anestesi pada sc dengan decom

10
BAB I PEMBAHASAN Kehamilan dengan decompensasi cordis Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas- batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena : - Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu - Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran. Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah). 12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2

Upload: raysharamadhani

Post on 20-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

obsgyn

TRANSCRIPT

Page 1: anestesi pada SC dengan decom

BAB I

PEMBAHASAN

Kehamilan dengan decompensasi cordis

Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan

bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk

itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat.

Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang

baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan

karena :

- Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya

pada UK 32-36 minggu

- Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri,

dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami

lekukan dan putaran.

Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan

volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan

terjadinya anemia delusional (pencairan darah). 12-24 jam pasca persalinan terjadi

peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah

darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan

hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan

penyesuaian nilai volume plasma seperti sebelum hamil.

Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh

karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit

dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran

ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit

jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat

terjadi decompensasi cordis.

Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung

Saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :

Page 2: anestesi pada SC dengan decom

a. Pada kehamilan 32-36 minggu, yaitu volume darah mencapai puncak nya

(hipervolumia).

b. Pada kala II, yaitu wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan

kerja jantung yang berat.

c. Pada pasca persalinan yaitu darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir,

kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.

d. Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi.

Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan

a. Dapat terjadi abortus

b. Prematur : lahir tidak cukup bulan

c. Dismatur : lahir cukup bulan tetapi berat badan lahir rendah

d. Lahir dengan skor APGAR rendah atau lahir mati

e. Kematian janin dalam rahim (IUFD)

Klasifikasi Penyakit Jantung dalam Kehamilan

a. Kelas 1 : tanpa ada pembatasan kegiatan fisik dan tanpa gejala pada kegiatan

biasa

b. Kelas II : sedikit dibatasi kegiatan fisiknya, saat istirahat tidak ada keluhan,

kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung. Gejalanya adalah

lelah, palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada (angina pectoris)

c. Kelas III : kegiatan fisik sangat dibatasi, waktu istirahat tidak ada keluhan, dan

sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung.

d. Kelas IV : saat istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja

fisik yang tidak berat.

Kira-kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat

meningkatkan kelas tersebut menjadi II, III, dan IV. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia jantung, hipertrofi ventrikuler,

dan pernah sakit jantung.

Penegakan diagnosis

Penegakan diagnosis dapat melalui beberapa langkah di antaranya yaitu :

Page 3: anestesi pada SC dengan decom

a. Anamnesis

1) pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya

2) pernah demam rematik

b. Pemeriksaan : auskultasi atau palpasi terdapat empat kriteria (Burwell

danMetcalfe)

1) adanya bising sistolik, presistolik, atau bising terus-terusan

2) pembesaran jantung yang jelas

3) adanya bising jantung yang jelas disertai thrill

4) aritmia yang berat

c. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

Apabila wanita hamil disangka menderita penyakit jantung sebaiknya dikonsultasikan

kepada ahli jantung. Keluhan dan gejala yang dapat muncul pada ibu hamil dengan penyakit

jantung antara lain mudah lelah, dispneu, nadi tidak teratur, dan sianosis.

Teknik Anastesi Pada Secio Sesaria

Penentuan teknik anestesi antara anestesi umum dan regional sangat tergantung

keadaan ibu dan janin serta kemampuan anestesiolog, oleh karena itu seorang ahli anestesi

diharapkan dapat memilih teknik anestesi yang aman, tepat dan aman bagi ibu.

Pada anestesi regional sebaiknya dihindari blok subaraknoid/spinal anestesi karena

perubahan tekanan darah akan terjadi dengan cepat dan dapat mengganggu perfusi plasenta,

kecuali jika telah dipersiapkan terapi preoperatif dengan baik (cairan dan vasodilator). Secara

umum dapat dikatakan bahwa ada gangguan koagulasi merupakan kontra indikasi untuk

regional anestesi, karena dapat terjadi hematom epidural yang akan menekan medula spinalis.

Anestesi umum memberikan beberapa keuntungan antara lain: induksi anestesi yang

cepat, lebih mudah dalam mengontrol jalan nafas dan ventilasi serta memperkecil kejadian

hipotensi dan gangguan kardiovaskuler selama persalinan.

Teknik anestesi ini diperlukan selama bedah sesar terutama pada beberapa kondisi

tertentu seperti terjadinya gangguan hemodinamik pada ibu, koagulopati, gawat janin yang

tidak dapat diatasi dengan anestesi regional atau atas permintaan ibunya sendiri. Selain itu

selama periode anestesi, faktor tindakan anestesi dan pembedahan dapat menyebabkan

Page 4: anestesi pada SC dengan decom

gangguan kardiovaskuler antara lain pada periode induksi anestesi dimana fluktuasi tekanan

darah dan denyut jantung dapat terjadi berlebihan, mendadak, dan cepat. Keadaan ini juga

terjadi pada saat penghentian obat anestesi sehingga perlu perhatian dan pengawasan yang

lebih ketat.

Teknik anestesi pada pasien SC

1. Anastesi lokal (spinal atau epidural)

Pada teknik anestesi ini, memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses

pembedahan dan untuk menghindari bayi dari pembiusan.

2. Anastesi umum atau General Anestesi

Teknik anestesi ini sudah jarang dilaukan, umum dilakukan apabila terjadi kasus-

kasus berisiko tinggi atau kasus darurat.

Anestesi spinal pada penderita-penderita yang akan dioperasi sectio caesarea dengan

pemikiran bahwa :

1. Analgesi epidural lebih banyak membutuhkan waktu dan ketrampilan, juga

adanya stimulasi alat-alat dalam yang menimbulkan perasaan tidak enak pada

waktu manipulasi (terutama manipulasi segmen bawah uterus) serta adanya

kegagalan-kegagalan walaupun dilakukan oleh seorang ahli.

2. Sedangkan anestesi spinal lebih mudah dilakukan, onset lebih cepat, blokade

sarafnya meyakinkan, kemungkinan toksisitas tidak ada karena dosis yang rendah,

dan karenaadanya blokade saraf sakral yang sempurna, perasaan tidak enak seperti

pada anestesi epidural tidak ada.

3. Dengan anestesi regional ibu masih dalam keadaan sadar, refleks protektif masih

ada, sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung kecil sekali. Ibu tidak

menerima banyak macam obat dan perdarahannya lebih sedikit. Dari segi janin,

anestesi regional ini bebas daripada obat-obat yang mempunyai efek depresi

terhadap janin.

Teknik apapun yang dipakai, agar keadaan ibu dan anak tetap baik. Usahakan:

1. Mempertahankan kestabilan sistim kardiovaskuler

2. Oksigenisasi yang cukup

3. Mempertahankan perfusi plasenta yang cukup.

4. Pemberian cairan pre-operatif, pencegahan aortacaval

Page 5: anestesi pada SC dengan decom

5. Compression (tilting, uterine displacement), oksigenisasi dan pemberian

efedrin merupakan hal-hal yang penting sekali dilakukan.

Anestesi pada operasi secsio caesaria dengan penyulit gagal jantung

Tekhnik anestesi yang digunakan pada operais Caesar dengan penyulit berupa

penykit decompensatio cordis, sebenarnya dapat dilakukan dengan General anestesi

dan regional anestesi. Kedua cara tersebut, memiliki resiko yang cukup besar bagi

penderita. Hal ini disebabkan pada penderita mengalami gangguan hemodinamik yang

cukup berat.

Pada prinsipnya tekhnik anestesi yang dipergunakan, seminimal mungkin

dicegah untuk terjadi komplikasi yang berat. Tidak ada satupun jenis anestesi yang

benar-benar aman digunakan pada operasi bedah Caesar dengan penyulit gagal

jantung. Dibawah ini akan dijabarkan mengenai anestesi umum dan anestesi regional

beserta keuntungan dan kerugian, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat

untuk menentukan jenis anestesi.

Page 6: anestesi pada SC dengan decom

BAB II

KESIMPULAN

Tekhnik anestesi yang digunakan pada operais Caesar dengan penyulit berupa

penykit decompensatio cordis, sebenarnya dapat dilakukan dengan General anestesi

dan regional anestesi. Kedua cara tersebut, memiliki resiko yang cukup besar bagi

penderita. Hal ini disebabkan pada penderita mengalami gangguan hemodinamik yang

cukup berat.

Page 7: anestesi pada SC dengan decom

DAFTAR PUSTAKA

1. Mikhael MS. Obstetric Anaesthesia. In: Morgan GE ed. Clinical Anesthesiology

1st edition. Los Angles: Prentice Hall International,1992:622.

2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Larson CP, Clinical Anesthesiology, 3rd ed,

Pasadena : Lange Medical Books/McGraw Hili.

3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi Kedua.

2009. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

4. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug

7, 2009. Accessed on 6th December 2010 at www.emedicine.com

5. Miller RD. Anesthesia, 5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2000