analisis wacana pesan moral dalam buku...
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA PESAN MORAL
DALAM BUKU CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG
KARYA TJAHJA GUNAWAN DIREDJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
( S.Kom.I )
Oleh:
KARTIKA SARI
NIM: 108051000194
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
ABSTRAK
Analisis Wacana Pesan Moral
Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Karya Tjahja Gunawan Diredja
Buku sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi
banyak mengandung pesan, baik pesan sosial, pesan moral, maupun pesan
keagamaan. Buku yang mengandung nilai-nilai moral adalah buku yang ceritanya
menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung ajaran tentang tingkah
laku yang baik, buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong merupakan salah satu
buku biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Setiap bab selalu ada hal
yang membuat peneliti merenung memikirkan isi buku ini. Karena tak hanya
sekedar cerita tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup.
Moral dan akhlak dilihat dari arti kebahasaan mengandung pengertian yang sama
yakni budi pekerti, kelakuan atau kebiasaan tetapi dilihat dari landasan
kebahasaan moral berarti adat atau kebiasaan yang bertumpu pada etika,
sedangkan akhlak berarti budi pekerti (khuluq) yang bertumpu pada nilai-nilai
Illahiyah dan Rabbaniyah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis
wacana Model analisis wacana yang digunakan adalah model Teun A Van Dijk,
modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial terutama untuk menjelaskan
struktur dan proses terbentuknya teks. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah Tjahja Gunawan Diredja selaku penyusun buku biografi Chairul Tanjung
Si Anak Singkong, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pesan
moral yang terkandung dalam buku tersebut.
Penelitian ini melakukan observasi teks yaitu pengamatan untuk menganalisis
makna pesan moral yang terdapat dalam teks tersebut, pengolahan data akan
disesuaikan dengan kerangka analisis wacana model Teun A. Van Dijk, yaitu
menganalisis pesan moral dilihat dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks
sosial.
Hasil dalam penelitian ini ditemukan adanya pesan-pesan yang mengandung nilai
moral antara lain: berbakti kepada orang tua terutama Ibu, kerja keras, ikhlas dan
bersyukur, komitmen dan menepati janji, serta jujur, disiplin, dan tanggung jawab.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, bukan hanya karena kerja keras
dan doa penulis, namun banyak pihak yang turut serta berjuang dan berdoa di
dalamnya. Jazakumullah khoirul jaza’, karena tanpa adanya bantuan dari orang-
orang tercinta tersebut, skripsi ini mungkin tidak akan selesai. Ucapan terima
kasih ini penulis hanturkan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H.
Arief Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rijal LK, MA. yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal.
2. Drs. Jumroni, M. Si, Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Dra. Umi Mussyarofah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
3. Bapak DR. H. Sunandar, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi serta dapat meluangkan
waktunya untuk membenahi hal-hal yang salah di dalam bimbingan.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis
dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta staffnya.
6. Terimakasih kepada Bapak Tjahja Gunawan Diredja selaku penyusun
buku biografi Chairul Tanjung sekaligus sebagai narasumber yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan bantuan
yang dibutuhkan kepada penulis.
7. Kedua orang tua penulis yang tercinta: Ayahanda dan Ibu, yang selalu
mendidik, melindungi menjaga dan mendo’akan ananda dengan kasih
sayang yang tidak terhingga dan tidak ternilai dengan apapun. Semoga
allah selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan dunia maupun
akhirat.
8. Saudara-saudari sekandung penulis: (kaka), (adik) yang selalu mendukung,
menghibur dan memberikan masukan bagi penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan KPI 2008: beserta teman-teman lainnya yang belum
tersebut, kakak dan adik-adik kelas yang telah memberikan semangat dan
bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat tercinta dan terbaik yang selalu penulis sayangi dan
hormati: . Terimakasih atas persahabatan, dukungan yang selalu bersedia
iv
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 13
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan Moral .......................................................................... 18
1. Pengertian Pesan ............................................................ 18
2. Pengertian Moral, Etika, dan Akhlak ............................. 20
B. Analisis Wacana ................................................................... 25
1. Pengertian Analisis Wacana ........................................... 25
2. Wacana Model Teun A. Van Dijk .................................. 29
3. Varian Analisis Wacana ................................................. 32
C. Ruang Lingkup Biografi ...................................................... 34
1. Pengertian Biografi ........................................................ 34
vi
2. Jenis-jenis Biografi ......................................................... 36
3. Langkah-langkah Mengulas Buku Biografi ................... 38
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung ............................ 40
B. Gambaran Umum Penyusun Tjahja Gunawan Diredja ........ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Teks Wacana Pesan Moral ..................................... 46
B. Analisis Kognisi Sosial Wacana Pesan Moral ..................... 69
C. Analisis Konteks Sosial Wacana Pesan Moral .................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 87
B. Saran-saran ........................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
1
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran keanekaragaman media komunikasi adalah salah satu yang dapat
dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan
takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik
yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh
karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif
dalam menyampaikan nilai moral kepada masyarakat dan kebenaran Islam. Pesan
moral hendaknya dikemas secara komprehensif seperti halnya buku biografi. Buku
merupakan salah satu dari sekian banyak media komunikasi, yang sangat berperan
dalam kegiatan komunikasi, dalam skripsi ini lebih dikhususkan kepada buku
Biografi.
Di antara hadirnya media tersebut, yang banyak diminati masyarakat adalah
buku, karena buku bisa dibaca berulang-ulang sesuka pembacanya. Selain itu juga
buku merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan yang kehadirannya saat ini
akrab dengan keseharian manusia. Oleh karena itu buku adalah medium komunikasi
yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan
(edukatif) secara penuh (media yang komplit). Karena dalam penyampaian pesan-
pesan kepada masyarakat disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa
merasa digurui.
1
2
Buku sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses
komunikasi banyak mengandung pesan, baik pesan sosial, pesan moral, maupun
pesan keagamaan. Buku adalah alat untuk pengajaran moral dan pendidikan, yang
mengkritik tentang kepincangan moral bangsa. Buku yang mengandung nilai-nilai
moral adalah buku yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial,
mengandung ajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan mudah diterima oleh
khalayak pembaca karena buku memberi ruang pikir bagi khalayak untuk menerima
atau menolak pesan maupun gagasan yang disampaikan.
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai pesan, amanat atau
message. Bahkan unsur amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari
penulisan karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai
pendukung pesan. Hal itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang
disampaikan lewat cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan lewat cerita
nonfiksi. Karya sastra fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan
dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan harkat dan martabat manusia.
Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada dasarnya bersifat universal.
Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh seluruh manusia. Ia
tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walau pada praktiknya
memang terdapat ajaran moral kesusilaan yang berlaku dan diyakini oleh kelompok
tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan pesan moral yang bersifat universal,
akan dapat diterima kebenarannya secara universal pula.
3
Chairul Tanjung si anak Singkong, menurut peneliti adalah salah satu buku
biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Setiap bab selalu ada hal yang
membuat peneliti merenung memikirkan isi buku ini. Karena tak hanya sekedar cerita
tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup. Buku ini mengisahkan kisah perjalanan
Chairul Tanjung yang berhasil mengubah hidupnya dari no body menjadi somebody,
from zero to hero.
Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah
keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, Chairul Tanjung mampu melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-
anaknya termasuk Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa
keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh
dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak
mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa
depan.
Itulah masalah Chairul Tanjung muda, jalan hidupnya ternyata penuh
perjuangan untuk menggapai sukses. Dan bagaimana seorang Chairul Tanjung,
berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya
sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
Dalam buku ini, Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu
adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu.
“Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan
kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung
berpendapat.
4
Buku ini juga menjadi perbincangan yang sangat seru di berbagai situs
jejaring sosial karena sarat akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan
penulisannya yang cukup unik yakni alurnya yang maju-mundur, yang membuat
pembaca benar-benar harus berpikir dalam menginterpretasikannya.
Berkaitan dengan pemaknaan atau interpretasi teks (wacana) mengenai pesan
moral dalam buku Chairul Tanjung si Anak Singkong, pada penelitian ini peneliti
akan menggunakan analisis wacana dengan teori Teun A. Van Dijk dengan analisis
wacana kritis, guna mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan elemen wacana
Van Dijk dan dapat melahirkan kritikan yang menjadikan karya sastra ini sesuatu
yang patut untuk diperbincangkan serta di kritisi karena nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya.
Semakin banyak buku-buku yang bermunculan di penerbit yang kian
menghadirkan banyak pilihan, namun ada satu buku yang mencuri hati peneliti, ini
adalah sebuah buku yang sedang diganderungi masyarakat ibukota saat ini yaitu buku
autobiografi dari seorang tokoh yang sekarang menjadi konglomerat.
Buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” diluncurkan bertepatan dengan
usia Chairul Tanjung (CT) setengah abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah
pengusaha Indonesia yang sukses dalam wirausahanya dan memperluas usahanya.
Buku setebal 382 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini
disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Diredja. Buku ini diberi kata
pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas.
5
Buku Chairul Tanjung si anak Singkong, dilihat dari perspektif komunikasi
sebagai salah satu karya sastra yang juga membawa nilai-nilai moral Islam sebagai
bentuk dakwahnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam mengenai buku "Chairul Tanjung Si Anak
Singkong" karya Tjahja Gunawan Diredja, yang mengemas pesan moral dengan
kehidupan duniawi sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian
wacana yang ditampilkan dalam buku tersebut.
Dalam pengantar buku itu, Jakob Oetama menulis bahwa ia kagum dan
mengapresiasi anak muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan,
dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit banyak
digerakkan ambisi. Menurut Jakob, Chairul Tanjung telah membuktikan bahwa
entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.
Buku ini selain menarik untuk diteliti juga menarik untuk dibaca dan
bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang Chairul
Tanjung berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil
keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
6
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam mengenai buku "Chairul Tanjung Si Anak Singkong" karya
Tjahja Gunawan Diredja, yang mengemas pesan moral dengan kehidupan duniawi
sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian wacana yang
ditampilkan dalam buku tersebut. Dengan demikian berdasarkan permasalahan di atas
maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai pesan moral apa saja yang
terkandung di dalam buku tersebut dengan memberi judul “ Analisis Wacana Pesan
Moral Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan
Diredja ’’
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka ruang lingkup yang akan
diteliti dibatasi pada pesan moral yang terdapat pada “tagline” masing-masing bab
dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja,
terdiri dari 40 bab, 382 halaman, yang diterbitkan oleh Kompas.
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat dalam
buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong?
2. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Kognisi sosial yang terdapat
dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong?
3. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang terdapat
dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan analisis Teks
yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
2. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Kognisi
Sosial yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
3. Dan Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Konteks
Sosial yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
komunikasi, terutama studi tentang analisis wacana, dengan fokus kepada
analisis wacana karya sastra, sehingga secara umum dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi bagi kajian komunikasi penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan
bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan memberikan
masukan serta inspirasi bagi para peminat peminat karya sastra dengan
muatan dakwah dan pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia
seperti yang dilakukan Tjahja Gunawan Diredja.
8
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik
analisis wacana terhadap buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya
Tjahja Gunawan Diredja. Model analisis wacana yang digunakan adalah
model Teun A Van Dijk, modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial
terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks.
Menurutnya penelitiannya atas wacana tidak cukup hanya hasil dari suatu
praktek produksi yang harus diamati.1
Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari analisis isi selain
kuantitatif yang dominan dan banyak digunakan dalam sebuah penelitian. Jika
analisis kuantitatif lebih memfokuskan pada sisi komunikasi yang tampak
(tersurat/tampak/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang tersirat
(latent), misalnya ideologi apa yang ada di balik suatu berita, maka dilakukan
riset analisis isi kualitatif. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, metode
analisis isi kualitatif berkembang menjadi beberapa varian metode, analisis
wacana salah satunya di samping analisis framing dan semiotik.2 Pretensi
analisis wacana adalah pada muatan, nuansa dan makna yang latent
(tersembunyi) dalam teks media.3
1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LKis, 2001), h. 221
2 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis : Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana, 2006), h. 62
3 Alex Sobur, Analisis Teks Media. (Bandung : Rosdakarya, 2004), Cet K.e-4, h. 70
9
Berdasarkan level konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai
domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang
mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara dalam
konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat
dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Pengertian ini
menekankan pada upaya untuk mengidentifikasi struktur tertentu dalam
wacana, yaitu kelompok ujaran yang diatur dengan suatu cara tertentu,
misalnya wacana imprealisme dan wacana feminisme. Sedangkan dilihat dari
metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk
menjelaskan sejumlah pertanyaan.4
Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi, yaitu: Teks,
kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk menggunakan
pendekatan kritis dimana pandangan ini memiliki dasar teoritis dalam
memandang hubungan timbal balik antara peristiwa mikro (peristiwa verbal)
dan struktur-struktur makro yang mengondisikan dan menghasilkan peristiwa
mikro. Bila digambarkan maka skema penelitian dan metode yang bisa
dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah sebagai berikut:
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media. h. 11
10
Tabel 1. Skema dan Metode Penelitian Van Dijk
Struktur Metode
Teks
Menganalisa bagaimana strategi wacana yang
dipakai untuk menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu
Struktur makro:
Tematik
Super struktur:
Skematik
Struktur mikro:
Semantik
Sintaksis
Stilistik
Retoris
Kognisi Sosial
Menganalisa bagaimana peritiwa dipahami,
didefinisikan dan ditafsirkan dengan
memasukkan informasi yang digunakan untuk
menulis dari suatu wacana tertentu. (alasan
penulis)
Konteks Sosial
Menganalisa bagaimana wacana
menggambarkan teks dan konteks secara
bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.
11
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam menganalisis data menggunakan
deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu teknik yang objektif, sistematik
dengan menggunakan metode observasi serta menggambarkan secara
kualitatif pernyataan komunikasi yang diungkapkan.5
3. Objek dan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Tjahja Gunawan Diredja selaku
penyusun buku biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, sedangkan yang
menjadi objek penelitiannya adalah pesan moral yang terkandung dalam buku
tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Research
Document, yaitu analisis pada buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya
Tjahja Gunawan Diredja. Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara
penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis fenomena yang diselidiki.6 Penelitian ini melakukan
observasi teks yaitu pengamatan untuk menganalisis makna pesan moral yang
terdapat dalam teks tersebut. Peneliti menghimpun data-data dan literatur,
5 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 215 6 Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h. 192
12
baik buku-buku, internet, yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini melalui
penelitian kepustakaan.
Pengolahan data akan disesuaikan dengan kerangka analisis wacana
model Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis pesan moral dilihat dari analisis
teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam dimensi teks yang diteliti
adalah struktur dari teks yang masing-masing bagian saling mendukung,
dalam dimensi kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks diproduksi,
sedangkan konteks sosial melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih
jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik
atas suatu wacana. Kemudian dari ketiga dimensi di atas peneliti akan
melakukan interpretasi berdasarkan temuan data yang terdapat dalam teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial.
b. Wawancara
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan dan menguatkan data
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada penulis buku Chairul
Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja, dan juga kepada
beberapa pembaca buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
5. Analisis Data
a. Proses Penafsiran data
Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada
penjumlahan unit kategori. Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi,
karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interprétatif yang
13
mengandalkan interpretasi dan penafsiran penulis. Setiap teks pada dasarnya
dapat dimaknai secara berbeda, dan dapat ditafsirkan secara beragam7. Dalam
tahap ini, penulis akan memperhatikan data-data yang terdapat dalam buku
Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja, kemudian
akan ditafsirkan penulis dengan disesuaikan pada kerangka analisis wacana
yang dikemukakan oleh Van Dijk.
b. Penyimpulan Hasil Penelitian
Kesimpulan hasil penelitian diambil berdasarkan pada interpretasi
peneliti atas obyek yang diteliti dan data yang diperoleh dalam kegiatan
penelitian.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa skripsi yang dijadikan
tinjauan pustaka, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. “Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel (Analisis Wacana
Teun A. Van Dijk Mengenai Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis
Dalam Novel Indiana Chronicles "Blues" Karya Clara Ng)”. Skripsi ini ditulis
oleh mahasiswi Universitas Indonesia bernama Khairia Rahmatika, Fakultas
Ilmu Komunikasi. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Indiana
Chronicles "Blues" Karya Clara Ng menggambarkan gaya hidup wanita
metropolis dengan bahasa yang ektreem namun pesan yang tersampaikan
sangat menarik, dan novel ini merupakan salah satu novel best seiler di dunia.
7 Alex Sobur. Analisis Teks Media. h. 70
14
2. “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu Karya Tere Liye”. Skripsi ini di tulis oleh mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Fakultas Dakwah dan Komunikasi, skripsi
ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Karya Tere Liye menggambarkan nilai moral yang terkandung dalam novel
tersebut.
3. “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere
Liye” oleh Heni Sintawati, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulllah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini secara umum menyajikan tentang
kuantitas pesan dakwah yang terkandung dalam Novel Hafalan Solat Delisa
yang ditulis oleh Tere Liye.
4. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Novel „Ketika Cinta Bertasbih‟ Karya
Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Fatma Irmawati,
mahasiswi fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam. Skripsi ini menggunakan model analisis wacana klasik Van
Djik dengan mengelompokkan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam
novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburahman El-Shirazy. Novel yang
sangat fenomenal beberapa tahun lalu dan juga salah satu Novel bernuansa
islami dengan penjualan terbaik di Indonesia dan Timur Tengah.
Dari keempat tinjauan pustaka tersebut, perlu ditekankan bahwa penelitian
yang akan dilakukan mempunyai ciri khas tersendiri yang merupakan karakter dari
penelitian ini, hal ini dapat dilihat dari tema, latar belakang, dan analisis yang berbeda
15
antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Novel pada kajian pustaka nomor satu merupakan novel yang menceritakan tentang
kehidupan metropolis jauh dari nilai-nilai keislaman, dan penjabarannya lebih
menekankan pada penggunaan bahasa yang dikomunikasikan dalam novel tersebut
yang dinilai ekstreem sedangkan pada penjabaran skripsi ini lebih mendetail pada
wacana pesan moral yang disajikan dan dianalisis menurut teori Van Dijk.
Sementara pada kajian pustaka kedua, memiliki kesamaan kaitannya dengan
penulis novel namun judul dan hal yang dibahas berbeda, jika pada skripsi yang
terdahulu dibahas seputar analisis isi (content analyze) pesan dakwah dan pada skripsi
ini mengenai analisis wacana pesan moral. Dan terakhir pada kajian pustaka ketiga
yang ditulis oleh Fatma Irmawati memiliki kesamaan pada objek yang diteliti yakni
novel, namun berbeda pada spesifikasi penelitiannya. Jika pada skripsi yang diajukan
Fatma mengenai analisis wacana pesan dakwah sementara skripsi ini diajukan
mengenai analisis wacana pesan moral.
Keempat penelitian yang disebutkan di atas hanya digunakan oleh penulis
sebagai referensi dalam mengembangkan tahapan demi tahapan dalam penulisan
skripsi ”Analisis Wacana Pesan Moral dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak
Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja”.
16
F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk memudahkan susunan penyusunan laporan akhir (skripsi) maka
dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut
memiliki beberapa sub-bab, yakni sebagai berikut:
BAB I : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Berisi Tinjauan Teori yang terdiri dari Analisis Wacana yang
meliputi: Pengertian Analisis Wacana, Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, Kerangka
Analisis Wacana: Teks, Kognisis Sosial, dan Konteks Sosial, Varian Analisis
Wacana, Ruang Lingkup Buku Biografi meliputi: Pengertian Biografi, Unsur-Unsur
dalam Biografi, Jenis-Jenis Biografi, Pesan Moral meliputi Pengertian Pesan,
Pengertian Moral, Etika dan Akhlaq.
BAB III : Berisi Gambaran Umum tentang Biografi (Riwayat Hidup) Tjahja
Gunawan Diredja dan Chairul Tanjung yang meliputi sejarah singkat mereka, Visi
Misi hidup mereka serta Visi Misi Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya
Tjahja Gunawan Diredja dan Ringkasan Cerita Buku Chairul Tanjung Si Anak
Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja.
BAB IV : Berisi Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Buku Chairul Tanjung
17
Si Anak Singkong dilihat dari Aspek-aspek Moral, Analisis Wacana Pesan Moral
dilihat dari Kognisis Sosial, Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Konteks
Sosial, dan Bentuk-Bentuk Pesan Moral dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak
Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja.
BAB V : Berisi Penutup yang memuat tentang Kesimpulan dari keseluruhan
penelitian dan juga Saran-saran yang bisa bermanfaat.
Bagian paling akhir dari susunan skripsi ini memuat antara lain seperti: Daftar
Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pesan Moral
Sebelum peneliti menjelaskan mengenai pengertian pesan moral, peneliti
akan menguraikan terlebih dahulu tentang definisi pesan dan definisi moral secara
umum, diantaranya sebagai berikut :
1. Pengertian Pesan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pesan diartikan sebagai perintah,
nasehat permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang
lain. Menurut Onong Uchjana pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
Dalam suatu kegiatan komunikasi, pesan merupakan isi yang disampaikan
oleh komunikator, atau juga keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator terhadap komunikannya. Pesan dapat disampaikan secara langsung
dengan lisan atau tatap muka, bisa juga dengan menggunakan media atau saluran.
H.A.W. Widjaja dalam bukunya: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
menjelaskan bentuk pesan yang dapat bersifat informatif, persuasif; dan coersif.
a. Informatif, berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
b. Persuasif, atau bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan rupa pendapat
atau sikap sehingga ada perubahan.
18
19
c. Coersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dengan
penyampaian cara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan
kalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan
sebagainya.1
Pesan adalah keseluruhan dan apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha
mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara
panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan
selalu mengarah kepada tujuan akhir komuniikasi itu.2 Adapun bentuk pesan
adalah:
a. Pesan verbal adalah pesan dengan menggunakan symbol-symbol verbal.
b. Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.3
Melalui berbagai pengertian pesan di atas, maka penulis berpendapat bahwa
novel maupun buku merupakan media komunikasi penyampaian pesan yang
memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan kesadaran bagi
pembacanya melalui pesan-pesan dalam novel maupun bukunya tersebut.
1 H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2003), cet. Ke-5 h. 14-15 2 Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineke Cipta, 1988) h. 32
3 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2007), h. 343
20
2. Pengertian Moral, Etika, dan Akhlak
Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik dan
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila.4
Kata moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu mores jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Secara etimologi moral adalah istilah yang
digunakan untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.5
Moral menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatannya dan menunjukkan jalan untuk melakukan jalan
tentang hal yang harus diperbuat.6 Sumber dan ajaran-ajaran moral adalah tradisi,
adat istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, segi batiniah dan segi
lahiriah. Orang-orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap yang batin
yang baik dan melakukan perbuatan yang baik pula. Dengan kata lain moral hanya
dapat diukur secara tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau secara
bersama.7
Gambaran tentang moral dalam pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan
pengertian moral dalam Islam. Dalam agama Islam kata moral lebih dikenal
dengan istilah akhlak.8
4 Widjaya, Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.14-15
5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2003) cet. Ke-5, h. 94
6 Ahmad Amin, ETIKA : Ilmu Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), cet. Ke-8 h. 8
7 Purwa Hadiwardoyo, Moral dan Masalahnya, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), cet. Ke-9,
h. 13 8 Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1997), h. 253
21
Moral dan akhlak dilihat dari arti kebahasaan mengandung pengertian yang
sama yakni budi pekerti, kelakuan atau kebiasaan tetapi dilihat dari landasan
kebahasaan moral berarti adat atau kebiasaan yang bertumpu pada etika,
sedangkan akhlak berarti budi pekerti (khuluq) yang bertumpu pada nilai-nilai
Illahiyah dan Rabbaniyah.
Dalam hal ini Zakiah Daradjat mendefinisikan moral adalah kelakuan sesuai
dengan ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari hati bukan paksaan dari
lkhtiar yang disertai pula dengan tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan
itu haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.9
Moral merupakan unsur isi, gagasan inti yang yang ingin disampaikan oleh
penulis biografi kepada pembaca. Biasanya mengenai pandangan yang
bersangkutan, pandangan-pandangannya mengenai nilai-nilai kebenaran. Moral
dapat dipandang sebagai amanat, message, atau pesan. Bahkan unsur amanat itu
merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra itu, gagasan yang
mendasari diciptakannya karya sastra adalah sebagai pendukung pesan. Hal itu
didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan melalui
cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan lewat tulisan nonfiksi.10
9 Zakiah Daradjat, Peranan Agama Islam dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : Haji
Masagung, 1993) h. 63 10
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 1998), h. 321-322
22
Kategori pesan moral, meliputi:
a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.
b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri, seperti ambisi, harga
diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian,
keterombang-ambingan dalam pilihan.
c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
sosial, termasuk hubungannya dengan alam.11
Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan bagi penulis dalam
menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalam buku biografi Charul
Tanjung karya Tjahja Gunawan Diredja.
Moral dalam karya sastra atau hikmah selalu dalam pengertian yang baik.
Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku
tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis
maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada
pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian, namun sikap dan tingkah laku
tersebut hanyalah model yang sengaja ditampilkan pengarang agar pembaca dapat
mengambil hikmah dari cerita yang berkaitan. Karena biasanya eksistensi sesuatu
yang baik akan lebih mencolok jika dikonfrontasikan dengan sebaliknya.
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos, yang berarti adat istiadat
(kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.
Etika juga merupakan ajaran tentang keseluruhan budi baik dan buruk.12
11
Ibid, h. 323 12
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2003) cet. Ke-5 h.11
23
Menurut Frans Margin Suseno, etika adalah sarana orientasi bagi usaha
manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental tentang
bagaimana manusia bertindak.
Dalam buku Communicate yang ditulis Rudolph F. Verderber sebagaimana
dikutip Richard L. Johansen dalam bukunya Ethics in Human Communications,
yang diterjemahkan oleh Dedy Djamaluddin dan Deddy Mulyana dalam buku
Etika Komunikasi dinyatakan bahwa etika adalah standar-standar moral yang
mengatur perilaku kita, bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain
bertindak.13
Etika pada dasarnya merupakan dialekika antara kebebasan dan tanggung
jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mendapat tujuan itu. la
berkaitan dengan penilaian tentang perilaku benar atau tidak benar, yang baik atau
tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna, yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.14
Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala soal
kebaikan dalam hidup manusia semuanya, mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa
yang merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
merupakan perbuatan.
Dari beberapa definisi di atas tentang moral, peneliti menyimpulkan bahwa
moral merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dan menjadi
pedoman bagi suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu dalam
mengatur segala tingkah laku. Sedangkan etika merupakan ilmu yang membahas
suatu upaya dalam menentukan ukuran nilai baik-buruknya tingkah laku manusia
13
Ibid, h. 11 14
Dedy Jamaludin, Deddy Mulyana, Etika Komnikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1996), h. 5
24
yang dihasilkan oleh akal manusia.
Selain etika yang mempunyai kesamaan makna dengan moral yaitu akhlak.
Akhlak menurut Imam Al-Ghazali merupakan suatu sifat yang tetap pada jiwa,
yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
membutuhkan kepada pikiran.15
Ahmad Amin mengatakan dalam kitabnya Al-Akhlaq, sebagaimana yang
dikutip Rachmat Djatnika bahwa Akhlaq merupakan ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilaksanakan oleh sebagian manusia
terhadap sebagiannya, menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan yang lurus yang harus
diperbuat.16
Untuk ukuran baik dan buruk, sejarah menunjukkan bahwa agama lah yang
lebih banyak berpengaruh, karena bagi orang beragama apapun yang
diperintahkan oleh agama ditangkap sebagai sesuatu yang pasti akan membawa
kebaikan, bagi kehidupan individu, maupun sosial. Kebaikan individu (diri
sendiri) pun diyakini bukan hanya membawa kebaikan dalam persoalan dunia
tetapi juga untuk kehidupan akhirat.
Dari berbagai pengertian pesan dan moral di atas dapat peneliti simpulkan
bahwa pesan moral merupakan pesan yang isinya mengandung muatan moral atau
nilai-nilai kebaikan, baik itu nilai kebaikan terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun
hubungan sosial.
15
Rachmat Djantika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia, (Jakart : Pustaka Panjimas,
1996) h. 27 16
Ibid, h. 30
25
Nilai-nilai kebaikan tersebut bersumber dari akal manusia dan budaya yang
tumbuh dan dilestarikan dalam masyarakat. Namun, nilai moral juga banyak yang
diadopsi dari agama. Karena mengenai agama ini dasarnya adalah keyakinan,
maka keyakinan itu berkekuatan untuk menjadi dasar moral bagi pemeluknya
yang mengimani. Orang beragama yakin bahwa agamanya itu benar dan datang
dari Tuhan sebagai sang Pencipta, bukan dari hasil pemikiran manusia.
B. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana berasal dari dua kata yakni analisis dan wacana. Kata
analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat dalam beberapa
pengertian yakni:
a. Kata analisis sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab musabab, duduk perkaranya, dsb).
b. Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
c. Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya.17
Sedangkan istilah wacana secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta
wac/wak/vak, artinya 'berkata' atau ‘berucap'. Kata tersebut mengalami
perkembangan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai
perkataan atau tuturan. Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para
17
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Edisi ke-
3, h.43
26
linguis di Indonesia sebagai terjemahan istilah dari bahasa Inggris discourse. Kata
ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari).18
Makna istilah di atas berkembang sehingga kemudian memiliki arti sebagai
pertemuan antar bagian yang membentuk satu kepaduan. Analisis wacana
menekankan bahwa wacana adalah juga bentuk interaksi. Analisis wacana adalah
ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini, aliran-aliran
linguistik selama ini membatasi penganalisisannya hanya pada soal kalimat, dan
barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatian kepada
penganalisisan wacana.19
Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail
Maharimin, yakni sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut
urutan-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun tulisan, yang resmi dan teratur.20
Dari definisi ini, wacana harus mempunyai dua unsur penting, yaitu
kesatuan (unity) dan kepaduan (cohérence). Alex Sobur berupaya merangkum
pengertian wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang
koheren, dibentak oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.21
18
Dede Oetomo, Kelahiran dan perkembangan analisis wacana, (Yogyakarta : Kanisius,
1993), h. 3 19
Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik. (Bandung : Angkasa, 1993), h. 121 20
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) h. 10 21
Ibid, h. 11
27
Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat (rule of use - menurut Winowson).
b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam
konteks, teks dan situasi (Firth).
c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui
intepretasi semantik (Beller).
d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak
berbahasa (what is said front what is done - menurut Labov).
e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara
fungsional (functional use language – menurut Coulyhard).22
Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan
pertama diwakili kaum positivism-empisris, menurutnya analisis wacana
menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa, dan pengertian bahasa. Pandangan
kedua disebut sebagai kontruktivisme, yang menempatkan analisis wacana sebagai
suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
Pandangan ketiga, disebut sebagai pandangan kritis yang menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna,
dimana bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk
subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya
22
Ibid, h. 72
28
Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van Dijk
(1985), yaitu tahun 1970-an dengan menunjukkan dua kecenderungan.
Kecenderungan pertama, analisis struktural teks atau analisis percakapan menjadi
kajian abstrak dan terlepas dari penggunaan bahasa yang aktual (formal).
Kecenderungan kedua, kajian bahasa dalam konteks sosial mengambil
perhatianpada contoh-contoh penggunaan bahasa dalam komunikasi. Analisis
wacana ini mendapat pengaruh dari teori linguistik kritis, teori kritis Frankfurt,
dan teori pascastrukturalisme yang berkembang di Perancis23
.
Dalam hal ini, ada berbagai varian teori analisis wacana kritis yang
dilahirkan oleh para ahli di dunia, di antaranya analisis wacana Michel Foucault,
Roger Fowler, dkk., Théo Van Leeuwen, Sara Mills yang mengendepankan
feminisme, dan lainnya.
Riyono Pratiknyo sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis
Teks Media menjelaskan bahwa wacana adalah sebuah proses berpikir seseorang
yang mempunyai ikatan dengan ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi
dalam tulisan yang disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir
seseorang, maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.24
Alex Sobur dalam bukunya tersebut menggambarkan wacana dalam
berbagai aspek makna kebahasaan, di antaranya:
a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-
gagasan konversasi atau percakapan
b. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau
pokok telaah
23
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung : Yrama Widya, 2009), Cet. Ke-I.
h. 68-69. 24
Alex Sobur, Analisis Teks Media h. 10
29
c. Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.25
Dari berbagai pengertian analisis dan wacana di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa analisis wacana merupakan suatu kegiatan mengkaji dan menelaah suatu
produk komunikasi dari perspektif kebahasaan dengan melihat teks kemudian
dikaitkan dengan ideologi di balik terbentuknya teks tersebut dengan melihat
kognisi dan konteks sosial.
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh para ahli, model yang paling banyak digunakan adalah model
Teun A. Van Dijk. Inti analisis Van Dijk menghubungkan tiga dimensi wacana ke
dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi sosial,
(analisis) konteks.26
Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai
struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung.27
Menurut Van Dijk, sebagaimana yang dikutip Eriyanto penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks atas teks semata, karena
teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang juga harus diamati, dan
harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa semacam itu.28
Berikut ini analisis
wacana sesuai dengan model Van Dijk:
25
Ibid, h. 10 26
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LkiS, 2006), h.
224. 27
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.77 28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 221
30
a. Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam pandangan Van Dijk perlu ada
penelitian mengenai kognisi sosial yang meneliti kesadaran mental wartawan,
dalam hal karya sastra maka bisa dikatakan kesadaran mental pengarangnya
dalam membentuk teks dalam karyanya.
Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur
wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan
ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, maka
dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Kognisi sosial itu penting
dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk memahami teks media.29
b. Konteks Sosial
Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi dan hal yang berada di
luar teks dan memperngaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis
wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam
suatu proses komunikasi, konteks sangat penting untuk menentukan makna dari
suatu tujuan.
Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Dan untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-
elemen struktur wacana (teks) tersebut, berikut adalah penjelasan singkat:
29
Ibid, h. 221
31
1) Tematik, secara harfiah tema berarti "sesuatu yang diuraikan", kata ini
berasal dari kata Yunani 'tithenai' yang berarti meletakkan. Tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.30
2) Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan
sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan
masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik memberikan
tekanan: bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa
dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting.
3) Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan
lingual, baik makna leksikal (unit semantik terkecil) maupun makna
gramatikal (makna yang terbentuk dari gabungan satuan-satuan
kebahasaan).31
4) Sintaksis, secara etologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan
frase.32
5) Stilistik, pusat perhatiannya adalah style (gaya bahasa) yaitu cara yang
digunakan penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan
bahasa sebagai sarana.
6) Retoris, adalah gaya bahasa yang diungkapkan ketika seseorang berbicara
atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan
30
Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende-Flores : Nusa
Indah, 1980) h. 107 31
Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta : ANDI. 1996), h. 1 32
Mansoer Pateda, Linguistik: Sebuah Pengantar, (Bandung : Angkasa, 1994), h. 85
32
(hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada
khalayak.33
3. Varian Analisis Wacana
Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli
melalui pendekatan yang beragam, di antara para ahli yang mengembangkan
model analisis wacana adalah:
a. Michel Foucault
Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis
dan ideologis. Michel Foucault (1990) menjelaskan definisi fenomenal dari
wacana beserta potensi politis dan kitannya dengan kekuasaan 'Diskursus atau
wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kuncah relasi kekuasaan'.
Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik, seperti yang dikatakan
Michel Foucault, 'elemen taktis' yang sangat terkait dengan kajian strategis dan
poilitis. Dari definisi yang diberikan Foucault, terungkap bahwa wacana adalah
alat bagi kepentingan kekuasaam, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu
pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era postmodern ini
dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media cetak maupun
elektronik.
33
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82-84
33
b. Roger Fowler, dkk.
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai
dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979.
Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang bahwa
bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa
dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial, dan
kultural. Impilikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang baik
sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke dalam
dikotomi34
.
Atasan-bawahan, superior-inferior melalui strategi sosial yang
melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi,
antagonism, kesenangan, dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian
integral dari sistem kontrol masyarakat Critical Linguistics terutama
dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa
(grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan
ideologi tertentu.35
34
Dikotomi: pembahagian (pemisahan) antara dua kumpulan (kelompok dan lain-lain)
dalam sesuatu hal yang saling bertentangan. 35
Yoce Aliah Darma, Analisa Wacana Kritis. (Bandung : Yrama Widya, 2009), Cet Ke-l ,
h. 84
34
C. Ruang Lingkup Biografi
1. Pengertian Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-
data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan
secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai
meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau
dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga di dalam biografi tersebut.
Menurut Lytton Strachey berpendapat bahwa biografi adalah penafsiran
terhadap sebuah kehidupan, dan blak-blakan adalah syarat utamanya. Ia
mengibaratkan penulis biografi sebagai seseorang yang mengayuh perahu di
lautan fakta yang maha luas dan mencemplungkan ember kecil untuk menciduk
satu contoh kehidupan, lalu mengulitinya habis-habisan. Biografi adalah yang
paling pelik dan manusiawi dari semua cabang seni menulis, sesuatu yang sangat
relevan dalam hidup kita.36
Sedangkan menurut Leon Edel, mengumpamakan pekerjaan menulis
biografi seperti mencari figur di bawah karpet, pola yang terpapar di sisi
tersembunyinya kehidupan. Ia mengatakan bahwa biografi terlihat tak relevan
jika ia tak menemukan tumpang tindih antara apa yang dilakukan oleh seseorang
dan kehidupan, yang menjadikan hal itu mungkin. Tanpa menemukan itu, Anda
hanya punya kejadian-kejadian tanpa bentuk dan gosip.
36
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2165751-pengertian-biografi-menurut-
lytton-strachey/#ixzz2LQO0pChR di akses pada 12 Maret 2013.
35
Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat
hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja (singkat),
namun juga dapat berupa lebih dari satu buku (panjang). Perbedaannya adalah,
biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang
dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya,
informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan
tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi seringkali bercerita mengenai
seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup.
Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut
dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa
awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang
lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping
koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-
buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang
yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction/kisah nyata). Sebuah biografi
lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data
pekerjaan seseorang, tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat
36
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan
perwatakan termasuk pengalaman pribadi.
2. Jenis-jenis Biografi
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang
yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi
lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data
pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan
perwatakan termasuk pengalaman pribadi. Jenis-jenis biografi yaitu:
a. Berdasarkan Sisi Penulis, dibedakan dari :
1. Autobiografi: Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan
hidupnya
2. Biografi: Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi
atas:
a. Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau
sepengetahuan tokoh didalamnya.
b. Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa
sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena
telah wafat)
37
b. Berdasarkan Isinya, dibagi atas :
1. Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap
atau sebagian paling berkesan.
2. Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal
karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam
mencapai sukses tertentu.
c. Berdasarkan Persoalan yang dibahas, dibagi atas:
1. Biografi politik, yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut
politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan
biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak
lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
Intelektual biografi yang juga disusun melalui riset dan segenap
temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.
2. Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra, yaitu materi penulisan
biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan
ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini
lebih ringan karena hanya keterampilan dan wawancara.
38
d. Berdasarkan Penerbitannya, dibagi atas:
1. Buku Sendiri, bahwa penerbitan buku kategori ini dilakukan atas
inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan,
danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya
memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik
perhatian publik.
2. Buku Subdisi, bahwa biaya pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai
oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang
diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa
dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.
3. Langkah-langkah dalam Mengulas Sebuah Biografi
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam membuat ulasan
buku biografi yaitu:
a. Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh dalam biografi
b. Mencatat gagasan dan sikap atau tindakan yang mengagumkan atau
mengharukan dari tokoh.
c. Memilih sikap atau tindakan tokoh yang dapat dicontoh dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Menyusun kerangka ulasan dengan memanfaatkan ringkasan, catatan,
dan pendapat.
39
Dari beberapa jenis-jenis biografi diatas, jenis buku biografi yang peneliti
gunakan yaitu Authorized biography dengan kata lain biografi yang didasarkan
kepada sisi penulis dan telah mendapat izin dari tokoh yang akan diulas sejarah
hidupnya, dalam hal ini sejarah tentang kehidupan Chairul Tanjung. Pada bab
selanjutnya akan dibahas lebih dalam sesuai dengan metode dan model penelitian
yang digunakan.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong
Buku Chairul Tanjung si anak Singkong, menurut peneliti adalah salah
satu buku biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Karena tak hanya
sekedar cerita tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup. Buku ini mengisahkan
kisah perjalanan Chairul Tanjung yang berhasil mengubah hidupnya dari orang
kecil menjadi orang yang luar biasa besar.
Buku ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit
Buku Kompas pada Juni 2012 bertepatan pada usia Chairul Tanjung ke 50, buku
setebal 382 halaman ini bernomor ISBN 978-979-709-650-2 dengan panjang 15
cm x 23 cm.
41
Buku Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah
keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, Chairul Tanjung mampu melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik
anak-anaknya, termasuk Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip,
“Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang
harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan
agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama
kehidupan masa depan.
Itulah masalah Chairul Tanjung muda, jalan hidupnya ternyata penuh
perjuangan untuk menggapai sukses. Dan bagaimana seorang Chairul Tanjung,
berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil
keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
Buku Chairul Tanjung si anak Singkong adalah buku karya Tjahja
Gunawan Diredja yang diluncurkan bertepatan usia Chairul Tanjung setengah
abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah pengusaha Indonesia yang sukses
dalam wirausahanya dan memperluas usahanya. Sang ibunda, Halimah,
mengatakan bahwa uang kuliah Chairul Tanjung pertama yang diberikan
kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.
Bab-bab berikutnya masih menceritakan kehidupan masa muda Chairul
Tanjung, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha.
Tahun 1987, Chairul Tanjung menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di
Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah pabrik sandal.
42
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga Chairul
Tanjung, ketika Chairul Tanjung bertemu dengan perempuan Jawa, Anita
Ratnasari, yang tegas dan tegar.
Dalam buku ini, Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu
adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu.
“Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga
akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung
berpendapat.
Chairul Tanjung juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang
persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha. Chairul
Tanjung mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya
menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding
yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp adalah
perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor
perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal.
Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya
hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans
TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu
juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro
perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion
merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan
induk yang fokus pada bisnis perkebunan.
Melalui buku biografi ini, Chairul Tanjung ingin berbagi kisah dan cerita
dengan seluruh pembaca tentang lika-liku, pengalaman, serta makna dan nilai-
43
nilai kehidupan yang Ia pegang, mulai dari kehidupan di masa kecil hingga
sekarang. Dengan memahami sejarah hidupnya, Chairul percaya para pembaca
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mimpi seorang Chairul Tanjung
untuk mewujudkan kebanggan dan kesejahteraan bagi pembaca yang pada
akhirnya akan menjadikan Indonesia yang lebih baik.
B. Gambaran Umum Riwayat Hidup Tjahja Gunawan Diredja
Tjahja Gunawan Diredja adalah seorang wartawan harian Kompas yang
lahir di Subang pada tanggal 8 maret 1966. Ia bergabung dengan harian Kompas
sejak September 1990, ia juga pernah ditugaskan di Bandung, Surabaya, dan
Tangerang. Mendirikan Forum Wartawan Independen (FOWI) di Bandung.
Tahun 1995, pindah ke Jakarta menjadi wartawan ekonomi Kompas. Banyak
menulis soal perbankan, ekonomi makro, dan properti.
Tahun 1999, ia pernah mengikuti Bourse Game, pelatihan transaksi di
pasar uang yang diselenggarakan Citibank. Tahun 2000, ia mengikuti Program
Studi Jepang untuk Eksekutif Internasional yang diselenggarakan JICA di Tokyo,
Jepang.
Pada tahun 2000, ia pernah ditugaskan sebagai wartawan Kompas di
Istana Kepresidenan. Pada tahun 2002, menjadi wakil Kepala Biro Kompas Jawa
Timur dan merintis penerbitan Kompas edisi Jawa Timur. Tahun 2002 pula,
mengikuti short course tentang People Management di Prasetiya Mulya Business
School. Tahun 2004, menjadi Kepala Biro Kompas Jawa Barat sekaligus yang
merintis penerbitan Kompas edisi Jawa Barat.
44
Tahun 2006, ia menjadi wakil Kepala Desk Ekonomi Kompas. Pada tahun
2007 hingga 2009 ia menjadi Ketua Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK).
Tahun 2009, mengikuti Middle Management Development Program (MMDP) di
Prasetiya Mulya Business School. Sejak tahun 2011 ia sudah menjadi wakil
Kepala Desk Multimedia Harian Kompas.
Perkenalan Tjahja dengan seorang Chairul Tanjung berawal pada tahun
1995 ketika Tjahja masih menjadi seorang reporter Kompas dan ditugaskan untuk
meliput di Departemen Keuangan. Kemudian berlanjut saat Indonesia dilanda
kritis moneter yang berimbas menjadi krisis ekonomi nasional dan politik pada
tahun 1998.
Pada saat yang sama banyak pengusaha-pengusaha yang bangkrut dan
tidak sedikit pula bank nasional yang kolaps, tetapi seorang CT justru bertahan
dan berjuang hingga Bank Mega yang Ia beli mampu mencetak keuntungan yang
signifikan di tahun 1996. Pada periode itu Tjahja sering bertemu dan berdiskusi
dengan CT, terutama saat Bank Mega mengadakan program “Indonesia Berbagi”
yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang pada waktu itu kesulitan
mendapatkan bahan pokok.
Dalam suatu obrolan di kantor Para Group di gedung Plaza Bapindo
Jakarta, Chairul Tanjung pernah bercerita kepada Tjahja tentang pahit getir dan
jatuh bangunnya Ia sebagai pengusaha yang merintis usaha dari nol tanpa fasilitas
pemerintah. Mendengar cerita itu Tjahja kagum dengan seorang Chairul Tanjung
karna mampu berjuang sendirian melewati berbagai rintangan dan berhasil
menjadi pengusaha sukses meskipun pada waktu itu banyak orang yang belum
mengenal sosok CT dan bahkan meragukan kemampuannya.
45
Pada masa rezim Orde Baru sejumlah pengusaha yang sukses umumnya
karena mendapatkan fasilitas dan proteksi dari pengusaha lainnya, sedangkan
seorang CT mampu berjuang sendiri melewati berbagai rintangan dan berhasil
menjadi pengusaha sukses. Ketika masa krisis ekonomi itu Tjahja meminta
kepada Chairul agar kisah perjalanan hidupnya dapat di-share kepada orang lain
terutama generasi muda, agar mereka bisa terinspirasi atas apa yang telah dijalani
oleh seorang Chairul Tanjung.
Pada tahun 2010 Tjahja memulai menulis kisah perjalanan Si Anak
Singkong yang meniti usaha dari nol sampai besar seperti sekarang, dengan
panduan langsung dari Chairul Tanjung. Gaya bahasa yang digunakan adalah
gaya bahasa formal, bertutur, dan disertai sikap rendah hati, sesuai dengan gaya
bahasa sastrawan Ramadhan K.H. (alm) yang disukai Chairul. Metode penulisan
biografi ini tidak semata-mata wawancara langsung dengan CT, tetapi diawali
dengan kegiatan survei ke tempat masa kecil seorang CT di kawasan yang dulu
kumuh di Gang Abu jalan Batutulis, di kawasan pecenongan, Jakarta Pusat.
Selain melakukan survei, Tjahja juga mewawancarai beberapa teman CT
sewaktu Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, hingga
teman SMA dan SMP, bahkan beberapa pengamat ekonomi dan narasumber
lainnya. Tidak sekedar menulis, Tjahja juga berusaha mendapatkan soul dari
setiap kisah perjalanan hidup Si Anak Singkong, dengan begitu Ia pun turut
belajar banyak dari lika-liku kehidupan dan perjalanan hidup seorang CT.
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Teks Wacana Pesan Moral Dalam Buku Chairul Tanjung Si
Anak Singkong
Analisis wacana model Van Dijk ini digambarkan mempunyai tiga
dimensi, diantaranya ialah: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari
analisis model Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut
ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan
suatu tema tertentu.1
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan pesan-pesan yang terdapat dalam
buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja, baik
pesan-pesan secara umum maupun secara khusus (pesan moral). Dalam penelitian
ini, peneliti akan memaparkan temuan-temuan data berdasarkan pesan secara
umum, mewacanakannya dan mendeskripsikan kalimat-kalimat yang memiliki
muatan-muatan sebagai pesan moral, dan untuk mengetahui pesan-pesan moral
tersebut, terlebih dahulu peneliti akan mendeskripsikan pesan-pesan secara umum
berdasarkan analisis teks.
Dalam analisis teks, peneliti memfokuskan pada strategi wacana serta
teknik penulisan yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa tertentu, dengan
1 Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta : LkiS, 2001),
h. 224
47
47
cara menguraikan struktur kebahasaan secara makro (tematik), superstruktur
(skematik), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan retoris).
1. Struktur Makro (Tematik)
Tema merupakan gagasan inti dari suatu suatu teks yang menggambarkan
apa yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penulis kepada pembaca melalui
tulisannya dalam melihat atau memandang suatu peristiwa. Tema dalam suatu
karya fiksi baik novel atau buku merupakan gagasan sentral yang menjadi
dasar penulisan sebuah karya dan dalam tema itu tercakup persoalan dan tujuan
atau amanat pengarang kepada pembaca melalui tulisannya tersebut.
Tema yang secara umum terdapat pada buku Chairul Tanjung Si Anak
Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja adalah dengan menggunakan kata “Si
Anak Singkong” di belakang nama Chairul Tanjung tersebut. Dari segi
kebahasaan sendiri kata anak singkong di golongkan sebagai anak yang berasal
dari kalangan menengah ke bawah dan tidak berasal dari kalangan menengah
ke atas maupun elit.
Tema utama dalam buku tersebut di atas di pakai karena tokoh yang
diceritakan dalam buku itu adalah seorang yang berasal dari keluarga tidak
mampu dan membeci kemiskinan sehingga ia bersikeras untuk keluar dari jerat
kemiskinan. Tema buku itu juga ingin menunjukkan bahwa sang tokoh ingin
mengajarkan kepada pembaca untuk tidak pasrah dengan kenyataan hidup
yang sedang dihadapi dan bisa membuktikan bahwa seorang Chairul Tanjung
yang bukan siapa-siapa, yang hanya sekedar anak singkong yang berasal dari
48
48
perkampungan kumuh Jakarta, dapat menjelma menjadi sosok yang bisa
dijadikan contoh dalam menjalani dan memaknai hidup.
Selain tema utama yang berasal dari judul buku tersebut, terdapat pula
sub-sub tema yang ada dari masing-masing judul bab per bab setiap kisah yang
akan ditampilkan, sub tema yang terdapat dari beberapa judul adalah sebagai
berikut:
1) Pada bagian awal sub judul menceritakan tentang pengorbanan
seorang ibu yang rela menggadaikan kain halus kesayangannya untuk
biaya kuliah sang anak. Begitu besar kecintaan dan harapan terhadap
anaknya agar dapat menjadi seseorang yang lebih baik di masa
depannya kelak. Setelah dapat masuk di perguruan tinggi Negeri
seorang Chairul Tanjung menjalani kehidupan akademisnya dengan
tidak mengandalkan uang saku dari orang tuanya, Ia mencoba melihat
peluang dalam setiap kesempatan dan menjadikan kesempatan itu
sebagai usaha agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari di
kampusnya. Salah satu peluang yang Ia lihat adalah bisnis fotokopi
yang berhasil Ia jalani dalam kurun waktu yang begitu cepat dan hal
itu yang menjadi awal modal keberaniannya untuk dapat
mengembangkan bisnisnya dibidang lain.
2) Pada tema selanjutnya disesuaikan dengan kisah yang akan
diceritakan dari masing-masing bab tersebut namun, beberapa kisah
tidak mengikuti alur pada buku biografi kebanyakan, alur dalam buku
biografi ini dibuat unik dengan alur maju-mundur di setiap babnya.
49
49
Hal ini ditujukan agar pembaca dapat melihat alur kisah yang lampau
menjadi penyebab suksesnya seorang Chairul Tanjung di masa
sekarang.
3) Tidak ada kehidupan yang sia-sia. Besar atau kecil, semua berarti.
Banyak orang tidak pernah berhenti mempertimbangkan apakah arti
hidup itu. Kebanyakan mereka hanya memandang ke belakang dan
tidak mengerti mengapa kehidupan mereka berantakan dan mengapa
mereka merasa begitu kosong walaupun mereka telah berhasil
mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam
kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai
akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup
seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh
Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan
seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran
dirinya. Oleh karena itu hidup dipandang tidak berarti ketika
seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang
telah diatur Islam.
Secara umum, manusia yang ditakdirkan sebagai ciptaan
Tuhan hakikatnya ialah menelesuri perjalanan yang disebut
'kehidupan' secara sistemik yang artinya semua yang dijalani saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, baik yang belum terjadi
50
50
maupun yang akan terjadi. Dapat diartikan bahwa peristiwa hidup
mempunyai makna besar maupun kecil tergantung bagaimana
individu tersebut yang memaknainya.
4) Jika melihat sub tema dipertengahan buku ini mungkin akan timbul
pertanyaan “apakah hidup ini adil bagi seorang Chairul yang
membenci kebodohan dan kemiskinan”. Jawabannya "ya".
Firman Allah SWT mengenai hal ini terangkai dalam surah
An-Nisa sebagai berikut:
ة وإى تك حست يضبعفهب ويؤث هي لد ل يظلن هثقبل ذز إى للا
عظيوب أجسا
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun
sebesar zarah dan jika ada kebajikan sebesar zarah niscaya Allah
akan melipatgandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yg
besar." (Q.S. An-Nisa: 40)
Sesungguhnya bukan hanya dalam kenyataan tetapi dalam benak
pun tergambar bahwa Allah tidak menganiaya seseorang walaupun
sebesar dzarrah, yakni sekecil apa pun. Betapa Dia akan menganiaya,
padahal Dia Mahakuasa, dan segala yang ada di alam raya ini adalah
ciptaan dan milik-Nya. Bahkan Dia memberi ganjaran, karena itu jika
Ada kebajikan sebesar dzarrah, bahkan lebih kecil dari dzarrah,
niscaya Allah akan melipatgandakannya sampai tujuh ratus kali,
bahkan lebih, dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya yang
51
51
tidak tergambar sebelumnya dalam benak siapa pun2. Demikian
sebaliknya keburukan sekecil apapun akan dibalas sebuah keburukan
walaupun hanya sebesar dzarrah.
Ketika CT sedang menjalani usaha jual-beli mobil bekas
bersama kedua temannya yakni Molen dan Firmon, ia sering kali
mengingatkan kepada Molen agar tidak boros dalam hal keuangan,
suatu waktu CT berkata kepada Molen temannya “Molen, saya sangat
benci kemiskinan. Tolong tanamkan itu di kepala dan batin kamu
juga. Suatu waktu saya bercita-cita ingin memiliki mal, bank, koran,
dan televisi”. Sebuah keinginan yang besar disertai usaha dan kerja
keras yang Ia lakukan, maka tidak ada yang tidak mungkin jika Allah
SWT sudah berkehendak.
Sesuai dengan firman Allah berikut:
.ىى إوب أهس إذا أزاد شيئب أى يقىل ل كي فيك
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (Q.S.
Yaasin: 82)
Ayat ini berbicara tentang kuasa Allah yang tidak dapat
terlukiskan dengan kata-kata, karena kekuasaan-Nya itulah maka Dia
memiliki wewenang memerintah. Perintahnya tidak dapat dibatalkan
atau dielakkan untuk mewujudkan sesuatu Dia hanya memerintah dan
perintahnya itu terlaksana dengan mudah, dan sesuatu yang di-
2 Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Vol. 2: Pesan, Kesan, don keserasian Al-Qur'an
(Jakarta: Lentera Hati. 2002), h. 537
52
52
kehendakiNya serta merta wujud dengan sangat cepat, semudah, dan
secepat kun (bila manusia mengucapkannya) bahkan lebih mudah dan
lebih cepat. Tahir Ibn Asyur memahami kata amr dalam arti keadaan.
Menurutnya makna ini lebih tepat dengan konteks keraguan kaum
musyrikin atas kuasa Allah menghidupkan tulang belulang yang telah
hancur.3
Pesan moral yang dapat diperoleh adalah harus disadari bahwa
tidak layak kita sebagai makhluk bersikap sombong, sebab jika Allah
berkehendak atas kita baik, maka kebaikan maupun keburukan pasti
akan terjadi. Karena hal itu, kita harus selalu berhati-hati dalam sikap
dan perbuatan. Dan kita mengakui bahwa kita adalah makhluk yang
lemah. Bukti yang tak bisa dipungkiri adalah kematian. Tidak
seorang makhluk pun yang bernyawa di dunia ini yang tidak mati,
tidak ada seorang makhluk pun dapat memastikan bahwa detik,
menit, ataupun hari esok kita masih bernafas, dan dari semua
kehendak-Nya manusia hanya bisa berencana.
5) Bersyukur adalah Nikmat. Ketika kita merasa hidup ini menyakitkan
dan merasa lelah dengan semua penderitaan yang dialami maka itu
saatnya kita harus melihat ke atas, berharap akan ada kabar baik untuk
kita, janji-janji, dan masa depan yang masih dapat kita perjuangkan.
Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara
prinsip ditegaskan di dalam Al-quran, perumpamaan dari orang yang
3 Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Vol. 2: Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur'an.
(Jakarta: Lentera Hati. 2002), h. 537
53
53
bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat
digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada
Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan
atas keesaan Allah.
Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai
penganutan tunggal kepada Allah:
تن إى ك يبأيهب الريي ءاهىا كلىا هي طيببث هب زشقبكن واشكسوا لل
إيب تعبدوى
"Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang
baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada
Allah jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah."
(Q.S. Al-Bagarah: 172)
Kesadaran iman yang bersemi di hati mereka menjadikan ajakan
Allah kepada orang-orang beriman sedikit berbeda dengan ajakan-Nya
kepada seluruh manusia. Bagi orang-orang mukmin, tidak lagi disebut
halal, sebagaimana yang disebutkan pada ayat sebelumnya. Mereka
(orang-orang mukmin) di sini diperintahkan untuk bersyukur disertai
dengan dorongan kuat yang tercermin pada penutup ayat ini, yaitu
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah. Syukur adalah mengakui dengan tulus bahwa anugerah
yang diperoleh semata-mata bersumber dari Allah SWT sambil
menggunakannya sesuai tujuan penganugerahannya, atau
54
54
menempatkannya pada tempat yang semestinya.4
6) Nilai sosial. Hal ini mengacu kepada hubungan individu dengan
individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang
harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan
menghadapi situasi tertentu. Kesadaran akan menghargai dan
menghormati pengorbanan orang lain adalah hal bijak yang
seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan
demikian, dapat tercipta sikap toleransi dan rasa persaudaraan yang
lebih kental dan kuat.
2. Superstruktur (Skematik)
Skematik merupakan teks atau wacana umumnya yang mempunyai alur
dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.
Secara struktur, bangunan buku yang diteliti ini telah lengkap dan pembaca
secara jelas disodorkan pada suatu nilai pemahaman, bahwa dalam hidup
seseorang harus selalu dapat mensyukuri apa yang diberikan oleh Tuhan dan
berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkan cita-cita yang ingin diraih.
Sudah seharusnya orang memiliki tujuan dalam hidup. Dimana dengan
menyelesaikan tujuan itu maka dia akan tersenyum disetiap hela nafas
kehidupan yang Ia jalani. Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya
tidak akan ada pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu
4 Quraish Shihab. Tafsir A1-Mishbah: Pesar, Kesan dan keserasian Al-Qur an. (Jakarta :
Lentera Hati. 2002), h. 359
55
55
yang menyenangkan darinya, kenapa dia harus dilemparkan lagi ke dalam
kesedihan.
Baginya semua proses yang dialami, menyakitkan atau menyenangkan
semuanya untuk mewujudkan tujuan itu. Struktur bangunan atau skema pada
teks dalam buku Chairul Tanjung si Anak Singkong ini dikemas dalam alur
maju-mundur, sehingga membuat pembaca harus mendeskripsikan sendiri
setiap kisah yang diceritakan. Namun, jika diambil bangunan skema secara
umum, pada skema awal, fase-fase awal bab dalam buku ini menceritakan
kisah hidup Chairul Tanjung ketika menjadi mahasiswa di FKG UI dan
mencoba peruntungannya dalam setiap bisnis atau usaha yang Ia jalani.
Sebelum mengisahkan kehidupan akademis dan usaha di sektor kampus,
Ia membuka awal kisah buku ini dengan menceritakan proses awal masuk
perguruan tinggi negeri di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
dengan alasan biayanya yang murah, ketika itu keadaan ekonomi keluarga
Chairul Tanjung sedang berada pada tingkat terendah dan harus tinggal di
kawasan kumuh ibukota Jakarta yaitu di Gang Abu, Batutulis, Gambir, Jakarta
Pusat. Rasa bahagia dapat masuk salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta
bercampur kegelisahan akan biaya kuliah yang terbilang cukup besar saat itu
namun, orang tua Chairul meyakinkan agar tetap fokus terhadap pendidikan
yang akan Ia jalani, hal ini disebabkan ketegasan kedua orang tua Chairul
dalam mendidik anak-anaknya, Ia mempunyai prinsip “Agar bisa keluar dari
jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan
segala daya dan upaya”.
56
56
Kemudian pada skema tengah, buku ini mengkisahkan tentang sepak
terjang seorang CT dalam menjalani berbagai jenis usaha di bidang apapun,
baik dalam usahanya membangun pabrik sepatu, mengelola dan
membangkitkan Bank Mega yang hampir bangkrut, hingga mengelola bisnis di
bidang media yaitu mendirikan Trans Tv dan mengelola Trans 7 bekerjasama
dengan Kompas Gramedia. Bahkan hingga memiliki saham Carrefour yang
sebelumnya dimiliki pengusaha dari luar Indonesia.
Pada skema akhir, buku ini mengakumulasikan kisah dari awal hingga
akhir perjalanan hidup seorang Chairul Tanjung, berbagai usaha dan bisnis
yang Ia jalani tidak semata-mata mengandalkan kesempatan di setiap
kemungkinan, segalanya penuh perhitungan secara mendalam agar usaha dan
bisnis yang dijalani dapat bersinergi antara satu dengan yang lainnya.
Bekerjakeras hingga batas menjadi tolak ukur seorang CT dalam menjalani
setiap langkah kehidupannya, memiliki cita-cita untuk selalu menjadi lebih
baik disertai dengan kerja keras hingga batas kemampuan akan mendorong
setiap orang untuk mewujudkan semuanya, karena setiap orang berhak untuk
berhasil dan mengubah nasib mereka masing-masing.
57
57
3. Struktur Mikro
1. Semantik
Semantik adalah makna yang ingin ditekankan dalam teks dari hubungan
antar kalimat, hubungan antar preposisi yang membangun makna tertentu
dalam bangunan teks. Elemen-elemen semantik adalah sebagai berikut:
a. Latar
Latar merupakan bagian teks yang bisa mempengaruhi semantik
(arti kata) dan makna yang ingin ditampilkan, dari 40 sub judul pada
buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong ini dalam setiap kisahnya rata-
rata mengisahkan tentang latar belakang keluarganya yang kurang
mampu. Latar yang terdapat dalam buku ini adalah latar historis yaitu
latar yang banyak mengisahkan kejadian di masa lalu dan cenderung
mengisahkan pada masa lalu yang kelam dalam kehidupan keluarganya,
dan seringkali di temui kilas balik atau flashback di setiap kisah yang
sedang berlangsung.
“Gang Abu, Batutulis, tahun tujuh puluhan merupakan salah satu
daerah terkumuh di Jakarta. Jalanan tanah, becek dan banjir di kala
hujan, panas gersang berdebu saat musim kemarau. Semua rumah di
sepenjuru kampung merupakan rumah petak kecil beratap pendek,
dinding tambal sulam menggunakan beragam bahan seadanya”.
“Tinggal di lingkungan kumuh di Gang Abu, dengan berbagai
permasalahan dan kesulitan yang saya alami, tidak serta-merta harus
diceritakan kepada teman-teman di kampus. Tidak! Ini ranah privacy
58
58
saya dan segala masalah yang ada harus bisa diselesaikan sendiri”.
Kutipan di atas sangat jelas menggambarkan bahwa daerah tempat
tinggal seorang CT di masa lalu dapat dikategorikan tempat tinggal bagi
kalangan keluarga menengah kebawah dan kalangan kurang mampu,
namun, hal tersebut tidak serta merta harus diceritakan kepada teman-
teman di kampusnya karena CT menganggap hal itu adalah ranah
privacy dan tidak ingin mengharapkan belas kasih dari teman-temannya,
Ia justru sebaliknya tetap tegar dan tersenyum dalam menjalani
kehidupan akademisnya dengan bertekad untuk tidak meminta uang
saku kepada orang tuanya.
b. Detail
Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan
komunikator atau pengarang. Pengarang akan menampilkan secara
berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik.
Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit, hal
yang merugikan dirinya.
Detail dalam buku ini banyak menampilkan sosok Chairul
Tanjung yang tiada lelah dalam kerja kerasnya demi mewujudkan
keinginan dan menggapai cita-citanya, hal tersebut tentu menjadi tujuan
disusunnya buku biografi ini agar para pembaca dapat termotivasi dan
mencontoh atas apa yang telah CT lakukan semasa proses hidupnya,
seperti kutipan di bawah ini:
“Kembali kita bicarakan mengenai rencana kegiatan sosial di
59
59
Sumatera Barat. Di satu sisi, saya tidak mau para relawan harus
sengsara, baik transportasi maupun akomodasi lainnya, di sisi lain, saya
juga harus memastikan pekerjaan di lapangan nantinya dengan mutu
tidak asal-asalan. Ini merupakan sebuah pekerjaan pengorganisasian
yang sama sekali tidak mudah, sangat memusingkan kepala”.
Dalam kutipan di atas mengandung pesan moral, bahwa dalam
menjalani hidup kita tidak boleh mudah putus asa walau sesulit apapun
tantangan yang ada di depan mata, syukurilah dan jalani dengan penuh
ketabahan dan keikhlasan. Sadari bahwa tidak ada sesuatu yang sia-sia
yang Allah gariskan dalam setiap garis hidup manusia. Selain itu juga,
pesan moral yang terkandung yakni mengenai bagaimana kita membantu
sesama manusia baik dalam kegiatan sosial ataupun kegiatan lainnya
secara utuh dan maksimal tanpa menyerah dengan kesulitan yang
dihadapi.
c. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan elemen detail.
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
Berikut ini dua kutipan yang diambil dari dua sub judul yang berbeda
namun masih dalam ranah usaha yang sama :
“Pak, selama ini mahasiswa membeli berbagai peralatan
praktikum langsung ke toko dengan harga lebih mahal, sementara kami,
60
60
sebagian besar tak selalu punya cukup uang. Uang kiriman dari orang
tua sering kali tidak cukup sehingga sebagian dari mahasiswa tidak bisa
mengikuti praktikum karena ketiadaan alat. Kasihan saya melihat teman-
teman”.
Kutipan di atas adalah perkataan CT kepada Brigjen drg. Sarkawi,
kepala kesehatan gigi di Angkatan Darat, ia adalah ayah Vera yang
merupakan juniornya di FKG UI, CT ingin membantu teman-temannya
agar dapat membeli alat praktikum dengan harga yang lebih murah dari
toko, dan sekaligus melihat ini sebagai peluang usaha yang akan
berlanjut setelah ia berhasil mendapat kepercayaan untuk mengimport
alat praktikum tersebut dengan bantuan Pak Sarkawi.
Elemen maksud di dalam kisah ke empat ini dapat terlihat secara
jelas dan eksplisit, kutipan di atas menjelaskan alasan mengapa CT
bertemu dengan Pak Sarkawi, dan dijelaskan pula alasan ingin
membantu teman-temannya agar bisa mengikuti praktikum dengan
membeli alat lebih murah dibandingkan dengan toko. Tersirat juga pesan
moral di balik kutipan tersebut yakni, membangun sebuah usaha tidak
harus serta merta mencari keuntungan semata demi kepuasan sendiri
namun, membantu sesama manusia baik terhadap teman maupun orang
lain secara tidak langsung menghadirkan keuntungan tersendiri di saat
kita ikhlas melakukan hal tersebut.
61
61
Selain elemen maksud yang menjelaskan secara jelas dan eksplisit,
terdapat beberapa kutipan yang penjelasannya implisit dan cenderung
samar, seperti kutipan di bawah ini :
“Selain laku keras, kedekatan dengan teman-teman dan kebiasaan
saya mentraktir mereka di kampus rupanya berlanjut. Walhasil, tempat
usaha di Jalan Senen Raya menjadi tempat nongkrong semua orang,
terutama teman-teman kampus. Kebiasaan mahasiswa, siang ikut
nongkrong, makan dan tidur-tiduran hingga berlanjut malam bahkan
tidak pulang. Enak nian, semua ada, tinggal pesan makan minum di
warung padang sebelah dan kasbon atas nama toko saya. Tak apalah
saya pikir, karena tanpa bantuan mereka, usaha saya di dalam kampus
tidaklah mungkin berjalan lancar”.
Kutipan di atas adalah penyebab terjadinya kegagalan pertama CT
saat mencoba usaha di luar kampus, karena catatan keuangan perusahaan
menunjukkan lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan, akhirnya
CT memutuskan untuk menutup toko tersebut. Peneliti melihat
penjelasan penyebab kegagalan usaha di atas terlalu implisit dan samar
karena di kisah ini CT terlalu cepat menyerah dibanding kisah lain yang
ada di dalam buku ini.
Kedua kutipan dari kisah yang berbeda di atas menunjukkan
perbedaan elemen maksud yang terdapat dalam buku ini, namun kedua
kegiatan usaha di atas dilakukan CT semata-mata karena kepedulian
terhadap teman-temannya. Pesan moral yang dapat diambil dari kedua
62
62
kutipan tersebut adalah perduli terhadap sesama baik di kala senang
maupun sulit, karena manusia adalah makhluk sosial yang harus saling
beradaptasi dan berkomunikasi satu sama lain.
2. Sintaksis
Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase. Dalam hal ini menerangkan tentang
bagaimana pengarang menggunakan kalimat hingga menjadi satu kesatuan.
a. Koherensi: merupakan pertalian antar kata / kalimat, biasanya dapat
diamati dengan memakai kata penghubung (konjungsi) seperti : dan,
atau, tetapi, namun, seperti, karena, meskipun, jika, demikian pula,
agar, dan sebagainya. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di bawah
ini :
“Alhamdulillah, menit-menit terakhir menjelang shalat Id, bapak
akhirnya pulang dan memberikan sejumlah uang untuk membayar zakat
kami sekeluarga. Pukul 03.30 pagi saya bangunkan pengurus masjid
yang tengah lelap dalam tidurnya dan menyerahkan uang itu. Setelah itu
lega luar biasa. Langsung bergegas ke masjid untuk shalat Id meski
tanpa pakaian baru seperti teman-teman lainnya”.
Penempatan kata „dan‟, „setelah itu‟, dan „meski‟ pada kutipan di
atas mempunyai fungsi sebagai kata penghubung antar kalimat satu
dengan kalimat lainnya. Kata penghubung „dan‟ yang pertama menjadi
penghubung antara kalimat pernyataan „bapak akhirnya pulang‟ dan
63
63
kalimat aktif „memberikan sejumlah uang‟ dengan keterangan „untuk
membayar zakat kami sekeluarga‟, kemudian kata „setelah itu‟ menjadi
koherensi sebab-akibat yang ditunjukkan pada kalimat sebab
„membayar zakat kami sekeluarga‟ dan pada kalimat „lega luar biasa‟
menjadi akibat atas sebab yang dilakukan.
Kemudian kata „meski‟ menjadi koherensi pembeda yang
menghubungkan dua keadaan berbeda di dalam satu kalimat, kalimat
„langsung bergegas ke masjid untuk shalat Id‟ menjadi tidak terhubung
ketika penempatan kata „meski‟ diganti menjadi „dan‟ karena kalimat
„tanpa pakaian baru seperti teman-teman lainnya‟ menjelaskan
perbedaan kenyataan hidup yang dialami antara CT dengan teman-
teman sebayanya.
b. Bentuk kalimat: adalah sintaksis yang berhubungan dengan cara
berpikir logis. Menjelaskan tentang proposisi-proposisi yang diatur
dalam satu rangkaian kalimat. Maksudnya, proposisi-proposisi mana
yang akan ditempatkan di awal atau akhir kalimat. Kutipan berikut
dapat menjelaskan dan membedakan mana subjek, predikat, objek, dan
keterangan.
“setelah lama saya mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya
memutuskan untuk berangkat menemani Ibu pergi ke Tanah Suci.
Setelah tiba di sana, saya justru menjadi khusyuk menunaikan ibadah
haji bersama Ibu”.
64
64
Kata “saya” dalam kutipan di atas dikategorikan sebagai subjek
yakni CT, dan kalimat “memutuskan untuk” adalah sebagai predikat
atas apa yang dilakukan subjek, dan kalimat “berangkat menemani Ibu”
adalah sebagai objek.
Penempatan proposisi tersebut dapat mempengaruhi makna yang
timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan
kepada pembaca. Dari kutipan di atas, yang menempatkan 'setelah lama
saya' sebagai subjek dalam kalimat pertama, dengan penempatan posisi
di awal kalimat, menunjukkan bahwa tokoh utama dalam buku biografi
ini ingin memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa apapun
pengorbanan akan dilakukan untuk sosok Ibu yang dicintai meskipun
banyak hal yang harus dipertimbangkan namun, tetap ada hikmah di
balik pengorbanan itu.
c. Kata ganti : kata ganti yang banyak digunakan dalam Buku Chairul
Tanjung Si Anak Singkong ini adalah kata ganti “saya” dan “kita”.
Dalam menceritakan setiap kisahnya, kata „saya‟ banyak digunakan
karena tokoh utama dari buku biografi ini bertindak sebagai narator
tunggal. Namun, selain kata „saya‟, kata-kata „kita‟ juga sering ditemui
dalam buku ini seperti kutipan berikut :
“Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, nasionalis
kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak
dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati. Kita berbuat, tidak
sekedar beretorika”.
65
65
Kutipan di atas menjelaskan kata „kita‟ mempunyai makna yang
jamak yang berarti „orang-orang yang berpengaruh untuk bangsa‟.
Pemakaian kata „kita‟ mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas,
perhatian publik, menghilangkan batas, menciptakan perasaan yang
dirasakan bersama antara komunikator dengan khalayak pembaca, apa
yang diungkapkan oleh komunikator seolah-olah khalayak menyetujui.
3. Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan
maksud melalui pilihan kata yang digunakan. Dalam menyajikan cerita,
pengarang menggunakan bahasa yang lugas. Pada dasarnya elemen ini
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai
kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai pengarang dalam
buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja ”
menunjukkan ideologi dan religiutasnya. Seperti kutipan sebagai berikut:
“Sungguh indah apabila semua bergerak saling membantu saudara yang
lain dan tidak perlu menunggu komando perintah, seperti yang kita lakukan
dulu tahun 1998. Menghapus tangis dan meretas lingkar kemiskinan”.
Kutipan tagline di atas menunjukkan kebencian seorang CT terhadap
kemiskinan dan kepedihan sebagian masyarakat, karena baginya jika kita
membiarkan kemiskinan semakin bertambah sama halnya dengan kejahatan
yang dilakukan manusia terhadap manusia lainnya. Selain makna dari kutipan
66
66
tersebut, elemen leksikon atau pemilihan kata yang digunakan adalah kata
„meretas‟ yang dapat diganti dengan kata „mengurangi‟, kemudian kata
„menghapus‟ yang dapat diganti dengan kata „menghilangkan‟, pemilihan kata
tersebut dipakai karena sesuai dengan pemaknaan terhadap realitas yang
dihadapi.
4. Retoris
Retoris adalah gaya yang diungkapkan pengarang untuk menyatakan
sesuatu dengan sebuah intonasi dan penekanan, serta bagaimana dan dengan
cara apa penekanan dilakukan.
a. Grafis: elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari
teks. Elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang
dibuat lain dibandingkan tulisan lain. pemakaian huruf tebal, cetak
miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran
lebih besar (kapital) termasuk di dalamnya adalah pemakaian
caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti
penting suatu pesan.5
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau
tabel untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang
diantaranya untuk mensugestikan kebenaran dan ketelitian, serta
dengan penggunaan huruf besar dan kecil. Salah satunya pada
5 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 257-258
67
67
kutipan berikut:
“Melihat beliau mengurus proses haji ibunya tahap
demi tahap dan telaten membuat saya terharu. Dari mulai
melempar jumrah sampai tawaf, Pak Chairul Tanjung terus memeluk
ibunya, seperti sepasang kekasih. Perhatiannya sangat luar biasa”.
Pada kutipan tagline ke 20 di atas terdapat perbedaan ukuran
huruf yang berarti ada penekanan makna yang dilakukan. Pernyataan
dari Ibu Mien Uno di atas menekankan atas kerja keras seorang CT
dalam mengurus proses ibadah haji yang akan Ia lakukan bersama
sang Ibu tercintanya.
b. Metafora: kalimat yang mendukung kiasan, ungkapan sehari-hari,
pepatah, nasihat agama, semuanya digunakan untuk memperjelas
pesan utama, agar orang yang membaca akan mudah mengingat dan
memahami isi pesan tersebut. Metafora berusaha membandingkan
dua hal yang dinyatakan sesecara eksplisit.6 Pada buku Chairul
Tanjung Si Anak Singkong, penulis menuliskan kalimat yang
mengandung muatan informasi untuk menguatkan pesan utama.
Berikut kutipannya:
“...hidup sebagai mahasiswa yang memiliki penghasilan
sendiri sungguh indah luar biasa kala itu. Dunia cerah ceria laksana
bulan tanpa terhalang awan di puncak purnama”.
Kutipan di atas mengandung kata kiasan yang menggambarkan
6 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 299
68
68
betapa bahagia dan bangganya seorang CT yang berhasil
memanfaatkan peluang usaha fotokopi dan memiliki penghasilan
sendiri sewaktu kuliah karena Ia bertekad untuk tidak meminta uang
saku kepada orang tuanya, terlebih setelah sang Ibu menyampaikan
bahwa uang saku pada awal kuliah didapatkan dari hasil
menggadaikan kain halus miliknya.
Kerasnya kehidupan yang dialami Chairul Tanjung semasa
kecil dan masalah keterbatasan ekonomi keluarganya membuat CT
muda bertekad untuk mandiri dan tidak ingin merepotkan orang
tuanya bahkan orang lain. Kerja keras yang ia lakukan terbukti kini
membuahkan hasil yang patut dibanggakan, hal ini tentu bukan tanpa
usaha yang maksimal dan tekad yang kuat untuk mewujudkan semua
cita-cita yang Ia miliki, pesan moral yang dapat diambil adalah jika
seseorang mempunyai kemauan untuk mengubah sesuatu dan
berusaha sekuat mungkin maka pintu kebaikan terbuka lebar-lebar
untuknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
ل يغيس هب ب فسهن إى للا قىم حتى يغيسوا هب بأ
Artinya: "....sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu
kaum sehingga mereka merubah sendiri keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.... " (Q.S. Ar-Ra'd: 11)
Ayat tersebut berbicara tentang dua pelaku perubahan. Pelaku
yang pertama adalah Allah SWT, yang mengubah nikmat yang
dianugerahkan-Nya kepada suatu masyarakat. sedang pelaku kedua
adalah manusia yang melakukan perubahan untuk dirinya sendiri.
69
69
Selanjutnya ayat tersebut menekankan bahwa perubahan yang
dilakukan oleh Allah haruslah didahului oleh perubahan yang
dilakukan oleh masyarakat / individu menyangkut sisi dalam mereka
sendiri.7
B. Analisis Kognisi Sosial Wacana Pesan Moral dalam Buku Chairul
Tanjung si Anak Singkong
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks
sosial.8
Pada analisis kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks diproduksi,
dipahami dan ditafsirkan. Pada penulisan Buku Chairul Tanjung Si Anak
Singkong ini sebenarnya ditulis langsung oleh Chairul Tanjung dan peran Tjahja
Gunawan hanya menyusun dan menyempurnakan setiap kisah yang ingin
dituliskan. Seperti yang diungkapkan oleh Tjahja berikut ini :
“Saya kira itu hak semua orang untuk menafsirkan apapun dari buku dari
anak singkong ini, tapi yang jelas buku itu buku auto biography, yang
sebenarnya dia yang nulis saya penyusunnya, jadi benar-benar kata-katanya
dia cermati betul, dia tidak mau ada kata-kata yang menyombongkan diri
atau menyinggung orang lain”.9
7 Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Vol. 6: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.
(Jakarta : Lentera Hati. 2002), h. 233 8 Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta : LkiS,
2001), h. 260 9 Wawancara pribadi dengan Tjahja Gunawan Diredja pada 25 Juni 2013
70
70
Pemilihan kata pada setiap kisah dalam buku ini diawasi secara mendetail
dan serius oleh CT, penggunaan bahasa formal, bertutur santun, dan sedikit puitis
menjadi ciri khas dari buku biografi ini. Pendekatan kognitif didasarkan pada
asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh
pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai
bahasa.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.
Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema dikonseptualisasikan
sebagai struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita
memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Skema menggambarkan
bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan dalam memorinya
dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan
bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan sebagai bagian dari
pengetahuan kita tentang suatu realitas.10
Pandangan terhadap sesuatu baik manusia, peranan sosial, maupun
peristiwa menjadi sebuah skematik yang ada dalam setiap individu, begitu pula
dengan Tjahja selaku penyusun dari buku Chairul Tanjung si Anak Singkong ini,
bagaimana pandangannya terhadap sosok Chairul Tanjung, penilaiannya terhadap
peranan sosial dan memori mengenai sesuatu yang dekat hubungannya dengan
CT, berikut ungkapannya :
“Hubungan kami awalnya formal, saya sebagai wartawan Kompas
meliput bidang ekonomi, dan ketika itu Chairul Tanjung sebagai
narasumber saya, tapi lama kelamaan hubungannya bukan lagi sekedar
10
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 261
71
71
wartawan dan narasumber tapi sudah akrab seperti sahabat seperti teman.
Dia banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya, saya sering
mendengarkannya, tipikal orangnya juga bukan suka publikasi, tadinya saya
berharap setiap ketemu orang termasuk Chairul Tanjung adalah bahan yang
bisa saya tulis untuk berita, tapi tidak demikian dengan Chairul Tanjung,
setiap saya ada kesempatan ketemu dia, tidak mesti bahan pembicaraan saya
itu bisa untuk pemberitaan, jadi dia bilang untuk informasi saya saja, karena
yang dia bicarakan juga tentang usaha dia atau obsesi dia, jadi
pembicaraanya lebih banyak sebagai teman”11
.
Kedekatan antara Tjahja sebagai penyusun buku biografi dengan CT
sebagai objek dalam buku tersebut, mengakibatkan pergeseran pandangan antara
manusia terhadap manusia lain, peranan sosialnya, serta peristiwa-peristiwa yang
dialaminya. Penilaian tersebut mempunyai pengaruh besar pada teks yang dapat
ditemukan pada analisis teks sebelumnya, karena umumnya struktur kognisi
mempunyai kecenderungan atau perspektif tertentu ketika memahami suatu
peristiwa maupun individu.
11
Wawancara pribadi dengan Tjahja Gunawan Diredja pada 25 Juni 2013
72
72
Ada beberapa macam skema / model yang dapat digambarkan seperti
berikut ini :12
Skema Person (Person Schemas) Skema ini menggambarkan bagaimana
seseorang menggambarkan dan memandang
orang lain.
Skema Diri (Self Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri
sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan
oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana
seseorang memandang dan menggambarkan
peranan dan posisi yang ditempati seseorang
dalam masyarakat.
Skema Peristiwa (Event Schemas) Skema ini yang paling banyak di pakai, karena
hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar
peristiwa yang lalu-lalang. Dan setiap
peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai
dalam skema tertentu.
Pada tabel skema di atas dapat terlihat yang termasuk dalam kategori
pengarang atau penyusun baik cerita fiksi maupun buku biografi adalah skema
person, karena pada dasarnya seseorang memandang dan menggambarkan orang
lain berdasarkan penilaiannya terhadap seseorang itu, penilaian terkadang tidak
sepenuhnya sama, hal itu bergantung dari sudut mana seseorang itu melihatnya.
Salah satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain
model adalah memori. Lewat memori kita bisa berpikir tentang sesuatu dan
mempunyai pengetahuan tentang sesuatu itu pula. Dalam setiap memori
terkandung di dalamnya pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan, baik saat ini
12
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 262
73
73
maupun dahulu yang terus-menerus digunakan oleh seseorang dalam memandang
suatu realitas.13
Secara umum, memori terdiri atas dua bagian. Pertama, memori jangka
pendek (short-term memory), yakni memori yang dipakai untuk mengingat
peristiwa, kejadian, atau hal yang ingin kita acu yang terjadi beberapa waktu lalu
(durasi waktunya pendek). Kedua, memori jangka panjang (long-term memory),
yakni memori yang dipakai untuk mengingat atau mengacu peristiwa, objek yang
terjadi dalam kurun waktu yang lama.14
Memori yang umum digunakan dalam penulisan buku atuo biography ini
adalah memori jangka panjang (long-term memory), karena jenis memori ini
terdiri atas dua bagian utama yakni memori episodik (episodic memory) dan
memori semantik (semantic memory), di mana memori episodik berperan untuk
menjelaskan siapa diri kita, siapa orang tua, dan dari mana kita berasal, sedangkan
memori semantik berperan untuk menjelaskan sesuatu yang diketahui mengenai
realitas.
13
Ibid, h. 264 14
Ibid, h. 264-265
74
74
Buku biografi Chairul Tanjung si Anak Singkong ini ditulis berdasarkan
memori jangka panjang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya namun,
kendala dalam menggunakan memori jangka panjang terkadang terdapat pada
kurang tepatnya mengingat kejadian-kejadian yang telah lampau, untuk mencegah
hal tersebut, Tjahja melakukan wawancara kepada beberapa sumber yang dapat
dipercaya demi kesempurnaan buku biografi ini seperti yang diungkapkannya
berikut :
“Cerita itu betul-betul tentang pengalaman hidupnya, cerita itu di-
kumpulkan dari teman-teman dia dari dia SD, SMP, SMA, kuliah sampai
sekarang yang kenal dia dan tau tentang perjalanan hidupnya, dan 80%
kesaksian perjalanan hidupnya berasal dari teman-temannya tersebut”15
.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa kisah-kisah dalam buku biografi ini
disusun berdasarkan informasi yang bersumber dari orang-orang yang pernah
terlibat langsung di setiap kejadian yang dialami CT, selain menguatkan setiap
kisah dalam buku tersebut, hal itu ditanggapi oleh Tjahja sebagai soul dari setiap
kisah yang diceritakan. Semua kejadian yang telah dilalui dimaknai dalam model
yang telah dibuat, yang relevan akan dimasukkan dan ditambahkan kedalam kisah
tersebut, yang tidak relevan akan dihilangkan sehingga teks akan membentuk
pemahaman tertentu dalam suatu model tertentu.
15
Wawancara pribadi dengan Tjahja Gunawan Diredja pada 25 Juni 2013
75
75
C. Analisis Konteks Sosial Wacana Pesan Moral dalam Buku Chairul
Tanjung Si Anak Singkong
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana
adalah bagian wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga perlu
dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu
hal yang diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari
analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang di hayati bersama,
kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.16
Dalam proses penyusunan sampai diterbitkannya buku biografi ini tentu
menuai banyak persepsi yang berbeda dari berbagai kalangan masyarakat,
sebagian ada yang berpendapat buku diterbitkan hanya untuk meninggikan citra
seorang CT untuk kepentingan pemilu di 2014 mendatang, ada pula yang
berpendapat buku ini sengaja diterbitkan untuk berbagi kiat sukses yang telah
diraih seorang CT.
“Saya kira itu hak semua orang untuk menafsirkan apapun dari buku
anak singkong ini, namanya persepsi sah-sah saja tapi yang penting ini
buku auto biography Chairul Tanjung yang tadinya Nothing menjadi
something kira-kira begitu. Saya kira sangat patut dijadikan role model
bagi anak-anak muda sekarang bahwa kerja keras itu tidak semudah
membalikkan telapak tangan”.17
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 271 17
Wawancara pribadi dengan Tjahja Gunawan Diredja pada 25 Juni 2013
76
76
Berbagai wacana yang berkembang di masyarakat tidaklah sama, ada yang
menanggapi serius mengenai isu-isu yang ditujukan untuk CT ada menanggapinya
biasa saja, Tjahja pun menanggapinya dengan tenang bahkan tetap percaya jika
buku biografi CT ini bisa menjadi contoh bagi kamu muda, agar mau dan mampu
mengembangkan jiwa entrepreneurship dengan kerja keras dan tidak mudah
menyerah begitu saja.
Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua poin
yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces). Faktor kekuasaan diartikan
sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), untuk
mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada
kepemilikkan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan
pengetahuan. Sedangkan akses merupakan suatu alur bagaimana akses di antara
masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses
lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa.18
Faktor kekuasaan yang dimiliki seorang CT secara umum meliputi CT
Corp yang terdiri atas tiga perusahaan subholding, yaitu Mega Corp, Trans Corp,
dan CT Global Resources. Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa
keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan,
dan pasar modal, sedangkan Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak
di bisnis media, gaya hidup (lifestyle), dan hiburan, perusahaan ini juga meliputi
stasiun televisi Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, serta perusahaan ritel
18
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 272
77
77
Carrefour. Sementara CT Global Resources merupakan induk yang fokus pada
bisnis perkebunan.
Faktor kekuasaan yang dimiliki CT tersebut di atas tentu akan sangat
memudahkannya dalam menyebarkan ideologi dan nilai-nilai sosial yang selama
ini di pegang, dengan kekuasaan tersebut Ia dapat dengan mudah mengontrol
opini massa terkait apapun yang ingin disampaikannya dalam buku biografi ini.
Faktor kekuasaan CT tidak hanya berhenti sebatas itu, Ia pun banyak mengenal
kalangan pejabat dan menteri-menteri dalam kabinet Indonesia bersatu II, hal
tersebut akan semakin melancarkan penyebaran ideologi dan membentuk realitas
tersendiri di balik teks yang ada dalam buku biografi ini.
Dari berbagai usaha yang Ia miliki yang tergabung dalam CT Corp, faktor
akses terhadap media pun menjadi sangat mudah dikarenakan Ia memiliki media
sendiri. Selain memiliki, Ia juga bekerjasama terhadap beberapa perusahaan media
seperti Kompas dan memiliki 40 persen saham dari perusahaan ritel Carrefour.
Akses ke dalam sektor pemerintahan pun menjadi mudah dikarenakan kedekatan
seorang CT terhadap beberapa menteri di kabinet Indonesia Bersatu jilid II bahkan
hingga terhadap Presiden SBY.
Jika disesuaikan dengan prinsip konteks sosial maka faktor kekuasaan dan
akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol
kesadaran khalayak lebih besar lagi, tetapi juga dapat menentukan topik dan apa
wacana yang ingin disebarkan. Khalayak yang turut menjadi konsumen juga
78
78
berperan dalam memperbesar lewat pembicaraan dengan keluarga, teman, dan
sebagainya.
Berikut ini adalah Tagline yang sudah di kelompokan ke dalam
Dimensi Analisis Van Dijk
Tagline 1
“Chairul, uang kuliah pertamamu yang
ibu berikan beberapa hari yang lalu ibu
dapatkan dari menggadaikan kain halus
ibu. Belajarlah dengan serius, nak.”
Dimensi teks : Semantic (struktur
mikro)
Tagline 2
“keuntungan awal dari bisnis fotokopi
ini RP. 15.000 dan praktis didapatkan
dengan proses mudah. Kuncinya
sederhana: jaringan dan kepercayaan”
Dimensi teks : Skematik (super
struktur)
Tagline 3
“… hidup sebagai mahasiswa yang
memiliki penghasilan sendiri sungguh
indah luar biasa kala itu. Dunia cerah
ceria laksana bulan tanpa terhalang awan
di puncak purnama”
Dimensi teks : Retoris (Struktur
mikro)
Tagline 4
“kemudian saya mulai diberi barang atau
peralatan praktikum yang terdiri dari
pinset, gypsum, wax, eskavator, dan
lain-lain. Saya jual kepada teman-teman
dengan harga lebih murah daripada
harga di toko yang biasa mereka beli”
Dimensi teks : Semantik (struktur
mikro)
Tagline 5
“beberapa buku sengaja saya baca
hingga habis agar memiliki banyak
referensi sebagai bahan berbincang
dengan Sang Jenderal seputar senjata
dan perang. Saya hanya mahasiswa, dan
lawan bicara nanti adalah seorang
jenderal berpengalaman”
Dimensi teks : retoris ( struktur mikro)
79
79
Tagline 6
“saya masih terlalu muda, masih sangat
idealis, polos lebih tepatnya. Namun,
dari situ saya petik pelajaran yang sangat
berharga yang tidak akan pernah lupa
sampai kapan pun. Betapa jahatnya
politik.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 7
“Kamu itu punya selera bisnis yang lain
daripada yang lain, bakat juga ada,
latihan sejak awal kuliah pun sudah
kamu lakukan, apa lagi? Sudah, lupakan
jadi dosen, biar yang lain yang
mengurusi masalah pendidikan. Bicara
pengabdian, banyak cara untuk
mewujudkan hal itu.”
Dimensi teks : stilistik (struktur mikro)
Tagline 8
“Dan benar, catatan keuangan
perusahaan menunjukkan jauh lebih
besar pasak daripada tiang. Cukup berat
memutuskan hingga akhirnya mau tidak
mau harus juga diambil, kelangsungan
usaha kecil ini tidak bisa
dipertahankan.”
Dimensi teks: sintaksis (struktur
mikro)
Tagline 9
“Pola pendidikan yang diterapkan orang
tua saya lebih kepada tingkah laku
seperti pola orang tua zaman dulu pada
umumnya, lebih kepada bentuk dan
contoh konkret.”
Dimensi konteks sosial
Tagline 10
“beberapa kali air mata ini sempat
menetes, sangat sesak rasanya. Ada
tetangga yang memperhatikan dan
sempat akan memberi keluarga kami
zakat, saya tolak.”
Dimensi konteks sosial
80
80
Tagline 11
“Setiap tahun pasti ada study tour ke
luar kota di SMP Vanlith. Saya mencari
dan menyiapkan kendaraan untuk study
tour ke Yogyakarta. Saya kerjakan
dengan seksama dan memastikan tidak
ada yang terlewat, tetapi saya sendiri
tidak ikut karena tidak mempunyai
uang.”
Dimensi kontek sosial
Tagline 12
“Saya senang membaca, mungkin
karena sering menemui perihnya
kehidupan menjadikan saya serius
memandang segala sesuatu dan lebih
peka dibandingkan teman saya lainnya.”
Dimensi kontek sosial
Tagline 13
“Uang hasil mengamen kami
dikumpulkan, dibagi rata untuk makan
bersama tukang becak, tukang bajaj di
sekitar Warsed, atau makan lesehan di
depan kompleks kehakiman Utan Kayu”
Dimensi konteks sosial
Tagline 14
“pelajaran semasa teater merupakan
salah satu proses pendidikan yang benar-
benar saya pegang. Kemampuan
mengontrol diri untuk meminimalkan
publikasi diri sendiri. Manusia menjadi
tinggi karena publikasi, saat sudah
begitu rasa sakit saat jatuh menjadi tak
terperi.”
Dimensi konteks sosial
Tagline 15
“Kalau saja tidak berinisiatif menawar
harga tambang, dipastikan es shanghai
itu hanya berada pada ruang angan dan
tegukan ludah di tenggorokan.
Kesempatan tidak hanya dicari, tapi juga
diciptakan. Itu mungkin insight-nya jika
saya simpulkan.”
Dimensi teks :stilistik (struktur social)
81
81
Tagline 16
“di luar berbagai keunggulan, harus
diakui bahwa Boedoet memang terkenal
keras. Sering tawuran dan sangat jarang,
bahkan bisa dikatakan tidak ada kenek
bus berani menagih ongkos saat
beberapa dari kami menumpang bus
mereka.”
Dimensi konteks sosial
Tagline 17
“Pendidikan informal di teater sejak
SMA, dilanjutkan lebih sistematis di
KIR Jaya, merupakan salah satu
landasan pembentukan tentang sikap,
karakter, kepedulian, dan soal transfer
ilmu pengetahuan. Itu semua merupakan
modal berharga bagi saya hingga saat
ini.”
Dimensi konteks sosial
Tagline 18
“Tahun 1987 adalah kali pertama
membuat PT bersama dua orang kawan.
Betul, awalnya membuat pabrik sepatu
sesuai arahan Chiam, bila kemudian di
akhir cerita malah berakhir menjadi
pabrik sandal, entahlah.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 19
“kebiasaan bekerja keras dan hidup di
bawah tekanan sudah dijalani sejak
kecil. Jadi sudah menjadi hal biasa, rasa
galau dan stress harus dijadikan teman
hidup sehari-hari dan menjalaninya
dengan tenang dan ringan.”
Dimensi konteks sosial
Tagline 20
“melihat beliau mengurus proses haji
ibunya tahap demi tahap dan telaten
membuat saya terharu. Dari mulai
melempar jumrah sampai tawaf, pak
Chairul Tanjung terus memeluk ibunya,
seperti sepasang kekasih. Perhatiannya
sangat luar biasa.”
Dimensi kognisi sosial
82
82
Tagline 21
“hingga kini kemampuan membaca
cepat benar-benar berguna dalam
keseharian. Tumpukkan dokumen di
meja kerja akan menghabiskan waktu
berhari-hari jika dibaca detail satu per
satu, sementara saya hanya memiliki
waktu tidak lebih dari 30 menit.”
Dimensi teks : skematik (super
struktur)
Tagline 22
“kita butuh banyak wirausaha yang
nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena
ini tugas kemanusiaan, karena kekayaan
tidak dibawa mati. Inilah watak
kebangsaan paling sejati. Kita berbuat,
tidak sekedar beretorika.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 23
“Sungguh indah apabila semua bergerak
saling membantu saudara yang lain dan
tidak perlu menunggu komando
pemerintah, seperti yang kita lakukan
dulu tahun 1998. Menghapus tangis dan
meretas lingkar kemiskinan. ”
Dimensi konteks sosial
Tagline 24
“Program ini bertujuan mengajak
seluruh orang Indonesia yan kebetulan
memiliki kemampuan dan kepedulian
terhadap bangsanya untuk membantu
saudara-saudaranya yang tengah dalam
kesulitan.”
Dimensi teks : skematik (super
struktur)
Tagline 25
“Bank kecil yang tengah sakit keras,
saldo merahnya di BI mencapai Rp. 90
miliar. Lebih dari 90 persen kredit macet
semua. Operasional Mega Bank tanpa
teknologi, semua mengandalkan buku-
buku besar. Computer hanya ada dua,
satu di sekretaris direksi di Kebon Sirih,
Jakarta, dan satu lagi di Surabaya.”
Dimensi teks : stilistik (struktur mikro)
83
83
Tagline 26
“Alhamdulillah, atas kerja keras semua,
hingga kini PT Bank Mega Tbk. Masih
merupakan bank dengan kepemilikan
100 persen warga Indonesia, saat
mayoritas usaha di sector keuangan
Indonesia dimonopoli oleh asing.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 27
“Bank Mega Syariah adalah satu-
satunya bank syariah yang
mempekerjakan orang non-muslim
untuk menjadi karyawannya. Pada
waktu dikonversi dari Bank Tugu
menjadi Bank Mega Syariah, semua
karyawan non-muslin tidak di PHK.
Mereka justru diberi pengertian bahwa
Islam adalah rahmatan lil alamin.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 28
“manajemen PBSI saya terapkan
professional. Tidak ada lagi kedekatan
pribadi selain kepada kemampuan kerja
yang masing-masing memang berbeda.
Mantan atlet yang selama ini menjadi
pelatih, dan bisa diajak kerja sama
mengikuti pola kerja saya, kemudian
saya sarankan agar focus saja melatih
para atlet. Penetuan prestasi mereka
dibuktikan nanti saat pertandingan.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 29
“kataMadani sengaja dipilih dengan
sadar karena mengandung arti
peradaban. Tidak mungkin peradaban
mampu diwujudkan tanpa didasari
pendidikan layak dan keahlian. Rumah
Anak Madani (RAM) sengaja dibangun
di Medan untuk menampung anak-anak
korban bencana tsunami di Aceh.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
84
84
Tagline 30
“sekolah yang kami dirikan adalah
sekolah unggulan, sebagai salah satu
upaya memberikan akses kepada siswa-
siswi lulusan SMP dan Tsanawiyah yang
berasal dari warga miskin, tetapi
memiliki prestasi yang membanggakan.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 31
“seusai acara, semua menyalami saya
selaku ketua harian, padahal jelas ini
semua bukan semata hasil kerja saya
sendiri. Seraya memeluk, dan berjalan
dari Gelora Bung Karno, di depan
Presiden, Pak Jusuf Kalla sebagai wakil
presiden waktu itu berkata, „Pak SBY,
kalau ada nilai satu hingga sepuluh
untuk Pak Chairul, kita berikan 15!‟.”
Dimensi teks: stilistik (struktur mikro)
Tagline 32
“Visi Indonesia 2030 merupakan
sumbangan pemikiran Yayasan
Indonesia Forum sebagai komponen
bangsa yang mengimpikan Indonesia
bisa maju dan sejajar dengan Negara
besar di dunia. Saya sangat yakin
Indonesia bisa menjadi Negara maju dan
modern serta masyarakatnya sejahtera.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 33
“Ulama bertanggung jawab atas
ketidakmampuan umat Islam yang
meyoritas dalam jumlah, tetapi minoritas
dalam penguasaan sector ekonomi.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 34
“kami juga menginginkan agar reformasi
tidak sekadar berubah. Kami ingin
perubahan yang berkelanjutan. Kami
ingin Indonesia menjadi lebih baik,
bukan hanya satu tahapan, melainkan
berkelanjutan dan tidak pernah putus.
Maka kami pilih transformasi. Trans
TV.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
85
85
Tagline 35
“ada tiga peran yang harus bisa
dilakukan media, terutama media
televise, yakni memberikan informasi,
melakukan edukasi, dan menyuguhkan
hiburan. Agar ketiga peran tersebut bisa
dilakukan, perusahaan harus mempunyai
sarana, yaitu keuntungan. Jadi,
mendapatkan keuntungan itu bukan
tujuan, melainkan saran aagar
perusahaan bisa menjalankan cita-
citanya.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 36
“akan sangat tidak baik kalau jaringan
retail di Indonesia tidak dikuasai orang
Indonesia sendiri. Oleh karena itu,
kepemilikkan Carrefour Indonesia
dibuat sedemikian rupa sebagai jalur
distribusi agar keberadaannya
bermanfaat bagi bangsa Indonesia.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 37
“Era baru tersebut adalah kolusi
pemerintah dengan pengusaha adalah
sebuah kolusi untuk membuat ekonomi
Indonesia lebih maju, dan sebuah kolusi
untuk menghadirkan kesejahteraan ke
tengah masyarakat secara nyata.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 38
“di bidang gaya hidup dan dunia
hiburan, kami memfokuskan diri pada
konten, bukan pada sarana dan
prasarana. Contohnya, hampir semua
acara di Trans TV maupun Trans 7
dibuat oleh kami sendiri yang semuanya
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
pemirsa.”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
86
86
Tagline 39
“pada acara tersebut, Ketua MPR Taufik
Kiemas sambil berselorah menyebutkan,
setelah 30 tahun jadi pengusaha, ini
untuk pertama kalinya si Chairul berani
memakai namanya sendiri (CT Corp).”
Dimensi teks: skematik (super
struktur)
Tagline 40
“selama 50 tahun perjalanan hidup saya,
pengalaman berharga yang saya rasakan
adalah saat kita memiliki cita-cita untuk
selalu menjadi lebih baik. Hari ini harus
lebih baik daripada hari kemarin, dan
esok harus lebih baik daripada hari ini. ”
Dimensi kognisi sosial
87
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis dan menjabarkan pokok-pokok permasalahan pada bab-
bab sebelumnya, serta mengolah data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber
menjadi satu kesatuan utuh dalam penelitian ini, maka dapat peneliti simpulkan
wacana pesan moral yang terdapat pada buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
karya Tjahja Gunawan Diredja antara lain :
1. Berbakti kepada orang tua
Bagi seorang Chairul Tanjung sosok Ibu adalah orang nomer satu dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi, seandainya sang Ibu tidak menggadaikan
kain halus miliknya, mungkin Chairul Tanjung belum tentu bisa menjadi
pengusaha sukses seperti sekarang, mengabdi dan berbakti kepada kedua
orang tua adalah pesan utama yang terdapat dalam buku biografi ini
2. Kerja keras
Kerja keras hingga batas kemampuan adalah salah satu kunci kesuksesan
yang Ia raih, dengan berusaha sekeras mungkin bukan tidak mungkin
kesuksesan menghampiri, sesuai yang diajarkan Islam dalam surat Ar-rad
ل يغير ما بقىم حتى يغيروا ما بأنفسهم إن للا
Artinya: "....sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum
sehingga mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.... " (Q.S. Ar-Ra'd: 11)
88
88
3. Ikhlas dan bersyukur
Ikhlas menerima kenyataan hidup dan selalu bersyukur atas apa yang kita
miliki namun tetap berusaha menjadi yang terbaik menjadi faktor utama
dalam menjalani hidup, menurut CT kondisi ekonomi keluarga yang
pasang-surut justru menjadikannya tumbuh lebih matang dari teman
sebayanya, ia tidak menyesali hal itu namun sebaliknya, mensyukuri apa
yang telah menjadi kehendak Allah SWT.
4. Jujur, disiplin, dan tanggung jawab
Pembelajaran sejak dini merupakan pengalaman yang berharga bagi CT,
menurutnya pengalaman sewaktu Sekolah Dasar (SD) tidak pernah Ia
lupakan, sejak diajarkan berjualan es mambo, kacang, dan kue. Hasil dari
penjualan tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan jujur apa adanya
dan tidak dilebihkan maupun dikurangi.
5. Komitmen dan menepati janji
Menepati janji adalah satu cara agar kita dapat dipercaya orang lain, hal
tersebut yang membuat CT sering mendapat kepercayaan dari teman-
temannya. Komitmen terhadap cita-cita dan kemauan yang besar menjadi
tanggungjawab pribadi yang harus dipenuhi, menurut CT jika sudah
berkomitmen maka kita harus berusaha untuk mewujudkannya.
89
89
B. Saran
Peneliti memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan terkait buku biografi
Chairul Tanjung Si Anak Singkong yang telah diteliti, diantaranya sebagai berikut :
1. Beberapa kisah yang terdapat di buku biografi ini dirasa masih ada yang
kurang spesifik, baik dari alur kisah dan konten dari beberapa sub bab
dalam buku ini.
2. Alur maju-mundur yang diterapkan dalam buku biografi ini diharapkan
bisa diperpendek lagi jarak waktu antara kisah satu dengan kisah yang
lain. Agar pembaca bisa mendapatkan view dari kisah-kisah yang
sedang berlangsung.
3. Penggunaan tanda bahasa seperti : titik, atau koma dan sebagainya agar
lebih diperhatikan lagi dalam setiap kisah yang diceritakan.
4. Jilid ke 2 atau spesial story diharapkan hadir untuk melengkapi kisah-
kisah yang dirasa masih kurang maksimal, dengan begitu akan ada nilai-
nilai moral tambahan yang belum tersampaikan dalam buku biografi
yang pertama ini.
5. Diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai studi perbandingan antara
buku biografi dari tokoh yang berbeda dan mencari pesan moral yang
terdapat didalamnya.
90
Hasil wawancara
1. Bagaimana awal hubungan Bapak dengan Chairul Tanjung?
Hubungan kami awalnya formal, saya sebagai wartawan Kompas meliput bidang
ekonomi, dan ketika itu Chairul Tanjung sebagai narasumber saya, tapi lama
kelamaan hubungannya bukan lagi sekedar wartawan dan narasumber tapi sudah
akrab seperti sahabat seperti teman.
Dia banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya, saya sering mendengarkannya,
tipikal orangnya juga bukan suka publikasi, tadinya saya berharap setiap ketemu
orang termasuk Chairul Tanjung adalah bahan yang bisa saya tulis untuk berita, tapi
tidak demikian dengan Chairul Tanjung, setiap saya ada kesempatan ketemu dia, tidak
mesti bahan pembicaraan saya itu bisa untuk pemberitaan, jadi dia bilang untuk
informasi saya saja, karena yang dia bicarakan juga tentang usaha dia atau obsesi dia,
jadi pembicaraanya lebih banyak sebagai teman.
2. Tadi Bapak menyinggung bahwa dia bukan suka dipublikasi hidupnya,
mengapa dia berfikiran untuk membuat buku, bukannya itu termasuk publikasi
juga?
Nah itu karena lebih kepada janji lama atau komitmen lama dia, dia berharap suatu
saat perjalanan hidupnya (Chairul Tanjung) akan saya tulis. Menurut saya pribadi
tujuan beliau membuat buku ini bukan untuk narsis tapi untuk men-share,
memprovokasi, atau memotivasi anak-anak remaja untuk menjadi pengusaha lebih
maju daripada dia, dan bisa menjadi inspirasi. Jadi buku itu betul-betul tentang true
story Chairul Tanjung, jadi dalam buku tersebut tidak terdapat motif politik apapun.
3. Adakah pendapat-pendapat Bapak yang dituangkan dalam buku tersebut?
Itu tidak ada, cerita itu betul-betul tentang pengalaman hidupnya, cerita itu
dikumpulkan dari teman-teman dia dari dia SD, SMP, SMA, kuliah sampai sekarang
yang kenal dia dan tau tentang perjalanan hidupnya, dan 80% kesaksian perjalanan
hidupnya berasal dari teman-temannya tersebut.
4. Rencana jangka panjang Bapak setelah terbitnya buku ini ?
InsyaAllah kalau ada orang lain yang ingin pengalaman hidupnya ditulis saya siap
membantu.
5. Rencana jangka pendek tentang buku ini?
Menghadiri bedah buku, diskusi, saya menjadi narasumber dalam acara tersebut.
91
6. Keuntungan bagi beliau dan bapak sendiri mengenai buku itu apa?
Keuntungan bagi beliau atas buku ini adalah sebagai amal jariyah, karena royalti dari
buku tersebut diberikan ke penulis dia tidak mengambil keuntungan apapun. Bagi
saya untuk menulis biography Chairul Tanjung sudah bersyukur Alhamdulillah.
7. Apa nilai-nilai moral yang dapat diambil dari buku itu?
Terlebih dari itu ada nilai-nilai kehidupan yang bisa diambil, ada tentang kerja keras,
Hormat kepada orang tua terutama Ibu. Kemudian komitmen, pertama tentang
Hormat kepada ibu sudah menjadi way of life dia, Ibu adalah orang nomer satu dan
tidak bisa ditawar- tawar lagi, di berbagai forum bedah buku ia sempat ditanya siapa
orang yang paling berpengaruh dan mempengaruhi dalam kehidupannya? Dia
menjwab pertama, Ibu, kedua ibu, dan ketiga ibu, jadi bagi dia ibu adalah segalanya.
Lalu yang kedua kerja keras karena dia hidup dari keluarga miskin, jadi anak
singkong itu adalah simbol dari keluarga miskin, jadi kerja keras bagi dia sudah biasa,
sebelum dia menikah dengan Ibu Anita dia sudah kerja keras setiap hari dari mulai
jam 8 pagi hingga dini hari sampai jam 1 jam 2 dini hari sudah biasa.
Jadi menurut dia sukses adalah hak setiap orang tapi untuk meraih sukses butuh ekstra
ordinary, butuh kerja keras yang luar biasa, tidak sekedarnya aja.
Ketiga komitmen, jadi kalo Ia sudah mempunyai keinginan dia komitmen dan
melakukannya untuk mewujudkan semua hal tersebut, dia akan full support usahanya.
Dia juga tidak pernah lupa dengan teman lama, jadi saya sudah lama tidak ketemu,
sejak bertemu di 2006 atau 2007 kemudian lama tidak komunikasi tapi setelah itu dia
menghubungi lagi di pertengahan 2010. lalu dia tanya kerjaan saya bagaimana, lalu
kemudian saya ditawari untuk nulis buku, tadinya mau yang nulis buku biografinya
adalah Ramadhan K.H, tapi Ramadhan K.H. keburu meninggal, jika beliau belum
meninggal maka yang nulis bukunya adalah Ramadhan K.H, jadi saya disuruh pak CT
menggantikan Ramadhan K.H. untuk menulis biographynya, lalu saya terima dan
saya pelajari dulu buku-buku Ramadhan K.H seperti gaya penulisannya dan lain
sebagainya.
8. Tahun 2014 ini akan ada pemilihan Presiden, apakah Chairul Tanjung membuat
buku ini sebagai penyebar citra dia?
Saya kira itu hak semua orang untuk menafsirkan apapun dari buku anak singkong ini,
tapi yang jelas buku itu buku auto biography, yang sebenarnya dia yang nulis saya
penyusunnya, jadi benar-benar kata-katanya dia cermati betul, dia tidak mau ada kata-
kata yang menyombongkan diri atau menyinggung orang lain, dan buku itu bukan
buku politik, hingga akhirnya ada persepsi macam-macam itu hak orang lain,
92
namanya persepsi sah-sah saja tapi yang penting ini buku auto biography Chairul
Tanjung yang tadinya Nothing menjadi something kira-kira begitu. Saya kira sangat
patut dijadikan role model bagi anak-anak muda sekarang bahwa kerja keras itu tidak
semudah membalikkan telapak tangan.
9. Apa harapan bapak mengenai buku ini?
Saya ingin buku ini bisa dinikmati oleh semua kalangan, terutama generasi muda, jadi
jangan sampai buku ini bukan untuk kalangan akademisi saja, dengan kalimat-kalimat
yang enak dibaca, True story mengalir apa adanya, dan ada nilai dari setiap sub bab
buku tersebut.
10. Jika untuk Kompas sendiri, apa keuntungannya dengan diterbitkannya buku
ini?
Karena ini diterbitkan di penerbit buku Kompas juga, ini ada kerjasama antar lembaga
itu saja dalam hal ini penerbit buku Kompas. Jadi keuntungannya bisa berbagi
informasi mengenai pengalaman hidup Chairul tanjung.
Tjahja Gunawan Diredja
Penyusun Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
93
FOTO PENULIS DAN CHAIRUL TANJUNG
94
FOTO PENULIS DAN PENULIS BUKU CHAIRUL
TANJUNG SI ANAK SINGKONG