anc2
DESCRIPTION
freeTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan dapat
dikembangkan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) 390/100.000 dan
angka kematian perinatal (AKP) 56/100.000 persalinan hidup yang merupakan angka
tertinggi di Asean.
Angka kematian perinatal (AKP) dengan cepat dapat diturunkan karena sebagian
besar dirawat di rumah sakit, tetapi angka kematian ibu (AKI) memerlukan perjalanan
panjang untuk dapat mencapai sasaran yang berarti.
Sebagai negara dengan keadaan geografis yang beraneka dan luas, angka kematian
ibu bervariasi antara: 5.800/100.000 sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 25-
750/100.000 persalinan hidup.
Untuk dapat mempercepat tercapainya penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian perinatal disetiap rumah sakit baik pemerintah maupun rumah sakit swasta telah
dicanangkan gagasan untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan bayinya melalui RS
sayang bayi dan RS sayang ibu.
Kalau dikaji lebih mendalam bahwa proses kematian ibu mempunyai perjalanan
yang panjang sehingga pencegahan dapat dilakukan sejak melakukan “Antenatal Care”
(pemeriksaan kehamilan) melalui pendidikan berkaitan dengan kesehatan ibu hamil,
menyusui dan kembalinya kesehatan alat reproduksi, serta menyampaikan betapa pentingnya
interval kehamilan berikutnya sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang
diharapkan (Mannabe IBG, 2001:88 – 93).
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil
dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan,
perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998:47).
Secara nasional cakupan K1 (kunjungan pertama kali) ke fasilitas kesehatan adalah
84,54% sedang cakupan K4 adalah 64,06% ini berarti masih terdapat 15,46% ibu hamil yang
tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan (DEPKES RI, 1997).
Khusus untuk di puskesmas Tipo Palu, cakupan K1 untuk tahun 2004 jumlah
kunjungan 200 orang (52%) sedang untuk cakupan K4 adalah 182 orang (48%) jumlah
kunjungan. Dan untuk tahun 2005 dari bulan Januari sampai dengan bulan September jumlah
kunjungan ibu hamil 268 orang. Cakupan K1 adalah 152 orang dan cakupan K4 adalah 116
orang (43%) (Profil Puskesmas Tipo Palu dan Laporan KIA 2004 – 2005).
Pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) sangat
penting karena akan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) pada
bulan Januari 2006 sehingga nantinya petugas kesehatan bisa menetapkan suatu strategi
pelayanan yang memadai guna meningkatkan kunjungan secara menyeluruh bagi ibu hamil
di Puskesmas Tipo Palu.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana
pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas Tipo Palu ditinjau dari segi
umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dan karakteristiknya tentang
Antenatal Care.
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
Antenatal Care.
b. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care
ditinjau dari segi umur.
c. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care
ditinjau dari segi pendidikan
d. Untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau
dari segi pekerjaan
e. Untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau
dari segi paritas.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan bagi pengelola KIA
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tipo Palu tentang
Antenatal Care.
2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tipo Palu pada bulan Januari 2006.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Antenatal Care (ANC)
1. Pengertian
a. Antenatal Care : Pengawasan sebelum persalinan terutama ditentukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Mannabe IBG, 2001 : 93).
b. Antenatal Care : Perawatan sebelum masa persalinan atau perawatan pada ibu hamil
(Ibrahim Cristina. S, 1993 : 49).
c. Antenatal Care : Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan ibu
dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan (Mochtar, 1998 : 48).
2. Tujuan Antenatal Care
a. Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998 :
47).
b. Tujuan Khusus
1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
4) Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana,
kehamilan persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 1998 : 48).
3. Manfaat Antenatal Care
a. Dapat mengikuti dan mengetahui tindakan kesehatan ibu dan janin sehingga kalau
ada kelainan bisa segera diperbaiki.
b. Memperoleh pelayanan 5 T (Timbang, Tensi, Tinggi fundus uteri, Tetanus Toxoid,
Tablet Fe) dan pelayanan lainnya.
c. Supaya memperoleh nasehat tentang kesehatan dan keluarga berencana yang meliputi
berbagai hal seperti :
1) Perawatan diri selama hamil
2) Kebutuhan makanan
3) Penjelasan tentang kehamilan
4) Persiapan persalinan
5) Tanda dan bahaya pada kehamilan dan persalinan
6) Penyuluhan keluarga berencana (Dep-kes RI, 1997)
4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care
a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama
kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4
kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya
satu bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai
terjadinya persalinan.
b. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12-13 kali selama kehamilan. Di
negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali sudah
cukup sebagai kasus tercatat.
c. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu
trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.
d. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin
tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknaes, 2003:45).
5. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil
yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh
petugas kesehatan (Depkes RI, 1997:57).
6. Kebijakan Pelayanan Antenatal Care
a. Kebijakan Program
Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang
meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai
resiko yang ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7
T, yang terdiri dari :
1) Timbang BB dan ukur tinggi badan2) Ukur tekanan darah3) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap4) Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan
5) Ukur tinggi fundus uteri6) Tes terhadap penyakit menular seksual7) Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan
b. Kebijakan Tekhnis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut :
1) Mengupayakan kehamilan sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan serta rujukan bila
diperlukan
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman (Saefudin AB, dkk, 2002:73).
7. Pemeriksaan Dalam Pelayanan Antenatal Care
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
a) Tinggi badan
b) Berat badan, TTV : Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
2) Kepala dan leher
a) Edema pada wajah
b) Ikterus pada mata
c) Mulut pucat
d) Leher, pembesaran kelenjar tiroid
3) Tangan dan kaki
a) Edema di ujung jari
b) Kuku jari pucat
c) Varices vena
d) Reflek/patella resiko atau tidak
4) Payudara
a) Ukuran simetris
b) Puting susu menonjol atau masuk
c) Keluarnya kolustrum atau cairan lain
d) Massa, ada/tidak ada
e) Nodul axilla
5) Abdomen
a) Luka bekas operasi
b) Tinggi fundus uteri (jika > 12 minggu)
c) Letak presentasi, posisi dan penurunan kepala (kalau > 36 minggu)
d) Denyut jantung janin (DJJ) jika > 18 minggu
6) Genetalia Luar (Eksternal)
a) Varices
b) Perdarahan
c) Luka
d) Cairan yang keluar
e) Pengeluaran dari uretra dan skene
f) Kelenjar bartholin, bengkak (massa), cairan yang keluar
7) Genetalia Dalam (Internal)
a) Serviks meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi mobilitas,
tertutup atau terbuka.
b) Vagina meliputi cairan yang keluar
c) Ukuran adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan massa (pada trimester
pertama) (Syarifudin AB, dkk, 2002:73).
8. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care (Mochtar R, 1998:73)
Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan
kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.
Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :
a. Intervensi Dasar
1) Pemberian Tetanus Toxoid
a) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,
pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-
kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya
ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa
calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk
menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis
pemberian yang tepat.
b) Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
c) Jadwal pemberian
(1) Bila ibu hamil belum pernah mendapat TT atau meragukan perlu
diberikan suntikan TT sedini mungkin (sejak kunjungan yang pertama),
sebanyak 2 kali dengan jarak minimal satu bulan. Pemberian TT kepada
ibu hamil tidak membahayakan, walaupun diberikan pada kehamilan
muda.
(2) Bila ibu pernah mendapatkan suntikan ulang/booster 1 kali pada
kunjungan antenatal yang pertama.
2) Pemberian tablet zat besi (Fe)
a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b) Dimulai dengan pemberian satu tablet sehari dengan segera mungkin, setelah
rasa mual hilang, tiap tablet mengandung Fe So4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet sebaiknya tidak
diminum bersama-sama teh/kopi karena akan mengganggu penyerapan.
3) Pemberian Tablet multivitamin yang mengandung mineral
a) Tujuan pemberian tablet multivitamin yang mengandung mineral adalah untuk
memenuhi kebutuhan akan berbagai vitamin dan mineral bagi ibu hamil dan
janin/bayi selama hamil dan nifas.
b) Cara pemberian 1 tablet/hari, selama masa kehamilan dan nifas.
(Mochtar R., 1998:73)
4) Penyuluhan bagi ibu hamil
a) Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan, untuk memberikan pengetahuan
mengenai kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
perawatan diri selama hamil serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai.
b) Prinsip penyuluhan, meliputi :
(1) Memperlakukan ibu hamil dengan sopan dan baik
(2) Memahami, menghargai dan merasa keadaan ibu (status, pendidikan,
sosial ekonomi, emosi) sebagaimana mestinya.
(3) Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan sudah
dipahami.
(4) Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
(5) Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan resiko yang dipunyai ibu.
c) Isi penyuluhan meliputi:
(1) Gizi tinggi protein dan tinggi kalori ibu, dianjurkan untuk:
(a) Tidak membatasi jumlah dan jenis makanan
(b) Makan makanan yang bergizi, tinggi kalori dan tinggi protein
(c) Minum lebih banyak dari biasanya (10 gelas)
(Mochtar R., 1998:73)
(2) Perawatan Payudara
Penyuluhan meliputi :
(a) Manfaat perawatan payudara sejak kehamilan 7 bulan
(b) Cara perawatan payudara
(3) Kebersihan diri
Selama hamil, ibu perlu lebih menjaga kebersihan diri, karena dengan
adanya perubahan hormonal, maka rongga mulut dan jalan lahir peka
terhadap infeksi, ibu perlu mandi dan sikat gigi secara teratur, minimal 2
kali sehari
(4) Istirahat cukup dan mengurangi kerja fisik berat
(5) Senam hamil
Senam hamil yang baik sangat berguna dalam menghadapi persalinan,
manfaat senam hamil adalah:
(a) Melatih pernapasan
(b) Melatih alat panggul dan vagina agar lentur/tidak kaku
(c) Melancarkan peredaran darah yang pada kehamilan relatif lamban
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Pre eklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b) Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
(3) TBC (Tuberkolosis)
(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R, 1998:75).
9. Perilaku Masyarakat Sehubungan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat bila diserang penyakit dan juga merasakan sakit akan timbul berbagai macam
perilaku usaha.
a. Tidak bertindak apa-apa (No-Action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang
demikian tidak menggangu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Masyarakat
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati
sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas
hidup dan kehidupannya. Alasan lain adalah fasilitas kesehatan yang dibutuhkan
sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpati, judes, tidak responsive,
dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut
biaya, dan lain-lain.
b. Bertindak mengobati sendiri (Self Treatment)
Masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa
berdasarkan yang lalu pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan.
c. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional
Untuk masyarakat pedesaan, pengobatan tradisional masih menduduki tempat
teratas dibanding pengobatan lainnya. Dukun (bermacam-macam dukun) yang
melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada
ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan yang
dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat dari pada dokter, perawat, bidan dan
sebagainya yang masih asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan,
obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
d. Mencapai pengobatan dengan membeli obat-obatan diwarung obat yang sejenisnya,
termasuk tukang jamu, obat-obat yang mereka dapat pada umumnya adalah obat-obat
yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
e. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah
atau lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan,
puskesmas dan rumah sakit.
f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
dokter praktek (Privacy Medicare).
Dari uraian tersebut diatas tampak jelas bahwa prestasi masyarakat terhadap
sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit (Notoatmodjo
1993:85).
B. Tinjauan Tentang Karakteristik
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol,
prosedur, tehnik dan teori (Notoatmodjo, 1996:127). Pada umumnya pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Nursalam,
2001:163).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 1996:130). Pengetahuan juga
merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengingat pengertian, tujuan, manfaat
pemeriksaan kehamilan.
Secara umum tingkat Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut
Bloom (1908) dalam Notoatmotjo memiliki 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajarinya antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan. Contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau langsung.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi meteri yang ingin diukur dari subjek penelitian, kedalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui.
2. Tinjauan Tentang Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang
maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin
muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
3. Tinjauan Tentang Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Crow,
pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai
hasil dari proses belajar.
Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat
pengetahuannya (Notoatmodjo, 1996:127).
4. Tinjauan Tentang Pekerjaan Ibu
Adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya
dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
(Nursalam 2001:133). Bekerja yang pada umumnya menyita waktu, ibu yang bekerja
mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk
memeriksakan kehamilan.
5. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.
Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang
pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya
ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Sarwono, 2001:132).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yang didasarkan atas
opini peneliti dan kemungkinan untuk dapat dilaksanakannya penelitian, maka dapat disusun
kerangka konsep sebagai berikut :
Gambar 3.1Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Kerangka konsep/paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma tunggal sederhana. Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care yang dihubungkan dengan
karakteristiknya yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas.
B. Definisi Operasional
1. Tingkat pengetahuan
Definisi : Kemampuan untuk mengingat dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan Antenatal Care (Pemeriksaan kehamilan).
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan ibu hamil pada saat penelitian dilaksanakan.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = kurang ( jika skor < 13 )
1 = baik ( jika skor ≥ 13 )
2. Umur
Definisi : Umur dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir responden yang
dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran.
Paritas
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Tingkat Pengetahuan Antenatal Care
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan ibu hamil pada saat penelitian dilaksanakan.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1 = < 20 tahun
2 = 20-30 tahun
3 = > 30 tahun
3. Pendidikan
Definisi : Pendidikan formal responden berdasarkan pendidikan ijasah terakhir.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan ibu hamil pada saat penelitian dilaksanakan.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = rendah ( < SMA)
1 = tinggi ( ≥ SMA )
4. Pekerjaan
Definisi : Merupakan kegiatan utama ibu dalam rangka mendapatkan penghasilan,
yang dikelompokkan ke dalam ibu bekerja dan tidak bekerja.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan ibu hamil pada saat penelitian dilaksanakan.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = tidak bekerja (URT)
1 = bekerja
5. Paritas
Definisi : Merupakan suatu angka/jumlah, kesekian kalinya ibu merasakan masa
hamil.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan ibu hamil pada saat penelitian dilaksanakan.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = ≤ 2
1 = > 2
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan maksud
untuk memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tanpa membuat
perbandingan atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmojo,
1993:33). Pada penelitian ini populasinya adalah semua wanita hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya ditempat-tempat pelayanan kesehatan didalam wilayah
kerja Puskesmas Tipo Palu Propinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah perbulan 30 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan ‘non random sampling’
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001:64). Pada
penelitian ini sampel yang diambil adalah ibu hamil yang berkunjung untuk
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Tipo Palu.
a. Tehnik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
random sampling dengan cara accidental sampling, yaitu semua ibu-ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya dijadikan sebagai responden.
1) Kriteria Sampel
a) Kriteria inklusi
Adalah sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti, yaitu :
(1) Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Tipo Palu
yang bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan
peserta penelitian.
(2) Tidak ada kelainan jiwa
b) Kriteria eksklusi
Adalah karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti, yaitu :
(1) Tidak bersedia untuk diteliti
(2) Ibu yang tidak kooperatif
b. Besar sampel
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Tipo Palu selama bulan Januari 2006. Besar sampel yang diteliti
berdasarkan jumlah sampel yang ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata kunjungan
ibu hamil di Puskesmas Tipo yaitu 30 orang sesuai dengan total populasi.
C. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang diperlukan dari hasil pengumpulan dan pengolahan sendiri, dan tehnik yang
akan dilakukan untuk pengumpulan data adalah turun ke lapangan dengan cara
wawancara dengan setiap responden untuk memperoleh informasi serta data-data yang
akurat yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Tipo Palu pada bulan Desember 2005 tentang
kunjungan Antenatal di wilayah kerja Puskesmas Tipo mengenai cakupan K1 dan K4.
D. Pengolahan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut
:
1. Editing : Memeriksa kembali data dan menyelesaikannya dengan rencana
semula seperti yang diinginkan, apakah tidak ada yang salah.
2. Coding : Pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat kategori
3. Tabulating : Penyusunan data berdasarkan variabel yang diteliti
4. Cleaning : Membersihkan data dengan melihat variabel yang digunakan apakah
datanya sudah benar atau belum.
5. Describing : Menggambarkan atau menerangkan data.
E. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa data deskriptif, yaitu memberikan gambaran
tentang kondisi objek tanpa membuat suatu perbandingan. Analisa yang digunakan adalah
analisa univariat dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi tiap variabel yang
diteliti.
F. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian maka akan diedarkan lembar persetujuan untuk menjadi
responden, dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta
mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka responden harus menanda tangani
lembar persetujuan dan jika responden bersedia maka peneliti harus menghormati hak
pasien.
2. Anomity (tanpa nama)
Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah:
1. Keterbatasan waktu.
2. Disamping itu, pada saat mengumpulkan data juga sangat ditentukan oleh kemampuan
pewawancara dalam menanyakan dan kemampuan responden dalam menjawab
pertanyaan.
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut ini, akan disajikan hasil penelitian dari 30 responden yang dilakukan di
Puskesmas Tipo Palu, pada bulan Januari 2006.
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat yaitu:
1. Karateristik Ibu
a. Umur responden
Tabel 5.1Distribusi Responden Menurut Umur
Ibu Hamil Tentang Antenatal CareDi Puskesmas Tipo Palu
Tahun 2006
No. Umur Jumlah %
1.2.3.
< 20 tahun 20-30 tahun
> 30 tahun
11811
3,360
36,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa umur ibu yang relatif muda adalah <20
sebanyak 1 orang (3,3%), ibu yang berumur 20-30 tahun sebanyak 18 orang (60%),
sedangkan ibu yang berumur >30 tahun sebanyak 11 orang (36,7%).
b. Tingkat pendidikan responden
Tabel 5.2Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Ibu Hamil Tentang Antenatal CareDi Puskesmas Tipo Palu
Tahun 2006
No. Tingkat Pendidikan Jumlah %
1. < SMA 13 43.3
2. ≥ SMA 17 56.7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi tingkat pendidikan responden
memperlihatkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ≥ SMA yaitu sebanyak 17
orang (56.7%) sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan < SMA adalah
13 orang (43.3%).
c. Status pekerjaan responden
Pada penelitian ini status pekerjaan responden hanya dibagi dua yaitu bekerja
dan tidak bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Ibu Hamil Tentang Antenatal CareDi Puskesmas Tipo Palu
Tahun 2006
No. Pekerjaan Jumlah %
1.
2.
Tidak Bekerja
Bekerja
24
6
80
20
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu
sebanyak 24 orang (80%) sedangkan ibu yang bekerja adalah 6 orang (20%).
d. Status kehamilan (Paritas)
Dalam penelitian ini status kehamilan juga dibagi menjadi dua kategori yaitu ≤2
dan >2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4Distribusi Responden Menurut Status Kehamilan (Paritas)
Di Puskesmas Tipo PaluTahun 2006
No.Status Kehamilan
(Paritas)Jumlah %
1.
2.
> 2
≤ 2
10
20
33.3
66.7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang hamil ≤2 sebanyak 20 orang
(66.7%) sedangkan ibu yang hamil >2 adalah 10 orang (33.3%).
2. Pengetahuan Responden
Tabel 5.5Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu
Di Puskesmas Tipo PaluTahun 2006
No. Tingkat Pengetahuan Jumlah %
1.
2.
Kurang baik
Baik
15
15
50
50
Jumlah 30 100
Sumber: Data PrimerDari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan tentang antenatal care
yang baik adalah 15 orang (50%) sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik juga berjumlah 15 orang (50%).
B. Pembahasan
1. Karateristik Responden
a. Umur
Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang datang memeriksakan
kehamilannya sebagian besar atau 60% ibu pada rentang usia 20-30 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa responden memiliki usia yang ideal untuk hamil dan
mempunyai anak. Karena dengan usia yang ideal diharapkan responden tersebut
juga telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehamilan itu sendiri. Dengan
demikian kesiapan mental seseorang lebih baik terutama dalam menghadapi
kehamilannya. Karena dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan
dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan
kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Sejalan dengan
pendapat Nursalam 2001:133 bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
b. Tingkat pendidikan ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan menengah ke atas ≥ SMA (56.67%). Oleh karena itu tingkat
pengetahuan responden diharapkan baik pula. Dan dengan pendidikan yang tinggi
diharapkan akan lebih mudah menerima dan menerapkan informasi tentang
antenatal care Nursalam, 2001:163 berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Dan
menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi
diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Sedangkan Dictionary of Education,
mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam
masyarakat dan kebudayaan.
c. Status pekerjaan ibu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja
yaitu 24 orang (80%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil berperan lebih
banyak sebagai ibu rumah tangga, dibandingkan harus bekerja di luar rumah.
Dengan demikian diharapkan para ibu lebih mempunyai waktu dalam memeriksakan
kehamilannya, karena ibu yang bekerja lebih sering tidak mempunyai waktu dalam
memeriksakan kehamilannya seperti yang dikatakan oleh Nursalam (2001:133)
bahwa pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan dan bekerja
pada umumnya menyita waktu. Ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang
banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.
d. Status kehamilan (Paritas}
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ibu hamil ≤ 2 kali mempunyai
jumlah yang lebih besar yaitu 66.67%. dengan demikian diharapkan pula telah
memiliki pengetahuan yang cukup tentang arti NKKBS yaitu Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejatera dan tidak percaya lagi dengan mitos banyak anak banyak rejeki.
Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Sarwono, 2001:132).
2. Tingkat pengetahuan responden tentang antenatal care.
Dari hasil analisa pengetahuan responden tentang antenatal care, didapatkan hasil bahwa
responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 50%. Ini berarti responden
telah memiliki pengetahuan yang baik karena telah mendapatkan informasi dari bidan
praktek atau dokter dan lain sebagainya. Sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang
baik adalah 50%. Ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diterima terutama
tentang pentingnya perawatan kehamilan dan lebih cenderung mencari pengobatan ke
fasilitas pengobatan tradisional karena untuk masyarakat pedesaan, pengobatan
tradisional masih menduduki tempat teratas dibanding pengobatan lainnya. Dukun yang
melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada ditengah-
tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan yang dihasilkan adalah
kebudayaan masyarakat dari pada dokter, perawat, bidan dan sebagainya yang masih
asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan, obat-obatnya pun
merupakan kebudayaan mereka. Dalam hal ini peran petugas kesehatan dalam upaya
meningkatkan tingkat pengetahuan ibu hamil sangatlah diharapkan. Karena pada
umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat
pengetahuannya Nursalam, 2001:163. dan menurut Notoatmodjo, 1996:130
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Umur responden yang paling banyak berada pada rentang usia 20-30 tahun sebesar
60% dan tingkat pendidikan menengah keatas lebih besar yaitu 56.67% sedangkan
jumlah responden yang tidak bekerja lebih besar yaitu 80% serta status kehamilan
(Paritas} ≤ 2 adalah sebesar 66.67%.
2. Tingkat pengetahuan responden tentang antenatal care yang baik dan yang kurang
baik adalah sama besar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang ada maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Untuk Puskesmas Tipo diharapkan lebih memperhatikan ibu-ibu hamil terutama di
daerah terpencil dimana tingkat kematian ibu dan bayi masih tinggi.
2. Bagi petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas Tipo agar meningkatkan kegiatan
penyuluhan yang berkaitan dengan kehamilan agar pengetahuan ibu hamil lebih baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melaksanakan dan membuat penelitian
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1997, Pedoman Pelayanan Antenatal Di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta.
Ibrahim Christina. S, 1993, Perawatan Kebidanan, Buana Karya Aksara, Jakarta.
Mannaba IBG, 2001, Kapita Selecta Penatalaksanaan Rutin Obstetric Ginecologi dan KB, EGC, Jakarta.
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jilid 2, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.
Notoatmodjo, 1996, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta.
Pusdiknakes. WHO Jh Piego, 2003, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Bagi Dosen Diploma II Kebidanan, Buku 2 Agustus Antenatal, Pusdiknakes, Jakarta.
Saifudin Abdul Bari, dkk, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-YS, Jakarta.
Sarwono, 2000, Pelayanan Kesehatan Anternal dan Neonatal 2, NPPKN, Rogi, Jakarta.