analitik

45
Makalah Kimia Analitik II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum dapat dituliskan sebagai berikut : A red + B oks A oks + B red Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya: Ni (s) + Cu 2+ (l) Ni 2+ + Cu (s) Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron Arus listrik adalah perpindahan elektron Nurul Ramadanah/3212101020 Page 1

Upload: nurul-ramadanah

Post on 07-Aug-2015

277 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

analitik

TRANSCRIPT

Page 1: analitik

Makalah Kimia Analitik II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator

ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah

pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi

redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi

penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum dapat

dituliskan sebagai berikut :

Ared + Boks Aoks + Bred

Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain,

ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:

Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+ + Cu(s)

Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:

Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron

Arus listrik adalah perpindahan elektron

Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani

Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel

galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.

Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel

adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis

volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar

oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-

reduksi antara analit dengan titran.

Beberapa contoh titrasi redoks antara lain yaitu permanganimetri,

iodo/iodimetri dan dikromatometri yang akan dibahas dalam makalah ini.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 1

Page 2: analitik

Makalah Kimia Analitik II

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan

oleh bapak Rusvirman Muchtar, Drs.,Msc. dari mata kuliah Kimia Analitik II dan

agar mahasiswa dapat lebih memahami konsep dari titrasi redoks, serta mahasiswa

dapat memahami aplikasi titrasi redoks dalam kehidupan sehari – hari.

1.3 Rumusan Masalah

Penghantar redoks

Titrasi Redoks

Beberapa contoh titrasi redoks permanganimetri, iodo/iodimeti dan

dikromatometri

Aplikasi titrasi redoks dalam sehari – hari.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 2

Page 3: analitik

Makalah Kimia Analitik II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penghantar Redoks

Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang

menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom – atom dalam

sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhan seperti

oksidasikarbon yang menghasilkan karbondioksida, atau reduksi karbon oleh

hydrogen menghasilakn metana (CH4). Istilah redoks berasal dari dua konsep,

yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut :

1.     Oksidasi menjelaskan ;

a.       pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion

b.      reaksi pengikatan oksigen dan

c.       reaksi yang  mengalami kenaikan bilangan biloks

2.     Reduksi menjelaskan ;

a.       penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion

b.      reaksi pelepasan oksigen dan

c.       reaksi yang mengalami penurunan bilangan biloks.

Pada reaksi Redoks terjadi transfer elektron dari fase satu ke yang lain dan

elektron tersebut tidak hilang maupun diciptakan selama proses redoks. Oksidasi

dan reduksi selalu  terjadi bersama tidak ada suatu zat yang teroksidasi tanpa

adanya zat lain yang mengalami reduksi. Zat yang menyebabkan zat lain

mengalami oksidasi disebut oksidator, dan zat yang menyebabkan zat lain

mengalami reduksi disebut reduktor. Oksidator akan mengalami reaksi reduksi

sedangkan reduktor mengalami oksidasi.

Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan

di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 3

Page 4: analitik

Makalah Kimia Analitik II

perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan

selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan

bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam

prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun

terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada

transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan

kovalen).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi

senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen

oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya

sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut

sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang

memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti

H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O7

2−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang

sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang

lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin,

dan bromin).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa

lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi.

Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri

teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut

sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat

bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan

sebagai reduktor.

Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor

jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4),

reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam

reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 4

Page 5: analitik

Makalah Kimia Analitik II

juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum,

atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap

dua ata tiga karbon-karbon.

Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor

mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor

melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan

tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi

disebut sebagai pasangan redoks

2.2 Titrasi Redoks

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi

redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator

yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel

dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang

berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan , penambahan

katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih

biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil kelebihannya dengan

mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi selanjutnya.Titik

ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekivalen dari oksidator telah

setara dengan jumlah ekivalen dari reduktor.

Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan

analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau

senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang

industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan

iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.

Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan

permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.

Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan

reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 5

Page 6: analitik

Makalah Kimia Analitik II

perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan

pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri

titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.

Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva

titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga

menggunakan indikator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi

maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa

titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indikator contohnya penentuan

oksalat dengan permanganat, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.

Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya

titrasi redoks yang melibatkan iodine.Indikator yang lain yang bersifat

reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua

indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan

nitroferoin.

Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri, iodometri,

permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+

dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran  penentuan Besi(II) dan Cu(I)

dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida

(sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium (IV) yang bisa dipakai

untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.

Dalam redoks titik akhir titrasi (TAT) dapat dilakukan dengan megukur

potensial larutan dan dengan menggunakan indicator. TAT dengan mengukur

potensial memerlukan peralatan yang agak lebih banyak deperti penyediaan

voltameter dan elektroda khisus, dan kemudian diikuti dengan pembuatan kurva

titrasi redoks maka dengan alasan kemudahan dan efisiensi maka TAT dengan

menggunakan indicator yang lebih banyak untuk diaplikasikan.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 6

Page 7: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Beberapa Jenis Indikator Pada Titrasi Redoks

Indikator Sendiri

Apabila titrant dan analit salah satunya sudah berwarna, sebagai contoh

penentuan oksalat dengan permanganate dimana lautan oksalat adalah larutan

yang tidak berwarna sedangkan permanganate berwarna ungu tua, maka warna

permanganate ini dapat dipakai sebagai indicator penentuan titik akhir titrasi. Pada

saat titik akhir titrasi terjadi maka warna larutan akan berubah menjadi berwarna

merah muda akibat penambahan sedikit permanganate. Karena titik akhir titrasi

terjadi setelah titik equivalent terjadi (baca: TAT diamati setelah penambahan

sejumlah kecil permanganate agar tampak warna merah muda ) maka penggunaan

blanko sangat dianjurkan untuk mengkoreksi hasil titrasi pada waktu melakukan

titrasi ini. Contoh lain titrasi redoks yang melibatkan indicator sendiri adalah

titrasi alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.

Indikator Amilum

Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan

iodine.Amilum dengan iodine membentuk senyawa kompleks amilum-iodin yang

bewarna biru tua.Pembentukan warna ini sangat sensitive dan terjadi walaupun I2

yang ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit.Titrasi redoks yang biasa

menggunakan indicator amilum adalah iodimetri dan iodometri.

Indikator Redoks

Indikator redoks melibatkan penambahan zat tertentu kedalam larutan yang

akan dititrasi. Zat yang dipilih ini biasanya bersifat sebagai oksidator atau

reduktor lemah atau zat yang dapat melakukan reaksi redoks secara

reversible.Warna indicator dalam bentuk teroksidasi dengan bentuk tereduksinya

berbeda sehingga perubahan warna ini dapat dipakai untuk penentuan titik akhir

titrasi redoks. Reaksi indicator dapat dituliskan sebagai berikut: (Inox bentuk

teroksidasi dan Inred bentuk tereduksi)

Inox + ne-  <->  Inred

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 7

Page 8: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Indikator redoks berubah warnanya pada kisaran potensial tertentu (hal ini

analog dengan perubahan indicator asam –basa yang berubah pada kisaran pH

tertentu untuk membacanya Anda bisa mengikuti link ini). Jadi jika suatu

indicator redoks mengalami reaksi berikut:

Inox + n’H+ +  ne-  <->  Inred  Eo

Maka potensial larutan dapat dinyatakan sebagai berikut:

E = Eo + 0.0591/n log [Inox][H+]n’ / [Inred]

E = Eo + 0.0591/n log [Inox]/[Inred] + 0.0591/n x n’ log [H+]

Karena perubahan warna terjadi terjadi pada saat [Inox]/[Inred] nilainya 10/1 atau

1/10 dan asumsikan n’=1 maka persamaan diatas menjadi:

E1 = Eo + 0.0591/n log 1/10 + 0.0591/n  x log [H+]

E1 = Eo + E o + 0.0591 log [H+] – 0.0591/n

Jadi pada saat Eo = constant dan pH = Constant maka nilai E menjadi

E1 = constant – 0.0591/n ……..(1)

E2 = Eo + 0.0591/n log 10/1 +0. 0591/n x log [H+]

E2 = Eo + E o + 0.0591 log [H+] + 0.0591/n

Jadi pada saat Eo = constant dan pH = Constant maka nilai E menjadi

E2 = constant +0.0591/n  ……..(2)

Jadi Range E agar terjadi perubahan warna indicator redoks adalah:

Erange = E2-E1 = 0.0591/n – 0.0591/n = 0.118V/n

Titik akhir titrasi akan tergantung pada:

Eo

pH

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 8

Page 9: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Syarat Indikator redoks

Indikator harus bisa megalami raksi reduksi atau oksidasi dengan cepat.

Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat

sehingga bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit maka sistem tidak

akan mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual.

Contoh indikator redoks adalah ferroin Tris (1, 10 phenanthroline)

iron(II)Sulfate yang dipakai untuk titrasi Besi(II) dengan Ce(IV), dimana bentuk

teroksidasi ferooin berwarna biru muda dan bentuk tereduksinya berwarna merah

darah.

Dengan syarat reaksi tidak melibatkan ion poliatomik seperti CrO42- dan

tidak melibatkan ion hydrogen.Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2

untuk setengah reaksi reduksi.

Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial larutan terhadap

volume larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat dilihat pada

gambar) dimana 1 merupakan elektroda untuk mengukur potensial atau dapat

berupa pH meter, dan 2 merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah titrant

ditambahkan maka larutan diaduk dengan stir magnetic agar reaksi berjalan

merata dan cepat.

Berdasarkan larutan baku yang digunakan, titrasi oksidi - reduksi dibagi

atas :

1). Oksidimetri , adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang

digunakan bersifat sebagai oksidator.

Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :

1. Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4

2. Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7

3. Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4

4. Iodimetri, larutan bakunya : I2

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 9

Page 10: analitik

Makalah Kimia Analitik II

2). Reduksimetri , adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang

digunakan bersifat sebagai reduktor.

Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :

Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O

2.3 Macam – Macam Titrasi Redoks

a. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi

dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.Titrasi dengan

KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan

dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+ , asam atau garam

oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Anonim,2009).

1. Sifat-sifat Kalium Permanganat

Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen

pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak

membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N

permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan

yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk

mengindikasi kelebihan reagen tersebut.Permanganat menjalani beragam reaksi

kimia, karena mangan hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, +7.

Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi

yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1 N atau lebih besar.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan

reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan dan penggunaan

sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Underwood, 2002).

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 10

Page 11: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Kalium permanganat, selain sebagai oksidator dalam suasana asam, juga

dapat berlangsung dalam suasana basa maupun netral. Dalam suasana asam atau

[H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai

reaksi :

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2

+ + 4H2O Eo= 1,51 Volt

Dalam suasana basa, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion

manganat yang berwarna hijau seperti reaksi berikut :

MnO4- + e- → MnO4

2- Eo= 0,56 Volt

Dalam suasana netral, MnO4 direduksi menjadi MnO2 yang

mengendap.Reaksinya :

MnO4- + 4H+ + 3e → 3MnO2 + H2O Eo= 1,70 V

(Annisanfushie, 2008).

Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO4

2-

MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-

MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 + 4OH-

( Dinda, 2008).

Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang

bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam

larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik,

sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 11

Page 12: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi

terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada

kemungkinan terjadi reaksi :

2MnO4-+ 10Cl- + 16H+ → 2Mn2

+ + 5Cl2 + 8H2O

dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini

terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika

tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang

sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi

yang lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab ini telah

dikurangi sampai minimal (Annisanfushie, 2008).

2. Standarisasi Kalium Permanganat

Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan

karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan baku KMnO4 dibuat dengan

melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama

delapan jam atau lebih, kemudian endapan MnO2 yang terbentuk disaring, lalu

dibakukan dengan zat baku utama (larutan standar primer) (Rivai, 1994).

Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan

permanganat.Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan

permanganat.Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau

terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen

produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa

larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat

direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk

menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika

disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak

berubah selama beberapa bulan (Dinda, 2008).

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 12

Page 13: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Ada beberapa standar primer untuk standarisasi permanganat,yaitu :

Arsen (III) Oksida

Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan-

larutan permanganat.Senyawa ini stabil, non higroskopis, dan tersedia dengan

tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam larutan Natrium

hidroksida, dan larutan kemudian diasamkan dengan asam klorida dengan titrasi

permanganat :

5HAsO2 + 2MnO4- + 6H + 2H2O → 2Mn2

+ + 5H3AsO4

Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan terkecuali sebuah katalis

ditambahkan.Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO3, dan iodinmonoklorida, ICl,

telah dipergunakan sebagai katalis.

Natrium Oksalat

Senyawa ini, Na2C2O4, juga merupakan standar primer yang baik untuk

permanganat dalam larutan asam.Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat

kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan

nonhigroskopis.Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit, dan meskipun

banyak penyelidikan telah dilakukan, mekanisme tapatnya idak pernah

jelas.Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya

dipanaskan sampai 60oC.Bahkan pada suhu tinggi reaksinya mulai dengan lambat,

namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II)

bertindak sebagai katalis,dan reaksinya disebut autokatalitik , karena katalisnya

diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek

katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk

membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana ada

gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalent.

Persamaan reaksi yang terjadi :

5C2O4- + 2MnO4

- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 13

Page 14: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak

menghasilkan reaksi samping.Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi

kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini

mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun

untuk beberapa reaksi dengan arsen (II) oksida, antimoni (II) dan hidrogen

peroksida, karena pemakaian asam sulfat justru akan menghasilkan beberapa

tambahan kesulitan. Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu

jika beradadalam HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan

terbentuknya gas klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan

pada medium asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau

katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat,

akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakanreagensia ini

(Annisanfushie, 2008).

Besi

Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikansebagai

sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer,dan semua besi

(III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksimenjadi besi (II). Jika

larutannya kemudian dititrasi dengan permanganat,cukup banyak ion klorida yang

dioksidasi selain besi (II). Oksida dari ionklorida oleh permanganat berjalan

lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi

akan berjalan lebih cepat.Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih

kuat dari pada ionklorida, ion yang belakangan ini disebut ini teroksidasi secara

bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan di dalam oksidasi

dari As2O3atau pun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.

Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat, dan asam fosfat,

disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmerman-Reinhardt , dapat

ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan

permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III) dengan

membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai,

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 14

Page 15: analitik

Makalah Kimia Analitik II

dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam

media klorida.Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas

(Underwood, 2002).

A. Penentuan-Penentuan dengan Permanganat

Larutan baku permanganat dapat dipakai untuk penentuan beberapa zat

yang bersifat sebagai reduktor. Beberapa diantara reduktor tersebut bereaksi

dengan permanganat menurut persaman reaksi berikut:

5Fe2+ + MnO4

- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2

+ + 4H2O

5H2O2 + 2MnO4- + 6H+ → 5O2 + 2Mn2

+ + 8H2O

5NO2- + 2MnO4

- + 6H+ → 5NO3- + 2Mn2

+ + 3H2O

5HSO3- + 2MnO4

- + H+ → 5SO4- + 2Mn2

+ + 3H2O

5H3AsO3 + 2MnO4- + H+ → 5H2AsO4

- + 2Mn2+ + 3H2O

Penentuan Besi di dalam Bijih-bijih Besi

Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting

dari titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi

adalah asam klorida, dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu

proses pelarutan.

Sebelum titrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus direduksi

menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor Jones atau dengan

timah(II) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah

sulfat, mengingat tidak ada ion klorida yang masuk.

Jika larutannya mengandung asam klorida, seperti yang sering terjadi,

reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 15

Page 16: analitik

Makalah Kimia Analitik II

ke dalam sebuah larutan panas dari sampelnya, dan perkembangan reduksi diikuti

dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (III) :

Sn2+ + 2Fe3

+ → Sn4+ + 2Fe2

+

Sedikit kelebihan timah (II) klorida ditambahkan untuk memastikan

selesainya reduksi.Kelebihan ini dihilangkan dengan permanganat melalui titrasi.

Untuk tujuan ini, larutan tersebut didinginkan, dan rakssa (II) klorida ditambahkan

secara cepat untuk mengoksidasi kelebihan ion timah(II) :

2HgCl2 + Sn2+ → Hg2Cl2(s) + Sn4

+ + 2Cl-

Besi (II) tidak dioksidasi oleh rakasa (II) klorida. Endapan dari raksa (I)

klorida, jika kecil, tidak akan mengganggu titrasi lanjutannnya. Namun

demuikian, jika timah (II) klorida yang ditambahkan terlalu banyak raksa (I)

klorida dapat direduksi lebih lanjut manjadi raksa yang bebas :

Hg2Cl2(s) + Sn2+ → 2Hg(l) + 2Cl- + Sn4

+

Raksa, yang dihasilkan dalam keadaan yang dengan terbagi baik pada

kondisi-kondisi ini, menyebabkan endapannya tampak berwarna abu-abu hingga

hitam. Jika endapannya gelap, sampel tersebut harus dibuang, karena raksa, dalam

keadaan yang terbagi dengan baik, akan teroksidasi selama titrasi. Kecenderungan

untuk mengalami reduksi lebih lanjut dari Hg2Cl2 akan sangat berkurang jika

larutan tersebut dingin dan HgCl2 ditambahkan secaracepat. Tentu saja jika SnCl2

yang ditambahkan tidak mencukupi, tidak ada endapan Hg2Cl2 yang akan didapat.

Dalam kasus ini sampel harus dibuang.Timah (II) klorida biasanya dipergunakan

untuk mereduksi besi dalam sampel-sampel yang telah dilarutkan dalam asam

klorida. Larutan pencegah Zimmermann-Reindhardt lalu ditambahkan jika titrasi

akan dilakukan dengan permanganat (Underwood, 2002).

Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak

langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan

Hg(I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan

dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 16

Page 17: analitik

Makalah Kimia Analitik II

kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat

dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat

pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,dan dilarutkan

dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.Sebagian Fe2+

dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan

menitrasinya dengan KMnO4 (Anonim, 2009).

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain

terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan

dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan

terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan

presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.

Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian

KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4

dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2

+ :

MnO4- + 3Mn2

+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah

ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat

karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air :

H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑ (Anonim , 2009).

b. Iodometri dan iodimetri

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 17

Page 18: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat

yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan

mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk

akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat.

Oksidator + KI → I2 + 2e-

Ia+ Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6

Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara

langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan

menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan.

Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.

Reduktor + I2 → 2I-

 Na2S2O3 + I2 → NaI +Na2S4O6

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi

kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan

bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan

reduksi memperoleh elektron.Oksidator adalah senyawa di mana atom yang

terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,

atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi

harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.

Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya

saja (Khopkar, 2003).

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor.Namun

demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim

dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion

besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan

iodium sebagai pentiter disebut iodimetri,sedangkan yang menggunakan larutan

iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai,1995).

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 18

Page 19: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi

(iodimetri) dan ioniodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif

beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara

langsung dengan iodium.Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit.Akan

tetapi banyak pereaksi oksidasi cukupkuat untuk bereaksi sempurna dengan ion

iodida, dan ada banyak penggunaan prosesiodometrik.Suatu kelebihan ion iodida

ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yangditentukan, dengan pembebasan

iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara

iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood,1986). Iodium

hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 250C), tetapi agak larut

dalam larutan yang mengandung ion iodida.

Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium

murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan

sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat,yang ditimbang dengan

teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan

distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling

biasadigunakan. (Underwood, 1986) Larutan standar yang dipergunakan dalam

kebanyakan proses iodometrik adalah natriumtiosulfat.

Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan

tidak  boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus

distandarisasiterhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk

waktu yang lama.Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk

larutan natrium tiosulfat.Iodium murni merupakan standar yang paling nyata,

tetapi jarang digunakan karenakesukaran dalam penanganan dan penimbangan.

Lebih sering digunakan pereaksi yangkuat yang membebaskan iodium dari iodida,

suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).

Titrasi iodometri

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 19

Page 20: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Metode titrasi iodometri langsung ( kadang-kadang dinamakan iodimetri)

mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri

tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adalah berkenaan dengan

titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari

sistem reversibel: I2 (solid) 2e 2I- adalah 0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu

kepada suatu larutan air yang jenuh dengan adanya iod padat; reaksi sel setengah

ini akan terjadi, misalnya, menjelang akhir titrasi iodida dengan suatu zat

pengoksid seperti kalium permanganat, ketika konsentrasiion iodida menjadi

relatif rendah. Dekat permulaan, atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion

iodida terdapat dengan berlebih, terbentuklah ion tri-iodida: I2(aq)+ I-I3- Karena

iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik

ditulissebagai:I3-+ 2e 3I-

Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion

tri-iodidamerupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium

permanganat, kaliumdikromat, dan serium(IV) sulfat (Bassett, J. dkk., 1994).

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri) digunakan

suatu larutan ioddalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion

tri-iodida, I3- . Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi

iod seharusnya ditulis denganI3-dan bukan dengan I2, misalnya:I3-+ 2S2O3

2-3I-+

S4O62-akan lebih akurat daripada:I2+ 2S2O3

2-= 2I-+ S4O62- (Bassett, J. dkk., 1994).

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat

bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau

merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida

atau kloroform dan kadang-kadang halini digunakan untuk mengetahui titik akhir

titrasi.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji,

karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat

peka terhadap iodium.Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam

daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodide (Underwood,

1986). Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 20

Page 21: analitik

Makalah Kimia Analitik II

bereaksi dengan I-(iodide) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara

kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat.Dari pengertian diatas maka

titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali. Iodida adalah

reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikandengan

oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini disebabkan karena

faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk

iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik

untuk titrasi yang melibatkan iodide. Senyawaan iodide umumnya KI

ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang

terbentuk adalah equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.

Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat

(umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indicator amilum jadi perubahan

warnanya dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna initepat hilang. Reaksi

yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut:

IO3- + 5 I- + 6H+ -> 3I2 + H2O

I2 + 2 S2O32- -> 2I- + S4O6

2-

Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat

bereaksidengan 6 mmol S2O32- (ingat 1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol

S2O32-)sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-

c. Dikromatometri

Dikhromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan kalium

bikromat (K2Cr2O7) sebagai larutan standar.Garam dari K2Cr2O7 memeiliki

beberapa kelebihan yaitu, dapat diperoleh dalam keadaan murni dan cukup stabil

sampai titik leburnya, sehingga dapat digunakan sebagai standar primer. Proses

oksidasi oleh K2Cr2O7 hanya dapat berlangsung dalam suasana asam, dimana

garam tersebut akan tereduksi menjadi garam kromi (Cr3+) yang berwarna hijau,

menurut persamaan reaksi :

Cr2O7 2- + 14 H+ + 6e 2 Cr3+ + 7 H2O

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 21

Page 22: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Titrasi ini umumnya digunakan untuk menetapkan kadar besi dalam

bijihnya atau penetapan ion Fe2+, dan oleh karena K2Cr2O7 merupakan zat standar

primer, maka untuk membuatnya sebagai larutan standar cukup menimbang zat-

nya dengan tepat dan kemudian dilarutkan dalam volume tertentu. Misalnya untuk

membuat larutan 1 N, maka dilarutkan zat padatnya yang mengandung berat = 1/6

mol K2Cr2O7 dalam setiap liternya.

Pada proses titrasi ini, untuk mengetahui saat tercapainya titik ekivalen

dapat digunakan 3 cara, yaitu : dengan indikator internal, eksternal dan secara

potensiometri. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan adalah dengan

indikator internal. Indikator internal yang dapat digunakan adalah difenilamin (1%

dalam H2SO4 pekat), difenilbenzidin (1% dalam H2SO4 pekat) dan natrium

difenilaminsulfonat (0,2% dalam air).

Dalam penetapan Fe2+, indikator eksternal yang biasa digunakan adalah

K3{Fe(CN)6}, yang ditambahkan diluar larutan yang dititrasi. Caranya ketika

titrasi diperkirakan sudah mendekati titik ekivalen, larutan yang dititrasi diambil

sedikit cuplikannya (2 tetes) dan diteteskan ke atas pelat tetes yang telah diisi

dengan larutan indikator K3{Fe(CN)6}. Apabila titik ekivalen telah tercapai pada

penambahan 2 tetes larutan yang dititrasi ke dalam larutan indikator akan

menghasilkan warna coklat yang stabil/permanen dari garam Fe{Fe(CN)6},

sedangkan jika titik ekivalen belumtercapai akan diperoleh warna coklat kebiruan

campuran dari warna larutan garam ferro dan ferrisianida.

Penetapan secara potensiometri didasarkan pada kurva titrasinya. Dalam cara ini

diperlukan alat pengukur potensial larutan (potensiometer). pH-meter saat ini

umumnya dilengkapi juga dengan alat pengukur potensial.

2.4 Aplikasi Titrasi Redoks

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 22

Page 23: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya permanganometri,

iodo/iodimetri dan dikromatometri akan diuraikan dibawah ini.

a. Aplikasi Permanganometri

Alat dan Bahan

- Untuk membuat standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4)

dengan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)

Alat Ukuran Jumlah

Labu Erlenmeyer

Corong

Buret

Pipet volume/pipet gondok

Gelas ukur

Termometer

Gelas kimia

Penangas

-

-

-

10 mL

25 mL

-

500 mL

-

3 buah

1 buah

Lengkap

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

Bahan Ukuran Jumlah

Larutan H2SO4

Aquades

1 N 5 mL

secukupnya

- Untuk menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO2)

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 23

Page 24: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Alat Ukuran Jumlah

Neraca analitik

Gelas kimia

Labu Erlenmeyer

Corong

Buret

Pipet volume/pipet gondok

Gelas ukur

-

250 mL

-

-

-

10 mL

25 mL

1buah

1 buah

3 buah

1 buah

Lengkap

1 buah

1 buah

Bahan Ukuran Jumlah

Kristal CuSO4

Larutan NH4OH

Larutan standart Na2S2O4

Larutan KI

Indikator Universal

Indikator amilum

Aquades

-

0,1 N

-

0,1 N

-

-

2,5 gram

secukupnya

50 mL

15 mL

secukupnya

1 – 2 mL

secukupnya

PROSEDUR PERCOBAAN

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 24

Page 25: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan H2C2O4 . 2H2O

1. Mengisi buret dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) sampai

penuh (50 mL).

2. Mengukur 10 mL larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) dari kegiatan

percobaan di atas dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.

3. Menambahkan larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 mL ke dalam labu

erlenmeyer, kemudian memanaskannya sampai pada suhu 70C.

4. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut

dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) melalui

buret sampai terjadi perubahan warna larutan dari yang tidak berwarna

(bening) sampai menjadi berwarna cokelat (warna permanen).

5. Melakukan kegiatan percobaan ini sebanyak 3 kali pengulangan dan

mencatat hasil pengamatannya pada lembar pengamatan.

- Untuk menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO2)

1. Mengukur 10 mL larutan garam nitrit (NaNO2) dari kegiatan percobaan

di atas dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.

2. Menambahkan larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 mL ke dalam labu

erlenmeyer, kemudian memanaskannya sampai pada suhu 70C.

3. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut

dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) melalui

buret sampai terjadi perubahan warna larutan dari yang tidak berwarna

(bening) sampai menjadi berwarna violet muda (warna permanen).

Melakukan kegiatan percobaan ini sebanyak 3 kali pengulangan dan mencatat

hasil pengamatannya pada lembar pengamatan.

b. Aplikasi Iodo/Iodimetri

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 25

Page 26: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Salah satu aplikasi dari Iodometri yaitu pengukuran kadar kafein dalam teh

Alat dan Bahan

1. labu takar 100 mL

2. Erlenmeyer

3. Timbangan

4. Gelas beker

5. Kertas saring

6. Corong

7. Batang pengaduk

8. Buret

9. Larutan amilum

10. Teh sepeda balap

11. Akuades

12. Alkohol

13. H2SO4 10%

14. Larutan iodium 0,1 N

15. Indikator kanji.

Proses Pengolahan

A. Preparasi Sampel Teh

1. Ditimbang 25 gram teh kering, dimasukkan dalam gelas beker.

2. Ditambahkan 100 mL akuades, kemudian didihkan larutan sampai 30

menit sambil diaduk sesekali. Angkat, lalu disaring.

3. Diuapkan filtrat yang diperoleh hingga volumenya berkurang menjadi

sekitar 20 mL, diangkat dan didinginkan filtrat.

B. Analisis Kadar Kafein dalam Teh

1. Dimasukkan filtrat teh hasil preparasi dalam labu takar 100 mL,

ditambahkan 25 mL alkohol, dikocok sekitar 5 menit sampai

homogen.

2. Ditambahkan 5 mL H2SO4 10% dan 20 mL larutan iodium 0,1 N ke

dalam labu takar, diencerkan sampai batas, kemudian kocok larutan

sampai homogen.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 26

Page 27: analitik

Makalah Kimia Analitik II

3. Diambil 20 mL larutan, dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambahkan

indikator kanji.

4. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga warna biru

hilang. Titrasi dilakuakn sebanyak 3 kali pengulangan

c. Aplikasi Dikromatometri

Alat dan Bahan

Neraca analitis

Buret 50 mL

Botol Timbang

Botol Semprot

Corong Tangkai Pendek

Labu Erlenmeyer 250 mL

Batang Pengaduk

Klem buret

Statif

Sendok/spatula

Tegel putih

Kaki tiga

Kawat kasa

Larutan K2Cr2O7

Sampel garam ferro

Air bebas O2

Indicator difenil sulfonat

Kertas Isap

Langkah Kerja

Timbang selisih ± 1 gram sampel garam ferro, bilasi dengan H2SO4 4 N ke

dalam Erlenmeyer 250 mL, lalu larutkan dengan 50 mL air bebas O2

Tambahkan 12,5 mL H2SO4 4N

Tambahkan H3PO4 85% (jika tidak ada, encerkan larutan ferro hingga ±

300 mL)

Tambahkan 6-8 tetes difenilamin sulfonat

Titrasi dengan larutan standar K2Cr2O7 hingga terjadi perubahan warna dari

tidak berwarna menjadi merah sangat muda.

Lakukan secara duplo

Hitung kadar Fe2+ dalam sampel.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 27

Page 28: analitik

Makalah Kimia Analitik II

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam titrasi dengan metode dikromatometri untuk penetapan Fe3+ dilakukan

pengasaman dengan HCl karena HCl karena akan memberikan warna yang

jelas mencirikan adanya Fe3+, kemudian dipanaskan pada penangas air untuk

mempercepat reaksi redoks yang terjadi kemudian ditambahkan asam pospat

untuk mengikat ion ferry sehingga warnanya jelas dan TA mudah diamati.

Pada analisa kadar kafein dalam teh, alkohol yang digunakan dalam

percobaan berguna untuk memisahkan senyawa organik dengan zat organik

yang terkandung dalam teh, karena dalam teh tidak hanya mengandung teh

tetapi juga mengandung zat-zat lain seperti minyak oli yang merupakan

pewangi teh. Penambahan asam sulfat membuat reaksi berada dalam suasana

agar reaksi yang terjadi, karena kepekatan lebih besar dalam larutan asam

daripada dalam larutan netral dan lebih basa dengan adanya ion iodium yang

ditambah dan kelebihan iodium setelah terjadi reaksi adisi.

Penggunaan natrium thiosulfat sebagai larutan yang akan terurai dalam larutan

belerang sebagai endapan. Akan tetapi reaksinya berlangsung lambat dan

tidak terjadi apabila thiosulfat dititrasi dengan larutan berasam. Pada iodium

jika larutannya tidak diaduk maka reaksi antara iodium dengan thiosulfat jauh

lebih cepat dari pada penguraian. Iodium mengoksidasi thiosulfat menjadi ion

tetraionat reaksinya

I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6

2-

Pada titrasi digunakan indikator kanji yang berbentuk ion komplek berwarna

biru yang berasal dari amilum, reaksi yang menunjukkan adalah sebagai

berikut:

I2 + amilum I2-amilum.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 28

Page 29: analitik

Makalah Kimia Analitik II

Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi adalah:

I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6

2-

Penggunaan indikator kanji atau amilum ini dalam proses titrasi natrium thiosulfat

dan teh karena natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan

amilum sehingga amilum atau larutan kanji tersebut dapat didesak keluar dari

proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan warna berubah kembali seperti

semula setelah dilakukannya titrasi dengan natrium thiosulfat.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 29

Page 30: analitik

Makalah Kimia Analitik II

BAB IV

KESIMPULAN

Permanganometri, Iodo/Iodimetri dan dikromatometri merupakan metode titrasi

redoks yang melibatkan reaksi reduksi, oksidasi. Titrasi redoks ini banyak

digunakan dalam kehidupan sehari – hari seperti dalam penetapan kadar kafein

dalam teh dapat menggunakan dengan metode iodo/iodimetri, penetapan kadar

Fe3+ dapat menggunakan metode dikromatometri dan penetapan kadar garam nitrit

dengan menggunakan metode permanganometri.

Nurul Ramadanah/3212101020 Page 30