analisis pendapatan usaha produk olahan susu sapi ( …
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSUSAPI ( STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK
KECAMATAN SINJAI BARATKABUPATEN SINJAI )
HASRAWATI105960 1194 12
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
i
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSU SAPI(STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK KECAMATAN SINJAI BARAT
KABUPATEN SINJAI)
HASRAWATI105960119412
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianStrata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi (Studi KasusDi Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat KabupatenSinjai)
Nama : Hasrawati
Stambuk : 105960119412
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Ir.Siti Wardah M.Si Sitti Arwati S.P,.M.Si
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin S.Pt., M.Pd., M.Si
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi(StudiKasus di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai BaratKabupaten Sinjai)
Nama : Hasrawati
Nomor Stambuk : 105960119412
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Ir.Siti Wardah M.SiKetua Sidang
2. Sitti Arwati, S.P.,M.SiSekretaris
3. Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si _______________Anggota
4. St.Aisyah,S.Pt.,M.Si _______________Anggota
Tanggal Lulus : .......................................................................
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis
Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.Semua sumber data dan informasi
yang berasal ayau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, April 2016
Hasrawati
105960119412
v
ABSTRAK
HASRAWATI.105960119412.Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi,dibawah bimbingan SITI WARDAHdan SITTI ARWATI.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai BaratKabupaten Sinjai.Lokasi yang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwalokasi tersebut memiliki usaha Susu Sapi Perah.
Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan purposivesampling (secara sengaja) yaitu pengusaha produk pengolahan susu sapi (susin) yangpertama kali dan terbesar di Desa Gunung Perak. Analisis data yang digunakananalisis pendapatan.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa pendapatan peternak sapi perah diKecamatan Sinjai Barat dari olahan susu perah dari tahun 2015 sampai tahun 2016sebesar Rp16.147.500.Dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000/tahun, dan totalbiaya sebesar Rp 43.852.500. Pendapatan masyarakat sangat besar pengaruhnyaterhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat sehinggadapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga seperti kebutuhan akan pangan, sandang,papan, pendidikan serta kesehatan secara layak, keberadaan pabrik memberikankontribusi yang sangat besar terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamban-Nya.Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,sahabat
dan para pengikutnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul.
Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah Di Desa Gunung Perak
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini.Penulis mengucapakan banyak terima
kasih kepada Ibunda Ir Siti Wardah M.Si selaku pembimbing I dan Ibunda Sitti
Arwati, SP M,Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing dan mengarahkan penulis pada penyusunan skripsi.
Ucapan yang sama saya sampaikan kepada:
1.Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ketua Jurusan Agribisnis dan seluruh staf dosen pengajar dan administrasi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar,yang telah banyak memberikan
pelayanan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan sampai pada penyesaian
studi.
3. Penghargaan istimewa kepada Ayahanda Abd Samad, Ibunda tercinta Sahria,dan
kakak serta adikku tercinta,dan segenap keluaarga yang senantiasa memberikan
bantuan,baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vii
4. Terkhusus kepada suami Andi Mashadi terima kasih atas semangat, dukungan, serta
ketulusan yang diberikan kepada penulis selama ini.
5.Kepada pihak pemerintah Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai khususnya
Kepala Desa Gunung Perak beserta jajarannya yang telah mengisinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
7.Rekan mahasiswa angkatan 2012 terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak
yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.semoga kristal-
kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya.Amin.
Makassar, April 2016
Hasrawati
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
I.PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
II.TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
2.1 Susu Perah........................................................................................... 6
2.2 Penerimaan dan Pendapatan................................................................ 8
2.3 Pendapatan .......................................................................................... 9
2.4 Produk Susin ( Susu Sinjai ) ............................................................... 10
2.5 Kerangka Pikir .................................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN........................................................................... 16
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................... 16
3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ............................................ 16
3.3. Teknik Pengambilan Data.................................................................. 16
3.4. Sumber Data....................................................................................... 17
3.5.Teknik Analisis Data........................................................................... 17
ix
3.6.Defenisi Operasional............................................................................ 18
IV.GAMBAR UMUM HASIL PENELITIAN................................................ 19
4.1 Letak Geografis .................................................................................... 19
4.2 Kondisi Demografis ........................................................................... 21
4.3 Kondisi Pertanian ................................................................................. 24
4.4 Sejarah dan status hukum pusat pengembangan sapi perah............... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 33
5.1 Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi ...................................... 33
5.2 Biaya Produksi Usaha Produk Olahan Susu Sapi ................................ 34
53 Penerimaan Usaha Produk Olahan Susu............................................... 38
54 Pendapatan Usaha produk Olahan Susu.......................................... ..... 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 43
6.2 Saran .................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... viii
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................. ix
LAMPIRAN..................................................................................................... x
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... xi
x
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Penduduk Kecamatan Sinjai Barat, April 2015 ...................................... 26
2. Data Penduduk Kecamatan Sinjai Barat Berdasarkan Tingkat Desa
Dan Kelurarahan, April 2015.................................................................. 27
3. Biaya tetap produk Olahan Susu Sapi Perah Di Desa Gunung Perak
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai .............................................. 35
4. Total Biaya Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah....................... 36
5. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi ....................... 38
6. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi ....................... 39
7. Analisis Rata-rata/bulan Dari Usaha Produk Olahan Susu Perah .......... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1 Kerangka Pikir ..............................................................................................15
2. Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi................................................38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Total pendapatan per tahun susu perah kecamatan sinjai baratkabupaten sinjai, 2015................................................................ ..................46
2. Rekapitulasi Biaya Variabel Usaha Produk OlahanSusu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa Gunung PerakKecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai .................................................. 47
3. Rekapitulasi Biaya Tenaga Kerja Usaha Produk OlahanSusu Perah pada Unit Pengolahan Susu di DesaGunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ......................... 48
4. Rekapitulasi Biaya Tetap Usaha Produk OlahanSusu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa Gunung PerakKecamatan Sinjai BaratKabupaten Sinjai ................................................... 49
5. Rekapitulasi Biaya Penyusutan Alat Usaha ProdukOlahan Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di DesaGunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ......................... 50
6. Rekapitulasi Penerimaan Usaha Produk OlahanSusu Perah pada Unit Pengolahan Susu di DesaGunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ......................... 51
xiii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sinjai 14 November 1991 dari ayah
Abd Samad dan ibu Sahriah.Penulis merupakan anak kelima dari
keenam bersaudara.
Jenjang Pendidikan formal yang di lalui penulis adalah
Sekolah Dasar Negeri 136 Sinjai Barat pada tahun 1999.Setelah itu melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sinjai Barat dan lulus pada tahun
2008.Kemudian penulis lanjut di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinjai Barat dan
lulus pada tahun 2011. pada tahun 2012, penulis lulus seleksi masuk Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melakukan kunjungan
dipengolahan Markisa dan di Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Makassar.Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Agribisnis priode 2015-2016. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi
di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
1
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis
untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah
terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997. Pilihan ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa sektor pertanian telah berulang kali membuktikan
diri sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi dan merupakan suatu
aset kekayaan dasar bagi kesejahteraan masyarakat serta bagi kegiatan
pembangunan perekonomian secara keseluruhan. Di samping itu resources
based negara memang terletak pada sektor-sektor primer (termasuk pertanian
dalam arti luas), baik dari sisi kelimpahan potensi sumberdaya alam maupun
besarnya potensi tenaga kerja yang tersedia, pemerintah Indonesia harus tetap
mengembangkan sektor pertanian karena mempunyai peranan penting sebagai
penghasil bahan makanan, penghasil devisa, kesempatan kerja dan juga
sebagai pasar bagi produk-produk industri.
Bidang peternakan sebagai subsektor dari pertanian merupakan bidang
usaha yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia.Hal ini terkait
dengan kesiapan subsektor ini dalam menyediakan bahan pangan hewani
masyarakat, yang diketahui mutlak untuk perkembangan dan pertumbuhan.
Kandungan gizi hasil ternak dan produk olahannya mempunyai nilai yang
lebih baik dibandingkan dengan kandungan gizi asal tumbuhan. Dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan, bidang peternakan dalam memenuhi
2
kebutuhan gizi maka pembangunan peternakan saat ini telah diarahkan pada
pengembangan peternakan yang lebih maju melalui pendekatan kewilayahan,
penggunaan teknologi tepat guna dan penerapan landasan baru yaitu efisiensi,
produktivitas dan berkelanjutan (sustainability)(Siti Nuraini, 2010).
Secara makro perkembangan sektor peternakan selama ini cukup
menggembirakan di mana populasi dan produksi hasil ternak terus meningkat
dari tahun ke tahun. Salah satu jenis usaha pada sektor peternakan yang cukup
mendapat perhatian yaitu usaha sapi perah yang dikembangkan untuk
memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dan juga melihat
tendensi pertambahan jumlah penduduk, pendapatan serta meningkatnya
kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi. Meskipun produksi susu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi belum bisa
mengimbangi pertumbuhan permintaan susu di dalam negeri yang mencapai
1,5 milyar liter per tahun di mana 67% masih harus di impor karena peternak
sapi lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 500 juta liter susu per tahun. Hal
ini menunjukkan antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi
kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar
daripada ketersediaan susu yang ada (Sitti Nuraini, 2010).
Dalam pengembangannya daerah Sinjai terkhusus di kecamatan Sinjai
Barat telah didirikan pabrik Susu Sinjai (Susin) yang akan melakukan
pengolahan susu hasil dari peternakan sapi perah yang dilakukan oleh
masyarakat peternak di kecamatan Sinjai Barat sebelum dipasarkan sehingga
memungkinkan penghasilan masyarakat peternak dapat bertambah sebagai
3
pendapatan sampingan selain pendapatan utama yakni sebagai petani. Atas
dasar tersebut maka pengembangan sapi perah di Kabupaten Sinjai
dipertimbangan melalui pemilihan lokasi berdasarkan kondisi agroklimat
wilayah yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah,
ketersediaan lahan untuk mendukung pengembangannyadan ketersediaan
pasar.Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah perlu dilakukan
dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran.Oleh
karena itu, pemerintah di harapkan sebagai penentu kebijakan dapat
mendukung pengembangan peternak tersebut.
Saat ini Populasi sapi perah di kabupaten Sinjai mencapai kurang lebih
500 ekor, tersebar di dua wilayah yakni Kecamatan Sinjai Barat dan
Kecamatan Sinjai Borong, dan kami juga sudah melirik beberapa kawasan
yang cukup potensial untuk pengembangan sapi perah dengan melihat
ketersediaan pakan ternak serta pola pikir masyarakat yang tertarik untuk
mengembangkan sektor peternakan.saat ini dari jumlah populasi ternak sapi
perah yang ada telah mampu menghasilkan lebih kurang 10,000 liter susu
setiap bulannya. saat ini ada sekitar 40 ekor sudah berproduksi dengan
kapasitas produksi perharinya antara 350 hingga 400 liter, sehingga bila
dikalkulasi perbulannya mampu memproduksi sekitar 8,000 hingga 10,000
liter. Selain itu penulis ingin menyajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang
dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran atau sebagai informasi bagi
masyarakat setempat khususnya bagi peternak.
4
Usaha peningkatan produksi susu nasional oleh pemerintah Indonesia
sangat erat kaitannya dengan Industri pengolahan susu. Manakala industri
pengolahan susu hanya memperhatikan dari satu segi saja maka tetap saja sulit
mengatasi masalah persusuan di Indonesia. Untuk mendapatkan produk susu
yang sehat dan kerkualitas maka sebuah perusahaan industri pengolahan susu
semestinya tidak hanya berkecimpung khusus mengolah susu kalau ingin
produk susunya tetap dipercaya oleh konsumen. Perusahaan industri
pengolahan susu seharusnya memperhatikan sumber susu yang dikelolanya.
Perusahaan industri susu tidak akan berhasil apabila tidak melihat dari mana
asal susu yang diperolehnya yaitu peternak. Peternak dan ternak adalah kunci
apakah perusahaan atau industri akan tetap melaju atau stagnan atau malah
mundur kemudian bubar, dalam artian peternak tak akan mau memelihara sapi
perah sehingga Indonesia akan tetap menjadi pengimpor susu abadi. Oleh
sebab itu fungsi dari usaha industri susu adalah: (1) Membina peternak:
Perusahaan pengolahan susu seharusnya membina peternakan sapi perah mulai
dari kesehatan hewan sampai bagaimana meningkatkan produksi dan
bagaimana memproduksi susu yang aman. Hal ini sangat penting karena sekali
suatu industri menyebabkan wabah akibat minum susu yang diproduksinya
maka tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat konsumen. Demikian juga
petani peternak tidak bergairah meningkatkan produksi susunya bila harga susu
dibeli industri dengan harga yang tidak memadai (2) Melakukan pemeriksaan
kualitas susu.Setelah susu sampai di pabrik maka semestinya susu diperiksa
baik terhadap kualitas fisik dan kimianya dan terutama pemeriksaan terhadap
5
mikrobiologinya sehingga bisa diketahui layak tidaknya susu tersebut diolah
lebih lanjut. (3) Melakukan proses pengolahan yang higienis. Proses
pengolahan yang paling sederhana adalah melakukan proses pasteurisasi yang
dikombinasi dengan proses pendinginan. Pada prosessing ini diharapkan
semua hal yang bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi produk harus
dihindari. (4) Melakukan pemeriksaan fisik, kimia dan mikrobiologisecara
rutin untuk menjamin keamanan konsumen.
Proses pasteurisasi terutama dilakukan bila skala produksi masih kecil
misalnya di bawah 1000 liter/hari. Oleh sebab itu produksi Susu Segar Sinjai
(SUSIN) yang dikelola oleh Koperasi susu Sintari bisa digolongkan sebagai
industri pengolahan susu meskipun dalam skala industri kecil yang
pengelolaannya masih berupa susu pasteurisasi dengan kapasitas produksi
maksimal 400 liter/hari. Koperasi ini merupakan koperasi yang anggotanya
terdiri dari 5 kelompok peternak yang tersebar di daerah Gunung Perak dan
sekitarnya di Sinjai Barat. Tentu saja diharapkan industri yang dikelola
koperasi ini menjadi cikal bakal industri persusuan di Sulawesi Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdsarkan permasalahanyang muncul berdasarkan latar belakang diatas,
“Berapa BesarPendapatan Usaha produk olahan susu sapi perah di Desa Gunung
Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ? “
6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pendapatan usaha produk
olahan susu sapi perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Tulisan ini diharapakan dapat memberi manfaat setidaknya berupa bahan
bacaan atau literatur bagi masyarakat peternak maupun calon peternak
sapi perah.
2. Bagi penulis/peneliti yakni melatih diri dalam mengaplikasikan teori dan
menghubungkan kenyataan di lapangan untuk kemudian dianalisis secara
ilmiah dan sistematis dalam bentuk karya tulis.
3. Bagi pemerintah/instansi terkaitdiharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan sumbangsih pemikiran terhadap arah kebijakan yang ditempuh
pemerintah/pihak terkait dalam pengembangan peternakan sapi perah di
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
7
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu Perah
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu,
tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%)
kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit.
Sapi berasal dari famili Bovidae.seperti halnya bison, banteng, kerbau
(Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Domestikasi sapi mulai
dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah,
kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. (Rochadi
Tawaf, 2010).Sentra peternakan sapi di dunia berada di negara Eropa
(Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda,
Italia),Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan).Secara garis
besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1)
kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang
berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari
Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan
Bos Taurus(Didin Taspirin, 2010).
Jenis sapi perah unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi
Shorhorn (dari Inggris),Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat
Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red
Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).Secara umum, sapi
perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah
8
lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah sapi perah Fries
Holland (FH).Sapi FH berasal propinsi Belanda Utara dan propinsi Friesland
Barat, sehingga sapi bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering
disebut Holstein atau Friesian saja. Bangsa sapi FH terbentuk dari nenek
moyang sapi liar Bos (Taurus) typicus primigenius yang ditemukan di Belanda
sekitar 2000 tahun yang lalu. (Williamson dan Payne, 1993).
Sapi FH, di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat
Holstein, sedangkan di Eropa disebut Friesian. Bobot badan sapi betina dewasa
yang ideal adalah 628 kg, sedangkan sapi jantan dewasa bobotnya 1000
kg.Sapi FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu
tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah
lainya. Sapi FH memiliki komposisi susu: Air 88.01%, Protein 3.15%, Lemak
3.45%, Laktosa 4.65%, Abu 0.68%, Bahan Kering 11.93%. Produksi sapi
perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris
sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi
danAmerika Serikat 7245 kg/laktasi. (Sudono, 2003)
Sapi perah FH masuk ke Indonesia dibawa oleh Hindia Belanda pada
tahun 1891-1893 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sapi perah
lokal.Perbaikan mutu genetik sapi ini dengan jalan menyilangkannya dengan
sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole)
dengan sapi perah Frisian Holstein sehingga diperoleh sapi perah jenis baru
yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Sapi perah FH murni telah
ada di Jawa Barat sejak tahun 1900, tepatnya di daerah Cisarua dan
9
Lembang.Dari kedua daerah inilah sapi perah FH kemudian menyebar ke
beberapa daerah di Jawa Barat.(Peni S. Hardjosworo dkk., 1987).
Produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH di Indonesiaternyata
lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksirata-rata sapi
perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per
laktasi). Susu adalah hasil akhir dari rangkaian proses fisiologis yang kompleks
dan berulang sehingga terjadi banyak macam interaksi yang berperan dalam
menentukan produksi susu. intraksi yang mempengaruhi produksi susu yaitu,
hereditas. Faktor lingkungan memegang peranan penting terhadap proses
fisiologis dalam tubuh ternak sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi
kapasitas produksi susu (Sudono, 2003).Menurut Daljoeni (1982) dalam
Haerfiadi mengemukakan bahwa, geografi tidak hanya mempengaruhi aspek
alamiah tetapi juga aspek sosial yang bercorak ekonomi, politik, sosial,
kultural, dan religius yang semuanya dipelajari dengan latar belakang
lingkungan alam.
2.2 Pendapatan
Soehardjo dan Patong (1973) mengemukakan defenisi dari pendapatan
adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari
analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang
dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai
fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan
kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya.Pendapatan ini juga
10
digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-
kewajiban.
Menurut Soekartawi (2006), Pendapatan dapat dibagi menjadi tiga
pendapatan yaitu sebagai berikut :
a. Pendapatan kotor (Gross Income) yaitu pendapatan usahatani yang belom
dikurangi biaya- biaya.
b. Pendapatan bersih (Net Income) yaitu pendapatan setelah dikurangi biaya.
c. Pendapatan pengelola (Management Income) yaitu pendapatan merupakan
hasil pengurangan dari total output dengan total input.
Menurut Soekartawi (2006) menjelaskan bahwa pendapatan dapat berupa
barang yang terdiri dari pendapatan kotor (gross farm income) yaitu nilai usaha
produk olahan susu sapi dalam skala waktu tertentu, baik yang dijual maupun
yang tidak dijual dan pendapatan bersih (net farm income) yaitu sebagai selisih
antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usaha produk olahan susu
sapi perah. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan semua biaya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pendapatan bersih usaha produk olahan susu sapi
menunjukkan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor produksi yang
berupa kerja, pengelolaan dan modal sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan.
2.3 Penerimaan
Menurut Soekartawi (2006),Penerimaan tunai usaha adalah nilai uang
yang diterima dari penjualan pruduk usaha. Dengan kata lain penerimaan ini
merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga
11
persatuan.Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan
dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga,
artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.
Menurut Suratiyah (2006), bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian
antar jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan
usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan
dalam sekali periode.
2.4 Biaya
Menurut Soekartawi (2006), berdasarkan jenisnya biaya dapat
dikategorikan menjadi :
a. Biaya tetap atau Fixed Cost (FC) merupakan biaya biaya yang tidak
tergantung pada tingkat output. Yang termasuk dalam biaya tetap ini
adalah bunga pinjaman modal, biaya sewa peralatan dan pabrik, tingkat
depresiasi yang ditetapkan, dan pajak kekayaan.
b. Biaya variabal atau variable (VC) merupakan biaya-biaya yang berubah –
ubah sesuai dengan tingkat output. Jadi biaya variabel merupakan fungsi
dari tingkat output. Biaya variabel ini adalah pengeluaran bahan baku,
depresiasi yang disebabkan oleh penggunaanperalatan, biaya-biaya tenaga
kerja, komisi-komisi penjualan dan semua biaya input-input yang berubah-
ubah sesuai dengan tingkat ouput.
Biaya merupakan salah satu kunci keberhasilan petani dalam
menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan biaya sangat
12
menentukankeuntungan yang akan diperoleh petani. Biaya adalah semua
pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun
yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya ini dapat
dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi,2006).
2.5 Produk Susin (Susu Sinjai)
Pengembangan sapi perah di daerah ini memang didukung oleh iklim
yang dingin dan lahan yang sangat luas. Hawa dingin pegunungan, lahan luas
dengan limpahan rumput dan daun segar, serta limbah kebun sayur menjadi
modal utama daerah ini dalam mengembangkan peternakan susu sapi. Air
bersih pun tak sulit diperoleh; mata air berlimpah yang seakan tak pernah
kering memudahkan peternak untuk memberi minum sapi, memandikan, dan
membersihkan kandang.
Tahun 2007 pemerintah kembali menambah 210 ekor dari APBD di
tambah dari bantuan APBD Tingkat I sebanyak 30 ekor. Dari aspek
pengembangannya ini, masyarakat mulai melakukan upaya-upaya
pemeliharaan secara baik untuk mendapatkan susu dengan produksi yang
berkualitas. Produksi susu rata-rata 10-15 liter/ekor sapi/hari dengan minimal
produksi 2000 liter/hari. Dalam setahun seekor sapi dapat diperah susunya
selama 7 bulan setelah itu dikandangkan untuk diinseminasi. Setelah anak sapi
lahir, sapi perah siap untuk diperah kembali. Sapi dapat diperah setelah usia
sapi mencapai 3,5 tahun dan setelah melahirkan 5-6 kali, produksi susu sudah
mulai berkurang.
13
Bantuan sejumlah sapi perah tersebut kini telah memberikan hasil yang
manis; limpahan susu sapi asli, murni, segar dan bergizi tinggi, rendah lemak,
bebas pengawet dan residu antibiotik. Pemeriksaan laboratorium yang
dilanjutkan dengan perlakuan menggunakan alat pasteurisasi dan pengemasan
otomatis secara higienis di bawah pengawasan tenaga ahli membuat susu sapi
ini aman untuk dikonsumsi. Bukan hanya sekedar dikonsumsi, kini susu sapi
perah tersebut telah bernilai ekonomi dengan masuknya koperasi sebagai mitra
pemasar bagi peternak. Susu sapi yang dijual tersedia dalam kemasan
ekonomis dalam bentuk susu gelas berukuran 150 ml dengan berbagai pilihan
rasa yaitu coklat, vanila, strawberry, melon, dan pisang. Selain kemasan gelas,
susu sapi perah juga dikemas dalam bentuk susu sachet (susu bantal) tanpa rasa
berukuran 500 ml. Dengan potensi yang sangat menjanjikan ini, susu sapi
Sinjai dengan mengusung brand ”Susin” (Susu Sinjai), pabrik yang beroperasi
di daerah Sinjai Barat ini siap bersaing dengan brand sejenis lainnya.
Mekanisme proses pembuatan pasteurisasi susu cukup sederhana; Susu
sapi yang sudah diperah di bawa ke laboratorium. Selanjutnya susu sapi dibawa
ke ruangan khusus tempat proses menetralisir bakteri dengan cara dimasak
dengan menggunakan mesin pasteurisasi modern dengan suhu 80oC dengan
tujuan untuk menghilangkan kuman-kuman. Pasteurisasi tersebut membuat
vitamin, mineral, enzim dan protein masih relatif utuh, namun bakteri patogen
sudah mati. Setelah susu dimasak secara higienis di bawah pengawasan tenaga
ahli kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengemasan otomatis, dipress,
diberi label, akhirnya disimpan di tempat pendingin dengan suhu yang sangat
14
rendah agar susu tersebut tetap segar saat dikonsumsi. Susin ini dikemas tanpa
pengawet sehingga hanya dapat bertahan maksimal 3 hari di dalam lemari
pendingin.
Selain dipasarkan untuk tujuan ekonomi, Dinas Peternakan juga
bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kab. Sinjai untuk mendistribusikan
susu sapi dalam bentuk susu gelas ke sekolah-sekolah dasar yang masih
menerima PMKT (Pemberian Makanan Khusus Tambahan) sebanyak 750
gelas setiap minggunya. Awalnya pemberian PMKT dilakukan dalam bentuk
sachet, namun animo anak-anak yang pada umumnya tidak menyukai susu
segar asli yang tanpa rasa membuat mereka enggan meminumnya sehingga
akhirnya susu sachet diganti dengan susu gelas dengan beragam rasa. Tidak
puas dengan pengembangan susin yang mendapat respon yang sangat positif
dari masyarakat, dinas Peternakan Kab. Sinjai juga mengolah susu sapi ini
menjadi ice cream dengan brand ”sanshu”. Diberi nama Sansu dengan arti, S
adalah Sinjai, AN adalah aman untuk berinvestasi, S adalah sejahtera dengan
tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dan U berarti unik. Sama halnya
dengan Susin, Sanshu ice cream tampil tanpa bahan pengawet dan aman untuk
dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa menimbulkan efek samping pada
pencernaan. Ini adalah added value Susin yang membedakannya dengan
produk sejenis lainnya yang pada umumnya sudah menambahkan bahan
pengawet pada produknya. Sama halnya dengan susin, sanshu ice cream juga
tersedia dalam 4 rasa; strawberry, vanilla, coklat, dan durian. Selain dijadikan
ice cream, susu sapi perah juga dibuat dalam bentuk kerupuk yang diberi nama
15
”Elektrika”. Menurut ketua Klp. Ternak Ds. Gunung Perak, kerupuk susu ini
diproduksi langsung oleh kelompok peternak dan bekerja sama dengan
koperasi dan PT. PLN. Dipilihnya nama ”Elektrika” tidak terlepas dari bantuan
PT. PLN pada masyarakat lokal dalam pengembangan kerupuk susu ini.
Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya tersebar
luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya
dapat mendukung pengembangan sapi perah. DiGunung Perak Kabupaten
Sinjai Selawesi Selatan merupakan daerah fokus pengembangan sapi perah di
Indonesia bagian Timur dengan produksi susu rata-rata pertahun mencapai
54750 liter/tahun (Malaka, 2010). Produksi susu yang dihasilkan dari ternak
sapi perah di Gunung Perak memang belum mampu mensuplai kebutuhan susu
masyarakat di Sulawesi Selatan.Hal ini disebabkan permintaan yang terus
bertambah dari berbagai konsumen. Diantaranya adalah pengolahan susu segar
menjadi susu kemasan yaitu produk susin. Kebutuhan akan susu segaryang
semakin lama semakin meningkat haruslah diimbangi dengan peningkatan
kualitas susu untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas peternakan sapi
perah di Gunung Perak.
Susu dipandang dari segi peternakan adalah suatu sekresi kelenjar-
kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi dan
dilakukan pemerahan yang sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak
ditambah atau dikurangi suatu komponen.Susu merupakan bahan makanan
yang baik bagi manusia karena susu banyak mengandung vitamin dan mineral
yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tetapi di lain pihak, susu
16
juga merupakan media yang baik dan sesuai bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri. Higiene dan sanitasi susu harus diperhatikan agar
dapat diperoleh susu segar yang berkualitas baik. Kualitas susu yang tidak
stabil dan sering tidak menentu menyebabkan penjualan susu segar dari
peternakan sapi perah dan koperasi sintari menurun.
Salah satu penilaian yang penting terhadap kualitas susu segar adalah
kualitas fisik. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penelitian tentang uji kualitas
fisik susu sapi segar di Gunung Perak Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.Susu
segar merupakan susu murni yang tidak mengalami pemanasan dan tidak
mengalami penambahan bahan pengawet.
2.5 Kerangka Pikir
Indusrti pengolahan susu perah merupakan salah satu jenis industri
dengan memanfaatkan susu murni sebagai bahan baku utamanya, dimana susu
murni tersebut diolah menjadi susin.
Pada proses produksi industri pengolahan susu murni tak lepas dari
biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha terbagi atas
biaya tetap antara lain biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan,biaya
pajak serta biaya listrik. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, serta biaya transportasi. Dalam
industri pengolahan susin ini menjadi hal utama adalah produksi yaitu susin
yang dihasilkan dari susu murni. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan
berkualitas diperlukan suatu penanganan yang baik dari semua aspek oleh
produsen sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil yang diproses,
17
yaitu dari bahan baku susu murni di olah menjadi susin yang kemudian dapat
dijadikan minuman. Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai
tambah yang berkontribusi langsung pada peningkatan pendapatan pengusaha.
Setelah berproduksi, maka susin yang dihasilkan akan dipasarkan
langsung ke toko, swalayan dan langsung kepada konsumen.penjualan bagi
setiap unit akan menghasilkanpenerimaan bagi pengusaha. Seluruh totalitas
dalam uaha susin ini sangat menentukan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
pengusaha dalam suatu periode produksi. Total biaya inilah yang akan
mengurangi penerimaan pengusaha dan memperoleh pendapatan bersih.
18
Produk hasil olahan susu
Sapi perah
Sapi perah
Penerimaan
Pendapatan
Gambar 1.Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan SusuSapi Perah.
Biaya tetapBiaya Variabel
Susin
Penerimaan
19
III.METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2016 yang
berlokasi di unit pengolahan susu sapi Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai
Barat Kabupaten Sinjai.
3.2 Teknik Penentuan informan
Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Yaitu pengusaha produk pengolahan susu sapi (Susin)
yang pertama kali dan terbesar di Desa Gunung Perak. Pengusaha tersebut
bernama bapak Rajab sebagai pemilik usaha yang sudah ada sejak tahun 2001.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan 2 metode pengumpulan data yaitu data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan baik melalui
observasi maupun wawancara langsung dengan petani.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari
Dinas Pertanian dan lembaga-lembaga yang ada di Desa setempat.
3.4 Teknik Pengambilan Data
Adapun metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
20
1. Metode wawancara (interview)
Penelitian ini menggunakan metode interview secara terstruktur berupa
kusioner sebagai panduan utama.Dalam metode ini digunakan untuk membantu
menjelaskan kepada responden apabila responden kurang jelas dalam
menjawab angket
2. Metode kuesioner
Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang eisien karena
peneliti sudah tahu dengan pasti variable yang akan diukur, dan apa saja yang
bisa diharapkan dari responden.
3. Metode dokumentasi
Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan
data melalui keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen
yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.5Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif yang diarahkan untuk melihat pendapatan usaha produk
olahan susu sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten
Sinjai dengan kriteria biaya dan pendapatan.
Analisis pendapatan bersih merupakan penerimaan yang telah
dikurangidengan seluruh biaya produksi, yaitu dengan rumus sebagai
berikut : Pd = TR – TC
Keterangan
21
Pd = Pendapatan
TR (Total Revenue) = Penerimaan Total
TC (Total Cost) =Biaya Total
1. Analisis penerimaan total adalah hasil kali antara jumlah produk yang
dihasilkan (unit) dengan harga produk per unit, dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006):
TR = P x Q
Keterangan
TR (Total Revenue) = Penerimaan Total
P (Price) = Harga
Q (Quantity) = Jumlah Produk
2. Analisis biaya total usaha produk olahan susu sapi Desa Gunung Perak
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dikeluarkan pengusaha
diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total dan biaya variabel
total, dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006):
Keterangan:
TC (Total Cost) = Biaya Total
TFC(Total Fixed Cost) = Biaya Tetap Total
TVC(Total Variable Cost) = Biaya Variabel Total
3. Penyusutan alat yang digunakan petani responden dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus (Straight Line Mhetod) dengan
TC = TFC + TVC
22
asumsi bahwa alat yang digunakan dalam usahatani menyusut dalam
besaran yang sama setiap tahunnya.
Keterangan:
NPA = Nilai Penyusutan Alat ( Rp/Tahun)
HB = Harga Baru ( Rp)
HS = Harga Sisa ( Rp)
JA = Jumlah Alat (Unit)
LP = Lama Pemakaian
3.6 Defenisi Operasional
1. Pabrik Susin adalah tempat yang digunakan untuk mengolah susu perah
menjadi produk yangmemiliki nilai tambah.
2.Proses produksi adalah kegiatan mengolah input sehingga menghasilkan
output.
3.Hasil olahan Susin adalah produk yang dihasilkan dari susu sapi perah.
4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya.
NPA = HB – HS x JA
LP
23
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Letak Geografis
Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir
Timur Sulawesi Selatan yang secara administratif terdiri dari 9 (sembilan)
kecamatan, 13 kelurahan dan 67 desa. Letaknya berjarak sekitar 223 km dari
Timur Kota Makassar. Mempunyai garis pantai sepanjang 28 km dari arah
selatan kearah utara. Secara astronomis, kabupaten Sinjai berada pada posisi
5o2 30" sampai 5o17' 47" LS dan 119o55' 43" sampai 120o 21' 36" BT.
Wilayah kabupaten Sinjai dibagi dalam 9 kecamatan yaitu,
Kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai
Tengah, Kecamatan Sinjai Barat, Kecamatan Sinjai Selatan, Kecamatan
Sinjai Borong, Kecamatan Bulupoddo, Kecamatan Tellu Limpoe,dan
Kecamatan Pulau Sembilan. Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada
sekitar 819,96 km2 (81.996 ha)dengan batas wilayah sebagai berikut
:Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Bone, sebelah Selatan berbatasan
Kabupaten Bulukumba, sebelah Timur berbatasan Teluk Bone, sebelah
Barat berbatasan Kabupaten Gowa.
Kecamatan Sinjai Barat adalah salah satu kecamatan yang berada
dalam Kabupaten Sinjai. Jaraknya sekitar 63 km ke kota kabupaten dengan
luas wilayah 135,35 km2. Secara astronomis Kecamatan Sinjai Barat berada
pada posisi 5o 6’ 54” – 5o 21’ 00” LS dan 119o 55’ 43” – 120o 5’ 00” BT.
Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh denganmenggunakan kendaraan
24
angkutan umum antar daerah, maupun angkutan pribadi. Kecamatan Sinjai
Barat memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sinjai Tengah dan Sinjai Borong,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
Secara administrasi wilayah Kecamatan Sinjai Barat terdiri dari 2
kelurahan dan 7 desa, 37 dusun, 10 lingkungan, 254 RT dan 508 RW.
Kelurahan tersebut meliputi Kelurahan Tassililu sebagai Ibu Kota Kecamatan
dan Kelurahan Balakia, sedangkan desa tersebut meliputi Desa Arabika, Desa
Gunung Perak , Desa Barania, Desa Bonto Lempangan, Desa Terasa, Desa
Turungan Baji dan Desa Bontosalama.
4.4.1.1 Keadaan Morfologi
a. Topografi
Topografi merupakan tinggi rendahnya suatu wilayah dari permukaan
laut. Ketinggian tempat merupakan salah faktor fisik yang berpengaruh pada
keadaan suhu udara, cara pengolahanan lahan dan tempat pengembangan pada
suatu daerah. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur. Semakin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut semakin rendah temperaturnya. Hal ini
menunjukkan bahwa bumi sebagai massa yang mampu menyerap panas serta
memantulkan kembali ke atmosfer.Secara umum Kecamatan Sinjai Barat
memiliki permukaan yang berbukit-bukit dengan ketinggian 300-1900 m di
atas permukaan laut. Adapun ketinggian berdasarkan desa/kelurahan adalah,
25
Desa Turungan Baji, Desa Bonto Salama, Desa Arabika, Kelurahan Tassililu,
Desa Bontolempangan, Kelurahan Balakia masing-masing berada pada
ketinggian antara 500-1000 m di atas permukaan laut, Desa Terasaa antara,
Desa Barania dan Gunung Perak pada ketinggian diatas 1000 mdpl. (lihat peta
topografi pada halaman 45)
b. Penggunaan lahan
Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Barat yaitu, hutan
dengan luas 7.189 hektar, tegal atau ladang seluas 103 hektar, semak belukar
2,41 hektar dan luas sawah adalah 2.128 hektar dan kebun dengan luas 8.744
hektar. (lihat peta penggunaan lahan pada halaman 46).
4.1.1 Kondisi Demografis
a. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan pemegang peranan yang sangat penting dalam
segala bentuk aktifitas yang dilakukan dalamkegiatan di alam ini, baik dalam
aktifitasnya berinteraksi dengan sesamanya, mahluk lainnya dan interaksinya
terhadap lingkungannya. Penduduk diartikan sebagai orang yang bertempat
tinggal disuatu wilayah atau daerah tertentu. Besarnya jumlah penduduk tiap
daerah akan berbeda dengan daerah lainnya akibat terjadinya proses demografi,
yaitu : kelahiran (fertilasi), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan
mobilitas sosial.
Berdasarkan data penduduk Kecamatan Sinjai Barat, menunjukkan
bahwa jumlah penduduk pada bulan April 2015 sebanyak sebanyak 24.426
jiwa, yang terdiri atas laki-laki 12. 020 jiwa dan perempuan 12.404 jiwa,
26
sedangkan jumlah kepala keluargayaitu 7.061 KK. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penduduk Kecamatan Sinjai Barat, April 2015
Jenis Kelamin Frekwensi Persentase (%)
Laki-laki 12.020 49,21
Perempuan 12.406 50,79
Jumlah 24,426 100,00
Sumber: Kantor Camat Sinjai Barat,Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kecamatan Sinjai Barat pada April 2015 hampir seimbang antara penduduk
laki-laki dan perempuan dimana laki-laki sebanyak 49,21 persen dan
perempuan sebanyak 50,79 persen.Berikut ini akan dibahas mengenai data
penduduk berdasarkan desa dan kelurahan.
Tabel 2. Data penduduk Kecamatan Sinjai Barat berdasarkan tingkat desadan kelurahan, April 2015
Kelurahan/Desa L/PJumlah
Persentase (%)
Tassililu 4.546 18,16Balakia 1.517 6,2Gunung Perak 3.277 13,42Arabika 2.517 10,29Bonto Salama 2.958 12,11Turungan Baji 1.904 7,79Barania 1.829 7,48Boto Lempangan 2.966 12,14Terasa 2.880 11,70
Jumlah 24.426 100,00Sumber : Kantor Camat Sinjai Barat, Tahun 2015
Tabel 2menujukkan bahwa penduduk di Kecamatan Sinjai Barat yang
paling padat penduduknya adalah penduduk di Kelurahan Tassililu sebanyak
4.546 jiwa atau 18,61 persen dari penduduk yang ada di Kecamatan Sinjai
27
Barat. Kemudian Desa Gunung Perak sebanyak 3.277 jiwa atau 13,42 persen,
Desa Bonto Lempangan sebanyak 2.966 jiwa atau 12,14 persen, Desa Boto
Salama sebanyak 2.958 jiwa atau 12,11 persen, Desa Terasa sebanyak 2.880
jiwa atau 11,70 persen, Desa Arabika 2.517 jiwa atau 10,29 persen, Desa
Turungan Baji sebanyak 1.094 jiwa atau 7,79 persen, Desa Barania sebanyak
1.829 jiwa atau 7,48 persen dan Kelurahan Balakia sebanyak 1.517 jiwa atau
6,2 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling
banyak penduduknya di Kecamatan Sinjai Barat adalah Kelurahan Tassililu,
hal ini kerena wilayah tersebut merupakan Ibu Kota Kecamatan atau pusat
pemerintahan, perekonomian dan lain-lain. Sedangkan wilayah yang paling
sedikit penduduknya adalah kelurahan Balakia selain karena kondisi wilayah
yang berbukit-bukit, daerah tersebut juga memiliki daerah yang tidak terlalu
luas.
4.3 Kondisi Pertanian
Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai adalah lada dan coklat
Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali di kecamatan Pulau
Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249 hektare dengan jumlah
produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di
semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektare dan hasil panen per
tahun mencapai 2.129 ton. Sinjai mengkespor coklat-coklat ini ke
Eropa.Kemajuan disektor pertanian kita dapat dilihat pada PDRB kabupaten
sinjai atas dasar harga berlaku tahun 2011 mengalami kenaikan 14,98 persen
jika dibandingkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Jadi ini
28
membuktikan struktur perekonomian kita masih didominasi oleh sektor
pertanian dengan sumbangan sektor terhadap total PDRB kabupaten sinjai
sebesar 48,83 persen pada tahun 2011.Nikmat mewakilibupati saat
membuka sosialisasi tersebut. Sensus pertanian yang akan dimulai 1-31 mei
mendatang merupakan agenda nasional yang dimaksudkan untuk memperoleh
potret petani indonesia yang akurat sehingga pemerintah dapat merumuskan
kebijakan sektor pertanian yang teatsasaran sehingga dapat terwujud
kesejahteraan petani yang baik.
4.4 Sejarah dan status hukum pusat pengembangan agribisnis sapi perah.
Sejarah susu di Indonesia ini menarik untuk diketahui mengingat tidak
semua orang mengetahuinya. Tahun 1906 atas anjuran Pemerintah Hindia
Belanda, maka diimporlah beberapa jenis sapi pedaging ke Sumba, Nusa
Tenggara Timur. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menetapkan Sumba
sebagai pusat pengembangbiakan ternak sapi daging dari jenis O ngole (India).
Sekitar tahun ini pula, sapi perah mulai masuk ke Hindia Belanda. Namun,
tahun masuknya sapi perah ini perlu dipertanyakan lagi. Alasannya, sejak akhir
abad ke-19, wilayah Bandung terkenal sebagai penghasil susu sapi berkualitas
tinggi di Nusantara. Restorasi kereta pos pada awal abad ke-20 yang melewati
jalur Cirebon-Bandung-Bogor-Batavia konon menghidangkan susu sapi segar
kepada para penumpangnya. Lumayan sebagai pelepas dahaga dan obat lapar
di perjalanan. Bahkan jauh sebelumnya , berdasarkan catatan Heer Medici pada
1786 yang melancong ke negeri Bandoeng dengan rombongan berkuda dari
Batavia, sudah mencicipi segarnya susu Bandung tatkala rombongan sampai di
29
Cianjur.Menurut catatan sejarah, pada tahun 1938 di wilayah Bandung terdapat
22 usaha pemerahan susu dengan produksi 13.000 liter susu per hari. Hasil
produksi susu ini semua ditampung oleh “Bandoengsche Melk Centrale” untuk
diolah (pasturisasi) sebelum disalurkan kepada para langganan di dalam
maupun luar kota Bandung. Direktur B.M.C dengan nada sedikit sombong
menulis: ‘Vergeet U niet, dat er in geheel Nederlandsch Oost-Indië slechts een
Melk centrale is, en dat is de Bandoengsche Melkcentrale’ (Anda jangan lupa,
bahwa di seantero Nusantara ini cuma ada satu Pusat Pengolahan Susu dan itu
adalah Bandoengsche Melk Centrale). Dari sejarah persusuan di Indonesia, di
wilayah Bandung ada 3 perusahaan pemerahan susu (Boerderij) yang
terkemuka. Mereka inilah yang merupakan cikal bakal usaha peternakan sapi
perah dari jenis unggul yang didatangkan dari Friesland, salah satu propinsi di
Belanda.
Model peternakan sapi perah yang terkenal adalah perusahaan
‘Generaalde Wet Hoeve’ milik Tuan Hirschland dan Van Zijll di Cisarua,
kabupaten Bandung. Mereka inilah yang pertama kali mendatangkan sapi perah
Friesland ke Nusantara pada awal abad ke-20. Kemudian tercatat pula
Lembangsche Melkerij ‘Ursone’, sebuah perusahaan pemerahan susu di
Lembang yang didirikan oleh tiga diantara empat bersaudara Ursone pada
tahun 1895. Keluarga Ursone yang berkebangsaan Italia ini terkenal sebagai
pemain musik gesek ulung di kota Bandung. Usaha keluarga Ursone diawali
dengan 30 ekor sapi dengan hasil hanya 100 botol per hari. Kemudian pada
tahun 1940 telah berkembang menjadi 250 ekor sapi dengan produksi ribuan
30
liter susu perhari. Selain kedua perusahaan ini, di Pangalengan, sekitar danau
Cileunca, ratusan ekor sapi perah diternakkan orang Eropa di sana. Begitu
banyaknya sapi perah bibit luar negeri di lembah danau Cileunca, hingga
majalah Mooi Bandoeng sering menyebut wilayah di Pangalengan sebagai
‘Friesland in Indië (Friesland di Hindia)’.
Selain minuman dengan bahan baku susu seperti es krim, susu coklat
(chocomelk), B.M.C mengolah susu menjadi mentega, keju dan cream untuk
kosmetika. Hampir seluruh produksi susu di Jawa Barat tertampung oleh
B.M.C pada jaman sebelum perang. Jika demikian hebatnya sejarah susu di
Indonesia lalu mengapa di Indonesia yang lebih populer adalah susu bubuk
dibandingkan susu segar? Hal ini pun ada alasannya. Sekitar tahun 1920,
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan aturan mengenai produksi susu yang
disebut Melk-Codex. Salah satu aturan persusuan ini adalah mengenai kondisi
mikroba atau bakteri Psychotropic pada susu segar di bawah satu juta mikroba
untuk setiap satu sentimeter kubik susu segar. Standar ini dibuat untuk
memenuhi kualitas susu segar yang siap minum tanpa melalu proses
pengolahan lebih lanjut. Dapatlah dibayangkan betapa Pemerintah Hindia
Belanda pada masa itu telah menyosialisasikan kualitas susu segar untuk siap
minum tanpa proses lebih lanjut. Namun, kebanyakan kualitas susu segar kita
di atas satu juta mikroba sehingga kita terpaksa harus melupakan kebiasaan
minum susu segar dan susu tersebut harus diolah dalam bentuk bubuk dan
diminum dalam keadaan hangat.
Menariknya lagi tradisi minum susu segar pada masa Hindia Belanda
31
ternyata juga tak tersosialisasi dengan baik meski sudah ada Melk-Codex.
Masyarakat kita pada masa itu masih menganggap susu adalah minuman yang
hanya dikonsumsi oleh orang kulit putih (baca: Belanda) serta golongan
tertentu yang berkuasa. Sehingga muncul anekdot jika mau berkuasa, maka
minumlah susu. Lucunya lagi ada yang berpendapat sinis, tak perlulah bangsa
kita punya tradisi minum susu (segar) nanti kelewat pintar. Alasannya, dahulu
kala nenek moyang kita sangat getol puasa mutih atau hanya minum air segar
(putih), nasi serta umbi-umbian saja mampu menjadi orang “pintar” dan
ditakuti. Apalagi jika minum susu (putih), bisa-bisa kita menjadi “super
pintar”. Ketika Pemerintah Hindia Belanda sedang gencar-gencarnya
mempromosikan pariwisata di Hindia, peternakan sapi menjadi salah satu daya
tarik fasilitas yang ditawarkan. Promosi tersebut dimuat Gids voor Indie:
Handleiding en Hotel Pension-, Toko en Dienstengids voor New Comers en
Touristen in Ned-Indie. Misalnya iklan peternakan sapi di beberapa kota besar
seperti Batavia, Bandung dan Semarang. Salah satunya iklan Melkerij
“Petamboeran” yang merupakan peternakan tertua dan terbesar di
Petamboeran, Paalmerah (Jakarta). Iklan tersebut memperlihatkan bahwa para
turis (kulit putih) tak perlu khawatir jika di Hindia juga tersedia minuman susu.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
32
5.1 Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi ( Susin)
Proses pembuatan susu perah menjadi susin. Skema proses pembuatan
susin dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses pembuatan susin
Proses pembuatan produk olahan susu dilakukan melalui 2 uji
pengamatan yang pertama uji kualitas secara manual dan yang kedua uji
dengan mencampurkan alkohol kedalam 70% lalu diaduk.
Sapi perah
Pengamatan uji kualitas
Pemanasan
Pencampuran
Pendinginan
Uji Manual(Manusia)
Uji Alkohol
Gula pasir
Pewarna
Pengemasan
Penyimpanan / Prizer
33
Susu dimasukkan kedalam tangki pemanas (pasteurisasi) lalu
dipanaskan selama 30 menit dengan suhu 30okemudian di tambahkan gula dan
pewarna (strawberi dan coklat).
Kemudian didinginkan kurang lebih 4o C sambil ditambahkan perasa
lalu di aletkan kedalam mesin pengemas gelas sambil dikemas setelah
pengemasan lalu dimasukkan kedalam prizer.
5.2 Biaya Produksi Usaha Produk Olahan Susu ( Susin)
Biaya produksi adalahbiaya yang dikeluarkan untuk
membiayaioperasional perusahaan selama perusahaan beroperasi atau kegiatan
perusahaan berlangsung. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variabel (variable cost).
Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap usaha ini dikeluarkan dalam sekali
setahun yaitubiaya pajak dan biaya penyusutan alat (ember, Baskom, mesin
pemanas (pasteurisasi), mesin pengemas, mesin pendingin (prizer), kuling
yunit, dan printer). Dalam 1 periode industri pengolahan susin menggunakan 2
unit ember dengan harga lama sebesar Rp 30.000 dan harga baru sebesar Rp
15.000, 1 buah baskom dengan harga lama sebesar Rp 20.000 dan harga baru
sebesar Rp 10.000, 1 unit mesin pemanas (pasteurisasi) dangan harga
lamasebesar Rp 70.000.000 dan harga baru sebesar Rp 45.000.000, 1 unit
mesin pengemas dengan harga lama sebesar Rp 60.000.000 dan harga baru
sebesar Rp 30.000.000, 1 unit mesin pedingin (frizer) dengan harga lama
sebesar Rp 5.000.000 dan harga baru sebesar Rp 2.000.000, 1 unit kuling yunit
34
dengan harga lama sebesar Rp 40.000.000 dan harga baru sebesar Rp
20.000.000, 1 unit printer dangan harga lam sebesar Rp 700.000 dan harga baru
sebesar Rp 500.000. sehingga mendapatkan jumlah nilai penyusutan alat
sebesar Rp 15.712.500biaya tetap yang dikeluarkan selama proses produksi
pertahun dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Tetap Olahan Susu Sapi Di Desa Gunung Perak Kecamatan
Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
TahunBiaya Tetap
Jumlah (Rp)Pajak (Rp) NPA (Rp)
2015 60.000 15.712.500 16.432.500
Sumber : Data primer setelah di Olah 2016.
Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya tetap usaha produk olahan susu sapi
yang terdiri dari pajak, biaya listrik, dan biaya penyusutan alat. Biaya pajak
sebesar Rp 60.000. Nilai penyusutan alat didapat dari nilai (harga) baru
dikurangi nilai (harga) lama dibagi dengan lama pemakaian. Biaya penyusutan
alat sebesar Rp15.712.500
Biaya tidak tetap adalah biaya yang mempengaruhi naik turunnya
produksi. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan dari usaha produk olahan susu
perah terdiri dari biaya bahan baku (susu perah) dan bahan tambahan (gula
psir, pewarna( stawberi dan coklat), kemasan gelas, dan tenaga kerja). Biaya
tidak tetap yang dikeluarkan selama proses produksi perbulan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya Variabel Usaha Produk Olahan Susu Perah Di Desa GunungPerak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
Tahun Bulan Jumlah (Rp)2015 Maret 185.000
35
April 185.000Mei 185.000Juni 185.000Juli 185.000
Agustus 185.000September 185.000Oktober 185.000
November 185.000Desember 185.000
2016 Januari 185.000Februari 185.000
Jumlah 2.220.000Rata-rata 185.000
Sumber: Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 4, menunjukkan bahwa biaya variabel usaha produk olahan susu
perah yang terdiri dari ( susu perah, gula pasir, pewarna (strawberi dan coklat),
kemasan (gelas), dan tenaga kerja). Pada tahun 2015 dari bulan maret sampai
bulan februari tahun 2016 biaya variabel adalah sebesar Rp 185.000
Bulan maret jumlah bahan baku (susu perah) yang diolah menjadi susin
sebanyak 2000 liter sehingga pada bulan berikutnya biaya variabel yang
dikeluarkan sebanyak Rp 2.220.000. Hal ini disebabkan oleh usaha produk
olahan susu perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten
Sinjai yang membeli produk olahan susu perah masih sedikit sehingga jumlah
bahan baku utama yang diolah masih sedikit, dan masyarakat sedikit yang
mengenal produk susin.
Semakin banyak jumlah bahan baku (susu perah) maka semakin besar
biaya biaya bahan tambahan seperti gula pasir, pewarna (strawberi dan coklat),
kemasan (gelas), dan listrik. Jumlah bahan tambahan yang digunakan jika
bahan baku sebanyak 100 liter susu perah yakni 5 kg gula pasir, 3 liter pewarna
36
strawberi dan 3 liter pewarna coklat, 700 kemasan gelas, dan biaya listrik
bervariasi karena di pengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan baku yang diolah
menjadi Susin.
Tenaga kerja yang ada produk olahan susu perah di Desa Gunung Perak
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai sebanyak 3 orang yang terdiri dari
anggota keluarga pemilik. Dalam pengolahan Susin ada beberapa uraian
kegiatan yakni dimulai dari pengamatan uji kualitas dimana ada uji kualiatas
secara alkohal dan uji manual (manusia), pemanasan, pencampuran (gula pasir
dan pewarna), pendinginan, pengemasan, dan penyimpanan (prizer). Jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan susu perah 100 liter yakni 3
0rang. Upah tenaga kerja dalam 1 bulan Maret sampai februari sebesar Rp
700.000.
Total biaya merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan
produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak dan biaya penyusutan alat yang
digunakan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari Susu Perah, Gula Pasir,
Pewarna, Kemasan (gelas), Listrik, Tenaga kerja. Total biaya produksi usaha
produk olahan susu dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Total Biaya Dari Usaha Produk Olahan Susu Perah di Desa GunungPerak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Tahun
Total biaya
Jumlah (Rp)Biaya tetap (Rp)
Biaya variabel
(Rp)
2015 16.432.500 27.420.000 43.852.500
37
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016.
Tabel 5, menunjukkan bahwa total biaya usaha produk olahan susu perah
terbagi menjadi dua yakni biaya tetap dan biaya variabel. Pada tahun 2015 total
biaya usaha produk olahan susu perah sebesar Rp 43.852.500 yang diperoleh
dari penjumlahan biaya tetap yang terdiri dari pajak dan biaya penyusutan alat
sebesar Rp 16.432.500 dan biaya variabel terdiri dari susu perah, gula pasir,
pewarna, kemasan (gelas), listrik dan tenaga kerja sebesar Rp 27.420.000.
5.3 Penerimaan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah
Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga
jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya- biaya
produksi dalam satu kali periode produksi. Dari penerimaan dan pendapatan
suatu usaha tersebut dibutuhkan informasi tentang biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap ( variabel cost). Biaya adalah pengorbanan-pengorbanan
mutlak yang harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu
hasil. Untuk menghasilkan barabg atau jasa tentu ada bahan baku, bahan
tambahan, tenaga kerja, dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat
dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan
dapat diperoleh suatu hasil.
Tabel 6. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi di DesaGunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Tahun Bulan Nilai (Rp)
2015
Maret 5.000.000April 5.000.000Mei 5.000.000Juni 5.000.000
38
Juli 5.000.000Agustus 5.000.000September 5.000.000Oktober 5.000.000November 5.000.000Desember 5.000.000
2016Januari 5.000.000Februari 5.000.000
Jumlah 60.000.000
Sumber: Data primer Setelah Diolah 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa penerimaan usah produk olahan susu sapi
perah berasal dari penjualan susin yang satu dosnya terdiri dari 20 unit.
Penjualan susu perah masih sangat rendah karena disebabkan oleh kurangnya
masyarakat yang mengetahui tentang adanya pengolahan susu perah.
5.4Pendapatan Produk Olahan Susu Perah
Pendapatan dalam hal ini adalah total penerimaan yang diperoleh dari
peternak dengan menghitung jumlah produksi susu perah yang diperoleh
kemudian dikalikan dengan harga jual.Selanjutnya total penerimaan tersebut
dikurangi dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap.Adapun biaya tetap berupa pajak bangunan dan nilai
penyusutan alat yang digunakan dalam proses pembuatan sapi perah,sedangkan
biaya tidak tetap berupa tenaga kerja , kemasan, perasa, dan gula pasir.
Pendapatan usaha produk olahan susu sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan
Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Total pendapatan per tahun susu perah kecamatan sinjai baratkabupaten sinjai, 2015
NO Uraian Jumlah
(unit)
Harga
(Rp/unit)
Nilai
39
1 Produksi (Liter) 24.000 2.500 60.000.000
2 Biaya
-Biaya tetap
a) Penyusutan alat
b) pajak
- Biaya variabel
a) Tenaga kerja
(Orang)
b) Kemasan
(Unit/gelas)
c) Perasa (unit)
d) Gula pasir (kg)
36
250
6
5
700.000
300
35.000
15.000
15.712.500
60.000
27.420.000
25.200.000
75.000
35.000
75.000
3 Total biaya 43.853.500
4 Total pendapatan 16.147.500
Tabel7. menunjukkan hasil analisis bahwa per tahun usaha sapi perah
yaitu sebesar Rp 60.000.000 per tahun yang diperoleh dari hasil kali jumlah
produksi dikali dengan harga yaitu sebesar 24.000 liter dikali Rp 2.500 per
liter. Total biaya sebesar Rp 43.853.500 yang diperoleh dari biaya tetap dan
biaya tidak tetap,biaya tetap terdiri dari penyusutan alat sebesar Rp 15.712.500
dan pajak bangunan sebesar Rp 60.000, sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari
kemasan Rp 75.000, tenaga kerja sebesar Rp 25.200.000,perasa sebesar Rp
35.000 dan gula pasir sebesar 75.000 Total pendapatan sebesar Rp 16.147.500
yang diperoleh dari penerimaan dimana produksi dikali harga susu murni.
40
Komponen biaya dalam penelitian ini yakni biaya tetap dan biaya tidak
tetap.Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya
produksi yang dihasilkan.Biaya tetap usaha sapi perah yang dikeluarkan yakni
biaya pajak,biaya penyusutan alat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
41
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan peternak sapi perah di
Kecamatan Sinjai Barat dari olahan susu perah dari tahun 2015 sampai tahun
2016 sebesar Rp16.147.500.Dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000 /
tahun, dan total biaya sebesar Rp 43.852.500. pendapatan masyarakat sangat
besar pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi perah di
Kecamatan Sinjai Barat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga
seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, pendidikan serta kesehatan
secara layak, keberadaan pabrik memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan,
maka berikut ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Parapeternak diharapkan banyak mencari informasi tentang cara-cara
pengelolaan sapi perah yang baik dan benar, terutama kepada penyuluh
peternakan maupun kepada sesama peternak didaerah lain yang sudah
berhasil dan tetap membudidayakan sapi perah karena dapat membantu
perekonomian keluarga.
2. Bagi tenaga kerja lebih meningkatkan kinerjanya untuk peningkatan
produksi yang berkualitas agar lebih bertambah kontribusi yang
didapatkan dari peternakan sapi perah.
42
3. Bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan sapi perah kiranya dapat
menggambarkan lebih luas lagi tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan usaha peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
43
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis )Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Data Hasil Peternakan Tahun 2014.Potensi Peternakan. Di akses Februari2016.http://www.sinjai.go.id/sinjai
Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.
Haefiadi. 2010. Aspek-aspek geografis yang mendukung usaha peternakanayam ras di Desa Lise Kecamatan Panca Lautang KabupatenSidrap. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,UNM: Makassar
Hardjosworo, Peni. Dkk. 1987.Pengembangan Peternakan Di Indonesia,Model, Sistem Dan Peranannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Nuraini, Sitti. 2010.Kebijakan Kelembagaan Pada Pengembangan PeternakanSapi Perah di Sulawesi Selatan.
Suryanto DKK. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas PeternakanUNDIP.
Sudono, DKK. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agro MediaPustaka: Jakarta
Tawaf, Rochadi. 2011. Budidaya ternak sapi perah (Bos sp.). Di akses Februari2011. http://www.Dunia Sapi.com
Taspirin, Didin. 2010. Deskripsi Sapi Perah Frie Holland. UniversitasPadjajaranMedia-2. Semarang: www.Britanika.com.Di akses Februari 2011
Wardana.2010. Kajian Prospek Usaha Industri gula Aren di Desa Ajang PuluKecamatan Cina Kabupaten Bone.Skripsi. Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, UNM: Makassar
Willamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di DaerahTropis. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta (Terjemahan oleh: SGN Djiwa Darmaja).