degradasi moral

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya dan bahasa. Sehingga Negara lain pun tidak sanggup menyangkalnya. Karena Indonesia adalah satu Negara kepulauan yang dianugerahi kekayaan alam dan budaya. Kemudian bermuara menjadi budaya nasional Negara Indonesia. Selain itu sangat dipuji oleh Negara lain, karena rasa toleransinya yang tinggi antar masyarakatnya serta keramah tamahan warga Indonesia. Di Indonesia, kita tidak hanya bisa melihat rasa toleransi akan budaya saja tetapi juga toleransi akan kepercayaan dan keyakinan. Fenomena-fenomena yang hadir beberapa tahun terakhir ini sungguh sangat membuat kita semua merasa miris dikarenakan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang selalu mengedepankan nilai-nilai etika dan estetika serta moral yang berbudi luhur didalam berkehidupan berbangsa dan bernegara sudah sangat tergerus oleh kemajuan-kemajuan zaman saat ini, berbagai berita yang disajikan oleh media cetak maupun media elektronik telah cukup membuktikan kepada kita semua suatu bentuk degradasi moral bangsa Indonesia yang mengalami

Upload: hasby

Post on 05-Dec-2015

132 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Degradasi dari segi moral, sikap dan perilaku Bangsa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Degradasi moral

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman suku,

budaya  dan bahasa. Sehingga Negara lain pun tidak sanggup menyangkalnya.

Karena Indonesia adalah satu Negara kepulauan yang dianugerahi kekayaan alam

dan budaya. Kemudian bermuara menjadi budaya nasional Negara Indonesia.

Selain itu sangat dipuji oleh Negara lain, karena rasa toleransinya yang tinggi

antar masyarakatnya serta keramah tamahan warga Indonesia. Di Indonesia, kita

tidak hanya bisa melihat rasa toleransi akan budaya saja tetapi juga toleransi akan

kepercayaan dan keyakinan.

Fenomena-fenomena yang hadir beberapa tahun terakhir ini sungguh

sangat membuat kita semua merasa miris dikarenakan Indonesia sebagai sebuah

bangsa yang selalu mengedepankan nilai-nilai etika dan estetika serta moral yang

berbudi luhur didalam berkehidupan berbangsa dan bernegara sudah sangat

tergerus oleh kemajuan-kemajuan zaman saat ini, berbagai berita yang disajikan

oleh media cetak maupun media elektronik telah cukup membuktikan kepada kita

semua suatu bentuk degradasi moral bangsa Indonesia yang mengalami

peningkatan dari tahun ketahun diiringi oleh kemajuan perkembangan zaman yang

pesat.

Sebuah kemunduran besar bagi bangsa yang telah memiliki suatu nilai-

nilai luhur didalamnya, sebuah harapan besar sebagai bangsa yang telah memiliki

peradapan dengan nilai-nilai luhur yang telah lama tertanam kinipun kian jauh

antara harapan dan realitasnya.

Kemunduran atau bahkan kehancuran moral inipun kini kian terasa hampir

menyeluruh diberbagai bidang dan aspek didalam tantanan budaya kehidupan

berbangsa dan bernegara, tidak dapat dipungkiri lagi kehancuran moralitas sudah

menyelimuti semua kalangan anak bangsa, baik itu para penyelenggara

pemerintahan, penegak hukum, instansi-instansi maupun masyarakat awam

Page 2: Degradasi moral

2

bahkan anak kecil sekalipun kini mereka mengalami suatu degradasi moral yang

kian memprihatinkan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa pengertian dan ciri-ciri Degradasi dari segi moral, sikap dan

perilaku Bangsa Indonesia?

1.2.2 Bagaimana bentuk-bentuk degradasi bangsa Indonesia dewasa ini?

1.2.3 Apa peran pendidikan pancasila dalam mencegah dan menanggulangi

degradasi bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila?

1.2.4 Bagaimana usaha-usaha pemerintah dalam mencegah dan

menanggulangi degradasi bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai

Pancasila?

1.3. TUJUAN

1.3.1 Mengetahui pengertian dan ciri-ciri Degradasi dari segi moral, sikap

dan prilaku Bangsa Indonesia.

1.3.2 Mengetahui bentuk-bentuk degradasi bangsa Indonesia dewasa ini.

1.3.3 Mengetahui peran pendidikan pancasila dalam mencegah dan

menanggulangi degradasi bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai

Pancasila.

1.3.4 Mengetahui usaha-usaha pemerintah dalam mencegah dan

menanggulangi degradasi bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai

Pancasila.

Page 3: Degradasi moral

3

BAB II

ISI

2.1. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI DEGRADASI DARI SEGI MORAL,

SIKAP DAN PRILAKU BANGSA INDONESIA

Deg·ra·da·si /dégradasi/ n kemunduran, kemerosotan, penurunan, (tentang

mutu, moral, pangkat). Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti

kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah

manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang

mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral

artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia

lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik

buruk yang diterima maupun mengenai perbuatan, sikap, kewajiban. Immanuel

Kant berpendapat, moralitas adalah hal keyakinan dan sikap bathin dan bukan hal

sekedar penyesuain aturan dari luar, entah itu aturan hukum Negara, agama atau

adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang adalah

hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban

karena hormat terhadap hukum, sedang hukum itu sendiri tertulis dalam hati

manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untukk mengikuti apa yang

dalam hati didasari sebagai kewajiban mutlak.

Menurut Robert J. Havighurst moral yang bersumber dari adanya suatu tata

nilai yakni a value is an obyect estate or affair wich is desired (suatu obyek rohani

atas suatu keadaan yang di inginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan

seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nila-nilai value

yang diinginkan itu (Sholeh, 2005:104).

Jadi dapat disimpulkan menurut kelompok kami, Degradasi moral merupakan

menurunnya suatu kualitas moral perkembangan globalisasi yang tidak seimbang.

Page 4: Degradasi moral

4

Virus globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak

sadar, namun malah mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini

tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan

itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak. Begitu juga

dengan perilaku penyimpangan yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan norma

dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan perilaku menyimpang.

Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi

norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat.

Ciri-ciri degradasi moral bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai pancasila:

1. Banyaknya penyimpangan sosial yang terjadi yang di akibatkan oleh berbagai

faktor yaitu faktor intern maupun akster dari sang pelaku.

2. Mudahnya budaya asing yang masuk sehingga memicu munculnya budaya –

budaya baru yang bertentangan dengan nilai – nilai yang ada dalam bangsa

Indonesia pada khususnya.

3. Semakin berkurangnya keefesienan dan kefektifan fungsi lembaga-lembaga

social masyarakat. Penerapan-penerapan norma dan sanksi yang kurang

mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda pada khusunya

mengabaikan aturan-aturan tersebut.

4. Bergesernya fungsi dan peranan terhadap nilai-nilai yang di lakukan atas nama

rakyat. Misalnya demonstrasi mahasiswa, memang pada mulanya digunakan

sebagai media penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan

pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini

demonstrasi identik dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai

anarkisme masa dan perusakan infrastruktur pemerintah.

5. Lunturnya tingkat kepercayaan dan kepedulian terhadap bangsa sendiri.

Misalnya kunjungan para anggota dewan kehormatan DPR pada beberapa

waktu lalu ke Yunani untuk studi banding padahal di dalam negeri pada saat

itu sedang terjadi bencana. Diberitakan jika Komisi II DPR membatalkan

kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur pergi ke Italia

hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan Gunung Merapi.

Page 5: Degradasi moral

5

6. Bangga menggunakan produk luar negeri dari pada produk dalam negeri.

Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barang-barang dari luar

negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam penyimpangan nilai-nilai

pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu terhadap produk impor

sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru luar negeri. Ini

sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat ini umumnya

berintelektual tinggi.

2.2 BENTUK-BENTUK DEGRADASI BANGSA INDONESIA DEWASA INI

1. Meningkatnya kekerasan pada remaja

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Telepon Sahabat Anak (TESA)

Jawa Timur mencatat, kekerasan remaja saat masa pacaran terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengaduan, penyebab terjadinya

kasus kekerasan pada masa pacaran ini, cukup bervariasi yaitu akibat ketidak

percayaan diri remaja sebanyak 14 kasus, kemudian sebanyak 64 kasus karena

ketidak tahuan dan ketidak percayaan terhadap potensi yang dimiliki, dan

sisanya sebanyak 25 kasus, disebabkan disharmoni keluarga, persoalan

ekonomi, perbedaan pandangan antara anak dan orang tua dalam memilih

teman atau pacar.

Kasus kekerasan pada masa pacaran, biasanya diawali dengan permintaan

bukti kasih sayang dari pihak laki-laki. Bukti kasih sayang tersebut biasanya

diartikan dengan bentuk hubungan pasangan suami istri(Pasutri), dengan

menyerahkan kesucian remaja perempuan. Pembuktian kasih sayang ini

berbanding lurus dengan momen-momen tertentu, seperti hari valentine,

lebaran, pergantian tahun hingga saat kelulusan. Menurut kelompok kami,

kebanyakan cowok yang sudah mendapatkan keinginannya yaitu “perawan” si

cewek maka dengan mudahnya si cowok akan meninggalkan begitu saja tanpa

bertanggungjawab.

Page 6: Degradasi moral

6

2. Penggunaan kata-kata yang memburuk

Pengguanaan kata-kata sekarang makin memburuk karena lihat saja

faktanya, banyak sekali anak muda baik dari kalangan pelajar sampai

masyarakat umum sering menggunakan kata-kata yang kurang baik dan benar.

Sebut saja kata-kata alay sering kita dengar dan baca di sosial media seperti

facebook, twitter dan blogger. Ungkapan-ungkapan kotor juga seringkali

keluar sebagai umpatan dan sumpah serapah. Biasanya juga hasil luapan

kekesalan. Baik diungkapkan secara keras atau lirih tentu itu tidak

menyenangkan jika didengar orang lain.

Karena pengaruh lingkungan yang kurang baik, akhirnya ungkapan kotor

dan kasar berkembang menjadi hiasan pembicaraan sehari-hari dan cenderung

juga dibapakai sebagai bahan candaan. Ini kebiasaan buruk karena kata kasar

atau kotor itu tidak etis diucapkan. Tidak semua orang senang mendengar

ungkapan-ungkapan tersebut. Jadi alangkah baiknya kita menjaga omongan

kita dengan hal-hal baik, dan mengurangi penggunaan kata-kata yang buruk.

3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan

Dalam hubungan pertemanan, remaja akan merasa senang apabila diterima

dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan

dan diremehkan oleh teman-temannya. Hal ini yang membuat kebanyakan

remaja akan melakukan apa saja agar bisa diterima oleh teman-temannya,

karena bagi remaja pandangan teman terhadap dirinya merupakan hal yang

paling penting (Santrock 2007). Pengaruh peer group yang kuat pada remaja

dapat ditunjukkan dari hasil penelitian Garnier dan Stein (2002) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, bahwa faktor yang paling

kuat dalam masalah narkoba dan kenakalan remaja adalah peer group dari

remaja tersebut. Sementara itu Sullivan (2000) juga menyatakan bahwa peer

group adalah salah satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan perilaku

bullying, selain gaya pengasuhan orang tua, kejadian di dalam kehidupan, dan

iklim sosial sekolah.

Page 7: Degradasi moral

7

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, banyaknya kasus bullying yang

terjadi di sekolah dan hubungannya dengan karakter hormat santun juga

empati remaja, serta peran peer group yang cukup kuat dalam perilaku

bullying. Bullying adalah kasus yang telah mendunia, dan mungkin merupakan

tipe kekerasan di sekolah yang paling umum. Penelitian yang dilakukan di

berbagai negara terhadap siswa berusia 8 hingga 16 tahun menunjukkan

bahwa 8 hingga 38 persen siswa adalah korban bully (McEachern et al. 2005).

Sementara itu, Swearer dan Doll (2001) mengungkapkan angka kejadian dunia

untuk bullying pada remaja di sekolah adalah sekitar 10 persen siswa SMP

hingga 27 persen siswa SMA tercatat sering mengalami bully.

Fenomena kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya di

Indonesia semakin lama semakin banyak bermunculan. Tentunya masih jelas

dalam ingatan, peristiwa yang terjadi di IPDN (Institut Pemerintahan Dalam

Negeri) dengan klimaks meninggalnya seorang Praja akibat dianiaya oleh

seniornya di lingkungan kampus, kemudian kasus seorang siswi SLTP di

Bekasi yang gantung diri karena tidak kuat menerima ejekan dari teman-

temannya 3 sebagai anak tukang bubur, atau bahkan aksi Genk Nero dari Pati

yang terdiri dari kumpulan anak-anak perempuan yang melakukan kekerasan

terhadap adik kelas atau siapa saja yang berani mengusik geng mereka.

4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas

Penggunaan narkoba (NAPZA) dan alkohol adalah faktor besar dalam

penyebaran infeksi HIV. Alat-alat yang dipakai secara bergantian untuk

memakai narkoba dapat membawa HIV dan hepatitis, dan penggunaan

narkoba dan alkohol juga dikaitkan dengan hubungan seks secara tidak aman.

Penggunaan narkoba dan alkohol juga dapat berbahaya untuk orang yang

memakai terapi antiretroviral (ART). Kepatuhan pada pengobatan tampaknya

lebih sulit untuk pengguna narkoba, dan narkoba jalanan dapat berinteraksi

secara gawat dengan obat antiretroviral (ARV). Terapi pemulihan

ketergantungan narkoba dan alkohol dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV.

Page 8: Degradasi moral

8

Untuk banyak orang, narkoba dan seks saling berhubungan. Pengguna

narkoba dapat menawarkan seks untuk narkoba atau uang untuk membeli

narkoba. Beberapa orang mengaitkan seks tidak aman dengan penggunaan

narkoba.Penggunaan narkoba, termasuk metamfetamin (shabu) dan alkohol,

meningkatkan kemungkinan orang tidak akan melindungi dirinya saat

berhubungan seks. Seseorang yang ‘menjual’ seks untuk narkoba mungkin

mengalami kesulitan untuk membatasi apa yang dia akan melakukan.

Penggunaan narkoba dan alkohol dapat mengurangi angka penggunaan

kondom dan praktek seks aman yang lain.

Sering kali, pengguna narkoba berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku

ini meningkatkan risiko terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual (IMS)

lain. IMS dapat meningkatkan risiko tertular atau menularkan HIV.

5. Kaburnya batasan moral baik-buruk

Kaburnya batas-batas moral tersebut, telah menggiring masyarakat kita ke

arah krisis moral dan krisis legitimasi moral sang penguasa, sebagaimana yang

dijelaskan oleh Jurgen Habermas di dalam bukunya Legitimation Crisis. Krisis

legitimasi (moral) menyebabkan tidak didengarnya lagi oleh masyarakat

imbauan-imbauan moral pihak berwenang (khususnya penguasa), oleh karena

mereka sendiri yang justru dianggap sering mempertontonkan tindakan-

tindakan melanggar moral.

Abjeksi moral yaitu suatu kondisi individu atau masyarakat yang

tenggelam ke dalam jurang moralitas yang paling rendah, yaitu ketika

lenyapnya batas-batas moral itu sendiri (baik/buruk, benar/salah, bagus/jelek,

halal/haram, dan sebagainya). Nilai-nilai moralitas mengambang ke sana-

kemari, menciptakan ambiguitas moral tentang mana hal yang salah dan

benar. Banyak fakta dilapangan hal yang dianggap benar justru adalah hal

yang salah. Lihat saja banyak sekali KKN terjadi dimana-mana, baik dari

ruang lingkup yang kecil sampai ruang lingkup yang besar.

Page 9: Degradasi moral

9

6. Menurunnya etos kerja

Etos kerja menunjukkan kualitas kerja dan kinerja seseorang. Menurunnya

etos kerja seseorang  berarti  menurunnya kualitas kerja dan kinerja seseorang.

Apabila ini terjadi secara komunal, alangkah buruk akibat yang disebabkan

oleh hal tersebut. Apabila masyarakat memiliki etos kerja yang rendah maka

pembangunan Indonesia akan tersendat. Masyarakat malas untuk membangun

negerinya sendiri. Walaupun Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah,

namun apabila tidak dikelola dengan baik itu sama saja dengan bohong.

Diperlukan semangat dan etos kerja yang tinggi dari seluruh lapisan

masyarakat agar bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik.

7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru

Penghormatan kepada orang yang lebih tua sudah selayaknya dilakukan.

Lebih-lebih kepada orang   tua dan guru kita sendiri. Alangkah

memprihatinkan, apabila situasi ini terjadi di masyarakat kita. Anak-anak

muda sekarang sudah memiliki rasa hormat yang sangat rendah terhadap

orang yang lebih tua. Orang tua yang seharusnya dihormati malah dihujat

dengan kata-kata yang tidak pantas dan tidak lagi dihargai. Tidak jarang siswa

melanggar peraturan sekolah dan tidak memperdulikan kata-kata gurunya.

Selain itu pengertian akrab dengan guru sekarang sering disalahgunakan

seperti merangkul guru, berbicara tidak sopan, dan bercanda yang berlebihan.

8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga Negara

Mulai rendahnya masyarakat menyadari tentang tanggung jawabnya

terhadap bangsa. Mereka lebih cenderung mengutamakan kepentingan pribadi

dibandingkan kepentingan umum. Nilai-nilai luhur Pancasila semakin redup

dalam menjaga NKRI. Masyarakat harus sadar akan tanggung jawabnya untuk

menjaga Bangsa dan Negara ini. Jangan hanya menuntut hak, utamakan

terlebih dahulu tanggung jawab dan kewajiban terhadap bangsa dan negara.

Page 10: Degradasi moral

10

9. Membudayanya ketidakjujuran

Banyak praktek ketidakjujuran berkembang dewasa ini. Praktek-praktek

ini seakan mendarah daging dalam bangsa ini. Kejujuran telah banyak

dicampakkan dari tata pergaulan sosial-ekonomi-politik dan disingkirkan dari

bingkai kehidupan manusia. Fenomena ketidak jujuran benar-benar telah

menjadi realitas sosial yang menggelisahkan. Drama ketidakjujuran saat ini

telah berlangsung sedemikian transparan dan telah menjadi semacam rahasia

umum yang merasuk ke berbagai wilayah kehidupan manusia. Mulai dari

tingkat rakyat jelata hingga birokrasi pemerintahan tidak luput dari praktek

kecurangan. Sebut saja korupsi yang sudah merajalela di negeri ini.

10. Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama

Kurangnya rasa toleransi terhadap sesama menyebabkan masyarakat saling

sentimen terhadap orang lain. Masalah ini sangat dekat dengan SARA.

Masyarakat yang “tidak segolongan” dengannya akan dianggap remeh

keberadaannya. Hal ini membuat masyarakat terkotakkan dalam suatu

fanatisme berlebihan. Yang berbahaya dari hal ini jika rasa curiga dan

kebencian tersebut sudah mengarah ke konfrontasi fisik. Bentrokan berbau

SARA akan terulang lagi dan mengikis rasa persatuan dan kesatuan NKRI

2.3. PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DALAM MENCEGAH DAN

MENANGGULANGI DEGRADASI BANGSA INDONESIA TERHADAP

NILAI-NILAI PANCASILA

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis,

didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu

pengembangan pendidikan haruslah berorientasi kepada dua tujuan, yakni untuk

pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa intelektual akan tidak berdaya.

Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang dapat menggunakan

kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan orang lain. Selain

Page 11: Degradasi moral

11

itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana untuk membelajarkan

peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan peradapan

manusia yang bermartabat. Ialah manusia-manusia yang beriman dan brtaqwa

kepada Tuhan Yang Maha kemanusiaan, menghargai sesama, santun dan

tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan kebersamaan dan keberagaman,

membamgun kedisiplinan dan kemandirian, sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Oleh karena itu proses dan isi pembelajaran hendaknya dirancang secara cermat

sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi

bagi proses pembelajaran yang berkualitas

Di dalam suatu kehidupan perlu adanya suatu dasar yang digunakan untuk

bertumpu atau digunakan untuk berpedoman. Seperi salah satunya di Indonesia,

masyarakat Indonesia mempunyai dasar yakni Pancasila. Nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila memiliki rti yang sangat mendalam baik itu secara

historis maupun pengalamannya dalam bermasyarakat. Nilai-nilai ini bagi

Indonesia merupakan landasan atau dasar, cita-cita dalam melakukan sesuatu juga

sebagai motivasi dalam perbuatannya, baik dalam kehidupan sehari-hari dalam

masyarakat maupun dalam kehidupan kenegaraan. Pancasila sebagai sumber dasar

filsafah serta ideologi Bangsa dan Negara Indonesia tidak terbentuk serta merta

dan mendadak serta diciptakan oleh seseorang begitu saja berdasarkan

pertimbangan dan pemikirannya sendiri seperti yang terjadi pada ideologi lain

yang ada di Negara lain didunia. Seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia

dijadikan suatu tinjauan dalam pembentukan Pancasila. Hal itu dikarakan

Pancasila merupakan suatu sumber negara ataupun sumber nilai yang nantinya

akan dianut oleh segenap rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupannya dan

juga sebagai berometer dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak terkecuali

dalam bergaul dengan dunia Internasional. Sehingga dalam pembentukan

Pancasila harus mencerminkan kehidupan seluruh bangsa Indonesia.

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku

yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga,

masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang

dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan karakter mengajarkan

bangsa ini, pemuda negeri ini, untuk berpikir cerdas sehingga mampu mengatasi

Page 12: Degradasi moral

12

berbagai macam masalah baru yang ada, meningkatkan kemampuan untuk

berbaur dengan bangsa lain dengan tetap mempertahankan identitas dan budaya

bangsanya. Dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara

membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan

landasan pokok dalam berpikir dan berbuat, dan hal ini mengaharuskan bangsa

Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan

perilaku nyata baik dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai luhur Pancasila adalah media

yang tepat untuk merealisasikan hal tersebut, dengan tindakan yang tepat maka

akan dihasilkan pula output atau keluaran yang tepat yaitu bangsa Indonesia yang

berjiwa Pancasila. Tanpa adanya realisasi atau perwujudan nyata nilai-nilai luhur

tersebut, maka Pancasila hanya tinggal ucapan-ucapan tanpa makna.

Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma

yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan

perbuatan-perbuatan yang baik dan benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk

memagari manusia dari melakukan perbuatan yang buruk yang tidak sesuai

dengan norma-norma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Dalam kurun satu dekade ini, bangsa Indonesia mengalami

kemunduran moral yang sangat hebat, ditandai dengan tingginya angka freesex

atau seks bebas di kalangan remaja, maraknya penggunaan obat-obatan terlarang,

seringnya terjadi bentrokan antar warga, antar pelajar, mahasiswa dengan aparat,

dan lainnya yang biasanya didasari hal-hal sepele, semakin banyaknya kasus

korupsi yang terungkap ke permukaan juga menunjukan degradasi moral tidak

hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa, tetapi juga terjadi pada para pejabat

yang seharusnya menjadi pengayom dan teladan bagi warganya.

Perpaduan atau kombinasi antara pendidikan moral dan pendidikan

karakter yang berbasiskan nilai-nilai luhur  Pancasila akan berdampak sangat

positif terhadap pembentukan karakter dan moral generasi muda bangsa

Indonesia. Negara Indonesia dengan berbagai macam masalah yang mendera di

dalamnya ibarat sebuah “piring yang sudah kotor”, yang apabila piring itu

digunakan tanpa dibersihkan terlebih dahulu maka akan mengotori tangan

Page 13: Degradasi moral

13

pengguna berikutnya. Jadi diperlukan adanya treatment atau perlakuan khusus

pada generasi muda sebagai calon penerus pemerintahan, pemegang tongkat

estafet kekuasaan dan pengelola negara agar mereka tidak turut melakukan hal-hal

negatif yang justru akan menimbulkan derita dan krisis berkepanjangan bagi

rakyat Indonesia. Perlakuan khusus tersebut berupa penanaman dan peingkatan

pemahaman mereka terhadap Pancasila dan nilai-nilai luhur yang terkandung di

dalamnya.

Pembinaan generasi muda sejak dini dengan cara memperkenalkan mereka

terhadap ideologi Pancasila dan pengaplikasiannya secara nyata merupakan hal

mendesak yang harus segera dilaksanakan. Diperlukan andil pemerintah dan

seluruh rakyat Indonesia dalam proses pelaksanaanya.

Pancasila dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya menjadi

basis atau bahan utama dari pendidikan moral dan pendidikan karakter yang

merupakan alat untuk membentuk keperibadian luhur, karakter, dan moral bangsa

Indonesia. Dua jenis metode pendidikan tersebut akan saling bekerja sama,

melebur menjadi satu, karena pada dasarnya keduanya dirancang untuk

menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada generasi muda. Pendidikan moral

dan karakter selanjutnya harus diintregasikan atau dimasukkan ke dalam Sistem

Pendidikan Nasional karena akan lebih mudah untuk diawasi kualitasnya oleh

Pemerintah. Selanjutnya harus dibuat satu mata pelajaran khusus yang materinya

adalah tentang bagaimana meningkatakan pemahaman siswa terhadap Pancasila

dan makna atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya untuk kemudian dilatih

bagaimana cara pengaplikasiaannya di kehidupan nyata; ini merupakan kegiatan

praktek yang harus dilakukan siswa atau peserta didik.  Kegiatannya pun bisa

dimodifikasi sedemikian rupa oleh guru atau pendidik contohnya kerja bakti

bersama masyarakat desa, games atau permainan unik sehingga peserta didik

dapat mengerti pesan-pesan moral apa yang didapat dari kegiatan tersebut.

Mata pelajaran ini harus sudah ada mulai sejak SD hingga perguruan

tinggi karena ini akan sangat membantu dalam pembentukan moral dan karakter

generasi muda. Ini akan lebih efektif daripada seminar-seminar atau outbond

bertemakan pembentukan karakter yang biasanya berlangsung hanya beberapa

Page 14: Degradasi moral

14

jam saja. Padahal untuk mencapai suatu hasil yang maksimal diperlukan usaha

yang maksimal pula, tidak bisa didapatkan dengan cara-cara instant atau praktis

seperti tersebut.

2.4. USAHA-USAHA PEMERINTAH DALAM MENCEGAH DAN

MENANGGULANGI DEGRADASI BANGSA INDONESIA TERHADAP

NILAI-NILAI PANCASILA.

1. Hankamnas melalui pembinaan nilai-nilai Pancasila terhadap pelaku anarkis

sehingga selain terdapat efek jera juga terdapat efek moral bagi pelaku sikap

anarkis.

2. Mengoptimalkan media komunikasi dan informasi (dalam hal ini pers)

menjadi fasilitas yang mendukung penanaman nilai Pancasila melalui siaran

yang edukatif, sesuai dengan tujuannya dalam UU Pers Pasal 3 UU No. 40

Tahun 1999 yang berbunyi Pers Nasional mempunya fungsi sebagai media

informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

3. Pendidikan yang lebih menekankan kepada bimbingan dan pembinaan

perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor penting, karena

melatih integritas mental dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang

memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam menghadapi benturan-

benturan nilai-niai (clash of value) yang berlaku dalam lingkungan remaja itu

sendiri berikut lingkungan sosialnya.

4. Ketegasan penerapan sanksi yang tegas sehingga dapat menjadi shock teraphy

(terapi kejut) bagi pelaku yang melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang. Khususnya kepolisian dan lembaga-lembaga penegak hukum

lainnya dengan tidak pandang bulu.

5. Pencegahan berbagai penyimpangan dengan pendekatan agama ini merupakan

substansi dari program Pengawasan dengan Pendekatan Agama yang meliputi

upaya preventif dan detektif dengan penanaman nilai-nilai ajaran agama.

Karena ”sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi” mengutip sebuah

ayat dalam Al-Quran, maka implikasinya tak ada satu pun aktivitas manusia

yang luput dari jangkauan radar-Nya. Implikasi empirisnya, manusia tak

Page 15: Degradasi moral

15

mungkin melakukan penyimpangan atau abuse of power jika kesadaran

ketuhanan semacam ini benarbenar telah tertanam pada diri mereka.

Page 16: Degradasi moral

16

BAB III

3.1. KESIMPULAN

Kehidupan yang dinamis dituntut tidak hanya cerdas dalam menyikapi

hidup melainan juga diprlukan sikap yang bermoral. Moral sendiri berarti suatu

perilaku dan pemahaman yang dimiliki setiap manusia sehinga mampu mengerti

setiap tindakan yang dilakukannya adalah benar. Dengan demikian, setiap

tindakan harus dipertimbangkan sesuai dengan moral yang baik. Dalam kehidupan

sehari-hari, di setiap aspek kehidupan dilihat dari segi individualitas mapun secara

umum dibutuhkan sebagai pedoman dalam menentukan arah tindakan yang akan

dibutuhkan. Misalnya, dibutuhkan moral sebagai seorang pemimpin dan dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat. Peran Pancasila disini sangat krusial untuk

mengatasi degradasi moral yang sedang terjadi. Diharapkan dengan pendidikan

Pancasila yang baik dan benar dapat membuat tingkat moralitas bangsa Indonesia

kembali membaik. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk membuat hal

ini menjadi kenyataan, baik dari diri sendiri, masyarakat sekitar, serta pemerintah.

3.2. SARAN

Untuk mengatasi kemerosotan moral sudah selayaknya sebagai umat

manusia dan individu yang beradab harus memperhatikan norma-norma yang

berlaku dengan menjadi pribadi yang bermoral. Maka, dalam kehidupan

bermasyarakat kita harus berpegang teguh pada aturan-aturan moral yang benar.

Mengingat moral merupakan faktor utama untuk mencapai kesuksesan atas

apapun rencana dan tindakan yamg kita lakukan.

Page 17: Degradasi moral

17

DAFTAR PUSTAKA

1. BP - 7 PUSAT (1985). Penerapan Pancasila dalam Demokrasi di Indonesia, Jakarta: BP - 7 PUSAT.

2. Daryono, M (1998). Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

3. Saksono, Gatut (2007). Pancasila Soekarno, Yogyakarta: CV. Urna Cipta Media Jaya.

4. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan- prinsip-pendidikan-karakter/

5. http://dhechoiriyah-nurul.blogspot.com/2012/05/peran-pancasila-dalam- pendidikan-dan.html

6. http://nuhraini.blogspot.com/2012/10/peran-pendidikan-pancasila- dalam.html

7. http://fajrinar.blogspot.com/2012/11/pendidikan-moral-dan-karakter- berbasis.html