anomali geomagnet; kaitannya dengan zone mineralisasi …

17
ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI DI DAERAH MALINGPING, BAYAH DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN W.H. Simamora *) SARI Anomali geomagnet daerah Malingping-Bayah dan sekitarnya yang berkisar antara -650 nT hingga 270 nT dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok anomali rendah berkisar dari -650 hingga -250 nT, kelompok anomali sedang berkisar dari -250 nT hingga + 50 nT, dan kelompok anomali tinggi berkisar dari + 50 hingga +270 nT. Zone anomali rendah di daerah ini diperkirakan akibat pengaruh batuan terobosan bersifat asam yang terletak pada kedalaman dari 500 m hingga 2000 m. Hal ini diperkuat dengan dijumpainya batuan terobosan granodiorit Cihara (Tomg) yang terletak pada jalur anomali rendah. Batuan terobosan ini diduga mempunyai peran dalam proses mineralisasi logam sulfida, emas (Au) dan perak (Ag) yang terdapat di daerah Cikotok dan Cirotan. Kata kunci : anomali geomagnet, Malingping, Granodiorit Cihara ABSTRACT Magnetic anomaly in the Malingping - Bayah and surrounding areas, ranging from -650 nT to +270 nT, can be divided into three groups. The first group is the low anomaly with a value range from -650 nT to -250 nT, the second group is middle anomaly with a value range from -250 nT to + 50 nT, and the third group is high anomaly with a value range from + 50 nT to +270 nT. Low anomaly zone is thought to be the effect of intrution of acid rocks which is located in 500 to 2000 m depth. This is supported by the existing of granodiorite intrusion of Cihara (Tomg) that also coincides with low anomaly zone. The granodiorite intrusion is thougt to have played an important role in sulfide, gold (Au), and silver (Ag) mineralization which is found in the Cikotok and Cirotan areas. Keywords : Geomagnetic anomalies, Malingping, granodiorite of Cihara *) Pusat Survei Geologi PENDAHULUAN Secara geografis daerah penelitian, yang terletak di sebelah barat laut Pelabuhanratu berada di pantai selatan Pulau Jawa. Daerah ini dibatasi oleh koordinat 6°36’ - 7°00’ LS dan 106°00’ - 106°24’ BT (Gambar1), dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lebak dengan Ibu Kota Rangkasbitung, Propinsi Banten. Daerah ini termasuk Lembar Peta Leuwidamar, dan dapat dicapai dengan angkutan darat dari dua rute, yaitu rute Bandung - Sukabumi - Cibadak - Cikidang - Cisolok - Bayah dengan waktu tempuh antara 10 - 12 jam dan rute Bandung - Jakarta - Serang - Pandeglang - Malingping - Bayah dengan waktu tempuh 8 - 10 jam. Pada daerah ini, ditemukan singkapan-singkapan batuan terobosan berupa diorit, dasit, granodiorit, serta andesit di bagian selatan lembar. Secara geofisika, hal ini menarik untuk diteliti, sebab diharapkan berkaitan dengan mineral ekonomis, terlebih lagi terdapatnya emas di daerah Cikotok dan Pongkor yang masih terdapat pada lembar ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengenali struktur geologi bawah permukaan daerah penelitian, dengan harapan dapat mengetahui secara jelas sebaran lateral dan vertikal batuan terobosan, dan ketebalan Formasi Cikotok (Temv) yang diterobos oleh batuan terutama Granodiorit Cihara (Tomg) yang diperkirakan sebagai pembawa mineral bijih seperti emas (Au), perak (Ag), dan mineral bijih lain yang terdapat di daerah tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian Geomagnet ini dilakukan pada tahun anggaran 2005-2006 di daerah Bayah-Malingping dan sekitarnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari tolok ukur Penelitian Geofisika Busur Magmatik JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 285 Geo-Resources J G S M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI

DI DAERAH MALINGPING, BAYAH DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK,

PROPINSI BANTEN

W.H. Simamora *)

SARI

Anomali geomagnet daerah Malingping-Bayah dan sekitarnya yang berkisar antara -650 nT hingga 270 nT dibagi

menjadi tiga kelompok. Kelompok anomali rendah berkisar dari -650 hingga -250 nT, kelompok anomali sedang berkisar

dari -250 nT hingga + 50 nT, dan kelompok anomali tinggi berkisar dari + 50 hingga +270 nT. Zone anomali rendah di

daerah ini diperkirakan akibat pengaruh batuan terobosan bersifat asam yang terletak pada kedalaman dari 500 m hingga

2000 m. Hal ini diperkuat dengan dijumpainya batuan terobosan granodiorit Cihara (Tomg) yang terletak pada jalur

anomali rendah. Batuan terobosan ini diduga mempunyai peran dalam proses mineralisasi logam sulfida, emas (Au) dan

perak (Ag) yang terdapat di daerah Cikotok dan Cirotan.

Kata kunci : anomali geomagnet, Malingping, Granodiorit Cihara

ABSTRACT

Magnetic anomaly in the Malingping - Bayah and surrounding areas, ranging from -650 nT to +270 nT, can be divided into

three groups. The first group is the low anomaly with a value range from -650 nT to -250 nT, the second group is middle

anomaly with a value range from -250 nT to + 50 nT, and the third group is high anomaly with a value range from + 50 nT

to +270 nT.

Low anomaly zone is thought to be the effect of intrution of acid rocks which is located in 500 to 2000 m depth. This is

supported by the existing of granodiorite intrusion of Cihara (Tomg) that also coincides with low anomaly zone. The

granodiorite intrusion is thougt to have played an important role in sulfide, gold (Au), and silver (Ag) mineralization which

is found in the Cikotok and Cirotan areas.

Keywords : Geomagnetic anomalies, Malingping, granodiorite of Cihara

*) Pusat Survei Geologi

PENDAHULUAN

Secara geografis daerah penelitian, yang terletak di

sebelah barat laut Pelabuhanratu berada di pantai

selatan Pulau Jawa. Daerah ini dibatasi oleh

koordinat 6°36’ - 7°00’ LS dan 106°00’ - 106°24’

BT (Gambar1), dan termasuk ke dalam wilayah

Kabupaten Lebak dengan Ibu Kota Rangkasbitung,

Propinsi Banten.

Daerah ini termasuk Lembar Peta Leuwidamar, dan

dapat dicapai dengan angkutan darat dari dua rute,

yaitu rute Bandung - Sukabumi - Cibadak - Cikidang -

Cisolok - Bayah dengan waktu tempuh antara 10 -

12 jam dan rute Bandung - Jakarta - Serang -

Pandeglang - Malingping - Bayah dengan waktu

tempuh 8 - 10 jam.

Pada daerah ini, ditemukan singkapan-singkapan

batuan terobosan berupa diorit, dasit, granodiorit,

serta andesit di bagian selatan lembar. Secara

geofisika, hal ini menarik untuk diteliti, sebab

diharapkan berkaitan dengan mineral ekonomis,

terlebih lagi terdapatnya emas di daerah Cikotok dan

Pongkor yang masih terdapat pada lembar ini.

Tulisan ini bertujuan untuk mengenali struktur

geologi bawah permukaan daerah penelitian, dengan

harapan dapat mengetahui secara jelas sebaran

lateral dan vertikal batuan terobosan, dan ketebalan

Formasi Cikotok (Temv) yang diterobos oleh batuan

terutama Granodiorit Cihara (Tomg) yang

diperkirakan sebagai pembawa mineral bijih seperti

emas (Au), perak (Ag), dan mineral bijih lain yang

terdapat di daerah tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian Geomagnet ini dilakukan pada tahun

anggaran 2005-2006 di daerah Bayah-Malingping

dan sekitarnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari

tolok ukur Penelitian Geofisika Busur Magmatik

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 285

Geo-Resources

J G S M

Page 2: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

dipastikan stabil. Oleh karena itu, suatu

lokasi yang ditentukan sebagai titik

pangkal (BS) Pengukuran Magnet perlu

diamati secara menerus terlebih dahulu

selama 24 jam untuk mengetahui apakah

pengukuran di tempat tersebut cukup

stabil.

Titik Pangkal (BS) daerah penelitian

terletak di lapangan sepak bola di Desa

Polotot Malingping, jauh dari perumahan

penduduk dan terbebas dari benda-benda

yang bersifat magnet. Pengukuran titik

pengamatan intensitas medan magnet

total daerah penelitian dilakukan dengan

jarak antara 1-2 km dengan membuat

lintasan pengukuran berarah hampir

utara-selatan.

Koordinat titik pengukuran ditentukan

dengan menggunakan GPS (Global

Positioning System) merek Garmin,

sedangkan peta kerja menggunakan peta

t o p o g r a f i s k a l a 1 : 2 5 . 0 0 0

Banten Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi.

Penelitian geomagnet dilakukan dengan mengukur

intensitas medan magnet total, sedangkan alat ukur

yang dipergunakan berupa dua set peralatan Proton

Precision Magnetometer merek Geometrics model

G-856 dan G-826 digital.

Magnetometer G-856 dipasang pada titik pangkal

(BS) pengukuran magnet, dengan tujuan untuk

mengukur variasi medan magnet total di BS tersebut.

Alat ini diset secara otomatis untuk mengukur setiap

10 menit. Data pengukuran ini berfungsi sebagai

variasi harian intensitas medan magnet daerah

penelitian, dan juga untuk mengetahui apabila

sewaktu-waktu terjadi badai magnet (magnetic

storm). Pengukuran ini dilakukan selama

pengukuran intensitas medan magnet lapangan

berlangsung.

Untuk menentukan lokasi titik pangkal pengukuran,

perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu menghindari

adanya pengaruh benda-benda yang bersifat magnet

seperti besi, atap seng, tiang listrik, mesin,

kendaraan bermotor, dan lain lain. Hasil pembacaan

pengukuran alat magnet di lokasi BS harus

0105 30` BT 0

106 00` BT 0106 30` BT

0106 30` BT

0106 00` BT0

105 30` BT

05 00` LS

06 00` LS

07 00` LS

Lokasi penelitian

Serang

Pandeglang

Rangkasbitung

Bogor

Sukabumi

Tangerang

JAKARTA

Pelabuhanratu

S E

T

S

D

L A

U

N A

L A U T J A W A

M D A I NA

S A U E R H D I

Skala

0 50 Km2010 30 40

Malingping

Bayah

Gambar 1. Lokasi penelitian.

BAKOSURTANAL dan peta topografi skala 1: 50. 000

AMS.

Data pengukuran merupakan data mentah, sehingga

perlu dilakukan pengolahan sebelum pengkonturan

dan interpretasi lebih lanjut.

Metode pengolahan data yang dilakukan di dalam

pekerjaan ini dapat dilihat pada alur seperti pada

Gambar 2.

GEOLOGI

Geologi Regional

Daerah penelitian merupakan bagian zone kompleks

hasil subdaksi yang terjadi pada zaman Kapur Akhir -

Tersier Awal (Hamilton, 1979), dengan arah jurus

sesar imbrikasi barat - timur, barat daya - timur laut.

Kompleks ini membentuk satuan busur vulkanik yang

tersebar dari Jampang (kompleks bancuh yang ber-

arah timur laut - barat daya), Bayah dan sepanjang

pantai barat Pulau Sumatera (bancuh pada fore-

arc dengan arah barat laut - tenggara) (Hamilton,

1978a dalam Hamilton, 1979, Gambar 3).

Di daerah ini bukan hanya struktur imbrikasi yang

berkembang, tetapi juga sesar geser mendatar (utara

timur laut - selatan barat daya) (Sujatmiko dan

U

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006286

Geo-Resources

J G S M

Page 3: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Santosa, 1992). Sesar imbrikasi yang berkembang di

daerah Bayah bagian selatan diduga merupakan

lingkungan fore-arc, sedangkan di utara Bayah

merupakan volcanic arc.

Struktur imbrikasi yang dijumpai di Jampang

mempunyai pola struktur dan umur yang sama

(Kapur) seperti yang dijumpai di daerah Luk Ulo

mélange, di Pegunungan Meratus dan Pulau Laut

(ofiolit) (Katili, 1989). Struktur imbrikasi di Bayah

selatan terbentuk pada Eosen - Oligosen (Sujatmiko

dan Santosa, 1992).

Geologi Setempat

Batuan yang ditemukan di daerah penelitian terdiri

atas batuan berumur Tersier dan Kuarter (Sujatmiko

dan Santosa, 1992). Batuan Tersier terdiri atas

batuan malihan, terobosan, gunung api, dan

sedimen, sedangkan batuan Kuarter terdiri atas

batuan sedimen, gunung api, dan terobosan

(Gambar 4).

Sedimen Tersier terdiri atas konglomerat, batupasir,

batupasir kuarsa, batupasir gampingan, batupasir

tufan, batulempung, batulempung tufan,

batugamping, serpih, napal, tuf, tuf gampingan, tuf

breksi, tuf dasit, breksi, batuapung, kayu

terkersikkan, dan batubara, yang tersebar dalam

Formasi Bayah (Teb), Cicarucup (Tet), Cijengkol (Toj),

Citarate (Tmt), Cimapag (Tmc), Sareweh (Tms),

Badui (Tmd), Genteng (Tpg), Cimanceuri (Tpm), dan

Formasi Cipacar (Tpc).

Formasi Bayah merupakan satuan batuan sedimen

tertua di daerah ini dan terbagi menjadi tiga anggota,

yaitu Anggota konglomerat, Lempung, dan Anggota

batugamping dengan ketebalan total sekitar 2000 m.

Formasi ini menindih selaras Formasi Ciletuh di

Lembar Jampang, dan tertindih selaras oleh Formasi

Cicarucup.

Batuan Gunung api Tersier yang terdapat di daerah

penelitian berupa Formasi Cikotok (Temv) dan Tufa

Citorek (Tpv). Formasi Cikotok yang terdiri atas breksi

DATA LAPANGAN

GEOMAGNETIKLAPANGAN

GPS FISIKA BATUAN

BASELintang dan

BujurKerentanan

FIELD

KoreksiVariasi Harian

KoreksiIGRF

AnomaliMagnet KISI

Peta Anomali MagnetPemodelan Penampang LAPORAN

BAGAN ALUR PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET

Gambar 2. Bagan alur pengolahan data geomagnet.

gunung api, tuf, lava, batuan terubah,

dan urat kuarsa yang mengandung

mineral kalsit, emas, perak, tembaga,

seng, timbal, turmalin, magnetit, dan

pirit. Formasi ini menindih tak selaras

Formasi Bayah, menjemari dengan

Formasi Cicarucup, Cijengkol serta

Formasi Citarate, dan tertindih tak

selaras oleh Formasi Cimapag.

Formasi Cikotok diterobos Granodiorit

Cihara yang diduga salah satu

penyebab terbentuknya batuan

malihan berderajat rendah di daerah

ini. Tufa Citorek dari tuf batuapung, tuf

sela, tuf kaca, breksi tufaan, dan lava.

Tuf Citorek diduga terletak selaras di

atas Formasi Cimanceuri.

Batuan malihan berupa Satuan Batuan

Metamorf (Tomm) dijumpai di daerah

penelitian. Batuan ini yang terdiri atas

sekis, genes, dan amfibolit tersingkap

di bagian utara tubuh Granodiorit

Cihara dan diduga berumur Oligo-

Miosen.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 287

Geo-Resources

J G S M

Page 4: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

0100 1 0109 00

010

00

0-10

SUMAT

REA

Rift Jura

rn

Ms

zok u

Ga

it e

oi

m

B ta bara g n t a s t ra iP le z i ua o o k m

ta a Ba s b rata t p r s figr ni Ka u Pa i k

Batas Sela antg an t K pur Pasifikr i a

K LIMA NA NTA

t n g raBa as te g aa t r gr ni Kapu Batas bara lautt

Bancuh Ketapang

Te e at n a a npi s l a p p raTe i r b g an te g hrs e a i n a

A AJ W

un

p

gaf

-

Pcak

unggunn ‘ ore

arc’

u‘S

ture’on

Palege

dBancuh anbusur Ktp

‘Basement’ u ap nggung nr ’‘fo e -arc

l aada ah cekung np‘Kt back arc’

Dasar SamuderaJura - Paleogen

Fragmen Kontinen0 200 400 600 800 1000 Km

Skala

Gambar 3. Unsur-unsur tektonik Indonesia Zaman Kenozoikum (Hamilton, 1979). Sebaran bancuh (mélange) di sebelah barat Pulau Sumatera berarah barat laut - tenggara, Bayah (Banten) Jampang (Jawa Barat) dan Pegunungan Meratus (Kalimantan).

U

Beberapa batuan terobosan yang tersingkap di

lembar ini, yaitu Granodiorit Cihara, diorit kuarsa,

dasit, andesit, dan basal. Granodiorit Cihara (Tomg)

yang berumur Oligo-Miosen berbentuk tubuh

terobosan yang cukup luas dan berupa pipa

bercirikan batuan granitoid dan menerobos satuan

batuan berumur Eosen hingga Miosen Awal,

terutama Formasi Cikotok dan Bayah. Diorit kuarsa

(Tmqd) yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen

Akhir berbentuk lakolit di Gunung Malang,

sedangkan di tempat lain berupa retas atau stock.

Satuan Andesit (Tma) yang berumur Miosen Akhir,

berbentuk retas atau lensa (lakolit).

Batuan Sedimen Kuarter yang dijumpai di daerah

penelitian yang terdiri atas Formasi Bojong (QPb)

berumur Plistosen Awal, dan diduga menjemari

dengan Batuan Gunung api Endut. Breksi Tapos

(Qvb) yang berumur Plistosen berupa breksi gunung

api bersusunan andesit-basal dan aglomerat. Breksi

ini menjemari dengan Lava Halimun dan menindih

tak selaras satuan batuan yang lebih tua. Lava

Halimun (Qvl) berumur Plistosen, bercirikan lava

bersusunan basal dan andesit. Batuan Gunung api

Kuarter (Qv) berupa breksi gunung api yang kurang

mampat, tufa, lava, dan aglomerat menindih tak

selaras satuan batuan yang lebih tua. Batuan

terobosan Kuarter dijumpai berupa basal (Qb),

berbentuk retas dan retas lempeng, atau seperti

lelehan lava. Endapan termuda yang dijumpai di

daerah penelitian berupa aluvium (Qa) dan endapan

pantai (Qc).

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006288

Geo-Resources

U

J G S M

Page 5: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Struktur Geologi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djamal drr.

(2005, Gambar 5) dikompilasi dengan pemetaan

geologi struktur bisa diungkap dalam batuan Tersier

berupa lipatan (timur-barat, barat laut-tenggara dan

utara-selatan), sesar naik (barat barat laut-timur

tenggara dan timur-barat), sesar geser mendatar

(utara-selatan, barat daya-timur laut), dan sesar

normal (timur-barat) (Djamal drr., 2005; Sujatmiko

dan Santosa, 1992). Kronologi masing-masing sesar

tersebut masih belum dapat dipisah dengan jelas.

Sujatmiko dan Santosa (1992) membuat fase-

deformasi yang terjadi di daerah ini, namun mereka

tidak melakukan dating batuan intrusif dan vulkanik.

Fase deformasi Miosen Tengah terjadi di daerah

Bayah dan bagian utaranya, dengan karakteristik

sebagai berikut: Perlipatan berarah timur-barat pada

Formasi Citarate, Cimapag dan Cikotok, sesar turun

dan sesar geser berarah timur laut-barat daya, terjadi

pengkubahan di tengah lembar akibat terobosan

dasit dan diorit kuarsa, serta hadirnyai urat-urat

kuarsa yang mengandung sulfida.

Fase deformasi Miosen Akhir terjadi di bagian utara,

tengah, dan selatan lembar. Di bagian selatan lembar

terjadi perlipatan kuat dengan arah timur-barat dan

sesar geser, sesar turun dan sesar naik dengan arah

barat laut-tenggara pada Formasi Citarate dan

Formasi Cimapag.

Di tengah lembar terbentuk perlipatan busur, sesar

geser, serta sesar turun dengan arah timur-barat dan

timur laut-barat daya, serta terobosan dasit, diorit

kuarsa, dan andesit pada Formasi Sareweh dan

Formasi Cimapag. Di utara lembar, deformasi

dicirikan oleh perlipatan lemah pada Formasi Badui,

terobosan diorit kuarsa, dasit, dan andesit.

Fase deformasi Pliosen Akhir - Plistosen terjadi di

bagian selatan, tengah, dan utara Lembar

Leuwidamar. Di bagian selatan lembar berupa sesar

naik dengan arah timur-barat. Pengkubahan lanjut

terjadi pada Kompleks Bayah. Di tengah lembar

berupa perlipatan dengan arah timur-barat pada

Formasi Badui dan Formasi Sareweh, sesar geser,

sesar turun dan sesar diagonal dengan arah utara-

selatan atau timur laut-barat daya. Di bagian utara

lembar, deformasi dicirikan oleh perlipatan dengan

arah timur laut-barat daya pada Formasi Genteng,

Bojongmanik, Badui, dan Sareweh, serta sesar turun

dan sesar geser dengan arah utara-selatan dan barat

laut-tenggara.

Medan Anomali Magnet

Medan magnet di permukaan bumi merupakan

interaksi antara magnet bumi utama, medan magnet

variasi kerentanan magnet batuan, magnet remanen

dan variasai harian akibat aktivitas matahari.

Medan anomali magnet pada setiap titik ukur

merupakan hasil pengurangan intensitas medan

pengamatan lapangan dengan harga rata-rata

intensitas medan magnet bumi untuk daerah

tersebut atau dengan rumus :

h = H ? Hvh ? Ho

h = Medan anomali magnet

H = Intensitas medan hasil pengamatan

Hvh = Koreksi harian

Ho = Acuan internasional intensitas medan

magnet bumi untuk daerah yang

bersangkutan atau International

Geomagnetic Reference Field (IGRF)

Koreksi IGRF dan Variasi Harian

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh

medan magnet bumi, karena tujuan pengukuran

medan magnet ini untuk mendapatkan anomali

medan magnet yang disebabkan oleh massa batuan.

Hasil pengukuran di lapangan merupakan gabungan

medan magnet. Oleh karena itu pengaruh medan

magnet luar perlu dihilangkan, sehingga yang tersisa

merupakan komponen magnet pada tubuh batuan itu

sendiri.

Nilai intensitas total magnet bumi di lokasi penelitian

adalah 4400 nT seperti terlihat pada Gambar 6 dan 7

yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian

geomagnet di daerah Malingping dan sekitarnya.

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan selama 35 hari telah

menghasilkan sebanyak 255 titik pengukuran.

Sebaran titik pengukuran tersebut dapat dilihat

pada Gambar 8.

Data hasil pengukuran selanjutnya diproses untuk

menghasilkan nilai anomali magnet. Koreksi harian

magnet diperoleh dari hasil pengukuran koreksi

harian yang dilakukan di BS setiap 10 menit,

sedangkan nilai International Geomagnetic

Reference Field (IGRF) untuk lokasi titik pengukuran

dihitung dengan menggunakan program Anymod

2005.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 289

Geo-Resources

J G S M

Page 6: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Gam

bar 4. Geologi daerah penelitian yang disederhanakan (S

ujatmiko dan S

. Santosa,1992).

cTpQ

v

Tp

mt

Tm

cT

mc

Qp

vQ

pv

Tpc

Qv

Qc

Tp

c

Tp

mt

Tpm

t

Tpm

t

Qp

v

Qp

v Qp

vT

pm

t

Tp

mt

Qb

Tm

c

Tm

c

Tm

c

Tem

v

Te

mv

Tem

v

Tem

v

Tm

c

Toj

Teb

Teb

Te

bTe

bTo

j

To

j

Te

b

Teb

Teb

Tp

mT

pm

Tp

m

To

mg

Tm

da

Tmda

Tm

qd

Tm

qd

Tm

a

Tm

da

dTm a

Qb

Qb

Qb

Qb

Qb

Tm

t

Tm

a

Tm

t

To

j

To

j

To

j

Qa

Tm

s

Tm

c

Toj

Tm

c

Tm

c

Tm

c

Tp

v

Tm

t

Tm

tT

md

Tm

c

Tp

v

Qa

Tm

t

Toj

Te

tQ

vb Tm

cQb

Qvb

Tp

g

Tm

b

Tm

d

Tm

a

Tp

m

Toj

Tem

v

Tm

t

Teb

Tm

t

Tm

mo

UD

UD

DD

UU

U

D

D

UD

UD

A

B

UD

D

C UD

E

F

40

45

50

55

’ 7°00’ LS

10

6°0

0’ B

T 0

5’

10

’ 1

5’

20

10

6°0

0’ B

T6° 5’ S3 L

10

6°1

0’ B

T

10

6°2

5’ B

T

7°0

0’ L

S

Tm

s

Ci Lahan

ngka

U

g

Ci Peucanpuri

Ma

ling

pi

gn

Cim

inya

k

Le

ba

ksiu

ra

Pa

ma

ay

n

Ub

ruk

e

Ci Pagr

Cih

ara

CH

ri

a a

Ci Siih

Ci M

anca

rC

ima

nd

iri

BA

YA

H

Ci Sawarna

Ci a eB r no

Cik

oto

k

Ci a urM d

ii

C D

kit

G. B

atu

Bo

jon

gm

an

ik

Cip

an

cu

r

G. M

ala

ng

PR

. Ma

ka

m

G. C

inu

tug

G. S

og

e

G. T

um

ba

l

G. P

ep

en

de

ma

n

G. B

alu

kbu

k

PR

. Cik

oro

mo

ng

PR

. Ipis

Ma

ng

un

Mara

Md

u

a

ur

U. K

ran

gbolo

ng

a

M

S A

U D

E R

A H

I N D

I A

10

5°3

0’

10

6°0

0’

10

6°3

0’ B

T

°’

10

63

0 B

T1

06

°00

’1

05

°30

5°0

0’ L

S

6°0

0

7°0

0’ L

S

Loka

si penelitia

n

Se

ran

g

Pa

nd

eg

lan

g Ra

ng

kasb

itun

g

Bo

go

r

Su

kab

um

i

Tan

ge

ran

g

JAK

AR

TA

Pe

lab

uh

an

ratu

Ba

yah

Ma

ling

pin

g

Selat Sunda

Laut Ja

wa

Sa

mudra

Hin

dia

02

46

81

0 K

m

Ska

la

KE

TE

RA

NG

AN

En

da

pa

n P

erm

uka

an

Alu

viu

m d

an

en

da

pa

n p

an

tai

Ba

tua

n S

ed

ime

n T

ers

ier

Fo

rma

si Ba

yah

Qa

Teb

Fo

rma

si C

icaru

cu

pTe

t

Fo

rma

si C

ijen

gko

lTo

j

Fo

rma

si Cita

rate

Tm

t

Tm

c

Tm

s

Tm

d

Tm

b

Tp

m

Fo

rma

si Cim

ap

ag

Fo

rma

si S

are

we

h

Fo

rma

si Ba

du

i

Fo

rma

si Bo

jon

gm

an

ik

Fo

rma

si Cim

an

ceu

ri

Tp

c

Te

mv

Qvb

Tom

g

Tm

gd

Fo

rma

si C

ipa

ca

r

Ba

tua

n G

un

un

g A

pi T

ersie

r

Fo

rma

si Cik

oto

k,Cito

rek

Ba

tua

n G

un

un

g A

pi K

ua

rter

Bre

ksi Ta

po

s d

an

lava

Ha

limu

n

Ba

tua

n T

ero

bo

sa

n

Gra

no

dio

rit Cih

ara

Dio

rit Ku

ars

a

Tm

da

Dia

sit

Tm

aA

nd

esit

Qb

Tom

m

Ba

sa

l

Ba

tua

n M

alih

an

Me

tam

orf

An

tiklin

Sin

klin

Se

sar G

ese

r Ju

rus

UDS

esa

r No

rma

l

Se

sa

r Na

ik

AB

Su

ng

ai

Ja

lan

raya

Bu

kit

Gu

nu

ng

Ko

ta/D

esa

Pe

na

mp

an

g p

em

od

ela

n M

ag

ne

t

Ci Liman

Tp

mt

Tp

mt

Tu

f Ma

ling

pin

g

Tem

v

Cin

an

gka

Tem

v

U

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006290

Geo-Resources

J G S M

Page 7: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Gam

bar

5. S

trukt

ur g

eolo

gi d

aera

h pe

nelit

ian

(Bur

lian

Dja

mal

drr

., 20

05)

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 291

Geo-Resources

J G S M

Page 8: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

25

-25

0-5

50 000

40000

5

900 1000 11001200

1300 14001500

200

100

00

-100

-200

800

INTERNATIONAL GEOMAGNETICREFERENCE FIELD 1999

Total Intensity (nano tesla)

Magnetic Inclination (degrees)

Magnetic Declination (degrees)

45000

-25

5

40000

45000

400 00

4 0 00 0

0

-50

0

5-

5

45000

25

-25

Gambar 7. Kontur nilai intensitas total, inklinasi magnet dan deklinasi magnet daerah Indonesia berdasarkan IGRF 1999.

Gambar 6. Kontur nilai Intensitas Total ( nT) EPOCH 2000 yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006292

Geo-Resources

INTENSITAS TOTAL (nT)

J G S M

Page 9: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Gam

bar

8. P

eta

loka

si p

enel

itian

dan

seb

aran

titik

pen

guku

ran

geom

agne

t dae

rah

Ban

ten

Sel

atan

.

U

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 293

Geo-Resources

J G S M

Page 10: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Proses ini menghasilkan nilai anomali untuk masing-

masing titik pengukuran, dengan nilai terendah -

648,4 nT terdapat pada lokasi peng-ukuran nomor

84 dekat Desa Mangun, dan nilai tertinggi sebesar

273,1 nT terdapat pada lokasi pengukuran nomor 52

di dekat Desa Cipancar (Gambar 8).

Selanjutnya data terolah di atas diproses lagi dengan

perangkat lunak surface mapping system (Golden

Software, 2002) untuk memperoleh peta kontur

anomali magnet seperti terlihat pada Gambar 9.

PEMBAHASAN

Penafsiran anomali magnet dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif (pemodelan). Penafsiran

kualitatif dilakukan terhadap data geomagnetik yang

telah berupa peta anomali magnet. Penafsiran

kuantitatif dilakukan dengan membuat sayatan

penampang pada peta anomali magnet, pemodelan

dibuat memotong struktur atau arah lain sesuai

dengan tujuan penelitian. Penafsiran kuantitatif

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui geometri

lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang

mencakup struktur, ketebalan, dan kedalaman suatu

lapisan berdasarkan pada perbedaan kerentanan

magnet batuan.

Penafsiran Kualitatif

Peta anomali magnet (Gambar 9) merupakan refleksi

sifat intensitas kerentanan magnet batuan yang

terdapat di daerah tersebut. Nilai anomali magnet

tinggi pada suatu daerah menggambarkan bahwa di

daerah tersebut lapisan batuannya mempunyai sifat

kemagnetan yang cukup tinggi. Sedangkan nilai

anomali magnet rendah menggambarkan kandungan

magnet batuan di daerah tersebut rendah.

Secara umum anomali magnet di daerah penelitian

dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok

anomali tinggi, kelompok anomali sedang, dan

kelompok anomali rendah.

Kelompok anomali magnet rendah, dengan nilai -

250 nT sampai -650 nT digambarkan dengan warna

biru (Gambar 9).

Secara geologis daerah ini ditempati oleh batuan

sedimen Formasi Citarate (Tmt), Cimapag (Tmc),

Bayah (Teb), Cijengkol (Toj), dan Formasi Badui

(Tmd) serta Batuan gunung api Formasi Cikotok

(Temv), Tuf Malingping (Tpmt), Breksi Topas, dan

Halimun. Batuan Malihan (Tomm) dan batuan

terobosan, Granodiorit Cihara (Tomg), Diorit Kuarsa

(Tmqd), dan Dasit (Tmda) terdapat di daerah

C iko tok , Desa Mangun, Gunungbu leud,

Langkapeucang, Ubruk, dan Pasir Makam. Kelompok

anomali ini membentuk cekungan-cekungan anomali

yang apabila diperhatikan merupakan suatu

rangkaian anomali magnet rendah yang menempati

bagian tengah daerah penelitian dengan arah hampir

barat-timur dengan pembelokan ke arah utara

Gunung Malang.

Kelompok anomali magnet sedang dengan nilai -250

nT sampai +50 nT digambarkan dengan warna

hijau. Kelompok anomali ini dijumpai di beberapa

tempat, yaitu di sekitar pantai selatan antara Cihara-

Cimandiri-Bayah yang menerus ke sebelah utara

Desa Mangun, di sekitar Gunung Gede, Gunung

Cinutug di bagian utara daerah penelitian, antara

Kota Malingping - Desa Lebaksiu, dan di sebelah

timur Gunung Batu. Kelompok anomali sedang ini

mencerminkan intensitas kerentanan magnet batuan

Formasi Cikotok (Temv), Cijengkol (Toj), Cimanceuri

(Tpm), Citarate (Tmt), dan Formasi Bayah (Teb), Tuf

Malingping (Tpmt), dan Formasi Cimapag (Tmc), dan

batuan gunung api Breksi Topas (Qvb). Pola

kelompok anomali ini membentuk pola melajur dan

bulatan-bulatan anomali.

Kelompok anomali magnet tinggi dengan nilai +50

nT sampai +300 nT digambarkan dengan warna

kuning sampai merah. Kelompok ini dijumpai di

daerah Gunung Batu dan Desa Cipancar di bagian

barat daerah penelitian, sedangkan di bagian timur

daerah penelitian dijumpai di Desa Cinangka. Litologi

batuan yang tersingkap di permukaan pada kelompok

anomali tinggi ini berupa batuan Formasi Cijengkol

(Toj) dan batuan terobosan Basal (Qb) di daerah Desa

Cinangka. Batuan Tuf Malingping (Tpmt), batuan

gunung api Breksi Topas (Qvb) dan batuan terobosan

Basal (Qb) di daerah Gunung Batu dan Desa Cipancar

di bagian barat. Pola anomali kelompok ini

memperlihatkan bentuk bulatan-bulatan anomali.

Selain bentuk pola anomali yang telah disebut di atas,

dijumpai pula pola lajur anomali dengan landaian

yang tajam dan mempunyai arah kelurusan tertentu.

Lajur anomali ini diperkirakan sebagai akibat adanya

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006294

Geo-Resources

J G S M

Page 11: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

perbedaan jenis batuan atau merupakan garis sesar

(?) yang terdapat di daerah tersebut.

Ada beberapa lajur anomali yang menonjol, yaitu :

Lajur anomali berarah hampir barat-timur, dijumpai

di beberapa tempat antara lain di sebelah selatan

Cikotok, sebelah selatan dan utara Desa

Gunungbu l e ud , s e b e l ah s e l a t a n De s a

Langkapeucang, sebelah utara Kota Malingping dan

sebelah selatan Desa Lebaksiu.

Lajur anomali berarah hampir tenggara-barat laut

dijumpai di sebelah timur dan timur laut Desa

Gunungbuleud, sebelah barat dan barat laut Desa

Gunungbuleud, sebelah timur Desa Ubruk, daerah

Pasir Makam, dan sebelah timur Desa Lebaksiu.

Lajur anomali berarah barat daya - timur laut

dijumpai di sebelah selatan Malingping, sebelah

selatan gunung Malang, sebelah barat dan timur

Desa Mangun. Lajur anomali dengan arah hampir

utara-selatan dijumpai antara lain di sebelah timur

Gunung Batu, Desa Cipancar, Desa Ubruk, Pasir

Makam, Gunung Gede, dan sebelah timur

Gunungbuleud.

Lajur anomali yang ditafsirkan sebagai kelurusan

magnet, memperlihatkan beberapa arah yang sama

dengan struktur geologi yang terdapat pada peta

geologi lembar Leuwidamar skala 1 : 250.000

(Sujatmiko dan Santosa,1992 Gambar 4), dan juga

pada arah struktur geologi hasil penelitian yang

dilakukan oleh Djamal drr., 2005 (Gambar 5).

Beberapa kesamaan arah kelurusan antara lain

kelurusan magnet berarah hampir tenggara-barat

laut (Gambar 8) dengan sesar geser jurus berarah

tenggara-barat laut terdapat di daerah Pasir Makam

(Gambar 5).

Kelurusan magnet berarah barat-timur yang terdapat

di sebelah selatan Desa Langkapeucang dan

kelurusan magnet yang berarah barat timur terdapat

di sebelah selatan Desa Gunungbuleud (Gambar 8)

dengan sesar naik yang terdapat di selatan Pasir

Makam (Gambar 4 dan 5).

Kelurusan magnet berarah barat daya timur laut yang

terdapat di daerah Desa Mangun (Gambar 8) dengan

sesar geser jurus berarah barat daya-timur laut

terdapat di sebelah timur Desa Mangun (Gambar 4

dan 5).

Bulatan anomali berbentuk cembungan dan

cekungan, baik pada kelompok anomali bernilai

positif maupun kelompok anomali bernilai negatif di

daerah penelitian, menggambarkan adanya

konsentrasi batuan dengan sifat kemagnetan yang

tinggi maupun sifat kemagnetan yang rendah.

Pada peta anomali magnet dijumpai dua bentuk

bulatan anomali positif dan negatif yang

berpasangan, yaitu di daerah Cikotok dengan arah

hampir utara-selatan dan di daerah Desa Cipancar

dengan arah hampir barat timur (Gambar 9). Bulatan

anomali yang berpasangan ini diharapkan

merupakan refleksi tubuh batuan terobosan dengan

kandungan mineral sulfida di daerah tersebut.

Penafsiran Kuantitatif

Untuk mengetahui struktur bawah permukaan di

daerah penelitian, dibuat tiga penampang (Gambar 4

dan 9). Adapun pemodelan dibuat berdasarkan

pertimbangan geologi maupun kerentanan magnet

seperti terlihat pada pemodelan tegak A-B (Gambar

10), Penampang C - D (Gambar 11), dan penampang

E-F ( Gambar 12).

Penampang A - B

Penampang ditarik sepanjang 16 km (Gambar 10)

melalui pantai Ujung Karangbolong sampai hulu

sungai Cimadur sebelah utara Cikotok (Gambar 4),

memotong anomali magnet dengan nilai antara -

450 nT sampai +250 nT yang berbentuk bulatan

undakan dan cekungan anomali. Di permukaan,

penampang ini secara geologis ditempati oleh batuan

Formasi Citarate (Tmt), Bayah (Teb), Cijengkol (Toj),

dan Formasi Cikotok (Temv), serta batuan terobosan

basal (Qb). Untuk mengetahui struktur bawah

permukaan batuan yang dilalui oleh penampang A-B

ini, dilakukan pemodelan dengan Program Gravmag

mempergunakan pendekatan nilai Kerentanan (K)

yang terdapat pada Tabel 1.

Hasil pemodelan memperlihatkan struktur bawah

permukaan (Gambar 10). Anomali magnet di sebelah

kiri penampang A-B, dimulai dengan nilai -150 nT

yang cenderung naik hingga +250 nT membentuk

suatu kurva cembung pada Km 7, yang secara drastis

turun sampai -450 nT pada Km 11. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh tiga lapisan batuan

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 295

Geo-Resources

J G S M

Page 12: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Gam

bar 9. Peta kontur anomali m

agnet selang 25 nT daerah penelitian.

U

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006296

Geo-Resources

J G S M

Page 13: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Tabel 1. Nilai Rapat Massa ? dan Nilai Kerentanan (K) Batuan dan Beberapa Mineral.

Diikuti dari : Hunt, C.P. Moskowitz, B.M., Benerjee, 1995. Magnetic properties of rocks and mineral. In: Ahrens, T (Ed), Rock

Physics and Phase Relation, A. Handbook of Physical Constant.American Geophysical union, pp 189-203.

dengan nilai kerentanan magnet berbeda. Lapisan

batuan bernilai K = 0,0023 SI ditafsirkan sebagai

Formasi Citarate (Tmt) yang juga tersingkap di

permukaan. Lapisan batuan dengan K = 0,0025 SI

ditafsirkan sebagai Formasi Bayah (Teb), dan

lapisan batuan dengan nilai K = 0,18 SI berdasarkan

analisis fisika batuan (Tabel 1) termasuk kelompok

batuan beku basa. Hal ini didukung oleh tersingkap-

nya batuan terobosan basal (Qb) di sekitar km 7.

Anomali rendah mencapai - 450 nT yang terdapat di

sebelah kanan penampang A-B, yang dimulai sekitar

km 9 sampai ujung penampang A-B disebabkan oleh

beberapa lapisan batuan. Pada permukaan, lapisan

batuan dengan K = 0,0026 SI ditafsirkan sebagai

Formasi Cikotok (Temv), dan selanjutnya diselingi

lapisan batuan dengan nilai K = 0,0023 SI yang

ditafsirkan sebagai Formasi Citarate (Tmt). Ketebalan

kedua lapisan batuan ini mencapai lebih kurang 800

m. Di bawah kedua Formasi ini dijumpai lapisan

batuan dengan nilai K = 0,0024 SI dengan

ketebalan sekitar 500 m yang ditafsirkan sebagai

lapisan Formasi Cijengkol (Toj). Formasi Bayah (Teb)

yang terletak di bawahnya dengan nilai K = 0,0025

ditafsirkan mempunyai ketebalan mencapai 600 m.

Di bawah Formasi Bayah ini diperoleh lapisan batuan

dengan nilai K = 0,072 SI.

Batuan dengan nilai K 0,072 SI

ini termasuk kelompok batuan

beku asam (Tabel 1).

Hasil pemodelan penampang

A - B t e r s e b u t d i a t a s ,

menggambarkan bahwa nilai

anomali magnet yang mencapai

+250 nT dan membentuk suatu

kurva cembung adalah akibat

adanya batuan terobosan

bersifat basa yang muncul ke

permukaan dengan nilai K =

0,18 SI.

Nilai anomali magnet mencapai -

450 nT yang terdapat di sebelah

kanan penampang A-B dimulai

dari km 9 dan disebabkan oleh

perselingan lapisan batuan

sedimen Tersier yang mencapai

ketebalan 2000 m. Batuan ini

terdiri atas Formasi Cikotok

(Temv), Citarate (Tmt), Cijengkol

(Toj), dan Formasi Bayah (Teb)

yang dialasi oleh batuan beku

asam.

Adanya landaian yang cukup

tajam pada lengkung anomali

dari +250 nT ke nilai anomali

magnet -450 nT antara km 6 dan

km 11 pada penampang A-B

disebabkan oleh perbedaan

m a s s a b a t u a n d e n g a n

kerentanan yang berbeda akibat

terobosan batuan beku basa

diatas.

Batuan/Mineral Rapat Massa Tc Jg

103 Kg m-3Volume (k) Massa (x) (0C) Am2 kg-1)

(10-6 SI) (10-6m3kg-1)

Batuan Beku

Andesit 2,61 170,000 6,5

Basal 2,99 250-180,000 8,4-6,100

Diorit 2,85 630-130,000 22-4,400

Gabro 3,03 1,000-90,000 24-30,000

Granit 2,64 0-50,000 0-1,900

Batuan Beku Asam (rata2) 2,61 38-82,000 1,4-3,100

Batuan Beku Basa (rata2) 2,79 550-120,000 20-4,400

Batuan Sedimen

Lempung 1,70 170-250 10,0-25,0

Batubara 1,35 25,00 1,90

Gamping 2,11-2,9 2-25,000 0,1-1,200

Batupasir) 2,24 0,20,900 0,931

Batuan Sedimen (rata2) 2,19 0-50,000 0,2,000

Batuan Malihan

Amfibolit 2,96 750,00 25

Genes 2,80 0-25,000 0-900,0

Kuarsit 2,60 4,40 170

Sekis 2,64 26-3,000 1-110

Batusabak 2,79 0-38,000 0-1,400

Batuan Malihan (rata2) 2,76 0-73,000 0,2,600

Mineral Magnet

Magnet

(Fe304; Ferrimagnetic ) 5,18 106-5x106 20x103 - 110x103575-585 90,92

Hematite (a Fe2O3; Canted 5,26 500-40,000 10-760 675 0,4

antiferromagnetic )

Maghemite (g Fe2O3; 4,90 2x106-2,5x106 40x103-50x103-600 70-80

ferrimagnetic )

Ilmenite (FeTiO3; 4,72 2,200-3,800,000 69.000 -233

antiferromagnetik )

Pyrite (FeS2) 5,02 35-5,000 1-100

Pyrrhotite (Fe7S8; ferrimagnetic ) 4,62 3,200,000 46-80x.103320 20

Geothite (a FeOOH; 4,27 1,100-12,000 26-280 -120 <1

antiferromagnetic )

Mineral non Magnet

Kuarsa (SiO2) 2,65 ((-(13-17) ((-(.5-.6)

Kalsit (CaCO3) 2,83 ((-(7.5-39) ((-(0.3-1.4)

Halit (NaCl) 2,17 ((-(10-16) ((-(0.48-0.756)

Galena (PbS) 7,50 -33 -0,44

Kerentanan Magnet

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 297

Geo-Resources

J G S M

Page 14: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

Gambar 10. Penampang grafik anomali magnet lintasan A-B (a) dan penampang struktur bawah permukaan hasil pemodelan dengan program Gravmag pada lintasan A-B (b).

-1,0 1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0 13,0 15,0 17,0 k m

J a r a k

nT

= obs

= calc

-450

-350

-250

-150

-50

50

150

250

Tmt Teb Tmt Toj Qb Temv Tmt Temv

Litologi batuan di permukaan

-4,00

-3,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-,50

,00

,50

Kd

lm

an

(m

ea

a

k)

-4,00

-3,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-,50

,00

,50

la

(m

Ke

da

am

n

k)

TmtTeb

Teb

Temv TemvTmt

Toj

K= 0,0023 SI

K = 0,0025 SI

Tmt

K = 0,0024 SI

K = 0,0023 SIK = 0,0026 SIK = 0,0026 SI

K = 0,0025 SI

K = 0,072 SIK = 0,18 SI

A B

(Sujatmiko dan S. Santosa, 1992)

KETERANGAN

Fm. Citarate (K = 0,0023 SI )Tmt

Teb

Toj

Temv

Fm. Bayah ( K = 0,0025 SI)

Fm. Cijengkol (K = 0,0024 SI )

Fm. Cikotok ( K = 0,0026 SI )

Batuan Terobosan Bersifat Basa ( K = 0,18 SI )

Batuan terobosan bersifatasam ( K = 0,072 SI )

Anomali magnet diamati

Anomali Magnet dihitung

Sesar diperkirakan

Batuan terobosan bersifat asam

Batuan terobosan bersifat basa

a

b

A

B

Penampang C - D

Penampang ini ditarik sepanjang 16,5 km (Gambar

11) melalui pantai sebelah timur Desa Cimandiri

(Gambar 4), memotong kontur anomali magnet

dengan nilai antara 0 nT sampai -500 nT yang

berbentuk cekungan anomali. Di permukaan,

penampang ini secara geologis ditempati oleh batuan

Formasi Bayah (Teb), Cijengkol (Toj), dan Formasi

Cikotok (Temv), serta batuan terobosan Dasit

(Tmda).

Hasil pemodelan memperlihatkan struktur bawah

permukaan (Gambar 11). Anomali magnet yang

mencapai nilai -500 nT dan membentuk cekungan

anomali antara km 4 sampai km 10 pada

penampang C-D, diakibatkan oleh adanya bentuk

tubuh batuan yang mempunyai sifat kerentanan

magnet (kerentanan K = 0,057 SI) yang mengalasi

batuan sedimen Tersier di atasnya seperti dijelaskan

di atas. Lapisan batuan dengan K= 0,057 SI

dinyatakan sebagai batuan terobosan Dasit (Tmda)

sesuai dengan yang tersingkap di sekitar km 5 dan

km 14 pada penampang CD. Batuan terobosan yang

tersingkap antara km 5 sampai sekitar km 8 pada

penampang CD cukup dangkal (sekitar 500 m dari

permukaan), dan selanjutnya secara tiba-tiba pada

km 9, batuan ini turun mencapai kedalaman sekitar

2000 m. Adanya penurunan secara tajam

diperkirakan sebagai akibat adanya struktur patahan

di daerah tersebut. Pada km 14 pada penampang CD,

batuan terobosan ini menerobos ke atas, sehingga

muncul di permukaan seperti yang tersingkap dalam

peta geologi (Gambar 4).

Penampang E - F

Penampang ini ditarik sepanjang 32,5 km (Gambar

12) melalui pantai sebelah timur Desa Ubruk sampai

ke sebelah timur Desa Ciminyak di bagian utara

(Gambar 4). Penampang ini memotong anomali

magnet dengan nilai antara - 350 nT sampai +250

nT yang berbentuk tinggian dan rendahan. Pada

permukaan, penampang ini ditempati oleh batuan

vulkanik Tersier (Tpmt) dan batuan vulkanik Kuarter

( Qpv). Hasil pemodelan memperlihatkan struktur

bawah permukaan seperti terlihat pada Gambar 12.

Adanya anomali magnet bernilai antara -250 nT dan

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006298

Geo-Resources

J G S M

Page 15: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

-350 nT yang membentuk cekungan anomali dari

Km 6 sampai Km 14 pada penampang E - F,

mencerminkan suatu lapisan batuan dengan nilai

kerentanan K = 0,067 SI pada kedalaman sekitar

1000 m di bawah lapisan batuan vulkanik Tersier

(Tpmt). Lapisan ini ditafsirkan sebagai batuan

terobosan.

Nilai anomali magnet antara -250 nT sampai +250

nT berbentuk kerucut, antara Km 14 sampai ujung

penampang dengan puncaknya terletak di sekitar Km

22, pada penampang E-F mencerminkan bentuk

tubuh batuan yang mempunyai sifat kerentanan

magnet (kerentanan K = 0,18 SI) pada kedalaman

sekitar 1500 m di bawah lapisan batuan vulkanik

Tersier (Tpmt). Puncak anomali magnet dengan nilai

mencapai +250 nT berbentuk kerucut yang terdapat

sekitar Km 22 pada penampang E - F, diakibatkan

oleh adanya penonjolan batuan dengan kerentanan K

= 0,18 SI pada kedalaman sekitar 500 m di bawah

lapisan batuan vulkanik Tersier. Dari hasil pemodelan

pada penampang EF diperoleh dua lapisan yang

berbeda kerentanannya pada kedalaman antara 500

m dan 1500 m di bawah lapisan batuan vulkanik

Tersier, yaitu K = 0,067 SI. Berdasarkan analisis

sifat fisika batuan (Tabel 1) kerentanan K= 0,067 SI

termasuk kelompok batuan beku asam, sedangkan

K= 0,18 SI ditafsirkan sebagai batuan terobosan

bersifat basa. Daerah kontak antara kedua lapisan

batuan ini diperkirakan sebagai garis (zone) patahan.

Dari hasil penafsiran kualitatif dan kuantitatif dapat

diperoleh gambaran struktur bawah permukaan di

daerah ini.

Pola anomali dengan nilai rendah -250 nT sampai -

650 nT berwarna biru pada peta anomali (Gambar

9), menempati hampir bagian tengah daerah

penelitian.

Sebaran anomali magnet bernilai rendah ini

mencerminkan adanya suatu jalur batuan di bawah

permukaan dengan sifat kemagnetan yang cukup

rendah. Apabila dikaitkan dengan hasil pemodelan

tiga penampang A - B, C - D, dan E - F yang dibuat

memotong anomali magnet rendah pada tiga tempat

yang berbeda, terlihat bahwa anomali magnet

rendah ini dipengaruhi oleh nilai kerentanan magnet

yang rendah pada daerah tersebut. Hal ini di

tafsirkan sebagai pengaruh batuan sedimen Tersier

dengan kerentanan magnet K berkisar antara 0,0024

SI 0,0026 SI yang muncul ke permukaan dan batuan

terobosan dengan intensitas kerentanan magnet K =

0,072 SI pada penampang A - B, kerentanan magnet

K = 0,067 SI pada penampang C - D dan K = 0,067

pada penampang E - F.

Apabila dikaitkan dengan kelurusan anomali

(Gambar 9) dan arah sesar (Gambar 5) yang terdapat

di daerah tersebut, seolah-olah daerah anomali

bernilai rendah tadi terletak pada jalur kelurusan

atau sesar yang berarah hampir barat-timur.

Ditemukannya batuan dengan nilai K 0,067 SI -

0,072 SI pada kedalaman antara 500 sampai 2000

m pada penampang pemodelan A - B dan E - F

menafsirkan adanya batuan terobosan yang bersifat

asam. Hal ini ditunjang oleh hasil pemodelan pada

penampang C - D dimana batuan terobosan dasit

(Tmda) mempunyai nilai K = 0,057 SI yang

tersingkap di permukaan.

Berdasarkan hal ini, jalur anomali magnet rendah

yang mendominasi bagian tengah daerah penelitian,

dengan arah hampir barat-timur diperkirakan sebagai

jalur yang ditempati oleh batuan terobosan bersifat

asam pada kedalaman antara 500 sampai 2000 dari

permukaan. Diperkirakan batuan terobosan ini

menerobos zone sesar yang berarah hampir barat-

timur.

Menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh, karena jalur

anomali bernilai rendah ini ternyata melalui daerah

penambangan emas Cikotok dan singkapan batuan

Granodiorit Cihara (Tomg) yang terdapat di

pertengahan Sungai Cihara (Gambar 4). Menurut

Suparka (1980) batuan terobosan Granodiorit Cihara

(Tomg) yang tersingkap di sebelah utara Sungai

Cihara tersusun oleh mineral kuarsa (35 %),

plagioklas (40 %), orthoklas (10 %), amfibol (10 %),

dan mineral bijih (2 %). Emas dan perak yang

terdapat di Cikotok dan Cirotan ditemukan dalam

urat-urat kuarsa yang kompak (Koolhoven, 1929

dalam Tatis drr., 1968). Dari fakta-fakta ini sudah

barang tentu sifat kemagnetan batuan tersebut cukup

rendah. Berdasarkan hal di atas diperkirakan bahwa

jalur anomali bernilai rendah yang dibahas di atas

merupakan jalur batuan beku bersifat asam

(terobosan ?) yang bertindak sebagai pemicu adanya

mineralisasi di daerah tersebut.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 299

Geo-Resources

J G S M

Page 16: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

-1,0 1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0 13,0 15,0 17,0 k m

J a r a k

= obs

nT

= calc

-500

-400

-300

-200

-100

0.0

Qa Teb Toj Tmda Toj Temv Teb Temv Toj

Tm

da

Toj

k m

-4,00

-3,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-,50

,00

,50

Ke

da

lam

an

(km

)

-1,0 1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0 13,0 15,0 17,0 k mJ a r a k

-4,00

-3,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-,50

,00

,50

Ke

da

lam

an

(km

)

K = 0,0025 SI

I

K = 0,00 4 S2 = 0K 0,0 24 SI

K = 0,0026 S

I

002

K =

0,

5 S

I

=0

26

K

,00S

I

0

04

S

K=

,02

I

K = 0,057 SI

c D

Litologi batuan di permukaan(Sujatmiko dan S. Santosa, 1992)

KETERANGANEndapan permukaan (K = 0,0003 SI )

Qa

Teb

Toj

Fm. Bayah ( K = 0.0025 SI)

Fm. Cijengkol (K = 0.0024 SI )

Temv Fm. Cikotok ( K = 0,0026 SI )

Batuan terobosan bersifat asam( K = 0,057 SI )

Anomali magnet diamati

Anomali magnet dihitung

Sesar diperkirakan

TojTojTeb TebTemv

Batuan terobosan bersifat asam

cD

a

b

Gambar 11. Penampang grafik anomali magnet lintasan C-D (a) dan penampang struktur bawah permukaan hasil pemodelan dengan program Gravmag pada lintasan C-D (b).

-2,0 2,0 6,0 10,0 14,0 18,0 22,0 26,0 30,0 34,0 k m

-2,0 2,0 6,0 10,0 14,0 18,0 22,0 26,0 30,0 34,0 k mJ a r a k (km)

Ke

da

lam

an

(Km

)

-350

-250

-150

-50

50

150

250nT

= obs = clc

Tpmt Tpmt TpmtQpvQpv

Ke

da

lam

an

(Km

)

-4,50

-3,50

-2,50

-1,50

-,50

,50

-4,50

-3,50

-2,50

-1,50

-,50

,50

K = 0,18 SI

K = 0,067 SI

K = 0,092 SI

K = 0.087 SI

?

KETERANGAN

Batuan vulkanik Tersier (K =0,092 SI)

Batuan vulkanik Quarter ( K = 0,087 SI)

Batuan terobosan bersifat basa ( K = 0,18 SI )

Batuan terobosan bersifat asam( K = 0,067 SI )

Anomali magnet diamati

Anomali magnet dihitung

Sesar diperkirakan

Litologi batuan dipermukaan(Sujatmiko dan S. Santosa, 1992)

?

E F

Batuan terobosan bersifat basa

Batuan terobosan bersifat asam

Batuan vulkanik Tersier

Batuan vulkanik Quarter

E

F

a

b

Gambar 12. Penampang grafik anomali magnet lintasan E-F (a) dan penampang struktur bawah permukaan hasil pemodelan dengan program Gravmag pada lintasan E-F (b).

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006300

Geo-Resources

J G S M

Page 17: ANOMALI GEOMAGNET; KAITANNYA DENGAN ZONE MINERALISASI …

KESIMPULAN

nAnomali magnet rendah yang terdapat di daerah

penelitian, selain disebabkan oleh nilai

kerentanan magnet batuan sedimen dan batuan

gunung api juga disebabkan oleh batuan

terobosan bersifat asam.

nPada penampang A-B ditemukan dua batuan

terobosan dengan kerentanan magnet berbeda,

yaitu K = 0,18 SI yang ditafsirkan sebagai

batuan terobosan bersifat basa. Hal ini diperkuat

dengan tersingkapnya batuan terobosan basal

(Qb) pada penampang A-B dan batuan dengan K

= 0,072 SI yang diperkirakan sebagai batuan

terobosan bersifat asam. Daerah kontak antara

kedua batuan ini ditafsirkan sebagai zone sesar.

nPada penampang C-D dan E-F di ditemukan

batuan dengan K = 0,057 SI dan K = 0,067 SI

pada kedalaman antara 500 sampai 2000 m

yang ditafsirkan sebagai batuan terobosan

bersifat asam.

nBatuan terobosan bersifat asam yang terdapat

pada ketiga penampang, diperkirakan sebagai

jalur batuan terobosan yang terbentuk pada zone

sesar, yang umumnya berarah barat-timur.

Adanya batuan terobosan Granodiorit Cihara

(Tomg) dengan ikutan jebakan emas di daerah

Cikotok dan Cirotan terletak pada jalur anomali

rendah ini. Batuan terobosan ini diperkirakan

berperan besar dalam proses terjadinya

mineralisasi logam sulfida di daerah tersebut,

seperti emas (Au) dan perak (Ag) di daerah

Cikotok dan Cirotan.

nUntuk lebih mengetahui geometri batuan

terobosan dengan rinci, disarankan agar

dilakukan penelitian lebih mendalam pada zone

anomali magnet rendah dengan metode gaya

berat dan geolistrik di daerah tersebut.

nSelain itu disarankan juga agar dilakukan

penelitian geomagnet ke arah utara daerah

penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui

penyebaran anomali magnet bernilai rendah di

bagian utara, termasuk daerah penambangan

emas Pongkor.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala

Pusat Survei Geologi, yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian dan

penulisan karya ilmiah ini.

ACUAN

Djamal, B., Hasan, R.S., Sumanang, Hartono,U., 2005, Laporan Geologi Daerah Bayah dan Sekitarnya,

Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Laporan Teknis tidak diterbitkan, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi.

Golden Software, 2002, Surfer Mapping System, Golden, Colorado.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, US Government Printing Office, Washington, 69.p

Hunt, C.P., Moskowitz, B.M., Benerjee, 1995, Magnetic properties of rocks andmineral. In: Ahrens, T (ed), Rock

Physics and Phase Relation, Handbook of Physical Constant. American Geophysical Union, pp

189-203.

Katili, J.A., 1989, Evolution of the Southeast Asian Arc Complex, Geol. Indon., Vol. 12, No. 1, Jakarta, p. 119.

Sujatmiko dan Santosa, S., 1992, Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, skala 1 ; 100.000, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Suparka, S., 1980, Batuan Intrusi Cihara dalam hubunganya dengan Mineralisasi Sulfida di Daerah Banten

Selatan Jawa Barat, Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya mineral dan Air. Sub

Proyek Sumber Daya Mineral Logam Dasar. NO. 08/LGPN/80.

Tatis, R., Badri. A. S., Sangadji, H. G., 1968, Ekplorasi, Penambangan dan Pengolahan Biidjih Emas pada PN.

Aneka Tambang Unit Pertambangan Emas Tjikotok Banten Selatan Djawa Barat. Laporan Kerdja

Praktek AGP.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 301

Geo-Resources

¦

J G S M