analisis pengendalian persediaan bahan …...just in time production system..... 16 7. eoq (economic...

107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Program Studi Agribisnis Oleh: YUANNIDA YOLANDA S H0808161 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hoangdien

Post on 12-May-2018

255 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh:

YUANNIDA YOLANDA S

H0808161

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agribisnis

Oleh:

YUANNIDA YOLANDA S

H0808161

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Yuannida Yolanda S

H0808161

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS Emi Widiyanti, SP, M.Si Ir. Suprapto NIP. 19570104 198003 2 001 NIP. 19780325 200112 2 001 NIP.19500612198003 2 001

Surakarta,

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobil’alamin. Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya. Berkat petunjuk-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS terimakasih atas segala bimbingan,

arahan, dan masukannya dalam dalam penyusunan skripsi sejak awal sampai

akhir penulisan.

5. Ibu Emi Widiyanti, SP, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing pendamping dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas

bimbingannya serta atas diskusi dalam berbagi pengalaman semoga menjadi

bekal hidup yang lebih baik dikemudian hari bagi penulis

6. Bapak Ir. Suprapto selaku dosen tamu, terima kasih atas segala masukan yang

ada walaupun hanya sebentar akan tetapi dapat memberikan tambahan

tersendiri bagi penulis.

7. Direktur PT. Perkebunan Nusantara IX yang telah memberikan ijin penelitian

di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten.

8. Segenap staf dan karyawan PG Gondang Baru Klaten serta semua pihak yang

telah membantu penulis selama melakukan penelitian disana.

9. Orang Tua dan keluarga besarku terima kasih atas segala kasih sayang,

motivasi serta dorongan semangat yang tak henti-hentinya hingga dapat

membuatku berdiri tegak sampai saat ini.

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

10. Seseorang yang selalu berada di hati, terimakasih karena selalu ada beserta

dengan doa, bantuan dan kesabarannya.

11. Sahabat-sahabat penulis di Wisma Risky yang selalu membantu penulis dan

memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas

kebersamaan yang telah terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

12. Saudara-saudara seperjuangan di Agribisnis ’08 terima kasih untuk kalian,

orang-orang dengan segudang ide dan semangat. Cita-cita itu akhirnya

terwujud, jangan pernah berhenti berharap dan tetap semangat.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran guna perbaikan ini

selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2012

Penulis

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

RINGKASAN ...................................................................................................... xii

SUMMARY ......................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 6

II. LANDASAN TEORI .................................................................................. 8

A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 8

B. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12

1. Pengertian Dan Peranan Persediaan ................................................... 12

2. Jenis Persediaan ................................................................................... 12

3. Fungsi Pengendalian Persediaan ......................................................... 14

4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku ................................................. 15

5. Safety Stock .......................................................................................... 16

6. Just In Time Production System .......................................................... 16

7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production Quantity) .............................................................................................. 17

8. Industri Gula......................................................................................... 17

9. Tebu ...................................................................................................... 19

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................... 20

D. Hipotesis ................................................................................................... 24

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

E. Asumsi ...................................................................................................... 24

F. Pembatasan Masalah ............................................................................... 24

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 24

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 27

A. Metode Dasar Penelitian .......................................................................... 27

B. Metode Penentuan Obyek Penelitian ..................................................... 27

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 28

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28

E. Metode Analisis Data .............................................................................. 29

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku ..................................... 29

2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku............................................ 20

3. Analisis Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen..................... 32

IV. KONDISI UMUM PABRIK GULA GONDANG BARU ...................... 33

A. Sejarah Perusahaan .................................................................................. 33

B. Lokasi Perusahaan.................................................................................... 34

C. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................................. 37

D. Ketenagakerjaan ....................................................................................... 40

1. Tenaga Kerja ...................................................................................... 40

2. Penarikan Dan Pengupahan Tenaga Kerja ....................................... 41

3. Hari Dan Jam Kerja ........................................................................... 41

4. Kesejahteraan Karyawan ................................................................... 42

E. Proses Pengolahan Gula .......................................................................... 43

1. Penyediaan Bahan Utama (Tebu) ..................................................... 43

2. Bahan Pembantu ................................................................................ 44

3. Proses Pengolahan ............................................................................. 45

4. Limbah Pabrik Gula........................................................................... 55

F. Pemasaran Hasil Produksi ....................................................................... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 59

A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 59

1. Bahan Baku Tebu .............................................................................. 59

2. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis .............. 61

3. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien .......................... 69

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu ......... 73

B. Pembahasan .............................................................................................. 77

1. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis .............. 77

2. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien .......................... 86

3. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu ......... 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 92

A. Kesimpulan ............................................................................................... 92

B. Saran ......................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 94

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula, dan Produktivitas Kristal Gula di PG Gondang Baru ........................................................................ 5

Tabel 2. Luas Areal Tebu Dan Produksi Gula Tahun 2011 Di Wilayah Kerja PG Gondang Baru ............................................................. 35

Tabel 3. Luas Areal Dan Produksi Tebu Kemitaan A (KmA) dan Kemitraan B (KmB) Di PG Gondang Baru Tahun 2009-2011. 44

Tabel 4. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Gilingan Di PG Gondang Baru .. 48

Tabel 5. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Pemurnian Di PG Gondang Baru............................................................................................... 50

Tabel 6. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penguapan Di PG Gondang Baru............................................................................................... 51

Tabel 7. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Masakan Di PG Gondang Baru . 53

Tabel 8. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Putaran Di PG Gondang Baru.... 54

Tabel 9. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penyelesaian Di PG Gondang Baru............................................................................................... 55

Tabel 10. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Luas Areal Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru............................................... 62

Tabel 11. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Tebang Angkut Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru ................................... 63

Tabel 12. Jumlah Tebang Angkut Harian Dan Jumlah Produksi Harian Pada Tahun 2009-2011 di PG. Gondang Baru ........................... 65

Tabel 13. Penyediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ..................................................................................... 66

Tabel 14. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku Tebu Pada Tahun 2009-2011 ..................................................................................... 67

Tabel 15. Jumlah Produksi Per Hari Yang Dilakukan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan EPQ Pada Tahun 2009-2011 .................... 68

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Tabel 16. Biaya Produksi Bulanan Dan Harian Di PG. Gondang Baru Tahun 2009-2011 ......................................................................... 70

Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ......................................................................... 71

Tabel 18. Perbandingan Total Biaya Per Hari Yang Dikeluarkan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan Dari EPQ Pada Tahun 2009-2011 ..................................................................................... 72

Tabel 19. Laporan Curah Hujan PG Gondang Baru................................... 73

Tabel 20. Rata-rata Curah Hujan/Bulan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang Dari Tahun 2009-2011 ........................ 74

Tabel 21. Penjadwalan Masa Tanam dan Masa Panen Bahan baku Tebu Dengan Metode JIT Didasarkan Pada Jumlah Curah Hujan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang ............... 76

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah .......................... 23

Gambar 2. Struktur Organisasi Pabrik Gula Gondang Baru Klaten ........ 37

Gambar 3. Bagan alur Pengolahan Gula ................................................... 47

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 96

Lampiran 2. Biaya Pengadaan Bahan Baku di PG Gondang Baru Tahun 2009-2010 ..................................................................................... 97

Lampiran 3. Perhitungan EPQ .......................................................................... 97

Lampiran 4. Data Curah Hujan PG Gondang Baru......................................... 100

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Curah Hujan Di 4 Kabupaten Binaan PG Gondang Baru .............................................................................. 102

Lampiran 6. Dokumentasi................................................................................. 103

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

RINGKASAN

Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Di Pabrik Gula Gondang Baru Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan pembimbing Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS dan Emi Widiyanti, SP, M.Si. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi, untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru, dan untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama musim giling. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode pengambilan daerah penelitian secara purposive sampling yaitu di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 2009-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah Economic Production Quantity (EPQ).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi tebu harian menurut kebijakan perusahaan selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2009-2011 (dalam kuintal) sebanyak 12.711,23, 8.433,48, dan 10.165,40. Sedangkan menurut perhitungan EPQ adalah sebanyak 13.339,63, 11.243,75, dan 12.606,40. Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode EPQ diperoleh kuantitas produksi yang lebih besar dari pada kebijakan perusahaan. Pada tahun 2009 biaya yang dikeluarkan oleh PG sudah efisien yaitu sebesar Rp 10.225.400,- lebih kecil dari biaya menurut perhitungan EPQ sebesar Rp 14.006.615. Penggunaan metode EPQ dapat memberikan penghematan biaya pada tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp 6.824.551,- dan Rp 11.226.501,- karena dapat memperkecil biaya yang harus dikeluarkan. Penyebabnya adalah dengan metode EPQ penggunaan bahan baku dapat dioptimalkan. Dalam hal pengaturan penjadwalan, perlu adanya pengamatan terhadap curah hujan disetiap wilayah binaan karena PG Gondang Baru tidak mempunyai stasiun cuaca di setiap wilayah binaanya. Sehingga dengan mengetahui curah hujan dapat disinkronkan masa tanam dan masa panen tanaman tebu yang tepat nantinya. PG Gondang Baru masih perlu mengatur kuantitas produksi agar ekonomis dengan menambah kuantitas bahan baku dengan upaya ekstensifikasi lahan untuk penyediaan bahan baku dengan cara menambah jumlah petani mitra dan memperbaiki infrastruktur yang ada.

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

SUMMARY

Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. "Analysis of Sugar Cane Raw Material Inventory Control In Gomdang Baru Sugar Company Klaten Regency". Thesis with the supervisor Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS and Emi Widiyanti, SP, M.Si. Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March.

Raw material plays an important role in supporting the sustainability of the production process.Continuity of the production process of a company will not be disturbed if the company is able to control the supply of raw materials. This research aims to know the number of amount raw material inventory of economic sugar cane in PG Gondang Baru in each production, to find out the cost of the efficient supply of raw material in each PG Gondang Baru production, and to know scheduling of raw material of sugar cane in PG Gondang Baru to intensities of raw material sugar cane for the production process can be eveniy distributed in the milling season. The basic method of this research is analytical descriptive. Retrieval method is purposive sampling of research area, namely in PG Gondang Baru Klaten District. The data used are secondary data from 2009 until 2011. Methode of data analysis used are the Economic Production Quantity (EPQ).

The result showed the production of sugar cane daily by company policy for three consecutive years from 2009 until 2011 (in quintal) of 12.711,23, 8.433,48, and 10.165,40. Whereas according to EPQ calculation is as much 13.339,63, 11.243,75, and 12.606,40. It means that EPQ method can give sugar cane production quantities bigger than company’s policy. In 2009 cost incurred by PG which is efficient the amount of Rp 10.225.400,00 less the cost of EPQ calculation Rp 14.006.615,00. Use of the EPQ method can provide cost saving in 2010 and 2011 amounting to Rp 6.824.551,00 and Rp 11.226.501,00 because can give smaller cost that must payed. It caused use EPQ can optimalize the use of raw material inventory. Scheduling arrangment in this regrad, the need for abservation of precipitation in each region of proxies because PG Gondang Baru have not weather station in each region proxies, so that by knowing raifall can synchronize the time of planting and harvesting sugar cane crop is right later. PG Gondang Baru still need to set the quantity to be economical to increase the quantity of raw materials to the effort extensification of land to supply the raw material inventory through adding the amount of farmer and repairing the infrastructures that have been exist there.

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tebu merupakan salah satu tanaman utama yang memiliki peranan

penting bagi industri gula nasional. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan

di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah

dipanen diperas dengan mesin pemeras di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau

air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi

gula pasir. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%,

ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun tebu yang

kering adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.

Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, konsumsi gula pasir untuk

waktu-waktu mendatang akan meningkat. Peningkatan ini akan berjalan

seiring dengan meningkatnya jumlah dan kesejahteraan penduduk serta

meningkatnya jumlah industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku

utama atau sebagai bahan pendampingnya, seperti pada industri roti. Selain

itu, peningkatan konsumsi gula perkapita juga meningkatkan peranan gula

dalam penentuan indeks harga konsumen yang berarti peranan harga gula

dalam perhitungan inflasi meningkat pula (Andreng P, dkk dalam Darsono,

2001).

Berdasarkan data dari road map swasembada gula nasional dari

kementerian pertanian RI, target swasembada gula nasional dapat dicapai

dengan memenuhi kebutuhan gula nasional pada tahun 2014 yang

diproyeksikan mencapai 5,7 juta ton. Sedangkan saat ini, kemampuan

produksi gula sampai dengan akhir giling tahun 2009 sebesar 2,624 juta ton

terdiri dari produksi Gula Kristal Putih (GKP) eks tebu 2,520 juta ton dan eks

raw sugar 0,104 juta ton. Disisi lain, jika ditambah dengan produksi Gula

Kristal Rafinasi (GKR) sebesar 1,900 juta ton untuk kebutuhan industri, maka

ketersediaan gula mencapai 4,524 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencapai

target swasembada gula nasional 2014 maka diperlukan langkah-langkah

strategis baik melalui intensifikasi ataupun ekstensifikasi (Kementan, 2011).

Page 16: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2

Strategi pengembangan industri gula yang sangat bagus, lengkap dengan

visi, misi dan analisis SWOT telah disusun dalam Road Map Industri Gula

2009, tetapi dalam pelaksanaanya ternyata belum juga memperlihatkan hasil

yang signifikan. Beberapa hambatan mulai muncul seperti : kesulitan

pembebasan lahan, adanya penolakan masyarakat setempat terhadap

pembangunan pabrik gula baru, kurangnya koordinasi antara pusat dan daerah

dan lain-lain. Sebaiknya dalam program pembangunan pabrik gula baru

maupun dalam program revitalisasi pabrik-pabrik gula yang sudah berdiri,

perlu memperhatikan beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan,

seperti: kapasitas pabrik, ketersediaan bahan baku, faktor lingkungan dan

lain-lain (Kementan, 2011).

Pabrik gula Gondang Baru Klaten, merupakan salah satu pabrik gula

yang berada dibawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Jawa Tengah. PG Gondang Baru merupakan salah satu perusahaan yang

memproduksi gula pasir kristal dan produk sampingannya berupa tetes tebu

sehingga tidak bisa lepas dari masalah persediaan bahan baku. Masalah yang

biasa terjadi adalah keadaan kekurangan bahan baku untuk memenuhi

kapasitas giling. Pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru berada di

bawah tanggung jawab bagian tanaman. Dalam menjalankan usahanya PG

Gondang Baru menawarkan jasa penggilingan kepada para petani.

Berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 tentang pengembangan tebu rakyat,

maka sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Dari hasil penggilingan tebu

tersebut kemudian diadakan sistem bagi hasil sebesar 66% untuk petani dan

34% untuk PG Gondang Baru.

Dalam kegiatan produksi, PG Gondang Baru Klaten memerlukan bahan

baku tebu dalam jumlah yang cukup agar proses produksi bisa optimal dan

dapat berjalan tanpa hambatan. Bahan baku tersebut diperoleh dari wilayah

kerja dan wilayah binaan PG Gondang Baru yaitu Kabupaten Klaten,

Boyolali, Salatiga, dan Semarang. Kebutuhan bahan baku tersebut sangat

penting dalam kelancaran proses produksi. Agar persediaan bahan baku tebu

dapat optimal, maka perlu adanya pengelolaan bahan baku, sehingga dapat

Page 17: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan biaya dalam

persediaan.

Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan

proses produksi, walaupun ada faktor-faktor lain yang penting tetapi

persediaan bahan baku akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses

produksi. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terhentinya

proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu

besarnya persediaan bahan baku dapat berakibat terlalu tingginya beban biaya

guna menyimpan dan memelihara bahan tersebut selama penyimpanan di

gudang. Keadaan terlalu banyaknya persediaan (over stock) ini ditinjau dari

segi finansial atau pembelanjaan merupakan hal yang tidak efektif disebabkan

karena terlalu besarnya barang modal yang menganggur dan tidak berputar

(Assauri, 2004). Di PG Gondang Baru sendiri keadaan kelebihan bahan baku

biasanya terjadi pada saat musim panen raya sehingga produksi tebu

melimpah. Dengan kapasitas produksi yang terbatas mengakibatkan kualitas

bahan baku menurun karena proses penyimpanan.

Meskipun ditinjau dari segi kelancaran proses keadaan over stock itu

dapat berarti positif akan tetapi ditinjau dari segi lain terutama dari segi biaya

dapat berakibat negatif dalam arti tingginya biaya yang harus ditanggung

(Reksohadiprodjo, 2000). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat

mengendalikan masalah persediaan bahan baku ini dengan baik.

Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu

apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku.

Pengendalian pada persediaan bahan baku akan berpengaruh pada biaya

persediaan dan akan berpengaruh pada keuntungan yang akan diterima oleh

perusahaan. Tujuan pengendalian bahan baku adalah berusaha menyediakan

bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi

dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan persediaan (out of stock) dan

diperoleh biaya persediaan minimal (Reksohadiprodjo, 2000).

Penjadwalan masa tanam dan masa panen tebu sangat diperlukan agar

bahan baku yang dibutuhkan dapat tercukupi dan kontinuitas bahan baku

Page 18: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

dapat terjaga agar rutinitas produksi tetap berjalan secara terus menerus.

Penjadwalan masa tanam dan masa panen dimaksudkan agar jumlah bahan

baku tebu dapat memenuhi kapasitas produksi. Penjadwalan pengadaan bahan

baku tebu di PG Gondang Baru berada dibawah tanggung jawab bagian

tanaman.

Tebu merupakan bahan baku utama yang dipergunakan dalam proses

produksi gula pasir. Jika bahan tersebut tidak dipindah maka proses produksi

tidak dapat menghasilkan produk akhir. Dengan demikian perlu adanya

persediaan bahan baku yang jumlahnya relatif cukup dalam waktu yang tepat

untuk mendukung kelancaran proses produksi agar perusahaan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian persediaan bahan baku

menjadi modal yang mutlak harus ada dan harus dipenuhi.

B. Perumusan Masalah

Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila

jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur

lebih besar (tertahan di persediaan), meningkatkan resiko kerusakan barang

dan biaya penyimpanan. Namun jika persediaan terlalu sedikit

mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena

sering sekali bahan tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar

yang dibutuhkan yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya

keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.

PG Gondang Baru merupakan perusahaan yang memproduksi gula pasir

kristal. Gula pasir kristal diproduksi dengan bahan baku tebu. Tebu sendiri

merupakan produk pertanian yang jumlahnya cukup melimpah saat musim

giling tiba. Proses produksi di PG Gondang Baru bersifat musiman yakni

hanya pada musim giling selama empat bulan (Mei-Agustus) setiap tahunnya.

Tepatnya pada saat musim panen tebu. Tebu yang ditanam di PG Gondang

Baru rata-rata berumur antara 9-12 bulan. Tebu merupakan bahan baku yang

tidak dapat disimpan karena kualitasnya yang akan turun jika setelah 36 jam

tidak diolah. Penurunan kualitas ini ditandai dengan turunnya rendemen.

Bahan baku tebu yang tersebar dan tidak sepenuhnya dikuasai oleh PG karena

Page 19: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

sebagian besar milik petani menyebabkan luas area dan produksi tebu

berubah-ubah setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari data di PG Gondang Baru

selama tiga tahun terakhir.

Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi Tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula Dan Produktivitas Kristal Gula Di PG Gondang Baru.

Tahun Luas (Ha) Produksi Tebu (Ku)

Produkti-vitas Tebu (Ku/Ha)

Rende-men

Kristal Gula (Ku)

Produktivi-tas Gula (Ku/Ha)

2009 1.900,569 1.030.205 542 5,96 61.409,03 32,31 2010 1.621,994 1.055.088 650 5,33 56.200,21 34,65 2011 1.875.824 1.134.873 605 6,25 70.904,58 37,80

Sumber: Data PG Gondang Baru

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dan kenaikan luas

areal tanam tebu dari tahun ke tahun. Kenaikan dan penurunan ini

dikarenakan setiap tahun ada petani yang keluar atau masuk menjadi mitra

PG Gondang Baru, sehingga mempengaruhi produksi tebu yang dihasilkan.

Maka dari itu, perlu adanya pengendalian persediannya agar tidak terjadi

kelebihan maupun kekurangan stok dalam produksi gula, sedangkan kenaikan

dan penurunan kristal gula yang dihasilkan tergantung pada rendemen tebu

itu sendiri.

Setiap musim giling antara bulan Mei sampai Agustus PG Gondang Baru

rata-rata melakukan penggilingan tebu sebanyak 1.200.000 kuintal.

Kekurangan bahan baku untuk memenuhi kapasitas produksi di musim giling

merupakan masalah yang terjadi di PG Gondang Baru. Keadaan kekurangan

bahan baku ini mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Tahun 2009

PG Gondang Baru mengalami masalah kurangnya pasokan tebu giling yang

mengakibatkan musim giling bulan Mei hingga Agustus terhenti selama 10

hari. Begitu juga yang terjadi pada tahun 2011, target produksi sebesar

1.524.659 kuintal hanya dapat tercapai sebesar 1.134.873 kuintal.

Keadaan kekurangan bahan baku seperti ini dikarenakan PG hanya dapat

mengelola sepenuhnya tebu sendiri, sedangkan tebu milik petani mitra, pihak

PG hanya dapat memberi pengarahan, sedangkan untuk tebang dan angkutnya

dikelola oleh petani sendiri. Oleh karena itu, pihak PG tidak dapat berbuat

banyak jika tebu lari ke PG lain. Dalam mengatasi keadaan kekurangan bahan

Page 20: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

baku tersebut PG Gondang Baru menetapkan kebijakan untuk mendatangkan

tebu dari luar wilayah binaan mereka seperti dari Kabupaten Sragen, sehingga

PG harus mengeluarkan biaya tambahan dalam rangka mengadakan bahan

baku. Dari keadaan di atas, maka PG Gondang Baru perlu

mempertimbangkan jumlah dan frekuensi produksi yang ekonomis untuk

kegiatan produksi sehari-hari (EPQ) selama musim giling serta perlu adanya

penjadwalan penanaman dan penebangan tanaman tebu yang lebih efisien.

Dari uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di

PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi?

2. Berapa besar biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien dalam setiap

kali produksi di PG Gondang Baru?

3. Bagaimana penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar

intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama

musim giling (4 bulan)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang

ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi.

2. Untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang

efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru.

3. Untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru

agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama

musim giling.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber dana dan sumber daya

yang dimiliki perusahaan untuk menentukan besarnya kuantitas produksi

yang ekonomis dengan biaya yang minimum.

2. Bagi pemerintah dan pengambil keputusan, hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan.

Page 21: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian

yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, sekaligus bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan pengalaman penulis.

Page 22: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Mulyono (2006)

dengan judul “Analisis Usahatani Tebu Di Lahan Tegalan Kasus Di

Kabupaten Bondowoso”. Ada dua strata dalam kajian ini, yaitu usahatani di

kebun tebu baru dan usahatani di kebun tebu kepras/ratoon. Metode analisis

data dilakukan meliputi: (a) Tes Hipotesa untuk mengetahui adanya

perbedaan pendapatan antara usahatani kebun tebu baru dan kebun tebu

ratoon, (b) Analisis Titik Impas atau Break Even Point (BEP), dan (c)

Analisis Sensitivitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

pendapatan bersih petani dari kebun tebu baru dapat mencapai Rp

4.507.584,00/ha/tahun dan dari kebun tebu ratoon dapat mencapai Rp

3.272.307,00/ha/tahun. Hasil analisis BEP pada kebun tebu baru adalah

sebesar 42.306 kg tebu/ha sedangkan pada kebun tebu ratoon adalah sebesar

34.775 kg tebu/ha. Hasil analisis BEP rendemen menunjukkan bahwa nilai

rendemen pada kebun tebu baru adalah 4,52%, sedangkan pada kebun tebu

ratoon adalah 4,05%. Sensitivitas produktivitas tebu menunjukkan nilai

return cost ratio (R/C) usahatani di kebun tebu baru meningkat sebesar

1,86%. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C sebesar 1,87%. Sensitivitas

rendemen tebu menunjukkan nilai R/C usahatani di kebun tebu baru akan

meningkat sebesar 13,04 %. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C akan

meningkat sebesar 14,37 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi (2008) dengan judul “Peranan

Inovasi Kelembagaan Pabrik Gula Madukismo Terhadap Pelaksanaan

Usahatani Tebu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Data yang

dianalisis merupakan data primer dan data sekunder. Metode penentuan

sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Metode analisis

data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Peluang petani dalam menentukan adopsi

inovasi kelembagaan usahatani tebu yang dilakukan PG Madukismo secara

Page 23: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

bersama-sama dipengaruhi luas lahan tebu, biaya transaksi, rendemen,

pengalaman petani menjalankan usahatani tebu dan pendidikan petani.

Demikian halnya pengaruh variabel indepnden secara individu, masing-

masing variabel independen berpengaruh secara signifikan pada peluang

pilihan kelembagaan usahatani Tebu rakyat (TR) KSU (Kerjasama Usaha)

dibandingkan TR Mandiri. Hal berbeda pengaruh peluang pilihan petani

dalam menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR

Mandiri, secara individu hanya variabel rendemen yang tidak berpengaruh

secara signifikan dalam mempengaruhi peluang pilihan petani dalam

menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR

Mandiri. Berkaitan biaya transaksi, petani yang menjalankan usahatani tebu

TR Mandiri menanggung biaya transaksi per hektar lebih besar dibandingkan

dengan petani yang melakukan adopsi inovasi kelembagaan usahatani TR

KSU dan TR Kemitraan.

Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Fitriani, dkk

(2007) dengan judul penelitian “Analisis Skala Ekonomi Produksi Tebu Di

Propinsi Lampung”. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis fungsi produksi CES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai elastisitas antara input modal dan tenaga kerja fungsi produksi CES

petani tebu mitra PT Gunung Madu menunjukkan nilai yang sedikit lebih

tinggi sebesar 0,74 dan 0,63. Nilai ɛs1 pada selang 0< ɛs1<1, berarti input

saling mensubstitusi. Nilai ɛs2 sebesar 0,99 sama dengan nilai ɛs1 pada

petani mitra PTPN VII juga berada pada selang yang sama, berarti kombinasi

input modal dan tenaga kerja terhadap lahan pada usahatani tebu dapat saling

mensubstitusi. Secara umum kondisi skala produksi tebu di Propinsi

Lampung berada pada skala kenaikan hasil yang menurun dan masih

menguntungkan secara ekonomi. Pembentukan modal dan penyerapan tenaga

kerja secara intensif melalui pemanfaatan lahan secara optimal menjadi kunci

pengembangan perkebunan tebu.

Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku sudah

pernah dilakukan oleh Nugroho (2007) dengan judul penelitian “Analisis

Page 24: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam Pembuatan Gula Pasir Di

PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar”. Metode dasar yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perbandingan selisih antara kebijakan perusahaan dan perhitungan dari EPQ

dengan kapasitas tebang angkut perhari yang telah direncanakan selama masa

giling 5 tahun yaitu pada tahun 2002-2006 (dalam ton) 3200; 3000; 3300;

3350; dan 3300 adalah sebagai berikut 581,13; 632,52; 558,48; 733,35 dan

894,14 sehingga dapat memberikan penghematan biaya total sebesar Rp

4.853.000,00; Rp 3.200.610,00; Rp 4.956.977,00; Rp 5.662.907,00, dan Rp

5.205.214,00. Dalam hal pengaturan penjadwalan, perlu adanya pengamatan

terhadap curah hujan disetiap wilayah binaannya karena di PG Tasikmadu

sendiri tidak mempunyai stasiun cuaca di tiap-tiap daerah binaanya. Sehingga

dengan mengetahui curah hujan maka dapat disinkronkan masa tanam,

pertumbuhan dan juga masa panen tanaman tebu yang tepat nantinya.

Menurut penelitian Susanto dan Sarwadi (2004) dalam “Optimasi

Produksi Dan Pengendalian Bahan Baku Studi Kasus pada PT Joshua Indo

Export” diketahui bahwa Optimasi biaya produksi dan pengendalian bahan

baku di PT.Joshua Indo Export dapat di selesaikan dengan baik dengan model

inventory yang paling sederhana, yaitu model EOQ. Hal ini dapat diketahui

dari optimasi produksi diperoleh penghematan sebesar Rp 6.202.554,00 per

tahunnya untuk 15 jenis furniture. Untuk pengendalian bahan baku non

furniture diperoleh penghematan sebesar Rp 4.045.103,- per tahunnya untuk

10 jenis bahan baku non furniture.

Menurut penelitian Winoto (2008), “Analisis Efisiensi Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Teh Di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar”.

diketahui bahwa kebijaksanaan pengendalian persediaan persediaan bahan

baku di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar belum mencapai tingkat

efisiensi bila dibandingkan dengan kebijakan menggunakan metode EPQ .

Hal ini dapat diketahui dari kuantitas produksi per hari menurut perhitungan

dengan metode EPQ menunjukkan nilai yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan perhitungan produksi menurut kebijakan perusahaan.

Page 25: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Demikian pula dengan lebih besarnya total persediaan menurut kebijaksanaan

yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EPQ.

Menurut hasil perhitungan dengan metode EPQ diperoleh hasil total biaya

pada tahun 2004-2007 secara berturut-turut adalah Rp 4.013.251,00/hari, Rp

4.688.965,00/hari, Rp 4.697.421,00/hari dan Rp 4.615.640,00/hari.

Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku

sudah pernah dilakukan oleh Tri (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Di Della Furniture Kabupaten

Sukoharjo”. Dari hasil penelitian yang menggunakan metode analisis

Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh bahwa pembelian bahan baku

kayu menurut metode EOQ selama tahun 2006-2008sebesar 77,05 m3; 61,58

m3; dan 40,08 m3 lebih besar daripada kebijakan perusahaan dan kuantitas

pembelian kayu optimal untuk tahun 2009 sebesar 68,18 m3. Selama tahun

2006-2008 CV Della Furniture tidak menerapkan adanya persediaan

pengaman (safety stock), sedangkan persediaan pengaman untuk tahun 2009

menurut metode EOQ sebesar 12,14 m3. Selama tahun 2006-2008 CV Della

Furniture tidak menerapkan adanya titik pemesanan kembali (reorder point),

sedangkan titik pemesanan kembali untuk tahun 2009 menurut metode EOQ

sebesar 14 m3. Total biaya persediaan bahan baku selama tahun 2006-2008

menurut metode EOQ sebesar Rp 163.754,70; Rp 183.909,60 dan Rp

207.361,00 lebih kecil daripada kebijakan perusahaan dan total biaya

persediaan untuk tahun 2009 sebesar Rp 527.492,89.

Pemilihan penelitian terdahulu ini untuk dijadikan pertimbangan dalam

pemilihan cara menganalisisnya. Selain itu diharapkan juga bisa memberikan

relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti dapat menggunakan

faktor produksi ataupun metode yang sudah pernah digunakan pada penelitian

sebelumnya, sehingga dapat menekan kesalahan yang terjadi pada penelitian

yang akan dilakukan.

Page 26: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Peranan Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan

bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu (Assauri, 2004).

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting

dalan operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat

terdiri dari: persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses,

barang jadi dan persediaan suku cadang. Pentingnya persediaan dalam

suatu perusahaan karena adanya unsur ketidakpastian permintaan, unsur

ketidakpastian dari supplier, dan adanya ketidakpastian tenggang waktu

pemesanan (Yamit, 1996)

Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan

persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan

biaya yang optimal. Manajemen persediaan yang baik merupakan salah

satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan

konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan

tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang

telah dijadwalkan dapat membuat suatu kepanikan apabila stok persediaan

habis, sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan

seperti biaya keamanan, biaya gudang, risiko penyusutan yang kerap kali

kurang diperhatikan pihak manajemen (Anonim, 2008)

2. Jenis persediaan

Persediaan dapat dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu:

a. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk

menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan

sebelumnya dan mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam

prakiraan penjualan, waktu produksi, dan pengiriman barang.

b. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi

permintaan yang dapat diramalkan. Misalnya: pada musim permintaan

Page 27: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mapu memenuhi

permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak

mengakibatkan terhentinya produksi.

c. Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah

yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Persediaan

dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa

diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk

mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih

rendah.

d. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses

pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan

digunakan. misalnya barang yang dikirim dari pabrik menuju ke tempat

penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu

(Herjanto, 1991).

Sedangkan menurut Assauri (2004), persediaan yang terdapat dalam

perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya

persediaan dapat dibedakan atas:

a. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan

karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang

dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada

saat itu.

b. Fluctuation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumenyang tidak dapat diramalkan. Apabila

fluktuasi permintaan sangan besar, maka persediaan ini adibutuhkan

sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naikturunnya

permintaan tersebut.

c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman

yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau

penjualan permintaan yang meningkat.

Page 28: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Fungsi Pengendalian Persediaan

Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya

opersi pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi barang-barang serta selanjutnya menyampaikannya pada

pelanggan atau konsumen. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan

mentah sampai dengan antara lain berguna untuk dapat:

1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan-bahan atau

barang-barang yang dibutuhkan perusahaan.

2) Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga

harus dikembalikan.

3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman

sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.

4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.

5) Mencapai penggunan mesin yang optimal.

6) Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penjualannya

(Assauri, 2004).

Fungsi sistem pengendalian persediaan berbeda antara satu

perusahaan dengan perusahaan lainnya. Ada beberapa perusahaan yang

mempergunakan pengendalian persediaan terutama untuk penyesuaian

bagi produksi musiman. Pada yang lainnya seperti pedagang besar

makanan dan minuman, sistem ini merupakan pusat operasi. Namun pada

umumnya fungsi pengendalian persediaan yang terpenting adalah sebagai

berikut:

a) Menyediakan informasi bagi manajemen mengenai kualitas persediaan

b) Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis

c) Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga

jangan sampai produksi terhenti dalam hal penyuplai tidak dapat

menyerahkan barang tepat pada waktunya.

d) Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang

diproses serta barang jadi.

Page 29: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

e) Memungkinkan bagian penjualan beroperasi pada berbagai tingkat

melalui penyediaan persediaan barang jadi.

f) Mengkaitakan pemakaian bahan dengan tersedianya keuangan.

g) Merencanakan penyediaan bahan dengan kontrak jangka panjang

berdasarkan program produksi (Harding, 1978).

4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku

Biaya bahan baku (Material cost) terdiri atas direct-material cost dan

indirect-material cost. Direct-Material Cost adalah sumua biaya bahan

yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan

biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok

produksi. Misalnya saja gaji tenaga kerja yang secara praktis dapat

diidentifikasi dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk

jadi. Sedangkan Indirect-Manufacturing Expense meliputi semua biaya

produksi selain ongkos utama yang bersifat menunjang proses produksi

dan dibebankan terhadap pabrik (Nasution, 2006).

Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan

menjadi 4 golongan, yakni:

a. Biaya pemesanan (ordering costs), merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-

bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke

penjual, sampai barang-barang/ bahan-bahan tersebut dikirim dan

diserahkan serta diinspeksi di gudang atau di daerah pengolahan

(process areas).

b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs),

merupakan biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya

pesediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan

perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.

c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), merupakan biaya-

biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil

daripada jumlah yang diperlukan.

Page 30: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated

costs), merupakan biaya-biaya yang terjadi karena adanya penambahan

atau pengurangan kapasitas (Assauri, 2004).

5. Safety Stock

Safety Stock (Persediaan Pengaman) adalah persediaan tambahan yang

diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan persediaan (stock out). Untuk mengatasi kekurangan

persediaan yang diakibatkan oleh keterlambatan kedatangan barang atau

kenaikan dalam pemakaian barang, atau kedua-duanya, diperlukan

sejumlah persediaan pengaman. Dengan adanya persediaan pengaman

tersebut diharapkan tidak akan terjadi kehabisan persediaan

(Anonim, 2008).

Pengadaan persediaan penyelamat oleh suatu perusahaan

dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena

terjadinya stock-out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying

costs adalah seredah mungkin. Penentuan besarnya persediaan penyelamat

ditentukan oleh penggunaan bahan baku rata-rata dan faktor waktu.

Waktu tunggu (lead time) adalah lamanya waktu antara mulai

dilakukannya pemesanan (order) bahan-bahan sampai dengan kedatangan

bahan-bahan yang dipesan tersebut diterima di gudang persediaan.

Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan

pesanan yang lain, tetapi bervariasi. Oleh karena itu, untuk suatu pesanan

yang dilakukan, lamanya waktu ini harus diperkirakan walaupun resiko

kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil

(Assauri, 2004).

6. Just In Time Production System

Menurut Joko dalam Hastanto (2007) Just in Time Production System

(JIT) atau sering disebut dengan sistem produksi tepat waktu adalah cara

produksi yang menentukan jumlahnya hanya berdasarkan atas jumlah

barang yang benar-benar diperlukan, diproduksi pada setiap bagian secara

tepat waktu sesuai dengan kebutuhan.

Page 31: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Penerapan JIT menuntut adanya kualitas kerja yang tinggi dan beban

kerja yang seimbang (balance capacity) untuk menghindari terjadinya

penundaan (delay) maupun kekecewaan konsumen. Dengan demikian

yang dimaksud dengan JIT adalah usaha-usaha untuk meniadakan

pemborosan dalam segala bidang roduksi seperti uang, bahan baku, suku

cadang, waktu produksi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan dan

mengirimkan produk jadi tepat waktu untuk dijual (Yamit, 1996).

7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production

Quantity)

Model EOQ mempunyai tujuan untuk menentukan jumlah ekonomis

setiap kali pemesanan sehingga meminimasi biaya total persediaan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model ini antara lain:

a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.

b. Kebutuhan setiap periode diketahui.

c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously)

atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan melimpah.

d. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat

digunakan.

e. Ttidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan

(shortage).

f. Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak

(Nasution, 2006).

Sering dijumpai bahwa perusahaan memproduksi sendiri item yang

akan digunakan dalam produksi, daripada menunggu untuk sejumlah

tertentu dari para supplier. Model Economic production Quantity (EPQ)

atau ukuran produksi ekonomis digunakan untuk menentukan kebijakan

persediaan optimum apabila perusahaan memproduksi sendiri item yang

akan digunakan (Yamit, 1996).

8. Industri Gula

Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan

Page 32: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman. Sebagai negara

berpenduduk besar dengan pendapatan yang terus bertambah, maka

Indonesia amat potensial menjadi alah satu konsumen gula terbesar di

dunia (Sawit, dkk, 2004).

Gula memegang peranan penting dalam ekonomi pangan Indonesia.

Tidak mengherankan jika di masa lalu gula merupakan komoditas yang

sarat muatan politis dengan menempatkannya sebagai salah satu dari

sembilan bahan pokok masyarakat. Kebijakan untuk mengatur agribisnis

mulai dari budidaya tebu, produksi, pemasaran, dah harga dianggap perlu,

namun pengaturan semacam itu dapat menjadi penghambat dan ada yang

menilai suatu kerjasama. Perbedaan harga eceran dan harga yang diterima

petani tebu hanya dinikmati pedagang perantara, sehingga kesejahteraan

petani tidak terwujud. Kondisi tersebut didukung oleh situasi pergulaan

nasional dengan meningkatnya kebutuhan gula hampir 4,0% per tahun,

sementara produksi gula justru menurun sekitar 2,2% per tahun. Situasi ini

mengakibatkan peningkatan ekspor gula yang menjadi 32% dari produk

gula nasioanl (Soetriono, 2001).

Sejalan dengan pertumbuhan industri gula nasional, sektor perkebunan

tebu sebagai pendukung utama industri gula juga tumbuh. Perkebunan tebu

di Indonesia terus berkembang, hal ini ditunjukkan dengan luas area

perkebunan yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Sampai dengan

2009 luas lahan perkebunan tebu di Indonesia 473 ribu ha atau naik 2,9%

dibanding 460 ribu ha pada 2008. Peningkatan ini terjadi karena perluasan

areal di beberapa wilayah. Untuk tahun 2008 perluasan areal tidak hanya

di luar Jawa tetapi juga dilakukan di Jawa karena masih ada areal yang

bisa dikembangkan (Indonesian Commercial Newsletter, 2010).

Pada umumnya PG di Jawa beroperasi jauh di bawah kapasitas giling

(rata-rata hanya mampu mencapai sekitar 46%). Hal ini terutama

disebabkan karena sebagian besar PG kesulitan dalam memperoleh bahan

baku tebu. Bahan baku yeng terbatas itu diperebutkan oleh banyak PG.

Luas area yang bertambah tidak menjamin peningkatan jumlah produksi

Page 33: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tebu karena di Pulau Jawa lahan sawah lebih diutamakan untuk menanam

padi, sedangkan tebu ditanam di lahan tegalan. Tegalan merupakan lahan

kering yang hanya mengandalkan hujan untuk mendapatkan air sehingga

produktivitas tebu pun akhirnya turun. Sebagian besar (53%) pabrik gula

di Jawa didominasi oleh PG dengan kapasitas giling kecil (<3.000

TCD/Ton Cane per Day), 44% berkapasitas giling antara 3.000–6.000

TCD dan hanya 3% yang berkapasitas giling >6.000 TCD (Sawit, 2004).

9. Tebu

Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku

gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman

ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai

bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak

dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (LPT3, 2009).

Taksonomi tebu:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminalis

Familia : Gramineae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum Officinarum

(Anonim, 2011)

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panasdan sedang

(tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu

antara 35° garis Lintang Selatan dan 39° garis Lintang Utara. Unsur-unsur

iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan,

sinar matahari, angin, suhu dan kelembaban udara. Sedangkan factor fisik

lainnya yang terpenting bagi pertumbuhan tebu adalah tanah.

a. Curah Hujan

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka

secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan

Page 34: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

selama 5-6 bulan berurutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125

mm per bulan, dan 4-5 bulan berurutan dengan curah hujan kurang dari

75 mm tiap bulannya.

b. Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk

pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang

mengahasilkan gula.

c. Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi

pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di

sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik.

Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa

menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.

d. Suhu

Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24°-30°C, beda

suhu musiman tidak lebih dari 6°, dan beda suhu siang dan malam hari

tidak lebih dari 10°C.

e. Kelembaban Udara

Kelembaban udara tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan tebu

asalkan kadar air yang tersedia dalam tanah cukup.

f. Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah dengan lapis

tebal, lempung baik yang berkapur maupun yang berpasir dan lempung

liat. pH yang sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5-7,0

(Mubyarto dan Daryanti, 1999).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Bahan baku merupakan salah satu faktor selain tenaga kerja yang sangat

menentukan keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan.

Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka

akan menyebabkan ketidaklancaran proses produksi sehingga output yang

diperoleh tidak maksimal. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan

Page 35: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

salah satu upaya yang mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, baik itu

perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maupun perusahaan

manufaktur. Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses produksi bagi suatu

perusahaan, begitu pula di PG Gondang Baru. Apabila bahan baku tidak

dikendalikan sesuai dengan kebutuhannya maka biaya produksi, terutama

biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan akan cenderung berlebihan,

hal tersebut menyangkut efisiensi suatu perusahaan.

Penelitian ini mengambil data selama 3 tahun terakhir, yaitu data

kuantitas tebang angkut dan kuantitas tebu giling pada tahun 2009 sampai

dengan tahun 2011. Selama 3 tahun tersebut diamati pengadaan produksi

bahan baku menurut kebijaksanaan perusahaan. Kebijakan tersebut meliputi

biaya pengadaan bahan baku, biaya mendatangkan tebu dari luar wilayah dan

pemakaian bahan baku tebu selama musim giling selama tiga tahun terakhir

dari tahun 2009 sampai 2011.

Setelah mengamati kebijakan pengadaan bahan baku yang dilakukan

perusahaan kemudian dihitung biaya persediaan yang berdasarkan pada

kebijakan perusahaan dan dilakukan analisis terhadap data pengadaan bahan

baku dan pemakaian bahan baku dengan analisis EPQ (Economic Production

Quantity). Dimana EPQ ini merupakan pengembangan dari metode EOQ

yang konsep dasarnya sama, yaitu untuk meminimumkan biaya penyimpanan,

meningkatkan produktivitas yang nantinya akan menghasilkan kuantitas dan

frekuensi pemesanan ekonomis berarti penghematan biaya persediaan. Hasil

analisis EPQ ini kemudian dibandingkan dengan kebijaksanaan persediaan

bahan baku yang selama ini diterapkan perusahaan. Apabila total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan tersebut efisisen. Setelah itu dilakukan

penjadwalan masa tanam dan masa tebang agar intensitas produksi selalu

terjaga dan dapat dilakukan perbaikan terhadap kinerja PG Gondang Baru

dengan menerapkan metode just in time production system serta dilakukan

Page 36: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pengamatan terhadap data curah hujan selama lima tahun terakhir pada

wilayah binaan PG Gondang Baru agar benar-benar tahu bagaimana kondisi

iklim yang cocok untuk bertanam tanaman tebu.

Sesuai dengan uraian di atas maka kerangka berpikir pendekatan

masalahnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 37: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Total biaya persediaan menurut kebijakan

perusahaan

Selisih kuantitas produksi bahan baku serta biaya persediaan yang

ekonomis

Efisiensi biaya produksi

Melakukan pengaturan penjadwalan dengan metode just

in time production system

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan pada kuantitas

produksi yang ekonomis

Analisis pengadaan bahan baku menurut kebijakan perusahaan

Analisis pengadaan bahan baku yang ekonomis (EPQ) untuk proses produksi perusahaan

Bahan Baku Musiman

PG Gondang Baru (Keadaan Kekurangan Bahan Baku)

Target produksi tidak tercapai

Pengadaan Bahan Baku

Page 38: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga besarnya jumlah persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang

Baru belum ekonomis.

2. Diduga besarnya biaya persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang

Baru belum mencapai tingkat efisiensi biaya persediaan.

3. Diduga belum adanya penjadwalan yang efisien dari masa tanam hingga

masa tebang tanaman tebu.

E. Asumsi

1. Bahan baku tersedia secara terus menerus dalam jumlah yang cukup dan

waktu yang tepat selama musim giling antara bulan Mei sampai Agustus.

2. Produksi sepanjang waktu adalah produksi selama musim giling.

3. Kuantitas persediaan dan biaya persediaan diperhitungkan per hari dan

dalam satu bulan terdapat 30 hari

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan selama PG Gondang Baru melakukan produksi

saat musim giling dan data yang digunakan terbatas selama tiga tahun

terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

2. Analisis data yang dilakukan terbatas pada kuantitas produksi bahan baku

dan biaya persediaan bahan baku di PG Gondang Baru Klaten

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Persediaan bahan baku tebu (raw material inventory) adalah persediaan

bahan baku yang berwujud tebu yang akan digunakan dalam proses

produksi diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan

Mei-Agustus (Assauri, 2004).

2. Kebijakan perusahaan adalah kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku tebu yang selama ini telah dilaksanakan oleh oleh PG Gondang Baru,

yaitu dari tahun 2009-2011. Kebijakan ini meliputi kuantitas produksi

bahan baku tebu, total biaya persediaan bahan baku, dan penjadwalan

masa tanam dan masa tebang tanaman tebu.

Page 39: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3. Persediaan pengaman bahan baku tebu (safety stock) adalah persediaan

tebu tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan tebu selama proses produksi diukur

dalam satuan kuintal (Anonim, 2008).

4. Economical Production Quantity (EPQ) bahan baku tebu adalah jumlah

penggunaan tebu yang ekonomis saat PG Gondang Baru menjalankan

kegiatan produksinya sepanjang waktu sehingga diperoleh kuantitas

produksi yang ekonomis diukur dalam satuan kuintal. Pengertian

ekonomis di sini adalah dengan biaya yang seminimal mungkin diperoleh

hasil yang semaksimal mungkin (Gilarso, 2003).

5. Efisiensi adalah pengertian yang menggambarkan adanya perbandingan

hasil pengawasan persediaan tebu berdasarkan kebijaksanaan perusahaan

dan yang dilakukan dengan metode EPQ. Efisien jika total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total

biaya persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan

(Maulana Agus dalam Kusrini, 2005).

6. Proses produksi merupakan kegiatan produksi dan penyediaan bahan baku

tebu yang diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan

Mei-Agustus. Kegiatan produksi dimulai dari saat tebu ditanam sampai

tebu dipanen dan diangkut ke pabrik untuk proses pembuatan gula pasir

kristal.

7. Biaya persiapan produksi bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul

yang berhubungan dengan pengadaan bahan baku tebu tebu yang

dikeluarkan setiap bulan dan setiap hari meliputi biaya tenaga kerja

penebang dan pengangkutan yang diukur dalam satuan rupiah per kuintal

per hektar.

8. Total biaya persediaan bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul

yang berhubungan dengan pengadaan tebu yang dikeluarkan setiap bulan

dan setiap hari meliputi biaya tebang angkut dan biaya analisa selama satu

musim giling antara bulan Mei-Agustus diukur dalam satuan rupiah.

Page 40: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

9. Biaya kekurangan bahan baku tebu adalah biaya yang dikeluarkan

apabila terjadi kekurangan tebu dalam proses produksi berupa biaya

kompensasi angkutan diukur dalam satuan rupiah.

10. Biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengamatan

terhadap varietas tebu yang disetorkan oleh petani ke PG Gondang Baru

diukur dalam satuan rupiah.

11. Just in time production system adalah sistem produksi bahan baku tebu

tepat waktu yang merupakan salah satu pemecahan masalah yang

berkelanjutan. Metode ini dilakukan dengan melakukan penjadwalan

bahan baku tebu (Yamit, 1996).

12. Penjadwalan bahan baku tebu yaitu suatu cara untuk mengatur bahan

baku tebu dari masa tanam, tebang, dan giling agar kinerja perusahaan

dapat berjalan lancar.

13. Musim tanam tebu yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu

harus segera ditanam agar dapat dipanen tahun berikutnya antara bulan

Mei-Juli umur tebu adalah 9-11 bulan.

14. Musim tebang yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu telah

masak dan siap diolah di pabrik (bulan Mei).

15. Musim giling yaitu waktu dimana pabrik atau perusahaan telah siap

melakukan pengolahan tebu karena bahan baku tersebut telah tersedia

(bulan Mei-Agustus).

16. Curah hujan adalah rata-rata curah hujan per bulan selama lima tahun di

wilayah kerja PG Gondang Baru meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten

Boyolali, Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Semarang diukur dalam

satuan milimeter (mm).

Page 41: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis. Maksudnya adalah bahwa metode tersebut memusatkan diri

pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual,

kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

dianalisis (Surakhmad, 1994). Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula

Gondang Baru yang terletak di Kabupaten Klaten. Penelitian yang dilakukan

di PG Gondang Baru dilakukan dengan memusatkan perhatian pada

pengadaan bahan baku tebu sehingga diperoleh gambaran yang jelas untuk

kemudian dianalisis secara intensif dalam kurun waktu tiga tahun dari tahun

2009-2011.

B. Metode Penentuan Obyek Penelitian

Metode penentuan obyek dipilih secara purposive (sengaja) yang diambil

karena kesesuaian karakteristik yang dimiliki lokasi penelitian dengan kriteria

tertentu yang ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti sesuai dengan tujuan

penelitiannya (Mardikanto dan Irianto 2010).

Lokasi penelitian ini adalah PG Gondang Baru di Klaten yang dipilih

secara sengaja. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan tertentu

yaitu bahwa PG Gondang Baru merupakan salah satu pabrik gula yang masih

aktif dalam memproduksi gula pasir kristal. Dalam rangka memenuhi

kapasitas giling di PG Gondang baru adalah dengan melakukan peningkatan

teknik budidaya, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian agar dalam

pengadaan bahan baku terdapat kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku yang tepat untuk memperoleh kuantitas produksi bahan baku dan biaya

pengadaan bahan baku yang efisisen. Dasar lain dalam pemilihan lokasi

penelitian di PG Gondang Baru adalah belum diterapkan metode EPQ dalam

pengelolaan persediaan bahan baku. Model Economic production Quantity

(EPQ) digunakan untuk menentukan kebijakan persediaan optimum, sehingga

dapat meminimalkan biaya persediaan bahan baku.

Page 42: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian, dalam hal ini data diperoleh dari PG

Gondang Baru dan instansi – instansi lain yang terkait. Sumber data sekunder

yang diperoleh dari referensi berupa buku, jurnal, makalah, serta data

pendukung penelitian baik yang diperoleh dari dokumen di PG Gondang Baru

maupun di instansi lain yang terkait. Data-data tersebut antara lain: rencana

tebang angkut tahun 2009-2011, realisasi tebang angkut tahun 2009-2011,

jumlah tebang angkut dan jumlah produksi harian tahun 2009-2011, biaya

produksi harian, dan laporan curah hujan dari wilayah kerja PG Gondang Baru

serta data curah hujan dari BMKG Provinsi Jawa Tengah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengamatan

Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang diamati,

kemudian mencatat informasi yang diperoleh selama pengamatan.

2. Pencatatan

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan karena data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pencatatan

adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan penelitian yang

diperoleh dari PG Gondang Baru dan BMKG Provinsi Jawa Tengah.

3. Wawancara

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara

langsung dengan sumber-sumber informasi dari instansi maupun lembaga

yang terkait serta dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini

dengan cara mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau

lembaga serta sumber lain yang terkait dengan penelitian guna

memperoleh data pendukung dari data yang diperoleh dengan teknik

pencatatan.

Page 43: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku

a. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Pengendalian kuantitas bahan baku menurut kebijakan perusahaan

dapat meliputi pengendalian jumlah frekuensi produksi bahan baku dan

pemesanan bahan baku yang dilakukan berdasarkan kebijakan

perusahaan dapat diketahui dari adanya informasi-informasi yang

diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu PG

Gondang Baru.

b. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ (Economic

Production Quantity)

Untuk menganalisis jumlah persediaan yang ekonomis digunakan

metode EPQ (Economic Production Quantity) yang merupakan

pengembangan dari metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode

ini cocok digunakan untuk perusahaan yang berproduksi sepanjang

waktu (selama musim giling) dan membutuhkan persediaan yang terus-

menerus (Yamit,1996). Pabrik Gula Gondang Baru merupakan salah

satu perusahaan yang berproduksi sepanjang waktu saat musim giling

tiba biasanya antara bulan Mei-Agustus. Analisis yang digunakan untuk

mencari kuantitas persediaan yang ekonomis (Q) untuk setiap kali

produksi.

1) Untuk keadaan persediaan bahan baku tebu yang telah pasti

a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis

(Q)/bulan

Q = (Yamit, 1996)

b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian

(Q harian)

Q/hari= Q/30

Page 44: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2) Untuk keadaan kemungkinan kekurangan bahan baku tebu

a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis

(q)/bulan

q =

b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian

(q harian)

q/hari = q/30

c. Analisis Selisih Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan

Perusahaan Dan Metode EPQ

Analisis ini merupakan analisis yang menggambarkan perbedaan

besarnya selisih produksi bahan baku tebu yang ekonomis (EPQ)

dengan produksi bahan baku tebu yang dilakukan dengan menggunakan

kebijakan perusahaan yang telah berjalan selama ini sehingga dapat

dibandingkan kuantitas persediaan bahan baku tebu. Kriterianya adalah

jika kuantitas persediaan bahan baku tebu yang diperoleh dari analisis

EPQ lebih kecil dari kuantitas persediaan bahan baku tebu yang

diperoleh dari kebijakaan perusahaan maka dapat dikatakan bahwa

perusahaan tersebut sudah efisisen.

2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku

a. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Menurut Kebijakan Perusahaan

Biaya persediaan yang dikeluarkan menurut kebijakan perusahaan

dapat berupa biaya persediaan bahan baku yang diselenggarakan

berdasarkan kebijakan perusahaan yang dapat diketahui dari adanya

informasi-informasi yang diperoleh langsung dari perusahaan yang

bersangkutan, yaitu PG Gondang Baru.

b. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ

(Economic Production Quantity)

1) Untuk keadaan persediaan bahan baku tebu yang telah pasti

Page 45: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

a) Total biaya pengadaan bahan baku tebu yang dikeluarkan pada

kuantitas persediaan ekonomis dalam satu bulan adalah:

TC =

b) Total biaya pengadaan bahan baku tebu yang dikeluarkan pada

kuantitas persediaan ekonomis dalam satu hari adalah:

TC = 30

PD

-12 ÷øö

çèæ

=DSH

2) Untuk keadaan kemungkinan kekurangan bahan baku tebu

a) Total biaya pengadaan bahan baku tebu yang dikeluarkan pada

kuantitas persediaan ekonomis dalam satu bulan adalah:

TC* =

b) Total biaya pengadaan bahan baku tebu yang dikeluarkan pada

kuantitas persediaan ekonomis dalam satu hari adalah:

TC* =

Keterangan:

Q* = Jumlah produksi bahan baku tebu yang ekonomis

(kuintal)

D = kuantitas tebu giling (kuintal) setiap musim giling (Mei-

Agustus)

S = Biaya persiapan produksi (Rp) selama musim giling

(Mei-Agustus)

H = Biaya analisa tebu per kuintal (Rp)

P = Kuantitas tebang angkut (kuintal) setiap musim giling

(Mei-Agustus)

b = Biaya saat kekurangan persediaan bahan baku tebu (Rp)

setiap musim giling (Mei-Agustus)

Page 46: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

q = Jumlah produksi bahan baku tebu yang ekonomis saat

terjadi kekurangan bahan baku tebu setiap musim giling

(Mei-Agustus)

TC =Total biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien saat

keadaan bahan baku pasti

TC*= Total biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien saat

keadaan kekurangan bahan baku

30 = Jumlah hari (rata-rata banyak hari produksi setiap bulan)

c. Analisis Selisih Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan

Perusahaan Dan Metode EPQ

Biaya total dikatakan efisien apabila analisis EPQ lebih besar dari

biaya total perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan

analisis perbandingan biaya persediaan bahan baku yang optimal

(EPQ) dengan biaya persediaan bahan baku yang diselenggarakan

berdasarkan kebijakan perusahaan yang telah berjalan selama ini.

3. Analisis Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen

Untuk menganalisis penjadwalan dilakukan dengan metode JIT (Just

In Time Prodution System). Metode ini digunakan untuk mengetahui

gambaran kinerja perusahaan yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga

dapat diketahui permasalahan, hal-hal yang sedang terjadi serta

kemungkinan selama musim tanam, musim tebang, dan musim giling.

Penjadwalan dilakukan dengan melihat data curah hujan selama lima

tahun terakhir dari daerah yang diamati. Dalam hal ini daerah yang diamati

adalah Kabupaten binaan PG Gondang Baru yaitu Kabupaten Klaten,

Boyolali, Salatiga, dan Semarang. Selain itu, juga harus diketahui kadar air

dari tanaman tebu sendiri karena masa tanam maupun masa panen

nantinya terkait dengan kadar air yang disebabkan dari curah hujan yang

ada di daerah binaan tersebut. Dengan mensinkronkan kadar air tanaman

tebu dengan curah hujan di setiap daerah diharapkan masa giling dapat

berjalan lancar.

Page 47: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

IV. KONDISI UMUM PABRIK GULA GONDANG BARU

A. SEJARAH PERUSAHAAN

Pabrik Gula Gondang Baru semula bernama Pabrik Gula Gondang

Winangoen. Didirikan pada tahun 1860 oleh N.V Klatensche Cultuur Maats

Chapij yang berkedudukan di Amsterdam (Belanda). Pengelolaannya

dilaksanakan oleh N.V Mirandotte Voute dan Co yang berkedudukan di

Semarang, Jawa Tengah.

Pada tahun 1930-1935 pabrik tidak berproduksi karena adanya krisis

ekonomi. Tahun 1935-1942 pabrik beroperasi kembali di pimpinan Boerman

dan M.F Bremmers. Tahun 1942-1945 pabrik gula Gondang Winangoen

dikuasai oleh Jepang yang dipimpin Niskio dan Inogaki tetapi

pengelolaannya dibantu M.F Bremmers seorang dari Belanda. Ketika terjadi

reformasi kemerdekaan tahun 1945 pabrik gula dikuasai oleh bangsa

Indonesia yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara

(BPPGN) dan dipimpin oleh Doekoet (1945-1948).

Tahun 1948 terjadi agresi militer Belanda kedua sehingga pbrik tidak

beroperasi. Tahun 1950 pabrik baru berproduksi kembali. Berdasarkan surat

keputusan pemerintah Republik Indonesia, maka pada bulan Desember 1957

Pabrik Gula Gondang Winangoen sepenuhnya menjadi milik Pemerintah

Republik Indonesia yang pengelolaannya diserahkan kepada PPN

(Perusahaan Perkebunan Negara) unit Semarang yang dipimpin oleh R. Imam

Soempeno (1957-1960). Dan nama Gondang Winangoen diganti menjadi

Gondang Baru.

Adanya pereturan pemerintah No. 14 tahun 1968 yang menyatakan bahwa

PPN Jawa Tengah V dibubarkan dan dibentuk PNP (Perusahaan Negara

Perkebunan) XVI yang berkedudukan di Surakarta dan pabrik gula Gondang

Baru masuk ke dalam PNP XVI. Namun pada tahun 1981 dengan terbitnya

peraturan pemerintah No. 19 tahun 1966 tertanggal 1 April 1996 pabrik gula

Gondang Baru masuk ke dalam PT. Perkebunan Nusantara IX (persero)

Divisi Tanaman Semusim hingga saat ini.

Page 48: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Sebagai BUMN yang bergerak di bidang perkebunan, PG Gondang Baru

disamping mencari keuntungan dari usaha yang dilakukan, juga berusaha

mewujudkan tujuan lain yang tercakup dalam Tri Dharma Perkebunan yaitu :

a. Menghasilkan devisa bagi Negara dengan cara seefisien mungkin

b. Memenuhi fungsi sosial, diantaranya adalah penambahan lapangan kerja

bagi Warga Negara Indonesia.

c. Pemeliharaan kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan

kesuburan tanah serta tanaman.

B. Lokasi Perusahaan

Pabrik gula Gondang Baru Klaten terletak di Desa Plawikan, Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten. Pabrik gula Gondang Baru Klaten terletak + 5

Km dari arah barat Kota Klaten di tepi Jalan Raya Yogyakarta-Solo. Pabrik

gula Gondang Baru adalah salah satu perusahaan gula yang berada di bawah

pengawasan PT. Perkebunan Nusantara IX yang berkantor pusat di jalan

Ronggowarsito 164 Surakarta. Lokasi kerja pabrik gula Gondang Baru

terletak pada batas-batas wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

2. Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

3. Sebelah Barat : Kabupaten Sleman

4. Sebelah Selatan: Kabupaten Gunung Kidul

Pemilihan lokasi pabrik gula Gondang Baru sangat strategis untuk

produksi gula karena terletak di tengah-tengah lahan pertanian yang ada.

Lahan yang digunakan untuk penanaman tebu berupa lahan sawah dan

tegalan. Pabrik gula Gondang Baru Klaten memiliki areal tanam tebu di

daerah Kabupaten Klaten, Semarang, Salatiga dan Boyolali. Luas areal dan

produksi gula di wilayah kerja Pabrik gula Gondang Baru dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 49: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2. Luas Areal Tebu Dan Produksi Gula tahun 2011 di 4 wilayah kerja PG Gondang Baru

Kabupaten Luas Areal (ha) Produksi

Tebu (Ku) Kristal Gula (Ku)

Klaten 1.181.667 696.272 43.546

Boyolali 29.655 28.442 1.714

Salatiga 20.167 9.902 641

Semarang 31.150 16.634 966

Sumber: PG Gondang Baru

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa luas areal tanam tebu terbesar

adalah di kabupaten Klaten yakni seluas 1.181.667 ha dan yang terkecil

adalah di Kabupaten Salatiga seluas 20.167 ha. Dengan demikian produksi

tebu dan gula yang paling besar dan paling kecil juga di Kabupaten Klaten

dan Kabupaten Salatiga yaitu sebanyak 696.272 kuintal tebu dan 9.902

kuintal tebu. Produksi gula terbesar dan terkecil adalah sebanyak 43.546

kuintal dan 641 kuintal.

Pemilihan lokasi pendirian pabrik di daerah Plawikan, Jogonalan, Klaten

disebabkan oleh beberapa pertimbangan antara lain :

a. Merupakan industri hulu, yaitu industri yang lokasinya berdekatan dengan

penghasil bahan baku utama sehingga kelancaran proses produksi dapat

dijaga.

b. Dekat dengan sumber air untuk kebutuhan proses produksi.

c. Dekat dengan tenaga kerja,baik tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja

biasa.

d. Areal tanah di sekitar pabrik cocok untuk tanaman tebu dan angkutan

Di samping alasan tersebut di atas, pendirian PG. Gondang Baru juga

didukung oleh sumber / kondisi alam setempat yang sangat menunjang antara

lain:

a. Iklim

Tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan

subtropis. Suhu optimal bagi tanaman tebu adalah 24 derajat Celcius

Page 50: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sampai 30 derajat Celcius, sedangkan suhu di daerah PG. Gondang Baru

berkisar antara 27,5 derajat Celcius sampai 29,7 derajat Celcius. Jadi

kondisi tersebut sangat mendukung pertumbuhan tanaman tebu.

b. Tinggi Tempat

Keadaaan topografi di wilayah PG. Gondang Baru adalah antara datar

sampai bergelombang dengan ketinggian sekitar 155 – 350 m di atas

permukaaan air laut.Ketinggian tersebut memenuhi syarat untuk

pertumbuhan tanaman tebu, yakni kurang dari 500 meter di atas

permukaan air laut.

c. Curah Hujan

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tidak

kurang dari 2 musim per tahun

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam menjalankan

suatu perusahaan. Dan PG Gondang Baru tidak mengalami kesulitan untuk

mendapatkan tenaga kerja, karena mengingat jumlah penduduk kota klaten

yang cukup padat sehingga tenaga kerja cukup tersedia.

Lokasi PG Gondang Baru cukup strategis yakni terletak di pinggir jalan

raya utama yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Surakarta. Letak

pabrik yang di tepi jalan raya memudahkan proses pemasukan bahan baku

maupun proses distribusi produksi. Selain itu berbagai fasilitas transportasi

yang dimiliki PG. Gondang Baru untuk menunjang kelancaran aktifitas

produksi, antara lain : mobil dinas, lori yang dijalankan dengan loko uap dan

loko diesel dimana sekarang digantikan dengan truk karena dianggap lebih

praktis, efektif, dan efisien.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Aset terbesar sebuah perusahaan adalah sumber daya manusia. Tanpa alur

koordinasi yang baik kumpulan sumberdaya manusia tidak dapat berjalan

selaras untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu diperlukan struktur

organisasi yang baik dengan alur yang jelas. Inti pengorganisasian adalah

pembagian tugas atau fungsi serta tanggungjawab kerja agar tujuan dapat

Page 51: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tercapai secara efektif dan efisien. Struktur organisasi merupakan hal penting

untuk menetukan tugas dan tanggungjawab antar unit organisasi dalam

perusahaan, dan mendorong unit-unit organisasi tersebut bekerja sesuai

dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Pabrik gula Gondang Baru merupakan sebuah perusahaan yang berada di

bawah pengawasan PT. Perkebunan Nusantara IX. Pabrik gula Gondang Baru

dipimpin oleh seorang administratur dan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu

oleh Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Administrasi Keuangan dan

Umum, Kepala Bagian Instalansi dan Kepala Bagian pengolahan. Struktur

organisasi di Pabrik gula Gondang Baru adalah sebagai berikut:

Keterangan:

SKK = Sinder kebun kepala

SKW = Sinder kebun wilayah

Gambar 2. Struktur Organisasi Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

St.bangunan

St.Listrik dan Loko

St.Ketelan

KA Sub Tebang

KA Kantor

Litbang SKW IV

SKW V

SKW VI

SKW I

SKW II

SKW III

Gudang Hasil

TU Hasil

TU GF

Agrowisata

BP

Gudang Material

Keuangan Pembu-kuan

SDM dan

umum

SKK RYN Barat

SKK RYN Timur

Kepala Pengolahan

Kepala Instalasi

Kepala A.K.U

Administratur

Kepala Tanaman

St.Gilingan

St.P tengah

Chemiker

Staf prosesing

Staf gudang

gula

Staf timbangan

gula St. Puteran

Page 52: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1. Direksi

Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX berkedudukan di Jalan

Ronggowarsito No. 164 Surakarta, Jawa Tengah. Tugas dan

tanggungjawab seorang ireksi adalah:

a. Memimpin dan mengkoordinir pabrik yang berada di wilayah

kekuasaannya.

b. Menentukan kebijakan-kebijakan umum/program-program yang akan

ditempuh dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

c. Mengadakan hubungan horisontal dengan pihak pemerintah serta

mengadakan hubungan dengan pabrik-pabrik yang berada di daerah

Jawa Tengah dan sekitarnya.

d. Menerima segala macam kegiatan/aktifitas di dalam pabrik/

2. Administratur

Administratur merupakan pimpinan pabrik yang bertanggung jawab

langsung kepada direksi mengenai persoalan yang terjadi di dalam

perusahaan. Tugas dan tanggung jawab seorang administratur adalah:

a. Bertanggung jawab kepada direksi terhadap semua proses produksi.

b. Menyusun perencanaan dan pelaksanaan kerja dalam perusahaan

berdasarkan hasil evaluasi hsil kerja pabrik dan merehabilitasi

pembangunan serta pengembangan perusahaan untuk meningkatkan

efisiensi pada tahun yang akan datang.

c. Melakukan manajemen meliputi keseluruhan keputusan dan kebijakan

yang diterapkan oleh direksi.

3. Kepala Tanaman

Bertanggung jawab atas tersedianya bahan baku dalam proses produksi,

dan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menentukan program kerja untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya.

b. Bertanggung jawab atas kualitas tanaman tebu, meliputi; penyediaan

bibit, pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman dan penebangan tebu.

Page 53: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

c. Merencanakan jumlah hasil panen tebu dalam setiap musim tanam,

tingkat redimen tebu, merencanakan waktu dan lamanya hari giling.

4. Kepala Administrasi Keuangan dan Umum

Bertanggung jawab mengelola keuangan perusahaan, dengan tugas

utamanya yaitu:

a. Melaksanakan fungsi manajemen bagian Aku (manajemen keuangan

dan personalia.

b. Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan dibidang administrasi keuangan

dan umum.

c. Melaksanakan koordinasi dengan lain bagian untuk menjamin

kelancaran tugas lintas bagian.

d. Bertanggung jawab atas semua hasil kinerjanya kepada atasan langsung

(Administratur).

Kepala AKU membawahi empat seksi yaitu:

a. Staf Keuangan dan Tata UsahaHasil.

b. Staf Pembukuan dan Tata Usaha Gudang Finansial (TUGF).

c. Staf Sumber daya Manusia dan Umum, Agrowisata dan BP.

d. Staf Gudang dan Material.

5. Kepala Instalasi

Bertanggung jawab atas persiapan dan kelancaran jalannya mesin atau alat

proses, baik perusahaan dalam masa giling maupun dalam keadaan

perawatn mesain. Kepala Instalasi mempunyai tugas utama yaitu:

a. Mengkoordinir cara kerja pegawainya.

b. Meningkatkan keahlian para pegawainya.

c. Membantu jalannya produksi secara keseluruhan terutama yang

berhubungan dengan mesin pabrik.

Kepala instalasi dalam menjalankan tugas dibantu oleh beberapa pembantu

masinis yaitu masinis pabrik tengah, masinis stasiun gilingan, masinis

listrik, masinis ketel, masinis garasi, masinis besali, masinis loko, masinis

putaran, dan masinis bangunan.

Page 54: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

6. Kepala Pengolahan (Pabrikasi)

Bertanggung jawab atas proses pembuatan gula, selain itu juga memantau

kualitas gula yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh Ahli

Kimia (Chemicer) yang bertanggung jawab atas laboratorium dan

kelancaran giling. Adpun tugas utamanya adalah:

a. Melaksanakan kegiatan teknik operasional dalam bidang pengolahan

baik teknis, administrasi, mauun financial guna menjamin kelanancaran

proses produksi sehingga memperoleh hasil yang memenuhi

persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas.

b. Memberikan saran umpan balik dan pendapat mengenai persoalan

bidang pengolahan sebagai bahan pertimbangan usaha pabrik.

c. Mengkoordinir serta mengawasi segala kegiatan teknologi selama masa

giling dan diluar masa giling.

D. Ketenagakerjaan

Surat Keterangan Kanwil Departemen Tenaga Kerja tentang peraturan

perusahaan, karyawan di PG Gondang Baru Klaten dibagi menjadi tenaga

kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap.

1. Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja Tetap

Karyawan yang dipekerjakan untuk waktu yang tidak tertentu dan pada

saat dimulai hubungan kerja didahului dengan masa percobaan selama 3

bulan. Tenaga kerja tetap ini dibedakan menjadi 2 yaitu, karyawan

pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pimpinan adalah

karyawan yang mempunyai unsur pimpinan yang melaksanakan

kebijakan direksi dan bertanggungjawab penuh terhadap tugasnya

berjumlah 28 orang. Karyawan pelaksana adalah karyawan yang

melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan oleh karyawan pimpinan

berjumlah 244 orang.

b. Tenaga kerja tidak tetap

Tenaga kerja tidak tetap adalah karyawan yang mempunyai hubungan

kerja hanya pada waktu tertentu. Karyawan tidak tetap dibedakan

Page 55: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

menjadi karyawan musiman dan karyawan borongan. Karyawan

musiman adalah karyawan yang melakukan suatu pekerjaan tertentu

hanya pada musim giling berjumlah 278 orang. Karyawan borongan

adalah karyawan yang mendapatkan berdasarkan pada hasil dan waktu

kerja yang digunakan berjumlah 52 orang di luar musim giling dan 525

orang pada saat musim giling.

2. Penarikan dan Pengupahan Tenaga Kerja

Penarikan tenaga kerja di PG Gondang Baru ada dua macam, yaitu

untuk pelamar yang berasal dari lulusan SMA atau sederajat ditangani oleh

bagian sumber daya manusia bersama bagian lain dan administratur,

sedangkan untuk pelamar berijazah sarjana prosedur penerimaannya

langsung ditangani oleh Direksi. Sistem pengupahan di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) PG. Gondang Baru Klaten, Jawa Tengah

disesuaikan dengan upah minimum Kabupaten (UMK)

3. Hari dan Jam Kerja

Pembagian waktu kerja untuk semua bagian di PG. Gondang Baru adalah

sebagai berikut :

a. Selama masa giling atau produksi (Administratur, Bagian TUK, Bagian

Tanaman)

i. Senin – Kamis masuk pukul 06. 45 – 14.00 WIB

ii. Jum’at masuk pukul 06.45 – 11.30 WIB

iii. Sabtu masuk pukul 06. 45 – 13.00 WIB

b. Selama masa giling atau produksi (Bagian Pabrikasi dan Instalasi)

Terdiri atas 3 kelompok yang bekerja selama 24 jam dan terbagi atas :

i. Shift 1 atau pagi , masuk pukul 06.00 – 14.00 WIB

ii. Shift 2 atau siang , masuk pukul 14.000 – 22.00 WIB

iii. Shift 3 atau malam , masuk pukul 22.00 – 06.00 WIB

c. Diluar masa Giling (untuk semua bagian)

i. Hari Senin – Kamis pukul 06.45 – 14.00 WIB

ii. Hari Jum’at pukul 06.45 – 11.30 WIB

iii. Hari Sabtu pukul 06.45 – 13.00 WIB

Page 56: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

4. Kesejahteraan Pegawai

Untuk ketentuan upah di PG. Gondang Baru, perusahaan selalu

mengacu kepada SKB Menteri Tenaga Kerja yang berlaku. Selain upah,

perusahaan juga memberikan jaminan hari tua bagi karyawan yang

berdasarkan SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pertanian No.

840/Kpts/Hk/II/90 dan Kep. 595/Men/90 tentang peraturan pensiun dan

santunan hari tua karyawan bulanan dan harian tetap.

Adanya jaminan sosial bagi tenaga kerja di perusahaan tersebut sesuai

dengan UU No. 3 Tahun 1992, yaitu tentang penyelenggaraan program

JAMSOSTEK. Direksi memutuskan untuk melaksanakan program

JAMSOSTEK tersebut sejak tanggal 1 Juli 1993. Upaya perusahaan untuk

meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya dengan

menyediakan fasilitas diantaranya :

a. Menyediakan rumah dinas dengan fasilitas listrik dan air, Untuk

fasilitas ini belum semua karyawan mendapatkanya, bagi karyawan

yang belum

b. mendapatkan kesempatan menempati rumah dinas, perusahaan

memberikan bantuan berupa penggantian sewa rumah, biaya listrik dan

air yang besarnya bervariasi sesuai dengan golongannya.

c. Biaya pengobatan baik rawat inap maupun rawat jalan ditanggung

100% oleh perusahaan.

d. Disediakan sarana olahraga.

e. Diberi tunjangan untuk karyawan dan keluarganya yang meninggal

dunia.

f. Diberi tempat ibadah bagi karyawan.

g. Pemberian penghargaan kepada karyawan yang telah mempunyai masa

kerja selama 25 tahun, 30 tahun, dan 35 tahun.

h. Diberikan bantuan kepada anak karyawan yang berprestasi

i. Didirikan koperasi karyawan.

Page 57: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

E. Proses Pengolahan Gula

1. Penyediaan Bahan Utama (Tebu)

Pengadaan bahan baku tebu di pabrik gula Gondang Baru berada di

bawah tanggung jawab bagian tanaman. Dalam melakukan kegiatan

pemanenan yang perlu dipersiapkan adalah kebun yang layak tebang, tebu

sudah dikelupas dua kali. Tebu masak sesuai umur didasarkan pada hasil

analisa pendahuluan. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu

diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan

perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.

Bahan baku yang digunakan oleh pabrik gula Gondang Baru adalah

tebu yang berasal dari petani. Varietas tebu yang digunakan untuk bahan

baku antara lain: BZ 132, PL 54, PS 851, PS 176, PS 79 dan PS 864.

Kebutuhan pabrik dipenuhi dengan, mendatangkan tebu dari tiga sumber

yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar.

Bahan baku tebu tersebut berasal dari 4 wilayah antara lain Kabupaten

Klaten, Boyolali, Salatiga dan Semarang. Bahan baku tanaman tebu

diperoleh dari lahan melalui kemitraan dengan petani tebu rakyat.

Kemitraan yang ada di PG Gondang Baru terdiri 2 macam, yaitu kemitraan

A (KmA) dan kemitraan B (KmB). Kemitraan A (KmA) adalah kerjasama

yang dijalin oleh PG Gondang Baru dengan petani tebu rakyat dengan cara

menyewa lahan milik petani sehingga lahan tersebut sepenuhnya dikelola

oleh PG dengan memberikan jaminan pendapatan kepada petani.

Kemitraan B (KmB) adalah kerjasama yang dijalin oleh PG Gondang Baru

dengan petani tebu rakyat dengan cara petani sepenuhnya mengelola lahan

untuk ditanami tebu dengan pendampingan teknis dari PG dan pemberian

bantuan keuangan kepada petani untuk melakukan usatani tebu. Di PG

Gondang Baru sendiri pasokan tebu 80% diperoleh dari sistem kemitraan

B dan sisanya 20% melalui kemitraan A. hal tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 58: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 3. Luas Area dan Produksi Tebu Kemitraan A (KmA) dan Kemitraan B (KmB) Di PG Gondang Baru Tahun 2009-2011

Tahun

Kemitraan A (KmA) Kemitraan B (KmB)

Luas (Ha)

Produksi Tebu (Ku)

Produkti-vitas Tebu (Ku/Ha)

Luas (Ha)

Produksi Tebu (Ku)

Produkti-vitas Tebu (Ha/Ku)

2009 203,85 95.552 468,74 1.682,74 926.109 550,36 2010 201,40 137.629 683,36 944,73 602.967 638,24 2011 348,47 210.611 604,39 943,80 551.441 584,27

Sumber: Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar bahan baku

tebu yang ada di PG Gondang Baru diperoleh melalui sistem kemitraan B.

Luas area terbesar terjadi pada tahun 2009 melalui kemitraan B yaitu

seluas terbesar 1.682,74 hektar dengan produksi tebu sebanyak 926.109

kuintal. Luas area terbesar melalui kemitraan A terjadi pada tahun 2011

yaitu seluas terbesar 348,47 hektar dengan produksi tebu sebanyak

210.611 kuintal. Rata-rata produktivitas tebu kemitraan A lebih baik dari

pada kemitraan B, dapat dilihat pada tahun 2010 dan 2011. Produktivitas

tebu kemitraan A sebesar 683,36 kuintal per hektar dan 604,39 kuintal per

hektar, sedangkan produktivitas tebu kemitraan B sebesar 638,24 kuintal

per hektar dan 584,27 kuintal per hektar. Perbedaan ini disebabkan karena

pada kemitraan A tebu dapat dikelola langsung oleh pihak PG.

2. Bahan Pembantu

Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses

produksi gula bahan-bahan ini digunakan dalam proses-proses tertentu

seperti pada stasiun pemurnian dan stasiun penguapan. Bahan pembantu

yang digunakan oleh pabrik gula Gondang Baru dalam proses pembuatan

gula pasir kristal antara lain:

a. Batu Kapur

Kapur digunakan dalam proses pemurnian yang diberikan dalam

bentuk susu kapur (Ca(OH)2) yang diperoleh dengan jalan

memadamkan kapur tohor dalam sebuah tromol dengan menggunakan

air panas suhu 50°C.

Page 59: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Belerang

Pembakaram belerang pada tobong belerang berfungsi untuk

menghasilkan gas SO2 pembakaran dilakukan dengan cara pemberian

udara kering yang dihembuskan ke dalam tobong.

c. Cokes dan Briket

Cokes dan Briket digunakan bersama pada saat pembakaran batu

kapur di dalam tobong yang akan menghasilkan kapur tohor dan gas

CO2, selanjutnya gas CO2 dihisap oleh pompa dan keluar dari kapur.

Sedangkan CaO sebagai kapur tohor dikeluarkan dari tobong, masuk

dalam tromol pemadam kapur untuk selanjutnya diberikan air sehingga

menghasilkan susu kapur. Briket digunakan sebagai tambahan dalam

pembakaran batu kapur di dalam tobong gamping. Tujuan diberikan

briket agar pembakaran berlangsung cepat karena sifat briket adalah

mempercepat panas. Briket dibuat dari campuran antrasit, ampas dan

abu ketel. Ketiga bahan tersebut dicampur kemudian dicetak dan

dibakar dalam tungku.

3. Proses Pengolahan

Proses pengolahan gula pasir dimulai dari stasiun penimbangan. Tebu

yang baru datang di pabrik ditimbang dulu sebelum diolah. Stasiun

penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan

diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut

menggunakan truk. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di

Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling.

Sebelum dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk

mengetahui brix tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 sampai

20. Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane

Scale). Alat timbang yang digunakan di PG. Gondang baru ada 3 macam :

a. Jembatan Timbang berfungsi untuk menimbang tebu yang berada

dalam lori/truk dengan cara menimbang berat truk beserta tebunya

(bruto), karena berat lori/truk diketahui maka berat tebu (netto) dapat

diketahui.

Page 60: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b. Jembatan Timbang Elektronik sama dengan jembatan timbangan cepat

hanya saja menggunakan sistem digital.

c. Digital Crane Scale digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam

truk tanpa menimbang truknya. Cara kerjanya, tebu diangkat

menggunakan crane kemudian ketika sudah terangkat dilihat berat yang

tercatat pada pencatat digital dan hasilnya dicetak untuk dilaporkan.

Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan

menggunakan lori untuk diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan

yang dilakukan di PG. Gundang Baru adalah sistem FIFO (First In

First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu

pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama

(>36 jam), karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan

kerusakan tebu akibat sinar matahari maupun mikro organisme atau

bakteri. Selain itu juga terjadi proses fermentasi sukrosa menjadi

alkohol.

Proses pengolahan atau proses pabrikasi gula merupakan proses

pengambilan gula yang ada dalam bentuk terlarut di batang tebu sebanyak-

banyaknya dengan mengupayakan agar kehilangan gula akibat proses

tersebut sesedikit mungkin. Dilaksanakan melalui beberapa tahap proses,

yaitu :

1) Tahap pemerahan yang dilaksanakan di stasiun gilingan.

2) Tahap pemisahan kotoran yang dilaksanakan di stasiun pemurnian.

3) Tahap pemisahan air yang dilaksanakan di stasiun penguapan.

4) Tahap pengkristalan yang dilaksanakan di stasiun masakan.

5) Tahap pemisahan kristal yang dilaksanakan di stasiun puteran.

6) Didukung oleh pembangkit tenaga di stasiun ketelan dan listrik.

Secara sederhana proses dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 61: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 3. Bagan Alur Pengolahan Gula

Tebu merupakan bahan utama dan bahan pembantu proses dengan

produk utama berupa SHS (Superior High Sugar) dan Tetes serta produk

ikutan berupa ampas tebu yang digunakan untuk bahan bakar di stasiun

ketelan dan produk blotong yang merupakan bahan baku pembuatan

kompos.

1. Stasiun Gilingan/Ekstrasi

Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang

didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk

mengambil nira yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara

yang efektif, efisien, dan ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk

memperoleh nira mentah dari tebu, memisahkan gula dari ampasnya dan

sekaligus menimbang hasil nira mentah sebelum masuk unit pemurnian.

Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan

ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan,

antara lain:

a. kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan

kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu

b. persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis

pencacahan awal

c. air imbibisi

d. derajat kompresi terhadap ampas

e. jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol,

setelan gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan

Tebu

Ampas Blotong Limbah Cair, Padat, dan

Gas

PABRIK SHS dan Tetes

Bahan Pembantu

Page 62: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tugas stasiun gilingan adalah memerah gula yang ada dalam

bentuk terlarut didalam batang tebu sebanyak-banyaknya dengan

mengupayakan agar kehilangan gula terbawa ampas sesedikit mungkin.

karena gula berada dalam bentuk terlarut dalam sel-sel batang tebu.

Alat Cane preparation digunakan agar pemerahan dapat berjalan

maksimal dengan cara batang tebu dihancurkan dahulu untuk

selanjutnya diperah di beberapa unit gilingan dan diberi air pembilas

yang lebih dikenal dengan dengan sebutan air imbibisi.

Input di stasiun gilingan berupa tebu dan air imbibisi, output dari

stasiun gilingan berupa ampas dan cairan larutan gula hasil perahan

gilngan yang disebut nira mentah. Ampas digunakan untuk bahan bakar

di stasiun ketelan (stasiun pembangkit tenaga uap), sedang nira mentah

selanjutnya di proses di stasiun pemurnian.

Mesin-mesin yang dimiliki oleh PG Gondang Baru di stasiun

gilingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Gilingan Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (Unit)

1 Lier Penarik Lori menarik lori ke meja tebu, dengan kapasitas 10 lori tebu (@7 ton)

1

2 Garuk Tebu mengatur tebu ke meja tebu 1 3 Meja Tebu menampung tebu sebelum masuk ke

krepyak tebu, jenisnya ada 2 yaitu meja tebu diam dan meja tebu berputar.

2

4 Krepyak Tebu Berfungsi untuk menampung tebu sebelum masuk ke crusher

1

5 Crusher memecah tebu menjadi bagian yang lebih kecil sehingga memudahkan dalam pemerasan. Terdiri dari mesin penggerak dan Roll Mill

2

6 Gilingan Tebu memeras tebu untuk diambil niranya 4 7 Garuk Ampas

Gilingan V mengankut ampas dari gilingan 5 ke ketel

36

8 Saringan getar menampung dan menyaring nira dari crusher

1

9 Pompa Nira Kasar

memompa nira mentah ke timbangan nira

2

10 Pompa Air Imbibisi

memompa nira menuju gilingan 4 2

Sumber: Data Sekunder, 2011

Page 63: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Stasiun Pemurnian

Tahap kedua dalam proses pengolahan gula adalah di stasiun

pemurnian. Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan

penting dalam produksi gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat

mempengaruhi kualitas dari gula yang dihasilkan. Adapun tujuan dari

proses pemurnian yaitu menghilangkan sebanyak mungkin kotoran yang

terdapat dalam nira mentah dengan tetap menjaga agar jangan sampai

sukrosa maupun gula reduksinya mengalami kerusakan pada aliran

proses pada unit pemurnian. Prinsip dasar disini adalah mengikat bukan

gula dengan reagen tertentu menjadi endapan sehingga dapat

dipisahkan. Semakin banyak endapan dibentuk akan semakin baik

kinerja stasiun pemurnian. Berhasil tidaknya stasiun pemurnian

berperan langsung pada kualitas produk SHS, kecepatan penguapan di

stasiun penguapan serta kecepatan dan kemudahan kristalisasi di stasiun

masakan.

Kandungan zat anorganik nira mentah bersifat asam. Langkah

pertama di stasiun pemurnian adalah menetralkan asam tersebut.

Penetralan dilaksanakan dengan menambahkan larutan yang bersifat

basa. Bahan basa dipilih yang dapat bereaksi dengan asam dengan hasil

reaksi berupa endapan, sehingga dapat dipisahkan dari nira. Dengan

demikian, semakin banyak endapan yang terbentuk akan semakin baik

hasil kinerja pemurnian. Mesin-mesin yang berfungsi untuk pemurnian

nira di PG Gondang Baru dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 64: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 5. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Pemurnian Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (Unit)

1 Bak Penampung Nira Mentah

menimbang nira mentah sebelum masuk ke pemanas pendahuluan

1

2 Timbangan Nira Mentah

Menampung nira mentah dari timbangan nira dengan kapasitas 2700 Kg

1

3 Pompa Nira Yang Sudah di Timbangan

memompa nira mentah menuju pemanas I

1

4 Pemanas Nira I memanaskan nira mentah samapai 55°C dengan luas permukaan 38 m2.

4

5 Bejana Karbonatasi I

memurnikan nira dengan susu kapur dan kemudian dialiri gas CO2 dengan ukuran 1650 x 2750 x 4800 mm.

6

6 Filter Press I menyaring endapan CaCO3 dan kotoran yang terbentuk dari bejana karbonatasi I

6

7 Bejana Karbonatasi II

Menurunkan kelebihan Ca2+ dan mengendapkan kotoran yang masih tersisa

2

8 Pemanas Nira II

memanaskan nira bersih sampai suhu 70°C dengan luas permukaan 38 m2

4

9 Filter Press II menyaring endapan CaCO3 dan kotoran yang terbentuk dari bejana karbonatasi II

6

10 Bejana Sulfitasi menetralkan pH nira bersih sampai pH = 6,8 yaitu dengan mengalirkan gas SO2 dengan ukuran volume 1950 x 2800 mm.

2

11 Bak Penampung Nira Muda

untuk menampung nira hasil proses sulfitasi

1

Sumber: Data Sekunder, 2011

3. Stasiun Penguapan

Tahap ketiga pengambilan sukrosa dari tanaman tebu yang

dilaksanakan di pabrik gula setelah tahap pemerahan di stasiun gilingan

dan tahap pembuangan sebagian bukan gula di stasiun pemurnian.

Penghilangan air atau penguapan dilaksanakan di dua stasiun yaitu

stasiun penguapan dan stasiun masakan. Stasiun penguapan bertugas

Page 65: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

menguapkan air dari nira encer sampai larutan mencapai kondisi

mendekati jenuh (% brix 60 – 70) biasa disebut nira kental, sedang

stasiun masakan bertugas menguapkan air sampai terbentuk kristal

sukrosa. Adapun fasilitas mesin yang ada di stasiun ini dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penguapan Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (Unit)

1 Pemanas Nira III

memanaskan nira sampai suhu 110-115°C sebelum masuk evaporator

2

2 Pan Penguap menguapkan air yang ada pada nira samapai diperoleh nira 65°Brik

7

3 Kondenspot untuk menampung air dari pan penguap IA dan IB dengan diameter pipa 3”

3

4 Kondensor Barometrik

mengembunkan uap dari pan penguap yang terakhir dengan diamater pipa 12”

1

5 Pompa Air injeksi

menghisap udara pada kondensor dengan ukuran diameter pipa hisap 12,5” dan pipa tekan 12”

1

6 Pompa vakum menghisap udara pada kondensor barometrik dengan diameter pipa 884 x 650 mm

1

Sumber: Data Sekunder, 2011

4. Stasiun Masakan (Kristalisasi)

Tujuan kristalisasi adalah menguapkan air yang terdapat pada nira

kental dan membentuk kristal gula pada diameter sesuai ukuran dengan

menekan kehilanagan gula seminimal mungkin. Besarnya ukuran kristal

disesuaikan dengan tingkat masakan (A,B dan D) sehingga pemisahan

kristal di puteran dapat menghasilkan kristal gula sesuai standar. Nira

kental dari proses penguapan terlebih dahuklu dilakukan proses sulfitasi

lagi sampai pH 5,4-5,6 dengan tujuan memucatkan nira. Hal-hal yang

perlu diperhatikan saat pemasakan yang dapat mempengaruhi proses

kristalisasi antara lain: tekanan uap bekas yang harus dicapai adalah

0,7kg/cm3 dan suhu dalam pan masak 60°C.

Page 66: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a. Masakan A

Sebagai bahan dasar masakan A adalah nira kental, gula

leburan klare SHS. Sejumlah nira kental (diksap) dari pan

penguapan dimasukkan dalam pan masakan lalu dipanaskan sampai

mencapai daerah stabil. Daerah ini bisa diketahuidengan mengambil

larutan tersebut lalu direnggangkan apabila renggangnya sekitar 3-5

cm, maka termasuk daerah metastabil.

Hasil dari masakan A adalah masakan masecute, hasil ini

didinginkan pada palung pendingin A dan kemudian diputar pada

putaran A sehingga didapatkan gula A dan stroop A. Stroop A

dimasukkan ke masakan B dan gula A dicampur dengan gula B dan

diputar lagi di putaran SHS dan dihasilkan gula SHS dan klare SHS.

b. Masakan B

Bahan dasar masakan B adalah stroop A yang dihasilkan dari

masakan A. Cara kerja masakannya sama dengan masakan A dan

hasil dari masakan B diatur di putaran B dan menghasilkan gula B

dan stroop B. Stroop B dimasak lagi pada masakan D dan gula B

dicampur dengan gula A dan diputar di putaran SHS sehingga

dihasilkan gula SHS dan klare SHS.

c. Masakan D

Bahan dasar masakan D adalah stroop B dan klare D. Cara

kerjanya sama dengan masakan B. Hasil masakan D diputar pada

putaran D dan menghasilkan tetes gula D. tetes ditampung pada

tangki penampung yang telah tersedia dan gula D diputar pada

putaran D dan menghasilkan klare D dan gula D2 ini dikembalikan

ke sulfitasi sebagai masakan A dan masakan B.

Page 67: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Adapun fasilitas mesin yang dimiliki oleh PG Gondang Baru dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Masakan Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (unit)

1 Pan Masakan I menampung bahan masakan B dengan luas permukaan 89 m2.

1

2 Pan Masakan II menampung bahan masakan D dengan luas permukaan 109 m2

1

3 Pan Masakan III

menampung bahan masakan D dan sebagian untuk masuk masakan A dan B dengan luas permukaan 73 m2.

1

4 Kondensor Masakan

mengembunkan uap pan masakan 1

5 Pompa Angin Masakan

menarik uap dari kondensor masakan 1

6 Palung Pendingin

mendinginkan masakan dengan ukuran 1600 x 2000 x 6960 mm

16

7 Peti Nira Kental

menampung nira kental dari sulfitasi II

9

8 Bak Stroop A, B, D

menampung hasil masakan sebelum masuk proses masakan selanjutnya.

3

Sumber: Data Sekunder, 2011

5. Stasiun Putaran

Stasiun pemutaran digunakan untuk memisahkan kristal gula

dengan menggunakan prinsip semifugasi. Gula yang diputar tidak

seluruhnya habis masih ada gula yang bercampur dengan larutan yang

disebut stroop dan jika stroop ini sulit dipisahkan dari kristal gulanya

maka disebut sebagai tetes (molases). Hasil proses pengkristalan dalam

pan kristalisasi adalah suatu campuran kristal dengan larutan jenuh

sukrosa.untuk memperoleh kristal dalam bentuk murni, campuran ini

harus dipisahkan dengan penyaringan.

Saringan digunakan untuk memisahkan kristal dengan

menggunakan gaya sentrifugasi. Masakan dimasukkan ke alat pemutar

yang sebagian besar dindingnya terdapat saringan. Karena adanya

sentrifugal maka massa akan dilempar menjauhi titik putarannya.

Page 68: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Dengan adanya saringan maka kristal akan bertahan sedangkan

larutannya akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian

akan terpisah antara kristal dan larutannya. Kotoran yang masih

melekat dalam kristal akan mengering. Untuk menghilangkan kotoran

tersebut kristal disiram dengan air sehingga kotoran akan terlarut dan

dipisahkan lagi dengan pemutar. Di stasiun ini terdapat mesin-mesin

yang fungsi dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Putaran Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (unit)

1 Putaran discontinue

memisahkan kristal dan stroop yang terdiri dari 2 putaran, yaitu

a. Putaran A dan B Ukuran diameter 30” x 18” dengan putaran 1100 rpm

22

b. Putaran SHS Ukuran diameter 30” x 18” dengan putaran A 1200 rpm

12

2 Putaran continue

untuk memisahkan gula-gula D1 dan tetes terdiri dari 2 putaran, yaitu:

a. Putaran gula D1 memisahkan kristal gula D terhadap tetes dengan ukuran 950 x 1750 mm

1

b. Putaran Gula D2 memisahkan kristal gula D1 menjadi gula D2 dengan ukuran 950 x 1750 mm.

2

Sumber: Data Sekunder, 2011

6. Stasiun Penyelesaian

Setelah SHS keluar dari putaran ke penyaringan disebut sistem

penyelesaian. Hasil dari putaran ke penyaringan digunakan talang

goyang yang gunanya untuk menggiring baik secara alami, maupun

blower. Setelah disaring maka didapat gula halus, gula produk dan gula

kerikil. Gula halus dan gula berkerikil dilebur lagi dan dikirim ke

Page 69: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

stasiun pengkristalan untuk diolah di masakan A. Gula produklangsung

dimasukkan ke dalam karung kemasan dengan berat 50 Kgdan

kemudian diperiksa berat sebenarnya dengan timbangan yang presisi

dan selanjutnya disimpan di dalam gudang. Adapun mesin-mesin yang

dimiliki PG Gondang Baru di stasiun penyelesaian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

.Tabel 9. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penyelesaian Di PG Gondang Baru

No Jenis Alat Fungsi Jumlah (unit)

1 Talang goyang

mengeringakan gula dengan bantuan udara kering dengan ukuran 0,18 x 0,9 x 30 m

1

2 Suiker Silo

menampung gula hasil dari saringan talang goyang

1

3 Tangga Yacob (Elevator)

mengangkut gula secara vertikal dari talang goyang ke saringan gula

1

4 Sugar Sack Konveyor

mengangkut gula dalam karung untuk ditumpuk ke dalam gudang.

1

Sumber: Data Sekunder, 2011

4. Limbah Pabrik Gula

Limbah merupakan suatu bahan yang dihasilkan dari suatu proses, baik

yang berwujud padat, cair, maupun gas dan tidak berguna lagi untuk

proses tersebut. Begitu pula proses industri juga akan menghasilkan

limbah. Limbah yang tidak berguna tersebut biasanya dibuang ke

lingkungan. Manakala laju masukan limbah lebih besar dari degradasi

llimbah maka masalah lingkungan akan timbul. Adapun limbah dari PG

Gondang Baru secara umum sebagai berikut:

a. Limbah padat

1) Blotong adalah limbah yang berasal dari penyaringan dari unit filter

press, berbentuk padat dan berwarna coklat kehijauan. Selain

mempunyai kandungan senyawa organik yang tinggi (60%), blotong

juga mempunyai unsur makro dan mikro seperti nitrogen, phospor,

kalium, CaO, dan MgO. Sebelum dimanfaatkan sebagai bahan baku

Page 70: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kompos, blotong digunakan untuk mendukung tanah sawah oleh

penduduk sekitar pabrik.

2) Ampas adalah limbah padat yang keluar dari unit stasiun gilingan

akhir.ampas ini tersusun atas sabut, air, gula dan abu. Sabut ampas

adalah ampas dikurangi air, pol, dan abu. Ampas yang dihasilkan

dari gilingan kurang lebih 35% dari berat tebu. Adapun pemanfaatan

ampas di PG Gondang Baru adalah untuk bahan bakar di stasiun

ketelan dan lokomotif lori. Selain itu, ampas dapat dimanfaatkan

untuk keperluan lain yang menguntungkan antara lain untuk bahan

baku kertas, media pertumbuhan jamur, bahan baku pembuatan

pelarut (furfural), makanan ternak dicampur dengan tetes. Ampas

biasanya disimpan dalam bentuk bal untuk digunakan sebagai bahan

bakar pada awal musim giling berikutnya.

3) Abu Ketel adalah sisa dari proses pembakaran ampas yang dibakar

di stasiun ketelan. Pemanfaatan abu ketel ini adalah sebagai

campuran bahan baku pada pembuatan pupuk kompos.

4) Arang Ampas (Dust collector)

Pencemaran udara yang diakibatkan oleh arang ampas ini

disebabkan oleh pembakaran amaps pada ketel. Terjadinya debu

arang ampas dari dust collector pada prinsipnya adalah pada ketel

tekanan menengah mauoun tinggi yang menggunakan tarikan paksa

sehingga menyebabkan terjadinya debu arang ampas. Debu arang

ampas ini akan ikut terbang ke udara. Di PG Gondang Baru, alat

penangkap debu arang ampas yang terbang adalah alat sistem dust

collector basah. Debu arang ampas yang tertangkap dust collector

disemprot dengan air dan masuk ke bak pengendapan untuk

memisahkan debu arang ampas dan air. Pada prinsipnya perbedaan

berat jenis antara abu dan air menyebabkan abu yang berat jenisnya

lebih besar akan menyerap air, maka abu akan mengendap,

sedangkan airnya masuk ke UPL (Unit Pengolahan Limbah).

Pemanfaatan abu arang ampas dust collector di PG Gondang Baru

Page 71: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

adalah Untuk pemanfaatan BA3 (Briket Antrasit Arang Ampas).

Abu arang ampas dust collector merupakan arang aktif yang

mengandung kalori sekitar 6900-7250 kkal.

b. Limbah Cair

1) Air

Limbah cair di PG Gondang Baru berasal dari air pendingin mesin,

air cucian kain filter press, dan air cucian cleaning evaporator. Air

pendingin mesin digunakan untuk mendinginkan, mesin-mesin

giling, stasiun penguapan, pemasakan, putaran dan pendingin pada

unit pembangkit listrik.

2) Tetes Tebu

Tetes tebu adalah siroop terakhir yang mempunyai kadar kandungan

gula yang sangat rendah dan sukar diambil gulanya lebih lanjut.

Tetes tebu sebenarnya kurang tepat dikatan limbah karena tetes

menpunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya manfaat yang nisa di dapat dari tetes tebu. Istilah yang

paling tepat untuk tetes tebu adalah hasil samping dari proses

produksi gula. Produksi molase atau tetes tebu kurang lebih 4% dari

berat tebu. Tetes tebu dapat dimanfaatkan untuk brbagai macam

kebutuhan, antara lain: MSG (Monosodium Glutamat), pelet (pakan

ternak), kecap, dan ragi.

c. Limbah Gas

Limbah yang berupa gas dari pabrik gula meliputi CO2, CO, SO2,

dan asap dari cerobong. Gas tersebut keluar dari cerobong ke udara

bebas. Di pabrik gula yang menggunakan ampas sebagai bahan bakar

mengandung partikel abu dan arang. PG Gondang Baru menggunakan

alat dust collector untuk menangkap debu yang keluar dari cerobong

untuk mengurangi pencemaran udara.

Page 72: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

F. PEMASARAN HASIL PRODUKSI

Hasil produksi gula sangat tergantung pada luas lahan, produksi tebu

serta rendemen. Rendemen tebu biasanya bervariasi antara 5% - 10%, maka

produksi gula pertahunnya sangat bervariasi. Pengolahan di PG Gondang

Baru Klaten menghasilkan gula pasir sebagai produk utama SHS I di kemas

dalam karung 50 kg dan bahan sisa pengolahan. Bahan sisa pengolahan yang

masih memiliki nilai ekonomis disebut hasil samping, sedangkan sisa

pengolahan yang tidak memiliki nilai ekonomis disebut limbah, limbah ini

kadang-kadang dapat menimbulkan pencemaran.

Gula pasir yang dihasilkan merupakan gula pasir yang berkualitas SHS I.

Gula berkualitas SHS merupakan gula yang dihasilkan langsung dari tebu

dengan proses karbonatasi atau sulfitasi. Jenis gula semacam ini biasanya

digunakan untuk konsumsi langsung. Hasil samping pengolahan tebu di PG

Gondang Baru adalah tetes, ampas dan blotong. Tetes digunakan untuk

pembuatan alkohol, penyedap rasa (MSG) dan ester . Tetes dijual dan

dikeluarkan PG Gondang Baru menurut order yang diperoleh dari direksi

melalui lelang. Pembelian atau order yang datang, baik dari dalam ataupun

dari laur negeri, untuk pasar lokal misalnya dari PT. Acidatama Solo, Sasa

Inti, PT Palur Jaya, Woor Kondang Klaten. Blotong dapat dijadikan bahan

untuk memenuhi tanah atau pupuk yang sedang dikembangkan di Ceper.

Hasil produksi gula akan terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Gula milik pabrik 34%

2. Gula milik petani 66% (10% berwujud barang dan 90% dibeli dipasarkan

PG Gondang Baru).

Gula milik petani dijual bebas (tidak ke Bulog), sedangkan gula milik pabrik

dijual melalui direksi dengan jalan lelang. Pabrik mengeluarkan barang sesuai

dengan order yang diterima direksi, kemudian pembeli langsung mengambil

gula di pabrik.

Page 73: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Bahan Baku Tebu

Tebu merupakan bahan utama dalam pembuatan gula pasir.

Tanaman tebu menyimpan kandungan nira dalam batangnya yang nantinya

dapat diproses menjadi gula pasir. Tanaman tebu biasanya masak pada

awal bulan Mei sampai akhir September. Lahan atau kebun merupakan

unsur yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman tebu, di kebun ini

bahan baku tebu disiapkan agar saat musim giling bahan baku cukup

tersedia. Kebun dikategorikan menjadi dua yaitu kebun bibit dan kebun

keprasan. Kebun bibit adalah kebun yang ditanami bibit baru sehingga

diharapkan produktivitas dapat meningkat dan masih dapat dipanen selama

4 tahun ke depan. Kebun keprasan adalah bibit yang telah dikepras yang

sifatnya adalah menumbuhkan kembali bekas tebu yang sudah ditebang.

Biasanya dari bibit baru dapat dikepras 4-5 kali dan setelah itu biasanya

produktivitasnya turun drastis dan harus segera diganti dengan bibit baru.

Bibit keprasan biasanya hasilnya akan menurun setelah dikepras 2-3 kali

sehingga perlu didukung dengan perawatan yang lebih intensif. Kebun

bibit di PG Gondang Baru terdapat 4 macam, yaitu:

a. Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP terbagi atas dua waktu yaitu marengan (peralihan dari musim

hujan ke musim kemarau) pada bulan Februari-Maret dan labuhan

(peralihan dari musim kemarau ke musim hujan) bulan Agustus-

September, yang ditanam jenis-jenis tebu baru dari Pusat Penelitian dan

Pendidikan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan. Bibit ini dipakai sebagai

pemberi bibit untuk Kebun Bibit Nenek (KBN)

b. Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN terbagi atas dua waktu yaitu marengan pada bulan Agustus-

September dan labuhan bulan Februari-Maret. Kebun ini digunakan

untuk memberi bibit pada kebun bibit induk (KBI).

Page 74: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Kebun Bibit Induk (KBI)

Kebun bibit induk (KBI) terbagi atas dua waktu yaitu marengan

pada bulan Maret-April dan labuhan bulan Agustus-september

digunakan untuk memberi bibit pada kebun bibit datar (KBD).

Penanaman ini diperlukan untuk pemurnian atau penggunaan jenis baru

untuk tebu giling.

d. Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD terbagiu atas dua waktu yaitu marengan pada bulan Oktober-

November dan labuhan pada bulan Maret-April. Luas kebun biasanya

paling sedikit 10-12 % dibandingkan luas kebun tebu giling.

Tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki karakteristik

berbeda setiap jenisnya, sehingga perlu penerapan langkah strategis yaitu

dengan mengoptimalkan potensi varietas, penyiapan kebun bibit

berjenjang dan dinamika penggantian varietas unggul. Varietas tebu

mempunyai potens dan kesesuaian yang berbeda sehingga perlu dilakukan

analisa tentang keadaan lahan serta kecocokan sesuai karakteristik masing-

masing varietas. Bibit yang ditanam varietasnya bermacam-macam.

Tergantung keinginan petani untuk mengusahakan varietas apa yang

menurut mereka lebih menguntungkan. Jenis PS biasanya masak pada usia

12-14 bulan, sedangkan tebu jenis BZ masak pada usia kurang lebih 9

bulan. Sebagian besar petani memilih menanam tebu jenis BZ karena

mereka ingin cepat panen dan mendapatkan hasil.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan baku di

PG Gondang baru adalah dalam kegiatan pasca panen. Dalam pemanenan

tebu yang perlu diperhatikan menyiapkan kebun layak tebang (sudah

dikepras 2 kali). Tebu masak sesuai umur dan varietas didasarkan pada

analisa pendahuluan. Syarat tebu yang dapat digiling di PG Gondang Baru

harus memenuhi kriteria MBS (Masak, Bersih dan Segar).

Pada awalnya sinder bagian tanaman mencari areal lahan tebu yang

dijadikan sasaran tanam di tahun berikutnya. Setelah masa giling berakhir

biasanya mereka segera mendata kebun-kebun yang siap untuk ditanami

Page 75: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tebu lagi dan biasanya para sinder segera mendatangi petani-petani yang

bersangkutan untuk diajak bermitra kembali. Setelah adanya pendatan

tersebut mereka selalu mengawasi perkembangan kebun-kebun tersebut

dan biasanya pada bulan Maret-April diadakan pendataan ulang untuk

memastikan kebun-kebun mana yang siap untuk dilakukan di musim

giling. Sehingga dari pendataan tersebut dapat dibuat RKAP (Rencana

Kerja Anggaran dan Pendapatan) yang meliputi rencana luasan lahan yang

akan digiling, tebang angkut, rencana giling per hari, dan sebagainya. Dari

rencana tebang angkut yang telah ditetapkan dapat dibuat jadwal tebangan

harian yang harus dilakukan per harinya.

Setelah ditebang kemudian batang-batang tebu tersebut segera

dikirim ke pabrik untuk segera digiling. Proses pengolahan di pabrik pada

prinsipnya adalah menyelamatkan kandungan nira yang ada pada batang

tenaman tebu untuk diolah menjadi kristal gula. Proses penggilingan tebu

akan menghasilkan kristal gula. Kristal gula dihasilkan tergantung

pemesanan. Apabila ingin lebih putih, kecil dan halus maka harus

dilakukan penggilingan kembali namun jika jika menginginkan kristal

yang lebih besar dan tidak terlalu putih cukup dengan sekali penggilingan.

2. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis

a. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Kebijakan

Perusahaan Di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan

bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan

untuk memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu (Assauri,

2004). Pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru dimulai dari

penebangan dan pengangkutan tebu. Tebang angkut merupakan

kegiatan yang dilakukan PG Gondang Baru dalam rangka mengadakan

bahan baku untuk proses produksi gula dari kebun ke pabrik. Dalam

melaksanakan tebang angkut di setiap musim giling, PG Gondang Baru

membuat rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) yang berisi

Page 76: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

rencana dan target tentang luasan dan kuantitas tebu yang akan di

giling. Setelah mempunyai RKAP untuk masing-masing wilayah binaan

selanjutnya pihak PG melakukan penyuluhan kepada petani untuk

teknis budidaya tebu agar memperoleh hasil sesuai dengan target yang

sudah direncanakan sebelumnya. Perbandingan rencana dengan

realisasi luas areal panen PG Gondang Baru selama tahun 2009-2011

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Luas Areal Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru

Tahun Rencana

Luas Areal (ha)

Realisasi Luas Areal

(ha)

Selisih Luas Areal (ha) Prosentase(%)

2009 2.561 1900,57 660,43 74,21 2010 1.629 1.622,00 7,00 99,57 2011 2.324 1.875,82 358,18 83,96 Jumlah 6.514 5.398,39 1.025,61 257,74 Rata-rata 2.171 1.799,46 341,87 85,91

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata luas areal

pertanaman tebu dari tahun 2009-2011 seluas 2.171 hektar. Pada tahun

2010 nampak terjadi penurunan luas areal pertanaman tebu. Selisih

terbesar terjadi pada tahun 2009 yakni seluas 660,43 hektar dari rencana

yang telah ditetapkan seluas 2.561 hektar hanya dapat dicapai seluas

1900,57 hektar. Selisih terkecil antara rencana dan realisasi luas areal di

PG Gondang Baru terjadi pada tahun 2010 yakni seluas 7 hektar dari

rencana yang telah ditetapkan seluas 1.629 hektar dapat dicapai seluas

1.622 hektar karena pada tahun 2010 produktivitas tebu lebih tinggi dari

tahun sebelum dan sesudahnya sehingga tebu yang dihasilkan lebih

banyak.

Berkurangnya luas areal di PG Gondang Baru dikarenakan banyak

petani yang keluar dari kemitraan dengan PG, PG tidak dapat

memegang kendali terhadap petani yang tidak konsekuen dengan

komitmen yang sudah disepakati dengan pihak PG. Biasanya petani

menginginkan tebunya cepat digiling padahal saat itu sedang terjadi

Page 77: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

antrian dan mereka yang tidak sabar akan lebih memilih menggilingkan

tebunya ke PG lain agar mereka lebih cepat mendapatkan hasil.

Penyebab lainnya adalah petani kurang puas dengan pelayanan yang

dilakukan oleh PG Gondang Baru, misalnya dalam pencairan pinjaman

modal yang menurut mereka lambat.

Lahan yang di alihfungsikan untuk budidaya tanaman lain seperti

padi juga merupakan faktor yang menyebabkan berkurangnya luas area

di PG Gondang Baru. Pada umumnya petani di lahan sawah lebih

senang menanam padi karena di samping tanaman tebu adalah

“tanaman pabrik” yang tidak bisa dikonsumsi sendiri, sedangkan

tanaman padi adalah “tanaman rakyat” sendiri, juga terbukti menanam

padi pada umumnya lebih menguntungkan (Mubyarto dan Daryanti,

1999)

Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang dalam kegiatan giling

adalah tebang angkut, yaitu menebang dan memuat seluruh batang tebu

produktif untuk secepatnya diangkut ke pabrik gula. Sasaran utama dari

kegiatan tebnag angkut adalah kontinuitas pasok tebu harian sesuai

kapasitas pabrik dengan kualitas tebu layak giling.

Tabel 11. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Tebang Angkut Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru

Tahun Rencana Tebang

Angkut (Ku)

Realisasi Tebang Angkut

(Ku)

Selisih Tebang Angkut

(Ku)

Prosentase(%)

2009 1.678.505 1.075.205 603.300 64,00 2010 1.108.401 1.055.088 53.313 95,19 2011 1.524.659 1.134.873 389.786 74,43 Jumlah 4.311.565 3.220.166 1.091.399 231 Rata-rata 1.437.188 1.088.389 363.799,70 77,00

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Menurut tabel 11 dapat diketahui selisih tebang angkut terbesar

terjadi pada tahun 2009 yakni sebanyak 603.300 kuintal dari rencana

yang telah ditetapkan sebanyak 1.678.505 kuintal hanya diperoleh

1.030.205 kuintal. Rata-rata rencana tebang per musim giling sebanyak

Page 78: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1.437.188 kuintal. Hal ini dikarenakan luas areal yang berkurang

seperti yang sudah dipaparkan di tabel 10. Sedangkan rata-rata realisasi

kuantitas tebang angkut sebanyak 1.088.389 kuintal. Dari tahun ke

tahun PG Gondang Baru melakukan penebangan yang tidak jauh

berbeda.

Dalam penyediaan bahan baku setiap harinya PG Gondang Baru

dituntut untuk mebuat jadwal tebang angkut per hari dari setiap kebun

di wilayah binaannya agar tidak terjadi penumpukan maupun

kekurangan bahan baku di pabrik. Sinder kebun masing-masing wilayah

harus melaporkan perkembangan tanaman tebu di wilayah binaannya

agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. Dari

rencana tebang angkut yang telah ditetapkan dapat dibuat jadwal

tebangan harian yang harus dilaksanakan per harinya. Dalam membuat

jadwal jadwal tebangan harian biasanya PG Gondang Baru

menggunakan cara membagi jumlah rencana tebang angkut dengan hari

giling dengan asumsi bahwa masa produksi berlangsung selama 4

bulan. Untuk produksi harian, biasanya PG Gondang Baru mengambil

70% dari rencana tebang angkut, sedangkan yang 30%nya disisakan

untuk diproses produksi hari berikutnya. Perhitungannya adalah sebagai

berikut:

hari 96giling musimper angkut tebangRencana

hariper angkut Tebang =

Namun dari rencana yang telah dibuat tidak selalu berjalan sesuai

dengan harapan. Hal ini bisa disebabkan karena jalan rusak, truk macet,

tenaga penebang yang tak pasti kedatangannya, dan lain-lain.

Bila panen terjadi bersamaan biasanya daerah yang jauh dari PG

Gondang Baru didahulukan untuk ditebang mengingat tebu yang sudah

masak. Keputusan ini mengingat jika tebu tidak segera ditebang atau

digiling dikhawatirkan akan semakin menurunkan rendemen karena

perjalanan yang jauh dan memakan waktu lama. Untuk mengetahui

Page 79: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jumlah tebang angkut dan produksi harian di PG Gondang Baru dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Jumlah Tebang Angkut Harian Dan Jumlah Produksi Harian Pada Tahun 2009-2011 di PG. Gondang Baru

Tahun 2009 2010 2011 Rata-rata Tebang Angkut/Musim Giling (ku)

1.678.505 1.108.401 1.524.659 1.437.188

Tebang Angkut/hari (ku) 18.244,62 12.047,84 14.520,56 14.937,67

Produksi Tebu/Hari (ku)

12.771,23 8.433,48 10.165,39 10.456, 70

Produksi Tebu /Hari Saat Kekurangan Bahan Baku (ku)

6.385,62 4.216,74 5.082,70 5.228,35

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Dari tabel tersebut dapat diketahui rata-rata tebang angkut disetiap

musim giling di PG Gondang Baru sebanyak 1.437.188 kuintal. Upaya

untuk memenuhi kuantitas tersebut adalah bekerjasama dengan petani

binaan PG Gondang Baru. Dengan sistem kemitraan yang ada

diharapkan kebutuhan tebu selama musim giling dapat terpenuhi atau

setidaknya realisasi tebang angkut dapat mendekati rencana tebang

angkut yang ditargetkan. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa

PG Gondang Baru belum mengoptimalkan penggunaan mesin yang ada.

Kapasitas giling PG Gondang Baru adalah 13.500 kuintal per hari

namun hanya digunakan rata-rata sebanyak 10.456,70 kuintal per hari

atau dapat dikatakan penggilingan yang dilakukan belum maksimal.

Keadaan kekurangan bahan baku (≤50%) biasanya terjadi di pagi hari

antara jam 06.00-09.00 pagi karena saat itu tebu belum sampai di

pabrik.

b. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Metode EPQ

1) Keadaan Persediaan Bahan Baku Telah Pasti

Komponen yang digunakan untuk dapat menghitung jumlah

produksi (Q) dan total biaya produksi yang (TC) ekonomis pada

Page 80: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keadaan persediaan yang telah pasti meliputi tingkat persediaan

tebu giling dalam kuintal (D), biaya persiapan produksi dalam

rupiah (S), kuantitas tebang angkut dalam kuintal (P), dan biaya

analisa dalam rupiah (H). Biaya persiapan produksi terdiri atas

biaya tenaga di kebun dan biaya pengangkutan. Economical

Production Quantity (EPQ) adalah jumlah penggunaan tebu yang

ekonomis saat PG Gondang Baru menjalankan kegiatan

produksinya selama musim giling sehingga diperoleh kuantitas

produksi yang ekonomis.

Tabel 13. Penyediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun D (Ku) S (Rp) P (Ku) H (Rp/Ku) Q/hari

(Ku)

2009 12.711,23 219.450.000 18.244,62 3.500 13.339,63

2010 8.433,48 236.100.000 12.047,84 3.500 11.243,75

2011 10.165,40 267.360.000 14.520,56 3.800 12.606,40

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui jumlah produksi tebu

tertinggi menurut perhitungan EPQ diperoleh pada tahun 2009,

yaitu sebesar 13.339,63 kuintal per hari sedangkan jumlah produksi

tebu terendah diperoleh pada tahun 2010, sebesar 11.243,75

kuintal. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi tebu

harian dipengaruhi oleh kuantitas tebang angkut harian pula. Hal

ini sesuai dengan pendapat Yamit (1996), Penentuan volume

produksi yang optimal dengan Metode Economic Production

Quantity (EPQ) adalah persediaan bahan baku dalam suatu

perusahaan berkaitan dengan volume produksi.

2) Keadaan Kekurangan Bahan Baku

Keadaan kekurangan bahan baku merupakan suatu kondisi saat

terjadi keminimuman bahan baku tebu yang akan diolah sehingga

diperlukan suatu usaha untuk memperoleh bahan baku dari wilayah

lain, dalam hal ini tempat lain tersebut adalah mendatangkan tebu

Page 81: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari luar wilayah binaan mereka seperti dari Kabupaten Sragen dan

Grobogan. Menurut metode EPQ (Economical Production

Quantity) setiap musim giling agar kegiatan produksi dapat terus

berjalan maka PG harus mendapatkan tebu minimum perharinya

seperti pada tabel berikut:

Tabel 14. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku Tebu Pada Tahun 2009-2011

Tahun q (Ku) TC* (Rp)

2009 7.306,42 25.572.462

2010 6.158,45 21.554.591

2011 6.904,80 26.238.260

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Keterangan:

q : kuantitas produksi tebu yang ekonomis per hari saat terjadi

kekurangan bahan baku

TC*: total biaya produksi tebu yang ekonomis per hari saat terjadi

kekurangan bahan baku.

Setiap kali proses produksi pasti suatu perusahaan akan

mengalami siklus terjadinya kekurangan bahan baku karena faktor

ketidakpastian dari luar perusahaan, padahal proses produksi harus

berjalan terus setiap hari. Jika proses berhenti dapat menimbulkan

kerugian yang tidak sedikit bagi pabrik (Ahyari, 1992).

PG Gondang Baru juga mengalami keadaan kekurangan bahan

baku tersebut, waktu dimana bahan baku menjadi berkurang dari

biasanya. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

memperhitungkan jumlah persediaan minimum bahan baku tebu.

Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa setiap tahun jumlah bahan

baku yang harus dikeluarkan oleh pabrik berbeda-beda. Jumlah

minimum bahan baku tebu yang harus tersedia setiap musim giling

dari tahun 2009-2011 secara berturut-turut adalah 7.306,42

Page 82: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kuintal/hari, 6.158,45 kuintal/hari dan 6.904,80 kuital/hari. Selain

memperhitungkan jumlah persediaan tebu minimum per hari, PG

juga perlu mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk

pengadaan tebu tersebut (TC*) agar diproleh biaya yang seminimal

mungkin. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan per harinya

jika terjadi kekurangan bahan baku tebu pada tahun 2009-2011

secara berturut-turut adalah sebesar Rp 25.572.462,00, Rp

21.554.591,00 dan Rp 26.238.260.

c. Analisis Selisih Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Berdasarkan

Kebijakan Perusahaan Dan Metode EPQ

Perbandingan pengendalian persediaan bahan baku menurut

kebijakan pabrik gula Gondang Baru dengan pengendalian persediaan

menurut metode EPQ dilakukan untuk mengetahui apakah kuantitas

produksi yang diselenggarakan per hari sudah ekonomis atau belum.

Setelah itu diharapkan ke depannya akan terjadi perbaikan kinerja di

PG Gondang Baru. Perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan

metode EPQ dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Jumlah Produksi Per Hari Yang Dilakukan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011 1. Produksi menurut kebijakan

perusahaan (Ku) 12.771,23 8.433,48 10.165,39

Produksi menurut perhitungan EPQ (Ku)

13.339,63 11.243,75 12.606,40

Selisih 568,40 2.810,27 2.441,01 2. Produksi Saat Bahan Baku

Minimal menurut kebijakan Perusahaan(Ku)

6.385,62 4.216,74 5.082,70

Produksi Saat bahan Baku Minimal menurut EPQ(Ku)

7.306,42 6.158,45 6.904,80

Selisih 920,80 1.941,71 1.822,10

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Menurut tabel 15 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan kuantitas

produksi yang cukup besar antara jumlah produksi per hari menurut

kebijakan perusahaan dengan jumlah produksi per hari saat keadaan

Page 83: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahan baku pasti berdasarkan perhitungan EPQ. Selisih tertinggi

diperoleh pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.810,27 kuintal per hari

dimana diketahui bahwa pada tahun tersebut walaupun lahan yang

didapat lebih kecil dari tahun sebelumnya tetapi tebu yang dihasilkan

secara akumulatif lebih banyak dari tahun sebelumnya sehingga

produksi yang dilakukan diharapkan lebih besar. Selisih terendah

diperoleh pada tahun 2009 yaitu sebesar 568,40 kuintal per hari. Pada

keadaan bahan baku yang minimal, produksi per hari menurut

kebijakan perusahaan dengan perhitungan EPQ juga menunjukkan hal

serupa yakni kuantitas produksi menurut metode EPQ lebih besar.

Selisih terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 1.941,71 kuintal dan

selisih terkecil terjadi pada tahun 2009 sebesar 920,80 kuintal. Hasil

perbandingan tersebut menunjukkan bahwa PG Gondang Baru belum

melakukan produksi yang ekonomis karena jumlah produksi yang

dilakukan menurut kebijakan pabrik lebih kecil dari pada jumlah

produksi menurut perhitungan EPQ (Economic Production Quantity).

3. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien

a. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Kebijakan Perusahaan Di

Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

Penyediaan bahan baku tebu tidak terlepas dari adanya sejumlah

biaya yang harus dikeluarkan oleh pabrik. Biaya bahan baku (Material

cost) terdiri atas direct-material cost dan indirect-material cost. Direct-

Material Cost adalah semua biaya bahan yang secara fisik dapat

diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan biasanya merupakan

bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok produksi

(Nasution, 2006). Biaya produksi bulanan dan harian yang dikeluarkan

oleh PG Gondang Baru dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 84: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 16. Biaya Produksi Bulanan Dan Harian Di PG. Gondang Baru Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011 Biaya Bulanan (Rp) 309.260.990 561.914.612 772.058.647

Biaya Harian (Rp) 10.225.400 18.630.500 25.597.800 Biaya Harian Saat Bahan Baku (Rp) 5.112.700 9.315.250 12.798.900

Sumber: Analisis Data Sekunder , 2011

Pengadaan bahan baku untuk kegiatan produksi tidak terlepas dari

adanya biaya yang dikeluarkan. Hal yang sama juga terjadi di PG.

Gondang Baru, selama proses masa produksi (musim giling). Dari

tabel 16 dapat diketahui total biaya produksi bahan baku terbesar yang

dikeluarkan adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 772.058.647,00

per bulan atau Rp 25.597.800,00 per hari. Sedangkan total biaya

terkecil adalah pada tahun 2009 dengan nilai Rp 309.260.990,00 per

bulan atau Rp 10.225.400,00 per hari. Hal ini dikarenakan dari tahun ke

tahun biaya yang dikeluarkan cenderung meningkat sesuai dengan

keadaan sosial ekonomi yang dari tahun ke tahun juga berubah, seperti

naiknya biaya untuk upah tenaga kerja. Saat keadaan bahan baku

kurang biaya yang dikeluarkan oleh PG dari tahun 2009-2011 secara

berturut-turut sebesar Rp 5.112.700,00, Rp 9.315.250,00, dan Rp

1.798.900,00.

b. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Metode EPQ

Metode Economic Production Quantity (EPQ) dapat digunakan

untuk mengefisienkan biaya persediaan yang dikeluarkan di PG

Gondang Baru. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan menurut metode

EPQ dapat dilihat pada tabel di berikut:

Page 85: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun D(Ku) S(Rp) P (Ku) H

(Rp/Ku)

TC/hari

(Rp)

2009 12.711,23 219.450.000 18.244,62 3.500 14.006.615

2010 8.433,48 236.100.000 12.047,84 3.500 11.805.936

2011 10.165,40 267.360.000 14.520,56 3.800 14.371.287

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Menurut tabel 17 dapat diketahui bahwa total biaya produksi per

hari terbesar diperoleh pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp

14.006.615,00 per hari, sedangkan total biaya terkecil diperoleh pada

tahun 2010, yaitu sebesar Rp 11.805.936,00. Dari tabel tersebut dapat

dilihat bahwa produksi tebu harian dipengaruhi oleh kuantitas tebang

angkut harian pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamit (1996),

Penentuan volume produksi yang optimal dengan Metode Economic

Production Quantity (EPQ) adalah persediaan bahan baku dalam suatu

perusahaan berkaitan dengan volume produksi.

c. Analisis Selisih Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Berdasarkan

Kebijakan Perusahaan Dan Metode EPQ

Proses produksi di suatu perusahaan pasti mengeluarkan biaya-

biaya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku sehingga total

biaya yang dikeluarkan juga perlu diperhatikan. Untuk dapat

mengetahui efisiensi biaya produksi, maka diperlukan perbandingan

antara total biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan dan

menurut perhitungan metode EPQ (Economic Production Quantity).

Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut:

Page 86: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 18. Perbandingan Total Biaya Per Hari Yang Dikeluarkan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan Dari EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011 Rata-rata 1. Bahan Baku Pasti

Total biaya menurut kebijakan perusahaan (Rp)

10.225.400 18.630.500 25.597.800 18.151.200

Total biaya menurut perhitungan EPQ (Rp)

14.006.615 11.805.900 14.371.300 13.394.605

Selisih 3.781.215 6.824.551 11.226.500 7.277.422 2. Kekurangan

Bahan Baku

Total biaya menurut kebijakan perusahaan (Rp)

5.112.700 9.315.250 12.798.900 9.075.617

Total biaya menurut perhitungan EPQ (Rp)

25.572.462 21.554.591 26.238.260 24.455.104

Selisih 20.459.762 12.239.341 13.439.360 15.379.488

Sumber: Analisis Data Sekunder , 2011

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui selisih total biaya menurut

kebijakan perusahaan dengan total .biaya menurut perhitungan EPQ.

Pada tahun 2009, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ternyata

menunjukkan nilai yang lebih kecil dari pada total biaya menurut

perhitungan EPQ. Berarti pada tahun tersebut biaya yang dikeluarkan

oleh PG Gondang Baru sudah efisien. Rata-rata total biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan pada keadaan bahan baku telah pasti dari

tahun 2009-2011 adalah sebesar Rp 18.151.200,00 sementara menurut

metode EPQ sebesar Rp 13.394.605,00 dan rata-rata selisih antara

keduanya sebesar Rp 7.277.422,00. Selisih biaya yang terbesar terjadi

pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 11.226.500,00 per hari. Pada keadaan

kekurangan bahan baku biaya yang dikeluarkan menurut kebijakan

perusahaan lebih kecil dari pada menurut kebijakan EPQ. Rata-rata

biaya yang dikeluarkan menurut kebijakan perusahaan sebesar

Page 87: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Rp 9.075.617,00 sedangkan Rata-rata biaya yang dikeluarkan menurut

kebijakan perusahaan sebesar Rp24.455.104,00. Biaya yang cukup besar

menurut metode EPQ ini dikarenakan PG harus mendatangkan tebu

dari luar wilayah binaan.

4. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu

a. Menurut Kebijakan Pabrik Gula Gondang Baru

Penjadwalan dilakukan untuk memperlancar kegiatan penyediaan

bahan baku maupun kegiatan produksi yang dilakukan PG Gondang

Baru. Pada umumnya PG Gondang Baru hanya melihat kondisi iklim

secara keseluruhan karena PG Gondang Baru tidak mempunyai stasiun

cuaca di setiap wiayah binaannya. Pihak PG tidak memperhitungkan

kondisi iklim di setiap daerah, sehingga pembuatan jadwal tanam

maupun panen diasumsikan sama di setiap daerah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel curah hujan yang ada di PG Gondang Baru di

bawah ini:

Tabel 19. Laporan Curah Hujan PG Gondang Baru

Bulan Rata-rata curah hujan (mm)

2009 2010 2011 Januari

Februari Maret April Mei Juni Juli

Agustus September Oktober

November Desember

2,675 2,925 1,300 2,185 1,090

79 - - -

1,125 1,387 2,785

296 478 398

- -

145 67

151 344 286 401 795

1,143 380 307 284 357

- 39 - 2

56 293 300

Jumlah 15,551 3,361 3,161 Rata-rata 1,296 280 263

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa kondisi iklim di setiap

daerah tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Tidak ada gambaran

mana yang lebih cocok untuk menanam tanaman tebu. Dengan tidak

mengetahui kondisi iklim di setiap daerah secara tepat maka pihak PG

Page 88: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan kesulitan dalam membuat penjadwalan masa tanam maupun masa

panen, hal ini dapat diketahui dari seringnya terjadi panen yang secara

bersamaan antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Pemanenan tidak

dapat ditunda karena tebu yang sudah siap tebang jika ditunda dapat

menurunkan kualitas tebu itu sendiri.

b. Metode Just In Time Production System (JIT) Berdasarkan Data Curah

Hujan Pada Wilayah Binaan

Penjadwalan masa tanam dan masa panen tanaman tebu dengan

metode Just In Time Production System (JIT) dilakukan dengan cara

mengamati curah hujan yang terjadi selama 5 tahun terakhir di 4

wilayah binaan PG Gondang Baru. Wilayah tersebut adalah Kabupaten

Klaten, Boyolali, Salatiga dan Semarang. Data curah hujan diperoleh

dari BMKG yang Jawa Tengah yang berada di Semarang. Pengamatan

ini dilakukan untuk mengetahui apakah wilayah-wilayah binaan

tersebut efektif untuk penanaman tebu.

Tabel 20. Rata-rata Curah Hujan/Bulan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang Dari Tahun 2007-2011

Bulan Rata-rata curah hujan di 4 wilayah kabupaten (mm)

Klaten Boyolali Salatiga Semarang Januari 319,2 243,6 345,2 449,8 Februari 338,6 313,8 278,4 379 Maret 301,4 288,6 404 486,6 April 191,4 240,2 262,6 295,6 Mei 211,2 150,6 203,4 286 Juni 54,6 28,6 102,2 125,4 Juli 14,2 2 44,4 76

Agustus 28,6 7,2 38 39,9 September 36,6 36 61,8 93 Oktober 132,2 105,8 134,8 188,8

November 229,2 146 335,4 365,2 Desember 237,8 339 284,2 373

Sumber: BMKG, 2011

Tabel 20 menunjukkan gambaran yang jelas tentang rata-rata curah

hujan yang terjadi di masing-masing wilayah binaan. Tanaman tebu

membutuhkan kadar air yang berbeda-beda di setiap fase

Page 89: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase

pertumbuhan, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah

200 mm per bulan selama 5-6 bulan berurutan, 2 bulan transisi dengan

curah hujan 125 mm per bulan, dan 4-5 bulan berurutan dengan curah

hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Maka dari itu, diperlukan

pengawasan yang terus-menerus agar tanaman tebu tidak mengalami

kelebihan atau kekurangan air, karena jika kelebihan air dapat

menyebabkan berkurangnya kadar sakarosa dalam batang tanaman tebu

yang berarti dapat menurunkan jumlah gula yang akan didapat.

Waktu penanaman tebu yang ideal adalah di awal musim hujan

karena pada fase awal pertumbuhan tebu membutuhkan air dalam

jumlah yang banyak sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi dengan

mudah. Varietas tebu yang ditanam sangat berpengaruh untuk

disesuaikan dengan masa giling pabrik yakni antara bulan Mei-Agustus

karena varietas akan berpengaruh terhadap usia tanaman tebu. Jenis PS

dan BZ misalnya. BZ siap dipanen saat usia 9 bulan dan PS siap

dipanen pada usia 10-12 bulan karena pada saat itu rendemennya sudah

tinggi.

Menurut tabel 20 dapat diketahui bahwa 4 wilayah binaan PG

Gondang Baru yakni Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga dan

Semarang cocok untuk areal tanam tebu karena memiliki curah hujan

yang sesuai yaitu mendekati 75-200 mm per bulan untuk pertumbuhan

tanaman tebu.

Penjadwalan masa tanam dan masa panen tanaman tebu

disesuaikan pada jumlah curah hujan agar bahan baku tersedia di saat

yang tepat. Karena curah hujan sangat berkaitan dengan tingkat

rendemen tebu. Maka dari itu, agar diperoleh rendemen yang tinggi

sebaiknya tebu dipanen pada saat curah hujan sedikit. Untuk

mengetahui penjadwalan yang baik dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 90: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 21. Penjadwalan Masa Tanam dan Masa Panen Bahan baku Tebu Dengan Metode JIT Didasarkan Pada Jumlah Curah Hujan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang

Kabupaten

Keterangan Klaten Boyolali Salatiga Semarang

Varietas Dan Umur (bulan)

PS 864 (9 -10 ) PL 54 (9-10)

PS 864 (9-10) BZ 132 (9-10) PS 79 (10-11 ) PS 176 (11-12)

PS 864 (9-10) PL 54 (9-10)

Masa Tanam Dan jumlah Curah Hujan (mm/ bulan)

Oktober (132,2 mm)

Oktober (105,8 mm)

September (61,8 mm) Oktober (134,8 mm)

Oktober (188,8 mm)

Masa Panen Dan jumlah Curah Hujan (mm/ bulan)

Juli (44,4 mm)

Juli (2 mm) Agustus (7,2 mm)

Juni (102,2 mm) Juli (44,4 mm) Agustus (38 mm)

Juli (76 mm)

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Tabel 21 menunjukkan bahwa di 4 wilayah binaan yang meliputi

Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga, dan Semarang mempunyai masa

tanam dan masa panen yang hampir bersamaan, sehingga pihak PG

harus memperhitungan jadwal penebangan untuk setiap wilayah secara

tepat. Penjadwalan menurut metode JIT dilakukan dengan

menyesuaikan karakteristik tebu (umur) dengan curah hujan di setiap

wilayah. Adapun varietas tebu yang memiliki umur 9-10 bulan antara

lain PS 864, PL 54, dan BZ 132. Varietas tebu yang berumur antara

10-12 bulan antara lain PS 79 dan PS 176. Masa tanam di Kabupaten

Klaten, Boyolali, dan Semarang dimulai pada bulan Oktober Sedangkan

masa panen antara bulan Juli dan Agustus. Masa tanam di Kabupaten

Salatiga dimulai pada bulan September dan memasuki masa panen di

bulan Juni.

Page 91: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Pembahasan

1. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis

a. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Kebijakan

Perusahaan Di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

Bahan baku merupakan elemen yang sangat penting dan

mendasar dalam setiap proses produksi di suatu perusahaan. Bahan

baku dapat diperoleh melalui dua cara yaitu memesan atau

memproduksi sendiri. Maka dari itu, perusahan memerlukan suatu

kebijakan tersendiri sehingga dapat diketahui jumlah dan kebutuhan

bahan bakunya untuk setiap proses produksi. Dalam pengadaan bahan

baku PG Gondang Baru bekerjasama dengan petani tebu melalui

sistem bagi hasil. Pihak PG membantu petani dalam permodalan untuk

usaha tani tebu dan sebagai gantinya petani harus menggilingkan

tebunya ke PG. Prosentase bagi hasil yang ditetapkan adalah 66 %

untuk petani dan 34 % untuk PG Gondang Baru. Prosentase

pembagian ini didasarkan pada UU No. 12 Tahun 1998 tentang

pengembangan tebu rakyat.

Dari tahun ke tahun kuantitas tebang angkut di PG Gondang Baru

mengalami fluktuasi. Fluktuasi tersebut dapat dilihat pada kuantitas

tebang angkut yang lebih sedikit dari kuantitas tebang angkut tahun

2010 yaitu sebanyak 1.075.205, padahal luas areal tanam tebu di tahun

2009 lebih luas dibandingkan tahun 2010 dengan luas 1.900,27 ha

pada tahun 2009 dan 1622 ha pada tahun 2010. Keadaan tersebut

terjadi karena pada tahun 2009 PG Gondang Baru masih memiliki

komposisi varietas tebu masak awal (tebu yang sudah masak pada

periode awal musim kemarau yaitu setelah musim kemarau berjalan

satu bulan) 54,4 %, masak tengah (tebu yang masak setelah musim

kemarau berjalan dua bulan) 32,1 % dan masak lambat (tebu yang

masak setelah musim kemarau berjalan lebih dari 4 bulan) 13,5 %

sehingga penentuan awal giling dan lama giling sedikit lebih lama dari

PG terdekat. Hal ini menyulitkan pengambilan keputusan karena jarak

Page 92: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang jauh dapat menyebabkan tebu lari ke PG lain semakin banyak

dan bahan baku semakin berkurang. Fluktuasi tebang angkut inilah

yang menyebabkan perbedaan kapasitas produksi harian di setiap

musim giling. Perbedaan kuantitas tebang angkut tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain: iklim dan petani tebu rakyat.

Pertama, faktor iklim sangat berpengaruh terhadap produk

pertanian. Di PG Gondang Baru sendiri, iklim biasanya menimbulkan

masalah di saat panen nemun curah hujan tinggi. Keadaan tersebut

akan mempengaruhi kinerja para pekerja kebun. Akses jalan di kebun

akan menjadi sulit untuk dilalui truk karena kondisi tanah yang terlalu

basah, sehingga pekerja harus mengangkut tebu secara manual untuk

di bawa ke truk untuk kemudian di bawa ke pabrik. Pekerjaan yang

dilakukan secara manual tersebut tentunya akan akan memperlambat

kegiatan penebangan dan pengangkutan. Akibatnya truk akan

terlambat datang ke pabrik karena truk harus melalui medan yang sulit

sehingga prosese produksi di pabrik harus berhenti sementara. Untuk

mengatasi masalah tersebut sebaiknya PG memperbaiki infrastruktur

yang ada, seperti memperbaiki akses jalan menuju kebun sehingga

kondisi seperti apapun tidak akan menggu proses tebang angkut.

Kedua, faktor petani tebu rakyat tak kalah pentingnya bagi

pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru. Loyalitas petani menjadi

masalah yang selalu terjadi setiap tahunnya di PG Gondang Baru.

Dalam sistem kemitraan B, ada petani yang melakukan tebang angkut

sendiri dan ada yang proses tebang angkutnya dikelola oleh

perusahaan. Kemitraan B (KmB) adalah kerjasama yang dijalin oleh

PG Gondang Baru dengan petani tebu rakyat dengan cara petani

sepenuhnya mengelola lahan untuk ditanami tebu dengan

pendampingan teknis dari PG dan pemberian bantuan keuangan

kepada petani untuk melakukan usatani tebu. Pihak PG mungkin

masih bisa mengendalikan untuk lahan tebu yang tebang angkutnya

diserahken ke PG, namun yang melakukan tebang angkut sendiri

Page 93: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sangat sulit dikendalikan. Biasanya petani melakukan tebang angkut

tanpa memperhatikan petunjuk dari PG (tidak mematuhi jadwal

penebangan) sehingga terkadang tebu bisa datang ke pabrik secara

bersamaan dan mengakibatkan penumpukan di pabrik. Upaya untuk

mengatasinya dapat dilakukan dengan cara pihak PG harus

meningkatkan pelayanan kepada petani agar petani dapat percaya dan

konsisten dengan perjanjian yang sudah disepakati dengan PG.

Misalnya saja dengan memberikan penghargaan berupa insentif, baik

berwujud uang maupun gula kepada petani yang selalu konsekuen

dengan perjanjian.

Jumlah tebang angkut yang berubah-ubah menyebabkan jumlah

produksi tebu harian berubah pula. Produksi tebu harian terbesar

terjadi pada tahun 2009 yaitu rata-rata sebesar 12.711,23 kuintal per

hari, sedangkan jumlah terkecil terjadi pada tahun 2010 yaitu rata-rata

sebesar 8.433,48 kuintal per hari dari kapasitas giling yang terpasang

13.500 kuintal per hari. PG melakukan produksi di bawah kapasitas

yang ada dikarenakan PG menyisakan 30% dari jumlah tebu yang

masuk untuk digiling di hari berikutnya.

b. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Metode EPQ

1) Keadaan Persediaan Bahan Baku Yang Telah pasti

Bahan baku merupakan unsur yang paling penting untuk

mendukung proses produksi. Jumlah bahan baku sangat

menentukan seberapa efisien dan efektifkah perusahaan tersebut

dalam mengolah produk jadi yang telah direncanakan. Apabila

jumlah bahan baku yang digunakan jumlahnya tepat untuk dapat

memenuhi sejumlah tertentu produk jadi yang harus diproduksi,

maka biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang

bersangkutan juga dapat ditekan seekonomis mungkin. Maka dari

itu, perlu adanya suatu metode untuk memperlancar kegiatan

penjadwalan untuk mengekonomiskan jumlah produksi per hari

serta meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan. Salah satu

Page 94: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

metode yang digunakan adalah EPQ (Economic Production

Quantity). Prinsip dasar penggunaan metode ini hampir sama

dengan metode dasarnya EOQ (Economic Order Quantity), yaitu

meminimumkan biaya persediaan dan mengoptimalkan jumlah

bahan baku yang harus diolah untuk setiap kali proses produksi.

Metode EPQ mengasumsikan bahwa biaya pemesanan (EOQ) sama

dengan biaya produksi dan biaya penyimpanan sama dengan biaya

analisa.

Perhitungan jumlah produksi harian yang dihasilkan untuk

setiap bulannya diharapkan dapat ekonomis dengan diterapkannya

metode EPQ. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan jumlah

produksi yang ekonomis antara lain: tingkat persediaan tebu giling

dalam kuintal (D), biaya persiapan produksi dalam rupiah (S),

kuantitas tebang angkut dalam kuintal (P), dan biaya analisa dalam

rupiah/kuintal (H). Kuantitas produksi menurut hasil perhitungan

EPQ menunjukkan bahwa produksi yang dihasilkan mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini terkait dengan kuantitas

tebang angkut yang tidak menentu dikarenakan beberapa faktor

seperti iklim yang tidak menentu dan tenaga kerja. Faktor yang

dominan dalam kuantitas tebang angkut adalah tenaga kerja.

Keterlambatan pekerjaan terjadi akibat keterbatasan tenaga kerja.

Menurut perhitungan EPQ dapat diketahui bahwa kuantitas

produksi yang ekonomis per harinya pada tahun 2009-2011 secara

berturut turut adalah 13.339,63 kuintal, 11.243,75 kuintal, dan

12.606,40 kuintal. Fluktuasi tersebut terkait dengan rencana tebang

angkut yang telah dijadwalkan. Dengan adanya rencana tebang

angkut yang telah ditetapkan akan mempengaruhi kuantitas

produksi ekonomis per harinya. Biaya tebang angkut yang harus

dikeluarkan per hari di PG Gondang Baru menurut Perhitungan

EPQ selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut sebesar Rp

Page 95: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14.478.006.615,00, Rp 11.805.936,00, dan Rp 14.371.287,00 yang

digunakan untuk biaya tebang angkut dan analisa tebu.

Proses tebang angkut yang dilakukan di PG gondang Baru

setiap harinya selalu sama. Tebu yang sampai di PG Gondang Baru

digiling secara berurutan menurut antrian. Tebu yang datang lebih

awal digiling lebih awal pula. Hal ini dikarenakan kualitas tebu

biasanya akan menurun setelah 36 jam dari saat penebangan. Tebu

yang datang biasanya langsung ditempatkan di lori namun ada juga

yang tetap berada di truk karena tempat sudah habis terpakai. Tidak

ada perubahan yang dilakukan PG Gondang Baru dalam kuantitas

penggilingan untuk produksi setiap musim giling sehingga

diperlukan metode yang tepat untuk menjaga agar kegiatan

produksi yang dilakukan dapat optimal dan tidak merugikan pihak

manapun. Selain itu, juga diperlukan pengaturan jumlah truk yang

masuk ke PG Gondang Baru disesuaikan dengan kapasitas yang

telah direncanakan dari pengaturan itu diharapkan dapat

mengurangi antrian truk yang biasanya terjadi di musim giling.

2) Keadaan Kekurangan Bahan Baku

Keadaan kekurangan bahan baku merupakan suatu keadaan

saat terjadi keminimuman bahan baku untuk proses produksi.

Keadaan kekurangan bahan baku selalu terjadi di PG Gondang

Baru. Keadaan kekurangan bahan baku di PG Gondang Baru

biasanya terjadi pada awal musim giling karena belum semua

petani menebang tebu dan di akhir musim giling saat tebu petani

mulai habis. Penyebab lainnya karena petani yang seharusnya

menyetorkan tebu ke pabrik justru menyetorkannya ke pabrik gula

lainnya. Hal ini disebabkan karena persaingan harga sehingga

biasanya petani memilih untuk menyetorkan tebunya ke pabrik gula

yang mampu memberikan harga tertinggi bagi mereka karena

mereka berharap untuk mendapatkan keuntungan yang paling

besar. Keadaan ini biasa terjadi di kalangan petani kemitraan B,

Page 96: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena mereka tidak terikat sepenuhnya dengan PG. Selain faktor

tersebut faktor lain yang menyebabkan keadaan kekurangan bahan

baku adalah kerusakan tebu yang disebabkan oleh banyak hal yaitu

faktor alam dan manusia. Faktor alam diantaranya banjir, angin,

dan bencana alam lain yang tidak dapat dihindari, sedangkan

kerusakan yang dapat dihindari adalah pencurian. Untuk

mengatasinya dapt dilakukan dengan pendekatan dengan penduduk

sekitar dalam keamanan lingkungan. Secara langsung berpengaruh

pada kuantitas bahan baku sehingga perlu pengawasan untuk

mempertahankan produksi.

Demi keberlangsungan proses produksi maka PG Gondang

baru harus mendatangkan tebu dari luar wilayah binaan mereka.

Biasanya tebu-tebu tersebut di datangkan dari Kabupaten Sragen

dan Grobogan. Proses ini tentunya akan mengakibatkan

pengeluaran biaya yang lebih besar. Untuk mendatangkan tebu dari

luar wilayah rata-rata PG Gondang Baru harus mengeluarkan biaya

tambahan untuk subsidi angkut yang jumlahnya berbeda dari tahun

ke tahun. Biaya tersebut sebesar Rp 3.000,00/kuintal pada tahun

2009, Rp 3.800,00/kuintal pada tahun 2010 dan Rp

5.000,00/kuintal pada tahun 2011.

Keadaan kekurangan bahan baku inilah yang menjadi salah

satu penyebab tidak terpenuhinya target produksi yang telah

direncanakan. Rata-rata produksi yang dihasilkan per hari dari

tahun ke tahun adalah 10.456,70 kuintal sedangkan kapasitas giling

per harinya adalah 13.500 kuintal per hari. Untuk mengatasi hal

tersebut pabrik harus dapat menentukan jumlah bahan baku yang

ekonomis yang dibutuhkan untuk proses produksi terutama pada

saat terjadi kekurangan bahan baku.

Menurut kebijakan perusahaan saat keadaan bahan baku

minimal (≤ 50%) jumlah produksi harian pada tahun 2009 sampai

2011 secara berturut-turut sebesar 6.385,62 kuintal, 4.216,74

Page 97: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kuintal dan 5.082,70 kuintal. Bahan baku ini diperoleh dari sisa

giling hari sebelumnya. Menurut perhitungan EPQ jumlah produksi

per hari saat terjadi kekurangan bahan baku berbeda dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2009 terjadi jumlah produksi yang terbesar

apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sesudahnya. Jumlah

produksi bahan baku baku pada tahun 2009 sebesar 7.306,42

kuintal, sedangkan jumlah produksi bahan baku terkecil diperoleh

pada tahun 2010 yaitu sebesar 6.158,45 kuintal. Kuantitas produksi

menurut kebijakan perusahaan menunjukkan nilai yang lebih kecil

dari pada perhitungan EPQ. Agar kuantitas produksi EPQ dapat

dicapai sebaiknya PG menunda penggilingan sampai bahan baku

datang dan kuantitas sudah mencukupi.

Usaha yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi kekurangan

bahan baku adalah dengan memperbaiki pola tanam, melalui

perbaikan budidaya maupun perbaikan dalam jalinan kerjasama

yang terjadi dengan petani agar petani dapat konsekuen untuk

menggilingkan tebunya ke PG Gondang Baru. Perbaikan sistem

budidaya dapat dilakukan dengan peremajaan varietas tebu yang

lebih unggul akan mendorong petani untuk lebih meningkatkan

produktivitas lahan dan perluasan lahan diharapkan kebutuhan

areal bisa tercukupi. Perbaikan dalam jalinan kerjasama dengan

cara pengawasan dan penyadaran loyalitas petani. Kondisi sosial

budaya dan karakteristik petani sangat beragam sehingga petugas

PG harus dapat menyerap aspirasi dan masukan dari petani. Guna

memenuhi dan mengamankan jumlah pasok tebu dari petani, maka

peran dari sinder kebun wilayah (SKW) dan mandor sangat

diperlukan khususnya di dalam pemantauan dan pengamanan tebu

yang telah ditebang petani agar dapat masuk ke PG. Upaya

peningkatan produksi juga dapat dilakukan dengan cara percepatan

akselerasi dengan pelaksanaan bongkar ratoon dan perbaikan mutu

bibit, sehingga perlu ditingkatkan upaya-upaya penyadaran ke

Page 98: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

petani agar mereka mau menerima dan melaksanakan program

tersebut. Hal ini didasarkan pada tebu ,milik petani banyak yang

keprasan lebih dari empat kali.

d. Analisis Selisih Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Berdasarkan

Kebijakan Perusahaan Dan Metode EPQ

Setelah mengetahui jumlah bahan baku dan besarnya biaya yang

ekonomis yang harus dikeluarkan dalam pengadaan bahan baku maka

dapat dilakukan perbandingan antara perhitungan menurut kebijakan

perusahaan dan perhitungan dengan metode EPQ. Perbandingan antara

kebijakan PG Gondang Baru denagn metode EPQ dilakukan agar

diketahui perhitungan mana yang lebih ekonomis sehingga untuk ke

depan diharapkan adanya perbaikan di PG Gondang Baru. Dalam hal

ini setiap perusahaan pasti menginginkan meperoleh kuantitas produksi

yang maksimal dengan biaya yang ekonomis. Oleh karena itu

diperlukan analisis dari segi penyediaan bahan baku, baik pada saat

persediaan telah pasti maupun pada saat terjadi kekurangan bahan baku.

Hasil dari perbandingan jumlah produksi per hari yang dihasilkan

PG Gondang Baru dengan jumlah produksi per hari menurut

perhitungan EPQ menunjukkan perbedaan yang cukup besar. Selisih

terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.810,27 kuintal

sedangkan selisih terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 568,40

kuintal. Berdasarkan hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa

jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan mempunyai nilai yang

lebih kecil apabila dibandingkan dengan perhitungan dengan metode

EPQ. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan

perusahaan belum mencapai tingkat produksi yang ekonomis.

Walaupun menurut perhitungan EPQ kuantitas produksi juga masih di

bawah kapasitas giling namun sudah diupayakan untuk mendekati

kapasitas giling yang ada pada keadaan bahan baku yang tersedia setiap

harinya karena dari bahan baku yang tersedia dioptimalkan untuk

digiling.

Page 99: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keadaan tersebut menandakan bahwa pada suatu waktu PG

Gondang Baru mengalami suatu keadaan kekurangan bahan baku yang

mengakibatkan produksi menjadi tidak ekonomis. Dapat dikatakan

tidak ekonomis karena: 1) mesin penggiling tebu per harinya mampu

menggiling 13.500 kuintal tapi tidak dimanfaatkan PG Gondang Baru

secara optimal karena dikhawatirkan pada esok harinya PG tidak dapat

menggiling tebu karena bahan baku tidak tersedia sehingga bahan baku

disisakan sebanyak 30% untuk proses produksi hari berikutnya 2) bila

tidak digiling menurut perhitungan EPQ maka akan terjadi penumpukan

bahan baku sehingga sangat mungkin jika kualitas tebu akan menurun.

Tebu yang setelah ditebang tidak sgera digiling setelah 36 jam

rendemennya akan turun. Penurunan rendemen ini disebabkan karena

terbentuknya senyawa dextran dari sukrosa oleh adanya aktivitas

bakteri Leuconostoc mesenteroides dan Leuconostoc dextranicum. Pada

tebu yang dipotong-potong bila tidak segera digiling mempunyai

peluang yang lebih besarterkontaminasi oleh jasad renik tersebut.

Menurunnya kualitas tebu menyebabkan kerugian bagi pihak PG

maupun petani. Bila kualitas tebu turun otomatis produksi gula yang

dihasilkan juga akan turun sehingga jumlah gula yang diterima petani

dan PG juga akan berkurang. Produksi tebu yang di bawah kapasitas

giling ini selain disebabkan karena pabrik berhenti giling luar

(kekurangan bahan baku) juga karena pabrik berhenti giling dalam

(kerusakan, perbaikan, atau penyetelan ulang mesin).

2. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien

Penyediaan bahan baku dalam proses pengolahan gula pasir kristal

tidak terlepas dari beberapa komponen biaya yang harus dikeluarkan.

Adapun biaya biaya yang dikeluarkan untuk proses pengadaan bahan baku

di PG gondang yaitu biaya tebang angkut, biaya tenaga kerja dan biaya

analisa. Biaya tebang angkut merupakan biaya harian yang dikeluarkan di

musim giling untuk keperluan mendatangkan tebu yang berkaitan dengan

biaya truk dan pengemudinya serta biaya penebang. Biaya ini dihitung per

Page 100: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hektar, pada tahun 2009 sekitar Rp 365.750,00, sedangkan pada tahun

2010 dan 2011 PG Gondang baru harus mengeluarkan biaya sebesar Rp

393.500,00 dan Rp 438.700,00. Setiap bulannya PG Gondang Baru rata-

rata menyelesaikan 600 ha.

Biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

pengamatan terhadap varietas tebu yang disetorkan petani ke PG Gondang

Baru sebelum dilakukan produksi. Setiap musim giling PG Gondang Baru

mengeluarkan biaya analisa yang sama yaitu Rp 3.500,00-

3.800,00/kuintal. Total biaya per bulan yang di keluarkan di PG Gondang

Baru setiap musim giling dari tahun 2009-2010 cenderung meningkat

setiap tahunnya yaitu rata-rata sebesar Rp 309.260.990,00, Rp

561.914.612,00 dan Rp 772.058.647,00. Untuk biaya perharinya dapat

diketahui dengan membagi biaya bulanan tersebut dengan 30 hari karena

diasumsikan 1 bulan terdapat 30 hari. Rata-rata biaya harian yang

dikeluarkan di PG Gondang Baru dari tahun 2009-2010 sebesar Rp

10.225.366,00 pada tahun 2009, Rp 18.630.487,00 pada tahun 2010, dan

Rp 25.597.788,00 pada tahun 2011. Biaya terkecil pada tahun 2009 terjadi

karena pada saat itu kuantitas tebu yang digiling jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan rencana tebang angkut yang telah ditetapkan.

Setelah melihat perbandingan kuantitas produksi yang dihasilkan

perusahaan dengan kuantitas produksi menurut perhitungan metode EPQ,

maka perlu juga memperhatikan biaya yang berkaitan dengan pengadaan

bahan baku untuk mengetahui apakah biaya yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan dapat mencapai tingkat efisiensi persediaan atau belum.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

metode EPQ dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk

pengadaan bahan baku karena selisih yang di dapat antara dua perhitungan

sangat besar. Hal ini menandakan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh PG

Gondang Baru sangat besar apabila dibandingkan dengan perhitungan

biaya menurut EPQ. Rata-rata biaya perhari yang dikeluarkan oleh PG

Gondang Baru selama tahun 2009-2011 adalah Rp 18.151.200,00

Page 101: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sedangkan rata-rata biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut

perhitungan EPQ adalah sebesar Rp 13.394.605,00. Nilai total biaya

persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan perusahaan jauh berbeda

dengan nilai total biaya persediaan menurut metode EPQ. Hal ini berarti

apabila perusahaan menggunakan metode EPQ maka dapat menghemat

biaya yang harus dikeluarkan.

Selisih biaya yang sangat besar tersebut disebabkan karena kuantitas

tebang angkut yang diperoleh PG sedikit padahal total biayanya lebih

besar apabila dibandingkan dengan total biaya menurut perhitungan EPQ.

Kuantitas tebang angkut yang sedikit tersebut disebabkan karena kebun

yang semula dialokasikan ditebang PG dalam pelaksanaannya ditebang

oleh petani tebu rakyat sendiri sehingga PG sulit mengendalikan kapasitas

tebang angkut. Keadaan tersebut sering terjadi pada petani tebu rakyat

kemitraan B (KmB). Lokasi PG gondang Baru berbatasan dengan PG lain

yang merupakan pesaing utamanya di dalam pasok tebu. Dari tahun ke

tahun tingkat persaingan semakin meningkat. PG pesaing mempunyai

banyak kebijakan yang belum bisa diimbangi oleh PG Gondang Baru.

Kebijakan tersebut antara lain jaminan rendemen tertentu dan gula pasir

bagian petani dapat dijual bebas tidak mengikuti lelangan. Keadaan

tersebut menyebabkan dalam satu hari bisa terjadi penumpukan bahan

baku namun di hari berikutnya kekurangan bahan baku.

Tingginya biaya persediaan dikarenakan perusahaan terlalu banyak

mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja yang semakin hari jumlahnya

semakin sedikit sehingga PG harus mengeluarkan biaya untuk upah yang

lebih tinggi untuk menarik pekerja agar mau bekerja di kebun.

Berkurangnya jumlah tenaga kerja yang mau bekerja di kebun dipengaruhi

oleh faktor sosial dan ekonomi. Pertama, dari segi sosial biasanya

masyarakat memandang bahwa bekerja di sektor industri mempunyai

prestice yang lebih tinggi dari pada bekerja di sektor pertanian (tenaga

kerja di kebun). Kedua, dari segi ekonomi bekerja di sektor lain seperti

industri dan perdagangan akan menjanjikan pendapatan yang lebih pasti

Page 102: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari pada bekerja di sektor pertanian yang penuh dengan resiko

ketidakpastian dan musiman. Selain itu, PG juga harus mengeluarkan

biaya yang besar untuk mendatangkan tebu dari luar wilayah binaannya.

Semakin jauh jarak yang ditempuh untuk sampai ke pabrik semakin besar

pula biaya kompensasi angkutan yang harus dikeluarkan oleh PG.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tenaga kerja tersebut adalah

dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pekerja serta

pemberian upah yang tinggi. Dengan demikian, walaupun tenaga kerja

yang ada sedikit namun dapat bekerja secara maksimal. Bila

memungkinkan dapat dilakukan dengan mengambil tenaga kerja dari

wilayah lain.

Metode EPQ sangat berguna untuk mengetahui jumlah produksi

harian bahan baku yang ekonomis, dengan mengetahui jumlah produksi

harian bahan baku yang ekonomis dapat diketahui pula biaya produksi

minimum yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan. dengan

menerapkan metode EPQ bahan baku tebu yang datang dapat segera

digiling dalam jumlah yang ekonomis serta dapat mengurangi kerugian

yang ditimbulkan akibat kerusakan tebu karena terlalu lama mengantri saat

terjadi penumpukan bahan baku. Selain itu dapat menekan biaya tebang

angkut, dengan kuantitas produksi yang ekonomis berarti dapat

menghemat biaya tebang angkut per harinya karena dapat mengurangi

jumlah truk pengangkut serta biaya tenaga sopirnya karena tidak

mengalami antrian tunggu yang panjang untuk menyerahkan tebu ke

pabrik sehingga truk dapat langsung mengangkut tanaman tebu dari kebun

lain.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan agar pihak pabrik dan

petani dapat memperoleh keuntungan. PG Gondang Baru dapat terus

melakukan penggilingan, serta dipercaya petani karena PG Gondang baru

dapat melakukan proses penggilingan dengan cepat sehingga tidak

menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak karena penumpukan bahan

baku yang dapat menurunkan kualitas tebu dan akhirnya menurunkan

Page 103: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jumlah kristal tebu yang dihasilkan sehingga jumlah yang diterima oleh

PG maupun petani juga berkurang.

3. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu

Sistem JIT (Just In Time Production System) sering pula diidentikkan

dengan usaha untuk menghilangkan pemborosan produksi yang

disebabkan oleh produk cacat maupun produk rusak. Disamping itu,

sistem JIT diidentikkan dengan sistem persediaan tepat waktu dan sistem

produksi tepat waktu (Yamit, 1996). Di PG Gondang Baru sistem ini dapat

diterapkan salah satunya dalam pengadaan bahan baku tebu. Ketersediaan

bahan baku yang tepat waktu diharapkan dapat menurunkan resiko

kerugian bagi perusahaan. Penjadwalan masa tanam dan masa panen yang

didasarkan pada kondisi curah hujan merupakan salah satu upaya agar

produksi bahan baku tebu dapat berjalan tepat waktu sesuai dengan masa

produksi pabrik.

Penjadwalan yang tepat dapat digunakan untuk mengatasi masalah

penumpukan bahan baku di pabrik maupun di kebun karena tebu yang

datang disesuaikan dengan jadwal. Penumpukan yang terjadi di pabrik

disebabkan karena masalah teknis seperti kerusakan mesin. Penumpukan

bahan baku ini hanya terjadi dalam beberapa hari saja karena secara total

pasokan tebu selalu kurang setiap musim giling.

Penumpukan bahan baku di pabrik terjadi saat tebu yang dijadwal dan

tidak dijadwal datang bersama-sama sehingga melebihi kapasitas giling

pabrik pada hari tersebut. Hal ini menimbulkan beberapa masalah seperti

menurunnya kualitas tebu karena tebu yang datang tidak dapat langsung

digiling. Penumpukan bahan baku di kebun terjadi jika tebu yang sudah

masak belum ditebang karena kurang perhitungan maupun karena

keterbatasan sumberdaya yang ada. Masalah lainnya adalah tebu yang

sudah ditebang belum bisa diangkut ke pabrik karena keadaan lapangan

yang sulit dijangkau sehingga bahan baku terlambat datang ke pabrik.

Daerah dataran rendah dengan jumlah curah hujan tahunan 1500-3000

mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan

Page 104: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan

tanaman tebu (Mubyarto dan Daryati, 1999).

Berdasarkan pada tabel 21 wilayah yang harus melakukan penebangan

lebih awal adalah Kabupaten Semarang karena saat tiba waktu panen

curah hujan di daerah tersebut sudah cukup tinggi untuk waktu pemanenan

tanaman tebu yakni sebesar 39,9 mm/bulan pada bulan Juli. Kemudian

dilanjutkan ke Kabupaten Salatiga yang saat penebangan curah hujannya

mencapai 38 mm/bulan pada bulan Agustus. Setelah itu jadwal

penebangan adalah di Kabupaten Boyolali dan Klaten untuk memenuhi

kapasitas giling per harinya selama musim giling.

Untuk memenuhi kapasitas giling di PG Gondang Baru, maka

seharusnya PG Gondang Baru mendatangkan bahan baku tebu lebih

banyak lagi mengingat bahan baku yang telah tersedia dalam satu hari

selama ini sering mengalami kekurangan dari kapasitas giling yang ada.

Apabila PG Gondang Baru tidak mampu memenuhi kuantitas bahan baku

tebu, maka sebaiknya PG Gondang Baru mendatangkan bahan baku lagi

dari luar wilayah binaan. Selain itu, melihat dari keadaan yang selalu

mengalami kekurangan bahan baku sebaiknya PG memperluas area

pertanaman tebunya dengan cara mencari lahan lain yang belum

digunakan untuk menanam tebu.

Keadaan curah hujan yang tidak pasti dapat diantisipasi dengan cara

memaksimalkan penggunaan sarana pompa air atau pun tangki air saat

curah hujan terlalu rendah. Jika curah hujan terlalu tinggi upaya untuk

mengatasinya dengan cara pendalaman saluran air yang ada di kebun

dengan tujuan untuk menurunkan air permukaan sehingga akar tanaman

dapat berkembang dengan baik. Namun, untuk mengantisipasi terjadinya

kekurangan bahan baku tebu selama musim giling PG Gondang Baru

harus aktif mencari tebu di wilayah lain dengan cara mendekati petani tebu

yang masih bebas (belum menjadi binaan PG lain).

Penjadwalan yang dilakukan secara tepat dengan melihat karakteristik

tanaman tebu dan curah hujan di masing-masing wilayah binaan

Page 105: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diharapkan dapat memperbaiki proses pengadaan bahan baku di PG

Gondang Baru. Pihak PG dapat memberikan pengarahan kepada petani

agar menanam dan menebang tebu sesuai dengan jadwal. Dengan

demikian penumpukan bahan baku tebu selama musim giling dapat

dihindari dan perencanaan tebang angkut yang tepat akan berdampak pada

proses produksi yang lebih ekonomis. Namun dalam melakukan

penjadwalan masa tanam dan masa panen tanaman tebu tidak bisa hanya

didasarkan pada curah hujan karena banyak faktor lain yang

mempengaruhi petumbuhan tanaman tebu. Dari segi teknis budidaya,

pemilihan varietas tidak semata dari karakteristik saja tapi juga mengacu

pada varietas yang sudah berkembang di setiap wilayah binaan PG yang

terbukti unggul sesuai lokasinya. Dari segi sosial kemitraan yang terjalin

antara PG Gondang baru dan petani tebu rakyat perlu ditingkatkan demi

menjamin pasokan bahan baku tebu agar masuk ke PG. Untuk itu

diperlukan peningkatan frekuensi pertemuan dengan petani tebu rakyat

sehingga meningkatkan kemitraan dan rasa saling mebutuhkan, sehingga

ada rasa sungkan untuk menggilingkan tebunya ke PG lain.

Page 106: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di PG Gondang

Baru dari tahun 2009-2011 sebanyak 13.339,63 kuintal per hari,

11.243,75 kuintal per hari dan 12.606,40 kuintal per hari. Perhitungan

metode EPQ menunjukkan nilai yang lebih besar bila dibandingkan

dengan perhitungan produksi per hari menurut kebijakan perusahaan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengadaan bahan baku yang

diselenggarakan oleh PG Gondang Baru belum ekonomis.

2. Total biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien dalam setiap kali

produksi di PG Gondang Baru dari tahun 2010-2011 secara berturut-

turut sebesar Rp 14.006.615,00 per hari, Rp 11.805.936,00 per hari, dan

Rp 14.371,287,00 per hari. Perhitungan total biaya persediaan bahan

baku menurut metode EPQ menunjukkan nilai yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan perhitungan total biaya per hari menurut

kebijakan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa biaya

pengadaan bahan baku yang diselenggarakan oleh PG Gondang Baru

belum efisien.

3. Untuk melakukan penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru

agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi merata selama

musim giling dapat dilakukan penjadwalan masa tanam dan masa

tebang yang didasarkan pada data curah hujan. Dari data curah hujan

menunjukkan bahwa masa tanam untuk Kabupaten Klaten, Boyolali,

Salatiga hampir bersamaan yaitu dimulai pada bulan Oktober.

Sedangkan Kabupaten Semarang adalah yang paling awal melakukan

penanaman yakni pada bulan September. Wilayah yang harus

melakukan penebangan lebih awal adalah Kabupaten Semarang

kemudian dilanjutkan ke Kabupaten Salatiga. Setelah itu jadwal

penebangan adalah di Kabupaten Boyolali dan Klaten.

Page 107: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN …...Just In Time Production System..... 16 7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production ... bahwa dengan metode EPQ diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Saran

1. PG Gondang baru sebaiknya menerapkan metode EPQ dalam

pengadaan bahan baku tebu karena dapat memberikan kuantitas

produksi yang ekonomis dan total biaya yang harus dikeluarkan pun

dapat diminimalkan. Untuk itu PG Gondang Baru perlu

memperhitungkan keuntungan dari produksi gula pasir kristal yang

dilakukan dengan menekan biaya persediaan bahan baku tebu dengan

cara mengoptimalkan pengangkutan agar menghemat biaya.

2. Untuk menghindari agar tebu tidak masuk ke PG lain sebaiknya PG

Gondang Baru meningkatkan pengawasan terhadap perilaku petani

yang pada umum sama yakni menginginkan memperoleh keuntungan

yang terbesar dengan menggilingkan tebu ke PG yang mampu

memberinya harga tertinggi. Cara yang dapat ditempuh antara lain

dengan latihan dan kunjungan serta pembuatan kebun contoh. Kegiatan

latihan dan kunjungan dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin

dengan petani untuk diberikan pengarahan dan penyuluhan tentang

usahatani tebu.

3. Sebaiknya PG Gondang Baru melakukan ekstensifikasi lahan dengan

cara menambah jumlah petani kemitraan A (KmA) agar pasokan bahan

baku dapat dikelola secara langsung oleh pabrik dan meminimalkan

jumlah tebu yang lolos dari PG Gondang Baru.

4. Sebaiknya dilakukan perbaikan jalan di areal kebun agar dapat

menghemat waktu pada saat pengangkutan bahan baku tebu.