analisis pola interaksi masyarakat...

87
1 ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Di SUMBAWA BARAT Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh HALIKIN NIM: 109015000072 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: truongkiet

Post on 09-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1

ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG

TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Di SUMBAWA BARAT

Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HALIKIN NIM: 109015000072

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2

Page 3: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3

Page 4: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4

Page 5: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5

ABSTRAK

Halikin (NIM. 109015000072). Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap

Masyarakat Lokal Di Sumbawa Barat, (Penelitian deskriptif kualitatif di Kecamatan

Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat).

Hubungan manusia dengan alam sekitar maupun dengan manusia lainnya selalu akan

menghasilkan interaksi. Dalam hidup bersama, manusia menciptakan hubungan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup. Hubungan ini tampak pada masyarakat Kecamatan Maluk

dengan masyarakat pendatang dalam hubungannya baik dalam agama, sosial, budaya dan

ekonomi. Penulis merasa tertarik mengkaji tentang pola interaksi masyarakat pendatang

terhadap masyarakat lokal di Kecamatan Maluk untuk mengetahui bentuk dan pola hubungan

yang terjalin antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.

Untuk menjawab permasalahan di atas penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif, yakni penulis berusaha menceritakan keadaan yang sesungguhnya dengan cara

mencari beberapa pendatang diantaranya pedagang dan beberapa tokoh masyarakat di daerah

penelitian.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa interaksi masyarakat pada daerah penelitian antara

masyarakat lokal dan pendatang berjalan dengan baik. Hubungan baik tersebut ditunjukkan

oleh para masyarakat dengan sikap antusia masyarakat pendatang yang selalu aktif dalam

mengikuti dan melestarikan berbagai bentuk acara keagamaan khusunya yang berhubungan

dengan kegiatan hari-hari besar Islam. Selanjutnya adanya konsep baru pada masyarakat

yaitu terbentuknya pembaruan sosial, kondisi sosial, tatanan sosial, interaksi sosial, sistem

sosial, sistem kepercayaan, norma sosial, sistem adat dalam hal perkawinan.

Kata kunci: Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal

Page 6: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

6

ABSTRACT

Halikin (NIM. 109015000072). Community Interaction Pattern Analysis Arrivals Local

Community In West Sumbawa (Qualitative descriptive study in District Maluk, West

Sumbawa, West Nusa Tenggara).

Human relationship with the environment and with other human beings will always

generate interaction. In living together, creates human relationships in order to make ends

meet. This relationship is shown in the District community Maluk immigrant community in

conjunction with either the religious, social, cultural and economic. The author was interested

in studying the interaction patterns of immigrant communities on the local communities in

the District of Maluk to know the shape and pattern of the relationship between immigrant

communities and local communities.

To answer the above problems the writer uses descriptive qualitative research methods,

the authors are trying to tell the real situation by finding some of them newcomers merchants

and some community leaders in the area of research.

It is shown that the interaction between the research community in the area of local and

migrant communities goes well. The good relationship with the community is shown by the

attitude of those colonists antusia always active in following and preserving the various forms

of religious events especially related to the day-to-day activities of Islam. Furthermore, the

existence of a new concept in society, namely the formation of social reform, social

conditions, social structure, social interaction, social systems, belief systems, social norms,

customs system in terms of marriage.

Keywords: Community Interaction Pattern Analysis Newcomer Local Community

Page 7: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian pendidikan ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya,

para sahabatnya, dan para pengikutnya.

Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya masih

terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulismiliki. Namun

berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan

terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph,d, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, beserta seluruh

Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si, sebagai dosen Pembimbing Akademik dan

dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu serta membimbing penulisan

skripsi ini selama mengikuti perkuliahan di Universitas ini.

4. Para dosen pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen

pengajar di Jurusan Pendidikan IPS. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

5. Kepada seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan banyak terima

kasih.

6. Bapak Jhon Rayes selaku ketua adat Desa Maluk, Akhairuddin, S.Pd.I Selaku

ketua karang taruna, semua responden terkait dalam penyusunan skripsi ini yang

siap memberikan waktu dan ilmunya hingga pada akhirnya dapat terselsaikan.

7. Kepada orang tua terkasih, serta kakak tersayang, kakak ipar, dan keluarga besar

ku terima kasih atas segala doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang.

Page 8: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

8

8. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan IPS angkatan 2009 Universitas Islam

Nrgeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Septi Lesmalasari, Desi Hanani, Sonia

Awalokita, Ulin Nadroh, Akbar Fauzi, Wahyu Dwijyanto, Agus Suherman (cikal),

Ajami Solichin (jamong), M. Wahyudin (beles), M. Faisal Sudrajat (ical), Halimi,

Abduh Abdurohman, Lufi Saputra, M. Bus Julis, Awang Julian, Abdul Aziz,

Anjayudin sahabat dan teman-teman semua yang telah memberikan motivasi,

waktu, tenaga, dan kesempatan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah

semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

Jakarta, 15 Juli 2014

Penulis

Page 9: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

9

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ……… i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH …………………… ii

ABSTRAK........................................................................................ iii

ABSTRACT........................................................................................ iv

KATA PENGANTAR …………………………………………… v

DAFTAR ISI ……………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …….. ……………………….. 1

B. Identifikasi Masalah …………………………… 3

C. Pembatasan Masalah ……………………………... 4

D. Perumusan Masalah ……………………………... 4

E. Tujuan Penelitian .……………..................……... 4

F. Manfaat Penelitian................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pola Interaksi Sosial.……………………………. 6

B. Pengertian Interaksi Sosial .…. ………………… 9

C. Syarat-syarat Terjadinya Kontak Sosial.............. 11

D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial............................ 13

E. Proses-proses Terjadinya Kontak Sosial ……… 14

F. Interaksi Simbolik.......………………………..... 20

G. Masyarakat Menurut Teori Simbolik………....... 24

Page 10: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

10

H. Perubahan Sosial dan Kebudayaan....................... 25

I. Masyarakat dan Unsur-unsur Kebudayaan…….. 31

J. Kerangka Berfikir……………………................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. TempatdanWaktuPenelitian …………………… 37

B. Metodologi Penelitian .………………................. 37

C. Teori dan Pendekatan Yang Menjadi Dasar……. 39

D. Teknik Pengumpulan Data.................................... 43

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………... 45

F. Teknik Penelitian dan Keabsahan Data ………… 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Daerah Resetlemen (Tahun 1984)…….............. 49

B. Desa Maluk…………………………………… 51

C. Kecamatan Maluk……………………………… 53

a. Kondisi Wilayah………………………………. 54

b. Pemerintahan…………………………………… 54

D. Pola Interaksi Masyarakat Lokal dengan

Masyarakat Pendatang ………………………… 57

1. Pola Interaksi Masyarakat Terhadap

Pergaulan Hidup dengan Pendatang…. 59

2. Pengadopsian Perilaku Positif

Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang.... 62

3. Persepsi Negatif Masyarakat Lokal

Terhadap Pendatang......................... 62

E. Pola Interaksi Masyarakat Desa Maluk

Dengan Pedagang (Pendatang)……………. 63

F. Agama Sebagai Perekat Harmoni Sosial…. 65

G. Kehidupan Sosial, Adat dan Kebiasaan Masyarakat 70

H. Perubahan Nilai Adat, Hukum dan Kebiasaan

Masyarakat Lokal………………………… 72

Page 11: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

11

I. Nilai-nilai Kekerabatan dan Perkawinan Suku

Sumbawa (Tau Samawa)…………………. 75

J. Pola Interaksi Masyarakat Terhadap Tatanan Sosial

Budaya……………………………… 81

K. Analisis dan Pembahasan…………… 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………… 86

B. Saran ……………………….…………………. 87

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Diterangkan bahwa suku Sumbawa atau “Tau Samawa” awal terbentuknya, nenek

moyang mereka adalah terdiri dari berbagai jenis suku yang berdatangan dari berbagai

bagian nusantara kita ini. Mereka mengadakan hubungan perkawinan dengan penduduk

yang lebih dahulu mendiami daerah sumbawa. Walaupun mereka tidak bersama pada

waktu datangnya, tetapi karena telah berabad-abad lamanya hidup dalam lingkungan

kekerabatan dan kekeluargaan, maka dari keturunan mereka inilah akhirnya merupakan

satu rumpun yang menamakan dirinya “Tau Samawa”.1 Dari pengaruh pencampurannya

yang banyak dan luas ini, maka dapat kita lihat, bahwa watak orang sumbawa adalah

kompromis dan penuh rasa toleran.

Penduduk Sumbawa pada masa lalu, berasal dari berbagai-berbagai tempat dan

datangnya secara berkelompok lalu masing-masing membuat tempat kediamannya.

Kemudian mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain terdesak oleh

suasana dan keadaan, baik karena arus perpindahan yang baru, maupun karena tarikan

alam untuk mereka jadikan tempat bercocok tanam dan pemeliharaan ternak. Tempat-

tempat ini akhirnya merupakan tanah ulayat, yang dimana dalam istilah adat Sumbawa

dikenal dengan nama “larlamat” “Nyaka”. 2.

Tanah samawa atau yang dikenal dengan sebutan Sumbawa adalah merupakan salah

satu wilayah indonesia yang didiami oleh berbagai suku, agama, ras yang hidup bersama

dalam satu kerukunan. Keberadaan pendatang di Sumbawa selalu disambut baik oleh

warga penduduk lokal asli, semua hidup dalam satu kesatuan tanpa memandang adanya

perbedaan. Kaitan dari pada penjelasan diatas bahwa pada masa ini masyarakat Sumbawa Barat

khususnya wilayah penelitian adalah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi

globalisasi dan moderinisasi, transisi modernisasi dalam artian bahwa masyarakat yang

dulu merupakan masyarakat yang budayais yang sulit diretas akan nilai

ketradisionalannya yang memegang teguh menjalankan, dan menjunjung tinggi nilai, 1 Lalu Mantja. Sumbawa Pada Masa Dulu, Suatu Tinjauan Sejarah, (Sumbawa Besar: CV. Samratulangi, 2011), h. 15. 2Lalu Mantja. Sumbawa Pada Masa DuluSuatu Tinjauan Sejarah, h. 8.

Page 13: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

13

norma dan adat istiadat yang telah mereka yakini secara turun temurun sedikit demi

sedikit mulai luntur disebabkan pengaruh arus globalisasi dan penetrasi budaya luar.

Perubahan dinamika yang menjembatani pola pikir, karakter, pola berperilaku, gaya

hidup adalah salah satu bentuk pengaruh yang disebabkan oleh modernisasi itu sendiri.

Dapat disebutkan adalah salah satu contoh gambaran yang terjadi akibat adanya pengaruh

dari berbagai latar belakang dan kemajemukan budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa

Barat (KSB) terutama di daerah yang akan saya jadikan tempat penelitian. Secara sadar

bahwa dapat dikatakan adalah wilayah ini merupakan wilayah yang didiami oleh berbagai

suku dan adat istiadat yang beragam. Tidak dapat dipungkiri dengan adanya

kemajemukan budaya mengakibatkan suatu budaya asli itu tidak mungkin tidak

terpengaruh oleh adanya budaya lain. Oleh karena itu nampak jelas perbedaan yang

sangat signifikan.

Secara sadar manusia memiliki naluri untuk bergaul dengan sesamanya semenjak

dilahirkan dan disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat. Hubungan dengan

sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Itulah sebabnya, individu

menjalin hubungan dengan individu atau kelompok yang lain, sebab manusia tidak dapat

bertahan hidup tanpa berhubungan dengan individu atau kelompok yang lainnya.

Hubungan antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok juga disebut

dengan interaksi sosial. Dalam beberapa kasus, timbul konflik yang tajam antara

masyarakat lokal dengan warga pendatang. Baik itu disebabkan oleh perebutan dominasi

sektor perekonomian maupun penguasaan aset-aset strategis ataupun yang disebabkan

oleh indikator-indikator lain. Konflik antar etnis ini memang bukan yang pertama terjadi

di wilayah Sumbawa. Menurut pemberitaan, konflik di wilayah ini sudah terjadi semenjak

tahun 1981. Beralih pada konteks penelitian, terkait dengan masalah yang akan dikaji

pada daerah Kecamatan Maluk yang menjadi dasar penelitianya itu sebagai media untuk

menemukan maslah-masalah pada masyarakat itu sendiri. masyarakat kecamatan Maluk

memiliki penduduk yang majemuk, yaitu suku Samawa sebagai penduduk asli. Selain itu,

juga terdapat suku Jawa, Bugis, Melayu dan Sasak yang berdiam di sana, dengan adat

istiadat, agama, dan latar belakang yang berbeda. Bukan hanya itu saja, proses assimilasi

dan akulturasi yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Maluk pun menarik untuk diteliti.

Bagaimana akhirnya proses interaksi dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan

penerimaan unsur kebudayaan pendatang atau justru mengakibatkan perubahan pada

unsur kebudayaan lokal. Berikut adalah sediki tgambaran daerah penelitian yang penulis

Page 14: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

14

letakkan dalam latar belakang masalah penelitian ini agar menjadi sudut pandang dan

tolak ukur dalam penyesuaian penelitian.

Oleh karena dari latar belakang masalah tersebut saya sebagai penulis bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang

Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat” (Studi di Kecamatan Maluk,

NTB).

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya yaitu:

1. Lunturnya kebudayaan lokal disebabkan adanya kebudayaan lain.

2. Kesadaran masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KecamatanMaluk) dalam

menerima budaya lain.

3. Proses assimilasi dan akulturasi di Kabupaten Sumbawa Barat (Kecamatan Maluk).

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan dan luasnya masalah

yang diidentifikasi serta mengingat terhadap keterbatasan waktu yang digunakan. Oleh

karena itu untuk memudahkan kegiatan proses penelitian dan demi terarahnya penulisan

ini, penulis terlebih dahulu menetapkan atau membatasi variabel atau faktor yang akan

dijadikan sebagai fokus kajian. Dimana yang menjadi variabel masalah pada penelitian ini

adalah indikator-indikator yang menyebabkan terjadinya konflik serta hubungannya

dengan interaksi masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang sebagai suatu variabel

terhubung antara keduanya.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka timbul beberapa pokok permasalahan yang

hendak dibahas dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimanakah pola interaksi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang?

2. Bagaimanakah gambaran proses assimilasi atau akulturasi yang berlangsung di

Kecamatan Maluk antara kebudayaan masyarakat lokal dengan masyarakat

pendatang?

Page 15: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

15

E. TujuanPenelitian Sedangkan mengenai tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian dapat di uraikan

sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan data dan fakta serta menggambarkan bagaimana

berlangsungnya pola interaksi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat

lokal. 2. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mengintegrasikan proses assimilasi

atau akulturasi yang berlansung di Kecamatan Maluk antara kebudayaan

masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang.

F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan kontribusi berupa informasi, data, fakta, analisis terhadap studi-

studi yang terkait dengan kajian interaksi sosial. Walaupun penelitian ini berkisar pada

pola interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat asli, namun sedikit banyak dapat

digeneralisasikan secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)

1. Memberikan masukan dalam bentuk bacaan khususnya disertakan kepada masyarakat

Sumbawa Barat baik bagi masyarakat lokal maupun bagi masyarakat pendatang dan

dapat di jadikan sebagai bahan tolak ukur positif dari adanya kemajemukan itu, serta

harapan demi berlansungnya masyarakat yang ideal.Untuk memperkaya wawasan

terutama bagi kaum muda mudi yang yang berwawasan intlektual sebagai pesan, bahan

kajian dan renungan bagi yang membaca hasil penelitian ini tentang analisis pola

interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Kabupaten Sumbawa Barat

(Studi di Kecamatan Maluk).

2. Menjadi wahana untuk memperkaya khazanah edukasi khususnya bagi publik

masyarakat Sumbawa Barat tentang adanya interaksi masyarakat lokal dan masyarakat

pendatang.

b. Bagi penulis

Bagi penulis sendiri adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang interaksi

masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Kabupaten Sumbawa Barat

Page 16: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Interaksi Sosial

a. Pengertian Pola Interaksi

Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan hubungan

dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena manusia saling membutuhkan

untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Karena manusia tidak bisa lepas dari manusia

lainnya dan tidak bisa melakukan seorang diri. Kecenderungan manusia berhubungan

melahirkan komunikasi dengan manusia yang lainnya. Komunikasi terjadi karena saling

membutuhkan melalui sebuah interaksi.

Interaksi merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah

dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.3Hubungan antara

manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan menghasilkan produk-

produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikan

dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut. Pandangan tentang apa yang dianggap

baik dan apa yang dianggap buruk tersebut mempengaruhi perilaku sehari-hari.4

Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi

dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-

hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi

sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya; Menurut H. Booner dalam

bukunya, Sosial Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: “interaksi

sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu

memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya.”

Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa “interaksi sosial adalah hubungan-

hubungan antara orang-orang secara individual. Antarkelompok orang, dan orang perorang

dengan kelompok”.5

3 Elly M. Setiadi dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2011) h. 62 4 Ibid, h. 38 5 Setiadi, Elly M, dkk. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2007) h. 90-91

Page 17: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

17

Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan antar inividu, kelompok,

dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi, merubah baik dari yang

buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Dalam kamus bahasa Indonesia, pola artinya adalah gambar, corak, model, sistem, cara

kerja, bentuk, dan struktur.6 Sedangkan interaksi artinya hal yang saling melakukan aksi,

berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan7 Apabila kata tersebut dikaitkan dengan

interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu

dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan

memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal

tertentu guna mencapai tujuan.

Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan bahwa pola adalah

gambar yang dibuat contoh atau model. Jika dihubungkan dengan pola interaksi adalah

bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi yang bernilai pendidikan dalam

dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola

interaksi adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan

suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama

akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi

berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara

kedua belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak

didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan terjadi,

adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.

Dapat disimpulkan bahwa pola interasksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-

bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya

timpal balik guna mencapi tujuan. Guru sebagai pengajar memiliki peran penting utuk

dapat mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola interaksi dimana guru

berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima aksi

melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki

peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui melalui pertanyaan-

pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi menjadi penerima aksi melaui

belajar dan mendengarkan. Namun, kerja sama dapat sangat membantu dalam proses

kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan siswa.

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa. (Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088 7 Ibid, hlm 542

Page 18: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

18

Pola dalam sosiologi berarti gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam

interaksi sosial. Contoh pola, antara lain:

a. Seorang anak harus menghormati orang tuanya.

b. Seorang bawahan harus menghormati atasannya

c. Seorang siswa harus mengormati gurunya.

Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses cukup lama dan

berulang-ulang. Akhirnya, muncul menjadi model yang tetap untuk dicontoh dan ditiru oleh

anggota masyarakat. Pola sistem norma pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola

sistem norma masyarakat lainnya karena pola interaksi masyarakat diterapkan berbeda-beda.

Adanya pola interaksi dalam sebuah masyarakat tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah

keajegan, di mana keajekan adalah gambaran suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap dan

relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai

dalam interaksi sosial.

B. Pengertian Interaksi Sosial Sudah menjadi kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial, mahluk yang mempunyai

keterbatasan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sebagai mahluk sosial

manusia saling bergantung kehidupannya satu sama lain. Depedensi manusia ini tidak saja

terdapat pada awal kehidupannya, akan tetapi dialami manusia seumur hidupnya.

Interaksi merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Didalam interaksi sosial

terkandung makna-makna tentang kontak secara timbal-balik dan respon antara individu-

individu atau kelompok. Interaksi sosial adalah istilah yang dikenal oleh parah ahli sosiologi

secara umum sebagai aspek inti bagi berlangsungnya kehidupan bersama. Interaksi sosial

berarti suatu kehidupan bersama yang menunjukkan dinamikanya, tanpa itu masyarakat akan

kurang atau bahkan tidak mengalami perubahan. Menurut Soerjono Soekanto dalam

Zainuddin Ali, interaksi sosial merupakan “hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang

menyangkut hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara

orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antar perorangan dengan

kelompok manusia”.8Bila menyimak pendapat Soerjono Soekanto tersebut, dapat dipahami

bahwa interaksi sosial merupakan proses individu dalam melakukan hubungan sepanjang ia

hidup sebagai anggota masyarakat, sehingga individu akan merasa menjadi sebagian dari 8 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 17.

Page 19: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

19

masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan suatu wadah

yang berfungsi sebagai perekat dalam kehidupan sosial, baik dalam konteks kehidupan

pranata keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Apabila interaksi sosial berjalan dengan baik, masyarakat dapat hidup dengan tenang.

Mereka dapat memperoleh hubungan yang baik melalui interaksi antar sesamanya, baik

dalam bentuk berkomunikasi melalui interaksi maupun dalam bentuk bekerja sama. Oleh

karena itu, hubungan masyarakat dalam bentuk apapun dapat diselsaikan dengan interaksi,

baik interaksi dengan masyarakat bawahan, menenengah, maupun sampai pada kalangan

masyarakat paling atas.

Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang

mempunyai makna bagi pelakunya yang kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok

lain. Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi.

Suatu interaksi sosial dimungkinkan terjadi karena dua hal yakni, kontak sosial dan

komunikasi. Kontak sosial terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara

langsung misalkan melalui gerak fisik seseorang, misalnya dari berbicara, gerak isyarat.

Secara tidak langsung misalkan melalui tulisan atau komunikasi jarak jauh yang menjadi

syarat utama terjadinya kontak sosial.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa adanya

interaksi sosial tidak mungkin adanya kehidupan. Bertemunya orang perorangan secara

badaniyah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup suatu kelompok sosial. Pergaulan

baru akan terjadi apabila individu atau kelompok bekerja sama, saling berkomunikasi untuk

mencapai tujuannya masing-masing, bahkan mungkin terjadi persaingan, pertikaian,

pertentangan diantara individu atau kelompok.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor antara lain

imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri secara

terpisah maupun dalam keadaan bergabung. Imitasi adalah kecendrungan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain dengan kata lain secara tidak disadari

seseorang mengambil sifat, sikap, norma, pedoman hidup sebagainya. Sugesti adalah

dorongan yang berasal dari dalam dirinya dan kemudian diterima oleh orang lain dan

dijadikan sebagai pedoman untuk berinteraksi. Sedangkan identifikasi mempunyai peranan

penting yaitu dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku, tetapi

juga dapat melemahkan atau dapat mematikan perkembangan daya kreasi seseorang. Simpati

merupakan perasaan individu tertariknya dengan individu lain.

Page 20: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

20

Hal tersebut merupakan faktor minimal yang menjadi dasar bagi keberlangsungan proses

interaksi sosial, walaupun kenyataan proses tersebut sangat kompleks sehingga terkadang

sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut.

C. Syarat-syarat Terjadinya Kontak Sosial Suatu interaksi tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak memenuhi kedua syarat yaitu

adanya kontak sosial dan komunikasi.

1. Kontak Sosial

Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang

mempunyai makna bagi pelakunya, yang kemudian ditangkap oleh individu atau

kelompok lain. Secara fisik kontak baru akan terjadi apabila terjadi hubungan

badaniyah atau tanpa menyentuh seperti halnya berhubungan melalui telepon,

telegraf, radio, televisi, internet dan lain-lain. Lebih jelasnya dijelaskan dengan bahasa

lain adalah kontak sosial memiliki dua sifat yang pertama bersifat primer artinya

terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung dengan berhadapan muka. Yang

kedua bersifat skunder artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara. Cara

pertama bersifat verbal atau gestural, yaitu kontak yang terjadi akibat saling menyapa,

berbicara dan berjabat tangan. Cara kedua adalan nonverbal atau nongestural yaitu

kontak yang terjadi dengan tidak menggunakan kata-kata atau bahasa melainkan

dengan adanya isyarat. Misalkan dengan adanya timbul bau keringat, bau minyak

wangi, lambaian tangan dan sebagainya.

2. Komunikasi

Manusia merupakan mahluk yang saling menggantungkan satu sama lain.

Keinginan dan kebutuhan yang dimilikinya tidak dapat dipenuhi tanpa bantuan orang

lain. Untuk mewujudkannya, ia berupaya menyampaikan keinginan tersebut kepada

orang lain baik secara verbal maupun simbol-simbol tertentu, sehingga orang lain

dapat memahaminya dan meresponnya, ketika itu terjadilah komunikasi. Webster s

new dictionary 1981: 225) dalam Abdul Chaer dan Leoni dikatakan, komunikasi

adalah: Communication is process by which information is exchange between

individualals through a common system of symbol, sign, or behaviour (Komunikasi

adalah proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem simbol, tanda, atau

Page 21: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

21

tingkahlaku yang umum).9Sedangkan dalam Bambang Pranowo ditegaskan

hubungannya dengan bahasa adalah sistem komunikasi simbolikmenggunakan kata-

kata yang diucapkan sesuai dengan pola-pola tertentu serta memiliki makna yang

telah distandarisasikan.Bahasa mencakup juga tanda (sign), dan simbol. Bahasa

memiliki dua karakteristik utama sebagai sebuah sistem komunikasi. Pertama adalah

kualitas simbolnya. Kedua adalah norma atau yang bisa disebut sebagai

gramatikalnya.10 Oleh karena itu bahasa dan komunikasi mencakup juga tanda dan

simbol yang memiliki karakteristik utama sebagai sebuah sistem komunikasi. Tafsiran

tersebut dapat berwujud melalui pembicaraan, gerak gerik badan atau sikap-sikap

perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Komunikasi terjadi apabila sesorang memberi arti pada kegiatan orang lain serta

perasaan-perasaan apa saja yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, orang yang

bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan-perasaan yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut. Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Interaksi sosial baru bisa berlangsung apabila dilakukan minimal dua orang atau lebih.

2. Adanya interaksi dari pihak lain atas komunikasi dan kontak sosial.

3. Adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dan yang

lainnya.

4. Interaksi cendrung bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan.

5. Interaksi cendrung menghasilkan penyusuain diri bagi subjek-subjek yang menjalin

interaksi.

6. Berpedoman pada norma-norma atau kaidah sebagai acuan dalam interaksi.

D. Bentuk-bentuk Interaksi sosial Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, persaingan bahkan pertentangan

atau pertikaian. Suatu pertikaian mungkin mendapat suatu penyelesaian. Mungkin

penyelsaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, proses ini

dinamakan akomodasi. Dibawah ini akan dijelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial,

yaitu: 1. Kerja sama

2. Persaingan

9 Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.17. 10 M. Bambang Pranowo,Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 145.

Page 22: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

22

3. Pertentangan

Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai semenjak masa kanak-kanak

dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Kerja sama timbul

karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya yaituin-group-nya dan

kelompok lainnya yang merupakan out-group-nya. Kerja sama tersebut mungkin akan

bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-

tindakan dari luar yang menyinggung kesetiaan secara tradisionil atau institusionil telah

tertanam di dalam kelompok-kelompok tersebut, dalam diri seorang atau segolongan

orang.Persaingan atau compeetition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana

orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat

perhatian dari publik (Tidak perseorangan maupun kelompok manusia). Selanjutnya

Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha

memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman

dan kekerasan.

E. Proses-proses interaksi sosial 1. Proses Asosiatif

a. Kerja sama

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya

yaitu in- group dan kelompok lainnya yang merupakan out group. Kerja sama akan

mungkin bertambah kuat apabila adanya bahaya-bahaya dari luar yang mengancam

atau ada tindakan-tindakan dari luar yang menyinggung kesetiaan yang secara

tradisional atau institusional yang mengancam terhadap suatu kelompok.Betapa

pentingnya kerja sama digambarkan oleh Charles H. Cooley dalam Soerjono

Soekanto dikatakan bahwa:

Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa merekamempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.11

Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, maka kebudayaan

itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerja sama. Lain halnya dengan 11 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005), Cet. 38, h.73.

Page 23: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

23

keadaan yang dijumpai pada msayarakat indonesia umumnya. Dikalangan masyarakat

indonesia dikenal dengan nama gotong royong.

b. Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa

menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan-lawan tersebut

kehilangankepribadiannya.Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto

dikatakan bahwa:

Akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh parasosiolog untuk

menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya

dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi

untuk menunjuk pada suatu proses dimana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan

dirinya dengan alam sekitarnya.12

Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang

perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang saling mengadakan penyesuaian

diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Tujuan dari akomodasi dapat berbeda-

beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:

1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok- kelompok

manusia sebagai akibat perbedaan paham. Untuk mencegah meledaknya suatu

pertentangan, untuk sementara untuk atau secara temporer.

2. Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara

kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan

kebudayaan, hidupnya terpisah seperti, misalnya yang dijumpai pada masyarakat-

masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

3. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya,

melalui perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti yang luas.

Akomodasi sebagai suatu proses, dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu:

a. Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh suatu

paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam

keadaan yang lemah sekali, dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat

dilakukan secara fisik yaitu secara langsung, maupun secara psikologis yaitu secara tidak

langsung. Misalnya perbudakan, adalah suatu coercion, dimana interaksi sosialnya

12Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.75.

Page 24: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

24

didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya, dimana yang terakhir

dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga.

b. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, dimana pihak-pihak yang terlibat masing-

masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelsaian terhadap perselisihan

yang ada. Sikap untuk dapat melaksanakan compromise berarti bahwa salah satu pihak

bersedia untuk merasakan dan mengerti pihak lainnya begitupun sebaliknya.

c. Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak

yang berhadapan, masing-masing tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.

Pertentangan diselsaikan oleh pihak atau oleh suatu badan yang kedudukannya lebih

tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan itu, seperti contohnya adalah penyelsaian

suatu perselisihan suatu perselisihan perbuatan.

d. Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga

yang netral dalam soal perselisihan yang ada.

e. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang

berselisih, untuk mencapai persetujuan bersama.

f. Tolerantion, yang juga sering dinamakan tolerant-participation, ini merupakan suatu

bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya, kadang-kadang tolerantion

timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana disebabkan karena adanya

watak orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.

g. Stalamete, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena

mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan

pertentangannya.

h. Adjudication. Yaitu penyelsaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Secara panjang lebar, Gillin dan Gillin mengurauikan hasil-hasil dari terjadinya proses

akomodasi, dengan banyak mengambil contoh-contoh dari sejarah. Antara lain hasil-

hasilnya sebagai berikut:

1. Akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri

dari benih-benih yang dapat menyebabkan pertentangan yang baru, untuk kepentingan

integrasi masyarakat.

2. Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu

kelompok tertentu misalnya golongan produsen demi kerugian pihak lain misalnya

golongan konsumen.

Page 25: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

25

3. Akomodasi antara golongan produsen yang mula-mula bersaing akan dapat

menyebabkan turunnya harga, oleh karena barang-barang dan jasa lebih mudah sampai

kepada konsumen.

4. Koordinasi berbagai keperibadian yang berbeda. Hal ini tampak dengan jelas apabila

dua orang misalnya, bersaing untuk menduduki kedudukan atau sebagai pimpinan suatu

partai politik.

5. Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang

baru.

6. Perubahan-perubahankedudukan. Sebetulnya akomodasi menyebabkan suatu penetapan

yang baru dari kedudukan orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia.

7. Akomodasi membuka jalan kearah assimilalsi. Dengan adanya proses assimilasi, para

pihak lebih sering mengenal dan dengan demikian juga lebih mudah untuk saling

mendekati, oleh karena timbul benih-benih toleransi.

c. Assimilasi

Assimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai

dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara

orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha

untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan

memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses assimilasi timbul apabila ada

kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. Memperjelas maksud di

atas adalah:

1. Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara

langsung dan intensif untuk waktu yang lama.

2. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing

berubah dan saling menyesuaikan diri.

Dan faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu assimilasi adalah antara lain:

a. Toleransi

b. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.

c. Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

d. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

f. Perkawinan campuran (Amalgamations).

g. Adanya bersama dari luar.

Page 26: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

26

Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya assimilasi adalah antara lain:

1. Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (Biasanya golongan

minoritas). Suatu contoh misalnya orang-orang indian di Amerika Serikat yang

diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu yang tertutup (Reservation) .

2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi itu.

3. Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi itu.

4. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu, lebih superior dari

pada kebudayaan golongan atau kelompok biasanya.

5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniyah

dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya assimilasi. Faktor ini merupakan

salah satu dari terhalangnya proses assimilasi.

6. Suatu in-group feeling yang kuat dapat pula menjadi penghalang terhadap terjadinya

assimilasi. In-group feeling artinya bahwa suatu perasaan yang kuat sekali bahwa

individu terkait pada suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada suatu

kelompok yang bersangkutan.Suatu hal lain yang dapat mengganggu proses assimilasi

adalah apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang

berkuasa.

2. Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering juga disebu sebagai oppositional proces, persis halnya dengan

kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya

ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

Proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Persaingan

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana

orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat

perhatian dari publik (Tidak perseorangan maupun kelompok manusia).

Bentuk-bentuk persaingan, yaitu antara lain: Pertama, persaingan di bidang

ekonomi.Kedua, persaingan dalam bidang kebudayaan. Ketiga, persaingan untuk

mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat. Keempat, kersaingan

karena perbedaan ras.

Page 27: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

27

2. Kontravensi

Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial antara

persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Contravention terutama ditandai oleh

gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai seseorang atau suatu rencana dan

perasaan tidak suka disembunyikan, kebencian atau keraguan-keraguan terhadap

kepribadian seseorang. Dalam bentuk yang murni, contervention adalah suatu sikap

mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur

kebudayaan suatu golongan tertentu.Proses contravention mencakup lima sub proses,

yaitu:

a. Proses yang umum dari contravention meliputi perbuatan-perbuatan seperti

penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi protes,

gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak

lain.

b. Bentuk-bentuk dari contravention yang sederhana seperti misalnya menyangkal

perbuatan orang lain dimuka umum, memaki-maki orang lain, melalui surat-surat

selembaran, mencerca dan sebagainya.

c. Contravention yang bersifat rahasia, seperti umpamanya mengumumkan rahasia

pihak lain, perbuatan khianat dan seterusnya.

d. Bentuk-bentuk contravention yang intensif yang mencakup penghasutan,

menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain dan sebagainya.

e. Contravention yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan. Mengganggu atau

atau membingungkan pihak lain, umpamanya dalam kampanye pemilihan umum. Hal

itu sering terjadi antara partai-partai politik yang memperubutkan kedudukan melalui

suatu pemilihan umum.

Contoh lain adalah memaksa pihak-pihak lain untuk menyesuaikan diri (Conformity)

dengan memakai kekerasan, mengadakan provokasi, dan sebagainya.

3. Pertentangan

Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok

berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman dan kekerasan. Sebab musabab dari pertikaian ini antara lain:

a. Perbedaan antara orang perorangan. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin

menyebabkan bentrokan antara orang-perorangan.

Page 28: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

28

b. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung

pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

perkembangan kepribadian tersebut.

c. Bentrokan antara kepentingan-kepentingan. Bentrokan-bentrokan kepentingan

orang perorangan maupun kelompok-kelompok manusia merupakan sumber lain

dari pertentangan.

d. Perubahan-perubahan sosial. Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam

masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat tadidan

menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya mengenai

reorganisasi dari sitem nilai-nilai yang sebagai akibat perubahan-perubahan sosial

menyebabkan suatu disorganisasi.

F. Interaksionisme Simbolik Istilah interaksionalisme simbolik yang digunakan pertama kali oleh Herbert Blumer,

pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial. Perspektif ini memusatkan

perhatiannya pada analisa hubungan antar pribadi. Individu dipandang sebagai pelaku yang

menafsirkan, dan bertindak. Kendati istilah ini digunakan pertama kalinya oleh Blumer,

dalam kenyataannya, beberapa pemikir sebelumnya telah memberikan sumbangan penting

bagi perkembangan perspektif ini.

Teori interaksionalisme simbolik ini berkembang pertama kali di Universitas Chicago

dan dikenal juga dengan aliran Chicago. Dua orang tokoh besarnya yaitu Jhon Dewey dan

Charles Horton Cooley adalah filsuf yang mula mengembangkan teori interaksionisme

simbolik di universitas Michigan. Tokoh modern dari teori ini adalah Herbert Blumeryang

menjelaskan perbedaan antara teori ini dan teori behaviorisme.Charles Horton Cooley

dalam Bernard Raho SVD menjelaskan dua hal tentang selfadalah:Petama, dia melihat self

sebagai proses dimana individu-individu biasa melihat diri mereka sendiri sebagai obyek

bersama dengan obyek-obyek lainnya didalam lingkungan sosial mereka. Kedua dia

mengakui bahwa ‘self’ muncul dari komunikasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi

dengan orang lain, seseorang individu menafsirkan gerak-gerik orang lain dan dengan

demikian ia dapat melihat dirinya berdasarkan sudut pandangan orang lain. Mereka

membayangkan bagaimana orang lain menilai mereka. Dengan demikian mereka

membentuk gambaran-gambaran tentang diri sendiri. Cooley menamakan proses ini

“looking glass self”(diri berdasarkan penglihatan orang lain). Dia juga mengakui bahwa

Page 29: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

29

‘self’ muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok. Dialah yang mengembangkan

konsep tentang kelompok primer yang mencakup perkembangan keperibadian seseorang. 13Selanjutnya Jhon Deweydalam Bernard Raho SVD dikatakan, dia sebagai pendukung

utama pragmatisme, dia memusatkan perhatiannya pada proses-proses penyesuaian diri

manusia dengan lingkungannya. Menurut dia, “keunikan manusia muncul dari proses

penyesuaian diri dengan kondisi-kondisi hidupnya”.14 Dewey menegaskan bahwa apa yang

unik dalam diri manusia adalah kemampuaan untuk berpikir.

Bagimana proses kehidupan bermasyarakat itu terjadi menurut pandangan teori

interaksionalisme simbolik?. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:Individu

atau unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang tertentu, saling menyesuaikan

atau saling mencocokkan tindakan mereka satu sama lain melalui proses interpretasi.

Interpretasi yaitu proses berpikir yang merupakan kemampuan yang dimiliki manausia. Jadi

dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses dimana adannya stimulus atau

ransangan secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan tetapi antara stimulus

yang diterima direspon melalui proses interpretasi atau berpikir.

Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial,

dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini

bersumber pada pemikiran Geroge Herbert Mead. Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau

maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Herbert Blummer,

salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai

interaksionisme simbolik dalam Kamanto Sunarto, menurut Blumer pokok pikiran

interaksionisme simbolik ada tiga; pertama bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu

(thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Kedua, makna

yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan

sesamanya. Ketiga, bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran,

(interpretative process), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang

dijumpainya.15

Yang hendak ditekankan oleh Blumer disini adalah bahwa makna yang muncul dari

interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih

dahulu.

13 Bernard Raho, SVD. Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), Cet. I, h. 97. 14Ibid.h. 97. 15 Kumanto Sunarto. Pengantar Sosioligi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h. 47.

Page 30: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

30

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan

nama interactionist perspektive. Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk

mempelajari intreaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme

simbolik (Symbolic interaksionism). Pendekatan ini bersumber dari pemikiran George

Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah

interaksi sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.

Dalam interaksi sosial, ada asumsi teoretis yang distilahkan dengan interaksionisme

simbol. Herbert Blumer menyampaikan rumusan yang paling ekonomis menurutnya dari

asumsi-asumsi interaksionisme simboldimana hal ini berhubungan konsep “diri” konsep

perbuatan (action), konsep obyek, konsep interaksi sosial, konsep joint action. Ia

menyambung pada gagasan-gagasan Mead adalah sebagai berikut: konsep diri, konsep

perbuatan (action), konsep obyek. Ketiga konsep menurut Blumer tersebut bila dikaitkan

dengan gagasan Mead adalah dapat dijelaskan. Manusia bukan semata-mata organisasi saja

yang bergerak dibawah pengaruh perangsang-perangsang entah dari luar, entah dari dalam,

melainkan “organisme yang sadar akan dirinya”. (An organism having a self). Selanjutnya

perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan diri sendiri, maka

perbuatan itu berlainan sama sekali dengan gerak mahluk-mahluk yang bukan manusia.

Manusia menghadapkan diri pada macam-macam hal seperti kebutuhan perasaan, tujuan,

perbuatan orang lain, peraturan-peraturan masyarakatnya, situasinya, self image-nya,

ingatannya dan cita-cita untuk masa depan. Manusia hidup ditengah obyek-obyek. Kata

“obyek” dimengerti dalam arti luas dan meliputi semua yang menjadi sasaran perhatian arti

manusia. Menurut Blumer, obyek dapat bersifat fisik seperti kursi, atau khayalan, kebendaan

seperti Empire state Building atau abstrak seperti konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup

terdiri dari golongan atau terbatas pada satu orang, bersifat pasti seperti golongan darah, atau

agak kabur seperti ajaran filsafat. Inti hakikat obyek-obyek tidak ditentukan oleh ciri-ciri

instrinsik mereka, melainkan oleh minat dan arti yang dikenakan kepada obyek-obyek itu.

Konsep interaksi sosial.

Dalam deskripsi Mead, “proses pengambilan peran” menduduki tempat penting. Interaksi

berarti bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam

posisi orang lain. Konsep joint action. Blumer mengganti istilah sosial act dari mead dengan

istilah joint action. Artinya ialah aksi kolektif yang lahir dimana masing-masing perbuatan-

perbuatan peserta dicocokkan dan diserasikan satu sama lain.

Page 31: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

31

G. Masyarakat Menurut Teori Simbolik Interaksi simbolik menggambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep-

konsep seperti sistem, struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur

institusional, pola status, norma-norma, dan nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai

istilah “aksi”. Masyarakat, organisasi atau kelompok terdiri dari orang-orang yang

menghadapi keragaman stuasi dan masalah yang berbeda-beda.

Pengaruh interaksionisme yang paling umum adalah pandangan bahwa kita

menggunakan interpretasi orang lain sebagai bukti “kita”. Berarti, citra diri (Self-image).

Kesadaran kita adalah produk dari cara orang lain berpikir tentang kita. Akibatnya, dalam

hal ini “saya adalah apa yang saya pikir engkau berpikir tentang saya”. Bagi interaksi

simbolik inilah terutama apa yang dimaksud dengan sosialisasi itu. Jadi bukan aturan-

aturan kebudayaan sudah ada, bersifat eksternal, yang secara umum diinternalisasi oleh

manusia, seperti pendapat teori struktural. Citra diri adalah produk dari proses interpreatif.

Alokasi makna antara satu orang dengan orang yang lain. Yang bagi teori tindakan adalah

akar dari semua interaksi sosial. Maka muncullah suatu gambaran masyarakat yang dinamis,

bercorak serba berubah dan pruralis. Orang saling berhubungan satu sama lain dan saling

menyesuaikan kelakuan mereka secara timbal-balik. Mereka tidak bertindak dengan

berdoman pada satu kebudayaan, struktur sosial dan sebagainya, melainkan dengan

menghadapi situasi-situasi. Ciri-ciri struktural seperti kebudayaan, pelapisan sosial atau

peran-peran sosial yang menyediakan kondisi-kondisi tindakan mereka tetapi tidak

menentukannya.

Interaksionisme simbolik adalah nama yang diberikan kepada salah satu teori tindakan

yang paling terkenal. Melalui interaksionisme simboliklah pernyatan-pernyataan seperti

‘definisi situasi”, “realitas dimata pemiliknya”, dan “jika orang mendefinisikan situasi itu

nyata, maka hanyalah situasi itu dalam konsekuensinya”, menjadi paling relevan. Meski

agak berlebihan, interaksionisme simbolik itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktivitas

manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam

rangka memahami kehidupan sosial. Menurut ahli teori interaksionisme simbolik,

kehidupan sosial secara harfiah adalah interaksi manusia melalui penggunaan simbol-

simbol”. Interaksionisme simbolik tertarik pada: Pertama,cara manusia menggunakan

simbol untuk mengungkapkan apa yang mereka maksud, dan untuk berkomunikasi satu

Page 32: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

32

sama lain (Suatu interpreatif yang ortodok). Kedua, akibat interpretasi atas simbol-simbol

terhadap kelakuan pihak-pihak yang terlibat selama interaksi sosial.16

Interaksionisme simbolik menekankan bahwa interaksi adalah proses interpretatif dua

arah. Kita tidak hanya harus memahami bahwa tindakan seseorang adalah produk

bagaimana ia menginterpretasi perilaku orang lain, tetapi bahwa interpretasi ini akan

memberi dampak terhadap pelaku yang berperilakunya diinterpretasi dengan cara tertentu

pula. Salah satu konstribusi interaksionisme simbolik bagi teori tindakan adalah elaborasi

dan menjelaskan berbagai akibat interpretasi terhadap orang lain terhadap identitas sosial

individu yang menjadi objek interpretasi tersebut.

H. Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Setiap manusia pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan

masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga

kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

1. Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai

pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. William F.Ogburn

dalam Soerjono Soekanto, berusaha memberikan sesuatu pengertian tertentu, walau tidak

memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup

perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun

yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan

material terhadap unsur-unsur immaterial.17 Kingsley Davis mengartikan perubahan

sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Misalnya timbul perorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan

perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dan majikan dan

seterusnya menyebabkan perubahn-perubahan dalam organisasi ekonomi dan

politik.18Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan

perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Kingsley Davis

berpendapat bahwa perubahan sosial meerupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu 16 Pip Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 142. 17Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 303-304. 18Ibid. h. 304.

Page 33: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

33

pengetahuan, teknologi, bahkan dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan

sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu:

2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan

Perubahn sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk,

yaitu:

a. Perubahan lambat dan perubahan cepat

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dan rentetan-

rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan yang lambat, dinamakan

evolusi. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat

untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan

kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Rentetan perubahan-perubahn tersebut tidak perlu sejalan dengan peristiwa-

peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.

b. Perubahan kecil dan perubahan besar

Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas,

karena batas-batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah

dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang

terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung

yang berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya tidak akan

membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak

mengakibatkan perubahan-perubahn pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Sebaliknya, suatu proses industrilisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris,

misalnya, merupakan pengaruh besar pada masyarakat.

c. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan tidak dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang diperkirakan atau yang

telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan

perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki perubahan disebut agent

of change. Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial.

Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-

tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan perubahan-

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Selanjutnya perubahan

Page 34: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

34

yang tidak dikehendaki merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa

dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat

menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

Konsep perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki tidak mencakup

paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh

masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan

dan diterima masyarakat. Bahkan para agent of change yang merencanakan

perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya

perubahan-perubahn yang tidak terduga di bidang-bidang lain.

3.faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan.

Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketeahui sebab-sebab yang

melatarbelakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab

terjadinya perubahn masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap

sudah tidak lagi memuaskan. Mungkin saja karena ada factor baru yang lebih

memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor-faktor lama itu. Pada umumnya

dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut mungkin sumbernya ada yang terletak di dalam

masyarakat itu sendiri da nada yang terletaknya di luar. Sebab-sebab yang terletak di

dalam masyarakat itu sendiri, antara lain adalah:

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

b. Penemuan-penemuan baru

c. Pertentangan konflik masyarakat

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

Selanjutnya suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada

sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain:

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia

b. Peperangan

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Page 35: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

35

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Jalannya proses perubahan

Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor

yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain

adalah:

a. Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah

diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke

individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut

masyarakat mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan.

b. Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan kepada individu

aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi

manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga

bagimana cara berpikir secara ilmiah.

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.

Apabila sikap tersebut melembaga dalam suatu masyarakat, maka masyarakat akan

merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.

d. Sistem terbuka lapisan masyarakat. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak

sosial vertical yang luas atau berarti atau memberi kesempatan kepada para individu

untuk maju atas dasar kemampuan diri sendiri. Dengan keadaan demikian, seseorang

mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status

lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa, sehingga

seseorang meras berkedudukan sama dengan orang atu golongan lain yang dianggap

lebih tinggi dengan harapan agar diberlakukan sama dengan golongan tersebut.

e. Penduduk yang heterogen. Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang

mempunyai latar-belakang kebudayaan yang berbeda, ras yang berbeda, ideologi

yang berbeda dan seterusnya, mempermudah terjadinya pertentangan-pertentangan

yang mengundang kekgoncangan-kegoncangan. Keadaan-keadaan tersebut

mempermudah terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupsn tertentu.

Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam masyarakat berkemungkinan

besar akan mendatangkan revolusi.

g. Orientasi ke masa depan

h. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar terjadinya perubahan

Page 36: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

36

5. Faktor-faktor Yang Menghalangi terjadinya Proses Perubahan

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan asing menyebabkan

sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi

pada mamsyarakat lain yang mungkin akan memperkaya kebudayaannya sendiri.

Hal itu juga menyebabkan bahwa para warga masyarakat terkukung pola-pola

pemikirannya oleh tradisi.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Hal ini mungkin disebabkan hidup

masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh

masyarakat lain.

c. Sikap masyarakat yang sangat tradisionil. Suatu sikap yang mengagung-agungkan

tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa trasdisi secara mutlak tidak dapat

diubah, menghambat jalannya proses perubahan.

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat. Dalam

organisasi sosial yang mengenal sistem sosial pasti akan ada sekelompok orang yang

menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam mamsyarakat feodal

atau masyarakat yang sedang mengalami transisi.

e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan. Memang harus

diakui kalo tidak mungkin integrasi semua unsur-unsur kebudayaan bersifat

sempurna. Beberapa perkelompokkan unsur-unsur tertentu mempunyai drajat

integritas tinggi. Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan

integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu

masyarakat.

f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. Sikap-sikap

demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-

bangsa barat.

g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap usaha pada unsur-unsur

kebudayaan rohaniah. Biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan

ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasr integritas masyarakat tersebut.

h. Adat atu kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota

masyarakat di dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian

pola-pola perilaku tersebut efektif di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan

muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem

mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk

diubah.

Page 37: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

37

I. Masyarakat dan Unsur-Unsur Persamaan Kebudayaan Sejak lama para sarjana tertarik akan adanya bentuk-bentuk yang sama dari unsur-

unsur kebudayaan diberbagai tempat yang sering kali jauh letaknya satu sama lain. Ketika

cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa, para sarjana menguraikan gejala

persamaan itu dengan keterangan bahwa persamaan-persamaan itu disebabkan karena

tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan di berbagai tempat di muka

bumi. Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain yang mulai tampak di kalangan ilmu

antropologi, terutama waktu cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan

pengaruh, yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. Menurut uraian ini, gejala persamaan

unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat di dunia disebabkan karena persebaran atau

difusi dari unsur-unsur itu ke tempat–tempat tadi. Selanjutnya diterangkan bahwa

menurut Garebner yang disebutnya satu Kulturkreise.19 Maksud istilah itu adalah

lingkaran kebudayaan di muka bumi yang mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang

sama.

Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke dalam

berbagai kulturkreis itu diterangkan dalam bukunya yang menjadi sangat terkenal, yaitu

Methode der Etnologie (1911) dalam Koentjaraningrat. Prosedur klasifikasi itu berjalan

sebagai berikut:

1. Seseorang peneliti mula-mula harus melihat di tempat-tempat mana di muka bumi

terdapat unsur-unsur kebudayaan yang sama. Misalnya di tiga kebudayaan di tempat-

tempat yang kita sebut A, B, dan C yang letaknya saling berjauhan, terdapat unnsur-

unnsur kebudayaan a yang sama, maka unsur itu yang di A kita sebutkan a,di B kita

namakan a, di C adalah a. Persamaan akan kesadaran tadi dicapai dengan alasan

pembandingan berupa ciri-ciri, atau kualitas, dari ketiga unsur tadi, dan disebut Qualitats

Kriterium.

2. Si peneliti kemudian harus melihat apakah di A ada unsur-unsur lain yang sama dengan

unsur-unsur di B dan C; dan misalkan ada unsur b,c, d, dan e di A yang sama dengan

unsur-unsur b, c, d, dan e di C, maka alasan pembandingan berupa suatu jumlah banyak

(kuantitas) dari berbagai unsur kebudayaan tadi di sebut Quantitats Kriterium. Tiap

kelompok unsur-unsur yang sama tadi, yaitu (a b c d e, (a’ b’ c’ d’ e’) dan (a” b” c” d”

e”), masing-masing disebut Kulturkomplex. 19 Koentjaraningrat,Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1987), h. 112-113.

Page 38: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

38

3. Akhirnya peneliti menggolongkan ketiga tempat itu, yaitu A, B dan C, dimana terdapat

ketiga Kultu rkomplex tadi, menjadi satu, seolah-olah memasukkan ketiga tempat di atas

peta bumi bumi itu ke dalam satu lingkaran. Ketiga tempat tadi itu menjadi Kulturkreis.

Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan tergambar berbagai

Kulturkreis, yang saling berpadu dan bersimpangisiur. Dengan demikian akan tampak

gambaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau.

Berhubungan dengan perhatian terhadap masalah persebaran kebudayaan tersebut di atas,

ada seorang sarjana ilmu hayat yang merangkap ilmu bumi bernama F. Ratzel (1844-1904)

yang pernah mempelajari berbagai bentuk senjata busur di berbagai tempat di Afrika. Ia

banyak menemukan persamaan bentuk pada busur-busur di berbagai tempat di Afrika itu, dan

kemudian juga pada unsur-unsur kebudayaan lain, seperti bentuk rumah, topeng,pakaian dan

lain-lain. Anggapan dasar para sarjana tadi dapat diringkaskan sebagai berikut: Kebudayaan

manusia itu pangkalnya adalah satu, dan di suatu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu

mahluk manusia baru muncul di dunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang,

menyebar, dan pecahah ke dalam banyak kebudayaan baru karena pengaruh keadaan

lingkungan dan waktu. Oleh Karena itu dari penjelasan teori kulturkreise di atas dapat

dihubungkan dengan realitas kebudayaan secara univesal yakni gejala-gejala persebaran atau

difusi kebudayaan yang ada di indonesia terdapat kesamaan unsur-unsur di dalamnya. Secara

umum terdapat bebrapa deminsi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur

identitas itu secara normatif berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak

geografis.20Selanjutnya keterkaitan antara teori tersebut akan dijelaskan pada hasil kajian

ilmiah ini apakah ada hubungan serta interpretasi dari hasil kajian tersebut.

Masyarakat dan kebudayaan adalah dwi tunggal yang tidak bisa dipisahkan. Ada yang

memamandang masyarakat dari sudut pandang kebudayaan dengan alasan bahwa unsur

kebudayaan merupakan unsur terpenting dari masyarakat, ada yang memandang masyarakat

dari aspek organisasi dan kerja sama karena unsur inilah yang terpentingdalam kehidupan

bermasyarakat. Dan ada pula yang memandang sebagai kelompok-kelompok karena

kelompok adalah unsur yang menentukan kehidupan masyarakat. Berikut ini adalah sejumlah

pengertian dari beberapa ahli mengenai masyarakat. Kehidupan masyarakat harus dipandang

sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-

unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Menurut Koentjaraningrat masyarakat 20 A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2000), h. 97.

Page 39: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

39

adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu

yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.21Sementara

menurut Horton dan Hunt dalam M. Bambang Pranowo mengatakan;masyarakat adalah

“suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan

adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat

tersebut”.22 Kemudian selanjutnya menurut Selo Soemardjan dalam Jacobus Ranjabar

mengatakan; masyarakat adalah “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

kebudayaan”.23Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang saling berhubungan:pengaruh-

mempengaruhi; mempunyai norma-norma; memiliki identitas yang sama; dan memiliki

teritorial kewilayahan tertentu.

Untuk memberikan penjelasan yang cukup detail mengenai unsur-unsur masyarakat

untuk membedakannya dengan istilah lain seperti komunitas, perkumpulan dan lain

sebagainya adalah:

1. Adanya kelompok manusia yang berinteraksi

Syarat pertama yang harus ada dalam kehidupan masyarakat adanya interaksi

diantara anggota kelompok masyarakat tersebut, berlansung lama, saling pengaruh

mempengaruhi dan memiliki prasarana untuk berinteraksi.

2. Adanya Norama-norma dan adat istiadat

Kehidupan masyarakat akan berlangsung tertib manakalah terdapat norma-norma

yang diterapkan secara kontinyu dan teratur, sehingga menjadi adat istiadat yang khas

untuk masyarakat tersebut yang menjadi pembeda dengan masyarakat lainnya.

3. Adanya identitas yang sama

Unsur lain yang membentuk adanya masyarakat adalah adanya identitas yang sama

yang dimiliki oleh warga masyarakatnya, bahwa mereka memamang merupakan suatu

kesatuan khusus yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan lainnya.

21M. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 128. 22Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, (Yogyakarta: Gadjah Madah University Press, 1999), h. 62. 23Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 10.

Page 40: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

40

4. Adanya batas wilayah

Suatu masyarakat umumnya mempunyai batas-batas wilayah yang jelas. Batas-batas

itu sering menjadi petunjuk bagi pengamat untuk memgetahui jenis suku bangsa yang

menghuni wilayah tersebut.

Oleh karena itu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia karena hanya

manusia saja yang hidup bermasyarakat. Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan

dengan masyarakat. Dengan adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu adalah sebagai

bantuan yang sangat besar sekali pada individu-individu, baik dari sejak permulaan adanya

masyarakat sampai kini. Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam

bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman fundamental, oleh

sebab itulah kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat.

J. Kerangka Berpikir

Pola interaksi masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal di Sumbawa barat

studi di kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat menggambarkan suatu bentuk-

bentuk umum dalam suatu sudut pandang interaksi sosial pada suatu komunitas

masyarakat. Telah dijelaskan secara teoritis bahwa bentuk umum proses-proses sosial

adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial. Oleh karena intreaksi

sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Bentuk-bentuk lain dari proses-proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk

khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang

dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Jelaslah dapat diterangkan bahwa dengan keeradaan masyarakat suatu interaksi sosial itu

dapat dilakukan. Oleh karena itu dengan berinteraksi mengarahkan kehadiran masyarakat

itu sendiri kearah perubahan, baik cara berpikir, gaya hidup, tingkah laku dan peran

seseorang dalam suatu sistem masyarakat. Namun dalam konteks interaksi faktor budaya

menjadi latar belakang yang sangat penting, karena melihat budaya menjadi tolak ukur

dan acuan oleh seseorang untuk bergaul antar sesama sehingga menghasilkan kerja sama

dan mencapai tujuan yang sama. Seseorang akan bergaul sesuai dengan apa yang

diharapkan yakni mengarah pada bentuk-bentuk perilaku yang positif terhadapnya tentu

dipengarui oleh latar belakang dan norma-norma yang sesuai dengan paham mereka

yang dianut dalam ajaran kebudayaannya. yang menjadi permasalahan pokok dan

Page 41: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

41

asumsi dasar dalam hal ini adalah pola berinteraksi masyarakat pendatang terhadap

masyarakat lokal sehingga membentuk suatu masyarakat yang dinamakan masyarakat

yang ideal baik dilihat dari sudut pandang agama, budaya,sosial dan ekonomi.

Pembahasan dalam kerangka berfikir ini, yang mencakup ruang lingkup yang luas,

merupakan serangkaian muatan-muatan ilmu pengetahuan mengenai interaksi sosial

yang akan dilakukan pada tingkat penelietian akan dilakukan. Maka pembahasan akan

dibatasi pada bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu bentuk-bentuk yang tampak apabila

orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia itu mengadakan hubungan suatu

sama lain.

Page 42: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat,

Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

September 2013.

B. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif Pada dasarnya sebuah penelitian sosial dilakukan untuk memahami berbagai hal

berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat. Walaupun demikian, berbagai

pengalaman melakukan serangkaian prosedur penelitian menunjukkan bahwa ternyata

metode penelitian kuantitatif tidak dapat sepenuhnya mengungkap kehidupan sosial secara

rinci dan mendalam. Metode penelitian kuantitatif ternyata tidak dapat digunakan untuk

mengungkap dinamika kehidupan sosial secara utuh. Penelitian kuantitatif menjadi tidak

tepat atau dirasa kurang tepat digunakan apabila ingin meneliti kehidpan sosial secara rinci

karena dengan alasan-alasan seperti: (1) kehidupan sosial yang diteliti sangat kompleks; dan

(2) hasil penelitian tidak memuaskan karena banyak hal yang belum dapat dijelaskan oleh

hasil penelitian tersebut.

Menurut Taylor dan Bogdan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah Pengertian penelitian

kualitatif dapat diartikan sebagai “penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai

kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti”.24 Penelitian kualitatif yang berakar dari paradigma interpretatif, pada awalnya

muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap paradigma positivist, yang menjadi akar

penelitian kuantitatif.

Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu

kiranya dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Lexi J.

Moleong mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang yang

24Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 166.

Page 43: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

43

diamati”.25Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke

dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu

keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) dalam Lexi J.Moleong

mendefinisikan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”.26

Kemudian menurut Sugiyono (2007:32) dalam Andi Prastowo asumsi tentang gejala dalam

jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda. Asumsi tentang gejala dalam penelitian

kuntitatif adalah “bahwa gejala dari suatu obyek penelitian bersifat tunggal dan

parsial”.27Asumsi tentang gejala dalam jenis penelitian kualitatif adalah bahwa gejala dari

suatu objek itu sifatnya tunggal dan parsial. Dengan demikian, berdasarkan gejala tersebut

peneliti kuantitatif dapat menetukan variabel-variabel yang dapat diteliti. Sedangkan menurut

pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh) sehingga penelitian

kualitatif tidak akan menerapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian,

keseluruhan situasisosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan

aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis. Metode penelitian kualitatif dibedakan

dengan metode penelitian kuantitatif dalam arti metode penelitian kualitatif tidak

mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan metode dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambar-gambar

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Menurut Whitney (1960) dalam Moh. Nazir

bahwa;“metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat”.28Penelitian

deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-

kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandanganserta proses-proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif peneliti bisa saja

membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komperatif.

25Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006),Cet. VII, h. 3. 26Ibid.h. 3. 27Andi Prastowo, MemahamiMetode-metodePenelitian, (Yoyakarta: AR-ruzMedia, 2011), h. 48. 28Moh.Nazir,MetodePenelitian, (Darussalam: Ghalia Indonesia, 1983), h. 63.

Page 44: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

44

Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu

keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab

dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978) dalam Consuelo G. Sevilla dan kawan-kawan.29Ada

beberapa teori pendekatan yang digunakan untuk penelitian kualitatif yaitu, perspektif ke

dalam fenomenologis, interaksi simbolis,dan etnometodologi.

Hakikat dari metode kualitatif adalah totalitas atau gestalt, yaitu ketetapan interpretasi

bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas, sistematik dan sistemik, bukan pada

statistika dengan menghitung beberapa besar probalitasnya bahwa peneliti benar dalam

interpretasinya.

C. Teori dan Pendekatan Yang Menjadi Dasar Penggunaan metode kualitatif pertama-tama dikenal dalam studi-studi dari Chicago

school di tahun 1910-1940. Selama periode ini peneliti-peniliti Universitas Chicago

menghasilkan penelitian-penelitian dengan pengamatan terlibat (partisicipant observation)

dan berdasarkan pada catatan pribadi (personal document). Berbagai penelitian yang

dilakukan tersebut berakar dari sebuah paradigma yang disebut ‘paradigma interpretatif’.

Pada perkembangan selanjutnya penelitian kualitatif banyak digunakan dalam studi-studi

antropologi, sosiologi dan studi psikologi sosial. Setidaknya ada tiga pendekatan yang

termasuk dalam paradigma interpretatif, yaitu pendekatan fenomenologis, interaksi simbolis

dan etnometodelogi. Perspektif fenomenologis (phenomenologhy) (lihat Deutcher, 1973)

yang memiliki sejarah panjang dalam filosofi dan sosiologi mempelajari bagaimana

kehidupan sosial ini berlangsung dan melihat tingkah laku manusia yang meliputi apa yang

dikatakan dan diperbuat sebagai hasil dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya.

Berdasarkan pemikiran ini maka untuk mengerti sepenuhnya bagaimana kehidupan sosial

tersebut berlangsung maka harus memahaminya dari sudut pandang pelakunya sendiri.

Selanjutnya, dari sudut pandang teori dan pendekatan interaksionis simbolis, semua

perilaku manusia pada dasarnya memiliki socia lmeanings (makna-makna sosial). Makna-

makna sosial dari perilaku manusia yang melekat pada dunia sekitarnya penting dipahami.

Blumer (lihat Taylor dan Bogdan, 1984: 9-10) mengembangkan tiga premis sehubungan

dengan hal tersebut, yaitu: (1) manusia bertindak terhadap sesuatu (orang) berdasarkan

bagaimana mereka memberi arti terhadap satu (orang) tersebut; (2) ‘meanings’ atau makna

29 Consuelo G. Sevilla (et.al), PengantarMetodePenelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia Press), h. 71.

Page 45: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

45

merupakan produk sosial yang muncul dari interaksi sosial; dan (3) ‘social actor’ memberi

makna dari proses interpretasi.

Sedangkan pendekatan etnometodologi lebih merajuk pada bidang yang diteliti, yaitu

tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. Dalam

hal ini yang ingin dipahami adalah bagaimana orang-orang melihat, menerangkan dan

menguraikan keteraturan dunia tempat hidupnya. Fokus penelitiannya adalah realitas dari

kehidupan sosial sehari-hari. Jadi yang dipentingkan adalah hal-hal yang nyata dan apa

adanya menurut yang dilihat dan diketahui. Bendasarkan pemikiran pada pendekatan-

pendekatan tersebut maka peneliti harus dapat “menangkap” proses interpretasi dan melihat

segala sesuatu dari sudut pandang orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa

peneliti tidak memenuhi segala sesuatu dari orang-orang yang diteliti. Menggunakan

pendekatan-pendekatan ini peneliti berusaha mendalami aspek ‘subjektif’ dari perilaku

manusia dari cara ‘masuk’ ke dalam dunia-dunia konseptual orang yang diteliti. Dengan cara

tersebut diharap peneliti dapat mengerti bagaimana makna sosial dan wacana-wacana

dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Pemahaman mengenai dasar teori dan pendekatan dari penelitian kualitatif sangatlah

penting dipahami mengapa penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian kuantitatif.

Dari hal tersebut dapat dipahami mengapa penelitian kualitatif mengajukan research

questions yang berbeda. Selain itu, penelitian kualitatif juga mencari kehidupan yang berbeda

dari kehidupan sosial yang diteliti.karena itu penelitian kualitatif memerlukan prosedur

penelitian yang berbeda.

a. Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang

berbeda Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai

penjelasan atas perilaku dansikap-sikap tertentu.Teori ini bisa jadi sempurna dengan

adanya variable-variabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Misalnya,

para ahli etnografi memanfaatkan tema-tema kultural atau “aspek-aspek kebudayaan”

(walcott, 1999:113) untuk dikaji dalam proyek penelitian mereka, seperti kontrol sosial,

bahasa, stabilitas dan perubahan, atau organisasi sosial, seperti kekerabatan atau keluarga.

Kedua, para penelitian kualitatif sering kali menggunakan perspektif teoritis sebagai

panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu-isu lain mengenai

kelompok marginal). Perspektif ini biasanya digunakan dalam penelitian advokasi

partisipatoris kualitatif dan dapat membantu peneliti untuk merancang rumusan masalah,

Page 46: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

46

mengumpulkan dan menganalisi data, serta untuk membentuk call for action and change

(panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan). Perspektif-perspektif ini juga

menunjukkan bagaimana peneliti harus memposisikan diri mereka dalam penelitian

kualitatif (seperti, berada diluar atau tidak condong pada konteks pribadi, kultural, atau

historis tertentu) dan bagaimana menulis laporan akhir (seperti, dengan tidak

memarjinalisasi lebih jauh individu-individu yang di teliti, atau dengan cara berbaur

langsung dengan mereka).Dalam penelitian etnografi kritis, peneliti memulai dengan satu

teori yang dapat menjelaskan keseluruhan proses penelitiannya. Teori kausatif teori ini

bisa berupa teori emansipasi atau resepsi (thomas, 1993).

Beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

sebagai berikut (Creswell, 2007):30

1. Perspektif feminis menggunggat kondisi kaum wanita saat iniyang ditindas dengan

sewenang-wenang dan institusi-institusi yang turut membentuk kondisi tersebut.

Topik-topik peneliti bisa menncakup isu-isu kebijakan yang bebrhubungan dengan

realisasi keadilan sosial dalam ranah-ranah tertenntu atau pengetahuan tentang

kondisi-kondisi ketertindasan yang dialami oleh mereka (Olesan, 2000).

2. Wacana rasial memunculkan pertanyaan penting tentang konstruksi dan kontrol atas

pengetahuan–pengetahuan yang berbau ras, khususnya tentang orang-orang dan

komunitas-komunitas kulit berwarna (Landson-Billings,2000).

3. Prespektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari

kungkungan rasial, kelas dan gender yang diletakan pada mereka (Fay, 1987).

4. Teori querr, begitulah istilah yang digunakan dalam literatur ini berfokus pada

individu-individu yang menamakan dirinya sebagai kelompok lesbian, gay, biseksual,

dan transgender. Penelitian-penelitian yang menerapkan perspektif teoritis ini bukan

berarti menjadikan individu-individu diatas sebagai objek mentah yang dapat

diperlakukan begitu saja, melainkan berusah mencari sisi-sisi kultural dan politis apa

yang membuat membuat mereka terkucilkan dalam ranah sosial. Teori ini bahkan

berusaha menyuarakan kembali hak-hak dan pengalaman-pengalaman individu yang

tertindas (Gamson, 2000).

5. Studi ketidak mampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang melibatkan

para pengurus sekolah, guru, dan orang tua yang memiliki anak-anak dengan

ketidakmampuan tertentu (Mortens, 1998).

30 JohnW. Crewell, Research Design,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),h. 93-95.

Page 47: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

47

Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai point akhir

penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai point akhir penelitian, berarti peneliti

menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data,

lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.

Inilah pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif.

Pendekatn ini dapat dipakai sesuai dengan konteks dan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian.

D. Teknik Pengumputan Data Data digolongkan menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua: pertama data

primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti; kedua data skunder,

yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu, seperti Biro Pusat Statistik

(BPS), Departemen Pertanian dan lain-lain. Oleh karena itu, langkah teknik pengumpulan

data yang akan penulis lakukan mengacu berdasarkan pada teknik pengumpulan data yang

telah dijelaskan di atas yaitu melalui tahap penyusunan data primer dan data sekunder. Jenis

penelitian ini dengan menggunakan pendekatan structural fungsional.31 Melalui metode ini

diharapkan interaksi social antara pendatang dan mmasyarakat lokal di daerah penelitian dan

factor-faktor pengua tinteraksi tersebut dapat diungkap dan dielaborasi lebih komprehensif

untuk kemudian dilakukan anlisis yang mendalam.

1. Data Primer

a. Teknik Observasi

Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media

pengamatan. Dalam melakukan observasi ini, peneliti menggunakan sarana utama indera

penglihatan. Melalui pengamatan mata dan kepala sendiri seorang peneliti diharuskan

melakukan tindakan pengamatan terhadap tindakan dan perilaku responden di lapangan dan

kemudian mencatat atau merekamnya sebagai material utama untuk dianalisis.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang akurat tentang keadaan di lapangan

dengan melakukan pengamatan langsung. Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan

observasi antara lain; pengamat harus selalu ingat dan memahami betul apa yang hendak

direkam dan dicatat, selain itu juga harus bisa membina hubungan baik antara penagamat

dan obyek pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk mengamati dan membuat catatan

deskriptif terhadap latar belakang dan semua kegiatan yang terkait dengan interaksi sosial 31M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Metodelogi penelitian dan Aplikasinya,, (Jakarta: Ghalia Indonesia), h. 11.

Page 48: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

48

masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang di Kecamatan Maluk sehingga dapat

diperoleh data yang akurat.

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancara yang memberikan atas

pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan

Guba dalam Lexi J. Moleong, antara lain:

Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepeduliandan lain-lain; kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memprevikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memperivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.32

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara dengan menggunakan

pendekatan wawancara pembicaraan infomasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada wawancara

itu sendiri, jadi bergantung pada spotanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada yang

diwawancarai. Wawancara demikian pada latar ilmiah. Hubungan wawancara dengan yang

diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaannya dan jawabannya

berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan informasi saja.

2. Data Sekunder

Dari data sekunder ini dapat berupa penalaahan terhadap dokumen tertulis. Data yang

diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan penggalan dari catatan-

catatan organisasi, klinis, atau program; memorandum-memorandum dan korespondensi;

terbitan dan laporan resmi; buku harian pribadi; dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap

kuesioner dan survei. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua atau

sumber-sumber dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dan untuk tahap selanjutnya.

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan, peneliti mendapat suatu landasan

teori yang kuat untuk mendukung penulisan ini dari berbagai literatur seperti buku-buku

serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

32Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 135.

Page 49: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

49

E. Teknik Keabsahan Data

a. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk

memeriksa keabsahan data atau dokumen yang didapatkan atau diperoleh dari penelitian,

supaya hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan dari segala segi.

Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka dalam membuktikan temuan hasil

dilapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan. Teknik-teknik yang digunakan untuk

melacak atau membuktikan kebenaran atau taraf kepercayaan data tersebut bias melalui

ketekunan pengamatan di lapangan (persistent observation), triangulasi (tringualation,

pengecekan dengan teman sejawat (peer debriefing), analisis terhadap kasus-kasus negative

(negative case analysis), referensi yang memadai (reverencial adequacy), dan pengecekan

anggota (member chek). Beberapa teknik-teknik tersebut, peneliti menggunakan peneliti

menggunakan teknik pengamatan lapangan dengan triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Denzin dalam Moleong,membedakan empat macam triangulasi yakni sumber,

metode, penyelidik, dan teori.33 Peneliti menggunakan triangulasi sumber, dengan

pertimbangan bahwa untuk memperoleh data yang benar-benar valid, informasi dari subyek

harus dilakukan cross check dengan subyek lain serta informan lain. Informasi yang

diperoleh diusahakan dari narasumber yang betul-betul mengetahui tentang waria yang

dijadikan subyek penelitian. Informasi yang diberikan oleh salah satu subyek dalam

menjawab pertanyaan peneliti akan di cek ulang dengan jalan menanyakan ulang pertanyaan

yang sama kepada subyek yang lain. Apabila kedua jawaban yang diberikan sama maka

jawaban itu dianggapApabila kedua jawaban yang diberikan sama maka jawaban itu

dianggap sah. Menurut Patton (dalam Moleong, 2009: 331) Triangulasi dengan metode yaitu

melalui dua strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan.

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai

kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa triangulasi, peneliti

dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode,

atau teori. 33Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 303.

Page 50: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

50

F. TeknikAnalisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan

analisis, data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang berguna

dalam memecahkan masalah penelitian, sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang benar.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248), analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada

orang lain. Berdasarkan rumusan tersebut digaris bawahi bahwa analisis data dalam hal ini

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.

Sedangkan menurut Moleong (dalam Sukardi, 2006:72). analisis data pada umumnya

mengandung tiga kegiatan yang saling berkaitan yaitu a) kegiatan mereduksi data, b)

menampilkan data, c) melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan. Proses analisis

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dengan berbagai sumber yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil perolehan data, maka hasil penelitian

dianalisis secara tepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula. proses analisis data memiliki

tiga unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan (Miles dan Huberman, 1992:16). Proses analisis

data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

setelah itu membuat rangkuman setiap pertemuan dengan responden dan kemudian

peneliti melakukan reduksi data.

b. Penyajian

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan

dapat ditarik (Miles dan Huberman, 1992:17). Melihat suatu sajian data,

penganalisis akan dapat memahami apa yang terjadi, serta memberikan peluang bagi

penganalisis untuk mngerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan

pemahaman tersebut.

c. Penarikan Simpulan / Verifikasi

Page 51: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

51

Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penting lainnya.

Untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan kesimpulan yang memiliki makna,

peneliti pada umumnya dihadapkan pada dua kemungkinan strategi atau taktik yaitu:

a) memaknai analisis spesifik b) menarik serta menjelaskan kesimpulan (Sukardi,

2006:73). Simpulan akhir dalam proses analisis kualitatif ini tidak akan ditarik

kecuali setelah proses pengumpulan data berakhir. Simpulan yang ditarik perlu

diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali.

Page 52: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

52

BAB IV

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN

Sebelum menganalisa lebih lanjut dan lebih dalam mengenai studi analisis tentang

analisis pola interaksi masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal di Kabupaten

Sumbawa Barat (Studi di Kecamatan Maluk), penulis akan menguraikan secara singkat

kondisi keadaan Maluk yang pada saat itu masih berstatus Dusun yang berdiri sendiri

pada masa sebelum terjadinya pemekaran wilayah menjadi lima desa dalam lingkup

wilayah andministratif Kecamatan Maluk. Berikut ini penulis akan menjelaskan sedikit

gambaran tentang sejarah Maluk pada masa sebelumnya agar dapat memberikan

sebagian gambaran mengenai keadaannya hingga saat ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan Ketua Adat Kecamatan Maluk.

A. Daerah Resetlemen (Tahun 1984)

Dipilihnya Maluk sebagai daerah tujuan program pemukiman kembali penduduk

(Resetlement) tentunya telah melalui analisa yang cukup mendalam baik tentang luas

wilayah pertanian maupun sosial budaya masyarakat setempat serta analisa tentang

perkembangan penduduknya.

Dalam kurun waktu 20 tahun sejak tahun 1984, perkiraan jumlah perkembangan

penduduk Maluk berkisar 3,075 %. Angka ini didasarkan pada perkembangan penduduk

Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Desa Maluk diperkirakan sekitar

+/- 1.000 jiwa dengan asumsi tidak ada penambahan penduduk baru di daerah lain dalam

kurun waktu tersebut.

Dapat di analisa bahwa perkembangan penduduk yang terjadi dalam wilayah Maluk pada

saat itu cukup padat dikrenakan belum ada didaerah lain di sekitar Kecamatan lain di

Kabupaten Sumbawa pada saat itu penduduknya yang begitu padat. Apabila dilihat lagi

sebagai pertimbangan bahwa Maluk pada saat itu masih berstatus dusun. Namun yang

terjadi justru tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan beroperasinya

PT.Newmont Nusa Tenggara dan beberapa kontraktor memaksa Dusun Maluk berbenah

diri tanpa persiapan yang cukup. Gambar tabel dibawah ini akan menjadi data

pertimbangan serta data ukur oleh penulis mengenai luas wilayah yang sangat terbatas ini

dilihat dari luas dan fungsinya pada masa Maluk masih bersetatus Dusun.

Tabel 4.1: Luas wilayah berdasarkan fungsinya

Page 53: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

53

NO Jenis Lahan Luas (Ha)

1 Sawah irigasi teknisi -

2 Sawah irigasi sederhana 45

3 Sawah tadah hujan 25

4 Tegalan/Ladang 65

5 Kebun rakyat 45

6 Pekarangan 628

7 Hutan Negara 1.231

8 Hutan Rakyat 169

9 Lain-lain 147

10 Total Jumlah 11.25

Sumber: Kantor Kecamatan Maluk

Dengan total luas wilayah +/- 11.25 Ha, memaksa Dusun Maluk pada saat itu

menampung lebih dari 20.000 jiwa yang datang dari seluruh wilayah di indonesia yang

notabennya sebagai masyarakat pencari kerja dan lain-lain. Sehingga yang terjadi adalah

terbentuklah maluk yang pada saat itu sebagai daerah yang krisis dengan wajah yang cukup

suram, kumuh, tanpa penataan yang baik serta tidak ada data kependudukan yang cukup

akurat. Lebih parah lagi, kemampuan pemerintah tidak dapat mengikuti perubahan sosial

kehidupan masyarakat yang begitu cepat tanpa dapat dibendung sedikitpun. Hal ini

dibenarkan dari hasil wawancara dengan salah seorang tokoh masyarakat dan selaku ketua

adat Kec. Maluk, Desa Maluk John Rayes S.P.

Dibentuknya Maluk sebagai daerah tujuan dan penetapan program pemukiman kembali oleh pemerintah daerah tentunya telah melalui analisa, proses yang cukup mendalam baik tentang luas wilayah pemukiman, wilayah pertanian maupun sosial budaya masyarakat setempat serta analisis tentang perkembangan penduduknya. Kedatangan pendatang yang banyak, infrastruktur yang tidak memadai, masyarakat yang belum siap mental semakin menambah suasana yang tidak teratur pada masa-masa awal konstruksi oleh PT. Newmont Nusa Tenggara. Semua serba tiba-tiba, sehingga masyarakat harus membangun kamar-kamar kos apa adanya, ada yang membangun secara permanen tetapi lebih banyak yang membangun dari triplek bekas box barang. Tawuran antar geng, antar suku menjadi pemandangan yang rutin terjadi bahkan tidak terelakkan. Kondisi itu semakin mencekam suasana Maluk pada saat itu. Sementara di satu sisih pemerintah kami pada saat itu jauh dan berada di Sumbawa Besar dan kepala

Page 54: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

54

desa juga berjarak 18 Km. Benar-benar kondisi yang semeraut, kacau dan tidak diantisipasi dengan baik.34

Oleh karena itu banyaknya tambahan penduduk dari pencari kerja ini yang akhirnya

dijadikan salah satu acuan perubahan status Dusun Maluk menjadi Desa Maluk. Pemerintah

Kabupaten melihat, salah satu solusi dari permasalahan yang dihadapi adalah menaikkan

status Dusun menjadi Desa, sehingga Maluk memiliki Kepala Desa yang akan menjalankan

roda pemerintahan yang cepat dan efektif.

B. Desa Maluk

Tanggal 5 Juni 2006 terjadi pertemuan beberapa tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh

pemuda, tokoh agama, LPM, BPD dalam rangka membahas keinginan masyarakat untuk

dilakukannya pemekaran Desa Maluk menjadi empat Desa yang berdiri sendiri.

Didasarkan atas jumlah penduduk yang cukup banyak +/- 7.200 jiwa, minimnya perangkat

desa yang melayani jumlah penduduk yang berskala besar sehingga dikhawatirkan

timbulnya keterlambatan pelayanan terhadap masyarakat, serta disahkannya peraturan

daerah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), No. 6 Tahun 2007 tentang pembentukan

Kecamatan Maluk. Hal terkait adalah menjadi alasan mengerucutnya harapan dan

keinginan masyarakat Maluk.

Pada pertemuan tersebut terbentuklah suatu komite perumusan pemekaran Desa Maluk

dan diangkat John Rayes S.P sebagai ketua. Komite ini terus bekerja dan menyerap

aspirasi sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Tanggal 15 Juni 2009 mengirim surat

permintaan resmi kepada Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) untuk secepatmungkin

dilakukannya pemekaran Desa Maluk menjadi empat Desa. Di bawah ini penulis

rangkumkan kondisi Maluk dalam angka yang pada akhirnya data ini dijadikan salah satu

dasar pertimbangan demi perlengkapan data.

Tabel 4.2: Data Masyarakat Maluk

No Uraian

DUSUN Total

Maluk Pasir

Putih

Bukit

Dama

i

Mantu

n

1 Luas Wilayah 780 Ha 735 472 365 2.352 Ha

34John Rayes, Wawancara,Ketua Lembaga Adat,tempat kediaman, Kecamatan Maluk, Sumbawa barat, Nusa Tenggara Barat.

Page 55: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

55

Ha Ha Ha

2 Pertanian/Hutan 677 Ha

727.4

Ha

117.8

Ha

278.2 1797.4 Ha

3 Penduduk 1.756 1.710 2.098 1.297 6.861

4 Kepala

Keluarag

433 450 461 438 1.782

5 Perumahan 480

390 292 343 1.505

6 Sarana

Peribadatan

4 4 4 1 13

7 Sarana

Pendidikan

5 2 2 1 12

8 Sarana olah

Raga

7 6 5 6 24

9 Sarana

Komunikasi

27 12 17 17 73

10 Sarana

Transportasi

316 484 133 332 1.255

11 Pedagang/Jasa 247 45 29 35 365

12 Perternakan 2.463 1.516 583 1.729 588.708

13 Wisata/Hiburan 2 13 2 - 17

Sumber: Perumusan pemekaran daerah Kec. Maluk 2008

Dapat dijelaskan bahwa luas wilayah, jumlah penduduk serta sarana dan prasarana yang

tidak merata ini tidaklah menjadi persoalan saat pemekaran dilakukan. Semua berjalan

dengan lancar, karena pembagian wilayah dilakukan berdasarkan batas-batas desa pada saat

masih beretatus dusun.

C. Kecamatan Maluk

Disahkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2007

tentang Pembentukan Kecamatan Maluk, semakin jelaslah arah kebijakan Bupati

Kabupaten Sumbawa Barat. Pemekaran Desa Maluk menjadi empat desa yang berdiri

sendiri tidak lagi dianggap sebagai langkah pemborosan keuangan daerah tetapi lebih

kepada untuk memperpendek dan mempercepat serta meningkatkan pelayanan dibidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan juga menjamin kesejahteraan

Page 56: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

56

masyarakat. Kemampuan ekonomi, potensi masing-masing desa, faktor sosial budaya,

politik, dan luas wilayah merupakan dasar pertimbangan pembentukan Kecamatan Maluk.

Dengan disahkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat tentang

Pembentukan Desa Maluk, Desa Mantun, Desa Pasir Putih, Desa Bukit Damai, Desa

Benete maka Peraturan Bupati Kabupaten Sumbawa Barattentang pembentukan lima desa

tersebut secara hukum tergantikan dengan peraturan daerah tersebut.

c. Kondisi Wilayah

Kecamatan Maluk memiliki luas wilayah 92.42 km2, di bagian utara berbatasan

dengan Kecamatan Sekongkang, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jereweh,

sebelah barat berbatasan dengan Selat Alas, dan sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Jereweh dan berada 5 (lima) meter di atas permukaan laut.

Berikut gambar umum Kecamatan Maluk dalam kurun waktu 2007 sampai 2008.

Gambaran yang akan dijelaskan berikut ini adalah sebagian dari kelengkapan data yang

akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam analisis penulisan ini.

Tabel 4.3: Luas wilayah desa

Sumber: KCD Kecamatan Maluk

Sesuai dengan data tabel 4.2 di atas dijelaskan pembagian luas wilayah ini lebih

didasarkan pada batas-batas wilayah masing-masing desa sebelum terjadi pemekaran atau

pada saat semua desa ini masih bersetatus dusun. Sehingga ketika tapal batas masing-masing

desa ditetapkan, tidak menimbulkan permasalahan, dan semua pihak menerima dengan baik

walaupun luas wilayah untuk masing-masing desa tidak merata.

Uraian Desa

Maluk Benete Pasir Putih Mantun Bukit

Damai

Total

Km2 9.62 60.87 9.35 5.86 6.72 92.42

% 10.41 65.86 0.12 6.34 7.27 100

Page 57: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

57

d. Pemerintahan

Keberadaan pemerintahan dalam suatu wilalyah mutlak diperlukan, yaitu agar dalam

setiap kegiatan pembangunan maupun dalam setiap kegiatan masyarakat dapat berjalan

dengan teratur. Dalam setiap pememrintahan diperlukan adanya pemimpin untuk

membantu dalam menjalankan roda pemerintahantersebut. Dalam hal ini desa terdapat

Kepala Desa sebagai pemimpin tersebut dan dibantu oleh perangkat-perangkat desa dan

kepala dusun.

Seiring dengan tuntutan zaman, maka mutlak diperlukan aparat pemerintahan tingkat

desa yang mampu memimpin, baik dari segi pendidikan maupun kedekatannta dengan

masyarakat. Hal ini akan dapat memperlancar roda pembangunan perekonomian dan

pembangunan masyarakat secara umum. Berikut gambar umum perangkat aparat

pemerintahan Kecamatan Maluk.

Tabel 4.4: Jumlah aparat pemerintahan

Desa Perangkat

Desa

Kepala

Dusun

RT RW Total

Maluk 9 4 11 4 28

Benete 9 4 8 4 25

Bukit

Damai

9 33 13 3 58

Mantun 10 3 10 3 26

Pasir Putih 9 3 13 3 28

Jumlah 46 17 55 17 135

Sumber: Kecamatan Maluk.

Jumlah aparat pemerintahan, sudah sesuai denngan aturan yang berlaku. Mulai dari

tingkat RT, RW, dan perangkat Staf Desa pun sudah mencukupi. Pada awal

pengangkatannya, faktor kemampuan dan pendidikan tidakllah menjadi prioritas dalam

proses seleksi, hal ini disebabkan karena minimnya kualitas Sumber Daya Manusia yang

tersedia. Faktor pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat menjadi dasar utama dalam

menentukan atau memeilih perangkat desa.

Selanjutnya penjelasan lebih dalam lagi akan dijileskan pada uraian-uraian sub bab

terkait dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Dari keterangan diatas telah dijelakan

Page 58: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

58

baik itu dari proses awal sejarah Maluk yang pada saat itu masih berstatus Dusun sampai

pada akhirnya Maluk menjadi Kecamatan yang mempunya wilayah administratif sendiri.

Dibentuknya Kecamatan Maluk sebagai daerah tujuan dan penetapan program pemukiman

kembali oleh pemerintah daerah tentunya telah melalui analisa, proses yang cukup mendalam

baik tentang luas wilayah pemukiman, wilayah pertanian maupun sosial budaya masyarakat

setempat serta analisis tentang perkembangan penduduknya

Seluruh proses kelahiran, kematian dan migrasi penduduk merupakan bagian dari

berfungsinya masyarakat manusia yang peka terhadap pola struktur sosial dan mempengaruhi

sifat kehidupan sosial. Pengkajian terhadap peran yang berubah-ubah dari proses

kependudukan sebagai faktor penentu maupun sebagai akibat struktur sosial dan perubahan

sosial.

Untuk mengenal pertalian antara kependudukan dan sistem sosial diperlukan

penyelidikan yang saksama atas unsur-unsur kependudukan dalam konteks dinamika

masyarakat manusia. Salah satu cara untuk mengungkapkan antar hubungan dan kaitan pokok

ini ialah menyelidiki betapa fertilitas, mortalitas dan migrasi yang secara variabel sosial.

Menurut Malthus dalam J. Dwi Narko dan Bagong Suyanto bahwa “premisbahwamanusia

dapat disempurnakan bahwa, kesejahteraan masyarakat senantiasa diganggu oleh kenyataan

bahwa pertambahan penduduk lebih cepat dari pertumbuhanbahan makanan”.35Oleh karena

itu dengan melihat realita masyarakat pada umumnya dengan meningkatnya populasi dan

volume masyarakat secara kolektif tentunya akan memerlukan aturan dan kontrol yang sangat

kuat didalamnya terkait dengan peran kelembagaan dan institusi sosial itu sendiri.

Dapat dijelaskan bahwa suatu kelompok masyarakat yang di dalamnya terdapat

kehidupan dari populasi manusia. yang mempunyai aktivitas-aktivitas serta pola pikir dan

pola perilaku dalam wadah lingkungan yang sama. Oleh karena itu lembaga sosial yang

berfungsi sebagai kontrol sosial memainkan perannya agar dinamika kehidupan masyarakat

dapat hidup secara teratur.

D. Pola Interaksi Masyarakat lokal dengan Masyarakat Pendatang Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan

pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Bentuk dan pola-pola interaksi dapat

dijumpai pada kehidupan masyarakat.Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah

proses-proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis terkait 35J. Dwi Narko,Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:Kencana 2007), Cet. II, h. 305-306.

Page 59: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

59

dengan hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang ada di Kecamatan

Maluk dan sekitarnya. Selanjutnya keterangan masyarakat lokal sendiri bahwa pendatang

dinilai banyak yang larut kedalam budaya masyarakat lokal, dan banyak pula anggota

masyarakat lokal yang mencontohi budaya para pendatangtersebut. Berdasarkan uraian ini,

maka dapat ditegaskan bahwa interaksi sosial di kecamatan Maluk berlangsung cukup baik

hingga tidak menimbulkan distorasi sosial dalam proses pembaruaannya. Keterangan lain

yang menyebutkan bahwa, masjid-masjid berperan nyata dalam membangun pembaruan

sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal. Keaktifan para pendatang dalam

Majlis Ta’lim dan kegiatan ibadah rutin di masjid-masjid semakin mempercepat

penerimaan masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang. Interaksi yang terjadi ini

dinilai sangat mampu melekatkan hubungan sosial pendatang dengan masyarakat lokal.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal

sangat dighargai, menghormati dan keterbukaannya terhadap masyarakat pendatang yang

dinilai taat dalam menjalankan ibadah. Tentunya hal ini berdampak sangat positif, baik

oleh masyarakat lokal maupun pendatang dalam kerangka masyarakat yang utuh. Dalam studi ini, untuk memberi gambaran menurut John rayes S.P yang menjadi

ketua komite adat Desa Maluk tentang proses interaksi antara masyarakat lokal dan

masyarakat pendatang dalam keterbukaannya serta timbal-balik yang terjadi antara

masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Sehingga dari proses interaksi tersebut

terbentuknya suatu keterikatan emosional dan saling memiliki demi terbentuknya

masyarakat yang saling menghargai perbedaan. Hasil wawancara dari informan kunci

sebagai berikut:

Karena sangat kuat orientasi bau marua dengan, bau batempu ke dengan, balong dan bakalako,boat iwit, boat ela, boat tleko, (Bisa setara dengan orang lain, bisa berkecimpung dengan orang lain juga, sangat kuat orientasi untuk menjadi orang yang baik dan berguna baik dalam tindakan,tanduk, perkataan, maupun hati nurani). Kameri kamore dan seling sanyaman ate, Pariri lema bari, saling sakiki, sabalong sama lewa (Selain itu sangat kuat orientasi untuk menjalani hidup dengan orang lain secara suka ria dan saling memberikan kenyamanan hati. yang penting no semal pia boat lenge, parakkonene (Yang terpenting malu untuk berbuat buruk dan selalu mendekatkan diri kepada tuhan).36

Dari konsep ajaran filsafat pariri lema bari, saling sakiki, sabalong sama lewa, no semal

pia boat lenge, parak ko nene yang diyakini oleh segenap masyarakat Sumbawa dapat

dibahasakan sebagai suatu landasan dalam semua aspek kehidupan baik agama, sosial dan

36Jhon Rayes, wawancara.

Page 60: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

60

budaya. Dimana pariri lema bariri, saling sakiki, sabalong sama lewa,no semal boat lenge,

parak ko nene dapat di artikan sebagai pentingnya saling menjaga satu sama lain atas asas

kemanusiaan tidak adanya sekat-sekat yang merintangi, malu untuk berbuat buruk dan selalu

mendekatkan diri kepada tuhan sang pencipta. Semua itu dianggap agar di kemudian hari dari

semua bentuk konsep ajaran yang diyakini itu akan menjadi kekuatan yang sangat besar yang

tidak mudah digoyahkan dalam kehidupan, saling menghargai suatu perbedaan dan dari

perbedaan itu dijadikan dalam bentuk ikatan yaitu sabalongsama lewa (Sama rasa sama rata,

ringan sama dijinjing berat sama dipikul). Oleh karena itu masyarakat Sumbawa dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang kompromis, mempunyai jiwa kepedulian yang tinggi

terhadap sesama. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan

dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata perilaku, norma,

nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan

masyarakat lainnya.

Interaksi yang terjalin di Kecamatan Maluk khususnya di Desa Maluk antara masyarakat

lokal dengan masyarakat pendatang adalah hubungan saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya bahkan dengan lingkungan sekitar, dalam hal ini ada keuntungan antara kedua belah

pihak dan menimbulkan suatu bentuk kehidupan yang harmonis dan nyaman dalam

kehidupan sosial, agama dan lain sebagainya yang dapat diwujudkan dalam bentuk

solidaritas, toleransi serta menghormati dan menghargai masyarakat sekitar.

Interaksi yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal adalah

interaksi kelompok. Hubungan yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan maluk dengan

ppendatang adalah hubungan yang berlangsung lama yang ditandai dengan drajat keeratan

yang semakin kuat.

1. Pola Interaksi Masyarakat Lokal Terhadap Pergaulan Hidup dengan

Pendatang Meningkatnya intensitas masyarakat dan penambahan penduduk di sebabkan oleh

pendatang yang mempengaruhi mayarakat lokal sehingga mempercepat terjadinya

pembaruan sosial terhadap masyarakat lokal itu sendiri.Keseragaman pada masyarakat

akan terwujud suatu hubungan yang baik bilamana didalamnya terdapat individu yang

menilai baik antar individu dan adanya saling mempengaruhi satu dengan yang lain yakni

hubungan saling toleran untuk bertindak.Tanggapan masyarakat lokal mengenai penilaian

mereka terhadap masyarakat pendatang.Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa

Page 61: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

61

“keleluasaan dalam berbaur dalam suatu sistem sosial lebih mudahdipandang dari

pendatang yang berasal dari Lombok, Jawa, dan Sunda”.37 Dalam pandangan masyarakat lokal, masyarakat pendatang dari suku Jawa, Sunda

memiliki kelebihan-kelebihan, seperti semangat dan ketekunan dalam bekerja serta

memiliki kreativitas yang tinggi. Selain itu, mereka juga terkesan dengan sifat

kesederhanaan, hemat dan keramah-tamahan yang pada umumnya banyak terdapat pada

masyarakat pendatang dari daerah Jawa, Jawa barat dan Lombok. Banyak pendatang

dari Lombok tersebut dilibatkan dalam meperkerjakan masyarakat, seperti dibidang

pertanian dan pekerjaan fisik lainnya. Demikian juga penilaiannya terhadap pendatang

dari Jawa dan Sunda yang dipandang mudah diajak untuk bekerja sama dan sangat

kreatif dalam berbagai hal. Implikasinya adalah banyaknya masyarakat lokal yang

merasa termotivasi berperilaku sebagaimana perilaku pendatang dari Jawa dan Sunda.

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat. Corak

kehidupan yang subsisten sangat bergantung pada pembaruan sosial sesuai dengan

keadaannya tersebut menyebabkan tindakan sosial masyarakat lokal dalam berperilaku

sosial diadopsi oleh masyarakat lokal terhadap perilaku masyarakat pendatang dan

dimulai oleh kalangan pemuda yang cendrung lebih pleksibel dalam berinteraksi dengan

pendatang.Dalam pemikiran Peter L. Berger dalam bukunya perubahan sosial adalah

sebuah proses yang terjadi secara terinstitusi. perubahan sosial tidak semata berasal dari

tindakan individu yang memiliki kebebasan penuh. Dalam proses perubahan sosial,

dibutuhkan aspek kolektifitas, aspek kebersamaan sebagai kelompok manusia,

sebagaimana Marx menekankan bahwa penjungkirbalikan terhadap kelas sosial yang

baku dimungkinkan melalui aksi bersama yang terstruktur.38Untuk memperkuat teori

tentang perubahan sosial selanjutnya menurut Wilbert Moore dalam Elly M. Setiadi dan

kawan-kawan memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola

perilaku, dan interaksi sosial”.39Masyarakat membutuhkan peranserta pemuda untuk

kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memiliki

keterbatasan untuk memajukan bangsa. Selanjutnya alasan perubahan atau adopsi nilai

akibatnya perubahan sosial dari berbagai aspek kehidupan oleh masyarakat pendatang

37Responden, Wawancara, Pasar Tradisional Desa Maluk,Kecamatan Maluk, Kabupaten sumbawa barat, Nusa Tenggara Barat. 38Peter L. Berger, Perspektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2009), h. 133. 39Elly M. Setiadi, H. Kamma A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 49.

Page 62: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

62

yang menular dari kalangan muda sampai kalangan tua termasuk tokoh masyarakat dan

tokoh agama adalah:

1. Keinginan untuk menjadi masyarakat yang maju seperti masyarakat lain.

2. Faktor kemampuan untuk melakukan perubahan sosial dan berperilaku cukup tinggi.

1. Faktor pendorong perubahan

a. Meningkatnya aksesbilitas di kawasan.

b.Banyakdanberagamnya asal dan etnik pendatang yangnotabanenya sebagai

masyarakat pekerja.

c. Kurangnya penyaringan atau filter sosial yang dilakukan masyarakat lokal

d. Berubahnya orientasi nilai budaya masyarakat lokal.

e. Meningkatnya pendapatan dan status sosial atas masyarakat.

f. Meningkatnya ketersentuhan masyarakat dengan informasi dari luar.

2. Faktor penghambat perubahan

a. Masih adanya masyarakat tertentu, terutama dari masyarakat penganut agama Islam

taat, yang tidak menginginkan perubahan sosial secara revolutif.

b. Adanya kelompok atau kelembagaan masyarakat yang notabenenya menentang

berbagai akses negatif perubahan sosial pada berbagai kalangan atau lapisan

masyarakat.

Faktor penting perubahan adalah berubahnya orientasi dan perilaku masyarakat

dari nilai kekerabatan lokal (Lokalit) menjadi masyarakat terbuka (Kosmopolit) yang

berorientasi maju (Modern).

2. Pengadopsian Perilaku Positif Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa masyarakat lokal mengadopsi perilaku

masyarakat pendatang yang dinilai baik secara selektif. Beberapa perilaku masyarakat

dari daerah lain yang dinilai positif dan cendrung di adopsi oleh masyarakat lokal yaitu: 1.Semangat dan ketekunan dalam bekerja

2.Keragaman keahlian dan keterampilan

3.Kreaktivitas dalam berusaha

4.Kesederhanaan, hemat dan penuh perhitungan

Page 63: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

63

3. Persepsi Negatif Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang

Selain perilaku yang ingin ditiru itu ada juga persepsi dan perilaku pendatang yang tidak

di sukai oleh kalangan tua masyarakat lokal diantaranya adalah:

1. Kebiasaan minum-minuman keras.

2. Kecendrungan pada pergaulan bebas.

3. Mengekspresikan perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinan agama masyarakat

lokal.

Artinya, bahwa pada situasi atau kondisi semacam ini kontak sosial dan

kebudayaan antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal itu terjadi.Sehingga

mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang berarti pada komunitas-

komunitas tersebut. Meskipun ada unsur-unsur negatif yang dianggap oleh masyarakat

lokal terhadap masyarakat pendatang pada dasarnya telah terjadi hubungan atau kontak

pada kedua kelompok masyarakat tersebut.

E. Pola Interaksi Masyarakat Desa Maluk Dengan Pedagang (Pendatang).

Gambaran pola interaksi yang menjadi media pengamatan oleh penulis adalah

dipusatkan pada Desa Maluk. Dengan alas an yang sangat jelas bahwa desa maluk merupakan

salah satu desa yang merupakan pusat ekonomi yang cukup signifikan terhadap pergerekan

ekonomi yang menjadi pusat terbesar dari beberapa desa yang berada di Kecamatan Maluk.

Dengan keberadaan pasar swalayan maupun pasar tradisional. Interaksi masyarakat Desa

Maluk denagan pedagang tercipta cukup baik dan berlangsung cukup lama. Hal ini

diungkapkan dari hasil wawancara.

Di Desa Maluk sangat banyak masyarakat pendatang yang berbelanja di pasar ini, ada yang berasal dari tetangga desa, namun ada juga dari luar desa. Rata-rata orangnya baik-baik, sopan dan tidak banyak tingkah. Walaupun ada yang beda tetapi ada satu dua orang, itupun mungkin karakter bawaan dari daerah asal. Namun karakter itu tidak sampai menimbulkan masalah di sini.40

Gambaran hidup yang demikianlah yang mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan

sosial yang terjalin antara masyarakat local dengan masyarakat pendatang dalam kehidupan

sosial maupun dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut mewarnai segala kehidupan

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Para pendatang yang berprofesi sebaga pedagang

40Esa, Wawancara. Pasar Tradisional, Desa Maluk, Kec. Maluk, NTB.

Page 64: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

64

mempunyai kegiatan lain dibalik kegiatan berdagangya saja, mereka tidak mungkin

memikirkan kegiatan berdagang saja dan mencari keuntungan yang banyak, tetapi mereka

mempunyai lingkungan di luar aaktivitas kesehariannya yaitu, berinteraksi dengan

masyarakat karena kehidupan sosial dan keagamaan sangat penting penting selain juga untuk

menjaga hubungann kita sebagai mahluk sosial.

Para pedagang merupakan bagian masyarakat Kecamatan Maluk, khususnya yang tinggal

di Desa Maluk yang hadir di tengah-tengah suatu budaya masyarakat setempat dan erat lewat

interaksi sosial yang terbangun didalamnya. Pedagang sebagai mahluk sosial berupaya untuk

mengikuti kebudayaan setempat yang ada, akan tetapi ada tuntutan bagi mereka untuk

berpikir dan bertindak sesuai dengan tindakan mereka sendiri sebagai pendatang. Mereka

lebih memilih sebaagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup namun mereka juga

selalu berusaha untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang ada di desa tersebut dengan

mengikuti-mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai salah satu perwujudan sosial dan

sebagai salah satu alat untuk melakukan interaksi.

Para pedagang dalam aktivitas berjualan rata-rata sangat ramaah sekkali dengan

masyarakat setempat. Sikap ramah tersebut ditunjukkan oleh pedagang dalam menyikapi

pembeli masyarakat sekitar. Sikap pedagang yang ramah dan baik inilah yang dijadikan

sebagai media yang diharapkan dapat diterima masyarakat dan berdampak terhadap interaksi

terhadap masyarakat sekitar walaupun tidak secara langsung mereka mengikuti aktivitas-

aktivitas keagamaan di desa setempat.

Para pedagang dalam aktivitas sehari-harinya tentu akan bersentuhan secara langsung

dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Untuk mempertahankan eksistensinya di tengah-

tengah masyarakat pedagang harus bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan yang

ada. Interaksi yang terjadi antara pedagang dan masyarakat lokal biasanya terjadi ketika

mereka melakukan aktivitas jual beli.

Dalam realitas sosial hubungan interaksi yang terbangun antara masyarakat pendatang

dengan masyarakat menunjukkan hubungan tidak baik atau konflik. Konflik yang terjadi

dalam haal ini adalah konflik yang bersifat manifest antara berbagai kelompok yang terlibat.

Interaksi yang terjadi dalam masyarakat selalu mempunyai dua sisi. Di samping maslah

positif yang mengarah kepada keharmonisan dalam tatanan masyarakat terdapat juga masalah

yang mengarah kepada bentuuk konflik. Model kedua inilah yang terjadi masyarakat di

Kecamatan Maluk khususnya di Desa maluk yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti.

Page 65: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

65

Melihat sekilas hubungan antara masyarakat tersebut rentan terjadi konflik dengan beberapa

hal yang perlu diperhatikan. Konflik yang disebabkan antara lain muncul protes dalam

hubungan perpindahan lahan parkir kendaraan disekitar pasar tersebut.

F. Agama Sebagai Perekat Harmoni Sosial Pada dasarnya agama dan masyarakat saling mempengaruhi, agama mempengaruhi

jalannya masyarakat, selanjutnya pertumbuhan manusia mempengaruhi pemikiran

terhadap agama. Agama Islam harus tampil sebagai suatu sistem totalitas dan kemampuan

pengarah, guna penataan kembali nilai dan tujuan kehidupan, pengaturan kembali fungsi

dan norma tentang pandangan struktur dan makna. Jelas tidak ada masyarakat yang statis

dan sama sekali tidak berubah, demikian pula agama. Agama tidak hanya asyik di alam

metafisik yang tertutup, tetapi juga senantiasa berjuang bersama manusia. Secara

sosiologis-historis hakikat agama selalu merupakan suatu hakikat yang historis, yang

berjuang bersam perubahan dan kefanaan. Ibadah suatu bentuk interaksi positif antara

kelompok pribumi yang beragama Islam dengan kelompok pendatang yang beragama

Islam telah memberikan suatu bentuk kehidupan yang harmonis. Bentuk kehidupan yang

harmonis ini tidak terbentuk begitu saja melainkan melalui proses yang cukup panjang.

Selanjutnya toleransi adalah sikap memberikan kebebasan kepada setiap orang yang

berbeda, baik dalam pendapat, sudut pandang agama dan keyakinan tanpa ada rasa benci,

pertentangan dan permusuhan. Namun dengan demikian hal ini memberikan suatu

pendekatan dengan cara dialog, dan musyawarah untuk memberikan argumentasi dan

informasi tentang apa yang diterima sebagai kebenaran, sehingga tidak menimbulkan

konflik. Sikap ini di tandai oleh penerimaan kelompok pribumi yang memberikan hak dan

kebebasan kepada kelompok pendatang untuk mempercayai mazhabnya terkait dengan

peribadatan dan pelaksanaannya. Selain itu mereka tidak mempersalahkan seig-segi

perbedaan dalam beragama tetapi sebaliknya mereka menonjolkan segi persamaan dan

walaupun perbedaan itu tidak dapat disatukan masing-masing mereka tidak

meributkannya dan menganggap sebagai suatu keunikan. Mereka menjauhkan sikap

egoisme dalam beragama sehingga tidak mengklaim dirinyalah yang paling merasa

benar.Interaksi seperti inilah telah memberikan konstribusi yang baik terhadap

terbentuknya toleransi beragama antara kelompok pribumi yang beragama Islam dengan

Page 66: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

66

kelompok pendatang yang beragama Islam.Sehingga kehidupan harmonis dapat dinikmati

oleh masyarakat daerah penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dari kelompok

pendatang, Bapak Galang yang berasal dari Malang, diperoleh informasi bahwa: Maluk ini saya telah mengenalnya cukup lama jauh sebelum keadaan terjadi yang saat

ini. Saya orang jawa yang lebih kental keagamaannya dan tidak pernah menganggap saya berbeda dengan mereka dalam hal agama, kami ngobrol dengan akrab dan juga saya sering bermain kerumahnya karena rumah kami berdekatan”.41“agama tidak membelenggu kita, tetapi malah mengetur kita dalam bertingkah laku dan mengetahui yang mana dibolehkan dan mana yang tidak. 42

Salah satu bukti kemaha kuasaan Allah SWT adalah dia menciptakan seluruh mahluk-

Nya dengan perbedaan-perbedaan sesuai dengan kehendaknya.Allah maha kuasa itu

menjadikan perbedaan itu sebagai rahmat, terutama pada manusia.Perbedaan-perbedaan

itu, termasuk dalam berpikir dan berpendapat menjadikan hidup manusia lebih dinamis

dan lebih berwarna.Sesuai dengan ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an yang

menjelaskan tentang banyaknya perbedaan-perbedaan pada manusia, salah satu contohnya

adalah; perbedaan-perbedaan manusia dalam berpendapat, sebagaimana firman

Allah.“Sesungguhnya kamu benar-benar dalam berbeda pendapat” (Az-Dzariyat: 8)”.43

Kemudian kemuliaan dan keutamaan manusia antara lain dijelaskan dalam surat at-Tin,

sebagai berikut:

“Sesungguhnya kami Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.

(Q.S. at-Tin:4).44

Perbedaan itu jika disikapi dengan cara yang positif maka akan mendatangkan suatu

kebaikan begitu pula dengan sebaliknya apabila perbedaan itu disikapi dengan cara negatif

kemungkinan besar akan menuai perdebatan dan menimbulkan konflik. Dari hal semacam

inilah yang dibutuhkan terkait dengan toleransi bergama agar masyarakat selalu dalam

kehidupan yang menciptakan rasa harmonis. Pertemuan antara masyarakat pendatang

dengan masyarakat pribumi, pada akhirnya mempertemukan dengan dua nilai budaya dan

dua nilai sikap yang sama. Dalam pembahasan ini penulis akan menjabarkan jalur-jalur

hubungan sosial keagamaan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

41Galang, Wawancara, DesaBukit Damai, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. 42Galang, Wawancara. 43 Lajnah Penthashih Mushaf Alqur’an, Departmen Agama Republik Indonesia, Alquran dan terjemahannya, ( Bandung: CV Jumanatul Ali Art, 2004), h. 521. 44M. Irsjad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, (Ciputat: Karsa Utama Mandiri dan PB Mathla’ul Anwar, 1998), h. 140.

Page 67: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

67

yaitu, kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dalam masyarakat. Manusia dituntut oleh tuhan

untuk selalu berbakti atau ibadah. Hal ini sesuai dengan firman Allsh dalam Surat Adz-

Dzariat ayat 56: “Tiada Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-

Ku”.45 Beribadah berarti menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan atau

agama yang dipeluknya.

1. Kegiatan keagamaan dan Pengembangannya

a. Kegiatan keagamaan

Masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Maluk dan sekitarnya adalah

masyarakat yang agamais, dimana mayoritas penduduknya menganut agama Islam.

Karena itu akan memudahkan masyarakat untuk saling berhungan atau berkomunikasi

dengan masyarakat lainnya sebagai pendatang yang beragama Islam. Hal tersebut dapat

dilihat dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang sangat berkembang dan hampir diikuti oleh

seluruh lapisan masyarakat tanpa mengenal etnis dan suku.

1. Shalat berjamaah

Shalat berjamaah diikuti oleh seluruh masyarakat, baik masyarakat pendatang dan

masyarakat pribumi. Shalat berjamaah merupakan sarana yang baik untuk mengenal,

bersilaturrahmi satu sama lain tanpa mengenal adanya perbedaan baik lapisan dan stratifikasi

sosial. Diterangkan oleh penuturan tokoh agama H. Muhammad Nawawi adalah:“Shalat

berjamaah yang sering dilakukan oleh masyarakat pribumi, yaitu shalat shalat magrib, shalat

isya, shalat jumat, tarawih dan witir, shalat hari raya islam (Idul Fitri dan Idul Adha)

meskipun shalat ini jarang sekali diikuti oleh masyarakat pendatang”.46

Hubungan shalat berjamaah sering sekali dilihat dari kebiasaan para jamaah sesudah

shalat magrib yang tidak langsung pulang ke rumah, tetapi mereka malah berbincang-bincang

untuk menunggu waktu datangnya shalat isya dan setelah itu mereka saling berjabat tangan

dan merupakan proses saling mengenal satu sama lain.

45Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Ed 1, Cet. 2, h. 11. 46H. Muhammad Nawawi, Wawancara.Tempat kediaman, Desa Maluk, Kecamatan Maluk, Nusa Tenggara Barat.

Page 68: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

68

2. Pengajian Mingguan

Kegiatan mingguan ini dilakukan oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja yang

mempunyai waktu luang yang tidak sibuk dengan pekerjaannya, baik dari kelompok pribumi

dan kelompok pendatang. Kegiatan pengajian ini selain membaca Al-Quran, tapi juga bersifat

sosial seperti kegiatan arisan, menabung , kegiatan infaq dan sodaqoh yang diminta kepada

jamaah pengajian pada setiap minggunya yang digunakan untuk santunan anak yatim, para

jamaah yang terkena musibah, dan juga sebagai modal usaha bagi para jamaah pengajian

untuk membuka usaha atau kegiatan lainnya. Hal inilah yang membuat pengajian di daerah

ini sangat berkembang. Selain itu acara pengajian ini tidak hanya dilakukan di Mushollah saja

tapi juga dilakukan dirumah seseorang yang mempunyai hajat dengan tujuan meminta do’a

bagi keluarganya, seperti tujuh bulanan, selamatan pernikahan atau sunatan atau juga tahlilan.

Kegiatan pengajian ini tidak memandang dari mana mereka berasal, kaya atau miskin yang

terpenting adalah mencari keridhaan Allah SWT.

3. Kegiatan dalam memperingati Hari-hari Besar Islam

PHBI adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap tahunnya oleh umat Islam, seperti

Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Tahun Baru Islam, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha dan

sebagainya. Salah satu PHBI yang sering menguatkan persaudaraan baik dikalangan pribumi

dan pendatang yaitu, Maulid Nabi, Tahun Baru Islam yang berupa pengajian.Penuturan dari

tokoh agama H. Najamuddin

“Kegiatan-kegiatan tersebut dikordinir oleh panitia yang berasal dari para remaja Mushollah

di bawah naungan RT/RW dan juga melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu pengajian. Panitian

peringatan ini juga melibatkan kaum pribumi dan kaum pendatang, mereka bersama-sama

melaksanakan kegiatan tersebut”.47

Selain PHBI yang sudah jelas dipaparkan diatas, ada juga PHBI yang selalu

diselenggarakan oleh Umat Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.Dimana kaum transmigrasi

yang tidak mudik ke kampung halaman beserta masyarakat lainnya saling mengunjungi para

tetangga, saudara dan kerabatnya dari rumah ke rumah dengan membawa kue lebaran.Selain

itu dengan adanya hari raya tersebut mereka saling mengucapkan selamat dan meminta maaf

atas segala kesalahannya yang dilakukan sehari-hari. Hari yang sama juga dilakukan oleh

tuan rumah dengan cara menghidangkan kue-keu lebaran. Sedangkan bagi mereka yang

pulang kampung, mereka akan kembali ke tempat inni dengan membawa kue khas asal 47Hj. Najamuddin. Wawancara. Masjid Al-Ikhlas Desa Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Page 69: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

69

mereka yang sengaja dibawakan untuk tetangganya sambil meminta maaf lahir batin. Hari

raya Islam merupakan wadah silaturrahmi yang baik untuk mengguatkan Ukhuwa Islamiyah

dan membangun solidaritas pada masyarakat setempat.Agama pada dasarnya adalah

seperangkat nilai-nilai dan norma-norma yang berfungsi mendasari dan membimbing hidup

dan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

Pengembangan ide-ide keagamaan dimaksudkan sebagai uasah yang bersifat:

1. Reformasi konsep-konsep keagamaan, terutama di bidang sosial budaya dalam rangka

memberikan jawaban positif dan kreatif terhadap tantangan yang terus berkembang dalam

masyarakat.48Oleh karena itu ide-ide yang bersumber pada nilai-nilai dan norma-norma

agama sangat besar pengaruhnya pada pemeluk agama.Dalam membina kerukunan hidup

antara umat beragama, kalau orang sungguh-sungguh berpegang pada ajaran kitab sucinya

secara konsekuen niscaya tidak akan sulit. Sebab kitab suci memberikan tuntunan, bimbingan

kepada umatnya bagaimana harus hidup selaras dengan kehendak Tuhan Allah. Setiap umat

beragama hendaknya senantiasa beroreantasi kepada kitab suci, sebab kitab suci merupakan

sabda Allah, firman Allah atau kalam Allah.

G. Kehidupan Sosial, Adat dan Kebiasaan Masyarakat

Pada dasarnya kehidupan ini tidak terlepas dari perubahan terhadap lingkungan, baik

lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial manusia. Kehidupan

suatu masyarakat akan berlangsung tertib manakalah terdapat norma-norma yang

diterapkan secara kontinyu dan teratur. Hal inilah yang menjadi dasar kehidupan sosial

dalam lingkungannya, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki

ciri-ciri kehidupan yang khas. Berbagai individu dan kelompok sosial mempunyai tingkah

laku yang teratur dan terpadu sebagai suatu kebenaran hidup dalam hidup dan

lingkungannya. Apabila sebagai contoh ditelaah suku bangsa di Indonesia,maka akan

tampak suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yangberhubungan satu

dengan yang lain, dalam kaitannya pula dengan alam yang tidak tampak, terhadap dunia

luar dan terhadap alam kebendaan, sehingga mereka bertingkah laku sedemikian rupa,

yang mana untuk gambaran yang jelas, kelompok-kelompok masyarakat ini dapat disebut

sebagai masyarakat hukum (Rechtsgemeen schappen).49 Dalam pergaulan hukum mereka

48Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Jakarta: PT. Unipress, 1982), h. 40. 49 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. I, h. 119.

Page 70: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

70

yang merasa menjadi anggota dari ikatan-ikatan itu bersikap dan bertindak sebagai suatu

kesatuan. Sebelum mengalami perubahan sosial terhadap penduduk lokal yang secara

signifikan umumnya masih bersifat tradisional, landasan tindakan perilaku sosial

masyarakat umumnya didominasi oleh pengalaman atau kebiasaan dan intuisi, seperti

dasar penyelenggaraan kegiatan sosial seperti tolong menolong, gotong royong,

mengembangkan kelembagaan sosial lokal dan perilaku keseharian atau gaya hidup.

Konsep tentang identitas kolektif merujukpada pengakuanterhadap makna keanggotaan

atau makna kebersamaan, batas-batas dan aktivitas-aktivitas dalam suatu kelompok.

Identitas kolektif itu dibangun secara bersama melalui interaksi antar sesama anggotanya,

untuk kepentingan bersama, dan keterkaitan kepentingan itu dengan lingkungannya.

Dengan ditandai dengan kuatnya rasa tolong menolong, gotong royong serta kuatnya

peran dan kedudukan tokoh masyarakat dimana mereka dipandang sebagai orang yang

memiliki kelebihan, seperti sandro (Dukun) dan tokoh masyarakat lainnya. Semua itu

menggambarkan kehidupan masyarakat yang dekat dengan alam,dengan pola kehidupan

substensi, yakni bekerja untuk memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari. Pola dan sistem

bersosial berdasarkan pada kebiasaan dan pengalaman setempat yang mereka terima dan

secara turun temurun. Kepekaan naluriah (Intuitif), yakni dengan mengedepankan faktor-

faktor perasaan juga sering melandasi sikap dan tindakan sosial masyarakat lokal pada era

masa sebelum beroperasinya perusahaan tambang terkait dengan berindikasinya dan

menjadi daya tarik masyarakat untuk datang dan berdomisili untuk waktu yang lebih

lama. Bisikan perasaan (Intuisi) sebagai landasan interaksi tercermin dengan tingginya

rasa hormat menghormati antar sesama anggota masyarakat terutama dalam stratifikasi

yang berbeda. Ide-ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu

masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan bahwa religi atau agama serta

kepercayaan yang dianut adalah yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga

masyarakat yang bersangkutan bersama-sama agar mempunyai fungsi sosial untuk

mengintensifkan dan menggerakkan solidaritas masyarakat.Merupakan aturan batiniah

bahwa beberapa orang dianggap memiliki kekuasaan, dengan memiliki yaitu yang

bersifat materil yang harus dipelihara bersama, harus dipertahankan bersama oleh anggota

ikatan, dengan nilai-nilai yang sakral.

Dalam kenyataannya kehidupan masyarakat tentu tak terpisahkan satu dengan yang

lainnya. Namun tidak dapat ditepiskan bahwa kebudayaan ideal dan adat istiadat yang

mengatur dan memberi arah kepada arah tindakan masyarakat , baik pikiran dan ide

Page 71: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

71

lambat laun jauh dari wadah keasliannya. Unsur-unsur kebudayaan asli akan tercampur

oleh unsur-unsur budaya lain dan menjadi suatu keraturan kebudayaan yang baru

dikarenakan adanya masyarakat lain yang membawa budaya yang berbeda.Secara teoritis,

terjadinya interaksi sosial terjadi karena adanya pembaruan sosial dalam masyarakat baik

akibat dari intensitas, jumlah masyarakat itu sendiri yang menjadikan masyarakat

bergeser dari lingkungan alamiahnya yang mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya,

bahkan juga cara berpikirnya.

H. Perubahan NilaiAdat, Hukum dan Kebiasaan Masyarakat Lokal Kebudayaan merupakan kelanjutan yang bertahap kearah yang semakin kompleks.

Dimana unsur-unsur kebudayaan terintegrasi menjadi satu sistem budaya dan memiliki

keterkaitan antara unsur-unsur kebudayaan yang universal yaitu sistem teknologi,

peralatan, sistem mata pencaharian, organisme, sosial, religi, dan bahasa.Istilah peradaban

sering dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,

ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, sehingga taraf kehidupan semakin

kompleks.Meningkatnya akses informasi dengan dunia luar tentunya memperluas

khasanah wawasan dan pengetahuan masyarakat.Oleh karena iklim nasional saat ini

diwarnai iklim egaliter dan demokratis maka dengan mudah diikuti oleh masyarakat.

Menurut Gillin dan Gillin dalam Elly M. Setiadi dan kawan-kawan dikatakan bahwa:

perubahan-perubahan sosial untuk suatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan dari cara hidup yang diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, kompetisi penduduk, ideologi atau pun karena adanya difusi ataupun adanya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut”.50

Perubahan masyarakat terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul dengan pertumbuhan

masyarakat. Oleh karena itu dari penjelasan teori di atas bila dianalisa lebih dalam lagi

tentu konsekuensinya bila dihadapkan pada hukum kebiasaan atau hukum adat yang

berlaku pada masyarakat itu sendiri barang tentu tidak adanya pertalian hukum adat yang

mengatur masyarakat itu sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ideologi baru

ataupun adanya perubahan-perubahan hukum dari berbagai aspek sudut pandang dari

masyarakat itu sendiri. Demikian halnya dijelaskan lagi menurut sundut pandang

50Elly M. Setiadi, H. Kamma A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, h. 50.

Page 72: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

72

sosiologi hukum, bahwa masalah-masalah sosiologi hukum menurut Durkheim dalam

Alvin S. Johson adalah dilihatnya dalam dua segi: Pertama, faktor morfologis dan

khususnya demografis (Jumlah kepadatan penduduk) dan kedua faktor keagamaan atau

lebih tepat: Pengaruh kepercayaan-kepercayaan akan yang keramat (termsuk di dalamnya

pula, menurut Durkheim adanya hubungan-hubungan lepas dari agama.51 Melihat adanya

hubungan-hubungan antara kedua faktor ini , yang pertama tidak langsung karena

kepadatan materil tidak dapat diselsaikan dari kepadatan moril, yang lain bersifat

langsung dengan taraf-taraf kesadaran kolektif, yang ragam-ragamnya ialah dasar-dasar

perubahan lemmbaga-lembaga hukum.

Kesimpulan yang penting bahwa hukum, sebagaimana halnya agama, moral, estetika

pendeknya segala fenomena-fenomena sosial yang asasi, adalah sistem-sistem nilai-nilai,

yang timbul dari cita-cita kolektif. Cita-cita yang kolektif ini merupakan dasar bagi gerak

lembaga-lembaga hukum; karena masyarakat tak menciptakan atau menciptakan kembali

dirinya sendiri, tanpa sementara itu pula menciptakan suati cita, dengan ciptaan ini, ia

secarapriodik membuat dan mengubah dirinya sendiri.

Tokoh masyarakat atau tokoh adat Kecamatan Maluk menuturkan bahwa sejak

banyaknya pendatang yang ada tampaknya terjadi pembaruan adat dan budaya di sejumlah

lokasi tempat bermukim. Eksesnya semakin melonggar ikatan adat istiadat yang

sebelumnya dianut kuat oleh penduduk lokal.Sebagai contoh, dalam hal model bangunan

rumah banyak diantara penduduk lokal merubah bentuk rumahnya cendrung pada model

rumah yang umum di tempat lain, yakni rumah permanen (Rumah batu). Seperti diketahui

sebelumnya bahwa masyarakat lokal di kecamatan Maluk memiliki rumah adat dengan

model rumah panggung dari bahan kayu dan sejenisnya. Semakin besar rumah atau

semakin banyak tiang rumah panggungnya mencirikan status sosial ekonomi pemiliknya

relatif lebih baik dibandingkan dengan warga lainnya.

Perubahan selera masyarakat atas model rumah juga diransang oleh harapan yaitu

untuk dijadikan rumah sewa kepada para pendatang. Tentunya secara ekonomis hal ini

cukup diuntungkan, tetapi telah melonggarkan pertalian sosial yang diatur dalam adat dan

kebiasaan masyarakat. Perubahan model rumah sebagian penduduk, terutama yang

memiliki kemampuan ekonomi mencerminkan perubahan gaya hidup mereka. Pada model

rumah asli yang dibangun atas nilai spirit atas adat setempat lebih sederhana baik dari segi

51Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 111.

Page 73: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

73

kualitas, model dan fungsinya.Dalam hal ini penduduk lokal tidak lagi merasa terikat oleh

adat kebiasaan menyangkut model rumah yang dikembangkan.

Dari hasil penelitian animo masyarakat lokal mengembangkan rumah dengan gaya

kontemporer semakin tinggi. Sejumlah tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa

keleluasaan penduduk memilih model bangunan rumah memang memungkinkan

mengingat tidak ada sangsi sosial berkaitan dengan masalah perumahan tersebut.

Konsekuensinya adalah bagi penduduk yang tidak membangun rumah panggung adalah

tidak adanya anggota masyarakat besenata (Bergotong royong) kebiasaan yang dilakukan

oleh masyarakat Sumbawa (Tau samawa) dalam membangun rumah sebagaimana

lazimnya bila membangun rumah model panggung. Ditegaskan pula bahwa walaupun

yang dibangun adalah rumah panggung hasrat bergotong royong anggota masyarakat juga

telah berkurang. Cerminan nilai-nilai adat yang masih melekat dalam bangunan rumah

baru masyarakat lokal terdapat pada bentuk atap rumah.Sebagian besar rumah batu

permanen yang dibuat atapnya tetap mencirikan rumah khas suku samawa, seperti bentuk

konopi dan kongsol rumah bersusun. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat ditegaskan

bahwa meskipun masa perubahan sosial telah berlangsung cukup lama tampak bahwa

melekatnya nilai-nilai sosial tradisional pada masyarakat lokal.

I. Nilai-nilai Kekerabatan dan Perkawinan Suku Sumbawa (Tau Samawa) Kekerabatan yang digunakan oleh masayarakat suku Sumbawa, yaitu sistem

penarikan garis keturunan berdasarkan garis silsilah nenek moyang laki-laki dan

perempuan secara serentak. Dalam sistem kekerabatan ini, baik kerabat pihak ayah mapun

pihak ibu diklasifikasikan menjadi satu dengan istilah yang sama, misal eaq untuk saudara

tua ayah atau ibu, dan nde untuk saudara yang lebih muda dari ayah atau ibu. Kelompok

keluarga yang lebih luas yaitu pata, yaitu kerabat dari laki-laki atau wanita yang ditarik

dari kakek atau nenek moyang sampai derajat keenam, sehingga dalam masyarakat

sumbawa dikenal sepupu satu, sepupu dua sampai sepupu enam. Mereka memiliki nilai

kekerabatan yang begitu kuat seperti tercermin dalam lawas:

Ngungku ayam ling Samawa (Denyut kehidupan di Sumbawa) Samung ling sanak do tokal (Mengetuk hati kerabat di rantau) Mole tu sakompal ate (Pulang untuk menyatukan hati) Ate ku belo ke sempu (Hatiku dekat dengan sepupu) Kusalontak mega pitu (Melampaui apa saja) Ngantung no ku beang bosan (Tak bosan bergantung dan berharap) Mara punti gama ina (Seperti pohon pisang duhai ibunda)

Page 74: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

74

Den kuning no tenri tana (Meski daunnya menguning tak mau jatuh ke tanah) Mate bakolar ke lolo (Mau hancur bersama sanak kerabat)

Tata cara perkawinan dalam masyarakat sumbawa diselenggarakan dengan upacara adat

yang kompleks, mengadopsi prosesi perkawinan adat Bugis-Makassar yang diawali dengan

bakatoan (Barajak), basaputis, nyorong, dan upacara barodak pada malam hari menjelang

kedua calon pengantin dinikahkan. Upacara barodak ini mengandung unsur-unsur kombinasi

ritual midodareni dan ruwatan dalam tradisi Jawa.Sebagian masyarakat Sumbawa percaya

apabila upacara barodak ini tidak dilaksanakan akan muncul musibah bagi pengantin maupun

keluarganya dalam bentuk munculnya penyakit, seperti benjol-benjol di kepala disertai gatal-

gatal, kesurupan, keluar darah dari mata bila menangis, tiba-tiba tulang rusuk keluar bebepa

centimeter, dan berbagai jenis penyakit aneh lainnya yang disebabkan melanggar upacara

daur kehidupan. Selanjutnya pada sebagian masyarakat sumbawa yang mempercayai

pandangan ini, sandro (Dukun) berperan dalam menentukan hari baik, menemukan jenis

benda yang digunakan untuk proses penyembuhan penyakit, serta melakukan pengobatan dan

membangun komunikasi secara gaib dengan leluhur si sakit. Akan tetapi, kepercayaan ini

mulai nampak memudar seiring pemahaman mereka pada bidang kesehatan dan bergesernya

pola berpikir yang menganggap tidak masuk akal menghubungkan antara munculnya

berbagai jenis penyakit tertentu ini dengan bentuk upacara adat daur kehidupan, selain juga

dianggap oleh sebagian masyarakat bentuk kepercayaan demikian ini sangat tidak Islami.Satu

hal manarik dalam sistem perkawinan masyarakat Sumbawa yang dianggap ideal adalah

perkawinan antar saudara sepupu, seperti tampak dalam lawas:

Balong tau no mu gegan (Secantik apapun seseorang jangan terlalu berharap) Lenge sempu no gantuna (Sejelek-jeleknya sepupu masih ada rasa sayangnya) Denganmu barema ngining (Bersamamu mengarungi suka dan duka)

Lawas ini berisi nasihat orang tua kepada anak laki-lakinya agar tidak mudah terpikat

pada kecantikan seorang gadis yang tidak jelas asal-usulnya dan bukan berasal dari sanak

kerabat sendiri, sedangkan saudara sendiri walaupun tidak cantik tetapi memiliki garis

keturunan yang jelas dan dapat dijadikan teman setia dalam mengarungi suka dan duka.

Lawas ini mengindikasikan bahwa adat-istiadat perkawinan dalam masyarakat sumbawa

adalah mengutamakan mencari pasangan dari kerabat sendiri yang seringpula dirumuskan

dalam ungkapan peko-peko kebo dita atau biar bengkok tapi kerbau sendiri yang bermakna

bangga terhadap kediriannya dan lebih mengutamakan milik sendiri.

Page 75: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

75

Dalam perkawinan adat sumbawa juga terdapat pantangan yang dinamakan kawin sala

basa atau perkawinan yang naif dilakukan karena dianggap tidak sejajar dalam garis silsilah

sehingga dianggap kurang santun dalam pandangan adat, seperti seorang paman mengawini

anak saudara sepupunya walau dalam syariat islam diperbolehkan.

Delik perkawinan lain yang dianggap menyimpang adalah merarik atau melarikan anak

gadis orang karena tidak mendapat restu dari kedua orang tua sendiri maupun orang tua gadis

pujaanya. Membawa kabur anak gadis (Merarik) bisa berakibat kemarahan bagi keluarga

anak gadis yang dilarikan, ini sering diungkapkan dengan mengamuk dan merusak harta

milik keluarga pihak laki-laki sebagai luapan amarah, ketersinggungan harga diri pihak

korban.Bagi anak lelaki yang melarikan anak gadis orang, harus segera minta perlindungan

pada pemuka adat atau pemuka masyarakat sebelum pihak keluarga wanita menemukannya,

bila terlambat meminta perlindungan bisa berakibat fatal berupa kematian atau pembunuhan

oleh pihak keluarga wanita yang menurut adat-istiadat dibenarkan.

Adapun tahapan-tahapan dalam pernikahan pada masyarakat Sumbawa yaitu :

1. Silahturrahmi antar kedua belah pihak keluarga (Barajak)

Barajak adalah pertemuan dua keluarga, atau silahturahhmi antar kedua keluarga.

Dalam barajak ini lebih kepada perkenalan antar kedua belah pihak keluarga. Pihak

laki-laki datang menemui pihak perempuan dengan maksud ingin mengetahui apakah

ada orang lain yang sudah meminang atau melamar si perempuan atau tidak.

Seandainya tidak ada maka pihak laki-laki akan menyatakan maksud kalau mereka

ingin melamar si perempuan untuk anak laki-laki mereka.

2. Melamar (Tama Bakatoan)

Melamar (Tama Bakatoan) yaitu dimana pihak laki-laki datang menemuipihak

perempuan dan membicarakan tentang pernikahan. Dalam adatmasyarakat Sumbawa,

saat proses Bakatoan itu pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan dengan

membawa sito.Sitoadalah bungkusan segi empat yang diisi dengan kain kebaya, dan

uangseikhlasnya, kemudian bungkusan itu diletakan diatas piring dan dibungkus

dengan kain putih. Sito ini digunakan sebagai lambang diterima atau tidaknya lamaran

tersebut. Apabila sito ini di terima maka lamaran diterima, tapi apabila sito ini

dikembalikan maka lamaran tersebut tidak diterima.

3. Keputusan Akhir (Saputes Leng)

Page 76: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

76

Setelah lamaran diterima oleh pihak perempuan maka yang dilakukan selanjutnya

yaitu keputusan akhir (Saputes Leng).Dalam proses ini kedua belah pihak

membicarakan tentang berapa banyak barang-barang yang harus dipenuhi oleh pihak

laki-laki, proses ini lebih pada mufakat. Dan banyaknya barang tersebut berdasarkan

keputusan kedua belah pihak agar hajat pernikahan tercapai.

4. Memberitahukan mempelai perempuan bahwa dia akan dinikahkan (Bada

Pangantan).

Pada Prosesi ini yaitu memberitahukan kepada mempelai perempuan bahwa dia

akan dinikahkan. Yang memberitahukan mempelai perempuan dalam prosesi ini

biasanya seorang Nyai.Prosesi ini biasanya diiringi denganbaguntung dan bagenang.

Baguntung yaitu memukul rantok (Alat menumbuk padi tradisonal Sumbawa)

menjadi sebuah melodi yang indah.

5. Basamula

Basamula yaitu proses mengawali pekerjaan, atau hajatan yang dimaksud. Proses

ini dilakukan dengan mengadakannuja rame, (Menumbuk padi rame-rame) dengan

mengajak semua sanak saudara dan warga kampong yang perempuan. Serta membuat

atau memasak minyak Kelapa dengan syarat hanya 3 butir kelapa. Pertanda sebagai

awal mengawali semua kegiatan atau pekerjaan dalam hajatan.

6. Serah terima (Sorong Serah)

Sorong Serah yaitu prosesi dimana pihak laki-laki membawa hantaran berupa apa

yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Acara sorong serah (Nyorong) ini

biasanya dilaksanakan dengan sangat meriah dengan iringan ratib rabana ode,

bagenang (Musik tradisional dengan iringan lawas), dan lain-lain.

7. Mandi kembang (Satokal Ai’)

Yaitu Prosesi dimana dalam adat suku Sumbawa ada seorang ketua ritual yang

mengatur alat-alat ritual seperti : kendi batu (Telku Batu), payung, pisang matang dan

pisang mentah, padi gutis, dan lain-lain. Proses ini juga diiringi oleh bagenang, air

yang diletakkan dalam sebuah kendi batu tersebut digunakan untuk memandikan

mempelai dan mempelai dimandikan diatas “tutuk apit” (Bagian dari alat menenun).

8. Memainkan gendang (Bagenang)

Bagenang adalah memukul gendang (Alat musik yang dibuat dari kulit sapi,

kerbau, atau kulit kambing) yang dikombinasikan dengan gong dan seruling menjadi

sebuah nada.

9. Luluran (Barodak)

Page 77: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

77

Barodak atau luluran adalah salah satu prosesi atau ritual dalam pernikahan

masyarakat Sumbawa. Prosesi ini biasanya dilakukan 3 hari 3 malam sebelum akad

nikah dilaksanakan. Dimulai dari prosesi awal yang dinamakan bajalok(Dilakukan

oleh tujuhNyai) dengan diiringin oleh genang, gong, seruling. Proses selanjutnya

dilakukan oleh orang yang dipercaya untuk menanggung jawab prosesi itu sampai

akhir. Diakhir prosesi awal mempelai dikelilingi dengan lilin lalu ditiup oleh

mempelai sebagai lambang biar wajah mempelai berseri-seri di hari pernikahannya.

Setelah prosesi itu dilakukan prosesi Badait. Badait yaitu menghilangkan bulu-bulu

halus dari tubuh mempelai sebagai tanda mempelai akan mengakhiri masa lajangnya.

10. Akad Nikah

Prosesi sakral dalam menuju kehidupan baru, dimana wali atau orang tua

menikahkan atau menyerahkan putrinya kepada mempelai laki-laki sebagai awal

orang tua melepas putrinya untuk menjalani hidup baru. Prosesi akad nikah ini

dilakukan oleh mempelai laki-laki setelah sah baru mempelai laki-laki dipertemukan

dengan mempelai perempuan.

11. Resepsi

Resepsi dilakukan setelah prosesi akad nikah. Resepsi ini dilaksanakan bila kedua

belah pihak sepakat tapi bila keadaan tidak memungkinkan biasanya resepsi ini tidak

dilaksanakan.

1. Perubahan Nilai Adat dan Kebiasaan Dalam Hal Perkawinan Interaksi yang positif akan menciptakan suatu kerjasama (Cooperation) yang dapat

mempermudah terjadinya asimilasi.Secara khusus penulis akan menggambarkan suatu bentuk

proses assimilasi yang terjadi dalam suatu proses perkawinan antara dua kebudayaan yang

berbeda tanpa harus menghilangkan unsur-unsur dari kedua kebudayaan tersebut. Dalam hal

semacam persilangan budaya terkait dalam hal perkawinan beda budaya yang terjadi pada

masyarakat lokal sendiri nampaknya belum begitu mencolok dan itu hanya terjadi pada

sebagian kecil masyarakat saja. Namun dalam hal ini memberi warna pembeda terhadap

kebudayaan, dalam artian adanya unsur-unsur budaya baru didalam wadah keaslian dari

budaya masyarakat lokal.

Dari studiterungkap bahwa terjadinya perkembangan intensitas penduduk terkait dengan

masyarakat pendatang ikatan adat dalam hal perkawinan mengalami perubahan dalam hal

perkawianan. Dalam hal ini, golongan minoritas merubah sifat khas dari unsur

Page 78: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

78

kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas yaitu

masyarakat lokal, sedemikian rupa sehingga lambat laun memungkinkan kahilangan

kepribadian kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Tetapi tidak

menghilangkan budaya minoritas. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Makawaru:

“kerap kali terjadi pernikahan antara orang asli sini dengan orang luar, misalkan pihak pria

maupun pihak wanita asli penduduk sini mengadakan acara perkawian. Tapi biasanya dalam

perkawinan itu biasanya budaya sini lebih ditonjolkan tanpa harus menghilangkan budaya

dari pihak lain yang beda adatnya dengan kita”.52

Dari kutipan diatas dapat diterangkan bahwa dalamkegiatan, tahap-tahap serta ritus

perkawinanya masih menggunakan adat sumbawa. Contohnya kegiatan melamar membawa

bawaan (Semacam mengantar mahar), barodak (Luluran) yang disertai dengan berbagai

upacara nampaknya masih taat dilakoni oleh masyarakat lokal.Meskipun mereka telah

banyak mengenal kebudayaan dari masyarakat lain dalam hal perkawinan. Namun dalam hal

perkawinan tetap mengacu kepada aturan adat samawa.Bahkan dalam tahap percampuran

budaya ini tampaknya hanya sebatas variasi saja yakni yang berkaitan dengan kesenian. Hal-

hal yang prinsip dan sakral dalam adat perkawinan tidak dihilangkan. Lebih jauh lagi

diterangkan melaksanakan kolaborasi budaya ini yaitu menyelenggarakan adat perkawianan

lebih lengkap dirasakan apabila nilai-nilai budaya diantara kedua budayanya tidak

dihilangkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan identitas etnik dan

kecenderungan akulturasi dapat terjadi jika ada interaksi antarkelompok yang berbeda, dan

jika ada kesadaran masing-masing kelompok.

J. Pola Interaksi Masyarakat terhadap Tatanan Sosial Budaya Untuk mengetahui perubahan tatanan sosial budaya pada masyarakat terkait dilakukan

pengukuran terhadap beberapa parameter, yakni: Sistem gotong royong.

1. Sistem Gotong Royong Masyarakat Lokal Lebel masyarakat yang hidup secara kolektifitas, asri akan ketradisionalannya,

menggambarkan pada aspek-aspek kehidupan sosial pada saat itu, dimana sendi-sendi

kehidupan yang sejalan dengan sistem tatanan sosial, budaya kemasyarakatan masih

sangat melekat. Mayoritas masyarakat saat ini bertolak ukur kearah modernisasi

memungkinkan akan terjadi perubahan terhadap masyarakat lokal itu sendiri yang

52Makawaru,Wawancara, tempat kediaman, Desa Benete, Kecamatan Maluk, Nusa Tenggara Barat.

Page 79: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

79

mengarah kepada masyarakat yang individualis dan materialis dan lebih berorientasi

kepada kepentingan sendiri dan kerabat-kerabat mereka (Kelompok kepentingan khusus)

yang dianggaplebih mempunyai peluang untuk kesejahteraan kelompok. Yaitu menitik

beratkan kepada kepentingan kelompok sampai sedemikian rupa, sehingga mereka lebih

dapat mementingkan kepentingan kelompoknya dari pada mementingkan kepentingan

banyak orang.Hal di atas diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh D. Laswswell dan

Kaplan (Astrid S. Susanto, 1985: 56-58) dalam M. Bambang Pranowo, yaitu: Pertama,

Kelompok kepentingan(Interest groups), yaitu kelompok yang hanya menitik beratkan

realisasi dari tujuan bersama tanpa mempermasalhkan loyalitasnya. Kedua, Kelompok

kepentingan Khusus, yaitu menitik beratkan kepada kepentingan kelompok sampai

sedemikian rupa, sehingga mereka dapat mementingkan kepentingan kelompoknya dari

pada kepentingan banyak orang lain. Ketiga, kelompok kepentingan umum, jenis

kelompok ini merupakan kelompok yang berusaha mewujudkan kelompokya melalui dan

bersama-sama dengan realisasi tujuan dan kepentingan kelompok-kelompok lain serta

masyarakat luas.Walau demikian, Lasswell dan Kaplan mengakui bahwa setiap

kelompok mempunyai kepentingan-kepentingannya sendiri-sendiri.53

Bila diamati kearah status ekonomi tatanan sosial semacam saling membantu atau

diistilahkan dengan basiru atau kegiatan gotong royong itu hanya terjadi pada

masyarakat laipisan-lapisan bawah saja. Gambaran realitas masyarakat yang diuraikan

diatas sangat bertolak belakang bahkan kontrassekalidengan gambaran realitas

masyarakat yang sedang terjadi saat ini, terkait pada masyarakat daerah

penelitian.Kegiatan kemasyarakatan yakni gotong royong dan tolong menolong saat

ini telah mengalami transformasi.

Dalam hal demikian, nampak memang terjadi pergeseran perubahan kebiasaan

terkait dengan kebudayaan dan adat istiadat terhadap masyarakat lokal itu sendiri

dalam hal semacam ini. Kegiatan semacam ini terjadi dikeranakan masyarakat lokal

mencontohi budaya-budaya baru yaitu budaya ala kota yang dipraktiskan oleh

masyarakat pendatang. Oleh karena itu, Kebiasaan semacam ini yaitu memberikan

uang kepada setiap acara yang di selenggarakan oleh masyarakat memberikan

pengaruh yang cukup mendasari kebiasaan mereka. Seperti contoh lain dapat

diungkapkan bahwa aktivitas gotong royong yang mengarah kepada bentuk fasilitas

53M. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam,h. 92.

Page 80: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

80

umum seperti membangun prasarana ibadah, kebersihan lingkungan mangalami

penurunan drastis. Implikasinya adalah masyarakat kurang bersedia untuk

berpartisipasi secara moral dan sosial terhadap kegiatan masyarakat tersebut. Dari

uaraian di atas dapat dikatakan bahwa telah berkurangnya kegiatan budaya gotong

royong terkait pengaruh keberadaan masyarakat pendatang. Oleh karena itu patut

untuk dicermati bahwa akses perubahan sosial akan terjadi dan sulit dihindari pada

sendi-sendi tatanan masyarakat yang sedang berkembang.

K. Analisis dan Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan yang penulis lakukan kemudian diolah

menjadi suatu bentuk interpretasi data yang melalui berbagai proses yang pada akhirnya

penulis akan menjabarkan secara lugas dan terperinci menganai hasil penelitian dalam bentuk

kajian analisis dari studi lapangan yang penulis lakukan dalam hal mengenai judul penelitian

penulis. Maka dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Kondisi sosialsesungguhnya sudah banyak mengalami perubahan namun, diketahui

ada kecendrungan penerapan nilai-nilai sosial budaya lokal semakin meluas. Gaya

hidup masyarakat berkembang kearah yang lebih rasional komplosit, norma dan nilai

sosial banyak dianut masyarakat bahkan ada kecendrungan semakin baik. Keamanan

dan ketertiban masyarakat dinilai makin kondusif, kehidupan keagamaan semakin

baik, dan partisipasi sosial dan kelembagaan masyarakat tetap terjaga dan lebih baik.

2. Tatanan sosial, budaya aspek gotong royongjuga menunjukkan perbedaan yang sangat

mencolok dalam kondisi masyarakat daerah penelitian dalam artian berkurangnya

kegiatan saling membantu satu sama lain yang mengarah kepada bentuk ikatan

tindakan yang kolektif kemasyarakatan, aktivitas gotong royong yang bersifat padat

karya (Curahan tenaga), dapat digambarkan dalam bentuk berkurangnya animo

masyarakat yang di jelaskan pada bab penjelasan di atas yakni eksennya terhadap

tindakan saling bantu membantu dalam hal sosial karya contohnya pembuatan rumah

panggung atau pun rumah permanen yang dapat dikatakan besenata dalam

masyarakat Sumbawa. Tetapi ada hal yang menjadi pembeda dalam masyarakat

sendiri yaitu aktivitas tolong menolong yang selalu terjaga yakni melalui bentuk

bantuan materi (Uang) yang dinilai lebih mengikat hubungan dan lebih dominan

dirasa dari pada membawa bawaan yang berbentuk sembako yang dahulunya menjadi

Page 81: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

81

kebiasaan dalam hal-hal sakral pada masyarakat lokal contohnya seperti Berenok,

Basiru, dan penulung .

3. Sistem kepercayaan. Keberadaan masyarakat pendatang mempengaruhi masyarakat

lokal terhadap bentuk sistem kepercayaan yang merubah pada pola pikir masyarakat

lokal sehubungan dengan adanya ketertarikan terhadap cara berpikir masyarakat

pendatang yang lebih modern. Dapat di jelaskan seperti berkurangnya kepercayaan

dan ketaatan kepada aturan hukum adat yang berlaku pada masyarakat yang tertanam

yang menjadi kepercayaan pada masa lalu. Nilai kesakralan adat tidak begitu

mempengaruhi kelakuan dan tindakan masyarakat lokal. Hal ini di karenakan bahwa

anggapan masyarakat sekarang tanpa harus mengikuti aturan hukum adat yang telah

ditetapkan tidak akan terikat oleh hukum adat atau sangsi adat itu sendiri.

4. Norma sosial (Adat istiadat). Masyarakat di daerah penelitian mengalami perubahan

yang sangat signifikan. Perubahan terlihat bahwa pada masyarakat dalam

perkembanngannya sudah tidak lagi terikat dengan norma-norma adat yang mewadahi

masyarakat lokal sendiri seperti yang dijelaskan pada poin ketiga di atas. Dalam hal

ini terlihat dari perubahan cara dan bentuk pembangunan rumah. Sebelum terjadinya

perkembangan masyarakat terkait masyarakat pendatang, model-model bangunan

rumah masih mengarah kepada model dan bentuk rumah tradisional adat masyarakat

Sumbawa, yaitu rumah panggung. Perubahan itu terjadi pada saat ini, dan pada

kenyataannya masyarakat kini sudah banyak yang memiliki rumah dengan gaya dan

bentuk rumah yang modern (Rumah permanen) tetapi secara fisik masih

memprtahankan ciri khas adat contohnya bentuk atap rumah.

5. Pembaruan sosial (Interaksi sosial). Pada aspek ini menunjukkan perubahan yang

sangat mencolok terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada

masyarakat lokal. Artinya kepekaan terhadap tingkat kekerabatan masyarakat lokal

terhadap masyarakat pendatang semakin intensif. Dalam pengamatan studi ini

menunjukkan, sikap masyarakat lokal dipengaruhi perkembangannya oleh masyarakat

pendatang baik dalam pengadopsian tingkah laku, pola pikir dan gaya hidup

masyarakat lokal itu sendiri. Berbaurnya masyarakat pendatang dalam komunitas

lokal semakin mempercepat pembaharuan sosial. Hal ini ditunjukkan pada bentuk

kegiatan-kegiatan keagamaan yang lebih berperan pada proses ini. Dampak positif

dari pembaharuan sosial tersebut adalah perubahan perilaku pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Oleh karenanya berdampak pada masyarakat lokal yang semakin

membaik.

Page 82: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

82

6. Dalam hal sistem perkawinan (Adat perkawinan) pada hakikatnya telah mengalami

perubahan dalam artian percampuran budaya. Hal diterangkan sebagian kecil

masyarakat lokal yang berjodoh dengan masyarakat pendatang, sehingga melakukan

hubungan pernikahan dengan masyarakat pendatang. Walaupun hal demikian terjadi

pada bentuk hubungan perkawinan, dipastikan budaya masyarakat lokal akan lebih

ditonjolkan sebagai kelompok yang mayoritas dari pada budaya masyarakat

pendatang sebagai masyarakat minoritas.

Page 83: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pola interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat adalah interaksi

yang bersifat asosiatif.

2. Kelembagaan sosial budaya beserta aktivitasnya diakui semakin berkembang dan

mengalami peningkatan setelah adanya interaksi yang positif antara masyarakat lokal

dan masyarakat pendatang terhadap pembentukan masyarakat. Indikasinya adalah

berkembangnya kelompok-kelompok dan kelembagaan sosial masyarakat dalam

bidang sosial, budaya dan agama tersebut sehingga mempengaruhi perkembangan

perilaku masyarakat dan orientasinya terhadap lingkungan sekitar. Hal demikian juga

didukung oleh sarana dan prasarana serta ketersedian tokoh-tokoh masyarakat dalam

keberlangsungan proses tersebut.

3. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang merupakan sarana untuk melakukan komunikasi

dan kontak sosial secara langsung antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang

ini telah memberikan konstribusi yang baik dalam menjalin interaksi yang positif.

Pendekatan dengan cara dialog dan musyawarah untuk saling memberikan

argumentasi dan informasi tentan gapa yang diterima sebagai kebenaran

mengantarkan pada pembentukan sikap toleransi. Dengan kata lain sebuah interaksi

sosial yang dilandasi rasa tenggang rasa dan saling menghargai perbedaan yang ada

telah mengantarkan kearah pembentukan sikap toleransi baik dalam kehidupan sosial

maupun dalam kehidupan beragama.

B. Saran

1. Penulis

Kompleksitas akan terus terjadi dan berkembang karena adanya masyarakat yang

dinamis yang selalu bergerak yang dilihat dalam tataran konteks sosial, budaya dan

agama. Saran yang lebih ditekankan dalam hal ini adalah adanya kesadaran, kemauan,

dan perlakuan yang sama pada semua warga masyarakatnya yang pada masa ini telah

mengalami perkembangannya. Diketahui dalam lingkungan penelitian adanya banyak

Page 84: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

84

budaya serta adat istiadat yang sedang berkembang pada bentuk kesatuan masyarakat

yang ideal dalam kemajemukannya. Saran yang bersifat membangun dari penulis

adalah distorasi budaya akan memungkinkan terjadi terhadap masyarakat itu sendiri

oleh karena itu sangat penting adanya pengaruh peran semua pihak baik dari

pemerintah, tokoh dan kelembagaan sosial, budaya, dan agama. Sebagai sayarat

utama adalah adanya rasa saling memiliki dan menghargai antar sesama walaupun

banyak sekali perbedaan antara masyarakat itu sendiri.

Secara pribadi penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan atau pun kejanggalan. Untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam skripsi ini.

Page 85: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

85

DAFTAR PUSTAKA

Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Jakarta:

PT. Unipress, 1982).

A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan Demokrasi, HAM dan Masyaraka tMadani,

(Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000),Cet. I.

Alvin S. Jhonson, Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006).

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: AR-ruz Media, 2011).

Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2004).

Akhaeruddin S.Pd, Wawancara, ketua karang Taruna.

Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007). Cet.I.

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana 2007).

Consuelo G. Sevilla, (eds), Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press).

Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Ed. 1, Cet. 2.

Elly M. Setiadi,H. Kamma A. Hakam, Ridwan Effendi, IlmuSosial Dan Budaya Dasar,

(Jakarta: Kencana, 2008). Edisi ke 2, Cetke 3.

Galang, Wawancara, desa Bukit Damai, kecamatan Maluk.

Hj. Najamuddin, wawancara, tempat Masjid Al-Ikhlas, kecamatan Maluk.

H. Muhammad Nawawi, Wawancara. tempat kediaman, Desa Maluk.Sumbawa Barat, NTB

Page 86: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

86

H. Lalu Abdumuthalib, Wawancara, Kantor Kecamatan Maluk. Sumbawa Barat, NTB.

John Rayes, Wawancara, tempatkediaman, kecamatan Maluk, Nusa Tenggara Barat.

J. Dwi Narko, BagongSuyanto, Sosiologi teks pengantar dan terapan, cetakan ke II,

(Jakarta:Kencana 2007).

Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2006).

JohnW. Crewell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

Kumanto Sunarto, Pengantar Sosioligi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993).

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1987).

Lalu Mantja. Sumbawa Pada Masa Dulu (Suatu Tinjauan Sejarah), (Sumbawa Besar: CV.

Samratulangi, 2011).

Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2006),

Cet. KeVII.

Lajnah Penthashih Mushaf Alqur’an, Departmen Agama Republik Indonesia, Alquran dan

terjemahannya, ( Bandung: CV Jumanatul Ali Art, 2004)

Moh.Nazir, Metode Penelitian, (Darussalam: Ghalia Indonesia, 1983).

M. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar, Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Perspektif Islam, (Jakarta: Labolatoruim Sosiologi Agama, 2008).

M. Irsjad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, (Ciputat: Karsa Utama Mandiri

dan PB Mathla’ul Anwar, 1998).

M. Arifin Hakim, Ilmu Sosial Dasar, Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: Pustaka

Satya, 2001).

Page 87: ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25332/1/ikin pdf... · 9 DAFTAR ISI . LEMBAR PENGESAHAN ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

87

Makawaru,Wawancara, tempat kediaman, Desa Benete, Kecamatan Maluk.

Pip Jones. PengantarTeori-teoriSosial, (Jakarta: yayasanobor Indonesia 2009), Cet, I.

Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, (Yogyakarta: Gadjah Madah

University Press, 1999)

Responden, Wawancara, Tempat Pasar Tradisional Desa Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2005),

Cet. 38.

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008).

Peter L. Berger, Perspektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2009).

William A. Haviland, Antropologi, (Surakarta: Erlangga, 1985).

Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006).