analisis nilai tambah pada industri keripik salak di .../analisis... · dikonsumsi. selain bebas...

95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI KABUPATEN SLEMAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret OLEH : GALUH PERWITA SARI H 0808104 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: doannga

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK

SALAK DI KABUPATEN SLEMAN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

OLEH :

GALUH PERWITA SARI

H 0808104

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK

SALAK DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Oleh :

Galuh Perwita Sari

H 0808104

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hortikultura merupakan kelompok komoditas yang penting dan

strategis karena merupakan kebutuhan pokok manusia. Konsumsi hortikultura

dalam skala rumah tangga mencapai 16,1%. Hortikultura setiap saat harus

selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang layak, aman

dikonsumsi dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pasar

hortikultura di Indonesia sangat besar dan menunjukkan kecenderungan yang

semakin meningkat sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk

Indonesia (Andayani, 2010). Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai

ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi

sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah

maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi,

keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi

serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat

(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010).

Pengembangan produk hortikultura merupakan salah satu aspek

pembangunan pertanian. Tanaman yang termasuk dalam tanaman hortikultura

yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan.

Fungsi tanaman hortikultura selain sebagai penghasil bahan pangan tetapi juga

memiliki fungsi yang lain. Secara sederhana fungsi lain tersebut dapat dibagi

menjadi empat, yaitu sebagai fungsi penyedia pangan, fungsi ekonomi, fungsi

kesehatan dan fungsi sosial budaya (Bahar, 2008). Salah satu produk tanaman

hortikultura yang dikembangkan di Indonesia yang memenuhi keempat

fungsidi atas dan diharapkan dapat mendukung sektor pertanian sebagai sektor

penyokong perekonomian di Indonesia adalah tanaman buah-buahan.

Pembangunan sektor industri yang telah dilakukan pemerintah sejak

program PELITA, telah membawa awal era industrialisasi bagi bangsa dan

negara Indonesia. Salah satunya yaitu dilakukan melalui pengembangan

agroindustri. Perkembangan kontribusi subsektor agroindustri terhadap PDB

1

Page 4: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

selama 2004-2010 menunjukkan bahwa output subsektor ini memberikan

kontribusi yang pada umumnya selalu lebih besar dari pada subsektor

pengolahan non agroindustri. Rata-rata kontribusi subsektor agroindustri

selama tahun 2004-2010 mencapai 12,59% dari total PDB nasional.

Sementara subsektor pertanian memberikan kontribusi dengan rata-rata

mencapai 13,99%, non agroindustri (non migas) 12,13%, industri migas

2,47%, dan sektor lainnya 58,82% (Kementrian Perindustrian, 2011).

Pengembangan agroindustri sangat potensial mengingat Indonesia adalah

negara agraris. Pengembangan tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan

petani dan merupakan sarana penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah.

Adanya kelemahan-kelemahan komparatif yang dikandung komoditi pertanian

primer, maka kestabilan dan peningkatan perolehan devisa melalui ekspor

komoditi-komoditi tersebut pada saat ini tidak dapat banyak diharapkan. Salah

satu alternatif yang memungkinkan bagi Indonesia adalah mengembangkan

agroindustri (Kusnandar et al, 2010).

Agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis,

mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa dan

mampu mendorong munculnya industri yang lain. Dengan demikian, telah

banyak pula didiskusikan bahwa strategi pembangunan pertanian yang

berwawasan agribisnis (dan agroindustri) pada dasarnya menunjukkan arah

bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting

untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya

industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang

tangguh, efisien, dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan

penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian

pendapatan (Soekartawi, 2005).

Salak adalah salah satu tanaman buah-buahan asli Indonesia yang

banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Sebagai buah asli Indonesia, salak

memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan.Masyarakat Indonesia

menyukai buah ini sehingga konsumsi salak untuk pasaran lokal cukup tinggi.

Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan

Page 5: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kabupaten dengan jumlah produksi salak terbesar dibandingkan dengan

kabupaten/kota yang lain. Secara rinci jumlah produksi tiap kabupaten/kota

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Salak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009

No. Kabupaten/ Kota

Luas Panen (Rumpun)

Produksi (Kuintal)

Produktivitas (Kg/Rumpun)

1 Kulonprogo 83.188 21.376 25,70 2 Bantul 2.902 450 15,51 3 Gunungkidul 1.273 100 7,85 4 Sleman 4.642.602 603.791 13,00 5 Yogyakarta 0 0 0

Jumlah 4.729.965 625.717 62,06

Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta 2010

Permintaan buah salak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak

hanya berasal dari pasar lokal, tetapi juga berasal dari pasar ekspor seperti,

China, Singapura, dan Amerika Serikat. Volume permintaan ekspor mencapai

angka lebih dari delapan ton per harinya. Hal ini mendorong perkembangan

budidaya salak terutama di Kabupaten Sleman. Perkembangan budidaya salak

di Kabupaten Sleman cukup pesat, tersebar di hampir semua kecamatan di

kabupaten tersebut. Usahatani salak di Kabupaten Sleman juga banyak yang

dikembangkan menjadi agrowisata salak. Sleman memiliki kondisi geografis

yang cocok untuk mengusahakan budidaya tanaman salak. Bahkan saat ini

sebagian besar petani di Kabupaten Sleman mengembangkan tanaman salak

dengan cara organik sehingga hasil panen salak menjadi aman dan sehat untuk

dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa

manis yang terkandung dalam salak adalah rasa alami dan tidak berasa kesat.

Melimpahnya produksi salak di Kabupaten Sleman menimbulkan

permasalahan pada saat panen raya tiba. Tidak sedikit petani salak yang

menjual produksi salaknya dengan harga rendah, bahkan terkadang banyak

yang tidak terjual dan akhirnya busuk. Akibatnya, para petani mengalami

kerugian. Hal ini membuat perlu adanya suatu usaha untuk mengatasi

permasalahan tersebut agar nilai ekonomis salak dapat dipertahankan. Sebagai

sentra produksi salak, di Kabupaten Sleman saat ini sudah banyak muncul

Page 6: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

beberapa industri pengolahan salak. Beberapa industri pengolahan salak yang

terdapat di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Salak di Kabupaten Sleman

No. Jenis Usaha Jumlah Usaha (Unit) Persentase (%) 1 Keripik Salak 5 33,33 2 Suwar-suwir Salak 1 6,67 3 Dodol salak 3 20,00 4 Wajik Salak 2 13,33 5 Aneka Olahan Salak 4 26,67

Jumlah 15 100

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman 2011.

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa industri pengolahan salak yang

paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman adalah industri pengolahan

keripik salak (33,33%). Sebagai kabupaten dengan produksi salak terbesar di

Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman saat ini terdapat 5 unit

industri pengolahan keripik salak. Pengolahan buah salak ini bertujuan agar

salak memiliki daya tahan yang lebih lama dan awet. Keripik salak yang

dikemas dan disimpan secara benar dan tepat, masa kadaluarsanya bisa

mencapai 1-2 tahun penyimpanan. Daya tahan keripik salak yang lebih awet

ini akan sangat menguntungkan juga jika ditinjau dari segi pemasarannya.

Keripik salak akan dapat lebih mudah dipasarkan ke wilayah yang

jangkauannya lebih luas, seperti luar pulau ataupun luar negeri.

Selain itu juga dengan adanya kegiatan pengolahan salak menjadi

keripik salak ini dapat menciptakan diversifikasi makanan dan meningkatkan

nilai ekonomis dari buah salak itu sendiri. Harga jual buah salak pada harga

normal yaitu berkisar Rp 3.000,00, akan tetapi jika diolah menjadi keripik

salak harganya bisa mencapai Rp 129.000,00/kg. Disamping itu banyak

wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sleman untuk membeli salak

sebagai oleh-oleh, sehingga diharapkan keripik salak ini dapat menjadi icon

oleh-oleh khas Kabupaten Sleman. Hal ini yang menjadi pendorong bagi

produsen untuk mengolah salak menjadi keripik salak sehingga praktis

dijadikan sebagai oleh-oleh khas Kabupten Sleman. Keripik salak merupakan

Page 7: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

makanan ringan yang menyehatkan karena kandungan seratnya tinggi. Industri

keripik salak mulai berkembang di Kabupaten Sleman sejak tahun 2002.

Pengembangan industri keripik salak dilakukan Pemerintah Kabupaten

Sleman pada beberapa kelompok tani di wilayahnya.

Dengan adanya kegiatan industri yang mengubah bahan primer menjadi

produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses

pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkan

biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan

yang lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan.

Pengembangan industri pengolahan salak perlu dikembangkan terutama di

sentra-sentra produksi salak. Dengan latar belakang tersebut, mendorong

peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai nilai tambah dari salak

sebagai bahan baku keripik salak di Kabupaten Sleman.

B. Perumusan Masalah

Produksi buah salak di Kabupaten Sleman dipasarkan ke berbagai

wilayah di Indonesia. Pemasaran salak tersebut melibatkan beberapa lembaga

pemasaran. Dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

pemasaran buah salak, yaitu mulai dari petani salak hingga konsumen akhir,

dapat diketahui nilai tambah dari kegiatan tersebut. Menghitung nilai tambah

pada kegiatan pemasaran buah salak dapat dilakukan dengan analisis margin

pemasaran yang meliputi analisis biaya pemasaran, keuntungan pemasaran,

dan farmer’s share.

Salah satu kelemahan dari produk pertanian adalah sifatnya yang tidak

tahan lama sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya

tahannya. Sebagai salah satu produk pertanian salak adalah buah yang dapat

ditingkatkan nilai tambahnya. Nilai tambah merupakan penambahan nilai

suatu produk sebelum dilakukan proses produksi dengan setelah dilakukan

proses produksi. Industri pengolahan salak menjadi keripik salak merupakan

jenis usaha yang memiliki prospek yang bagus. Industri ini dapat

memanfaatkan hasil dari usahatani salak sebagai bahan baku pembuatan

keripik salak, sehingga dapat menghindari rendahnya harga salak pada saat

Page 8: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

panen raya. Keuntungan yang diperoleh dari industri ini juga cukup

menjanjikan mengingat harga keripik salak yang relatif stabil. Produk dari

industri pengolahan salak ini lebih luas jangkauan pemasarannya daripada

buah salak segar. Selain dipasarkan di wilayah lokal dan luar kota, keripik

salak juga telah diekspor ke berbagai negara.

Dengan adanya kegiatan usaha pengolahan salak menjadi keripik salak

yang mengubah bentuk dari produk primer menjadi produk baru yang lebih

tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses produksi, maka akan dapat

memberikan nilai tambah karena dikeluarkan biaya-biaya sehingga terbentuk

harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih besar bila

dibandingkan tanpa melalui proses produksi. Untuk mengetahui besar nilai

tambah yang diberikan keripik salak pada buah salak sebagai bahan baku

maka diperlukan analisis nilai tambah (nilai tambah produk dan imbalan

tenaga kerja) dan analisis usaha (biaya, keuntungan, dan efisiensi) sehingga

bisa diketahui apakah usaha yang dijalankan tersebut efisien dan memberikan

keuntungan.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan dari

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola saluran pemasaran buah salak di Kabupaten Sleman ?

2. Berapa besarnya margin pemasaran dan farmer’s share buah salak di

Kabupaten Sleman ?

3. Apakah usaha industri keripik salak di Kabupaten Sleman

menguntungkan?

4. Apakah usaha industri keripik salak di Kabupaten Sleman sudah efisien ?

5. Berapa besarnya nilai tambah keripik salak pada usaha industri keripik

salak di Kabupaten Sleman ?

6. Berapa besarnya imbalan tenaga kerja pada usaha industri keripik salak di

Kabupaten Sleman ?

Page 9: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini,

yaitu :

1. Mengetahui pola saluran pemasaran buah salak di Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui besarnya biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, margin

pemasaran, dan farmer’s share buah salak di Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan dari usaha

industrikeripik salak di Kabupaten Sleman.

4. Mengetahui besarnya efisiensi dari usaha industri keripik salak di

Kabupaten Sleman.

5. Mengetahui nilai tambah keripik salak pada industri keripik salak di

Kabupaten Sleman.

6. Mengetahui besarnya imbalan tenaga kerja pada usaha industri keripik

salak di Kabupaten Sleman.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

pengalaman dan pengetahuan khususnya pada permasalahan dalam

penelitian ini, disamping untuk melengkapi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

menentukan kebijakan terutama dalam pengembangan usaha keripik

salak maupun usaha kecil dalam bidang pertanian.

3. Bagi petani salak dan produsen keripik salak, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan informasi mengenai nilai tambah yang

diperoleh dari usaha yang dijalankan.

4. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat berguna

sebagai tambahan informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian

selanjutnya atau penelitian yang sejenis.

Page 10: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

I. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Yuhono dan Ermiati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul

Upaya Memperoleh Nilai Tambah Melalui Pembuatan Produk Instan

Purwoceng, analisis nilai tambah dalam industri instan purwoceng

menggunakan perhitungan per kilogram bahan baku simplisia segar dari

tanaman purwoceng. Terdapat dua cara perhitungan nilai tambah, yaitu

perhitungan nilai tambah selama proses pengolahan dan nilai tambah selama

proses pemasaran. Dalam analisis instan purwoceng digunakan analisis nilai

tambah selama proses pengolahan. Nilai tambah diperoleh dari proses

pengolahan purwoceng segar menjadi instan dengan ditambahkan gula.

Penambahan gula dimaksudkan untuk memberi rasa manis, disamping itu

fungsi gula juga sebagai pengawet. Artinya instan tersebut bisa disimpan dan

tahan lama. Output produk berupa instan yang dikemas dalam kantong plastik.

Perlakuan-perlakuan yang dikerjakan dalam proses pengolahan purwoceng

adalah: pencucian bahan baku, penirisan, perebusan, dan pengemasan kantong

plastik. Dari perlakuan-perlakuan tersebut menimbulkan pengorbanan berupa

tambahan biaya. Apabila nilai tambah tersebut dikurangi tambahan biaya,

hasilnya merupakan insentif bagi pengrajin.

Hasil penelitian Syahza dan Caska (2007) yang berjudul Analisis Nilai

Tambah dan Peluang Pengembangan Bebuahan sebagai Komoditas Unggulan

Agribisnis di Kabupaten Karimun Propinsi Riau, menyatakan bahwa setiap

rantai perdagangan buah-buahan akan memberikan share yang berbeda-beda

dari total nilai tambah. Besarnya nilai tambah diperoleh dari besarnya nilai

produksi per unit bahan baku dikurangi besarnya harga bahan baku dan biaya

di luar bahan baku per unit bahan. Imbalan tenaga kerja diperoleh dari hasil

perkalian koefisien tenaga kerja (perbandingan input tenaga kerja dengan

jumlah bahan baku) dengan upah rata-rata tenaga kerja. Dari hasil analisis data

di lapangan menunjukkan, nilai tambah yang besar diperoleh oleh pelaku

8

Page 11: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

agroindutri. Besarnya nilai tambah tersebut dapat dijadikan acuan dalam

menentukan strategi pengembangan.

Supriyati dan Herlina (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Meningkatkan Nilai Tambah Melalui Agroindustri, menyatakan bahwa mutu

kopi harus terus ditingkatkan mengingat makin ketatnya persaingan pasar.

Agroindustri kopi arabika bertujuan meningkatkan nilai tambahproduk

sehingga petani memperoleh harga jual kopi lebih tinggi. Kegiatan yang

tercakup meliputi penyediaan bahan baku, pengolahan, penyediaan produk

akhir, dan pemasaran. Setiap mata rantai tersebut saling terkait dan

mempengaruhi. Agroindustri melibatkan petani, pedagang, subak pengolah,

koperasi, eksportir, mediator (Dinas Perkebunan dan PPKK), dan lembaga

permodalan. Dengan menerapkan inovasi petik merah, harga kopi meningkat

30% dibanding kopi petik asalan. Nilai tambah yang tidak dapat dihitung

adalah meningkatnya kesempatan kerja, pengetahuan dan keterampilan SDM,

akses informasi harga, dan aset subak, terutama peralatan untuk mengolah

kopi.

Hasil penelitian Valentina (2009) yang berjudul Analisis Nilai Tambah

Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten Karanganyar

(Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur), menunjukkan bahwa pengolahan

ubi kayu mentah menjadi keripik singkong setengah jadi yang dilakukan pada

anggota KUB Wanita Tani Makmur memberikan sejumlah nilai tambah. Nilai

tambah per bahan baku diperoleh dari perbandingan nilai tambah bruto dengan

jumlah bahan baku yang digunakan. Nilai ini menunjukkan produktivitas dari

bahan baku yang digunakan. Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah per

bahan baku sebesar Rp 979,55/kg, yang artinya setiap bahan baku yang

digunakan akan menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 979,55/kg. Sedangkan

nilai tambah per tenaga kerja diperoleh dari perbandingan nilai tambah bruto

dengan jumlah jam kerja yang dicurahkan, yang artinya setiap satu jam kerja

yang dicurahkan memberikan nilai tambah sebesar Rp 3.097,84/JKO.

Budhisatyarini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Nilai Tambah

Diversifikasi Hasil Usahatani Bawang Merah Menjadi Bawang Goreng,

Page 12: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menyatakan bahwa untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang

diolah menjadi produk berbentuk lain maka dasar perhitungannya adalah

sebagai berikut: bila kebutuhan bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a,

dengan harga per kilogramnya adalah b, output tiap kali produksi adalah c,

maka faktor konversi yang berlaku adalah h = c/a. Harga output per kilogram

diberi simbol d, biaya input total selain bahan baku yang dibutuhkan tiap

kilogram bahan baku yang diolah adalah e, maka nilai produknya adalah f = h

x d. Dari ketentuan tersebut bisa dihitung nilai tambah yang diperoleh

pengrajin adalah sebesar Rp (f – e – b) per kilogram bahan baku. Berdasarkan

analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa industri rumah tangga bawang

goreng memberikan nilai tambah cukup tinggi bagi bahan baku yaitu

bawang merah.

Berdasarkan penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa nilai tambah

dapat diperoleh dari pengolahan bahan primer menjadi produk baru yang

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Dengan adanya agroindustri akan

memberikan nilai tambah pada produksi hasil pertanian. Penelitian-penelitian

tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam menganalisis besarnya nilai

tambah pada industri keripik salak di Kabupaten Sleman, terutama sebagai

acuan dalam menentukan metode analisis data.

B. Tinjauan Pustaka

1. Salak

Menurut Nazaruddin dan Kristiawati (1992), tanaman salak

(Salacca edulis) termasuk dalam suku Palmae (Arecaceae) yang tumbuh

berumpun. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah

daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu

tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas dalam jumlah

yang banyak. Tanaman salak dapat hidup bertahun-tahun sehingga

ketinggiannya bisa mencapai tujuh meter, tetapi pada umumnya tidak

lebih dari 4,5 meter. Sebagai tanaman asli Indonesia salak mempunyai

masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi

pasaran lokal ataupun pasaran luar negeri.

Page 13: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Buah salak kurang lebih berbentuk bulat dengan ukuran 2,5-10 cm

x 5-8 cm. Buah ini tumbuh rapat dalam tandan yang berbentuk bulat.

Kulit mereka ditutupi dengan sisik yang berasal dari kulit buah (pericarp)

yang menyebabkan penampilan kulit buah seperti kulit ular. Buah

salakterdiri dari 1 sampai 3 biji yang berwarna kehitaman (Susanne et al.,

2011).

Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesia. Salak

Pondoh dari Yogyakarta misalnya, salak ini terkenal karena sudah terasa

manis walaupun masih muda dan ukurannya kecil. Berbeda dengan Salak

Bali yang rasanya manis dan daging buahnya tebal. Sampai saat ini

banyak dijumpai jenis salak yang berkembang luas dan agak spesifik

dikaitkan dengan daerah pembudidayaannya, misalnya Salak Condet

(Jakarta), Salak Padang Sidempuan (Medan), Salak Pondoh

(Sleman/Yogyakarta), Salak Bongkok (Sumedang), Salak Monanjaya

(Tasikmalaya), Salak Suwaru (Malang), Salak Bali (Karangasem) dan

sebagainya. Banyaknya varietas salak tersebut disebabkan oleh pengaruh

iklim dan lingkungan yang berbeda-beda.Disamping itu, kemungkinan

juga karena adanya kawin silang antartanaman salak itu sendiri. Karena

masing-masing varietas salak mempunyai kualitas yang berbeda-beda,

maka harga dari masing-masing varietas tersebut juga berbeda. Tentunya

salak yang berkualitas terbaik akan paling mahal harganya. Untuk saat

ini, Salak Pondoh merupakan salak yang paling mahal di antara jenis

salak yang lain (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992)

Buah salak biasanya dimakan dalam bentuk segar, asinan atau

manisan di dalam kaleng. Bagian buah yang dapat dimakan setelah

dianalisis mengandung vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh

manusia, seperti terlihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Page 14: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Tabel 3. Kandungan Zat Tiap 100 Gram Buah Salak dari Bagian yang Dapat Dimakan

Jenis Zat Gizi Jumlah Energi 77,0 kalori Protein 4,0 gram Hidrat arang 20,9 gram Kalsium 2,8 gram Fosfor 1,8 gram Besi 4,2 gram Vitamin B 0,004 gram Vitamin C 0,2 gram Air 69,696 gram

(Tjahjadi, 1989)

Buah salak pondoh juga dapat diolah menjadi keripik. Buah salak

disortasi, dikupas dan dibuang bijinya, lalu diiris-iris, dicuci pada air

mengalir yang bersih, dan ditiriskan. Irisan buah lalu digoreng dengan

mesin penggoreng vakum pada suhu 77,50°C dan tekanan 0,70 atm

kemudian ditiriskan dengan mesin peniris. Buah salak yang akan diolah

menjadi keripik hendaknya berasal dari jenis yang sama dan matangnya

seragam agar dihasilkan keripik yang berkualitas. Selain bahan baku,

untuk menghasilkan keripik yang berkualitas perlu diperhatikan lama

proses penggorengan dan kualitas minyak. Pengemasan keripik juga

harus rapat untuk meminimalkan produk yang rusak (Kamsiati, 2010).

2. Saluran dan Lembaga Pemasaran

Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur

yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan

akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu

struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang

terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah

komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha dan Irawan, 1990).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan

badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena

Page 15: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai

dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas

lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta

memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen

memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin

pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut

penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan (Sudiyono, 2002).

3. Biaya, Keuntungan, dan Margin Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan

pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan,

penyusutan, retribusi dan lainnya. Besarnya biaya ini berbeda satu sama

lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran dan macam

lembaga pemasaran serta efektivitas pemasaran yang dilakukan

(Soekartawi, 1993).

Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat

bervariasi tergantung dari besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh

masing-masing lembaga perantara pemasaran. Keuntungan pemasaran

merupakan penjumlahan keuntungan yang diperoleh pada setiap lembaga

perantara pemasaran (Soekartawi, 1991).

Menurut Swastha (1981), saluran pemasaran ditinjau sebagai satu

kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai

suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi,

margin merupakan suatu imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja.

Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, margin menjadi suatu

elemen yang penting dalam strategi penyaluran. Konsep marjin sebagai

suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep

tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga

beli dengan harga jual. Nilai tambah juga dapat diukur dengan mencari

perbedaan antara harga beli dengan harga jual.

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan

dua cara yaitu :

Page 16: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang

dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara

sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf

Keterangan :

M = Marjin

Pr = Harga di tingkat konsumen (Rp)

Pf = Harga di tingkat petani (Rp)

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya

yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan

fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara

sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp

Keterangan :

M = Marjin (Rp/kg)

Bp = Biaya pemasaran (Rp/kg)

Kp = Keuntungan pemasaran (Rp/kg)

4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria jumlah kekayaan

bersih paling banyak lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau penjualan yang diperoleh paling banyak

tiga ratus juta rupiah.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. Kriteria Usaha

Kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta

Page 17: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah

sampai dengan paling banyak dua milyar lima ratus juta rupiah.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar. Kriteria Usaha

Menengah adalah jumlah kekayaan bersih lebih dari lima ratus juta

rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar lima ratus juta

rupiah sampai dengan paling banyak dua lima puluh milyar rupiah.

Berdasarkan kriteria di atas, industri keripik salak di Kabupaten

Sleman dapat dikategorikan sebagai usaha kecil. Hal ini karena industri

keripik salak memiliki kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta rupiah,

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Selain itu industri ini

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah,kurang

dari dua milyar lima ratus juta rupiah.

5. Industri Keripik Buah

Menurut Kamsiati (2010), salah satu industri produk olahan buah

yang dapat dikembangkan dan mempunyai pasar yang cukup baik adalah

industri keripik buah. Keripik buah lebih tahan disimpan dibandingkan

buah segarnya karena kadar airnya rendah dan tidak lagi terjadi proses

fisiologis seperti buah segarnya.

Berkembangnya teknologi penggorengan vakum (vacuum frying)

menciptakan peluang untuk menghasilkan keripik buah dan sayuran yang

memiliki rasa dan aroma seperti buah aslinya, tekstur renyah, serta nilai

gizinya relatif dapat dipertahankan karena suhu penggorengan relatif

rendah. Vacuum frying adalah sebuah proses yang bisa menjadi alternatif

yang layak untuk memproduksi keripik buah dan sayuran dengan

Page 18: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kandungan minyak yang lebih rendah serta warna dan tekstur yang

diinginkan (Garayo dan Moreira, 2002).

Menurut Kamsiati (2010), salah satu upaya mempertahankan mutu

dan daya simpan buah adalah mengolahnya menjadi makanan kering

(keripik buah). Pengolahan buah menjadi keripik perlu dukungan

teknologi sehingga kualitas keripik yang dihasilkan dapat diterima

konsumen. Salah satu cara untuk menghasilkan makanan sehat tanpa

mengubah bentuk aslinya adalah dengan menggunakan teknologi

penggorengan. Mesin penggoreng vakum (vacuum frying) dapat

mengolah komoditas peka panas seperti buah-buahan menjadi hasil

olahan berupa keripik (chips), seperti keripik nangka, keripik apel,

keripik salak, keripik pisang, keripik nenas, keripik melon, keripik salak,

dan keripik pepaya. Dibandingkan dengan penggorengan secara

konvensional, sistem vakum menghasilkan produk yang jauh lebih baik

dari segi penampakan warna, aroma, dan rasa karena relatif seperti buah

aslinya.

6. Biaya

Biaya merupakan nilai dari masukan yang digunakan untuk

menghasilkan keluarannya. Biaya dalam proses produksi berdasarkan

jangka waktunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek

dan jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan

biaya dalam waktu atau situasi yang tidak lama, jumlah masukan (input)

faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun demikian biaya

produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap dan

biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi

adalah biaya variabel (Lipsey et al, 1990). Menurut Soedarsono (1983),

dalam jangka pendek terdapat biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variable cost).

a. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang jumlahnya tidak

tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan.

Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan biaya tetap ini harus

Page 19: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dibayar dalam jumlah yang sama, yaitu termasuk dalam biaya tetap ini

adalah misalnya gaji tenaga administratif, penyusutan mesin, gedung,

dan alat-alat lain.

b. Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang jumlahnya

berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang

dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi makin besar pula jumlah

biaya variabel. Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya

bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya eksploitasi

dalam rangka pemanfaatan faktor-faktor tetap, misalnya bahan bakar

minyak, kerusakan kecil-kecil dan biaya perawatan lain. Biaya ini

mempunyai hubungan langsung dengan kuantitas produksi.

7. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995) penerimaan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi

berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika

produksi berlebihan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q x P

Dimana:

TR = Penerimaan total (total revenue)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (quantity)

P = Harga(price) / unit

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin

tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total

yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang

dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang

diterima produsen semakin kecil.

8. Keuntungan

Keuntungan adalah penghasilan bersih yang diterima dari

penjualan produk barang maupun produk jasa yang dikurangi dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun

produk jasa tersebut. Atau dengan kata lain, keuntungan adalah selisih

Page 20: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

antara penghasilan kotor dan biaya-biaya produksi. Laba ekonomis dari

barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari

penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan untuk membuat

barang tersebut. Jika biaya lebih besar dari pada penerimaan yang berarti

labanya negatif, situasi ini disebut rugi (Lipsey et al, 1990).

9. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha mempunyai pengertian yang relatif. Suatu tingkat

pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian

yanglain apabila ia memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam

proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan

maksimum makaperlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi

output karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang

tinggi dan tentu saja laba yang besar. Efisiensi usaha dapat dihitung dari

perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan

untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Ratio. R/C Ratio

adalah singkatan Return Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan

(nisbah) antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 1995).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan

produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi

alokatif kalau nilai dariproduk marginal sama dengan harga faktor

produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha

pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai

efisiensi harga (Soekartawi, 2003).

10. Nilai Tambah

Nilai tambah adalah nilai yang terjadi karena adanya input

fungsional yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input fungsional

tersebut adalah perlakuan atau kegiatan dan jasa yang menyebabkan

bertambahnya kegunaan dan nilai dari komoditas tersebut selama dalam

proses. Sumber-sumber nilai tambah diperoleh dari pemanfaatan faktor-

faktor produksi (Yuhono dan Ermiati, 2007).

Page 21: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pada sektor pertanian nilai tambah dapat memberikan kontribusi

bagi petani dengan memaksimalkan produk mereka, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif, sementara itu secara komersial mereka juga

mendapatkan keuntungan. Selain itu juga dapat menghasilkan sesuatu

yang bernilai dari suatu barang yang tadinya tidak bernilai. Misalnya buah

persik yang cacat dan berukuran kecil, bisa diolah menjadi selai atau es

krim, sehingga dapat diperkenalkan pada segmen konsumen yang berbeda

dan dapat menambah strategi pemasaran petani (Alonso, 2011).

Sudiyono (2002) menyatakan bahwa nilai tambah bisa dinilai dari

dua sisi yakni nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk

pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis

yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku dan tenaga kerja,

serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah

tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses

pengolahan adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input

lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga

kerja. Bisa dikatakan bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan

bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang diolah

menjadi produk berbentuk lain maka dasar perhitungannya adalah sebagai

berikut: bila kebutuhan bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a,

dengan harga per kilogramnya adalah b, output tiap kali produksi adalah

c, maka faktor konversi yang berlaku adalah h = c/a. Harga output per

kilogram diberi simbol d, biaya input total selain bahan baku yang

dibutuhkan tiap kilogram bahan baku yang diolah adalah e, maka nilai

produknya adalah f = h x d. Dari ketentuan tersebut bisa dihitung nilai

tambah yang diperoleh pengrajin adalah sebesar Rp (f – e – b) per

kilogram bahan baku (Budhisatyarini, 2011)

Menurut Zakaria (2007), nilai tambah didapatkan dari besarnya

nilai produk dikurangi dengan besarnya harga bahan baku dan nilai

sumbangan bahan lain. Nilai produk sendiri diperoleh dari hasil perkalian

Page 22: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

faktor konversi (perbandingan hasil produksi dengan jumlah bahan baku)

dengan harga produk. Imbalan tenaga kerja diperoleh dari hasil perkalian

koefisien tenaga kerja (perbandingan input tenaga kerja dengan jumlah

bahan baku) dengan upah rata-rata tenaga kerja.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Nilai tambah adalah nilai yang terjadi karena adanya input fungsional

yang diperlakukan pada suatu komoditas pertanian (Yuhono dan Ermiati,

2007). Melalui pengolahan salak menjadi keripik salak akan diperoleh nilai

tambah bagi salak itu sendiri daripada tidak dilakukan suatu pengolahan.

Salak yang biasanya bernilai rendah saat panen raya karena sifatnya yang

tidak tahan lama, akan memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi jika

diolah menjadi keripik salak karena sifatnya yang lebih tahan lama. Dengan

melakukan analisis nilai tambah maka akan diketahui seberapa besar nilai

tambah yang diberikan buah salak jika diolah menjadi keripik salak.

Penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi akan mempengaruhi besarnya

nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan salak menjadi keripik salak.

Secara umum konsep nilai tambah diperoleh dari pengurangan nilai produk

akhir keripik salak dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain.

Selain itu juga dihitung nilai tambah per tenaga kerjayang digunakan.

Analisis usaha meliputi biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi

dari usaha pengolahan salak menjadi keripik salak. Penerimaan merupakan

perkalian antara jumlah produk keripik salak yang dihasilkan dengan harga

jual. Biaya merupakan nilai dari masukan yang digunakan untuk

menghasilkan keripik salak, terdiri dari biaya variabel dan biaya

tetap.Keuntungan adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha,

sesudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Efisiensi usaha yaitu apabila

diperoleh keuntungan maksimal dari penggunaan korbanan (biaya) yang

sesuai. Disamping itu perlu dilakukan analisis margin pemasaran buah salak

untuk mengetahui besarnya margin yang diperoleh dari saluran pemasaran

buah salak yang ada. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara

harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin

Page 23: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga

pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan

lembaga pemasaran. Farmer share merupakan harga yang diterima petani

dibagi dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%. Dari

seluruh analisis yang dilakukan maka dapat diketahui apakah industri

pengolahan buah salak menjadi keripik salak tersebut efisien dan memberikan

keuntungan bagi produsen yang dibandingkan dengan besarnya margin dan

bagian yang diterima petani apabila menjual salaknya langsung dalam bentuk

segar.

Page 24: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Adapun skema kerangka berpikir pendekatan masalah dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan masalah

Input: 1. Biaya Variabel

a. bahan baku (salak segar)

b. minyak goreng c. pengemasan d. gas elpigi e. biaya tenaga kerja f. biaya transportasi

2. Biaya Tetap: a. penyusutan alat b. bunga modal

sendiri c. sewa bangunan

Pengolahan Keripik Salak

Proses pengolahan Output

Penerimaan

a. Keuntungan b. Efisiensi c. Nilai tambah

Pemasaran Buah Salak

Saluran Pemasaran Salak

Biaya

pemasaran

Keuntungan

pemasaran

Marjin Pemasaran

Farmer’s Share

Petani Salak

Page 25: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

D. Pembatasan Masalah

1. Analisis nilai tambah dilakukan pada industri yang mengolah salak

menjadi keripik salak di Kabupaten Sleman didasarkan pada perhitungan

biaya bahan baku, sumbangan input lain serta output selama satu bulan

proses produksi.

2. Analisis margin pemasaran dilakukan pada para petani, lembaga

pemasaran, dan konsumen akhir salak di Kabupaten Sleman.

3. Varietas salak yang diteliti adalah varietas salak pondoh yang diproduksi

dan dipasarkan di Kabupaten Sleman.

E. Asumsi

1. Seluruh input yang digunakan dalam proses produksi industri keripik salak

diperoleh dari pembelian.

2. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam kegiatan, diasumsikan

menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.

3. Seluruh produk keripik salak dan buah salak terjual.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Petani salak merupakan petani yang membudidayakan tanaman salak di

Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.

2. Saluran pemasaran buah salak adalah rangkaian lembaga-lembaga

pemasaran buah salak dalam penyalurannya dari produsen sampai

konsumen.

3. Lembaga pemasaran buah salak yaitu badan-badan atau lembaga-lembaga

yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari

produsen (petani) buah salak sampai konsumen melalui proses jual beli.

4. Biaya pemasaran buah salak adalah semua biaya yang timbul pada

berbagai saluran pemasaran buah salak untuk kegiatan pemasaran. Biaya-

biaya tersebut diantaranya biaya pengemasan, biaya resiko rusak, dan

biaya transportasi (Rp/kg).

Page 26: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5. Keuntungan pemasaran buah salak yaitu selisih dari marjin pemasaran

buah salak dengan biaya pemasaran buah salak yang diterima oleh

lembaga pemasaran (Rp/kg).

6. Marjin pemasaran buah salak adalah perbedaan harga yang dibayar oleh

konsumen terakhir dengan harga yang diterima produsen buah salak atau

total biaya pemasaran buah salak ditambah keuntungan pemasaran buah

salak (Rp/kg).

7. Bagian yang diterima petani (farmer’s share) adalah perbandingan antara

harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen dan

dinyatakan dalam persen (%).

8. Agroindustri keripik salak di Kabupaten Sleman adalah industri yang

mengolah salak menjadi keripik salak.

9. Keripik salak merupakan sejenis makanan ringan yang berupa olahan buah

salak yang digoreng menggunakan mesin vacuum fryer.

10. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.

Bahan baku yang digunakan adalah buah salak varietas salak pondoh.

11. Biaya total adalah total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

keripik salak, yaitu biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp).

12. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar

kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya

tetap dalam produksi keripik salak meliputi biaya penyusutan, sewa

bangunan, dan bunga modal sendiri (Rp).

13. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya

variabel ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

pengemasan, biaya gas elpigi, biaya minyak goreng, dan biaya

transportasi (Rp).

14. Biaya penyusutan adalah pengurangan nilai barang-barang modal karena

barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau faktor waktu

(Rp). Besarnya biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus

dalam satuan rupiah, yaitu barang modal yang digunakan diperkirakan

Page 27: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

memiliki umur ekonomis berapa tahun, kemudian nilainya dibebankan

pada setiap tahun.

Penyusutan = EkonomisUmur

AkhirNilaiAwalNilai -

Keterangan :

Nilai awal : Harga beli peralatan produksi awal tahun usaha

Nilai akhir : Harga jual peralatan produksi akhir tahun

Umur ekonomi : Umur peralatan produksi digunakan.

15. Penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi (kg)

keripik salak yang dihasilkan dengan harga persatuan (Rp).

16. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya

(Rp).

17. Efisiensi usaha diperoleh dengan cara membandingkan antara total

penerimaan dengan total biaya.

18. Kriteria efisiensi yaitu:

R/C rasio > 1 berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak

efisien.

R/C rasio = 1 berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak belum

efisien atau usaha mencapai titik impas.

R/C rasio ˂ 1berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak tidak

efisien.

19. Faktor konversi adalah hasil bagi dari nilai produksi dengan harga

produksi.

20. Nilai produk adalah hasil kali faktor konversi dengan hargap roduk

(Rp/kg).

21. Harga bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli satu

satuan bahan baku (Rp).

22. Sumbangan input lain adalah biaya input yang habis digunakan untuk

satu kali produksi dan jasa, meliputi biaya minyak goreng, biaya gas

elpigi, biaya pengemasan, dan biaya transportasi (Rp/kg).

Page 28: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

23. Nilai tambah adalah selisih antara nilai produk dikurangi dengan harga

bahan baku dan sumbangan input lain (Rp).

24. Rasio nilai tambah menunjukkan nilai tambah dari nilai produk (%).

25. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara input tenaga kerja

dengan jumlah bahan baku.

26. Upah tenaga kerja adalah biaya yang dipergunakan untuk membayar

tenaga kerja dalam proses produksi (Rp/HKO)

27. Imbalan tenaga kerja diperoleh dengan cara mengalikan antara koefisien

tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja (Rp).

28. Bagian tenaga kerja adalah perbandingan imbalan tenaga kerja dengan

nilai tambah.

Page 29: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

I. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitik, yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan

data sehingga kegiatannya tidak hanya mengumpulkan dan menyusun data

namun juga menganalisis dan menginterpretasikan arti data tersebut. Metode

deskriptif analitik mempunyai ciri bahwa metode ini memusatkan diri pada

pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah

yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan

kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengambilan Sampel Penelitian

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

a. Marjin Pemasaran Salak

Pengambilan kecamatan sebagai daerah sampel dalam analisis

margin pemasaran buah salak pada penelitian ini dilakukan secara

purposive, yang artinya dipilih secara sengaja yang didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dipilih Kecamatan Turi sebagai

Kecamatan sampel dengan pertimbangan Kecamatan Turi merupakan

kecamatan dengan produksi buah salak terbesar di Kabupaten Sleman.

Para petani salak di Kecamatan Turi sangat antusias untuk

membudidayakan tanaman salak karena didukung pemasaran yang

lancar dan lebih luas jangkauan pemasarannya. Untuk itu, penelitian

ini dilakukan di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Data luas panen,

produksi dan produktivitas salak di Kabupaten Sleman pada tahun

2010 dapat ditunjukkan pada Tabel 4, dimana untuk data luas panen

didekati dengan satuan rumpun.

27

Page 30: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tabel 4. Luas Panen Produksi dan Rata-Rata Produksi Salak per Kecamatan di Kabupaten Sleman Tahun 2010.

No. Kecamatan Luas Panen (Rumpun)

Produksi (Kuintal)

Produktivitas (Kg/Rumpun)

1 Moyudan 877 84,38 9,62 2 Minggir 1.925 160,75 8,35 3 Seyegan 3.970 472,10 11,89 4 Godean 1.195 122,63 10,26 5 Gamping 715 76,63 10,71 6 Mlati 1.456 209,00 14.35 7 Depok - - - 8 Berbah 69 5 7,2 9 Prambanan - - - 10 Kalasan 8.795 1.026 11,66 11 Ngemplak 1.252 127,23 10,16 12 Ngaglik 13.738 1.741,63 12,68 13 Sleman 78.917 6.231,13 7,89 14 Tempel 1.734.347 197.880,93 11,41 15 Turi 2.755.579 330.025,6 11,98 16 Pakem 248.391 23.961,13 9,65 17 Cangkringan 37600 2917,8 7,76

Jumlah 2010 4.874.347 565.541,50 11,6

Sumber: BPS Kabupaten Sleman 2011

Penentuan desa sampel penelitian dipilih secara sengaja

(purporsive) yaitu dengan menggunakan dasar kriteria desa yang

menghasilkan salak dengan produksi terbesar di Kecamatan Turi yaitu

Desa Bangunkerto. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Salak Pondoh per Desa di Kecamatan Turi Tahun 2009

No. Desa Produksi (Kuintal) 1. Girikerto 89.170 2. Bangunkerto 122.000 3. Wonokerto 95.607 4. Donokerto 39.270

Jumlah 346.047

Sumber: BPS Kabupaten Sleman 2010

b. Nilai Tambah Keripik Salak

Metode pengambilan daerah penelitian dalam analisis nilai

tambah keripik salak pada penelitian ini dilakukan secara purposive,

yaitu cara pengambilan sampel karena pertimbangan-pertimbangan

Page 31: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian (Singarimbun dan

Efendi, 2006). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, karena

Kabupaten Sleman merupakan sentra produksi salak. Di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, produksi salak di Kabupaten Sleman

adalah yang terbesar (Tabel 1).

2. Metode Pengambilan Responden

a. Marjin Pemasaran Salak

1) Petani

Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan data yang

dianalisis menggunakan analisa statistik parametrik maka harus

menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga distribusi

nilai atau skornya dapat mengikuti distribusi normal. Sampel

berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar 30.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jumlah petani sampel

yang akan diamati dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 petani

salak.

Dalam penelitian ini menggunakan metode convenience

sampling. Metode ini merupakan metode pengambilan sampel

dimana peneliti memilih anggota populasi yang paling mudah

ditemui untuk memperoleh informasi (Kotler, 1999). Sampel dari

metode ini merupakan anggota pupulasi yang tersedia, siap, dan

memiliki kemauan untuk diwawancarai sebagai sampel, dimana

peneliti dapat memperkirakan potensi dari sampel tersebut (Fink,

1995). Sampel dalam penelitian ini adalah petani salak yang

membudidayakan salak pondoh di Desa Bangunkerto.

2) Lembaga Pemasaran

Pengambilan responden lembaga pemasaran dilakukan

dengan menggunakan metode snowball sampling. Metode

snowball merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel disuruh memilih teman-

temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga

Page 32: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

jumlah sampel semakin banyak. Jadi penarikan sampel dilakukan

melalui beberapa tahap, ibarat bola salju (snowball) yang bila

menggelinding makin lama makin besar (Susanto, 2006). Pada

penelitian ini pengambilan responden yaitu dilakukan dengan

penelusuran saluran pemasaran salak yang ada di Kabupaten

Sleman, mulai dari petani salak sampai konsumen akhir

berdasarkan informasi yang diberikan oleh petani dan pedagang.

3) Nilai Tambah Keripik Salak

Responden dalam analisis nilai tambah pada penelitian ini

adalah seluruh industri pengolahan keripik salak yang mengolah

salak menjadi keripik salak di Kabupaten Sleman. Berdasarkan

data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kabupaten Sleman, jumlah usaha industri keripik salak di

Kabupaten Sleman sebanyak lima unit usaha (Tabel 2). Metode

pengambilan responden dalam penelitian ini merupakan penelitian

populasi atau sensus, karena semua subjek penelitian diobservasi.

Metode sensus dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap,

artinya semua individu yang ada dalam populasi sebagai

responden, dicacah artinya diselidiki atau diwawancarai

(Daniel, 2002).

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh dari

responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan

instrumen pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data yang

diambil meliputi karakteristik responden, biaya pemasaran buah salak,

penerimaan pemasaran buah salak, pola saluran pemasaran buah salak,

penggunaan sarana produksi pengolahan keripik salak, penggunaan

tenaga kerjapengolahan keripik salak, besarnya produksi pengolahan

Page 33: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

keripik salak, harga produksi pengolahan keripik salak, serta data-data

lain yang menunjang tujuan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara

mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, di antaranya

Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Kabupaten Sleman, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kabupaten Sleman, serta Kantor Kecamatan Turi.

Tabel 6. Spesifikasi Data Sekunder

No. Jenis Data Sumber Data 1. Produksi salak dan luas

panen salak BPS Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Jumlah unit usaha pengolahan salak

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

3. Luas panen produksi dan rata-rata produksi salak

BPS Kabupaten Sleman

4. Produksi salak pondoh BPS Kabupaten Sleman

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang sistematis terhadap gejala-

gejala yang diteliti (Susanto, 2006). Teknik ini dilakukan dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti

sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan

diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada

responden (Singarimbun dan Effendi, 2006). Teknik ini dilakukan

untuk pengumpulan data primer menggunakan daftar pertanyaan.

Page 34: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Metode Angket

Angket (kuesioner) merupakan cara pengumpulan data dengan

memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi. Tujuan

pembuatan angket (kuesioner) adalah untuk memperoleh informasi

yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup tinggi

(Soeratno dan Lincolin, 1999).

d. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang

diperlukan dalam penelitian, yaitu dengan mencatat data yang telah

ada pada instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian

(Singarimbun dan Effendi, 2006).

D. Metode Analisis Data

1. Menghitung Marjin Pemasaran

a. Biaya pemasaran

Bp = Bp1 + Bp2 + ... + Bpn

Keterangan :

Bp = Biaya pemasaran buah salak

Bp1 ... Bpn = Biaya pemasaran buah salak di tiap lembaga pemasaran

b. Keuntungan pemasaran

Kp = Kp1 + Kp2 + ... + Kpn

Keterangan :

Kp = Keuntungan pemasaran buah salak

Kp1 ... Kpn = Keuntungan pemasaran buah salak di tiap lembaga

pemasaran

c. Margin Pemasaran

Mp = Pr – Pf

Keterangan :

Mp = Marjin pemasaran buah salak

Pr = Harga buah salak ditingkat konsumen

Pf = Harga buah salak ditingkat petani

Page 35: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya pemasaran dan

keuntungan pemasaran.

Mp = Kp + Bp

Keterangan :

Mp = Marjin pemasaran buah salak

Kp = Keuntungan pemasaran buah salak

Bp = Biaya pemasaran buah salak

2. Bagian yang diterima produsen (farmer’s share)

F = (1 –PrMp

) x 100 %

Keterangan :

F = Bagian yang diterima petani buah salak

Mp = Marjin pemasaran buah salak

Pr = Harga buah salak di tingkat konsumen

Menurut Rasyaf (2000), semakin besar bagian yang diterima petani

maka pemasaran tersebut semakin efisien. Bila bagian yang diterima

petani < 50% berarti pemasaran belum efisien, dan bila bagian yang

diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien.

3. Menghitung keuntungan usaha pengolahan salak menjadi keripik salak.

Rumus : π = TR – TC

Keterangan :

π = Keuntungan usaha pengolahan salak menjadi keripik salak (Rp)

TR = Penerimaan total usaha pengolahan salak menjadi keripik salak(Rp)

TC = Biaya total usaha pengolahan salak menjadi keripik salak (Rp)

Untuk biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagaiberikut :

Rumus : TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Biaya total usaha pengolahan salak menjadi keripik salak(Rp)

TFC = Biaya tetap usaha pengolahan salak menjadi keripik salak (Rp)

TVC = Biaya variabel usaha pengolahan salak menjadi keripik salak(Rp)

Page 36: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Rumus : TR = Q x P

Keterangan :

TR = Penerimaan total usaha pengolahan salak menjadi keripik salak(Rp)

P = Harga produk keripik salak (Rp/kg)

Q = Jumlah produk keripik salak (Kg)

4. Efisiensi usaha pengolahan salak menjadi keripik salak diketahui

dengan menggunakan rumus R/C rasio sebagai berikut :

R/C ratio: TotalBiaya

TotalPenerimaan

Kriteria :

R/C rasio >1 berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak efisien

R/C rasio = 1 berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak belum

efisien atau usaha mencapai titik impas

R/C rasio ˂ 1 berarti usaha pengolahan salak menjadi keripik salak tidak

efisien.

5. Menghitung Nilai Tambah

(1) Hasil Produksi Keripik Salak (Kg/bulan)

(2) Bahan Baku Salak (Kg/bulan)

(3) Faktor Konversi

= )2(Baku Bahan

(1) Produksi Hasil

(4) Harga Produk (Rp)

(5) Nilai Produk (Rp)

= Faktor Konversi (3) x Harga Produk (4)

(6) Harga Bahan Baku (Rp/kg)

(7) Sumbangan Input Lain (Rp/kg)

(8) Nilai Tambah (Rp/kg)

= Nilai Produk (5) – Harga Bahan Baku (6) – Sumbangan Input

Lain (7)

Page 37: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(9) Rasio Nilai Tambah (%)

= %100 (5)Produk Nilai (8)Tambah Nilai

x

(10) Input Tenaga Kerja (HKO/bulan)

(11) Koefisien Tenaga Kerja

= (2)Baku Bahan

(10) Kerja TenagaInput

(12) Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HKO)

(13) Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg)

= Koefisien Tenaga Kerja (11) x Upah Rata-rata Tenaga Kerja (12)

(14) Bagian Tenaga Kerja (%)

= %100 (8)Tambah Nilai

(13) Kerja TenagaImbalan x

Page 38: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka

diperoleh kesimpulan:

1. Marjin Pemasaran Salak

a. Pola saluran pemasaran salak di Kabupaten Sleman terdapat 5 saluran

pemasaran yaitu :

i. Petani - pedagang pengecer – konsumen akhir.

ii. Petani - pedagang pengumpul – konsumen (pedagang luar kota).

iii. Petani - pedagang besar – konsumen (pedagang luar kota).

iv. Petani - pedagang pengumpul - pedagang besar – konsumen

(pedagang luar kota).

v. Petani - pedagang pengumpul - pedagang besar - pedagang

pengecer - konsumen akhir.

b. Pada saluran pemasaran I total biaya pemasaran Rp 287,50/kg, total

keuntungan pemasaran Rp 1.212,50/kg dan marjin pemasaran Rp

1.500,00/kg. Untuk saluran pemasaran II total biaya pemasaran Rp

1.260,22/kg, total keuntungan pemasaran Rp 314,58/kg dan marjin

pemasaran Rp 1.550,00/kg. Pada saluran pemasaran III total biaya

pemasaran Rp 807,00/kg, total keuntungan pemasaran sebesar Rp

365,00/kg dan marjin pemasaran Rp 1.172,00/kg. Saluran pemasaran

IV total biaya pemasaran sebesar Rp 720,59/kg, total keuntungan

pemasaran sebesar Rp 445,94/kg dan marjin pemasaran Rp

1.166,53/kg. Kemudian untuk saluran pemasaran V total biaya

pemasaran Rp 1.171,67/kg, total keuntungan pemasaran sebesar Rp

1.878,33/kg dan marjin pemasaran Rp 3.050,00/kg.

c. Jika dilihat dari nilai farmer’s share, saluran pemasaran salak di

Kabupaten Sleman pada saluran pemasaran I, II, III, dan IV sudah

efisien secara ekonomis. Nilai farmer’s share tertinggi yaitu terdapat

pada saluran IV sebesar 71,89%. Sedangkan yang nilainya paling kecil

92

Page 39: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

adalah saluran V yaitu sebesar 49,17%, artinya saluran pemasaran ini

secara ekonomis belum efisien.

2. Nilai Tambah Keripik Salak

a. Pada industri keripik salak di Kabupaten Sleman, biaya total rata-rata

yang dikeluarkan dalam satu bulan produksi adalah Rp 20.182.786,73

sedangkan penerimaannya sebesar Rp 26.295.000,00 sehingga rata-

rata keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6.112.213,27. Artinya,

usaha industri keripik salak ini menguntungkan.

b. Efisiensi usaha industri keripik salak di Kabupaten Sleman adalah

sebesar 1,26. Hal ini menunjukkan bahwa usaha industri keripik salak

di Kabupaten Sleman sudah efisien.

c. Industri keripik salak di Kabupaten Sleman memberikan nilai tambah

sebesar Rp 4.593,24/kg bahan baku dan imbalan tenaga kerja sebesar

Rp 1.750,00/kg bahan baku.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut :

1. Perlunya pengembangan agroindustri yang mengolah salak menjadi

keripik salak terutama di daerah sentra produksi salak sehingga dapat

mengurangi resiko adanya ketidakstabilan harga salak terutama harga yang

sangat rendah pada saat panen raya. Pengembangan agroindustri ini salah

satunya dapat dilakukan dengan pengelolaan agroindustri melalui

kelompok tani.

2. Perlunya peningkatan akses pembiayaan bagi para pelaku agroindustri,

baik yang berasal dari pemerintah, lembaga pembiayaan perbankan,

maupun non perbankan (Koperasi, LKM, BMT, dan lain-lain). Sehingga

dapat membantu para pelaku agroindustri dalam memperoleh modal usaha

untuk melakukan pengolahan salak menjadi keripik salak. Peningkatan

akses ini dapat dilakukan melalui pendampingan kredit usaha serta

sosialisasi kredit usaha untuk meningkatkan pemahaman bagi para pelaku

agroindustri dalam mengakses kredit usaha.

Page 40: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Margin Pemasaran Salak

1. Karakteristik Responden Petani Salak

Karakteristik responden merupakan gambaran umum tentang

keadaan dan latar belakang responden yang berpengaruh terhadap kegiatan

usaha. Responden yang digunakan dalam analisis margin pemasaran salak

pada penelitian ini adalah petani salak di Desa Bangunkerto, Kecamatan

Turi, Kabupaten Sleman. Karakteristik dari responden petani salak

meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan

lama mengusahakan. Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada

Tabel 18.

Tabel 18. Identitas Responden Petani Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata 1. Umur responden (tahun) 51 2. Lama pendidikan (tahun) 12 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 4 5. Lama mengusahakan (tahun) 17

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Menurut BPS, penduduk berumur ≤ 14 tahun termasuk golongan

penduduk yang belum produktif, umur 15 - 64 tahun termasuk golongan

penduduk yang produktif dan umur ≥ 65 tahun termasuk golongan

penduduk yang sudah tidak produktif. Berdasarkan Tabel 18 dapat

diketahui bahwa rata-rata petani salak di Kabupaten Sleman termasuk

dalam umur produktif yaitu 51 tahun sehingga produktivitas kerja petani

salak di Kabupaten Sleman masih cukup tinggi karena tergolong kategori

umur produktif. Semua responden petani salak di Kabupaten Sleman

pernah mengenyam pendidikan secara formal, meski pada tingkatan yang

berbeda-beda.

Pendidikan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam

penerapan teknologi baru pada suatu daerah yang berhubungan dengan

usahatani setempat. Tingkat pendidikan formal maupun non formal sangat

51

Page 41: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan mengenai

pelaksanaan usahatani. Rata-rata tingkat pendidikan formal yang telah

ditempuh oleh petani salak di Kabupaten Sleman adalah SMA atau

sederajat. Dengan demikian, wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki

oleh para petani salak tersebut dapat dikatakan sudah cukup memadai

dalam mendukung usahataninya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh responden

petani salak adalah sebanyak empat orang. Jumlah anggota keluarga akan

mempengaruhi petani dalam menjual hasil panennya. Semakin banyak

jumlah anggota keluarga akan semakin menuntut petani untuk

mendapatkan uang yang lebih banyak guna memenuhi kebutuhannya.

Pengalaman mengusahakan salak oleh petani dapat mempengaruhi

keberhasilan dalam usahatani yang dijalankan. Pengalaman ini akan

mempengaruhi keberhasilan dalam teknis budidaya salak maupun dalam

usaha pemasarannya, sehingga akan mempengaruhi pendapatan yang

diterima oleh petani. Rata-rata lama mengusahakan budidaya tanaman

salak oleh petani salak adalah 17 tahun.

2. Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran Salak

Lembaga pemasaran salak juga menjadi responden dalam penelitian

ini. Petani salak menjual salak ke pedagang lembaga pemasaran. Umur,

pendidikan, dan pengalaman berdagang salak sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam berdagang. Yang termasuk dalam lembaga pemasaran

pada penelitian ini yaitu meliputi pedagang pengumpul, pedagang besar,

dan pedagang pengecer.

a. Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul pada umumnya mendapatkan salak dari

para petani salak. Pedagang pengumpul membeli dari para petani

dengan mendatangi mereka maupun petani yang mendatangi pedagang

tersebut. Berikut adalah tabel identitas responden pedagang pengumpul

salak di Kabupaten Sleman.

Page 42: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 19. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata 1. Umur Responden (tahun) 52 2. Lama Pendidikan (tahun) 12 3. Jumlah Anggota Keluarga (orang) 4 5. Lama Mengusahakan (tahun) 14

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa umur pedagang

pengumpul salak tergolong dalam usia produktif yaitu rata-rata

berumur 52 tahun. Pada usia ini umumnya pedagang pengumpul

mampu bekerja dengan baik karena fisik dan mental yang kuat dalam

melaksanakan pemasaran salak dari petani ke lembaga pemasaran

lainnya. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh

responden pedagang pengumpul adalah sebanyak empat orang.

Tingkat pendidikan pedagang pengumpul rata-rata adalah SMA.

Tingkat pendidikan pada tiap lembaga pemasaran akan mempengaruhi

lembaga pemasaran dalam membaca informasi pasar dan ketrampilan

dalam memasarkan komoditas yang akan dipasarkan. Pengalaman

usaha berpengaruh pada pengalaman lembaga pemasaran dalam

memasarkan salak. Lama usaha pada responden pedagang pengumpul

rata-rata adalah selama 14 tahun. Tingkat pendidikan dan pengalaman

yang dimiliki pedagang pengumpul saling mendukung keberhasilan

mereka dalam memasarkan salak.

b. Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli salak dari

pedagang pengumpul dengan cara didatangi pedagang pengumpul.

Berdasarkan hasil penelitian ada pula pedagang besar yang

memperoleh salak dari petani yang mendatanginya langsung. Berikut

adalah tabel identitas responden pedagang besarsalak di Kabupaten

Sleman.

Page 43: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 20. Identitas Responden Pedagang Besar Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata 1. Umur Responden (tahun) 47 2. Lama Pendidikan (tahun) 12 3. Jumlah Anggota Keluarga (orang) 3 5. Lama Mengusahakan (tahun) 11

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Tabel 20 menunjukkan bahwa umur pedagang besarsalak

tergolong dalam usia produktif yaitu rata-rata berumur 47 tahun. Pada

usia ini pedagang besar masih mampu bekerja dengan baik, sehingga

pedagang yang usianya masih produktif dapat melakukan pengelolaan

dan pendistribusian salak dengan lebih mudah serta dapat menerima

pembaharuan mekanisme pemasaran yang dalam hal ini berguna untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemasaran salak. Rata-rata

jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh responden pedagang besar

adalah sebanyak tiga orang.

Tingkat pendidikan pedagang besar rata-rata adalah SMA.

Tingkat pendidikan pada tiap lembaga pemasaran akan mempengaruhi

lembaga pemasaran dalam membaca informasi pasar dan ketrampilan

dalam memasarkan komoditas yang akan dipasarkan. Rata-rata lama

usaha pada responden pedagang besar adalah 11 tahun. Semakin lama

pengalaman berdagang semakin mudah bagi mereka untuk

memasarkan komoditas salak. Hal ini disebabkan karena mereka sudah

cukup dikenal oleh konsumen dan mempunyai pelanggan atau pembeli

tetap.

c. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli salak baik

langsung dari petani, pedagang pengumpul ataupun pedagang besar.

Biasanya pedagang pengecer membeli salak dalam jumlah yang relatif

lebih sedikit untuk dijual langsung kepada konsumen akhir.

Page 44: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 21. Identitas Responden Pedagang Pengecer Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata 1. Umur Responden (tahun) 59 2. Lama Pendidikan (tahun) 12 3. Jumlah Anggota Keluarga (orang) 4 5. Lama Mengusahakan (tahun) 23

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa umur pedagang

pengecer salak tergolong dalam usia produktif yaitu rata-rata berumur

59 tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh

responden pedagang pengecer adalah sebanyak empat orang.

Tingkat pendidikan pedagang besar rata-rata adalah SMA. Rata-

rata lama usaha pada responden pedagang besar adalah 23 tahun.

Semakin lama pengalaman berdagang semakin mudahbagi mereka

untuk memasarkan salaknya kepada konsumen. Hal ini disebabkan

karena mereka sudah memiliki keterampilan yang baik untuk

memasarkan produknya kepada konsumen.

3. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta mempunyai hubungan

dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran

adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan

konsumen (Sudiyono, 2002).

Lembaga pemasaran salak memiliki arti penting dalam proses

penyampaian salak dari produsen hingga sampai ke konsumen. Lembaga

pemasaran mempunyai tugas dan fungsi masing-masing dalam

mengantarkan salak tersebut sampai ke konsumen. Berdasarkan hasil

penelitian maka tugas dan fungsi lembaga pemasaran salak di Kabupaten

Sleman adalah sebagai berikut :

Page 45: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

a. Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul salak pada penelitian ini yaitu pedagang

yang membeli salak dari para petani salak. Pedagang ini mendapatkan

salak dengan didatangi para petani salak. Para petani salak ini biasanya

berada atau bertempat tinggal di dekat pedagang pengumpul.

Pedagang pengumpul menjual salak mereka kepada pedagang

besar ataupun konsumen dengan cara mendatangi ataupun didatangi

oleh keduanya. Pedagang ini melakukan fungsi penyortiran,

pengemasan, penyimpanan sementara, dan pengangkutan. Penyortiran

dilakukan dengan memisahkan salak yang cacat dengan salak yg

berkualitas baik. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan salak ke

dalam keranjang bambu kemudian ditutup dengan rajut. Satu keranjang

salak dapat menampung salak seberat 50 kg. Untuk pengiriman jarak

jauh dilakukan dengan mengemas dalam peti buah. Penyimpanan

sementara dilakukan selama 1-2 hari, mengingat buah memiliki sifat

yang tidak tahan lama sehingga harus segera dipasarkan. Pengangkutan

atau transportasi dilakukan dengan mengirim salak ke konsumen

menggunakan truk. Sekali pengiriman bisa mencapai antara 1-5 ton.

Selain itu juga melakukan fungsi pelancar yang meliputi

penanggungan penyusutan (resiko rusak), dan menyampaikan

informasi kepada pihak yang membutuhkan (pedagang besar dan

konsumen).

Biasanya pedagang pengumpul dalam membeli salak dari petani

menggunakan sistem pembayaran kontan atau langsung dibayar saat

transaksi. Akan tetapi untuk penjualan kepada konsumen dilakukan

secara kontan dan kredit (tempo).

b. Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli salak dari

pedagang pengumpul ataupun petani yang mendatangi mereka

langsung. Biasanya dalam jumlah yang relatif besar, dan melakukan

proses distribusi kepada konsumen ataupun pedagang pengecer. Di

Page 46: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Kabupaten Sleman pedagang besar melakukan transaksi di Pasar

Tempel.

Pedagang besar berfungsi menampung atau mengumpulkan dan

memasarkan salak kepada pedagang lain. Pedagang besar dalam

melakukan tugasnya melakukan beberapa kegiatan yaitu kegiatan

penyortiran, pengemasan, pengangkutan, dan pelancar. Pedagang besar

melakukan penyortiran berdasarkan kualitas salak, akan tetapi ada juga

pedagang yang tidak melakukannya. Pengemasan dilakukan dengan

memasukkan salak ke dalam keranjang bambu kemudian ditutup

dengan rajut. Pengangkutan atau transportasi dilakukan dengan

mengirim salak ke konsumen menggunakan truk. Pedagang besar

dalam membeli salak dari pedagang pengumpul menggunakan sistem

pembayaran kontan atau langsung dibayar saat transaksi. Tetapi untuk

penjualan kepada konsumen dilakukan secara kontan dan kredit

(tempo). Selain itu juga melakukan fungsi pelancar yang meliputi

penanggungan penyusutan(resiko rusak), dan menyampaikan informasi

kepada pihak yang membutuhkan (pedagang pengecer dan konsumen).

c. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer ini adalah pedagang salak yang membeli

salak dari pedagang besar ataupun langsung dari petani salak. Biasanya

jumlah pembelian relatif kecil dan langsung menjualnya kepada

konsumen akhir. Mereka membeli salak dari petani atau dari pedagang

besar. Pedagang pengecer ini menjual salak kepada konsumen dengan

mendirikan kios pinggir jalan. Biasanya konsumen membeli salak

sebagai oleh-oleh karena salak merupakan buah khas Kabupaten

Sleman. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi pengangkutan dan

penyimpanan sementara serta melakukan fungsi pelancar yang

meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi

kepada konsumen. Sistem pembayaran yang digunakan pedagang

pengecer adalah secara tunai atau kontan yaitu dengan cara langsung

dibayar saat transaksi jual beli salak berlangsung.

Page 47: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4. Pola Pemasaran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat

diuraikan mengenai pola saluran pemasaran salak di Kabupaten Sleman.

Pengumpulan data untuk mengetahui berbagai saluran pemasaran salak

yang digunakan, diperoleh dengan cara penelusuran saluran pemasaran

salak mulai dari petani sampai pada konsumen. Terdapat lima pola

pemasaran salak di Kabupaten Sleman, yaitu:

a. Saluran Pemasaran I

b. Saluran Pemasaran II

c. Saluran Pemasaran III

d. Saluran Pemasaran IV

e. Saluran Pemasaran V

Gambar 2. Bagan Saluran Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman

Petani Pedagang Pengecer

Konsumen Akhir

Petani Pedagang Pengumpul

Konsumen (Pedagang Luar Kota)

Petani Pedagang Besar

Petani Pedagang Pengumpu

l

Pedagang Besar

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen Akhir

Konsumen (Pedagang Luar Kota)

Konsumen (Pedagang Luar Kota)

Page 48: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berdasarkan bagan di atas, pemasaran salak di Kabupaten Sleman

dilakukan melalui bebarapa saluran yaitu :

a. Saluran Pemasaran I

Pada saluran pemasaran I, petani menjual langsung salaknnya

kepada pedagang pengecer, kemudian dari pedagang pengecer dijual

kepada konsumen rumah tangga untuk dikonsumsi langsung.

Penjualan dilakukan petani dengan cara didatangi langsung oleh

pedagang pengecer. Kemudian pedagang pengecer menjual salak

tersebut kepada konsumen yang mendatangi kiosnya. Biasanya

pedagang pengecer menjual salaknya di kios pinggir jalan, sehingga

kebanyakan pembelinya adalah pengendara jalan yang membeli salak

sebagai oleh-oleh.

b. Saluran Pemasaran II

Pada saluran pemasaran II, petani menjual langsung salaknya

kepada pedagang pengumpul yang letaknya disekitar tempat tinggal

petani. Petani menjual salaknya dengan cara mendatangi pedagang

pengumpul. Kemudian dari pedagang pengumpul dijual kembali

kepada konsumen. Konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pedagang luar kota yang memasarkan salaknya di luar

Kabupaten Sleman. Oleh karena penelitian ini hanya dibatasi pada

lembaga pemasaran yang ada di Kabupaten Sleman. Pedagang luar

kotabertempat tinggal di luar wilayah Kabupaten Sleman, seperti

Aceh, Medan, Bali, Jakarta, Kediri, dll. Pedagang pengumpul

melakukan sortasi dan pengemasan menggunakan keranjang atau peti

buah tergantung tujuan pengiriman. Biasanya untuk pengiriman jarak

jauh dilakukan menggunakan truk yang disediakan oleh pedagang

pengumpul ataupun yang dikirim oleh konsumen (pedagang luar kota).

c. Saluran Pemasaran III

Pada saluran pemasaran III, petani menjual langsung salaknya

kepada pedagang besar. Petani mendatangi pedagang besar yang

berada di Pasar Tempel. Di Kabupaten Sleman, Pasar Tempel

Page 49: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

merupakan pusat penjualan salak sehingga terdapat banyak lembaga

pemasaran salak, mulai dari pedagang pengecer, pedagang pengumpul,

pedagang besar, maupun petani. Dari pedagang besar kemudian buah

salak dijual lagi kepada konsumen (pedagang luar kota). Sama seperti

halnya pada saluran II, pedagang luar kota bertempat tinggal di luar

wilayah Kabupaten Sleman.

d. Saluran Pemasaran IV

Pada saluran pemasaran IV, petani menjual salaknya kepada

pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada

pedagang besar yang berada di Pasar Tempel. Seperti halnya pedagang

pengumpul, pedagang besar juga melakukan kegiatan sortasi ataupun

pengemasan salak yang akan dijual ke konsumen (pedagang luar kota).

e. Saluran Pemasaran V

Di dalam penelitian ini, saluran V adalah saluran yang paling

banyak memiliki lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Petani

menjual salak kepada pedagang pengumpul yang berada di sekitar

tempat tinggalnya. Kemudian pedagang pengumpul menjualnya

kepada pedagang besar yang ada di Pasar Tempel. Dari pedagang besar

kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer. Dari pedagang

pengecer dijual kepada konsumen akhir.

Saluran pemasaran salak yang dipilih petani salak di Kabupaten

Sleman berbeda-beda. Berbagai pertimbangan mereka jadikan alasan

untuk memilih saluran pemasaran salak yang mereka gunakan. Untuk

mengetahui jumlah petani salak yang terlibat di tiap saluran pemasaran

salak di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 50: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 22. Jumlah Petani Salak yang Terlibat pada Tiap Saluran Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman

No. Jenis Saluran Pemasaran

Jumlah Petani Responden (orang)

Persentase (%)

1 Saluran Pemasaran I 2 6,67 2 Saluran Pemasaran II 13 43,33 3 Saluran Pemasaran III 5 16,67 4 5

Saluran Pemasaran IV Saluran Pemasaran V

9 1

30,00 3,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran

yang paling banyak digunakan petani salak di Kabupaten Sleman adalah

saluran pemasaran II, yaitu sebanyak 13 orang petani (43,33%). Saluran

ini paling banyak dipilih petani karena jarak kebun salak atau tempat

tinggal petani dekat dengan tempat tinggal pedagang pengumpul. Selain

itu juga antara petani dengan pedagang pengumpul biasanya merupakan

tetangga atau kerabat mereka sehingga sudah ada kepercayaan satu sama

lain.

Saluran pemasaran urutan kedua yang banyak digunakan oleh petani

adalah saluran pemasaran IV, yaitu sebanyak 9 orang petani (30,00%).

Sama seperti halnya pada saluran II, petani pada saluran pemasaran IV

menjual langsung salaknya kepada pedagang pengumpul yang letaknya

tidak jauh dari para petani salak.

Saluran pemasaran salak yang menempati urutan ketiga yaitu

saluran pemasaran III dengan jumlah petani yang terlibat sejumlah 5 orang

(16,67%). Saluran ini dipilih petani tidak sebanyak pada saluran II dan IV

karena petani menjual langsung kepada pedagang besar yang letaknya

berada di Pasar Tempel. Pada saluran III petani harus mengeluarkan biaya

transportasi yang lebih besar karena jaraknya lebih jauh dibandingkan

menjual kepada pedagang pengumpul. Petani menggunakan saluran ini

dengan alasan harga beli oleh pedagang besar lebih tinggi daripada

pedagang pengumpul. Selain itu juga ada petani yang karena sekalian ada

urusan di Pasar Tempel. Saluran yang paling sedikit digunakan oleh petani

Page 51: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

adalah saluran V. Hanya terdapat 1 orang petani (3,33%) yang terlibat

dalam saluran ini.

5. Biaya Pemasaran, Keuntungan, Marjin Pemasaran, dan Farmer’s Share

Proses perpindahan salak dari petani sampai kepada konsumen

memerlukan biaya pemasaran dan membuat harga salak menjadi lebih

tinggi. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran salak mengambil

keuntungan. Besarnya biaya pemasaran, keuntungan, marjin pemasaran,

dan Farmer’s Share saluran I dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Rata-rata Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pada Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman Saluran Pemasaran I

No Uraian Rp/kg Persentase (%) 1 Petani

a. Harga Jual dari Petani b. Biaya pemasaran c. Harga yang Diterima Petani

3.000,00

0 3.000,00

2 Pedagang Pengecer a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.000,00

287,50 25 0 0

50 172,5 62,5

1.212,50 1.500,00 4.500,00

3 Konsumen Harga Beli Konsumen

4.500,00

100,00

4 a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Farmer’s Share

287,50 1.212,50 1.500,00

66,67

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 23 di atas, diketahui bahwa harga yang diterima

petani sebesar Rp 3.000,00/kg. Total biaya pemasaran sebesar Rp

287,50/kg yang diperoleh dari biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh

pedagang pengecer. Pada saluran I ini petani tidak mengeluarkan biaya

Page 52: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pemasaran, karena pedagang pengecer yang mendatangi petani, sehingga

petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi maupun biaya

pengemasan. Petani tidak perlu mengeluarkan biaya pengemasan untuk

membeli keranjang karena pedagang pengecer sudah menyediakan

keranjang sendiri. Selain untuk membeli keranjang, biaya pemasaran juga

dikeluarkan pedagang pengecer sebagai biaya penyusutan. Harga beli

konsumen sebesar Rp 4.500,00/kg dengan total keuntungan pada saluran

pemasaran I adalah sebesar Rp 1.212,50/kg, sedangkan untuk total marjin

pemasaran sebesar Rp 1.500,00/kg. Komponen marjin pemasaran terdiri

biaya-biaya pemasaran yang diperlukan oleh produsen untuk melakukan

fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga

pemasaran. Nilai Farmer’s share yang terjadi sebesar 66,67 %. Farmer’s

share adalah bagian yang diterima petani, semakin besar farmer’s share

dan semakin kecil marjin pemasaran maka dapat dikatakan suatu saluran

pemasaran berjalan secara efisien.

Page 53: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran salak

di Kabupaten Sleman pada saluran pemasaran II.

Tabel 24. Rata-rata Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pada Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman Saluran Pemasaran II

No Uraian Rp/kg Persentase (%) 1 Petani

a. Harga Jual dari Petani b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi c. Harga yang Diterima Petani

3.000,00

24,81 24,81

2.975,19

2 Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.000,00 1.235,42 1.091,85

75,56 73,33 46,02

261,25 261,67 314,58

1.550,00 4.550,00

3 Konsumen Harga beli

4.550,00

100,00

4 a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Farmer’s Share

1.260,22 314,58

1.550,00

65,93

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Tabel 24 menunjukkan bahwa rata-rata harga yang diterima petani

sebesar Rp 2.975,19/kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp 24,81/kg.

Biaya ini dikeluarkan petani sebagai biaya transportasi, karena biasanya

petani membawa salaknya ke pedagang pengumpul menggunakan sepeda

motor. Pedagang pengumpul juga mengeluarkan biaya pemasaran yaitu

sebesar Rp 1.235,42/kg. Biaya ini dikeluarkan pedagang pengumpul untuk

pengemasan, transportasi, dan penyusutan (resiko rusak). Besarnya biaya

yang dikeluarkan pedagang pengumpul biasanya yang paling besar adalah

untuk biaya transportasi pengiriman salak ke luar kota. Untuk biaya

Page 54: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pengemasan terdiri dari biaya pembelian keranjang, peti buah, dan tenaga

kerja. Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran II ini sebesar Rp

1.260,22/kg. Harga beli oleh konsumen sebesar Rp 4.550,00/kg dengan

total keuntungan pada saluran pemasaran II adalah sebesar Rp 314,58/kg,

sedangkan untuk total marjin pemasaran sebesar Rp 1.550,00/kg.

Komponen marjin pemasaran terdiri biaya-biaya pemasaran yang

diperlukan oleh produsen untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan

keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Nilai Farmer’s share

yang terjadi sebesar 65,93%.

Rata-rata biaya, keuntungan, marjin pemasaran, dan farmer’s share

salak di Kabupaten Sleman pada saluran pemasaran III disajikan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 25. Rata-rata Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pada Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman Saluran Pemasaran III

No Uraian Rp/kg Persentase (%) 1 Petani

a. Harga Jual dari Petani b. Biaya Pemasaran c. Harga yang Diterima Petani

3.000,00

72,00 2.928,00

2 Pedagang Besar a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.000,00

735,00 387,50 22,50 25,00 70,00

210,00 20,00

365,00 1.100,00 3.850,00

3 Konsumen Harga beli

3.850,00

100,00

4 a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Farmer’s Share

807,00 365,00

1.172,00

69,56

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Page 55: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Berdasarkan Tabel 25, dapat diketahui bahwa rata-rata harga yang

diterima petani sebesar Rp 2.928,00/kg dengan biaya pemasaran sebesar

Rp 72,00/kg. Biaya ini dikeluarkan petani sebagai biaya transportasi,

karena petani harus membawa salaknya ke pedagang besaryang berada di

Pasar Tempel. Pedagang besar juga mengeluarkan biaya pemasaran yaitu

sebesar Rp 735,00/kg. Biaya ini dikeluarkan pedagang besar untuk

pengemasan, transportasi, dan penyusutan (resiko rusak). Untuk biaya

pengemasan terdiri dari biaya pembelian keranjang, peti buah, dan tenaga

kerja. Biaya transportasi dikeluarkan untuk pengiriman salak ke

konsumen. Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran III ini sebesar

Rp 807,00/kg. Harga beli oleh konsumen sebesar Rp 3.850,00/kg dengan

total keuntungan pada saluran pemasaran III adalah sebesar Rp 365,00/kg.

Total marjin pemasaran sebesar Rp 1.100,00/kg, sehingga dapat diketahui

bagian yang diterima petani (farmer’s share) sebesar 69,56%.

Page 56: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berikut adalah rata-rata biaya pemasaran, keuntungan pemasaran,

marjin pemasaran, dan farmer’s share pemasaran salak di Kabupaten

Sleman pada saluran pemasaran IV.

Tabel 26. Rata-rata Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pada Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman Saluran Pemasaran IV

No Uraian Rp/kg Persentase (%) 1 Petani

a. Harga Jual dari Petani b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi c. Harga yang Diterima Petani

3.000,00

16,53 16,53

2.983,47

2

Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.000,00

336,00 52,73 48,05

0 73,89

205,31 0

164,00 500,00

3.500,00

3 Pedagang Besar a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.500,00

368,06 66,20 31,62 10,00 47,63

200,61 0

281,94 650,00

4.150,00

3 Konsumen Harga beli

4.150,00

100,00

4 a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Farmer’s Share

720,59 445,94

1.166,53

71,89

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Page 57: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 26 menunjukkan bahwa rata-rata harga yang diterima petani

sebesar Rp 2.983,47/kg, dengan biaya pemasaran sebesar Rp 16,53/kg.

Biaya ini dikeluarkan petani sebagai biaya transportasi, karena ada

yangmendatangi langsung pedagang pengumpul, tetapi ada pula petani

yang tidak mengeluarkan biaya transportasi karena jarak tempat tinggal

petani dengan pedagang dekat. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya

pemasaran yaitu sebesar Rp 164/kg. Biaya ini dikeluarkan pedagang

pengumpul untuk pengemasan, transportasi, tenaga bongkar muat, dan

penyusutan (resiko rusak). Pedagang pengumpul menjual salaknya kepada

pedagang besar yang berada di Pasar Tempel. Pedagang besar juga

mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp 368,06. Biaya tersebut terdiri

dari biaya pengemasan, transportasi, tenaga kerja, dan penyusutan (resiko

rusak). Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran IV ini sebesar Rp

720,59/kg. Kemudian harga beli oleh konsumen sebesar Rp 4.150,00/kg

dengan total keuntungan pada saluran pemasaran IV adalah sebesar Rp

445,94/kg. Total marjin pemasaran sebesar Rp 1.150,00/kg, sehingga

dapat diketahui bagian yang diterima petani (farmer’s share) sebesar

71,89%.

Saluran pemasaran salak yang terakhir dalam penelitian ini yaitu

saluran pemasaran V. Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan, dan marjin

pemasaran salak di Kabupaten Sleman pada saluran pemasaran V :

Page 58: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 27. Rata-rata Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pada Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman Saluran Pemasaran V

No Uraian Rp/kg Persentase (%) 1 Petani

a. Harga Jual dari Petani b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi c. Harga yang Diterima Petani

3.000,00

50,00 50,00

2.950,00

2

Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.000,00

330,00 30,00 10,00

0 50,00

240,00 0

170,00 500,00

3.500,00

3

Pedagang Besar a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

3.500,00

391,67 16,67 16,67

0 83,33

291,67 0

308,33 700,00

4.200,00

4 Pedagang Pengecer a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran

1) Transportasi 2) Tenaga Bongkar 3) Tenaga Muat 4) Keranjang 5) Penyusutan 6) Lain-lain

c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual

4.200,00

400,00 50,00 10,00

0 0

315,00 0

1.400,00 1.800,00 6.000,00

3 Konsumen Harga beli

6.000,00

100,00

4 a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Farmer’s Share

1.171,67 1.878,33 3.050,00

49,17

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Page 59: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa bahwa rata-rata harga

yang diterima petani sebesar Rp 2.950/kg, dengan biaya pemasaran

sebesar Rp 50/kg. Biaya ini dikeluarkan petani sebagai biaya transportasi,

karena petani mendatangi langsung pedagang pengumpul. Pada saluran V

ini pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp

330/kg. Biaya ini dikeluarkan pedagang pengumpul untuk pengemasan,

transportasi, tenaga bongkar muat, dan penyusutan (resiko rusak).

Pedagang pengumpul menjual salaknya kepada pedagang besar yang

berada di Pasar Tempel. Pedagang besar juga mengeluarkan biaya

pemasaran sebesar Rp 391,67/kg. Biaya tersebut terdiri dari biaya

pengemasan, transportasi, tenaga kerja bongkar muat, dan penyusutan

(resiko rusak). Pedagang pengecer memperoleh salak dari pedagang besar

kemudian menjualnya kepada konumen akhir dengan biaya pemasaran

yang dikeluarkan sebesar Rp 400,00/kg. Total biaya pemasaran pada

saluran pemasaran V ini sebesar Rp 1.171,67/kg. Total keuntungan pada

saluran pemasaran V adalah sebesar Rp 1.878,33/kg. Total marjin

pemasaran sebesar Rp 1.150,00/kg, sehingga dapat diketahui bagian yang

diterima petani (farmer’s share) sebesar 49,17%. Hal ini menandakan

secara ekonomis saluran V belum efisien.

B. Nilai Tambah Keripik Salak

1. Karakteristik Responden Industri Keripik Salak

Responden pada analisis nilai tambah keripik salak adalah produsen

industri keripik salak yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi

dan berdomisili di Kabupaten Sleman. Karakteristik dari responden

produsen industri keripik salak meliputi umur responden, lama pendidikan,

jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam

produksi, lama mengusahakan, status usaha, alasan usaha, dan sumber

modal. Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 28

berikut ini.

Page 60: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 28. Identitas Responden Produsen Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata 1. Umur responden (tahun) 46 2. Lama pendidikan (tahun) 15 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 4 4. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam

usaha (orang) 1

5. Lama mengusahakan (tahun) 5,6

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 28, dapat diketahui bahwa rata-rata produsen

keripik salak di Kabupaten Sleman termasuk dalam umur produktif yaitu

46 tahun sehingga produktivitas kerja produsen keripik salak di Kabupaten

Sleman masih cukup tinggi. Semua responden produsen industri keripik

salak di Kabupaten Sleman pernah mengenyam pendidikan secara formal,

meskipun pada tingkatan yang berbeda-beda. Rata-rata tingkat pendidikan

formal yang telah ditempuh oleh produsen keripik salak di Kabupaten

Sleman adalah Diploma. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki

produsen keripik salak maka mereka akan memiliki pengetahuan yang

lebih banyak mengenai cara menjalankan suata usaha. Meskipun

pendidikan formal tidak menjadi syarat yang diperlukan dalam usaha

industri keripik salak, namun hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir

sebagai produsen dalam setiap pengambilan keputusan usaha, misalnya

bagaimana dia harus menciptakan efisiensi dan efektivitas produksi atau

kemana dia harus memasarkan produk keripik salaknya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh responden

produsen keripik salak adalah sebanyak empat orang dengan rata-rata

jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha industri keripik salak

sebanyak satu orang. Biasanya anggota keluarga yang aktif dalam industri

keripik salak adalah suami atau istri saja. Sedangkan anggota keluarga

yang lain bekerja pada sektor lain, masih menempuh pendidikan, berada di

luar kota atau termasuk usia non produktif (anak-anak dan manula). Dalam

usaha ini semua responden menggunakan tenaga kerja luar, karena usaha

Page 61: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ini tidak dapat dijalankan hanya dengan mengandalkan tenaga kerja

keluarga.

Rata-rata lama mengusahakan dari industri keripik salak adalah 5,60

tahun. Lama mengusahakan yang dimiliki oleh para produsen keripik salak

ini juga sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dari usahanya.

Semakin lama waktu mengusahakan, maka semakin banyak pengalaman

yang diperoleh para produsen dan banyaknya pengalaman yang dimiliki

oleh para produsen akan berguna untuk mengatasi berbagai kendala usaha

yang mereka hadapi.

2. Karakteristik Usaha Industri Keripik Salak

a. Alasan Mengusahakan Keripik Salak

Dalam melakukan kegiatan usahanya, para produsen industri

keripik salak mempunyai alasan tersendiri. Berikut ini beberapa alasan

memilih pengolahan keripik salak.

Tabel 29. Alasan Utama Mengusahakan Industri Keripik Salak Kabupaten Sleman

No. Alasan Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. 2. 3.

Lebih Menguntungkan Tidak Mempunyai Pekerjaan Lain Lainnya

5 0 0

100 0 0

Total 5 100

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Seluruh produsen industri keripik salakmenjalankan usaha

keripik salak tersebut karena usaha ini dirasa lebih

menguntungkan.Dengan melakukan pengolahan buah salak menjadi

keripik salak menggunakan vacuum fryer, para pengusaha dapat

memperoleh nilai tambah baik secara fisik maupun ekonomi dari buah

salak. Pada saat panen raya tiba para produsen juga dapat

memanfaatkan keadaan dengan memproduksi sebanyak-banyaknya

keripik salak yang dapat dijadikan persediaan produk pada saat harga

salak tinggi. Karena pada saat panen raya harga buah salak sangat

rendah sehingga ketika produsen memproduksi dalam jumlah banyak

Page 62: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

maka produsen akan memperoleh keuntungan yang lebih besar karena

harga keripik salak relatif lebih stabil.

b. Status Usaha Industri Keripik Salak

Produsen dalam menjalankan usaha keripik salak ada yang

menjadikannya sebagai pekerjaan utama, tetapi ada pula yang sebagai

usaha sampingan. Status usaha industri keripik salak di Kabupaten

Sleman dapat dilihat pada Tabel 30 berikut ini.

Tabel 30. Status Usaha Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Status Usaha Jumlah (Responden)

Persentase (%)

1. Pekerjaan Utama 4 80 2. Pekerjaan Sampingan 1 20

Total 5 100

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Usaha industri keripik salak merupakan pekerjaan utama bagi

sebagian besar responden yaitu sebesar 80% dan sebagai pekerjaan

sampingan bagi 20% responden. Hal ini dikarenakan usaha industri

keripik salak ini dilakukan karena lebih menguntungkan dibandingkan

usaha yang lain sehingga lebih banyak waktu yang dicurahkan untuk

melakukan usaha ini dengan frekuensi produksi setiap hari. Adapun

produsen yang menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan sampingan

dikarenakan dia memiliki pekerjaan utama yang lain yaitu sebagai

konsultan sehingga dia tidak dapat melakukan produksi keripik salak

setiap hari.

Kegiatan usaha industri keripik salak ini dilakukan hampir

setiap hari karena memang buah salak tersedia sepanjang tahun dan

biasanya usaha ini meningkat volume produksinya ketika musim panen

raya tiba. Hal ini disebabkan karena melimpahnya buah salak di

Kabupaten Sleman dan biasanya harganya sangat rendah.

c. Modal Usaha Industri Keripik Salak

Dalam menjalankan usaha industri keripik salak ini para

produsen membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sumber modal

Page 63: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

usaha industri keripik salak Kabupaten Sleman dapat dilihat padaTabel

31 berikut ini.

Tabel 31. Sumber Modal Usaha Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Sumber Modal Jumlah(Orang) Persentase

(%) 1. 2. 3.

Modal Sendiri Modal Pinjaman Bank Bantuan Pemerintah

3 0 2

60 0 40

Jumlah 5 100

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 31, dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang

responden (60%) produsen keripik salak menggunakan modal sendiri

untuk menjalankan usahanya, sedangkan sisanya yaitu 2 orang (40%)

menggunakan modal yang berasal dari bantuan pemerintah (Dinas

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), hal ini dikarenakan alat vacuum

fryer yang digunakan dalam usaha pembuatan keripik salak ini

harganya relatif mahal bagi pelaku usaha industri skala rumah tangga.

d. Bahan Baku Industri Keripik Salak

Bahan baku utama dalam usaha industri keripik salak adalah

buah salak yang diperoleh baik dari hasil panen sendiri maupun

pembelian dari petani atau pedagang salak di Kabupaten Sleman.

Pengadaan bahan baku, cara pemesanan, dan cara pembayaran bahan

baku tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 64: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 32. Pengadaan, Cara Pemesanan, dan Cara Pembayaran dalam Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Pengadaan Bahan Baku

a. Hasil panen sendiri b. Membeli dari petani/

pedagang c. Hasil panen sendiri dan membeli

dari petani/ pedagang

0 3 2

0 60 40

Jumlah 5 100 2. Cara Pemesanan

a. Pesan langsung kirim b. Pesan tidak langsung kirim

3 2

60 40

Jumlah 5 100 4. Cara Pembayaran

a. Kontan b. Kredit

5 0

100 0

Jumlah 5 100

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Bahan baku buah salak dalam usaha industri keripik salak yang

diperoleh dari membeli dari petani atau pedagang salak yaitu sebesar

60%, sedangkan yang berasal dari panen sendiri maupun membeli dari

petani/pedagang sebesar 40%. Bahan baku salak yang diperoleh dari

pembelian biasanya sebagian besar berasal dari pedagang. Jenis salak

yang digunakan yaitu salak pondoh dengan tingkat kemasakan 70-

80%. Salak pondoh dengan tingkat kemasakan tersebut adalah yang

paling baik untuk diolah menjadi keripik salak, karena salak pada

tingkat kemasakan tersebut tidak terlalu matang dan tidak terlalu

mentah sehingga tidak mudah hancur jika digoreng dengan mesin

vacuum fryer.

Cara pemesanan bahan baku dilakukan para produsen keripik

salak dengan pesan langsung dikirim ataupun pesan tidak langsung

dikirim (tempo). Pesan tidak langsung biasanya dilakukan sehari

sebelum pengiriman dengan memesan buah salak melalui telepon, baru

keesokan harinya pesanan salak dikirim oleh pedagang. Untuk cara

pembayarannya dilakukan semua responden secara kontan. Hal ini

Page 65: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pedagang sehingga

ketersediaan bahan baku dapat tersedia secara kontinyu.

e. Peralatan Pembuatan Keripik Salak

Disamping bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

keripik salak, produsen juga menggunakan berbagai peralatan dalam

proses produksinya. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi

keripik salak terbilang sudah canggih karena telah menggunakan

teknologi mesin vacuum dan berbagai peralatan pendukung lainnya.

Peralatan yang digunakan dalam memproduksi keripik salak pada

industri keripik salak di Kabupaten Sleman yaitu :

i. Vacuum fryer, yaitu alat berbasis mesin vakum yang digunakan

untuk menggoreng daging buah salak.

ii. Spiner, yaitu alat yang digunakan untuk mengurangi kadar panas

dan kadar minyak goreng yang terdapat pada keripik salak.

iii. Sealer, yaitu alat yang digunakan untuk menutup kemasan

aluminium foil.

iv. Ember, yaitu alat yang digunakan untuk mencuci daging salak.

v. Keranjang, yaitu alat yang digunakan untuk menampung buah salak.

vi. Pisau, yaitu alat yang digunakan produsen untuk membelah daging

buah salak.

vii. Timbangan besar, digunakan untuk menimbang buah salak yang

akan diolah menjadi keripik salak.

viii. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang keripik salak.

Kebanyakan alat vacuum fryer yang dimiliki oleh para produsen

keripik salak diperoleh dari bantuan pemerintah yaitu dari Dinas

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan serta Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman, serta ada yang berasal

dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hal ini dikarenakan harga

dari alat tersebut yang cukup mahal untuk dijangkau oleh para

produsen, tetapi ada pula produsen yang membeli sendiri peralatan

tersebut. Ada juga produsen yang melakukan modifikasi terhadap alat

Page 66: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

vacuum fryer agar alat tersebut dapat berfungsi lebih efisien sehingga

dapat menghemat waktu produksi yang digunakan.

f. Proses Produksi Keripik Salak

Proses produksi keripik salak di Kabupaten Sleman dilakukan

melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

i. Pengupasan buah salak, dilakukan dengan mengupas kulit luar dan

kulit ari buah salak.

ii. Pembelahan daging buah salak, dilakukan dengan menggunakan

pisau, yaitu dengan memotong bagian ujung terlebih dahulu

kemudian dibelah menjadi dua bagian serta dikeluarkan biji dan

anakannya.

iii. Pencucian, dilakukan dengan mencuci daging buah salak dengan

air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel

pada daging buah salak.

iv. Penirisan, dilakukan agar sisa air pencucian tidak terlalu banyak.

v. Penggorengan, dilakukan dengan memasukkan daging buah salak

ke dalam alat vacuum fryer yang sudah berisi minyak panas (70oC)

selama 1,5-2 jam dengan beberapa kali pengadukan.

vi. Pengeringan, dilakukan dengan memasukkan keripik salak ke

dalam spiner untuk menghilangkan minyak goreng yang menempel

pada keripik salak.

vii. Pengemasan, dilakukan dengan memasukkan keripik salak

kedalam kemasan aluminium foil.

Page 67: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Gambar 7. Bagan Pembuatan Keripik Salak di Kabupaten Sleman

Proses produksi keripik salak di Kabupaten Sleman sudah cukup

modern karena telah menggunakan alat vacuum fryer yang dapat

menggoreng keripik salak hingga kadar airnya menjadi sangat rendah

dalam waktu yang relatif lebih singkat. Tetapi untuk kegiatan

pengupasan dan pembelahan masih dilakukan secara tradisional yaitu

hanya menggunakan pisau dapur saja. Cara ini dilakukan karena buah

salak memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan buah

lainnya yaitu harus dikupas kulit luar dan kulit arinya secara manual

serta buah salak biasanya memiliki biji dan anakan yang harus

dipisahkan.

Pengeringan

Pengupasan

Pembelahan

Pencucian

Penirisan

Penggorengan

Pengemasan

Page 68: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Dalam satu hari biasanya para produsen melakukan beberapa

kali proses produksi. Rata-rata produsen keripik salak di Kabupaten

Sleman dalam sehari dapat melakukan proses produksi sebanyak 6

kali. Rangkaian kegiatan produksi tersebut dilakukan secara

bergantian, sebab buah salak yang sudah dikupas tidak boleh dibiarkan

lama-lama terkena udara bebas. Oleh karena itu, biasanya para

produsen melakukan pengupasan dan pembelahan untuk produksi

selanjutnya pada saat berlangsung kegiatan penggorengan, sehingga

proses produksi dapat efisien.

g. Pemasaran Keripik Salak

Produk keripik salak di Kabupaten Sleman ini dipasarkan tidak

hanya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta saja, tetapi ke berbagai

kota di Indonesia. Bahkan ada produsen yang telah mengekspor

produk keripik salaknya ke berbagai negara seperti Malaysia,

Singapura, Brunei Darussalam, dan Kuwait. Sebagai produk khas

Kabupaten Sleman, biasanya produk keripik salak dipasarkan di

berbagai pusat oleh-oleh yang terdapat di Daerah Istimewa

Yogyakarta.Semua produsen keripik salak di Kabupaten Sleman

memasarkan produknya melalui distributor. Ada yang diambil

langsung oleh distributor ada pula produsen yang mengantar keripik

salaknya kepada distributor. Selain menjual kepada distributor,

produsen juga melayani penjualan langsung kepada konsumen di

rumahnya, yaitu dengan membangun outlet sederhana di rumah

produsen.

3. Analisis Usaha Industri Keripik Salak

Pada penelitian ini dilakukan analisis usaha pada industri keripik

salak di Kabupaten Sleman. Untuk mengetahui besarnya analisis usaha ini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Analisis Biaya

Dalam usaha industri keripik salak pada penelitian ini

diperhitungkan dua macam biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Page 69: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga modal sendiri,

dan biaya sewa bangunan. Sedangkan yang termasuk biaya variabel

adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya minyak goreng,

biaya gas elpigi, biaya transportasi, dan biaya pengemasan.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses

pengolahan keripik salak yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

jumlah produk yang dihasilkan. Rata-rata biaya tetap pada usaha

industri keripik salak dalam satu bulan produksi dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 33. Rata-rata Biaya Tetap per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Macam Biaya Rata-rata (Rp) Persentase(%)

1. Penyusutan Peralatan 269.246,73 28,79 2. 3.

Bunga Modal Sendiri Sewa Bangunan

590.940,00 75.000,00

63,19 8,02

Jumlah 935.186,73 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Tabel 33 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap pada

industri keripik salak di Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp

935.186,73. Biaya bunga modal sendiri adalah yang terbesar yaitu

sebesar Rp 590.940,00 (63,19%). Untuk menghitung bunga modal

investasi menggunakan rumus :

Bunga modal sendiri = Nilai aset x suku bunga

Nilai suku bunga pada bulan Maret 2012 yang diperoleh dari

data Bank Rakyat Indonesia yaitu sebesar 1,5% per tahun. Bunga

modal sendiri dihitung untuk mengetahui besarnya kesempatan

yang hilang jika produsen menginvestasikan uangnya dan tidak

menggunakannya sebagai modal.

Biaya penyusutan menempati urutan kedua dalam biaya

tetap industri keripik salak yaitu sebesar Rp 269.246,73 (28,79%).

Peralatan yang digunakan dalam industri pengolahan salak

Page 70: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kebanyakan memiliki umur ekonomis yang besar. Besarnya biaya

penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus :

Penyusutan per Bulan =EkonomisUmur

AkhirNilaiAwalNilai -

Biaya bunga modal sendiri dan biaya penyusutan sebenarnya

tidak benar-benar dikeluarkan oleh produsen, akan tetapi karena

dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan maka,

kedua biaya tersebut tetap diperhitungkan. Besarnya biaya sewa

bangunan adalah yang terkecil dalam biaya tetap industri keripik

salak yaitu sebesar Rp 75.000,00 (8,02%) per bulannya.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses

pengolahan proses pengolahan keripik salak yang besarnya

berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang

dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya

minyak goreng, biaya gas elpigi, biaya transportasi, biaya tenaga

kerja, dan biaya pengemasan. Biaya variabel usaha pengolahan

keripik salak dalam satu bulan produksi dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

Tabel 34. Rata-rata Biaya Variabel per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Macam Biaya Rata-rata (Rp) Persentase(%)

1. Bahan Baku 8.010.000 41,62 2. 3. 4.

Tenaga Kerja Minyak Goreng Gas Elpigi

3.780.000 2.729.600

900.000

19,64 14,18 4,68

5. 6.

Pengemasan Transportasi

3.738.000 90.000

19,42 0,47

Jumlah 19.247.600 100

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa jumlah rata-

rata biaya variabel dalam satu bulan produksi pada pengolahan

keripik salak di Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp

19.247.600,00. Rata-rata biaya bahan baku merupakan biaya

Page 71: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

variabel terbesar dari pengolahan keripik salak yaitu sebesar Rp

8.010.000,00 (41,62%). Bahan baku keripik salak merupakan buah

salak pondoh dengan tingkat kematangan antara 70-80%. Besarnya

biaya bahan baku dipengaruhi oleh musim panen dan kualitas dari

salak pondoh itu sendiri. Biasanya harga salak pondoh rendah pada

saat panen raya, yaitu ketika awal musim penghujan antara bulan

November, Desember, dan Januari. Sedangkan harga salak tinggi

terjadi sekitar bulan Juni dan Juli. Semakin baik kualitas dari salak

pondoh maka harganya akan semakin tinggi. Biasanya ditentukan

dari segi ukuran buah salak, semakin besar ukurannya maka

harganya semakin tinggi. Rata-rata harga salak pondoh untuk

pengolahan keripik salak yaitu sekitar Rp 3.000,00/kg.

Biaya tenaga kerja menempati urutan kedua dalam biaya

variabel, yaitu sebesar Rp 3.780.000,00 (19,64%) dalam satu bulan

produksi. Rata-rata upah tenaga kerja per harinya sebesar Rp

30.000,00. Hampir semua produsen keripik salak melakukan

kegiatan produksinya setiap hari. Biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan oleh produsen dipengaruhi oleh jumlah bahan baku

yang digunakan serta lamanya proses produksi. Semakin banyak

bahan baku yang digunakan dan semakin lama proses produksi,

maka jam kerja yang dibutuhkan juga semakin banyak, sehingga

biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja juga semakin besar.

Besarnya biaya pengemasan sebesar Rp 3.738.000,00

(19,42%). Biaya pengemasan keripik salak digunakan untuk

membeli kemasan aluminium foil dan label. Aluminium foil dipilih

para produsen sebagai kemasan karena kemasan ini dapat

menyimpan keripik salak dalam waktu yang lebih lama, yaitu

selama 2 tahun. Kemasan aluminium foil yang digunakan yang

harganya relatif mahal. Untuk tiap kemasan yang berlabel harganya

berkisar antara Rp 1.300,00 - Rp 2.000,00.

Page 72: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Di dalam pengolahan keripik salak menggunakan minyak

goreng untuk menggoreng salak di dalam mesin vacuum fryer,

sehingga didapatkan keripik salak yang memiliki cita rasa yang

tidak berbeda jauh dengan buah salak pondoh segar. Besarnya

biaya minyak goreng dalam pengolahan keripik salak yaitu sebesar

Rp 2.729.600,00 (14,18%).

Gas elpigi digunakan sebagai bahan bakar untuk

menggoreng keripik salak. Besarnya biaya gas elpigi yang

digunakan yaitu sebesar Rp 900.000,00 (4,68%).

Biaya terkecil dalam biaya variabel yang digunakan pada

pengolahan keripik salak yaitu biaya transportasi. Biaya

transportasi biasanya dikeluarkan para produsen untuk membeli

bahan bakar kendaraan (bensin). Kendaraan tersebut mereka

gunakan untuk kegiatan transportasi dalam membeli bahan bahan

baku, bahan penolong, dan kegiatan pemasaran produk. Besarnya

rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan produsen keripik

salak yaitu sebesar Rp 90.000,00 (0,47%). Biaya ini kecil karena

biasanya untuk kegiatan pemasaran seringkali distributor yang

mengambil langsung ke rumah produsen sehingga biaya

transportasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

c. Biaya Total

Biaya total adalah hasil dari penjumlahan dari seluruh biaya

tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam rupiah. Biaya total

yang dikeluarkan oleh produsen keripik salak di Kabupaten Sleman

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 35. Rata-rata Biaya Total per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Macam Biaya Rata-rata (Rp) Persentase(%)

1. Biaya Tetap 935.186,73 4,63 2. Biaya Variabel 19.247.600,00 95,37 Jumlah 20.182.786,73 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Page 73: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 35 menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang

dikeluarkan dalam industri keripik salak di Kabupaten Sleman

dalam satu bulan produksi adalah sebesar Rp 20.182.786,73. Biaya

variabel industri tersebut lebih besar daripada biaya tetap, hal ini

dikarenakan biaya variabel berubah-ubah sesuai dengan jumlah

produksinya, sedangkan biaya tetap berubah dalam waktu yang

relatif lama. Komponen biaya variabel yang menyebabkan

jumlahnya lebih besar yaitu berupa biaya bahan baku. Harga bahan

baku berubah-ubah padahal untuk proses produksi dibutuhkan

dalam jumlah yang besar.

2. Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk

yang dihasilkan dengan harga persatuan produk yang dinyatakan

dalam satuan rupiah. Hasil produksi keripik salak dijual semua oleh

produsen. Penerimaan industri keripik salak di Kabupaten Sleman

berasal dari hasil penjualan keripik salak dan biji salak. Berikut adalah

tabel penerimaan industri keripik salak di Kabupaten Sleman :

Tabel 36. Rata-rata Produksi, Rata-rata Harga/kg, Rata-rata Penerimaan, dan Rata-rata Jumlah Penerimaan per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Produk Rata-rata Produksi

(Kg)

Rata-rata Harga/kg

(Rp)

Rata-rata Penerimaan

(Rp) 1. Keripik Salak 195 129.000 26.055.000 2. Biji Salak 480 500 240.000

Rata-rata jumlah penerimaan (Rp) 26.295.000

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan analisis Tabel 36 diketahui bahwa rata-rata jumlah

penerimaan industri keripik salak di Kabupaten Sleman sebesar Rp

26.295.000,00. Jumlah keripik salak yang diproduksi oleh produsen

dalam satu bulan produksi adalah sebesar 195 kg dengan harga rata-

rata per kg adalah Rp 129.000,00 sehingga rata-rata jumlah

penerimaannya sebesar Rp 26.055.000,00. Sedangkan untuk biji salak,

Page 74: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

jumlah yang dihasilkan produsen dalam satu bulan produksi adalah

480 kg dengan harga rata-rata per kg adalah Rp 500,00 sehingga rata-

rata penerimaannya sebesar Rp 240.000,00. Biji salak merupakan

limbah dari produksi keripik salak. Akan tetapi, dapat memberikan

sejumlah penerimaan kepada produsen karena biji salak dapat dijual ke

pedagang untuk dikirim ke luar Pulau Jawa yang berguna sebagai

pagar perkebunan.

Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah keripik salak dan

biji salak yang diproduksi oleh setiap produsen. Semakin banyak

jumlah keripik salak dan biji salak yang diproduksi, maka akan

semakin besar juga penerimaannya. Selain itu, harga jual dipasaran

juga mempengaruhi penerimaan, yaitu semakin tinggi harga jual

keripik salak dan biji salak, maka semakin tinggi pula penerimaan

yang diperoleh produsen keripik salak.

3. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh dari industri keripik salak

merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Untuk

mengetahui keuntungan yang diperoleh industri keripik salak di

Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 37 berikut ini.

Tabel 37. Rata-rata Keuntungan per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Macam Biaya Rata-rata per Produsen (Rp)

1. Penerimaan Total 26.295.000,00 2. Biaya Total 20.182.786,73 Keuntungan 6.112.213,27

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Dari Tabel 37 dapat diketahui bahwa penerimaan rata-rata

masing-masing produsen keripik salak dalam satu bulan produksi

adalah sebesar Rp 26.295.000,00 dengan total biaya yang dikeluarkan

rata-rata Rp 20.182.786,73 sehingga jika dilihat dengan konsep

keuntungan maka dalam satu bulan produksi, produksi rata-rata

produsen memperoleh keuntungan sebesar Rp 6.112.213,27.

Page 75: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Keuntungan yang diperoleh produsen dipengaruhi oleh perbedaan

jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Semakin banyak produk yang dihasilkan dengan biaya yang rendah

dan semakin tinggi harga produk, maka keuntungan yang akan

diperoleh semakin besar.

4. Efisiensi

Untuk mengetahui besarnya efisiensi usaha industri keripik

salak adalah dengan cara membandingkan antara penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan. Besarnya efisiensi usaha dari industri keripik

salak di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 38. Efisiensi Usaha Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Macam Biaya Rata-rata per Produsen (Rp)

1. Penerimaan Total 26.295.000,00 2. Biaya Total 20.182.786,73 Efisiensi 1,26

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Tabel 38 menunjukkan bahwa efisiensi usaha industri keripik

salak di Kabupaten Sleman dalam satu bulan produksi adalah sebesar

1,26. Artinya usaha industri keripik salak yang telah dijalankan ini

termasuk kategori efisien karena nilai R/C rasionya > 1.R/C rasio

menunjukkan penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Nilai 1,26 berarti bahwa setiap

Rp 1,00 yang dikeluarkan memberikan penerimaan sebesar 1,26 kali

dari biaya yang telah dikeluarkan.

5. Nilai Tambah

Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya

nilai tambah yang terdapat pada salak yang diolah menjadi keripik

salak. Besarnya analisis nilai tambah pada industri keripik salak di

Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 39.

Page 76: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 39. Anlisis Nilai Tambah Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata per Produsen

1. Hasil Produksi Keripik Salak (kg/bulan) 195,00 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Bahan Baku Salak (kg/bulan) Faktor Konversi Harga Bahan Baku (Rp) Nilai Produk (Rp) Harga Produk (Rp/kg) Sumbangan Input Lain (Rp) Nilai Tambah (Rp/kg) Rasio Nilai Tambah (%) Input Tenaga Kerja (HKO/bulan) Koefisien Tenaga Kerja Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HKO) Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) Bagian Tenaga Kerja (%)

2.160,00 0,09

3.600,00 11.645,83

129.000,00 3.452,59 4.593,24

39,44 216,00

0,06 30.000,00 1.750,00

38,10

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 39 dapat

diketahui bahwa rata-rata hasil produksi (output) industri keripik salak

di Kabupaten Sleman untuk satu bulan produksi adalah sebesar 195 kg.

Dengan penggunaan bahan baku (input) salak rata-rata sebesar 2.160

kg. Faktor konversi merupakan hasil bagi antara hasil produksi dengan

jumlah bahan baku yang digunakan. Besarnya faktor konversi pada

perhitungan di atas adalah sebesar 0,09 yang berarti 1 kg bahan baku

dapat menghasilkan 0,09 kg keripik salak.

Nilai produk diperoleh dengan cara mengalikan faktor konversi

dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk pada perhitungan

nilai tambah adalah sebesar Rp 11.645,83/kg produk keripik salak.

Rata-rata harga produk keripik salak yaitu sebesar Rp 129.000,00.

Semakin besar besar faktor konversi dan harga produk keripik salak,

maka nilai produknya akan semakin besar pula.

Hasil dari nilai produk tersebut dikurangi biaya dari sumbangan

input lain dan harga dari bahan baku maka diperoleh besarnya nilai

tambah. Nilai ini dapat berfungsi untuk mengetahui produktivitas

Page 77: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk

keripik salak. Besarnya nilai tambah pada industri keripik salak yaitu

Rp 4.593,24/kg bahan baku. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg

buah salak yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri keripik

salak akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 4.593,24. Apabila

nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan diperoleh

rasio nilai tambah sebesar 39,44%. Rata-rata sumbangan bahan lain

yaitu sebesar Rp 3.452,59. Biaya ini terdiri dari biaya input yang

digunakan dalam proses produksi keripik salak, kecuali biaya bahan

baku, yaitu biaya minyak goreng, biaya gas elpigi, biaya pengemasan,

dan biaya transportasi. Untuk rata-rata harga bahan baku yaitu sebesar

Rp 3.600,00/kg.

Untuk meningkatkan nilai tambah produk keripik salak dapat

dilakukan dengan cara menggunakan bahan baku salak pondoh dengan

tingkat kematangan 70-80%. Karena pada tingkat kematangan tersebut

kadar air yang dikandung dalam buah salak tidak terlalu banyak dan

tidak mudah hancur apabila diolah, sehingga dapat menghasilkan

keripik salak yang berkualitas baik. Selama ini terkadang masih ada

produsen yang menggunakan bahan baku salak pondoh dengan tingkat

kematangan > 80% sehingga kualitas keripik salak yang diperoleh

menjadi kurang baik. Karena kadar airnya semakin tinggi dan tekstur

buahnya semakin lunak.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antar koefesien

tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja. Pada perhitungan nilai

tambah di atas, imbalan tenaga kerja yang diberikan dari setiap 1 Kg

bahan baku salak yang diolah menjadi kripik salak adalah Rp 1.750,00.

Dengan demikian bagian tenaga kerja dalam pengolahan keripik salak

sebesar 38,10%. Persentase ini didapat dari bagian tenaga kerja dibagi

dengan nilai tambah. Besarnya upah rata-rata per tenaga kerja yaitu

sebesar Rp 30.000,00.

Page 78: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

6. Kendala yang Dihadapi

Seperti halnya usaha pada umumnya, industri keripik salak juga

memiliki beberapa kendala yang dihadapi produsen. Kendala tersebut

yaitu masalah pemasaran dan modal. Para produsen kebanyakan masih

memasarkan produknya di wilayah Kabupaten Sleman dan beberapa

kota besar di Indonesia saja. Baru ada satu produsen yang telah mampu

memasarkan produknya ke luar negeri. Padahal sebenarnya pasar di

luar wilayah Indonesia sangat potensial. Hal ini dikarenakan produsen

masih kesulitan untuk mengakses penjualan ke luar negeri, sehingga

hanya dijual di wilayah Kabupaten Sleman dan beberapa kota besar di

Indonesia. Masalah lain dalam kegiatan pemasaran yaitu promosi. Para

produsen masih kesulitan dalam mempromosikan produk keripik

salaknya kepada masyarakat, sehingga produk keripik salak belum

dikenal secara luas oleh masyarakat.

Kendala lain yang dihadapi produsen yaitu masalah modal untuk

pengembangan usaha. Industri keripik salak membutuhkan modal yang

tidak sedikit untuk membeli peralatan yang digunakan. Akan tetapi,

para produsen tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli

peralatan yang memadai. Padahal apabila ada modal yang cukup

mereka berkeinginan untuk memodifikasi peralatan vacuum fryer

sehingga waktu produksi bisa menjadi lebih efisien. Selain itu juga

karena mahalnya biaya untuk membeli kemasan aluminium foil.

Berdasarkan pembahasan analisis usaha di atas, maka maka

keseluruhan analisis usaha industri keripik salak di Kabupaten Sleman

dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Page 79: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tabel 40. Analisis Usaha per Bulan Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

No. Uraian Rata-rata per Produsen

1. Biaya Total (Rp) 20.182.786,73 a. Biaya Tetap (Rp)

1) Penyusutan Peralatan (Rp) 2) Bunga Modal Sendiri (Rp) 3) Sewa Bangunan (Rp)

b. Biaya Variabel (Rp) 1) Bahan Baku (Rp) 2) Tenaga Kerja (Rp) 3) Minyak Goreng (Rp) 4) Gas Elpigi (Rp) 5) Pengemasan (Rp) 6) Transportasi (Rp)

935.186,73 269.246,73 590.940,00 75.000,00

19.247.600,00 8.010.000,00 3.780.000,00 2.729.600,00

900.000,00 3.738.000,00

90.000,00 2. Produksi

a. Keripik Salak (Kg) b. Biji Salak (Kg)

195 480

3. Penerimaan Total (Rp) a. Keripik Salak (Rp) b. Biji Salak (Rp)

26.295.000,00 26.055.000,00

240.000,00

4. Keuntungan (Rp) 6.112.213,27

5. Efisiensi 1,26

6.

a. Nilai Tambah (Rp) b. Rasio Nilai Tambah(%)

4.593,24 39,44

7. a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp) b. Rasio Imbalan Tenaga Kerja (%)

1.750,00 38,10

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 40 dapat diketahui besarnya biaya total per bulan

pada industri keripik salak di Kabupaten Sleman sebesar Rp 20.182.786,73,

yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 935.186,73 dan biaya variabel Rp

19.247.600,00. Dalam satu bulan jumlah produksi keripik salak yang

dihasilkan sebesar 195 kg dengan biji salak yang dihasilkan sebesar 480 Kg.

Penerimaan total per bulan sebesar Rp 26.295.000,00, sehingga keuntungan

yang diperoleh tiap bulannya sebesar Rp 6.112.213,27. Industri keripik salak

ini mencapai nilai efisiensi sebesar 1,26. Nilai tambah yang diperoleh dari

pengolahan keripik salak ini sebesar Rp 4.593,24/kg bahan baku dengan rasio

Page 80: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

nilai tambahnya sebesar 39,44%. Sedangkan imbalan tenaga kerjanya sebesar

Rp 1.750,00 dengan rasio imbalan tenaga kerja sebesar 38,10%.

C. Analisis Komparatif Nilai Tambah Industri Keripik Salak dengan Marjin

Pemasaran Salak di Kabupaten Sleman

Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk sebelum

dilakukan proses produksi dengan setelah dilakukan proses produksi. Nilai ini

merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang

dikorbankan dalam suatu proses produksi. Konsep marjin sebagai suatu

pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai

tambah. Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli

dengan harga jual. Oleh karena itu dalam penelitian ini nilai tambah salak

sebagai bahan baku keripik salak dengan buah salak segar dapat dibandingkan

dengan pendekatan konsep nilai tambah produk dengan marjin pemasaran.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai tambah bersih (dikurangi biaya

tenaga kerja per kg bahan baku) keripik salak di Kabupaten Sleman sebesar

Rp 2.843,24/kg bahan baku, sedangkan untuk marjin pemasaran salak di

Kabupaten Sleman sebesar Rp 1.690,00/kg. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

tambah yang diperoleh dari pengolahan salak menjadi keripik salak lebih

besar daripada nilai tambah dari yang diperoleh dari kegiatan pemasaran buah

salak segar. Artinya usaha pengolahan keripik salak lebih menguntungkan

daripada hanya menjual buah salak segar tanpa ada kegiatan pengolahan.

Untuk itu, bagi sektor agroindustri akan lebih menguntungkan apabila

dilakukan pengolahan buah salak menjadi produk olahan keripik salak

daripada buah salak hanya dijual dalam bentuk segar.

Page 81: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota

yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di

wilayah paling utara. Luas wilayah Kabupaten Sleman yaitu 574,82 km2

atau seluas 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

dengan ketinggian antara 100-2500 m dpl. Secara geografis Kabupaten

Sleman terletak antara110o13’00” sampai 110o33’00” Bujur Timur (BT)

dan 7o34’51” sampai 7o47’03” Lintang Selatan (LS). Jarak terjauh utara-

selatan wilayah Kabupaten Sleman adalah 32 km, sedangkan jarak terjauh

timur-barat yaitu sejauh 35 km. Berdasarkan jalur lalu lintas antar daerah,

kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang

merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota-kota

pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, dan Jakarta).

Secara administratif Kabupaten Sleman terbagi dalam 17 kecamatan

dengan 86 desa dan 1.212 dusun. Kecamatan tersebut yaitu meliputi

Moyudan, Minggir, Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok Berbah,

Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Tempel, Turi, Pakem,

dan Cangkringan. Adapun batas wilayah Kabupaten Sleman adalah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta

Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progodan Kabupaten Magelang

Sebelah Timur : Kabupaten Klaten

2. Topografi Daerah

Secara umum gambaran dari hamparan wilayah Kabupaten Sleman

adalah dataran rendah subur yang terletak di wilayah bagian selatan,

sedangkan di bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang

berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak

36

Page 82: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

Apabila dilihat bentang alamnya, wilayah Kabupaten Sleman ketinggian

wilayahnya berkisar antara 100-2.500 m dpl. Ketinggian tanahnya dapat

dibagi menjadi empat kelas yaitu ketinggian < 100 m, 100-499 m, 500-999

m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100 m dpl seluas

6.203 Ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di Kecamatan Moyudan,

Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian > 100-

499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas

wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari

permukaan laut meliputi luas 6.538 Ha atau 11,38 % dari luas wilayah,

meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Ketinggian >

1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 Ha atau 2,60 % dari luas wilayah

meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.

Kabupaten Sleman memiliki mata air sejumlah 54 buah yang

tersebar di Kecamatan Cangkringan, Depok, Kaliurang, Mlati, Pakem,

Seyegan, Sleman dan Kecamatan Turi. Dari 54 mata air tersebut, 21 mata

air mempunyai debit musim penghujan lebih besar dari 10 l/dt. Mata air

yang mempunyai debit musim penghujan terbesar adalah mata air Umbul

Wadon dengan debit 170 l/dt. Namun pada musim kemarau, mata air yang

mempunyai debit lebih besar dari 10 l/dt hanya 11 mata air. Mata air yang

mempunyai debit terbesar di musim kemarau adalah mata air Jangkang

dengan debit sebesar 29 l/dt. Kabupaten Sleman juga memiliki air tanah

Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak

menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi. Di Kabupaten

Sleman terdapat empat jalur mata air (springbelt) yaitu jalur mata air

Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan

jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk

sumber air bersih maupun irigasi.

Keadaan geografis di Kabupaten Sleman cocok untuk

pengembangan sektor pertanian, mulai dari subsektor tanaman pangan

maupun subsektor pertanian lainnya. Banyak komoditi tanaman pangan

Page 83: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

yang dibudidayakan di Kabupaten Sleman yang meliputi tanaman bahan

pangan utama, sayur-sayuran dan buah-buahan. Di wilayah Kabupaten

Sleman bagian utara yang merupakan daerah lereng Gunung Merapi

merupakan wilayah yang banyak dibudidayakan tanaman salak pondoh.

Tanaman salak pondoh tumbuh subur di wilayah tersebut karena kondisi

geografis yang sangat mendukung sehingga salak pondoh menjadi buah

khas Kabupaten Sleman.

3. Jenis Tanah

Wilayah Kabupaten Sleman merupakan tanah endapan/aluvial yang

merupakan lapukan dari batuan induk. Daerah lereng dan kaki gunung

merupakan tanah endapan vulkanis. Tanah vulkanis merupakan tanah yang

berasal dari pelapukan batuan vulkanik, baik dari lava/batu yang yang

telah membeku maupun dari abu vulkanik yang telah membeku. Contoh

tanah vulkanik yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api, yang

bersifat sangat subur karena mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah

akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang

diusahakan. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya dapat tumbuh dengan

baik pada jenis dan kondisi tanah tertentu pula. Tanah endapan vulkanis

yang mengandung zat hara tinggi ini sangat berpotensi digunakan untuk

lahan pertanian. Oleh karena itu wilayah Kabupaten Sleman banyak

menghasilkan komoditi pertanian, termasuk tanaman salak pondoh yang

merupakan tanaman khas dari Kabupaten Sleman.

4. Keadaan Iklim

Iklim merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani.

Keadaan iklim di suatu tempat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan,

suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim. Keadaan iklim

Kabupaten Sleman termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan

kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di Kabupaten

Sleman biasanya pada bulan Mei sampai Oktober sedangkan musim hujan

terjadi bulan November sampai April. Di Kabupaten Sleman rata-rata

curah hujan per bulan adalah 512,3 mm dan hari hujan 17 hari perbulan.

Page 84: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 658 mm dan

terendah pada bulan Agustus yaitu 12 mm. Kecepatan angin maksimum 47

knots dan minimum 0 knots. Kelembaban nisbi udara tertinggi 97% dan

terendah 41%, sementara temperatur udara tertinggi 24% dan yang

terendah 21,8%.

B. Keadaan Penduduk

1. Perkembangan Penduduk

Jumlah penduduk di suatu daerah sangat penting untuk diketahui,

karena berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi,

dan dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan saat ini dan saat

mendatang. Perkembangan penduduk di Kabupaten Sleman selama lima

tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah, Kepadatan, dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten SlemanTahun 2006-2010

Tahun Luas (Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan penduduk

(Jiwa/Km2)

Pertumbuhan Penduduk

(%) 2006 2007 2008 2009 2010

574,82 574,82 574,82 574,82 574,82

915.416 928.471

1.040.220 1.066.673 1.093.110

1.593 1.615 1.809 1.856 1.902

1,14 1,43 12,04 2,54 2,48

Rata-rata 574,82 933.072 1.755 3,96

Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peningkatan

jumlah penduduk disebabkan karena jumlah penduduk yang lahir atau

masuk dan menetap lebih besar dari pada jumlah penduduk yang mati atau

pindah keluar dari Kabupaten Sleman. Pada tahun 2010 jumlah penduduk

di Kabupaten Sleman berjumlah 1.093.110 jiwa, yaitu mengalami

kenaikan sebesar 26.437 jiwa dari tahun 2009 yang berjumlah 1.066.673

jiwa. Rata-rata jumlah penduduk di Kabupaten Sleman pada kurun waktu

lima tahun terakhir (2006-2010) yaitu sebesar 933.072 jiwa.

Page 85: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Seiiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka meningkat

pula kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman pada kurun waktu lima

tahun terakhir. Kepadatan penduduk terus meningkat dari tahun 2006

sebesar 1.593 jiwa/km2 dan pada tahun 2010 kepadatannya menjadi 1.902

jiwa/km2. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata kepadatan

penduduk yaitu sebesar 1.755 jiwa/km2, artinya setiap 1 km2 luas wilayah

Kabupaten Sleman terdapat 1.755 penduduk. Pada tahun 2010

pertumbuhan penduduk mencapai angka 2,48% dengan rata-rata

pertumbuhan penduduk sebesar 3,96%. Pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Sleman yang fluktuatif namun cenderung mengalami

peningkatan ini dikarenakan jumlah penduduk yang terus meningkat dari

tahun ke tahun. Jumlah penduduk yang besar dalam suatu daerah dapat

menjadi kekuatan sekaligus dapat menjadi beban dalam menunjang

pembangunan di suatu daerah.

2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi

tiga kelompok, yaitupenduduk usia belum produktif, usia produktif, dan

usia non produktif. Penduduk usia belum produktif adalah penduduk yang

berusia ≤ 14 tahun, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk

dengan usia 15-64 tahun, dan penduduk tidak produktif adalah penduduk

yang memiliki usia ≥ 65 tahun. Keadaan penduduk pada tahun 2010

berdasarkan umur didominasi kelompok usia produktif dengan usia 15-64

tahun yakni sebesar 738.911 orang atau 67,60%, sedangkan usia belum

produktif 0-14 tahun sebanyak 238.732 orang (21,84%) dan yang

minoritas adalah kelompok usia tidak produktif 64 tahun keatas sebanyak

115.467 orang (10,56%). Komposisi penduduk yang didominasi oleh

kelompok usia produktif menunjukkan efektifitas penduduk yang tinggi.

Hal tersebut dilihat pada Tabel 8.

Page 86: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umurdi Kabupaten Sleman Tahun 2010

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 0 – 4 83.575 7,65 2. 5 – 9 79.378 7,26 3. 10 – 14 75.779 6,93 4. 15 – 19 97.350 8,91 5. 20 – 24 119.819 10,96 6. 25 – 29 96.794 8,85 7. 30 – 34 89.485 8,19 8. 35 – 39 83.452 7,63 9. 40 – 44 81.105 7,42

10. 45 – 49 67.177 6,15 11. 50 – 54 59.200 5,42 12. 55 – 59 44.592 4,07 13. >60 115.467 10,56

Jumlah 1.093.110 100

Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 8, keadaan kependudukan di Kabupaten Sleman

didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif sejumlah 738.911 jiwa

(67,60 %), yaitu penduduk usia produktif dengan umur 15-64tahun.

Penduduk dengan usia produktif mempunyai lebih banyak peluang untuk

bekerja. Untuk penduduk usia belum produktifyaitu sejumlah 238.732 jiwa

(21,84%). Sedangkan penduduk usia tidak produktif yaitu sejumlah

115.467 jiwa (10,56%).

Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT)

dapat digunakan perumusan sebagai berikut:

=ABT %100Produktif siaPenduduk UJumlah

ProduktifNon siaPenduduk UJumlah X

=ABT %100738.911354.199

X

= 47,93 %

Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Sleman diketahui

bahwa nilai ABT di Kabupaten Sleman sebesar 47,93 %, artinya setiap

100 orang usia produktif menanggung 48 orang usia non produktif.

Page 87: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin berguna untuk melihat

peranannya dalam kegiatan ekonomi pada daerah tersebut. Data mengenai

jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sleman dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

Tahun Jenis Kelamin

Laki –Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Sex Ratio (%) 2006 2007 2008 2009 2010

453.805 460.541 524.725 534.018 547.885

461.611 467.930 515.495 532.655 545.225

98,31 98,42

101,79 100,26 100,49

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

menurut jenis kelamin di Kabupaten Sleman dari tahun 2006-2010 terus

mengalami pengingkatan.Pada tahun 2010 berjumlah 1.093.110 orang

terdiri dari laki – laki sebanyak 547.885 orang dan perempuan sebanyak

545.225 orang. Apabila dilihat dari jenis kelaminnya, pada tahun 2006-

2007 jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-

laki, tetapi mulai tahun 2008-2010 jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

daripada jumlah penduduk perempuan.

Angka sex ratio menunjukkan jumlah penduduk laki-laki tiap 100

orang penduduk perempuan. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa

angka sex ratio penduduk Kabupaten Sleman selama tahun 2006-2010

bersifat fluktuatif. Untuk mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan

antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan

digunakan perumusan sebagai berikut:

%100xwanitapenduduk

priapendudukSexRatio

åå

=

=SexRatio %100545.225547.885

X

= 100,49 %

Page 88: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya

nilai sex ratio di Kabupaten Slemanpada tahun 2010 adalah 100,49 %,

artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 100 orang

penduduk laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk

perempuan dan jumlah penduduk laki-laki adalah sama banyak.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya

peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian pemerintah pada bidang

pendidikan diwujudkan melalui penyediaan sarana/prasarana pendidikan

dan peningkatan kualitas tenaga pengajar. Pendidikan merupakan hal yang

berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan

dalam suatu masyarakat. Banyaknya jumlah penganggur menunjukkan

pula banyaknya jumlah pencari kerja dengan tingkat pendidikan yang

dimiliki di suatu wilayah. Jumlah penganggur menurut pendidikan di

Kabupaten Sleman ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel10. Jumlah Penganggur Kabupaten Sleman Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah(Jiwa) Persentase(%) 1. Tidak tamat SD 4.405 10,68 2. SD 6.091 14,76 3. SMP 8.746 21,20 4. SMA 15.599 37,81 5. Diploma 3.113 7,54 6. Sarjana 3.306 8,01 Jumlah Total 41.260 100

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya

manusia yang sangat dibutuhkan dalam berbagai hal pembangunan

sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil sangat terkait

dengan pendidikan. Pada tahun 2010 jumlah penganggur di Kabupaten

Sleman yang terbesar adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SMA.

Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan pentingnya

pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya manusia

Page 89: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan

daerah di Kabupaten Sleman.

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi

oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti

ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan

modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama di

Kabupaten Sleman ditunjukkan Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Sektor di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri dan Pengolahan Gas, Air, dan Listrik Konstruksi dan Bangunan Perdagangan dan Hotel Transportasi Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa Lainnya

117.592 10.450 70.306 7.548

47.264 83.411 18.940 18.404

139.566

22,90 2,03

13,69 1,47 9,20

16,24 3,69 3,58

27,18 Jumlah 513.481 100

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

penduduk Kabupaten Sleman mempunyai mata pencaharian di sektor jasa

yaitu sebanyak 139.566 jiwa (27,18%). Sektor pertanian menempati urutan

kedua sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Sleman,

yaitu sebanyak 117.592 jiwa (22,90%), sedangkan sektor perdagangan dan

hotel menempati urutan ketiga yaitu sebanyak 83.411 jiwa (16,24%).

Sektor industri menempati urutan keempat sebagai lapangan pekerjaan

utama penduduk Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 70.306 jiwa (13,69%).

C. Keadaan Pertanian

1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan Kabupaten Sleman secara umum terbagi menjadi

dua macam, yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Berikut disajikan

Page 90: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

data penggunaan lahan di Kabupaten Sleman Secara terperinci

penggunaan lahan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) 1. 2.

Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Non PU e. Tadah Hujan f. Lebak/Polder Lahan Bukan Sawah a. Bangunan dan Pekarangan b. Tegal/Ladang/Kebun c. Hutan d. Tanah Tandus e. Semak f. Lainnya

21.819 8.845 8.441 3.942

0 571

0 32.590

18.429 4.202

52 844 85

8.978 Jumlah Total 54.409

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa secara umum penggunaan

lahan di Kabupaten Sleman meliputi 21.819 Ha lahan sawah dan32.590 Ha

lahan bukan sawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan di

Kabupaten Sleman lebih besar digunakan sebagai lahan bukan sawah yaitu

sebesar 35.060 Ha. Penggunaan lahan bukan sawah paling besar

dimanfaatkan untuk bangunan dan pekarangan yaitu sebesar 18.429 Ha.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk dan

pertambahan rumah tangga baru yang menetap di Kabupaten Sleman,

dengan demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

penggunaan lahan pertanian sawah menjadi bangunan. Penggunaan lahan

pertanian untuk keperluan lainnya secara berlebihan akan berdampak pada

semakin berkurangnya lahan sawah.

Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Slemancukup besar

juga, yaitu sebesar 21.819 Ha. Sawah irigasi teknis merupakan lahan

sawah yang memiliki luas terbesar di Kabupaten Slemanyaitu 8.845 Ha

Page 91: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dan sawah irigasi setengah teknis yang merupakan sawah terluas kedua

setelah sawah irigasi teknis dengan luas 8.441 ha.

2. Produksi Tanaman Buah-buahan

Jenis tanaman yang diusahakan di suatu daerah dipengaruhi oleh

faktor alam seperti keadaan tanah, iklim, dan ketinggian tempat, sehingga

jenis tanaman yang diusahakan oleh tiap daerah berbeda-beda. Luas

panen, produksi, dan produktivitas dari tanaman buah-buahan Kabupaten

Sleman dapat diketahui pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Rata-rata Produksi (ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Alpukat Belimbing Duku Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Mangga Manggis Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Sirsak Sukun Melon Semangka

44.020 5.655

11.099 58.438 36.241 16.396 9.271

186.708 6.613

84.877 73.331 68.778

272.451 215.832

4.874.347 18.317 7.378

16.389 9.537

51

26.238 1.849 8.325

24.032 11.020 12.943 4.697 4.856 4.110

87.844 1.624

33.271 98.697

161.320 565.541 18.222 2.832

15.819 9.537

10.541

59,60 32,69 75,01 41,12 30,41 78,94 50,66 2,60

62,16 103,54

2,21 48,37 42,87 74,74 11,6

100,47 38,26 96,52

162 199

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011

Kabupaten Sleman memiliki kondisi geografis yang sangat cocok

untuk pengembangan sektor pertanian, salah satunya buah-buahan.

Adanya Gunung Merapi memberikan banyak keuntungan bagi sektor

pertanian karena kondisi tanahnya yang subur akibat adanya abu vulkanik.

Berbagai macam buah-buahan dibudiyakan di Kabupaten Sleman. Sebagai

Page 92: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

buah khas Kabupaten Sleman, salak pondoh memiliki produksi terbesar

diantara buah-buahan lainnya yaitu sebesar 565.541ton dengan

produktivitas sebesar 11,6 ton/Ha.

D. Keadaan Perekonomian

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu usaha

masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di suatu daerah

berbeda-beda tergantung dari potensi daerah, peran pemerintah, dan juga

masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Ketiga faktor tersebut harus dapat

berjalan secara berkesinambungan sehingga tujuan pembangunan yang telah

ditetapkan dapat dicapai. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat jenis dan

banyaknya sarana perekonomian di Kabupaten Sleman.

Tabel 14. Jenis dan Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Sarana Perekonomian Jumlah (unit) 1.

2.

Koperasi a. KUD b. Non KUD Pasar Tradisional

17

584 65

Jumlah 666

Sumber : BPS Kabupaten Sleman 2010

Sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Sleman sudah

memadai sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan

mudah. Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Sleman

sarana perekonomian yang berbentuk koperasi lebih banyak daripada pasar

tradisional. Koperasi sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu Koperasi Unit

Desa (KUD) dan Non Koperasi Unit Desa yang meliputi Koperasi Simpan

Pinjam, Veteran, Pepabri, Kepolisian, KJKS, Kerajinan, Pontren, dan koperasi

lainnya. Koperasi yang masih bertahan dan terus berkembang juga terhitung

masih banyak. Koperasi merupakan sarana perekonomian yang non profit dan

sebuah lembaga yang bertujuan menyejahterakan anggotanya.

Dengan adanya sarana perekonomian yang memadai ini, masyarakat

Kabupaten Sleman akan mudah dalam menjalankan roda perekonomiannya.

Page 93: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Hal ini terlihat dengan adanya pasar sebanyak 65 buah dan di setiap

kecamatan pasti mempunyai pasar sebagai sarana perekonomian. Dengan

adanya pasar di Kabupaten Sleman maka kegiatan jual beli dapat dengan

mudah dilakukan. Dimana produsen dapat bertemu dengan konsumen untuk

melakukan transaksi, sehingga produsen dapat menjual produksinya dan

kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Selain kelima sarana perekonomian di

atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang dalam kegiatan

perekonomian. Berikut ini merupakan sarana perhubungan kendaraan

bermotor di Kabupaten Sleman:

Tabel 15. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sleman Tahun 2011

No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.

Mobil Penumpang Umum Mobil Bus Mobil Barang Sepeda Motor Kendaraan Khusus

45.627 6.918

11.165 460.666

81

Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa jenis sarana perhubungan yang

terbanyak di Kabupaten Sleman adalah sepeda motor yaitu sebanyak 460.666

buah. Dengan banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Sleman maka

masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas

penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan

kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang

terdapat di Kabupaten Sleman, berarti masyarakat tidak akan mengalami

kesulitan dalam melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan

perekonomian. Selain itu, untuk mempermudah mobilitas maka diperlukan

adanya sarana yang lain, yaitu tersedianya jalan. Pada Tabel 16 menunjukkan

panjang jalan dan kondisi jalan di Kabupaten Sleman.

Page 94: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 16. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km) Persentase (%) 1. 2.

Jenis Permukaan a. Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Dirinci Jumlah Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat Jumlah

1057,78

15,45 183,85

0 1.257.08

436,79 469,98 312.87 37,44

1257.08

84,15 1,22

14,63 0

100,00

34,75 37,39 24,89 2,98

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2011

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa sarana perhubungan di Kabupaten

Slemandapat dikatakan baik, dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian

besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di

Kabupaten Sleman semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang

sebagian besar sudah dapat dikatakan baik. Sehingga dengan makin lancarnya

sarana perhubungan di Kabupaten Sleman maka masyarakat akan lebih mudah

melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan perekonomian.

E. Keadaan Perindustrian

Sektor industri menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi

bagi pembangunan suatu wilayah. Sektor industri mampu menciptakan nilai

tambah dan menyerap tenaga kerja yang ada di suatu wilayah. Menurut BPS

Kabupaten Sleman (2011), terdapat dua jenis industri di Kabupaten Sleman,

yaitu Industri Kecil (IK) dan Industri Besar-Menengah (IBM). Yang disebut

Industri Kecil (IK) yaitu industri yang memiliki aset kurang dari Rp

200.000.000,00 per tahun sedangkan Industri Besar-Menengah (IBM) yaitu

industri dengan aset lebih dari Rp 200.000.000,00 per tahun. Keadaan industri

di Kabupaten Sleman ditunjukkan pada Tabel 17.

Page 95: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI KERIPIK SALAK DI .../ANALISIS... · dikonsumsi. Selain bebas bahan kimia dari pupuk maupun pestisida, rasa manis yang terkandung dalam salak adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 17. Banyaknya Industri Kecil dan Industri Besar-Menengah di Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Jenis Industri Jumlah (Unit) Persentase (%) 1. 2.

Industri Kecil (IK) Industri Besar-Menengah (IBM)

15.289 107

99,30 0,70

Jumlah 15.396 100

Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2011

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa Industri Kecil (IK)

mendominasi sektor industri di Kabupaten Sleman yaitu sebesar 15.289 unit

(99,30%). Sedangkan untuk Industri Besar-Menengah (IBM) sebanyak 107

unit (0,70%).Angka ini menunjukkan bahwa Industri Kecil (IK) di Kabupaten

Sleman memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi Industri

Besar-Menengah (IBM).