kulit salak

32
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Zaman dahulu rakyat Indonesia telah mengenal berbagai jenis tumbuhan obat dan memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan dan pengobatan penyakit.Pengobatan tersebut diperoleh berdasarkan pengetahuan secara empiris dan dipraktekkan secara turun temurun sehingga upaya pemeliharaan kesehatan melalui pengobatan tradisional memegang peranan penting bahkan merupakan porsi yang dominan. Perkembangan zaman dan teknologi saat ini, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, termasuk di Indonesia, terutama dalam memilih gaya hidup dan salah satunya adalah makanan. Saat ini makanan banyak menjadi penyebab penyakitpenyakit yang tergolong sangat sulit untuk disembuhkan, salah satunya adalah diabetes mellitus (Sahputra, 2008). Diabetes berasal dari bahasa Yunani siphon yg berarti “mengalirkan”. Mellitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna madu atau manis (Corwin, 2007). Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al, 2009). Diabetes menurut WHO (1999), adalah gangguan metabolik yang terkarakterisasi bertingkat seperti hiperglikemia kronis dengan kekacauan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang disebabkan kerusakan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (Sahputra, 2008).

Upload: desti-wulandari

Post on 27-Dec-2015

121 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

metopel

TRANSCRIPT

Page 1: kulit salak

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Zaman dahulu rakyat Indonesia telah mengenal berbagai jenis tumbuhan obat dan memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan dan pengobatan penyakit.Pengobatan tersebut diperoleh berdasarkan pengetahuan secara empiris dan dipraktekkan secara turun temurun sehingga upaya pemeliharaan kesehatan melalui pengobatan tradisional memegang peranan penting bahkan merupakan porsi yang dominan. Perkembangan zaman dan teknologi saat ini, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, termasuk di Indonesia, terutama dalam memilih gaya hidup dan salah satunya adalah makanan. Saat ini makanan banyak menjadi penyebab penyakitpenyakit yang tergolong sangat sulit untuk disembuhkan, salah satunya adalah diabetes mellitus (Sahputra, 2008).

Diabetes berasal dari bahasa Yunani siphon yg berarti “mengalirkan”. Mellitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna madu atau manis (Corwin, 2007). Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al, 2009). Diabetes menurut WHO (1999), adalah gangguan metabolik yang terkarakterisasi bertingkat seperti hiperglikemia kronis dengan kekacauan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang disebabkan kerusakan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (Sahputra, 2008).

Kulit Salak merupakan limbah yang biasanya tidak digunakan lagi, tetapi sebagian kecil masyarakat menggunakan kulit Salak sebagai obat anti diabetes. Kulit Salak ini dibuat dalam bentuk teh dan diyakini oleh masyarakat secara turun temurun berkhasiat dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2 (Anonim, 2011).

Secara empiris, masyarakat menggunakan 100 g kulit buah Salak yang telah dicuci bersih, yang kemudian direbus dengan air sebanyak 1 liter hingga mendidih, kemudian airnya disaring dan diminum (Anonim, 2012). Ada juga yang mengatakan, kulit buah Salak yang digunakan diambil dari 2 – 3 buah Salak yang telah dicuci bersih, kemudian direbus dengan 500 ml air hingga mendidih dan dibiarkan selama 5 menit. Air rebusan tersebut disaring dan diminum untuk sehari (Anonim, 2011). Menurut

Page 2: kulit salak

Sahputra (2008), hasil uji fitokimia menunjukkan kulit buah Salak mengandung senyawa flavonoid dan tannin, serta sedikit alkaloid. Senyawa saponin, steroid serta triterpenoid tidak terdeteksi pada kulit buah Salak.

Penelitian ini dibatasi pada pengukuran kadar gula darah kelompok kontrol negatif, perlakuan dan kontrol positif pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa dengan menggunakan alat ukur gula darah Nesco secara in vivo.

II. TUJUAN

Penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak kulit buah Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak kulit Salak memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar.

Page 3: kulit salak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Percobaan

Percobaan didefinisikan sebagai suatu uji coba (trial) atau

pengamatan khusus yang dibuat untuk menegaskan atau

membuktikan keadaan dari sesuatu yang meragukan, dibawah

kondisi-kondisi khusus yang ditentukan oleh peneliti. Jadi,

percobaan merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang

diselenggarakan dengan seksama dalam rangka menemukan

beberapa pengaruh yang tak diketahui, atau menguji suatu

kebenaran yang diketahui atau membayangkan suatu kebenaran

yang dipikirkan.

Mencoba atau Mengadakan Percobaan adalah satu cara

dalam mendapatkan keterangan (data) yang diperlukan seseorang

untuk memperoleh pengetahuan baru. Oleh karena itu suatu

percobaan tidak diperlukan bilamana sesuatu yang hendak

diketahui itu, sebelumnya sudah diketahui.

Merancang dapat diartikan sebagai merencanakan,

memikirkan atau menimbang-nimbang apa yang hendak

diperbuat, yang segala sesuatunya diatur terlebih dahulu.

Rancangan adalah apa yang sudah dirancangkan,

dipersiapkan, direncanakan atau diprogramkan.

Rancangan Percobaan dapat diartikan sebagai rangkaian

kegiatan berupa pemikiran dan tindakan yang dipersiapkan secara

kritis dan seksama mengenai berbagai aspek yang

dipertimbangkan dan sedapat mungkin diupayakan kelak dapat

Page 4: kulit salak

diselenggarakan dalam suatu percobaan dalam rangka

menemukan sesuatu pengetahuan baru. Semua pemikiran,

perkiraan, pedoman dan rencana itu dituangkan dalam suatu

Rancangan Percobaan, yang seharusnya dibuat sebelum

percobaan dilakukan.

Rancangan Percobaan yang baik adalah yang efektif,

terkelola dan efesien serta dapat dipantau, dikendalikan dan

dievaluasi. Pengertian efektif adalah berkaitan dengan

kemampuan mencapai tujuan, sasaran dan kegunaan yang

direncanakan atau digariskan. Terkelola adalah berkenaan

dengan kenyataan adanya berbagai keterbatasan atau kendala

yang terdapat dalam pelaksanaan percobaan maupun dalam

menganalisis data. Sedangkan efesien adalah bersangkut-paut

dengan pengrasionalan dalam penggunaan sumber daya, dana

dan waktu dalam memperoleh keterangan dari percobaan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Data

Sebagai suatu data memiliki suatu faktor, yang dapat

digolongkan sebagai faktor kualitatif dan faktor kuanditatif. Faktor

kualitatif terdiri atas taraf-taraf berskala penilaian nominal atau

taraf-taraf yang sebenarnya dapat dipandang sebagai nilai-nilai

tertentu yang bersifat khusus yang berkepekatan kontinu

(mengikuti kaedah penjumlahan dan perkalian), tetapi tidak

memberikan suatu tataan bermakna. Sedangkan faktor kuanditatif

berskala ukuran ordinal, interval atau rasional.

Faktor kuantitatif dengan taraf-taraf tertentu dapat dipandang

sebagai nilai-nilai peubah berkepekatan kontinu, bila antara taraf-

taraf tersebut dapat membentuk suatu hubungan peningkatan

atau penurunan, tidak setiap faktor berskala ordinal dimasukkan

Page 5: kulit salak

kedalam faktor kuantitatif, ada kalanya diperlakukan sebagai

faktor kualitatif.

Saat ini berbagai metode statistika makin banyak

dipergunakan untuk analisis atau menguji data hasil percobaan,

dan sebaliknya tidak jarang model-model matematis yang biasa

dipakai untuk percobaan dipertimbangkan untuk menganalisis

data yang dikumpulkan dengan metode bukan percobaan.

Saat ini, fasilitas pengolahan data tersedia dengan kondisi

modern berupa komputer dengan berbagai program kemasan

statistika yang tersedia makin canggih, dengan kemampuan dan

kecepatan olah komputer yang makin tinggi, serta tenaga yang

makin profesional lebih terbuka kemungkinan untuk memilih

analisis yang lebih sesuai dan mendalam, dengan hasil yang lebih

cermat serta dikerjakan dalam waktu yang singkat. Mungkin saja

selama penyelenggaraan percobaan terjadi hal yang

mengakibatkan penyimpangan terhadap apa yang telah

direncanakan dan dipertimbangkan dalam bentuk anggapan-

anggapan sebelumnya, sehingga rencana terutama analisis data

hasil penelitian harus diubah sesui dengan kenyataan yang ada.

Pemeriksaan kesesuaian model adalah suatu langkah

penting dalam menganalisa data, model statistik yang digunakan

tak lain dari suatu bayangan penyederhanaan atau penyarian bagi

masalah yang dikaji. Model dengan komponen-komponennya dan

anggapan-anggapan yang melandasinya perlu diperiksa dan

dinilai secara kritis. Teknik-teknik grafis umumnya dapat

membantu dalam analisis data.

Metode statistika adalah pedoman yang dapat dipergunakan

untuk mengukur dan menguji kenetralan dan keabsahan dalam

Page 6: kulit salak

menafsir hasil percobaan. Pemilihan dan penggunaan metode

statistika yang tepat, dalam analisis memungkinkan kita untuk

mengukur besarnya galat/kesalahan dalam menarik suatu

kesimpulan atau memberi suatu taraf (selang) kepercayaan

terhadap suatu pernyataan, dengan demikian batas-batas

ketakpastian dapat diberikan.

3. Pemilihan Analisis atau Uji Statistika yang Cocok

Dalam merencanakan suatu penelitian atau percobaan

kemungkinan ada beberapa macam uji statistika yang dapat

dipakai untuk kepentingan tersebut, oleh sebab itu perlu dengan

pertimbangan untuk memilih salah satu diantaranya yang paling

cocok dan menguntungkan dari segi ilmiah.

Keampuhan uji dalam analisis statistika merupakan salah

satu bagian penting dari suatu pengujian . Suatu uji statistika

dikatakan baik atau memadai, bila dengan metode uji tersebut

peluang untuk menolak H0 cukup kecil kalau H0 benar dan

peluang akan besar kalau H0 salah.

Apabila pada suatu saat menghadapi dua macam metode

pengujian misal Uji A dan Uji B, kemudian ternyata kedua macam

uji tersebut mempunyai peluang yang sama untuk menolak H0,

dalam hal ini dapat dipilih salah satu diantaranya dengan jalan

melihat peluang terbesar untuk menolak H0 bila H0 salah.

Selain tingkat keampuhan uji, maka terdapat pertimbangan-

pertimbangan lain dalam menentukan atau memilih salah satu uji

statistik, pertimbangan tersebut didasarkan atas :

1. Bagaimana cara mengambil/menarik sampel atau

melakukan percobaan

2. Keadaan atau sifat dari populasi yang diamati.

Page 7: kulit salak

3. Satuan atau skala pengukuran apa yang

dipergunakan dalam menilai respons hasil penelitian

4. Dasar teori serta tujuan dari penelitian yang

dilakukan.

Semua hal tersebut di atas, akan menentukan uji statistika

mana yang akan dipilih atau digunakan, sehinga uji tersebut cukup

memadai atau bahkan sangat cocok untuk menganalisis suatu

data hasil pengamatan dari suatu penelitian.

Pengujian statistik akan berlaku apabila model dan cara

pengukuran yang dilakukan memenuhi syarat-syarat yang

dibutuhkan. Kadang-kadang perlu dipertimbangkan apakah syarat

yang diperlukan tersebut dipenuhi. Jadi dengan demikian, syarat-

syarat model statistik dari suatu pengujian hanya merupakan

asumsi saja , semua keputusan yang diambil dari beberapa uji

statistika sekurang-kurangnya harus mempunyai kuilifikasi

sebagai berikut : Kalau model yang dipakai tersebut sesuai dan

bila pengujian yang dilakukan juga cukup memadai, maka hal ini

menyatakan bahwa asumsi tersebut adalah lemah dan terbatas

untuk suatu model tersebut. Dengan ditariknya suatu keputusan

yang kurang kuat dari hasil uji statistik dengan model yang

bersangkutan, maka kelemahan tersaebut harus dibantu dengan

asumsi yang kuat untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam

menarik suatu kesimpulan.

Page 8: kulit salak

4. Asumsi-Asumsi Dalam Uji Statistika

Pengujian yang paling teliti adalah pengujian dengan asumsi

yang kuat dan tepat.. Uji statistika parametrika (Uji t dan uji F)

dapat dipakai jika ada asumsi-asumsi yang kuat untuk

mendapatkan hasil yag baik. Kalau asumsi yang dikemukakan

memang benar, maka uji t dan uji F adalah uji yang paling baik

dalam memberikan nilai peluang untuk menolak H0 salah, dari

asumsi yang dikemukakan tadi, dengan catatan data pengamatan

memenuhi asumsi yang diperlukan untuk pengujian tersebut.

Syarat-syarat atau asumsi-asumsi yang diperlukan untuk uji t

dan uji F adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan dilakukan secara acak atau bebas,

artinya pemilihan setiap sampel dari populasi harus

bebas terhadap kesempatan untuk dipilih.

2. Variabel atau Peubah respons yang diukur harus

dalam skala interval atau rasional.

3. Data pengamatan yang diambil hendaknya menyebar

mengikuti sebaran normal atau paling sedikit tidak

melanggar sebaran normal.

4. Data pengamatan harus mempunyai varians /

keragaman yang homogen antar perlakuan yang

dibandingkan.

Semua syarat-syarat tersebut diatas harus dipenuhi untuk

melakukan uji t dan uji F, dalam penelitian biasanya syarat No.1

mudah/selalu dipenuhi, sedangkan syarat No. 2 tergantung dari

kemampuan peneliti untuk menggunakan atau mencari skala

pengukuran yang digunakan dalam penelitian. Syarat No. 1 dan 2

harus terpenuhi, sedangkan syarat No. 3 dan 4 bila tidak

Page 9: kulit salak

terpenuhi, maka dapat diusahakan supaya dapat terpenuhi

dengan jalan melakukan transformasi data.

5. Ekstrak Kulit Buah Salak

Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa

dimakan.Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit,

sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini

disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular. Salak

ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan

Sumatra bagian selatan. Akan tetapi asal-usul salak yang pasti

belum diketahui. Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia dan

Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi

ke Filipina, Papua Nugini, Queensland dan juga Fiji. Sebagian ahli

menganggap salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara berasal

dari jenis yang berbeda, yakni S. sumatrana Becc.. S. zalacca

sendiri dibedakan lagi atas dua varietas botani, yakni var. zalacca

dari Jawa dan var. amboinensis (Becc.) Mogea dari Bali dan

Ambon.

Gbr. Pohon salak

Batang menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm. Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun

Page 10: kulit salak

berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.

Salak dikenal sebagai tanaman monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir,salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.

Gbr. Buah Salak

Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibuat manisan.

Kulit salak mengandung unsur aktif. Keseluruhan unsur aktif tersebut bekerja secara bersamaan pada tubuh pasien untuk menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Diantara unsur aktif yang terkandung di dalam kulit salak yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes adalah:

Page 11: kulit salak

a. Ferulic Acid dan Proline; senyawa yang mendorong terbetuknya kolagen dan elastin (dua unsure penting untuk memulihkan jaringan).

b. Cinnamic acid derivatives; senyawa yang mendorong regenerasi sel epitel. Zat zat ini berperan penting dalam proses perbaikan pancreas pada penderita diabetes tipe I

c. Arginin; senyawa yang menstimulir pembelahan sel dan memperkuat biosintesa protein. Zat Bee Health Products & Bee Health Propolis ini sangat bermanfaat untuk normalisasi sel-sel tubuh agar responsive pada insulin, zat ini sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes tipe II.

d. Pterostilbene; senyawa ini merupakan zat anti diabetes dan berperan langsung dalam menurunkan kadar gula darah.

6. Kadar Gula DarahPengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah

istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.

Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan

ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida,

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga

utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis

semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan

deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu,

dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray

R. K. et al., 2003).

Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk

dibakar agar mendapatkan kalori atau energy. Sebagian gula yang

ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari usus dan sebagian

lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Gula

yang ada di usus bisa berasal dari gula yang kita makan atau bisa

juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi,

jagung, kentang, roti, dan lain-lain (Djojodibroto, 2001).

Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat

yang terdapat dalam makanan. Gugus/molekul gula dalam

Page 12: kulit salak

karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal (monosakarida)

misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang

terdiri dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum,

selulosa, glikogen).

Proses penyerapan gula dari makanan melalui dua tahapan

yaitu tahap pertama, setelah makanan dikunyah dalam mulut,

selanjutnya akan masuk ke saluran pencernaan (lambung dan

usus), pada saat itu gugusan gula majemuk diubah menjadi

gugusan gula tunggal dan siap diserap oleh tubuh. Tahap kedua

yaitu gugusan gula tunggal melalui ribuan pembuluh kecil

menembus dinding usus dan masuk ke pembuluh darah (vena

porta). Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya

oleh hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel

pancreas.

Mekanisme kerja homon insulin dalam mengatur

keseimbangan kadar gula dalam darah adalah dengan mengubah

gugusan gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang

sebagian besar disimpan dalam hati dan dan sebagian kecil

disimpan dalam otak sebagai cadangan pertama. Namun, jika

kadar gula dalam darah masih berlebihan, maka hormone insulin

akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan

protein melalui suatu proses kimia dan kemudian menyimpannya

sebagai cadangan kedua.

Gula setiap saat didistribusikan ke seluruh tubuh sebagai

bahan bakar yang digunakan dalam seluruh aktivitas hidup. Jika

dalam kondisi puasa sehingga tidak ada makanan yang masuk,

maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan dipecah

dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Jika ternyata masih

diperlukan tambahan gula, maka cadangan kedua berupa lemak

dan protein juga akan diuraikan menjadi glukosa (Lanywati, 2001).

Page 13: kulit salak

Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L.

(James, Baker, & Swain, 2008). Dalam keadaan normal, kadar

gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara 80 mg%-120 mg

%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170 mg

%, dan dua jam sesudah makan akan turun hingga mencapai 140

mg% (Lanywati, 2001).

Page 14: kulit salak

BAB III

METODE PENELITIAN

Judul

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH SALAK(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GULA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR(Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI SUKROSA

Muharli Qadri Kanon1), Fatimawali1), Widdhi Bodhi1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012 di Laboratorium Farmakologi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sam Ratulangi Manado.

Metode Kerja

a. Pembagian Kelompok Hewan Uji

Hewan uji dibagi dalam 3 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus dipuasakan selama 24 jam (minum tetap diberikan). Semua tikus yang telah dipuasakan ditimbang berat badannya, kemudian diperiksa kadar gula darah puasa (t1), setelah itu semua tikus diinduksi sukrosa sebesar 5,625 g/KgBB. Setelah 30 menit, semua tikus diperiksa kadar gula darah sesudah diinduksi sukrosa (t2). Selanjutnya, semua tikus diberi sediaan per oral, untuk kelompok kontrol negatif (K-) hanya diberi CMC 0,5%, untuk kelompok perlakuan (KP) diberi ekstrak kulit Salak (EKS) dengan dosis 150 mg/kgBB, dan untuk kelompok kontrol positif (K+) diberi glibenklamid dengan dosis 0,45 g/KgBB, kemudian kadar gula darah tikus diperiksa pada menit ke 15, 30, 60, dan 120 setelah perlakuan (t3 sampai t6). Semua sampel darah diambil dari vena ekor tikus dan kadar gula darah diukur dengan glukometer Nesco multi check.

Page 15: kulit salak

b. Pemberian Larutan Sukrosa

Dosis sukrosa dihitung berdasarkan dosis sukrosa pada kelinci yaitu 3 g/kgBB per oral (Widyastuti dan Suarsana, 2011), maka perhitungan dosis sukrosa untuk tikus adalah 1,5 x 3 x 0,25 = 5,625 g/KgBB. Dosis sukrosa yang akan digunakan, dihitung berdasarkan berat badan dari masing-masing tikus, kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 2,5 ml dan diminumkan pada masing-masing tikus.

c. Pengambilan Sampel Kulit Salak

Kulit Salak segar 500 g dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai menjadi simplisia selama 7 hari dan diperoleh berat kering 186,55 g.

d. Pembuatan Ekstrak Kulit Salak

Pembuatan ekstrak kulit Salak dilakukan dengan metode remaserasi, yaitu kulit Salak yang telah diayak, ditimbang sebanyak 150 g lalu diekstraksi dengan menggunakan 900 ml etanol 70% dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok). Ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali selama 2 hari menggunakan etanol 70% sebanyak 600 ml lalu disaring (filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dikumpulkan, diuapkan dengan vacum evaporator pada suhu 70 0C sampai volumenya menjadi ¼ dari volume awal, dan dilanjutkan dengan pengeringan 55 di oven pada suhu 40 0C sampai menjadi ekstrak kental. Di dapatkan ekstrak kental sebanyak 4,86 g.

e. Pemberian Ekstrak Kulit Salak

Ekstrak kulit Salak diberikan secara oral pada tikus wistar. Ekstrak hanya diberikan sekali yaitu segera setelah pengukuran kadar gula darah tikus pada menit ke-30 setelah diinduksi dengan larutan sukrosa. Dosis pemakaian kulit Salak pada manusia dewasa (50 kg) ialah 100 g. Dengan faktor konversi dosis dari manusia (70 kg) ke tikus (200 g) ialah 0,018, maka dosis yang akan diberikan kepada tikus adalah 70/50 x 100 x 0,018 = 12,6 g/KgBB. Ditimbang sebanyak 0,15 g ekstrak kulit Salak (setara dengan dosis 12,6 g/KgBB) dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen hingga 5 ml.

Page 16: kulit salak

f. Pembuatan Suspensi CMC 0,5 %

Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±30 ml air suling panas. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling dan dimasukkan ke labu ukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga batas tanda tera.

g. Pemberian Glibenklamid

Dosis Glibenklamid pada manusia dewasa adalah 5 mg, maka dosis Glibenklamid untuk tikus adalah 5 x 0,018 = 0,45 mg/KgBB. Tablet Glibenklamid digerus dan diambil sebanyak 15 mg (setara dengan dosis 0,45 mg/KgBB), dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen, volume dicukupkan hingga 5 ml.

Analisis DataData yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika spss

ver.16. Beda nyata antar perlakuan diuji dengan one way ANOVA, jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan pengujian LSD (p < 0,05).

Page 17: kulit salak

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengukuran kadar gula darah dilakukan sebanyak enam kali yaitu kadar gula darah sebelum dan sesudah diinduksi sukrosa (t1 dan t2), serta kadar gula darah pada menit ke 15, 30, 60, dan 120 setelah perlakuan (t3 sampai t6). Hasil pengukuran dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus (mg/dl)

Kelompok

T1 T2 T3 T4 T5 T6

CMC 0,5%

80 ± 5,08

165 ± 1,67

185 ± 1,30

200 ± 1,82

160 ± 1,64

130 ± 2,59

EKS 40 ± 2,59

145 ± 1,64

140 ± 1,58

100 ± 2,07

70 ± 1,58

55 ± 2,07

gliben 42 ± 1,30

148 ± 0,84

143 ± 1,30

102 ± 2,17

71 ± 1,82

56 ± 2,07

Keterangan:

CMC 0,5 % :Carboxy Methyl Cellulose 0,5 % b/vEKS :Ekstrak Kulit Salakt1 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Puasat2 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah 30 menit diinduksi Sukrosat3 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-15 (45 menit setelah diinduksi sukrosa)t4 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-30 (60 menit setelah diinduksi sukrosa)t5 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-60 (90 menit setelah diinduksi sukrosa)t6 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-120 (150 menit setelah diinduksi sukrosa)

Page 18: kulit salak

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat pada t1 (kadar gula darah puasa) untuk semua perlakuan berada pada kisaran kadar gula darah puasa normal yaitu < 110 mg/dl. Menurut Wulandari (2010), kadar kadar gula darah puasa normal < 110 mg/dl. Pada t2 (kadar gula darah 30 menit setelah diinduksi sukrosa) untuk semua perlakuan, terlihat kenaikan kadar gula darah yang cukup tinggi, menunjukkan telah terjadi penyerapan glukosa oleh tubuh tikus dikarenakan pengaruh fisiologis dari tubuh tikus sendiri.

Untuk membandingkan kenaikan dan penurunan rata-rata kadar gula darah tikus sebelum dan sesudah diinduksi sukrosa dan setelah perlakuan antara kelompok kontrol negatif (CMC 0,5%), perlakuan (ekstrak kulit Salak), dan kontrol positif (Glibenklamid), dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

0 50 100 150 2000

50

100

150

200

250 KADAR GULA DARAH TIKUS

CMC 0,5%EKSGLIBEN

WAKTU(MENIT)

KGD(

mg/

dl)

Gambar 3. Grafik Kadar Gula Darah Tikus Wistar

Berdasarkan grafik rata-rata kadarBerdasarkan grafik rata-rata Kadar Gula Darah tikus, dapat dilihat perbedaan penurunan kadar gula darah terjadi pada tikus setelah 15 menit pemberian sediaan uji (t3). Kelompok kontrol negatif yang diberi suspensi CMC 0,5% b/v, menunjukkan kadar gula darah terus naik, sedangkan untuk kelompok perlakuan yang diberi ekstrak kulit Salak dan kelompok kontrol positif yang diberi suspense glibenklamid menunjukka adanya penurunan kadar gula darah. Ini menunjukkan bahwa pemberian suspense CMC 0,5% b/v

Page 19: kulit salak

tidak menunjukan pengaruh pada kadar gula darah tikus, sedangkan pemberian ekstrak kulit Salak dan suspense glibenklamid sudah mulai menunjukkan pengaruhnya pada penurunan kadar gula darah tikus. Hal ini dikarenakan, dalam ekstrak kulit Salah mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat dalam penurunan kadar gula darah tikus (Sahputra, 2008).

Kelompok kontrol negatif baru menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah pada menit ke 60 setelah pemberian CMC 0,5% b/v (menit ke 90 setelah diinduksi sukrosa). Ini menunjukkan bahwa telah terjadi eliminasi glukosa pada tikus yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologis dari tubuh tikus sendiri dalam hal ini insulin (Kurniawan, 2011).

Berdasarkan grafik rata-rata kadar gula darah tikus, dapat dilihat bahwa grafik untuk kelompok perlakuan (ekstrak kulit Salak) dan grafik untuk kontrol positif (Glibenklamid) memiliki alur yang hampir sama, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak kulit Salak dan Glibenklamid mempunyai efek yang hampir sama.

Data yang didapat kemudian diuji sebaran datanya menggunakan uji Homogeneity of Variances, dari hasil uji tersebut didapatkan hasil signifikan sebesar 0,898 (data dapat dilihat pada lampiran 8). Karena nilai signifikan uji homogenitas lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka dapat dikatakan bahwa sebaran datanya homogen sehingga memenuhi syarat dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan dari ketiga kelompok menggunakan One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, hasil statistik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil One-Way ANOVA

Rata - rata Sum of squers df Mean Square

F Sig

Between group(combined)

14733,788 2 7366,889 3,801 046

Linear Tern Contrast 10680,333 1 10680,333 5,510 033Deviation 4053,444 1 4053,444 2,091 169Within group 29074,000 15 1938,267Total 43807,778 17

Page 20: kulit salak

Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F menunjukan, nilai F hitung sebesar 3,801. Jika dibandingkan pada penggunaan F tabel, diperoleh nilai F tabel 3,68. Sehingga, F hitung lebih besar dari F tabel (3,801 >3,68) dan dapat disimpulkan ekstrak kulit Salak memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar. Karena hasil ANOVA menyatakan H1 diterima, maka perlu dilanjutkan dengan uji perbandingan untuk melihat adanya perbedaan nilai rata-rata kadar gula darah antar perlakuan dengan menggunakan uji LSD seperti di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji Lanjut LSD

Perlakuan CMC 0,5% EKS GLIBENKLAMIDCMC 0,5% 61,67* 59,67*EKS 61,67* 2,00GLIBENKLAMID 59,67* 2,00

Hasil pengujian LSD menunjukkan pasangan kelompok perlakuan antara kontrol negatif (CMC 0,5%), perlakuan (ekstrak kulit Salak), dan kontrol positif (Glibenklamid) ada perbedaan. Berdasarkan hasil uji lanjut menggunakan LSD, dapat dilihat bahwa kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif (P < 0,05) , sedangkan kelompok perlakuan sama dengan kelompok kontrol positif (P > 0,05). Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit Salak memiliki efek dalam penurunan kadar gula darah tikus. Kandungan flavonoid dalam kulit buah Salak memiliki peranan penting dalam menurunkan kadar gula darah tikus. Penelitian Suarsana (2009), menyebutkan senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar gula darah tikus dengan cara merangsang sel β-pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak.

Page 21: kulit salak

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan ini digunakan metoda statistik untuk

menarik melakukan analisis yakni dengan metoda rancangan acak

kelompok (RAK), dan diperoleh hasil yang menolak hipotesis H0

sehingga hipotesis H1 diterima, lalu dilanjutkan dengan pengujian

menggunakan uji LSD, dimana uji LSD adalah prosedur pengujian

perbedaan diantara rata-rata perlakuan yang paling sederhana

dan paling umum digunakan. sehingga memberikan hasil menolak

hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif.

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah Salak (Salacca zalacca

(Gaertn.) Voss) memiliki efek pada penurunan kadar gula darah

tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi sukrosa.

Saran

Setelah dilakukan penelitian ini peneliti menyarankan kepada

peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian mengenai

senyawa flavonoid jenis apa yang terdapat pada ekstrak kulit buah

salak.

Page 22: kulit salak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kulit Salak untuk Diabetes. http://daunsirsak.net/kulit-Salak-untuk-diabetes [28 juni 2014]

Anonim. 2012. Teh Kulit Salak sebagai Obat Diabetes Alami.http://lantangsemu.blogspot.com/ 2011/08/teh-kulit-Salak-sebagaiobat-diabetes.html [28 juni 2014]

Corwin. E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi Ke-3.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kurniawan, Ari. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Beban

Glukosa [Artikel Ilmiah]. FK Universitas Diponegoro, Semarang.

Suarsana, I Nyoman. 2009. Aktiitas Hipoglikemik Dan Anti Oksidatif Ekstrak Metanol Tempe Pada Tikus Diabetes [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sahputra, Fahrizan Manda. 2008. Potensi Ekstrak Kulit dan Daging Buah Salak sebagai Antidiabetes [Skripsi]. FMIPA Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sukandar, E. Y, et al. 2009. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI, Jakarta.

Widyastuti, S., and I Nyoman Suarsana.2011. Ekstrak Air Tapak Dara Menurunkan Kadar Gula dan Meningkatkan Jumlah Sel Beta Pankreas Kelinci Hiperglikemia. Jurnal Veteriner. 12(1): 7-12 

http://id.wikipedia.org/wiki/Statistikahttps://smartstat.files.wordpress.com/2010/12/mcp.jpg