analisis pengaruh perubahan bi rate, nilai tukar rupiah...
TRANSCRIPT
“Analisis Pengaruh Perubahan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Tingkat Pengembalian
Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”.
Oleh Achmad Reza Maulana
NIM : 109081000068
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013
i
“Analisis Pengaruh Perubahan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Tingkat Pengembalian
Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”
Oleh Achmad Reza Maulana NIM : 109081000068
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2013 M
vi
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Achmad Reza Maulana
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Oktober 1989
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Pancawarga I No.31 RT.007 RW.01
Cipinang Besar Selatan Jatinegara, Jakarta Timur
13410
No. Telepon / HP : (021) 8561671 / 085691655227
E-Mail : [email protected]
Pendidikan : Tahun 1995-2001 SD Negeri 19 Pagi Jakarta
Tahun 2001-2004 SMP Negeri 117 Jakarta
Tahun 2004-2007 SMA Negeri 100 Jakarta
Tahun 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh indikator pasar modal dan indikator-indikator makro ekonomi terhadap return saham Bank Mandiri. Dengan mengetahui indikator mana saja yang berpengaruh, maka hasilnya dapat dijadikan referensi bagi investor untuk berinvestasi pada pasar saham. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda dengan menggunakan enam variabel; return saham sebagai variabel dependen serta lima variabel lainnya, yaitu indikator yang terdapat di pasar modal (Indeks Harga Saham Gabungan) dan beberapa indikator makro ekonomi (BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar, tingkat inflasi, dan jumlah uang beredar) sebagai variabel independen. Dari hasil perhitungan uji t, dapat diambil kesimpulan bahwa IHSG adalah faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada Bank Mandiri, sedangkan variabel lainnya menunjukkan bahwa BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham Bank Mandiri. Kata kunci : return saham, IHSG, BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dolar, dan jumlah uang beredar
viii
ABSTRACT
This research is focused on investigating the effect of capital market indicators and macro-economy indicators toward the stock return of Bank Mandiri. By investigating the indicators that will be influential, the results can be as references for the investors in order to invest in stocks market. The model of this research was multiple linier regession that used 6 variables; returning the stock as a dependent variable whereas the other five variables were the indicators stated on capital market (The Index of Stock Price) and some macro-economy indicators (BI rate, the exchange rate of Rupiah into Dollar, rate of inflation, and the amount of money supply) as independent variables. Based on the result of test calcuation, the result showed that IHSG was positively and significantly influential factor toward returning stock of Bank Mandiri, whereas the other variables showed that BI rate, the exchange rate of Rupiah into Dollar, rate of inflation, and the amount of money supply didn’t give influence significantly toward the returning stock of Bank Mandiri. Key words : stock return, BI rate, the exchange rate of Rupiah into Dollar, rate of inflation, IHSG, and the amount of money supply
ix
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga dan para sahabatnya
serta seluruh penerus perjuangannya. Semoga kita semua bisa mendapatkan
syafaatnya di akhirat kelak. Amin..
Skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Perubahan BI Rate, Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2)
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”.
Saya susun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen Konsentrasi Perbankan pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam menulis skripsi ini saya menggunakan metode pustaka dan data
sekunder dengan menggunakan berbagai buku referensi yang berkaitan dengan
pembahasan saya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini, khususnya kedua orang tua tercinta (Ayahanda H.Muchtar BA) dan
(Almarhumah Ibunda Hj.Siti Nasiyah) yang selalu memberikan kebaikan disetiap
doa dan kasih sayangnya, dukungan moral maupun materil serta motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih pula kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan masa studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :
1. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, Dekan sekaligus dosen pembimbing I yang telah
banyak bersabar dalam memberikan bimbingan, saran, kritik dan memeriksa dalam
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Adhitya Ginanjar, S.E., M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak
bersabar dalam memberikan bimbingan, saran, kritik dan memeriksa dalam
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Suhendra, S.Ag., MM, Ketua Program Studi S1 Manajemen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
4. Seluruh dosen dan karyawan di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima
kasih atas seluruh ilmu dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Bapak Edwin Markin selaku Pimpinan Perpustakaan PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.
6. Keluarga besar H.Muchtar tercinta.
7. Guruku, Al-Ustadz Al-Habib Alwi bin Abdurrohman Assegaf, Al-Habib Abdul
Qodir bin Ali Al-Haddad dan Al-Ustadz Abdurrohiem, penguat mentalku dikala
lemah.
8. Sahabatku Rizki Ramadhan, Fajar Ari, dan Eka Widianti. Terima kasih atas
persahabatan kalian.
10. Seluruh pihak lain yang tidak dapat saya cantumkan satu persatu, terima kasih atas
segala doa, bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih
apabila ada kririk dan saran dari para pembaca untuk perbaikan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dalam
upaya pembangunan akhlak dan budi pekerti generasi muda sehingga kelak akan
menjadi generasi yang beriman, bertakwa, berakhlak terpuji, bermanfaat bagi agama,
masyarakat bangsa dan Negara. Dan semoga bapak dan ibu memberikan nilai terbaik
untuk penulis.
Ciputat, 23 Mei 2013
Penulis
Achmad Reza Maulana
xi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER DALAM .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... v
BIODATA DIRI ...................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................... vii
ABSTRACK ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BI Rate .................................................................................. 14
B. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar ....................................... 15
xii
C. Tingkat Inflasi ....................................................................... 16
1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) ............... 17
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index) .... 17
3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator) ................................ 18
D. Indeks Harga Saham ............................................................. 19
1. Indeks Harga Saham Gabungan .......................................... 20
E. Jumlah Uang Beredar ............................................................. 22
1. Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1) .................. 22
2. Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2) ...................... 23
F. Return Saham ......................................................................... 24
1. Return Realisasi (Realized Return) ...................................... 24
a. Return Total ................................................................... 24
b. Relatif Return .................................................................. 26
c. Komulatif Return ............................................................ 26
d. Return Disesuaikan ........................................................ 27
2. Return Ekspektasi (Expected Return) .................................. 28
a. Berdasarkan Nilai Ekspektasi Masa Depan ...................... 28
b. Berdasarkan Nilai-Nilai Return Historis .......................... 29
(1). Metode Rata-Rata (Mean Method) ............................ 29
(2). Metode Tren (Trend Method) ..................................... 30
(3). Metode Jalan Acak (Random Walk Method) .............. 30
c. Berdasarkan Model Return Ekspektasi ........................... 30
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham 30
1. Hubungan BI Rate dengan Tingkat Pengembalian Saham ... 31
2. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Tingkat Pengembalian Saham31
xiii
3. Hubungan Tingkat Inflasi dengan Tingkat Pengembalian Saham 32
4. Hubungan IHSG dengan Tingkat Pengembalian Saham ....... 32
5. Hubungan JUB dengan Tingkat Pengembalian Saham ........ 33
H. Penelitian Sebelumnya ......................................................... 33
I. Kerangka Pemikiran ................................................................ 35
J. Perumusan Hipotesis............................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 40
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 40
1. Populasi Penelitian ............................................................ 40
2. Sampel Penelitian ............................................................. 41
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 41
D. Metode Analisis Data ........................................................... 43
1. Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ......................... 43
a. Uji Normalitas ................................................................ 43
b. Uji Autokorelasi ............................................................. 43
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 45
d. Uji Multikolinieritas ....................................................... 46
2. Uji F .................................................................................. 47
3. Uji t ................................................................................... 47
4. Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 49
5. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) .... 50
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................... 53
xiv
1. Sejarah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. ............................. 53
B. Analisis Data .......................................................................... 54
1. Analisis Perkembangan BI Rate .......................................... 54
2. Analisis Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar 59
3. Analisis Perkembangan Tingkat Inflasi ............................... 61
4. Analisis Perkembangan IHSG ............................................. 65
5. Analisis Perkembangan Jumlah Uang Beredar .................... 68
6. Analisis Perkembangan Return Saham Bank Mandiri ......... 70
C. Analisis Hasil Hitung .............................................................. 73
1. Hasil Uji Asumsi-Asumsi Model Regresi ............................ 73
a. Uji Normalitas ................................................................ 73
b. Uji Autokorelasi ............................................................. 74
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 76
d. Uji Multikolinearitas ...................................................... 77
2. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) .................... 78
3. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ........................ 79
4. Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 82
5. Interpretasi .......................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................... 90
B. Rekomendasi ......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERNYATAAN PENULIS
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Nilai IHSG, BI Rate, Tingkat Inflasi, Nilai 5
Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Jumlah Uang Beredar
Dalam Arti Luas (M2), dan Harga Saham BMRI Pada
Tahun 2009, 2010, dan 2011
2 Operasionalisasi Variabel 51
3 Perkembangan BI Rate 58
4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar 59
5 Perkembangan Inflasi 63
6 Perkembangan IHSG 66
7 Perkembangan Jumlah Uang Beredar 68
8 Perkembangan Harga Saham Bank Mandiri 71
9 Hasil Pengujian Autokorelasi 75
10 Hasil Pengujian Multikolinieritas 77
11 Hasil Analisis Regresi Berganda 78
12 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) 80
13 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t) 81
14 Hasil Analisis Determinasi 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1 Kerangka Berpikir 38
2 Gambar Durbin Watson 46
3 Normal P-P Plot of Return Saham BBRI 65
4 Hasil Durbin Watson 75
5 Scatterplot 66
xvii
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
1 Perkembangan BI Rate Periode Desember 2008 - 56
Desember 2012
2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar 57
Periode Desember 2008 - Desember 2012
3 Perkembangan Tingkat Inflasi Periode Desember 2008 - 58
Desember 2012
4 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Periode 59
Desember 2008 - Desember 2012
5 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas 61
(M2) Periode Desember 2008 - Desember 2012
6 Perkembangan Return Saham Bank Mandiri Periode 62
Desember 2008 - Desember 2012
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Return Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 1
2 IHSG, BI Rate, dan Tingkat Inflasi 3
3 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar dan Jumlah Uang 5
Beredar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter
perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang
berkembang lainnya. Tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dalam proses pembangunannya dihadapkan pada
permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi
pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan agar meningkatkan
peran sektor keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara
mandiri dan tidak bergantung pada pembiayaan luar negeri.
Jika diamati akhir-akhir ini negara Indonesia mulai
menampakkan pertumbuhan, baik dilihat dari keuangan dan
pembangunannya. Maka saat ini banyak orang yang menginginkan
untuk dapat hidup serta dalam berinvestasi. Salah satu alternatif
investasi yang mudah dan banyak menjadi pilihan investor adalah
dengan membeli saham pada perusahaan terbuka atau go public, yaitu
perusahaan yang namanya sudah tercatat dan diperdagangkan dibursa
(Afdhalul Amri, 2011)
Perusahaan melakukan kegiatan usaha untuk mencapai satu
tujuan yaitu memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut sangat
diperlukan untuk mempertahankan keberlangsungan sebuah
perusahaan. Untuk meningkatkan laba, cara yang ditempuh
2
perusahaan adalah dengan mempergunakan sumber dana intern
perusahaan seperti penggunaan laba yang ditahan. Namun adakalanya
dana intern yang digunakan perusahaan tidak mencukupi untuk
membiayai kegiatan usaha. Alternatif lain yaitu menggunakan dana
eksternal yang berasal dari lembaga intermediasi seperti perbankan
atau keuangan non bank.
Untuk menghimpun kekurangan dana tersebut, dalam dunia
usaha terdapat suatu wadah penghimpun dana yang dikenal dengan
nama pasar modal. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham
atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2003).
Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian
sebuah negara. Peran pasar modal lebih dari sekedar tempat
pertemuan antara lenders dan borrowers ataupun tempat untuk
memperdagangkan sekuritas, tetapi berperan dalam mendorong
pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi
dengan memberikan dorongan terhadap domestic savings dan
meningkatkan kuantitas dan kualitas investasi (Renny Wijaya, 2013).
Ekonomi makro merupakan studi mengenai perilaku
perekonomian secara keseluruhan. Lukman (2007:2) mendefinisikan
ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
bagaimana tingkah laku manusia dalam usaha memenuhi
3
kebutuhannya yang tidak terbatas, dengan mengadakan pemilihan
diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas
kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas / langka (scarcity). Dari
pengertian umum tersebut dapat dinyatakan bahwa perilaku ekonomi
yang timbul sebagai tanggapan terhadap dorongan keinginan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berhadapan dengan alat-alat
pemuas kebutuhan yang terbatas baik jumlahnya maupun macamnya,
sehingga membuat masalah bagi manusia. Lukman (2007:5)
menguraikan bahwa ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang khusus mempelajari mekanisme bekerjanya
perekonomian sebagai suatu keseluruhan dan bagaimana bentuk
kebijaksanaan di dalamnya.
Saham merupakan salah satu instrument investasi yang banyak
dipilih investor. Renny Wijaya (2013) mendefinisikan saham sebagai
tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham
merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor
karena mampu memberikan return yang menarik.
Supaya investasi dalam bentuk saham tersebut aman dan
menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal, maka investor perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengembalian (return) saham (Hadi & Azmi, 2005).
4
Nilai tukar rupiah sangat berfluktuasi. Pada pertengahan 2008
akibat krisis subprime mortage, nilai tukar rupiah melemah hingga
pertengahan 2009. Pada November 2008 nilai tukar rupiah mencapai
Rp 11.711,- per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
kembali stabil pada pertengahan 2009 sampai dengan pertengahan
2012. (Renny Wijaya, 2013)
Pada 2008, inflasi meningkat menjadi 11,06% seiring dengan
menurunnya IHSG. Inflasi kemudian turun pada 2009 menjadi 2,78%
dari tahun sebelumnya dan kembali naik pada 2010 menjadi 6,96%.
Kenaikan inflasi pada 2008 mendorong Bank Indonesia untuk
meningkatkan BI rate untuk mengendalikan inflasi. Meningkatnya
inflasi pada pertengahan 2008 turut menaikkan BI rate hingga 9,5%.
Pada tahun 2009 hingga 2011, inflasi cenderung turun sehingga BI
rate stabil antara 6,5-6,75%. (www.yahoofinance.com)
Dalam beberapa tahun terakhir, Indeks Harga Saham
Gabungan Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Mulai dari
451,64 pada Januari 2002 hingga 3821,99 pada Desember 2011.
Adanya krisis subrime mortage yang terjadi di Amerika Serikat pada
pertengahan 2008 serta krisis Eropa akibat gagal bayar Yunani pada
2011 sempat membuat IHSG mengalami penurunan meski kondisi
perbankan relatif kuat, utang yang relatif kecil (26,6% dari GDP),serta
pertumbuhan ekonomi diatas 6%. (Astrid Angelina, 2011)
5
Jumlah uang beredar semakin banyak setiap tahunnya. Pada September
2008, jumlah uang beredar sebesar 1778,139 triliun rupiah, IHSG berada pada
posisi Rp 1832,51. Pada bulan berikutnya, jumlah uang beredar sebesar 1812,490
triliun rupiah dan IHSG berada pada posisi Rp 1256,7. Kenaikan jumlah uang
beredar juga terkait dengan meningkatnya BI rate yang mencapai 9,5%. (Renny
Wijaya, 2013)
Tabel 1
Daftar Nilai IHSG, BI rate, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2), dan Harga Saham
Bank Mandiri Pada Tahun 2009, 2010, dan 2011
No Keterangan 2009 2010 2011
1 Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Rp 2.534,356 Rp 3.703,51 Rp 3.821,99
2 BI rate 6,50% 6,50% 6%
3 Nilai Kurs Rp 9.447/9353 Rp 9.036/8946 Rp9.113/9.023
4 Inflasi 2,78% 6,96% 3,79%
5 M2 (miliar) Rp 2.141.383,70 Rp 2.471.205,79 Rp 2.877.220
6 Saham Bank
Mandiri
Rp 4.489,8
Rp 6.324,21
Rp 6.665,77
sumber: www.bi.go.id, www.yahoofinance.com
Dari data pada tabel diatas terlihat nilai BI rate pada tahun 2009 sebesar
6,50 %, kemudian tidak berubah pada tahun 2010 sebesar 6,50% dan kembali
6
menurun menjadi 6% pada tahun 2011. Perubahan nilai BI Rate juga diikuti
dengan perubahan harga saham gabungan (IHSG) yang pada tahun 2009
ditutup sebesar 2.534,356. Namun, pada tahun 2010 IHSG mengalami
peningkatan menjadi sebesar 3.703,51. Pada tahun 2011, IHSG kembali
mengalami kenaikan menjadi sebesar 3.821,99.
Perubahan IHSG tidak hanya disebabkan oleh perubahan nilai BI
rate tetapi juga disebabkan oleh perubahan nilai kurs. Hal tersebut dapat
terlihat pada tabel diatas, IHSG cenderung mengalami peningkatan pada
tahun 2010 akibat tingginya nilai kurs yaitu IHSG sebesar 3.703,51 pada saat
nilai kurs sebesar 9.036/8946.
Variabel yang cenderung meningkat di tiap tahunnya adalah jumlah
uang beredar dalam arti luas (M2) dan tingkat inflasi. Di tahun 2009 M2
tumbuh sebesar 12,95% dan di tahun 2010 kembali meningkat
pertumbuhannya sebesar 15,40%. Untuk tingkat inflasi sendiri, meski naik
dari tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu masing-masing sebesar 2,78% dan
6,96%, namun pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebesar
3,79%.
Dalam membeli saham, investor harus selalu
mempertimbangkan risiko. Apabila investor mengharapkan untuk
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia
menanggung risiko yang tinggi pula.
7
Investor lokal maupun internasional dapat masuk ke suatu
perusahaan dengan membeli saham perusahaan yang diinginkan sesuai
dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Masuknya investor ke
dalam sebuah perusahaan membuat perusahaan tersebut memperoleh
sumber dana tambahan, namun keputusan investor tersebut dalam
berinvestasi di suatu negara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
fundamental internal suatu perusahaan saja melainkan faktor
fundamental eksternal juga mempengaruhi keputusan investor.
Penelitian ini memfokuskan untuk membahas lima faktor
fundamental eksternal yaitu BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar,
inflasi, IHSG dan jumlah uang beredar (M2). Objek penelitian ini
memfokuskan pada harga saham industri sektor perbankan yaitu Bank
Mandiri. Keenam hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain
yang saling mempengaruhi atau dipengaruhi yang kemudian
menggerakkan roda perekonomian.
Dipilihnya Bank Mandiri sebagai objek penelitian tentu penulis
mempunyai alasan tersendiri. Menurut majalah infobank, Bank
Mandiri sukses mengukuhkan diri sebagai bank dengan asset terbesar
di Indonesia, nilai assetnya mencapai Rp.551,89 triliun hingga pada
akhir tahun 2011 atau naik sekitar 22,75 persen dari tahun sebelumnya
(2010) dengan jumlah asset sebesar Rp. 449,77 triliun. Kemudian
pada akhir 2012, asset Bank Mandiri berhasil tumbuh 27 persen
menjadi Rp.630 triliun.
8
Hal inilah yang menjadi alasan penulis mengambil Bank Mandiri
sebagai objek penelitian. Karena dari jumlah asset yang dimiliki suatu
perusahaan menggambarkan bahwa performa perusahaan tersebut baik
sehingga banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut.
Faktor eksternal pertama yang mempengaruhi harga saham
yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar. Di Indonesia kurs valas
mengalami perubahan setiap waktu. Apabila nilai tukar (kurs) naik
maka tingkat pengembalian yang diharapkan dari adanya investasi
akan menurun, sehingga bagi para investor semakin rendah tingkat
perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hubungan atau pengaruh
kurs terhadap Indeks Harga Saham itu sendiri sangat berkaitan erat.
Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
Indeks Harga Saham, sedangkan Indeks Harga Saham adalah dampak
simultan dari berbagai kejadian utama pada fenomena-fenomena
ekonomi. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung Indeks
Harga Saham juga akan naik, tapi bila kurs itu melemah maka Indeks
Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi
karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing khususnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar yang menyebabkan naik turunnya
permintaan saham di pasar modal oleh investor. (Astrid Angelina,
2011)
Kurs valas bukan satu-satunya faktor fundamental eksternal
ekonomi yang mempengaruhi harga saham. Faktor lain yang turut
9
mempengaruhi yaitu BI rate. Kenaikan tingkat BI rate dapat
mengakibatkan investor mengambil keputusan menarik dana mereka
dari pasar modal. Sebaliknya turunnya tingkat suku bunga membuat
investor akan menanamkan modalnya pada pasar modal. Kondisi ini
sangat menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan dapat
mengambil kredit untuk menambah modal atau investasi dengan
tingkat bunga yang rendah. (Astrid Angelina, 2011)
Inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga secara umum,
dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil. Dengan
adanya inflasi yang tidak bisa diprediksi maka akan memberikan dampak
terhadap performa saham yang nantinya juga berdampak pada tingkat
pengembalian saham. Jika inflasi naik maka nilai rupiah turun atau harga
barang-barang cenderung naik, demikian pula sebaliknya (Hadi & Azmi,
2005).
Untuk IHSG mempunyai hubungan searah dengan return saham.
Kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga
saham naik. Sebaliknya, jika indeks harga saham turun, maka kebanyakan
saham akan mengalami penurunan harga. (Endri, 2006)
Permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi menunjukkan jumlah
uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi pengeluaran yang
sifatnya spekulatif. Misalnya membeli surat berharga (obligasi) atau saham.
Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi secara
negatif oleh suku bunga. Artinya, semakin tingi suku bunga semakin sedikit
10
jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya.
Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap
kinerja saham. (Astrid Angelina, 2011)
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hadi dan Azmi (2005) pada 7 perusahan yang bergerak disektor
perdagangan menunjukkan terdapat hubungan negatif antara nilai
tukar rupiah terhadap dolar terhadap tingkat pengembalian.
Eka Widiyanti (2011) melakukan analisa yang hasilnya
perubahan tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham sektor perbankan. Sedangkan perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham sektor perbankan.
Astrid Angelina (2011) juga melakukan analisa BI rate, kurs,
inflasi, IHSG dan jumlah uang beredar (M2) terhadap stock return
Bank Rakyat Indonesia. Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa
IHSG adalah faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham pada BRI, sedangkan variabel lainnya menunjukkan
bahwa BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan
jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham BRI.
Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan Afdhalul Amri
(2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah/USD
dan tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
11
terhadap harga saham bank persero. Sementara tingkat suku bunga BI
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham bank
persero.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis ingin mengangkat
judul “Analisis Pengaruh Perubahan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2)
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah perubahan tingkat BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar
(kurs), inflasi, IHSG, jumlah uang beredar (M2) secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?
2. Apakah perubahan BI rate mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?
3. Apakah perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar (kurs)
mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk ?
4. Apakah perubahan inflasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?
12
5. Apakah perubahan IHSG mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?
6. Apakah perubahan jumlah uang beredar (M2) mempunyai
pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk ?
C. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan beberapa masalah penulis mempunyai beberapa
tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis pengaruh perubahan BI rate secara parsial
(individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
2. Untuk menganalisis pengaruh perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dolar atau kurs secara parsial (individu) terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
3. Untuk menganalisis pengaruh perubahan inflasi secara parsial
(individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
4. Untuk menganalisis pengaruh perubahan IHSG secara parsial
(individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
5. Untuk menganalisis pengaruh perubahan jumlah uang beredar
(M2) secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian
saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
13
6. Untuk menganalisis pengaruh perubahan BI rate, nilai tukar
rupiah terhadap dolar (kurs), inflasi, IHSG, dan jumlah uang
beredar (M2) secara simultan (bersama-sama) terhadap tingkat
pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan, yaitu:
1. Menjadi masukan bagi praktisi bisnis dan investor dalam mengambil
keputusan berkaitan kebijakan yang tepat untuk melakukan investasi
2. Dapat memperkaya pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah
dipelajari dengan membandingkannya dalam praktik investasi khususnya
berkenaan dengan tema tingkat pengembalian saham perbankan.
3. Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi penelitian lebih lanjut
berkenaan dengan topik penelitian ini.
4. Menambah referensi dalam menilai kondisi tingkat pengembalian sebuah
bank yang baik.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BI Rate
Menurut situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id, BI rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam penetapannya, jadwal penetapan dan penentuan BI rate melalui
Rapat Dewan Gubernur (RDG), yaitu:
a. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan
melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
15
b. Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan
RDG berikutnya
c. Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy)
dalam memengaruhi inflasi.
d. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,
penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan
sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
Besarnya perubahan BI rate atau respon kebijakan moneter dinyatakan
dalam perubahan BI rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis
poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih
besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI rate dapat
dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
B. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Menurut www.bi.go.id, yang dimaksud dengan nilai tukar adalah nilai tukar
satuan uang suatu negara terhadap negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan
intervensi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan sehingga senantiasa
berubah.
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat
kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau
wilayah (Sumber: www.id.wikipedia.org).
16
Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata uang asing diperjualbelikan.
Harga mata uang asing disebut juga sebagai kurs atau nilai tukar, dimana harga
suatu mata uang dinilai dengan mata uang lain. Pergerakan nilai tukar
mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan. Suatu mata uang dikatakan
semakin mahal bila nilai tukarnya semakin menguat, begitu juga sebaliknya. Hal
ini mengindikasikan mata uang tersebut semakin langka (Manurung & Rahardja,
2004:72).
Menurut Manurung & Rahardja (2004:74) ada dua jenis mekanisme
penentuan nilai tukar, yaitu mekanisme pasar dan penetapan pemerintah. Jika nilai
tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar, maka
negara tersebut dikatakan menganut sistem nilai tukar (kurs) mengambang
(floating exchange rate). Sebaliknya, bila nilai tukarnya ditetapkan pemerintah,
maka negara tersebut menganut nilai tukar (kurs) tetap (fixed exchange rate).
C. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus menerus. Dalam perekonomian masalah dan penyebab inflasi sangat
kompleks. Inflasi bukan saja disebabkan oleh penawaran uang yang berlebihan
tetapi juga oleh faktor lain seperti kenaikan gaji, ketidakstabilan politik, pengaruh
inflasi diluar negeri dan kemerosotan nilai mata uang (Sukirno, 2000:10).
Inflasi merupakan salah satu ukuran aktivitas ekonomi yang sering
digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Jika inflasi naik
maka nilai rupiah turun atau harga barang-barang cenderung naik, demikian pula
sebaliknya apabila inflasi turun maka nilai rupiah naik atau harga barang-barang
17
cenderung turun. Apabila inflasi cenderung naik maka ada kemungkinan investor
akan mengalihkan dananya dari aktiva modal ke aktiva riil (Hadi & Azmi, 2005).
Menurut Rahardja dan Manurung (2004:164-166) Untuk mengetahui tingkat
inflasi yang berlaku dalam suatu periode tertentu ada beberapa indikator
makroekonomi yang digunakan yaitu:
1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. IHK dihitung berdasarkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu. Inflasi dapat diperoleh dengan rumus:
IHK – IHKt-1
Inflasi =
IHKt-1
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index)
Berbeda dengan metode perhitungan IHK yang melihat inflasi dari segi
konsumen, indeks harga perdagangan besar (IHPB) melihat inflasi dari segi
produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada
berbagai tingkat produksi Menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah:
18
IHPB – IHPBt-1
Inflasi = X 100%
IHPBt-1
3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Perhitungan inflasi menggunakan IHK dan IHPB mempunyai keterbatasan,
karena hanya memperhitungkan beberapa ratus barang dari beberapa puluh kota
saja. Padahal barang yang dikonsumsi dan diproduksi tidak hanya barang yang
diperhitungkan saja, namun masih banyak barang yang mungkin belum
dimasukkan dalam perhitungan padahal barang tersebut diproduksi dan
dikonsumsi. Kegiatan ekonomi juga tidak terjadi di beberapa kota saja, malinkan
diseluruh pelosok tanah air. Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran inflasi
yang mendekati keadaan sebenarnya, maka para ekonom menggunakan indeks
harga implicit (GDP Deflator) atau disingkat IHI. Untuk menghitung IHI maka
rumus yang digunakan adalah:
IHI = (harga tahun t: harga tahun t-1) x 100%
Prinsip perhitungan inflasi berdasarkan IHI adalah sebagai berikut:
IHI – IHIt-1
Inflasi =
IHIt-1
19
D. Indeks Harga Saham
Menurut Lubis (2008:157) indeks harga saham adalah ukuran yang
didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan
harga saham setiap saat terhadap tahun dasar. Indeks harga saham merupakan
indikator utama yang menggambarkan pergerakan saham.
Ada beberapa jenis pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan
untuk menghitung indeks yaitu:
1. Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam
anggota indeks.
2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk
dalam anggota indeks.
3. Menghitung rata-rata tertimbang harga pasar.
Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan
metode rata-rata tertimbang termasuk di BEI.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 5 jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual (Individual Index)
2. Indeks Harga Saham Sektoral (Sectoral Index)
3. Indeks LQ45 (LQ45 Index)
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Composite Share Price Index)
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)
20
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Jogiyanto (2003:60) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
BEJ merupakan pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham
preferen. Sedangkan menurut Lubis (2008) Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Composite Share Price Index) menggunakan semua saham yang tercatat
sebagai komponen perhitungan indeks. Tanggal 10 Agustus ditetapkan sebagai
dasar (nilai indeks = 100).
Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham
terakhir yang terjadi di Bursa. Dua macam indeks yang digunakan di BEI adalah
Indeks Harga Saham Individual dan Indeks Harga Saham Gabungan.
Rumus/persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
IHSG = ∑ Ht X 100%
∑ H0
Keterangan:
∑ Ht: Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
∑ H0: Total harga semua saham pada waktu dasar
Bila IHSG berada diatas 100, berarti kondisi pasar sedang dalam keadaan
ramai, sebaliknya bila IHSG berada dibawah 100 berarti pasar dalam keadaan
lesu. Bila IHSG berada dalam keadaan 100, berarti pasar dalam keadaan stabil.
Perhitungan IHSG di atas merupakan perhitungan sederhana, sebab dalam
perhitungan itu kita menganggap semua saham memiliki peran yang sama dalam
mempengaruhi pasar. Bila menggunakan jumlah saham yang beredar pada waktu
21
dasar sebagai pembobotan, berarti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Laspeyres, yaitu:
IHSG = ∑ Ht K0 X 100%
∑H0 K0
Keterangan:
∑ Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
∑ H0 : Total harga semua saham pada waktu dasar
K0 : Jumlah semua saham yang beredar pada waktu dasar
Sebaliknya, bila menggunakan jumlah saham yang diterbitkan pada waktu
yang berlaku sebagai timbangan, berarti rumus yang dipakai adalah rumus
Paasche, yaitu:
IHSG = ∑ Ht Kt X 100%
∑H0 Kt
Keterangan:
∑ Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
∑ H0 : Total harga semua saham pada waktu dasar
Kt : Jumlah semua saham yang beredar pada waktu yang berlaku
Rumus lainnya yang digunakan dalam perhitungan IHSG adalah rumus
milik Irving Fisher dan Dorbisch. Kedua ahli ini sengaja mencari jalan tengah dari
dua rumus milik Laspeyres dan Pasche, yaitu:
22
Rumus Irving Fisher adalah:
IHSG = √IHSGL x IHSGP
Dimana:
IHSGL: Indeks Harga Saham Gabungan dengan rumus Laspeyres
IHSGP: Indeks Harga Saham Gabungan dengan rumus Paasche
Rumus Dorbisch adalah:
IHSG = IHSGL x IHSGP
2
Dimana:
IHSGL: Indeks Harga Saham Gabungan dengan rumus Laspeyres
IHSGP: Indeks Harga Saham Gabungan dengan rumus Paasche
E. Jumlah Uang Beredar
Manurung & Rahardja (2004:13-14) mengatakan bahwa jumlah uang
beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat secara keseluruhan.
Namun definisi ini terus berkembang, setidak-tidaknya ada dua definisi jumlah
uang beredar yang dipakai yaitu:
1. Pendekatan transaksional, yang memandang jumlah uang beredar yang
dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi.
2. Pendekatan likuiditas, yang mendefinisikan jumlah uang beredar sebagai
jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi.
23
1.Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1)
Menurut Manurung & Rahardja (2004:14) jumlah uang beredar dalam
arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam
yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kantor perbendaharaan dan kas
negara (KPKN) dan bank umum. Uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman
uang, simpanan berjangka, dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh tempo,
yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem
moneter.
Rumus:
M1 = Uang Kartal + Uang Giral
2.Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2)
Menurut Manurung & Rahardja (2004:18) jumlah uang beredar dalam
arti luas adalah M1 ditambah uang kuasi, yang di Indonesia adalah deposito
berjangka.
Rumus:
M2 = M1 + Uang Kuasi
Menurut www.id.wikipedia.org uang kuasi adalah surat-surat berharga
yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas
deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta
domestik. Hal tersebut diperkuat oleh kamus BI yang menjelaskan bahwa menurut
24
pandangan www.bi.go.id uang kuasi adalah tabungan dan deposito berjangka
dalam rupiah dan valas pada bank umum.
F. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi (realized return) yang sudah terjadi atau return ekspektasi
(expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang (Jogiyanto, 2003:109).
1. Return Realisasi (Realized Return)
Menurut Jogiyanto (2003:109-130) return realisasi merupakan return
yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Dalam return realisasi ada beberapa pengukuran yang sering
digunakan antara lain:
a. Return Total
Return total atau yang sering disebut dengan return saja merupakan
return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return
total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau loss merupakan
selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode
yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periode terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Sedangkan yield untuk saham
adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.
25
Capital Gain dapat dihitung sebagai berikut:
Capital Gain = Pt – Pt-1
Pt-1
Keterangan :
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode lalu
Sedangkan yield dapat dihitung :
Yield = Dt
Pt-1
Keterangan :
Dt = Persentase dividen
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya
Sehingga return dapat dihitung sebagai berikut :
Return = Capital Gain (Loss) + yield
= Pt – Pt-1 + Dt
Pt-1
Keterangan :
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode lalu
26
Dt = Persentase dividen
b. Relatif Return
Return total dapat bernilai positif atau negatif dan kadangkala untung
perhitungan tertentu dibutuhkan suatu return yang harus bernilai positif. Return
relatif dapat dihitung dengan menambahkan nilai 1 terhadap nilai return total.
Sehingga dapat
Relatif Return = (Return Total +1)
= Pt – Pt-1 + Dt + Pt-1
Pt-1
= Pt + Dt
Pt-1
Keterangan :
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode lalu
Dt = Persentase dividen
c. Komulatif Return
Return total mengukur peruahan kemakmuran yaitu perubahan harga
dari saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Perubahan
kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan dari kekayaan sebelumnya.
Return total hanya mengukur perubahan kemakmuran pada saat waktu tertentu
saja, tetapi tidak mengukur total ari kemakmuran yang dimiliki. Untuk
mengetahuinya dapat menggunakan Indeks Kemakmuran Kumulatif atau IKK
(cumulative wealth index atau ICW). IKK (Indeks Kemakmuran Kumulatif )
27
mengukur akumulasi semua return mulai dari kemakmuran awal (KK0) yang
dimiliki sebagai berikut:
IKK = KK0 (1+R1)(1+R2)...(1+Rn)
Keterangan :
IKK = Indeks Kemakmuran Kumulatif, mulai dari periode pertama
sampai ke n
KK0 = Kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp 1,00
Rt = Return periode ke-t, mulai dari awal periode (t=1) sampai ke
akhir periode (t=n)
d. Return Disesuaikan
Return yang dibahas sebelumnya adalah return nominal (nominal
return) yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak
mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut. Untuk
mempertimbangkan hal ini, return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat
inflasi yang ada. Return ini disebut dengan real return atau return yang
disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return) sebagai berikut:
RIA = (1 + R) - 1
(1 + IF)
Keterangan :
RIA = Return disesuaikan dengan tingkat inflasi
R = Return nominal
IF = Tingkat inflasi
28
Lain halnya jika investasi dilakukan di luar negeri, pengembalian yang
diperoleh perlu disesuaikan dengan kurs mata uang yang berlaku sebagai
berikut:
RKA = RR . Nilai Akhir Mata Uang Domestik - 1
Nilai Awal Mata Uang Domestik
Keterangan :
RKA = Return yang disesuaikan dengan kurs mata uang asing
RR = Relatif return
2. Return Ekspektasi (Expected Return)
Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang digunakan
untuk pengambilan keputusan investasi. Return ekspektasi penting dibandingkan
dengan return historis karena return ekspektasi merupakan return yang
diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Return ekspektasi dapat dihitung
berdasarkan beberapa cara sebagai berikut
a. Berdasarkan Nilai Ekspektasi Masa Depan
Return ekspektasi cara ini dihitung dengan metode nilai ekspektasi
(expected value) yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome)
dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.
Secara matematik, dapat dirumuskan sebagai berikut:
29
n
E (Ri) = ∑ (Rij. Pj)
j=1
Keterangan:
E (Ri) = Return ekspektasi suatu sekuritas ke-i
Rij = Hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i
Pj = Probabilitas hasil masa depan ke-j (untuk sekuritas ke-i)
n = Jumlah dari hasil masa depan
b. Berdasarkan Nilai-nilai Return Historis
Terdapat tiga metode yang dapat diterapkan untuk menghitung tingkat
pengembalian ekspektasi dengan menggunakan data historis yaitu sebagai berikut:
(1) Metode Rata-rata (Mean Method)
Metode rata-rata mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian
ekspektasi dapat dianggap sama dengan rata-rata nilai historisnya, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
n ∑ (Rij)
E (Ri) = N
j=1
30
Keterangan:
E (Ri) = Return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i
Rij = Hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i
N = Return yang terjadi pada periode pengamatan
(2) Metode Tren (Trend Method)
Metode tren dihitung dengan cara mempertimbangkan
pertumbuhan dari return-returnnya.
(3) Metode Jalan Acak (Random Walk Method)
Metode jalan acak memprediksi bahwa tingkat pengembalian
ekspektasi akan sama dengan tingkat pengembalian terakhir yang terjadi, karena
distribusi data return bersifat acak sehingga diperkirakan return terakhir akan
terulang dimasa depan.
c. Berdasarkan Model Retun Ekspektasi
Model-model untuk menghitung return ekspektasi sangat dibutuhkan.
Sayangnya tidak banyak model yang tersedia. Model yang tersedia yang populer
dan banyak digunakan adalah CAPM.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham
Faktor yang mempengaruhi nilai tingkat pengembalian saham suatu
perusahaan ada dua jenis, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam perusahaan
(mikro) dan faktor eksternal yang berasal dari luar perusahaan (makro). Investor
dapat menggunakan seluruh informasi yang berpengaruh terhadap harga saham,
baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
31
Faktor internal atau mikro dapat diperoleh dari informasi yang berasal dari
dalam perusahaan seperti laporan keuangan perusahaan, pergantian struktur
direksi, penetapan kebijakan baru perusahaan, dan lain sebagainya. Sedangkan
faktor eksternal (makro) merupakan faktor-faktor kebijakan moneter pemerintah,
politik, dan kebijakan-kebijakan serta kondisi-kondisi yang berada di luar kendali
dari perusahaan seperti kondisi perekonomian baik di dalam dan di luar negeri.
1. Hubungan BI Rate dengan Tingkat Pengembalian Saham
Setiap terjadinya kenaikan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) atau yang lebih populer disebut dengan istilah “BI-Rate”, dapat dipastikan
akan berdampak negatif terhadap iklim investasi di pasar modal. Biasanya para
investor lebih cenderung untuk mengalihkan investasinya di pasar modal ke
deposito-deposito di dunia perbankan. Hal ini mengingat naiknya BI rate akan
berdampak juga terhadap kenaikan tingkat suku bunga deposito perbankan
(Yulyanto, 2008). Dengan kata lain, secara teoritis BI rate dan return saham
dinilai memiliki hubungan yang negatif.
2. Hubungan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar dengan Tingkat
Pengembalian Saham
Menurut Hendri (2005:18-19) nilai tukar atau kurs yang berlaku di pasar
akan mempengaruhi secara signifikan terhadap bursa saham. Sebagai contoh
apabila terjadi penurunan yang berlebihan akan berdampak kepada perusahaan-
perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksinya terhadap barang-
barang import, yaitu biasanya belanja impor yang akan mengakibatkan
meningkatnya biaya produksi dan menurunkan laba perusahaan. Selanjutnya
32
berdampak terhadap anjloknya harga saham perusahaan tersebut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif dan
atau searah.
3. Hubungan Tingkat Inflasi dengan Return Saham
Menurut Della dalam Hendri (2005), jumlah uang beredar adalah
determinasi utama dari terjadinya inflasi. Alasan di balik pendekatan ini adalah
bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregat, yang
pada gilirannya akan menaikkan tingkat harga. Jika harga naik maka hal ini akan
sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran maka permintaan akan barang
akan menurun. Penurunan ini akan menyebabkan tingkat penjualan perusahaan
juga akan turun pula. Penurunan ini berakibat pada penurunan laba perusahaan.
Penurunan laba berakibat pada turunnya nilai perusahaan dalam menghasilkan
laba dan hal tersebut tentu akan mempengaruhi return saham di bursa saham.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara teoritis, hubungan antara
tingkat inflasi dan return saham berbanding terbalik karena setiap terjadi kenaikan
tingkat inflasi, hal tersebut memungkinkan untuk terjadinya penurunan harga
saham.
4. Hubungan IHSG dengan Return Saham
IHSG merupakan salah satu indikator makro yang menjadi tolak ukur bagi
para investor di pasar modal. Menurut Manurung (2004) oleh Hendri (2005:20)
menyatakan bahwa variabel market return merupakan tingkat pengembalian pasar
yang sangat berpengaruh terhadap return saham.
33
Menurut Jogiyanto (2003:231) kebanyakan saham cenderung mengalami
kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Sebaliknya, jika indeks harga saham
turun, maka kebanyakan saham akan mengalami penurunan harga. Hal ini
membuktikan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena
adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Selain itu jika
dilihat dari pergerakannya antara return saham dengan IHSG, dapat dilihat bahwa
kedua variabel tersebut memiliki hubungan searah.
5. Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Return Saham
Menurut Nugroho (2008:17) permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi
menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi
pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya membeli surat berharga (obligasi)
atau saham. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi
secara negatif oleh suku bunga. Artinya, semakin tinggi suku bunga semakin
sedikit jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya.
Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap
kinerja saham.
H. Penelitian Sebelumnya
Beberapa studi dilakukan untuk meneliti variabel makro yang
memengaruhi tingkat pengembalian saham, seperti BI Rate, kurs, inflasi,
IHSG, GDP, jumlah uang beredar (M2). Berikut ini merupakan penjelasan
singkatnya:
34
Tabel 2 Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun,
Judul Variabel Metode
Analisis Hasil Penelitian
1 Renny Wijaya (2013) Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap IHSG pada BEI periode 2002-1011 (jurnal)
Variabel independen : Inflasi, suku bunga, nilai tukar, jumlah uang beredar Variabel dependen : IHSG
Regresi Linear Berganda
Inflasi, suku bunga, uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
2 Nathan Lael Joseph dan Panayiotis Vezos (2012) The Sensitivity of US Banks’ Stock Returns to Interest Rate and Exchange Rate Changes (jurnal)
Tingkat Suku Bunga, Kurs, Tingkat Pengembalian Saham US Banks
Ordinary least square Regression
Kurs berpengaruh positif signifikan terhadap US banks, Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap US banks.
3 Eka Widiyanti (2011) Analisis Pengaruh SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perbankan pada BEI. (skripsi)
SBI, nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat pengembalian saham
Regresi Linear Berganda
SBI dan perubahan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham sektor perbankan. Kurs rupiah terhadap Dolar berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham seckor perbankan
4 Afdhalul Amri (2011) Analisis
Kurs, Inflasi, Tingkat Suku
Regresi Linear
Kurs dan tingkat inflasi berpengaruh
35
Pengaruh Perubahan Kurs, Inflasi, Tingkat Suku Bunga BI dan Volume Perdagangan Terhadap Harga Saham Bank Persero. (skripsi)
Bunga BI, Volume perdagangan, Harga Saham Bank Persero.
Berganda positif signifikan terhadap harga saham bank persero. Tingkat suku bunga BI dan volume perdagangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham bank persero.
5 Astrid Angelina (2011) Analisa BI Rate, Kurs, Inflasi, IHSG dan M2 terhadap Stock Return Bank Rakyat Indonesia. (skripsi)
BI Rate, kurs, inflasi, IHSG, M2, stock return BRI.
Regresi Linear Berganda
IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap stock return BRI. BI Rate, inflasi, kurs, M2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stock return BRI.
6 S.Hadi dan Taufiq Azmi (2005) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perdagangan pada Bursa Efek Jakarta. (jurnal)
SBI, nilai aktiva perusahaan, inflasi, PDB, kurs
Panel data regresi
SBI berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham, kurs berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham.
I. Kerangka Pemikiran
Penjelasan diatas menjelaskan berbagai teori dan pengaruh tentang tingkat
return saham sebagai variabel dependen (Y) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu, BI rate dan nilai tukar rupiah terhadap dolar sebagai
variabel independen (X). Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat
kerangka berpikir yang dapat dilihat dibawah ini:
36
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Perbankan Indonesia
Variabel Makro Ekonomi
Inflasi BI Rate Kurs Rupiah IHSG
Tingkat Pengembalian Saham Bank Mandiri
Analisis
Uji F Uji Adjusted R2 Uji T
Uji statistik regresi berganda
Uji signifikasi model
Uji asumsi klasik regresi linear berganda
1. Normalitas 2. Multikolinearitas 3. Heterokedatisitas 4. Autokorelasi
Kesimpulan
JUB (M2)
37
Berdasarkan gambar kerangka berpikir diatas, dapat dilihat bahwa di
dalam penelitian ini penulis menginginkan untuk melakukan pengujian hipotesis
antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) yang dicerminkan
dalam bentuk analisis regresi secara parsial dan secara simultan.
J. Perumusan Hipotesis
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan rumusan
hipotesis alternatif (alternative hypothesis) yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pengaruh Simultan
Dalam penelitian ini akan dilakukan investigasi seberapa besar pengaruh
perubahan BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar, inflasi, IHSG, jumlah
uang beredar (M2) dapat mempengaruhi return saham dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0(6): Perubahan BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar, inflasi, IHSG,
jumlah uang beredar (M2) secara simultan (bersama-sama) tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Ha(6): Perubahan BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar, inflasi, IHSG,
jumlah uang beredar (M2) secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh terhadap return saham.
2. Pengaruh Perubahan BI Rate Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan BI rate dapat
mempengaruhi return saham dengan hipotesis sebagai berikut:
38
H0(1): Perubahan BI rate tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(1): Perubahan BI rate berpengaruh terhadap return saham.
3. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Terhadap
Tingkat Pengembalian Saham
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar dapat mempengaruhi return saham dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0(2): Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Ha(2): Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh terhadap
return saham.
4. Pengaruh Perubahan Inflasi Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan inflasi dapat
mempengaruhi return saham dengan hipotesis sebagai berikut:
H0(3): Perubahan Inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(3): Perubahan Inflasi berpengaruh terhadap return saham.
5. Pengaruh Perubahan IHSG Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan IHSG dapat
mempengaruhi return saham dengan hipotesis sebagai berikut:
H0(4): Perubahan IHSG tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(4): Perubahan IHSG berpengaruh terhadap return saham.
6. Pengaruh Perubahan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Tingkat
Pengembalian Saham
39
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan JUB (M2) dapat
mempengaruhi return saham dengan hipotesis sebagai berikut:
H0(5): Perubahan jumlah uang beredar (M2) tidak berpengaruh terhadap
return saham.
Ha(5): Perubahan jumlah uang beredar (M2)berpengaruh terhadap return
saham.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang digunakan yaitu uji
hipotesis yang menggunakan pengujian analisis regresi linier berganda yang
bertujuan untuk menentukan apakah terdapat pengaruh BI rate, nilai tukar rupiah
terhadap dolar, inflasi, IHSG, jumlah uang beredar (M2) terhadap tingkat
pengembaliansaham. Dimana variabel independen (X) dalam penelitian ini yaitu
BI rate (X1), nilai tukar rupiah terhadap dolar (X2), inflasi (X3), IHSG (X4),
jumlah uang beredar (M2) (X5) , sedangkan variabel dependen (Y) yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat pengembalian saham.
Unit analisis yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah PT Bank
Mandiri (persero) Tbk, yang merupakan perusahaan pada sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan, time horizon yang digunakan
di dalam penelitian ini adalah time series.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61). Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2008:62)
41
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham
perbankan yang sudah terdaftar di BEI.
2. Sampel Penelitian
Teknik sampling yang probability digunakan adalah non sampling dengan
jenis purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah
ditentukan (Joko Sulistyo,2012). Kriteria yang ditentukan dalam pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah harga saham yang dijadikan sampel dari PT
Bank Mandiri Tbk, adalah harga saham pada bulan Desember 2008 sampai
dengan Desember 2012.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel data dalam rentang
waktu 48 bulan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2009-2012 karena
pada masa tersebut berada di dalam siklus yang tergolong lengkap, yakni
pertumbuhan ekonomi menjelang krisis dan pertumbuhan ekonomi masa
pemulihan setelah krisis ekonomi di dunia dan Indonesia. Di samping itu
kelengkapan data penelitian baru bisa didapatkan setelah tahun 2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan
perlu dicatat sebagai sumber informasi. (Sulistyo, 2002:15).
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:86).
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series)
dengan skala bulanan yang dihimpun oleh Bank Indonesia pada laporan statistik
42
perbankan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Desember 2012 yang
diperoleh dari www.bi.go.id. (diakses pada tanggal 10 Maret 2013 pukul 9:49)
2. Metode Studi Pustaka
Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji
berbagai literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-sumber
yang berkaitan dengan penelitian.
3. Internet
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi Bank
Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan yahoo finance yang termasuk dalam sampel
dalam situs-situs internet yang berhubngan dengan data penelitian.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini sangat
bergantung pada sumber-sumber berikut:
a. Data harga pasar saham PT Bank Mandiri Tbk dan IHSG pada harga
penutupan (closing price), data tersebut diperoleh melalui situs
http://www.finance.yahoo.com. Data diambil mulai periode Desember
2008 sampai dengan Desember 2012
b. Data inflasi dan jumlah uang beredar diperoleh melalui situs
http://www.bps.go.id periode Desember 2008sampai dengan Desember
2012
c. Data BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar diperoleh melalui situs
http://www.bi.go.id periode Desember 2008 sampai dengan Desember
2012.
43
D. Metode Analisis Data
1. Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Analisis regresi merupakan suatu alat statistik yang digunakan untuk
mengetahui atau memprediksi besarnya variabel respons berdasarkan variabel
prediktor.Analisis regresi dapat menghadapi beberapa masalah serius oleh karena
itu, peneliti harus melakukan beberapa pengujian untuk mendapatkan hasil yang
terbaik. Pengujian tersebut antara lain: uji normalitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas (Sulistyo, 2002:146).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil
dari populasi yang berdistribusi normal (Sulistyo, 2010:50). Menurut Gujarati
(2003), asumsi normalitas gangguan penting sekali, sebab uji eksistensi model (uji
F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen (uji t), dan estimasi nilai
variabel dependen mensyaratkan hal ini. Untuk menguji hal tersebut dapat
dipergunakan metode grafis Normal P-P Plot dari standartdized residual
cumulative probability, dengan identifikasi apabila sebarannya berada disekitar
garis normal, maka asumsi kenormalan dapat dipenuhi.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh
terhadap nilai variabel masa kini atau masa mendatang. Dengan demikian
autokorelasi merupakan masalah khusus dari data time series. Autokorelasi akan
menyebabkan estimasi nilai variasi utyang terlalu rendah dan karenanya
44
menghasilkan estimasi yang terlalu tinggi umtuk R2. Bahkan ketika estimasi nilai
variasi uttidak terlalu rendah, maka estimasi nilai variasi dari koefisien regresi
mungkin akan terlalu rendah, dan karenanya uji t dan uji F menjadi tidak valid
(Gujarati, 2003, Johnston dan DiNardo, 1997).
Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggambarkan residual atau galat
atau secara lebih formal dengan menggunakan statistik Durbin Watson (d). Nilai
statistik d yang dihitung, kemudian dibandingkan dengan nilai kritis dari tabel
Durbin Watson (D-W). Nilai d berkisar antara 0 dan 4. Secara umum, nilai d yang
berkisar disekitar d=2 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Jika nilai statistik
D-W jatuh antara nilai kritis dL dan dU maka dikatakan bahwa hasil ujinya tidak
dapat disimpulkan. Akhirnya, jika nilai statistik d adalah lebih kecil dari nilai
kritis dL,terdapat bukti adanya autokorelasi (Salvatore, 2001:172).
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan tes Durbin
Watson sebagai berikut:
Gambar 2
Durbin Watson
F(d)
Autokorelasi
positif
Daerah
keragu-raguan
Tidak ada
autokorelasi
Daerah
keragu-raguan
Autokorelasi
negatif
0 dl du 4-du 4-dl 4
Keterangan:
45
1. Bila d < dl, maka ada korelasi yang positif.
2. Bila dl ≤ d ≤ du, berarti tidak diketahui apakah model mengandung
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).
3. Bila du < d < 4-du, maka tidak ada korelasi positif maupun negatif.
4. Bila 4-du ≤ d ≤ 4-dl, maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
5. Bila d > 4-dl, maka ada korelasi negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah asumsi yang menyatakan bahwa residu atau
deviasi dari garis yang paling tepat muncul secara random sesuai dengan besarnya
variabel-variabel independen. Bila kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi
menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu variabel
independen atau lebih, berarti adanya heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
mempengaruhi kesalahan baku koefisien sehingga memberikan indikasi yang
salah dan menyebabkan koefisien determinasi menunjukkan daya menjelaskan
yang terlampau besar (Arsyad, 1996:198).
Heteroskedastisitas dapat dihilangkan dengan menggunakan logaritma dari
variabel penjelas yang menyebabkan terjadinya heteroskedastisitas tersebut atau
dengan menggunakan regresi dengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weighted
least square). Untuk menjalankan regresi jenis ini, pertama harus membagi semua
variabel terikat dan variabel bebas yang menyebabkan terjadinya
heteroskedastisitas dan menjalankan regresi terhadap variabel yang sudah
ditransformasikan tersebut (Salvatore, 2001:170).
46
d. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau
mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah multikolinearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF (Priyatno,
2012:61).
Menurut Salvatore (2001:169) multikolinieritas yang serius dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan cara:
1) Memperluas ukuran sampel (mengumpulkan lebih banyak data)
2) Menggunakan informasi sebelumnya
3) Melakukan transformasi terhadap hubungan fungsional
4) Membuang satu dari variabel yang memiliki kolinier yang tinggi.
Priyatno (2012:61) mengatakan bahwa pada umumnya jika VIF lebih
besar dari 10 dan nilai Tolerance lebih kecil dari 0,1, maka variabel tersebut
mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya yang
artinya uji asumsi tidak terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan jika
diketahui nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai
Tolerance lebih dari 0,1, maka dapat dikatakan bahwa antar variabel bebas
(independen) tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
47
2. Uji F
Menurut Salvatore (2001:167) uji F digunakan untuk menguji hipotesis
bahwa variasi dari semua variabel bebas (X) menerangkan proporsi yang
signifikan dari variasi pada variabel terikat (Y). Hipotesis untuk melakukan uji F
adalah sebagai berikut:
H0: Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Ha: Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Untuk mengetahui apakah H0 ditolak atau gagal ditolak maka perlu
dibandingkan antara nilai F-statistik dan nilai F-kritis dari tabel distribusi F.
Tolak H0, jika F-statistik > F-kritis
Menurut Salvatore (2001:168) nilai statistik F dapat dirumuskan sebagai
berikut:
F = variasi yang dapat dijelaskan / (k-1)___
variasi yang tidak dapat dijelaskan / (n-k)
3. Uji t
Uji statisik t adalah uji statistik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat (Kuncoro, 2001:97). Hipotesis untuk melakukan uji t pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H0: Variabel independen X tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
48
Ha: Variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen.
Keputusan pengujiannya adalah sebagai berikut (Priyatno, 2010:69):
H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
H0 ditolak jika –t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel
Berdasarkan teori yang ada sebelumnya, maka hipotesis untuk masing-
masing variabel independen adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan BI rate
H01: β1 ≥ 0
Ha1: β1 < 0
b. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar
H02: β2 ≥ 0
H02: β2 < 0
c. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan tingkat inflasi
H03: β3 ≥ 0
H03: β3 < 0
d. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan IHSG
H04: β4 ≥ 0
H04: β4 < 0
e. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan jumlah uang beredar
H05: β5 ≥ 0
H05: β5 < 0
49
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
R² dikenal dengan coefficient of determination atau coefficient of
explanation. R² mengukur proporsi dari variasi total varabel terikat yang
dijelaskan oleh variabel bebas atau variabel penjelas dalam regresi (Salvatore,
2001:166).
Nilai R² adalah di antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Kuncoro, 2001:100).
Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki
kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam
model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah
pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2adj) berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel
yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
50
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh
adanya penambahan variabel baru dalam model.
5. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression)
Model yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah model regresi linier
berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh IHSG, BI rate, tingkat
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan jumlah uang beredar terhadap return
saham. Model regresi berganda yaitu regresi yang pada saat variabel yang dicari
untuk dijelaskan di hipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau
variabel penjelas (Salvatore, 2001:164). Dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ b4 X4+ b5 X5 + ưi
Dimana:
Y = Return saham
a = Konstanta
X1 = Perubahan BI rate
X2 = Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
X3 = Perubahan Inflasi
X4 = Perubahan IHSG
X5 = Perubahan M2
b1, b2 = Koefisien Regresi
ưi = Error terms
51
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur dari nilai statistik t (uji t),
nilai statistik F (uji F), dan koefisien determinasi (Kuncoro, 2001:97).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Singkatan Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Perubahan BI Rate
∆BIR Perubahan tingkat BI rate terdahulu terhadap tingkat BI rate saat ini.
- Perubahan tingkat BI rate pada periode t - Tingkat BI rate pada periode t - Tingkat BI rate pada periode t-1
BIRt-BIRt-1 BIRt-1
Rasio
Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
∆KURS Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
- Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar periode t - Nilai tukar rupiah terhadap dolar periode t - Nilai tukar rupiah terhadap dolar periode t-1
ERt-ERt-1 ERt-1
Rasio
Perubahan Tingkat Inflasi
∆INF Perubahan tingkat inflasi terdahulu terhadap tingkat inflasi saat ini.
- Perubahan laju inflasi periode t - Tingkat inflasi pada periode t - Tingkat
INFt-INFt-1 INFt-1
Rasio
52
inflasi pada periode t-1
Perubahan IHSG
∆IHSG Perubahan nilai IHSG terdahulu terhadap nilai IHSG saat ini.
- Perubahan nilai IHSG pada periode t - Nilai IHSG pada periode t - Nilai IHSG pada periode t-1
IHSGt-IHSGt-1 IHSGt-1
Rasio
Jumlah Uang Beredar
∆M2 Perubahan jumlah uang beredar dalam arti luas.
- Perubahan jumlah uang beredar dalam arti luas periode t - Jumlah uang beredar dalam arti luas periode t - Jumlah uang beredar dalam arti luas periode t-1
M2t-M2t-1 M2t-1
Rasio
Return Saham
R Hasil yang diperoleh dari investasi saham di pasar modal.
- Return saham periode t - Harga saham periode t - Harga saham periode t-1 - Persentase dividen
Pt-Pt-1+Dt Pt-1
Rasio
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada
bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang
Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur
menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang
tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan
hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun
memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi
secara menyeluruh. Pada saat itu, menutup 194 kantor cabang yang saling
berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600
menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan
seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank
Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya
secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang
berbeda dari 4 bank pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk
mengkonsolidasikan sistem-sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga
tahun dan dana sebesar US$ 200 Juta demi mengembangkan program untuk
menggantikan core banking platform sebelumnya agar sesuai dengan standar
54
perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank Mandiri telah menyediakan system
pengolahan data straigth-through dan interface yang seragam bagi pelanggannya.
Sesuai dengan visinya, Bank Mandiri memasuki segmen bisnis yang
menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan sebagai
institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus pada
segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan konsumen dengan
strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen
pasar yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis
di Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan
menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang kami fokuskan. Selain itu,
Bank Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia.
Sebagai bank publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di
Asia Tenggara ini akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.
B. Analisis Data
1. Analisis Perkembangan BI Rate
Berikut ini perkembangan BI rate periode Desember 2008-Desember 2012
pada grafik di bawah ini:
55
Grafik 1
Sumber: www.bi.go.id (Lampiran 2 hlm. 3)
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan data BI rate
dari akhir tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami penurunan. Namun,
penurunan yang terjadi tidak signifikan. Hal tersebut dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dalam memutuskan kebijakan moneter dan juga
sebagai upaya menstabilkan perekonomian dalam negeri terhadap inflasi yang
terjadi. Selain itu, hal yang mungkin terjadi pada pertumbuhan data BI rate adalah
BI rate mampu bertahan nilainya selama beberapa periode. Hal tersebut paling
mencolok terlihat pada periode September 2009 sampai dengan Desember 2010.
Pada tahun 2009 Bank Indonesia menurunkan BI Rate dengan besaran yang
berbeda dalam tiga episode, dengan mempertimbangkan secara menyeluruh
berbagai kondisi terkini dan prospek perekonomian ke depan. Pada episode
0.00%1.00%2.00%3.00%4.00%5.00%6.00%7.00%8.00%9.00%
10.00%D
esem
ber
April
Agus
tus
Des
embe
r
April
Agus
tus
Des
embe
r
April
Agus
tus
Des
embe
r
April
Agus
tus
Des
embe
r2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan BI Rate Periode Desember 2008-Desember 2012
Perkembangan BI RatePeriode Desember 2008-Desember 2012
56
pertama, yaitu Januari-Maret 2009 penurunan BI Rate dilakukan cukup agresif
sebesar 50 bps setiap bulan sehingga pada Maret 2009 tercatat pada level 7,75%.
Respon penurunan BI Rate yang agresif itu ditempuh dengan mempertimbangkan
tekanan pada sistem keuangan yang masih tinggi dan tren perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut, sedangkan tekanan inflasi ke depan
diperkirakan masih belum kuat. Pada episode kedua, yaitu April-Agustus 2009
penurunan BI Rate ditetapkan lebih kecil menjadi 25 bps per bulan hingga
mencapai 6,50% pada Agustus 2009. Pada episode ketiga, yaitu September-
Desember 2009 BI Rate dipertahankan di level 6,50%. Dengan perkembangan
tersebut, BI Rate pada tahun 2009 telah menurun sebesar 275 bps dibandingkan
Desember 2008 sebesar 9,25%.
Sepanjang tahun 2010, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate sebesar
6,5% yang lebih didasari oleh pertimbangan bahwa sumber tekanan inflasi
terutama pada sisi suplai perekonomian akibat terganggunya pasokan dan
permasalahan distribusi bahan pangan. Di sisi permintaan domestik, berbagai
indikator menunjukkan indikasi awal pemulihan ekonomi dengan struktur yang
lebih kuat dimana kenaikan konsumsi diikuti oleh perbaikan investasi. Bank
Indonesia memandang pentingnya menjaga momentum pemulihan ekonomi yang
terjadi.
Kebijakan moneter pada awal tahun 2011 ditandai dengan dipertahankannya
level BI Rate pada 6,5%. Kebijakan moneter tersebut merupakan kelanjutan dari
stance kebijakan moneter selama tahun 2010. Level BI Rate sebesar 6,5%
dipandang masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap
57
kondusif untuk menjaga stabilitas sistem keuangan serta mendorong intermediasi
perbankan. Pada bulan Februari 2011, BI Rate dinaikkan 25 bps menjadi 6,75%
sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi yang pada saat
itu terindikasi mulai meningkat.
Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pada tahun 2012 langkah-
langkah yang terukur dan terintegrasi diperlukan guna memastikan penyesuaian
defisit transaksi berjalan berlangsung secara gradual menuju level yang
sustainable. Langkah kebijakan tersebut ditempuh sekaligus untuk memberikan
ruang bagi kondisi sektor riil yang tetap solid, didukung oleh inflasi yang tetap
terkendali. Dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia tetap
mempertahankan BI Rate sepanjang triwulan III-2012 pada level 5,75%. Bank
Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan
tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun
2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter,
Bank Indonesia memperkuat operasi moneter untuk mendukung stabilitas nilai
tukar rupiah dan pengendalian likuiditas. Sejalan dengan itu, sementara suku
bunga BI Rate dipertahankan tetap pada tingkat 5,75%, koridor bawah operasi
moneter dipersempit dengan menaikkan suku bunga Deposit Facility.
Data dari perhitungan tingkat suku bunga bank Indonesia diambil setiap
akhir bulan mulai dari bulan Desember tahun 2008 sampai dengan bulan
Desember tahun 2012, data diperoleh dari laporan moneter Bank Indonesia.
58
Tabel 3 Perkembangan BI Rate
Periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan BI
Rate Tahun Bulan
BI Rate
2009 Januari 8,75% 2011 Januari 6,50% Februari 8,25% Februari 6,75% Maret 7,75% Maret 6,75% April 7,50% April 6,75% Mei 7,25% Mei 6,75% Juni 7,00% Juni 6,75% Juli 6,75% Juli 6,75% Agustus 6,50% Agustus 6,75% September 6,50% September 6,75% Oktober 6,50% Oktober 6,50% Nopember 6,50% Nopember 6,00% Desember 6,50% Desember 6,00%
2010 Januari 6,50% 2012 Januari 6,00% Februari 6,50% Februari 5,75% Maret 6,50% Maret 5,75% April 6,50% April 5,75% Mei 6,50% Mei 5,75% Juni 6,50% Juni 5,75% Juli 6,50% Juli 5,75% Agustus 6,50% Agustus 5,75% September 6,50% September 5,75% Oktober 6,50% Oktober 5,75% Nopember 6,50% Nopember 5,75% Desember 6,50% Desember 5,75%
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
59
2. Analisis Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Kurs mata uang dolar pada penelitian ini adalah data kurs dolar bulanan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Berikut ini adalah data table kurs rupiah
terhadap dolar periode Desember 2008-Desember 2012 :
Tabel 4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan Kurs Tahun Bulan Kurs
2009 Januari 11080,5 2011 Januari 9037,38 Februari 11852,8 Februari 8912,56 Maret 11849,6 Maret 8761,48 April 11025,1 April 8651,3 Mei 10392,7 Mei 8555,8 Juni 10206,6 Juni 8564 Juli 10111,3 Juli 8533,24 Agustus 9977,6 Agustus 8532 September 9900,72 September 8765,5 Oktober 9482,73 Oktober 8895,24 Nopember 9469,95 Nopember 9015,18 Desember 9457,75 Desember 9088,48
2010 Januari 9275,45 2012 Januari 9109,14 Februari 9348,21 Februari 9025,76 Maret 9173,73 Maret 9165,33 April 9027,33 April 9175,5 Mei 9183,21 Mei 9290,24 Juni 9148,36 Juni 9451,14 Juli 9049,45 Juli 9456,59 Agustus 8971,76 Agustus 9499,84 September 8973,5 September 9566,35 Oktober 8927,9 Oktober 9597,14 Nopember 8938,38 Nopember 9627,95 Desember 9022,62 Desember 9645,89
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
60
Dalam dua tahun terakhir sejak lebaran, terjadi depresiasi nilai rupiah
terhadap dolar Amerika, rata-rata dari 8582 ke 8856, atau dolar naik 3,2%.
Sebagian investor, terutama yang mencoba berpikir seperti investor asing
berlogika: penurunan nilai rupiah akan membuat nilai saham di BEI dalam kurs
mata uang di negara asalnya juga menurun. Misalnya, jika sebelumnya dalam kurs
8500, harga ASII di 85000, adalah US$10, dengan kurs 10000, harga ASII di
85000, cuma US$8,5. Hal ini membuka kekhawatiran baru bahwa investor asing
akan keluar dari BEI. Kepemilikan asing di BEI mencapai hampir 60%, melebihi
kepemilikan investor lokal yang cuma 40%, jadi hal ini mungkin akan memicu
capital outflow. Apalagi memang terlihat setiap hari net sell asing terus terjadi.
Yang kedua, dalam suatu negara yang ketergantungan impornya tinggi,
penurunan nilai kurs bisa jadi membuka kekhawatiran mengenai inflasi. Bahan
baku impor membuat produsen harus menaikkan harga jual produknya, yang pada
akhirnya berujung kenaikan harga barang, inflasi.
Berikut ini perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar periode
Desember 2008-Desember 2012 pada grafik di bawah ini
61
Grafik 2
Sumber: www.bi.go.id (Lampiran 3 hlm. 5)
Berdasarkan grafik di atas, dapat terlihat bahwa sepanjang periode
Desember 2008-Desember 2012 alur pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar
cenderung berkisar di angka Rp 8.000,00 sampai dengan Rp 10.000,00. Namun,
nilai tukar rupiah terhadap dolar terlihat melemah mulai periode September 2008
sampai dengan Maret 2009. Nilai tukar tertinggi pada saat itu adalah sebesar Rp
11.852,75 pada bulan Februari 2009.
3. Analisis Perkembangan Tingkat Inflasi
Rp-
Rp2,000.00
Rp4,000.00
Rp6,000.00
Rp8,000.00
Rp10,000.00
Rp12,000.00
Rp14,000.00
Des
embe
rFe
brua
riAp
rilJu
niAg
ustu
sO
ktob
erD
esem
ber
Febr
uari
April
Juni
Agus
tus
Okt
ober
Des
embe
rFe
brua
riAp
rilJu
niAg
ustu
sO
ktob
erD
esem
ber
Febr
uari
April
Juni
Agus
tus
Okt
ober
Des
embe
r
2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Periode Desember 2008-
Desember 2012
62
Tekanan inflasi menjadi tinggi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk
mengurangi berbagai subsidi guna mendorong pembentukan harga berdasarkan
mekanisme pasar. Inflasi merupakan proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi
rendahnya tingkat harga. Artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum
dianggap inflasi.
Di Indonesia tingkat inflasi selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun. Penyebabnya beragam, mulai dari naiknya harga minyak dunia dan
kegagalan produksi panen petani dalam negeri. Inflasi di Indonesia juga kerap
timbul sebagai akibat dari krisis ekonomi dunia. Penyebabnya adalah dalamnya
integrasi sistem keuangan dalam negeri dan luar negeri. Bahkan tak jarang
dampak yang ditimbulkan dari faktor luar negeri justru menghambat
perekonomian di Indonesia. Data dari bank Indonesia menggambarkan betapa
besar pengaruh luar negeri terhadap perekonomian di Indonesia. Terutama ketika
terjadi krisis ekonomi dunia, tingkat inflasi di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan.
Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan
inflasi per bulan periode Desember 2008 hingga Desember 2012.
63
Tabel 5
Data Inflasi Periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan Inflasi Tahun Bulan Inflasi 2009 Januari -0,07 2011 Januari 0,89
Februari 0,21 Februari 0,13 Maret 0,22 Maret -0,32 April -0,31 April -0,31 Mei 0,04 Mei 0,12 Juni 0,11 Juni 0,55 Juli 0,45 Juli 0,67
Agustus 0,56 Agustus 0,93 September 1,05 September 0,27
Oktober 0,19 Oktober -0,12 Nopember -0,03 Nopember 0,34 Desember 0,33 Desember 0,57
2010 Januari 0,84 2012 Januari 0,76 Februari 0,30 Februari 0,05 Maret -0,14 Maret 0,07 April 0,15 April 0,21 Mei 0,29 Mei 0,07 Juni 0,97 Juni 0,62 Juli 1,57 Juli 0,70
Agustus 0,76 Agustus 0,95 September 0,44 September 0,01
Oktober 0,06 Oktober 0,16 Nopember 0,60 Nopember 0,07 Desember 0,92 Desember 0,54
Sumber : Biro Pusat Statistik
Dari tabel dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009
hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan tingkat
64
inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli tahun 2010 yakni sebesar 1,57%,
sedangkan yang terendah adalah pada September 2012 sebesar 0,01%.
Berikut ini perkembangan tingkat inflasi periode Desember 2008-Desember
2012 pada grafik di bawah ini:
Grafik 3
Sumber: www.bps.go.id (Lampiran 2 hlm. 3)
Pada bulan Desember 2008 tingkat inflasi sebesar -0,04%. Seperti yang
dapat terlihat pada grafik diatas bahwa tingkat pertumbuhan inflasi berfluktuasi di
tiap periodenya. Selain itu, inflasi tertinggi dicapai pada periode Juli 2008 dengan
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
Des
embe
rM
aret
Juni
Sept
embe
rD
esem
ber
Mar
etJu
niSe
ptem
ber
Des
embe
rM
aret
Juni
Sept
embe
rD
esem
ber
Mar
etJu
niSe
ptem
ber
Des
embe
r
2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan Tingkat Inflasi Periode Desember 2008-Desember 2012
Perkembangan TingkatInflasi Periode Desember2008-Desember 2012
65
tingkat inflasi sebesar 1,57%. Inflasi tersebut merupakan inflasi tertinggi pada
periode Desember 2008-Desember 2012.
Jika diperhatikan di setiap bulan Maret atau April, baik itu di tahun 2009,
2010, dan 2011 telah terjadi deflasi pada periode tersebut dan 2 periode
diantaranya terjadi sangat signifikan dan terlihat mecolok terjadi di bulan April
2009 terjadi deflasi sebesar -0,31%, di bulan Maret 2010 sebesar -0,14 dan pada
Maret 2011 sebesar -0,32%. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa
sebagai berikut: kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar;
kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah
raga; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.
Dalam hal ini, kelompok yang berpengaruh terhadap terjadinya deflasi pada
April 2009 yang diperkirakan telah berpengaruh terhadap terjadinya deflasi adalah
kelompok bahan makanan -1,33% dan kelompok sandang sebesar -1,70%.
Terakhir pada Maret 2010, deflasi diperkirakan telah dipengaruhi oleh bahan
makanan sebesar -0,91%.
4. Analisis Perkembangan IHSG
Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan
inflasi per bulan periode Desember 2008 hingga Desember 2012.
66
Tabel 6
IHSG periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan IHSG Tahun Bulan IHSG
2009 Januari Rp 1.333 2011 Januari Rp 3.409 Februari Rp 1.285 Februari Rp 3.470 Maret Rp 1.434 Maret Rp 3.679 April Rp 1.723 April Rp 3.820 Mei Rp 1.917 Mei Rp 3.837 Juni Rp 2.027 Juni Rp 3.889 Juli Rp 2.323 Juli Rp 4.131 Agustus Rp 2.342 Agustus Rp 3.842 September Rp 2.468 September Rp 3.549 Oktober Rp 2.368 Oktober Rp 3.791 Nopember Rp 2.416 Nopember Rp 3.715 Desember Rp 2.534 Desember Rp 3.822
2010 Januari Rp 2.611 2012 Januari Rp3.942 Februari Rp 2.549 Februari Rp3.985 Maret Rp 2.777 Maret Rp4.122 April Rp 2.971 April Rp4.181 Mei Rp 2.797 Mei Rp3.833 Juni Rp 2.914 Juni Rp3.956 Juli Rp 3.069 Juli Rp4.142 Agustus Rp 3.082 Agustus Rp4.060 September Rp 3.501 September Rp4.263 Oktober Rp 3.635 Oktober Rp4.350 Nopember Rp 3.531 Nopember Rp4.276 Desember Rp 3.704 Desember Rp4.317
Sumber : yahoo finance (data diolah)
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar telah membawa dampak
positif terhadap kegiatan di pasar modal, khususnya pada perusahaan-perusahaan
yang sahamnya sudah go public. Indikatornya adalah menaikya Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. IHSG berada pada kisaran Rp.2000
67
pada tahun 2009 dan naik menjadi Rp.4000 pada akhir 2012. Hal ini menandakan
geliat pasar modal Indonesia bertambah tiap tahunnya.
Berikut ini perkembangan IHSG periode Desember 2008-Desember 2012
pada grafik di bawah ini:
Grafik 4
Sumber: www.finance.yahoo.com (Lampiran 2 hlm. 3) Ilustrasi di atas menggambarkan perkembangan IHSG pada periode
Desember 2008-Desember 2012 mengalami perubahan hampir di setiap bulannya.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor perekonomian yang terjadi baik di dalam
maupun di luar negeri. Seperti pada periode Mei 2010 misalnya, dampak dari
krisis Yunani sempat dirasakan dari dalam negeri dan diduga juga memberikan
sentimen negatif pada pasar modal Indonesia.
Rp- Rp1,000.00 Rp2,000.00 Rp3,000.00 Rp4,000.00 Rp5,000.00
Dese
mbe
rAp
rilAg
ustu
sDe
sem
ber
April
Agus
tus
Dese
mbe
rAp
rilAg
ustu
sDe
sem
ber
April
Agus
tus
Dese
mbe
r
2008
2009 2010 2011 2012
Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Periode Desember 2008-
Desember 2012
Perkembangan IndeksHarga Saham GabunganPeriode Desember 2008-Desember 2012
68
Dari ilustrasi grafik di atas dapat dipastikan bahwa nilai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) selalu berfluktuasi di setiap periodenya, baik harian,
bulanan, maupun tahunan.
5. Analisis Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar pada penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam
kategori M2 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia periode Desember 2008-
Desember 2012.
Tabel 7
Jumlah Uang Beredar (M2) periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan M2 Tahun Bulan M2
2009 Januari 1.874.145 2011 Januari 2.436.679 Februari 1.900.208 Februari 2.420.191 Maret 1.916.752 Maret 2.451.357 April 1.912.623 April 2.434.478 Mei 1.927.070 Mei 2.475.286 Juni 1.977.532 Juni 2.522.784 Juli 1.960.950 Juli 2.564.556 Agustus 1.995.294 Agustus 2.621.346 September 2.018.510 September 2.643.331 Oktober 2.021.517 Oktober 2.677.787 Nopember 2.062.206 Nopember 2.729.538 Desember 2.141.384 Desember 2.877.220
2010 Januari 2.073.860 2012 Januari 2.854.978 Februari 2.066.481 Februari 2.849.796 Maret 2.112.083 Maret 2.911.920 April 2.116.024 April 2.927.259 Mei 2.143.234 Mei 2.992.057 Juni 2.231.144 Juni 3.050.355 Juli 2.217.589 Juli 3.054.836 Agustus 2.236.459 Agustus 3.089.011 September 2.274.955 September 3.125.533 Oktober 2.308.846 Oktober 3.161.726
69
Tahun Bulan M2 Tahun Bulan M2
Nopember 2.347.807 Nopember 3.205.129 Desember 2.471.206 Desember 3.304.645
Sumber : Bank Indonesia (dalam miliar rupiah)
Rata-rata jumlah uang beredar (M2) selama data penelitian adalah Rp
2.451.868,288 miliar, sedangkan jumlah uang beredar tertinggi adalah Rp
2.347.807 miliar terjadi pada bulan November 2010 dan jumlah uang beredar
terendah adalah Rp 1.874.145 pada Januari 2009. Bila dilihat tabel jumlah uang
beredar tiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Hal ini juga
menandakan bahwa jumlah uang beredar yang sifatnya spekulatif pun tinggi,
sehingga nantinya akan berdampak pada harga saham suatu perusahaan.
Berikut ini perkembangan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) periode
Desember 2008-Desember 2012 pada grafik di bawah ini:
70
Grafik 5
Sumber: www.bi.go.id (Lampiran 3 hlm. 5) Berdasarkan perkembangan data jumlah uang beredar dalam arti luas atau
yang biasa disebut M2 diatas, dapat terlihat jelas bahwa tingkat pertumbuhan yang
terjadi selama periode Desember 2008-Desember 2012 cenderung meningkat di
tiap bulannya hingga di akhir periode Desember 2012 M2 mencapai Rp 3.304.645
(Dalam miliar rupiah).
Pertumbuhan jumlah uang beredar pada suatu negara secara langsung dan
atau tidak langsung menunjukkan bahwa kondisi perekonomian negara tersebut
telah semakin makmur, begitu pula sebaliknya.
6. Analisis Perkembangan Return Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
Des
e…
April
Agus
tus
Des
e…
April
Agus
tus
Des
e…
April
Agus
tus
Des
e…
April
Agus
tus
Des
e…
2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan JUB Dalam Arti Luas (M2) Periode Desember 2008-Desember 2012
PerkembanganJUB Dalam ArtiLuas (M2) PeriodeDesember 2008-Desember 2012
71
Data penelitian perkembangan return saham Bank Mandiri diambil dari
periode Desember 2008-Desember 2012.
Tabel 8
Harga Saham Bank Mandiri periode Desember 2008-Desember 2012
Tahun Bulan BMRI Tahun Bulan BMRI
2009 Januari Rp 1.820 2011 Januari Rp 5.950 Februari Rp 1.740 Februari Rp 5.800 Maret Rp 2.175 Maret Rp 6.800 April Rp 2.775 April Rp 7.150 Mei Rp 2.975 Mei Rp 7.200 Juni Rp 3.175 Juni Rp 7.200 Juli Rp 4.175 Juli Rp 7.850 Agustus Rp 4.100 Agustus Rp 6.850 September Rp 4.700 September Rp 6.300 Oktober Rp 4.675 Oktober Rp 7.150 Nopember Rp 4.450 Nopember Rp 6.400 Desember Rp 4.700 Desember Rp 6.750
2010 Januari Rp 4.675 2012 Januari Rp6.700 Februari Rp 4.475 Februari Rp6.450 Maret Rp 5.350 Maret Rp6.850 April Rp 5.800 April Rp7.400
Mei Rp 5.350 Mei Rp6.900
2011 Juni Rp 6.000 2012 Juni Rp7.200
Juli Rp 6.000 Juli Rp8.300 Agustus Rp 5.900 Agustus Rp7.800 September Rp 7.200 September Rp8.200 Oktober Rp 7.000 Oktober Rp8.250 Nopember Rp 6.400 Nopember Rp8.250 Desember Rp 6.500 Desember Rp7.800
Sumber: www.finance.yahoo.com
72
Berikut ini perkembangan return saham periode Desember 2008-Desember
2012 pada grafik di bawah ini:
Grafik 6
Sumber: www.finance.yahoo.com (Lampiran 1 hlm. 1)
Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat bahwa sepanjang tahun 2009,
return saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengalami fluktuasi yang
signifikan. Return saham Bank Mandiri dibuka sebesar -10,12% pada awal tahun
2009. Namun, pada bulan April 2009 return saham Bank Mandiri kembali
melonjak naik menjadi 31,50 %. Kenaikan return saham Bank Mandiri tentu saja
disebabkan kinerja keuangan yang baik, sehingga hal tersebut mendorong para
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan ini.
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
Dese
mbe
r
April
Agus
tus
Dese
mbe
r
April
Agus
tus
Dese
mbe
r
April
Agus
tus
Dese
mbe
r
April
Agus
tus
Dese
mbe
r
2008
2009 2010 2011 2012
Perkembangan Return Saham Bank Mandiri Periode Desember 2008-
Desember 2012
Perkembangan ReturnSaham Bank MandiriPeriode Desember 2008-Desember 2012
73
C. Analisis Hasil Hitung
Setelah diketahui perkembangan BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar,
tingkat inflasi, IHSG, jumlah uang beredar, dan return saham pada PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk., maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi
hasil analisis statistik dari data yang telah diolah dengan analisis regresi linier
berganda, analisis determinasi, uji t, dan uji F. Namun sebelum itu terlebih dahulu
dilakukan beberapa uji asumsi-asumsi model regresi yaitu uji normalitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas. Analisis ini menggunakan
bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for
Windows.
1. Hasil Uji Asumsi-Asumsi Model Regresi
a. Uji Normalitas
Tahap pertama untuk pemeriksaan asumsi model regresi adalah dengan
pemeriksaan terhadap asumsi kenormalan, pemeriksaan normalitas dilakukan
dengan melihat output Normal P-P Plot sebagai berikut:
74
Gambar 3
Berdasarkan gambar tersebut diatas, dapat dilihat bahwa tebaran titik-
titik yang ada pada gambar berada disekitar garis lurus, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggambarkan residual atau
galat atau secara lebih formal dengan menggunakan statistik Durbin Watson (d).
75
Gambar 4
Hasil Durbin Watson
Autokorelasi
positif
Daerah
keragu-raguan
Tidak ada
autokorelasi
Daerah
keragu-raguan
Autokorelasi
negatif
0 dl du DW 4-du 4-dl 4
Berdasarkan data yang telah diolah dalam tabel 3 berikut ini dari
statistik Durbin Watson diperoleh nilai DW sebesar 2,103.
Tabel 9 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .876a .768 .741 .0532926 2.103
a. Predictors: (Constant), M2, IHSG, Inflasi, BI Rate, Kurs
b. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
Berdasarkan tabel DW diketahui bahwa nilai dl = 1,3167, du = 1,7725,
4-du = 2,2275, dan 4-dl = 2,6833. Selain itu, untuk dapat memenuhi uji
autokorelasi, nilai DW harus berada di antara du dan 4-du. Nilai Durbin Watson
adalah sebesar 2,103, karena nilai DW tersebut berada di antara du dan 4-du,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi positif maupun negatif dan uji
autokorelasi terpenuhi.
76
c. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi apakah ada heteroskedastisitas atau
tidak yaitu dengan cara melihat plot antara nilai-nilai prediksi dengan residualnya.
Hasil plot dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 5
Pencaran plot dari return saham Bank Mandiri yang ada pada gambar
diatas menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat terlihat
dari hasil plot pencaran titik-titik pada gambar 4.2 diatas cenderung acak atau
tidak membentuk pola tertentu dan menyebar disekitar angka nol, hal ini
menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
77
d. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas maka dilakukan
pemeriksaan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada model
regresi. Pada umumnya jika VIF lebih dari 10, maka variabel tersebut mempunyai
persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Berikut hasil
pemeriksaan uji multikolinieritas:
Tabel 10 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
BI Rate .592 1.688
Kurs .515 1.940
Inflasi .864 1.158
IHSG .882 1.134
M2 .681 1.469
a. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
Berdasarkan tabel diatas, ternyata nilai VIF lebih kecil dari 10
untuk semua variabel bebas. Demikian pula nilai tolerance pada tabel di atas lebih
dari 0,1 untuk semua variabel bebas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat multikolinieritas antara variabel bebas dalam model regresi.
78
2. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variasi dari semua
variabel bebas (X) menerangkan proporsi yang signifikan dari variasi pada
variabel terikat (Y). Hipotesis untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut:
H0(6): Perubahan IHSG, BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dolar, jumlah uang beredar secara simultan (bersama-sama) tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Ha(6): Perubahan IHSG, BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dolar, jumlah uang beredar secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh terhadap return saham.
Berikut ini merupakan hasil pengujian variabel secara simultan yang
ditunjukkan pada tabel 4.5:
Tabel 11 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .395 5 .079 27.844 .000a
Residual .119 42 .003
Total .515 47
a. Predictors: (Constant), M2, IHSG, Inflasi, BI Rate, Kurs
b. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
79
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 27,844.
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) =
5, dan df 2 (n-k-l) = 48-5-1 = 42 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah
variabel independen), hasil yang diperoleh untuk F tabel adalah sebesar 2,438.
Berdasarkan analisis di atas maka diperoleh nilai F hitung > F tabel (27,844
> 2,438), maka H0(6) ditolak artinya Perubahan IHSG, BI rate, tingkat inflasi, nilai
tukar rupiah terhadap dolar, jumlah uang beredar secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. selama periode Desember 2008 sampai dengan Desember 2012.
3. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Berikut ini hasil pengujian variabel secara parsial yang ditunjukkan pada
tabel 4.4:
80
Tabel 12 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.325 1.740 -.761 .451
BI Rate .411 .468 .085 .878 .385
Kurs .107 .142 .078 .753 .455
Inflasi -.001 .002 -.041 -.515 .609
IHSG 1.559 .141 .875 11.059 .000
M2 .024 .055 .038 .425 .673
a. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
a. Pengaruh Perubahan BI Rate terhadap Return Saham
Hipotesis
H0(1): Perubahan BI rate tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(1): Perubahan BI rate berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai t hitung sebesar 0,878. Dengan
menggunakan a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
81
atau 48-5-1 = 42 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025), hasil diperoleh untuk t tabel adalah
sebesar 2,018.
Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh nilai t hitung < t tabel (0,878 <
2,018), maka H0(1) diterima artinya secara parsial perubahan BI rate tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk.
b. Pengaruh Perubahan Kurs terhadap Return Saham
Hipotesis
H0(2): Perubahan Kurs tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(2): Perubahan Kurs berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh t hitung < t tabel (0,753 < 2,018), maka
H0(2) diterima, artinya secara parsial perubahan BI rate tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
c. Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi terhadap Return Saham
Hipotesis
H0(3): Perubahan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(3): Perubahan tingkat inflasi berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh -t hitung > -t tabel (-0,515 > -1,997), maka
H0(3) diterima, artinya secara parsial perubahan tingkat inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
d. Pengaruh Perubahan IHSG terhadap Return Saham
Hipotesis
82
H0(4): Perubahan IHSG tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha(4): Perubahan IHSG berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh t hitung > t tabel (11.059 > 2,018), maka
H0(4) ditolak, artinya secara parsial perubahan IHSG berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
e. Pengaruh Perubahan Jumlah Uang Beredar terhadap Return Saham
Hipotesis
H0(5): Perubahan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap return
saham.
Ha(5): Perubahan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh t hitung < t tabel (0,425 < 2,018), maka
H0(5) diterima, artinya secara parsial perubahan jumlah uang beredar tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi (R2) mengukur proporsi dari variasi total variabel
terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas atau variabel penjelas dalam regresi.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai
R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
83
maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square
(R2adj).
Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.11 di
bawah ini:
Tabel 13 Hasil Analisis Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .876a .768 .741 .0532926
a. Predictors: (Constant), M2, IHSG, Inflasi, BI Rate, Kurs
b. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
Dari hasil penelitian diperoleh R (korelasi) sebesar 0,876. Hal ini
menunjukkan terjadi korelasi yang sangat kuat (0,80 – 1,000) antara perubahan
IHSG, BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan jumlah uang
beredar terhadap return saham.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka adj R2 (adjusted R square)
sebesar 0,741 atau 74,1%. Artinya, seluruh variabel independen (BI rate, nilai
tukar rupiah terhadap dolar, tingkat inflasi, IHSG, dan jumlah uang beredar)
hanya menjelaskan variasi dari variabel dependen (return saham) sebesar 74,1 %,
sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
84
dalam pengujian ini. Pengaruh lain yang mempengaruhi return saham adalah
sebesar 25,9 %.
5. Interpretasi
Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 17.0 for
Windows, dan setelah diolah maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 14 Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.325 1.740 -.761 .451
BI Rate .411 .468 .085 .878 .385
Kurs .107 .142 .078 .753 .455
Inflasi -.001 .002 -.041 -.515 .609
IHSG 1.559 .141 .875 11.059 .000
M2 .024 .055 .038 .425 .673
a. Dependent Variable: Return Saham Bank Mandiri
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat dibuat model regresi yang
menyangkut variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu:
Y = -1,325 + 1,559 X4
85
Keterangan:
Y = Return saham
a = Konstanta
X4 = Indeks Harga Saham Gabungan
b4 = Koefisien regresi
Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterpretasikan bahwa dari 5
variabel yang digunakan, hanya ada 1 variabel yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (tingkat pengembalian saham Bank
Mandiri), yaitu Indeks Harga Saham Gabungan. Sementara variabel BI Rate,
nilai tukar rupiah terhadap dolar, inflasi dan jumlah uang beredar (M2) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tingkat
pengembalian saham Bank Mandiri).
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di atas
adalah sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar -1,325: artinya jika BI rate (X1), nilai tukar rupiah terhadap
dolar (X2), tingkat inflasi (X3), IHSG (X4), dan jumlah uang beredar (X5)
nilainya adalah 0, maka tingkat return saham (Y) bernilai sebesar -1,325%.
b. Pengaruh BI Rate terhadap tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan pada tabel 14. di atas, variabel BI Rate mempunyai nilai
signifikansi 0,385 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat
disimpulkan bahwa BI Rate tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian
saham.
86
Koefisien parameter BI rate yang positif mungkin dapat dijelaskan sebagai
berikut, ketika BI rate naik sebagian investor akan menjual sahamnya dan
mengalihkan uangnya pada pasar uang, sementara investor lain menunggu
sampai saham-saham tersebut oversold dan membeli saham tersebut ketika
harga sudah sangat murah, ketika suku bunga perlahan turun karena bank-
bank kelebihan likuiditas maka saham-saham tersebut kembali menjadi
rebutan dan harganya melonjak naik. Penjelasan lain mungkin dapat
diterangkan dengan kenyataan bahwa pada waktu itu sektor ril macet karena
tiadanya kucuran kredit dari perbankan. Perbankan pada waktu itu merasa
pengucuran kredit pada sektor ril mengandung resiko yang besar dikarenakan
adanya pengaruh yang sangat besar dari perdagangan bebas. Oleh karena itu
pihak perbankan menanamkan uangnya pada investasi yang bebas dari resiko
dalam hal ini bank-bank menanamkan uangnya pada Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Sehingga akibatnya pengusahan sector riil mengharapkan
suntikan dana dari pasar modal dan mereka menerbitkan saham-saham baru
pada saat permintaan menurun akibatnya saham-saham tersebut berharga
murah, namun sebagian investor berani membeli saham-saham tersebut dan
berharap harganya segera akan naik, dan kenyataannya memang harga
saham-saham tersebut berangsur-angsur naik dan menghasilkan capital gain.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan
Azmi (2005), Astrid Angelina (2011), Renny Wijaya (2013) yang
menyimpulkan bahwa tingkat pengembalian saham tidak bergantung pada BI
Rate.
87
c. Pengaruh kurs terhadap tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan pada tabel 14. di atas, variabel BI Rate mempunyai nilai
signifikansi 0,455 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kurs rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengembalian saham.
Penulis menduga terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham diantaranya adalah tidak adanya pergerakan yang
signifikan pada kurs mata uang dolar. Sedangkan disisi lain, pasar saham
yang diwakili dengan harga saham Bank Mandiri cenderung mengalami
penguatan. Hal ini diduga bahwa Bank Indonesia (BI) telah melakukan
intervensi ke dalam pasar uang untuk menjaga batas atas dan batas bawah
nilai tukar rupiah terhadap dolar, sehingga kurs mata uang rupiah terhadap
dolar tetap stabil dan tidak mempengaruhi pasar saham. Oleh karena itu
hipotesa kurs mata uang rupiah terhadap dolar berpengaruh secara positif
terhadap tingkat pengembalian saham Bank Mandiri diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nathan
Lael dan Panayiotis Vezos (2006), Achmad Thobarry (2009), dan Astrid
Angelina (2011) yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh secara positif
terhadap tingkat pengembalian saham.
d. Pengaruh inflasi terhadap tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan pada tabel 14. di atas, variabel BI Rate mempunyai nilai
signifikansi 0,609 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat
88
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian
saham.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Heru
Nugroho (2008) dan Astrid Angelina (2013) yang menyatakan bahwa inflasi
memiliki hubungan negative terhadap tingkat pengembalian saham. Hal ini
berarti naiknya inflasi akan menurunkan harga saham, begitu juga sebaliknya.
Penulis menduga bahwa tingkat inflasi di Indonesia bukan termasuk tingkat
inflasi yang terlalu tinggi sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap harga
saham.
e. Pengaruh IHSG terhadap tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan pada tabel 14 di atas, variabel perubahan IHSG mempunyai nilai
signifikasi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima H4 sehingga dapat
disimpulkan bahwa perubahan IHSG berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham. Hubungan antara perubahan IHSG dan tingkat
pengembalian saham bersifat positif. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Astrid Angelina (2013) menyimpulkan bahwa
perubahan IHSG mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pengembalian
saham.
IHSG pada tahun penelitian cenderung mengalami peningkatan. Hal ini bisa
dilihat dari awal tahun 2009 sekitar Rp.1300 naik menjadi Rp.4000 pada akhir
tahun 2012. Menaiknya IHSG berarti menggambarkan naiknya beberapa harga
saham secara keseluruhan, terutama untuk saham-saham yang tergolong blue
chip. Untuk harga saham Bank Mandiri sendiri memang mengalami
89
peningkatan dari tahun ke tahun penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa
IHSG mempunyai hubungan positif terhadap tingkat pengembalian saham.
Koefisien regresi variabel IHSG (X4) sebesar 1,559: artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan IHSG mengalami kenaikan sebesar 1,00
poin, maka tingkat return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
1,559%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
IHSG dengan return saham, yang artinya semakin naik nilai IHSG maka
semakin naik pula nilai return saham.
f. Pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan pada tabel 14. di atas, variabel BI Rate mempunyai nilai
signifikansi 0,673 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah uang beredar (M2) tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengembalian saham.
Penulis menduga hubungan positif antara jumlah uang beredar dengan tingkat
pengembalian saham dikarenakan masyarakat Indonesia telah menggunakan
uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga atau saham.
Oleh karena itu jumlah uang beredar memiliki hubungan positif terhadap
tingkat pengembalian saham diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Heru
Nugroho (2008) dan Astrid Angelina (2011) yang menyatakan bahwa jumlah
uang beredar dalam arti luas (M2) memiliki hubungan positif terhadap tingkat
pengembalian saham.
90
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data bulanan periode
Desember 2008 - Desember 2012 terhadap return saham PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk. dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan software
SPSS 17.0 menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 95% variabel perubahan
IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
2. Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 95% variabel perubahan BI
rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
3. Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 95% variabel perubahan
tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
4. Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 95% variabel perubahan
nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
5. Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 95% variabel perubahan
jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
91
6. Berdasarkan hasil uji F, pada tingkat kepercayaan 95%, variabel independen
pada penelitian yang terdiri dari perubahan IHSG, BI rate, tingkat inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan jumlah uang beredar secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
Tanda koefisen positif untuk variabel BI rate (X1) sekilas memperlihatkan
bahwa investor mensyaratkan pendapatan (keuntungan) yang lebih tinggi bila
suku bunga naik agar ia tetap bersedia memegang atau membeli saham tersebut.
Namun koefisien positif tersebut juga dapat dilihat sebagai penyimpangan
terhadap logika teoritis yang berlaku. Secara teori seharusnya ada hubungan yang
berlawanan antara return saham dengan BI rate secara umum, semakin tinggi
tingkat suku bunga deposito misalnya (BI rate juga menjadi acuan pada bunga
perbankan pada umumnya) akan menyebabkan turunnya harga saham dan
akhirnya pada return saham. Keyataan yang ditemukan menunjukkan hal
berlawanan dengan logika teori ini, kemungkinan besar disebabkan oleh :
1. Besarnya nilai variasi perubahan return saham dari waktu ke waktu
observasi.
2. Perilaku investor yang sulit ditebak, seperti yang kita ketahui banyak
sekali motif seorang investor sewaktu membeli saham, misalnya ada
investor yang mengharapkan hasil dari naik-turunnya harga saham,
disamping ada investor yang menginginkan kepemilikan dalam jangka
panjang, lalu ada jenis investor yang berani mengambil resiko dan ada
investor yang penghindar resiko.
92
Untuk tanda koefisien variabel bebas lainnya mungkin sudah sesuai dengan
logika teori pada tinjauan pustaka yang ada.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
praktisi bisnis atau investor untuk memperhatikan faktor IHSG, karena IHSG
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap return saham PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel-variabel
makroekonomi lainnya, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan
yang mampu mempengaruhi return saham pada perusahaan yang
bersangkutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya juga disarankan untuk meneliti variabel-variabel
mikroekonomi, yaitu variabel yang berasal dari dalam perusahaan yang
diperkirakan mampu untuk mempengaruhi return saham pada perusahaan
yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri. Afdhalul. (2011). Analisis Pengaruh Perubahan Kurs, Inflasi, Tingkat Suku Bunga BI dan Volume Perdagangan Terhadap Harga Saham Bank Persero. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta : Program Studi Manajemen ABFI Institute Perbanas.
Angelina, Astrid. (2011). Pengaruh Perubahan IHSG, BI Rate, Tingkat Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Dolar, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Return Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Studi Manajemen ABFI Institute Perbanas.
Arsyad, Lincolin. (1996). Ekonomi Manajerial. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Endri. (2006). Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Tingkat Bunga Terhadap Return
Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Universitas Trisakti hlm 113-128.
Gujarati, Damodar. (2003). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Erlangga. Hadi, Subakti. dan Azmi, Taufik. (2005). “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi, Vol. 14 No. 1 hlm 21-39.
Hasan, Iqbal M. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Hendri. (2005). Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi IHSG, SBI, Inflasi, Kurs,
dan Uang Beredar Terhadap Return Saham. Thesis tidak diterbitkan. Depok: Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana FEUI.
Iswardono. (1995). Kapita Selekta Ekonomi Moneter. Jakarta : Gunadarma Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajad. (2001). Metode Kuantitatif. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN. Lael Joseph, Nathan dan Panayiotis Vezos. (2006) The Sensitivity of US Banks’ Stock
Returns To Interest Rate and Exchange Rate Changes. Jurnal Asing hlm 182. Lubis, Ade Fatma. (2008). Pasar Modal. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI. Lukman. (2007). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : UIN Jakarta Press.
Manurung, Mandala & Rahardja, Prathama. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nugroho, Heru. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah
Uang Beredar Terhadap Indeks LQ45. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media Salvatore, Dominick. (2001). Managerial Economics. Edisi 4. Terjemahan Anitawati.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Santoso, Singgih. (2010). Mastering SPSS 18. Jakarta : Elex Media Komputindo. Siamat, Dahlan. (1993). Manajemen Bank Umum. Jakarta : Intermedia Sugiyono, “Statistika untuk penelitian”, CV Alfabeta, Bandung, 2008
Sukirno, Sadono. (2000). Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sulistyo, Joko. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala. Suryajaya, Edbert. (2011). Potensi Investasi Saham di Bulan April. Investor, hlm. 58. Theodora, Parina. (2010). Bola Salju Krisis Yunani. Investor, hlm. 76-77. Thobarry, Achmad. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi,
dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti. Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Widiyanti, Eka. (2011). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perbankan Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Studi Manajemen ABFI Institute Perbanas.
Wijaya, Renny.(2013). Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap IHSG pada BEI. Jurnal ilmiah mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1.
Yulyanto. (2008). BI-rate “naik”, investasi di pasar modal “turun”, (online),
(http://www.yulyanto.com/2008/10/bi-rate-%E2%80%9Cnaik%E2%80%9D-investasi-di-pasar-modal-%E2%80%9Cturun%E2%80%9D/#more-462, diakses 31 Desember 2012 17:51 WIB).
http://www.bi.go.id. Data BI Rate, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar. Diakses 10
Maret 2013 9:49 WIB.
http://caturdj.wordpress.com/perekonomian-indonesia-saat-ini/. Data Pertumbuhan Ekonomi. Diakses 13 Januari 2013 20:33 WIB.
http://www.id.wikipedia.org. Teori Pembahasan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar (Kurs), dan Uang Kuasi. Diakses Februari 2013 21:51 WIB.
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=BMRI.JK&a=11&b=31&c=2000&d=11&e=31&f=2
012&g=m&z=66&y=66. Data Saham PT Bank Mandiri Tbk. Diakses 7 April 2013 12:38 WIB.
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=%5EJKSE&a=11&b=31&c=2000&d=11&e=31&f=
2013&g=m. Data IHSG. Diakses 7 April 2013 12:38 WIB. http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Moneter/Default_Inflasi_ID.aspx?NRMODE=P
ublished&NRNODEGUID=%7bA7760121-1768-4AE8-B333-0C91E746F1E3%7d&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fMoneter%2fInflasi%2fData%2bInflasi%2f&NRCACHEHINT=Guest. Data Inflasi. Diakses 7April 2013 12:38 WIB.
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kalkulator+Kurs/defaultTable.htm?id=val&tipe=
Local&bgn=0&mod=0&jmlh=1&kurs=USD&period1=2001&period2=2013&bln1=12&bln2=12#. Data Kurs. Diakses 7 April 2013 12:38 WIB.
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/. Data BI Rate. Diakses
7 April 2013 12:38 WIB. http://www.google.com/#hl=en&sclient=psyab&q=data+bi+rate+tahun+2000&oq=da
ta+bi+rate+tahun+2000&gs_l=hp.3...24773.25618.2.26124.5.5.0.0.0.2.548.1055.5-2.2.0...0.0...1c.1.8.psyab.pvRRR90hT_c&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.44770516,d.bmk&fp=eeefc84f2a58188e&biw=1152&bih=683. Diakses April 2013.