analisis pengaruh inflasi, bi rate dan nilai tukar...

102
i ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR TERHADAP LABA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE TAHUN 2014-2018) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Oleh : ABDUL HAKIM ADHIYAKSA 1112084000009 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440 H

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR

    TERHADAP LABA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA

    (PERIODE TAHUN 2014-2018)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

    Guna Meraih Gelar Sarjana

    Oleh :

    ABDUL HAKIM ADHIYAKSA

    1112084000009

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019/1440 H

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

    ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR

    TERHADAP LABA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA

    (PERIODE TAHUN 2014-2018)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh:

    Abdul Hakim Adhiyaksa

    NIM 1112084000009

    Di Bawah Bimbingan

    Dr.Sofyan Rizal, M.Si

    NIP. 197604302011011002

    JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini Kamis, 21 Februari 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

    Mahasiswa:

    1. Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa

    2. NIM : 1112084000009

    3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

    4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Bi Rate Dan Nilai

    Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah Di Indonesia

    (Periode Tahun 2014-2018)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

    bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

    mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

    melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 21 Februari 2019

    1. Arief Fitrijanto, M.Si ( __________________ ) NIP 197111182005011003 Penguji I

    2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Penguji II

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa

    NIM : 1112084000009

    Jurusan : Ekonomi Pembangunan

    Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

    mempertanggungjawabkan

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

    tanpa izin pemilik karya

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

    5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

    ini

    Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui

    pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan

    bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk

    dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 26 Juni 2019

    Abdul Hakim Adhiyaksa

    NIM 1112084000009

  • v

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Senin, 26 Juni 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:

    1. Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa

    2. NIM : 1112084000009

    3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

    4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, BI Rate dan Nilai

    Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah di

    Indonesia. (Periode Tahun 2014-2018)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

    tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 26 Juni 2019

    1. Dr. M. Hartana I. Putra, M.Si ( __________________ ) NIP 196806052008011023 Ketua

    2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Sekretaris

    3. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Pembimbing

    4. Arief Fitrijanto, M.Si ( __________________ ) NIP 197111182005011003 Penguji Ahli

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS PRIBADI

    Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa

    Alamat: : Jln. Atang Sanjaya No.251A RT 003/001, Desa

    Bantarjaya, Rancabungur, Kabupaten Bogor

    16310

    Tempat, tanggal lahir : Bogor, 27 November 1994

    Telepon : 085806660737

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Kebangsaan : Indonesia

    B. PENDIDIKAN FORMAL

    1. 2000 – 2006 : SDN Bantarkambing 01

    2. 2006 – 2009 : MTs Al-Muasyarah

    3. 2009 – 2012 : MA Al-Muasyarah

    C. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. 2011 – 2012 : Wakil Ketua Osis MA Al-Muasyarah

    2. 2013 - 2014 : Anggota Kemahasiswaan HMJ EP

    3. 2014 – 2015 : Bendahara Umum HMJ EP

    4. 2015 – 2016 : Anggota Dema UIN Jakarta

    mailto:[email protected]

  • vii

    ABSTRACT

    This study aims to analyze the influence of Inflation Rates, BI Rate and

    Exchange Rate to Profit of Islamic Insurance period 2012 – 2018. This research

    used the monthly data of each variable. The method used in this research is

    multiple regression method using Ordinary Least Square (OLS) analysis tool

    through Eviews 10.

    Study results obtained are: a) From t test, it is found that partially

    variable of Inflation Rates, BI Rate and Exchange Rate insignificant influence to

    Profit of Islamic Insurance. ; b) From F Test, it is found that simultaneously

    variable of Inflation Rates, BI Rate and Exchange Rate to Profit of Islamic

    Insurance; c) Adjusted R2 test shows that Inflation Rates, BI Rate and Exchange

    Rate have an effect of 9,67% to to Profit of Islamic Insurance.

    Keywords: Profit of Islamic Insurance , Inflation Rates, BI Rate and Exchange

    Rate

  • viii

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, dan

    Nilai Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah Di Indonesia Periode 2014-2018.

    Data yang digunakan merupakan data bulanan dari masing-masing variabel.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier

    berganda menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) melalui

    program Eviews 10.

    Hasil penelitian yang didapatkan adalah: a) Dari uji t didapatkan hasil

    bahwa secara parsial variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar tidak berpengaruh

    secara signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah b) Dari uji F didapatkan hasil

    bahwa secara simultan variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah ; c) Dari uji Adjusted

    R2 didapatkan hasil bahwa variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar memiliki

    pengaruh sebesar 9,67 % terhadap Laba Asuransi Syariah.

    Kata kunci: Laba Asuransi Syariah, Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

    SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis dan

    menganugerahkan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate

    dan Nilai Tukar terhadap Laba Asuransi Syariah di Indonesia periode 2014-

    2018 dengan baik.. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada

    Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menyebarkan ajaran Islam dari

    zaman jahiliyyah hingga zaman terang benderang, semoga kita semua termasuk

    umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.

    Penulis menyadari menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin

    dapat selesai dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, saran, semangat,

    dan doa dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis selama proses

    penulisan ini berlangsung. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa

    terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tua, Bapak Mochamad Asnawi dan Ibu Marsinah yang selalu

    memberikan dukungan moril maupun materi, nasihat, kasih sayang dan doa

    yang tak ada henti-hentinya kepada penulis.

    2. Bapak Dr. M. Hartana Iswadi Putra, M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi

    Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku Dosen

    Pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, saran, bimbingan serta

    nasihat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

    4. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membagikan

    ilmunya, motivasi, nasihat, serta saran bagi penulis selama menuntut ilmu di

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Seluruh sahabat seperjuangan skripsi, yaitu Rafi Kurniawan, Abdul Farid,

    SE., Saeful Nurul Zaman, SE., Irfan Achadi, Arifil Firdaus, Pijar Haqullah,

  • x

    Amiruddin yang telah memotivasi dan memberi semangat penulis selama

    proses penulisan skripsi.

    6. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam Grup Whatsapp yaitu, Dorojatyas,

    SE., Ulul Albab, SE., Aditya Mulawarman, SE., Muhammad Irvan dan Raffi

    Kurniawan terima kasih atas segala saran, semangat, canda dan tawa selama

    ini.

    7. Keluarga Besar PMII KOMFEIS, terimakasih telah menjadi rumah kedua

    bagi saya serta memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman.

    8. Hana Karina Yunita, yang telah menemani selama perjalanan kuliah,

    terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan serta menjadi

    tempat berkeluh kesah.

    9. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu, namun

    memiliki arti yang begitu mendalam bagi kehidupan penulis.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

    yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

    masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan

    pengetahuan yang penulis miliki.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Bogor, 18 Juni 2019

    Abdul Hakim Adhiyaksa

  • xi

    DAFTAR ISI

    COVER DALAM…………………………………………………………………i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF……………………...iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…………………iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………………………….v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...……….............................................................vi

    ABSTRACT..........................................................................................................vii

    ABSTRAK ..........................................................................................................viii

    KATA PENGANTAR ……………………….......................................................x

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………xi

    DAFTAR TABEL…...........................................................................................xiv

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1

    B. Pembatasan Masalah ………………….…………………………………13

    C. Rumusan Masalah ..……………………………………………………...13

    D. Tujuan Penelitian………………………………………………………...14

    E. Manfaat Penelitian.………………………………………………………14

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..15

    A. Asuransi Syariah.…………………...……………………………………15

    1. Definisi Asuransi Syariah……...…………………………………….15

    2. Pedoman Umum Asuransi Syariah.……………………………….....17

    B. Inflasi……………………………………………………………………..20

    C. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)…………………………………………...22

    D. Nilai Tukar Rupiah……………………………………………………….24

    1. Definisi Nilai Tukar………………………...………………………..24

    2. Macam Macam Nilai Tukar……………………………………….....25

    E. Laba………………………………………………………………………26

  • xii

    1. Definisi Laba…………………………………………………………26

    2. Jenis Jenis Laba………………………………………………………27

    F. Hubungan Antar Variabel………………………………………………..28

    1. Hubungan Inflasi dengan Laba Asuransi Syariah………...………….28

    2. Hubungan BI Rate dengan Laba Asuransi Syariah…………………..29

    3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Laba Asuransi Syariah……...30

    G. Penelitian Terdahulu……………………………………………………..31

    H. Kerangka Pemikiran……………………………………………………...35

    I. Hipotesis………………………………………………………………….36

    BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….37

    A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..…....37

    B. Data Penelitian…………………………………………………………...37

    C. Metode Pengumpulan Data………………………………………………39

    D. Metode Analisis………………………………………………………….40

    1. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………43

    a. Uji Normalitas....…………………………………………………43

    b. Uji Multikolinearitas……………………………………………..44

    c. Uji Heterokedastisitas….………………………………………...45

    d. Uji Autokorelasi………………………………………………….46

    2. Uji Hipotesa….………………………………………………………47

    a. Uji t (Uji Parsial)….………………….…………………………..47

    b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)…………………………………..48

    c. Uji F (Uji Fisher)….. …………………………………………….48

    E. Operasional Variabel Penelitian………………………………………….49

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………………...52

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian…..………………………………….52

    B. Deskripsi Data…..………………………………………………………..54

    1. Laba Asuransi Syariah……………………………………………….54

    2. Inflasi…..…………………………………………………………….56

    3. BI Rate….……………………………………………………………58

    4. Nilai Tukar Rupiah….……………………………………………….59

  • xiii

    C. Analisis dan Pembahasan…...…………………………………...……….61

    1. Uji Asumsi Klasik..…...…………………………………………….. 62

    a. Uji Normalitas……………………………………………………62

    b. Uji Multikolinearitas……………………………………………..63

    c. Uji Heterokedastisitas….………………………………………...64

    d. Uji Autokorelasi……………………………………………...…. 65

    2. Uji Hipotesis………………………………………………………….66

    a. Uji t (Uji Parsial)…………………………………………………67

    b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)…………………………………..69

    c. Uji F (Simultan)………………………...………………………..69

    D. Interpretasi Hasil Penelitian….…………………………………...……...70

    BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..73

    A. Kesimpulan…..…………………………………………………………..73

    B. Saran…..…………………………………………………………………74

    DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………76

    LAMPIRAN.…..………………………………………………………………..78

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi di Indonesia…………………..2

    Tabel 1.2 Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi Syariah………………...……..5

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………..31

    Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014……….38

    Tabel 4.1 Data Laba Asuransi Syariah Januari 2014 - Desember 2018………….55

    Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi Januari 2014 s.d Desember 2018………………..57

    Tabel 4.3 Data BI Rate Januari 2014 s.d Desember 2018……………………….58

    Tabel 4.4 Data Nilai Tukar Bulanan Januari 2014 s.d Desember 2018………….60

    Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………….63

    Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas…………………………………………...64

    Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi...………………………………………………65

    Tabel 4.8 Regresi Linier Berganda.……………………………………………...66

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran………………………………………………...35

    Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas………………………………………………...62

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Data Penelitian (Bulanan)………………………….………………87

    Lampiran 2 : Data penelitian (Ln)………………………………………………..89

    Lampiran 3 : Uji Normalitas………………………………………...…………...91

    Lampiran 4 : Uji Multikolinearitas………………………………………………92

    Lampiran 5 :Uji Heterokedastisitas……………………………………………....93

    Lampiran 6 : Uji Autokorelasi…………………………………………………...94

    Lampiran 7 : Hasil Regresi………………………………………………...…….95

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Bisnis keuangan Islam telah memasuki era kebangkitan kembali.

    Penerapan prinsip Islam pada sektor perekonomian mendapat dukungan

    dari pemerintah walaupun pada dasarnya masyarakat Indonesia yang

    menjadi penggeraknya. Kebangkitan bisnis keuangan Islam ini ditandai

    dengan banyaknya lembaga keuangan Islam yang beroperasi seperti pada

    bidang perbankan, asuransi, leasing, pegadaian, hotel, koperasi dan pada

    jenis lembaga keuangan lainnya.

    Pada era masyarakat yang semakin modern ini, munculah beragam

    kebutuhan. Baik yang bersifat konsumtif maupun bersifat produktif.

    Dalam kebutuhan yang sifatnya produktif, dalam memenuhi

    kebutuhannya masyarakat tidak hanya memenuhi kebutuhannya untuk

    saat ini saja melainkan juga bertujuan memenuhi kebutuhannya dimasa

    yang akan datang, atau dengan kata lain yang biasa dikenal dengan kata

    investasi. Jenis investasi pun saat ini juga semakin beraneka ragam mulai

    dari investasi di deposito melalui lembaga perbankan, investasi property,

    investasi melalui produk-produk dalam pasar modal serta investasi berupa

    jaminan sosial dan kesehatan.

    Seiring dengan berkembangnya ekonomi dan teknologi yang

    semakin maju, kemungkinan adanya resiko yang mengancam kebutuhan

    manusia semakin besar pula. Adanya alasan tersebut di atas, maka

  • 2

    semakin besar pula masalah yang akan dihadapi oleh manusia baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Untuk menghadapi risiko yang

    datangnya tidak diduga, maka sekarang ini para pengusaha ataupun

    perseorangan mengadakan pertanggungan-pertanggungan atas barang-

    barang, atas pinjaman-pinjaman bahkan atas jiwanya. Di antara orang

    yang khawatir akan mendapat kerugian dengan orang yang akan

    menanggung suatu risiko maka akan diadakan suatu perjanjian

    pertanggungan. Perjanjian pertanggungan merupakan suatu perjanjian

    timbal balik yang senilai, dimana kedua belah pihak masing-masing

    mempuyai kewajiban untuk membayar premi yang besarnya telah

    ditentukan oleh penanggung. Sedangkan penanggung sendiri mempunyai

    kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung.

    Tabel 1.1

    Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi di Indonesia

    No. Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018

    1. Asuransi Jiwa 50 55 55 61

    2. Asuransi Umum 81 80 80 79

    3. Reasuransi 5 6 6 7

    4. Asuransi Sosial 2 2 2 2

    5. Asuransi Wajib 3 3 3 3

    Total 141 146 146 152

    (Sumber : www.ojk.go.id)

    Berdasarkan dari tabel 1.1 dapat terlihat pertumbuhan perusahaan

    perasuransian di Indonesia dari berbagai jenis asuransi yaitu asuransi

    jiwa, asuransi umum, reasuransi, asuransi sosial serta asuransi wajib.

    Pertumbuhan perasuransian cendenrung meningkat setiap tahunnya,

    http://www.ojk.go.id/

  • 3

    dapat dilihat dari jumlah perusahaan perasuransian dari tahun 2014

    sampai tahun 2018 yang bertambah pada setiap tahunnya.

    Dalam perjalanannya di Indonesia, masyarakat lebih mengenal

    perbankan syariah dalam praktik keuangan Islam. Namun sebenarnya,

    ekonomi Islam tidak identik dengan perbankan syariah. Hal ini dapat

    dimaklumi karena masyarakat lebih banyak berhubungan dan

    membutuhkan keberadaan bidang perbankan dibandingkan dengan

    lembaga keuangan lainnya. Kondisi saat ini, tidak hanya perbankan Islam

    yang menunjukkan peningkatan dalam pertumbuhannya. Lembaga

    keuangan Islam lainnya yang mengikuti trend tumbuh dan berkembang

    adalah asuransi syariah.

    Asuransi syariah tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh

    dan berkembangnya perbankan syariah. Walaupun demikian, banyak

    masyarakat yang belum memahami apa dan bagaimana asuransi Islam

    tersebut. Hal ini membutuhkan suatu informasi yang komprehensif untuk

    memberikan pemahaman kepada khalayak umum agar tidak terdapat

    pemahaman yang keliru atas asuransi syariah.

    Bangkitnya industri keuangan syariah di Indonesia didukung

    oleh mulai goyahnya industri keuangan konvensional akibat guncangnya

    ekonomi global. Dan industri keuangan syariah ini hadir sebagai alternatif

    karena dianggap industri keuangan syariah lebih stabil, efisien dan

    tujuannya yang mulia yaitu tidak hanya memperoleh keuntungan yang

    sebesar-besarnya melainkan untuk mencapai kemaslahatan umat. Hal

  • 4

    tersebut juga didukung melalui prinsip-prinsip dalam ekonomi islam yaitu

    dalam kegiatan bermuamalah harus atas dasar suka sama suka,

    berkeadilan, dan tidak saling merugikan.

    Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali

    dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.

    Perkembangan keuangan syariah juga merambah ke sektor perasuransian.

    Perkembangan asuransi syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1994. Di

    awali dengan berdirinya perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia

    yaitu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada 24 Februari 1994 yang

    dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui

    Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT. Asuransi Jiwa

    Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha

    muslim Indonesia. Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan:

    perusahaan asuransi jiwa syariah yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga

    (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan perusahaan asuransi kerugian syariah

    bernama PT. Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juli 1995 (Rezky

    dan Syahrida, 2016).

    Peran asuransi dalam perekonomian nasional adalah memberikan

    proteksi atau perlindungan terhadap risiko-risiko yang akan dihadapi oleh

    masyarakat sehingga bisa menunjang stabilitas perekonomian serta

    sebagai salah satu industri penghimpun dana masyarakat dan menjadi

    penyedia serta penyalur dana untuk pembangunan ekonomi nasional.

  • 5

    Tabel 1.2

    Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi Syariah

    No. Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018

    1. Asuransi Jiwa Syariah 3 5 6 7 7

    2. Asuransi Umum Syariah 2 3 4 5 5

    3. Reasuransi Syariah 0 0 1 1 1

    4. Asuransi Jiwa Unit Syariah 18 19 21 23 23

    5. Asuransi Umum Unit Syariah 23 24 24 25 25

    6. Reasuransi unit Syariah 3 3 2 2 2

    Total 49 54 58 63 63

    (Sumber : www.ojk.go.id)

    Jumlah perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan

    prinsip syariah per 31 Desember 2018 adalah 63 perusahaan yang terdiri

    dari 12 perusahaan asuransi syariah (murni syariah) 1 perusahaan

    reasuransi syariah (murni syariah), 48 perusahaan asuransi yang memiliki

    unit syariah dan 2 perusahaan reasuransi yang memiliki unit syariah.

    Tabel 1.2 diatas memperlihatkan pertumbuhan perusahaan asuransi dan

    reasuransi dengan prinsip syariah.

    Berdasarkan pada tabel 1.2 dapat dilihat pertumbuhan perusahaan

    perasuransian dengan prinsip syariah dari tahun 2014 sampai dengan

    2017 meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2018 tidak ada

    peningkatan dari tahun 2017. Melihat pada tabel diatas industri

    perasuransian syariah masih sangat potensial untuk dikembangkan lagi

    melalui sinergi dari pemerintah sebagai regulator serta di antara para

    pelaku pasar.

    Kebutuhan terhadap jaminan asuransi muncul sebagai akibat dari

    kekhawatiran masyarakat dan perusahaan terhadap apa yang akan terjadi

  • 6

    di masa yang akan datang, karena kehidupan yang dinamis serta

    perekonomian yang suatu saat bisa mengalami penurunan,

    menginvestasikan dana di lembaga asuransi merupakan suatu bentuk

    persiapan atas risiko-risiko yang akan dihadapi di masa yang akan datang

    sehingga memberikan rasa aman dan ketenangan kepada masyarakat,

    ketika dibutuhkan dalam keadaan mendesak dalam situasi apapun.

    Asuransi merupakan suatu perjanjian antara tertangggung atau

    nasabah dengan penanggung atau perusahaan asuransi. Pihak penanggung

    bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul di masa

    yang datang setelah tertanggung menyepakati pembayaran uang yang

    disebut premi.

    Asuransi syariah lebih banyak bernuansa sosial (social motif)

    daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented. Hal ini dikarenakan

    prinsip tolong menolong (At-Ta’awun) yang menjadi dasar utama dalam

    asuransi syariah. Secara umum peraturan perasuransian syariah pada

    dasarnya sama dengan yang berlaku pada asuransi konvensional, terutama

    masalah administrasi dan sistem pelaporan. Perbedaan dalam tata cara dan

    operasi asuransi syariah adalah menggunakan landasan Al-Quran dan As-

    sunnah. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan asuransi syariah harus

    menghindari unsur gharar, maysir, dan riba. Sebagai gantinya Islam

    menanamkan prinsip usaha suka sama suka, dan menanggung risiko

    bersama.

  • 7

    Selain itu, menurut pandangan Islam dalam sistem perasuransian di

    satu sisi bisa menguntungkan bagi penanam modal (dan tidak dirugikan),

    yang berujung status tabarru’ atau dana kebajikan (derma). Akan tetapi,

    perlu disadari tidak semua asuransi membuat para investor terlayani

    secara memuaskan, karena masih belum tampaknya kualitas pihak

    perusahaan asuransi. Yang menjadi titik tekan adalah, sebuah perusahaan

    asuransi berdampak gharar, maisir, riba, bathil, dan risywah. Islam

    sangat melarang terbentuknya sistem asuransi yang telah lama

    didengungkan, manakala tidak ada profesionalisme, fleksibilitas

    (keterbukaan) terhadap para tertanggung. Oleh karena itu, kenapa hal itu

    perlu dijauhi oleh beberapa perusahaan yang menjamin jaminan sosial

    terhadap investor, karena secara faktual akan cenderung hanya

    menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain (Abdul Ghafur

    Anshori dalam Abd Ghofur : 2012).

    Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong

    menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk

    aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk

    menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

    Investasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu dan

    merupakan milik peserta secara kolektif, bukan merupakan pendapatan

    entitas pengelola. Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling

    tolong menolong (ta’awuni) dan saling menanggung (takafuli) antar

    sesama peserta asuransi.

  • 8

    Usaha asuransi syariah mempunyai sifat dan karakteristik yang

    berbeda dengan jenis usaha jasa pada umumnya. Berdasarkan pengertian

    asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling tolong

    menolong dan melindungi satu dengan yang lainnya dengan menyisihkan

    dana sebagai iuran kebajikan yang disebut dana tabarru. Jadi, sistem ini

    lebih merupakan pembagian risiko dimana peserta saling menanggung

    (risk sharing), sehingga dana yang ada harus dikelola dengan baik (Latif,

    2012: 245).

    Kegiatan perasuransian merupakan jenis usaha yang termasuk

    dalam kategori kegiatan yang diatur oleh pemerintah. Hal ini dilakukan

    karena usaha asuransi sangat berkaitan dengan pengumpulan dana dari

    masyarakat yaitu dalam bentuk premi asuransi. Namun demikian, kinerja

    keuangan tetap merupakan muara penting dari perusahaan asuransi itu

    sendiri. Dasar usaha asuransi syariah adalah kepercayaan masyarakat

    (kemaslahatan), terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas)

    untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain lain tepat pada

    waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara profesional,

    baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam hal pengelolaan keuangan.

    Sebagai lembaga yang menawarkan proteksi dari setiap kerugian

    dan juga menawarkan produk investasi, perusahaan asuransi syariah

    memerlukan kinerja keuangan yang sehat agar berhasil dalam

    menjalankan usahanya dengan strategi yang ditetapkan manajemen dalam

    mengelola sumber-sumber ekonomi yang ada dalam perusahaan secara

  • 9

    efektif dan efisien. Laporan keuangan merupakan media dalam proses

    pengambilan keputusan ekonomis.

    Bentuk paling umum informasi keuangan dasar suatu perusahaan

    yang dipublikasikan secara umum kecuali perusahaan yang dimiliki

    secara pribadi adalah seperangkat laporan keuangan yang dikeluarkan

    dibawah pedoman profesi akuntansi publik dan dibawah pengawasan

    komisi pasar modal. Seperangkat laporan ini biasanya terdiri dari neraca

    untuk tanggal tertentu, laporan operasi untuk periode tertentu, dan laporan

    arus dana untuk periode yang sama (Helfert dalam Husnul, 2014).

    Salah satu ciri keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang

    disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi sebagai salah satu sumber

    informasi yang dipergunakan untuk melakukan analisis dan keputusan

    keuangan. Data keuangan yang digunakan untuk analisis keuangan

    diambil dari laporan-laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan

    laporan laba rugi (Suad dalam Husnul, 2014).

    Laporan keuangan perusahaan menunjukan kondisi dan posisi

    keuangan secara keseluruhan pada suatu periode tertentu yang berisi

    informasi keuangan perusahaan. Dari informasi tersebut dapat dilihat

    apakah perusahaan tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik,

    dalam arti telah memanfaatkan, mengelola, mencapai kinerja secara

    optimal, serta mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam

    menghasilkan laba. (Kasmir, 2014)

  • 10

    Laba merupakan keuntungan atas usaha yang dilakukan perusahaan

    pada suatu periode tertentu. Laba ini dapat digunakan untuk tambahan

    pembiayaan perusahaan dalam menjalankan usahanya dan juga bisa

    digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha perusahaan.

    Seiring berjalannya waktu, perusahaan asuransi syariah mulai

    berlomba-lomba mengeluarkan produk yang inovatif dalam upaya

    menarik masyarakat dalam berasuransi. Banyak perusahaan asuransi

    syariah yang mengeluarkan produk yang menggabungkan fungsi proteksi

    dan fungsi investasi.

    Sehubungan dengan fungsi investasi yang ada pada perusahaan

    asuransi syariah, tentunya dalam berinvestasi perusahaan asuransi syariah

    wajib mengikuti ketentuan-ketentuan yang dianjurkan oleh Kementerian

    Keuangan maupun Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama indonesia

    (DSN-MUI). Yang mana perusahaan asuransi syariah wajib

    menginvestasikan dananya yang dimilikinya kedalam jenis-jenis investasi

    yang berbasis pada syariah. Lebih jelas, dalam Peraturan Menteri

    Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai Kesehatan Keuangan

    Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, yang

    berisi tentang kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk investasi

    terdiri dari : deposito pada bank, saham syariah, sukuk atau obligasi

    syariah, surat berharga Syariah Negara, surat berharga syariah yang

    diterbitkan oleh Bank Indonesia, reksadana syariah, pembiayaan melalui

  • 11

    mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk pemberian

    pembiayaan (refinancing) syariah dan atau emas murni. (OJK, 2019)

    Pemilihan jenis investasi sangat berpengaruh terhadap hasil

    investasi sebuah perusahaan. Yang mana manajer investasi bertugas

    menempatkan dana investasinya kebeberapa portofolio investasi yang

    dapat memberikan return yang besar dengan tingkat risiko yang kecil.

    (Devi, 2015: 4)

    Keuntungan yang nantinya diperoleh perusahaan nantinya akan

    dilakukan bagi hasil sesuai dengan skim bagi hasil sesuai dengan

    perjanjian. Besarnya bagi hasil tergantung pada kondisi perusahaan,

    semakin sehat dan besar profit yang diperoleh perusahaan asuransi, maka

    semakin besar pula porsi bagi hasil yang diberikan kepada peserta (Sula,

    2004:319). Berdasarkan hal tersebut bisa di artikan bahwa semakin besar

    premi yang diterima perusahaan asuransi maka semakin besar dana yang

    bisa di investasikan oleh perusahaan sehingga semakin besar hasil

    investasi yang diperoleh, semakin besar hasil investasi maka semakin

    besar pula laba yang diperoleh perusahaan.

    Untuk memperoleh hasil investasi yang diharapkan, tentunya

    perusahaan tersebut tidak luput dari beberapa faktor yang

    mempengaruhinya. ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi

    tersebut, yaitu tujuan investasi yang ingin dicapai, keuntungan yang ingin

    dicapai dari hasil investasi, jenis investasi yang dipilih, risiko investasi

    yang melekat dan risiko eksternal (pergerakan indeks harga saham, nila

  • 12

    tukar mata uang, tingkat suku bunga, krisis keuangan di negara lain),

    modal, keberanian untuk berinvestasi, pajak, kondisi politik dan

    perekonomian negara. (Adri, 2011:9)

    Inflasi memiliki pengaruh yang besar kepada para investor dalam

    berinvestasi. Para investor menginginkan adanya inflasi aktual atau inflasi

    yang diharapakan. Dalam hal ini, jika inflasi jauh lebih tinggi dari

    perolehan investasi maka investasi tersebut akan dibatalkan, demikian

    pula dengan sebaliknya. (Fahmi, 2012:38)

    Tingkat suku bunga (BI Rate) dengan investasi memiliki hubungan

    yang berbalikan, artinya jika suku bunga tinggi maka gairah perusahaan

    untuk melakukan investasi merosot dan sebaliknya apabila suku bunga

    rendah maka gairah untuk melakukan investasi meningkat. (Sadono,

    2011:106).

    Penurunan tingkat nilai tukar dalam jangka pendek akan

    mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbs domestik

    atau yang dikenal dengan expenditure redicing effect. Karena penurunan

    tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil asset masyarakat yang

    disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya

    akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada

    tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran

    atau alokasi modal pada investasi. (Irmawati, 2017:8)

    Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud untuk

    menganalisis seberapa besar pengaruh variabel makro ekonomi yaitu

  • 13

    Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap laba perusahaan asuransi

    syariah di Indonesia.

    B. Pembatasan Masalah

    Untuk membatasi agar pembahasan dalam penelitian ini tidak

    terlalu luas maka di tentukan bahwa penelitian ini membahas tentang :

    1. Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar serta pengaruhnya terhadap laba

    perusahaan-perusahaan asuransi syariah.

    2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data periode Januari

    2014 hingga Desember 2018.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap laba perusahaan

    asuransi syariah?

    2. Bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap laba perusahaan

    asuransi syariah?

    3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar secara parsial terhadap laba

    perusahaan asuransi syariah?

    4. Bagaimana pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara simultan

    terhadap laba perusahaan asuransi syariah?

  • 14

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara

    parsial terhadap laba perusahaan asuransi syariah?

    2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara

    simultan terhadap laba perusahaan asuransi syariah?

    E. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagi penulis, sebagai sarana pendalaman ilmu yang telah di dapatkan

    selama di bangku kuliah sehingga dapat menginterprestasikan teori ke

    dalam kasus-kasus yang nyata.

    2. Bagi perusahaan asuransi, penelitian ini diharapkan bisa memberikan

    informasi dan dapat mendorong perkembangan bisnis asuransi syariah

    di Indonesia.

    3. Bagi peneliti yang melakukan penelitian selanjutnya, diharapkan bisa

    menambah khazanah keilmuan mengenai sistem ekonomi syariah

    yang berkembang di Indonesia, khususnya dalam bidang asuransi

    syariah.

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Asuransi Syariah

    1. Definisi Asuransi Syariah

    Asuransi secara umum diartikan sebagai pertanggungan yang

    merupakan terjemahan dari insurance atau verzekering atau assurantie,

    timbul karena adanya kebutuhan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia dijelaskan mengenai pengertian asuransi yaitu pertanggungan

    atau perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar

    iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya

    kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak

    pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

    Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha

    Perasuransian, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua

    pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung mengikat diri kepada

    tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

    penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

    kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

    kepada pihak ketiga yang mungkin ada diderita tertanggung, yang timbul

    dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

    pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

    yang dipertanggungkan.

  • 16

    Secara etimologi Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min,

    penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut

    mu’ammanah lahu atau musta’min. Sedangkan at-ta’mịn diambil dari

    kata amana, karena memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa

    aman, dan bebas dari rasa takut. Adapun istilah lain yang sering

    digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful. Dalam etimologi bahasa

    Arab disebut takaful yang berasal dari akar kata takafala-yatakafalu, yang

    berarti menjamin atau menanggung. Dalam ilmu tashrif atau sharraf,

    takaful juga termasuk dalam barisan bina muta’aadi, yaitu tafaa’ala yang

    berarti saling menanggung. Sementara lainnya mengartikan dengan

    makna saling menjamin (Sula, 2004).

    Secara terminologi Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamu)

    menurut DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia)

    adalah usaha melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang

    atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang

    memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu tertentu

    melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah (Sula, 2004).

    Pada hakikatnya asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan

    kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti

    (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti (Salim, 2007).

    Dilihat dari berbagai sudut pandang seperti segi ekonomi, bisnis, hukum

    dan sosial menjelaskan bahwa pengertian asuransi konvensional adalah

  • 17

    pemindahan atau pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung

    atau istilahnya adalah transfer risk (Amrin, 2006).

    Hal ini berbeda dengan asuransi syari’ah menurut DSN-MUI,

    risiko yang akan terjadi ditanggung bersama atas dasar ta’awun, yakni

    dengan menggunakan konsep saling berbagi risiko atau istilahnya adalah

    sharing of risk.

    Suhendi dan Deni K. Yusup (2005) menjelaskan bahwa Asuransi

    syariah merupakan salah satu jenis lembaga keuangan non bank. Asuransi

    syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan lembaga keuangan non

    bank lainnya, yakni untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi

    dana yang dikumpulkan dari peserta asuransi. Cara pembagian

    keuntungan pengelolaan dana dilakukan dengan prinsip bagi hasil (profit

    and loss sharing). Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai pihak

    pengelola dana (mudharib) yang menerima pembayaran dari peserta

    asuransi untuk dikelola dan di investasikan sesuai dengan prinsip syariah.

    Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana (shahibul

    maal) yang akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan

    bagi hasil dari perusahaan asuransi.

    2. Pedoman Umum Asuransi Syariah

    Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

    Indonesia (DSN-MUI) No. 21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum

    Asuransi Syariah adalah sebagai berikut:

  • 18

    a. Ketentuan Umum

    1) Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, dan Tadhamun) adalah usaha

    saling tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak

    melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang

    memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu

    melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

    2) Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk

    tujuan komersial.

    3) Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk

    dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata

    untuk tujuan komersial.

    4) Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan

    sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan

    kesepakatan dalam akad.

    5) Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh

    perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

    b. Akad dalam Asuransi

    1) Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri

    atas akad tijarah dan akad tabarru’.

    2) Akad tijarah adalah mudharabah, sedangkan akad tabarru’ adalah

    hibah.

    3) Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :

    a) Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.

  • 19

    b) Cara dan waktu pembayaran premi.

    c) Jenis akad tijarah dan akad tabarru’ serta syarat-syarat

    yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang

    diakadkan.

    c. Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’

    1) Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai

    mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shaibul mal

    (pemegang polis).

    2) Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang

    akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena

    musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana

    hibah.

    d. Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’

    1) Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru’, bila pihak

    yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga

    menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan

    kewajibannya.

    2) Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.

    e. Jenis asuransi dan akadnya

    1) Dari segi jenis, asuransi terdiri dari asuransi kerugian dan asuransi

    jiwa.

    2) Akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan

    hibah.

  • 20

    f. Premi

    1) Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis

    akad tabarru’.

    2) Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat

    diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada

    peserta.

    3) Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat diinvestasikan.

    B. Inflasi

    Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga

    yang berlaku dalam sesuatu perekonomian, yang mana pertambahan

    kenaikan harga berbeda dari satu periode ke periode lainnya. Terjadinya

    inflasi secara “umum” berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada

    satu jenis barang saja, tetapi kenaikan harga tersebut meliputi kelompok

    bang yang dikonsumsi oleh masyarakat terlebih lagi keiankan itu juga

    akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Jika terjadi “terus-

    menerus” maka kenaikan harga barang tidak akan terjadi sesaat saja,

    misal kenaikan harga barang menjelang hari raya (Sumarmono,

    2004:128). Berlakunya perubahan tingkat harga menyebabkan adanya

    indeks harga yang dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan

    harga-harga yang berlaku dalam suatu negara (Sukirno, 2004:20).

    Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif berdasarkan

    seberapa besar perubahannya. Dampak dari inflasi yang rendah dan

  • 21

    terkendali akan mempengaruhi pelaku usaha untuk melakukan investasi,

    namun dampak dari inflasi yang tinggi akan mengurangi tingkat

    pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Alhasymi,

    2010:2).

    Terjadinya inflasi yang meningkat dengn tiba-tiba dapat

    memunjulkan suatu peristiwa tertentu dimana diluar ekspektasi

    pemerintah seperti, efek pengurangan nilai uang yang sangat besar atau

    ketidakstabilan politik. Tentunya untuk mengatasi permasalahan seperti

    ini pemerintah dengan cepat menyusun langkah-langkah yang bertujuan

    untuk menstabilkannya kembali (Sukirno, 2006:333).

    Inflasi yang semakin tinggi akan menurunkan pendapatan

    perusahaan. Pengelolaan dana tabarru’ selalu diikuti dengan besar klaim

    peserta dan beban pengelolaan asuransi. Apabila klaim peserta ditambah

    beban pengelolaan asuransi lebih besar daripada pendapatan asuransi atau

    dalam kondisi defisit underwriting dana tabarru’, maka akan

    mempengaruhi pendapatan perusahaan. Jika pendapatan turun, maka

    turunlah pula kepercayaan peserta terhadap perusahaan karena bagi hasil

    yang diterima lebih sedikit dari kondisi sebelumnya. Kondisi ini akan

    mengurangi hasil investasi asuransi jiwa syariah karena sedikitnya dana

    yang dikelola dalam portofolio investasi akibat berkurangnya peserta

    takaful dari jumlah sebelumnya, selain itu inflasi yang tinggi akan

    meningkatkan resiko dalam proyek investasi yang dilakukan oleh

    perusahaan asuransi jiwa syariah. (Zein, 2017:778)

  • 22

    C. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)

    Bunga merupakan imbalan jasa atas pinjaman yang diberikan.

    Imbalan jasa dapat diartikan sebagai suatu kompensasi kepada pemberi

    pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila

    diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut sering disebut dengan “pokok

    utang” (principal). Kemudian persentase dari pokok utang yang

    dibayarkan sebagai imbalan jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu

    disebut “suku bunga”. Suku bunga juga diartikan sebagai rasio dari bunga

    terhadap jumlah pinjaman yang diberikan. (Puspopranoto, 2014:69).

    Sedangkan BI Rate menurut pengertian Bank Indonesia merupakan

    suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau kebijakan stance

    kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan

    kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank

    Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan yang diimplementasikan

    pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan

    likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

    moneter.

    Dengan adanya pertimbangan faktor-faktor lain dalam

    perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate

    jika terjadi suatu inflasi yang diperkirakan akan melampaui sasaran yang

    telah ditetapkan, begitupun sebaliknya. Sehingga BI Rate merupakan alat/

    aturan untuk kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

    mana guna untuk mengendalikan stabilitas perekonomian.

  • 23

    Penetapan BI Rate pada awalnya merupakan bagian dari kebijakan

    pengendalian moneter, dengan melakukan kontraksi atau ekspansi

    moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) untuk mencapai target

    kuantitas jumlah uang yang beredar dan juga suku bunga jangka pendek.

    OPT melalui perbankan konvesional saat ini adalah SBI, FasBI, dan

    fasilitas repo SBI, sedangkan OPT melalui perbankan syariah adalah

    SWBI (Karim,2012:3).

    Suku bunga atau riba sangat dilarang bagi masyarakat muslim.

    Dengan melarang riba, islam berusaha membangun sebuah masyarakat

    yang berdasarkan kejujuran dan keadilan. Suatu pinjaman memberikan

    kepada si pemberi pinjaman suatu keuntungan yang pasti tanpa peduli

    dengan hasil usaha si peminjam. Jauh lebih adil jika samasama

    menanggung keuntungan dan kerugian. Keadilan dalam konteks ini

    meliputi dua hal. Pemodal berhak mendapatkan imbalan, tetapi imbalan

    ini harus sepadan dengan risiko dan usaha yang dibutuhkan, dengan

    demikian ditentukan keuntungan dari proyek yang dimodalinya

    (Irmawati, 2017:41).

    Sehingga yang dilarang dalam islam yaitu penentuan keuntungan

    sebelumnya. Dalam islam pemilik modal dapat secara sah mendapatkan

    bagian dari keuntungan yang dihasilkan oleh pelaksana usaha (Lewis dan

    Latifa, 2007:58). Apabila riba telah menjadi sistem yang mapan dan telah

    mengkristal sedemikian kuatnya, maka sistem itu akan dapat

    menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian secara luas. Sistem

  • 24

    bunga tidak bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat, bahkan bunga

    dapat menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, bangsa dan

    masyarakat secara luas. Dengan kata lain dampak sistem ekonomi ribawi

    tersebut dangat mebahayakan perekonomian (Irmawati, 2017:41)

    D. Nilai Tukar Rupiah

    1. Definisi Nilai Tukar

    Nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai

    nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. karena nilai tukar

    ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan

    oleh sisi penawaran dan permintaaan dari kedua mata uang tersebut.

    Menurut Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani dalam Irmawati

    (2017:53) nilai tukar didefiniskan sebagai berikut:”An exchange rate is

    defined as the amount of one currency that can be exchanged per unit of

    anither currency, or the price of one currency in term of another

    currency”. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai tukar merupakan sejumlah

    uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu

    unit mata uang negara lain. Dengan kata lain nilai tukar uang

    merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata

    uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, seperti

    transaksi perdagangan internasional, turisme, serta investasi

    internasional.

  • 25

    Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah

    (otoritas moneter), seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed

    exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-

    kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan pemerintah.

    Sebab setiap negara memiliki hubungan dala investasi dan perdagangan

    dengan negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang dapat mengukur

    secara memadai daya beli (purchasing power) mata uang domestik atas

    mata uang asing secara umum. Oleh sebab itu sejumlah konsep nilai

    tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk mengukur rata-rata

    tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam mata uang

    domestik. (Karim, 2002:87).

    Menurut Sadono (2011:397) kurs valuta asing adalah sebagai

    jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

    dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

    2. Macam Macam Nilai Tukar

    Menurut Gregori Mankiw (2000), macam macam nilai tukar dapat

    dibedakan menjadi dua macam:

    a. Nilai Tukar Nominal

    Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana

    seorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan

    mata uang lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 12.000 untuk

    setiap satu dollar A.S. Maka jika kita ingin mendapatkan $2

  • 26

    makakita harus menukarkan uang ke bank sebesar Rp 24.000 untuk

    mendapatkan uang $2.

    Secara nominal dapat kita simpulkan. Nilai yang kita peroleh

    dari suatu nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang

    asing. Jika nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat disebut

    dengan apresiasi. Dan sebaliknya jika nilai tukar rupiah terhadap

    dollar menurun disebut depresiasi.

    b. Nilai Tukar Riil

    Nilai tukar riil adalah tingkatan dimana seseorang dapat

    memperdagangkan barang atau jasa dari suatu Negara dengan

    barang dan jasa di negara lainnya. Dapat kita contohkan sesorang

    berbelanja dan mendapati bahwa harga suatu suatu makanan ringan

    yang dibuat Negara lain mempunyai harga dua kali lipat yang

    dibuat dari buatan lokal dengan produk yang sejenis.

    E. Laba

    1. Definisi Laba

    Laba merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

    keputusan manajemen. Maksimalisasi laba merupakan maksimalisasi

    penghasilan perusahaan setelah pajak. Maksimalisasi laba sering

    dianggap sebagai tujuan perusahaan. (Moeljadi, 2006:52)

    Pengertian laba yang umumnya digunakan untuk efisiensi

    perusahaan adalah laba usaha atau laba operasi, karena laba ini

    merupakan keuntungan yang benar benar diperoleh dari hasil perusahaan.

  • 27

    Laba usaha (laba operasi) meliputi semua pendapatan dan beban, serta

    untung dan rugi yang berasal dari on going operations atau transaksi-

    transaksi terkait dengan usaha pokok dan diluar usaha pokok. (Harnanto,

    2002)

    Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laba usaha

    adalah laba yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan, dimana laba

    usaha tersebut diperoleh dari selisih laba kotor dengan beban operasi.

    (Zulia Hanum, 2009)

    Laba perusahaan asuransi diperoleh dari pembagian keuntungan

    dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem

    bagi hasil). Keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah atau

    perjanjian yang sudah disepakati. Perusahaan asuransi syariah

    mendapatkan laba dari pendapatan premi dan hasil investasi. Pendapatan

    premi didapatkan dari pembayaran wajib peserta kepada perusahaan

    asuransi syariah yang sesuai dengan akad. Laba atau keuntungan umum

    digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan, karena laba ini

    merupakan keuntungan yang benar benar diperoleh dari hasil operasi

    perusahaan. (Zulia Hanum, 2009)

    2. Jenis-Jenis Laba

    Menurut Muchlisin Riadi (2013), Laba dapat digolongkan menjadi

    beberapa jenis, yaitu :

  • 28

    a. Laba kotor adalah selisih positif antara penjualan dikurangi retur

    penjualan dan potongan penjualan.

    b. Laba usaha (operasi) adalah laba kotor dikurangi harga pokok

    penjualan dan biaya-biaya atas usaha.

    c. Laba bersih sebelum pajak adalah laba yang diperoleh setelah

    laba usaha dikurangi dengan biaya bunga.

    d. Laba bersih setelah pajak adalah laba yang diperoleh setelah

    dikurangi pajak.

    F. Hubungan Antar Variabel

    Dalam rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang

    pengaruh PDB, inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap Laba

    Perusahaan Asuransi Syariah periode 2014 sampai dengan 2018. Dengan

    demikian maka peneliti mencari hubungan antar variabel yang digunakan

    dalam penelitian tersebut:

    1. Hubungan Inflasi dengan Laba Asuransi Syariah

    Inflasi merupakan Keadaan perekonomian yang ditandai oleh

    kenaikan harga secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya

    beli, sering pula diikuti menurunyya tingkat tabungan dan atau investasi

    karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk

    tabungan jangka panjang (Zulfikar, 2016:257).

    Secara sederhana inflasi memiliki dampak positif dan juga dampak

    negatif tergantung seberapa besar perubahannya. Dampak dari inflasi

  • 29

    yang rendah dan terkendali akan mempengaruhi pelaku usaha untuk

    melakukan investasi. Dan dampak negatif inflasi pada tingkat investasi

    disebabkan karena inflasi yang tinggi akan meningkatkan risiko dalam

    proyek investasi. (Ralona, 2006:121).

    Menurut Brigham dan Houston dalam Irmawati (Irmawati,

    2017:79-80) inflasi memiliki dampak yang signifikan pada tingkat bunga

    karena akan mengurangi daya beli mata uang dan menurunkan

    pengembalian investasi nyata. Inflasi akan mempengaruhi daya beli uang

    sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat

    menurunkan hasil investasi tersebut (Zulfikar, 2016:257).

    2. Hubungan BI Rate dengan Laba Asuransi Syariah

    Tingkat bunga (interest rate risk) merupakan salah satu risiko

    sistematis dalam investasi terutama investasi dalam konteks portofolio.

    Risiko sistematis merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat

    bunga yang berlaku dipasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan

    dengan harga-harga instrumen pasar modal (Halim, 2005: 51).

    Menurut Eduardus Tandelilin dalam Irmawati (2017: 77-78)

    perubahan suku bunga juga dapat mempengaruhi variabilitas return atau

    hasil investasi suatu investasi. Sebab, perubahan suku bunga akan

    mempengaruhi harga saham secara periodik, cateris paribus artinya, jika

    suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, cateris paribus.

    Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga saham akan

    naik. Jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait

  • 30

    dengan suku bunga (misalnya deposito) juga akan naik. Kondisi seperti

    ini dapat menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham

    untuk memindahkan dananya dari saham kedalam deposito. Apabila

    sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka banyak

    investor yang menjual saham untuk berinvestasi dalam bentuk deposito.

    Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual

    saham, cateris paribus, maka harga saham akan turun.

    Menurut Zulfikar (2016: 257) Jika suku bunga naik maka return

    investasi yang terkait dengan suku bunga misalnya suku bunga Sertifikat

    Bank Indonesia (SBI) akan naik, ini dapat menarik minat investor saham

    untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia, sehingga banyak

    yang akan menjual saham dan harga saham akan turun oleh karena itu

    perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabilitas return suatu

    investasi.

    3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Laba Asuransi Syariah

    Secara teoritis dampak perubahan tingkat atau nilai tukar dengan

    investasi bersifat uncertanty (tidak pasti). Pengaruh tingkat kurs yang

    berubah terhadap investasi akan berpengaruh terhadap dua saluran yaitu

    dari sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,

    penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui

    pengaruh negatifnya pada absorsi domestik atau lebih dikenal dengan

    expenditure reducing effect (Irmawati, 2017: 80)

  • 31

    Sebab penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset

    masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum

    dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Dari

    gejala tersebut pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan

    pada pengeluaran atau alokasi modal pada investasi sehingga berdampak

    pada laba yang diperoleh (Arisah, 2015: 39).

    G. Penelitian Terdahulu

    Berdasarkan judul yang diteliti oleh penulis, maka penulis

    mencoba untuk mencari sumber-sumber referensi penelitian terdahulu

    untuk lebih membantu penulis dalam melakukan penelitian dan untuk

    lebih mengembangkan penelitian yang pernah diteliti mengenai Laba

    Asuransi Syariah dan variabel-variabel lainnya seperti Produk

    Domestik Bruto (PDB), Inflasi, BI Rate (Suku Bunga Bank

    Indonesia), dan Nilai Tukar Rupiah. Berikut ini merupakan

    penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap sesuai dengan tema

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    Penelitian Terdahulu

    No. Nama & Judul

    Penelitian

    Variabel Hasil

    Persamaan Perbedaan

    1. Firsty Dzanurrahmana

    Zein (2017) “Kondisi

    Makro Ekonomi

    Terhadap Hasil

    Investasi Asuransi Jiwa

    Syariah Di

    Indonesia”

    Inflasi, BI

    Rate

    Laba, Nilai

    Tukar

    Variabel inflasi dan

    variabel nilai tukar

    secara parsial tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    hasil investasi pada

    perusahaan

  • 32

    asuransi jiwa

    syariah di

    Indonesia,

    sedangkan Produk

    Domestik

    Bruto (PDB)

    berpengaruh

    signifikan

    secara parsial

    terhadap hasil

    investasi

    pada perusahaan

    asuransi jiwa

    syariah

    di Indonesia.

    2. Intan Sandhyapranita

    (2015) “Analisis

    Pengaruh Kondisi

    Makroekonomi

    terhadap Profitabilitas

    Bank Syariah di

    Indonesia (Periode

    2007-2018)”

    Inflasi, BI

    Rate

    Nilai Tukar Pada hasil hipotesis

    pertama

    menghasilkan

    pernyataan bahwa

    PDB berpengaruh

    positif signifikan

    terhadap

    profitabilitas bank

    syariah. Hasil

    penelitian yang

    dilakukan oleh

    peneliti

    menyatakan bahwa

    inflasi berpengaruh

    negatif tidak

    signifikan terhadap

    profitabilitas bank

    syariah. Pada hasil

    hipotesis kedua

    menghasilkan

    pernyataan bahwa

    inflasi berpengaruh

    negatif terhadap

    profitabilitas bank

    syariah. Hasil dari

    penelitian yanh

    dilakukan oleh

    peneliti

    menyatakan bahwa

    BI Rate

    berpengaruh positif

  • 33

    signifikan terhadap

    profitabilitas bank

    syariah. Pada hasil

    hipotesis ketiga

    menghasilkan

    pernyataan bahwa

    BI Rate

    berpengaruh positif

    signifikan terhadap

    profitabilitas bank

    syariah.

    3. Diana Chylvia, David

    P. Saerang, Winston

    Pontoh (2016)

    “Pengaruh Nilai Tukar

    Rupiah, Inflasi Dan

    Suku

    Bunga Terhadap Net

    Profit Margin Pada

    Industri

    Barang Konsumsi

    Yang Go Public Di

    Bursa Efek

    Indonesia Periode

    2010-2014”

    Nilai tukar,

    inflasi,

    suku bunga

    NPM Dari hasil

    pengujian hipotesis

    (H4) maka

    diperoleh Nilai

    Tukar Rupiah,

    Inflasi dan Suku

    Bunga secara

    simultan tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    Net Profit Margin

    (NPM). Hasil ini

    ditunjukkan pada

    hasil uji simultan

    pada kolom

    signifikan

    diperoleh 0,611

    yang berarti lebih

    besar dari derajat

    signifikansi 0,05.

    Kemudian pada

    Fhitung memiliki

    nilai 0,608

    sedangkan Ftabel

    memiliki nilai 2,70,

    ini berarti Fhitung

    < Ftabel. Artinya

    Nilai Tukar

    Rupiah, Inflasi dan

    Suku Bunga secara

    simultan tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    Net Profit Margin

    (NPM) pada

  • 34

    perusahaan

    dalam Industri

    Barang Konsumsi

    yang terdaftar di

    Bursa Efek

    Indonesia.

    4.

    DIAN ASTRIA

    (Analisis Faktor-Faktor

    yang Memengaruhi

    Laba P.T. Asuransi

    Takaful Keluarga

    Laba premi,

    hasil

    investasi,

    beban

    klaim, dan

    beban

    operasional.

    Pendapatan premi

    dan hasil investasi

    berpengaruh positif

    dimana semakin

    tinggi pendapatan

    premi dan hasil

    investasi semakin

    tinggi pula laba

    yang dapat

    diperoleh.

    Sedangkan beban

    klaim dan beban

    operasional

    berpengaruh

    negatif, dimana

    semakin besar

    beban klaim dan

    beban operasional

    maka semakin

    kecil laba yang

    dapat diperoleh

    perusahaan.

    Berdasarkan hasil

    analisis, krisis

    moneter

    1997 berpengaruh

    negatif terhadap

    laba yang diperoleh

    perusahaan

    dibanding

    sebelum krisis.

    5. Asfandyar (2014)

    “Macro Economic

    Determinants of

    Family Takaful

    Demand:

    Evidence from

    Pakistan”

    Laba,

    inflasi,

    interest

    rate.

    Tabungan,

    harga

    saham,

    pendapatan

    per kapita

    Pendapatan per

    kapita merupakan

    yang paling kuat

    mempengaruhi

    pendapatan

    asuransi keluarga

    di pakistan, suku

    bunga dan KSE

    100 di pakistan

  • 35

    mempunyai

    hubungan positif

    dan signifikan

    terhadap

    pendapatan

    asuransi keluarga

    di pakistan, inflasi

    dan tingkat

    tabungan

    mempunyai

    hubungan yang

    negatif dan

    signifikan terhadap

    asuransi keluarga

    di pakistan.

    6. Noraini Ismail, dkk.

    (2018)

    “MACROECONOMIC

    FACTORS

    AFFECTING

    PERFORMANCE OF

    INSURANCE

    COMPANIES IN

    MALAYSIA”

    interest

    rate

    Consumer

    Price Index,

    Return on

    Asset

    GDP and IR

    berpengaruh

    terhadap

    perusahaan

    sedangkan CPI

    memberikan

    dampak yang

    sedikit terhadap

    perusahaan.

    H. Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    Inflasi

    (X1)

    BI Rate

    (X2)

    Laba

    (Y)

    Nilai Tukar

    (X3)

  • 36

    I. Hipotesis

    Berdasarkan landasan teori serta latar belakang maka hipotesis yang

    diajukan adalah :

    1. H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi

    Syariah.

    H1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.

    2. H0 : BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi

    Syariah.

    H1 : BI Rate berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.

    3. H0 : Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi

    Syariah.

    H1 : Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi

    Syariah.

    4. H0 : Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar secara simultan tidak

    berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.

    H1 : Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar secara simultan berpengaruh

    signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.

  • 37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis

    pengaruh Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah terhadap laba

    perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Penulis ingin mengetahui

    sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dengan

    pendekatan deskriptif dengan menggambarkan secara menyeluruh tentang

    keadaan perasuransian syariah di Indonesia dari sisi laba yang diperoleh

    perusahaan perasuransian yang ada di Indonesia.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

    data runtun waktu (time series). Sebagaimana metode penelitian

    kuantitatif adalah merupakan jenis penelitian yang terencana dan

    terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatannya karya

    ilmiahnya. Metode ini banyak menuntut penggunaan angka, konkrit,

    objektif, rasional, dan sistematis mulai dari pengumpulan data, penafsiran

    terhadap data hasil dan sampai tahap kesimpulan penelitian (Mufraini,

    2013).

    B. Data Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

    menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan yang

    dikeluarkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) periode 2014-2018. Data yang

  • 38

    digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif

    adalah jenis data yang dapat diukur secara langsung berupa informasi

    yang dinyatakan dalam bentuk angka. (Sugiyono, 2010: 15)

    Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu

    data yang dihimpun melalui pihak lain yang berasal dari sumber data

    internal maupun eksternal organisasi yang diambil berdasarkan periode

    waktu atau disebut dengan runtut waktu tertentu (time series). Data yang

    digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Laba perusahaan asuransi syariah diperoleh dari laporan

    Otoritas Jasa Keuangan periode 2014-2018.

    2. Inflasi periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank

    Indonesia.

    3. BI rate periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank

    Indonesia.

    4. Nilai Tukar periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank

    Indonesia.

    Tabel 3.1

    Daftar Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014

    Perusahaan Asuransi Syariah dan Unit Syariah

    PT Asuransi Takaful Umum PT Asuransi Takaful Keluarga

    PT Jaya Proteksi Takaful PT Asuransi Jiwa Syariah Al Amin

    Asuransi Adira Dinamika PT Asuransi Jiwa Amanahjiwa Giri Artha

    PT Asuransi Allianz Utama Indonesia Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

    PT Asuransi Astra Buana PT Avrist Assurance

    PT Asuransi Bangun Askrida PT Asuransi Allianz Life Indonesia

    PT Asuransi Bintang Tbk. PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

  • 39

    PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya

    PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 PT Asuransi Jiwa Mega Life

    PT Asuransi Central Asia PT Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG

    PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) PT BNI Life Insurance

    PT Asuransi Parolamas PT Great Eastern Life Indonesia

    PT Asuransi Ramayana Tbk PT Tokio Marine Life

    PT Asuransi Sinar Mas PT Prudential Life Assurance

    PT Asuransi Tri Pakarta PT Axa Mandiri Financial Services

    PT Asuransi Umum Mega PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

    PT Staco Mandiri PT Panin Daichi Life

    PT Tugu Pratama Indonesia PT AIA Financial

    PT AIG Insurance Indonesia PT Axa Financial Indonesia

    PT Asuransi Jasa Raharja Putera PT Sun Life Financial Indonesia

    PT Asei Reasuransi Indonesia PT Ace Life Assurance

    PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. PT Maskapai Reasuransi Indonesia

    PT Meritz Korindo Insurance PT Reasuransi International Indonesia

    PT Asuransi Wahana Tata PT Reasuransi Nasional Indonesia

    PT Asuransi Mitra Maparya

    (Sumber: www.ojk.go.id)

    C. Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam

    metode ilmiah karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan

    digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah

    dirumuskan sebelumnya (Nazir, 2011: 174). Penelitian yang penulis

    lakukan dengan mencari informasi dan menghubungkan korelasi antara

    perbandingan-perbandingan yang ada dari buku-buku dan internet.

    Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berupa:

    http://www.ojk.go.id/

  • 40

    1. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

    atau melalui sumber lain, misalkan melalui catatan atau arsip

    perusahaan, publikasi pemerintah, atau yang disediakan media massa

    (Zulganef, 2008). Adapun yang menjadi sumber peneliti dalam

    memperoleh data penelitian ini adalah data yang berasal dari

    situs Otoritas Jasa keuangan dalam laporan bulanan atau tahunan.

    Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    data yang diambil dari laporan keuangan perusahaan asuransi syariah

    yang di terbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    2. Studi Kepustakaan

    Library Research merupakan teknik pengambilan data yang

    dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis

    literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang

    berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

    landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis dalam hal ini

    melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan

    yang berkenaan dengan penelitian.

    D. Metode Analisis

    Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat

    terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk model regresi linier

    berganda dengan didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan

  • 41

    model ekonometrik untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

    hubungan antara variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan

    alat analisis Ordinary Least Square (OLS) ini digunakan untuk mencapai

    penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan regresi

    berganda (Multiple Regression) yaitu digunakan lebih dari sebuah

    variabel bebas (Nachrowi, 2006:9)

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat

    diidentifikasikan menjadi 2 (dua) variabel, yaitu:

    1. Variabel independen (X), yaitu nilai Inflasi, BI Rate, dan Nilai

    Tukar Rupiah.

    2. Variabel dependen (Y), yaitu laba asuransi syariah.

    Berdasarkan variabel-variabel yang digunakan, maka hubungan

    antar variabel dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

    Y = f(X1,X2,X3)

    Bentuk persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut :

    Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε

    Laba = β0 + β1 Inflasi + β2 BI Rate + β3 Nilai Tukar + ε

    Keterangan:

    Y = variabel endogen (Laba asuransi syariah)

    β0 = konstanta

    β1, β2, β3 = koefisien regresi masing-masing variabel eksogen

  • 42

    X1 = variabel eksogen 1 (Inflasi)

    X2 = variabel eksogen 2 (BI Rate)

    X3 = variabel eksogen 3 (Nilai Tukar Rupiah)

    ε = koefisien penggangu (error)

    Dari model analisa regresi linear yang digunakan, terdapat

    beberapa asumsi klasik yang dapat digunakan untuk mengestimasi hasil

    agar tidak ada penyimpangan sehingga dapat memberikan informasi yang

    sesuai dengan data yang tersedia. Asumsi klasik tersebut adalah Uji

    Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji

    Autokorelasi.

    Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis.

    Koefisien β akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang

    searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya

    kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel

    dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami

    penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-) jika menunjukkan

    hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan

    mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya.

    Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk melihat

    apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya model

    persamaan yang diperoleh dari pengolahan data diupayakan tidak terjadi

    gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk

  • 43

    mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan dilakukan uji

    terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Berikut ini merupakan alat

    untuk menguji suatu nilai residual, yaitu:

    1. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas

    Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

    model regresi, variabel pengganggu mempunyai distribusi normal.

    Jika variabel bebas berdistribusi normal maka variabel terikat (Y)

    juga berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F

    mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika

    asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji statistik menjadi tidak

    valid khususnya untuk ukuran sampel kecil. (Imam Ghazali dan

    Dwi Ratmono, 2013)

    Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara

    diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu

    variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar

    menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal. (Winarno,

    2009:24).

    Jika nilai probability lebih besar dari tingkat signifikansi α

    = 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini terdistribusi

    normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai

    signifikansi 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini tidak

    terdistribusi normal.

  • 44

    H0 : Model terdistribusi normal

    H1 : Model tidak terdistribusi normal

    Bila Probabilitas > 0.05 → H0 diterima

    Bila Probabilitas > 0.05 → H1 diterima

    b. Uji Multikolinearitas

    Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan

    diantara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi.

    Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam

    model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks

    korelasi (Correlation Matriks). Indikasi awal adanya masalah

    multikolinearitas dalam model adalah mempuyai standard error

    besar dan nilai statistik t yang rendah.(Widarjono, 2007:113).

    Menurut Widarjono (2007:119) penyembuhan

    multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki model supaya

    terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model

    mengandung multikolinearitas. Jika kita tetap membiarkan model

    kita terdapat multikolinearitas, maka hal tersebut akan

    menyulitkan kita untuk memperoleh estimator dengan standar

    error yang kecil.

    Uji hipotesis

    H0 : tidak ada multikolineritas

    H1 : ada multikolineritas

  • 45

    Bila r < 0,9 → H0 diterima

    Bila r > 0,9 → H1 diterima

    c. Uji Heterokedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

    dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

    satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heterokedastisitas

    dapat terjadi karena adanya data outlier (data ekstrim).

    Heterokedastisitas tidak menyebabkan estimator (koefisien

    variabel independen) menjadi bias karena residual bukan

    komponen menghitungnya.

    Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas.

    Diantaranya dapat menggunakan Uji White. Berikut hipotesis

    langkah-langkah untuk pengujian Heteroskedastisitas:

    Uji hipotesis

    H0 : tidak ada heterokedastisitas

    H1 : ada heterokedastisitas

    Bila probabilitas obs*R > 0,05 → H0 diterima

    Bila probabilitas obs*R < 0,05 → H1 diterima

  • 46

    d. Uji Autokorelasi

    Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

    sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

    pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i

    (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi

    bebas dari autokolerasi. (Gujarati, 2006:112).

    Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa

    uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi

    antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

    periode t sebelumnya pada model regresi linier yang

    dipergunakan. (Nisfiannor, 2009:92)

    Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di

    antara anggota serangkaian observasi yang di urutkan menurut

    waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu

    melakukan uji LM (Metode Bruesch godfrey).

    Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi

    sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak

    sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki

    otokorelasi tanpa sifat perubahan, maka disebut otokorelasi murni

    (pure autocorrelation). (Hamja, 2012:25)

    Berikut hipotesis langkah -langkah pengujian autokorelasi:

    Hipotesis:

    H0 : Model tidak terdapat Autokorelasi.

  • 47

    H1 : Terdapat Autokorelasi.

    Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Ho diterima.

    Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Ho ditolak.

    2. Uji Hipotesa

    Berikut adalah langkah langkah dalam menguji hipotesa,

    pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan Eviews 10.

    a. Uji t (Uji Parsial)

    Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

    (Independent) secara masing-masing parsial atau individu

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat

    (dependent) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan

    menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah

    yang harus dilakukan dengan ujit yaitu dengan pengujian, yaitu :

    (Nachrowi, 2006:17)

    Hipotesis :

    H0 : artinya masing-masing variabel bebas tidak ada

    pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.

    H1 : artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh

    yang signifikan dari variabel terikat.

    Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan

    atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0

    terima, H1 tolak). Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas

  • 48

    signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0

    tolak, H1 terima).

    b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)

    Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi

    koefisien R2 atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini

    menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi

    variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X.

    Nilai koefisien R2 atau (R2 adjusted) berkisar antara 0 sampai 1.

    Semakin mendekati 1, semakin baik.

    c. Uji F (Uji Fisher)

    Menurut Nahrowi (2006:16) Uji Fisher (Uji-F) digunakan

    untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen)

    secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat

    (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua

    koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F

    dengan pengujian, yaitu:

    Hipotesis :

    Ho : artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang

    signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Ha : artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang

    signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

  • 49

    Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan

    atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila

    probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai

    pen