analisis yuridis putusan badan penyelesaian sengketa...
TRANSCRIPT
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA
KONSUMEN KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016
ANTARA YESI HASYIM MELAWAN PT KARYA CITRA LESTARI
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
DELLA MONIKA
( 130574201017 )
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALIHAJI
TANJUNGPINANG
2017
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertandatangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang
disebutkan dibawah ini:
Nama : Della Monika
NIM : 130574201017
Jurusan/Prodi : Ilmu Hukum
Alamat : Jalan Sultan Sulaiman No.16
Nomor Telp : 081266702224
Email : [email protected]
Judul Naskah : ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KOTA
TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 ANTARA YESI HASYIM MELAWAN
PT KARYA CITRA LESTARI
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 18 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Muhammad Fajar Hidayat, S.H., M.H. Marnia Rani, S.H., M.H.NIDN.1007068702 NIP.198103082014042001
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETAKONSUMEN KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 ANTARA YESI HASYIM MELAWAN PT KARYA CITRALESTARI
DELLA MONIKA
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji
Sejarah perkembangan pola pemenuhan kebutuhan manusia yang salingindependen, terdapat dua posisi yang saling berhadapan antara produsen dankonsumen. Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupunformal makin terasa sangat penting, sebagai motor penggerak bagi produktivitas danefisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapaisasaran usaha. Permasalahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah Bagaimanaanalisis yuridis putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) KotaTanjungpinang Nomor 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016 dan apa upaya hukum yangdapat dilakukan oleh pelaku usaha yang tidak menerima putusan Badan PenyelesaianSengketa Konsumen (BPSK) Kota Tanjungpinang Nomor 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016 tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakanHukum Normatif (normative law research). Penelitian hukum normatif menggunakanstudi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum. Penelitian ini mengacupada ketentuan hukum atau perundang-undangan yang berlaku yaitu mengacu padaUndang-Undang Perlindungan Konsumen dan Putusan Badan Penyelesaian SengketaKonsumen. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu perjanjianyang dilakukan batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat objektif dari suatuperjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perjanjian yang dibuatberpotensi merugikan konsumen. Apabila terdapat pihak yang berkeberatan terhadapputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tersebut maka pihak tersebut dapatmengajukan keberatan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerimapemberitahuan putusan tersebut. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen khususnya pasal 56 ayat 2.
Kata kunci : BPSK, Perlindungan Konsumen, UUPK
ABSTRACT
The history of the development of human needs that are mutually independent, thereare two positions facing each other between producers and consumers. Consumer protectionis seen as materially and formally more important, as a driving force for productivity andproducer efficiency of the goods or services it produces in order to achieve business goals.The problem to be seen in this research is how juridical analysis of Badan PenyelesaianSengketa Konsumen Kota Tanjungpinang No. 06 / ARBT / BPSK-TPI / XI / 2016 and whatlegal efforts can be made by business actors who do not accept decision of BadanPenyelesaian Sengketa Konsumen Kota Tanjungpinang Number 06 / ARBT / BPSK-TPI / XI/ 2016. This research is using Normative Law (normative law research). Normative legalresearch uses normative legal case studies of legal behavioral products. This study refers tothe applicable law or legislation that refers to the Consumer Protection Act and Decision ofBadan Penyelesaian Sengketa Konsumen. The results obtained from the research that hasbeen done is the agreement that is done is cancelled by law and void because it does not meetthe objective requirements of an agreement as referred to in Article 18 paragraph 1 of LawNo. 8 of 1999 on Consumer Protection. Agreements made are potentially harmful toconsumers. If there are any parties who object to the decision of the Badan PenyelesaianSengketa Konsumen then such party may file an objection within 14 (fourteen) days afterreceiving the notification of the decision. This is in accordance with Law No. 8 of 1999 onConsumer Protection, particularly article 56 paragraph 2.
Keywords: BPSK, Consumer Protection, UUPK
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah perkembangan pola
pemenuhan kebutuhan manusia yang
saling independen, terdapat dua
posisi yang saling berhadapan antara
produsen dan konsumen. Pihak
pembuat atau penghasil suatu barang
disebut dengan produsen. Dalam hal
ini permasalahan yang akan dikaji
adalah perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam jual beli rumah.
Dewasa ini banyak para pengembang
yang menginvestasikan modalnya
untuk melaksanakan pembangunan
rumah dalam bentuk real estate,
perumnas maupun perumahan
sederhana lainnya dengan tujuan
untuk dijual kepada para konsumen
yang menginginkannya. Cara
pembayaran pembelian rumah
tersebut dapat dilakukan dengan
tunai maupun kredit.
BPSK dalam hal ini berfungsi
ganda, disatu sisi Undang-Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK)
memberikan kewenangan yudikatif
untuk menyelesaikan sengketa
konsumen dan disisi lain diberikan
kewenangan eksekutif kepada BPSK
untuk mengawasi pencantuman
klausula baku yang dibuat sepihak
oleh pelaku usaha. Proses
penyelesaian sengketa konsumen
secara perdata melalui BPSK
dilakukan dengan konsiliasi atau
mediasi atau arbitrase, yang bersifat
nonlitigasi. Sedangkan proses
penyelesaian sengketa perdata
melalui badan peradilan umum,
bersifat litigasi.1 Salah satu contoh
bentuk penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dapat dilihat dari peran
BPSK melalui jalur arbitrase.
Arbitrase adalah cara penyelesaian
1 Kemeterian Perdagangan RepublikIndonesia, Himpunan PeraturanPerlindungan Konsumen Seri Kelembagaan, Jakarta, hal V.
suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.2
Sebagai contoh peran BPSK
dalam penyelesaian sengketa, dapat
dilihat dari salah satu kasus yang
terjadi dalam perjanjian antara
produsen dan konsumen pada jual
beli rumah yang terjadi di kota
Tanjungpinang. Umumnya produsen
membuat perjanjian yang hanya
menguntungkan satu pihak yaitu
pihak produsen sedangkan dilain
pihak yaitu konsumen merasa
dirugikan. Maka disini pihak
konsumen memberatkan atas hal
tersebut sebagimana dalam putusan
Nomor 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 dapat dilihat bahwa
konsumen sangat dirugikan.
2 Pasal 1 Angka 1 Undang-UndangNomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrasedan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Hal ini mengakibatkan pada
pihak konsumen (Yesi Hasyim)
dengan produsen (PT Karya Citra
Lestari) pada perjanjian yang dibuat
tidak mempertimbangkan klausula
baku sesuai dengan pasal 18 ayat
(1a) Undang-Undang No. 8 tahun
1999 tentang perlindungan
konsumen. Dalam perjanjian tersebut
pihak konsumen ditawarkan untuk
menyetujui semua pasal yang ada di
dalam perjanjian yang dibuat
bersama produsen apabila pihak
konsumen ingin membeli rumah
bersubsidi di lokasi perumahan bukit
anugrah lestari blok b no 4
Tanjungpinang. Pihak konsumen
tidak memiliki kesempatan untuk
merubah pasal yang ada di dalam
perjanjian tersebut, maka hal tersebut
membuat konsumen setuju untuk
mengajukan permohonan pembelian
rumah bersubsidi tersebut dengan
keinginan ingin memiliki rumah.
Namun seiring berjalannya
waktu, pihak konsumen ingin
membatalkan perjanjian pada
pembelian rumah dan ingin meminta
kembali setoran uang yang telah
dibayarkan kepada produsen, tetapi
pihak produsen menegaskan kembali
untuk mengacu pada perjanjian yang
telah di tandatangani oleh pihak
pelaku usaha (PT Karya Cahaya
Lestari) dan Konsumen (Yesi
Hasyim). Pihak konsumen merasa
tidak memiliki keadilan serta
dirugikan atas hasil perjanjian yang
dibuat sepihak tersebut. Atas dasar
hal ini konsumen mengajukan
gugatan di luar pengadilan kepada
BPSK untuk menyelesaikan
perselisihan antara konsumen dan
produsen.
Dari uraian latar belakang masalah
tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Yuridis Putusan
Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota Tanjungpinang
Nomor 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 Antara Yesi Hasyim
Melawan PT. Karya Citra Lestari”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah analisis yuridis
putusan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK)
Kota Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 ?
2. Apa upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh pelaku usaha
yang tidak menerima putusan
Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 tersebut ?
C. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan
masalah yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui analisis
yuridis putusan Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016.
2. Untuk mengetahui upaya
hukum yang dapat dilakukan
oleh pelaku usaha yang tidak
menerima putusan Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 tersebut.
D. Manfaat PenelitianPenelitian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak yang
berkepentingan. Adapun manfaat
yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat secara teoretis
Diharapkan hasil penelitian
ini dapat bermanfaat dalam
bentuk sumbangan pemikiran
untuk pengembangan ilmu
hukum, yang saya
kembangkan melalui skripsi
terutama dalam bidang
hukum perdata bisnis
khususnya pada perlindungan
hukum terhadap konsumen
melalui arbitrase sebagai
salah satu penyelesaian
hukum perdata bidang bisnis.
2. Manfaat secara praktis
Pembahasan dalam penelitian
ini diharapkan dapat memberi
masukan yang akurat
terhadap permasalahan yang
diteliti dan disamping itu
hasil penelitian ini dapat
berguna pihak-pihak yang
membutuhkan seperi pihak
akademisi sebagai bahan ajar,
pihak advokat dalam
pengembangan ilmu juga
pihak BPSK untuk
pembangan ilmu-ilmu
berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap
konsumen bidang bisnis.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan
pendukung dalam
membangun atau berupa
penjelasan permasalahan
yang dianalisis. Kerangka
teori memuat uraian
sistematis tentang teori dasar
yang relevan terhadap fakta
hukum dan hasil penelitian
sebelumnya yang berasal dari
pustaka mutakhir yang
memuat teori, proposisi,
konsep atau pendekatan
terbaru yang berhubungan
dengan penelitian yang
dilakukan.3 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen,
bahwa perlindungan
konsumen yaitu “segala
upaya perlindungan terhadap
konsumen”.4 Perlindungan
konsumen berdasarkan
manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan,
dan keselamatan konsumen,
serta kepastian hukum.
UUPK membuka
kemungkinan pemberlakuan
hukum konsumen pada pasal
64 Ketentuan Peralihan UU
Nomor 8 Tahun 1999:
“segala ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
bertujuan melindungi
konsumen yang tealah ada
3 Johnny Ibrahim, 2006, Teori &Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Bayumedia, Malang, hlm.293.
4 Pasal 1 angka 1 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang PerlindunganKonsumen.
pada saat undang-undang ini
diundangkan, dinyatakan
tetap berlaku sepanjag tidak
diatur secara khusus dan/atau
tidak bertentangan dengan
ketetuan undang-undang
ini”.5 Dalam upaya
perlindugan terhadap
konsumen telah dibentuk
suatu badan yang bertugas
untuk menyelesaikan
sengketa konsumen yaitu
BPSK
2. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah
penggambaran antara konsep-konsep
khusus yang merupakan kumpulan
dalam arti yang berkaitan, dengan
istilah yang akan diteliti dan/atau
diuraikan dalam karya ilmiah.6
Adapun yang menjadi kerangka
5 Pasal 64 Ketentuan Peralihan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen.
6 Soerjono Soekanto, 1986, PengantarPenelitian Hukum, UI Press, Jakarta,hlm.132.
konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perlindungan Hukum adalah
tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari
perbuatan sewenang-wenang
oleh penguasa yang tidak
sesuai dengan aturan hukum
untuk mewujudkan ketertiban
dan ketentraman sehingga
memungkinkan manusia
untuk menikmati martabatnya
sebagai manusia.7
2. Perlindungan Konsumen
adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi
perlindungan kepada
konsumen.8
3. Perjanjian adalah persetujuan
secara tertulis atau lisan yang
dibuat dua pihak atau lebih
7 Op.Cit hlm.3.8 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen.
dimana masing-masing
berjanji akan mentaati
persetujuan yang dibuat;
Persetujuan atau kesepakatan
resmi antara dua orang atau
pihak atau negara atau lebih
dalam bidang-bidang
tertentu.9.
4. Jual Beli adalah suatu
perjanjian, dengan mana
pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak
yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan.10
5. Putusan adalah pernyataan
hakim sebagai pejabat negara
yang melaksanakan tugas
kekuasaan kehakiman yang
diberi wewenang untuk itu
yang diucapkan di
persidangan dan bertujuan
9 Charlie Rudyat, Kamus Hukum, PustakaMahardika, hlm.351.
10 Pasal 1457 KUHPerdata.
untuk menyelesaikan suatu
perkara.11
F. Tinjauan Tentang Analisis
Yuridis dan Putusan
Analisis merupakan usaha
untuk menggambarkan pola-pola
secara konsisten dalam data sehingga
hasil analisis dapat dipelajari dan
diterjemahkan dan memiliki arti.12
Yuridis merupakan suatu kaidah
yang dianggap hukum atau dimata
hukum dibenarkan keberlakuannya,
baik yang berupa peraturan-
peraturan, kebiasaan, etika bahkan
moral yang menjadi dasar
penilaiannya.
Putusan adalah pernyataan
hakim sebagai pejabat negara yang
melaksanakan tugas kekuasaan
kehakiman yang diberi wewenang
untuk itu yang diucapkan di
11 Soeparmono, 2005, Hukum AcaraPerdata dan Yurisprudensi, Mandar Maju,Bandung, hlm.146.
12 Surayin., 2001, Kamus Umum BahasaIndonesia, Analisis, Yrama Widya,Bandung, hlm. 10.
persidangan dan bertujuan untuk
menyelesaikan suatu perkara.13
G. Tinjauan Tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
BPSK adalah lembaga non
strutural yang berkedudukan
diseluruh Kabupaten dan Kota yang
mempunyai fungsi “menyelesaikan
sengketa konsumen diluar
pengadilan”. Keanggotaan BPSK
terdiri dari unsur Pemerintah,
konsumen dan unsur pelaku usaha.
BPSK diharapkan dapat
mempermudah, mempercepat dan
memberikan suatu jaminan kepastian
hukum bagi konsumen untuk
menuntut hak-hak perdatanya kepada
pelaku usaha yang tidak benar
H. Tinjauan Tentang Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Dalam Pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) disebutkan bahwa
13 Soeparmono, 2005, Hukum AcaraPerdata dan Yurisprudensi, Mandar Maju,Bandung, hlm.146.
perjanjian atau persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.
Kata persetujuan tersebut merupakan
terjemahan dari perkataan
overeekomst dalam bahasa Belanda.
Kata overeekomst tersebut lazim
diterjemahkan juga dengan kata
perjanjian.
Jadi, persetujuan dalam Pasal 1313
KUHPerdata tersebut sama artinya
dengan perjanjian. Menurut Subekti,
suatu perjanjian merupakan suatu
peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain, atau dimana dua
orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.14
2. Syarat Sahnya Perjanjian
Syarat sahnya suatu
perjanjian diatur dalam Pasal 1320
14 Subekti, 2001, Pokok-Pokok HukumPerdata, PT. Intermasa, Jakarta, hlm. 26.
KUHPerdata yang mengemukakan
empat syarat,yaitu:15
1. Adanya kesepakatan kedua belahpihak;2. Kecakapan untuk melakukanperbuatan hukum;3. Adanya suatu hal tertentu;4. Adanya sebab yang halal
3. Asas-Asas Perjanjian
Menurut pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata disebutkan semua
perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Namun
apabila dicermati pasal ini
mengandung empat hal pokok (asas)
yang terkandung di dalamnya, yaitu;
1Azas Kebebasan Berkontrak
2. Azas Konsensualisme
3. Azas Mengikatnya Kontrak
(Pacta Sunt Servanda)
4. Asas Itikad Baik
I. Tinjauan Tentang Perlindungan
Konsumen
1. Pengertian Konsumen
15 Pasal 1320 Kitab Undang-UndangHukum Perdata (KUHPerdata).
Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Konsumen dapat
dikelompokkan yakni konsumen
antara dan konsumen akhir.
2. Pengertian Perlindungan
Konsumen
Az. Nasution berpendapat
bahwa hukum perlindungan
konsumen adalah bagian dari hukum
konsumen yang memuat asas-asas
atau kaidah-kaidah yang bersifat
mengatur dan mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen,
sedangkan hukum konsumen adalah
hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu
sama lain berkaitan dengan barang
atau jasa konsumen di dalam
pergaulan hidup.16
3. Asas Perlindungan Konsumen
Beberapa asas perlindungan
konsumen dapat kita lihat dalam
Pasal 2 UUPK sebagai berikut:
a. Asas Manfaat
b. Asas Keadilan
c. Asas Keseimbangan
d. Asas Keamanan dan
Keselamatan Konsumen
e. Asas Kepastian Hukum
J. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian hukum normatif
(normative law research)
menggunakan studi kasus hukum
normatif berupa produk perilaku
hukum, misalnya mengkaji
rancangan undang-undang. Pokok
kajiannya adalah hukum yang
dikonsepkan sebagai norma atau
kaidah yang berlaku dalam
masyarkat dan menjadi acuan
16 Ibid, hlm. 11.
perilaku setiap orang. Sehingga
penelitian hukum normatif berfokus
pada inventaris hukum positif, asas-
asas dan doktrin hukum, penemuan
hukum dalam perkara in concreto,
sistematik hukum, taraf sinkronisasi
hukum, perbandingan hukum, dan
sejarah hukum.17 Selain penelitian
hukum normatif, maka diperlukan
juga sifat penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mengacu pada norma hukum
yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan
pengadilan serta norma-norma yang
hidup dan berkembang dalam
masyarakat.18
K. Data dan Sumber Data
Pada penelitian normatif,
bahan pustaka merupakan data dasar
yang dalam (ilmu) penelitian
17 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukumdan Penelitian Hukum, PT Citra AdityaBakti, Bandung, hlm.52.
18 Zainudin Ali, 2009, Metode PenelitianHukum, Sinar Grafka, Jakarta, hlm.105
digolongkan sebagai data sekunder.
Maka penulis memutusan
menggunakan jenis data sekunder
yang berkaitan dengan informasi
tertulis yang diperoleh dari sumber-
sumber bahan hukum (law material).
Di dalam suatu penelitian hukum,
data sekunder mencakup:
1. Bahan hukum primer, yaitu
bahan-bahan hukum yang
mengikat dan terdiri dari:
a. Norma (dasar) atau
kaidah dasar, yaitu
Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945
b. Peraturan Dasar:
i. Batang Tubuh
Undang-Undang
Dasar 1945
ii. Ketetapan-ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
c. Peraturan Perundang-
undangan
i. Undang-undang dan
peraturan yang
setaraf
ii. Peraturan
Pemerintah dan
peraturan yang
setaraf
iii. Keputusan Presiden
dan Peraturan yang
setaraf
iv. Keputusan Menteri
dan Peraturan yang
setaraf
v. Peraturan-peraturan
Daerah
d. Bahan hukum yang tidak
dikodifikasikan, seperti
hukum adat
e. Yurisprudensi
f. Traktat
Bahan hukum dari zaman
penjajahan yang hingga kini masih
berlaku, seperti Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (yang
merupakan terjemahan yang secara
yuridis formal bersifat tidak resmi
dari Wetboek van Strafrecht).19
L. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan
(library research), melalui
penelitian ini diperoleh data
sekunder dengan cara
membaca literatur maupun
buku-buku dan mempelajari
dokumen-dokumen serta
peraturan perundang-
undangan yang berhubungan
dengan objek penelitian.
2. Wawancara (interview), yaiu
pengumpulan data secara
langsung melalui tanya jawab
19 Ibid, hlm.13.
berdasarkan daftar pertanyaan
yang telah disiapkan
(wawancara berstruktur) dan
melakukan wawancara tidak
berstruktur untuk
memperoleh data yang
diperlukan. Wawancara
dilakukan kepada Anggota
Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang
M. Metode Penulisan
Dalam penyusunan penelitian
ini penulis menggunakan metode
penulisan sesuai dengan sistematika
penulisan yang ada pada Buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Program
Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang tahun 2016.
N. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan
informasi dalam proses penelitian
skripsi ini, penulis memilih lokasi
penelitian di Kota Tanjungpinang,
yaitu pada kantor Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) di Jalan Pramuka Nomor 5
(Kantor Dinas Perdagangan dan
Perindustrian), penulis memilih
lembaga tersebut sebagai tempat
penelitian karena sesuai dengan
masalah yang di angkat penulis
mengenai perlindungan konsumen
yang erat kaitannya dengan judul
skrispsi ini.
O. Analisis Data
“Didalam penelitian hukum normatif,
maka analisis data pada hakekatnya
berarti kegiatan untuk mengadakan
sistematisasi terhadap bahan-bahan
hukum tertulis. Sistematisasi berarti,
membuat klasifikasi terhadap bahan-
bahan hukum tertulis untuk
memudahkan pekerjaan analisis dan
kontruksi”.20
P. Analisis Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
Kota Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-TPI/XI/016
Perkara bermula pada tanggal
09 bulan April tahun 2016, Yesi
Hasyim sebagai penggugat
mendatangi PT. Karya Cahaya
Lestari untuk mengajukan
permohonan pembelian rumah
bersubsidi yang berlokasi di Perum
Bukit Anugrah Lestari Blok B No. 4
Tanjungpinang. Sebelum tanggal 09
April 2016. Yesi Hasyim meminta
kepada PT. Karya Cahaya Lestari
untuk memberikan lokasi rumah
yang memiliki kelebihan tanah dan
pihak PT. Karya Cahaya Lestari
menunjukkan lokasi di Perum Bukit
Anugrah Lestari, Blok B No. 4
Tanjungpinang. Lokasi tersebut
20 Soerjono Soekanto, Loc.cit, hlm. 251.
memiliki kelebihan tanah sebesar 3,5
M x 1,5 M serta telah diplaster,
namun Yesi Hasyim dikenakan biaya
plaster sebesar Rp. 8.000.000
(delapan juta rupiah).
Yesi Hasyim telah membayar
sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh
lima juta rupiah). Pada gugatan Yesi
Hasyim kepada PT. Karya Cahaya
Lestari, Yesi Hasyim sebagai pihak
penggugat mengajukan tuntutan
kepada PT. Karya Cahaya Lestari
sebagai tergugat terhadap perjanjian
jual beli rumah yang berlokasi di
Perum Bukit Anugrah Lestari Blok B
No. 4 Tanjungpinang. Yesi Hasyim
mengajukan tuntutan pengembalian
setoran uang muka yang telah
dibayarkan kepada PT. Karya
Cahaya Lestari sebesar Rp.
23.000.000 (dua puluh tiga juta
rupiah).
Kemudian pada jawaban PT.
Karya Cahaya Lestari Sebagai
Tergugat PT. Karya Cahaya Lestari
sebagai tergugat menyatakan bahwa
pengaduan Yesi Hasyim sebagai
penggugat berdasarkan Nomor
Perkara 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016. Pada putusan Majelis
Arbitrase Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang, dalam putusannya
Nomor : 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 tanggal 07 November
2016 memutuskan bahwa:
1. Mengabulkan gugatan
penggugat sebahagian untuk
mengembalikan uang Rp.
23.000.000 (dua puluh tiga
juta rupiah) dengan perincian
uang muka Rp 19.000.000
(Sembilan belas juta rupiah)
dan pembayaran uang
kelebihan tanah sebesar Rp.
4.000.000 (empat juta
rupiah).
2. Memerintahkan tergugat
untuk mengembalikan uang
Rp. 23.000.000 (dua puluh
tiga juta rupiah) dengan
perincian uang muka Rp.
19.000.000 (Sembilan belas
juta rupiah) dan pembayaran
uang kelebihan tanah Rp.
4.000.000 (empat juta rupiah)
semenjak putusan dibacakan.
Pada Perjanjian pengikatan
jual beli yang dilakukan antara Yesi
Hasyim dengan PT. Karya Cahaya
Lestari tidak memenuhi syarat sah
perjanjian menurut pasal 1320
KUHPerdata. Menurut Pasal 1320
KUHPerdata suatu perjanjian harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yangmengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuatsuatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;4. Suatu sebab yang halal.
Kesepakatan dan kecakapan
merupakan syarat subjektif dalam
suatu kontrak. Suatu pokok persoalan
tertentu dan suatu sebab yang tidak
dilarang merupakan objektif. Tidak
dipenuhinya syarat subjektif,
perjanjian dapat dibatalkan. Para
pihak dapat meminta kepada hakim
untuk membatalkan perjanjian. Tidak
dipenuhinya syarat objektif,
perjanjian batal demi hukum,
dianggap tidak pernah dilahirkan
kontrak.21
Maka dari hasil penelitian penulis,
tidak memenuhi pada poin 4 Suatu
sebab yang tidak dilarang. Syarat
terakhir mengenai syarat sahnya
perjanjian adalah suatu sebab yang
tidak dilarang. Syarat ini khusus
membahas tentang isi perjanjian.
Menurut Pasal 1337 KUHPerdata,
suatu sebab yang tidak dilarang
adalah apabila sebab tersebut tidak
dilarang oleh undang-undang atau
apabila sebab itu tidak bertentangan
21Marnia Rani, 2015, Pengatar HukumBisnis, CV Milaz Grafika, Tanjungpinang,hlm.23
dengan kesusilaan atau ketertiban
umum.
Adapun perkara yang
dilanggar sebagaimana yang
bertentangan dengan Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen adalah Bab
II Azas dan Tujuan pada Pasal 2 dan
Bab V Ketentuan Pencantuman
Klausula Baku pasal 18 yaitu:
1. Pasal 2 (Azas dan Tujuan)
Perlindungan konsumen
berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen serta
kepastian hukum. Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
yakni dalam perjanjian yang dibuat
oleh PT. Karya Cahaya Lestari
berbunyi Uang tanda jadi (Booking
Fee) mengikat selama 2 (dua)
minggu dan jika batal maka booking
fee dianggap hangus dan uang muka
dipotong sebesar 40% (empat puluh
persen).
2. Pasal 18 ayat 1 Pelaku usaha
dalam menawarkan barang dan /
atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang
membuat atau mencantumkan
klausula baku pada setiap
dokumen dan / atau perjanjian
dapat dilihat pada pasal-pasalnya
beserta perjanjian yang dibuat
pelaku usaha yaitu:
a. Pada poin a yang berbunyi
“Menyatakan pengalihan
tanggung jawab pelaku usaha”,
yang mana yang seharusnya
seluruh dokumen persyaratan
dan proses sampai dinyatakan
penggugat mendapatkan kredit
perumahan oleh pihak bank
merupakan tanggung jawab dari
tergugat.
b. Pada poin c yang berbunyi “
Menyatakan bahwa pelaku usaha
berhak menolak penyerahan
kembali uang yang dibayarkan
atas barang dan / atau jasa yang
dibeli oleh konsumen”,hal ini
sangat dilarang dapat dibuktikan
pada perjanjian “apabila
penggugat dalam waktu 3 (tiga)
bulan berturut-turut tidak
membayar dianggap batal dan
seluruh uang muka dipotong
sebesar 40% (empat puluh
persen)”.
c. Pada poin e yang berbunyi
“Mengatur perihal pembuktian
atas hilangnya kegunaan barang
atau pemanfaatan jasa yang
dibeli oleh konsumen”, hal ini
dilarang dibuktikan pada
perjanjian “Pihak kedua
menyatakan telah melihat contoh
rumah yang ditawarkan oleh
Pihak Pertama melalui brosur,
dan menerima kondisi fisik
bangunan rumah tersebut apa
adanya termasuk fasilitas yang
disediakan oleh Pihak
Pertama/Developer seperti lisrik,
air, jalan, sarana dan prasarana
lainnya yang belum ada”.
d. Pada point f yang berbunyi
“Memberi hak kepada pelaku
usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi
harta kekayaan konsumen yang
menjadi obyek jual beli jasa”,
hal ini dilarang dibuktikan pada
perjanjian “Pihak kedua tidak
boleh merubah bentuk depan
rumah atau membangun sampai
melebihi batas depan rumah asli
dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak serah terima kunci”.
e. Pada point h yang berbunyi
“Menyatakan bahwa konsumen
memberi kuasa kepada pelaku
usaha untuk pembebanan hak
tanggungan, hak gadai, atau hak
jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen secara
angsuran”. Hal ini dilarang
dibuktikan pada perjanjian
“Pihak Kedua membatalkan atau
KPR nya ditolak oleh Pihak
Bank atas kesalahan Pihak
Kedua atau tidak KPR pada
tanggal yang dijadwalkan
tersebut di atas, maka dianggap
telah melakukan pembatalan
sebagai calon pembeli (batal
dengan sendirinya) dan seluruh
pembayaran yang telah
disetorkan oleh Pihak Kedua
baik secara angsuran maupun
dibayar lunas akan dikembalikan
setelah dipotong dari uang muka
sebesar 60% (enam puluh
persen) sebagai ganti kerugian
sedangkan bookingg fee/tanda
jadi hagus”. Dan pada perjanjian
juga memuat “Harga rumah
sewaktu-waktu dapat berubah
tanpa pemberitahuan kepada
Pihak Kedua jika pada tanggal
yang dijadwalkan KPR tersebut
diatas Pihak Kedua tidak juga
KPR atau menunda KPR, maka
harga rumah yang telah
disepakati tersebut menjadi naik
yang besarnya akan disesuaikan
dengan harga yang terbaru”.
Q. Upaya Hukum yang Dapat
Dilakukan Oleh Pelaku Usaha /
Konsumen yang Tidak Menerima
Putusan Nomor 06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016
Menurut Pasal 54 Ayat (3)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen disebutkan bahwa
putusan Majelis Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) bersifat
final dan mengikat. Hal ini berarti
bahwa tidak ada upaya banding dan
kasasi. Namun menurt Pasal 56 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen menyebutkan bahwa para
pihak dapat mengajukan keberatan
kepada pengadilan negeri paling
lambat 14 hari kerja setelah
pemberitahuan putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK). Hal ini menunjukkan bahwa
putusan tersebut belum bersifat final
karena masih dibukanya kesempatan
untuk mengajukan keberatan ke
pengadilan negeri.
Menurut pasal 54 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen maka putusan bersifat
final Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) adalah tidak ada
upaya hukum banding dan kasasi.
Apabila dihubungkan dengan
ketentuan pada pasal 56 ayat (2)
Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen maka dapat diketahui
bahwa istilan Final Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) hanya dimaknai pada upaya
banding tetapi tidak termasuk upaya
mengajukan keberatan kepada
pengadilan negeri yang ternyata atas
putusan pengadilan negeri ini,
Undang- Undang Perlindungan
Konsumen masih membuka
kesempatan untuk mengajukan
kasasi kepada Mahkamah Agung.22
R. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang
telah penulis deskripsikan dalam
skripsi ini maka kesimpulan akhir
dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pada Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota
Tanjungpinang Nomor
06/ARBT/BPSK-
TPI/XI/2016 sudah
22 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo,2007, Hukum Perlindungan Konsumen PT.Raja Grafindo . Persada, Jakarta, Hlm. 264.
melaksanakan sebagian
ketentuan dan pasal lain yang
tidak dipergunakan pada
Undang-Undang
Perlindungan Kosumen
terkait dengan pencantuman
klausula baku dan pada
putusan juga hanya ada
faktor-faktor lain yang
seharusnya tidak jadi dasar
dimasukkan. Kemudian
ditinjau pada landasan teori
komersial yang dipergunakan
pada hasil putusan dari Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) tergolong
masih lemah dengan
kurangnya landasan teori
mengenai kajian ilmu hukum
yang dipergunakan pada
kasus tersebut.
2. Apabila pihak pelaku usaha
dalam kasus ini yaitu PT.
Karya Cahaya Lestari dan
konsumen Yesi Hasyim
berkeberatan terhadap
putusan Majelis Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota
Tanjungpinang maka PT.
Karya Cahaya Lestari dapat
mengajukan keberatan
melalui Pengadilan Negeri
paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah
menerima pemberitahuan
putusan tersebut. Putusan dari
Badan Penyelesaian
3. Sengketa Konsumen (BPSK)
bersifat final dan mengikat apabila
telah melewati 14 (empat belas)
hari kerja apabila pihak dari
PT.Karya Cahaya Lestari tidak
mengajukan keberatan atas hasil
putusan tersebut dan pihak pelaku
usaha maupun konsumen juga
berhak mematuhi atas putusan
tersebut. Hal ini sesuai dengan
Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
S. SARAN
Berdasarkan uraian penelitian yang
dilakukan maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Pada komesioner yang ada pada
Badan Penyelesaian Sengketa
(BPSK) Konsumen Kota
Tanjungpinang walaupun tidak
memiliki background pada
Sarjana Hukum diharapkan
agar lebih belajar lagi dan
memiliki ilmu pengetahuan
yang lebih khususnya pada
Ilmu Hukum mengenai
Perlindungan Konsumen.
2. Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Khususnya Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota
Tanjungpinang agar dapat
memberikan pengetahuan
terlebih dahulu terkait dengan
Undang-Undang dan aturan-
aturan lain terkait dengan
perlindungan konsumen kepada
pihak konsumen dan pelaku
usaha sebelum terjadinya
pelaporan yang dibuat,
sehingga pada konsumen
maupun pelaku usaha dapat
lebih cerdas bertindak dalam
pelaporan khususnya dalam
jual beli. Hal ini bertujuan
untuk melindungi pelaku usaha
maupun konsumen dalam
memenuhi hak-haknya.