analisis trustpolitik policy korea selatan dalam …

76
ANALISIS TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM UPAYA MENGHADAPI KOREA UTARA SKRIPSI Oleh: SITI ZUMROTUL MUNAWWARAH 14323054 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM UPAYA

MENGHADAPI KOREA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

SITI ZUMROTUL MUNAWWARAH

14323054

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2018

i

ANALISIS TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM UPAYA

MENGHADAPI KOREA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Hubungan Internasional

Oleh:

SITI ZUMROTUL MUNAWWARAH

14323054

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2018

iv

v

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, serta rezeki untuk

melanjutkan program studi S1 ini hingga selesai. Kedua, Shalawat serta salam

selalu panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Saya persembahkan karya

sederhana ini untuk beberapa orang yang telah menyayangi saya selama ini, yaitu:

Ibu dan Alm. Bapak

Tidak ada kata yang cukup untuk mengucapkan rasa terimakasih Siti ke

Ibu dan Alm.Bapak atas segala perjuangan, air mata, kemarahan, kesabaran,

kelelahan, dan keberhasilan hingga Siti dapat menyelesaikan S1 ini. Terimakasih

atas semua do‟a, nasehat, dukungan, cinta, kasih dan sayang, yang terus mengalir

seperti air dan tiada ujungnya kepada Siti. Terimakasih atas kepercayaan yang

telah Ibu dan Alm.Bapak berikan kepada Siti, semoga Siti akan selalu bisa

memberikan kebahagiaan dan kebanggaan kepada Ibu dan Alm.Bapak. Walaupun

Alm.Bapak tidak bisa disamping dan menyaksikan keberhasilan Siti dalam

mencapai S1, Siti yakin Alm.Bapak juga ikut melihat di alam sana. Semoga Allah

SWT selalu memberikan umur, kesehatan dan rezeki yang panjang kepada Ibu

agar Siti masih mempunyai banyak waktu untuk membahagiakan Ibu. Semoga

dengan selesainya S1 ini, menjadi sebuah awal dari kehidupan Siti untuk menjadi

orang yang berhasil, sukses serta bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Aminn

vii

HALAMAN MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan

boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain.”

(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)

Hanya karena kamu tidak menangis, bukan berarti kamu tidak sedih

Hanya karena kamu tersenyum, bukan berarti kamu bahagia

(Song Geu-rim)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat, pertolongan, kelancaran serta

kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini yang dapat selesai tepat pada

waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Penulis menyadari bahwa proses dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas

dari motivasi, dukungan, nasehat, bimbingan serta saran dari beberapa pihak. Oleh

karena itu, di sini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan rahmatdan hidayah-Nya tanpa henti

kepada penulis dan keluarga hingga sampai saat ini.

2. Nabi Muhammad SAW shallawat serta salam selalu penulis curahkan

untuk sang Nabi.

3. Ibu dan Alm. Bapak yang selalu menjadi pendorong dan alas an untuk

tidak menyerah dalam menjalani kehidupan serta tak bosan mengingatkan

untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT.

4. Kakak-kakak ku Muhammad Abdurrahman Wahid dan Muhammad

Rahmattulah yang selalu memberikan dukungan dan motivasinya.

5. Adik-adik ku terkasih Siti Mar‟atul Latifah dan Siti Nur Halizah yang

selalu menjadi pengobat hati dan pembangkit dikala terpuruk.

ix

6. Terimakasih kepada diriku sendiri yang telah mampu berjuang mencapai

titik akhir dari segala kesulitan dalam perkuliahan dan penulisan skripsi.

7. Bapak Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang telah

memberikan nasehat, bimbingan dan arahan.

8. Bapak Irawan Jati, S.IP.,M.Hum.,M.S.S selaku Ketua Program Studi

Hubungan Internasional Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan

dan umur panjang oleh Allah SWT.

9. Bapak Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A., selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan sepaket dengan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan nasehat, motivasi, saran, masukan, dan rasa positif kepada

penulis untuk terus berusaha menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan umur panjang oleh Allah

SWT.

10. Dosen-Dosen HI UII, yaitu: Ibu Karina Utami Dewi, S.IP., M.A., Bapak

Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A.,Bapak Geradi Yudhistira, S.sos.,

M.A., Ibu Gustrieni Putri, S.IP., M.A., dan Bapak Hasbi Aswar, S.IP.,

M.A. yang telah sabar untuk mengajarkan banyak ilmu dan pengetahuan.

Mohon maaf apabila selama masa perkuliahan banyak berbuat kesalahan.

Semoga para Dosen-Dosen HI mendapatkan balasan yang baik dari Allah

SWT. Dan semoga selalu diberikan kesuksesan, kesehatan, umur panjang

serta kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan.

x

11. Mbak Mardiatul Khasanah, makasih banyak mbak Day udah

mempermudah dalam segala urusan akademik dan perkuliahan selama ini.

Terima kasih juga untuk kenangan menyenangkan kita bersama, semoga

mbak Day selalu sehat, diberi umur panjang, dan lancar dalam segara

urusan.

12. Teman-teman Geng anak Pak Gandung, Laila Maulina si sipek manjah

tapi sayang, Rizki Septy Ananda si lembut selembut sutra, Feny Yuliana si

keong yang bucin (budak cinta), Puspa Shinta Pratiwi yang

terterterdewasa, tanpa kalian aku bukanlah apa-apa, thanks for always

being there deep and top, ya walaupun aku jarang kumpul sama kalian,

percayalah kalo aku sayang kalian, love love love more :*

13. Teman-teman misqueenQ: Vikram yang paling cuek sejagad raya dunia

akhirat, tapi diam-diam peduli wkwk, Vida em udah gak terbilang lagi

mau ekspresikan kek mana dia, segala jenis temen dia embat semua haha,

Devi si suka bacot 6 sks, kadang lebih juga, kadang bermanfaat, dan

banyak yang gak jelasnya, El terterterbaik dalam segala hal sampe gak ada

kurangnya :*, Bintar si anak baru tapi kenal lama, google berjalannya HI,

sang motivator temen misqueen, Thanks for all, love you so so so much

guys :* :*:*

14. Thanks for you “Drama Korea” temen yang paling terbaik dari semuanya,

selalu nemenin dari SMA sampe sekarang, yang suka bikin good mood,

yang akhir-akhir ini sering terabaikan untuk menyelesaikan tuagas negara

ini, maafkan karna kau terkorbankan, but thank you bikin hidup ku selama

ini dipenuhi dengan drama.

xi

15. Thanks for Chagiya~aa, si putih hijau yang telah menemani dari SMA

sampe sekarang, yang rela panas, hujan, mendung, terik matahari, dingin

sampai terkena hujan abu merapi, love you :*

16. Dan finally, for my cats Kyubi, Junaa, Jocho yang selalu menjadi alasan

aku pulang kos karena menunggu dikasih makan wkwk, semoga kita

selalu bersama.

17. Teman-teman HI angkatan 2014 yang telah berjuang bersama selama 4

tahun ini. Terima kasih telah menjadi tim dan partner terbaik.

Sekali lagi, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang telah disebutkan, di mana telah memberikan banyak

kontribusi dalam pengerjaan dan penyelsaian skripsi ini dengan sebaik mungkin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menginspirasi

pembaca untuk menemukan beberapa penelitian yang baru dan inovatif.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 05 Desember 2018

xii

HALAMAN DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN ..............................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................................vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xiii

ABSTRAK ........................................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

1.4 Signifikansi ......................................................................................................... 6

1.5 Cakupan Penelitian ............................................................................................. 6

1.6 Kajian Pustaka .................................................................................................... 7

1.7 Landasan Konseptual ........................................................................................ 14

1.8 Metode Penelitian ............................................................................................. 21

1.8.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 21

1.8.2 Subjek Penelitian....................................................................................... 21

1.8.3 Alat Pengumpul Data ................................................................................ 22

1.8.4 Proses Penelitian ....................................................................................... 22

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 23

2.1 Trustpolitik Policy ............................................................................................. 23

2.1.1 Trust-building Process in the Korean Peninsula ...................................... 24

2.1.2 Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative (NAPCI) ..................... 28

2.1.3 Eurasia Initiative....................................................................................... 30

2.2 Tindakan Korea Utara pada tahun 2013-2017 .................................................. 32

xiii

2.3 Hambatan Trustpolitik Policy ........................................................................... 36

BAB III ANALISIS TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM

UPAYA MENGHADAPI KOREA UTARA ................................................................ 40

3.1 Rational Actor Model ........................................................................................ 41

3.2 Cost ................................................................................................................... 43

3.3 Benefit ............................................................................................................... 45

3.4 Hambatan-hambatan dalam Trustpolitik Policy ................................................ 47

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 50

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 50

4.2 Saran dan Rekomendasi .................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 53

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tujuan Trust-building Process in the Korean Peninsula……………..24

Tabel 2.2 Prinsip Trust-building Process in the Korean Peninsula……………..25

Tabel 2.3 Kebijakan Inisiatif Trust-building Process in the Korean Peninsula…26

Tabel 2.4 Kepentingan Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative………29

Tabel 2.5 Tujuan Eurasia Initiative……………………………………………...30

Tabel 3.1 Klarifikasi Hasil Analisis Rational Choice Theory…………………...43

xiii

DAFTAR SINGKATAN

DMZ : Demilitarized Zone

DK PBB : Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

ASEAN : Association of South East Asia

NATO : North Atlantic Treaty Organization

OSCE : Organization for Security and Co-operation I Europe

EAS : East Asia Summit

CICA : Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia

ROK : Republic of Korea

US : United States

UNICEF : United Nations Children’s Fund

NAPCI : Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative

NPT : Nuclear Non-Proliferation Treaty

IAEA : International Atomic Energy Agency

TNT : Trinitrotoluene

KIC : Keasong Industry Complex

xiv

ABSTRAK

Kawasan Semenanjung Korea masih mengalami kondisi perang dingin

sejak tahun 1953, di dorong dengan Korea Utara yang kerap melakukan uji coba

nuklirnya yang membuat ketidakstabilan keamanan di kawasan. Untuk

menganggulangi konflik tersebut, pemerintah Korea Selatan mnggunakan strategi

Trustpolitik Policy untuk menghadapi Korea Utara, yang mana dikeluarkan pada

masa kepemimpinan Park Geun Hye. Kebijakan ini berfokus untuk membangun

hubungan kepercayaan antara Seoul dan Pyongyang melalui kerja sama antar

Korea dan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan

mengapa Korea Selatan menggunakan Trustpolitik Policy dalam upaya

menghadapi ancaman nuklir Korea Utara.

Kata Kunci: Konflik Korea, Kebijakan Luar Negeri Korea Selatan, ancaman

nuklir Korea Utara, Trustpolitik Policy, Rational Choice, Pengambilan

Keputusan

ABSTRACT

Korean Peninsula area is still experiencing cold war conditions since 1953,

driven by North Korea conducted a nuclear test often so destabilize regional

security. To respond to the conflict, the South Korean government used the

Trustpolitik Policy strategy to deal with North Korea, which was issued during

Park Geun Hye's leadership. This policy focuses on building a relationship of trust

between Seoul and Pyongyang through cooperation between Korea and

internationally. This study aims to find out the reasons why South Korea using

Trustpolitik Policy in efforts to confront North Korea's nuclear threat.

Keywords: Korean Conflict, South Korea's Foreign Policy, North Korea's

nuclear threat, Trustpolitik Policy, Rational Choice, Decision Making

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu nuklir di kawasan Semenanjung Korea merupakan konflik lanjutan

setelah adanya gencatan senjata sejak tahun 1953, hubungan antara Korea Utara

dan Korea Selatan kerap mengalami pasang surut, sehingga selalu menimbulkan

kekhawatirkan ketika kedua negara Korea ini berinteraksi dalam hal internal

maupun eksternal. Sebagaimana ketahui bahwa kedua negara tersebut tidak

pernah menandatangani perjanjian perdamaian secara resmi sehingga masih

dikatakan dalam kondisi perang dingin. (BBC, 2015). Rudal nuklir Korea Utara

ini telah menimbulkan ketegangan di kawasan, karena dianggap akan

mempengaruhi kestabilan keamanan yang sangat buruk, di mana tak hanya satu

dua wilayah saja bahkan dunia pun akan terkena dampak dan reaksi nuklirnya

(Andi Purwono dan Ahmad Saifuddin Zuhri, 2010, hal. 6).

Konflik nuklir yang terjadi di kawasan tersebut, bukan hanya dikarenakan

oleh konflik saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara saja, tetapi telah

dipengaruhi oleh kondisi sistem internasional di kawasan Semenanjung Korea itu

sendiri. Semenanjung Korea berbatasan dengan negara-negara maju seperti,

Rusia, China, Jepang, Asia Tenggara, Timur Tengah dan sebagainya, di mana

memiliki peran penting untuk mencapai kepentingannya. Secara tidak langsung

akan membentuk suatu tatanan regional yang memiliki pengaruh dalam

2

menentukan dinamika kekuasaan, ekonomi, politik dan keamanan terhadap

kawasan (Kireeva, 2016, p. 113).

Selama 65 tahun lebih Semenanjung Korea mengalami konflik dan

konfrontasi di DMZ. Bersamaan dengan itu, telah dilakukannya dialog, kerja sama

dan pertukaran yang terus terjalin antar Korea. Namun, tak membuat Korea Utara

meninggalkan program nuklirnya, bahkan dengan tindakan uji coba nuklir yang

dilakukan Korea Utara yang terus berlanjut tersebut menjadi ancaman nyata bagi

kawasan Semenanjung Korea dan sekitarnya (BBC, 2015). Untuk menanggulangi

isu nuklir di kawasan tersebut, Korea Selatan melalui strategi kebijakan luar

negerinya berupaya untuk menjalin hubungan baik dengan Korea Utara.

Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara mulai membaik ketika Kim Dae

Jung terpilih sebagai Presiden Korea Selatan untuk periode 1998-2003, yang mana

mengeluarkan strategi Sunshine Policy untuk menghadapi Korea Utara. Kebijakan

ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan Korea Selatan dan Korea Utara

melalui dialog secara damai dan menciptakan reunifikasi Korea melalui

perdamaian, kerja sama di berbagai bidang, bantuan ekonomi dan kemanusiaan

tanpa syarat ke Korea Utara (Nack, 1999, p. 9). Setelah melakukan pertemuan dan

dialog di antara kedua pimpinan Korea tersebut, telah disetujuinya beberapa kerja

sama dan diplomasi yang akan dilaksanakan bersama seperti membangun

infrastruktur untuk menghubungankan kedua negara dan dilakukannya

pembangunan industri Kaesong (Sik, 2002, p. 105).

3

Periode tahun 2003-2008, Korea Selatan mengeluarkan Policy for Peace

and Prosperity yang merupakan strategi pendekatan melalui dialog yang

digunakan Presiden Roh Moo Hyun dalam menghadapi Korea Utara. Presiden

Roh Moo Hyun menyatakan bahwa tidak hanya ingin mempertahankan kebijakan

terdahulunya, namun juga memperluas ruang lingkup dan isi dari Sunshine Policy

dan membangun suatu struktur perdamaian dan kesejahteraan di Semenanjung

Korea. Dalam pengimplementasian kebijakan Roh Moo Hyun, mempunyai

hambatan yang membuat reunifikasi Semenanjung Korea menjadi terhalang yaitu,

terjadinya krisis nuklir. Sehingga membuat sikap Korea Utara berubah menjadi

lebih agresif dan mempengaruhi peimplementasian dari The Policy of Peace and

Prosperity. Pada kebijakan ini, telah mencapai beberapa kemajuan yang signifikan

dalam perekonomian antar Korea, khususnya dalam kerja sama industri Kaesong

yang dimana salah satu pendapatan terbesar Korea Utara berasal dari kerja sama

tersebut (Nack, 2006, pp. 38-43).

Setelah masa periode Roh Moo Hyun, Korea Selatan di pimpin oleh Lee

Myung Bak untuk periode 2008-2013. Kebijakan Lee Myung Bak sangat berbeda

dari kebijakan-kebijakan sebelumnya, di mana mulai bersikap tegas dan pragmatis

terhadap Korea Utara agar mau untuk menghentikan pengembangan program

nuklirnya. Melalui The Policy Of Mutual Benefit and Common Prosperity,

kebijakan ini mendapatkan kecaman keras dari Korea Utara dan hubungan kedua

negara semakin memburuk (Chul, 2008, pp. 39-40). Peristiwa tenggelamnya kapal

Angkatan Laut Korea Selatan Cheonan dan di ikuti dengan peristiwa penembakan

oleh militer Korea Utara di Pulau Yeonpyeong pada tahun 2010, membuat

ketegangan semakin memanas di Semenanjung Korea (Macfie, 2010).

4

Setelah berakhirnya masa periode kepemimpinan Lee Myung Bak, Korea

Selatan di gantikan oleh Park Geun Hye sebagai presiden perempuan pertama

yang menjadi pemimpin di Korea Selatanpada periode 2013-2017. Kebijakan luar

negeri yang di keluarkan Park Geun Hye ialah Trustpolitik Policy (CNN, 2013).

Sesuai dengan isi pidato pelantikannya tersebut, Park Geun Hye ingin

menciptakan kehidupan yang bahagia di kawasan Semenanjung Korea dan seluruh

masyarakat global. Trustpolitik Policy merupakan salah satu upaya Korea Selatan

dalam membangun hubungan kepercayaan terhadap Korea Utara untuk

menurunkan tensi konflik yang terjadi (Yonhap, 2013). Park Geun Hye

mengatakan bahwa arah kebijakannya tersebut untuk menghadapi negara

tetangganya itu dengan cara softpower, melalui membangun rasa saling percaya

antar Korea sebagai pondasi untuk menciptakan perdamaian sejati dan unifikasi

bagi kedua negara (World, 2013).

Kebijakan ini difokuskan untuk membangun kepercayaan terhadap Korea

Utara melalui pemberian bantuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat

Korea Utara (Ouellette, 2013, p. 2). Namun, kebijakan tersebut tidak berjalan

dengan mudah, di mana ketika awal Trustpolitik Policy tersebut Korea Utara

melakukan uji coba nuklirnya yang ketiga. Uji coba nuklir tersebut merupakan

pertama bagi Korea Utara sejak kepemimpinan Kim Jong Un yang mengambil

alih kekekuasaan ayahnya, Kim Jong Il (CBS, 2013). Hingga tahun 2017, Korea

Utara terus melakukan uji coba nuklirnya, di mana ledakan tersebut lebih kuat di

bandingkan dengan ledakan-ledangan sebelumnya. Bahkan menunjukkan bahwa

uji coba nuklir tersebut cukup kuat untuk menenggelamkan area seluas 85 hektar

di pucak gunung kompleks terowongan Punggye-ri yang merupakan lokasi uji

5

coba nuklirnya saat itu (Lee, 2017). Tindakan uji coba nuklir Korea Utara tersebut

mengancam keamanan dan membuat ketidakstabilan di Semenanjung Korea

(Michaels, 2017).

Ketegangan di antara kedua negara tersebut pun semakin memanas dan

membuat operasional industri di Kaesong ditutup sementara (Putz, 2016).

Sebagaimana diketahui bahwa kerja sama industri Kaesong tersebut merupakan

salah satu sumber pendapatan terbesar Korea Utara (Nack, 2006, p. 41). Selain itu,

Dewan Keamanan PBB juga memberikan kebijakan berupa sanksi melalui

resolusi-resolusi terkait dengan peluncuran rudal nuklir dan melakukan embargo

terhadap Korea Utara karena dianggap akan menimbulkan potensi konflik dalam

kehidupan masyarakat internasional (BBC, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa Korea Selatan menggunakan Trustpolitik Policy dalam upaya

menghadapi konflik nuklir Korea Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana kebijakan luar negeri Korea Selatan

“Trustpolitik Policy” dalam upaya menormalisasikan hubungan

antar kedua negara Korea

2. Mengetahui dinamika hubungan kedua negara tersebut

3. Untuk menganalisis bagaimana kebijakan Korea Selatan dapat

mempengaruhi respon dari Koea Utara

6

1.4 Signifikansi

Penelitian ini penting dilakukan karena masih banyak yang belum

membahas secara rinci mengapa Korea Selatan mengeluarkan kebijakan

Trustpolitik dalam upaya memperbaiki hubungannya dengan Korea Utara dengan

menggunakan teori atau konsep yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini.

Kebijakan ini juga perlu dikaji lebih dalam karena, Korea Selatan dan Korea Utara

masih menimbulkan masalah-masalah yang membuat hubungan di antara kedua

negara Korea tersebut semakin merenggang. Diharapkan hasil dari penelitian ini

mampu menjelaskan titik balik pengambilan keputusan kebijakan luar negeri

Korea Selatan untuk menghadapi ancaman Korea Utara yang terjadi saat ini.

1.5 Cakupan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam lingkup kajian hubungan internasional

dalam kebijakan luar negeri Korea Selatan. Penelitian ini berfokus pada kebijakan

luar negeri pada masa kepemimpinan Park Geun Hye melalui “Trustpolitik

Policy” di periode kepemimpinan 2013-2017 untuk menghadapi ancaman

program rudal nuklir Korea Utara. Selain itu, penelitian ini akan memaparkan

terkait tindakan Korea Utara yang kerap melakukan peluncuran rudal nuklirnya

pada tahun 2013-2017, yang mana merupakan awal Trustpolitik Policy.

7

1.6 Kajian Pustaka

Dalam penelitian terkait isu nuklir di kawasan Semenanjung Korea ini,

sebenarnya sudah ada sejumlah peneliti yang ikut menganalisis permasalahan ini

baik dalam buku, jurnal maupun artikel lainnya. Penelitian yang penulis anggap

cukup relevan untuk penelitian ini akan penulis jadikan bahan sebagai tinjauan

pustaka. Seperti yang ada di dalam buku yang disusun oleh the Federal Research

Devision of the Library of Congress under the Country Studies yang berjudul

“South Korea: A Country Study”, 1990, Washington. Pada bab IV buku ini

membahas tentang Foreign Policy: Relations with North Korea yang mana

memaparkan tentang hubungan yang terjalin dengan Korea Utara.

Dalam bab IV buku ini, menjelaskan tentang Nordpolitik yang dikeluarkan

dibawah kepemimpinan Roh Tae Woo, yang mana dijadikan alat Korea Selatan

untuk membangun hubungan dengan sekutu lama Korea Utara seperti, Tiongkok

dan Rusia sebagai mediator untuk memperbaiki hubungan mereka. Menurut

Korea Utara, Nordpolitik ini hanya sebagian dari strateginya untuk mempengaruhi

sekutunya untuk berpihak ke Korea Selatan sehingga akan menggeser posisi

Korea Utara. Saat ini, Korea Selatan dan Korea Utara sudah meningkatkan

hubungan mereka satu sama lain secara bertahap dan keamanan di sekitar zona

demiliterisasi. Para pemimpin bisnis Korea Selatan telah menyadari bahwa adanya

potensi proses perdamaian dengan Korea Utara melalui ekonomi, yang mana

secara perlahan membentuk pertumbuhan industri yang menjanjikan sehingga

akan memperbaiki hubungan di Semenanjung Korea (Shaw, 1990, pp. 261-263).

Pada buku ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan Korea Selatan dan Korea

Utara menggunakan Nordpolitik sebagai upaya untuk mengurangi adanya

8

ketegangan di Semenanjung Korea dan membangun kerja sama bersama. Melalui

buku ini akan penulis gunakan untuk mengetahui upaya kebijakan Korea Selatan

dalam menghadapi Korea Utara.

Selain melakukan upaya kebijakan luar negeri dengan Korea Utara, Korea

Selatan juga berupaya dari dalam domestiknya dengan meningkatkan pertahanan

militer negaranya untuk menghadapi nuklir Korea Utara seperti dalam buku yang

ditulis oleh Yang Seung Yoon dan Mohtar Mas‟eod yang berjudul “Politik Luar

Negeri Korea Selatan: Penyesuaian Diri terhadap Masyarakat Internasional”,

2004, Gadjah Mada University Press. Pada bab III buku ini membahas tentang

perubahan kebijakan keamanan Korea Selatan dengan mengerahkan peningkatan

kekuatan militernya untuk meminimalisir terjadinya perang di Semenanjung

Korea serta ikut berpartisipasi aktif dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian

di wilayah Asia Timur dan Pasifik Barat.

Perubahan kebijakan ini di maksudkan untuk meningkatkan kemampuan

militer dan membentuk kredibilitas melalui kerja sama antara militer Korea

Selatan dengan militer Amerika Serikat untuk mengatasi ancaman dari luar.

Semenanjung Korea di akui memiliki kawasan yang strategis, yang mana secara

geografis di kelilingi oleh negara-negara besar dan kuat seperti, China, Jepang dan

Rusia bahkan memiliki sekutu dan aliansi yang cukup kuat di dunia sehingga

Semenanjung Korea cenderung dijadikan sasaran empuk untuk menyebarluaskan

pengaruh dan kepentingan negara-negara besar tersebut (Yang Seung Yoon and

Mohtar Mas'eod, 2004). Pada buku ini dapat membuka pandangan penulis untuk

menganalisis bagaimana Korea Selatan melakukan kerja sama dengan negara lain

untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara tersebut.

9

Pada tahun 1998, Kim Dae Jung mengeluarkan Sunshine Policy terhadap

Korea Utara untuk meningkatkan hubungan antar korea melalui rekonsiliasi,

bantuan ekonomi dan kemanusiaan, serta kerja sama tanpa menawarkan syarat

apapun. Bersamaan dengan itu, pada tahun 2000 Kim Dae-Jung dan Kim Jong-Il

memulai proses KTT Inter-Korea yang diselenggarakan langsung di Pyongyang

(Yun Byung-se , 2013). Berkaitan dalam jurnal East Asian Review yang ditulis

oleh Moon Chung In yang berjudul “The Sunshine Policy and The Korean

Summit: Assessment and Prospects”, Winter 2002, Vol.12, No.4, The Institute for

East Asian Studies (the IEAS). Jurnal ini membahas tentang dinamika Sunshine

Policy serta konsekuensinya dan menganalisa kegiatan KTT Inter-Korea yang

telah di sepakati. Moon Chung In menilai dan mengamati implemetasi dari

kebijakan Kim Dae Jung melalui Sunshine Policy dan KTT Inter-Korea tersebut.

Menurut Moon Chung In apa yang dilakukan dan diselenggarakan pada

tahun 2000 lalu dalam KTT Inter-Korea telah membawa suatu keberhasilan besar

untuk proses reunifikasi Semenanjung Korea, yang mana adanya keberanian besar

dari pimpinan Korea Selatan berkunjung ke Korea Utara secara langsung untuk

berdialog dan bekerja sama mewujudkan Sunshine Policy agar dapat membuka

jalan untuk peaceful co-exixtence dan unifikasi di Semenanjung Korea (Chung-In,

2000, pp. 3-36). Jurnal ini berpendapat bahwa Sunshine Policy terhadap Korea

Utara dinilai berhasil, karena pada Sunshine Policy ini mampu membuka jalur

dialog sehingga menciptakan adanya kerja sama di Inter-Korea sehingga

permusuhan yang cukup lama di antara kedua negara tersebut dapat di

kesampingankan dengan melakukan berbagai kerja sama melalui Sunshine Policy.

10

Dengan demikian penelitian ini akan membantu penulis dalam membedakan

keefektifan strategi Sunshine Policy dan Trustpolitik Policy.

Berbeda dengan Korea Utara, yang mana telah menjadikan nuklir sebagai

alat diplomasinya dengan negara lain seperti dalam jurnal yang ditulis Andi

Purwono dan Ahmad Saifuddin Zuhri mengenai “Peran Nuklir Korea Utara

Sebagai Instrumen Diplomasi Politik Internasional”, 2010, Vol.7, No.2, Jurnal

Ilmu Politik Hubungan Internasional. Jurnal tersebut menjelaskan terkait

bagaimana Korea Utara berhasil menjadikan nuklir sebagai instrumen diplomasi

terhadap dunia internasional demi meraih kepentingan nasionalnya. Korea Utara

telah berhasil menempatkan nuklir sebagai kepentingan sekaligus permasalahan

bagi sistem politik luar negeri negaranya sehingga membuat senjata nuklir ini

diakui sebagai senjata yang sangat berbahaya dan memiliki kekuatan dalam

politik.

Korea Utara mempertahankan program nuklirnya untuk melindungi

keamanan domestik, khususnya dari ancaman agresi militer Amerika Serikat yang

di anggapnya sebagai musuh yang ingin menyingkirkan rezimnya. Menurut Korea

Utara, program nuklirnya merupakan sarana atau instrumen diplomasi yang

efektif untuk menghadapi Amerika Serikat serta sekutu-sekutunya di meja

perundingan dan diplomasi. Selain sebagai instrumen diplomasi untuk menjaga

eksistensi keamanan nasionalnya, program nuklir ini juga menghasilkan

keuntungan ekonomi, bantuan pangan, pendanaan dan lain-lain sehingga satu-

persatu kebutuhan atau kepentingan nasionalnya terpenuhi (Andi Purwono dan

Ahmad Saifuddin Zuhri, 2010). Penelitian ini dapat mendukung penulis dalam

menganalisis faktor-faktor Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir.

11

Untuk menyelesaikan konflik nuklir di kawasan Semenanjung Korea ini,

telah dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi ketegangan yang terjadi di antara

kedua negara tersebut, seperti dalam buku “Asia Pasifik: Konflik, Kerja Sama,

dan Relasi Antarkawasan”, yang ditulis Sukawarsini Djelantik, 2015, Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. Pada bab X di buku ini menjelaskan bahwa adanya

beberapa pihak yang ikut berkontribusi aktif dalam ketidakamanan dunia yang di

sebabkan oleh nuklir Korea Utara tersebut. Bab ini memaparkan terkait upaya dari

beberapa pihak tersebut dalam melakukan diplomasi untuk denuklirisasi

Semenanjung Korea, yang mana menginginkan adanya solusi damai untuk kedua

negara. Setelah mundurnya Korea Utara dari perjanjian Nonproliferasi Nuklir

tahun 2003, mulai diadakannya perundingan enam negara (Six Party Talks), di

antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Rusia, Korea Selatan, dan

Korea Utara di mana sebagai pertemuan membahas masalah program nuklir

Korea Utara namun tidak ada pencapaian kesepakatan damai.

Pada tahun 2009 Six Party Talks tidak di adakan, melainkan Amerika

Serikat dan negara anggota Six Party Talks lainnya melakukan pembicaraan

terpisah dengan Korea Utara sejak saat itu. Awalnya Korea Utara mengaku bahwa

tenaga nuklir yang di milikinya hanya untuk mengembangkan produksi bahan

bakar di negaranya. Namun tahun 2006 hingga 2017 Korea Utara menggunakan

tenaga nuklir tersebut sebagai alat berdiplomasinya dengan negara-negara kuat

agar dapat mempertahakan rezim dan posisi buffer zone nya di Asia Timur. Bab X

buku ini menyarankan untuk mengambil langkah-langkah kebijakan baru terhadap

Korea Utara, yaitu dengan membangun suatu hubungan yang saling percaya,

karena rasa kepercayaan lebih berpotensi untuk membuka jalur diplomasi dan

12

negosiasi yang mengarah ke proses perdamaian (Hyung, 2015, pp. 201-221).

Buku ini dapat mendukung penelitian penulis, di mana memberitahukan penulis

bahwa adanya peranan multilateral yang ikut berperan aktif dalam menghadapi

ancaman nuklir Korea Utara.

Tindakan uji coba nuklir Korea Utara ini menciptakan kondisi keamanan

internasional terancam seperti dalam buku yang berjudul, “Regionalism and

Globalization in East Asia: Politics, Security, and Economic Development”, yang

ditulis oleh Mark Beeson, 2014, Palgrave Macmillan, New York. Pada bab 5 buku

ini membahas tentang keamanan internasional, yang mana menjadi isu penting

dalam hubungan eksternal dan internal kawasan Asia Timur. Ada beberapa

interpretasi yang signifikan dan berpengaruh terhadap perilaku negara untuk

keamanan internasional itu sendiri. Keamanan internasional menunjukkan adanya

tindakan negara yang tidak dapat di prediksi dari struktur sistem internasional, di

mana membuat struktur sistem internasional itu mengalami perubahan yang

signifikan.

Pada buku ini memberikan penjelasan mengenai adanya isu-isu keamanan

yang baru di kawasan Asia Timur, yang mana mencuri perhatian dunia

internasional seperti Taiwan, Korea Utara, Laut China Selatan dan lainnya yang

akan memberikan ancaman konflik jangka panjang untuk keamanan Asia Timur.

Pada bab ini menjelaskan tentang adanya perbedaan di antara negara kawasan

menjadi penentu penting dalam membuat pengaturan keamanan nasional dan

hubungan eksternal antar negara Asia Timur (Beeson, 2014). Buku ini dapat

penulis gunakan sebagai referensi pendukung dalam mengetahui perkembangan

13

kondisi yang terjadi di kawasan Asia Timur yang mana akan menjadi tolak ukur

dalam menganalisis penelitian ini.

Dari beberapa kajian pustaka yang telah di tuliskan diatas, sebagian kecil

merujuk pada upaya-upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Korea

Utara, seperti implementasi kebijakan luar negeri Nordpolitik, Sunshine Policy,

kebijakan pertahanan keamanan domestik Korea Selatan, instrumen nuklir yang

dijadikan sebagai alat diplomasi Korea Utara dan kondisi hubungan negara-negara

di Asia Timur dan upaya bantuan dari negara-negara lain untuk menyelesaikan

konflik nuklir di Semenanjung Korea tersebut. Sebagaimana di ketahui bahwa

banyaknya hambatan dan masalah yang muncul diantara kedua negara Korea

ketika itu Trustpolitik Policy di jalankan, sehingga membuat hubungan Korea

Selatan dan Korea Utara semakin tegang. Dengan begitu, penulis ingin

menganalisis bagaimana upaya Korea Selatan dalam Trustpolitik Policy untuk

menghadapi ancaman program nuklir Korea Utara tersebut.

14

1.7 Landasan Konseptual

Rational Choice Theory

Dalam proses pengambilan keputusan kebijakan luar negeri paling sering

menggunakan Rational Decision-Making Model atau sering dikenal dengan

Rational Choice Theory, yang mana digunakan sebagai alat menjelaskan pilihan

dan melihat perilaku para pembuat keputusan. Rational Choice Theory muncul

bersamaan ketika pandangan realis sedang menonjol dalam hubungan

internasional. Hal ini kemudian digunakan sebagai pilihan yang paling rasional

dalam menentukan perilaku dan tindakan negara untuk menghitung kekurangan

dan keuntungan dari tindakan tersebut, sehingga memilih salah satu pilihan yang

paling menguntungkan. Menurut Graham T. Allison (Allison, 1969, p. 690),

Rational Choice Theory terbagi menjadi tiga model dalam proses pengambilan

keputusannya yaitu;

1. Rational Actor Model

Rational Actor Model merupakan model proses pembentukan kebijakan

luar negeri yang paling sering digunakan, di mana berada dalam lingkungan

internasional yang menentukan aksi negara sebagai aktor dan membuat suatu

pilihan yang rasional (Jensen, 1982, p. 5). Menurut Graham T. Allison (Graham,

1971, p. 33), keamanan nasional dan kepentingan nasional merupakan prinsip

utama dalam menyusun kebijakan luar negeri. Rational Actor Model melakukan

pilihan terhadap kebijakan luar negeri sebagai produk ideal. Mengingat pengambil

keputusan yang rasional mengambil mempertimbangkan tujuan kebijakan luar

negeri dan menentukan yang mana untuk mengambil pilihan yang paling prioritas

15

di antara pilihan yang lain. Hal ini juga merupakan sebagai upaya untuk

menjelaskan peristiwa internasional dengan berlandaskan tujuan dan perhitungan

negara atau pemerintah (Allison, 1971, p. 10).

Sebagai aktor rasional, terutama pemerintah mempunyai nilai

(perhitungan), yang mana aktor tersebut mengumpulkan pilihan, informasi, resiko

berat, yang kemudian memilih dan membuat rencana dari setiap pilihan sebagai

suatu cara untuk memprediksi apa yang akan terjadi jika mengambil pilihan

tersebut. Dengan asumsi ini, pembuat keputusan menghitung nilai yang

diharapkan dari setiap pilihan, membandingkan semua pilihan, dan memilih

pilihan yang paling rasional dan menguntungkan (Allison, 1971, p. 29). Hal ini

merupakan sebagai penjelasan satu tujuan yang memungkinkan interpretasi

perilaku sebuah negara untuk memilih pilihan yang memaksimal nilai tersebut

(Allison, 1971, p. 11). Adapun beberapa indikator dalam mempengaruhi Rational

Actor Model ialah:

1. Goals and Objecvtive

2. Alternatives

3. Consequences

4. Choice

Pertama Goals and Objecvtive, mewakili adanya nilai atau utilitas dari

sebuah keputusan yang di ambil, yang mana di harapkan setiap aktor dapat

menentukan urutan preferensi setiap kemungkinan konsekuensi yang mungkin

terjadi dari tindakan tersebut, di mana tiap konsekuensi mengandung sejumlah

efek samping dari yang dihasilkan. Kedua Alternatives, hal ini mengharuskan

16

setiap aktor rasional harus memilih salah satu di antara alternatif sebelum aktor

tersebut terjebak dalam situasi tertentu. Dalam pengambilan keputusan, alternatif

ini direpretasikan sebagai pohon keputusan yang mana dari tindakan-tindakan

alternatif tersebut mencakup tindakan sederhana namun spesifikasi suatu tindakan

tersebut harus cukup tepat untu membedakannya dari alternatif lain sehingga

meminimalisir kerugian yang di dapatkan. Ketiga, Consequence, konsesuensi

merupakan hasil yang akan terjadi untuk setiap alternatif yang telah dipilih.

Keempat Choice, yang mana merupakan pilihan-pilihan dalam alternative yang

konsekuensinya dapat menduduki peringkat tertinggi dalam mengambil

keputusan. Dari berbagai konsep diatas tersebut telah mencakup ekonomi,

keputusan, teori permainan, serta gagasan yang tersetruktur yang mendasari

asumsi manusia sehari-hari dari tujuan manusia baik dalam perilaku individu dan

di internasional dalam kebijakan luar negeri. Hal tersebut bertujuan untuk memilih

pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dengan berbagai hambatan yang

terjadi (Allison, 1971, p. 30).

Dalam konteks negara, para pembuat keputusan akan diminta untuk

berhati-hati memberikan keputusan dengan mencari tahu apa yang harus

diharapkan dan dibutuhkan. Dalam hal Ini tidak hanya melibatkan keuntungan dan

kerugian, tetapi juga memperkirakan kemungkinan dari berbagai hasil yang akan

di dapatkan. Jika aktor gagal atau tidak mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya, maka hal tersebut merupakan kesalahan dalam pengumpulan data

informasi, perhitungan yang salah atau pilihan rasional tersebut yang salah. Model

ini, berasumsi setiap aktor tidak bisa mempertimbangkan semua konsekuensi yang

mungkin terjadi. Ketika sebuah konsekuensi buruk tertentu muncul, yang dapat

17

dilakukan adalah memodifikasinya untuk mengurangi kemungkinan konsekuensi

itu berulang akan tetapi dengan tingkat yang berbeda.

Model ini banyak dikenal sebagai model strategi atau model aksi-reaksi,

yang mana biasa digunakan untuk menerapkan tiap respon sebagai perhitungan

rasional untuk menghadapi tindakan yang dilakukan oleh aktor lain. Aktor

rasional dalam pengambilan keputusan berkaitan juga dengan lingkungannya, di

mana lingkungan tersebut meliputi informasi yang berkaitan dengan aktor lain.

Namun, aktor lain mengetahui tindakan tindakan aktor tersebut. Situasi tersebut

dapat mempersulit aktor rasional untuk memprediksi hasil dan reaksi dari

tindakan yang telah dipilih. Hal ini yang menjadikan aktor rasional menjadi sangat

penting dalam pengambilan keputusannya.

2. The Organization Process Models (OPM)

Graham T Allison (Allison, 1971, p. 67) menjelaskan bahwa model ini

seperti, sebuah kolongmerat dan organisasi semi-feodal yang bekerja sama dengan

pemerintah agar dapat bergerak sendiri sebagai pengambil keputusan, yang mana

sebagai tindakan yang dipilih oleh satu kesatuan, pembuat keputusan rasional,

kendali pusat dan memaksimalkan nilai yang mempunyai kedudukan secara

formal. Model ini menjelaskan bahwa terdapat tindakan pemeintah sebagai otput

organisasi yang dikoordinasikan secara parsial oleh sekelompok pemimpin yang

bersatu sebagai dasar perilaku pemerintah untuk membuat pilihan dari pembuat

keputusan kesatuan. Dengan demikian, perilaku pemerintah dalam menangani

masalah penting telah di pengaruhi oleh pendapat output dan input dari beberapa

organisasi.

18

Model ini menganggap bahwa tujuan dan sasaran telah dibentuk secara

baik, membatasi pilihan berdasarkan standar operasional prosedur, membuka jalan

pembuatan kebijakan yang dipengaruhi oleh organisasi-organisasi multilateral

atau lembaga dalam negara, setiap organisasi memiliki masing-masing fungsi dan

misi. Model ini telah ditentukan dengan pertimbangan dalam mencapai tujuan

organisasi yang bekerja sama tersebut seperti, anggaran (dana keuangan), standar

operasional prosedur yang meningkatkan efisiensi dan kinerja. Dengan demikian,

pembuat keputusan dapat menggunakan batasan untuk mempersempit beberapa

pilihan alternatif yang menjanjikan dan hasil yang baik. Akibat dari perilaku-

perilaku organisasi tersebut menimbulkan masalah tertentu dalam pemerintahan

seperti, tindakan pemerintah yang harus berdasarkan oleh tujuan dan sasaran

dalam organisasi di dalamnya. Hal tersebut merupakan tindakan pemerintah

sebagai output dari organisasi yang sangat berbeda dari Model I (Allison, 1971, p.

68).

3. The Govermental (Bureaucratic) Politics Model

Graham T Allison (Allison, 1971, p. 144) juga menjelasakan tentang

perilaku pemerintah yang bukan sebagai output organisasi melainkan hasil dari

permainan tawar-menawar. Hasil dari proses tawar-menawar politik di antara

pemain kunci, tawar-menawar dan kompromi hasil dalam kepuasan tidak

mengoptimalkan pengambilan keputusan yang mana pemilihan berdasarkan

dukungan dari birokrasi yang sukses melobi pemimpin, ambisi pribadi menjadi

pertimbangan birokrasi ketika membuat keputusan, permusuhan dan persahabatan

terjadi antara birokrasi, serta pendapat pribadi tentang isu-isu yang terjadi, dapat

menyimpang sesuai kebutuhan kebijakan publik yang seharusnya diambil.

19

Berbeda dengan model I, model politik pemerintah (birokrasi) ini tidak melihat

aktor kesatuan melainkan dari banyak aktor sebagai yang menangani tidak hanya

fokus satu isu masalah tetapi pada banyak masalah intra-nasional.

Model ini berdasarkan dengan aktor individu yang merupakan kunci

pengambilan keputusan berdasarkan pengaruh birokrasi, di mana aktor tersebut

memiliki pengaruh besar dalam menentukan tindakan birokrasinya seperti,

perbedaan birokrasi, berbeda saran yang diajukan dan hubungan komunikasi antar

kekuasaan informal dan formal dalam negara. Keuntungan dari model ini adalah,

model menambahkan gambaran penting yang rinci tentang politik dalam negeri,

membantu menjelaskan peran birokrasi dalam pemerintah, membantu

menjelaskan mengapa tiap birokrasi bekerja sesuai perannya, namun terjadi

pertentangan dengan kepentingan pemerintah pada umumnya, membantu

menjelaskan mengapa kebijakan terkadang muncul irasional berdasarkan

perspektif kesatuan pemerintah (eksekutif), tetapi kelemahannya yaitu, sulit untuk

mempelajari dan menganalisis dan terlalu banyak variabel (Allison, 1971, p. 145).

Dari ketiga model tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam model I

menggambarkan alasan mengapa memilih pilihan rasional tersebut untuk

membuat keputusan. Model II menggambarkan terkait output dari organisasi yang

telah dipilih sebagai pilihan rasional untuk mengambil keputusan. Model III

menggambarkan mengapa banyak para aktor ikut berpartisipasi dalam menangani

berbagai masalah dan membuat pilihan rasional. Dari ketiga model tersebut juga

dapat menghasilkan adanya pemikiran mengenai cost-benefit, di mana memahami

pilihan-pilihan yang memaksimalkan nilai yang akan di dapatkannya sebelum

keputusan tersebut bersifat keputusan akhir (Allison, 1971, p. 251).

20

Dari berbagai model dari Rational Choice Theory ini digunakan untuk

mengetahui sikap dari para pembuat keputusan dalam memutuskan kebijakan

yang akan dikeluarkan. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan menggunakan

model dari Rational Actor Model sebab melalui model ini penulis melihat bahwa

negara sebagai aktor utama serta aktor rasional dalam pembuatan keputusan

kebijakan luar negeri dan mampu memberikan penjelasan mengenai pilihan

tersebut. Melalui model ini pula menghasilkan analisis dari pilihan yang telah

dibuat oleh negara dengan mempertimbangkan cost dan benefit untuk mencapai

kepentingannya.

21

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menganalisis

permasalahan dalam penelitian tentang Trustpolitik Policy Park Geun Hye dalam

menghadapi ancaman nuklir Korea Utara adalah metode penelitian kualitatif.

Menurut Norman Denzin dan Yvonna Lincoln, metode penelitian kualitatif adalah

suatu bidang studi ilmu sosial yang mencakup berbagai metode mulai dari

wawancara, observasi, analisis wacana, historis, studi literature, data non-numerik

dan data bersifat abstrak. Penelitian kualitatif mengkaji untuk memahami proses

dan fenomena melalui makna para aktor dan partisipan dalam perspektif mereka.

Metode ini dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan dan

menfokuskan pada makna dan proses dalam penelitian ini secara detail dan

sistematis sehingga menghasilkan penelitian yang efisien dan koheren. Dengan

demikian, penulis akan mendapatkan pemahaman mendalam untuk memberikan

penjelasan dan argumen terhadap permasalahan yang diambil dalam penelitian ini

(Bakry, 2016).

1.8.2 Subjek Penelitian

Konflik nuklir yang terjadi di kawasan Semenanjung Korea tak hanya

mengganggu stabilitas keamanan kawasan Asia Timur tetapi juga keamanan

seluruh masyarakat internasional. Mengetahui bagaimana Korea Selatan berupaya

dalam menghentikan program nuklir Korea Utara melalui Trustpolitik Policy

22

1.8.3 Alat Pengumpul Data

Dalam metode penelitian kualitatif ini akan mengumpulkan data melalui

data skunder yang mana diperoleh dengan mencari sumber-sumber informasi yang

mendukung penelitian seperti, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian

penulis, jurnal, penelitian berbasis internet, website, report, document-based

research, library research dan data pendukung lainnya yang mungkin memiliki

keterkaitan yang sama atau mempunyai hubungan yang sama dengan penelitian

penulis ini. Dalam mengumpulkan data penelitian ini penting untuk melakukan

teknik triangulasi yang mana bertujuan untuk mereferensi ulang temuan-temuan

sumber informasi penelitian kita. Teknik ini sebagai antisipasi adanya informasi

yang salah, karena kita ketahui bahwa sering kali ada partisipan yang sengaja

memberikan jawaban atau pernyataan yang menyesatkan pikiran kita (Bakry,

2016, p. 66).

1.8.4 Proses Penelitian

Proses penelitian yang akan di lakukan oleh penulis adalah dengan cara

analisa data. Peneliti akan mengumpulkan data dari sumber-sumber yang telah di

dapat baik jurnal, buku maupun media cetak serta internet yang bersifat

kredibilitas yang terpercaya. Proses penelitian akan di lakukan secara sistematis

yaitu di mulai dengan mengelola data, meneliti dan menganalisis sumber yang

telah terkumpul sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan dari rumusan

masalah yang penulis teliti. Mengingat bahwa metode yang di pakai oleh penulis

adalah metode deskriptif kualitatif maka kajian yang di dapat hanya bersumber

dari literatur atau kajian pustaka yang dapat mendukung penelitian.

23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Trustpolitik Policy

Pada Februari 2013, Park Geun Hye menetapkan Trust Building Process di

Semenanjung Korea dalam mengupayakan peningkatan hubungan baik dengan Korea Utara

melalui membangun kepercayaan di antara kedua negara Korea berlandaskan dengan

keamanan nasional untuk mempertahankan perdamaian di Semenanjung Korea dan pondasi

dasar untuk unifikasi. Park Geun Hye mengeluarkan kebijakan Trustpolitik Policy untuk

mengubah kondisi Semenanjung Korea yang memiliki zona berkonflik menjadi zona

kepercayaan yang mana diharapkan akan menciptakan suatu perdamaian sejati di antara

kedua Korea. Park Geun Hye menekankan pentingnya untuk memulihkan dan membangun

kepercayaan antar negara Korea sehingga tidak merusak rekonsiliasi yang sudah terbangun

dengan transformasi konflik (Hye, 2011, p. 14).

Park Geun Hye menguraikan kunci prinsip-prinsip dari straeginya dalam membangun

kepercayaan untuk meningkatkan dan menstabilkan hubungan dengan Korea Utara, China

dan Jepang. Trustpolitik Policy memiliki tiga kerangka besar dalam melaksanakan kebijakan

luar negerinya yaitu Trust-building Process in the Korean Peninsula yang membangun

kepercayaan Seoul dan Pyongyang bertujuan untuk mencegah adanya ancaman nuklir dan

mempromosikan perdamian dan stabilitas di Semenanjung Korea, Northeast Asia Peace and

Cooperation Initiative bertujuan untuk menjalin rasa saling percaya dan meningkatkan kerja

sama di antara China, Jepang dan Korea Selatan dan Eurasia Initiative merupakan initiatif

Korea Selatan untuk meningkatkan hubungannya dengan negara-negara di luar kawasan

secara langsung yang meliputi, United Nations, ASEAN, India dan Eropa (Teo, 2014).

24

2.1.1 Trust-building Process in the Korean Peninsula

Trustpolitik Policy yang pertama ialah Trust-building Process in the Korean

Peninsula yang merupakan salah satu langkah utama untuk membangun kepercayaan antara

kedua negara Korea tersebut, yang dilandasi dengan sistem keamanan yang kuat sehingga

kedepannya Semenanjung Korea berhasil mencapai kesepakatan unifikasi dan perdamaian

sejati serta mempunyai tatanan internasional yang baik. Park Geun Hye menyadari bahwa

melalui rasa kepercayaan tersebut akan membangun sebuah hubungan yang harmonis

sehingga adanya dialog dan perjanjian-perjanjian di antara kedua negara Korea akan

mengesampingkan ketegangan yang terjadi saat ini (Sejong-daero, 2013, pp. 5-6).

Tabel 2.1 Tujuan Trust-building Process in the Korean Peninsula

Sumber: Republic of Korea Ministry of Unification, 2013

Trust-building Process in the Korean Peninsula memiliki tujuan yang harus dicapai

antara lain: Pertama, akan mengembangkan hubungan diplomatik antar Korea yang di mana

pemerintahan ROK akan mulai membuka lembaran baru dengan antar Korea berdasarkan

pada akal sehat dan kepatuhan norma-norma internasional serta memperluas ruang lingkup

kepentingan bersama, pertukaran antar Korea dan kerja sama dalam membangun komunitas

ekonomi dan sosio-budaya di Semenanjung Korea. Kedua, pemerintahan ROK akan berupaya

Trust-Building

Developing Inter-Korean

Relation

Establishing peace on the

Korean Peninsula

Laying the Groundwork

for Unification

25

membangun perdamaian abadi di Semenanjung Korea dengan membangun kerja sama

internasional dan kerja sama antar Korea untuk mencapai denuklirisasi di kawasan

Semenanjung Korea melalui promosi kepercayaan antar Korea di bidang politik dan militer.

Ketiga, pemerintahan ROK akan menetapkan langkah-langkah untuk unifikasi Korea dalam

lingkup domestik melalui pembangunan kapasitas dan membuat persiapan substansial untuk

penyatuan Semenanjung Korea (Sejong-daero, 2013, p. 11).

Tabel 2.2 Prinsip Trust-building Process in the Korean Peninsula

Sumber: Republic of Korea Ministry of Unification, 2013

Dalam kebijakan Trust-building tersebut, pemerintahan ROK berpegang teguh dengan

prinsip-prinsip yang telah disetujui, yaitu pemerintah akan melakukan pendekatan yang

menyesuaian dengan Korea Utara yang mana berupaya untuk menjaga keseimbangan antara

keamanan nasional dan kerja sama pertukaran sosio-budaya antar Korea dan internasional

sehingga akan menimbulkan lebih banyak negara-negara lain yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian konflik tersebut. Selain itu pemerintah akan mempelajari kebijakan-kebijakan

Korea Utara (Nordpolitik) untuk mengarahkan Korea Utara ke jalur yang tepat sehingga

menciptakan suatu hubungan dan kebersamaan yang baik. Terakhir, pemerintahan ROK akan

Principles

Balanced Approach

Evolving North Korea

Policy

International Cooperation

26

bekerja sama dengan komunitas-komunitas internasional agar mampu mengatasi krisis dan

mencari solusi untuk keamanan di Semenanjung Korea (Sejong-daero, 2013, p. 12).

Trust-building mempunyai arah kebijakan yang efektif, yang mana kebijakan tersebut

berlandaskan dengan keamanan yang kuat agar mampu menghalangi ancaman dari Korea

Utara, namun tetap membiarkan pintu dialog dan kerja sama terbuka secara luas.

Pemerintahan ROK juga akan membangun kepercayaan dengan komunitas internasional

melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati seperti, Industri Kaesong dan semaksimal

mungkin membentuk kondisi untuk mendorong Korea Utara membuat pilihan yang benar,

terutama untuk menghentikan program nuklirnya. Sehingga mendorong lancarnya

pengimplemntasian kebijakan (Sejong-daero, 2013, p. 13).

Tabel 2.3 Kebijakan Trust-building Process in the Korean Peninsula

Sumber: Republic of Korea Ministry of Unification, 2013

Adapun beberapa inisiatif yang dilakukan Park Geun Hye untuk menjalankan trust-

building ini antara lain adalah dengan menormalisasikan hubungan kepercayaan antar Korea

melalui upaya tindak lanjut dalam mengatasi masalah-masalah kemanusiaan yang terlepas

dari situasi politik di Semenanjung Korea, yang di mana Korea Selatan akan tetap

memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat rentan Korea Utara seperti orang tua,

Policy Initiatives

Inter-Korean trust-building

Sustainable peace on peninsula

Reinforcement of

instrafrastructure for unification

27

bayi dan ibu hamil serta mencarikan solusi lain untuk masyarakat yang keluarganya

terpisahkan sewaktu perang korea, tawanan perang dan penculikan di Korea Utara. Selain

memberikan bantuan, Korea Selatan akan mendirikan suatu saluran yang permanen untuk

berdialog dan melaksanakan perjanjian di antara kedua negara dengan mempertimbangkan

konsensus umum dan situasi keamanan (Sejong-daero, 2013, pp. 16-17).

Dengan adanya perjanjian tersebut akan memperluas kerja sama dan pertukaran yang

saling menguntungkan seperti, kerja sama tingkat lanjut dalam perkembangan Kompleks

Industri Kaesong yang mencakup internasional, mendorong berbagai budaya dan sosial

antara dua Korea. Dilanjutkan dengan mengejar visi dari proyek Korea, yang mana akan

megupayakan memperluas pembangunan Korea bersama, termasuk listrik, transportasi,

infrastruktur, dan telekomunikasi antar Korea. Korea Selatan juga mengupayakan akan

mendirikan kantor-kantor pertukaran antar Korea dan kerja sama dalam Seoul dan

Pyongyang. Inisiatif perdamaian di Semenanjung Korea juga dilanjutkan demi kelancaran

proses pembangunan kepercayaan antar Korea dengan mendirikan sikap keamanan, yang

mana pemerintah ROK akan berusaha menghalangi dan menangkis tindakan Korea Utara

dengan meningkatkan pertahanan komprehensif, seperti ROK-US dalam pasukan gabungan

pencegahan.

Pemerintahan Park Geun Hye juga melakukan beraneka ragam upaya untuk mengatasi

masalah nuklir Korea Utara dengan menyeimbangkan kerja sama antar Korea dan kerja sama

dengan masyarakat internasional sehingga dapat memberi tekanan dan menghalangi

pengembangan senjata nuklir Korea Utara sehingga menciptakan denuklirisasi. Denuklirisasi

ini akan mempertimbangkan langkah-langkah yang sesuai dalam konteks politik, ekonomi,

dan diplomatik. Selain itu, pemerintahan ROK akan bergabung dengan PBB daan negara-

negara terkait untuk membuat taman perdamaian di dunia dalam zona demiliterisasi (DMZ

World Peace Park), di mana taman tersebut sebagai bentuk model baru dalam perdamian dan

28

kerja sama untuk unifikasi kedua Korea dan masyarakat internasional. Pemerintah Korea

Selatan juga akan memperkuat dan saling mengakui rezim kedua negara untuk membangun

kepercayaan politik dan militer sehingga secara tidak langsung akan mengakhiri konflik.

Dengan begitu kerja sama dan pertukaran antar Korea akan berjalan dengan lancer tanpa

adanya konfrontasi militer (Sejong-daero, 2013, pp. 18-19).

Untuk mendorong berjalannya proses pembangunan kepercayaan di Semenanjung

Korea di butuhkannya persatuan nasional, yang mana akan diperkuat dengan infrastruktur

yang mencakup usaha-usaha untuk penyatuan komunitas nasional. Selain itu, partisipasinya

masyarakat dalam persatuan nasional ini akan menciptakan unifikasi dan secara tidak

langsung akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Korea Utara. Proses Trust-building

ini diharapkan akan menghasilkan arah yang positif untuk perdamaian unifikasi Semenanjung

Korea dan Timur Laut Asia dan inisiatif kerja sama. Maka dari itu, Pemerintahan Korea

Selatan akan siap mempromosikan unifikasi ke dukungan internasional sehingga pihak

internasional berpartisipasi dalam masalah nuklir Korea Utara (Sejong-daero, 2013, pp. 20-

23). Inisiatif trust-building yang dijanjikan Park Geun Hye hanya beberapa yang tercapai

seperti, melakukan bantuan kemanusiaan (terealisasikan melalui UNICEF), reuni keluarga

antar Korea (dilakukan pada bulan Febuari 2013 dan Oktober 2015), dan berhasil

membangun „Peace Park‟ di DMZ (Brendan Howe, 2016, pp. 106-107).

2.1.2 Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative (NAPCI)

Trustpolitik Policy yang kedua ialah Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative

(NAPCI) adalah salah satu kunci dari Trustpolitik yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan

tujuan membangun tatanan multilateral dengan kepercayaan antar negara Asia Timur Laut

melalui dialog dan kerja sama di berbagai tingkatan. NAPCI lebih menekankan terhadap

proses-proses dalam bentukan kecil agar tertanam kerja sama penuh makna sehingga secara

bertahap mendorong perubahan dalam persepsi dan sikap negara-negara di kawasan untuk

29

mengembangkan suatu pemahaman bersama tentang kerja sama multilateral (MOFA, 2015,

p. 4). Arah kebijakan NAPCI ini sendiri untuk membangun kepercayaan melaui dialog dan

kerja sama multilateral, meletakkan pondasi untuk menciptakan perdamaian yang

berkelanjutan dan mendorong Korea Utara berpartisipasi dalam komunitas internasional.

NAPCI lebih memfokuskan kepada isu-isu non-tradisional seperti, lingkungan, keamanan

energi, keselamatan nuklir, kesehatan, drug dan cyberspace (MOFA, 2015, p. 20).

Tabel 2.4 Kepentingan Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative

Sumber: Ministry of Foreign Affairs, 2015

NAPCI ini memegang penuh kepentingan kawasan Korea Selatan, Amerika Serikat,

Jepang, China, Rusia, Mongolia dan Korea Utara yang mana negara-negara tersebut adalah

kunci penting dalam membangun perdamaian dan stabilitas di Asia Timur Laut. Dengan

didorong oleh proses Trust-building Process in the Korean Peninsula, NAPCI bertujuan

untuk membangun kepercayaan di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut melalui

membangun kerja sama multilateral dengan negara-negara yang berpartisipasi, melengkapi

dan memperluas mekanisme koperasi yang ada di kawasan Asia Pasifik dengan menciptakan

suatu pembangunan yang saling menguntungkan dan saling melengkapi sehingga dapat

membentuk kerja sama multilateral. NAPCI juga berusaha untuk meningkatkan kerja sama

dengan menyediakan tempat untuk berbagai negara yang terlibat dapat berdialog dan berkerja

sama dalam berbagai arah melalui pendekatan yang terbuka dan fleksibel sehingga akan

Facilitate Coperation in Fungctional

Area

Consolidate Political Will of

Region Countries

30

memperluas kemitraan lintas kawasan, dengan cara semua negara di kawasan Asia Timur

Laut dapat membahas masalah-masalah mereka secara bebas (MOFA, 2015, pp. 12-17).

Dalam hal ini Korea Selatan memainkan peran sebagai fasilitator dan menyiapkan

segala kebutuhan negara yang berpartisipasi agar dapat melakukan dialog dan kerja sama.

Korea Selatan juga mengupayakan menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea dengan

mendorong partisipasi Korea Utara dalam kegiatan ini. Korea Selatan juga akan memperkuat

NAPCI dengan badan-badan kawasan lain di Asia Tenggara dan Eropa (MOFA, 2015, p. 17).

Walaupun terdapat hambatan, Park Geun Hye telah mengimplementasikan NAPCI selama

tiga tahun dengan berbagai cara dan berhasil mendapat pengakuan internasional. Melalui

NAPCI ini, Korea Selatan tak hanya mendapatkan dukungan dari negara-negara tetangga

seperti, AS, China, Jepang, dan Monglia tetapi juga dari berbagai negara lain seperti, Jerman,

Perancis, Inggris, Kanada, Australia, Indonesia dan Vietnam. Serta berbagai organisasi

Internasional meliputi, PBB, Uni Eropa, ASEAN, NATO, OSCE, EAS, dan CICA yang telah

menyatakan kesediaanya untuk secara aktif berkontribusi dalam bagian inisiatif ini untuk

memberikan suatu kemajuan besar bagi kelancaran NAPCI (MOFA, 2015, p. 20).

2.1.3 Eurasia Initiative

Tabel 2.5 Tujuan Eurasia Initiative

Sumber: Ministry of Foreign Affairs, 2015

One Continent

(energy and railway

networks)

A Continent of Peace

(NAPCI and Trus-building)

A Creative Continent

(technology and culture)

31

Trustpolitik Policy yang ketiga ialah Eurasia Initiative yang merupakan inisiatif kerja

sama dan strategi nasional yang besar untuk mencapai kemakmuran berkelanjutan dan

perdamaian Eurasia (Eropa dan Asia). Selain itu, untuk membuat Eurasia menjadi satu benua,

benua kreatif dan benua damai (Teo, 2014). Satu benua dengan memproyeksikan sistem

terpadu dari transportasi, energy, dan jaringan perdagangan di seluruh benua Eusrasia, yang

mana akan menghubungkan jaringan kereta api dan jalan dari Busan ke Eropa, serta rute laut

baru melalui Samudera Arktik. Sebuah benua yang kreatif dengan memanfaatkan teknologi

dan budaya dan benua yang damai dengan berkontribusi aktif dalam kerja sama NAPCI dan

mendukung proses trust-building di Semenanjung Korea. Eurasia Initiative terbagi menjadi

tiga dimensi yaitu, dimensi geo-ekonomi, dimensi keamanan dan dimensi kepercayaan ganda

(Hwan, 2015).

Dimensi geo-ekonomi merupakan salah satu visi Korea Selatan yang tidak hanya

berkaitan dengan integrasi ekonomi dengan ruang Eurasia, tetapi juga menyerukan partisipasi

negara-negara di kawasan tersebut dalam proyek-proyek ekonomi multilateral yang

berkolaborasi di bidang logistik, transportasi, energy, sains, teknologi dan budaya. Kerja

sama multilateral di Eurasia ini terdiri dari jaringan penting yaitu, jaringan energy,

transportasi dan jaringan distribusi. D tingkat domestik, inisiatif ini membuka akses ke

ekonomi Eurasia, yang mana dimaksudkan untuk memberikan perekonomian Korea Selatan

yang lamban menjadi tumbuh ke fase kemajuan ekonomi yang inovasi. Hal ini merupakan

salah satu prioritas domestik Park Geun Hye untuk mengubah ekonomi Korea menjadi

ekonomi kreatif. Dimensi keamanan merupakan praktis inisiatif untuk memperbaiki kondisi

keamanan Semenanjung Korea, yang mana melibatkan Korea Utara dalam kerja sama

ekonomi multilateral dan menciptakan adanya perubahan. Dimensi terakhir ialah dimensi

kepercayaan ganda yang berkaitan hubungannya dengan strategi geopolitik Korea Selatan

32

untuk menyelesaikan perselisihan antara Amerika dan China untuk mendapatkan

kepercayaan ganda (Hwan, 2015).

Eurasia Initiative bertujuan untuk membangun koneksi baru dengan negara-negara

Eurasia untuk meningkatkan ekonomi Korea Selatan serta menciptakan lingkungan yang

damai bagi Semenanjung Korea dengan melibatkan Korea Utara ke dalam proyek. Walaupun

Korea Selatan belum berhasil membawa Korea Utara untuk masuk ke dalam bagaian dari

proyek, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan Eurasia Initiative. Korea Selatan

tidak haya bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki pengaruh kuat seperti, China

dan Rusia tetapi juga mendapatkan dukungan dari negara Eurasia lainnya seperti,

Kazakhstan, Uzbekistan, Belarusia, dan Mongolia (Dong-Ching, 2017, pp. 27-29).

2.2 Tindakan Korea Utara pada tahun 2013-2017

Semenanjung Korea dikenal sebagai kawasan yang strategis dalam menyebarkan

pengaruh dan kepentingan negara-negara besar, yang secara langsung akan menentukan

pengaruhi ekonomi, politik, kekuasaan bahkan keamanan di kawasan tersebut (Salmon,

2010). Kondisi seperti inilah yang mendorong tindakan Korea Utara untuk tetap

mempertahankan nuklirnya sebagai kekuatannya dalam kondisi tersebut. Korea Utara sendiri

merasa terancam dengan adanya kondisi yang akan membuat posisinya di kawasan menjadi

bergeser. Kedua negara Korea bersama-sama setuju bergabung dalam organisasi internasional

PBB pada September 1991 ketika Rapat Umum PBB ke-46. Dengan bergabungnya kedua

negara tersebut ke organisasi internasional PBB dapat mendorong penyelesaian kontroversi

legitimasi negara tersebut dan bisa memasuki era rekonsiliasi serta hidup berdampingan (Kim

S. S., 2004, p. 178). Pada 1991, kedua negara Korea menandatangani Perjanjian Rekonsiliasi,

Non-Agresi dan Pertukaran serta kerja sama antar Korea Selatan dan Utara yang kita kenal

sebagai Agreement on Reconciliation (Blustein, 1991). Perjanjian ini bertujuan untuk saling

menghormati antar Korea, penolakan agresi bersenjata, pertukaran dan kerja sama dalam

33

berbagai bidang serta bantuan kemanusiaan antara kedua negara. Meskipun tidak menemukan

titik temu untuk perdamaian abadi, pemerintah Korea telah berupaya untuk tetap

mempertahakan hubungan baik dengan Korea Utara melalui terus mempromosikan tindakan

pencegahan, dialog, pertukaran dan kerja sama dengan cara yang seimbang sehingga

mendorong korea Utara untuk membuat pilihan-pilihan yang tepat, khususnya dalam

pembatalan pengembangan program nuklirnya (KCIS, 2015, p. 268).

Krisis nuklir kembali terjadi di kawasan Semenanjung Korea pada tahun 2002 dan

awal tahun 2003 Korea Utara mengundurkan diri dari Non-Proliferation of Nuclear Weapons

Treaty dan International Atomic Energy Agency. Selain itu, Korea Utara juga mengklaim

kepemilikan atas sejumlah senjata nuklir, yang di mana tujuan awalnya hanya untuk

menghasilkan listrik dinegaranya (Yeol, 2003). Karena keluarnya Korea Utara dari perjanjian

NPT dan keanggotaan IAEA membuat dunia internasional khawatir akan mengganggu

stabilitas keamanan dunia sehingga banyak komunitas internasional yang bekerja sama untuk

menyelesaikan kirisi nuklir Korea Utara tersebut. Pada Agustus 2003, dengan melihat situasi

kawasan yang semakin tegang maka Korea Selatan, Korea Utara, China, Rusia, Jepang dan

Amerika Serikat resmi meperkenalkan inisiatif diplomatik untuk membicarakan denuklirisasi

Korea Utara yang sering kita kenal sebagai “Six Party Talks” (Zissis, 2013). Dari hasil

pertemuan Six Party Talks sekian kalinya, para anggota menyetujui bahwa Korea Utara

berkomitmen untuk menghentikan pengembangan program nuklirnya dan bergabung kembali

dengan NPT dan IAEA dengan syarat Amerika Serikat tidak akan menyerang Korea Utara,

yang mana ketika itu Korea Utara dinyatakan sebagai bagian dari “Axis of Evil” oleh George

W. Bush (Affairs, 2005).

Namun, pada Oktober 2006 Korea Utara mengejutkan dunia internasional dengan

melakukan ledakannya dalam uji coba nuklir pertama melalui bawah tanah yang diperkirakan

mencapai lebih dari 800 TNT (Jae, 2006). Setelah melakukan uji coba nuklir petamanya

34

tersebut, membuat AS, China dan engara lainnya merasa tertekan dan terancam. Lalu Korea

Utara diundang untuk menghadiri pertemuan internasional Six Party Talks guna

membicarakan dan membujuknya untuk menghentikan program nuklirnya, namun Korea

Utara menolak pertemuan tersebut selama satu tahun (Staff and agencies, 2006). Hal ini

banyak membuat masyarakat internasional menekan DK PBB untuk mengeluarkan sanksi

tegas terhadap Korea Utara. Korea Utara ingin mengadakan pembicaraan bilateral dengan

Amerika Serikat sebelum Six Party Talks dilanjutkan, yang di mana Korea Utara meminta

Washington untuk melepaskan tekanan ekonomi negaranya dan menghapus daftar nama

negara Korea Utara sebagai teorisme di Semenanjung Korea, dengan begitu Korea Utara

akan mendukung non-proliferasi nuklir dan mengikuti semua yang dapat mewujudkan

denuklirisasi Semenanjung (Jie-Ae, 2006).

Pada Mei 2009, Seoul merasakan gempa yang diduga buatan dari Korea Utara, yang

di mana sedang melakukan uji coba nuklir keduanya (Kim S. , 2009). Hal itu membuat

Jepang menekan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat dan mengeluarkan pernyataan

tegas bahwa Korea Utara telah melanggar resolusi DK PBB yang menimbulkan ancaman

besar (CBS, 2009). Presiden Barack Obama berupaya membujuk Korea Utara melalui surat

agar kembali menghidupkan Six Party Talks, namun upaya ini ditolak oleh Korea Utara

(Gabbatt, 2009). Setelah peristiwa tenggelamnya kapal Angkatan Laut Korea Selatan

Cheonan yang ikuti peristiwa penembakan oleh militer Korea Utara di Pulau Yeonpyeong

pada tahun 2010, membuat ketegangan semakin memanas di Semenanjung Korea (Macfie,

2010). Korea Utara memulai kembali semua fasilitas nuklirnya di Yonbyon, Korea Utara

melakukan uji coba tembak rudal balistik jara menengah Rodong untuk pertama kalinya sejak

2009, ditemukan dua drone yang diduga berasal dari Korea Utara sehingga beranggapan

bahwa telah meningkatnya kemamuan intelijen Korea Utara (Landler, 2009).

35

Setelah tujuh belas tahun berkuasa, akhirnya Kim Jong Il digantikan oleh putranya

yang paling muda yaitu Kim Jong Un (McCurry, 2011). Di bawah kekuasaan Kim Jong Un,

Korea Utara tetap melanjutkan pengembangan program uji nuklirnya dan berhasil melakukan

uji coba nuklir yang ketiga pada Feburuari 2013. Uji coba nuklir tersebut memiliki kekuatan

lebih besar dari yang diuji sebelumnya, yang di mana uji coba nuklir ini merupakan pertama

dilakukan dibawah kepemimpinan Kim Jong Un (CBS, 2013). Nuklir Korea Utara yang

awalnya hanya digunakan sebagai pertahanan keamanan dalam negeri, kini telah meluas dan

digunakan sebagai alat diplomasi terhadap Korea Selatan sehingga memicu adanya

ketegangan kembali di kawasan Semenanjung Korea.

Kemampuan rudal balistik nuklir Korea Utara terus meningkat dengan melakukan tes

rudal jarak pendek, menengah, dan jarak jauh yang dilakukannya. Stasiun TV nasional Korea

Utara mengklaim telah berhasil menguji coba bom hidrogennya pada Januari 2016, yang di

mana merupakan tanda besar bahwa kemampuan nuklir Korea Utara telah meningkat lebih

kuat dibandingkan bom atom yang memang sulit untuk memproduksinya (BBC, 2016).

Korea Utara terus melakukan uji coba nuklirnya dengan mengumumkan tentang

keberhasilnya dalam menguji coba bom hidrogen pertamanya (BBC, 2016). Uji coba bom

hidrogen yang dilakukan Korea Utara tersebut dikatakan lebih kuat dari ledakan-ledakan

sebelumnya, yang di mana memungkin bagi Korea Utara untuk meluncurkan rudal nuklir

jarak jauh sehinggal hal tersebut membuat situasi semakin tegang di masyarakat internasional

(Justin McCurry, 2016).

Pada 9 September 2016, Sistem Pemantauan Internasional mendeteksi ada peristiwa

seismik yang tak biasa terjadi, tak lama setelah itu kantor berita Korea Utara mengumumkan

bahwa telah melakukan uji coba nuklirnya yang kelima, di mana uji coba nuklir ini sedikit

lebih kuat dibandingkan dengan Januari awal tahun 2016 (CTBTO, 2016). Pada Januari 2017,

Kim Jong Un telah mengumumkan bahwa negaranya berada di tahap akhir dalam

36

pengembangan rudal jarak jauh hingga akhirnya Korea Utara berhasil mengujikan rudal jarak

jauhnya ke Laut Jepang sehingga beberapa ahli berpendapat bahwa rudal tersebut berpotensi

mencapai Alaska (BBC, 2018). Korea Utara kembali meluncurkan uji rudal nuklirnya yang

keenam pada September 2017, di mana hasil laporan tersebut mengatakan bahwa ledakan

bom ini lebih besar dari pada ledakan uji coba nuklir terakhir kalinya (CSIS, 2017).

Kim Jong Un pernah mengatakan bahwa pentingnya peran negara, militer dan partai

di Korea Utara. Kim juga menyebutkan bahwa sebagai negara senjata nuklir, Korea Utara

tidak akan meggunakan senjata nuklir kecuali kedaulatannya negaranya terancam oleh

kekuatan yang kuat (Pearson, 2016). Ketika Korea Selatan memutuskan untuk mengadakan

latihan militer bersama dengan militer Amerika Serikat, membuat ketegangan yang sudah

memanas dengan Korea Utara menjadi semakin buruk, yang mana Korea Utara mulai

memutuskan sambungan telekomunkasinya dengan Korea Selatan. Park Geun Hye pernah

mengatakan bahwa, kerja sama yang erat dengan komunitas internasional sangat penting

dalam membuat Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya dan membuat pilihan yang tepat

(Cain, 2013). Korea Utara yang merasa terancam dengan aliansi-aliansi Korea Selatan

seperti, Jepang dan Amerika Serikat yang memiliki pengaruh terhadap internasional (Hoon,

2014, p. 330). Di dorong dengan Korea Utara menerima banyak sanksi dari resolusi DK PBB,

yang mana membuat Korea Utara semakin merasa terancam dengan posisi rezimnya (APTN,

2013).

2.3 Hambatan Trustpolitik Policy

Park Geun Hye menetapkan Trustpolitik Policy di Semenanjung Korea dalam

mengupayakan peningkatan hubungan baik dengan Korea Utara melalui membangun

kepercayaan di antara kedua negara Korea untuk mengubah kondisi Semenanjung Korea

yang memiliki zona berkonflik menjadi zona kepercayaan yang mana diharapkan akan

menciptakan suatu perdamaian sejati. Trustpolitik Policy memiliki tiga kerangka besar dalam

37

melaksanakan kebijakan luar negerinya yaitu Trust-building Process in the Korean Peninsula

yang membangun kepercayaan Seoul dan Pyongyang bertujuan untuk perdamian dan

stabilitas di Semenanjung Korea, Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative bertujuan

untuk menjalin rasa saling percaya dan meningkatkan kerja sama di kawasan Asia Timur

Laut dan Eurasia Initiative merupakan kerja sama initiatif Korea Selatan untuk meningkatkan

hubungannya dengan negara-negara di luar kawasan seperti, Eropa dan Asia secara langsung.

Awalnya kebijakan Trustpolitik diterima dengan baik oleh masyarakat internasional

kedua Korea (Byung-se, 2013). Namun ketika satu tahun berjalannya Trustpolitik, Korea

Utara malah melakukan uji coba nuklir yang ketiganya. Dengan begitu ketegangan pun

berhasil membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan mengaktifkan status waspada.

Kemudian Korea Selatan memulai latihan militer gabungan dengan militer Amerika Serikat.

Ditambah dengan jatuhnya sanksi DK-PBB terhadap Korea Utara dengan memberikan sanksi

embargo ekonomi kepada Korea Utara. Ketegangan memuncak ketika Korea Utara mulai

untuk memutuskan semua jalur telekomunikasi dengan Korea Selatan dan menarik semua

pekerja Korea Utara dari kerja sama KIC sehingga membuat Korea Selatan harus menutup

sementara operasional KIC (Mishra, 2014). Walaupun begitu Korea Selatan mencoba

menormalisasikan hubungan mereka melalui kerja sama KIC dengan melakukan dialog,

namun Korea Utara menolak atas dialog apa pun dan akhirnya Korea Selatan tetap menutup

operasional KIC untuk melindungi warga negaranya.

Park Geun Hye mempertahankan pendiriannya yang kuat untuk tidak mentoleransi

ancaman keamanan apapun dari tindakan Korea Utara, tetapi juga mencoba untuk

manjauhkan diri dari kebijakan garis keras dari pendahulunya dengan tetap membuka ruang

dialog untuk melakukan pendekatan berdasarkan Trustpolitik Policy. Tiga setengah tahun

pertama Trustpolitik dijalankan mengalami banyak sekali hambatan dan menyimpulkan

bahwa belum adanya inisiatif yang nyata dari kebijakan Park Geun Hye. Walaupun Korea

38

Selatan telah memperluas zona ekonomi supaya denuklirasasi Korea Utara berjalan lancar

melalui tekanan diplomatik dan ekonomi yang dibantu Presiden Xi Jin Ping (Hun, 2013).

Pada Januari 2016, Korea Utara melakukan uji coba nuklirnya lagi dan mengaku berhasil

melakukan uji coba bom hidrogen yang pertamanya.

Hal tersebut sangat dikecam oleh masyarakat internasional dan mengancam stabilitas

keamanan di dunia, dengan begitu DK PBB menjatuhkan sanksi berat bahkan China

menyetujui dan memberikan hak veto nya terhadap Korea Utara. Berdasarkan tes dan

penelitian yang telah dilakukan, nuklir bom hidrogen ini mempunyai tingkatan yang cukup

tinggi hingga mencapai 5.1 RS, mengetahui hal ini banyak mata internasioal yang

menanggapi dan menyimpulkan bahwa Korea Utara memiliki tingkat kemajuan teknologi

yang cukup canggih (James Rothwell, 2016). Hingga tahun 2017, Korea Utara terus

melakukan uji coba nuklirnya, di mana ledakan tersebut lebih kuat di bandingkan dengan

ledakan-ledangan sebelumnya.

Dengan berbagai hambatan tersebut, Trustpolitik Policy tidak berjalan dengan

maksimal, di mana kebijakan inisiatif dari kerangka pertama yaitu, Trust-building Process in

the Korean Peninsula tidak berjalan dengan baik karena Korea Utara yang kerap melakukan

uji coba nuklirnya hingga tahun terakhir periode Pak Geun Hye. Inisiatif trust-building yang

dijanjikan Park Geun Hye hanya beberapa yang tercapai seperti, melakukan bantuan

kemanusiaan (terealisasikan melalui UNICEF), reuni keluarga antar Korea (dilakukan pada

bulan Febuari 2013 dan Oktober 2015), dan berhasil membangun „Peace Park‟ di DMZ.

Walaupun demikian, tak membuat Korea Selatan langsung menyerang kembali Korea Utara

dengan pernyataan perang, melainkan Korea Selatan meneruskan untuk menjalankan

kerangka kedua dan ketiga dari Trustpolitik Policy.

39

Park Geun Hye mengimplementasikan kerangka kedua yaitu, NAPCI yang mana telah

dilaksanan selama kurang lebih tiga tahun dengan berbagai cara dan berhasil mendapat

pengakuan internasional. Melalui NAPCI ini, Korea Selatan tak hanya mendapatkan

dukungan dari negara-negara tetangga seperti, AS, China, Jepang, dan Monglia tetapi juga

dari berbagai negara lain seperti, Jerman, Perancis, Inggris, Kanada, Australia, Indonesia dan

Vietnam. Serta berbagai organisasi Internasional meliputi, PBB, Uni Eropa, ASEAN, NATO,

OSCE, EAS, dan CICA yang telah menyatakan kesediaanya untuk secara aktif berkontribusi

dalam bagian inisiatif ini untuk memberikan suatu kemajuan besar bagi kelancaran NAPCI.

Dan dikerangka terakhir yaitu, Eurasia Initiative. Kebijakan Inisiatif Eurasia ini

berupaya untuk membangun koneksi baru dengan negara-negara di Eurasia untuk

meningkatkan ekonomi Korea Selatan serta menciptakan lingkungan yang damai bagi

Semenanjung Korea dengan melibatkan Korea Utara ke dalam proyek. Walaupun Korea

Selatan belum berhasil membawa Korea Utara untuk masuk ke dalam bagaian dari proyek

tersebut, Korea Selatan dapat mewujudkan Eurasia Initiative. Secara tidak langsung Korea

Selatan telah banyak memluas dan mempekuat aliansinya dengan tidak hanya bekerja sama

dengan negara-negara yang memiliki pengaruh kuat seperti, negara di Asia Timur Laut tetapi

juga mendapatkan dukungan dari negara bagian di Eurasia lainnya seperti, Kazakhstan,

Uzbekistan, Belarusia, dan Mongolia.

40

BAB III

ANALISIS TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM UPAYA

MENGHADAPI KOREA UTARA

Korea Utara terus melakukan tindakan uji coba nuklir pada tahun 2013-2017,

sehingga mengancam keamanan dan membuat ketidakstabilan di kawasan Semenanjung

Korea. Bersamaan dengan tindakan Korea Utara tersebut merupakan awal dari

kepemimpinan Park Geun Hye, yang mana mengeluarkan Trustpolitik Policy di mana

Trustpolitik Policy ini bertujuan untuk mengubah kondisi Semenanjung Korea yang memiliki

zona berkonflik menjadi zona kepercayaan yang mana diharapkan akan menciptakan suatu

perdamaian sejati di antara kedua Korea. Dalam bab ini penulis akan menjawab rumusan

masalah yang ada dengan menganalisa menggunakan Rational Choice Theory, melalui

pendekatan Rational Actor Model dari Graham T. Allison dalam kebijakan Trustpolitik

Policy.

Rational Choice Theory merupakan salah satu strategi pendekatan utama yang

digunakan negara setelah pasca perang dalam hubungan internasional. Teori ini juga dapat

digunakan untuk menjelaskan bagaimana negara mengambil sebuah keputusan untuk

mencapai tujuan tertentu. Hal ini kemudian digunakan sebagai pilihan yang paling rasional

dalam menentukan perilaku dan tindakan negara dengan menghitung kekurangan dan

keuntungan dari tindakan tersebut, sehingga dapat memilih salah satu pilihan yang paling

menguntungkan (Snidal, 2012, p. 87). Pada penelitian ini akan menggunakan model dari

Rational Actor Model sebab melalui model ini penulis melihat bahwa negara sebagai aktor

utama serta aktor rasional dalam pembuatan keputusan kebijakan luar negeri dan mampu

memberikan penjelasan mengenai pilihan tersebut melalui hal-hal yang mempengaruhi

41

Rational Actor Model dalam mengambil suatu keputusan seperti, adanya tujuan dan sasaran,

alternatif,. konsekuensi, dan Choice.

3.1 Rational Actor Model

Dalam model ini, setiap aktor rasional harus memiliki tujuan dan sasaran yang

mewakili adanya nilai atau utilitas dalam mengambil sebuah keputusan, yang mana setiap

aktor dapat menentukan pilihan alternatif yang memiliki kemungkinan konsekuensi yang

mungkin terjadi dari keputusan tersebut, di mana tiap konsekuensi mengandung sejumlah

efek samping dari yang dihasilkan. Menurut Park Geun Hye, dengan mengeluarkan kebijakan

Trustpolitik Policy akan dapat mengubah kondisi Semenanjung Korea yang memiliki zona

berkonflik menjadi zona kepercayaan, yang mana mampu meruntuhkan tembok dingin yang

telah ada selama ini dan menciptakan unifikasi nagi kedua Korea. Melalui Trust-building,

diharapkan akan menciptakan kepercayaan antara Seoul dan Pyongyang sehingga secara

tidak langsung akan mengesampingkan adanya ancaman nuklir dan membangun kerja sama

antar Korea. Di dukung dengan melanjutkan proyek Korea untuk memperluas pembangunan

Korea bersama, termasuk listrik, transportasi, infrastruktur, dan telekomunikasi antar Korea.

Selain memperbaiki hubungan antar Korea, Park Geun Hye juga membangun kepercayaan

dengan kerja sama internasional melalui komunitas-komunitas internasional agar dapat

bersama-sama mengatasi krisis dan memberikan solusi untuk keamnan di Semenanjung

Korea melalui NAPCI dan Eurasia Intitiative.

Melalui model ini juga mengharuskan setiap aktor rasional mempunyai beberapa

pilihan alternatif, di mana mengharuskan setiap aktor rasional harus memilih salah satu di

antara alternatif sebelum aktor tersebut terjebak dalam situasi tertentu. Dalam pengambilan

keputusan, alternatif ini direpretasikan sebagai pohon keputusan yang mana dari tindakan-

tindakan alternatif tersebut mencakup tindakan sederhana namun spesifikasi suatu tindakan

tersebut harus cukup tepat untu membedakannya dari alternatif lain sehingga meminimalisir

42

kerugian yang akan di dapatkan. Terpilihnya alternatif Trusrpolitik Policy untuk menghadapi

Korea Utara merupakan salah satu kebijakan luar negeri Park Geun Hye yang telah di

rencanakan sejak sebelum menjadi presiden Korea Korea ketika masih menjabat dalam

pemerintahan Korea Selatan. Alternatif Trustpolitik Policy diperkirakan memiliki keuntungan

yang cukup baik untuk Korea Selatan dalam membangun kepercayaan antar Korea dan

meciptakan unifikasi serta, dapat meminimalisir kerugian-kerugian dari adanya ancaman

nuklir Korea Utara sehingga konsekuensi yang di dapatkan tidak begitu buruk bagi Korea

Selatan.

Konsekuensi merupakan hasil yang akan terjadi untuk setiap alternatif yang telah

dipilih, yang mana setiap aktor rasional telah memikirkan kemungkinan hasil dari setiap

alternatif yang akan dipilih seperti, mengeluarkan Trustpolitik Policy. Dengan melihat

kebijakan-kebijakan terdahulunya dalam menghadapi Korea Utara, Park Geun Hye telah

memiliki gambaran akan seperti apa konsekuensi yang akan di dapatkan ketika menjalankan

Trustpolitik Policy tersebut. Pada konsep Choice dalam aktor rasional merupakan suatu

pilihan-pilihan alternatif yang konsekuensinya dapat menduduki peringkat tertinggi sampai

terendah dalam mengambil keputusan, yang mana telah mencakup ekonomi, keputusan, teori

permainan, serta gagasan yang terstruktur yang mendasari asumsi manusia sehari-hari dari

tujuan manusia baik dalam perilaku individu dan di internasional dalam kebijakan luar

negeri. Hal tersebut bertujuan untuk memilih pilihan yang konsisten dan memaksimalkan

nilai dengan berbagai hambatan yang terjadi.

Dari semua penjelasan di atas menyimpulkan bahwa setiap aktor rasional akan

memahami pilihan-pilihan alternatif untuk memaksimalkan nilai yang akan di dapatkannya

sebelum keputusan tersebut bersifat keputusan akhir, yang mana aktor rasional akan

menganalisis dari pilihan yang telah dibuat oleh negara mengenai mempertimbangkan cost

dan benefit untuk mencapai kepentingannya. Dalam konteks negara biasanya keputusan

43

Benefit

- Menciptakan denuklirisasi dan unifikasi di Semenanjung Korea

- Memperluas kerja sama Industri Kaesong (KIC)

- Membangun kerja sama multilateral di Asia Timur Laut

- Memperkuat dan memperluas aliansi melalui kerja sama NAPCI dan Eurasia Initiative

Cost

- Bantuan kemanusiaan (orang tua, wanita hamil, bayi)

- Perluasan pembangunan dan infrastruktur antar Korea (listrik, transportasi dan telekomunikasi)

- Menjadi negara fasilitator dalam kerja sama NAPCI

- Membangun proyeksi yang menyambungkan Korea Selatan dan Eropa

tersebut dibuat untuk mencapai tujuan tertentu atau berdasarkan dari kepentingan negara

dengan melakukan berbagai pertimbangan demi mendapatkan keuntungan yang maksimal,

yang mana harus mempertimbangkan berdasarkan cost dan benefit.

Tabel 3.1 Klarifikasi hasil analisis Rational Choice Theory

3.2 Cost

Dalam konteks negara, sebuah keputusan maupun kebijakan yang dilakukan oleh

actor rasional ini harus berdasarkan pada cost sebagai sebuah pertimbangan. Penerapan cost

ini berguna untuk dapat mengetahui lebih dalam terkait seberapa besar konsekuensi atau

kerugian yang mungkin saja terjadi ketika melakukan sebuah pertimbangan. Untuk

meminimalisir terjadinya resiko kerugian, actor rasional biasanya membuat beberapa rencana

dalam sebuah keputusan (Dompere, 2004, p. 132). Negara sebagai aktor utama dalam

hubungan internasional akan berusaha untuk mengedepankan keamanan dan kepentingan

nasional dalam menyusun kebijakan luar negeri. Dalam penelitian ini, penulis akan

menganalisis kebijakan Korea Selatan dalam upaya menghadapi ancaman nuklir Korea Utara

melalui Trustpolitik Policy. Park Geun Hye mengeluarkan Trustpolitik Policy untuk

mengubah kondisi Semenanjung Korea yang memiliki zona berkonflik menjadi zona

kepercayaan yang mana dapat menciptakan suatu perdamaian sejati di antara kedua Korea.

44

Trustpolitik Policy memiliki tiga kerangka besar dalam melaksanakan kebijakan luar

negerinya yaitu Trust-building Process in the Korean Peninsula, Northeast Asia Peace and

Cooperation Initiative dan Eurasia Initiative.

Dalam memenuhi ketiga kerangka Trustpolitik Policy tersebut, ada kebijakan yang

khusus untuk dilakukan terhadap Korea Utara, yaitu Trust-building Process in the Korean

Peninsula. Trust-building ini memfokuskan untuk membangun kepercayaan di antara kedua

negara Korea, sehingga akan menciptakan suatu unifikasi untuk Semenanjung Korea. Selain

itu, Trust-building ini memiliki arah kebijakan yag cukup kuat untuk menghadapi ancaman

dari Korea Utara, namun tetap membuka lebar pintu dialog dan kerja sama. Kebijakan Korea

Selatan ini berupaya untuk mendorong Korea Utara semaksimal mungkin agar membuat

pilihan yang tepat, terutama dalam menghentikan pengembangan program nuklirnya. Untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Korea Utara, Korea Selatan tetap memberikan

bantuan kemanusiaan kepada masyarakat-masyarakat yang rentan di Korea Utara seperti,

orang tua, bayi dan ibu hamil serta bantuan untuk mempertemukan antar keluarga yang

terpisahkan akibat perang Korea lalu.

Trustpolitik Policy ini juga mempersiapkan kerja sama tingkat lanjut dalam

perkembangan Kompleks Industri Kaesong yang mencakup internasional. Dilanjutkan

dengan mengejar visi dari proyek Korea, yang mana akan megupayakan memperluas

pembangunan Korea bersama, termasuk listrik, transportasi, infrastruktur, dan telekomunikasi

antar Korea. Pemerintahan Korea Selatan akan bergabung dengan PBB daan negara-negara

terkait untuk membuat taman perdamaian di dunia dalam zona demiliterisasi (DMZ World

Peace Park), di mana taman tersebut sebagai bentuk model baru dalam perdamian dan kerja

sama untuk unifikasi kedua Korea dan masyarakat internasional.

45

Kerangka kedua berikutnya dalam Trustpolitik Policy yang berupa Northeast Asia

Peace and Cooperation Initiative, NAPCI ini untuk membangun tatanan multilateral dengan

membangun kepercayaan antara negara Asia Timur Laut melalui dialog dan kerja sama di

berbagai tingkatan dan berupaya mendorong Korea Utara untuk berpartisipasi dalam bagian

dari komunitas internasional ini. Korea Selatan juga mengupayakan menyelesaikan masalah

di Semenanjung Korea dengan mendorong partisipasi Korea Utara dalam kegiatan ini.

Kerangka kedua tersebut berusaha untuk meningkatkan kerja sama dengan menyediakan

tempat untuk berbagai negara yang terlibat dapat berdialog dan berkerja sama dalam berbagai

arah melalui pendekatan yang terbuka dan fleksibel sehingga akan memperluas kemitraan

lintas kawasan. Dalam hal ini Korea Selatan memainkan peran sebagai fasilitator dan

menyiapkan segala kebutuhan negara yang berpartisipasi agar dapat melakukan dialog dan

kerja sama tersebut.

Trustpolitik Policy yang ketiga ialah Eurasia Initiative yang merupakan inisiatif untuk

membuat Eurasia menjadi satu benua, benua kreatif dan benua damai. Eurasia Initiative

bermaksud untuk membangun sebuah benua dengan memproyeksikan sistem terpadu dari

transportasi, energi, dan jaringan perdagangan di seluruh benua Eusrasia, yang mana akan

menghubungkan jaringan kereta api dan jalan dari Busan ke Eropa, serta rute laut baru

melalui Samudera Arktik. Membangun sebuah benua yang kreatif dengan memanfaatkan

teknologi dan budaya serta membangun sebuah benua yang damai dengan berkontribusi aktif

dalam kerja sama NAPCI dan mendukung proses trust-building di Semenanjung Korea.

3.3 Benefit

Pada umumnya kebijakan luar negeri suatu negara dilakukan agar dapat

mempengaruhi terhadap negara lain, menjaga keamanan nasional, memiliki prestise, serta

benefit untuk negaranya. Melalui ketiga kerangka Trustpolitik Policy diharapkan dapat

memperbaiki hubungan baik dengan Korea Utara melalui membangun kepercayaan di antara

46

kedua negara Korea berlandaskan dengan keamanan nasional pondasi dasar untuk unifikasi,

sehingga akan menciptakan suatu perdamaian sejati di antara kedua Korea. Melalui Trust-

building Process in the Korean Peninsula ini diharapkan Semenanjung Korea berhasil

mencapai kesepakatan unifikasi dan perdamaian sejati serta mempunyai tatanan internasional

yang baik. Selain itu, dapat memperkuat kerja sama dan pertukaran yang saling

menguntungkan seperti, kerja sama industri Kaesong yang mencakup internasional serta

memperluas pembangunan Korea bersama, termasuk listrik, transportasi, infrastruktur, dan

telekomunikasi antar Korea. Melalui Trust-building ini, diharapkan akan menciptakan

denuklirisasi, yang mana denuklrisasi ini akan mempertimbangkan langkah-langkah yang

sesuai dalam konteks politik, ekonomi, dan diplomatik. Selain itu, Trust-building ini

diharapkan akan menghasilkan arah yang positif untuk perdamaian unifikasi Semenanjung

Korea dan membangun kerja sama antar negara Timur Laut Asia.

Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative diharapkan memegang penuh

kepentingan kawasan Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, China, Rusia, Mongolia dan

Korea Utara sehingga NAPCI dapai menjadi kunci penting dalam membangun perdamaian

dan stabilitas di Asia Timur Laut. NAPCI ini diharapkan dapat membangun kepercayaan di

Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut melalui membangun kerja sama multilateral

dengan negara-negara yang berpartisipasi, melengkapi dan memperluas mekanisme koperasi

yang ada di kawasan Asia Pasifik dengan menciptakan pembangunan yang saling

menguntungkan dan saling melengkapi sehingga dapat membentuk kerja sama multilateral.

Melalui NAPCI, Korea Selatan dapat memperkuat hubungan baik antar negara di kawasan

lain sehingga mendapatkan dukungan internasional dan berhasil mendapat pengakuan

internasional untuk melakukan trust-building di Semenanjung Korea.

Dengan Eurasia Initiative ini diharapkan mampu untuk membangun koneksi baru

dengan negara-negara Eurasia untuk meningkatkan ekonomi Korea Selatan serta

47

menciptakan lingkungan yang damai bagi Semenanjung Korea dengan melibatkan Korea

Utara ke dalam proyek. Selain itu, diharapkan dapat mengetahui kekuarangan Korea Selatan

sehingga dapat memberikan perekonomian Korea Selatan yang lamban menjadi tumbuh ke

fase kemajuan ekonomi yang inovasi, serta melibatkan Korea Utara dalam kerja sama

ekonomi multilateral dan menciptakan adanya perubahan. Melalui Eurasia Initiative, Korea

Selatan tidak haya bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki pengaruh kuat di Asia

Timur Laut tetapi juga mendapatkan dukungan dari negara Eurasia lainnya

3.4 Hambatan-hambatan dalam Trustpolitik Policy

Trustpolitik Policy memiliki tiga kerangka besar dalam melaksanakan kebijakan luar

negerinya yaitu Trust-building Process in the Korean Peninsula yang membangun

kepercayaan Seoul dan Pyongyang bertujuan untuk perdamian dan stabilitas di Semenanjung

Korea, Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative bertujuan untuk menjalin rasa saling

percaya dan meningkatkan kerja sama di kawasan Asia Timur Laut dan Eurasia Initiative

merupakan kerja sama initiatif Korea Selatan untuk meningkatkan hubungannya dengan

negara-negara di luar kawasan seperti, Eropa dan Asia secara langsung. Namun ketika satu

tahun berjalannya Trustpolitik Policy tersebut, Korea Utara kerap melakukan uji coba

nuklirnya hingga pada akhir tahun 2017. Dengan begitu ketegangan pun berhasil membuat

hubungan Korea Utara dan Korea Selatan mengaktifkan status waspada. Kemudian Korea

Selatan memulai latihan militer gabungan dengan militer Amerika Serikat. Ditambah dengan

jatuhnya sanksi DK-PBB terhadap Korea Utara dengan memberikan sanksi embargo ekonomi

kepada Korea Utara. Ketegangan memuncak ketika Korea Utara mulai untuk memutuskan

semua jalur telekomunikasi dengan Korea Selatan dan menarik semua pekerja Korea Utara

dari kerja sama KIC sehingga membuat Korea Selatan harus menutup sementara operasional

KIC.

48

Selain hambatan dari Korea Utara, dalam menjalankan Trustpolitik policy ini juga

memiliki kendala dalam negerinya sendiri seperti pentingnya peran civil society, situasi

politik dalam negeri, kondisi ekonomi dalam negeri, yang mana ikut mempengaruhi proses

damai di Semenanjung Korea. Civil society memiliki pengaruh kuat dalam membentuk

pandangan pemimpin di Korea Selatan dalam membuat keputusan kebijakan luar negerinya

(Thomas Kalinowski, 2014). Civil society muncul karena adanya respon dari masyarakat

terhadap permasalahan yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, baik itu terkait

masalah politik, lingkungan, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Dengan begitu, civil

society dapat mempengaruhi atau menekan para pembuat kebijakan (pemerintah) melalui

perwakilan, gerakan secara langsung (demostrasi), dialog interaktif dengan pemerintah yang

dilakukan secara terus-menerus dan sukarela tanpa ada tekanan dari aktor yang

berkepentingan (Doraiswamy, 2011).

Dalam hal ini, civil society mengharapkan Park Geun Hye dapat membawa

perubahan-perubahan kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan rakyatnya melalui

Truspolitik Policy tersebut. Secara tidak langsung adanya peran civil society ini

mempengaruhi situasi atau keadaan yang ada, yang mana ketika Korea Utara kerap

melakukan uji coba nuklirnya dan mennutup operational industri Kaesong membuat

masyarakat Korea Selatan menekan pemerintah untuk memberikan perlindungan yang aman.

Masyarakat Korea Selatan juga ikut berdebat dalam isu politik luar negerinya terkait

hubungannya dengan Korea Utara dalam menuju reunifikasi kedua Korea. Dalam hal ini,

masyarakat Korea Selatan merasa perlu adanya kebijakan yang tegas untuk Korea Utara agar

negaranya dapat terbebas dari ancaman Korea Utara. Namun berbeda dengan tindakan

pemerintah, yang mana pemerintah Korea Selatan tetap mempertahankan kerja sama dengan

Korea Utara sehingga masyarakat Korea Selatan meminta dengan tegas kepada pemerintah

untuk melakukan kebijakan yang tegas terhadap Korea Utara. Masyarakat Korea

49

menyampaikan aspirasi ini melalui tindakan demostrasi yang dilakukan di pusat Seoul pada 7

Januari 2016, di mana dilakukan dengan membakar patung pemimpin Korea Utara, Kim Jong

Un dan merobek bendera Korea Utara (Hun, 2016).

Tak hanya dari respon masyarakat Korea Selatan, keadaan ekonomi nasional juga

mempengaruhi kelancaran Trustpolitik Policy seperti, penurunan ekspor Korea Selatan.

Adanya penurunan ekspor Korea Selatan akan menghambat tercapainya tujuan Korea Selatan

untuk membantu perekonomian Korea Utara sebagai bantuan yang dapat menekan

denuklirisasi. Mamasuki awal 2016, perkembangan perekonomian Korea Selatan mengalami

penurunan dikarenakan adanya ketegangan yang meningkat di kawasan Semenanjung Korea.

Ketegangan tersebut juga dirasakan oleh negara-negara lain yang menjadi mitra kerja sama

dagang dengan Korea Selatan, yang mana dengan ketidakstabilan tersebut meningkatkan

resiko dan memberikan tekanan terhadap harga saham (Situmorang, 2016).

50

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konflik di kawasan Semenanjung Korea merupakan konflik saudara yang

berkepanjangan, di mana bermula ketika melakukan gencatan senjata pasca perang dingin

hingga saat ini yang belum ada kesepakatan damai yang tertulis dan permanen dari kedua

negara Korea tersebut. Pengembangan program nuklir Korea Utara ini mencuri perhatian

dunia internasional, yang mana menjadi salah satu masalah yang cukup serius karena

menimbulkan ancaman besar dan dapat mempengaruhi kestabilan keamanan Asia Timur

bahkan keamanan dunia. Apalagi melihat posisi geografis kawasan tersebut, di mana

berperan penting sebagai jembatan antara benua satu dengan lainnya. Kurang lebih 65 tahun

Semenanjung Korea mengalami konfrontasi di DMZ, bersamaan dengan itu, telah

dilaksanakan berbagai dialog, kerja sama, dan pertukaran-pertukaran antar korea, namun tak

mampu membuat kedua Korea ini menjadi bersatu.

Keluarnya Korea Utara dari keanggotaan organisasi internasional NPT dan IAEA

pada awal 2003 menyebakan adaya krisis nuklir di kawasan Semenanjung Korea yang

merupakan awal dari tindakan keras Korea Utara yang menimbulkan banyak ancaman bagi

stabilitas keamanan dunia. Dalam dekade terakhir ini, Korea Selatan kerap memulai

hubungan baik dengan Korea Utara melalui dialog dan diplomasi, yang mana telah disalurkan

melalui para pemimpin Korea Selatan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan luar negeri

yang khusus untuk Korea Utara seperti, Trustpolitik Policy. Kebijakan tersebut digunakan

untuk mengurangi tensi militer maupun politik di Semenanjung Korea. Trustpolitik Policy

adalah salah satu upaya Korea Selatan dalam membangun kepercayaan terhadap Korea Utara

untuk menurunkan tensi konflik yang terjadi dengan cara softpower sehingga secara perlahan

51

mampu membangun perdamaian dan kerja sama di Asia maupun dunia. Trustpolitik Policy

memiliki tiga kerangka besar yaitu, Trust-building Process in the Korean Peninsula,

Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative dan Eurasia Initiative.

Dalam penelitian ini menggunakan Rational Choice Theory, melalui pendekatan

Rational Actor Model dari Graham T. Allison dalam menganalisa Trustpolitik Policy dalam

upaya menghadapi Korea Utara. Rational Choice Theory digunakan sebagai alat menjelaskan

pilihan dan melihat perilaku para pembuat keputusan. Hal ini kemudian digunakan sebagai

pilihan yang paling rasional dalam menentukan perilaku dan tindakan negara untuk

menghitung kekurangan dan keuntungan dari tindakan tersebut, sehingga memilih salah satu

pilihan yang paling menguntungkan. Pada penelitian ini akan menggunakan model dari

Rational Actor Model sebab melalui model ini penulis melihat bahwa negara sebagai aktor

utama serta aktor rasional dalam pembuatan keputusan kebijakan luar negeri dan mampu

memberikan penjelasan mengenai pilihan tersebut. Melalui model ini pula menghasilkan

adanya setiap actor rasional harus memahami pilihan yang telah dibuat oleh negara dengan

mempertimbangkan cost dan benefit untuk mencapai kepentingannya.

Sebuah keputusan maupun kebijakan yang dilakukan oleh actor rasional ini harus

berdasarkan pada cost sebagai sebuah pertimbangan. Penerapan cost ini berguna untuk dapat

mengetahui lebih dalam terkait seberapa besar konsekuensi atau kerugian yang mungkin saja

terjadi ketika melakukan sebuah pertimbangan. Untuk meminimalisir terjadinya resiko

kerugian, rational actor biasanya membuat beberapa rencana dalam sebuah keputusan. Pada

pengambilan keputusan kebijakan luar negeri suatu negara dilakukan agar dapat

mempengaruhi terhadap negara lain, menjaga keamanan nasional, memiliki prestise, serta

benefit untuk negaranya. Dalam Trustpolitik Policy penulis telah menganalisis dan

menyimpulkan dari Rational Actor Model tersebut, yang mana memiliki nilai dan

52

pertimbangan dalam memutuskan pengambilan keputusan untuk mengeluarkan Trustpolitik

Policy tersebut.

Dalam menjalankan ketiga kerangka Trustpolitik Policy ini, ada beberapa hal yang

akan Korea Selatan lakukan untuk mencapainnya kepentingan kebijakannya tersebut, yang

merupakan cost dari Trustpolitik Policy yaitu, berupa memberikan bantuan kemanusiaan

(orang tua, wanita hamil, bayi) kedapa masyarakat Korea Utara, melakukan perluasan

pembangunan dan infrastruktur antar Korea (listrik, transportasi dan telekomunikasi),

menjadi negara fasilitator dalam kerja sama NAPCI dan melakukan pembangunan proyeksi

yang menyambungkan Korea Selatan dan Eropa seperti, kereta api. Selain itu, ada beberapa

hal yang akan Korea Selatan dapatkan yang mana merupakan benefit dari Trustpolitik Policy,

jika ketiga kerangka tersebut berjalan dengan lancar yaitu, dapat menciptakan denuklirisasi

dan unifikasi di Semenanjung Korea, dapat memperluas kerja sama Industri Kaesong (KIC),

dapat membangun kerja sama multilateral di Asia Timur Laut, serta dapat memperkuat dan

memperluas aliansi melalui kerja sama NAPCI dan Eurasia Initiative.

4.2 Saran dan Rekomendasi

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang menganalisis terkait

konflik nuklir yang terjadi di Semenanjung Korea menggunakan Rational Choice Theory,

melalui pendekatan Rational Actor Model dari Graham T. Allison dalam kebijakan

Trustpolitik Policy. Hasil dari penelitian ini telah di uraikan oleh penulis di atas, penulis

menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam pengerjaan

penelitian ini. Penelitian ini secara spesifik hanya dapat digunakan dalam diskusi terkait

kebijakan luar negeri Korea Selatan dalam menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Maka

dari itu, penulis memberikan saran dan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya agar

melakukan penelitian terkait bagaimana respon dan upaya penyelesaian konflik nuklir ini dari

negara-negara di sekitar Semenanjung Korea.

53

DAFTAR PUSTAKA

Affairs, B. o. (2005, 09 19). Six-Party Talks, Beijing, China. Dipetik 09 27, 2018, dari U.S.

Dapartment of State: https://www.state.gov/p/eap/regional/c15455.htm

Allison, G. T. (1969). Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis. The American

Political Science Review, Vol.63, Issue 3, 689-718.

Allison, G. T. (1971). Essence of Decision: Explaning the Cuban Missile Crisis. Canada:

Little, Brown & Company (Canada) Limited.

Andi Purwono dan Ahmad Saifuddin Zuhri. (2010). Peran Nuklir Korea Utara Sebagai

Instrumen Diplomasi Politik Internasional. SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik

Hubungan Internasional, Vol 7, No. 2, 1-19.

APTN. (2013, 04 01). South Korean president 'trusts military's judgement' in the event of

attack by North Korea. Dipetik 11 30, 2018, dari The Telegraph:

https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/northkorea/9964919/South-

Korean-president-trusts-militarys-judgement-in-the-event-of-attack-by-North-

Korea.html

Bakry, U. S. (2016). Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

BBC. (2006, July 15). UN Votes for N Korean Sanctions. Dipetik March 3, 2018, dari BBC

NEWS: http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/5184112.stm

BBC. (2015, 09 15). How potent are North Korea's threats? Dipetik 09 25, 2018, dari BBC:

https://www.bbc.com/news/world-asia-21710644

BBC. (2015, 03 05). The Korean War armistice. Dipetik 09 27, 2018, dari BBC:

https://www.bbc.com/news/10165796

54

BBC. (2016, 01 06). North Korea nuclear:State claims first hydrogen bomb test. Dipetik 10

03, 2018, dari BBC NEWS: https://www.bbc.com/news/world-asia-35240012

BBC. (2018, 06 13). North Korea profile - Timeline. Dipetik 09 28, 2018, dari BBC NEWS:

https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-15278612

Beeson, M. (2014). Regionalism and Globalizations in East Asia: Politics, Security and

Economic Development. New York: Palgrave Macmillan.

Blustein, P. (1991, 12 13). Two Korea's Pledge to end Aggression. Dipetik 09 25, 2018, dari

The Washington Post:

https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1991/12/13/two-koreas-pledge-to-

end-aggression/d104ab96-1a85-4024-8b61-bf9e43d779eb/?utm_term=.998aac2d3703

Brendan Howe, L. K. (2016). Trustpolitik: The Failure to Build Trust in Inter-Korean

Relations. Journal of Peace and Unification, Vol. 6, No. 2, 95-124.

Byung-se, Y. (2013). Park Geun-hye's Trustpolitik: A New Framework for South Korea's

Foreign Policy. Global Asia: A Journal of the East Asia Foundation, Vol.8, No.3, Fall

2013, 8-15.

Cain, P. B. (2013, 03 11). Key Resolve: United States and South Korea hold joint military

exercise, as usual. Dipetik 11 30, 2018, dari Public Radio International:

https://www.pri.org/stories/2013-03-11/key-resolve-united-states-and-south-korea-

hold-joint-military-exercise-usual

CBS. (2009, 05 25). World Condemns N. Korea's Nuclear Test. Dipetik 09 27, 2018, dari

CBS NEWS: https://www.cbsnews.com/news/world-condemns-n-koreas-nuclear-test/

CBS. (2013, 02 12). North Korea conducts third nuclear test. Dipetik 09 27, 2018, dari CBS

NEWS: https://www.cbsnews.com/news/north-korea-conducts-third-nuclear-test/

55

Chul, P. J. (2008). Lee Myung-Bak Administration's North Korea Policy: Challenges and

Taks. The Journal of East Asian Affairs, Vol.22, No.2 (Fall/Winter), 39-61.

Chung-In, M. (2000). The Sunshine Policy and The Korean Summit: Assessment and

Prospects. East Asian Review Vol.12, No.4 Winter 2000 The Institute for East Asian

Studies, 3-36.

CNN. (2013, 02 26). Park Geun-hye becomes South Korea's first female president. Dipetik

07 18, 2018, dari CNN Edition: https://edition.cnn.com/2013/02/24/world/asia/south-

korea-female-president/index.html

CSIS. (2017, 09 05). Ramifications of North Korea's Sixth Nuclear Test. Dipetik 10 04, 2018,

dari Center For Strategic & Iernational Studies:

https://www.csis.org/analysis/ramifications-north-koreas-sixth-nuclear-test

CTBTO. (2016). Overview: DPRK Sept. 2016 Announced Test. Dipetik 10 04, 2018, dari the

Comprehensive Test Ban Treaty Organization: https://www.ctbto.org/the-

treaty/developments-after-1996/2016-sept-dprk-announced-nuclear-test/

Dompere, K. K. (2004). Cost-Benefit Analysis and the Theory of Fuzzy Decisions:

Identification and Measurement Theory. New York: Springer.

Dong-Ching. (2017). The Development and Responses of South Korea‟s Eurasia Initiative:

Realization vs. Illusion. Journal of International Relations and Foreign Policy, Vol.5,

No.2, 23-31.

Doraiswamy, P. (2011, 07 20). The role of civil society in good governance. Dipetik 12 17,

2018, dari The Hindu: https://www.thehindu.com/todays-paper/tp-features/tp-

openpage/the-role-of-civil-society-in-good-governance/article2276002.ece

56

Gabbatt, A. (2009, 12 16). Barack Obama sends letter to Kim Jong-il. Dipetik 09 27, 2018,

dari The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2009/dec/16/obama-letter-

kim-jong-il

Graham, T. A. (1971). Essence of Decision : Explaning the Cuban Misile Crisis. . Boston:

Little, Brown and Company. .

Hoon, G. Y. (2014). Military Alliances and Reality of Regional Integration: Japan, South

Korea, the US vs. China, North Korea. Journal of Economic Integration, Vol.29,

No.2, 329-342.

Hun, C. S. (2013, 06 27). China and South Korea Reaffirm Efforts Aimed at North. Dipetik

09 21, 2018, dari The New York Times:

https://www.nytimes.com/2013/06/28/world/asia/china-and-south-korea-reaffirm-

efforts-to-end-north-koreas-nuclear-threat.html

Hun, C. S. (2016, 02 10). South Korea to Shut Joint Factory Park, Kaesong, Over Nuclear

Test and Rocket. Dipetik 12 17, 2018, dari The New York Times:

https://www.nytimes.com/2016/02/11/world/asia/north-south-korea-kaesong.html

Hwan, K. T. (2015, 02 16). Beyond Geopolitics: South Korea’s Eurasia Initiative as a New

Nordpolitik. Dipetik 11 30, 2018, dari The Asan Forum:

http://www.theasanforum.org/beyond-geopolitics-south-koreas-eurasia-initiative-as-a-

new-nordpolitik/

Hye, P. G. (2011). A New Kind of Korea: Building Trust Between Seoul and Pyongyang.

Foreign Affairs, Vol. 90, No. 5, (September/Oktober), 13-18.

57

Hyung, L. K. (2015). Konflik di Semenanjung Korea: Solusi Damai atas Kepemilikan Nuklir

Korea Utara. Dalam S. Djelantik, Asia PAsifik: Konflik, Kerja Sama, dan Relasi

Antarkawasan (hal. 201-221). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Jae, L. K. (2006, 10 09). Scale and Meaning of North Korean Nuclear Test: "Estimation of

more than 800 tons of ternium calculated as seismic waves". Dipetik 09 27, 2018, dari

SBS NEWS:

https://news.sbs.co.kr/news/endPage.do?news_id=N1000173833&plink=OLDURL

James Rothwell, R. C. (2016, 01 06). North Korea claims successful 'hydrogen bomb' test,

world reacts with condemnation and suspicion. Dipetik 09 03, 2018, dari The

Telegraph:

https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/northkorea/12084087/North-

Korea-hydrogen-bomb-Kim-Jong-un-earthquake-live.html

Jensen, L. (1982). Explaining Foreign Policy. New Jersey: Englewood Cliffs.

Jie-Ae, S. (2006, 10 04). North Korea pledges to test nuclear bomb. Dipetik 09 28, 2018, dari

CNN: http://edition.cnn.com/2006/WORLD/asiapcf/10/03/nkorea.nuclear/index.html

Justin McCurry, M. S. (2016, 01 06). North Korea claims successful hydrogen bomb test in

'self-defence against US'. Dipetik 10 03, 2018, dari The Guardian:

https://www.theguardian.com/world/2016/jan/06/north-korean-nuclear-test-suspected-

as-artificial-earthquake-detected

KCIS. (2015). Facts About Korea: South Korea, Past and Present. Seoul: Korean Culture

and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism.

Kim, S. (2009, 05 25). North Korea appears tp have conducted nuclear test. Dipetik 09 17,

2018, dari YONHAP NEW AGENCY:

58

http://english.yonhapnews.co.kr/national/2009/05/25/72/0301000000AEN200905250

04400315F.HTML

Kim, S. S. (2004). Inter-Korean Relations: Problems and Prospects. Dalam L. S. Wha,

International Organizations and the Inter-Korean Peace Process: Traditional

Security Versus Nontraditional Security (hal. 175-196). New York: PALGRAVE

MACMILLAN.

Kireeva, A. (2016). Great Powers and Power Dynamics in East Asia. International Trends

(Mezhdunarodnye protsessy). Vol.2, No.2(3), 113-118.

Landler, M. (2009, 04 14). North Korea Says It Will Halt Talks and Restart Its Nuclear

Program. Dipetik 10 04, 2018, dari The New York Times:

https://www.nytimes.com/2009/04/15/world/asia/15korea.html?mtrref=www.google.c

o.id&gwh=8726DD000056A0639D481905E3AC5B98&gwt=pay

Lee, M. Y. (2017, 09 14). North Korea’s latest nuclear test was so powerful it reshaped the

mountain above it. Dipetik 11 28, 2018, dari The Washington Post:

https://translate.google.co.id/?hl=id#view=home&op=translate&sl=en&tl=id&text=ht

tps%3A%2F%2Fwww.washingtonpost.com%2Fnews%2Fworldviews%2Fwp%2F20

17%2F09%2F14%2Forth-koreas-latest-nuclear-test-was-so-powerful-it-reshaped-the-

mountain-above-it%2F%3Futm_term%

Macfie, N. (2010, 11 29). Factbox: The battles of the Korean West Sea. Dipetik 09 27, 2018,

dari Reuters: https://www.reuters.com/article/us-korea-north-clashes/factbox-the-

battles-of-the-korean-west-sea-idUSTRE6AS1AL20101129

McCurry, J. (2011, 12 29). Kim Jong-un declared 'supreme leader' in North Korea. Dipetik

09 27, 2018, dari The Guardian:

59

https://www.theguardian.com/world/2011/dec/29/kim-jong-un-supreme-leader-north-

korea

Michaels, J. (2017, 09 26). North Korea has taken provocative actions for decades, but this

time could trigger war. Dipetik 12 03, 2017, dari USA TODAY:

https://www.usatoday.com/story/aerial-journalism/2017/09/26/north-korea-threats-

united-states-kim-jong-un/704978001/

Mishra, S. K. (2014, 02 13). One Year of 'Trust Politik'. Dipetik 09 03, 2018, dari The Korea

Times: http://www.koreatimes.co.kr/www/news/opinon/2014/02/197_151569.html

MOFA. (2015). Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative. Seoul: Ministry of Foreign

Affairs.

Nack, K. H. (1999). The Kim Dae Jung Goverment's North Korea Policy Problems and

Prospects. Korea and World Affairs, Vol.XXIII, No.3, 9.

Nack, K. H. (2006). South-North Korean Relation Under The Roh Moo-Hyun Government.

International Journal of Korean Studies Spring/Summer, Vol. X, No. 1, 37-57.

Ouellette, D. J. (2013). Building Trust in INter-Korean Relations. A Role for Renewable

Energy? The Korean Journal of International Studies, 2.

Pearson, J. (2016, 05 08). North Korea leader Kim sets five-year economic plan, vows

nuclear restraint. Dipetik 09 03, 2018, dari Reuters:

https://www.reuters.com/article/us-northkokrea-congress/north-korea-leader-kim-sets-

five-year-economic-plan-vows-nuclear-restraint-idUSKCN0XY0QB

Putz, C. (2016, 02 11). Closing Kaesong: South Korea Withdraws from Joint Industrial Park.

Dipetik 12 03, 2017, dari The Diplomat: https://thediplomat.com/2016/02/closing-

kaesong-south-korea-withdraws-from-joint-industrial-park/

60

Salmon, A. (2010, 11 23). Korean Tension: A look at the conflict. Dipetik 09 25, 2018, dari

CNN:

http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/11/23/koreas.clash.explainer/index.html

Sejong-daero, G. J. (2013). Trust-Building Process on the Korean Peninsula. Seoul: Ministry

of Unification.

Shaw, A. M. (1990). South Korea: A Country Study. Washington: The Federal Reasearch

Division of the Library of Congress.

Sik, K. G. (2002). Inter-Korean Relation and The future of the Sunshine Policy. The Journal

of East Asian Affairs, Vol.XVI, No.1, 105.

Situmorang, A. (2016, 02 Febuari). Ketegangan Geopolitik Menekan Perekonomian Korea

Selatan. Dipetik 12 17, 2018, dari Vibiznews.com:

http://vibiznews.com/2016/02/23/ketegangan-geopolitik-menekan-perekonomian-

korea-selatan/

Snidal, D. (2012). Rational Choice and International Relations. Dalam T. R. Walter

Carlsnaes, Handbook of International Relations (hal. 85-111). London: SAGE

Publications.

Staff and agencies. (2006, 10 09). North Korea claims first nuclear test. Dipetik 09 27, 2018,

dari The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2006/oct/09/northkorea

Teo, S. (2014, 02 06). South Korea's Foreign Policy in 2013: Building Trust in East Asia.

Dipetik 11 30, 2018, dari E-International Relation: https://www.e-

ir.info/2014/02/06/south-koreas-foreign-policy-in-2013-building-trust-in-east-asia/

Thomas Kalinowski, S. Y. (2014). 2014 South Korea Report. Germany: Sustainable

Governance Indicators.

61

World, K. (2013, 03 28). Presiden Park Geun-hye minta pemerintah untuk meninjau

kebijakan luar negeri terhadap Korea Utara. Dipetik 10 31, 2017, dari KBS World

Radio: http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Po_detail.htm?No=28334

Yang Seung Yoon and Mohtar Mas'eod. (2004). Politik Luar Negeri Korea Selatan:

Penyesuaian Diri terhadap Masyarakat Internasional. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Yeol, Y. C. (2003, 10 22). The Second North Korean Nuclear Crisis- Part 1. Dipetik 09 27,

2018, dari The National Interest: https://nationalinterest.org/article/the-second-north-

korean-nuclear-crisis-part-i-2456

Yonhap. (2013, February 25). Full text of Park's inuaguration speech. Dipetik 09 21, 2018,

dari YONHAP NEWS AGENCY:

http://english.yonhapnews.co.kr/national/2013/02/25/95/0301000000AEN201302250

01500315F.HTML

Yun Byung-se . (2013). Park Geun-hye's Trustpolitik: A New Framework for South Korea's

Foreign Policy. Global Asia: A Journal of the East Asia Foundation, Vol.8, No.3, Fall

2013, 8-15.

Zissis, C. (2013, 09 30). The Six Party Talks on North Korea's Nuclear Program. Dipetik 09

27, 2018, dari Councilon Foreign Relations: https://www.cfr.org/backgrounder/six-

party-talks-north-koreas-nuclear-program