analisis pdb nominal, tingkat bunga deposito …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. analisis pdb...

16
Jurnal EKBIS /Vol. VI/ No.1/edisi Maret 2012 | 362 ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO SATU BULAN, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2000.I-2009.IV. *( Abid Muhtarom Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi meliputi investasi, produksi, dan konsumsi. Peranan uang dalam perekonomian dapat diamati dari dua sektor yang saling terkait, yaitu sektor riil (pasar barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar uang). Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Nilai uang yang stabil dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan kegiatan perekonomian, baik konsumsi maupun investasi sehingga perekonomian nasional dapat bergairah, selain itu, inflasi yang terkendali dan rendah dapat mendukung terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil. Bagi golongan masyarakat ini, yang umumnya mencakup sebagian besar penduduk, harga-harga yang terus meningkat menyebabkan kemampuan daya beli untuk memenuhi kebutuhan dasar akan semakin rendah, demikian pula inflasi yang tidak stabil akan mempersulit keadaan dunia usaha Jumlah uang beredar diluar kendali dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.Teknik analisis yang digunakan untuk estimasi parameter dalam model adalah dengan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis perhitungan regresi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pembuktian hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut: (a). Pada model 1 variabel yang signifikan mempengaruhi permintaan uang M1 adalah produk domestik bruto dan tingkat bunga deposito 1 bulan, sedangkan variabel yang tidak signifikan mempengaruhi M1 adalah indeks harga konsumen. (b). Pada model 2 variabel yang signifikan mempengaruhi permintaan uang M2 adalah produk domestik bruto dan tingkat suku bunga deposito 1 bulan, sedangkan variabel yang tidak signifikan mempengaruhi M2 adalah indeks harga konsumen. Kata Kunci : PDP Nominal, Tingkat harga Deposito, indek harga konsumen , permintaan uang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi meliputi investasi, produksi, dan konsumsi. Peranan uang dalam perekonomian dapat diamati dari dua sektor yang saling terkait, yaitu sektor riil (pasar barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar uang). Ketidakseimbangan uang beredar (excess demand for money or excess money supply) di pasar uang mempengaruhi tingkat bunga melalui interaksi pasar uang dan pasar barang ini, maka perubahan permintaan uang atau penawaran uang akan berpengaruh pada perubahan harga barang dan jasa. Kenaikan harga terus-menerus merupakan fenomena ekonomi yang mempunyai dampak terhadap daya saing barang di pasar internasional (ekspor), distribusi pendapatan dan mobilisasi dana lewat lembaga keuangan. Inflasi merupakan opportunity cost bagi masyarakat dalam memegang aset financial. Semakin tinggi perubahan tingkat harga maka makin tinggi

Upload: truongliem

Post on 29-Mar-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 362

ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO SATU BULAN, DAN INDEKS

HARGA KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA PERIODE

TAHUN 2000.I-2009.IV.

*( Abid Muhtarom

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor

moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi

meliputi investasi, produksi, dan konsumsi. Peranan uang dalam perekonomian dapat diamati dari

dua sektor yang saling terkait, yaitu sektor riil (pasar barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar

uang). Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Nilai uang yang stabil dapat menumbuhkan

kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan kegiatan perekonomian, baik konsumsi

maupun investasi sehingga perekonomian nasional dapat bergairah, selain itu, inflasi yang

terkendali dan rendah dapat mendukung terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang

berpendapatan tetap seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil. Bagi golongan masyarakat ini,

yang umumnya mencakup sebagian besar penduduk, harga-harga yang terus meningkat

menyebabkan kemampuan daya beli untuk memenuhi kebutuhan dasar akan semakin rendah,

demikian pula inflasi yang tidak stabil akan mempersulit keadaan dunia usaha Jumlah uang

beredar diluar kendali dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi perekonomian secara

keseluruhan.Teknik analisis yang digunakan untuk estimasi parameter dalam model adalah

dengan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis perhitungan regresi yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka pembuktian hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut: (a).

Pada model 1 variabel yang signifikan mempengaruhi permintaan uang M1 adalah produk

domestik bruto dan tingkat bunga deposito 1 bulan, sedangkan variabel yang tidak signifikan

mempengaruhi M1 adalah indeks harga konsumen. (b). Pada model 2 variabel yang signifikan

mempengaruhi permintaan uang M2 adalah produk domestik bruto dan tingkat suku bunga

deposito 1 bulan, sedangkan variabel yang tidak signifikan mempengaruhi M2 adalah indeks

harga konsumen.

Kata Kunci : PDP Nominal, Tingkat harga Deposito, indek harga konsumen , permintaan uang

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi Indonesia tidak

terlepas dari keterlibatan sektor moneter.

Sektor moneter melalui kebijakan moneter

digunakan untuk memecahkan berbagai

masalah ekonomi meliputi investasi, produksi,

dan konsumsi. Peranan uang dalam

perekonomian dapat diamati dari dua sektor

yang saling terkait, yaitu sektor riil (pasar

barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar

uang). Ketidakseimbangan uang beredar

(excess demand for money or excess money

supply) di pasar uang mempengaruhi tingkat

bunga melalui interaksi pasar uang dan pasar

barang ini, maka perubahan permintaan uang

atau penawaran uang akan berpengaruh pada

perubahan harga barang dan jasa.

Kenaikan harga terus-menerus

merupakan fenomena ekonomi yang

mempunyai dampak terhadap daya saing

barang di pasar internasional (ekspor),

distribusi pendapatan dan mobilisasi dana lewat

lembaga keuangan. Inflasi merupakan

opportunity cost bagi masyarakat dalam

memegang aset financial. Semakin tinggi

perubahan tingkat harga maka makin tinggi

Page 2: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 363

pula opportunity cost untuk memegang aset

financial, artinya masyarakat akan merasa lebih

beruntung jika memegang aset riil

dibandingkan aset financial pada saat terjadi

inflasi tinggi. Salah satu fungsi uang yaitu

sebagai penyimpan kekayaan, dimana orang

menempatkan uang pada lembaga keuangan

yang dipercayai, bahwa uang yang ditempatkan

tersebut mampu memberikan nilai lebih tinggi

daripada nilai uang sebelumnya. Fungsi uang

lain sebagai alat pembayaran untuk pembelian

barang dan jasa, pembayaran utang, pajak, dan

lainnya (Purwanto, 2007:2)

Makin tinggi tingkat bunga, maka

makin rendah keinginan masyarakat untuk

memegang uang dalam bentuk tunai karena

ongkos memegang uang tunai (opportunity cost

holding of money) makin tinggi dan sebaliknya

makin rendah tingkat bunga maka makin besar

keinginan masyarakat untuk memegang uang

tunai. Tingkat bunga mempengaruhi keputusan

individu terhadap pilihan membelanjakan uang

lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam

bentuk tabungan. Tingkat bunga juga

merupakan sebuah harga yang menghubungkan

masa kini dengan masa depan melalui interaksi

permintaan dan penawaran uang (Suhaidi,

2000:3).

Jumlah uang tunai yang dipegang

masyarakat (jumlah uang beredar) sebagai

indikator inflasi. Keynes dalam buku Mankiw

(2000:144-145) menyebutkan bahwa inflasi

terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar

batas kemampuan ekonominya. Naiknya

jumlah uang beredar akan menaikkan

permintaan agregat (agregat demand), apabila

tidak diikuti pertumbuhan sektor riil akan

menyebabkan naiknya tingkat harga. Hal ini

berarti jika pertumbuhan di sektor moneter

diikuti oleh meningkatnya pertumbuhan output

maka inflasi bisa diminimalisir. Dalam analisis

kurva pasar barang dan pasar uang (IS-LM),

keseimbangan kegiatan perekonomian

ditentukan oleh interaksi keadaan di pasar uang

dan pasar barang. Keseimbangan menunjukkan

tercapainya kondisi yang stabil baik suku

bunga dan pendapatan nasional yang berlaku di

pasar uang dan pasar barang.

Tingkat bunga juga digunakan

pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga.

Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang

beredar di masyarakat banyak sehingga,

konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi

oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat

bunga yang tinggi. Dengan tingkat bunga yang

tinggi diharapkan dapat mengurangi jumlah

uang beredar sehingga permintaan agregat pun

akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun

1997 tidak saja meruntuhkan industri

perbankan nasional tetapi juga menggoyahkan

perekonomian melalui pertumbuhan ekonomi.

Krisis moneter berdampak langsung terhadap

permintaan uang. Naik turunnya tingkat bunga

SBI yang diikuti oleh naik turunnya tingkat

bunga deposito dan kredit perbankan yang pada

gilirannya berdampak pada volume dana yang

dihimpun dan kredit yang diberikan pada

masyarakat. Kebijakan tingkat bunga menjadi

pilihan penting bagi bank sentral dalam upaya

mengendalikan gejolak moneter.

Tingginya laju inflasi menyebabkan

menurunnya daya beli masyarakat (Syahril,

2003:17). Pada saat krisis, terjadi peningkatan

keinginan masyarakat untuk memegang uang

tunai disebabkan hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap sistem perbankan yang

ada dengan terjadinya rush (pengambilan uang

besar-besaran secara serentak oleh masyarakat

di berbagai bank di seluruh Indonesia.

Keynes menyatakan bahwa permintaan

uang kas untuk tujuan transaksi tergantung dari

pendapatan (Nopirin, 1992:11). Makin tinggi

pendapatan, makin besar keinginan akan uang

kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat

yang tinggi tingkat pendapatannya, biasanya

melakukan transaksi yang lebih banyak

dibandingkan seseorang atau masyarakat yang

pendapatannya lebih rendah. Penduduk yang

tinggal di kota besar cenderung melakukan

transaksi lebih besar dibanding yang tinggal di

desa (Lestari, 2006:3)

Bank sentral mempunyai peran dalam

mengedarkan uang. Bank sentral merupakan

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan

dan mengedarkan mata uang sebagai sarana

pembayaran yang sah di suatu negara

(Doriyanto, 2001:2).

Kestabilan nilai mata uang sangat

penting untuk mendukung pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan

kesejahteraan rakyat. Nilai uang yang stabil

dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat

dan dunia usaha dalam melakukan kegiatan

Page 3: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 364

perekonomian, baik konsumsi maupun

investasi sehingga perekonomian nasional

dapat bergairah, selain itu, inflasi yang

terkendali dan rendah dapat mendukung

terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap seperti pegawai

negeri dan masyarakat kecil. Bagi golongan

masyarakat ini, yang umumnya mencakup

sebagian besar penduduk, harga-harga yang

terus meningkat menyebabkan kemampuan

daya beli untuk memenuhi kebutuhan dasar

akan semakin rendah, demikian pula inflasi

yang tidak stabil akan mempersulit keadaan

dunia usaha Jumlah uang beredar diluar

kendali dapat menimbulkan pengaruh buruk

bagi perekonomian secara keseluruhan.

Pengaruh yang buruk dari kurang

terkendalinya jumlah uang beredar tersebut

antara lain dapat dilihat pada kurang

terkendalinya perkembangan variabel ekonomi

utama, yaitu inflasi. Peningkatan jumlah uang

beredar yang berlebihan dapat mendorong

peningkatan harga melebihi tingkat yang

diharapkan sehingga dalam jangka panjang

dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang

beredar rendah maka kelesuan ekonomi akan

terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus

menerus, kemakmuran masyarakat secara

keseluruhan akan mengalami penurunan.

Kondisi tersebut antara lain melatarbelakangi

upaya yang dilakukan oleh otoritas moneter

dalam mengendalikan jumlah uang beredar

dalam perekonomian. Kegiatan mengendalikan

jumlah uang beredar tersebut disebut kebijakan

moneter, yang merupakan salah satu dari

kebijakan ekonomi makro yang digunakan oleh

otoritas moneter (Bank Indonesia, 2003:62).

Permintaan uang di Indonesia

mengalami perkembangan sesuai dengan

berkembangnya kebijakan bank sentral yang

memungkinkan berkembangnya jenis simpanan

di perbankan. Keinginan masyarakat untuk

menabung dan mendepositokan uangnya sangat

dipengaruhi oleh kemudahan dalam

memperolehnya dan berbagai fasilitas yang

ditawarkan perbankan.

Jumlah uang beredar (M1 dan M2)

selama tahun 2000-2009 cenderung mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun, seperti terlihat

pada tabel 1.1, dimana M1 cenderung

meningkat jumlahnya dari sebesar Rp 124.663

miliar pada periode triwulan I tahun 2000

meningkat hingga mencapai Rp 515.824 miliar

pada triwulan IV tahun 2009. Sedangkan

perkembangan M2 Indonesia selama tahun

2000-2009 juga cenderung mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Seperti terlihat

pada tabel 1.1, dimana M2 cenderung

meningkat jumlahnya dari sebesar Rp 656.451

miliar pada triwulan I tahun 2000 meningkat

hingga mencapai Rp 2.141.380 miliar pada

triwulan IV tahun 2009.

Grafik

Pertumbuhan M1 dan M2

Sumber: Bank Indonesia diolah

Pertumbuhan uang dalam arti luas (M2)

ternyata lebih cepat dibanding dengan uang

dalam arti sempit (M1), hal ini disebabkan

karena adanya kenaikan yang pesat dari

deposito berjangka dan tabungan di bank-bank

di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian skripsi

dengan judul “Analisis PDB nominal, tingkat

bunga deposito satu bulan, dan indeks harga

konsumen terhadap Permintaan Uang di

Indonesia Periode Tahun 2000.I-2009.IV”..

Model Analisis

Teknik analisis yang digunakan untuk

estimasi parameter dalam model adalah dengan

Ordinary Least Square (OLS) merupakan model regresi untuk melihat hubungan antar

dua variabel. Salah satu variabel menjadi

variabel bebas (Independent variable) dan

variabel yang lain menjadi variabel terikat

(Dependent variable).

Model persamaan dasar penelitian ini

menggunakan fungsi dari Aggregate Demand

yang dinamakan „Permintaan Uang Indonesia‟.

Berikut adalah model yang dilakukan dalam

penelitian ini:

M1

M2

Page 4: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 365

2

2

Model 1: M1d

= f(Y, r, π)

……………………………… ……..(2.1)

yang dikhawatirkan dapat memperlambat

proses pertumbuhan ekonomi di tahun 2002.

Model 2 :M d

…(2.2)

Keterangan :

= f Y, r, π)…………………

Pertumbuhan M1 pada tahun 2002,

triwulan I, II, III, dan IV sebesar -6,5%, 4,72%,

4,46%, dan 5,58%. Peningkatan M1 terjadi

pada peningkatan uang giral terutama pada rekening giro milik pemerintah yaitu 57,96%.

M1d= Permintaan uang nominal (M1)

M d= Permintaan uang nominal (M2)

Y= PDB nominal

r= Tingkat bunga deposito satu bulan

𝜋= Indeks harga konsumen Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perkembangan M1 Indonesia

Nilai M1 pada periode penelitian

(2000-2009) cenderung mengalami kenaikan

dari tahun ke tahun, seperti terlihat pada grafik

4.1 dimana M1 cenderung meningkat jumlahnya dari sebesar Rp 124.663 miliar

rupiah pada triwulan pertama tahun 2000

meningkat hingga mencapai Rp 515.824 miliar

rupiah di akhir periode penelitian. Tahun 2000,

M1 didominasi dengan uang giral 55,38%, dan

uang kartal sebesar 44,62%.

Grafik

Perkembangan M1

Q1 2000

Q2 2000

Q3 2000

Q4 2000

Q1 2001

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Pertumbuhan M1 cenderung

berfluktuasi.Periode 2000-2001 pertumbuhan

M1 cenderung stabil dikisaran 4-8%, pada

triwulan IV tahun 2000 terjadi kenaikan M1

sangat tinggi sebesar 19,75%. Tahun 2001

didominasi oleh uang giral dengan 57,04%,

sedang uang kartal 42,96%. Pada tahun 2002

likuiditas perekonomian menunjukkan

perkembangan mulai meningkat, namun

demikian, perkembangan tersebut masih harus

diwaspadai akibat terus menurunnya

pertumbuhan tahunan semua agregat moneter

Pada tahun 2003 pertumbuhan M1 sebesar -

5,57%, 7,71%, 6,33%, dan 7,80%. Pada

triwulan II, III, dan IV mulai membaik dan

menunjukkan peningkatan. Peningkatan terjadi

pada uang giral yaitu sejalan dengan

peningkatan kegiatan dunia usaha dan inflasi

turun sehingga menyebabkan meningkatnya

permintaan uang M1 mencerminkan tanda-

tanda membaiknya daya beli di perekonomian.

Tahun 2003, uang M1 didominasi oleh uang

giral yaitu 57,75%.

Pada tahun 2004 pertumbuhan M1

triwulan I, II, III, dan IV adalah -2,1%, 3,22%,

3,77%, 4,80%, menunjukkan bahwa

pertumbuhan M1 lebih rendah dari tahun

sebelumnya. Tahun 2004, pertumbuhan M1

didominasi oleh uang giral sebesar 56,95%.

Pada tahun 2005 triwulan I, II, III, dan IV

pertumbuhan M1 sebesar -0,79%, 7,29%,

2,27%, 1,27%. Pada triwulan II tahun 2005

pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh

dengan adanaya peran investasi yang semakin

besar. Peningkatan terjadi pada uang giral.

Tahun 2006 kondisi likuiditas M1, tumbuh

cukup tinggi sepanjang tahun, M1 tumbuh

mencapai 28,1% jauh lebih tinggidibanding

pertumbuhan pada 2005 yakni 11,1%. Tahun

2007 sampai dengan tahun 2008 pada

pertumbuhan M1 berfluktuatif. Pada tahun

2007 triwulan II, III, IV, pertumbuhan M1

mengalami kenaikan cukup tinggi berturut-

turut yaitu sebesar 12,07%, 7,61%, dan 12,49%

yang didominasi oleh uang giral. Hal ini

didorong karena perkembangan makro

ekonomi serta moneter yang membaik, serta

laju inflasi yang relatif stabil yaitu sebesar

0,30% (mtm).

Berdasarkan diagram pada triwulan I tahun 2008 pertumbuhan M1 mengalami

penurunan hingga mencapai -8,95%. Turunnya

tingkat pertumbuhan ini dikarenakan likuiditas

perekonomian tumbuh melambat, sehingga

pertumbuhan M1 mengalami penurunan. Pada

tahun 2009 triwulan I, II, III, IV pertumbuhan

M1 sebesar -1,91%, 7,72%, 1,53%, 5,26%.

Tahun 2009 kurang stabil menunjukkan

Page 5: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 366

Tahun

likuiditas perekonomian masyarakat mengalami

penurunan (tumbuh rendah).

Diagram

Perkembangan M1

Sumber: Bank Indonesia. 2000-200

Perkembangan M2 Indonesia

Permintaan uang M2 terus mengalami

pertumbuhan yang positif. Hal ini didorong

oleh peningkatan kegiatan perekonomian

nasional, dan berkembangnya pasar keuangan

serta semakin meningkatnya arus modal.

Perkembangan M2 Indonesia pada periode

penelitian (2000-2009) cenderung mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun.Seperti terlihat

pada grafik 4.2, dimana tingkat M2 cenderung

meningkat jumlahnya dari sebesar Rp 656.451

miliar rupiah pada triwulan I tahun 2000

meningkat hingga mencapai Rp 2.141.380

miliar rupiah diakhir periode penelitian

Grafik

Perkembangan M2

Q1 2000

Q2 2000

Q3 2000

Q4 2000

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Tahun 2000-2009 triwulan I, II, III, IV

berturut-turut mengalami pertumbuhan

permintaan M2 yang berberfluktuatif.Pada

tahun 2000 M2 didominasi uang rupiah yaitu

kuasi sebesar 59,52%, valas 40,48%. Pada

triwulan III tahun 2001 terjadi penurunan

sebesar -1,67%. Pada periode triwulan II tahun

2001 sampai triwulan I tahun 2008 mulai

terjadi pertumbuhan M2 yang berfluktuatif

.Pada tahun 2001, M2 didominasi oleh time

deposit.Pada tahun yang sama yakni 2001,

triwulan II terjadi kenaikan M2 sebesar 3,86%,

triwulan III terjadi penurunan -1,67%, triwulan

IV naik menjadi 7,78% dan pada tahun 2002

triwulan I kembali turun -1,49%, triwulan II

naik kembali sebesar 0,87%. Dari tahun 2002

sampai dengan triwulan I tahun 2008 terjadi

selalu fluktuatif pada tiap tahun pada awal

periode triwulan, pada akhirnya periode

triwulan II tahun 2008 sampai dengan periode

triwulan IV tahun2009, perkembangan M2

selalu mengalami kenaikan, yang dapat dilihat

pada tabel 4.2.Sedangkan periode 2000-2001

pertumbuhan M2 cenderung stabil dikisaran 2-

8%.

Grafik menunjukkan pola

pertumbuhan M2 yang cenderung fluktuatif

pada periode 2002 sampai 2006. Tahun 2002,

M2 triwulan I, II, III, dan IV sebesar -1,49%,

0,87%, 2,51%, dan 2,81%. Pertumbuhan

negatif ini berkaitan dengan menurunnya

tingkat bunga deposito selama periode 2002

dan semakin berkembangnya obligasi dan

produk reksa dana yang menjanjikan tingkat

return yang lebih tinggi. Periode 2003

pertumbuhan M2 meningkat yang disebabkan

oleh ekspansi kredit yang dilakukan.

Sedangkan periode 2004, pertumbuhan M2

cenderung naik. (Laporan Bank Indonesia

Triwulanan, 2004)

Pada tahun 2005 triwulan II, III, dan IV

terjadi peningkatan M2 sebesar 5,26%, 7,20%,

4,22% disebabkan oleh meningkatnya kegiatan

ekonomi, kondisi likuiditas perekonomian yang

tercermin pada pengaruh ekspansi tagihan

perbankan pada sektor swasta ditambah dengan

ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah.

Meskipun demikian, secara riil kondisi

likuiditas perbankan belum mampu diserap

secara optimal untuk pembiayaan ekonomi,

karena kondisi internal perbankan dan

permasalahan di sektor riil.(Laporan Bank

Indonesia Triwulanan, 2005)

Pada tahun 2006, pertumbuhan M2

sedikit lebih rendah pada tahun 2005, yang

dapat dilihat pada grafik 4.2 Sedangkan pada

triwulan selanjutnya mulai pada triwulan IV

kembali positif.Kenaikan pertumbuhan M2

didukung oleh meningkatnya pertumbuhan

Pe

rtu

mb

uh

an M

1 In

do

nes

ia

(%)

Page 6: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 367

Tahun

tabungan, sementara deposito mulai tumbuh

stabil setelah cenderung menurun sejak awal

tahun 2006.Sementara itu, berlebihnya kondisi

likuiditas di pasar uang di tengah belum cukup

tingginya akses akselerasi penyaluran kredit

tercermin pada masih rendah serta cenderung

melambat penciptaan M2. Pada tahun 2007,

pertumbuhan likuiditas M2 dikategorikan

tinggi pada triwulan II, III, dan IV yakni

5,46%, 4,28%, dan 8,75%, BI rate cukup kuat

mempengaruhi perkembangan komponen

likuiditas perekonomaian. Penurunan BI rate

mempengaruhi komponen likuiditas

perekonomian.

Pada tahun 2008, pertumbuahan M2

berturut-turut mencapai -3,83%, 6,83%, 4,38%,

dan 6,62% pada triwulan I, II, III, dan IV. Pada

triwulan pertama mengalami penurunan hingga

-3,83% dikarenakan lambatnya likuiditas uang

beredar yaitu pada tabungan dan simpanan

valas. Pada triwulan II, III, dan IV mengalami

kenaikan karena terjadi pelemahan nilai tukar

yang cukup tajam. Pada tahun 2009 berturut-

turut pertumbuhan M2 pada triwulan I, II, III,

dan IV yakni 1,1%, 3,17%, 2,04%, dan 6,11%

mengalami penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya. Penurunan likuiditas

perekonomian itu juga searah dengan pola

musimannya yang cenderung turun di awal

tahun, hampir seluruh komponen M2

mengalami penurunan yakni pada uang kartal

dan tabungan.Padatriwulan III, dan IV

mengalami kenaikan pada uang kuasi

masyarakat terkait dengan suku bunga deposito

yang relatif masih tinggi.Berbagai kondisi di

atas mencerminkan belum kuatnya indikasi

peningkatan aktivitas perekonomian

masyarakat yang tampak pada pertumbuhan

M2.

Diagram Perkembangan M2

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Perkembangan Produk Domestik Bruto

Indonesia

Kondisi ekonomi suatu wilayah secara

umum dapat ditunjukkan oleh Produk

Domestik Bruto. Besaran nilai Produk

Domestik Bruto (PDB) ini secara nyata mampu

memberikan gambaran mengenai nilai tambah

bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada

suatu negara dalam periode tertentu. Lebih

jauh, perkembangan besaran nilai PDRB

merupakan salah satu indikator yang dapat

dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu wilayah yang

tercermin melalui pertumbuhan ekonomi. Nilai

PDB atas dasar harga berlakudisajikan dalam

grafik di bawah ini. Besarnya PDB dalam dua

dasawarsa terakhir menunjukkan trend yang

terus meningkat. Nilai PDB tertinggi terjadi

pada tahun 2009 dengan nilai PDB mencapai

Rp. 1.884.118,58 miliar.

Grafik

Perkembangan Produk Domestik Bruto

Berlaku

Q1 2000

Q2 2000

Q3 2000

Q4 2000

Q1 2001

Q2 2001

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Tahun 1999-2000, seiring dengan

berbagai kebijakan pemerintah yang

diimplementasikan untuk keluar dari krisis

moneter, pertumbuhan GDP menunjukkan

trend peningkatan. Tahun 2000 kuartal 3,

pertumbuhan GDP meningkat menjadi sebesar

4,55 % dengan GDP sebesar Rp. 307.162,99

miliar.Grafik 4.3 menunjukkan bahwa periode

tahun 2001-2002 perkembangan GDP

mengalami peningkatan. Perkembangan GDP

tahun 2001 kuartal 1 sampai dengan berturut-

turut sebesar (dalam miliar) Rp. 308.660,96;

Rp. 311.743,09; Rp. 319.090,63; dan Rp.

309.372,90 dengan pertumbuhan GDP rata-rata

sebesar 0,28% pada tahun yang sama. Pada

tahun berikutnya (2002), perkembangan GDP

kuartal I sampai dengan IV berturut-turut

sebesar (dalam miliar) Rp. 317.146,94; Rp.

324.212,51; Rp. 336.175,89 dan Rp.

Pe

rtu

mb

uh

an

M2

Ind

on

esi

a…

Page 7: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 368

Tahun

324.468,95 dengan pertumbuhan GDP rata-rata

sebesar 1,24%. Fluktuasi pada pertumbuhan

GDP periode tahun 1999-2002 ini

menunjukkan kepercayaan masyarakat yang

belum pulih terhadap proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung..

Perkembangan GDP tahun 2003

sampai dengan 2006 cenderung stabil dan

meningkat. Berdasarkan tabel 4.3 tingkat GDP

tahun 2003-2006 berturut-turut sebesar (dalam

miliar) Rp. 1.367.069,34; Rp. 1.433.941,76;

Rp. 1.515.149,66; Rp. 1.598.234,25 dengan

pertumbuhan GDP sebesar 5%, 4,89%; 5,66%; dan 5,48%. Hal ini membuktikan bahwa upaya

pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dapat dikatakan cukup berhasil,

karena bila kita lihat pola pertumbuhan

beberapa tahun terakhir ini sudah mengalami

perbaikan. Semuanya ini dipacu oleh

membaiknya kondisi perekonomian.

Diagram

Perkembangan Produk Domestik Bruto

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Perkembangan Indeks Harga Konsumen

Indonesia

Permasalahan umum yang dihadapi

oleh hampir semua negara di dunia adalah

masalah inflasi. Hal ini karena jumlah uang

beredar yang tinggi dapat menyebabkan inflasi.

Inflasi yang tinggi dapat menimbulkan berbagai

akibat buruk pada perekonomian seperti

pertumbuhan ekonomi yang lambat serta

tingkat pengangguran yang terus meningkat.

Inflasi yang serius adalah tingkat inflasi yang

kelajuannya tidak dapat dikendalikan, sehingga

akan mengurangi tabungan, mengurangi gairah

perusahaan untuk melakukan investasi yang

produktif, dan dapat mengakibatkan

merosotnya nilai mata uang dan defisit dalam

neraca pembayaran.

Pada penelitian ini, laju inflasi diukur

berdasarkan Indeks Harga Konsumen dengan

tahun dasar tahun 2002 kuartal I. Penghitungan

IHK ini didasarkan pada perubahan harga-

harga konsumen di Indonesia. Perkembangan

indeks harga konsumen di Indonesia periode

tahun 2000 sampai dengan tahun 2009

disajikan di bawah ini.

Grafik

Perkembangan Indeks Harga Konsumen

Indonesia

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Laju indeks harga konsumen tahun

2000 yang berada pada kisaran yang rendah.

Trend laju IHK tahun 2000 menunjukkan pola

yang meningkat bila dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas

dari kepercayaan publik yang belum pulih

terhadap proses pemulihan ekonomi. Pada

tahun 2000 IHK berada pada level 97,45%

pada kuartal I dan sebesar 103,49% pada

kuartal IV.

Periode 2003-2004 pemerintah

berhasil menekan laju kenaikan harga sehingga

IHK berada pada kisaran 131,5%. Rendahnya

laju IHK ini dipacu oleh membaiknya kondisi

perekonomian. Namun seiring dengan kenaikan

harga BBM yang diterapkan oleh pemerintah

sebagai akibat naiknya harga minyak dunia

menyebabkan laju IHK meroket pada tahun

2005 sebesar 170,03%. Laju kenaikan IHK

akibat kenaikan bahan bakar minyak dunia trus

terjadi hingga tahun 2007 sebesar 192,45%.

Tahun 2008 laju IHK dapat ditekan meskipun

telah terjadi krisis global dunia

Pe

rtu

mb

uh

an P

DB

(%

)

Page 8: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 369

”SubrimeMortgage” menjadi 135,19%. Tahun

2009 dengan berbagai strategi yang diterapkan

pemerintah, laju IHK kemudian kembali turun

sampai mencapai level 137,2% pada kuartal III.

Perkembangan Tingkat Bunga

Deposito Satu Bulan

Perkembangan suku bunga deposito

dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009

mengalami fluktuatif. Krisis moneter tahun

tahun 1997-1998 menyebabkan kenaikan

drastis pada tingkat bunga SBI yang akhirnya

berpengaruh pada tingkat bunga deposito satu

bulan. Kondisi perekonomian yang tidak stabil,

pada masa krisis masa itu tercermin dari

pertumbuhan ekonomi yang negatif, nilai tukar

yang berfluktuasi tak menentu, jumlah uang

beredar yang terus meningkat, dan inflasi yang

terus melambung tinggi.

Pada tahun 2000 tingkat bunga 5,25%,

pada triwulan II tahun 2000, dimana kondisi

nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah

stabil. Tingkat bunga tahun 2001 menjadi

6,00% dimana tingkat inflasi masih cukup

tinggi. Pada tahun 2004 kondisi pertumbuhan

ekonomi rendah, maka tingkat bunga

diturunkan menjadi 1,5% untuk tetap menjaga

kegiatan perekonomian (investasi) dapat

berjalan stabil. Pada tahun 2005 terjadi

kenaikan harga minyak dunia yang

mempengaruhi tingkat inflasi dalam negeri,

sehingga tingkat bunga naik menjadi 2,37-

3,68%. Pada tahun 2006 tingkat bunga deposito

satu bulanan mengalami kenaikan dari tahun

2005 menjadi 3,8-4,1%, kondisi makroekonomi

belum stabil tahun 2006 ditandai dengan

tingginya inflasi dan masih rentannya pasar

finansial, sehingga Bank Indonesia menerapkan

kebijakan moneter ketat. Pada tahun 2007

permasalahan subprime mortgage semakin

menguat dan meluas sehingga mewarnai

perkembangan BI Rate, sejalan dengan itu agar

investasi tetap berjalan baik, tingkat bunga

deposito sebesar 4,18-4,26%. Pada tahun 2008-

2009 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate

yang berpengaruh pada tingkat bunga deposito

bulanan sebesar 7,26-11,16% untuk menjaga

perkembangan ekonomi dan keuangan serta

arah perkembangan inflasi dalm menghadapi

gejolak keuangan global yang berlanjut dan

perlambatan ekonomi dunia.

Grafik Perkembangan Tingkat Bunga

Deposito Satu Bulan

Q1 2000

Q2 2000

Q3 2000

Q4 2000

Q1 2001

Q2 2001

Q3 2001

Sumber: Bank Indonesia. 2000-2009

Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel produk domestik

bruto (PDB), indeks harga konsumen (IHK),

dan tingkat bunga deposito 1 bulan (DEP 1

BLN) berpengaruh pada permintaan uang M1

di Indonesia, dan apakah variabel produk

domestik bruto (PDB), indeks harga konsumen

(IHK), dan tingkat bunga deposito 1 bulan

(DEP 1 BLN) berpengaruh pada permintaan

uang M2 di Indonesia. Tahap tersebut meliputi:

Langkah pertama yang dilakukan

adalah uji akar-akar unit (unit roots test) yang

merupakan bagian dari uji stasionaritas. Uji

stasionaritas yang digunakan adalah uji

Augmented Dickey Fuller (ADF). Hasil uji akar

unit menunjukkan bahwa sebagian data tidak

stasioner pada tingkat level. Sehingga

dilakukan dengan uji derajat integrasi

berdasarkan ADF pada bentuk first different,

serta apabila pada tingkat first different data

belum stasioner maka dilakukan uji ADF pada

tingkat second different

Langkah kedua yang harus dilakukan

adalah uji asumsi klasik untuk melihat ada

tidaknya korelasi serial antara error, dan ada

tidaknya hubungan antara variabel bebas dan

error term.

Langkah ketiga adalah dilakukan uji

estimasi untuk mengetahui variabel independen

berpengaruh pada variabel dependen, lalu

dilihat nilai t, r, dan f.

Hasil Uji Stasioneritas Data

Page 9: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 370

Pengujian stasioneritasLangkah kedua

yang dilakukan adalah uji akar-akar unit (unit

roots test) yang merupakan bagian dari uji

stasionaritas. Uji stasionaritas yang digunakan

adalah uji Augmented Dickey Fuller (ADF).

Hasil uji akar unit menunjukkan bahwa

sebagian data tidak stasioner pada tingkat level.

Sehingga dilakukan dengan uji derajat integrasi

berdasarkan ADF pada bentuk first different,

serta apabila pada tingkat first different data

belum stasioner maka dilakukan uji ADF pada

tingkat second different data ini dilakukan

dengan uji akar Unit Root Test dengan

menggunakan metode Augmented Dickey

Fuller (ADF). Setelah diperoleh hasil uji ADF

statistik, kemudian dibandingkan dengan

MacKinnon critical value. Jika ADF t-statistik

lebih kecil daripada MacKinnon critical value

maka Ho ditolak dan sebaliknya H1 diterima.

Hal itu berarti bahwa data dinyatakan stasioner.

Pengujian ini akan dimulai pada bentuk level.

Bila masih belum stasioner, maka pengujian akan dilanjutkan dalam bentuk first different.

Uji ini menggunakan data time series,

karena jika variabel yang diteliti bersifat non

stasionery digunakan dalam pengujian maka

akan menimbulkan permasalahan yang disebut

regresi lancung atau spurious regression.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini

ada 6 variabel, yang meliputi M1, M2, PDB

nominal, Suku bunga deposito 1 bulan, dan

indeks harga konsumen. Hasil pengujian secara

lengkap disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Uji ADF Pada Tingkat Level- Intercept

Variabel ADF t- statistik

Probabilitas MacKinnon Critical Value

1% 5% 10%

M1 0.699813 0.9906 -3.61045 -2.9389 -2.6079

M2 5.818459 1.0000 -3.62678 -2.9458 -2.6115

PDB 1.699884 0.9994 -3.63290 -2.9484 -2.61287

Tingkat suku

bunga dep 1 bln -1.2555 0.63996 -3.61556 -2.9411 -2.60906

IHK -0.4436 0.8889 -3.67017 -2.9639 -2.62100

Sumber: Eviews 4.1

Berdasarkan tabel di atas terlihat

bahwa semua variabel yang diuji tidak

stationer pada tingkat level-intercept. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai ADF statistik yang

lebih besar dari MacKinnon Critical valuenya

baik pada derajat kesalahan 1%, 5% ataupun

10%. Variabel M1, M2, PDB, IHK, dan

tingkat suku bunga deposito 1 bulan tidak

stasioner di tingkat level-intercept baik di

tingkat kesalahan 1%, 5% maupun 10%. Hal

ini disebabkan, nilai ADF t-statistikM1, M2,

PDB, IHK dan tingkat suku bunga deposito 1

bulan yang lebih besar dari nilai MacKinnon

Critical Value baik pada derajat kesalahan

1%, 5%, maupun 10%

.

Page 10: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 371

Tahun 2012

Sumber: Eviews 4.

Pada uji ADF t-statistik tingkat 1 st difference-

Intercept, variabel M2 dan PDB belum

stasioner yakni dengan nilai probabilitas

0,9155; 0,3796, nilai yang melebihi nilai

kritisnya. M1, tingkat suku bunga deposito 1

bulanan, dan IHK telah stasioner di tingkat 1

st difference- Intercept, yakni nilai ADF t-

statistik yang lebih kecil dari nilai MacKinnon

Critical Value Nilai M2, PDB belum stasioner baik di tingkat level maupun 1 st difference, oleh karena itu dilakukan uji ADF di tingkat

2nd

difference- Intercept, dan hasilnya menunjukkan M2, PDB telah stasioner dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari MacKinnon Critical Value.

Tabel Hasil Uji ADF Pada Tingkat 2nd

difference- Intercept

Variabel

ADF t-statistik

Probabilitas

MacKinnon Critical Value

1% 5% 10%

M2 -6.583132 0.0000 -3.63940 -2.9511 -2.61430

PDB -30.14133 0.0001 -3.63290 -2.9484 -2.61287

Sumber: Eviews 4.

Hasil Uji Estimasi Regresi

Untuk mengetahui variabel berupa

PDB, indeks harga konsumen, dan tingkat

bunga deposito 1 bulan berpengaruh terhadap

permintaan uang M1 dan permintaan uang M2

di Indonesia, maka dalam penelitian ini

digunakan analisa kuantitatif dan alat uji

statistik yang dipilih yaitu regresi linear

berganda dengan metode Ordinary Least

Square (OLS).

Berdasarkan hasil analisa regresi linear

berganda dengan metode Ordinary Least

Square (OLS), yang diolah dengan

menggunakan program Eviews 4.1, dapat

=

dikemukakan hasil perhitungan seperti tertera

pada tabel berikut:

Tabel Hasil Uji ADF Pada Tingkat 1st-difference-intercept

Variabel

Jurnal Ekbis Volume 1 No. 1

ADF t-statistik Probabilitas MacKinnon Critical Value

375

1% 5% 10%

M1 -8.272556 0.0000 -3.61558 -2.9411 -2.60906

M2 -0.294955 0.9155 -3.63940 -2.9511 -2.6143

PDB -1.788956 0.3796 -3.63290 -2.9484 -2.61287

Tingkat suku bunga

dep 1 bln -3.980985 0.0038 -3.61558 -2.9411 -2.60906

IHK -8.964494 0.0000 -3.67017 -2.9389 -2.60793

Page 11: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 373

Tabel

Hasil Estimasi Model Regresi OLS Model I Dependent Variable: M1

Method: Least Squares Date:

01/05/11 Time: 20:20

Sample: 2000:1 2009:4

Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

DEP_1_BLN01 5481.902 2232.080 2.455961 0.0190 GDP 1.908909 0.121267 15.74140 0.0000 IHK 62.56797 220.9501 0.283177 0.7787

C -472035.7 22106.00 -21.35328 0.0000

R-squared 0.975425 Adjusted R-squared 0.973378

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 2.018061

Sumber: Eviews 4.1

Tabel

Dependent Variable: M2

Method: Least Squares Date:

01/05/11 Time: 20:22

Sample: 2000:1 2009:4

Hasil Estimasi Model Regresi OLS Model II

Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

DEP_1_BLN01 29800.70 8002.529 3.723910 0.0007 GDP 6.529514 0.434770 15.01833 0.0000 IHK -73.96510 792.1580 -0.093372 0.9261

C -1397510. 79255.19 -17.63303 0.0000

R-squared 0.974915 Adjusted R-squared 0.972825

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 1.792440

Sumber: Eviews 4.1

Dengan berdasarkan hasil perhitungan regresi

pada tabel 4.1 didapat suatu persamaan

regresi sebagai berikut:

Log(M1) = 5481.902*SB DEPOSITO 1 BLN + 1.908909*log(GDP) +

62.56797*IHK - 472035.7

Log(M2) = 29800.7*SB DEPOSITO 1 BLN+

6.529514*log(GDP) -

73.96510*IHK - 1397510

Bentuk persamaan ini

menggambarkan secara keseluruhan

hubungan variabel-variabel bebas yaitu: PDB,

indeks harga konsumen, dan tingkat bunga

deposito 1 bulan dengan variabel terikat yaitu M1 dan M2. Untuk melihat seberapa jauh pengaruh parameter yang dihasilkan maka dilakukan pengujian statistik Pengujian

statistik dilakukan secara keseluruhan (uji R2)

, (uji F) dan secara parsial (uji t)

.Uji R2

Nilai R-squared (R2) pada model 1

sebesar 0.975425 mempunyai arti bahwa

variabel PDB, indeks harga konsumen, dan

tingkat bunga deposito 1 bulan secara

bersama-sama mempunyai pengaruh dan

memberikan kontribusi pada M1 sebesar

97,54 persen sedangkan sisanya sebesar 2,46

Page 12: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 374

persen dijelaskan oleh variabel bebas lain

yang tidak dimasukkan ke dalam model

persamaan. Sedangkan Nilai R-squared (R2)

pada model 2 sebesar 0.974915 mempunyai arti bahwa variabel PDB, indeks harga

konsumen, dan tingkat bunga deposito 1 bulan secara bersama-sama mempunyai pengaruh dan memberikan kontribusi pada M2 sebesar 97,49 persen sedangkan sisanya sebesar 2,51 persen dijelaskan oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan ke dalam model persamaan.

Uji t

Pada model 1 untuk variabel log(GDP),

dengan nilai t hitung 15,74140> t tabel

2,021artinya terdapat hubungan antara GDP

dengan permintaan uang M1. Pada variabel

indeks harga konsumen, dengan nilai t hitung

0,283177< t tabel 2,021 artinya tidak terdapat

hubungan antara variabel indeks harga

konsumen dengan permintaan uang M1. Pada

variabel DEP 1 bulan, dengan nilai t hitung

2,455961> 2.021, artinya terdapat hubungan

antara variabel DEP 1 bulan dengan

permintaan uang M1. Disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara variabel GDP dan

DEP 1 bulan dengan permintaan uang M1.

Pada model 2 untuk variabel log(GDP),

dengan nilai t hitung 15,01833> t tabel 2,021

artinya terdapat hubungan antara variabel

GDP dengan permintaan uang M2. Untuk

variabel indeks harga konsumen dengan nilai t

hitung -0.093372< t tabel 2,021 artinya tidak

terdapat hubungan antara variabel indeks

harga konsumen dengan permintaan uang M2.

Untuk variabel DEP 1 bulan dengan nilai t

hitung 3,723910> t tabel 2,021 artinya

terdapat hubungan antara variabel DEP 1

bulan dengan permintaan uang M2. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel GDP dan DEP 1 bulan terhadap

permintaan uang M2.

Uji F

Berdasarkan hasil regresi di atas, pada model 1 diketahui bahwa nilai prob (F-

statistik) sebesar 0.000000. Pada model 2

diketahui bahwa nilai prob(F-statistik sebesar

0.000000. Dengan melihat hasil prob (F-

statistik) < level signifikan 5 persen, maka

hipotesa HO ditolak dan H1 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa secara simultan atau

bersama-sama variabel-variabel independen

yang ditentukan dalam model signifikan

mempengaruhi variabel dependen dengan

berbagai tingkat keyakinan.

Uji Multikolinearitas

Tabel Correlation matrix digunakan

untuk mengetahui adanya suatu pelanggaran

terhadap uji asumsi klasik multikolinearitas.

Dari tampilan di atas terlihat bahwa antara

variabel GDP, indeks harga konsumen, dan

tingkat bunga deposito 1 bulan mempunyai

nilai Correlation matrixdi bawah 0,8, yang

berarti tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel Correlation Matrix

SB DEP1BLN GDP_ IHK

SB DEP1BLN 1.000000 0.564936 0.180273

GDP_ 0.564936 1.000000 0.576927

IHK -0.180273 0.576927 1.000000

Sumber: Eviews 4.1

Page 13: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 375

Uji Heteroskedastisitas

Tabel White Heteroskedasticity Test Model 1

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.443662 Probability 0.214307

Obs*R-squared 12.08845 Probability 0.208369

Sumber:Eviews 4.1

Dari uji White Heteroskedasticity Test

(cross term), dari Obs*R-squared model 1

dapat dilihat kondisi yang tidak signifikan

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.784393 Probability 0.113105

Obs*R-squared 13.94676 Probability 0.124232

sebesar 0.208369, ini mengindikasikan dalam

model ini tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas. Dalam grafik 4.6 bahwa

residual bergerak di sekitar mean (rata-rata)

berarti tidak terdapat hetero

Grafik Residual Model

600000

Tabel

Tabel White Heteroskedasticity Test Model

2

Dari uji White Heteroskedasicity Test (cross

term), dari Obs*R-squared model 2 dapat

dilihat kondisi yang tidak signifikan sebesar

0,124232, ini mengindikasikan dalam model ini

tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

Dalam grafik 4.7 bahwa residual bergerak di

sekitar mean (rata-rata) berarti tidak terdapat

hetero.

Grafik Residual Model 2

2400000

2000000

1600000

80000

40000

0

-40000

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09

500000

400000

300000

200000

100000

300000

200000

100000

0

-100000

-200000

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09

1200000

800000

400000

1

Uji Autokorelasi

Tabel Uji Autokorelasi Model 1

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.665866 Probability 0.084045

Obs*R-squared 5.422321 Probability 0.066460

Residual Actual Fitted

Residual Actual Fitted

Page 14: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 376

Sumber:Hasil Eviews

Dari uji Breussch-Godfrey

Langrange Multiplier menunjukkan kondisi

tidak signifikan yaitu dapat dilihat dari nilai

Obs*R-squared model 1 sebesar 0,066460 ini

mengindikasikan dalam model ini tidak

terdapat masalah autokorelasi.

Dari uji Breussch-Godfrey

Langrange Multiplier menunjukkan kondisi

tidak signifikan yaitu dapat dilihat dari nilai Obs*R-squared model 2 sebesar 0,340351 ini

mengindikasikan dalam model ini tidak

terdapat masalah autokorelasi. Terdapat

masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Obs*R-squared lebih kecil dari 5 persen

Berdasarkan tiga uji asumsi klasik

diindikasikan bahwa tidak terdapat penyakit

pada variabel yang diuji yaitu M1,M2, PDB,

IHK, dan DEP 1 bulan baik melalui uji

multikolinearitas, heteroskedastisitas, maupun

autokorelasi.

Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis

perhitungan regresi yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka pembuktian hipotesis

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada model 1 variabel yang signifikan

mempengaruhi permintaan uang M1 adalah

produk domestik bruto dan tingkat bunga

deposito 1 bulan, sedangkan variabel yang

tidak signifikan mempengaruhi M1 adalah

indeks harga konsumen.

2. Pada model 2 variabel yang signifikan

mempengaruhi permintaan uang M2 adalah

produk domestik bruto dan tingkat suku

bunga deposito 1 bulan, sedangkan

variabel yang tidak signifikan

mempengaruhi M2 adalah indeks harga

konsumen. Pembahasan

. Pembahasan pada Model IPenelitian ini

dilakukan dengan menggunakan data series

yang dimulai dari triwulan I tahun 2000

sampai dengan triwulan IV tahun 2009.

Dengan menggunakan model analisis yang

telah dibahas pada bagian sebelumnya, hasil

estimasi Ordinary Least Square (OLS) pada

model I dan II yaitu permintaan uang M1 dan

M2 tahun 2000 hingga tahun 2009.

Pengaruh Indeks Harga Konsumen

terhadap Permintaan Uang M1

Indeks harga konsumen (IHK)

memiliki nilai tidak signifikan, artinya indeks

harga konsumen tidak mempunyai pengaruh

pada permintaan uang M1. Hal ini tidak sesuai dengan teori Kuantitas Uang (Quantity

Theory of Money), dalam teory Kuantitas

Uang, bahwa uang yang dipegang masyarakat

itu tergantung dengan inflasi (indeks harga

konsumen) yang terjadi. Dengan kata lain

indeks harga konsumen (IHK) berpengaruh

positif terhadap permintaan uang M1.

Menurut Fisher “MVt = PT, jika percepatan

perputaran uang (V) dan jumlah transaksi (T) konstan, maka kenaikan harga indeks harga

konsumen P akan menyebabkan kenaikan M

(jumlah permintaan uang)”. Nilai uang

ditentukan oleh supply dan demand terhadap

uang. Jumlah uang beredar ditentukan oleh

bank Sentral, sementara jumlah uang yang

diminta (money demand) ditentukan beberapa

faktor, antara lain tingkat harga rata-rata

dalam perekonomian. Jumlah uang yang

diminta masyarakat untuk melakukan

transaksi bergantung pada tingkat harga

barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi

tingkat harga, semakin besar jumlah uang

yang diminta.

Tidak signifikannya IHK terhadap

permintaan M1 berarti mencerminkan tidak

ada pengaruh antara indeks harga konsumen

dengan permintaan uang M1. Pada tahun

2000-2009 tingkat inflasi yang ditandai

dengan indeks harga konsumen menunjukkan

nilai di bawah 200%, sehingga tidak direspon

oleh masyarakat dan tetap menggunakan

uangnya sebagai alat untuk bertransaksi.

Membaiknya indeks harga konsumen

dikarenakan membaiknya kinerja pemerintah

dalam perekonomian, di tengah krisis global.

Permintaan uang M1 yang meliputi uang

kertas, uang logam, dan rekening koran

Page 15: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 377

(demand deposit). Orang menggunakan uang

M1 lebih cenderung untuk transaksi, berjaga-

jaga, sehingga orang tetap menggunakan

uangnya untuk transaksi dan berjaga-jaga

Pengaruh Indeks Harga Konsumen

terhadap Permintaan Uang M2

Indeks harga konsumen (IHK)

memiliki nilai tidak signifikan, artinya

indeks harga konsumen tidak mempunyai

pengaruh pada permintaan uang M2. M2 ini

meliputi M1+rekening tabungan+deposito

berjangka. Dalam teori permintaan uang

untuk tujuan spekulasi, indeks harga

konsumen berpengaruh negatif terhadap

permintaan uang M2. Menurut Friedman,

“peranan harga dalam permintaan uang

merupakan salah satu cara untuk menyimpan

kekayaan, semakin tinggi indeks harga

konsumen, makin tinggi orang menyimpan

uang pada institusi keuangan karena

bunganya yang tinggi”. Ketika terjadi inflasi

tinggi yang ditandai dengan tingginya nilai

indeks harga konsumen terjadi kenaikan

harga pada barang-barang komoditi dan jasa,

orang membutuhkan uang sebagai transaksi

semakin tinggi, sehingga uang yang

dipegang masyarakat semakin besar,

sehingga berpengaruh deposito pada

Pengaruh Tingkat Bunga Deposito 1

bulan terhadap Permintaan Uang M2

Pada model 2 bahwa tingkat bunga deposito

positif dan signifikan. Ini berarti ketika

tingkat bunga deposito 1 bulanan mengalami

kenaikan, simpanan deposito pada bank

mengalami kenaikan, akhirnya nilai M2 naik.

Masyarakat mempercayai kondisi lembaga

perbankan yang memberikan tingkat bunga

tinggi dengan menabungkan uangnya di bank.

M2 ini meliputi M1+tabungan+deposito

berjangka. Hal ini sesuai dengan teori yang

ada yakni teory Friedman “Komponen

transaksi dari permintaan uang akan

berhubungan positif dengan tingkat suku

bunga untuk tujuan spekulasi, makin tinggi

tingkat bunga, makin besar orang

menginginkan uangnya untuk disimpan pada

bank”. Permintaan uang M2 ini dipengaruhi

oleh tingkat bunga, jika tingkat bunga tinggi

maka semakin tinggi permintaan uang M2

karena lebih baik disimpan di bank. Jika

tingkat bunga rendah, maka orang akan

kurang berminat untuk menyimpan uang di

bank karena hasil yang diperoleh sedikit,

tanpa memperhatikan kondisi indeks harga

konsumen.

permintaan M2 yang menurun dan berakibat

pada M2 yang menurun. Tidak signifikannya

IHK terhadap permintaan M2 berarti

mencerminkan tidak ada pengaruh antara

indeks harga konsumen terhadap permintaan

uang M2. Pada periode tahun 2006-2009

Bank Indonesia mampu mengendalikan nilai

inflasi yang ditunjukkan melalui indeks

harga konsumen dengan indeks di bawah

200%. Kenaikan harga komoditi dunia

terutama minyak dan pangan berdampak

pada kenaikan harga barang yang ditentukan

pemerintah, seiring dengan kebijakan

pemerintah menaikkan harga BBM

bersubsidi. Pada bulan September, tingkat

inflasi mulai turun karena turunnya harga

komoditi internasional, pangan, dan energi

dunia. Penyebab lain dari terus menurunnya

tingkat inflasi ditandai dengan indeks harga

konsumen adalah melalui kebijakan yang

ditempuh pemerintah. Pemerintah

menurunkan harga BBM jenis solar dan

premium pada desember 2008 dan produksi

pangan dalam negeri yang relatif bagus.

sehingga orang akan menyimpan uang secara

kontan. Pada tahun 2005-2007 terjadi

kenaikan harga bahan bakar minyak di dunia,

sehingga berimbas pada perekonomian

Indonesia yakni permintaan uang, karena

diikuti peningkatan harga kebutuhan pokok,

dan harga minyak dunia yang tinggi

menyebabkan meningkatnya permintaan uang

di masyarakat sebagai transaksi. Untuk

meredam jumlah uang beredar yang tinggi di

masyarakat, maka otoritas moneter

menaikkan tingkat suku bunga, hal ini juga

untuk mengurangi tingkat inflasi yang tinggi

akibat kenaikan harga bahan bakar minyak

ini. Secara ekonomi perubahan tingkat bunga

deposito menjadi faktor yang mengakibatkan

perubahan jumlah uang yang diminta..

Sepanjang tahun 2008 perkembangan

berbagai indikator moneter juga tidak terlepas

dari pengaruh faktor global dan dinamika

perekonomian domestik. Keketatan likuiditas

di pasar keuangan dunia yang dipicu oleh

permasalahan “Subprime mortgage”, meluas

menjadi krisis kepercayaan. Tahun 2008 pada

paruh kedua, pada saat terjadinya krisis

Page 16: ANALISIS PDB NOMINAL, TINGKAT BUNGA DEPOSITO …journal.unisla.ac.id/pdf/12612012/04. ANALISIS PDB NOMINAL TINGKA… · Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan

J u r n a l E K B I S / V o l . V I / N o . 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 | 378

global, terjadi penguatan tekanan global

yang berdampak pada pasar uang. Pada saat

itu diberlakukan tingkat bunga tinggi oleh

pemerintah, melalui kebijakan

moneter tersebut, mempengaruhi preferensi

masyarakat untuk menabungkan uangnya

pada perbankan.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Lincolin,1998. Ekonomi

Pembangunan. Edisi kedua,

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Arief, Sritua. 2000. Metodologi Penelitian

Ekonomi. Jakarta: Penerbit UI (UI-

Press).

Arif yusuf, Muhammad. 2008. “Analisis

Pengaruh Investasi, Inflasi,

Pengeluaran Pemerintah, Penawaran

Uang Dan Ekspor Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Tahun 1981-2006” skripsi yang

diterbitkan

(http://ums.com/skrispsi/article/viewP

D FInterstitial/,diakses 19 Januari

2010)

Sodik, Jamzani,dkk. 2005. “Investasi Dan

Pertumbuhan Ekonomi Regional

(Studi Kasus Pada 26 Propinsi Di

Indonesia, Pra Dan Pasca Otonomi)

“Jurnal Ekonomi

pembangunan.(Online),vol.10,No.2(htt

p://upn.ac.id/ejournal/

article/viewPDFInterstitial/, diakses 20

Januari 2010)

Ashari,dkk.2005. Analisis Statistik dengan

MS. Excel dan SPSS. Yogyakarta:

ANDI Yogyakarta.

Boediono,2001. Ekonomi Makro.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Dajan, Anto. 1984. Pengantar Metode

Statistik. Jilid 2. Jakarta: LP3ES.

Gujarati, Domoar, 1995. Ekonometrika

Dasar. Jakarta: Erlangga.

Irwan dan Suparmoko,1992. Ekonomika

Pembangunan. Edisi lima,

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Kuntjoro Jakti, Dorojatun,2003. Mau kemana

Pembangunan Ekonomi Indonesia.

Jakarta: Prenada Media.

Lipsey, Richard G dkk, 1991. Pengatar

Makro Ekonomi. Edisi kedelapan,

Jakarta: Erlangga.

Noerdhus dan samuelson, 2000. Ilmu Makro

Ekonomi. Jakarta: Media Global

Edukasi.

Pujiati, Amin.2007. “Analisis Pertumbuhan

Ekonomi Di Karesidenan Semarang

Era Desentralisasi Fiskal " Jurnal

Pembangunan. (Online),hal: 61-

70,(http://uns.ac.id/ejournal/index.php/

aku/article/viewPDFInterstiti

al/15656/15648/, diakses 20Januari

2010)

Rosyidi, Suherman.2000. Pengantar Ilmu

Ekonomi. Jakarta:Erlangga.

Sarwoko, 2005. Dasar-Dasar ekonometrika.

Yogyakarta: Andi. Sukirno, Sadono.1981. Pengantar Teori

Makroeskonomi. Jakarta: Bima

Grafika

Sukirno, Sadono.2004. Makroekonomi Teori

Pengantar. Jakarta: Bima Grafika.

Suparmoko.1996. Pengantar Ekonometrika

Makro. Edisi ketiga, Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta.

Syamsiyah, Siti. 2007. “Analisis Kualitas Tenaga Kerja Dan Investasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Karanganyar”.skripsi yang

d iterbitkan

(http://ums.com/skrispsi/article/v

iewPDFInterstitial/,diakses 19 Januari

2010)

Santoso, A. 2000. Buku Latihan SPSS

Parametrik. Jakarta: PT Elex Media

Computindo.

Sukirno,Sadono.1985. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan.

Jakarta: Fakultas Ekonomi UI dengan Bima

Grafika.

Tarmidi,T Lepi.1992. Ekonomi

Pembangunan. Jakarta: Fakultas Ekonomi

UI.

www.BI.com

www.ADB.com