analisis pengaruh sistem pengendalian intern …

69
ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PENGAWASAN INTERN MARALUS PANGGABEAN

Upload: others

Post on 01-Apr-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

ANALISIS PENGARUH

SISTEM PENGENDALIAN

INTERN TERHADAP

PENGAWASAN INTERN

MARALUS PANGGABEAN

Page 2: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

Buku Karya Ilmiah

ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN

INTERN TERHADAP PENGAWASAN INTERN

Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pengawasan

yang Diajukan dalam Rangka

Pemenuhan Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor

oleh

MARALUS PANGGABEAN

NIP 195901211987031002

Auditor utama

Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek

Jakarta

2021

Page 3: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

KATA PENGANTAR

Pada tahun 2014, penulis telah berhasil mempertahankan disertasi berjudul

“Analisis Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Pengawasan Internal dalam Perspektif Chaos Theory di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” di Jurusan Ilmu Administrasi FISIP-UI, yang sekarang sejak tahun 2016 Jurusan Ilmu Administrasi menjadi fakultas tersendiri dengan nama Fakultas Ilmu Administrasi (FIA-UI). Disertasi tersebut pada hakekatnya dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni teori yang mendasarinya (grand theory) dan metodologi penelitian yang digunakan untuk menganalisis topik penelitian.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa penelitian beranjak dari paradigma atau cara

pandang untuk mengetahui realaitas sosial tertentu secara spesifik (Kuhn, 1962; Friedrichs, 1970; Ritzer, 1980, Gage 1986, Guba, 1990) dan sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi, epistemologi, dan metodologi (Denzin & Lincoln (1994). Paradigma sebagai landasan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa hakikat realitas, hakikat hubungan antara peneliti dengan realitas, dan bagaiman cara peneliti mengetahui realitas, yang dalam penelitian ini adalah paradigma kuantitatif, yakni penelitian yang didasarkan pada pengujian teori pada sekelompok variabel yang diukur dengan angka-angka dan dianalisis dengan prosedur statistik.

Dengan demikian, karya tulis ilmiah yang pertama adalah berkenaan dengan teori

yang melandasi analisis pengendalian dan pengawasan, sedangkan karya tulis ilmiah kedua ini berupa metodologi yang digunakan untuk membedah persoalan faktual dengan memanfaatkan piranti lunak untuk mengolah data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah kedua ini terlepas dari karya tulis ilmiah pertama, karena metodologi kuantitatif bersifat deduktif, yakni dari umum ke khusus, yang diharapkan dapat menghasilkan generalisasi. Landasan teori apa pun yang mendasarinya, dalam metode kuantitatif dapat diselesaikan ketika menggunakan perangkat pemrograman secara tepat.

Meskipun dalam penelitian ini berasal dari data lapangan tahun 2014, namun karya

tulis ilmiah ini telah dilengkapi dengan data terkini, yakni hasil pengawasan tahun 2020 yang berasal dari Inspektorat IV Itjen Kemendikbudristek. Nomenklatur yang terkait dengan Kemendikbud tetap dipertahankan pada data yang lama, sedangkan data terbaru telah disesuaikan dengan Kemendikbudristek. Pengalaman penulis dalam pelaksanaan audit, sejatinya mirip dengan metode penelitian kualitatif, yakni mengumpulkan data lapangan, interviu dengan informan, mengolah dan menganalisis data tersebut menjadi laporan hasil audit. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan penyempurnaan dari penelitian sebelumnya, karena tidak hanya melalui pendekatan kuantitatif, namun juga dilengkapi dengan data kualitatif, sehingga memenuhi kaidah pendekatan mixed method.

Jakarta, 21 Agustus 2021

Maralus Panggabean

i

Page 4: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Pokok Permasalahan ......................................................... 2

C. Pembatasan Masalah Penelitian ……....................................... 2

D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ……………..………………. 3

BAB II : TINJAUAN LITERATUR …………................................................. 5

A. Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System) ……...... 5

B. Pengawasan Intern (Internal Audit) ………................................. 6

C. Kerangka Teoretis ….……………………………………………… 7

D. Model Konseptual …………………………… ……………………. 8

BAB III : METODE PENELITIAN ………………..………………………………. 10

A. Paradigma Penelitian ………..…………………………………….. 10

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ………………. 11

C. Hipotesis Penelitian …………...................................................... 13

D. Definisi Operasional Variabel dn Skala Pengukuran ................... 15

E. Model Hubungan Antar Variabel …………................................... 16

F. Teknik Pengumpulan Data ………................................................ 16

G. Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen ........................................ 21

H. Teknik Analisis Data ………..………………………………………. 22

I. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………. 25

J. Konfirmasi Hasil Penelitian …………………………………………. 26

BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………… 27

A. Analisis Validitas dan Reliabilitas ……………………….…………. 27

B. Confirmatory Factor Analysis (CFA) …………............................... 33

C. Analisis dan Interpretasi ………………............................................ 42

D. Temuan Kemendikbudrisrtek Terkini…………….………………….. 53

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI .............................. 56

A. Simpulan ........................................................................................ 56

B. Implikasi.......................................................................................... C. Rekomendasi Penelitian Lanjutan..................................................

58 59

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 5: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian internal merupakan kebijakan, prosedur, proses, dan struktur

organisasi yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai

dan kejadian yang tidak dikehendaki dapat dicegah, diketahui dan dikoreksi (Simmons,

1997). Pimpinan menciptakan lingkungan pengendalian yang positif melalui penegakan

kode etik, secara kontinu melakukan supervisi pelaksanaan pengendalian internal, dan

melakukan modifikasi jika diperlukan (Konrath, 1999). Sistem pengendalian (control

system) sebagai sikap dan tindakan manajemen dalam mengendalikan organisasi.

Pimpinan organisasi perlu mengedukasi pengendalian internal yang lebih baik guna

menghindari terjadinya peristiwa negatif atau merugikan (Moeller, 2007).

Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) yang diformulasikan oleh

COSO (1992) menurut Sawyer (2003) secara konseptual terdiri dari unsur (1) lingkungan

pengendalian (control environnment); (2) penaksiran risiko (risk assessment); (3) aktivitas

pengendalian (control activities); (4) informasi dan komunikasi (information and

communication); dan (5) pemantauan (monitoring). Semua elemen tersebut merupakan

faktor penting dalam keberhasilan pengawasan internal (internal audit) dalam

memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) tentang efektivitas dan

efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan (compliance) terhadap

regulasi (Arens, 2000).

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ditindaklanjuti dengan penerbitan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

112194/A.A3/KU/2012 tentang Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya diterbitkan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 85 Tahun 2019 tentang Sistem

Pengendlian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Maksud dan tujuan dibentuknya Satgas SPIP tersebut adalah untuk efektivitas

penyelenggaraan sistem pengendalian intern yang dilaksanakan secara terpadu dengan

melibatkan seluruh unit utama di lingkungan Kemendikbud.

Pada masa lalu, pengendalian adalah tugas pimpinan dengan istilah pengawasan

atasan langsung atau pengawasan melekat (waskat), Pada saat ini, pengendalian

diasosiasikan dengan pengawasan yang dinilai telah cukup jika pimpinan membentuk

satuan pengawasan internal (SPI). Kata control seringkali diterjemahkan dengan

pengendalian, namun tak jarang pula dialihbahasakan menjadi pengawasan. Diksi atau

kosa kata dalam memahami suatu terminologi acapkali menimbulkan penafsiran yang

berbeda dan pada gilirannya mengakibatkan distorsi tindakan karena terjadinya

pergeseran makna. Hal ini menyebabkan terjadinya misleading atas fungsi kontrol dalam

manajemen. Makna control adalah pengendalian, sedangkan audit adalah pemeriksaan

atau pengawasan. Pengendalian lebih menekankan pada fungsi manajemen leading,

sedangkan pengawasan lebih menekankan pada fungsi supervising (Stoner, 1993).

Page 6: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

2

Kata pengendalian dan pengawasan mempunyai kemiripan, namun berbeda secara

signifikan atas implikasi yang ditimbulkannya. Pengendalian adalah kewenangan pihak

manajemen. Sedangkan pengawasan berada pada pimpinan, namun dapat pula

dilimpahkan kepada pegawai atau aparat pengawasan yang ditunjuknya (Sawyer, 2003).

Jika organisasi sederhana, pimpinan mengendalikan (controlling) sendiri organisasinya,

sehingga disebut sebagai pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built-

in control). Namun jika organisasi bersifat kompleks dan rentang kendalinya (span of

control) cukup luas, maka pimpinan dapat mendelegasikan tugas pengawasannya

kepada staf atau organ yang dibentuknya, yang disebut sebagai aparat pengawasan

internal (internal auditor).

Pemahaman atas sistem pengendalian internal (internal control system) yang

kadangkala rancu dengan pengawasan internal (internal audit) merupakan problema di

lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sehingga

persoalan faktual tersebut perlu didalami eksistensinya guna mengetahui hubungan dan

pengaruhnya di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dengan demikian, ulasan, kajian,

studi, dan penelitian tentang perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan

penggerakan (actuating) yang telah banyak melahirkan teori, konsep, dan model

pengembangan pengendalian (controlling) serta pengawasan (audit) di lingkungan

pemerintahan perlu dielaborasi lebih komprehensif.

B. Pokok Permasalahan

Penelitian ini merumuskan pokok permasalahan penelitian atas fungsi dan relasi

kausalitas faktor-faktor yang mempengaruhinya yang diformulasikan dalam bentuk tiga

pertanyaan peneltian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap

pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset dan Teknologi?

2. Bagaimana perbedaan penerapan sistem pengendalian internal (internal control

system) dalam pengawasan internal (internal audit) di lingkungan Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi?

3. Apakah unsur Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian,

Informasi/Komunikasi, dan Pemantauan mempunyai dampak yang setara pada

Pengawasan Internal dalam kegiatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset

dan Teknologi?

C. Pembatasan Masalah Penelitian:

Ruang lingkup bahasan adalah pembuktian pengaruah sistem pengendalian

internal dalam pelaksanaan audit internal oleh Inspektorat Jenderal Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui pendekatan kuantitatif dan

dikonfirmasi dengan pendekatan kualitatif (mixed method).

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses empiris

hubungan antara sistem pengendalian internal (internal control system) dengan

pengawasan internal (internal audit) di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,

Page 7: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

3

Riset dan Teknologi. Dengan penelitian survei ini diharapkan dapat dikonfirmasi model

pengendalian internal yang terdiri dari unsur lingkungan pengendalian (control

environment), penaksiran risiko (risk assesment), aktivitas pengendalian (control

activities), informasi dan komunikasi (information and communication) dan pemantauan

(monitoring) kaitannya dengan pengawasan internal. Secara spesifik, tujuan penelitian ini

adalah untuk mengkonfirmasi pengaruh dan hubungan antarvariabel yang ditetapkan

dalam model analisis. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system)

terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

2. Menganalisis perbedaan pelaksanaan sistem pengendalian internal (internal control

system) dan pengawasan internal (internal audit) di lingkungan Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

3. Menganalisis perbedaan dampak masing-masing aspek Sistem Pengendalian

Internal yang terdiri dari unsur Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko,

Aktivitas Pengendalian, Informasi/Komunikasi, dan Pemantauan pada Pengawasan

Internal dalam kegiatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa tujuan penelitian yang pertama adalah

untuk memperoleh deskripsi tentang ada tidaknya pengaruh dari kelima varibel eksogen

(pengendalian internal) terhadap variabel endogen (pengawasan internal). Kedua, untuk

memperoleh gambaran tentang implementasi dari masing- masing varibel endogen

tersebut dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Ketiga, untuk mengetahui apakah tiap

variabel endogen memiliki dampak yang setara atau mempunyai perbedaan yang

signifikan secara statistik terhadap pengawasan internal.

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kajian

tentang sistem pengendalian internal (internal control system) dan kontribusinya dalam

pengembangan sistem pengendalian internal pemerintah berdasarkan perspektif

pengawasan internal. Penelitian tentang sistem pengendalian internal masih terbatas,

terlebih implementasinya dalam organisasi pemerintah atau organisasi nirlaba (nonporfit

organization) dalam hal ini di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset dan Teknologi belum banyak dilakukan penelitian.

Untuk kebutuhan praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan

bagi aparat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi termasuk para

auditor Inspektorat Jenderal tentang pentingnya pengendalian tidak sekadar aktivitas

pengawasan, namun sebagai proses yang terintegrasi dalam lingkungan pengendalian

(control environment), penilaian risiko (risk assesment), aktivitas pengendalian (control

activities), informasi/komunikasi (information and communication), dan pemantauan

(monitoring) yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan demikian, rasionalitas atas pentingnya penelitian ini karena sejumlah

alasan. Pertama, memahami hubungan antara pengendalian internal dan unsur-

unsurnya dalam pelaksanaan pengawasan akan membantu menyingkap logika dasar

sistem pengendalian internal (internal control system) bukan sekadar pengawasan

internal dengan keputusan atas efektivitas lembaga pengawasan. Kedua, penerapan

Page 8: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

4

sistem pengendalian internal diproyeksikan dapat memberikan kontribusi terhadap

pencapaian penguatan pengawasan internal di lingkungan Kemendikbudristek akan

menginspirasi kementerian dan lembaga pemerintah lainnya melalui regulasi dan

konsistensi implementasinya.

Penerapan sistem pengendalian internal dapat mengalami ketidakberhasilan, sehingga

memerlukan pengawasan internal yang akan membantu pimpinan memonitor kemajuan

organisasi dalam situasi perubahan lingkungan dewasa ini yang pengaruhnya begitu

cepat dalam suasana penuh ketidakpastian. Masalah yang begitu penting dalam

keberlangsungan eksistensi organisasi akan menimbulkan masalah baru dan

berkepanjangan manakala tidak diupayakan solusinya melalui penelitian yang segera

dilakukan. Dengan demikian, urgensi penelitian terletak pada kesegeraan untuk

memanfaatkan momentum dan peluang perubahan agar tidak kehilangan kesempatan

untuk menelitinya, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi bagi dunia

akademik dan sumbangsih bagi perbaikan pengawasan internal dalam konteks sistem

pengendalian internal pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi.

Page 9: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

5

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Sistem Pengendalian Intern

Definisi sistem pengendalian internal (internal control system) yang dikembangkan

oleh Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO, 1992)

adalah suatu proses yang dijalankan oleh pimpinan, manajemen dan pegawai lainnya,

yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga

kategori tujuan, yaitu (1) efektivitas dan efisiensi kegiatan; (2) keandalan laporan

keuangan; dan (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundangan-undangan

yang berlaku.

Sawyer (2003) mengidentifikasi Sistem Pengendalian Internal tersebut terdiri dari

5 unsur yang saling berkaitan, yaitu (1) lingkungan pengendalian (control environment);

(2) penaksiran risiko (risk assessment); (3) aktivitas pengendalian (control activities); (4)

informasi dan komunikasi (information and communication); dan (5) pemantauan

(monitoring). Kelima unsur tersebut bersumber dari cara manajemen atau pimpinan

menyelenggarakan tugasnya dan oleh karena itu komponen tersebut menyatu (built in)

dan terjalin (permeatted) dalam proses manajemen.

Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) secara operasional

didefinisikan sebagai suatu proses yang dijalankan oleh pimpinan, manajemen dan

pegawai lainnya, yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang

pencapaian efektivitas dan efisiensi kegiatan, pengamanan aset, keandalan laporan

keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku

(Root, 1998; Sawyer, 2003, Moeller, 2007). Definisi operasional varibel- variabel yang

terkait adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan

kompetensi personel dalam entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara

manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab, mengorganisasi dan

mengembangkan personel, perhatian dan pengarahan pimpinan. Dengan demikian,

lingkungan pengendalian merupakan kondisi yang memengaruhi efektivitas

pengendalian internal (Bartol, 1996).

2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Mekanisme yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola

risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas organisasi. Dengan demikian,

penaksiran risiko adalah penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (Namee & Selim, 1998; Pickett, 2006).

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan tercapai. Dengan demikian,

aktivitas pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko dan

memastikan bahwa pelaksanaan kebijakan dan prosedur tersebut telah efektif (Jorion

2005).

Page 10: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

6

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication):

Sistem yang memungkinkan personel dalam entitas memperoleh dan memberikan

informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan

operasinya. Dengan demikian, Informasi dan Komunikasi merupakan data yang telah

diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan proses

menyampaikan informasi untuk mendapatkan umpan balik (Spoull & Kiesler, 1999).

5. Pemantauan (Monitoring)

Proses untuk menilai kinerja sepanjang waktu yang dijalankan melalui aktivitas

monitoring yang terus-menerus, evaluasi terpisah atau kombinasi dari keduanya.

Dengan demikian, pemantauan merupakan proses pengawalan atas mutu kinerja

sistem pengendalian internal (Kreitner, 1992).

B. Pengawasan Intern (Internal Audit):

Aktivitas pemberian keyakinan serta konsultansi yang independen dan obyektif,

yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi, membantu

organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis

dan berdisiplin untuk mengevalasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen

risiko, pengendalian, dan penngelolaan. Dengan demikian, pengawasan internal adalah

penilaian atas kegiatan operasional, pengamanan aset, pelaporan keuangan, dan

ketaatan terhadap peraturan (Sawyer, 2003, Moeller, 2007). Aparat pengawasan intern

pemerintah (APIP) yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), Inspektorat Jenderal Kementerian, dan Inspektorat Provinsi/Kabupaten/ Kota

merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.

Dalam penelitian ini, control secara konsisten diterjemahkan sebagai

pengendalian atau kontrol, sedangkan audit adalah pengawasan atau pemeriksaan.

Dengan demikian, internal control adalah pengendalian internal dan internal audit adalah

pengawasan internal. Pengendalian internal dilakukan oleh pimpinan, sedangkan

pengawasan dilakukan oleh pengawas internal (internal auditor). Jika dalam

pengendalian (control) terdapat unsur intervensi atau campur tangan atasan untuk ikut

memperbaiki manakala terjadi penyimpangan, tidak demikian halnya pengawasan (audit).

Aparat pengawasan internal sebagai organ yang bertugas mengawasi tidak melakukan

intervensi, melainkan membandingkan rencana atau program yang telah ditetapkan

dengan realisasinya. Jika terdapat penyimpangan, aparat pengawasan memberikan

saran atau rekomendasi perbaikan, tanpa harus terlibat di dalamnya.

Perbedaan penafsiran makna tersebut menimbulkan konsekuensi kebijakan yang

melatari munculnya berbagai lembaga pengawasan di segala lini. Dalam bidang

pendididikan, banyak organ yang melakukan fungsi pengawasan, yaitu penilik (TK/SD),

pengawas sekolah (SMP, SMK, SMA), Satuan Pengawasan Internal (SPI) di setiap unit

kerja di lingkungan Kemendikbudristek termasuk SPI di lingkungan perguruan tinggi.

Terdapat aparat pengawasan internal pemerintah (APIP), yakni BPKP, Itjen

Kemendikbudristek, dan Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/Kota, serta aparat pengawasan

eksternal yaitu BPK. Demikian pula ada Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, dan

organisasi swadaya masyarakat (LSM), termasuk Dewan Perwakilan Rakyat yang juga

memiliki fungsi pengawasan. Banyaknya lembaga pengawasan tidak menjamin baiknya

tata kelola pendidikan.

Page 11: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

7

Penyederhanaan terminologi control sekadar sebagai pengawasan memunculkan

stigma yang kurang proporsional terhadap aparat pengawasan internal pemerintah.

Independensi, kompetensi, dan integritasnya acapkali dipertanyakan. Hal ini mengingat

bahwa pengawasan hanyalah kegiatan membandingkan rencana dengan realisasi dan

upaya menemukan penyimpangan. Jika control direduksi sebagai pengawasan, maka

sifatnya lebih terbatas. Berbeda dengan pengendalian yang cakupannya lebih luas. Jika

control dimaknai sebagai pengendalian, bukan sekadar pengawasan (audit), maka control

mempunyai peran yang setara, bahkan melingkupi fungsi-fungsi manajemen lainnya,

yakni planning, organizing, actuating, dan controlling (Stoner, 1998).

C. Kerangka Teoretis

Variabel sistem pengendalian internal (internal control system) yang berpengaruh

adalah kondisi pendidikan nasional dan kondisi global sebagai faktor lingkungan internal

dan eksternal (control environment). Tata kelola pendidikan merupakan variabel aktivitas

pengendalian (control activities). Variabel penaksiran risiko (risk assessment) tercermin

dari tujuan pendidikan yang menjadi tantangan bagi masa depan. Variabel informasi dan

komunikasi (information and communication) teridentifikasi dari pemahaman masyarakat

dan persepsi publik tentang kualitas pelaksanaan pendidikan. Pemantauan (monitoring)

merupakan varibel yang merefleksikan tingkat evaluasi masalah pendidikan. Kelima

varibel tersebut ditengarai mempengaruhi optimalisasi pengawasan internal (internal

audit).

Kerangka teoretis dalam menyusun model penelitian untuk menjawab secara

rasional masalah yang telah diidentifikasikan dan dirumuskan menurut jalinan logika

sebagaimana digunakan dalam berpikir deduktif adalah sebagai berikut.

Gambar 1: Kerangka Teoretis Penelitian

Sumber: Diolah dari berbagai teori tentang sistem pengendalian internal dan pengawasan

internal.

Page 12: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

8

Berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan di atas, proposisi sebagai

pernyataan atas fenomena sistem pengendalian internal yang dapat diamati yang menjadi

kerangka acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Proposisi 1: Sistem pengendalian internal (internal control system) merupakan kebijakan, prosedur, proses, dan struktur organisasi untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai melalui interaksi berbagai elemen lingkungan pengendalian; (2) penaksiran risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi dan komunikasi; dan (5) pemantauan mempunyai korelasi dan mempengaruhi keberlangsungan pengawasan internal (internal audit) dalam memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) tentang efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan (compliance) terhadap regulasi (Simmons, 1997; Reider, 1994; Arens, 2000; Pickett, 2002; Singleton, 2006). Proposisi 2: Penerapan berbagai unsur sistem pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian; (2) penaksiran risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi dan komunikasi; dan (5) pemantauan berlangsung melalui aktivitas yang saling terkait dan bervariasi intensitasnya serta mempunyai diferensiasi dalam implementasinya pada tiap level kegiatan (operations), pada saat menyusun laporan keuangan (financial reporting), dan pada saat harus menaati peraturan yang berlaku (compliance with the regulations) (Root, 1998; Moeller, 1998; Regan, 2004). Proposisi 3: Tiap elemen pengendalian memiliki eksistensi yang tidak setara dan pengabaian atas unsur yang berkaitan dengan risiko pengendalian (risk assessment) mempunyai dampak yang signifikan pada keberlanjutan kompetensi inti (core competence) yang pada gilirannya akan melemahkan pengawasan (audit) dalam hal mendefinisikan masalah kunci dan kondisi yang perlu dilaporkan (reportable conditions), memvalidasi bukti yang diuji (testimonial evidence), melakukan penilaian akhir, dan mengidentifikasi tindakan korektif (Simmons, 1997; Namee & Selim, 1998; Kinney, 2000; Jorion 2005).

D. Model Konseptual

Model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah dituangkan dalam Gambar 2 berikut.

Gambar 2: Model Konseptual Penelitian

Variabel Eksogen Variabel Endogen

Sumber: Diolah dari Sistem Pengendalian Internal (COSO, 1992) dengan Model Persamaan Struktural (SEM)

Page 13: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

9

Berdasarkan Model Konseptual pada Gambar 2 di atas, setiap organisasi

khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melaksanakan tiap kegiatan

(activity) dan pada setiap entitas atau unit kerjanya (units) perlu memiliki lingkungan

pengendalian yang mendukung (control environment), penelaahan terhadap risiko

pengendalian (risk assessment), tindakan pengendalian yang efektif (control activities),

informasi dan komunikasi antar pengelola kegiatan dan antara pihak di dalam organisasi

dengan pengawasan internal (information and communication), serta pemantauan secara

berkala terhadap efektivitas sistem pengendalian internal tersebut (monitoring). Hal ini

ditujukan untuk menekan, mengurangi, bahkan mengeliminasi risiko pengendalian (risk

control) sehubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasi (operations), pengamanan

aset (assets safeguard), keandalan pelaporan keuangan (financial reporting), dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (compliance with the law and

regulations).

Sistem pengendalian internal (internal control system) yang baik akan

berpengaruh terhadap pengawasan internal (internal audit), yakni akan mengurangi

intensitas dan rutinitas pengawasan internal dikarenakan telah berjalannya sistem

pengendalian internal, sehingga mengakibatkan efektivitas dan efisiensi organisasi

tercapai sebagaimana diperlihatkan dalam organisasi yang telah mapan. Pengawasan

internal ditujukan untuk memastikan atau memperoleh keyakinan yang memadai bahwa

kegiatan operasional, pengamanan aset, pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap

peraturan telah berjalan sebagaimana mestinya (Sawyer, 2003).

Page 14: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah cara pandang untuk mengetahui realaitas sosial tertentu

secara spesifik (Kuhn, 1962; Friedrichs, 1970; Ritzer, 1980, Gage 1986). Guba (1990)

dan sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi, epistemologi, dan

metodologi (Denzin & Lincoln (1994). Paradigma sebagai landasan untuk mencari

jawaban atas pertanyaan apa hakikat realitas, hakikat hubungan antara peneliti dengan

realitas, dan bagaiman cara peneliti mengetahui realitas, yang dalam penelitian ini adalah

paradigma kuantitatif, yakni penelitian yang didasarkan pada pengujian teori pada

sekelompok variabel yang diukur dengan angka-angka dan dianalisis dengan prosedur

statistik.

Borg dan Gall (1989) menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif sebagai metode

tradisional, positivistik, saintifik, konfirmatori, dan dari segi proses bersifat deduktif, yakni

cara pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus. Asumsi paradigma positivistik

dengan pendekatan kuantitatif yang merepresentasikan determinasi faktor kausatif, yakni

unsur-unsur sistem pengendalian internal (lingkungan pengendalian, penaksiran risiko,

aktivitas pengendalian, informasi / komunikasi, dan pemantuan) yang menentukan akibat,

yaitu pelaksanan pengawasan internal di lingkungan Kemendikbudristek. Identifikasi

faktor penyebab yang mempengaruhi hasil akhir melalui verifikasi teori yang

melandasinya dengan pengujian empiris atas realitas obyektif berdasarkan analisis data

numerik.

Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas, studi

tentang sesuatu yang ada (being), membahas realitas atau suatu entitas apa adanya,

melalui proses yang dapat diakui kebenarannya (Denzin & Lincoln, 1994). Proses

tersebut memerlukan pola berpikir yang berlandaskan pada bagaimana ilmu pengetahuan

yang dimanifestasikan dalam bentuk teori sebagai dasar pembahasan realitas. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan ontologi, yaitu apa

bentuk dan realitas pengendalian internal dalam konteks hubungannya dengan

pengawasan internal dan selanjutnya apa yang dapat diketahui tentangnya.

Secara epistemologis (Neuman, 2006) yang mempertanyakan tentang bagaimana

cara mengetahui sesuatu dan apa hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam proses

memperoleh pengetahuan adalah melalui metodologi penelitian yang memfokuskan pada

bagaimana cara memperoleh pengetahuan berdasarkan pandangan bahwa peristiwa

sosial, dalam hal ini sistem pengendalian internal mengandung elemen-elemen sebagai

variabel yang mempengaruhi pengawasan internal. Secara metodologis, pengujian

hipotesis melalui survei dan analisis kuantitatif, hasil uji hipotesis melalui prosedur

pengujian validitas dan reliabilitas yang mengindikasikan stabilitas dan konsistensi

instrumen pengukuran konsep dan membantu untuk melihat ketepatan pengukuran.

Dalam tatanan aksiologi yang bermakna sebagai kegunaan ilmu dikaitkan dengan

kegunaan bagi masyarakat dan tanggung jawab etika, secara aksiologis penelitian ini

bersifat bebas nilai berdasarkan obyektivitas metodologi yang digunakan (Creswell,

1994). Kegunaan operasional berkaitan dengan pelaksanaan sistem pengendalian

internal dan pengawasan internal di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,

Page 15: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

11

Riset dan Teknologi. Sedangkan kegunaan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu

(sains) melalui tahap-tahap penelitian berdasarkan pemikiran deduktif-induktif yang

memberikan makna sebagai sebuah pengujian terhadap teori dan menambah kontribusi

dalam bentuk temuan penelitian.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris,

dan sistematis untuk dapat memahami obyek penelitian sesuai dengan syarat-syarat

yang dituntut oleh ilmu berdasarkan proses berpikir ilmiah (Creswell, 1994). Pengujian

hipotesis sebagai rasionalisasi atas hubungan antarvariabel berdasarkan metode

deduktif-induktif. Suatu fakta atau gejala atas aktivitas pengawasan internal merupakan

akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga diyakini adanya determinisme

atau proses sebab-akibat dengan sistem pengendalian internal yang terjadi di lingkungan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Untuk mengecek, memperbaiki, dan memantapkan data yang diperoleh dari

kuesioner, digunakan satu komponen kecil penelitian secara keseluruhan yang disusun

dari paradigma kualitatif melalui triangulasi simultan (Morse, 1991) dalam bentuk focus

group discussion (FGD), sehingga dalam penelitian ini melibatkan pendekatan pragmatis

dengan metode campuran (mix method) yang menggabungkan metode-metode dalam

sebuah studi tunggal dengan strategi metode kuantitatif yang lebih dominan (Creswell,

1994; Roosman dan Wilson, 1985; Lanci, 1993).

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Populasi penelitian sebagai himpunan dari semua unit analisis yang terdiri atas

obyek dan subyek yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

untuk dianlisis dengan elemen yang merupakan anggota kelompok target, yakni eselon I

sampai dengan eselon IV di 10 unit utama di lingkungan kantor Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, yaitu (1) Sekretariat Jenderal; (2) Inspektorat Jenderal; (3) Direktorat

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI); (4) Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar; (5) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah; (6) Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi; (7) Direktorat Jenderal Kebudayaan; (8) Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Tenaga Pendididkan; (9) Badan

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan; dan (10) Badan Bahasa

sebgaimana terinci pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1: Daftar Sampel Penelitian

No

UNIT KERJA

TENAGA STRUKTURAL

(Eselon)

JUMLAH

RESPONDEN

I II III IV

1 Sekretariat Jenderal 1 5 20 60 86 25

2 Inspektorat Jenderal 1 6 4 13 24 43*

3 Ditjen PAUDNI 1 5 20 47 73 30

Page 16: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

12

4 Ditjen Dikdas 1 5 20 46 72 25

5 Ditjen Dikmen 1 5 19 42 67 27

6 Ditjen Dikti 1 5 20 47 73 24

7 Ditjen Kebudayaan 1 6 24 55 86 63

8 Badan SDM PTK 1 5 14 37 57 31

9 Balitbang 1 5 17 21 44 25

10

Badan Bahasa 1 3 10 26 40 29

JUMLAH 10 50 168 394 622 322

*pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor Itjen Sumber: Data Bezetting

Kepegawaian Kemdikbud per 1 Oktober 2012

Pemilihan pejabat sebagai sampel didasari pada pertimbangan atas perannya

yang signifikan dalam proses pelaksanaan sistem pengendalian internal di lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sesuai dengan karakteristiknya,

pengendalian yang cenderung tidak berwujud fisik namun dapat dirasakan

keberadaannya (soft control) berperan sebagai fondasi dari kegiatan pengendalian yang

bersifat prosedural dan tampak secara fisik (hard control), sehingga peran pimpinan

sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi. Para pejabat di lingkungan

Kemdikbud berperan sebagai ‘tone at the top’ dalam penerapan pengendalian internal.

Penarikan sampel menggunakan teknik sampel acak berstrata disproporsional

(disproportionate stratified random sampling), yaitu penarikan sampel yang anggota

populasinya berstrata (eselon I, II, III, dan IV) tidak homogen dan tidak berproporsi atau

tidak berimbang. Peneliti mengelompokkan populasi menurut tingkatannya, yakni pejabat

eselon I, II, III, dan IV, serta pejabat fungsional auditor setara eselon III dan IV di

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rasionalitas

penggunaan teknik sampling berstrata secara tidak proporsional ini adalah untuk

meningkatkan efisiensi secara statistik dengan mengambil sampel berdasarkan strata

populasi dan menyediakan data yang memadai untuk dianalisis dalam berbagai tingkatan

atau subpopulasi (Sekaran, 2003:273).

Tabel 2: Sampel Acak Berstrata Disproporsional

Level

Jumlah Elemen Jumlah Subjek dalam Sampel Sampel Proporsional

(20%) Sampel

Disproporsional Eselon I 10 2 4 Eselon II 50 10 18 Eselon III 168 34 74 Eselon IV 394 79 226

Total 622 125 322

Sumber: Format (Sekaran 2003: 132) dengan isian data sampel penelitian

Page 17: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

13

Jika menggunakan desain pengambilan sampel acak berstrata proporsional

(proportionate stratified random sampling), jumlah responden cukup 20% tiap strata.

Namun dengan pertimbangan agar subjek tiap strata lebih banyak memberikan informasi

dari variabilitas yang ditaksir dalam strata tertentu, maka kuesioner yang terisi lengkap

dari responden yang jumlahnya lebih dari 20% tiap strata, yaitu 322 dimasukkan

seluruhnya sebagai sampel, berdasarkan keputusan penerapan prosedur pengambilan

sampel acak berstrata disproporsional (disproportionate stratified random sampling).

Menurut Sekaran (2003), desain pengambilan sampel cara probabilitas

(probability sampling) digunakan ketika representasi sampel adalah penting dalam rangka

generalisasi lebih luas. Sampel individu pada seluruh unit utama di lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah pejabat struktural eselon I, II, III, dan

IV dan pejabat fungsional auditor Inspektorat Jenderal selaku aparat pengawasan internal

yang melakukan pengujian keandalan sistem pengendalian internal. Dengan demikian,

sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari kuantitas populasi yang mencerminkan

keseluruhan populasi dengan kriteria (1) menjelaskan atau mewakili populasi; (2)

menentukan sifat baku atau presisi dari hasil yang diperoleh; (3) memberikan keterangan

yang maksimal; (4) memadai dan representatif terhadap populasi.

Desain pengambilan sampel stratifikasi berdasarkan homogenitas tiap strata dan

heterogenitas (variabilitas) antarstrata, serta besarnya populasi dalam tiap kategori

tersebut tidak mengikuti ketetapan yang mutlak (20%), mengingat jumlah sampel yang

kelewat banyak lebih baik daripada kurang (oversampling is always better than

undersampling). Namun demikian, ukuran sampel yang terlalu besar (lebih dari 500 dapat

menimbulkan masalah representasi sampel untuk generalisasi populasi (Sekaran, 2003).

Ukuran sampel (sample size) lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk

kebanyakan penelitian (Roscoe, 1975). Persyaratan ukuran sampel dalam penelitian

dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) minimal sebanyak 200 sampel (Hair,

1996) dan dalam penelitian ini sebanyak 322 sampel.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau suatu pernyataan tentatif mengenai

hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang

diungkapkan dalam bentuk pernyatan yang dapat diuji (Neuman (2001; Sekaran (2002).

Perumusan hipotesis dalam penelitian ini untuk (1) memfokuskan masalah; (2)

mengidentifikasi data-data yang relevan untuk dikumpulkan; (3) menunjukkan bentuk

desain penelitian; (4) menjelaskan fenomena-fenomena sosial; (5) mendapatkan

kesimpulan; dan (6) dapat melahirkan penelitian lebih lanjut. Dalam penilitian ini diajukan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti untuk

kemudian diuji yaitu sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap

pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

2. Terdapat perbedaan dalam implementasi sistem pengendalian internal (internal control

system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

3. Unsur Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian,

Informasi/Komunikasi, dan Pemantauan mempunyai dampak yang tidak setara pada

Page 18: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

14

Pengawasan Internal dalam organisasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset

dan Teknologi.

Koherensi Hipotesis dengan Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian adalah

sebagaimana terlihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3: Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Hipotesis

No Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis

1.

Bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbudristek?

Menganalisis signifikansi pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbudristek.

Terdapat hubungan yang signifikan antara sistem pengendalian internal (internal control system) dengan pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbudristek.

2.

Bagaimana perbedaan penerapan sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbbudristek?

Menganalisis perbedaan pelaksanaan sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbudristek.

Terdapat perbedaan dalam implementasi sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal (internal audit) dalam organisasi Kemendikbudristek.

3. Apakah elemen Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/ Komunikasi, dan Pemantauan mempunyai dampak yang setara terhadap Pengawasan Internal dalam organisasi Kemendikbudristek?

Menganalisis perbedaan dampak tiap unsur Sistem Pengendalian Internal (Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/ Komunikasi, dan Pemantauan) terhadap Pengawasan Internal dalam organisasi Kemendikbudristek.

Unsur Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/ Komunikasi, dan Pemantauan mempunyai dampak yang tidak setara pada Pengawasan Internal dalam organisasi Kemendikbudristek.

Page 19: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

15

D. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

Definisi operasional meletakkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan

menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel yang

menggambarkan fenomena atau gejala yang dapat diamati, diteliti atau diuji (Kerlinger,

1996). Variabel yang masih mengandung konsep abstrak yang lebih dekat dengan dunia

teori didefinisi-operasionalkan untuk lebih dekat ke dunia empiris agar mengenai sasaran

realitas, yang dalam penelitian ini mencakup sistem pengendalian internal dan unsur-

unsurnya sebagai variabel bebas, yakni lingkungan pengendalian, penaksiran risiko,

aktivitas pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan, serta variabel terikat,

yaitu pengawasaan internal. Definisi operasional variabel, indikator, dan skala

pengukuran tergambar pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4: Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran

No. Variabel Dimensi Indikator Item

Skala Sumber Data

1. Lingkungan Pengendalian (Kreitner, 1992; Stoner, 1995; Bartol, 1996).

Penegakan integritas dan etika.

Penerapan aturan perilaku bagi anggota organisasi.

90

Interval

Kuesioner

2. Penilaian Risiko (Namee & Selim, 1998, Kinney, 2000; Reagan, 2004; Jorion 2005; Picket, 2006).

Identifikasi dan analisis risiko.

Penggunaan mekanisme pengenalan risiko dari faktor eksternal dan internalal.

67

Interval

Kuesioner

3. Aktivitas Pengendalian (Namee & Selim, 1998; Kinney, 2000; Jorion 2005)

Pembinaan sumber daya manusia.

Perbandingan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.

50

Interval

Kuesioner

4. Informasi / Komunikasi (Malone, 1987; Kreiner & Schultz, 1993; Spoull & Kiesler, 1999).

Pengelolaan sarana informasi dan komunikasi.

Penyediaan berbagai bentuk sarana komunikasi dan memperbarui sistem informasi.

16

Interval

Kuesioner

5. Pemantauan (Kreitner, 1992, Stoner, 1995; Bartol, 1996).

Evaluasi, reviu, dan tindak lanjut rekomendasi perbaikan.

Perbandingan tindak lanjut perbaikan yang terkait dengan pelaksanaan tugas

18

Interval

Kuesioner

6 Pengawasan Internal (Vinten, 1991; 1992, Sawyer, 2003; Moeller, 2007).

Penilaian kegiatan, aset, laporan keu, dan ketaatan peraturan.

Perbandingan antara rencana dan realisasi kegiatan.

15

Interval

Kuesioner

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

Page 20: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

16

Sekaran (2003) menyebutkan bahwa untuk menguji hipotesis dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian harus ditemukan cara untuk mengukur variabel yang

dijabarkan ke dalam dimensi atau elemen yang selanjutnya dijadikan indikator. Berikutnya

indikator tersebut dijadikan dasar dalam pengumpulan data dalam bentuk kuesioner

penelitian. Jawaban yang tersedia dalam skala Likert dengan pengukuran skala ordinal

yang dikonversi dalam skala interval. Prosedur ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang

memerlukan nilai varibel yang diperoleh dari pengukuran variabel yang menunjukkan

angka atau nilai.

E. Model Hubungan Antar Variabel

Kajian mengenai konsep sistem pengendalian internal dengan dilandasi oleh teori

yang mendasarinya diawali dengan mengidentifikasi variabel-variabelnya guna

menjawab pertanyaan penelitian. Variabel laten sebagai konsep abstrak berupa persepsi

terhadap sistem pengendalian internal dan pengawasan internal dapat diamati secara

tidak langsung melalui efeknya pada variabel teramati. Terdapat dua jenis variabel laten,

yaitu eksogen dan endogen yang dibedakan berdasarkan atas keikutsertaannya pada

persamaan dalam Structural Equation Modeling (SEM).

Variabel eksogen muncul sebagai variabel bebas (independent variable) pada

semua persamaan yang ada dalam model (Wijayanto, 2008). Variabel kunci yang menjadi

perhatian adalah variabel laten (latent variable) atau konstruk laten yaitu lingkungan

pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas

pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and

communication), dan pemantauan (monitoring). Sedangkan variabel endogen merupakan

variabel terikat (dependent variable) pada paling sedikit satu persamaan dalam model,

yakni pengawasan internal (internal audit).

Kelima variabel bebas atau variabel laten eksogen yang telah teridentifikasi yang

terdiri dari (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3) aktivitas pengendalian,

(4) informasi/komunikasi, dan (5) pemantauan tersebut diberi notasi X sebagai suatu

variabel yang diasumsikan menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat

atau variabel laten endogen yang diberi label Y, yakni Pengawasan Internal yang

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal kemdikbud sebagai variabel teramati (observed

variable) atau variabel terukur (measured variable) yang dapat diamati atau dapat diukur

secara empiris. Indikator atau variabel teramati tersebut merupakan efek atau ukuran dari

variabel laten eksogen. Variabel-variabel Sistem Pengendalian Internal memiliki

hubungan dengan variabel Pengawasan Internal di lingkungan Kemendikbudristek.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara mengumpulkan data primer (kuesioner) yang cermat dan tepat

akan menghasilkan data yang reliable sehingga menghasilkan kepastian penelitian

dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu melalui pre-test (Freedman, 2004) Kuesioner

disusun dalam bentuk daftar pertanyaan tertutup yang konsisten dengan variabel

lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment),

kegiatan pengendalian (control activities), informasi/komunikasi (information and

communication), dan pemantauan (monitoring), serta pengawasan internal (internal

audit).

Page 21: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

17

Prosedur pengukuran dengan mengelompokkan data menjadi lima bagian dalam suatu

pengamatan yang masing-masing bagian mempunyai nilai, status atau tingkatan yang

berbeda. Jawaban terdiri dari lima alternatif dalam bentuk positif dan negatif dalam

proporsi yang seimbang, yakni SB (sangat benar), B (benar), R (ragu- ragu), K (kurang

benar), dan TB (tidak benar) sesuai dengan skala Likert yang digunakan untuk mengukur

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang sistem pengendalian internal.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

1. Kisi-Kisi Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Lingkungan Pengendalian (Control

Environment) terdiri dari 7 dimensi atau subvariabel yaitu (1) Penegakan Integritas dan

Nilai Etika; (2) Komitmen terhadap Kompetensi; (3) Kepemimpinan yang Kondusif; (4)

Struktur Organisasi; (5) Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab; (6)

Penerapan yang Sehat tentang Pembinaan SDM; dan (7) Perwujudan Peran Aparat

Pengawasan yang Efektif. Pengukuran berdasarkan indikator aturan perilaku dan

kebijakan yang berisi tentang standar perilaku yang diterapkan di lingkungan

Kemendikbudristek yang dirinci dalam 90 butir pertanyaan sebagaimana tersaji pada

Tabel 5 berikut.

Tabel 5: Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan

Lingkungan Penegakan Terdapat aturan perilaku dan kebijakan yang Pengendalian

Integritas dan Nilai

berisi tentang standar perilaku etis, praktik yang

I.A.1-18

(Control Etika dapat diterima, dan praktik yang tidak dapat (18 item) Environment)

diterima yang diterapkan di lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Komitmen terhadap

Pimpinan mengidentifikasi dan menetapkan I.B.1-14

Kompetensi kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

(14 item)

tugas dan fungsi pada masing-masing posisi.

Kepemimpinan Pimpinan mempertimbangkan risiko dalam I.C.1-15

yang Kondusif pengambilan keputusan melalui daftar risiko. (15 item)

Struktur Organisasi

Struktur organisasi sesuai dengan ukuran dan I.D.1-14

sifat kegiatan tiap satuan kerja. (14 item)

Pendelegasian Wewenang diberikan kepada bawahan yang Wewenang dan tepat sesuai dengan tingkat tanggung

jawabnya I.E.1-9

Tanggung Jawab berdasarkan uraian tugas. (9 item)

Penerapan yang Pimpinan menetapkan kebijakan dan prosedur

Sehat tentang sejak rekrutmen pegawai baru sampai dengan

I.F.1-13

Pembinaan SDM pemberhentian/ pemensiunan pegawai. (13 item)

Perwujudan Peran Pimpinan memberikan keyakinan yang Aparat

Pengawasan memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, I.G.1-4

yang Efektif dan efektivitas pencapaian tujuan (4 item)

penyelenggaraan tugas dan fungsi unit kerja.

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

Page 22: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

18

2. Kisi-Kisi Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

terdiri dari 5 dimensi atau subvariabel yaitu (1) Penetapan Tujuan Unit Kerja; (2)

Penetapan Tujuan Kegiatan; (3) Identifikasi Risiko; (4) Analisis Risiko; dan (5)

Mengelola Risiko selama Perubahan. Pengukuran berdasarkan aspek atau

indikator penetapan tujuan unit kerja dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang dirinci dalam 67 butir pertanyaan sebagaimana tersaji

pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6: Kisi-Kisi Intrumen Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan

Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Penetapan Tujuan Unit Kerja

Pimpinan menetapkan tujuan unit kerja dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan.

II.A.1-8 (8 item)

Penetapan Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan unit kerja berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Kemdikbud.

II.B.1-9 (9 item)

Identifikasi Risiko Pimpinan dalam mengidentifikasi risiko menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan kegiatan secara komprehensif.

II.C.1-27 (27 item)

Analisis Risiko Pimpinan menganalisis risiko dalam rangka menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan.

II.D.1-11 (11 item)

Mengelola Risiko selama Perubahan

Unit kerja memiliki mekanisme untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, dan bereaksi terhadap risiko yang diakibatkan perubahan- perubahan.

II.E.1-10 (10 item)

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

3. Kisi-Kisi Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Aktivitas Pengendalian (Control

Activities) terdiri dari 8 dimensi atau subvariabel yaitu (1) Karakteristik

Pengendalian; (2) Reviu atas Kinerja; (3) Pembinaan Sumber Daya Manusia; (4)

Pengendalian Sistem Informasi Manajemen; (5) Pengendalian Fisik atas Aset; (6)

Reviu Indikator dan Pengukuran Kinerja; (7) Pemisahan Fungsi; dan (8)

Pencatatan. Pengukuran berdasarkan indikator kegiatan pokok Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yang dirinci dalam 50 butir pertanyaan sebagaimana

tersaji pada Tabel 7 berikut.

Page 23: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

19

Tabel 7: Kisi-Kisi Instrumen Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan Kegiatan Karakteristik Pengendalian diutamakan pada

kegiatan pokok III.A.1-9

Pengendalian

Pengendalian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(9 item)

(Control Activities) Reviu atas

Kinerja Pimpinan terlibat dalam penyusunan rencana

II.B.1-6

strategis dan rencana kerja tahunan. (6 item)

Pembinaan Sumber

Pimpinan melakukan pembinaan sumber daya

III.C.1-11

Daya Manusia Kementerian Pendidikan dan Kebuudayaan.

(11 item)

Pengendalian SIM

Pimpinan melakukan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi manajemen (SIM).

III.D.1-8 (8 item)

Pengendalian Fisik atas Aset

Pimpinan menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur pengamanan fisik atas aset Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

III.E.1-3 (3 item)

Reviu Indikator dan Pengukuran Kinerja

Pimpinan melakukan penetapan ukuran dan indikator kinerja pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

III.F.1-4

(4 item)

Pemisahan Fungsi

Pimpinan melakukan pemisahan fungsi. Misalnya fungsi pengeluaran dan penerimaan uang/barang.

III.G.1-4 (4 item)

Pencatatan Pimpinan menetapkan otorisasi atas transaksi dan kejadian penting.

III,H.1-5 (5 item)

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

4. Kisi-Kisi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Informasi dan Komunikasi

(Information and Communication) terdiri dari 3 dimensi atau subvariabel yaitu (1)

Informasi; (2) Komunikasi; (3) Bentuk dan Sarana Komunikasi. Pengukuran

berdasarkan indikator penggunaan sarana komunikasi berupa buku pedoman

kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan pengumuman, situs

internet dan intranet, rekaman video, e-mail, dan arahan lisan yang dirinci dalam

16 butir pertanyaan sebagaimana tersaji pada Tabel 8 berikut.

Page 24: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

20

Tabel 8: Kisi-Kisi Instrumen Informasi/Komunikasi (Information/Communication)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan

Informasi dan Informasi Pimpinan mengidentifikasi informasi dalam IV.A.1-7 Komunikasi bentuk dan waktu yang tepat. (7 item)

(Information Komunikasi Pimpinan sudah memberikan arahan yang and jelas kepaada seluruh tingkatan organisasi IV.B.1-5 Communication)

bahwa tanggung jawab pengendalian inntern

(5 item)

adalah masalah penting dan harus diperhatikan

secara serius.

Bentuk dan Pimpinan sudah menggunakan bentuk dan Sarana sarana komunikasi efektif, berupa buku IV.C.1-4

Komunikasi pedoman kebijakan dan prosedur, surat edaran,

(4 item)

memorandum, papan pengumuman, situs internet dan intranet, rekaman video, e-

mail,

dan arahan lisan.

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

5. Kisi-Kisi Pemanatauan (Monitoring)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Pemantauan (Monitoring) terdiri dari

3 dimensi atau subvariabel yaitu (1) Pemantauan Berkelanjutan; (2) Evaluasi

Terpisah; dan (3) Penyelesaian Audit. Pengukuran berdasarkan indikator

pelaksanaan evaluasi terpisah terhadap kegiatan dan jumlah tindak lanjut temuan

audit yang dirinci dalam 18 butir pertanyaan sebagaimana tersaji pada Tabel 9

berikut.

Tabel 9: Kisi-Kisi Instrumen Pemantauan (Monitoring)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan

Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan Berkelanjutan

Pimpinan melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Internal.

V.A.1-6 (6 item)

Evaluasi Terpisah

Pimpinan melakukan evaluasi secara terpisah (dari kegiatan yang sedang berjalan).

V.B.1-3 (3 item)

Penyelesaian Audit

Unit kerja memiliki mekanisme untuk ditndaklanjutinya temuan audit atau reviu dengan segera.

V.C.1-9 (9 item)

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

6. Kisi-Kisi Pengawasan Internal (Internal Audit)

Pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Pengawasan Internal (Internal Audit)

terdiri dari 3 dimensi atau subvariabel yaitu (1) Komitmen Kemdikbud terhadap

Page 25: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

21

Pengawasan Internal; (2) Komitmen Inspektorat Jenderal; dan (3) Komitmen

Auditor Inspektorat Jenderal. Pengukuran berdasarkan indikator perwujudan

peran aparat pengawasan intern yang efektif melalui penerapan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang dirinci dalam 15 butir pertanyaan

sebagaimana tersaji pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10: Kisi-Kisi Instrumen Pengawasan Internal (Internal Audit)

Variabel Sub-Variabel Operasionalisasi Konsep Pertanyaan

Pengawasan Internal (Internal Audit)

Komitmen Kemdikbud

Pimpinan mewujudkan peran aparat pengawasan intern yang efektif, melalui penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

VI.A.1-4 (4 item)

Komitmen Inspektorat Jenderal

Inspektorat Jenderal mengkomunikasikan komitmen tertulis (dalam bentuk audit charter atau sejenisnya) yang terkait dengan kebijakan pengawasan kepada para pimpinan di lingkungan Kemdikbud.

VI.B.1-5 (5 item)

Komitmen Auditor

Auditor melaksanakan perannya secara efektif dengan menjaga integritas dalam pelaksanaan tugas.

VI.C.1-6 (6 itm)

Sumber: Desain Kuesioner Penelitian

G. Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh

instrumen pengukuran. Reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau konsistensi suatu

alat ukur menghasilkan yang sama bila dilakukan pengukuran secara berulang. Metode

yang digunakan adalah Pearson Correlation dan Cronbach’s Alpha. Sedangkan validitas

adalah ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur

(Neuman, 2000), berhubungan dengan ketepatan, kebermaknaan, dan kegunaan suatu

skor tes (Guba, 1986). Untuk menguji validitas kesesuaian antara butir pertanyaan dan

konstruknya digunakan analisis faktor terhadap instrumen dengan mengkorelasikan

jumlah skor item kuesioner dengan skor total.

Penggunaan prosedur SEM terhadap kombinasi antara model pengukuran dan

model struktural dengan pendekatan two step approach, yakni merespesifikasikan

sebuah model hybrid sebagai sebuah model Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk

menentukan kecocokannya terhadap data. Jika kecocokan (fit) baik, yang berarti CFA

dapat diterima, maka validitas dan reliabilitasnya baik. Caranya adalah dengan model

trimming, di mana variabel-variabel teramati atau indikator yang mempunyai standardized

loading factor tidak signifikaan (nilai t < 1.96) dan yang signifikan tetapi nilai standirdized

loding factor < 0.70 (Rigdon dan Ferguson, 1991; Doll, Xia, dn Torkzadeh, 1994) atau <

0.50 (Igbaria et al., 1997) dihilangkan dari model. Cara lain adalah memanfaatkan informsi

yang tersedia dalam modification index yang tersedia dalam software SEM (Wijanto,

2007: 69).

Page 26: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

22

H. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari responden melalui kuesioner ditabulasikan, dihitung,

dan dianalisis dengan teknik Sructural Equation Modeling (SEM) yang meliputi

sekelompok model seperti covariance structure analysis, latent variable analysis,

confirmatory factor analysis, dan Linear Structural Relations Analysis (LISREL) untuk

menguji hipotesis fundamental yang diformulasikan sebagai berikut.

Ho : ∑ = ∑(Ө)

di mana ∑ adalah matrik kovarian populasi dari variabel-variabel teramati;

∑(Ө) adalah kovarian dari model dispesifikasikan;

Ө adalah vektor yang berisi parameter-parameter model.

Hipotesis fundalmental dalam prosedur SEM adalah bahwa matrik kovarian data dari

polupasi ∑ (matrik kovarian variabel teramati) adalah sama dengan matrik kovarian yang

diturunkan dari model ∑(Ө) (model implied covariance matrix). Jika model yang

dispesifikasikan benar dan jika parameter (Ө) dapat diestimasi nilainnya, maka matrik

kovarian populasi (∑) dapat dihasilkan kembali dengan tepat. Karena diharapkan agar

residual = 0 atau ∑ = ∑(Ө), maka diupayakan agar pada uji hipotesis terhadap hipotesis

fundamental menghasilkan Ho tidak ditolak atau Ho diterima. Dengan diterimanya Ho,

yang berarti ∑ = ∑(Ө), maka dapat dikatakan bahwa data mendukung model yang

dispesifikasikan.

Pengujian dilakukan untuk mengkonfirmasi, bahwa variabel eksogen berpengaruh

terhadap variabel endogen. Kontribusinya adalah membuktikan kebenaran model yang

diajukan. Selain itu juga menginformasikan variabel apa saja yang memiliki pengaruh

yang lebih besar dari pada variabel lainnya.

Hipotesis Pertama:

Mencari besaran pengaruh. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Lingkungan

Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/ Komunikasi, dan

Monitoring terhadap Pengawasan Internal.

H01 : β1 = β2 =β3 =β4 =β5 = 0

HA1 : Minimal salah satu β tidak sama dengan 0

Hipotesis Kedua:

Mencari perbedaan level pada masing masing variabel. Apakah terdapat perbedaan skor

yang signifikan antara Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas

Pengendalian, Informasi/Komunikasi, dan Monitoring terhadap Pengawasan Internal.

H02 : μ1 = μ2 = μ3 = μ4 = μ5 = 0

HA2 : Minimal salah satu μi tidak sama dengan 0

Hipotesis Ketiga:

Mencari tahu apakah terdapat perbedaan pengaruh. Apakah terdapat perbedaan

pengaruh dari Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian,

Informasi/Komunikasi, dan Monitoring terhadap Pengawasan Internal.

Page 27: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

23

H03 : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 0

HA3 : Minimal salah satu i tidak sama dengan 0

Tahapan dalam perumusan hasil penelitian dengan menggunakan teknik Equation

Structural Modeling (SEM) berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan

struktural sebelum dilakukan estimasi (model spesification) melalui langkah sebagai

berikut (Wijanto, 2008).

1. Model Specification yang berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan

struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan

suatu teori atau penelitian sebelumnya. Spesifikasi model penelitian yang

merepresentasikan permasalahan yang diteliti melalui spesifikasi model pengukuran,

spesifikasi model struktural, dan gambar path diagram. Untuk memperoleh estimasi

parameter yang konsisten, ketidaksempurnaan struktural dimodelkan berkorelsi

dengan yang lainnya dan ketidaksempurnaan pengukuran dilakukan penambahan

komponen yang mewakili kesalahan pengukuran ke dalam SEM. Gabungan dari

keduanya menjadi suatu model yang lengkap (full model atau hybrid model).

2. Identification yang berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya

nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan

persamaan simultan atau tidak solusinya. Terdapat tiga kategori identifikasi dalam

persamaan simultan yaitu under-identified, just- identified, dan over-identified. Kategori

terakhir yang nilainya positif digunakan untuk menghitung degree of freedom (df)

susunan persamaan sama dengan jumlah data yang diketahui dikurangi dengan

jumlah nilai/parameter yang diestimsi.

3. Estimation yang berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-

nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia.

Estimasi digunakan untuk memperoleh nilai parameter-parameter dalam model.

Pemilihan metode estimasi yang digunakan ditentukan berdasarkan karakteristik dari

variabel-variabel yang dianalisis. Estimator yang digunakan dalam peneliitian ini

adalah Weighted Least Square (WLS) dengan pertimbangan dapat menerima non-

normalty dan asymptotically efficient yang diadaptasi dari Asymptotically Distribution

Free (ADF) dari Brown (1994). Sebagai rule of thumb, ukuran sampel untuk estimasi

WLS minimal 200 responden (Bentler dan Chou, 1987).

4. Testing Fit yang berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data.

Dalam tahap ini yang diperiksa adalah tingkat kecocokan antara data dengan model,

valditas dan reliabilitas model pengukuran, dan signifikasi koefisien-koefisien dari

model struktural. Beberapa ukuran kecocokan (goodness of fit) digunakan untuk

melaksanakan langkah ini, yakni ukuran kecocokan absolut, inkremental, parsimoni,

dan lainnya. Beberapa ukuran Goodness of Fit (GOF) atau Goodness of Fit Indices

(GOFI) tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau kombinasi (Bollen dan

Long, 1993).

5. Respecification berkaitan dengan pelaksanaan respesifikasi model berdasarkan hasil

uji kecocokan tahap sebelumnya. Penelitian ini menggunakan strategi pengembangan

model (model development strategy) atau model generating (Hair et al. 1998; Joreskog

& Sorborn, 1996). Model awal dispesifikasikan dan data empiris dikumpulkan. Jika

model awal tidak cocok dengan data empiris yang ada, maka model dimodifikasi dan

diuji kembali dengan data yang sama untuk mencari model yang cocok dengan data

dan mempunyai sifat bahwa setiap parameternya dapat diartikan dengan baik.

Page 28: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

24

Gambar 3: Prosedur Analisis Data Penelitian

Sumber: Dimodifikasi dari Flowchart Prosedur SEM (Wijanto, 2008)

Keterangan:

LF (Loading Factor); SLF (Standardized Loading Factor); MV (Measured Variabel); CR

(Construct Reliability); VE (Variance Extracted); CFA (Confirmatory Factor Analysis); ML

(Maximum Likelihood); WLS (Weighted Least Square); MI (Modification Index).

Tabel 11: Perbandingan Ukuran-Ukuran Goodness of Fit (GOF)

Ukuran Kecocokan Absolut (Absolute Fit Measures)

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Statistic Chi-square (x2) Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan persyaratan

signifikan. Semakin kecil semakin baik.

Non-Centrality Parameter (NCP)

Dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang dari Chi-square. Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain. Semakin kecil semakin baik.

Scaled NCP (SNCP) NCP yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata perbedaan setiap observasi dalam rangka perbandnngan antar model. Semakin kecil semakin baik.

Goodnes-of-Fit Index (GFI)

Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, GFI > 0.90 adalah good of fit, sedangkann 0.80 < adalah marginal fit.

Root Mean Square Residuan (RMR)

Residual rata-rata antara matriks (korelasi atau kovarian) teramati dan hasil estimasi. Standardized RMR < 0.05 adalah good of fit.

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel. RMSEA < 0.08 adalah good of fit, sedang RMSEA < 0.05adalah close fit.

Expected Cross- Validation Index (ECVI)

Digunakan untuk perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik. Pada model tunggl, nilai ECVI dari model yang mendekati nilai saturated ECVI menunjukkan good of fit.

Ukuran Kecocokan Inkremental (Incremental Fit Measures)

1. SPESIFIKASI

Path Diagram atau Model Matematik dari Model Penelitian

Menetapkan nilai LF dari salah satu MV = 1; atau Menetapkan varian dari semua LV eksogen = 1

2. IDENTIFIKASI Membuat program SIMPLIS untuk Model Pengukuran (Model CFA)

3. ESTIMASI Melakukan Estimasi (ML, Robust ML, atau WLS)

Analisis Model Pengukuran: 4. UJI KECOCOKAN Uji Kecocokan Keseluruhan Model (Goodness of Fit)

• Uji Validitas (t-value > 2; SLF > 0.70; atau > 0.50 • Uji Reliabilitas (CR > 70; VE > 0.50

5. RESPESIFIKASI

• Memodifikasi program SIMPLIS; • Menghapus MV yang tidak memenuhi syarat; • Memanfaatkan MI

Page 29: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

25

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima

Tucker-Lewis Index atau Non-Normed Fit Index (TLI atau NNFI)

Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, TLI > 0.90 adalah good fit, sedangkan 0.80 < TLI < 0.90 adalah marginal fit.

Normed Fit Index (NFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, NFI > 0.90 adalah good of fit, sedangkan 0.80 < TLI < 0.90 adalah marginal fit.

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Nilai berkisar antara 0-1 dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, AGFI > 0.90 adalah good-fit, sedangkan 0.80 < AGFI < 0.90 adalah marginal fit.

Relatif Fit Index RFI Nilai berkisar antara 0-1 dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, AGFI > 0.90 adalah good-fit, sedangkan 0.80 < RFI < 0.90 adalah marginal fit.

Incremantal Fit Index (IFI)

Nilai berkisar antara 0-1 dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, AGFI > 0.90 adalah good-fit, sedangkan 0.80 < IFI < 0.90 adalah marginal fit.

Comparative Fit Index (CFI)

Nilai berkisar antara 0-1 dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik, AGFI > 0.90 adalah good-fit, sedangkan 0.80 < CFI < 0.90 adalah marginal fit.

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima

Parsimonial Goodness of Fit (PGFI)

Spesifikasi ulang GFI; nilai lebih tinggi menunjukkan parsimoni yang lebih besar. Ukuran ini digunakan untuk perbandingan di antara model- model.

Normed Chi-Square Rasio antara Chi-square dibagi degree of freedom. Nilai yang disarankan: baatas bawah 1.0, batas atas 0.2, atau 3.0, dan yang lebih longgar 5.0.

Parsimonious Normed Fit Index (PNFI)

Nilai tinggi menunjukkan kecocokan lebih baik; hanya digunakan untuk perbandingan antar model alternatif.

Akaike Information Criterion (AIC)

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar model. Pada model tunggal, nilai AIC dari model yang mendekati nilai saturated CAIC menunjukkan good fit.

Ukuran Kecocokan Lainnya (Other GOFI)

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Critical “N” (CN) CN > 200 menunjukkan ukuran sampel mencukupi untuk

digunakan mengestimmasi model. Kecocokan yang memuaskan atau baik.

Sumber: Setyo Hari Wijanto, 2008. Structural Equation Modeling (SEM).

I. Keterbatasan Penelitian

Pendekatan penelitian berdasarkan paradigma kuantitatif mempunyai implikasi

pada metode penarikan sampel dan penyusunan kuesioner yang berpotensi bias,

meskipun telah diupayakan sejauh mungkin untuk memperoleh sampel yang

representatif. Data penelitian yang diperoleh dari hasil survei memungkinkan adanya error

pada sampling yang dipilih dan dari jawaban responden tidak menutup kemungkinan

adanya kesenjangan antara apa yang diisikan dalam kuesioner dengan yang senyatanya.

Namun demikian, untuk memperoleh estimasi parameter yang konsisten,

ketidaksempurnaan struktural dimodelkan berkorelsi dengan yang lainnya dan

ketidaksempurnaan pengukuran dilakukan penambahan komponen yang mewakili

kesalahan pengukuran ke dalam SEM.

Keterbatasan teknik analisis data dengan menggunan SEM untuk menguji

kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) tidak dapat dilakukan secara langsung seperti

teknik multivariat yang lain (multiple regression, discriminant analysis, dan lainnya).

Keadaan ini menyebabkan tahap uji kecocokan menyeluruh merupakan langkah yang

Page 30: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

26

banyak mengundang perdebatan dan kontroversi, terutama berapa besar tingkat

kecocokan yang dapat diterima (Bollen dan Long, 1993). Koefisien Determinasi (R²)

sekitar 0.90 diperlukan untuk kecocokan yang baik (Stronkhost, 1984). Oleh karena itu,

dikembangkan beberapa ukuran GOF atau GOFI yang dapat digunakan secara bersama-

sama atau kombinasi.

J. Konfirmasi Hasil Penelitian

Penelitian ini menghasilkan disertasi yang telah diuji pada tanggal 14 Agustus

2014. Setelah berjalan selama 7 tahun hingga saat ini, terkonfirmasi bahwa hipotesisnya

masih relevan, yakni sistem pengendalian intern mempunyai pengaruh terhadap

pengawasan. Hal ini dibuktikan dengan mengevaluasi temuan-temuan Inspektorat

Jenderal Kemendikbudristek, khususnya Hasil Laporan Audit (LHA) di Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) tahun 2020. Dengan demikian, penulis melakukan penelitian kembali

dengan cara menguji relavansi hasil penelitian kuantitatif tahun 2014 dengan kondisi saat

ini melalui pengalaman empiris pada saat melaksanakan audit, pendalaman hasil-hasil

audit, dan pembandingan antara hasil penelitian tersebut dengan temuan-temuan terkini.

Dengan demikian, karya tulis ilmiah ini berdasarkan hasil penelitian kuantitatif yang

dipadukan dengan pengamatan empiris yang bersifat kualitatif, sehingga pendekatannya

disebut mixed method, yaitu menggabungkan kuantitatif dengan kualitatif (Creswell,

2008).

Page 31: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

27

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan hasil analisis yang berkaitan dengan tujuan penelitian

sebagaimana disampaikan pada bagian awal. Terdapat tiga tujuan penelitian yang akan

dijawab. Tujuan yang pertama adalah untuk menganaalisis ada tidaknya hubungan dan

pengaruh dari kelima variabel bebas (variabel eksogen) yaitu Lingkungan Pengendalian,

Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/Komunikasi, dan Pemantauan

terhadap variabel terikat (variabel endogen), yakni Pengawasan Internal. Untuk

menjawab tujuan pertama ini maka analisis yang digunakan adalah Structural Equation

Modeling (SEM). Dengan metode ini akan diketahui ada tidaknya pengaruh yang

diberikan terhadap Pengawasan Internal dan berapa besar pengaruhnya.

Tujuan yang kedua adalah untuk menganalisis tingkat penerapan masing- masing

variabel eksogen yang diduga mempengaruhi Pengawasan Internal. Untuk menjawab

pertanyaan penelitian tersebut digunakan metode analisis deskriptif. Dengan metode

tersebut akan diperoleh nilai rata-rata dari masing-masing variabel yang dapat

dibandingkan untuk memperoleh nilai yang terbesar hingga yang terkecil. Nilai yang

terbesar disimpulkan menjadi variabel yang memiliki penerapan terbaik dari kelima

variabel tersebut dan harus dijaga dan dipertahankan, sementara yang memiliki nilai

terendah diduga sebagai variabel yang memiliki penerapan terendah yang harus

dievaluasi dan ditingkatkan.

Tujuan yang ketiga adalah untuk mengaanalisis apakah kelima variabel yang

dianalisis memiliki kesetaraan, atau dengan kata lain, apakah perbedaan penerapan

antara kelima variabel tersebut signifikan secara statistik. Untuk menjawab pertanyaan

penelitian ini digunakan analisis perbandingan menggunakan metode One Way ANOVA.

Dengan metode ini akan diketahui variabel mana saja yang memiliki nilai yang tertinggi

dan berbeda nyata. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara

kelima variabel yang dianalisis dengan variabel Pengawasan Internal, metode yang

digunakan adalah penguji T-Test Sampel Berpasangan. Pada analisis ini, setiap variabel

diujikan secara terpisah dengan Variabel Pengawasan Internal.

A. Analisis Validitas dan Reliabilitas

Sebelum ketiga tahapan analisis tersebut di atas dilaksanakan, terlebih dahulu

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk menguji apakah instrumen yang

digunakan dalam survei sudah memenuhi kriteria valid dan reliabel, yang berarti

mempunyai hasil yang sama pada setiap pengukuran dilakukan. Reliabilitas suatu alat

ukur dapat ditinjau dari ketepatan, akurasi atau konsistensinya. Metode yang digunakan

adalah Pearson Correlation yang muncul dalam kolom Corrected Item Total Correlation

dan nilai Cronbach’s Alpha.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Lingkungan Pengendalian (Control

Environment) dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13 berikut.

Page 32: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

28

Tabel 12: Reliability Statistics of Control Environment

Sumber: Data penelitian, diolah dengan SPSS

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Lingkungan Pengendalian

(Control Environment) secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria statistik. Hal ini dapat

dilihat dari nilai Corrected Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari 0,300 yang

menjadi batasan Validitas sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai Reliabilitas yang

diperoleh adalah sebesar 0,948 yang sudah lebih besar dari 0,700 sehingga dinyatakan

reliabel. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa data untuk variabel Lingkungan

Pengendalian (Control Environment) dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Tabel 13: Item-Total Statistics of Control Environment

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

X11 24.1441 6.655 .830 .939 X12 24.1452 6.589 .839 .939 X13 24.1220 6.951 .797 .942 X14 24.1075 6.771 .856 .937 X15 24.0035 6.851 .841 .939 X16 24.1391 6.512 .860 .937 X17 23.9841 6.958 .754 .946

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan program SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Lingkungan

Pengendalian) berupa 90 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili oleh dimensi

Penegakan Integritas dan Nilai Etika (X11; 0,830), Komitmen terhadap Kompetensi (X12;

0,839), Kepemimpinan yang Kondusif (X13; 0,797), Struktur Organisasi (X14; 0,856),

Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab (X15; 0,841), Penerapan yang Sehat

tentang Pembinaan SDM (X16; 0,860), dan Perwujudan Peran Aparat Pengawasan yang

Efektif (X17; 0,754). Hasil analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah

Penerapan yang Sehat tentang Pembinaan SDM (0,860) dan yang terendah adalah

Perwujudan Peran Aparat Pengawasan yang Efektif (0,754).

Cronbach's Alpha N of Items

.948 7

Page 33: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

29

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Penilaian Risiko (Risk Assessment)

dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15 berikut.

Tabel 14: Reliability Statistics of Risk Assessment

Cronbach's Alpha N of Items

.933 5

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Penilaian Risiko (Risk

Assessment) secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria statistik. Hal ini dapat dilihat

dari nilai Corrected Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari 0,300 yang menjadi

batasan Validitas sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai Reliabilitas yang

diperoleh adalah sebesar 0,933 yang sudah lebih besar dari 0,700 sehingga dinyatakan

reliabel. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa data untuk variabel Penilaian Risiko

(Risk Assessment) dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Tabel 15: Item-Total Statistics of Risk Assessment

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Penilaian Risiko)

berupa 67 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili oleh dimensi Penetapan Tujuan Unit

Kerja (X21; 0,790), Penetapan Tujuan Kegiatan (X22; 0,816), Identifikasi Risiko (X23;

0,898), Analisis Risiko (X24; 0,822), dan Mengelola Risiko Selama Perubahan (X25;

0,798). Hasil analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah Identifikasi Risiko

(0,898) dan yang terendah adalah Penetapan Tujuan Unit Kerja (0,790).

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Output hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Aktivitas Pengendalian

(Control Activities) dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 berikut.

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

X21 15.6626 3.451 .790 .924 X22 15.7067 3.400 .816 .919 X23 15.9853 3.172 .898 .903 X24 15.9577 3.219 .822 .918 X25 15.9343 3.165 .798 .924

Page 34: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

30

Tabel 16: Reliability Statistics of Control Activities

Cronbach’s Alpha N of Items

.942 8

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Hasil analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Aktivitas Pengendalian

(Control Activities) sudah memenuhi kriteria statistik. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Corrected Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari 0,300 yang menjadi batasan

Validitas sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai Reliabilitas yang diperoleh

adalah sebesar 0,942 yang sudah lebih besar dari 0,700 sehingga dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa data untuk variabel Aktivitas Pengendaalian

(Control Activities) dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Tabel 17: Item-Total Statistics of Control Activities

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Aktivitas

Pengendalian) berupa 50 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili oleh dimensi

Karakteristik Pengendalian (X31; 0,774), Reviu atas Kinerja (X32; 0,824), Pembinaan

Sumber Daya Manusia (X33; 0,875), Pengendalian Sistem Informasi Manaajemen (X34;

0,739), Pengendalian Fisik dan Aset (X35; 0,759), Reviu Indokator dan Pengukuran

Kinerja (X36; 0,815), Pemisahan Fungsi (X37; 0,811), dan Pencatatan (X38; 0,806). Hasil

analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah Pembinaan Sumber Daya Manusia

(0,879) dan terendah adalah Pengendalian Sistem Informasi Manajemen (0,739).

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Informasi dan Komunikasi

(Information and Communication) dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19 berikut.

Tabel 18: Reliability Statistics of Information and Communication

Cronbach's Alpha N of Items

.921 3

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted X31 28.4260 11.596 .774 .936 X32 28.2487 11.331 .824 .933 X33 28.3721 10.901 .875 .928 X34 28.4329 10.486 .739 .940 X35 28.3707 10.752 .759 .937 X36 28.4539 10.678 .815 .932 X37 28.3257 11.029 .811 .932 X38 28.3948 11.080 .806 .933

Page 35: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

31

Hasil analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Informasi dan Komunikasi

(Information and Communication) secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria statistik.

Hal ini dapat dilihat dari nilai Corrected Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari

0,300 yang menjadi batasan Validitas sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai

Reliabilitas yang diperoleh adalah sebesar 0,921 yang sudah lebih besar dari 0,700

sehingga dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa data untuk

variabel Informasi dan Komunikasi dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Tabel 19: Item-Total Statistics of Information and Communication

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Informasi dan

Komunikasi) berupa 16 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili oleh dimensi Informasi

(X41; 0,827), Komunikasi (X42; 0,824), Bentuk dan Sarana Komunikasi (X43; 0,872).

Hasil analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah Bentuk dan Sarana

Komunikasi (0,872) dan yang terendah adalah Komunikasi (0,824).

5. Pemantauan (Monitoring)

Hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Pemantauan (Monitoring) dapat

dilihat pada Tabel 20 dan 21 berikut.

Tabel 20: Reliability Statistics of Monitoring

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Hasil analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Pemantauan (Monitoring)

secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria statistik. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Corrected Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari 0,300 yang menjadi batasan

Validitas sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai Reliabilitas yang diperoleh

adalah sebesar 0,892 yang sudah lebih besar dari 0,700 sehingga dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa data untuk variabel Pemantauan (Monitoring)

dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

X41 8.1657 .972 .827 .897 X42 8.1175 1.039 .824 .900 X43 8.1357 .941 .872 .859

Cronbach's Alpha N of Items

.892 3

Page 36: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

32

Tabel 21: Item-Total Statistics of Monitoring

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

X51 7.9752 .970 .857 .788 X52 8.1462 .952 .717 .916 X53 7.9639 1.005 .801 .835

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Pemantauan)

berupa 18 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili oleh dimensi Pemantauan

Berkelanjutan (X51; 0,857), Evaluasi secara Terpisah (X52; 0,717), Penyelesaian Audit

(X53; 0,801). Hasil analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah Pemantauan

Berkelanjutan (0,857) dan yang terendah adalah Evaluasi Secara Terpisah (0,717).

Kelima variabel eksogen (independent variable/variabel bebas) yakni Lingkungan

Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi/ Komunikasi, dan

Pemantauan tersebut merupakan variabel laten atau konstruk laten yang secara tidak

langsung dapat diamati melalui efeknya bersama dengan variabel laten endogen

(dependent variable/variabel terikat), yakni Pengawasan Internal.

6. Pengawasan Internal (Internal Audit)

Hasil uji reliabilitas dan validitas untuk variabel Pengawasan Internal (Internal

Audit) dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23 berikut.

Tabel 22: Reliability Statistics of Internal Audit

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Hasil analisis Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Pengawasan Internal secara

keseluruhan sudah memenuhi kriteria statistik. Hal ini dapat dilihat dari nilai Corrected

Item Total Correlation yang sudah lebih tinggi dari 0,300 yang menjadi batasan Validitas

sehingga dinyatakan valid. Sementara itu, nilai Reliabilitas yang diperoleh adalah sebesar

0,818 yang sudah lebih besar dari 0,700 sehingga dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil

ini disimpulkan bahwa data untuk variabel Pengawasan Internal dapat digunakan dalam

analisis selanjutnya.

Cronbach's Alpha N of Items

.818 3

Page 37: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

33

Tabel 23: Item-Total Statistics of Internal Audit

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Indikator dari variabel teramati (observed variable) atau variabel terukur

(measured variable) yang merupakan efek dari variabel laten eksogen (Penguatan

Pengawasan/Reformasi Birokrasi) berupa 15 pertanyaan dalam kuesioner yang diwakili

oleh dimensi Komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Y11; 0,799),

Komitmen Inspektorat Jenderal (Y12; 0,709), dan Komitmen Auditor Inspektorat Jenderal

(Y13; 0,741). Hasil analisis menunjukkan bahwa validitas tertinggi adalah Komitmen

Kemendikbud (0,799) dan yang terendah adalah Komitmen Inspektorat Jenderal (0,709).

B. Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Tahapan berikutnya adalah melakukan pengukuran variabel laten dengan

variabel-variabel teramati dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis Model

(CFA Model) sebagai pendekatan dalam analisis faktor (Wijanto, 2008: 25).

1. Variabel Lingkungan Pengendalian

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Lingkungan

Pengendalian (Control Environment) dapat digambarkan pada Gambar 4 dan

Gambar 5 (Grafik T-Value) berikut.

Gambar 4. Grafik Standardized Solution of LP ( CI)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Y11 7.9857 .750 .626 .799 Y12 8.0332 .714 .710 .709 Y13 8.0096 .817 .686 .741

Page 38: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

34

Goodness of Fit Statistics Normed Fit Index (NFI) = 1.00

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.38

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00

Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0022 Standardized RMR = 0.0096 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97

Gambar 5. Grafik T-Value of LP (CI)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel LP (Lingkungan

Pengendalian) menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7

sehingga seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T-hitung yang diperoleh

seluruhnya lebih besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu,

nilai Goodness of Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi

kriteria ideal, sehingga secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang

diperoleh sudah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah

memenuhi kriteria Reliabilitas.

Tabel 24: Variabel Lingkungan Pengendalian

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50

Kesimpulan

LP

0.95 0.72 Reliabilitas Baik

X11 0.86 0.26 Validitas Baik

X12 0.82 0.33 Validitas Baik

X13 0.81 0.34 Validitas Baik

X14 0.90 0.19 Validitas Baik

X15 0.89 0.21 Validitas Baik

X16 0.87 0.24 Validitas Baik

X17 0.79 0.38 Validitas Baik

Sumber: Gambar 4 dan 5, dirangkum dengan program SPSS

Page 39: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

35

2. Variabel Penilaian Risiko

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Lingkungan Penilaian

Risiko (Risk Assessment) dapat digambarkan pada Gambar 6 dan Gambar 7

(Grafik T-Value) berikut.

Gambar 6. Grafik Standardized Solution of PR (RA)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL Gambar 7.

Grafik T-Value of PR (RA)

Goodness of Fit Statistics Normed Fit Index (NFI) = 1.00

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.40

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00

Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = 508.49

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0041 Standardized RMR = 0.016

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Page 40: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

36

Hasil Confirmatory Factor Analysis untuk variabel PR (Penilaian Risiko)

menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7 sehingga

seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T hitung yang diperoleh seluruhnya lebih

besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu, nilai Goodness of

Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi kriteria ideal, sehingga

secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang diperoleh sudah

memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah memenuhi kriteria

Reliabilitas.

Tabel 25: Variabel Penilaian Risiko

Sumber: Gambar 6 dan 7, dirangkum dengan program SPSS

3. Variabel Aktivitas Pengendalian

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Aktivitias Pengendalian

(Control Activities) dapat digambarkan pada Gambar 8 dan Gambar 9 (Grafik T-

Value) berikut.

Gambar 8. Grafik Standardized Solution of CA (AP)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50 Kesimpulan

P R 0.93 0.72 Reliabilitas Baik

X21 0.74 0.45 Validitas Baik

X22 0.76 0.42 Validitas Baik

X23 0.98 0.04 Validitas Baik

X24 0.90 0.19 Validitas Baik

X25 0.83 0.31 Validitas Baik

Page 41: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

37

Gambar 9. Grafik T-Value of CA(AP)

Goodness of Fit Statistics Normed Fit Index (NFI) = 1.00

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.53

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00

Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = 549.91

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0044 Standardized RMR = 0.014

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel AP (Aktivitas

Pengendalian) menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7

sehingga seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T hitung yang diperoleh

seluruhnya lebih besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu,

nilai Goodness of Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi

kriteria ideal, sehingga secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang

diperoleh sudah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah

memenuhi kriteria Reliabilitas.

Page 42: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

38

Tabel 26: Variabel Aktiivitas Pengendalian

Sumber: Gambar 8 dan 9, dirangkum dengan program SPS

4. Variabel Informasi dan Komunikasi

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Informasi dan

Komunikasi (Information and Communication) dapat digambarkan pada Gambar

10 dan Gambar 11 (Grafik T-Value) berikut.

Gambar 10. Grafik Standardized Solution of IC(IK)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL Gambar 11. Grafik T-Value of

IC(IK)

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50

Kesimpulan

A P 0.95 0.68 Reliabilitas Baik

X31 0.81 0.34 Validitas Baik

X32 0.86 0.26 Validitas Baik

X33 0.93 0.14 Validitas Baik

X34 0.79 0.38 Validitas Baik

X35 0.76 0.42 Validitas Baik

X36 0.85 0.28 Validitas Baik

X37 0.79 0.38 Validitas Baik

X38 0.81 0.34 Validitas Baik

Page 43: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

39

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 0

Minimum Fit Function Chi-Square = 0.0 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00)

The Model is Saturated, the Fit is Perfect!

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel IK (Informasi dan

Komunikasi) menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7

sehingga seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T hitung yang diperoleh

seluruhnya lebih besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu,

nilai Goodness of Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi

kriteria ideal, sehingga secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang

diperoleh sudah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah

memenuhi kriteria Reliabilitas.

Tabel 27: Variabel Informasi dan Komunikasi

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50 Kesimpulan

I K

0.92 0.80 Reliabilitas Baik

X41 0.87 0.24 Validitas Baik

X42 0.87 0.24 Validitas Baik

X43 0.94 0.12 Validitas Baik

Sumber: Gambar 10 dan 11, dirangkum dengan program SPSS

5. Variabel Pemantauan

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Pemantauan (Monitoring)

dapat digambarkan pada Gambar 12 dan Gambar 13 (Grafik T- Value) berikut.

Gambar 12. Grafik Standardized Solution of M (PM)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL Gambar 13.

Grafik T-Value of M (PM)

Page 44: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

40

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 0

Minimum Fit Function Chi-Square = 0.0 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00)

The Model is Saturated, the Fit is Perfect!

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel PM (Pemantauan)

menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7 sehingga

seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T hitung yang diperoleh seluruhnya lebih

besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu, nilai Goodness of

Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi kriteria ideal, sehingga

secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang diperoleh sudah

memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah memenuhi kriteria

Reliabilitas.

Tabel 28: Variabel Pemantauan

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50

Kesimpulan

PM 0.90 0.75 Reliabilitas Baik

X51 0.97 0.06 Validitas Baik

X52 0.75 0.44 Validitas Baik

X53 0.87 0.24 Validitas Baik

Sumber: Gambar 12 dan 13, dirangkum dengan program SPSS

6. Variabel Pengawasan Internal

Pengawasan Internal (Internal Audit) merupakan aktivitas penilaian atas kegiatan

operasional, pengamanan aset, pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap

peraturan (Vinten, 1991; Sawyer, 2003, Moeller, 2007). Hasil Confirmatory Factor

Analysis (CFA) untuk variabel Pengawasan Innternal (Interrnal Audit) dapat

digambarkan pada Gambar 14 dan Gambar 15 (Grafik T- Value) berikut.

Page 45: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

41

Gambar 14. Grafik Standardized Solution of IA (PI)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Gambar 15. Grafik T-Value of IA (PI)

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 0

Minimum Fit Function Chi-Square = 0.0 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00)

The Model is Saturated, the Fit is Perfect!

Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan program LISREL

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk variabel Pengawasan Internal

menunjukkan nilai loading yang diperoleh seluruhnya lebih besar dari 0,7 sehingga

seluruhnya dinyatakan Valid, sementara itu nilai T hitung yang diperoleh seluruhnya lebih

besar dari 1,96 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Di samping itu, nilai Goodness of

Fit yang diperoleh seluruhnya memiliki nilai yang sudah memenuhi kriteria ideal, sehingga

Page 46: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

42

secara umum model dapat dikatakan baik. Nilai CR dan VR yang diperoleh sudah

memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan bahwa model sudah memenuhi kriteria

Reliabilitas.

Tabel 29: Variabel Pengawasan Internal

Variabel SLF 0.50

Error CR 0.70

VE 0.50

Kesimpulan

PI

0.82 0.61 Reliabilitas Baik

Y1 0.70 0.51 Validitas Baik

Y2 0.84 0.29 Validitas Baik

Y3 0.79 0.38 Validitas Baik

Sumber: Gambar 14 dan 15, dirangkum dengan program SPSS

C. Analisis dan Interpretasi

Berdasarkan tujuan penelitian, yakni menganalisis proses empiris hubungan

antara sistem pengendalian internal (internal control system) dengan pengawasan

internal (internal audit) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dapat

dikonfirmasi model pengendalian internal yang terdiri dari unsur lingkungan pengendalian

(control environment), penaksiran risiko (risk assesment), aktivitas pengendalian (control

activities), informasi dan komunikasi (information and communication) dan pemantauan

(monitoring) kaitannya dengan pengawasan internal pada organisasi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian, analisis pengaruh dan hubungan

antarvariabel yang ditetapkan dalam model analisis meliputi (1) signifikansi pengaruh

sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan internal

(internal audit); (2) perbedaan pelaksanaan sistem pengendalian internal (internal control

system) dan pengawasan internal (internal audit); dan (3) perbedaan dampak masing-

masing aspek Sistem Pengendalian Internal pada Pengawasan Internal dalam kegiatan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

1. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Pengawasan Internal.

Sebagaimana tujuan penelitian ini, yang pertama adalah menganalisis signifikansi

pengaruh sistem pengendalian internal (internal control system) terhadap pengawasan

internal (internal audit) dalam organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Interaksi yang intens antara sistem pengendalian internal (internal control system)

dengan pengawasan internal (internal audit) sebagai aktivitas penilaian atas kegiatan

operasional, pengamanan aset, pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap

peraturan dengan lingkungan pengendalian sebagai unsur yang dominan, namun

mempunyai pengaruh terkecil akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam

kegagalan efektivitas unsur- unsur sistem pengendalian internal lainnya dalam

pelaksanaan kegiatan organisasi (Arens 2007, (Vinten, 1991; Sawyer, 2003, Moeller,

2007).

Page 47: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

43

Proposisi penelitian yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal

(internal control system) sebagai kebijakan, prosedur, proses, dan struktur organisasi

untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai melalui interaksi berbagai

elemen lingkungan pengendalian; (2) penaksiran risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4)

informasi dan komunikasi; dan (5) pemantauan mempunyai korelasi dan mempengaruhi

keberlangsungan pengawasan internal (internal audit) dalam memberikan keyakinan

yang memadai (reasonable assurance) tentang efektivitas dan efisiensi operasi,

keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan (compliance) terhadap regulasi (Simmons,

1997; Reider, 1994; Arens, 2000; Pickett, 2002; Singleton, 2006).

Berdasarkan pengujian hipotesis, lingkungan pengendalian (control environment)

mempengaruhi kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan

yang efektivitasnya bergantung pada integritas dan kompetensi personel yang ada di

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kondisi lingkungan pengendalian dapat

mempengaruhi proses penilaian risiko. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

seharusnya lebih sensitif terhadap risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan. Respons

terhadap risiko dibangun dan diantisipasi dalam koridor integritas dan nilai etika sehingga

berbagai kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan pegawai dan

pimpinan yang memiliki kompetensi dan komitmen yang kuat untuk mengantisipasi risiko

dan mampu melakukan analisis risiko secara tepat.

Kegiatan pengendalian (control activities) yang bersifat prosedural dalam

penerapannya membutuhkan lingkungan pengendalian sebagai faktor atmosfer

organisasi. Kegiatan pengendalian akan efektif jika dukungan kuat dan komitmen tinggi

serta integritas dan nilai etika yang menjadi rambu-rambu dalam mengaplikasikan

kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam mengkomunikasikan

informasi memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang visi dan misi sehingga tujuan

organisasi dapat dipahami oleh seluruh pegawai dan tidak menimbulkan distorsi di

kalangan internalal maupun eksternal. Pemantauan atas kegiatan pengendalian

diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh program dan kegiatan Kementerian

Pendidikan telah berjalan sebagaimana mestinya.

Kurang matangnya suatu pertimbangan (judgement) dalam pengambilan

keputusan mempengaruhi efektivitas pengendalian karena keputusan yang ditetapkan

didasarkan pada keterbatasan informasi yang tersedia, waktu yang terbatas, dan variabel

lain, baik lingkungan internalal maupun eksternal, sehingga seringkali dijumpai beberapa

keputusan yang diambil dengan kondisi keterbatasan waktu dan informasi akan

memberikan hasil yang kurang efektif dibanding dengan apa yang diharapkan. Hal inilah

yang memerlukan kajian lebih mendalam dalam upaya mengatasi judgement yang

dominan, baik dalam menafsirkan peraturan maupun melaksanakannya. Informasi dan

komunikasi yang mengalami distorsi, khususnya dalam menginformasikan dan

menkomunikasikan kebijakan pendidikan dapat mengakibatkan persepsi masyarakat

menjadi negatif, sehingga memerlukan pengendalian yang terukur agar dapat dipastikan

bahwa informasi dan komunikasi berada pada arah yang tepat.

Dalam analisis Sructural Equation Modeling (SEM) diketahui pengaruh masing–

masing variabel eksogen (dependent variable) terhadap variabel endogen (dependent

variable). Kelima variabel (lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas

pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan) tersebut dihitung pengaruh dan

hubungannya terhadap variabel endogen.

Page 48: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

44

Gambar 16. Grafik Model Struktural

Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan program LISREL Nilai Goodness

of Fit Model Struktural

Normed Fit Index (NFI) = 0.97 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98

Relative Fit Index (RFI) = 0.97 Critical N (CN) = 142.95

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91

Nilai Goodness of Fit (GOF) di atas seluruhnya memenuhi kriteria yang baik, di

mana nilai Normed Fit Index (NFI), Non-Normed Fit Index (NNFI), Comparative Fit Index

(CFI), Incremental Fit Index (IFI), Relative Fit Index (RFI), Goodness of Fit Index (GFI),

dan Adjusted Goodnness of Fit Index (AGFI) seluruhnya sudah memenuhi nilai ideal yaitu

sebesar 0,90. Berdasarkan hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa model sudah

memenuhi kriteria statistik.

Grafik di atas menunjukkan nilai t (T-Value) untuk setiap jalur yang dihipotesiskan

untuk setiap variabel. Sebuah jalur dinyatakan signifikan bila memiliki nilai T yang lebih

besar dari 1,96. Berdasarkan pada kriteria tersebut bisa disimpulkan bahwa dari lima

variabel eksogen, hanya Variabel Pemantauan yang tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Pengawasan Internal. Nilai yang diperoleh sebesar 1,62 masih di

bawah 1,96 sehingga dinyatakan tidak signifikan. Sementara keempat variabel lainnya

memiliki nilai di atas 1,96 sehingga dinyatakan signifikan dan memiliki pengaruh terhadap

Pengawasan Internal.

Page 49: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

45

Sistem pengendalian internal (internal control system) merupakan suatu proses

yang dijalankan oleh pimpinan, manajemen dan pegawai lainnya, yang dimaksudkan

untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga kategori tujuan,

yaitu (1) efektivitas dan efisiensi kegiatan; (2) keandalan laporan keuangan; dan (3)

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. (Root,

1998; Sawyer, 2003) yang unsur- unsurnya terdiri dari lingkungan pengendalian,

penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan

(Moeller, 2007).

a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) adalah kondisi yang memengaruhi

efektivitas pengendalian internal (Kreitner, 1992; Stoner, 1995; Bartol, 1996).

Lingkungan Pengendalian (t=2,38) yang secara nyata berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan Pengawasan Internal ditunjukkan dengan indikator (1) adanya

aturan dan kebijakan yang berisi tentang standar perilakuu etis, yang dapat diterima,

dan praktik yang tidak dapat diterima; (2) pimpinan mendorong terciptanya budaya

yang menekankan pentingnya nilai-nilai integritas dan etika antara lain melalui

komunikasi lisan, rapat dan diskusi; (3) suasana etis dibangun pada setiap tinngkatan

dan dikomunikasikan; dan (4) jenis sanksi dikomunikasikan kepada seluruh pegawai

sehingga pegawai mengetahui konsekuensi dari penyimpangan dan pelanggaran yang

dilakukan.

b. Penaksiran Risiko (Risk Assessment) adalah penilaian atas kemungkinan kejadian

yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (Namee & Selim, 1998;

Kinney, 2000; Jorion 2005, Pickett, 2006). Penilaian Risiko (t=3,98) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Pengawasan Internal sebagaimana terlihat pada

indikator (1) pimpinan menetapkan tujuan unit kerja dengan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan; (2) tujuan kegiatan unit kerja berdasarkan pada

tujuan dan rencana strategis; (3) pimpinan dalam mengidentifikasi risiko menggunakan

metodologi yang sesuai untuk tujuan kegiatan secara komprehensif; (4) pimpinan

menganalisis risiko dalam rangka menentukan dampak dan risiko yang telah

diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan; dan (5) unit kerja memiliki mekanisme untuk

mengantisipasi, mengidentifikasi, dan bereaksi terhadap risiko yang diakibatkan oleh

adanya berbagai perubahan.

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) adalah tindakan yang diperlukan untuk

mengatasi risiko dan memastikan bahwa pelaksanaan kebijakan dan prosedur

tersebut telah efektif (Namee & Selim, 1998, Kinney, 2000; Reagan, 2004; Jorion

2005). Aktivitas Pengendalian (t=2,50) berpengaruh nyata terhadap Pengawasan

Internal dengan indikator (1) pimpinan dan pegawai memahami tujuan kegiatan

pengendalian; (2) pimpinan secara berkala melakukan reviu atas kinerja dibandingkan

dengan rencana; (2) unit kerja memiliki persyaratan jabatan dan menetapkan kinerja

yang diharapkan untuk setiap posisi pimpinan; (4) pimpinan melakukan pengendalian

atas pengelolaan sistem informasi; (5) kepemilikan aset didukung dengan dokumen

kepemilikan yang sah; (6) pimpinan mengevaluasi faktor penilaian pengukuran

kinnerja; dan (7) pimpinan memastikan akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatannya.

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) adalah data yang telah

diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan proses

menyampaikan informasi untuk mendapatkan umpan balik (Malone, 1987; Kreiner &

Schultz, 1993; Spoull & Kiesler, 1999). Informasi dan Komunikasi (t=5,10) berpengaruh

signifikan terhadaap Pengawasan Internal sebagaimana diperlihatkan oleh indikator

(1) pimpinan mengidentifikasi informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat; (2)

pimpinan memberikan arahan yang jelas kepada seluruh tingkatan organisasi bahwa

Page 50: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

46

tanggung jawab pengendalian internal adalah masalah penting dan harus diperhatikan;

dan (3) pimpinan menggunakan bentuk dan sarana komunikasi yang efektif, berupa

buku pedoman kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan

pengumuman dan arahan lisan.

e. Pemantauan (Monitoring) adalah proses pengawalan atas mutu kinerja sistem

pengendalian internal (Kreitner, 1992, Stoner, 1995; Bartol, 1996). Pemantauan

(t=1,62) yang lebih rendah dari 1.96 menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengawasan Internal. Tidak kuatnya

pengaruh Pemantauan terhadap Pengawasan Internal terlihat pada indikator (1)

pemantauan sistem pengendalian internal yang masih lemah; (2) tidak adanya

evaluasi secara terpisah terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan; (3) evaluasi

tidak dilaksanakan oleh pegawai yang mempunyai keahlian tertentu yang disyaratkan

atau kurang melibatkan aparat pengawasan internal maupun auditor eksternal.

Gambar 17. Grafik Standardized Solution of IA (PI)

Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan program LISREL

Sementara itu, Gambar 17 di atas yang merupakan grafik loading menunjukkan

bahwa pengaruh yang terbesar dimiliki oleh Informasi dan Komunikasi dengan loading

sebesar 0,30 atau 30 persen; sedangkan loading terkecil dimiliki oleh Pemantauan dan

Lingkungan Pengendalian dengan nilai sebesar 0,17 atau 17 persen. Pengaruh total yang

diberikan oleh kelima variabel tersebut adalah sebesar 73 persen atau dengan kata lain,

kelima variabel tersebut memiliki pengaruh sebesar 73 persen terhadap pembentukan

Pengawasan Internal. Tiap variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat,

yakni tiap unsur dalam system pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penaksiran

risiko, aktivitas pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan) memiliki kontribusi

terhadap pengawasan internal dengan besaran yang bervariasi.

Informasi dan Komunikasi mempunyai pengaruh terbesar (30 persen) terutama

dalam hal (1) pimpinan mengelola sistem secara terus menerus; (2) sikap perilaku yang

bisa diterima dan tidak bisa diterima serta konsekuensinya sudah dikomunikasikan secara

jelas kepada pegawai; (3) pimpinan menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk

Page 51: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

47

sarana komunikasi dan (4) manajemen sistem informasi dilaksanakan berdasarkan suatu

rencana strategis sistem informasi yang merupakan bagian dari rencana straegis

Kemdikbud secara keseluruhan.

Lingkungan Pengendalian dan Pemantauan mempunyai pengaruh terkecil,

masing-masing sebesar 17 persen mengindikasikan lemahnya (1) pemahaman terhadap

sistem pengendalian internal; (2) identifikasi atas keahlian, dan kemampuan yang

diperlukan untuk setiap jabatan; (3) penyampaian laporan pencapaian target yang tepat

dan akurat; (4) hubungan dan jenjang pelaporan yang telah ditetapkan; pendelegasian

wewenang kepada bawahan yang tepat sesuai dengan tanggung jawabnya; (5) tindakan

korektif untuk menyelesaikan masalah dalam jangka waktu yang ditetapkan; dan (6)

pelaksanaan pemantauan reviu laporan keuangan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Root (1998) bahwa akuntabilitas kinerja organisasi

banyak ditentukan oleh keandalan sistem pengendaliannya (control system). Dalam

menjalankan organisasi dibutuhkan kepemimpinan yang kuat (strong leadership), visi

organisasi yang memampukan manajemen melaksanakan strategi untuk mencapai tujuan

organisasi yang berdampak pada keberlanjutan kompetensi inti (core competence)

sehingga memiliki keunggulan kompetetitif yang lebih kuat (stronger competitive

advantages). Kurangnya perhatian terhadap pengendalian (control) akan melemahkan

pengawasan (audit) dalam hal mendefinisikan masalah kunci dan kondisi yang perlu

dilaporkan (reportable conditions), memvalidasi bukti yang diuji (testimonial evidence),

melakukan penilaian akhir, dan mengidentifikasi tindakan korektif (Simmons, 1997).

2. Implementasi Sistem Pengendalian Internal

Sebagimana tujuan penelitian kedua, yakni menganalisis perbedaan

pelaksanaan sistem pengendalian internal (internal control system) dan

pengawasan internal (internal audit) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, terdapat perbedaan yang nyata dalam implementasi sistem

pengendalian internal dan pengawasan, hasilnya menunjukkan bahwa unsur

penilaian risiko penerapannya terendah, hal ini dapat membawa organisasi ke

dalam situasi chaos yang penuh dengan ketidakpastian (Gleick, 1997). Mitigasi

atas risiko yang probabilitas terjadinya tinggi akan menjadikan organisasi lebih

mampu beradaptasi dalam situasi yang dinamis (Kotler, 2008).

Proposisi penelitian yang menyatakan bahwa penerapan berbagai unsur

sistem pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian; (2)

penaksiran risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi dan komunikasi; dan

(5) pemantauan berlangsung melalui aktivitas yang saling terkait dan bervariasi

intensitasnya serta mempunyai diferensiasi dalam implementasinya pada tiap

level kegiatan (operations), pada saat menyusun laporan keuangan (financial

reporting), dan pada saat harus menaati peraturan yang berlaku (compliance with

the regulations) (Root, 1998; Moeller, 1998; Regan, 2004).

Berdasarkan pengujian hipotesis terungkap bahwa Penilaian risiko (risk

assessment) memberikan arahan bagi perumusan kebijakan dan prosedur

pengendalian yang baik dan memadai dapat mengurangi timbulnya risiko atau

meminimalkan dampaknya. Kegiatan pengendalian yang dikembangkan belum

didasarkan pada hasil penilaian risiko yang membantu pencapaian tujuan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan melakukan penilaian risiko,

Page 52: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

48

pimpinan dapat menentukan jenis pengendalian internal dan pegawai yang

bertanggung jawab terhadap informasi perlu memastikan bahwa jaringan

informasi dan komunikasi berjalan dengan baik. Pemantauan pengendalian

internal yang efektif membantu pimpinan dalam mengenali masalah dan

mengoreksinya serta mengendalikan risikonya.

Informasi dan komunikasi (information and communication) berkaitan

dengan upaya perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian internal.

Komitmen tentang pentingnya informasi dan komunikasi untuk merealisasikan

tujuan organisas akan efektif jika memperoleh masukan yang signifikan dalam

mengkomunikasikan tujuan. Kebijakan dan prosedur yang tidak efisien

memperpanjang jalur informasi dan komunikasi. Informasi yang tidak valid dan

mengandung kesalahan serta komunikasi yang tidak berfungsi dengan baik

menghambat upaya pimpinan melakukan pengendalian internal atas seluruh

kegiatan organisasi. Informasi dan komunikasi yang efektif membantu manajemen

memperoleh gambaran yang lebih baik atas risiko yang dihadapi dalam

mewujudkan tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kesalahan dalam menerjemahkan perintah dapat terjadi meskipun

pengendalian telah didesain sedemikian rupa. Kegagalan dapat terjadi

disebabkan adanya pegawai yang salah menginterpretasikan perintah. Kesalahan

dalam menerjemahkan perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau

kecerobohan karyawan yang bersangkutan. Terjadinya kegagalan dapat lebih

parah jika kesalahan menafsirkan perintah dilakukan oleh level pimpinan. Sistem

apapun yang dibuat manusia berpotensi rusak (breakdowns) karena kesalahan

informasi, interpretasi, maupun implementasinya.

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif dapat diketahui tingkat

penerapan atau implementasi setiap bagian dari Sistem Pengendalian Internal.

Dengan skala pengukuran 1 sampai 5 maka penerapan yang sangat baik adalah

yang berada pada rentang 4,21 hingga 5,00. Adapun kriterianya adalah sebagai

berikut.

1. Sangat Rendah : 1,01 – 1,80 2.

2. Rendah : 1,81 – 2,60

3. Sedang : 2,61 – 3,40

4. Tinggi : 3,41 – 4,20

5. Sangat Tinggi : 4,21 – 5,00

Page 53: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

49

Tabel 30: Analisis Deskriptif Tiap Variabel

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan program SPSS

Tabel 30 di atas adalah hasil analisis deskriptif untuk masing–masing

variabel. Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata tertinggi diperoleh variabel

Informasi dan Komunikasi, dengan nilai 2,07 diikuti oleh variabel Aktivitas

Pengendalian dengan nilai 2,05. Pada posisi ketiga ditempati Lingkungan

Pengendalian dengan nilai 2,015 dan keempat Pemantauan dengan 2,014

sedangkan yang paling rendah adalah Penilaian Risiko dengan nilai 1,96.

Berdasarkan pada hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan yang paling

dominan adalah pada aspek Informasi dan Komunikasi, sedangkan yang paling

rendah adalah Penilaian Risiko. Namun demikian, kelima variabel independen

yang ada dalam analisis ini seluruhnya memiliki nilai yang rendah, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kelima variabel tersebut memiliki penerapan yang rendah di

mana yang paling besar dimiliki oleh Informasi dan Komunikasi.

Penilaian Risiko yang mempunyai nilai rata-rata terendah (1,96) dapat

dijelaskan berdasarkan indikator yang tercermin dari data atas pertanyaan dalam

kuesioner yang terkait dengan Penilaian Risiko yang termasuk dalam kategori

antara 1,81 – 2,60 yang jawabannya lebih banyak menolak pernyataan bahwa (1)

penetapan tujuan unit kerja secara keseluruhan disusun sesuai dengan

persyaratan program yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan

dan memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis

dan terikat waktu; dan (2) tujuan unit kerja dikomunikasikan kepada seluruh

pegawai sehingga pimpinan mendaptkan umpan balik, yang menandakan bahwa

komunikasi berjalan efektif; (3) unit kerja mempunyai strategi manajemen

terintegrasi dan rencana penilaian dan pengendalian risiko; (4) asumsi yang

mendasari rencana strategis dan anggaran unit kerja konsisten dengan kondisi

yang terjadi sebelumnya dan kondisi saat ini.

3. Eksistensi pada Pengawasan Internal

Sebagaimana tujuan penelitian yang ketiga, yaitu menganalisis perbedaan

dampak masing-masing aspek Sistem Pengendalian Internal yang terdiri dari

unsur Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian,

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LINGKUNGAN PENGENDALIAN

322 1.30 3.00 2.0151 .43170

PENILAIAN RISIKO 322 0.72 3.00 1.9622 .44911

AKTIVITAS PENGENDALIAN

322 0.91 3.00 2.0539 .47140

INFORMASI/ KOMUNIKASI

322 0.71 3.00 2.0700 .48634

PEMANTAUAN 322 0.52 3.00 2.0140 .48100 PENGAWASAN INTERNAL 322 1.17 2.87 2.0048 .41720

Page 54: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

50

Informasi/Komunikasi, dan Pemantauan pada Pengawasan Internal dalam

kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuktikan bahwa

pengabaian atau kurangnya perhatian terhadap hasil pengawasan internal yang

tidak material atau bernilai kecil, dapat mengakibatkan pelaksanaan sistem

pengendalaian intern berjalan kurang efektif.

Proposisi yang menyatakan bahwa penerapan berbagai unsur sistem

pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian (control

environment); (2) penaksiran risiko (risk assessment); (3) aktivitas pengendalian

(control activities); (4) informasi dan komunikasi (information and communication);

dan (5) pemantauan (monitoring) berlangsung melalui aktivitas yang saling terkait

dan bervariasi intensitasnya serta mempunyai diferensiasi dalam

implementasinya pada tiap level kegiatan (operations), pada saat menyusun

laporan keuangan (financial reporting), dan pada saat harus menaati peraturan

yang berlaku (compliance with the regulations) (Root, 1998; Moeller, 1998; Regan,

2004) sejalan dengan hasil pengujian hipotesis.

Untuk mengetahui apakah kelima variabel yang dianalisis memiliki

kesetaraan atau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelima variabel

eksogen dengan variabel Pengawasan Internal dengan analisis perbandingan

menggunakan metode One Way ANOVA dan penguji T-Test Sampel

Berpasangan. Dengan metode ini akan diketahui variabel mana saja yang

memiliki nilai yang tertinggi dan berbeda nyata. Pada analisis ini, setiap variabel

diujikan secara terpisah dengan Variabel Pengawasan Internal.

Tabel 31: Uji Perbandingan Antar Variabel dengan Pengawasan Internal

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan program SPSS

Pada Tabel 31 di atas terlihat bahwa nilai tertinggi dimiliki oleh Informasi

dan Komunikasi, namun untuk mengetahui apakah perbedaan rata-rata yang

terbentuk antara kelima variabel tersebut dapat dinyatakan signifikan secara

statistik atau tidak, maka digunakan analisis ANOVA Satu Arah atau One Way

ANOVA. Hasil yang diperoleh ditampilkan pada bagian di bawah ini.

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Lingkungan Pengendalian

322 2.0151 .43170 1.30 3.00

Penilaian Risiko 322 1.9622 .44911 0.72 3.00 Aktivitas Pengendalian 322 2.0539 .47140 0.91 3.00

Informasi dan Komunikasi 322 2.0700 .48634 0.71 3.00

Pemantauan 322 2.0140 .48100 0.52 3.00

Page 55: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

51

Tabel 32: Test of Homogeneity of Variances of Internal Audit

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

.920

4 1605 .452

Sumber: Data penelitian, diolah dengan SPSS

Tabel 32 di atas merupakan hasil uji Homogenitas yang menjadi syarat ANOVA

dengan hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,452 yang lebih

besar dari 0,05 sehingga data dinyatakan Homogen dan dapat dianalisis menggunakan

ANOVA.

Tabel 33: ANOVA Pengawasan Intern

Sumber: Data Penelitian, diolah dengan SPSS

Tabel 33 di atas menunjukkan hasil uji ANOVA Satu Arah yang bertujuan untuk

membandingkan kelima variabel yang dianalisis. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai

signifikansi sebesar 0,034 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

dari kelima variabel yang dianalisis tidak setara secara statistik, atau dengan kata lain ada

variabel yang lebih unggul dibandingkan variabel lainnya. Untuk mengetahui variabel

mana yang lebih unggul, dilakukan analisis dengan Uji Duncan yang bertujuan untuk

mendeteksi variabel mana saja yang lebih baik dibandingkan varaibel lainnya

sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 34: Uji Duncan terhadap Pengawasan Intern

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 322.000. b.

Berdasarkan Uji Duncan pada Tabel 34 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel

yang berbeda sendiri adalah Penilaian Risiko. Hal ini terlihat dari Subset 2 di mana

keempat variabel mengelompok secara terpisah dan hanya Penilaian Risiko yang tidak

Sum of Squares

Df Mean Square

F Sig.

Between Groups 2.253 4 .563 2.612 .034

Within Groups 346.093 1605 .216

Total 348.346 1609

Variabel N Subset for alpha = 0.05

1 2

Penilaian Risiko 322 1.9622 Pemantauan 322 2.0140 2.0140 Lingkungan Pengendalian 322 2.0151 2.0151 Aktivitas Pengendalian 322 2.0539 Informasi dan Komunikasi 322 2.0700

Sig. .1 74 .166

Page 56: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

52

masuk. Berdasarkan pada hasil ini dapat dikatakan bahwa keempat variabel selain

Penilaian Risiko tidak berbeda nyata secara statistik, dan hanya Penilaian Risiko saja

yang berbeda secara statistik.

Perbedaan tersebut mencakup dimensi (1) penetapan tujuan kegiatan; (2)

identifikasi risiko; (3) analisis risko; dan (4) mengelola risiko selama perubahan.

Pengukuran atas penilaian risiko dengan menggunakan mekanisme pengenalan risiko

dari faktor eksternal dan internalal menunjukkan bahwa penaksiran atas kemungkinan

kejadian yang menghambat pencapaian tujuan dan sasaran unit kerja maupun tujuan dan

sasaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara keseluruhan belum sesuai

dengan standar yang ditetapkan dalam Sistem Pengendalian Internal (Internal Control

System). Adapun tampilan pergerakan nilai rata-rata dari kelima variabel tersebut dapat

dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 18. Nilai Rata-Rata Varibel Eksogen

Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan SPSS

Penilaian Risiko (Risk Assessment) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata

secara statistik pada Gambar 18 di atas dapat dideskripsikan dari data yang sebagian

besar pernyataan atas identifikasi risiko masih belum sepenuhnya dilakukan, yaitu (1)

Identifikasi risiko menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan kegiatan secara

komprehensif; (2) Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi risiko

dan menentukan peringkat risiko secara terjadwal dan berkala; (3) Cara suatu risiko

diidentifikasi, diperingkat, dianalisis, dan diatasi dikomunikasikan kepada pegawai yang

berkepentingan; (4) Pembahasan identifikasi risiko dilakukann pada rapat tingkat

pimpinan; (5) Identifikasi risiko merupakan bagian dari perkiraan rencana jangka pendek

dan jangka panjang serta rencana strategis.

Tabel 35: Paired Sample T-Test

Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan program SPSS

Paired Differences T Df Sig. (2- tailed) Mean Std.

Deviation Pair 1

Lingkungan Pengendalian – Pengawasan

-.02295 .44406 -.927 322 .354

Internal Pair 2

Penilaian Risiko – Pengawasan Internal

-.07584 .51479 -2.644 322 .009

Pair 3

Aktivitas Pengendalian – Pengawasan Internal

.01584 .41144 .691 322 .490

Pair 4 Informasi dan Komunikasi – Pengawasan

.03189 .44982 1.272 322 .204

Internal Pair 5

Pemantauan – Pengawasan Internal

-.02410 .37741 -1.146 322 .253

Page 57: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

53

Tabel 35 di atas menunjukkan hasil uji Paired Sample T-Test antara masing-

masing variabel dengan penguatan Pengawasan Internal. Kedua variabel dinyatakan

berbeda secara statistik jika nilai signifikansi yang berada pada kolom paling kanan

memiliki nilai di bawah 0,05. Dari lima pengujian yang dilakukan, hanya variabel Penilaian

Risiko (Risk Assessment) yang berbeda secara statistik di mana nilai signifikansi yang

diperoleh adalah sebesar 0,009. Sementara variabel lainnya memiliki nilai signifikansi

yang lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan tidak signifikan secara statistik, atau

dengan kata lain tidak berbeda nyata.

Penilaian Risiko yang memiliki nilai tidak signifikan merefleksikan rendahnya

pertimbangkan risiko atas (1) perubahan kebutuhan atau harapan lembaga dan

masyarakat terhadap kinerja Kemdikbud; (2) adanya peraturan perundang-undangan

baru; (3) perubahan anggaran; (4) kemungkinan terjadinya bencana atau tindakan

destruktif terhadap kegiatan; (5) pelaksanaan kegiatan di suatu area geografis baru; (6)

timbulnya resistensi masyarakat, wanprestasi rekanan, atau perubahan kondisi usaha,

politik, dan ekonomi; dan (7) interaksi dengan instansi lainnya.

Risiko yang belum sepenuhnya dipertimbangkan termasuk di antaranya (1) risiko

yang timbul dari perancangan ulang proses atau kegiatan serupa yang telah dilaksanakan

dan dibiayai tahun sebelumnya; (2) risiko yang timbul dari gangguan pemrosesan sistem

informasi; (3) risiko yang timbul dari pelaksanaan

program yang didesentralisasi; (4) risiko yang terjadi terhadap perubahan besar dalam

tanggung jawab pimpinan; (5) risiko yang timbul dari kegagalan pencapaian misi, tujuan,

dan sasaran atau keterbatasan anggaran; dan (6) risiko yang timbul dari pembiayaan

yang tidak memadai, pelanggaran penggunaan dana, atau ketidakpatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

D. Temuan Itjen Kemendikbudristek Terkini

Untuk menguji kesahihan hasil interpretasi penelitian apakah masih berlaku

hingga saat ini, maka penulis melakukan analisis terhadap temuan-temuan Audit Kinerja

oleh Inspektorat IV Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek berdasarkan hasil kompilasi

temuan di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) periode Oktober 2020. Dari Laporan Hasil

Audit (LHA) diperoleh data bahwa terdapat 115 temuan senilai Rp2,179.045.449,00 (dua

milyar seratus tujuh puluh sembilan juta empat puluh lima ribu empat ratus empat puluh

sembilan rupiah) yang terkait aspek tugas dan fungsi (20 temuan), aspek keuangan (34

temuan), aspek sarana/prasarana (31 temuan), dan aspek SDM (30 temuan). Hal

tersebut disebabkan lemahnya system pengendalian intern. Akibatnya pelaksanaan tugas

tidak optimal dan terdapat kerugian negara, serta dampak selanjutnya adalah

pembebanan kepada keuangan negara untuk menindaklanjuti temuan pengawasan

tersebut berupa pengeluaran biaya operasional monitoring penyelesaian tindak lanjut

hasil pengawasan.

Adapun berdasarkan Laporan Rapat Koordinasi Pengawasan (Rakorwas)

Inspektorat IV bulan Desember 2020, diinformasikan bahwa terdapat temuan yang terjadi

di PTN dan hal tersebut menjadi tanggung jawab tidak hanya PTN yang diaudit namun

Page 58: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

54

juga menjadi bagian tanggung jawab masing-masing eselon II di lingkungan Ditjen Dikti

dengan uraian sebagai berikut.

1. Terdapat rasio dosen tetap dengan mahasiswa untuk kelompok bidang ilmu sosial dan

eksakta yang tidak sesuai ketentuan, program studi tertentu jumlahnya melebihi

kapasitas daya tampung, dan maraknya pembukaan prodi baru yang dapat berdampak

pada jumlah mahasiswa pada prodi lainnya serta kecukupan atau ketersedian tenaga

pengajar dan fasilitas lainnya. Sementara itu, pembukaan prodi baru di PTS

memerlukan proses birokrasi melalui LLDikti. Oleh karena itu, Ditjen Dikti perlu

mengkaji ketepatan pembukaan prodi baru disesuaikan dengan kebutuhan dan

keseimbangan serta ketersediaan sumber daya yang ada.

2. Di beberapa PTN ditemukan dosen yang tidak memenuhi kualifikasi (masih

berpendidikan S1), tidak melaksanakan Tridharma PT sepenuhnya, lebih dari 5 tahun

belum naik pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan fungsional asisten ahli

ke lektor dan jabatan fungsional lektor ke lektor kepala. Direkomendasikan kepada

Ditjen Dikti agar melakukan pembenahan sumber daya di lingkungan PTN melalui

perencanaan SDM yang terintegrasi agar tidak terjadi kesenjangan yang tajam dalam

hal kualitas sumber daya antar perguruan tinggi negeri.

3. Di beberapa PTN terdapat rasio dosen tetap dengan mahasiswa untuk kelompok

bidang ilmu sosial dan eksakta yang tidak sesuai ketentuan, program studi tertentu

jumlahnya melebihi kapasitas daya tampung, dan maraknya pembukaan prodi baru

yang dapat berdampak pada jumlah mahasiswa pada prodi lainnya serta kecukupan

atau ketersedian tenaga pengajar dan fasilitas lainnya. Sementara itu, pembukaan

prodi baru memerlukan proses birokrasi melalui LLDikti. Oleh karena itu, Ditjen Dikti

perlu mengkaji ketepatan pembukaan prodi baru disesuaikan dengan kebutuhan dan

keseimbangan serta ketersediaan sumber daya yang ada.

4. Masih ditemukan dosen yang tidak memenuhi kualifikasi (berpendidikan S1), tidak

melaksanakan Tridharma PT sepenuhnya, lebih dari 5 tahun belum naik

pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan fungsional asisten ahli ke lektor dan

jabatan fungsional lektor ke lektor kepala. Dalam hal ini, direkomendasikan kepada

Ditjen Dikti agar melakukan pembenahan sumber daya di lingkungan PTN melalui

perencanaan SDM yang terintegrasi agar tidak terjadi kesenjangan yang tajam dalam

hal kualitas sumber daya antar perguruan tinggi negeri.

5. Terdapat Beban Kerja Dosen (BKD) tidak sesuai ketentuan, tidak mengisi lembar kerja

dosen (LKD), dosen belum memiliki sertifikasi dosen (serdos) yang berimplikasi pada

kelebihan pembayaran tunjangan profesi, kelebihan jumlah hasil penelitian yang harus

direviu dan tidak sesuai SBM, sehingga mengakibatkan penyetoran ke kas negara,

dan masalah dosen tidak melaksanakan tugas sebagai dosen. Oleh karena itu,

direkomendasikan kepada Ditjen Dikti untuk melakukan penertiban dan pendisiplinan

melalui pengendalian terhadap kinerja PTN secara menyeluruh termasuk sumber daya

manusianya.

6. Terdapat dosen yang sudah selesai melaksanakan tugas belajar dan izin belajar

namun tidak dapat diproses pengaktifannya kembali sebagai dosen karena

permasalahan pelanggaran administrasi, antara lain masalah paspor/visa, akreditasi

prodi/jurusan/fakultas/universitas yang tidak terdata/tidak diakui, pindah universitas,

dan masalah linearitas. Di lain pihak, ada pula peserta tugas belajar/izin belajar yang

tidak selesai (DO) namun belum dilakukan pemeriksaan dan belum dikenakan

tindakan, sehingga belum bisa diaktifkan/diberhentikan. Hal ini disebabkan lemahnya

pengendalian dan tidak adanya pemantuan/evaluasi selama proses pelaksanaan

tugas/izin belajar sedang berjalan, tidak ada peringatan bertahap, namun ybs dipenalti

setelah pulang dari tugas/izin belajar dan yang bersangkutan tidak mungkin dapat

Page 59: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

55

melengkapi administrasi yang telah lewat atau kuliah kembali di tempat baru yang

terakreditasi atau agar linier dengan latar belakang pendidikan sebelumnya. Dalam hal

ini, direkomendasikan kepada Ditjen Dikti untuk mengambil langkah penyelesaian

bersama dengan Biro SDM Setjen Kemendikbud agar tidak mengambang atau

menggantung, dan sumber daya sebagai aset yang ada dapat dimanfaatkan secara

optimal.

7. Dalam hal Sumber Daya Anggaran, setiap kali pemeriksaan senantiasa terdapat

temuan tentang penggunaan anggaran BOPTN/BPPTNBH yang tidak sesuai

ketentuan, antara lain alokasi anggaran tidak sesuai peruntukannya, kelebihan

pembayaran honorarium, perjalanan dinas, kekurangan volume pekerjaan, dan

kemahalan harga. Biaya pembangunan fisik, rehab, pemeliharaan, kebersihan,

pengadaan peralatan/barang habis pakai/ATK kurang efisien dan efektif serta hasil

pengadaan/BMN tidak diadministrasikan dengan tertib. Oleh sebab itu,

direkomendasikan kepada Ditjen Dikti dan Setjen Kemendikbud agar lebih cermat

dalam mengalokasikan BOPTN/BPPTNBH dan mereviu seluruh program kegiatan

secara saksama agar tercapai efektivitas dan efisiensi keuangan negara.

8. Dalam hal kebijakan penganggaran, besarnya BOPTN/BPPTNBH masih belum

memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh masing-masing PTN. Namun bagi PTN,

terlebih PTN BLU dan PTNBH mempunyai sumber-sumber lain, termasuk dari dana

masyarakat. BOPTN/BPPTNBH sebagai pendukung operasional PTN belum

terintegrasi sepenuhnya dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya dan berpotensi

duplikasi yang berakibat tidak tercapainya efektivitas dan efisiensi pengelolaan PTN.

Dengan demikian, direkomendasikan kepada Ditjen Dikti untuk melakukan

perencanaan yang komprehensif dan integratif melalui reviu dan evaluasi atas Laporan

Kinerja, Laporan Keuangan, Laporan KAP, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, BPKP,

Itjen Kemendikbud.

Dari berbagai permasalahan tersebut di atas dapat dianalisis bahwa telah terjadi

kelemahan dalam sistem pengendalian intern, tidak hanya di lingkungan perguruan tinggi

yang diaudit, namun juga kelemahan sistem pengendalian intern di lingkungan Direktorat

Jenderal Pendididkan Tinggi sebagai pembina teknis dan administratif bagi organisasi

PTN dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti). Kelehaman sistem pengendalian

intern tersebut terjadi di setiap unsur, yakni lingkungan pengendalian, penaksiran risiko,

aktivitas pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan. Masalah pengendalian

tersebut mempunyai pengaruh terhadap pengawasan, selain pengeluaran anggaran juga

menjadi beban bagi Satuan Pengawasan Intern (SPI) di masing-masing PTN untuk

menindaklanjuti rekomendasi hasil audit.

Page 60: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

56

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil penelitian yang berkaitan dengan persoalan faktual pendidikan dengan

permasalahan konseptual pengawasan internal dalam konteks sistem pengendalian

internal dapat menjawab pertanyaan penelitian atas fungsi dan relasi kausalitas faktor-

faktor yang mempengaruhinya yang diformulasikan dalam bentuk tiga pertanyaan

peneltian yang meliputi (1) besaran pengaruh sistem pengendalian internal terhadap

pengawasan internal; (2) perbedaan penerapan sistem pengendalian internal pada

pengawasan internal; dan (3) elemen lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi/komunikasi, dan pemantauan mempunyai dampak pada

pengawasan internal sebagai berikut.

1. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern

a. Sistem pengendalian internal (internal control sistem) mempunyai peran yang

signifikan dalam penciptaan area perubahan (area of improvement) melalui

penguatan pengawasan internal (internal audit). Hal ini kongruen dengan postulat

bahwa sistem pengendalian internal merupakan proses yang dirancang untuk

memastikan adanya upaya pencapaian tujuan organisasi yang konsekuensinya

bahwa segenap personel di dalam organisasi mempunyai tanggung jawab dalam

penerapannya. (Sawyer, 2003). Pengendalian sebagai suatu proses yang

berkembang dan pendekatannya pun bergeser dari hard control, yakni

pengendalian yang menekankan pada prosedur dan kegiatan, ke arah soft control,

pengendalian yang lebih menitikberatkan pada faktor manusia sebagai pembentuk

lingkungan pengendalian (Moeller, 1998).

b. Tiap elemen pengendalian memiliki eksistensi yang tidak setara dan pengabaian

atas unsur yang berkaitan dengan risiko pengendalian (risk assessment)

mempunyai dampak yang signifikan pada keberlanjutan kompetensi inti (core

competence) yang pada gilirannya akan melemahkan pengawasan (audit) dalam

hal mendefinisikan masalah kunci dan kondisi yang perlu dilaporkan (reportable

conditions), memvalidasi bukti yang diuji (testimonial evidence), melakukan

penilaian akhir, dan mengidentifikasi tindakan korektif (Simmons, 1997; Namee &

Selim, 1998; Kinney, 2000; Jorion 2005). Dengan demikian, simpulan atas hasil

penelitian ini terdiri dari tiga kategori sebagai berikut.

c. Hubungan yang signifikan antara sistem pengendalian internal (internal control

system) dengan pengawasan internal (internal audit) sebagai aktivitas penilaian

atas kegiatan operasional, pengamanan aset, pelaporan keuangan, dan ketaatan

terhadap peraturan (Vinten, 1991; Sawyer, 2003, Moeller, 2007) terletak pada

lingkungan pengendalian sebagai unsur yang dominan namun mempunyai

pengaruh terkecil akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam kegagalan

efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian internal lainnya (Arens 2007).

d. Suatu pengendalian internal dapat berjalan efektif manakala semua pihak dalam

organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah melaksanakan tugas dan

fungsinya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Meskipun

organisasi memiliki sistem pengendalian internal yang memadai, pengendalian

tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya jika staf atau bahkan seorang

pimpinan mengabaikan pengendalian. Pengabaian tersebut karena adanya

Page 61: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

57

kepentingan di luar kepentingan organisasi. Akan terjadi management override,

yaitu jika manajemen yang justru melanggar peraturan dan prosedur yang

dibuatnya, maka dapat dipastikan bahwa sistem tersebut akan gagal.

e. Adanya persekongkolan (collusion) merupakan salah satu ancaman yang efektif

terhadap pengendalian. Meskipun pemisahan fungsi telah dilakukan, tetapi jika

manusianya melakukan kolusi untuk kepentingan pribadi atau kepentingan tertentu

selain kepentingan organisasi, maka pengendalian sebaik apapun tidak akan dapat

mendeteksi atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang merugikan organisasi.

Jika terjadi kolusi akan sulit ditemukan penyimpangan walaupun ada kegiatan

monitoring, karena informasi berubah, fakta tersembunyikan, dan komunikasi tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Berbagai keterbatasan itulah yang menjadi

tantangan internal control system.

2. Implementasi Sistem Pengendalian Intern

a. Pengendalian internal yang merupakan kebijakan, prosedur, proses, dan struktur

organisasi untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai dan

kejadian yang tidak dikehendaki dapat dicegah, diketahui dan dikoreksi (Simmons,

1997) dapat tercipta melalui penegakan kode etik, secara kontinu melakukan

supervisi pelaksanaan pengendalian internal, dan melakukan modifikasi jika

diperlukan (Konrath, 1999). Sistem pengendalian (control system) sebagai sikap

dan tindakan manajemen dalam mengendalikan organisasi perlu edukasi atas

pengendalian internal yang lebih baik guna menghindari terjadinya peristiwa

negatif atau merugikan (Moeller, 2007).

b. Akuntabilitas kinerja organisasi banyak ditentukan oleh keandalan sistem

pengendaliannya (control system). Dalam menjalankan organisasi dibutuhkan

kepemimpinan yang kuat (strong leadership), visi organisasi yang memampukan

manajemen melaksanakan strategi untuk mencapai tujuan organisasi yang

berdampak pada keberlanjutan kompetensi inti (core competence) sehingga

memiliki keunggulan kompetetitif yang lebih kuat (stronger competitive

advantages). Kurangnya perhatian terhadap pengendalian (control) akan

melemahkan pengawasan (audit) dalam hal mendefinisikan masalah kunci dan

kondisi yang perlu dilaporkan (reportable conditions), memvalidasi bukti yang diuji

(testimonial evidence), melakukan penilaian akhir, dan mengidentifikasi tindakan

korektif (Simmons, 1997, Root, 1998).

c. Terdapat perbedaan yang nyata dalam implementasi sistem pengendalian internal

(internal control system) dan pengawasan internal (internal audit) hasilnya terbukti

dan unsur penilaian risiko penerapannya terendah dapat membawa organisasi ke

dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian (Gleick, 1997). Pengendalian

internal yang efektif berhubungan dengan strategi audit yang efektif dan efisien

(Kelly, 1993). Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) yang

diformulasikan oleh COSO (1992) menurut Sawyer (2003) secara konseptual

merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengawasan internal (internal audit)

dalam memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) tentang

efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan

(compliance) terhadap regulasi (Reader, 1994; Arens, 2000).

Page 62: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

58

3. Eksistensi pada Pengawasan Intern

a. Pengendalian internal (internal control) sebagai variabel yang mempengaruhi

keberlangsungan pengawasan internal (internal audit). Ekspektasi manajemen agar

pengawasan internal tidak mengganggu organisasi dalam pengertian tidak perlu

menghasilkan temuan yang signifikan, merupakan arah yang tidak koheren dalam

menafsirkan relasi kausalitas dan dapat menimbulkan penilaian yang kontradiktif

terhadap pernyataan maupun prediksi atas keberhasilan atau ketidakberhasilan

pelaksanaan tata kelola pendidikan.

b. Unsur Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian,

Informasi/ Komunikasi, dan Pemantauan mempunyai kontribusi yang tidak setara

membuktikan bahwa pengabaian atas Risiko mempunyai mengindikasikan

kurangnya perhatian terhadap pengawasan internal. Perhatian pengawas internal

terhadap penyimpangan yang kecil lebih disebabkan oleh pemahaman bahwa

penyimpangan-penyimpangan kecil bisa menjadi besar sehingga dapat

menggoyahkan pilar-pilar organisasi (Sawyer, 2003). Pengawasan internal (internal

audit) telah berkembang dari sekadar profesi yang memfokuskan pada masalah

teknis akuntansi ke arah pemberian jasa bernilai tambah (add value) bagi

manajemen, yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas pengendalian

(kontrol), kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) organisasi.

c. Eksistensi tiap unsur pengendalian internal ditunjukkan dengan adanya perbedaan

dalam penerapannya atau dengan kata lain, keberadaan tiap elemen pengendalian

tidak setara. Berdasarkan pertimbangan cost versus benefit, sistem pengendalian

internal tepat dilaksanakan jika manfaatnya lebih besar dari biaya penerapannya.

Keterbatasan kemampuan dapat mempengaruhi sistem pengendalian internal.

Pimpinan perlu memonitor lingkungan internal dan eksternal guna mengidentifikasi

perubahan risiko dan mengantisipasi perbaikan yang diperlukan dan menentukan

penyebab serta pengaruhnya terhadap tujuan organisasi pada setiap kegiatan di

seluruh tingkatan dan terintegrasi melalui pemantauan berkelanjutan dan tindak

lanjut rekomendasi hasil pengawasan.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretik

Penelitian tentang pengaruh sistem pengendalian internal terhadap pengawasan

internal dalam perspektif ilmiah dan penerapannya di organisasi, khususnya di

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mempunyai implikasi secara

teoretik, regulasi, dan kebijakan. Konsep internal control system sebagai suatu design

sistem, betapapun canggihnya, selain memiliki berbagai kelebihan, tentunya memiliki

persyaratan yang harus dipenuhinya. Keterbatasan internal control system adalah bahwa

sistem tersebut tidak bisa memberikan jaminan absolut, sehingga semua akan berjalan

lancar dan tujuan organisasi tercapai secara maksimal, karena internal control dilakukan

di berbagai level, unit organisasi dengan berbagai tujuan yang berbeda. Oleh karena itu,

diperlukan analisis terhadap sistem pengendalian internal ditinjau dari berbagai teori yang

mendasarinya.

Page 63: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

59

2. Implikasi Kebijakan

Internal Control System diterapkan secara luas di berbagai negara dan diadopsi

oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yang diberlakukan di segenap

kementerian/lembaga (K/L). Perlakuan yang tidak setara atas prasarat sistem

pengendalian internal terutama penilaian risiko, mengindikasikan perlunya unit

manajemen risiko yang melaksanakan Enterprise Risk Management (ERM) yang dapat

melakukan mitigasi risiko di setiap unit kerja. Di lain pihak, Inspektorat Jenderal perlu

menerapkan audit berbasis risiko (risk based audit) sehingga organisasi Kementerian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi memproleh keyakinan bahwa risiko yang

dihadapi telah dipahami dan dikelola dengan layak dalam konnteks perubahan dinamis.

Penerbitan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pembentukan

satuan tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) perlu dievaluasi berbagai

aktivitasnya yang mencakup penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi/komunikasi,

dan pemantauan. Perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring atas tiap kegiatan perlu

ditetapkan indikator dan pencapaiannya serta dievaluasi secara berkelanjutan. Komitmen

pimpinan perlu diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten, sehingga tercipta

lingkungan pengendalian yang kondusif guna peningkatan kinerja organisasi.

C. Rekomendasi Penelitian Lanjutan

Untuk penelitian tentang Sistem Pengendalian Internal selanjutnya

direkomendasikan agar dilaksanakan dengan cakupan yang lebih luas yang melibatkan

obyek penelitian di setiap jenjang organisasi, antara lain pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar dan menengah, pendidikan vokasi, dan pendidikan tinggi. Di samping

itu, perlu pula dilakukan penelitian terhadap aspek yang sama dengan menggunakan

pendekatan atau paradigma penelitian yang berbeda guna memperoleh keyakinan

tentang keandalan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Demikian pula penelitian lanjutan

terhadap lingkup yang lebih spesifik, lebih terbatas atau khusus pada unit-unit kerja di

lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi akan lebih

bermakna dalam upaya menidaklanajuti hasil penelitian ini.

Adalah merupakan anggapan umum yang meluas, bahwa untuk mengatasi

persoalan di Indonesia, hanya ada dua solusi, yaitu pembentukan organisasi baru atau

penerbitan peraturan baru, atau kedua-duanya. Sebuah sistem terdiri dari unsur-unsur

yang berinteraksi untuk menghasilkan output yang bermanfaat bagi lingkungan sistem

tersebut. Organisasi Kemendikbud yang kini menjadi Kemendikbudristek perlu dievaluasi

atas eksistensi berbagai unit kerja yang ada di dalamnya dengan mempertimbangkan

efektivitas dan efisiensinya. Pengalaman menunjukkan bahwa selama ini kelemahan

aparat pengawasan internal pemerintah terletak pada koordinasi, baik antar aparat

pengawasan internal maupun antara pengawasan internal dengan eksternal, sehingga

terjadi redundancy yang mengakibatkan pengawasan menjadi kontraproduktif.

Page 64: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

60

REFERENSI:

Anshari, Shahid L. (1977). An integrated approach to control system design. Accounting, Organisation and Society, 2 (2). Arens, Alvin A. et al. (2005). Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach, (10th ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc. Birkett, W.P et.al. (1999). Competency framework for internal auditing (CFIA), Altamonte Springs, FL: Institute of Internal Auditors Research Foundation. Brink, V.Z. & Witt, H.N. (1982). Modern Internal Auditing, New York: John Wiley & Sons, Inc. Chapman, C. & Anderson, U. (2002). Implementing the professional practice framework, Altamonte Springs, FL: The Institute of Internal Auditors (IIA). COSO. (1992). Internal Control-Integrated Framework, Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission, New York: Coopers and Lybrand. COSO. (1994). Addendum to Reporting to External Parties, Internal Control – Integrated Framework. Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission. Crawford, M. & Stein, W. (2002). Auditing risk management: Fine in theory but who can do it in paractice?, International Journal of Auditing, 6(2)119-131. Creswell, John W. (1994). Research design: Quantitative and qualitative approaches. Sage Publications, inc. Creswell, J.W. ed. (2001). The paradigm dialog. California: Sage Publication, Inc. Cristina, B.A. & Cristina, P. (2011). Measuring and assessment of internal audit’s effectiveness, Romania: Babes-Bolyai University, 784-790. Dance, F.E.X. (1970). The concept of communication in organization. Journal of Communication, 20(2), 201-210. DeLoach, J.W. (2000). Enterprise-wide risk management: strategies for linking risk and opportunity. London, UK: Financial Times. Dickinson, A. (2010). Interfacing risk management and internal audit: conflicting or complementary? Journal of Chartered Secretaries, Australia: Sydney, 6(7), 1-7. Doyle, J., W. Ge and S. Mc Vay (2007). Determinants of weaknesses in internal control over financial reporting. Journal of Accounting and Economics, 44 (1-2): 193-223. Flamholtz, Eric G. (1983). Accounting, budgeting, and control system in their organizational context: Theoretical and empirical perspectives. Accountung, Organizations, and Society, 8(2), 153-169. Flesher, D.L. (1996). Internal Auditing: Standards and Practices, Altamonte, Springs, FL: The Institute of Internal Auditors (IIA). General Accouning Office-GAO. (1990). Assessing internal controls in performance audits. Washington, DC. Gleim, I.N. (2004). Certified Internal Auditor Review, Part I: Internal audit’s role in governance, risk, and control, 11th ed. Florida: Gleim Publications, Inc., 90-94. Griffin, Douglas. (2002). The emergence of leadership: Linking self-organization and ethics. New York: Routledge. Gross, Gerhard & Bohm, Wolfgang P. (2012). Exposured Draft “Internal Control- Integrated Framework, Institut der Wirtschaftsprufer, 1-21. Guidance on Control (1995). Canadian Institute of Chartered Accountants. Canada. Hamel, Gary and C.K. Prahalad. (1994). competing for the future: Breakthrough strategies for seizing control. Cambridge, MA: Harvard Business School Press. Hanna, Blake, Mark Smith, & Craig Mindrum. (March, 2003). Managaing Operational Risk, Canadian Underwriter. Harahap, Sofyan Safri (2001). Sistem pengawasan manajemen (management control system). Jakarta: Pustaka Quantum.

Page 65: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

61

Holm, C. & Laursen, P.B. (2007). Risk and control developments in corporate governance: changing inn the role of external auditor? Corporate Governance: An International Review, 15(2), 322-333. Ionescu, L. (2008). Evaluating internal control deficiencies. Spiru Haret University. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pengawasan Melekat. Internal Control: Guidance for Directors on the Combined Code (1999), Institute of Chartered Accountants in England and Wales, UK. Ittonen, K. (2010). A theoretical examination of the role of auditing and the relevance of audits reports. Prroceeding of the University of Vassa. Jorion, Phillippe, 2005. Financial risk: Manager handbook, John Wiley & Sons Inc. Joseph F. Hair Jr.,et. al. (1998). Multivariate data analysis, New Jersey: Prentice-Hall. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 83/Menpan/1994 tentang Petunjuk Pengawasan Melekat. Konrath, Larry F. (1996). Auditing: Concepts and applications, a risk analysis approach. (3rd ed.), Minnesota: West Publishing Company. Kuhn, Thomas S. (1970). The structure of scientific revolution, 2nd ed. Chicago: Univerity of Chicago Press. Lawrence, Paul R. & Jay W. Lorsch. (1979). Organization and Environment: Managing Differentiation and Integration, 7th ed. Massachusetts: Harvard University. Lorange, P., Morton, M.F.S. & Ghoshal, S. (1986). Strategic Control Systems. West, Minnesota. Maciariello, Joseph A. (1984). Management control system. Engelwood Cliffs: New Jersey: Prentice Hall. Marchetti, Anne M. (2005). Beyond Sarbanes-Oxley compliance – effective enterprise risk management. John Wiley & Sons, Inc. McNamee, D. & Selim, G.M. (1998). Risk management: Changing in the internal auditor’s paradigm. Altamonte, Springs, FL: The Institute of Internal Auditors Researcch Foundation. Mei Feng, Chan Li, & Sarah McVay. (2009, September). Internal control and management guidance. Journal of Accounting and Economics. Merchant, K.A. (1985). Control in business organizations. Boston: Pittman. Meuwissen, R. et. al. (2003). The influence of auditor independence regulation on earning quality: An empirical analysis of firms cross-listed in the US. Universiteit Maastricht. Mockler, Robert J. (1984). The management control process. New Jersey: Engelwood Cliffs, Prentice Hall. Moeller, Robert & N. Witt, Herbert (1999). Brink’s modern internal auditing, 5th ed, John Wiley & Sons, Inc. Moeller, Robert R. (2007). COSO Enterprise risk management: Understanding the new integrated ERM framework, John Wiley & Sons, Inc. Neuman, W.L. (2006). Social research methods: Qualitative and quantitative approaches. 6th ed. Boston: Pearson Education, Inc. Newman, W.H. (1975). Constructive control, New Jersey: Prentice-Hall. Otley, David T. (1983). Concept of control: The contribution of cybernetics and system theory of management control. In Lowe, Tony & Machin, John L.J., New perspective in management control. Houndmills, MacMillan Press. Parker, L.D. (1984). Control in organizational life: The contribution of Mary Parker Follet. Academy of Management Review, 9(4), 739-745. Parker, L.D. & Lewis, N. (1995). Classical management control in contemporary management and accounting: The persistence of Taylor and Fayol’s world. Accounting, Business, and Financial History, 5(2), 211-235.

Page 66: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

62

Pathak, Jagdish. (2005). Risk management, internal controls, and organizational vulnerabilities. Managerial Auditing Journal. 20, 6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/04/M.PAN/03/ 2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/ 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2009 tentang Satuan Pengawasan Intern (SPI) di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawasan Intern (SPI) di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perry, William E. & Keagle W. Davis (1993). Handbook for internal auditors. 1 & II. Petrovits, Cristine, Chaterine Shakespeare, and Aimee Shih. (2009). The cause and consequenses of internal control Problems in nonprofit organizations. New York University Stern School of Business. Pickett, K. H. Spencer. (2005). The essential handbook of internal auditing. West Sussex, England: John Wiley & Sons. Rittenberg, L.E. (2009). Guidance on monitoring internal control system. The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), 1-4. Sawyer, B.L. (2003) Sawyer’s internal auditing: The practice of modern internal auditing. The Institute of Internal Auditors, 5th ed., Altamore Springs, Florida. Schwartz, Jay D. and Daniel E. Rivera. (January, 2010). A process control approach to tactical inventory management in production-inventory systems. Interntional Journal of Production Economics. Sekaran, Uma (2003). Research method for business: A skill building approach, 4th ed. New York: John Wiley & Sons Inc. Sharma, S. & Dhillon, G. (2009). Information system risk analysis: A chaos theoretic perspective. Issues in Information Systems, 10(2), 552-560. Shon, John J. & Renee Weiss. (2007). “SOX 404 Effective Internal Control Systems and Executive Compensation.” Journal of Applied Business and Economics. Simmons, Mark R. (1997). COSO-based auditing. Internal Auditor, 54(6), 69-73. Simons, Robert (1995). Levels of control: How managers use innovative control systems to drive strategic renewal. Massachussetts: Boston, Harvard Business School. Skinner, D. & Spira, L.F. (2003). Trust and control – a symbiotic relationnship?, Corporate Governance, 3(4), 28-35. Spira, L.F. & Page, M. (2003). Risk management: the reinvention of internal control and the changing role of internal audit. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 16(4), 640-661. Stoner, James A.F., Freeman, Edward R. & Gilbert, Daniel R., Jr. (1995). Management. Engelwood Cliffs: New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Tashakkori, A & Teddie, C. (2003). Handbook of mixed methods in social & behavioral research. Calfornia: Sage Publications, Inc. The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission. (1992). Internal Control – Integrated Framework. Jersey City, NJ: COSO. The Instiitute of Internal Auditors (1992). Internal Control-Integrated Framework, Excecutive-Summary. http://www.coco.org/publication/Excecutive_Summary,Integrated.framework.ht m The Institute of Internal Auditors (2003). Control are everybody business, Tone at the top, http://www.theiia.org The Institute of Internal Auditors (2003). “COSO back in limelight, good practice for organisation, critical for SEC regristrant ”, http://www.theiia.org

Page 67: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

63

The Institute of Internal Auditors (2009). Internal audit capability model (IA-CM) for the Public Sector, The IIA Research Foundation. Tunggal, Amin Widjaja, (2014). Mengenal audit internal kontemporer, Jakarta: Harvarindo. Walton, R. E. (1985). From control to commitment in the workplace. Harvard Business Review, March-April, 73-84. Wijanto, Setyo Hari. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 68: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

64

JATI DIRI

MARALUS PANGGABEAN (nama lengkap dalam akte kelahiran MARALUS

PARLUHUTAN PANGGABEAN) dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 21

Januari 1959, anak kedua dari sembilan bersaudara, dari seorang ibu bernama Suparmi,

berasal dari desa Demangan, Ponorogo, Jawa Timur, dan seorang ayah bernama

Hasoloan Panggabean, dari Aekimbo, Tapanuli Utara. Kedua orangtua menetap di

Ponorogo hingga ayah dipanggil-Nya (2010).

Peneliti sejak lahir hingga tamat SMA di kota tersebut. Tamat dari SD Negeri Sultan

Agung Ponorogo (1971). Lulus SMP Negeri I Ponorogo (1974). Lulus SMA Negeri I

Ponorogo (Jurusan IPA) 1977. Tahun 1978 merantau ke Jakarta, tidak langsung kuliah

tapi bekerja dan mengajar pada sebuah lembaga kursus. Tahun 1979 mengikuti seleksi

penerimaan mahasiswa baru dan diterima di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra (kini

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia. Lulus 1986 dari Jurusan

Sejarah FS-UI (FIB-UI) dan memperoleh gelar Sarjana Sastra (SS). Pada tahun 1987

mendaftar dan diterima bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dan bekerja di kantor tersebut hingga sekarang.

Setelah bekerja selama tiga tahun, pada tahun 1990 memperoleh tawaran beasiswa dari

Ausaid, OTO-Bappenas, dan Proyek Manajemen Terpadu Setjen Depdikbud yang

disponsori Bank Dunia XVII. Hasil seleksi dari ketiganya lulus semua dan peneliti memilih

beasiswa dari Setjen karena langsung berangkat ke Amerika Serikat dan melanjutkan

studi pada School of Education and Social Policy, Northwestern University di

Evanston/Chicago, USA dan tamat pada tahun 1992 dengan memperoleh gelar Master

of Science in Education and Social Policy (MSc) dengan konsentrasi Corporate Training

and Development (CT&D).

Sekembalinya studi dari Amerika Serikat, diangkat sebagai Kepala Subbagian Pelaporan

Bagian Perencanaan (1992). Menikah dengan Dra. Onny Reyna Pangaribuan pada tahun

1994 dan dikaruniai seorang putra, Andreas M.H. Panggabean (1999), yang kini telah

lulus dari Jurusan Akuntansi FEB-UI (2021). Setelah Kembali bekerja di kantor,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai banyak proyek yang dibiayai oleh

negara donor. Inspektorat Jenderal kekurangan tenaga pemeriksa yang menguasai

bahasa Inggris yang dapat membaca naskah perjanjian (loan agreement) dan kontrak-

kontrak pengadaan barang/jasa. Oleh karena itu, peneliti diangkat sebagai Pemeriksa

Bidang Keuangan, Perlengkapan dan Pembangunan (1995).

Karena hanya berbekal S1 (Sejarah) dan S2 luar negeri (Pengembangan SDM) yang tidak

terkait dengan keuangan dan keproyekan, peneliti menempuh studi pada Program

Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) 1996-2001 dan memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi (SE) dengan konsentrasi Manajemen Keuangan. Guna

memudahkan mempelajari dokumen kontrak dan perjanjian yang kuat nuansa hukumnya,

peneliti kuliah di Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI) dan

lulus 2010 dengan memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) dengan program kekhususan

Hukum tentang Kegiatan Ekonomi. Tahun 2014 memperoleh gelar Doktor dalam bidang

Ilmu Administrasi dari FISIP-UI.

Pada saat menjabat sebagai Kepala Bagian Perencanaan (2004-2007), peneliti merintis

capacity building di Itjen Kemdikbud bersama dengan Bappenas, BPK-RI, BPKP, Itjen

Kemkeu, Itjen Kemdagri, dan Setjen DPR dalam kegiatan State Audit Reform (STAR

Project) yang dibiayai Asian Development Bank (ADB). Kegiatan proyek tersebut

Page 69: ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN …

65

menghasilkan antara lain sebanyak 665 orang auditor dan pengawas dari 20 inspektorat

jenderal kementerian dan 50 inspektorat provinsi/kabupaten/kota menyelesaikan

pendidikan jenjang S1 dan S2 bidang Akuntansi Pemerintahan / Pengawasan Keuangan

Negara di 36 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. Sempat mengemban

jabatan sebagai Inspektur III yang membidangi Pendidikan Tinggi (2012-2015) dan

Insperktur II yang membidangi Pendidikan Dasar dan Menengah (2015-1018). Sejak akhir

tahun 2018 beralih ke jabatan fungsional Auditor Utama di Kemendikbudristek.