anatomi

8
J Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012 17 Efektivitas Latihan Fisis dan Latihan Pernapasan pada Asma Persisten Sedang-Berat. Siti Juhariyah*, Susanthy Djajalaksana*, Teguh R Sartono*, Moch Ridwan** * Departmen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang. ** Departemen Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang The Efectivity Physical Exercise and Breathing Exercise on Persistent moderate to severe Asthma. Abstract Introduction: Asthma is a chronic lung disease that can affect daily activities and quality of life of sufferers. As with other chronic lung diseases, this state allows performed pulmonary rehabilitation program. Methods: A total of thirty-four patients with persistent moderate asthma bronkiale divided grouped into two. Eighteen patients of control group, was given medical treatment according to severity of asthma. Sixteen patients of treatment group, was given medical treatment according to severity of asthma and physical exercise and breathing exercises. Physical exercises and breathing exercises are performed for 30 minutes each exercise, carried out 5 times a week 4 times done at home, ones time performed in the installation of medical rehabilitation RSSA. Total exercise carried out for 8 weeks. In both groups measured functional status (FEV 1 , PEF, PEF daily variability (DV), 6MWT), immunological status (number of eosinophils in peripheral blood) Quality of life (AQLQ (S)) at the beginning and end of the study, the results were compared between the control and treatment groups. Results: The treatment group contained a significant improvement to the value of daily variability PEF (p = 0.003) and Quality of life (AQLQ (S)) component of symptoms, however there were no statistically significant differences in other parameters. Conclusion: Our study showed Physical exercise and breathing exercises in patients with moderate-severe persistent asthma effectively to improve the functional status especially PEF DV, and quality of life, especially the component symptoms. Keyword: asthma, pulmonary rehabilitation, breathing exercise, physical exercise Abstrak Pendahuluan: Asma adalah suatu penyakit paru kronis yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya. Seperti penyakit paru kronis yang lain, keadaan ini memungkinkan dilakukan program rehabilitasi paru. Metode: Sebanyak Tiga puluh empat pasien asma bronkiale persisten sedang-berat dikelompokkan menjadi dua. Delapan belas pasien kelompok kontrol, diberikan terapi medikamentosa sesuai derajat keparahan asma. Enam belas pasien kelompok perlakuan, diberikan terapi medikamentosa sesuai derajat keparahan asma dan latihan fisis dan latihan pernapasan. Latihan fisis dan latihan pernapasan ini dilakukan selama 30 menit setiap latihan, dilakukan 5 kali dalam seminggu 4 kali dilakukan di rumah, 1 kali dilakukan di instalasi rehabilitasi medik RSSA. Total latihan dilakukan selama 8 minggu. Pada kedua kelompok diukur status fungsional (VEP 1 , APE, variabilitas harian (VH) APE, 6MWT), status imunologi (jumlah eosinofil dalam darah perifer) kualitas hidup (AQLQ (S)) pada awal dan akhir penelitian. Hasil yang didapat dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil: Dari penelitian ini menunjukkan kelompok perlakuan terdapat perbaikan yang bermakna terhadap nilai variabilitas harian (VH) APE (p=0,003) dan kualitas hidup (AQLQ (S)) komponen gejala, namun demikian tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada parameter yang lain. Kesimpulan: Dapat disimpulkan Latihan fisis dan latihan pernapasan pada pasien asma persisten sedang-berat efektif memperbaiki memperbaiki status fungional terutama VH APE, dan kualitas hidup terutama komponen gejala. Kata kunci: asma, rehabilitasi paru, latihan pernapasan, latihan fisis.

Upload: ika

Post on 17-Aug-2015

224 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anatomi

TRANSCRIPT

J Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012 17Efektivitas Latihan Fisis dan Latihan Pernapasan pada Asma PersistenSedang-Berat.Siti Juhariyah*, Susanthy Djajalaksana*, Teguh R Sartono*, Moch Ridwan***Departmen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang.** Departemen Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, MalangThe Efectivity Physical Exercise andBreathing Exercise on Persistent moderate to severe Asthma.AbstractIntroduction: Asthmais a chronic lung disease that can affect daily activities and quality of life of sufferers. As with otherchroniclungdiseases,thisstateallowsperformedpulmonaryrehabilitationprogram.Methods: A total of thirty-four patients with persistent moderate asthma bronkiale divided grouped into two. Eighteenpatientsofcontrolgroup,wasgivenmedicaltreatmentaccordingtoseverityofasthma.Sixteenpatientsoftreatmentgroup,wasgivenmedicaltreatmentaccordingtoseverityofasthmaandphysicalexerciseandbreathingexercises.Physical exercises and breathing exercises are performed for 30 minutes each exercise, carried out 5 times a week 4times done at home, ones time performed in the installation of medical rehabilitation RSSA. Total exercise carried outfor 8 weeks. In both groups measured functional status (FEV1, PEF, PEF daily variability (DV), 6MWT), immunologicalstatus (number of eosinophils in peripheral blood) Quality of life (AQLQ (S)) at the beginning and end of the study, theresultswerecomparedbetweenthecontrolandtreatmentgroups.Results: The treatment group contained a significant improvement to the value of daily variability PEF (p = 0.003) andQuality oflife (AQLQ (S)) component of symptoms, however there were no statistically significant differences in otherparameters.Conclusion: Our study showed Physical exercise and breathing exercisesin patients with moderate-severe persistentasthmaeffectivelytoimprovethefunctionalstatusespeciallyPEFDV,andqualityoflife,especiallythecomponentsymptoms.Keyword:asthma,pulmonaryrehabilitation,breathingexercise,physicalexerciseAbstrakPendahuluan:Asmaadalahsuatupenyakitparukronisyangdapatmempengaruhiaktivitassehari-haridankualitashidup penderitanya. Seperti penyakit paru kronis yang lain, keadaan ini memungkinkan dilakukan program rehabilitasiparu.Metode:SebanyakTigapuluhempatpasienasmabronkialepersistensedang-beratdikelompokkanmenjadidua.Delapanbelaspasienkelompokkontrol,diberikanterapimedikamentosasesuaiderajatkeparahanasma.Enambelaspasienkelompokperlakuan,diberikanterapimedikamentosasesuaiderajatkeparahanasmadanlatihanfisisdanlatihanpernapasan.Latihanfisisdanlatihanpernapasaninidilakukanselama30menitsetiaplatihan,dilakukan5kalidalamseminggu4kalidilakukandirumah,1kalidilakukandiinstalasirehabilitasimedikRSSA.Totallatihandilakukanselama8minggu.Padakeduakelompokdiukurstatusfungsional(VEP1,APE,variabilitasharian(VH)APE,6MWT),statusimunologi(jumlaheosinofildalamdarahperifer)kualitashidup(AQLQ(S))padaawaldanakhirpenelitian.Hasilyangdidapatdibandingkanantarakelompokkontroldankelompokperlakuan.Hasil:Daripenelitianinimenunjukkankelompokperlakuanterdapatperbaikanyangbermaknaterhadapnilaivariabilitasharian(VH)APE(p=0,003)dankualitashidup(AQLQ(S))komponengejala,namundemikiantidakterdapatperbedaanyangbermaknasecarastatistikpadaparameteryanglain.Kesimpulan:DapatdisimpulkanLatihanfisisdanlatihanpernapasanpadapasienasmapersistensedang-beratefektifmemperbaikimemperbaikistatusfungionalterutamaVHAPE,dankualitashidupterutamakomponengejala.Katakunci:asma,rehabilitasiparu,latihanpernapasan,latihanfisis.18 JRespirIndoVol.32,No.1,Januari2012PENDAHULUANAsma mempunyai dampak negatif pada kualitashidup penderitanya. Gangguan yang ditimbulkan olehasma dapat membatasi berbagai akivitas penderitasehari-haritermasukolahraga,mangkirsekolah,maupun menyebabkan kehilangan hari kerja.Penatalaksanaan asma bertujuan mendapatkanasma yang terkontrol, yaitu keadaan yang optimal yangmenyerupaiorangsehatsehinggapenderitadapatmelakukan aktivitas harian seperti orang normal daniniberartimeningkatkankualitashiduppenderita.1Penatalaksanaanasmadilakukanmelaluiberbagaipendekatanyangdapatdilakukan,mempunyaimanfaat, aman, dan dari segi harga terjangkau.1Terdapatnya penebalan dinding saluran napas danairwayremodelingdapatmenjelaskanterjadinyapersisten dan penyempitan revesibel saluran napasyang tidak sempurna pada asma persisten. Pasien-pasien seperti ini terdapat sisa obstruksi saluran napaswal aupuntel ahdi terapi dengani nhal asiglukokortikosteroid dan 2 agonis.2 Kelompok inilahyang mungkin dilakukan program rehabilitasi paru.3Rehabilitasi paru yang merupakan salah bagianpenatalaksanaan Asma bertujuan untuk meningkatkankemampuanlatihandanmengurangisesaknapas,meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (ototnapasatauperifer),meningkatkankualitashidup,meningkatkankemampuanhidupsehari-haridanmeningkatkan pengetahuan tentang kondisi paru danpenatalaksanaan kesehatan sendiri.4Penurunantol eransi l ati hanmerupakanpermasalahan yang sering dihadapi oleh pasien denganpenyakit paru kronis berat. Penyebab intoleransi latihanadalahmultifaktorialdanmeliputi:kerusakanpadamekanik paru dan otot pernapasan, disfungsi jantung,perubahan pertukaran gas, status nutrisi yang jelek,deconditioning, dan permasalahan psikologi denganberbagai tingkat. Latihan fisis dan latihan pernapasanmerupakan komponen penting dari rehabilitasi paru.5Rehabilitasi paru seharusnya dilakukan selama30 menit latihan dan frekuensi 3 hari per minggu selama6 - 8 minggu.6 Beberapa pasien asma persisten sedang-berat dengan terapi medikamentosa saja masih tetapterdapat gejala pernapasan yang berat, penurunantol eransi l ati han,penurunankual i tashi dup.Penambahan rehabilitasi paru khususnya latihan fisisdanlatihanpernapasanpadapasiensepertiinimemberikan harapan untuk memperbaiki kondisi ini.METODEPenelitian ini menggunakan desain pre dan postintervensi eksperimental dengan menggunakan kontroloranglainuntukmengetahuipengaruhterapinonfarmakol ogi sberupal ati hanfi si sdanl ati hanpernapasanpadapenderitaasmaterhadapstatusfungsionalyaitufaalparu(VEP1, APE,variabilitasharianAPE)dan(6minuteswalkstests),statusimunologi (jumlah eosinofil dalam hapusan darah tepi)dankual i tashi duppenderi taasmabronki al(Standardized version of the Asthma Quality of LifeQuestionnaire). Kriteria inklusi asma persisten sedang- berat yang didiagnosa di poli paru RSU Dr. SaifulAnwarMalangdantetapmenggunakanterapimedikamentosa dari poli paru RSSA, laki- laki atauperempuan berusia 14-45 tahun. Obat-obat tersebutakan dicatat oleh peneliti, BMI normal, tidak sedangatau riwayat merokok aktif, bersedia mengikuti programpenelitiandanbersediadilakukanmonitorsecararegular. Kriteria eksklusi pasien yang sedang merokokatau yang ada riwayat merokok, menderita penyakitparu lain selain asma, mempunyai kelainan muskulo-skeletal yang dapat mengganggu latihan, mengalamieksaserbasisedang-beratselamapenelitian,darianamnesa terdapat riwayat exercise induced asthma.AlurPenelitianSetiap pasien yang didiagnosa asma persistensedangberatyangdidiagnosadipoliparuRSSAdijelaskan dan dimotivasi untuk ikut dalam programpenel i ti an.Sebel umprogramdi mul ai ,pasi enmenyetujui dengan menandatangani informed consent.Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital(respiration rate, heart rate, dan tekanan darah), elektrokardio grafi (EKG), foto toraks dan pemeriksaan fisis.J Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012 19Pasienyangmemenuhipersyaratansesuaikriteriainklusidankriteriaeksklusidiikutkandalamprogrampenelitian.Pasiendikelompokkandalamkelompokganjildankelompokgenapberdasarkannomor urut yang diambil pasien secara acak. Kelompokganjil merupakan kelompok yang mendapat perlakuan(program rehabilitasi paru) selain pasien mendapatkanterapimedikamentosadaripoliklinikparusesuaidengan derajat keparahan penyakit. Kelompok genapmerupakan kelompok kontrol yang tidak mendapatkanperl akuantetapi hanyamendapatkanterapimedikamentosasesuaidenganderajatkeparahanpenyakit.Sebelummengikutiprogrampenelitian,pasiendinilai faal paru (VEP1), APE, variasi harianAPE, 6minuteswalktest,jumlaheosinofildalamhapusandarahtepidanStandarizedAsthmaQualityofLifeQuestionnaire(AQLQ(S)),yangdilakukanpadakelompok kontrol dan perlakuan.Padakel ompokperl akuanpasi enwaj i bmelakukan program latihan fisis berupa latihan anggotagerak atas danlatihan anggota gerak bawah, latihanpernapasan30menitperhari,5haridalamsatuminggu, selama 8 minggu. Empat hari latihan dilakukandirumah,dan1harilatihandilakukandiinstalasirehabilitasi medik RSSA. Setiap satu minggu satu kalipasien diwajibkan datang untuk dilakukan latihan diinstalasirehabilitasimedikRSSAdanevaluasikepatuhan pasien terhadap program penelitian.Untuk memonitor latihan yang dilakukan di rumahpasienmaupun yang dilakukan di instalasi rehabilitasimedik RSSA, setiap pasien diberikan jadwal latihan(sesuaidenganlampiran),penelitijugamelibatkankeluargaatauorangterdekatsebagaimotivator.Motivator ini juga menandatangani informed consent.Motivator ini bertugas ikut mengawasi kebenarancaradanjadwallatihansaatpenderitadirumah.Sebelumnya subjek perlakuan dan motivator diberikanpenjelasan dan contoh cara mengerjakan latihan inioleh peneliti. Selain itu untuk lebih menekankan agarsubyek bersedia mengerjakan latihan sesuai jadwallatihan peneliti akan mengevaluasi melalui telepon.HASILDaritabel1.karakteristikdiatasterlihatnilaisignifikansi (Sig atau P-value) di atas 0.05, sehinggatidak ada perbedaan karakteristik kelompok kontroldan kelompok perlakuan. Berarti terdapatkesamaankondisi karakteristik kelompok kontroldan kelompokperlakuan padakelima variabel kontrol yaitu,umur,indeksmassatubuh(IMT),jeniskelamin,tingkatkeparahan asma, dan adanya paparan rokok.Kondisistatus fungsional, kualitas hidup, statusimunologi awal kelompok kontrol dan kelompokperlakuanKondisi awal sebelum kedua kelompok dilakukanintervensi perlu dibandingkan untuk melihat apakahkedua kelompok mempunyai kondisi yang sama.Dari tabel 2 diperoleh hasil kondisi awal sebelumdilakukan intervensi kondisikedua kelompok adalahsama,baikitukomponenstatusfungsional,statusimunologi, dan kualitas hidup.Tabel 2. Kondisi awal pasien kontrol dan pasien perlakuan56.8948.5631.21337.03487.223.884.233.623.644.0453.5652.1830.92292.15476.884.034.154.083.864.050.4140.1500.9370.1970.9160.7090.8570.2240.6900.981Tidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanStatus FungsionalVEP1 awalAPE awalVHAPE awal6 MWT awalStatus ImunologiEosinofil awalKualitas HidupAQLQ Total awalAQLQ Aktv awalAQLQ Gx awalAQLQ Ex awalAQLQ Li awalVariabel P-value KesimpulanRata-ratakelompokkontrolRata-ratakelompokperlakuanTabel 1. Karakteristik pasien penelitianKeterangan : * T-test Equality Means** Chisquare test31,722221,7056n216 612 1448,129871,91848 %5,947,1 17,635,3 41,211,832,812520,4250 n511 610 1338,455522,17792 %14,732,4 17,629,4 38,28,80,078 *0,704* 0.147** 0,008** 0.803**Umur (thn)IMT (kg/m2) Jenis kelaminLaki-lakiPerempuanDerajat Asma Persisten sedangPersisten beratDistribusi paparan rokokPaparan rokok positifPaparan rokok tidak adaKontrol (18)Mean SD Mean SDPPerlakuan (16)Karakteristik20 JRespirIndoVol.32,No.1,Januari2012Perubahan status fungsional, status imunologi,dankualitashidupkelompokkontroldankelompok perlakuanDari tabel 3. terlihat bahwa pada kedua kelompokterj adi perbai kan.Padakel ompokperl akuanperbaikannyalebihbesardibandingkankelompokkontrol.Walaupunsetelahdilakukanujistatistikperbedaaanya tidak signifikan pada semua komponen.Kondisistatusfungsional,statusimunologi,kualitashidupsetelah2bulanpadakelompokkontrol dan kelompok perlakuanDari tabel 4. diperoleh hasilkondisi akhirstatusfungsionalpadasubvariabel VEP1, APE, 6MWT padakeduakelompoktidakterdapatperbedaanyangsignifikan, tetapi pada subvariabel variabilitas harianterdapat perbaikanyang bermakna pada kelompokperlakuan. Kondisi akhir status imunologi dan kualitashidup pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaanyang signifikan.PEMBAHASANKarakteristik umum subjek penelitianAsmabisamenyerangsemuagolonganusia.Pada penelitian ini subjek penelitian dibatasi umur 14sampai 45 tahun, dengan tujuan agarsubjek yangdipilih untuk ikut dalam penelitian ini adalah penderitaasmabukanpenderitapenyakitobtruktifkronik(PPOK), dimana penderita PPOK banyak pada usiapertengahan. Menurut WHO batasan usia pertengahanadalah45 tahun sampai 59 tahun.Kriteriainklusiuntukpenelitianadalahpasiendengan IMT normal.Berdasarkan kepustakaanIMTnormal didefinisikan 18,5 kg/m2- 24,9kg/m.2,7Penelitianini memberikan perlakuan berupa latihan fisis. Indeksmasa tubuh (IMT) yang tidak normal underweight atauoverweight akan mempengaruhi proses latihan fisis,yangpadaakhirnyaakanmempengaruhihasilpenelitian, sehingga penelitian ini membatasi subjekpenelitian dengan IMT yang normal.Berdasarkan jenis kelamin, penelitian ini sebagianbesardiikutiolehperempuan,baikpadakelompokkontrol (47,1%) maupun kelompok perlakuan (32,4%),sedangkan laki-laki,pada kelompok kontrol 2 orang(5,9%) dan kelompok perlakuan 5 orang (14,7%). Halinisesuaidengankepustakaanyangmenyebutkanpadadewasaprevalensiasmalebihbesarpadaperempuan dibanding laki-laki.8Dari karakteristik tingkat keparahan asma, subjekpenelitian lebih banyak pasien asma persisten beratdibandingkan pasien asma pesisten sedang baik padakelompokkontrolmaupunkelompokperlakuan.Kelompok kontrol 12 (35,3%) dan kelompok perlakuan10(29,4%).KepustakaanmenyebutkanbahwaPenderita yang dilakukan program rehabilitasi adalahpenderita yang telah mendapat pengobatan optimaltetapi tetap terdapat gejala pernapasan yang berat,Tabel 4.Status fungsional, status imunologi, kualitas hidup setelah 2 bulan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan69.333367.055623.9933410.2889375,55565,38115,64445,48005,33335,066766.937563.312516.4456391.4750271,25005,67195,92505,99445,35945,43750.5960.4900.0330.5440.1900,4220,3940,1420,9590,436Tidak SignifikanTidak SignifikanSignifikanTidak SignifikanTidak signifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak signifikanTidak signifikanTidak signifikanStatus FungsionalVEP1 AkhirAPE AkhirVHAPE Akhir6MWT AkhirStatus ImunologiJumlah Eosinofil AkhirKualitas HidupAQLQ T AkhirAQLQ Aktv AkhirAQLQ Gx AkhirAQLQ Li AkhirAQLQ Ex AkhirVariabel P-value KesimpulanRata-rataKelompokKontrolRata-rataKelompokPerlakuanTabel 3. Perubahan status fungsional, stautus imunologi, dan kualitas hidup kelompok kontrol dan kelompok perlakuan12,444418,5-7,217873,2611-111.66671.49941.41611.86221.29721.424413,37521,125-14,473899,325-205.62501.64061.77381.90881.31251.57500,7160,5370,0540.3630.1980.6180.3040.8920.9580.699Tidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak SignifikanTidak signifikanTidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak signifikanTidak signifikan Tidak signifikanPerubahan StatusFungsionalPerubahan VEP1Perubahan APEPerubahan VH APEPerubahan WTPerubahan StatusImunologiPerubahan jumlahEosinofilPerubahan KualitasHidupPerubahan AQLQ TPerubahan AQLQ AktvPerubahan AQLQ GxPerubahan AQLQ LiPerubahan AQLQ ExVariabel P-value KesimpulanRata-rataKelompokKontrolRata-rataKelompokPerlakuanJ Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012 21penderita dengan gangguan fungsi otot dan penurunantoleransi latihan dan penderita dengan kualitas hidupyang menurun.9 Penderita asmapersisten sedang danberattermasukdalamkondisiyangsepertidiatas.Dimanadenganpemberianterapilatihanfisikdanlatihanpernapasanyangmerupakanbagiandarirehabilitasi paru diharapkan akan memperbaiki statusfungsional, status imunologi, dan kualitas hidup pasienasmapersisten sedang-berat.Berdasarkan karakteristik adanya paparan rokok,sebagianbesarsubjekpenelitianterdapatadalahperokokpasifbaikkelompokperlakuanmaupunkelompok kontrol. Kelompok kontrol 14 orang (41,2%)dan kelompok perlakuan 13 orang (38,2%).Asap rokokberhubungan dengan penurunan faal paru pada pasienasma, dan meningkatkan tingkat keparahan asma, danakanmenurunkanresponsterhadapterapiglukokortikosteroid dan mengurangi keadaan asmaterkontrol.8Perokokaktiflebihberisikoterhadapkeadaaninidibandingkanperokokpasif.Padapenelitian ini perokok aktif tidak diikutsertakan, tetapiperokokpasifdapatmengikutipenelitian,sehinggapengaruhrokokpadapenelitianinisamaantarakelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadapresiko penurunan faal paru dan timbulnya gejala asma.Efektivitaslatihanfisisdanlatihanpernapasanterhadap status fungsional pasien asma bronkialpersisten sedang - beratPenelitianinisubjekpenelitianadalahpasienasmapersistensedang-beratyangmasihterdapatgejalasesaknapasyangmenetapdisertaidenganmenurunnyafaalparu,danterdapatketerbatasanaktivitas. Hal ini disebabkan pada pasien asma kronikterjadi proses inflamasi dan proses airway remodeling,akibat dari kedua proses tersebut terjadi penyempitansalurannapasyangreversibeltetapitidakkembaliseperti keadaan semula, ditandai gejala sesak napasyang menetap dan menurunnya faal paru.Adanyagejalasesaknapasyangmenetapmenyebabkanterjadinyapenurunankapasitasfungsional yang selanjutnya menyebabkan gangguandalam melakukan aktivitas sehari-hari.Latihanfisiskomponenyangpentingdarirehabilitasi paru komprehensif. Hal ini dilakukan karenadiketahuibahwaototperiferpadapasiendenganpenyakit paru kronis tidak hanya wasted tetapi jugamengalamiperubahandistribusiseratototdanpenurunankapasitasmetabolisme.Latihanfisismemperbaiki endurance, meningkatkan performansakvitassehari-hari,mengurangikecemasanyangberhubungan dengan sesak napas akibat aktivitas.10,11Subjek penelitian adalah 34 orang, 16 orang kelompokkontroldan16orangkelompokperlakuan.Dimanapada kelompok perlakuan diberikan latihan fisis danlatihanpernapasanyangdilakukan5haridalamsemingguselama8minggubersamaandengandiberikanterapimedikamentosa.Kelompokkontrolhanyadiberikanterapimedikamentosa.Keduakelompok diikuti selama 8 minggu. Baik pada kelompokkontrolmaupunkelompokperlakuan,dilakukanpemeriksaan faal paru yaitu VEP1, APE, variabilitasharian APE dan 6 min walk test (6MWT) pada awaldansesudah8mingguDilakukananalisadenganmembandingkan kelompok kontrol dengan kelompokperlakuan.Pada hasil status fungsional yang meliputi VEP1,APE,variabilitasharian APE(VH APE)6minwalktest (6MWT),didapatkan hasil pada kedua kelompokterdapat perbaikan pada semua komponen, walaupunsecara statistik yang bermakna hanya pada variasiharian APE.Variabilitasharian APE ini lebih mencerminkankeadaan fungsi paru pasien asma, mengingat gejalaasmayangepisodik.VariabilitasharianAPEyangkurang 20 persen adalah salah satu parameter asmapersistenringan.Hasilrata-ratavariabilitashariansetelah8mingguadalah,16%padakelompokperlakuan, dan 23% pada kelompok kontrol. Setelahdilakukan uji statistik bermakna dengan nilai p=0,03.Kelompokperlakuansubjekyangbisamencapaivariabilitas harian kurang dari 20 persen sebanyak 9orang dari 16 orang ( 56%), sedangkan pada kelompokkontrolsubjek yang bisa mencapai variabilitas hariankurang dari 20 persen sebanyak 6 orang dari 18 orang(33%).Haliniberartibahwakelompokperlakuan22 JRespirIndoVol.32,No.1,Januari2012hasilnya lebih baik dari kelompok kontrol dalam halvariabilitas harian. Kelompok perlakuan lebih banyakyangmenjadiasmapersistenringandibandingkankelompok kontrol.Perubahan VEP1 pada kelompok perlakuan lebihbesar dari pada kelompok kontrol, walaupun setelahdilakukanujistatistiktidakbermaknadengannilaip=0,7.KelompokperlakuannilaiVEP1meningkatsebesar13,37%,sedangkankelopokkontrolnilaiVEP1 meningkat sebesar 12,4% . Hal ini sesuai dengankepustakaanbahwatidakterdapatperbaikanpadaVEP1 yang dilakukan rehabilitasi paru, tetapisatu seripenelitian oleh Wijkstra, dkk tahun 1996 di Belandamenyebutkan adanya perbaikan pada fungsi paru padapemeriksaanVEP1,sedangkanpadapenelitian-penelitian lain tidak ada perbaikan yang bermakna. 3,4Padahasilkapasitasfungsionalyangdiukurdenganmenggunakan6minwalktest(6MWT)didapatkan hasil perubahan kemampuan 6 min walktest pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkankelompokkontrolwalaupunsetelahdilakukanujistatistiktidakbermaknadengannilaip=0,3.Padakelompok perlakuan meningkat sebesar 99,32 meter,sedangkan kelompok kontrol 73, 26 meter.Pada penelitian ini baik pada kelompok kontrolmaupun kelompok perlakuan pasien asma persistenberatlebihbanyakdibandingkanpasienpersistensedang (kontrol 35,3%, perlakuan 29,4 %). Sehinggamungkin memerlukan latihan yang lebih lama dari 8mingguuntukmemperolehperbaikanyanglebihsignifikan.Berdasarkan kepustakaan menyebutkan bahwamakin besar frekuensi dan lama latihan makin baikhasilnya, kepustakaan yang lain juga menyebutkanbahwa program rehabilitasi paru yang lebih lama (6bulanataulebih)menunjukkanefeklebihbaikdibandingkan intervensi jangka pendek.12Dariuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwalatihan fisis dan latihan pernapasan pada pasien asmapersistensedang-beratefektifmemperbaikistatusfungsionalterutama pada variabilitasharian APE.Efektifitaslatihanfisisdanlatihanpernapasanterhadapkualitashiduppasienasmabronkialpersisten sedang-berat.Pasien asma persisten sedang-berat mengalamigejalasesaknapasyangmengakibatkankeadaandepresi, dan kecemasan, dan keterbatasan aktivitas.Keadaan ini berakibat kualitas hidup penderita asmamenurun.Kualitashiduppadapenelitianinidiukurdengan menggunakan kuisioner yang disebut AQLQ(S). AQLQ(S)terdiridarikomponenketerbatasanaktivitas (AQLQ aktv), komponengejala (AQLQ Gx),komponenemosi(AQLQEx),komponenpaparanterhadap rangsangan lingkungan (AQLQ Li) dan AQLQTotal. AQLQ Totalmerupakan gabungan dari semuakomponen diatas. Semakin tinggi nilai AQLQ semakinbaguskualitashidupnya.Nilaitertinggi7,nilaiterendah 1.13Tujuan terapi asma termasuk memperbaiki kualitashidup, termasuk juga mengontrol gejala, mengurangiresiko eksaserbasi, dan mencegah kematian karenaasma.Parameterstatuskl i ni sasmahanyaberhubungansecarasedangdenganparameterkualitas hidup. Hubungan antara gejala dan kualitashidup dari rentang rendah sampai sedang, sedangkanhubunganfaal paru dan kualitas hidup adalah cukuplemah. Hal ini disebabkan persepsi dan pengalamanpasien ikut mempengaruhi kualitas hidup seseorang,sehingga dalam menentukan kualitas hidup tidak hanyamelihat status klinis.14Bila diperhatikan keadaan kualitas hidupdi semuakomponenpadakelompokperlakuanlebihtinggidibandingkankelompokkontrol.Walaupunsetelahdilakukan uji independen sample t testtidak didapatkanperbedaan yang bermakna dengan nilai p .> 0.05. Tetapimenurut kepustakaan perubahan dalam skor 0,5 dapatdianggap penting secara klinis. Dari semua komponenkualitas hidup hanya pada AQLQ Gx yangselisih skorantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol lebihdari 0,5. Berarti peningkatan kualitas hidup komponengejalapadakelompokperlakuandapatdianggapbermakna secara klinis.J Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012 23Dalam hal emosi, pasien masih merasa cemas,khawatir,akanpenyakitnyameskipunlebihbaikdibanding sebelumnya.Pada komponen paparan terhadap rangsanganlingkungan, pada kedua kelompok merasa lebih baik,meskipunmereka tetap menghindari lingkungan yangakan memicu timbulnya serangan asma.Padakomponenketerbatasanaktivitas,padakeduakelompokmengalamiperbaikan,walaupunmereka tetap menghindari aktivitas berat yang memicutimbul serangan asma.Dariuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwapemberian terapi tambahan berupa latihan fisik danlatihanpernapasanpadapasienasmapersistensedang-beratefektifmemperbaikikualitashidupterutama pada komponen gejala.Efektifitaslatihanfisisdanlatihanpernapasanterhadap status imunologi pasien asma bronkialpersisten sedang - berat.Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas,yang melibatkan berbagai sel inflamasi dan mediatoryang menyebabkan suatu perubahan patofisiologi yangkhas.Inflamasikronik,menyebabkanpeningkatanhiperesponsive dan gejala asma.8Penyaki tal ergi seperti asmamempunyaigambaran inflamasi yang khas, dengan sel mast aktif,peningkatan jumlah eosinofil aktif, dan peningkatanjumlah receptor cell T, yang melepaskan mediator yangberperan dalam timbulnya gejala.8 Pada penelitian ini,status imunologi dilihat dari jumlah eosinofilabsolutyangdiambildarivena,kemudiandiperiksakandilaboratorium yang sama. Berdasarkan tabel 2. keadaanawal status imunologi kelompok kontrol dan perlakuanjumlah eosinofil absolut lebih tinggi pada kelompokkontroldibandingkankelompokperlakuantetapisetelah dilakukan uji independen sample t test tidakdidapatkan perbedaan yang bermakna.Berdasarkantabel3.darikeduakelompokterdapat perbaikan dengan adanya penurunan jumlaheosinofilabsolut, dimana penurunan jumlah eosinofillebih besar pada kelompok perlakuan dibandingkankelompok kontrol.Berdasarkantabel4.jumlahabsoluteosinofilsetelahduabulanpadakelompokperlakuanlebihrendah dari pada kelompok kontrol. Setelah dilakukanuji independen sample t test tidak didapatkan hasilyang bermakna.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latihanfisisdanlatihanpernapasanbelummemberikanperbaikanstatusimunologipasienasmapersistensedangberat.Halinimungkinkarenawaktuyangdigunakan hanya 2 bulan, dimana perubahan imunologimembutuhkan waktu yang lebih lama.KESIMPULAN1. Terapi medikamentosa danlatihan fisis dan latihanpernapasanyangdiberikanbersamaanpadapasienasmapersistensedang-beratselama2bulanefektifmemperbaikistatusfungsionalterutama pada variabilitasharian APE.2. Terapi medikamentosa danlatihan fisis dan latihanpernapasanyangdiberikanbersamaanpadapasienasmapersistensedang-beratselama2bulanbelummemberikanperbaikanstatusimunologi pasien asma persisten sedang berat.3. Terapi medikamentosa danlatihan fisis dan latihanpernapasanyangdiberikanbersamaanpadapasienasmapersistensedang-beratselama2bulan efektif memperbaiki kualitas hidupterutamapada komponen gejala.DAFTAR PUSTAKA1. PDPI,AsmaPedomanDi agnosi s&Penatal aksanaandi Indonesi a,Jakarta,Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.2. UKKPulmonologiPPIkatanDokterAnakIndonesia.Dalam:RahajoeN,SupriyatnoB,SetyantoDB,eds.PedomanNasionalAsmaAnak.Jakarta:BalaipustakaFKUI.2005.p. 5-11.24 JRespirIndoVol.32,No.1,Januari20123. Bindro, S. K., Kumar, R. & Gaur, S. N, Effect ofHome Based Pulmonary Rehabilitation Programon Disability in Patients with Persistent BronchialAsthma.IndianJ. Allergy AsthImmuno.2004:18 (2):63 - 71.4. RachelG.TheeffectivenessofPulmonaryrehabilitation:evidenceandimplicationsforphysiotherapists. London: The Chartered Societyof Physiotherapy: 2003. p. 53 - 75. David, B, Rachel, B.Chronic Pulmonary Diseasein Primary Care. London: Class Publishing: 2004.p. 111-27.6. CooperCB.Exerciseinchronicpulmonarydisease:aerobicprescription.MedicineandScience in Sports and Exercise: 2001. p.671-9.7. BickleyLynnS.BatesGuidetoPhysicalExamination and History Taking,Ninth Edition:Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 92.8. GINA GlobalStrategy For AsthmaManagementAnd Prevention.Hamilton: Ontario, Canada: 2007.9. Barry M. Pulmonary Rehabilitation. InBaumsText Book of Pulmonary Diseases. seventh ed.New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2004.p. 289-307.10. Murray, Component of comprehensive PulmonaryRehabilitationProgramin:Mason,MurrayandNadels. Textbook of Respirarory Medicine, 5th ed.Saunders Elsevier: 2010.11. Celli B, Macnee, W. Standard for Diagnosis andTreatment of Patients with COPD. Eur Resp J.2004: 936-46.12. Trooster T, Casaburi R, Gosselink R, DecramerM. Pulmonary Rehabilitation in Chronic PulmonaryDisease. Am J Respir Crit Care Med, 2005: 172:19-38.13. Elizabeth, F Juniper, Sonia B, Fred MC, PenelopeJF, Dever RK. Validation of Standardized Versionof the Asthma Quality of Life Questionnaire. Chest1999; 115: 1265-70.14. National Heart, Lung, and Blood Institute ExpertPanel Report 3: Guidelines for the Diagnosis andManagement of Asthma, US.Department of Healthand Human Services National Institutes of Health:2007. p. 11 31.