analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

26
Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pemuliaan tanaman merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jagungg. Program yang bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul berdaya saing dan dapat diterima oleh petani sebagai onsumen. Uji multilokasi adalah suatu tahapan yang harus dilakukan sebelum suatu varietas dilepas ke petani. Dari hasil uji multilokasi diharapkan memperoleh varietas jagung hibrida yang beradaptasi baik dan stabil pada lingungan tertentu dan stabil pada beberapa lingkungan. Genotipe hasil pengujian multilokasi dapat dilepas sebagai varietas unggul baru. Jagung merupakan tanaman serealia penting yang dibudidayakan hampir di berbagai daerah pertanaman di Papua. Jagung digunakan sebagai bahan pakan, bahan baku industri dan bahan pangan yang penting bagi peningkatan ketahanan pangan Nasional (Subandi et al. 2003). Produksi dan produktivitas jagung di Papua belum optimal karena tingginya variasi agroekosistem dan rendahnya pemanfaatan kultivar baru seperti kultivar hibrida. Dalam program pemuliaan jagung, pencarian genotipe dengan hasil tinggi diadaptasi dalam lingkungan yang beragam adalah 1

Upload: fanny-amelia-part-ii

Post on 25-Oct-2015

469 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program pemuliaan tanaman merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas jagungg. Program yang bertujuan untuk

mendapatkan varietas unggul berdaya saing dan dapat diterima oleh petani

sebagai onsumen. Uji multilokasi adalah suatu tahapan yang harus dilakukan

sebelum suatu varietas dilepas ke petani. Dari hasil uji multilokasi diharapkan

memperoleh varietas jagung hibrida yang beradaptasi baik dan stabil pada

lingungan tertentu dan stabil pada beberapa lingkungan. Genotipe hasil pengujian

multilokasi dapat dilepas sebagai varietas unggul baru.

Jagung merupakan tanaman serealia penting yang dibudidayakan

hampir di berbagai daerah pertanaman di Papua. Jagung digunakan sebagai

bahan pakan, bahan baku industri dan bahan pangan yang penting bagi

peningkatan ketahanan pangan Nasional (Subandi et al. 2003). Produksi dan

produktivitas jagung di Papua belum optimal karena tingginya variasi

agroekosistem dan rendahnya pemanfaatan kultivar baru seperti kultivar hibrida.

Dalam program pemuliaan jagung, pencarian genotipe dengan hasil tinggi

diadaptasi dalam lingkungan yang beragam adalah salah satu tujuan paling

penting bagi peningkatan produksi tanaman pangan.

Pelepasan varietas merupakan salah satu tahapan penting dalam

pembentukan genotipe baru. Sebelum dilepas dan dikembangkan ke masyarakat

sebagai varietas unggul, genotipe perlu mendapat pengujian daya hasil pada

berbagai lokasi. Uji multilokasi bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan

daya adaptasi dari genotipe-genotipe diberbagai lokasi yang berbeda dan

mengkaji interaksi genotipe x lingkungan. Menurut Tariq et al. (2003) dan Min

et al. (2003), bahwa kajian uji stabilitas dan adaptasi genotipe/galur pada berbagai

lingkungan bermanfaat dalam pemberiaan rekomendasi varietas yang dapat

dibudidayakan pada suatu tempat.

Selanjutnya informasi tentang stabilitas fenotipe bermanfaat untuk

seleksi varietas dan program pemuliaan tanaman (Admassu et al., 2008). Menurut

1

Page 2: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

Baihaki dan Wicaksana (2005), informasi interaksi G × E sangat penting

bagi negara-negara yang variabilitas biogeofisiknya luas seperti Indonesia.

Pemulia dapat memanfaatkan potensi lingkungan spesifik dalam kebijakan

penentuan penerapan kebijakan wilayah sebaran suatu varietas unggul baru.

Dalam hal ini ada dua alternatif pilihan, yaitu : (1) melepas varietas unggul baru

dengan potensi hasil tinggi untuk kisaran spatial yang luas (wide

adaptability), (2) melepas varietas unggul baru dengan potensi hasil tinggi

pada wilayah tumbuh yang spesifik (spesifik lingkungan tumbuh-spesific

adaptability).

Daya adaptasi genotipe dapat diamati dengan mempelajari interaksi

antara genotipe x lingkungan atau genotipe x musim tanam (Finlay dan

Wilkinson, 1963). Adaptabilitas dan stabilitas adalah kemampuan suatu

genotip untuk tetap hidup dan melakukan erkembangbiakan dalam keadaan

lingkungan yang beragam (Nor dan Cady, 1979). Stabilitas hasil merupakan

karakter yang diwariskan melalui daya sangga populasi yang secara genetik

heterogen.

Additive main effects and multiplicative interaction model (AMMI

model) merupakan suatu model multivariat yang digunakan dalam penelitian

pemuliaan untuk mengkaji genotype x enviroment interaction (GEI) pada

suatu percobaan uji multilokasi. Gauch & Zobel (1996), mengemukakan

bahwa model AMMI merupakan suatu model pengabungan dari pengaruh

aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikatif pada analisis komponen

utama. Selanjutnya Ruswandi et al. (2008), mengemukakan bahwa metode AMMI

dapat menyeleksi hibrida superior potensial baik yang stabil pada lingkungan

yang luas maupun pada lingkungan yang spesifik.

Analisis AMMI dapat menjelaskan interaksi galur dengan lokasi.

Hasil analisis AMMI dapat ditampilkan secara grafik dalam bentuk biplot

supaya mudah menginterpretasi interaksi antara genotipe dan lingkungan (Yan

et al. 2000; Yan et al. 2007). Dalam menyajikan pola sebaran titik-titik

genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lokasi, maka hasil penguraian nilai

singular diplotkan antara satu komponen genotipe dengan komponen lokasi

secara simultan. Biplot

2

Page 3: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

AMMI meringkas pola hubungan antar galur, antar lingkungan, dan

antara galur dan lingkungan. Biplot tersebut menyajikan nilai komponen

utama pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan

nilai komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua

tersebut nyata (Mattjik dan Sumertajaya, 2002; Aggia et al. 2009). Dengan

demikian analisis AMMI dapat meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi

galur dengan lingkungannya

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan ini adalah untuk menilai stabilitas hasil dan adaptabilitas

galur harapan jagung hibrida pada tiga lokasi menggunakan analisis additive

main effects and multiplicative interaction(AMMI).

3

Page 4: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Stabilitas

Pemahaman tentang interaksi genotipe dengan lingkungan diperlukan

untuk membantu proses identifikasi genotipe unggul. Cara yang umum digunakan

untuk mengenali genotipe ideal adalah dengan menguji seperangkat genotipe atau

galur harapan pada beberapa lingkungan. Berdasarkan pada hasil analisis

variannya akan diketahui ada tidaknya interaksi genotipe dengan lingkungan

(GXE).

Interaksi GXE dapat dipergunakan untuk mengukur stabilitas suatu

genotipe (Nasrullah, 1981; Gray, 1982; Lin dan Binns, 1988) karena stabilitas

penampilan pada suatu kisaran lingkungan tergantung dari besarnya interaksi

GXE. Jika tidak terjadi interaksi GXE penentuan genotipe ideal akan sangat

mudah dilakukan, yaitu dengan memilih genotipe-genotipe harapan dengan rata-

rata hasil yang lebih tinggi. Namun apabila terjadi interaksi GxE, genotipe yang

diuji di berbagai lokasi kemampuan daya hasilnya berbeda pada setiap lokasi

pengujian.Hal ini berarti juga hasil tertinggi suatu genotipe pada suatu lingkungan

tertentu belum tentu memberikan hasil tertinggi pula pada lingkungan yang

berbeda. Hal yang demikian akan menyulitkan dalam pemilihan genotipe ideal

yang beradaptasi dan stabil pada semua lingkungan (Finlay dan Wilkinson, 1963;

Eberhart dan Russell, 1966; Perkins dan Jinks, 1968).

Suatu galur dapat stabil karena galur tersebut mampu membentuk

sejumlah genotipe yang beradaptasi di lingkungan yang berbeda dan individu-

individu galur dapat berperan dengan baik sebagai penyangga. Dengan demikian,

populasi yang bersangkutan dapat beradaptasi baik pada kisaran lingkunagn yang

luas. Pada umumnya untuk galur murni atau populasi yang homogen secara

genetik, stabilitasnya sangat tergantung pada penyangga individu (individual

buffering). Sebaliknya, varietas yang heterogen secara genetik, seperti varietas

campuran dan varietas komposit, mekanisme stabilitas untuk daya hasil

4

Page 5: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

ditentukan oleh kemampuan penyangga individu dan penyangga populasi

(population buffering) (Allard dan Bradshaw, 1964). Dengan demikian stabilitas

hasil ditentukan oleh kemposisi genetik galur dengan reaksi genotipe secara

individu dan populasi secara keseluruhan terhadap lingkungan (Borojevic, 1990).

Genotipe-genotipe yang ditanam di berbagai kondisi lingkungan bervariasi

seringkali menunjukkan perbedaan hasil. Hal ini terutama terlihat pada karakter

kuantitatif yang dikendalikan secara poligenik. Hasil merupakan karakter

kuantitatif yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Perbedaan respon genotipe

tersebut merupakan indikator adanya interaksi genotipe x lingkungan (Fehr 1987,

Kearsey dan Pooni 1996). Dampak langsung dari interaksi genotipe x lingkungan

adalah rendahnya stabilitas hasil suatu genotipe.

Stabilitas hasil merupakan salah satu syarat pelepasan suatu varietas

(Baihaki 2000). Istilah stabilitas merujuk kepada perilaku tanaman pada

lingkungan yang bervariasi di mana variasi lingkungan mencakup lokasi, musim,

ataupun kombinasi keduanya (Piepho 1996). Kultivar yang memperlihatkan

konsistensi hasil menjadi pilihan petani, dibandingkan dengan kultivar yang tidak

stabil (Tarakanovas dan Ruzgas 2006). Oleh karena itu, kepentingan para pemulia

berkaitan dengan pengembangan kultivar yang stabil pada lingkungan yang

bervariasi.

Dalam mengkaji stabilitas hasil terdapat dua pendekatan yang berbeda,

yaitu pendekatan yang mengacu pada konsep statis dan konsep dinamis (Becker

dan Leon 1988). Menurut konsep statis, stabilitas maksimum terjadi bila hasil

suatu genotipe konstan terhadap lingkungan dan disebut homeostasis. Menurut

konsep dinamis, suatu genotipe dianggap stabil jika penampilannya pada

lingkungan yang berbeda mendekati apa yang diharapkan dari potensi suatu

lingkungan. Stabilitas maksimum terjadi jika perbedaan antara hasil genotipe dan

indeks lingkungan (rata-rata genotipe yang diuji) konstan terhadap lingkungan.

Oleh karena itu, mengacu kepada konsep dinamis, tujuan pemuliaan genotipe

yang stabil dapat diartikan minimisasi interaksi genotipe x lingkungan (Piepho

1996).

Untuk mengetahui pemahaman tentang penyebab terjadinya interaksi perlu

digunakan metode yang tepat. Secara umum metode tersebut dibagi menjadi dua

5

Page 6: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

kelompok utama, yaitu multivariat dan univariat (Lin et al.1986 dalam Adugna

dan

Labuschagne 2002). Metode regresi gabungan (joint regression) paling populer di

antara metode-metodean sebagainyA, univariat karena menggunakan perhitungan

dan aplikasi yang sederhana. Additif main effect and multiplicative interaction

(AMMI) adalah metode yang populer dan merupakan alternatif utama untuk

pendekatan multivariat dalam program pemuliaan (Adugna dan Labuschagne

2002).

AMMI adalah metode analisis data percobaan dua faktor perlakuan dengan

pengaruh utama bersifat aditif dan pengaruh interaksi bersifat multiplikatif. Pada

prakteknya, AMMI menggabungkan analisis varians sebagai model aditif dan

analisis komponen utama (Principal Component Analysis) sebagai model

multiplikatif (Gauch dan Zobel 1996). Akhir-akhir ini, model AMMI menjadi

pilihan utama dalam mengkaji data percobaan multilokasi (Gauch 1992). Menurut

Crossa (1990) dan Sumertajaya (1998), pendekatan AMMI jauh lebih baik

dibandingkan dengan metode regresi bersama (joint regression) dalam mengkaji

interaksi genotipe x lingkungan.

Suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis percobaan uji

daya hasil adalah AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative

Interaction). Additive main effects and multiplicative interaction model

(AMMI model) merupakan suatu metode multivariat yang relatif baru

digunakan akhir-akhir ini dalam penelitian-penelitian pemuliaan tanaman

untuk mengkaji GEI pada suatu percobaan multilokasi. Model ini sebenarnya

telah dikembangkan oleh Mandel pada tahun 1961 (Husein, 2000). Model

AMMI mampu menjelaskan rata-rata pengaruh genotipe dan interaksi genotipe

× lingkungan, dengan menggunakan pendekatan analisis komponen utama

(AKU). Gauch dan Zobel (1990) mengemukakan bahwa model AMMI

merupakan suatu model gabungan dari pengaruh aditif pada analisis ragam

dan pengaruh multiplikatif pada analisis komponen utama.

Pengaruh multiplikatif diperoleh dari penguraian interaksi genotipe

dengan lokasi menjadi komponen utama interaksi (KUI). Interpretasi analisis

6

Page 7: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

AMMI menggunakan biplot. Tiga tujuan utama analisis AMMI adalah (Crossa,

1990):

1. Analisis AMMI dapat digunakan sebagai analisis pendahuluan untuk

mencari model yang lebih tepat. Jika tidak ada satupun komponen

yang nyata maka pemodelan cukup dengan pengaruh aditif saja.

Sebaliknya jika hanya pengaruh ganda saja yang nyata maka

pemodelan sepenuhnya ganda, berarti analisis yang tepat adalah

analisis komponen utama saja. Sedangkan jika komponen interaksi

nyata berarti pengaruh interaksi benar-benar sangat kompleks, tidak

mungkin dilakukan pereduksian tanpa kehilangan informasi penting

(Bradu adn Bariel, 1978,

Gauch, 1985)

2. Analisis AMMI adalah analisis untuk menjelaskan interaksi genotipe x

lingkungan. AMMI dengan biplotnya meringkas pola hubungan antar

genotipe, antar lingkungan dan antar genotipe dan lingkungan (Kempton,

1984;Zobel et. Al, 1988; Crossa, 1980)

3. Meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe x lingkungan.

Hal ini terlaksana jika hanya sedikit komponen AMMI saja yang

nyata dan tidak mencakup seluruh jumlah kuadrat interaksi. Dengan

sedikitnya komponen AMMI yang nyata sama artinya dengan

menyatakan bahwa jumlah kuadrat sisa hanya galat (noise) saja.

Dengan menghilangkan galat ini berarti memperkuat dugan respon per

genotipe x lokasi (Zobe et al; Crossa, 1980)

Pada analisis ragam model AMMI komponen genotipe lokasi (interaksi)

diuraikan menjadi m buah KUI dan komponen sisaan Dalam menyajikan pola

sebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lokasi, maka hasil

penguraian nilai singular diplotkan antara satu komponen genotype dengan

komponen lokasi secara simultan.

Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar galur, antar lingkungan,

dan antara galur dan lingkungan. Biplot tersebut menyajikan nilai komponen

utama pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan

nilai komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua

7

Page 8: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

tersebut nyata (Mattjik dan Sumertajaya, 2002; Aggia et al. 2009). Dengan

demikian analisis AMMI dapat meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi

galur dengan lingkungan. Analisis AMMI mengikuti metode AMMI (Gauch

1992) sebagai berikut :

Yge= µ + αg + βe + Σ λnɣgnδen +ρge

Dimana :

Yge = hasil galur ke-g pada lingkungan ke-e

µ = rata-rata umum

αg = simpangan galur ke-g terhadap rata-rata umum

βe = simpangan lingkungan ke-e terhadap rata-rata umum

Σ = jumlah sumbu PCA (Principle Component Analysis) dalam model

Λn = nilai singular untuk PCA sumbu ke-n

ɣgn = nilai vektor ciri galur untuk PCA sumbu ke-n

δen = nilai vektor ciri lingkungan untuk PCA sumbu ke-n

ρge = galat sisa

Dalam pengembangan suatu kultivar, pemulia berkepentingan dengan

genotipe-genotipe yang stabil dibandingkan dengan genotipe-genotipe berdaya

hasil tinggi namun tidak stabil. Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam

menduga adaptabilitas dan stabilitas fenotipik seperti hasil adalah dengan cara

melakukan pengujian berulang pada berbagai lingkungan tumbuh yang bervariasi

(Singh dan Chaudhary, 1979).

Beberapa metode yang sering digunakan untuk menguji daya adaptasi dan

stabilitas hasil suatu varietas adalah metode Finlay dan Wilkinson (1963) serta

Eberhart dan Russell (1966). Parameter adaptabilitas dan stabilitas hasil yang

digunakan adalah koefisien regresi (βi), simpangan regresi (δi) dan rata-rata hasil

dari suatu varietas. Finlay dan Wilkinson (1963) memberikan panduan penilaian

adaptabilitas suatu genotipe yang didasarkan atas nilai koefisien regresi (βi) dan

rata-rata hasilnya. Genotipe dengan nilai koefisien regresi (βi) <1 berarti genotipe

memiliki stabilitas di atas rata-rata, genotipe beradaptasi khusus di lingkungan

yang produktivitasnya rendah dan kurang peka terhadap perubahan lingkungan,

artinya dengan adanya perubahan lingkungan, genotipe hanya memberikan sedikit

perubahan terhadap hasil. Nilai βi >1 artinya genotipe memiliki stabilitas di

8

Page 9: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

bawah rata-rata dan beradaptasi khusus di lingkungan yang produktivitasnya

tinggi, sedangkan nilai βi = 1 dan genotipe memiliki rata-rata hasil di atas rata-rata

umum berarti genotipe yang demikian beradaptasi baik pada semua lingkungan.

Nilai βi = 1 dan genotipe memiliki rata-ratahasil di bawah rata-rata umum berarti

genotipe tersebut beradaptasi jelek pada semua lingkungan dan peka terhadap

perubahan lingkungan.

Parameter yang digunakan untuk menentukan uji daya adaptasi dan

stabilitas hasil suatu genotipe menurut Eberhart dan Russell (1966) adalah nilai

koefisien regresi (βi) dan simpangan regresi (δi). Suatu genotipe dikatakan stabil

jika mempunyai koefisien regresi (βi) sebesar 1 dan simpangan regresi (δi) sama

dengan nol. Genotipe yang mempunyai koefisien regresi (βi) >1 akan beradaptasi

dengan baik pada lingkungan yang produktif dan genotipe dengan koefisien

regresi (βi) <1 akan beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang marginal.

Persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Bi Ij + dij

Dimana :

Yij = Rata-rata hasil genotipe i pada lokasi j

µ = Rata-rata hasil genotipe ke-i di seluruh lokasi

Bi = Koefisien regresi genotipe ke-i

Ij = Indeks lingkungan pada lokasi j

dij = Simpangan regresi genotipe i pada lokasi j

Genotipe yang memiliki garis regresi di atas rata-rata hasil seluruh

genotipe di semua lokasi berarti memiliki stabilitas hasil tinggi dan mampu

beradaptasi di semua lokasi. Genotipe dengan garis regresi memotong rata-

rata hasil seluruh genotipe di semua lokasi diperkirakan mampu beradaptasi

di spesifik lokasi. Genotipe dengan garis regresi di bawahnya berarti memiliki

daya hasil dan adaptasi yang rendah.

Adaptabilitas dan stabilitas suatu tanaman diukur berdasarkan

koefisien regresi antara hasil rata-rata suatu genotipe dengan rata-rata umum

semua genotipe pada suatu lingkungan tertentu. Sehingga stabilitas

dikelompokkan menjadi tiga kemungkinan :

9

Page 10: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

1) Jika koefisien regresi (bi) mendekati atau sama dengan satu maka

stabilitasnya adalah rata-rata (average stability). Jika stabilitasnya rata-

rata dan hasilnya rata-rata lebih tinggi dari rata-rata semua genotipe

pada semua lingkungan maka genotipe tersebut memiliki adaptasi

umum yang baik (general adaptability). Sebaliknya jika rata-rata hasil

lebih rendah dari rata-rata umum, maka adaptasinya buruk (Poorly

adapted) pada semua lingkungan.

2) Jika koefisien regresi (bi) lebih besar dari satu maka stabilitasnya berada

di bawah rata-rata (below average stability). Genotipe demikian peka

terhadap perubahan lingkungan dan beradaptasi khusus pada lingkungan

yang menguntungkan (favorable) atau produktivitasnya tinggi.

3) Jika koefisien regresi (bi) lebih kecil dari satu maka stabilitasnya

berada di atas rata-rata (above average stability). Genotipe beradaptasi

khusus pada lingkungan sub optimum dan kurang peka terhadap

perubahan lingkungan. Dengan adanya perubahan lingkungan, genotype

hanya memberikan sedikit perubahan pada hasil.

Penampilan tanaman tergantung kepada genotipe serta lingkungan dimana

tanaman tumbuh dan interaksi antaraa genotipe dan lingkungan. Faktor

lingkungan yang tidak dapat dikendalikan, seperti cahaya matahari, curah

hujan, tanah, dan ketinggian tempat sulit diubah pada suatu lokasi dan musim

tanam. Dalam penelitian, menilai pengaruh factor lingkungan yang tidak dapat

dikendalikan pada respon tanaman adalah dengan melakukan percobaan di

beberapa lokasi, atau antar beberapa musim atau keduanya dengan

menggunakan analisis gabungan.

.

10

Page 11: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

BAB V

11

Page 12: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

12

Page 13: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

Gambar 2. Bibplot antara Komponen Utama Interaksi 1 (IPCA 1) dan

Komponen Utama Interaksi 2 (IPCA 2) untuk hasil galur harapan

jagung hibrida.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Galur G1002, G1003, G1008 dan Galur G1009 teridentifikasi sebagai

galur stabil pada tiga lokasi uji (beradaptasi luas), berdaya hasil lebih

tinggi dari varietas pembanding Bima 4, Makmur 4 dan varietas AS1.

2. Galur G1006 spesifik untuk lokasi Keerom, G1005 spesifik untuk lokasi

Nimbokrang dan galur G1007 untuk spesifik lokasi Koya Barat.

3. Galur G1009 berpeluang diusulkan sebagai varietas unggul jagung hibrida

berdaya hasil tinggi.

3.2. Saran

Uji multilokasi tidak hanya di loasi tersebut akan tetapi di lokasi lain juga

dicobakan dan galur yang digunakan lebih banyak sehingga diharapkan dapat

memperoleh varietas unggul jagung hibrida lain.

13

Page 14: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

DAFTAR PUSTAKA

Admassu, S, Nigussie M and Zelleke H. 2008. Genotype Enviroment Interaction

and Stabililty Analysis for Grain Yield of Maize(Zea mays. L) in

Ethiopia. Asian Journal of Plant Sciences 7(2): 163-169

Adugna, W. and M.T. Labuschagne. 2002. Genotype-environment interactions

and phenotypic stability analyses of linseed in Ethiopia. Plant Breeding

121:66-71.

Anggia E.P., N. Rostini., Tri Hastini, E. Suryadi., S. Ruswandi dan D.

Ruswandi,. 2009. Seleksi Hibrida Jagung DR Unpad Berdasarkan

Metode Eberhart – Russel dan AMMI. Zuriat Vol. 20 (2): 134-145.

Baihaki, A. 2000. Teknik Analisis Rancangan Pemuliaan. Kumpulan Materi

Latihan Teknik Pemuliaan dan Hibrida. Universitas Padjadjaran

Bandung.

Baihaki dan Wicaksana. 2005. Interaksi Genotip x Lingkungan Adaptabilitas

dan Stabilitas Hasil dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul

di Indonesia. Jurnal Zuriat 16 (1): 1-8

Becker, H.C. and J. Leon. 1988. Stability analysis in plant breeding. Plant

Breeding 101:1-23.

Crossa, J. 1990. Statistical analysis of multilocation trials. Advances in

Agronomy 44:55-85.

14

Page 15: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

de Melo, E.P., N. Krieger, and T.L.M. Stamford. 1994. Physchochemical

properties of Jacatupe (Pachyrhizus erosus L. Urban) starch. Starch

46:245-247.

Djufry, F dan Martina S.L. 2012. Stabilitas Hasil dan Adaptabilitas Genotipe

Jagung Hibrida Toleran Kekeringan Menggunakan Metode Additive

Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI). Papua: Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian. Informatika Pertanian 21(2): 89 - 94

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development, Vol 1, Theory and

Technique. Macmillan Publishing Co. New York.

Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1963. The Analysis of Adaptation in Plant

Breeding Progame.Aust. J. Agric. Res. 14:742-754.

Gauch, Jr., H.G. 1992. Statistical Analysis of Regional Trials: AMMI Analysis of

Factorial Design. Elsevier Science Publisher. Amsterdam.

Gauch Jr., H.G. and R.W. Zobel. 1996. AMMI analysis of yield trials. In Kang,

M.S. and H.G. Gauch, Jr. (Eds.). Genotype-by-Environment Interaction.

CRC Press, Boca Raton. New York, United States of American.

Lestari , Angelita Puji; Erwina Lubis; Supartopo, Suwarno. 2012. Keragaan

Karakter Agronomi dan Stabilitas Hasil Padi Gogo pada Sembilan

Lokasi Percobaan. Jawa Barat: Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian dan

Perikanan. Vol 1: 1. 1-7 hal

Karuniawan, A. 2004. Cultivation status and genetic diversity of yam bean

(Pachyrhizus erosus(L). Urban) in Indonesia. Cuvillier Verlag

Gottingen. Germany.

Kaya, Y., C. Palta, and S. Taner. 2002. Additive main effects and multiplicative

interactions analysis of yield performances in bread wheat genotypes

across environments. Turk J. Agric. For. 26:275-279.

Kearsey, M.J. and H.S. Pooni. 1996. The Genetical Analysis of Quantitative

Traits. Chapman & Hall. London.

Mattjik, A.A. dan Sumertajaya.2002. Perancangan Percobaan dengan

Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi ke-2. IPB Press, Bogor.

15

Page 16: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

Min T. And. Saleh, G.B. 2003. Phenotypic Stability of Selected Tropical Maize

Genotypes at Four Locations. Asian Journal of Plant Sciences 2(10):

743-747

Nor, K.M.., and F.B. Cady. 1979. Metodology for Indentifiying Wide

Stability in Crops. Agron. J. 71:556-559.

Nusifera, Sosiawan dan Agung Karuniawan. 2008. Analisis Stabilitas Hasil Ubi

27 Genotipe Bengkuang (Pachyrhizus erosusL. Urban) di Jatinangor

Jawa Barat Berdasarkan Model AMMI. Fakultas Pertanian Universitas

Jambi. Buletin Plasma Nutfah 14 (1)

Piepho, H.P. 1996. Analysis of genotype-by-environment interaction and

phenotipeic stability.In Kang, M.S. and H.G. Gauch, Jr. (Eds.).

Genotype-by-Environment Interaction. CRC Press, Boca Raton. New

York, United States of America.

Ratanadilok, N., K. Suriyawan, and S. Thanaisawanrayangkura. 1998. Yam bean

(Pachyrhizus erosus L. Urban) and its economic potential. InSorensen,

M. J.E. Estrella, O.J. Hamann, and S.A. Rios Ruiz (Eds.). Proceedings of

the 2nd International Symposium on Tuberous Legumes, Celaya,

Guanajuato, Mexico 5-8 August 1996. Copenhagen, Denmark.

Ruswandi, D., Anggia E.P., E. Suryadi., S. Ruswandi, dan N. Rostini. 2008.

Seleksi Hibrida Jagung DR Unpad Berdasarkan Stabilitas dan

Adaptabilitas Hasil di Delapan Lokasi di Indonesia. Zuriat Vol. 19 (1):

71-85

Samonte, S.O.P., L.T. Wilson, A.M. McClung, and J.C. Medley. 2005. Targeting

cultivars onto rice growing environments using AMMI and SREG GGE

Biplot analysis. Crop Science 45:2414-2424

Sorensen, M. 1996. Promoting The Conservation and Use of Neglected Crops 2:

Yam Bean Pachyrhizus DC. International Plant Genetic Resources

Institute. Italy.

Sumertajaya, I.M. 1998. Perbandingan model AMMI dan regresi linier untuk

menerangkan pengaruh interaksi percobaan lokasi ganda. Tesis

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasi).

16

Page 17: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

Tarakanovas, P. and V. Ruzgas. 2006. Additive main effect and multiplicative

interaction analysis of grain yield of wheat varieties in Lithuania.

Agronomy Research 4(1):91-98.

Tariq M, Irshad, M. Ulhaq, Kiami, A.A and Kamal, N. 2003. Phenotypic

Stability for Grain in Maize Genotypes Under Varied Rainfed

Enviroments. Asian Journal of Plant Sciences 2(1): 80-82

Yan W, Hunt LA, Sheng Q and Szlavnics Z. 2000. Cultivar Evaluation and

Mega-Environment Investigation Based on The GGE biplot. Crop

Science 40: 597-605.

Yan W, Kang MS, Ma B, Woods S and Cornelius PL.2007. GGE biplot vs.

AMMI Analysis of Genotype-byEnvironment Data. Crop Science 47:

643-655

MAKALAH ANALISIS RANCANGAN DALAM

PEMULIAAN TANAMAN

“Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman”

DISUSUN OLEH :

Kelompok I

Fanny Amelia (1110211014)

Darmiawati (1110211017)

17

Page 18: analisis rancangan dalam pemuliaan tanaman

Makalah Analisis Rancangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelompok I

Sanna Paija Hasibuan (1110211020)

Muhammad Alfatih (111021

Pepriandi Lukman (11102130

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

18