannya, Dirjen Minerba, R. Sukhyar menya-takan perlunya meningkatkan kepemilikan (ownership) LAKIP pada setiap unit Eselon II. “Paradigma outcome

INFOMINERBA

Paradigma outcome harus disosialisasikan sebagai strategi penyusunan dan pelaksanaan kinerjaDirjen Minerba, R. Sukhyar

Dirjen Mineral dan Batubara, R. Sukhyar, tengah menyampaikan sambutannya pada pembukaan acara Penilaian Kinerja Tahun 2013.

31Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 32: Alarm Batubara

harus disosialisasikan sebagai strategi penyusunan dan pelaksanaan kinerja,” ujarnya.

Dalam laporannya, Sekretaris Ditjen Mineral dan Ba-tubara menyampaikan beberapa hal penting sebagai berikut:

1. LAKIP Award 2013 didasarkan kepada upaya per-baikan penyusunan LAKIP Eselon II di Ditjen Miner-ba. Dengan demikian, agar pada penyusunan LAKIP selanjutnya merupakan laporan pertanggungjawa-ban pencapaian target kinerja, sebagaimana ter-cermin dalam dokumen perjanjian kinerja (kontrak kerja antara eselon I dan Eselon II).

2. Penilaian LAKIP Award Eselon II dibagi atas dua jenis penilaian, yaitu: LAKIP Favorit dengan tim penilai dari internal Ditjen Mineral dan Batubara serta LAKIP Juara dengan tim penilai dari ekster-nal Ditjen Mineral dan Batubara.

3. Acara LAKIP Award turut mengundang Pejabat Eselon II, III, IV di lingkungan Ditjen Mineral dan Batubara, serta perwakilan dari asosiasi dan per-himpunan sub sektor pertambangan mineral dan batubara, sebagai upaya menyampaikan kepada publik tentang capaian kinerja Ditjen Mineral dan Batubara tahun 2013.

Selanjutnya, tim penilai dari Asisten Deputi Koordinasi Kebijakan, Penyusunan dan Evaluasi Program Reforma-si Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan pada Deputi Bidang Program dan Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan-Kementerian PAN-RB menyampaikan presentasinya dengan bebera-pa hal penting sebagai berikut :

1. Menyampaikan penghargaan terhadap telah ter-laksananya acara Penganugerahan Kinerja Ditjen Minerba Tahun 2013.

2. Prioritas utama dalam penilaian LAKIP adalah aspek manajemen kinerja.

3. Terdapat kemajuan signifikan terhadap penyusu-nan LAKIP unit Eselon II di lingkungan Ditjen Min-eral dan Batubara.

Adapun penilaian nominasi favorit menekankan kri-teria, sebagai berikut: pelaporan, desain dan layout, narasi, sistematika penulisan, serta perencanaan, dan kelengkapan data. Pemenang laporan favorit jatuh ke-pada Sekretariat Direktorat Jenderal dengan total nilai 84.

INFOMINERBA

32Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 33: Alarm Batubara

Nominasi juara dan pemenang yang diumumkan diperoleh melalui penilaian dengan bobot komponen penilaian se-bagai berikut: perencanaan kinerja sebesar 20%, pengukuran kinerja sebesar 20%, pelaporan kinerja sebesar 20%, implementasi manajeman kinerja sebesar 20%, dan pencapaian sasaran atau kinerja organisasi sebesar 20%.

Pemenang Penganugerahan Kinerja Ditjen Minerba Tahun 2013, sebagai berikut :1. Juara I yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dengan total nilai 81,125.2. Juara II yaitu Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dengan total nilai 80,625.3. Juara III Direktorat Pembinaan Program Mineral dan Batubara dengan total nilai 76,375.4. Juara Harapan I yaitu Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara dengan total nilai 76,000.5. Juara Harapan II yaitu Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara dengan total nilai 73,875.

INFOMINERBA

33Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 34: Alarm Batubara

Rahasia KidecoBertahan dalam Badai dan Menjadi yang Terbaik

LIPUTANWARTA

34Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Rina HandayaniStaf Bagian Rencana dan Laporan

Page 35: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

PT Kideco Jaya Agung (KJA) merupakan perusahaan tambang batubara yang meraih prestasi cemerlang. Perusahaan yang lebih dikenal dengan sebutan Kideco ini adalah pemenang Pencapaian Kinerja Pe-ngelolaan Lingkungan Tahun 2013 dengan Peringkat Aditama/Emas. Kideco juga meraih Peringkat Emas atas Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun 2013 yang diadakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Selain itu, pada tingkat provinsi Kideco juga meraih dua kategori penghargaan pada event penghargaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) se-Kalimantan Timur pada tanggal 17 Februari 2014. Kedu-a penghargaan tersebut meraih Peringkat Gold untuk kategori Pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja dan Kategori Pengelolaan Program HIV/AIDS.

35Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Tertarik dengan segudang pengakuan atas pres-tasi Kideco di tingkat nasional dan daerah, Tim Warta Minerba bergerak bergerak menuju Kali-

mantan Timur. Tambang batubara milik PT Kideco Jaya Agung terletak di Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Kurang lebih 150 Km dari Balikpapan dan 60 Km dari Teluk Adang.

Untuk mencapai wilayah KJA, Tim Warta Minerba be-rangkat ke Pelabuhan Semayang dengan waktu tem-puh sekitar 30 menit dari hotel tempat menginap. Sesampainya di Pelabuhan Semayang, perjalanan dilan-jutkan dengan menyeberangi Teluk Balikpapan meng-gunakan speedboat selama kurang lebih 15 menit. Kemudian, Tim Warta Minerba melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan darat sekitar ± 3 jam menuju lokasi KJA. Mari ikuti perjalanan Tim Warta Minerba ke tambang batubara Kideco di Kalimantan Timur.

Di Balik Prestasi Hebat, Ada Tim yang Kuat

Sesampainya di kantor KJA, Tim Warta Minerba men-dapat sambutan hangat dari manajemen KJA dan Presi-den Direktur KJA, Mr. Lee Changhoon ikut serta me-nyambut kehadiran Tim Warta Minerba. Untuk kantor yang berada di lokasi penambangan batubara, kantor manajemen KJA terbilang sangat rapi dan nyaman.

Ketika disinggung mengenai prestasi memperoleh dua peringkat emas untuk kategori pengelolaan lingkung-an dan pengelolaan keselamatan kerja, Lee Chang-hoon setengah berkelakar, “Why dont you tell me about that?” tanyanya seolah belum tahu berita pres-tasi membanggakan tersebut.

Page 36: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

36Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Presiden Direktur KJA tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya KJA merasa senang dapat menjadi men-jadi perusahaan batubara yang memberikan terbaik bagi pemerintah dan para konsumen KJA. Ia juga men-jelaskan bahwa KJA berkomitmen meningkatkan kon-tribusinya untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar tambang.

Pria berkebangsaan Korea Selatan ini juga mengu-capkan terimakasih kepada Ditjen Minerba yang telah memberi penilaian baik pada kinerja Kideco. Ia berjanji akan terus mempertahankan kontribusi KJA di ketiga sektor tadi.

Mr. Lee juga mengungkapkan bahwa prestasi Kideco yang membanggakan tersebut merupakan buah dari kerjasama yang terjalin baik dan berkesinambungan antara semua pihak. Ia menegaskan prestasi tersebut bukanlah sebuah pencapaian yang instan, justru itu semua terwujud berkat kerjasama tim yang handal dan solid. Meskipun sempat dihadapkan pada beberapa kondisi yang kurang mendukung tetapi tim Kideco dapat meneguhkan komitmen menjadi aksi nyata. Beberapa kendala dimaksud misalnya turunnya harga batubara, kenaikan harga material, dan kondisi kea-manan di lokasi tambang.

Kuncinya adalah Hubungan Baik dan Membangun Trust Mr. Lee menjelaskan lebih lanjut mengenai empat prin-sip dalam menciptakan sebuah komunitas yang dianut oleh KJA. Pertama, membangun sebuah perusahaan pertambangan yang ‘tidak ada kecelakaan, tidak ada bencana’. Kedua, mewujudkan tambang yang ‘ramah lingkungan’. Ketiga, secara lebih aktif melibatkan diri dalam kegiatan CSR. Dan keempat, membangun budaya masyarakat sehingga para stakeholders (pe-megang saham, karyawan, dan subkontraktor) dapat berkomunikasi secara harmonis.

Sejak bergabung dengan KJA pada tahun 2005, Lee Changhoon mengaku berupaya meningkatkan per-hatiannya dengan para karyawan, para kontraktor, dan terutama masyarakat sekitar tambang. “Saya selalu menjalin kerjasama dengan semua pihak dan memelihara hubungan baik dengan para kolega dan masyarakat,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan kesuksesan pencapaian kinerja yang baru-baru ini mendapat pengakuan nasional, tak luput peran penting dari kerjasama pimpinan dan selu-

Tim Warta Minerba tengah berbincang dengan Presiden Direktur KJA, Lee Changhoon

Page 37: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

Prestasi Kideco memperoleh pengakuan

tingkat nasional dan daerah merupakan

buah dari kerjasama yang terjalin baik dan berkesinambungan antara semua pihak.

Prestasi tersebut bukanlah sebuah pencapaian yang instan, justru itu

semua terwujud berkat kerjasama tim yang

handal dan solid.Presiden Direktur KJA, Lee Changhoon

37Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ruh staf KJA dalam mewujudkan visi mereka menjadi perusahaan tambang terbaik.

“Dengan pengalaman dalam kegiatan pertambangan batubara selama lebih dari 40 tahun, kami berusaha mencari dan memahami apa kepentingan dan keinginan pelanggan,” ungkap Mr. Lee.

Mayoritas pelanggan Kideco adalah PLTU yang nota-bene membutuhkan investasi yang sangat besar, bah-kan lebih besar dari investasi Kideco sendiri. Untuk sebuah PLTU berkapasitas 500 MW misalnya, investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 1 miliar. Jika sampai terjadi masalah suplai batubara (coalshortage), maka dampaknya kepada mereka akan sangat besar.

Terhentinya pasokan batubara dapat mengakibatkan electricity shortage yang bahkan mampu memicu per-masalahan politik dan sosial. Oleh karena itu mereka menginginkan suplier yang reliable, konsisten menjaga keberlangsungan suplai batubara, tepat waktu dalam pengirimannya, kualitas yang selalu sesuai.

Mr. Lee mengaku hal itulah yang menjadi patokan Kideco menjalankan bisnis batubara. Kideco berusaha memenuhi keinginan PLTU agar selalu reliable sehingga mereka menaruh rasa percaya kepada kideco.

“Reliable dan trust adalah kombinasi yang sangat hebat sehingga ketika kami meminta harga premium, mereka tidak berkeberatan dengan itu” tambah Mr. Lee.

Melirik Kinerja dan Upaya Kideco Pada 2014, Kideco memiliki rencana belanja modal untuk peralatan dan infrastruktur pendukung pertam-bangan mencapai 2 juta USD (TW II) dari rencana sebe-sar 21.2 juta USD. Dalam kurun 2009 - 2013, realisasi belanja modal Kideco untuk investasi mencapai 209.8 juta USD, peralatan 72.7 juta USD, dan infrastruktur sebesar 137 juta USD.

Kemudian, pada tahun 2014 ini pula Kideco menda-patkan izin produksi sebesar 40 juta ton, OB 261 juta BCM, dan SR rata-rata 6,5. Menurut Mr. Lee, penca-paian tersebut bukanlah sesuatu yang mudah namun

Sekilas Kideco

Kideco Jaya Agung (KJA) mulai beroperasi di In-donesia sejak tahun 1982. KJA telah menanda-tangani Perjanjian Karya Pengusahaan Pertam-bangan Batubara (PKP2B) dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 September 1982.

Berdasarkan KepMen 638.K/DJB/2011 tang-gal 30 Maret 2011, KJA memiliki luas konsesi 50.921 ha yang terbagi menjadi empat Wilayah Usaha Pertambangan (WUP).

Dua WUP sudah dalam tahapan kegiatan ek-sploitasi batubara, yaitu WUP Roto Samuran-gau dan WUP Susubang Uko. Sedangkan dua wilayah lainnya, yaitu WUP Samu Biu dan WUP Pinang Jatus Kideco, KJA baru mendapatkan Izin Pinjam Pakai untuk Kegiatan ekplorasi dari Kementerian Kehutanan.

Page 38: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

38Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

ia mengaku bahwa komitmen menguatkan Kideco untuk terus berusaha mewujudkannya. Prestasi itu juga merupakan buah dari harmonisasi dengan semua stakeholder dan melaksanakan program coorporate so-cial responsibility yang mencakup empat bidang yaitu ekonomi, infrastruktur, edukasi, dan kesehatan.

Kinerja Kideco lainnya yang dinilai baik adalah peren-canaan kinerja keuangan. Dalam hal ini Kideco ter-masuk salah satu perusahaan dengan kinerja keuangan terbaik pada tahun 2012. Kideco mencapai ini karena melakukan forecast pengeluaran dengan tepat, peng-hematan biaya, mencari alternatif belanja yang lebih efisien tanpa mengurangi kualitas. Dari aspek pene-rimaan, Kideco mengupayakan rencana pendapatan yang tepat. Dari sisi lain, Kideco merupakan perusa-haan dengan kepemilikan saham investasi langsung. Dengan demikian, pemegang saham dan manajeman mengutamakan etika transparan sehingga manajemen yang diterapkan terbuka dan informatif.

Target pencapaian Kideco pada jangka pendek ada-lah merealisasikan RKAB melalui belanja peralatan modal dan infrastruktur pendukung pertambangan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan dan produksi. Sementara untuk pencapaian jangka panjang, mereka tetap mengupayakan tercapainya

Zero Accident, penambahan fasilitas untuk memperta-hankan proper hijau di tingkat nasional dan emas di tingkat Provinsi, CSR serta penghematan biaya (saving cost). Hal ini sejalan dengan strategi jangka panjang mewujudkan visi KJA yaitu “to be the best coal mining company”.

Kepercayaan sebagai Modal UtamaSaat ini industri pertambangan tengah mengalami ke-lesuan akibat harga komoditi yang terus menurun dan diperkirakan penurunan masih terus berlanjut pada tahun ini. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara pun menyatakan bahwa penurunan harga komoditas masih akan berlangsung hingga enam bulan ke depan. Penu-runan ini terjadi akibat melimpahnya komoditas batu-bara di pasar internasional. Saat ini Amerika melepas batubara karena akan menggunakan shale gas. Begitu juga dengan Afrika yang akan melepas batubaranya. Penyebab lainnya adalah krisis Eropa yang telah menye-bar kemana-mana.

Menurut Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, produk Indonesia yang di ekspor ke negara-negara Uni Eropa memang terbilang kecil, hanya 12,6%. Namun,

Page 39: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

Produk Indonesia yang di ekspor ke negara-

negara Uni Eropa memang terbilang kecil

(12,6%). Namun, yang dikhawatirkan adalah

Eropa merupakan pasar andalan bagi ekspor produk China, India,

Amerika, dan Jepang. Padahal negara-negara raksasa tersebut adalah

pasar yang sangat diandalkan untuk produk

ekspor Indonesia. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia

39Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

yang dikhawatirkan adalah Eropa selama ini merupakan pasar andalan bagi ekspor produk China, India, Amerika, dan Jepang. Padahal negara-negara raksasa tersebut adalah pasar yang sangat diandalkan untuk produk eks-por Indonesia.

Harga batubara yang terus anjlok di pasar internasional dirasakan oleh semua pe-rusahaan pertambangan batubara di In-donesia, tidak terkecuali Kideco. Dengan situasi tersebut banyak perusahaan yang menghentikan operasinya dan mengam-bil langkah-langkah efisiensi, termasuk merumahkan dan mengurangi jumlah karyawannya alias PHK.

Menanggapi hal ini, Managing Direktur KJA, Mr. Choi Byung Hyun menyatakan strategi Kideco untuk bisa bertahan dalam kondisi seperti ini adalah menyiapkan mine plan baru dengan konservasi dan optimalisasi ca-dangan batubara yang ada. Ia mengaku memang tidak bisa dipungkiri saat ini harga batubara sedang mengala-mi penurunan, sedangkan laju biaya operasi sulit untuk

Page 40: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

KJA berencana membangun PLTU sebagai sumber listrik untuk IPCC. Saat ini sudah dalam proses pembangunan PLTU kecil sebesar 10 MW.Managing Direktur KJA, Choi Byung Hyun

40Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

dibendung. “Menyadari hal itu, saat ini kami sedang mempelajari menggunakan IPCC (inpit crushing convey-or) untuk mereduksi biaya operasi akibat jarak hauling yang semakin jauh. Oleh karena itu, untuk mengurangi hal tersebut kami harus menggunakan conveyor belt,” tambahnya.

Lebih lanjut, KJA berencana untuk membangun PLTU sebagai sumber listrik untuk IPCC. “Kami sudah dalam proses untuk pembangunan PLTU kecil sebesar 10 MW,” jelas Mr. Choi Byung Hyun.

Meskipun terkena imbas penurunan harga batubara, namun Kideco masih mampu untuk mengatasi dampak-nya. Kideco menjual batubara dengan harga yang sama kepada semua buyer, yakni tergantung kepada harga pasar. Namun, mereka mempunyai kontrak penjualan long term, lebih dari 85%. Dengan demikian Kideco masih mendapatkan harga yang lebih tinggi.

“Jika penjualan batubara dilakukan secara spot me-mang kami tidak bisa untuk mendapatkan harga ting-gi,” kata Mr. Choi.

Page 41: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

41Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

“Untuk kontrak jangka panjang, dibutuhkan reliability. Jika ber-masalah pada aspek reliability, sulit untuk mendapatkan kontrak jangka panjang yang besar,” tam-bahnya.

Besarnya pengaruh kepercayaan stakeholder kepada Kideco, mem-buat Mr. Choi menjelaskan bahwa keberhasilan hanya dapat diperoleh dengan membangun kepercayaan dari stakeholder. “Kepercayaan itu kita bangun bukan hanya untuk customer dan supplier, tapi juga kepada pemerintah,” ungkapnya.

Mr. Choi juga menambahkan untuk menjadikan Kideco sebagai tam-bang batubara terbaik di Indonesia, sesuai mottonya, diperlukan jalinan hubungan yang baik dengan tena-ga kerja dan masyarakat sekitar.

Kideco Masih Berniat Mengambil Peran di IndonesiaSehubungan dengan cadangan ba-tubara yang masih besar, Kideco masih berniat memperpanjang kontrak atau melanjutkan kerja/operasi di Indonesia. Harapan tersebut didorong pula oleh pen-galaman panjang Kideco dalam melakukan penambangan batu-bara di Indonesia.

Dari empat konsesi yang dimiliki Kideco, baru dua konsesi yang sudah dalam tahap eksploitasi. Adapun dua konsesi lainnya masih dalam tahap eksplorasi.

Kideco berjanji, setelah memper-oleh data-data mengenai sumber-daya dan cadangan pada kedua konsesi tersebut akan melakukan relinguish sesuai dengan keingi-nan pemerintah. Bahkan sebagian proses sudah ditempuh, Kideco telah melakukan pembicaraan den-gan pemerintah melalui proses re-negosiasi. []

Page 42: Alarm Batubara

Belajar Hinggake Negeri OBAMA

LIPUTANWARTA

Tim Warta

Minerba

42Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 43: Alarm Batubara

Indonesia mendapat anugerah melimpah berupa sumber daya alam yang begitu kaya. Negeri ini me-miliki hutan tropis yang cukup luas, sumber daya en-

ergi dan mineral yang mengesankan, luas lautan yang bahkan melebihi luas daratan, tanah yang subur, dan banyak lagi. Ditambah lagi Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat dunia. Se-luruh keunggulan ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang sangat strategis di mata dunia.

Sumber daya mineral dan batubara menjadi salah satu topik yang masih hangat hingga saat ini. Menyusul im-plementasi kebijakan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menuai pro dan kontra. Bagi sebagian pengusaha tambang mine-ral dan batubara, kebijakan implementasi UU No. 4 Tahun 2009 tersebut sangat memberatkan. Namun bagi pemerintah, hal ini justru menjadi salah satu upaya untuk mendudukkan kembali amanat Undang-Undang Dasar bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Pelaksanaan kebijakan atas UU No. 4 Tahun 2009 terse-but memang terus diuji pelaksanaannya. Namun, se-mangat untuk membawa manfaat sebesar-besarnya untuk rakyat tidak pernah surut. Lebih jauh, kebijakan pemerintah dalam sektor pertambangan mineral dan batubara saat ini diseleraskan dengan arahan strategi nasional yaitu four track strategy (pro growth, pro poor, pro job, dan pro environtment).

Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan mineral dan batubara, Tim Redaksi Warta Minerba melakukan studi banding ke beberapa tempat untuk melihat apa yang ditempuh oleh negara lain terkait dengan beberapa el-

emen kebijakan yang tengah ditempuh saat ini. Pada edisi sebelumnya, Tim Warta Minerba berkunjung ke Australia untuk melihat bagaimana perusahaan tam-bang dan pemerintah menjalankan perannya. Kali ini Tim Warta Minerba “terbang” ke negeri Paman Sam mengunjungi salah satu tambang batubara terbesar di sana. Ayo ikuti catatan perjalan Tim Warta Minerba saat berada di Amerika.

Kunjungan ke Tambang Signal Peak Energy, LLCSignal Peak Energy, LLC adalah tambang batubara yang sebagian besar dioperasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mine). Perusahaan tam-bang barubara yang berlokasi di Billings, Montana, ini memiliki cadangan batubara 400 juta ton dengan rincian sebagai berikut:• Cadangan batubara di tambang dalam sebesar

300 juta ton• Cadangan batubara di tambang terbuka sebesar

100 juta ton.

Tambang bawah tanah Signal Peak Energi mengguna-kan metode Longwall and Shear, yaitu proses menam-bang batubara di sepanjang panel suatu lapisan atau ‘muka’ dengan menggunakan mesin mekanis untuk memutar gunting drum yang bergerak bolak-balik. Setelah batubara dikikis menggunakan mesin tersebut, jatuhan batubara langsung ditransportasikan menggu-nakan belt conveyor atau train antar-jemput. Proses ini berlangsung kontinyu sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi penambangan.

LiputanWarta

Kebijakan pemerintah dalam sektor pertambangan mineral dan batubara saat ini diseleraskan dengan arahan

strategi nasional yaitu four track strategy (pro growth, pro poor, pro

job, dan pro environtment)

43Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 44: Alarm Batubara

Sekitar 50% dari batubara bawah tanah Signal Peak Energy diproduksi menggunakan metode longwall. Penambangan dengan metode ini membutuhkan pe-nelitian geologi yang memadai sebelum penambangan dilakukan. Proses perencanaan dilakukan secara hati-hati karena ada risiko terjadinya reruntuhan pada saat penambangan. Setelah batubara diambil mengguna-kan metode longwall, atap tambang kemudian dibiar-kan ambruk. Peralatan tambang yang digunakan Signal Peak Energy relatif masih baru dan modern yang telah terintegrasi dengan jalur transportasi angkut

Di Indonesia, metode ini belum banyak diterapkan ka-rena 95% tambang batubara masih lebih ekonomis dengan menggunakan sistem penambangan terbuka. Terlebih lagi jika perusahaan di Indonesia ingin meng-gunakan tambang bawah tanah, maka diperlukan pe-nelitian eksplorasi yang lebih detail dan perencanaan yang matang berupa analisis bentuk cadangan ba-tubara, struktur geologi, hidrologi, investasi, royalti, pajak, sosial mayarakat, dan keuangan.

Kebanyakan penambangan bawah tanah di Indone-sia masih menerapkan metode tambang bawah tanah room and pillar. Biaya peralatan untuk metode ini me-mang relatif lebih rendah dibanding metode longwall, yakni tidak lebih dari 5 juta USD. Namun, meskipun biaya peralatannya tergolong lebih rendah, perusahaan tambang di Indonesia masih mengalami kerugian.

Oleh karena itu, penambangan bawah tanah di Indo-nesia perlu dikaji ulang karena ada beberapa daerah, seperti di Kalimantan, terdapat cadangan di bawah permukaan tanah yang cukup dalam jika ditambang secara terbuka. Dan sudah tidak ekonomis bisa ditam-bang sistim terbuka karena pengaruh harga dan biaya produksi yang tidak menguntungkan.

Signal Peak Energy mampu menghasilkan 8 juta ton batubara per tahun dari tambang bawah tanah. Mere-ka juga memiliki tambang terbuka yang akan dioperasi-kan di awal tahun 2015. Tambang terbuka ini memiliki kapasitas produksi sebesar 3-4 juta ton/tahun. Namun, realisasi produksi tetap tergantung pada permintaan pasar dan kapasitas terminal angkut. Signal Peak Energy memiliki kualitas batubara yang unik dan dapat dikategorikan sebagai batubara ther-mal dengan tipikal kualitas batubaranya adalah sebagai berikut :• Kalori (NAR) : 5.350 Kcal/Kg• Sulfur (%) : 0,40%• Ash (%) : 5,7%• Moisture (%) : 19,54%

Tambang Signal Peak Energy dikenal sebagai tambang bawah tanah dengan metode longwall paling produktif di Amerika. Perusahaan ini telah berinvestasi sebesar 500 juta dolar Amerika Serikat. Dalam mengoperasikan

LIPUTANWARTA

Peralatan yang Digunakan pada Metode

Longwall and Shear

44Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 45: Alarm Batubara

tambangnya, Signal Peak Energy turut serta menjaga kualitas lingkungan dengan cara menempatkan jami-nan reklamasi tambang (reclamation bond) yang akan digunakan untuk mengembalikan kualitas lingkungan mendekati rona awalnya.

Perusahaan tambang Signal Peak juga telah memiliki rencana pembiayaan yang sudah terukur untuk jangka panjang. Investasi yang lebih dari 500 juta USD tadi di-gunakan untuk pembangunan rel kereta api sepanjang 58 km dengan biaya 109 juta USD, peralatan tambang sebesar 50 juta USD, dan sisanya untuk pembuatan pabrik pengolahan, power plant, pelabuhan, dan ba-ngunan.

Sistim pengangkutan yang dipakai di Signal Peak ada-lah transportasi kereta api dan kapal vessel. Pengiri-man batubara mulai dari dalam tambang hingga ke stockpile dan pelabuhan sudah dalam satu sistem yang terintegrasi. Proses pengiriman tersebut dapat dikon-trol melalui sistim monitoring secara realtime. Mereka juga menggunakan sistim manajemen dispatch yang sudah dilengkapi dengan instrumen timbangan yang teritegrasi pada alat belt conveyor, alat stacker, kereta api, dan pabrik pengolahan serta pelabuhan. Dengan demikian tonase batubara yang mengalir dari tambang sampai pelabuhan dapat diketahui secara realtime se-hingga dapat menekan jumlah batubara yang loss.

Sebanyak 70% batubara AS diekspor ke luar negeri dan sisanya 30% dijual untuk kebutuhan dalam negeri. Dalam memasarkan batubaranya, Signal Peak meng-gunakan indeks pasar dunia yang salah satunya adalah indek pasar Global Coal. Tujuan ekspor batubara peru-sahaan ini adalah ke Korea Selatan dan Jepang. Jenis batubara yang dipasarkan adalah jenis batubara ther-mal coal dengan heat content yang tinggi (high BTU).

Untuk saat ini, Signal Peak menjual batubaranya de-ngan harga 60 USD/ton kepada Glencore. Kemudian, Glencore menjual kembali batubara tersebut ke end user (Korea Selatan dan Jepang) sebesar 62 USD/ton. Pada waktu yang sama, indeks pasar milik Pemerintah Indonesia yang menggunakan perhitungan HPB adalah 64,91 USD/ton (FOB Vessel).

Tipikal batubara yang dimiliki Signal Peak cenderung mirip dengan yang dimiliki Indonesia. Tipikal batubara tersebut berada pada Perusahaan PT Kaltim Prima Coal (PT KPC) dengan brand Pinang 5700. Namun saat ini Pinang 5700 yang dimiliki PT KPC stoknya sudah tidak ada lagi. Kalau pun ada, bisa di-blending atau dicam-pur antara batubara kalori tinggi dengan kalori rendah.

Selain itu batubara yang tipikalnya mendekati batubara Signal Peak ditemukan di perusahaan PT Arutmin Indo-nesia dengan brand Arutmin A5700. Pada Mei 2014, harga sesuai HPB adalah 64,59 USD/ton (FOB Vessel).

LiputanWarta

Lokasi Tambang Signal Peak Energy, LLC

Transportasi Batubara Signal Peak sampai Pelabuhan

45Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 46: Alarm Batubara

Kunjungan ke Tambang Black Thunder, Wyoming Wyoming telah menjadi produsen batubara nomor satu di Amerika sejak 1986. Saat ini, sekitar 40% batubara nasional Amerika berasal dari Wyoming.

Pertambangan batubara telah lama menjadi bagian penting dari ekonomi Wyoming. Pada 2011, tambang batubara Wyoming mempekerjakan 7.000 orang. Jum-lah tenaga kerja tertinggi adalah pada tahun 1981, ketika itu sebanyak 38.500 warga Wyoming tercatat sebagai pekerja di industri pertambangan.

Sebagian besar tambang batubara Wyoming terletak di bagian timur laut negara bagian ini, terutama di Camp-bell County. Pada tahun 1996, batubara yang berasal dari Campbell County menyumbang 88% dari total produksi batubara Negara Bagian Wyoming.

Wyoming memiliki cadangan batubara 42 miliar ton dan sumber daya 1,4 triliun ton. Sumber daya sebesar itu bisa menjadi cadangan yang menjanjikan di masa depan. Sebagian besar batubara dari Wyoming ada-lah batubara sub - bituminous yang membakar sekitar 8400-8800 BTU per pon.

Batubara yang akan diekspor ke Asia direncanakan melalu lima pelabuhan yang berada di Washington dan Oregon sebagai terminal ekspor. Batubara yang datang dari Wyoming dan Montana dikirim ke Northwest me-lalui kereta api.

Salah satu tambang batubara yang terkenal di Negara Bagian Wyoming adalah Black Thunder. Perusahaan tambang batubara yang terletak di Powder River Basin ini menjadi salah satu yang menyimpan deposit terbe-sar batubara di dunia. Selain itu, Black Thunder adalah tambang paling produktif kedua di Amerika Serikat. Mereka menyumbang 8% batubara untuk Amerika.

Pada tahun 2007, tambang ini telah menghasilkan 86.196.275 ton short (78.200.000 metrik ton) batu-bara. Jumlah tersebut hampir 20% dari total produksi batubara Wyoming dan yang paling tinggi dari 23 ne-gara penghasil batubara individu lainnya.

Black Thunder memiliki dragline excavator terbesar di dunia dan menghasilkan batubara yang cukup untuk memuat hingga 20-25 kereta per hari. Dragline terse-but tidak digunakan untuk menggali batubara melain-kan hanya untuk mengupas overburden. Black Thunder mengoperasikan enam draglines sekaligus. Batubara

LIPUTANWARTA

Tambang Signal Peak Energy, LLC

46Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 47: Alarm Batubara

digali oleh sekop besar dan dimuat ke truk angkut.

Pada tahun 2010, Tambang Black Thunder memproduk-si sekitar 115 juta ton batu bara, naik dari 34 juta ton pada tahun 2009. Kenaikan ini akibat dari penggabun-gan Tambang Jacobs Ranch yang membuat Black Thun-der kini menjadi produsen batubara top dunia.

Pada tahun 2011, Amerika mencanangkan “Electric Nation” yang akan dibangkitkan dari batubara bebera-pa tambang, termasuk Tambang Black Thunder. Pada tahun ini pula Black Thunder berhasil menjadi tambang batubara pertama di dunia yang telah mengapalkan 1 miliar ton batubara.

Dari aspek produksi, Black Thunder menjadi tambang terbesar di Amerika. Jumlah produksi Black Thunder melampaui produksi tambang The North Antelope Ro-chelle. Tambang North Antelope Rochelle sendiri dibu-ka setelah Peabody Energy membeli tambang Rochelle di sebelah Utara Antelope.

Pada 9 Maret 2009, Arch Coal, Inc mengumumkan bahwa mereka telah setuju membeli tambang Jacobs Ranch Rio Tinto di perbatasan Black Thunder den-gan kesepakatan harga USD 761.000.000,-. Akibat

LiputanWarta

Alat Stacker/Reclaimer di Pelabuhan Westshore

Pada 2011, tambang batubara Wyoming mempekerjakan 7.000 orang. Jumlah tenaga kerja tertinggi adalah pada tahun 1981, ketika itu sebanyak 38.500 warga Wyoming tercatat sebagai pekerja di industri pertambangan.

47Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 48: Alarm Batubara

penggabungan ini, setahun kemudian Black Thunder mampu memproduksi 115 juta ton batu bara, naik dari 34 juta ton dibandingkan 2009.

Batubara dari Negara Bagian Wyoming dikirim ke 35 negara bagian lainnya. Batubara ini sangat diinginkan karena kadar sulfur yang rendah. Batubara Wyoming rata-rata mengandung 0,35% belerang. Sementara ba-tubara dari Virginia Barat bahkan mencapai 3% - 5%.

Namun, batubara Wyoming memiliki tingkat panas yang lebih rendah. Batubara Wyoming rata-rata memi-liki 8.600 BTU energi per pon, sementara batubara dari negara bagian sebelah timur memiliki tingkat panas lebih dari 12.000 BTU per pon. Ini artinya pembang-kit harus membakar 50 persen lebih banyak batubara Wyoming untuk menghasilkan output daya yang sama dari batubara dari wilayah Timur.

Sinergi Pertambangan Indonesia - AmerikaBatubara asal Amerika sebagian besar berasal dari tambang terbuka (69%). Sisanya yang 31% persen berasal dari tambang bawah tanah. Secara keseluru-han, penambangan batubara di Amerika kebanyakan berasal dari daerah Montana dan Wyoming.

Dari aspek biaya produksi, penambangan bawah tanah di Amerika cenderung lebih murah dibanding-kan dengan penambangan bawah tanah di Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian karena kesinambungan penambangan batubara sangat bergantung pada ke-mampuan perusahaan menekan biaya produksi.

Rendahnya biaya produksi penambangan batubara di Amerika dibandingkan Indonesia dipengaruhi oleh in-

frastruktur. Di Amerika, pembangunan dan pengelo-laan infrastruktur dilakukan secara terintegrasi, mo-dern, dan mandiri. Hal inilah yang bisa menekan biaya operasi penambangan seminal mungkin tanpa mengu-rangi kuantitas dan kualitas batubara yang diproduksi.

Selain itu, keunggulan kompetitif yang dimiliki penam-bangan batubara di Amerika didukung oleh faktor poli-tik yang stabil, adanya sumber energi yang lain yang bisa digunakan seperti gas, kualitas batubara yang tidak berubah, lapisan batubara yang mudah ditam-bang (single seam), serta infrastruktur yang sangat baik dan mudah diterapkan seperti rel kereta api dan termi-nal pelabuhan telah terintegrasi.

Sedangkan kondisi di Indonesia kebanyakan perusa-haan tambang di Indonesia tidak memiliki infrastruk-tur yang memadai dan tidak terintegrasi secara utuh. Kebanyakan perusahaan tambang mengerjakan tam-bangnya dengan jasa pertambangan dari perusahaan sub kontraktor. Hal ini berdampak dengan naiknya biaya operasi sehingga mengurangi profit perusahaan.

Selain itu perusahaan batubara tidak semuanya memi-liki jalan angkut dan alat transportasi pengangkutan ba-tubara. Hal ini mendorong perusahaan tambang harus menggunakan jalan perusahaan lain dan menyewa jasa pertambangan untuk pengangkutan batubara sampai ke pelabuhan. Yang pada akhirnya batubara sulit ter-jual dan biaya operasi penambangan bertambah. Ditinjau dari royalti yang dikenakan pemerintah ter-hadap perusahaan tambang, saat ini kebijakan PNBP Indonesia terhadap perusahaan tambang yaitu 13,5% dari hasil penjualan untuk PKP2B. Adapun untuk IUP adalah 3%, 5%, dan 7% (tergantung kalori).

Di AS, kebijakan mengenai royalti tetap dikenakan. Be-saran royalti untuk tambang terbuka adalah 12,5%,

LIPUTANWARTA

48Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 49: Alarm Batubara

sedangkan untuk tambang bawah tanah dikenakan royalti sebesar 8%. Besaran royalti ini lebih rendah bila dibandingkan royalti perusahan PKP2B di Indonesia, namun masih lebih besar dibandingkan perusahaan IUP di Indonesia.

Biaya royalty ini perlu dikaji ulang kembali dengan mem-pertimbangkan dampak sosial terhadap masyarakat yang berada di wilayah tambang yang perlu diperha-tikan CSR-nya. Belum lagi kawasan pinjam pakai ka-wasan hutan dan biaya pembebasan lahan masyarakat. Sedangkan dampak sosial akibat pertambangan di AS relatif tidak ada, hanya saja sewa lahan federal sebesar 100 USD per hektar.

Pada tabel di atas dapat dilihat perbandingan batu-bara yang dimiliki AS dengan Indonesia. Informasi ini bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerin-

tah dalam menyusun berbagai ketentuan terkait den-gan strategi kualitas, kuantitas, pemasaran, kebijakan, biaya operasi, dan harga.

Pada aspek kualitas dan harga, batubara Indonesia cenderung kalah bersaing dengan AS. Sama seperti AS, Indonesia juga memiliki pasar dengan tujuan ekspor ke Korea Selatan dan Jepang. Namun kualitas yang dita-warkan sangat berbeda.

Persaingan yang kompetitif ini mencerminkan perlunya analisis lanjutan untuk menutupi kelemahan batubara Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif lagi. Hanya saja batubara Indonesia menggunakan harga yang sudah diatur oleh peraturan yang berlaku. Dari sisi pemerintah harga tersebut memang cukup baik, tetapi dari sisi bisnis perlu dipertimbangkan kembali faktor daya saing dalam pemasaran. []

LiputanWarta

Perbandingan Batubara Amerika Serikat dan Indonesia

Signal Peak Energy PT Kaltim Prima Coal PT Arutmin Indonesia

Kalori (Kcal/kg) Gar 5.722 5.700 5.700

Total Moisture (%) ar 17,50 19,00 11,00

Sulfur (%) ar 0,55 0,50 0,80

Ash (%) ar 6,80 5,00 14,00

Harga (USD/ton) 62 - 66

HPB (USD/ton) 64,91 63,62 64,59

Rendahnya biaya produksi penambangan batubara di Amerika

dibandingkan Indonesia dipengaruhi oleh infrastruktur. Di Amerika,

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur dilakukan secara

terintegrasi, modern, dan mandiri.

49Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 50: Alarm Batubara

Focus Group Discussion (FGD):

Energy and Mining Sectors in Indonesia Today

Ir. SujatmikoKepala Bagian Rencana dan LaporanSekretariat Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Satyo NaresworoStaf Bagian Rencana dan LaporanSekretariat Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Erlangga Matin JPStaf Bagian HukumSekretariat Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Pemerintah Indonesia sangat konsen terhadap pelaksanaan kebijakan kegiatan Pertambangan terkait ekspor

dan investasi di bidang pertambangan, dalam hal ini KJRI Hong Kong menyelenggarakan kegiatan Focus Group

Discussion (FGD) untuk membahas UU terbaru Bidang Mineral dan Batubara, yaitu kebijakan terkini Pemerin-

tah Indonesia terkait hal tersebut.

Jalinan kerjasama antar lembaga pemerintah sangat harmonis. Terbukti KJRI Hong Kong dapat sukses bek-erjasama dengan Kementerian ESDM dan BKPM serta beberapa pihak di Hong Kong seperti Cedrus Invest-ments, REORIENT Financial Markets Limited, China Energy Fund Committee, dan UOB Hong Kong. Acara tersebut berlangsung di Hong Kong pada tanggal 19 – 20 Mei 2014.

FGD hari pertama bertempat di Hotel Mandarin Orien-tal dengan mengambil tema Energy and Mining Sector in Indonesia. Pada kesempatan tersebut Dirjen Min-erba menjadi salah satu narasumber. Berikut beberapa pokok bahasan yang disampaikan oleh Dirjen Minerba:• Indonesia mengekspor nikel ore dan bauksit ke

Cina dalam jumlah yang sangat besar. Diketahui Cina mengimpor nikel dari Indonesia sebanyak

90%, namun sejak awal Januari 2014 hanya ter-sisa 40% yang memenuhi batasan ekspor. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga logam nikel dari 13.000 USD/ton menjadi 21.000 USD/ton.

• Disampaikan bahwa sejak tanggal 11 Januari 2014 terdapat sekitar 250 perusahaan tambang yang berkomitmen untuk membangun pabrik pengo-lahan pemurnian di Indonesia, dalam perkemban-gannya terdapat 112 perusahaan dalam progres pembangunan pabrik pengolahan tersebut, dan hingga saat ini terdapat 66 perusahaan yang telah melaksanakan tahapan konstruksi, dan ter-dapat 10 perusahaan yang telah beroperasi.

• Saat ini Pemerintah Indonesia akan melakukan renegosiasi terhadap 117 Kontrak Pertambangan, terdapat 40 perusahaan yang sudah setuju terha-dap 6 isu strategis, dan kita akan menyelesaikan

LIPUTANWARTA

50Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 51: Alarm Batubara

LiputanWarta

pada akhir tahun ini.Sedangkan FGD pada hari kedua dilaksanakan di Kan-tor UOB Hong Kong bertema Navigating the Indone-sia’s Energy and Mineral Market, dengan beberapa catatan sebagai berikut:

• Terdapat perubahan kebijakan sejak abad ke 19, tidak hanya sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai pusat pengembangan ekonomi. Pemerintah harus mengelola mineral untuk kese-jahteraan masyarakat Indonesia.

• Ada dua hal penting, pertama meningkatkan nilai tambah pertambangan, kedua menyesuaikan kontrak pertambangan dengan Undang-Undang Pertambangan.

• Banyak kesempatan berinvestasi di bidang min-eral, tidak hanya di pertambangan namun di pen-golahan dan pemurnian.

• Status perusahaan di Indonesia, ada dua izin per-tambangan, yaitu IUP sebanyak 10.000 dan kon-trak karya serta PKP2B, apabila kontrak diperpan-jang maka menjadi IUP.

• Perusahaan tambang sadar akan perintah UU Per-tambangan untuk mengolah dan memurnikan bahan tambang. Sebelum 2009 grafik menunjukan produksi yang stabil, namun setelah 2009 grafik menunjukkan peningkatan produksi yang sangat besar karena mereka menyadari akan ada kewa-jiban pengolahan dan pemurnian. Sejak 11 Januari 2012 ekspor bahan mentah turun menjadi 0.

• Perusahaan dapat memiliki izin pengolahan dan pemurnian atau pengangkutan dan penjualan tanpa memiliki wilayah pertambangan, namun harus bekerjasama dengan pemilik IUP.

• Perusahaan tambang wajib divestasi sebesar 51%, untuk perusahaan yang terintegrasi dengan

fasilitas pemurnian sebesar 40%, untuk perusa-haan tambang bawah tanah sebesar 30%, dan untuk IUP khusus untuk pengolahan dan pemur-nian tidak ada divestasi.

• Syarat untuk mendapatkan IUP khusus untuk pengolahan dan pemurnian yaitu identitas, sum-ber ore, perjanjian, lokasi pabrik, kapasitas pabrik, lingkungan, dan keuangan.

• Royalty hanya untuk kegiatan penambangan, untuk IUP khusus pengolahan dan pemurnian tidak perlu membayar royalty dan divestasi. Bea keluar tidak perlu dibayarkan apabila perusahaan melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri sesuai batasan minimum ekspor. Setelah 2017 tidak boleh lagi mengekspor konsentrat.

• Untuk smelter dapat melakukan perjanjian den-gan PLN atau membangun sendiri pembangkit listrik.

Pelaksanaan kegiatan One on one Business Meeting with Chinese Mining Investors dihadiri oleh perwakilan dari perusahaan tambang dari wilayah RRT dan Hong Kong dilaksanakan di China Club Central, Hong Kong ini juga menghasilkan beberapa pembahasan terkait :

• Agar pemerintah Indonesia membantu/mem-fasilitasi penyelesaian perolehan Izin, penggunaan lahan, penggunaan barang dan jasa lokal pada kegiatan migas di Tangguh dan Jambi.

• Dalam pertemuan ini disampaikan bahwa Peme-rintah Republik Indonesia mengajak investor China/ Hongkong untuk memulai menanamkan Investasinya di bidang konversi batubara.[]

Sebagai narasumber hadir Kepala BKPM, Wakil Menteri ESDM, serta Dirjen Minerba ESDM

Dirjen Minerba sebagai salah satu narasumber pada kegiatan tersebut

51Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 52: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

Satyo Naresworo Staf Bagian Rencana dan Laporan

Ditjen Minerba Menggandeng KPK dalam Pengawasan dan Supervisi Perusahaan Pemegang KK dan PKP2B

Untuk meningkatkan penga-wasan perusahaan tambang di Indonesia, Direktorat Jen-

deral Mineral dan Batubara meng-gandeng Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK). Bentuk kerjasama dengan KPK adalah melaksanakan kegiatan Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Acara yang diselenggarakan di Ge-dung KPK tersebut berlangsung pada Rabu, 27 Agustus 2014. Kegiatan koordinasi dan supervisi dipimpin langsung oleh Ketua KPK yang didampingi oleh pejabat Es-

elon 1 Kementerian Lembaga terkait dan juga Kabareskrim. Peserta yang hadi adalah perwakilan dari Perusa-haan Pemegang Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dari seluruh Indonesia.

Pada kesempatan ini, Direktur Jen-deral Mineral dan Batubara Ke-menterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R. Sukhyar me-nyampaikan bahwa masih terdapat beberapa perusahaan yang belum memenuhi kewajibannya terkait dengan kegiatan pengusahaan per-tambangan mineral dan batubara. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan pengawasan pada 109 perusahaan pemegang KK dan PKP2B yang di-lakukan Ditjen Minerba bersama KPK.

Tercatat sebanyak 19 Perusahaan KK (Pra Produksi) dan 8 Perusahaan KK (Operasi Produksi) masih kurang bayar kewajiban iuran tetap. Ke-mudian sebanyak 17 Perusahaan PKP2B (Pra Produksi) kurang bayar kewajiban iuran tetap serta 24 Pe-

rusahaan PKP2B (Operasi Produksi) kurang bayar kewajiban Royalti dan Iuran Tetap.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu-bara Kementerian Energi dan Sum-ber Daya Mineral (ESDM) R. Sukh-yar mengingatkan kepada pelaku usaha pemegang KK dan PKP2B harus segera memenuhi kewajiban PNBP. R. Sukhyar menyampai-kan bahwa seluruh utang tersebut harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 31 Oktober 2014.

“Apabila sampai dengan jangka waktu tersebut belum dilunasi, kami akan memberikan status lalai (default) dan/atau melakukan pen-gakhiran (termination) sesuai keten-tuan KK dan PKP2B,” tegasnya.

Perusahaan pemegang KK dan PKP2B juga wajib menyampaikan Rencana Reklamasi dan Rencana Pascatambang serta menempatkan Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang sesuai dengan surat peringatan/teguran yang telah dike-luarkan oleh Direktur Jenderal Mi-neral dan Batubara. []

52Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 53: Alarm Batubara

LiputanWarta

Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di 12 Provinsi di Indonesia

Satyo Naresworo Staf Bagian Rencana dan Laporan

Pada tanggal 7 Februari 2014 telah dilakukan Rapat koordinasi Lintas Instansi di Komisi Pember-antasan Korupsi (KPK). Pertemuan ini dihadiri 12

gubernur se-Indonesia dan dirangkai dengan paparan rencana kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) atas Pengelolaan Pertambangan Minerba oleh Koordi-nator Tim SDA Direktorat Litbang KPK Dian Patria dan paparan permasalahan IUP oleh Sekretaris Jenderal Ke-menterian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Rapat ini membahas penertiban melalui Korsup terha-dap pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yang dilakukan KPK melalui Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Dit Litbang). Pada kesempatan itu KPK menjalin Korsup atas pengelolaan pertambangan mi-neral dan batubara dengan kepala daerah di 12 Provin-si. Langkah itu dilakukan guna mengatasi sejumlah per-soalan bersama.

Terpilihnya 12 provinsi itu dikarenakan memiliki po-sisi strategis dalam industri pertambangan, khususnya dalam bidang pertambangan mineral dan batubara.

Rapat Koordinasi lintas instansi Pusat dan Daerah terse-but dihadiri oleh 12 Instansi Pusat : KemESDM (Sekjen, Irjen, Dirjen Minerba,Balitbang), Kemkeu (DJA, DJBC, DJP, DJPK, DJPB, BKF), Kemdagri (Dirjen PUM,, Dirjen Otda, Irjen), Kemdag (Dirjen Daglu), Kemhub (Dirjen Hubla), Kemenhut (Ditjen Planologi), Kemenperin, Ke-menLH, KemenPAN&RB, BPN, Deputi Perekonomian BPKP, BPK, dan 12 Pemda : Pemprov 12 Provinsi (Gu-bernur, Inspektorat Provinsi, Kadistamben, KaBLHD, Kadispenda).

Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, pengelolaan sum-berdaya alam dan mineral harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal ini juga telah menjadi semangat dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. UU ini mengam-anatkan kewajiban untuk melakukan penciptaan nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional. Penciptaan nilai tambah dilakukan sejak dari kegiatan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pe-manfaatan mineral dan batubara.

53Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 54: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terciptanya tata kelola pertambangan minerba yang efektif dengan sistem informasi dan data minerba. Dengan dilakukan pembenahan pelaporan yang aku-rat dan tepat waktu dan adanya aturan yang mema-dai sehingga memungkinkan pelaksanaan tata kelola pertambangan minerba yang baik. Setidaknya ada 10 persoalan yang melatarbelakangi pengelolaan pertam-bangan mineral dan batubara, terdiri dari :

1. Pengembangan sistem data dan informasi mi-nerba masih bersifat parsial

2. Belum diterbitkannya semua aturan pelaksana UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba

3. Renegosiasi kontrak 34 KK dan 78 PKP2B belum terlaksana

4. Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara belum terlaksana dengan baik

5. Penataan Kuasa Pertambangan/Izin Usaha Per-tambangan belum selesai

6. Belum ditetapkannya seluruh wilayah pertam-bangan.

7. Kewajiban pelaporan reguler belum dilakukan oleh pelaku usaha dan pemerintah daerah

8. Kewajiban reklamasi dan pascatambang belum sepenuhnya dilakukan

9. Pelaksanaan pengawasan pertambangan belum optimal

10. Terdapat kerugian keuangan negara karena tidak dibayarkannya kewajiban keuangan tidak opti-malnya sanksi atas pelaku usaha yang tidak me-menuhi kewajiban keuangannya.

Problem implementasi kebijakan pertambangan mi-nerba di daerah :1. Perbaikan sistem dan kebijakan melalui pelak-

sanaan action plan atas hasil kajian lebih banyak dilakukan di tingkat pusat -> implementasi lebih banyak dilakukan di daerah -> lemahnya penga-wasan oleh pemda

2. Resistensi dan pengabaian pemerintah daerah ter-hadap sebagian kebijakan pusat

3. Koordinasi pemerintah pusat-daerah belum berja-lan baik

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di 12 Provinsi di Indonesia :

NO. PROVINSI WAKTU PELAKSANAAN1. Sulawesi Tengah 19 s.d. 21 Februari 2014 2. Kepulauan Riau 5 s.d. 7 Maret 2014 3. Kalimantan Timur 12 s.d. 14 Maret 2014 4. Kalimantan Selatan 25 s.d. 27 Maret 2014 5. Kalimantan Tengah 1 s.d. 3 April 2014 6. Sumatera Selatan 28 s.d 30 April 2014 7. Jambi 6 s.d. 8 Mei 2014

NO. PROVINSI WAKTU PELAKSANAAN8. Kalimantan Barat 20 s.d. 22 Mei 2014 9. Bangka Belitung 3 s.d. 5 Juni 2014

10. Maluku Utara 9 s.d. 11 Juni 2014 11. Sulawesi Tenggara 18 s.d. 20 Juni 2014 12. Sulawesi Selatan 25 s.d. 27 Juni 2014

Pelaksanaan KegiatanKegiatan Korsup di ke-12 Provinsi ini dilaksanakan se-lama 2 hari, hari pertama dilakukan pertemuan antara KPK, Ditjen MInerba dengan Gubernur atau yang me-wakili bersama seluruh Kepala Dinas Bidang Pertam-bangan. Kemudian acara puncak dilaksanakan pada hari ke-2 yang dihadiri oleh oleh Gubernur, Bupati/Walikota, Kementerian/Lembaga terkait (Kemenkeu, Kemenhut, KLH, Kemendagri, Kemenhub, Polri dan stakeholder terkait.

Para Pejabat Pemerintah Daerah di 12 Provinsi telah menandatangani Rencana Aksi terkait dengan 5 hal:

1. Penataan izin: Penyelesaian sengketa/pem-bekuan/penghentian sementara/pencabutan izin

2. Pembayaran kewajiban keuangan: iuran tetap/royalti/pajak/jaminan reklamasi/jaminan pasca-tambang/jaminan kesungguhan

3. Pengawasan produksi: Pelaksanaan RKTTL/RKAB, Tata cara pelaksanaan good mining practices

4. Pengawasan pengolahan: Pembangunan smelter, pelaksanaan kewajiban pengolahan dan pemur-nian

5. Pengawasan penjualan/pengapalan: Pendataan/pencatatan laporan surveyor, lokasi/pelabuhan pengapalan

Bersamaan dengan kegiatan Korsup KPK di 12 Provinsi tersebut, di kota ternate Pada tanggal 9 Juni 2014 telah telah ditandatangani Deklarasi Penyelamatan Sumber-daya Alam Indonesia oleh Panglima TNI RI, Ketua KPK RI, Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung RI.

Perkembangan Hasil Tindak Lanjut Kegiatan Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di 12 Provinsi, sebagai berikut:

1. Pada tanggal 15 April 2014 bertempat di Den-pasar-Bali, Direktorat Jenderal Mineral dan Batu-bara telah melaksanakan kegiatan Penyerahan data IUP Non-CNC kepada seluruh pemerintah provinsi agar melakukan koordinasi dengan selu-ruh pemerintah kabupaten dan kota untuk me-lakukan penataan perizinan yang belum CNC. Tujuan dari dilakukannya Penyerahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Non Clear and Clean kepada pemerintah daerah adalah dalam rangka penye-lenggaraan dekonsentrasi sebagaimana dimaksud

54Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 55: Alarm Batubara

LiputanWarta

dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pelimpa-han Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kepada Guber-nur Sebagai Wakil Pemerintah, bahwa salah satu urusan Pemerintahan di bidang Mineral dan Ba-tubara yang dilimpahkan kepada Gubernur yaitu pembinaan dan pengawasan terhadap penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Pertam-bangan Rakyat (IPR) Mineral dan Batubara oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Dilakukan Sinkronisasi data status kawasan hutan KESDM dengan Kemhut

3. Pemberian sanksi kepada IUP OP Khusus pen-gangkutan dan penjualan • TeguranI505 IUP• TeguranII245 IUP• TeguranIII15 IUP• PenghentianSementara62 IUP• Pencabutan1 IUP

4. Telah dilakukan pencabutan Izin Usaha Pertam-bangan (IUP) pada 3 Provinsi. • SulawesiTengah85 IUP• Jambi99 IUP• SumateraSelatan2 IUP

5. Peningkatan kepatuhan pelunasan kewajiban pembayaran royalti meningkat. Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) • Mei2013(MineraldanBatubara):9 triliun • Mei 2014 (tanpamineral karena telah diber-lakukan kewajiban hilirisasi) 14 triliun

Catatan: Walaupun PNBP 2104 minus royalti min-eral dan harga batubara turun jauh dibandingkan tahun 2013, namun total PNBP meningkat. Den-gan demikian disimpulkan bahwa kepatuhan dan jumlah wajib pajak meningkat

6. Pembangunan Sistem Informasi Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba One Map Indone-sia/MOMI) • SumateraSelatan(13titikhakakses)• Jambi(1titikhakakses)• KalimantanBarat(13titikhakakses)• BangkaBelitung(1titikhakakses)• MalukuUtara(9titikhakakses)• SulawesiTenggara(1titikhakakses)• SulawesiSelatan(18titikhakakses)• Kementerian/Lembaga(DJPdanKPK)

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mendata, terdapat lebih dari sepuluh ribu IUP di seluruh Indonesia. Sebanyak lebih dari 60% dari jumlah izin yang dikeluarkan itu, diakui telah berstatus clean & clear (CNC). Hanya saja sisanya, hampir 5000-an izin, masih berstatus non CNC.

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Mineral dan Ba-tubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendukung upaya KPK dalam melakukan pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi dengan melakukan kegiatan koordinasi dan supervisi atas pengelolaan pertambangan mineral dan batubara di 12 provinsi. Ini dimaksudkan untuk mengawal perbaikan sistem dan kebijakan pengelolaan PNBP mineral dan batubara.[]

55Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 56: Alarm Batubara

LIPUTANWARTA

DOKUMENTASI PENANDATANGAN KOMITMEN PEMERINTAH PROPINSI

TERHADAP PENCEGAHAN KORUPSI

Palu

Palembang

Makasar

Kendari

Maluku Utara

Kepulauan Riau

56Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 57: Alarm Batubara

LiputanWarta

Kalimantan Selatan

Kalimantan Barat

Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Pelaksanaan Kegiatan Korsup KPK di Ternate

57Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 58: Alarm Batubara

DIALOG KHUSUS Pengawasan dan Pengelolaan

Sumberdaya Alam di Provinsi Jambi

Muhammad Nasarudin, S.KomStaf Bagian Rencana dan Laporan, Setditjen Minerba

INFOMINERBA

58Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 59: Alarm Batubara

INFOMINERBA

Rabu, 7 Mei 2014 bertempat di Studio TVRI Jambi menayangkan secara langsung acara dialog khu-sus dengan tema Pengawasan dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam di Provinsi Jambi. Hadir sebagai narasumber adalah pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Zulkarnaen, Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus dan dari Ditjen Mineral dan Batubara Kemente-rian ESDM diwakili oleh Paul Lubis.

Mengawali dialog Rita sebagai pembawa acara mem-bacakan pasal 33 ayat 3 UU 1945 yang berbunyi ‘Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat‘. Dalam kes-empatan tersebut Zulkarnaen menjelaskan bahwa Ren-cana Strategis (RENSTRA) KPK 2011-2015 fokus kepada

perbaikan sektor strategis terkait kepentingan nasional (national interest) meliputi Ketahanan Energi dan Ling-kungan (energi, migas, pertambangan dan kehutanan), Ketahanan Pangan, Penerimaan Negara (pajak, bea dan cukai, PNBP), Bidang Infrastruktur serta Kesehatan dan Pendidikan. Pada 7 Februari 2014 dalam rangka pencegahan korupsi sektor sumber daya alam KPK melakukan Koordinasi dan Supervisi atas pengelolaan pertambangan mineral dan batubara dengan kepala daerah di 12 provinsi guna mengatasi sejumlah persoa-lan bersamat, 12 provinsi tersebut yakni Riau, Jambi, Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Ten-gah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Teng-gara dan Maluku Utara.

59Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 60: Alarm Batubara

INFOMINERBA

Sebelum Otonomi Daerah (1945-1999) Jumlah Izin Pertambangan sebanyak 600-an, setelah

otonomi daerah jumlah izin pertambangan meningkat menjadi 10.000-an

Setidaknya, ada 10 persoalan yang melatarbelakangi pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, yakni renegosiasi KK dan PKP2B belum terlaksana, peningkatan nilai tambah mineral dan batubara belum terlaksana dengan baik, belum diterbitkannya semua aturan pelaksana UU No.4 tahun 2009 tentang per-tambangan minerba, pengembangan sistem data dan informasi minerba masih bersifat parsial, hingga per-soalan kerugian Negara karena tidak dibayarkannya kewajiban keuangan. Karena itu, rangkaian kegiatan Korsup ini bertujuan untuk mendorong terciptanya tata kelola pertambangan minerba yang efektif dengan sis-tem informasi dan data minerba yang memungkinkan pelaporan yang akurat dan tepat waktu dan adanya aturan yang memadai sehingga memungkinkan pelak-sanaan tata kelola pertambangan minerba yang baik.

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan rapat koordinasi lintas instansi di 12 Kementerian/Lembaga meliputi Ke-menterian ESDM, Kementerian Dalam Negeri, Kemen-terian Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Kemen PAN & RB, BPK, BPN, Kementerian Perindustrian, Ke-menterian Lingkungan Hidup dan Deputi Perekono-mian BPKP. Terdapat lima focus kegiatan Korsup ini yaitu penataan izin usaha pertambangan, pelaksana-an kewajiban keuangan pelaku usaha pertambangan minerba, pelaksanaan pengawasan produksi pertam-bangan minerba, pelaksanaan kewajiban pengolahan hasil tambang minerba dan pelaksanaan pengawasan penjualan dan pengangkutan hasil tambang minerba.

Paul lubis menjelaskan Sebelum Otonomi Daerah (1945-1999) Jumlah Izin Pertambangan sebanyak 600-an, setelah otonomi daerah jumlah izin pertambang-an meningkat menjadi 10.000-an. Sesuai dengan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa tugas dari pemerintah dalam hal ini

Ditjen Mineral dan Batubara adalah melakukan pem-binaan dan pengawasan, kebijakan dan regulasi. Pe-nataan Izin Usaha Pertambangan penting dilakukan dalam rangka Sebagai dasar penetapan Wilayah Per-tambangan, bahan koordinasi dengan instansi lain dalam penentuan tata ruang, optimalisasi penerimaan negara bukan pajak dari IUP, peluang untuk pening-katan nilai tambah mineral dan batubara, mengetahui potensi produksi nasional mineral dan batubara, dasar penentuan pemenuhan kebutuhan domestik (DMO), peningkatan kontribusi usaha jasa pertambangan na-sional, peningkatan kebutuhan sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan yang optimal.

Rekapitulasi IUP Clear and Clean (C&C) se-Provinsi Jambi. Total IUP se-Indonesia sampai dengan 5 Mei 2014 adalah sebanyak 10.922 IUP, terdiri dari 7.000 IUP mineral dan 3.922 IUP batubara. Dari jumlah terse-but sebanyak 4.880 belum Clear and Clean (Non CNC). Di Provinsi Jambi sendiri terdapat 398 IUP terdiri dari 21 IUP mineral dan 377 IUP batubara. IUP yang sudah CNC sebayak 200 IUP dan sisanya sebanyak 198 IUP belum CNC. Dari 398 IUP yang ada di Jambi, Kabu-paten Batang Hari memiliki IUP paling banyak diband-ingkan dengan daerah lain yaitu sebanyak 95 IUP. Dari 95 IUP di Kabupaten Batang Hari ada sebanyak 64 IUP sudah CNC (Jumlah IUP CNC terbanyak) sedangkan Ka-bupaten Bungo dari 70 IUP, 52 IUP diantaranya belum CNC (Kabupaten belum CNC terbanyak)

Permasalahan IUP Non CNC terdiri dari permasalahan administrasi (kekurangan kelengkapan syarat SK KP/IUP, tidak masuk dalam BA rekon, dll) dan permasala-han wilayah (diantaranya tumpang tindih beda ko-moditas, tumpang tindih sama komoditas, tumpang tindih kewenangan dan koordinat tidak sesuai dengan peraturan perundangan). Kabupaten yang mempunyai

60Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 61: Alarm Batubara

Dalam Rangka Penyusunan Kebijakan Diperlukan Data IUP yang Akurat & Valid

Data IUP yang Akurat & Valid

Pelaksanaan Penataan IUP

PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN

1. Sebagai dasar penetapan Wilayah Pertambangan.

2. Bahan kordinasi dengan instansi lain

dalam penentuan tata ruang.

3. Optimasi penerimaan negara bukan pajak dari IUP.

4. Peluang untuk peningkatan nilai tam-bah mineral dan batubara.

5. Mengetahui potensi produk nasional mineral dan batubara.

6. Dasar penentuan pemenuhan kebu-tuhan domestik (DMO).

7. Peningkatan kontribusi usaha jasa pertambangan nasional.

8. Peningkatan kebutuhan sumber daya manusia

9. Pengelolaan lingkungan yang optimal

INFOMINERBA

permasalahan terbanyak terdapat di Kabupaten Soro-langun sebanyak 53 permasalahan, terdiri dari 17 per-masalahan administrasi dan 36 permasalahan wilayah. Permasalahan yang lain adalah terdapat kurang bayar PNPB periode 2011-2013 di Provinsi Jambi sebesar Rp 3.2 miliar dan 9.3 juta USD. Sedangkan mengenai ja-minan reklamasi sebagian besar IUP belum ada jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang.

Berdasarkan data dari Ditjen Planologi Kemenhut ter-dapat tumpang tindih IUP dengan kawasan hutan di Provinsi Jambi. Ada 6.300,22 ha atau sembilan IUP tumpang tindih dengan hutan konservasi, 63.662,22 ha atau 5 IUP tumpang tindih dengan hutan lindung

dan 410.540,03 ha atau 124 IUP tumpang tindih den-gan hutan produksi.

Agar pengelolaan pertambangan sumber daya alam di jambi dapat terkelola dengan baik Gubernur Jambi Hasan Basri Akbar melakukan koordinasi dan komit-men dengan para bupati dan walikota se-Provinsi Jambi untuk menyelesaikan permasalahan Izin Usaha Pertam-bangan (IUP) baik permasalahan tumpang tindih atau-pun kurang bayar PNBP dengan berkoordinasi dengan Ditjen Mineral dan Batubara dan KPK. []

61Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 62: Alarm Batubara

INFOMINERBAINFOMINERBA

Penyerahan Penghargaan Pengelolaan Keselamatan dan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun 2014

Tim Redaksi

62Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 63: Alarm Batubara

INFOMINERBAINFOMINERBA

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, R. Sukhyar, pada Selasa (16/9) memberikan Penghargaan Pengelolaan Keselamatan

dan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batu-bara kepada para pelaku usaha pertambangan di Hotel Bidakara, Jl. Gatot Subroto, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh para undangan dari lingkun-gan Kementerian ESDM, para Kepala Dinas yang membidangi Pertambangan dan Energi Provinsi dan Kabupaten se-Indonesia, Direksi Perusahaan Tambang dan Kepala Teknik Tambang, perguruan tinggi, dan para undangan lainnya.

Penghargaan Pengelolaan Keselamatan dan Lingku-ngan Pertambangan Mineral dan Batubara ini adalah bentuk apresiasi pemerintah untuk mendorong dan memberikan motivasi kepada para Kepala Teknik Tam-

bang untuk dapat mencapai prestasi setinggi-tingginya dalam pengelolaan keselamatan dan lingkungan per-tambangan mineral dan batubara.

“Pemberian penghargaan tersebut sangat penting di-lakukan karena apa yang dirasakan saat ini masih ban-yak perusahaan pertambangan yang belum menerap-kan good mining practice sedangkan pemerintah dari tahun ke tahun selalu ingin meningkatkan kinerja per-tambangan” ungkap R. Sukhyar saat membuka acara tersebut. Penyerahan Penghargaan Pengelolaan Keselamatan dan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Direk-torat Jenderal Mineral dan Batubara. Penyerahan Peng-hargaan Pengelolaan Keselamatan Pertambangan telah

63Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 64: Alarm Batubara

diadakan sejak tahun 1992, sedangkan Penghargaan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan telah diadakan sejak tahun 2004.

KRITERIA PENILAIAN1. Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batu-

bara terdiri atas dua unsur penilaian, yaitu: a. Upaya pencegahan kecelakaan

Unsur yang dinilai dalam upaya pencegahan kecelakaan adalah:1) Kebijakan Keselamatan Pertambangan;2) Peraturan Keselamatan Pertambangan;3) Organisasi Keselamatan Pertambangan;4) Kepala Teknik Tambang/ Penanggung

Jawab Operasional;5) Program Keselamatan Pertambangan;6) Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko (IBPR),

dan Penetapan Pengendalian;7) Training Keselamatan Pertambangan;8) Alat Pelindung Diri;9) Kelistrikan dan Permesinan;10) Pertemuan Keselamatan Pertambangan;11) Kampanye/Promosi Keselamatan Pertam-

bangan;12) Kesehatan Kerja;13) Inspeksi;

14) Investigasi Kecelakaan;15) Kesiapsiagaan Keadaan Darurat;16) Audit Keselamatan Pertambangan; dan17) Pemeriksaan lapangan

b. Statistik Kecelakaan Statistik kecelakaan yang dinilai adalah Tingkat Kekerapan Kecelakaan (Frequency Rate / FR) dan Tingkat Keparahan Kecelakaan (Severity Rate / SR) pada periode Januari sampai dengan Desember 2013.

2. Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara terdiri atas enam unsur penilaian, yaitu:a. Pengelolaan Batuan Penutup;b. Erosi dan Sedimentasi;c. Pembibitan;d. Reklamasi dan Revegetasi;e. Sarana Penunjang;f. Pemantauan.

Penghargaan diberikan kepada 47 perusahaan untuk kategori Penghargaan Pengelolaan Keselamatan Per-tambangan Mineral dan Batubara dan 43 perusahaan untuk kategori Penghargaan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara.Penilaian meli-batkan para Inspektur Tambang dan tenaga ahli yang berasal dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan

INFOMINERBA

64Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 65: Alarm Batubara

INFOMINERBA

Kerja – Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Pusat Studi Ilmu Lingkungan UI, Pusat Kajian Lingkungan Pertam-bangan ITB, Fakultas Kehutanan IPB, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB, Pusat Studi Reklamasi Tambang IPB, dan SEAMEO BIOTROP.

HASIL PENILAIANDari tiga tahapan penilaian yaitu Tahap pertama se-bagai penilaian awal atau administrasi, tahap kedua dilakukan verifikasi lapangan, dan tahap ketiga dilaku-kan penilaian akhir, maka hasil penilaian Penghargaan Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara adalah sebagai berikut:

1. Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batu-baraa) Peraih piagam Penghargaan Pengelolaan Ke-

selamatan Pertambangan Mineral dan Batu-bara sebanyak 47 perusahaan, dengan rincian sebagai berikut: • PeraihpiagamPRATAMAbersimbolperung-

gu sebanyak 26 perusahaan;• PeraihpiagamUTAMAbersimbolperakse-

banyak 18 perusahaan; dan• Peraih piagam ADITAMA bersimbol emas

sebanyak 3 perusahaan.

b) Peraih Trophi adalah perusahaan yang terbaik dari peraih piagam aditama sesuai dengan kelompok kegiatan usahanya sebanyak 2 pe-rusahaan, terdiri dari 1 perusahaan Kontraktor Utama Jasa Pertambangan Mineral dan Batu-bara, dan1 kelompokperusahaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral dan Batubara.

2. Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubaraa) Peraih piagam Penghargaan Pengelolaan Ling-

kungan Pertambangan Mineral dan Batubara sebanyak 43 perusahaan, dengan rincian seba-gai berikut: • PeraihpiagamPRATAMAbersimbolperung-

gu sebanyak 22 perusahaan;• PeraihpiagamUTAMAbersimbolperakse-

banyak 11 perusahaan; dan• Peraih piagam ADITAMA bersimbol emas

sebanyak 10 perusahaan.b) Peraih Trophi adalah perusahaan pertamban-

gan dengan nilai total tertinggi untuk semua kategori. Pada kesempatan ini peraih trophi adalah 3 perusahaan yaitu PKP2B, KK, dan IUP.

Selamat kepada pemenang! []

Pemberian penghargaan tersebut sangat penting dilakukan karena apa yang dirasakan saat ini masih banyak

perusahaan pertambangan yang belum menerapkan good mining practice sedangkan pemerintah dari tahun ke tahun

selalu ingin meningkatkan kinerja pertambangan

65Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

Page 66: Alarm Batubara

Memang ada ya?Ih seraaam . . .

Jangan Ada Kota Hantu di Indonesia

66Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

MINO&DINO

Page 67: Alarm Batubara

Di suatu sore yang cerah, Mino melihat Dino sedang duduk melamun dengan muka sedih. Segera saja Mino menghampiri Dino, ingin

mencari tahu apa yang sedang bermain di alam pikiran Dino.

“Halooo Dino... kok muka kamu kelihatan sedih? Apa yang kamu pikirin?” sapa Mino dengan suara lembut.

“Hai juga Mino. Ini..., aku lagi melihat foto di majalah tentang kondisi masyarakat di sekitar penambangan. Aku sedih banget lihatnya. Wilayah bekas penamba-ngan jadi seperti kota mati gitu” ungkap Dino.

Mino tersenyum mendengar penuturan Dino. “Kalau sampai terjadi seperti itu, berarti perencanaan pasca-tambang perusahaan itu gagal”.

“Pascatambang? Aku baru denger tentang pascatam-bang. Apa itu, Mino?” tanya Dino bersemangat.

“Idealnya, tambang hanya akan ditutup ketika sumber daya sudah habis dan rencana pascatambang sudah tersedia. Sebab, perusahaan punya waktu yang cukup banyak untuk merencanakan, memantau, melakukan uji coba, dan menyediakan dana pascatambang.”

“Namun nyatanya, perusahaan tambang seringkali mengambil cadangan bukan sumberdaya sehingga banyak faktor yang menyebabkan pascatambang sebe-lum cadangan bisa ditambang diseluruhnya.”

“Dino tau gak, dari hasil riset, selama 25 tahun terakhir hampir 70% tambang di Australia mengalami penutu-pan yang tidak terduga dan tidak direncanakan loh,” tambah Mino. “Oh yaa?!!” seru Dino kaget.

“Benar Dino.. parahnya lagi, tambang-tambang yang ditutup dengan cara buruk itu akan mewariskan per-masalahan kepada pemerintah, masyarakat, dan pe-rusahaan. Pada akhirnya citra industri pertambangan juga rusak,” jelas Mino serius.

“Pertambangan di Indonesia tidak boleh seperti itu Mino!! Mineral dan Batubara kita sudah diambil, masa kita hanya ditinggalkan warisan yang menyedihkan.”

“Tapi..., pemerintah sudah berbuat apa ya untuk mencegah masalah penutupan tambah seperti itu??” tanya Dino.

“Tenang Dinoooo... pemerintah kita sudah mengantisi-pasinya kok. Perusahaan pertambangan sudah diwajib-kan melaksanakan pengelolaan dan pemantauan ling-kungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambangnya,” ungkap Mino.

“Yang penting lagi, perusahaan juga diwajibkan me-nyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatam-bang mereka yang disertai dana jaminan pascatam-bangnya” jelas Mino.

“Oh gituu..., Waahh, hebat ya Pemerintah Indonesia. Semoga hasilnya baik ya, Mino. Aku ga mau lihat kota mati akibat penutupan tambang di Indonesia” ungkap Dino sungguh-sungguh.

“Iyaa Dino, kita doakan semoga pemerintah selalu be-kerja dengan baik dan memberikan yang terbaik untuk rakyatnya,” tanggap Mino.

“Udaah ahh Dino, jangan sedih lagi. Kita makan bakso aja yuukk.. aku laper niihhh” aja Mino sambil menarik Dino ke luar rumah.

Helm penambang batubara pada tahun 1930. sumber foto: http://galleryhip.com

67Warta Minerba Edisi XIX - Agustus 2014

MINO&DINO

Page 68: Alarm Batubara

Bumi, Air dan Kekayaan Alamyang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. { UUD 1945 Pasal 33 (3) }

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARAKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik IndonesiaJl. Prof. Dr. Supomo, SH No. 10, Jakarta 12870 - IndonesiaTelp: +62-21 8295608; Fax: +62-21 8315209, 8353361www.minerba.esdm.go.idE-mail: [email protected]