penyerapan tenaga kerja berdasarkan pdb berdasarkan

4
Industri Manufaktur Indonesia: Tantangan dan Kebijakannya Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, bahwa Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut: Dengan tujuan tersebut maka peranan industri dalam perkembangan struktural pada perekonomian Indonesia indikatornya adalah a) sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, b) tenaga kerja yang terserap, serta c) sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan Jasa mengalami perbaikan atau sebaliknya. Perindustrian bagi Indonesia saat ini merupakan kontributor tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu sebesar 23,37%, namun sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 14,88% yang merupakan peringkat terandah dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertanian (38,07%) dan perdagangan (23,74%). Meskipun pada tahun 2014 kontribusinya tertinggi terhadap PDB tetapi sejak tahun 2001 telah terjadi penurunan kinerja industri. Tahun 2001 Industri manufaktur memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 29,1% dan terus menurun hingga mencapai 23% di tahun 2014. Kinerja industri manufaktur tahun 2014 juga terus melambat dengan pertumbuhan mendekati 5 persen. Kondisi ini mendorong untuk dilakukannya evaluasi terhadap perencanaan pembangunan industri pengolahan non-migas di Indonesia. Apakah pemerintah telah merencanakan dengan matang dan mengimplementasikannya dalam program pembangunan Indonesia. Evaluasi Sasaran dan Perencanaan Pembangunan Industri Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan • mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; • mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri; • mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; • mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; • membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; • mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan • meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Tujuan Perindustrian 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Konstruksi Listrik, Gas dan Air Industri Pertambangan dan Penggalian Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014** PDB Berdasarkan Lapangan Usaha 9. JASA 8. KEUANGAN, SEWA & JASA PERSH. 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5. B A N G U N A N 4. LISTRIK, GAS, & AIR BERSIH 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan PDB Berdasarkan

Industri Manufaktur Indonesia: Tantangan dan Kebijakannya

Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, bahwa Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut: Dengan tujuan tersebut maka peranan industri dalam perkembangan struktural pada perekonomian Indonesia indikatornya adalah a) sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, b) tenaga kerja yang terserap, serta c) sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan Jasa mengalami perbaikan atau sebaliknya. Perindustrian bagi Indonesia saat ini merupakan kontributor tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu sebesar 23,37%, namun sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 14,88% yang merupakan peringkat terandah dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertanian (38,07%) dan perdagangan (23,74%). Meskipun pada tahun 2014 kontribusinya tertinggi terhadap PDB tetapi sejak tahun 2001 telah terjadi penurunan kinerja industri. Tahun 2001

Industri manufaktur memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 29,1% dan terus menurun hingga mencapai 23% di tahun 2014. Kinerja industri manufaktur tahun 2014 juga terus melambat dengan pertumbuhan mendekati 5 persen. Kondisi ini mendorong untuk dilakukannya evaluasi terhadap perencanaan pembangunan industri pengolahan non-migas di Indonesia. Apakah pemerintah telah merencanakan dengan matang dan mengimplementasikannya dalam program pembangunan Indonesia.

Evaluasi Sasaran dan Perencanaan Pembangunan Industri Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan

•mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;

•mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;

•mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau;

•mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

•membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

•mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan

•meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

Tujuan Perindustrian

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

Jasa Kemasyarakatan,Sosial dan Perorangan

Lembaga Keuangan, RealEstate, Usaha Persewaandan Jasa Perusahaan

Transportasi,Pergudangan danKomunikasi

Perdagangan, RumahMakan dan JasaAkomodasi

Konstruksi

Listrik, Gas dan Air

Industri

Pertambangan danPenggalian

Pertanian, Perkebunan,Kehutanan, Perburuandan Perikanan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

*

20

14

**

PDB Berdasarkan Lapangan Usaha

9. JASA

8. KEUANGAN, SEWA & JASAPERSH.

7. PENGANGKUTAN &KOMUNIKASI

6. PERDAGANGAN, HOTEL &RESTORAN

5. B A N G U N A N

4. LISTRIK, GAS, & AIRBERSIH

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

2. PERTAMBANGAN &PENGGALIAN

1. PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN DANPERIKANAN

Page 2: Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan PDB Berdasarkan

mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri disehatkan dengan meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar.

2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai basis industri nasional, yaitu terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri berskala besar.

3. Dalam hal hulu-hilir, struktur industri akan diperdalam dengan mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun industri yang sehat dan kuat.

Berdasarkan arah kebijakan tersebut, maka dipecah dalam perencanaan jangka menengah atau RPJMN dengan sasaran di gambar I di atas. Sasaran ini kemudian dijabarkan menjadi arah kebijakan dan strategi dan kemudian ditetapkan program untuk mencapai sasaran tersebut. Arah kebijakan yang akan dilaksanakan dalam periode RPJMN III ini adalah: 1) pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM; 2) penumbuhan populasi industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya industri kecil sekitar 20 ribu unit usaha; dan 3) peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja). Dalam menjalankan arah kebijakan ini, ditetapkan pula beberapa strategi dalam mencapai sasaran

yang telah ditetapkan.

Tantangan Pembangunan Industri Manufaktur Saat ini sebaran industri di Indonesia masih tidak merata. Dengan fasilitas yang lebih lengkap, pulau Jawa lebih mendominasi dengan menjadi pendorong industri dan jasa nasional. Sementara itu di wilayah lain yang memiliki area lebih luas masih kurang dalam mendukung industri nasional. Kondisi ini dipengaruhi oleh kurangnya faktor produksi yang menjaga keberlangsungan industri

RPJMN 2005-2009

•Sektor industri manufaktur (non-migas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata-rata 8,56 persen per tahun.

•Target penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun mendatang adalah sekitar 500 ribu per tahun (termasuk industri pengolahan migas).

RPJMN 2010-2014

•Rata-rata pertumbuhan industri pengolahan mencapai 5,5-6,0 persen dan khusus untuk industri pengolahan nonmigas adalah 6,1-6,7 persen

RPJMN 2015-2019

•Pertumbuhan sektor industri 8,6%

•Kontribusi Industri terhadap PDB 21,6%

•Penambahan jumlah industri berskala menengah dan besar 9.000 unit

Gambar 1. Sasaran RPJMN I, II, III Bidang Industri

Page 3: Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan PDB Berdasarkan

tersebut. Untuk mencapai target pembangunan dalam industri manufaktur, perlu dukungan yang kuat dari beberapa faktor produksi. Karena dalam memproduksi barang dan jasa diperlukan beberapa sumber daya yang disebut faktor produksi. Faktor produksi tersebut antara lain adalah: tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Masing-masing faktor ini menunjang keberlangsungan pembangunan industri di Indonesia. Dalam industri di Indonesia, produktivitas industri yang diukur dengan besarnya nilai tambah per tenaga kerja untuk kelompok-kelompok industri. Dari data BPS menunjukkan urutan kelompok industri dari kelompok dengan produktivitas terbesar hingga terendah. Gambar dibawah menunjukkan bahwa produktivitas industry di Indonesia masih rendah. Lebih dari separuh pekerja Indonesia berada di sektor informal dengan produktivitas yang relatif lebih rendah dibandingkan pekerja formal. Namun demikian, selain itu dari upah yang menjadi ukuran kualitas pekerjaan, kondisi kerja baik formal maupun informal kadang-kadang tidak memadai, yang tercermin pada waktu kerja yang panjang, setengah menganggur, dan kurangnya perlindungan sosial. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam pasar tenaga kerja yang perlu mendapat perhatian adalah mendorong penciptaan lapangan kerja yang berkualitas sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam 12 tahun terakhir, lapangan kerja baru yang tercipta 20 juta, 17 juta di antaranya terserap di sektor jasa. Kesempatan kerja di sektor jasa yang besar merupakan salah satu faktor pendorong utama dalam pengurangan kemiskinan. Tetapi sebagian besar kesempatan kerja di sektor jasa yang tercipta mempunyai produktivitas rendah, dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dari rata-rata atau negatif. Rendahnya kualitas pekerja menyebabkan produktivitas dan daya saing rendah. Namun, secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan pekerja di Indonesia masih rendah, sekitar 63 persen masih tamatan pendidikan SMP ke bawah. Selain itu, ketidaksesuaian antara kebutuhan industri terhadap tenaga kerja dengan pendidikan dan pelatihan menyebabkan perusahaan/industri mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas. Sementara itu, hanya 5 persen angkatan kerja yang memperoleh pelatihan dan hanya sekitar 1,6 persen yang mempunyai sertifikat kompetensi. Kondisi ini turut menyebabkan kualitas angkatan kerja yang rendah, sehingga produktivitasnya pun tergolong rendah dibandingkan produktivitas negara-negara ASEAN, untuk seluruh aktivitas dalam sektor perekonomian. Faktor produksi modal merupakan barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Selain modal dalam bentuk uang/investasi, modal juga dapat berupa infrastruktur pendukung dalam industri. Infrastruktur Indonesia dalam mendukung seluruh aspek pembangunan masih dalam kondisi yang perlu perhatian khusus. Akses ke daerah masih menjadi masalah di beberapa area di Indonesia. Infrastruktur juga menjadi modal utama untuk kemajuan industri manufaktur, terutama di daerah. Namun penyediaan infrastruktur masih sangat bergantung pada pendanaan pemerintah yang jumlahnya terbatas sehingga belum memenuhi harapan masyarakat baik dari sisi kuantitas maupun kualitas layanan. Upaya melibatkan sektor swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam pembangunan infrastruktur juga belum membuahkan hasil yang ditandai dengan rendahnya investasi dan peran swasta dalam

Page 4: Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan PDB Berdasarkan

penyediaan infrastruktur. Permasalahan utama terkait pembiayaan dan penyediaan infrastruktur antara lain : (1) koordinasi pada tingkat atas pemerintahan (championship at the top) dan koordinasi perencanaan yang meliputi prioritisasi proyek, alokasi dana dan mekanisme evaluasi output/outcome.; (2) kesenjangan peraturan antarsektor seperti aturan keuangan dan kewenangan Pusat/Daerah terkait mekanisme pembiayaan; (3) kapasitas kelembagaan terkait dengan tatakelola (governance), sumberdaya manusia, motivasi dan sistim insentif, serta tersebarnya kewenangan yang tidak diimbangi dengan kemampuan/mekanisme koordinasi yang baik; (4) Implementasi proyek meliputi rendahnya kualitas penyiapan dan pengadaan, keterbatasan pengawasan dalam pelaksanaan dan belum efektifnya manajemen aset (pengelolaan pasca konstruksi); serta (5) target pencapaian pembiayaan infrastruktur (KPS, obligasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan lain-lain) pada setiap Kementerian Lembaga/Daerah (KL/D). Sumber daya fisik adalah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, meskipun begitu kebutuhan bahan baku dalam industri di Indonesia masih dipenuhi dari impor.

Kewirausahaan merupakan keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produk. Dilihat dari struktur industri di Indonesia, negara ini sangat

bergantung pada industri kecil dan mikro, karena jumlahnya yang sangat banyak melebihi jumlah industri besar dan sedang. Industri mikro dan kecil diharapkan tumbuh makin besar dan meningkat menjadi industri menengah dan besar. Statistik IKKR menunjukkan bahwa pemilik dari sekitar 2,97 juta perusahaan industry mikro dan kecil, 98 persen berpendidikan SLTA ke bawah. Artinya yang berpendidikan D1 ke atas hanya sekitar 2 persen, artinya kemampuan menyerap pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan

usaha sangat kecil. Hal ini berarti kapasitas untuk menyerap pengetahuan, teknologi dan inovasi baru bagi industri mikro dan kecil sangat kecil. Hal ini juga berarti adanya keterbukaan informasi akan ide dan inovasi belum tentu menjadi kabar baik bagi industri tersebut. Oleh karena itu, basis penumbuhan populasi industri berskala besar dan sedang adalah melalui investasi. Namun jika menggantungkan pada investasi, minat untuk berbisnis di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi infrastrukturnya. Kemudahan berbisnis di Indonesia jika dibanding Negara lain masih berada di peringkat 114 (Doing Business in Indonesia, World Bank, 2015). (MN)