merajut pesona gunung salak

85
 1 BAB I PENDAHULUAN Hutan alam dikenal sebagai suatu ekosistem yang stabil, dimana di dalamnya terjadi harmonisasi interaksi baik antar komponen biotik yang ada maupun antara komponen biotik dan abiotik. Dengan sendirinya, keberadaan komponen yang satu akan saling mempengaruhi keberadaan komponen yang lain. Keharmonisan proses ekologi yang demikian akan dengan cepat berubah ketika salah satu komponennya terganggu. Sejarah mencatat bahwa proses pengubahan hutan alam ke bentuk vegetasi lain oleh aktivitas manusia yang dimulai sejak ribuan tahun yang lalu merupakan sebuah contoh klasik tentang perubahan  bentuk-bentuk ekosistem. Perubahan bentuk ekosistem ini meningkat dengan cepat sejak dekade tahun 1970an, ketika mulai diijinkannya penebangan pohon secara komersial, pelaksanaan program transmigrasi dan menjamurnya proyek-proyek hutan tanaman dan perkebunan. Sebagai akibat dari  perubahan itu tidak mengherankan jika beberapa jenis sumberdaya biologinya mengalami kelangkaan, erosi genetika, karena tidak mengindahkan dan memperhatikan kaidah pelestariannya. Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreas i. Oleh karena itu keberadaan Taman Nasional tidak bisa dipungkiri tidak saja sekadar memenuhi fungsi-fungsi tersebut di atas, akan tetapi juga sebuah kawasan yang menyimpan keanekaragaman hayati dan merupakan daerah tangkapan air. Gunung Salak merupakan kawasan yang masih menyimpan banyak misteri tentang kekayaan hayati  beserta ragam pemanfaatannya. Sayangnya potensi ini telah banyak mengalami penyusutan seiring dengan laju kerusakan hutan yang diakibatkan berbagai kegiatan manusia atau bahkan berbagai kebijakan yang kurang mempertimbangkan kelestariannya. Untuk mengantisipasi kerusakan yang lebih parah, maka  pada tahun 2003 kawasan Salak ditunjuk sebagai bag ian dari kawasan taman nasion al. Penjelajahan untuk mengungkap flora yang terdapat di kawasan Gunung Salak dianggap penting karena beberapa penelitian tentang flora fauna yang pernah dilakukan di kawasan hutan gunung Salak diantaranya, di daerah Awibengkok (Kartawinata et al.,1985), Cianten (Mirmanto, 1991) dan koridor antara G. Salak dan G. Halimun (Wiriadinata, 1997). Bahkan jauh sebelumnya, gunung Salak merupakan magnet bagi para ilmuwan botani, tercatat diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang  botanis berkebangsaan Swedia Claes Frederic Hornstedt (1758-1809), murid dari Thunberg, kemudian disusul Hornstedt pada tahun 1783, Reinwardt pada tahun 1817 (Steenis 2006). Sejauh ini data dan informasi yang dikumpulkan masih juga belum memadai jika dibandingkan dengan data dan informasi

Upload: arrum-chyntia-yuliyanti

Post on 30-Oct-2015

700 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

JURNAL

TRANSCRIPT

Page 1: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 1/85

  1

BAB I

PENDAHULUAN

Hutan alam dikenal sebagai suatu ekosistem yang stabil, dimana di dalamnya terjadi harmonisasi

interaksi baik antar komponen biotik yang ada maupun antara komponen biotik dan abiotik. Dengan

sendirinya, keberadaan komponen yang satu akan saling mempengaruhi keberadaan komponen yang lain.

Keharmonisan proses ekologi yang demikian akan dengan cepat berubah ketika salah satu komponennya

terganggu.

Sejarah mencatat bahwa proses pengubahan hutan alam ke bentuk vegetasi lain oleh aktivitas

manusia yang dimulai sejak ribuan tahun yang lalu merupakan sebuah contoh klasik tentang perubahan

 bentuk-bentuk ekosistem. Perubahan bentuk ekosistem ini meningkat dengan cepat sejak dekade tahun

1970an, ketika mulai diijinkannya penebangan pohon secara komersial, pelaksanaan program

transmigrasi dan menjamurnya proyek-proyek hutan tanaman dan perkebunan. Sebagai akibat dari

 perubahan itu tidak mengherankan jika beberapa jenis sumberdaya biologinya mengalami kelangkaan,

erosi genetika, karena tidak mengindahkan dan memperhatikan kaidah pelestariannya.

Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola

dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Oleh karena itu keberadaan Taman Nasional tidak bisa

dipungkiri tidak saja sekadar memenuhi fungsi-fungsi tersebut di atas, akan tetapi juga sebuah kawasan

yang menyimpan keanekaragaman hayati dan merupakan daerah tangkapan air.

Gunung Salak merupakan kawasan yang masih menyimpan banyak misteri tentang kekayaan hayati

 beserta ragam pemanfaatannya. Sayangnya potensi ini telah banyak mengalami penyusutan seiring

dengan laju kerusakan hutan yang diakibatkan berbagai kegiatan manusia atau bahkan berbagai kebijakan

yang kurang mempertimbangkan kelestariannya. Untuk mengantisipasi kerusakan yang lebih parah, maka

 pada tahun 2003 kawasan Salak ditunjuk sebagai bagian dari kawasan taman nasional.

Penjelajahan untuk mengungkap flora yang terdapat di kawasan Gunung Salak dianggap penting

karena beberapa penelitian tentang flora fauna yang pernah dilakukan di kawasan hutan gunung Salak 

diantaranya, di daerah Awibengkok (Kartawinata et al.,1985), Cianten (Mirmanto, 1991) dan koridor antara G. Salak dan G. Halimun (Wiriadinata, 1997). Bahkan jauh sebelumnya, gunung Salak merupakan

magnet bagi para ilmuwan botani, tercatat diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang

 botanis berkebangsaan Swedia Claes Frederic Hornstedt (1758-1809), murid dari Thunberg, kemudian

disusul Hornstedt pada tahun 1783, Reinwardt pada tahun 1817 (Steenis 2006). Sejauh ini data dan

informasi yang dikumpulkan masih juga belum memadai jika dibandingkan dengan data dan informasi

Page 2: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 2/85

  2

yang terkumpul dari kawasan hutan gunung Halimun. Itulah sebabnya penelitian dirasa masih diperlukan

untuk melengkapi data dan informasi flora dan fauna dari kawasan hutan gunung Salak.

Penelitian mendasar dari aspek ekologi vegetasi, etnobotani, eksplorasi dan inventarisasi

keanekaragaman jenis tumbuhan dan keterkaitannya dengan kondisi habitat diharapkan dapat dijadikan

sebagai dasar dalam upaya pengelolaan Taman Nasional Halimun Salak. Penelitian ekologi vegetasi

dilakukan dengan menggunakan metode petak, sedangkan penelitian etnobotani dilaksanakan dengan

menggali informasi dari masyarakat di sekitar lokasi penelitian. Untuk melengkapi data dan informasi

keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan eksplorasi dan inventarisasi.

Penelitian kali ini merupakan kegiatan bersama antara Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan JICA-

Gunung Halimun Salak National Park Management Project (GHSNPMP). Hasilnya diharapkan dapat

disumbangkan dalam rangka membuat “guiden book ” untuk menentukan arah dan kebijakan pengelolaan

kawasan konservasi Halimun – Salak yang melibatkan masyarakat.

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu kawasan konservasi

Indonesia yang berfungsi selain melindungi flora dan fauna unik yang ada di dalamnya juga mempungai

fungsi lain yang tak kalah pentingnya yaitu sebagai pengatur tata air, pendidikan, penelitian, sumber 

 plasma nutfah, pengembangan budidaya, rekreasi dan pariwisata. Dari pengertian tersebut tergambar 

 bahwa betapa besar manfaat Taman Nasional sebagai pelayanan jasa. Awalnya kawasan ini merupakan

Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) yang ditetapkan melalui SK Menhut No. SK 282/Kpts-

II/Menhut/1992 tanggal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 hektar dan pada tanggal 23 Maret 1997

ditetapkan sebagai salah satu unit pelaksana teknis di Departemen Kehutanan. Seiring dengan tingginya

 proses degradasi hutan di Indonesia dan dengan adanya desakan parapihak yang peduli terhadap

konservasi hutan, maka pada tahun 2003 kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut, dan kawasan

sekitarnya yang sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan

lindung yang dikelola oleh perum Perhutani selanjutnya dialih fungsikan menjadi kawasan konservasi

melalui SK Menhut No. SK 175/Kpts-II/Menhut/2003 tanggal 10 Juni 2003 menjadi Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan luas 113.357 ha. Kawasan TNGHS secara administratif 

terletak di 2 (dua) propinsi yaitu Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten serta 3 kabupaten yaitu

Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak.

Kawasan TNGHS mempunyai ketinggian berkisar antara 500 – 2.211 mdpl. Topografinya

 bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung. Di sekitar kawasan TNGHS terdapat bukit memanjang

mulai dari gunung Endut (di sebelah Barat) melintas gunung Kendeng (di kawasan Baduy) kemudian

Page 3: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 3/85

  3

 perlahan menurun sampai ke gunung Honje dan semenanjung Ujung Kulon. Sedangkan di sebelah Timur 

 berhubungan dengan gunung Gede Pangrango yang dipisahkan oleh sungai Citatih, sungai Cisadane dan

 jalan propinsi Ciawi – Sukabumi. Beberapa gunung yang ada di sebelah barat kawasan ini yaitu gunung

Endut Barat (1.297 mdpl), gunung Pameungpeuk (1.455 mdpl), gunung Ciawitali (1.530 mdpl), gunung

Kencana (1.831 mdpl), gunung Halimun Utara (1.929 mdpl), gunung Sanggabuana (1.920 mdpl), dan

gunung Botol (1.850 mdpl). Sedangkan gunung-gunung yang terdapat di sebelah Timur Laut adalah

gunung Kendeng Utara (1.377 mdpl), gunung Salak 1 (2.211 mdpl), gunung Salak 2 (2.180 mdpl),

gunung Endut Timur (1.471 mdpl) dan gunung Sumbul (1.926 mdpl). Di bagian tenggara terdapat

gunung kendeng Selatan (1.680 mdpl), gunung Panenjoan (1.350 mdpl), gunung Halimun Selatan (1.758

mdpl),

Geologi kawasan TNGHS merupakan bagian dari deretan pegunungan Sumatra. Sebagian besar 

kawasan tersusun atas batuan vulkanik breksi, basaltik dan lava andesit dari periode Pleistosin dan

 beberapa strata dictic dari periode Prepleiosin (sekitar 10 – 20 juta tahun yang lalu). Berdasarkan peta

tanah tinjau Jawa Barat, jenis tanah di daerah ini terdiri atas asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,

asosiasi latosol coklat dan latosol coklat kekuningan, latosol coklat kemerahan dan latosol coklat, asosiasi

latosol coklat kemerahan dan laterit, komplek latosol coklat kemerahan dan lithosol, asosiasi latosol

coklat dan regosol kelabu (LP Tanah, 1966). Bahkan Gunung Salak sampai saat ini masih berstatus

gunung berapi strato type A dan tercatat terakhir meletus tahun 1938. Gunung Salak memiliki kawah

yang masih aktif dan dikenal dengan nama Kawah Ratu.

Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson (1951) iklim di daerah kawasan TNGHS termasuk tipe A,

dengan curah hujan tahunan sebesar 4.000 – 6.000 mm. Rata-rata curah hujan bulanan selalu > 100 mm,

dengan bulan terkering (+ 200 mm) pada Juni sampai September dan terbasah (+ 550 mm) antara Oktober 

dan Maret, sehingga dapat digolongkan beriklim selalu basah (Kartawinata, 1975) dengan kelembaban

udara rata-rata 88 %. Suhu rata-rata bulanan 31,5oC dengan suhu terendah 19,7oC dan suhu tertinggi

31,8oC.

Vegetasi hutan di dalam kawasan TNGHS sangat bervariasi, baik berdasarkan ketinggian tempat

maupun kondisi habitat setempat. Namun secara umum, berdasarkan permintakatan Steenis (1972) dapat

dikelompokkan menjadi 3 mintakat, yaitu mintakat kaki pegunungan (collin), dengan ketinggian antara

500 dan 1000 m dpl, mintakat sub-pegunungan (1.000 - 1.500 m) dan mintakat pegunungan (1500 – 2400

mdpl).

Sejauh ini data dan informasi flora dan fauna hutan gunung Halimun telah banyak diungkapkan

melalui berbagai survei dan penelitian. Sayangnya hasilnya terserak dan tersebar di berbagai tempat dan

 besar kemungkinan belum terdokumentasi secara lengkap.

Page 4: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 4/85

  4

TNGHS merupakan salah satu Taman Nasional yang memiliki hutan pegunungan alami di Jawa

yang sangat menarik. Kekayaan flora kawasan Gunung Halimun pernah dilakukan beberapa tahun lalu,

diantaranya oleh Wiriadinata (1992). Ditinjau dari segi botani terutama taksonomi, kekayaan Flora Gn

Salak sangat menarik karena merupakan salah satu ekotipe jenis-jenis tumbuhan yang pertama kali

dipertelakan oleh Blume sekitar tahun 1825. Flora pegunungan yang masih tersisa umumnya berada pada

ketinggian di atas sekitar 1500 -2000 m di atas permukaan laut, sedang bagian bawah umumnya telah

 berubah terbuka dan menjadi perladangan. Pengambilan kayu merupakan salah satu faktor yang cukup

serius.

Wilayah TNGHS terbagi ke dalam 26 kecamatan dan terdiri dari 106 desa. Jumlah penduduk di

dalam dan sekitar kawasan lebih dari 250.000 jiwa. Pada umumnya masyarakat yang ada adalah

masyarakat Sunda yang terbagi menjadi masyarakat kasepuhan dan bukan kasepuhan.Masyarakat

kasepuhan secara historis penyebarannya berada di kampung Urug, Citorek, Bayah, Ciptamulya,

Cicarucub, Cisungsang, Sirnaresmi, Ciptagelar dan Cisitu. Masyarakat kasepuhan ini memiliki struktur 

kehidupan yang berbeda dengan masyarakat biasa.

Bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Sunda. Sedangkan agama pada umumnya adalah

 beragama Islam kecuali di beberapa wilayah kasepuhan masih menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.

Kehidupan sehari-hari masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS pada umumnya adalah di bidang

 pertanian seperti sawah, ladang, kebun, kebun talun dan talun. Beberapa ada juga yang berdagang baik di

dalam masyarakatnya maupun keluar kampung dan desanya, bahkan ada yang keluar pulau Jawa. Pada

masyarakat kasepuhan, pertanian dilakukan atas arahan pimpinannya baik tatacara tanam, jenis padi,

maupun ritual ketika sebelum, saat menanam, hingga panen. Pesta panen dalam masyarakat kasepuhan

terkenal dengan istilah Seren Taun yang sering dihadiri turis baik lokal maupun mancanegara karena

keunikannya. Dalam hubungannya dengan hutan, masyarakat kasepuhan memiliki sistim yang bila dikaji

memiliki kearifan tersendiri. Mereka memiliki konsep turun temurun untuk mengelompokkan hutan

sesuai fungsinya yaitu leuweung titipan (hutan titipan), leuweung tutupan (hutan tutupan), leuweung

sampalan (hutan bukaan). Interaksi mereka terhadap hutan sangat kuat. Mereka mengenal hampir 400

 jenis tumbuhan dan satwa yang dipergunakan sehari-hari baik untuk bangunan, kayu bakar, makanan,

obat-obatan maupun untuk keperluan ritual.

Di salah satu bagian dari TNGHS, yakni sekitar Gunung Salak, telah hidup selama ratusan tahun

masyarakat lokal. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan arkeologis di sekitar Gunung Salak,

seperti di kampung Cibalay, Bogor, terdapat situs arkeologis berupa punden berundak peninggalan masa

lalu. Diantara jejak-jejak kehidupan masa lalu yang masih dapat kita saksikan adalah yang terdapat di

desa Cibalai, Bogor, dan di desa Girijaya. Di desa Girijaya ini terdapat tiga buah batu megalitikum yang

Page 5: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 5/85

  5

dianggap oleh masyarakat sebagai petilasan dari Eyang Santri, tokoh penyebar Islam dan juga pejuang

dari Solo pada abad ke 19 yang menetap dan tinggal di desa ini. Tempat ini lebih dikenal dengan sebutan

Pondok Gusti. 

Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Salak masih memiliki kearifan tradisional dalam

interaksinya dengan lingkungan. Hasil interaksi tersebut membangun konstruksi pemikiran masyarakat

tentang Gunung Salak, sehingga Gunung ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat, hal ini bukan

karena posisinya sebagai Taman Nasional melainkan juga karena memiliki keterkaitan yang erat dengan

 budaya dan tradisi setempat. Tradisi tersebut didapat oleh masyarakat secara turun temurun.

Bagi para ilmuwanpun, Gunung Salak adalah salah satu magnet yang ada di Jawa. Dalam catatan

sejarah, ilmuwan yang tercatat pernah melakukan penelitian diantaranya adalah seorang botanis

 berkebangsaan Swedia Claes Frederic Hornstedt (1758-1809), murid dari Thunberg. Hornstedt

mengunjungi Gunung Salak pada tahun 1783. Setelah itu disusul oleh Reinwardt yang mendaki dan

melakukan ekplorasi botani di gunung Salak pada tahun 1817 (Steenis 2006).

Lokasi Jelajah

Daerah-daerah yang dijelajah meliputi 3 jalur, yaitu jalur/rute Cimalati, Pasir Reungit dan Cangkuang

(Gambar I.1; peta diperoleh dari image landsat 2004 dan IKONOS tahun 2004). Penjelajahan jalur 

Cimalati dan Pasir Reungit dilakukan oleh short-term expert dari JICA, sedangkan jalur Cangkuang

dilakukan bersama team gabungan short-term expert dari JICA dan tim dari Pusat Penelitian Biologi -

LIPI. Tim short-term expert dari JICA melakukan penjelajahan dalam waktu singkat, sehingga

 pengungkapan vegetasi dilakukan secara fisiognomi pada setiap perubahan ketinggian 50 - 100 m; yaitu

dengan mencatat ketinggian tempat (m dpl.), tipe hutan, jenis dominant, jenis pohon menonjol disetiap

titik pengamatan. Rute Cimalati dilakukan untuk mengetahui batas pegunungan rendah dan pegunungan

atas. Dilain pihak, tim Pusat Penelitian Biologi melakukan koleksi dan inventarisasi serta studi ekologi

 pada jalur Cangkuang yang dibagi menjadi 4 sub-jalur, yaitu (1) ke arah puncak Salak-1; (2) ke arah

Kawah Ratu; (3) daerah sekitar Pondok Bajuri; dan (4) daerah sekitar Pos Kancil (Gambar I.1). Di setiap

sub-jalur dibuat petak-petak pencuplikan data berukuran 30 x 30 m2. Pemilihan tempat pembuatan petak 

dengan pertimbangan perbedaan ketinggian, fisiognomi dan kondisi habitat. Sebanyak 6 petak dibuat di

sepanjang sub-jalur ke arah puncak Salak-1; 2 petak disekitar pondok Bajuri; 3 petak di sepanjang sub-

 jalur menuju Kawah Ratu; dan 1 petak di sekitar Pos Kancil. Pada daerah yang sama juga telah dilakukan

inventarisasi dan eksplorasi tumbuhan.

Page 6: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 6/85

  6

87

1011

1

29

12

65

43

Rute Pasir Reungit 

Rute Cimelati 

Rute Cangkuang 

Gambar I.1. Peta jalur penelitian beserta petak-petak pencuplikan data vegetasi (1 s/d 12).

Adapun untuk penelitian etnobotani dilaksanakan di dua desa, yakni Desa Cidahu, Kecamatan

Cidahu, Kabupaten Sukabumi, dan Desa Girijaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Kedua desa

ini dipilih dengan pertimbangan merupakan desa yang paling dekat dengan Gunung Salak dan memiliki

tipikal yang berbeda. Desa Cidahu, lebih bernuansa agama, terdapat pesantren al-Qodiriyah yang

dipimpinan KH Romli dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat dan

membentuk pemahaman yang ada di masyarakat.

Sedangkan desa Girijaya lebih pada pencarian dan penguatan akar tradisi Sunda. Di desa ini terdapat

Padepokan Girijaya pimpinan Abah Ru’yat. Padepokan ini juga memiliki pengaruh di masyarakat. Tradisi

dan kebudayaan klasik Sunda sering digelar di desa ini. Walaupun bernuansa tradisi, namun masyarakat

yang tinggal di desa ini masih menjalankan ajaran normatif agama (Islam) seperti shalat, puasa, dan zakat.

Di desa ini juga terdapat dua makam yang dianggap keramat oleh masyarakat, yaitu makam dari Eyang

Abu Shomad (Eyang Abu) dan makam Eyang Muhammad Santri (Eyang Santri). Kedua tokoh ini olehmasyarakat dianggap sebagai penyebar agama Islam.

Kedua makam ini setiap harinya ramai dikunjungi oleh peziarah. Kunjungan para peziarah makin

ramai terutama pada hari-hari tertentu, seperti hari kamis dan jum’at, atau bulan  Robiul awwal atau

maulid dan bulan  Muharram dalam sistem penanggalan Islam. Pada bulan Maulid masyarakat ziarah

 bersama ke makan Eyang Abu sekaligus juga diisi dengan tradisi-tradisi Sunda, penampilan wayang

Page 7: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 7/85

  7

Golek, jaipong, dan ritual ngramat  yakni mendoakan hasil bumi. Sedangkan di bulan Muharram,

masyarakat menggelar upacara tradisi Seren taun, yakni upacara selamatan dan ungkapan rasa syukur atas

karunia Tuhan.

KEGIATAN di LAPANGAN

Penjelajahan di Gunung Salak ini melibatkan para ahli dalam bidang taksonomi dan ekologi

tumbuhan serta pakar etnobotani. Keterpaduan penelitian dengan melibatkan berbagai bidang keilmuan

ini diharapkan mampu untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati di daerah penelitian, tanpa harus

meninggalkan kaidah keilmuan di bidangnya masing-masing. Adapun cara kerja untuk masing-masing

kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

 Inventarisasi dan eksplorasi tumbuhan

Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan koleksi secara umum seluruh jenis tumbuhan yang sedang

 berbunga dan berbuah untuk kemudian diambil contohnya dan dijadikan spesimen herbarium. Setiap

contoh tumbuhan yang terkumpul akan dilengkapi dengan label gantung untuk mencatat nama dan nomor 

kolektor serta tanggal dan lokasi pengambilan. Informasi lain seperti nama lokal, habitat, habitus,

kegunaan dan data lingkungan lainnya dicatat di dalam buku koleksi. Meskipun ada jenis-jenis tumbuhan

yang tidak lengkap memiliki bunga atau buah, yang sekiranya menarik dan unik juga akan dikumpulkan

sebagai koleksi atau spesimen acuan. Jenis-jenis tumbuhan yang tidak dapat dikoleksi untuk sementara

akan dicatat dalam buku lapangan guna melengkapi data kekayaan jenis.

Semua contoh tumbuhan yang terkumpul disimpan dalam lipatan-lipatan kertas koran, dimasukkan

ke dalam kantung plastik besar dan diawetkan dalam alkohol 70%, yang selanjutnya dikirim ke

Herbarium Bogoriense untuk diproses dan kemudian diidentifikasi.

 Analisis vegetasi

Kegiatan penelitian ini meliputi pencuplikan data vegetasi dengan menggunakan metode petak.

Sejumlah petak dengan ukuran 30m x 30m dibuat pada lokasi-lokasi dengan gradasi perubahan

lingkungan seperti kondisi habitat dan ketinggian, ataupun fisiognomi yang berbeda. Jumlah dan interval

antar petak ditentukan berdasarkan kondisi medan dan ketersediaan fasilitas pendukung. Pengumpulan

data pohon meliputi diameter, tinggi, kegunaan, spesimen bukti, serta pengumpulan data lingkungan

diantaranya posisi geografi, pH dan kelembaban tanah, dan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis

kandungannya. Selain itu data sekunder diantaranya data lokasi, data iklim serta data lingkungan lainnya

 juga dikumpulkan.

Page 8: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 8/85

  8

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis menurut cara yang umum dilakukan dalam kajian

ekologi hutan (Cox, 1967; Greigh-Smith, 1964; Muller-Dombois & Ellenberg, 1974), sehingga diperoleh

 parameter-parameter frekuensi, dominansi, kerapatan, indeks keanekaragaman, kekayaan jenis,

kemerataan jenis dan dominasi jenis. Dengan parameter tersebut dilakukan analisis ordinansi dan analisis

stratifikasi hutan untuk mengetahui lapisan kanopi hutan.

 Penelitian etnobotani

Penelitian etnobotani dengan menerapkan metode wawancara semi struktural dan "open ended "

terhadap masyarakat setempat, mengikuti sebagian aktifitas sehari-hari penduduk dan pengamatan

langsung di lapangan. Penentuan jumlah responden dengan menggunakan metode "stratified random

sampling". Responden di setiap lokasi diambil 30% dari jumlah Kepala Keluarga.

Selain itu dilakukan pula wawancara secara mendalam terhadap ahli lokal. Setiap jenis sumber daya

hayati yang berguna dicatat nama lokalnya dan diamati habitat, kegunaannya, bagian yang digunakan,

cara penggunaan, nilai penting, nilai kegunaan dan nilai kepentingan budayanya. Penelitian etnoekologi

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini

diamati pengetahuan lokal tentang pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat (corpus)

serta pengaruh yang ditimbulkannya (praxis). Untuk kepentingan identifikasi, sumber daya hayati

 berguna tersebut diambil contohnya dan dibuat koleksinya guna mengetahui nama ilmiahnya.

Pengungkapan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan gunung Salak terlebih

dulu menentukan informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang memiliki

 pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau kegunaan dari tumbuhan tersebut.

Wawancara secara open-ended  dan secara mendalam dengan informan merupakan teknik yang

mendasar guna mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang kegunaan dari suatu jenis tumbuhan

dan makna kulturalnya dalam kehidupan mereka. Proses pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini

menggunakan tiga langkah. Langkah pertama adalah dengan mengajak informan ke petak ekologi yang

dibuat. Setelah berada dalam petak, informan ditanyakan mengenai kegunaan berbagai tumbuhan yang

ada di dalam petak secara open-ended . Langkah kedua adalah dengan wawancara langsung dengan

masyarakat di desa mengenai kegunaan berbagai tumbuhan. Setelah kegunaan dari tumbuhan diketahui,

maka dilakukan wawancara secara mendalam untuk mengetahui makna kultural dari tumbuhan tersebut.

Langkah ketiga adalah mencatat nama lokal setiap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

dan membuat voucer specimen untuk diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Bogoriense supaya dapat

diketahui nama ilmiah dari tumbuhan yang dimanfaatkan.

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi, pertama di dalam petak sementara yang dibuat oleh tim

ekologi. Petak ini berada pada ketinggian 1700 dpl dan di HM 18 (jarak 1800 meter dari persimpangan

Page 9: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 9/85

  9

atau sama dengan 4300 meter dari pos pertama pendakian dari arah Cidahu). Petak yang dibuat berukuran

30 X 30 meter. Kedua dilakukan di desa Cidahu, dan tempat ketiga di desa Girijaya.

Sedangkan penelitian yang dilakukan di desa, proses pengumpulan data lapangan dengan tiga

langkah. Langkah pertama adalah menentukan informan kunci dan informan biasa. Langkah kedua adalah

dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan para informan. Langkah

ketiga adalah dengan melakukan pengamatan terlibat ( partisipatory observasion) dalam ritual keagamaan

dan ritual tradisi yang dilakukan oleh mereka. Pada tanggal 20 Maret masyarakat di desa Giri Jaya

menggelar ritual mauludan, satu ritual yang menggabungkan norma agama dan tradisi setempat.

Dalam penelitian perspektif masyarakat mengenai Gunung Salak, terlebih dulu menentukan informan

kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas tentang tradisi

masyarakat, petuah dari leluhur, maupun ajaran-ajaran normatif dari agama. Informan tersebut dapat

membantu peneliti untuk memilih informan lain yang juga memiliki pengetahuan luas.

Oleh karena orang yang memiliki kompetensi di masyarakat yang tinggal di kawasan gunung Salak 

adalah orang-orang tua dan di-tua-kan oleh masyarakat, seperti Kyai, Dukun, Guru, serta Kuncen yang

memiliki “kewajiban” menjaga suatu kawasan, maka peneliti memilih mereka sebagai informan kunci.

Selain itu peneliti juga mewawancarai anggota masyarakat kebanyakan baik yang tinggal di dua desa,

yaitu desa Cidahu kecamatan Cidahu dan desa Girijaya di kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi.

Selain dari informan kunci yang ada di Desa Cidahu dan Desa Girijaya, wawancara juga dilakukan

dengan para sesepuh atau orang yang di-tua-kan yang ada di wilayah Bogor. Hal ini dilakukan dengan

 pertimbangan memiliki kesamaan persepsi sekaligus juga untuk konfirmasi data. Wawancara mendalam

(indepth interview) dengan informan kunci merupakan teknik yang mendasar guna mendapatkan

 pengetahuan yang mendalam tentang perspektif masyarakat, nilai kultural dan makna kehadiran gunung

Salak dalam kehidupan mereka.

Page 10: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 10/85

  10

BAB II 

MENYELAMI PEMIKIRAN MASYARAKAT

Setiap masyarakat, atau bahkan individu, memiliki cara pandang tersendiri tentang keberadaan

Gunung atau Hutan. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman interaksi mereka terhadap kawasan gunung

atau hutan. Di samping itu juga, persepsi juga terbentuk karena adanya “kepentingan”. Makin beragam

kepentingan maka makin beragam juga persepsinya.

 Namun secara umum dapat dikatakan bahwa gunung atau pun hutan, bagi masyarakat Indonesia,

terutama daerah Jawa dan Sunda memiliki cerita tersendiri. Bila kita merunut sejarah dan juga melacak 

cerita-cerita rakyat, gunung atau hutan adalah tempat yang strategis. Gunung misalnya, sempat diyakini

sebagai daerah turunnya para Batara yang hidup di Kahyangan ketika turun ke Bumi. Sebagai “landasan”

 para Batara di Bumi, maka Gunung kemudian disakralkan oleh masyarakat.

Sedangkan hutan, pada masa lalu lebih dikonotasikan sebagai tempat penempaan kesaktian dan

keberanian seseorang. Ada anggapan di masyarakat bahwa hutan adalah tempat bersemayamnya roh-roh

 jahat, tempat persembunyian para penyamun, dan lain-lain, sehingga ketika seseorang telah berhasil

melewati hutan dengan selamat, maka hampir dapat dipastikan bahwa orang tersebut memiliki tingkat

keberanian dan juga kesaktian yang tinggi di atas rata-rata orang kebanyakan. Selain itu, hutan juga,

karena memiliki atmosfir yang teduh, menjadikan pilihan bagi orang-orang yang hendak kontemplasi,

 baik untuk mendekatkan diri pada Pencipta, menggembleng ilmu, maupun karena pelarian dari kehidupan

masyarakat yang sudah tidak nyaman menurut anggapannya.

Hutan dan Masyarakat Girijaya

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di desa Girijaya diketahui bahwa masyarakat

menyebut hutan yang terdapat di Gunung Salak sebagai leuweung tutupan (hutan terlarang). Bagi mereka,

hutan dan apa yang terdapat di dalamnya adalah terlarang untuk diekploitasi, baik melalui penebangan

maupun perburuan. Pelarangan penebangan hutan merupakan wasiat dari para leluhur. Pelarangan ini

sifatnya mendasar, tanpa kecuali, namun karena kebutuhan manusia kemudian terdapat beberapa bagian

dari hutan yang boleh dimanfaatkan, seperti ranting yang jatuh untuk keperluan kayu bakar atau buah

yang jatuh untuk konsumsi pribadi bukan untuk mengambil keuntungan ekonomi dari buah yang terdapat

di hutan. Menurut pak Asori salah satu sesepuh, dengan pertimbangan keselamatan kehidupan itulah

maka para leluhur menganggap semua hutan pada dasarnya adalah leuweung tutupan.

Bagian dari hutan yang sangat dilarang keras untuk ditebang, menurut masyarakat, adalah bagian

lamping atau tebing. Larangan penebangan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Girijaya pada masa

lalu terkait dengan keselamatan kehidupan manusia, karena bila pohon yang terdapat dalam hutan habis

Page 11: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 11/85

  11

ditebang, apalagi yang ada di lamping-nya  maka tidak saja persediaan air akan habis melainkan juga

dapat menimbulkan bencana longsor.

Hutan dan Masyarakat Cidahu

Bagi masyarakat desa Cidahu, hutan yang ada di Gunung Salak dianggap sebagai “amanah” atau

kepercayaan dari Tuhan untuk diolah dan dijaga kelestariannya. Terdapatnya hutan di sekitar desanya

merupakan anugerah dari Tuhan, karena itu dengan adanya hutan maka keberlangsungan kehidupan

masyarakat akan terus terjamin.

AA Lili, sapaan akrab KH Romli, menegaskan bahwa menjaga amanah berupa hutan sama nilainya

dengan menjaga dan mengamalkan ajaran agama, seperti shalat, puasa, dan lain-lain. Menurutnya,

 bukanlah seorang muslim yang baik apabila dia menjalankan kewajiban agama namun masih melakukan

kerusakan di hutan. Hal ini dikarenakan, menurut AA Lili, salah satu peran manusia adalah sebagai

khalifah, atau wakil dari Tuhan yang ada di bumi. Dengan merusak hutan, maka tidak saja dia melanggar 

amanah melainkan juga telah mengabaikan perannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Terdapat banyak teks dalam kitab suci ummat Islam yang berbicara tentang lingkungan dan tanggung

 jawab manusia untuk mengelolanya dengan bijak. Sehingga pada dasarnya menjaga pelestarian hutan

sama pentingnya dengan menjalankan kewajiban yang lain. Bagi KH Romli, mengambil apapun dari

hutan hukum dasarnya adalah terlarang, bahkan rumput sekalipun, hal ini dikarenakan hutan sudah ada

yang mengelolanya. Mengambil manfaat dari hutan baru boleh dilakukan kalau sudah ada izin, dan itupun

kalau tidak sampai merusak hutan, seperti mengambil rumput untuk ternak atau ranting-ranting pohon

yang jatuh.

Komitmen dan kesadaran sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga hutan ditunjukkan oleh

masyarakat Cidahu ketika Balai Taman Nasional berencana membangun resort di kawasan Bumi

Perkemahan Cangkuang, dimana pembangunan saat itu terhenti karena sesepuh dan masyarakat

mencegah pembangunan yang menurut mereka merusak lahan hutan. Selain itu asal material bangunan

 berupa kayu juga diambil dari hutan. Setelah dijelaskan maksud pembangunan resort dan asal dari kayu

yang digunakan tidak dari Taman Nasional maka pembangunan dilanjutkan dan masyarakat sangat

mendukung keberadaan Taman Nasional.

Gunung dalam Persepsi Masyarakat

Gunung Salak dengan hutan yang ada di dalamnya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat. Di

gunung salak tidak saja tersimpan berbagai mitos atau legenda tentang asa-usul suatu daerah, melainkan

 juga tersimpan berbagai “tanda” bagi kehidupan. Bagi masyarakat, kata “Salak” yang menjadi nama dari

Gunung Salak memiliki makna sendiri. Terdapat satu pendapat yang mengatakan kata Salak berasal dari

Page 12: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 12/85

  12

kata “siloka” yang berarti simbol dari sesuatu yang perlu diurai dan ditemukan rahasianya. Pendapat yang

lain mengatakan bahwa kata Salak berasal dari kata “Salaka” yang berarti asal-usul dari suatu masyarakat.

Sedangkan pendapat ketiga mengatakan kata Salak memang berasal dari kata “Salak” dari buah salak.

Ketiga perbedaan penafsiran tentang salak ini memiliki implikasi persepsi yang berbeda. Bagi orang

yang percaya pada pendapat yang pertama, mereka akan yakin bahwa rahasia kehidupan yang disimpan

Tuhan terdapat di Gunung Salak, untuk itu mereka terus mencari dan berusaha menemukannya di Gunung

Salak. Sedangkan bagi masyarakat yang percaya pada pendapat yang kedua, mereka menganggap bahwa

tidak hanya asal-usul kehidupan melainkan juga masyarakat Sunda ada di gunung Salak. Pendapat ketiga

 percaya bahwa di puncak Salak terdapat buah salak raksasa yang terbuat dari emas, buah ini akan muncul

dan memperlihatkan dirinya bagi orang-orang yang telah suci.

Di Girijaya, walaupun sudah tersentuh dengan modernisasi namun unsur-unsur tradisionalnya masih

kental terlihat. Diantaranya adalah masih digelarnya upacara tradisi seren taun, muludan,dan rabu

wekasan. Upacara tersebut sarat dengan muatan pesan untuk menjaga hubungan baik manusia dan alam.

Kekeramatan gunung Salak termaktub dalam pantun Bogor yang berjudul Paku Jajar Beukah Kembang,

Pajajaran Seren Papan, dan Dadap Malang Sisi Cimandiri. Gugung salak dijuluki juga Giri Dwi Munda

 Mandala. Di gunung salak terdapat dua puncak yang bergerigi yang dinamakan Puncak Gajah dan

Puncak Karamat. 

Gambar II.1. Pembacaan Doa disertai bakar Kemenyan yang dilakukan pada acara Mauludan.

Bagi masyarakat yang berpegang pada tradisi dan masih terpengaruh oleh ajaran Hindu, kedua

 puncak yang terdapat di gunung Salak memiliki makna yang berbeda. Menurut Munandar (2007a) yang

melakukan penelitian pada masyarakat ada di Sindang Barang, Puncak Gajah ditafsirkan sebagai tempat

 bersemayamnya arwah raja-raja Sunda Kuno yang telah ngahyang. Sedangkan  puncak Keramat 

Page 13: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 13/85

  13

ditafsirkan sebagai tempat persemayaman para  Hyang, dewata Sunda Kuno, serta Raja-raja kerajaan

Sunda. Diantara nilai penting yang lain dari gunung Salak adalah adanya anggapan bahwa gunung Salak 

tersebut sebagai Paku Jagat  atau Paku Tetenger  bagi Pakuan Pajajaran (Munandar 2007). Bahkan

menurut abah Ru’yat (pemimpin Padepokan Girijaya, yang giat menghidupkan tradisi Sunda), di gunung

Salak terdapat 12 tempat yang dihuni oleh Sang Hyang.

Sedangkan bagi masyarakat Islam, di puncak keramat terdapat makam dari tokoh penyebar agama

Islam yang berasal dari Cirebon, yaitu KH Hasan Basri yang bertugas menyebarkan agama Islam ke

daerah Sunda seperti di Bogor, Sukabumi, Pelabuhan Ratu, dan Cianjur. Puncak Salak juga dianggap

sebagai temapt berkumpulnya ghaib-ghaib Suci, seperti wali songo.

Selain itu, masyarakat juga meyakini bahwa terdapat tiga pilar utama penopang kehidupan di daerah

Sunda. Ketiga pilar itu berupa gunung, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pangrango.

Ketiga gunung ini sebagai perlambang dari huruf alif, lam, ha, ketiga kata ini yang kalau dibaca menjadi

satu kata ilah yang berarti Allah atau Tuhan. Oleh masyarakat, ketiga gunung tersebut ditafsirkan sebagai

simbol dari ajaran kebaikan. Gunung Salak adalah simbol dari alif  (huruf pertama dalam abjad Arab)

yang berarti hubungan vertikal. Sedangkan Gunung Pangrango adalah simbol dari lam dan Gunung Gede

simbol dari ha. Munculnya anggapan yang demikian dari masyarakat menunjukkan adanya akulturasi

 budaya dan juga sinkretisme dalam sistem religi mereka. Anggapan ini juga menunjukkan proses

islamisasi dan adanya “negosiasi” tradisi di masyarakat.

Terlepas dari anggapan masyarakat mengenai gunung Salak, kawasan ini memang sejak dulu

menyimpan misteri dan memiliki eksotisme sendiri, seperti apa yang disampaikan oleh seorang ilmuwan,

A.R. Wallace, ia mengatakan; “Buitenzorg adalah tempat tinggal yang sangat menyenangkan. Daerah ini

cukup tinggi sehingga terasa nyaman bagi orang yang tinggal di dataran rendah. Pemandangan alam di

sini sangat indah dan tanahnya subur. Gunung Salak, sebuah gunung berapi yang puncaknya terpotong

dan bergerigi, menjadi latar belakang yang khas bagi bentangan alam di sekitarnya (Wallace 2000).

Agama dan Pelestarian Lingkungan

Persepsi masyarakat tentang hutan dan Gunung Salak memunculkan tradisi atau prilaku yang berbeda

dengan daerah lainnya. Hal ini terjadi karena pola interaksi yang berbeda, keragaman hayati yang

dimiliki, iklim dan cuaca yang berbeda, serta perbedaan lainnya. Walaupun terdapat perbedaan, namun

memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga kelestarian hutan sehingga tidak mengganggu kehidupan

manusia.

Dari hasil penelitian ini, terdapat dua “model” pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh

masyarakat. Pertama adalah melakukannya dengan melalui pendekatan agama. Bagi mereka melestarikan

hutan merupakan satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia. Model kedua adalah dengan melalui

Page 14: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 14/85

  14

tradisi, mereka menggiatkan tradisi lama yang memang pada dasarnya adalah suatu ajaran “normatif”

 pada manusia untuk berlaku arif terhadap alam.

Agama, dalam hal ini Islam, karena agama ini adalah agama yang dipeluk oleh semua penduduk desa

Cidahu, telah meresap menjadi tuntunan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Peran agama di desa

ini dipengaruhi oleh kharisma yang dimiliki oleh sosok pemimpin pesantren sebagai informal leader. Di

desa ini terdapat satu pesantren dengan Kyai yang cukup berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Ke-

tokoh-an yang dimilikinya, di samping karena dianggap memiliki derajat keilmuan agama yang lebih

tinggi dari masyarakat kebanyakan juga karena beliau mengasuh santri yang menetap sebanyak kurang

lebih 270 orang, ada juga santri yang tidak menetap.

Dalam melestarikan keberadaan keanekaragaman hayati yang terdapat di gunung Salak, beliau

melakukannya dengan pendekatan agama. Menurutnya, alam adalah ciptaan Allah, dan kita wajib

mengolah dengan bijaksana dan melindunginya. Untuk dapat mengolah alam secara bijak, manusia

terlebih dulu harus memiliki rasa keimanan yang kuat, lalu kesadaran menjalankan agama dengan benar.

Tanpa itu alam hanya akan di rusaknya. Bagi orang yang memiliki kesadaran keimanan dan ketaatan

terhadap aturan agama, maka orang tersebut tidak akan berani merusak dan mengambil, apa yang bukan

miliknya. Hutan dan gunung itu jelas bukan milik kita dan sudah ada yang mengaturnya (pemerintah)

maka rakyat tidak berhak mengambil apa yang ada dalam hutan.

Kesadaran keagamaan yang dimilikinya menjadikan pesantren yang diasuhnya cukup berperan dalam

menjaga hutan tetap lestari, ia bersama dengan masyarakat desa Cidahu berkali-kali melakukan sweeping

terhadap orang yang mengambil pohon dari hutan. Dalam pandangannya, menebang pohon atau

membunuh satu hewan pada hakekatnya membunuh banyak makhluk hidup, hal ini dikarenakan banyak 

dari makhluk hidup yang hidupnya sangat tergantung pada pohon yang ditebang atau hewan yang

dibunuh.

Islam, sebagai sebuah agama, banyak memiliki aturan dan anjuran untuk menjaga kelestarian

lingkungan. Dalam, al-Qur’an, terdapat beberapa teks yang menunjukkan tentang hubungan manusia dan

alam. Dalam membahas Islam dan pelestarian Lingkungan, Abdillah (2005) membahasnya melalui

 pembangunan teologi lingkungan (eco-theology). Dalam Islam, menurut (Abdillah 2005) manusia

memiliki derajat kesamaan dengan kehidupan makhluk yang lainnya, karena pada hakekatnya manusia

dan lingkungan sama-sama berposisi sebagai karya cipta Ilahi yang tergabung dalam kesatuan ekosistem.

 Namun walaupun memiliki kesamaan, manusia diberi wewenang oleh Allah untuk mendayagunakan

sumberdaya alam dalam batas-batas yang kewajaran ekologis (Abdillah 2005).

Sedangkan Mangunjaya (2005) melihat persoalan Islam dan lingkungan dari aspek Tauhid, khilafh,

sistim hukum al-Istishlah atau kemaslahatn umum , dan konsep halal-haram. Keempat konsep ini menjadi

landasan normatif peran agama dalam pelestarian lingkungan. Di samping itu, ada konsep hima’ yakni

Page 15: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 15/85

  15

upaya melindungi spesies hidupan liar dengan menyediakan lahan untuk habitat asli mereka secara utuh.

Sistem perlindungan kawasan seperti ini tercatat dalam sejarah pernah dilakukan oleh Nabi dan pemimpin

setelahnya (Mangunjaya 2005, 2007). Selain hima’ menurut Mangunjaya juga terdapat konsep ihya al-

mawat atau menghidupkan lahan, tanah, atau kawasan yang tidak produktif menjadi produktif merupakan

anjuran syariah (Mangunjaya 2005).

Ritual tradisi dan Pelestarian Lingkungan

Masyarakat Indonesia, secara garis besar terbagi dalam dua corak tradisi, yaitu masyarakat dengan

corak tradisi maritim dan masyarakat dengan corak tradisi agraris. Setiap corak tradisi memiliki upacara

tradisi sebagai bentuk penghargaan dan upaya revitalisasi hubungan manusia dan alam. Terdapat berbagai

macam bentuk tradisi dalam pelestarian lingkungan, salah satunya adalah dengan ritual tradisi. Seperti

yang dilakukan oleh masyarakat Padepokan Girijaya yang tinggal di desa Girijaya. Setiap tahunnya

mereka melakukan tiga upacara adat. Pertama adalah upacara seren taun yang dilakukan setiap tangal 10

muharrom setiap tahunnya. Kedua, upacara muludan yang dilakukan setiap tanggal 12 bulan rabiul awwal

dalam penanggalan Islam. Ketiga, adalah upacara rabu wekasan yang dilakukan pada hari rabu terakhir di

 bulan safar .

Setiap upacara adat yang dilakukan selalu ada sedekah bumi yang dimaksudkan supaya manusia lebih

menghargai bumi yang telah memberkan kehidupan bagi manusia. Selain itu juga ada ngancak (sesajen)

yang diletakkan di empat manahab atau penjuru angin. Peletakan sesajen dan sedekah bumi merupakan

 bentuk penghargaan masyarakat terhadap adanya kehidupan selain di jagat manusia ini.

Gambar II.2. Ritual ngramat sebagai bagian dari tradisi muludan yang dilakukan oleh masyarakat desa

Girijaya. Ritual ini sebagai ungkapan rasa syukur atas pemberian Tuhan kepada manusia berupa

hasil bumi.

Page 16: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 16/85

  16

 

Terdapat rangkaian upacara dalam setiap pelaksanaan upacara tradisi. Rangkaian yang terdapat pada

upacara seren taun yang dilakukan oleh masyarakat Padepokan Girijaya terdiri dari; ruwatan bumi, yaitu

aneka makanan dikumpulkan dalam satu tempat kemudian di kubur, dalam penguburannya disertai

mantra-mantra untuk keselamatan dan kesejahteraan. Kemudian sedekah bumi, yaitu masyarakat

membawa dongdang/nampan yang berisi hasil bumi ke padepokan untuk dimakan secara bersama-sama,

hal ini dilakukan sebagai bentuk syukur manusia atas apa yang telah diberikan bumi. Kemudian ada

ngramat, yaitu pembacaan mantera-mantera dan juga tawasulan pada para leluhur, wali, dengan harapan

hasil panen yang telah dan akan diperoleh mendapatkan berkah. Dalam ngramat ini selain sebagian dari

hasil bumi juga masyarakat membawa air. Biasanya makanan yang telah di kramat  dibawa pulang

kembali, sedangkan air selain campuran untuk kebutuhan hidup seperti minum dan mandi juga untuk 

ditaburkan pada sawah mereka.

Sebagai tradisi, upacara yang dilakukan oleh masyarakat Girijaya, mengandung muatan pesan

simbolik tentang keakraban hubungan manusia dan alam. Sebagai bagian dari sistem religi, ritual seperti

itu adalah bagian dari pola budaya yang dapat menjadi penuntun prilaku manusia. Menurut Geertz (1966)

dengan melakukan pendekatan kebudayaan dari model bagi, menunjukkan bahwa ritual bisa menjadi

 pedoman dari perilaku budaya suatu masyarakat.

Page 17: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 17/85

  17

BAB III

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN

Sebagai negara yang dikenal dengan julukan mega-biodiversitas country, maka hampir dapat

dipastikan bahwa setiap wilayah atau kawasan di Indonesia memiliki keanekaragaman yang antar satu

dengan lainnya berbeda. Untuk membuktikan bahwa di Gunung Salak terdapat keanekaragaman yang

tinggi maka dilakukan jelajah terhadap kawasan ini dan mencatat flora yang terdapat di dalamnya.

Tentunya, flora yang tercatat atau pun yang dibuat herbariumnya adalah flora yang dilewati ketika jelajah

dilakukan. Sangat mungkin terjadi bahwa tingkat keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan ini

 jauh lebih tinggi dari apa yang telah di hasilkan. Ini terjadi karena tidak semua bagian dari kawasan ini

 bisa dijelajahi. Hasil pengamatan dan pengumpulan specimen herbarium di kawasan ini tercatat sekitar 

100 jenis (Lampiran 5), dan beberapa diantaranya disajikan pada Gambar III. 1; 2; 3.

Flora di jalur Cangkuang dan TNGHS Resort Cidahu

Hasil pengamatan yang telah dilakukan disuguhkan untuk memberikan gambaran Kekayaan flora

resort Cidahu ini. Yang dimaksud flora disini adalah jenis tumbuhan yang dijumpai mulai dari perbatasan

wilayah Perum Perhutani dan Kebun Javana Spa serta hutan melalui jalur setapak. Dilokasi ini dapat

dilihat daerah hutan yang terganggu dari Javana Spa mulai dari ketinggian 1400 m, dibagian selatan

gunung Salak. Weinmannia blumei, Quercus lineata, Castanopsis argentea, Schima wallichii dijumpai

dengan tinggi pohon 5-10 m, yang didominasi oleh jenis pionir  Macaranga, Mallotus, Ficus, Symplocos

 fasciculate dan lain-lain. Salah satu jenis yang masuk dalam RDB yaitu Pinanga javana dijumpai

disepanjang sungai.

Kekayaan flora alami pada tepi hutan nampak lebih banyak dihuni oleh jenis pendatang seperti

 Agathis dammara dan Calliandra calothyrsus. Vegetasi pada tepian hutan nampak terbuka, bagian bawah

 banyak ditumbuhi oleh Chlomolaena odoratum (kirinyu). Jenis tumbuhan yang menarik untuk 

dikemukakan pada tepi hutan yang terbuka antara lain adalah Cyathea contaminans (paku tiang) yang

 banyak dijumpai dan juga dipelihara di Kebun Javana Spa. Paku ini sebenarnya telah masuk dalam status

 perlu dilindungi karena bagian bawah batangnya yang merupakan kumpulan akar berwarna hitam banyak 

diambil untuk media anggrek dan media tanaman hias lainnya serta diperdagangkan ke luar negeri,

menyebabkan populasi alami menurun dan mengalami erosi yang sangat mengkawatirkan. Jenis ini

termasuk dalam daftar CITES appendiks 2. Pohon yang umum dan banyak tumbuh di sini didominasi

oleh Schima wallichii (puspa) , yang perawakannya berupa pohon besar dengan kanopi berupa kerucut,

rapat, daun tunggal berupa elips, mahkota bunga putih dan benangsari kuning tampak sangat menyolok.

Pohon tersebut dapat dijumpai sepanjang jalan hingga bagian tepi kawah Ratu, beberapa pohon besar 

Page 18: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 18/85

  18

yang sedang berbuah, Castanopsis tungurut banyak dijumpai di kanan kiri jalan, buahnya berduri dan biji

 berwarna coklat. Dijumpai juga beberapa pohon Weinmania blumei, dengan daun majemuknya dan daun

 penumpu yang besar, daun muda berwarna merah kecoklatan, tumbuh pada tempat terbuka ditepi hutan.

Caryota rumphiana yang merupakan pohon palm soliter, mudah dikenal karena bentuk daunnya yang

menyirip. Pohon  Albizia lophanta dengan daun halusnya yang tersusun menyirip terdapat di beberapa

tempat terbuka. Pada bagian kiri jalan setapak dijumpai satu pohon Fagraea blumei yang mempunyai

kanopi memayung, bunga berupa terompet dan buah berupa gelendong ukuran kepalan tangan tumbuh

tegak.

Gambar III. 1. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan gunung Salak 

Page 19: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 19/85

  19

Tumbuhan liana yang dapat dijumpai disini antara lain Smilax macrocarpa (canar) , sedang

 berbuah mirip anggur dan buah tersebut dapat dimakan walaupun rasanya asam dan segar. Jenis yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman hias karena mempunyai bunga berupa

terompet warna merah sangat mencolok dan mudah dikembangkan melalui stek batang adalah

 Aeschynanthus radicans, A.horsfieldii dan  Agalmyla parasitica, sangat umum dan mudah dikenal.

Dijumpai bambu merambat  Dinochloa scandens dan 2 jenis rubus yaitu  Rubus moluccanus dan  Rubus

chrysophyllus merupakan tumbuhan berduri dengan mahkota bunga putih dan buah majemuk berwarna

merah, kemudian dijumpai satu jenis Uncaria sp., dengan daun berhadapan, mempunyai kait untuk 

memanjat. Tumbuhan bawah lantai hutan cukup rapat terdiri dari berbagai jenis tumbuhan antara lain

 Melastoma malabatricum, Clidemia hirta, Impatiens platypetala, Begonia multangula, B. robusta dan B.

muricata, Psychotria, Etlingera coccinea, Argostemma montana dan Elatostema sp.

Gambar III. 2. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan gunung Salak 

Flora sekitar camp Bajuri 

Jenis pohon yang paling banyak dijumpai di daerah ini adalah Schima wallichii (puspa), sedangkan

 jenis-jenis lainnya adalah Vernonia arborea, Cinnamomum sintok, Glochidion arboretum, Castanopsis

Page 20: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 20/85

  20

acuminatissima, Dysoxylum densiflorum, Symplocos fasciculata, Ginotroches axilaris, Saurauia

nodiflora dan  Mallotus rhizinoides. Pada bagian bawah dapat dijumpai  Melastoma malabatricum, M.

trachyphyllum, Lasianthus viridis, Eurya acuminata dan lantai dasar banyak dijumpai Etlingera coccinea,

 Argostemma montanum, Begonia multangula, Geophila repens. Jenis tumbuhan liana yang nampak 

menonjol diantaranya adalah Uncaria, Plectocomia elongata (bubuai), Frecynetia javanica yang sedang

 berbunga dengan daun pelindung berwarna merah keunguan,  Aeschynanthus radicans dan  Agalmyla

 parasitica dengan bunga merah berupa corong yang mencolok, kemudian  Medinilla speciosa yang juga

sangat menarik dan berpotensi sebagai tanaman hias. Pada daerah ini dapat juga dijumpai  Nepenthes

gymnamphora yang populasinya sudah menurun.

Gambar III.3. Beberapa jenis tumbuhan di kawasan hutan gunung Salak, TNGHS

Ardisia crispaLasianthus laevigatus Bl.

Omalanthus populneusZoll. & Mor.

Ardisia sanginolenta DC

Leea indica Burm.f Pavetta Montana Reinw.

Ex Bl.

Ficus deltoidea Jack

Tarena sp.

Rhododendron javanicum(Bl.) Benn. Datura metel

Rhodamnia cinerea

Arthrophyllum javanicum

Page 21: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 21/85

  21

Flora di jalur Pasir Reungit dan sekitar kawah Ratu 

Pada ketinggian 1.200 m banyak dijumpai jenis-jenis pioneer seperti  Macropanax dispermus,

 Mallotus paniculatus dan Ficus padana dengan ketinggian pohon sekitar 10m. Pada ketinggian 1.250m,

dijumpai jenis-jenis primer diantaranya  Altingia excelsa, Schima wallichii, Castanopsis javanica. Jenis

dominan di daerah ini yaitu Schima wallichii (puspa) yang berupa pohon tegak dengan tinggi sekitar 25

m, diameter batang diatas 50 cm, dengan kulit batang berwarna gelap karena pengaruh uap belerang.

Tumbuhan lain yang melimpah adalah Pandanus nitidus, mempunyai daun berupa pedang memita,

 buah mencapai panjang 50 cm, berdiameter sekitar 15 cm, paku tiang Cyathea contaminans dan Musa

acuminata (pisang). Pada bagian lantai hutan dijumpai Schefflera spp., Aralia dasyphylla, Strobilanthes,

 Hedychium roxburghii, Hornstedtia pininga dan  Melastoma sp. Jenis liana yang banyak adalah

Polygonum sp,  Dissochaeta, Ficus deltoidea, Smilax ceylanica, Medinilla speciosa dan beberapa

tumbuhan paku. Beberapa jenis diantaranya disajikan pada Gambar III. 4. Dan pada ketinggian 1.360 m,

yaitu sekitar fumarol  tercium bau belerang yang kuat dan tidak ditemukan adanya tumbuhan yang

tumbuh.

Gambar III. 4. Vegetasi disekitar kawah ratu, dan beberapa jenis yang dijumpai

Page 22: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 22/85

  22

Dibagian lebih bawah yaitu disekitar helipad vegetasi nampak terbuka (Gambar III. 5), pada bagian

tepi dijumpai banyak tumbuh Begonia multangula yang sangat melimpah, dijumpai juga Centela asiatica,

Plantago major  dan pada bagian lereng yang masih berhutan nampak  Cyathea contaminans, Ficus

 padana dan tumbuhan pendatang dari luar yang merupakan invasive species seperti Piper aduncum dan

Calliandra calothyrsus.

Gambar III. 5. Helipad dan beberapa jenis rumput dan paku-pakuan di sekitarnya

Flora di jalur Cimalati

Pada jalur Cimalati, pada ketinggian antara 1.100 dan 1.400 m dpl banyak dijumpai pohon jenis

Schima wallichii,  Lithocarpus  sundaicus, Castanopsis javanica, Prunus arborea yang tumbuh sebagai

 jenis dominan atau pohon mencuat, dan pada ketinggian 1400 m banyak tumbuhan epifit. Pada ketinggian

1700 m, genus Vaccinium dan Rhododendron mulai terlihat sebagai vegetasi lapisan bawah. Jenis pohon

dominan Schima wallichii dan  Lithocarpus beralih ke Podocarpus pada ketinggian 1800 m. Jenis

tumbuhan yang dijumpai sekitar jalur Cimalati disajikan dalam Lampiran 1.

Page 23: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 23/85

  23

BAB IV

FISIOGNOMI KAWASAN GUNUNG SALAK DAN DAERAH KORIDOR

Fisiognomi dapat diartikan sebagai kenampakan luar dari suatu vegetasi, dan dengan memetakannya

ke dalam suatu wilayah, dapat memberikan gambaran umum tentang kondisi lingkungan alami wilayah

tersebut. Selanjutnya peta fisiognomi tersebut dapat digunakan untuk mengelola komunitas lokal dengan

memadukan pengetahuan di habitat alam pada setiap kategori dan lingkungannya. Pembagian kategori

disesuaikan dengan kondisi wilayah dan tujuannya, untuk tujuan penelitian di gunung Salak kali ini

ditentukan 6 kategori (Tabel V.1); dengan kriteria berdasarkan pada ketinggian pohon dan keadaan

struktur hutan.

Hutan primer, merupakan hutan dengan pepohonan yang tinggi, struktur dan diversitas tumbuhannya

komplek. Hutan primer di gunung Salak digolongkan pada hutan tropis pegunungan yang dibagi menjadi

hutan pegunungan bawah dan penungan atas tergantung pada ketinggiannya. Meskipun pembagian secara

fisiognomi, hutan pegunungan atas dan bawah tidak berbeda, tetapi ketinggian tempat menjadi faktor 

 penghambat untuk kehidupan tumbuhan dan hewan liar, sehingga pembagiannya perlu dibedakan untuk 

 pengelolaan kawasan Taman Nasional.

Tabel IV.1. Kategori fisiognomi dan penutupan lahan

Fisiognomi Penutupan lahan Struktur 

Pegunungan atasHutan

 primer  Pegunungan bawah

Hutan Tinggi (20-40 m) dan

komplek 

Hutan tanaman Perkebunan; Hutan tanaman Tinggi (20-40 m) tetapi

sederhana

Hutan sekunder Semak Rendah (5-10 m) tetapi

komplek 

Lahan garapan Kebun campuran, perkebunan teh,

sawah, ladang

Rendah (1-5 m) dan

sederhana

Daerah terbuka Daerah terbuka, padang rumput,

 bangunan

Hutan Tanaman disekitar Gunung Salak merupakan tegakan dengan struktur sederhana tetapi

 pepohonannya tinggi, sehingga dikatagorikan tersendiri, hutan ini antara lain adalah hutan Agatis,

 Altingia excelsa dan kebun karet.

Hutan sekunder merupakan hutan yang ditumbuhi semak dengan struktur hutan yang komplek,

ketinggian pohon tidak terlalu tinggi tetapi mempunyai jumlah jenis yang banyak. Dalam pembagian

fisiognomi pada table diatas, ada daerah yang digunakan untuk aktivitas manusia seperti kebun teh,

 persawahan atau ladang, serta dikatagorikan juga daerah yang tidak terdapat vegetasi yaitu daerah

fumarol.

Page 24: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 24/85

  24

Berdasarkan hasil penelitian di tiga jalur (Cimalati, Pasir Reungit dan Cangkuang) serta di daerah

kawasan koridor dan tempat lain, dapat ditentukan adanya beberapa tipe vegetasi secara fisiognomi, serta

 peruntukan lain. Adapun peta penutupan lahan dan peta fisiognomi kawasan gunung Salak dapat dilihat

 pada Gambar IV. 11 dan IV. 12. Berikut ini adalah tipe-tipe vegetasi dan peruntukan lain yang diperoleh

dari pengamatan secara fisiognomi.

Hutan pegunungan atas

Hutan pegunungan atas pada umumnya merupakan hutan primer dan hanya ditemukan disekitar 

 puncak gunung Salak, dengan ketinggian di atas 1.800 m dpl. Pengamatan yang dilakukan pada jalur 

Cimalati pada ketinggian 1825 m dpl., dijumpai suku Podocarpaceae, yang terdiri atas jenis-jenis

Podocarpus imbricatus dan P. neriifolius, nampak mendominasi lapisan kanopi atas dengan tinggi lebih

dari 20 m (Gambar IV.1). Di daerah ini banyak epipit seperti paku-pakuan, anggrek, Rododendron dan

Vaccinium yang hidup di batang pohon. Adapun jenis-jenis yang terdapat pada hutan pegunungan atas

terdapat pada Tabel IV. 2a, 2b.

Hutan pegunungan bawah

Hutan pegunungan bawah (Gambar IV. 2) di gunung Salak yang terdapat dalam kawasan taman

nasional merupakan hutan primer yang tersebar pada ketinggian di bawah 1.800 m dpl. Tegakan hutan

umumnya berkanopi rapat dengan tinggi 30-40 m, dengan beberapa pohon mencuat yang mencapai

ketinggian hampir 50 m. Jenis-jenis utama pada tipe vegetasi ini antara lain Schima wallichii (Theaceae),

Gambar IV. 1. Hutan Pegunungan atas

Jalur Cimalati (1.825 m dpl)

Page 25: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 25/85

  25

Castanopsis javanica, Lithocarpus elegans (Fagaceae),  Altingia excelsa (Hamamelidaceae),  Acer 

laurinum (Aceraceae),  Engelhardia spicata (Juglandaceae), Polyosma ilicifolia (Saxifagraceae) dan

Prunus arborea (Rosaceae). Jenis-jenis lainnya secara lengkap disajikan dalam Tabel IV. 2a, 2b.

Hutan berkategori hutan pegunungan bawah meluas kearah lereng Selatan dan Timur gunung

Salak. Hutan yang meluas kearah Barat tersebar di antara gunung Berbakti dan Javana Spa, tetapi menjadi

menyempit tak teratur karena adanya hutan sekunder yang berpusat di kawasan perusahaan listrik serta

tidak berlanjut ke arah koridor pada bagian yang semakin kearah Barat.

Hutan tanaman

Hutan tanaman seperti  Agatis sp., Altingia excelsa, Pinus merkusii dijumpai dibagian batas tepi

kawasan taman nasional; yang umumnya berumur sama dengan struktur hutan yang sederhana. Akan

tetapi pada hutan tanaman  Altingia excelsa yang sudah tua tinggi pohon dapat mencapai 40 m, seperti

yang terlihat di gunung Bunder salah satu jalan masuk ke dalam kawasan taman nasional (Gambar IV.3).

Kanopi hutan nampak sudah rapat ketika pepohonan ( Altingia excelsa) mencapai tinggi di atas 5 m.

Gambar IV. 2. Hutan pegunungan bawah

(Jalur Cimalati (1.500 m dpl)

Page 26: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 26/85

  26

 

Hutan sekunder

Hutan sekunder umumnya dengan tinggi pohon rata-rata hanya mencapai 5-10 m, dan terdiri atas

 jenis-jenis pioner yang dijumpai di jalur Cangkuang maupun Pasir Reungit (Gambar IV. 4; 5). Jenis-jenis

 pioneer seperti  Macropanax dispermus (Araliaceae),  Mallotus paniculatus (Euphorbiaceae), Symplocos

 fasciculata (Symplocaceae), dan Ficus deltoidea (Moraceae) merupakan komponen utama hutan

sekunder. Beberapa pohon jenis Weinmannia blumei (Theaseae) dengan tinggi 20-30 m nampak tersebar 

di beberapa tempat. Jenis-jenis lain yang tercatat dalam tipe vegetasi ini disajikan pada Tabel IV. 3; 4).

Dalam peta penutupan lahan, tipe hutan ini termasuk dalam kriteria semak, dan tersebar sekitar bagian

utara gunung Salak dan termasuk di dalamnya kawasan koridor. Komponen penyusun tipe hutan ini tidak 

saja jenis pioner tetapi juga terdapat beberapa jenis primer dalam fase suksesi seperti Castanopsis

argentea and  Lithocarpus elegans (Fagaceae). Hal ini menunjukkan adanya proses pemulihan atau

suksesi, sehingga memungkinkan hutan sekunder akan mencapai pemulihan menjadi hutan primer jika

gangguan tidak terjadi lagi. Kerusakan hutan dapat terjadi karena dua hal yaitu karena aktivitas manusia

seperti pengaruh penggunaan lahan dimasa lalu dan illegal logging, serta secara alami yaitu letusan

gunung, terutama sekitar daerah belerang di gunung Salak. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam

kaitannya dengan pengelolaan hutan pada masa datang, karena saat ini hutan sekundernya mencakup areal

yang luas. Dengan demikian proses pemulihan hutan sekunder menjadi hutan primer merupakan suatu hal

yang perlu diwujudkan dalam rangka menyelamatkan habitat satwa liar.

Gambar IV. 3. Hutan tanaman(Rasamala ( Altingia excelsa) di Gn. Bunder)

Page 27: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 27/85

  27

 

Lahan garapan

Dalam peta penutupan lahan, hutan campuran, perkebunan teh, ladang, sawah dan padang rumput

digabungkan ke dalam 1 tipe fisiognomi yaitu dengan struktur rendah dan sederhana (Gambar IV. 6; 7; 8).

Kategori fisiognomi ini mencakup daerah yang cukup luas di daerah koridor, begitu juga pada lereng

utara gunung Salak pada ketinggian 1.600-1.700 m dpl. Kondisi semacam ini meluas sampai hutan

 pegunungan bawah, karena itu setiap perubahan di daerah tersebut perlu mendapat perhatian yang

sungguh-sungguh.

Gambar IV. 5. Hutan sekunder

(Daerah koridor)

Gambar IV. 4. Hutan sekunder

(Jalur Cang Kuang 1300m dpl)

Page 28: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 28/85

  28

 

Daerah terbuka

Kategori fisiogomi ini ditandai dengan tidak adanya tumbuhan atau vegetasi yang dapat tumbuh, ini

termasuk “fumarole” di lereng Barat gunung Salak dan lokasi bangunan pembangkit tenaga listrik di

lereng bagian Barat gunung Salak (Gambar IV. 9; 10). Kedua lokasi tersebut mencakup areal yang cukup

luas.

Gambar IV. 6. Lahan garapan

Daerah koridor (Sawah)

Gambar IV. 8. Lahan garapan

Sisi Selatan Koridor (Ladang)

Gambar IV. 7. Lahan garapan

Sisi Utara koridor (Kebun teh)

Page 29: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 29/85

  29

 

Tabel IV. 2a. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cimalati

plt plt plt df nf df nf nf nd nf nf nf nf nf nfw p5 - w p1 5 w p17 w p 19 w p 20 w p 21 w p 22 w p23 w p 24 w p 32 w p 33 w p34 w p35 w p36

890 1025 1058 1111 1171 1209 1252 1301 1354 1404 1450 1520 1615 1705 1825

Syzygium  sp. M yrtaceae フトモモ科 ○

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科 ○ ○

Ficus fistulosa Reinw . ex B l. M oraceae クワ科 ○

Ficus fulva Reinw. M oraceae クワ科 ○

M acaranga triloba (Reinw . ex Bl.) Muell. Arg. Lauraceae クスノキ科 ○

M allotus paniculatus (Lam k) Muell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

Sym plocos cochinchinensis (Lour.) M oore Sym plocaceae ハイノキ科 ○

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. Fagaceae ブナ科 ○ ○

Antidesm a tetrandrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

Litsea resinosa Bl. Laulaceae クスノキ科 ○

Fagraea elliptica Roxb. Loganiaceae マチン科 ○

Urophyllum arboreum  (Reinw . ex B l.) Korth. Rubiaceae アカネ科 ○

Lithocarpus daphnoides (Bl.) A. C am us Fagaceae ブナ科 ○

Beilschm iedia m adang (Bl.) Bl. Lauraceae クスノキ科 ○

Pternandra azurea (Bl.) Burck. M elastom ataceae ノボタン科 ○

G lochidion rubrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

Helicia robusta (Roxb.) R.Br. ex W all. Proteaceae ヤマモガシ科 ○

Perrotteia alpestris Bl.) Loes C elastraceae ニシキギ科 ○

Piper aduncum  L. Piperaceae コショウ科 ○

C alliandra callothyrsus M eissn. Fabaceae マメ科 ○ ○C yathea contam inans (Wall.) C opel. C yatheaceae ヘゴ科 ○

Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科 ○

Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ科 ○

Figure:GP S W P N um ber / A ltitude [m ]plt:Plantation areadf:Forest disturbed by hum an activitynd: Forest disturbed in natural, G apnf:Natural forest

Species Fam ily J-Fam ily

National Park AreaO ut of NP

 

Gambar IV. 9. Daerah terbuka 

(“Fumarole”)

Gambar IV. 10. Daerah terbuka 

(Pembangkit tenaga listrik)

Page 30: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 30/85

  30

 

Tabel IV. 2b. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cimalati.

plt plt plt df nf df nf nf nd nf nf nf nf nf nf

w p5 - w p15 w p 17 w p 19 w p 20 w p 21 w p 22 w p 23 w p 24 w p 32 w p 33 w p34 w p35 w p3 6

890 1025 1058 1111 1171 1209 1252 1301 1354 1404 1450 1520 1615 1705 1825

Podocarpus im bricatus Bl. Podocarpaceae マキ科 ○ ○ ○

Podocarpus neriifolius D. Don Podocarpaceae マキ科 ○ ○

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○ ○ ○

Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科 ○ ○

Daphne com posita (L.f.) Gilg. Thym elaeaceae ジンチョウゲ科 ○

G ynotroches axillaris Bl. Rhizophoraceae ヒルギ科 ○

Lasianthus laevigatus Bl. Rubiaceae アカネ科 ○

Vaccinium bancanum  M iq. Ericaceae ツツジ科 ○

M astixia pentandra Bl. C ornaceae ミズキ科 ○

Litsea noronhae Bl. Laulaceae クスノキ科 ○

O lea javanica (Bl.) Knobl. O leaceae モクセイ科 ○

Psychotria robusta Bl. Rubiaceae アカネ科 ○

Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○

Schim a w allichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Platea excelsa Bl. Icacinaceae クロタキカズラ科 ○ ○ ○ ○

C astanopsis javanica (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科 ○ ○ ○ ○

Prunus arborea (Bl.) Kalkm an Rosaceae バラ科 ○ ○ ○ ○

Acer laurinum  Hassk. Aceraceae カエデ科 ○ ○

M anglietia glauca Bl. M agnoliaceae モクレン科 ○ ○

Elaeocarpus sphaericus (G aertn.) K. Schum . Elaeocarpaceae ホルトノキ科 ○

Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科 ○

Payena leerii (T. & B.) Kurz. Sapotaceae アカテツ科 ○

Syzygium rostratum  (Bl.) DC .M yrtaceae フトモモ科 ○

Vaccinium  sp. Ericaceae ツツジ科 ○

Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae ミカン科 ○ ○ ○ ○

Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科 ○ ○

Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○ ○ ○ ○

Lindera bibracteata (Bl.) Boerl. Laulaceae クスノキ科 ○

Parkia interm edia Hassk. Fabaceae マメ科 ○

M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科 ○

Prunus javanica (T. & B.) Miq. Rosaceae バラ科 ○

C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○

Eurya acum inata DC . Loganiaceae マチン科 ○ ○

Species Fam ily J-Fam ily

National Park AreaO ut of NP

Page 31: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 31/85

  31

Tabel IV. 3. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Pasir Reungit

O ut of N P

plt df df df nf nf fm

W P25 wp26 wp27 wp28 wp29 wp30 wp31

1045 1101 1150 1200 1247 1302 1360

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○Ficus deltoidea Jack M oraceae クワ科 ○

G lochidion rubrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

Litsea cubeba (Lour.) Pers. Laulaceae クスノキ科 ○

M elastom a sylvaticum  B l. M elastom ataceae ノボタン科 ○

Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) M ez M yrsinaceae ヤブコウジ科 ○

Schim a w allichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科 ○ ○ ○ ○ ○

Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科 ○ ○

C astanopsis javanica (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科 ○ ○ ○

M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科 ○

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○Antidesm a tetrandrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○

C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○ ○

Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科 ○ ○

Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科 ○ ○

M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○

Persea rim osa (Bl.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科 ○

Plectocom ia elongata M art. ex Bl. Palm ae ヤシ科 ○ ○ ○

Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○

G ynotroches axillaris Bl. Rhizophoraceae ヒルギ科 ○

Agalm yla parasitica (Lam k) O .K. G esneriaceae イワタバコ科 ○

Agiopteris evecta Hoffm . M arattiaceae ナンヨウスギ科 ○Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○

M edinilla speciosa Reinw .ex B l. M elastom ataceae ノボタン科 ○

W einm annia blum ei Planch. Cunoniaceae クノニア科 ○

C yathea contam inans (W all.) Copel. Cyatheaceae ヘゴ科 ○

C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科 ○

Elaeocarpus stipularis Bl. Elaeocarpaceae ホルトノキ科 ○

Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. Fagaceae ブナ科 ○

Pinus m erkusii Jungh. & De V riese P inaceae マツ科 ○

Figure: G PS W P Num ber / A ltitude [m ]lt:Plantation areadf:Forest disturbed b hum an activit

nf:Natural forestfm : Near Fum arole

Species

National Park Area

J-Fam ilyFam ily

Page 32: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 32/85

  32

Tabel IV. 4. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cangkuang

opn opn df df df df

wp39 wp40 wp41 w p42 wp43 wp44

1221 1250 1304 1358 1382 1403

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○ ○ ○C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○

Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科 ○ ○

Dysoxylum densiflorum  (Bl.) M iq. M eliaceae センダン科 ○ ○

Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○ ○

Ardisia fuliginosa Bl. M yrsinaceae ヤブコウジ科 ○

C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. C yatheaceae ヘゴ科 ○

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科 ○

Schim a wallichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○

Acer laurinum  Hassk. Aceraceae カエデ科 ○

C astanopsis tungurrut (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○

G ynotroches axillaris  Rhizophoraceae ヒルギ科 ○

O m alanthus populneus (G eisel) Pax Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○Sloanea sigun (Bl) K. Schum . Elaeocarpaceae トウダイグサ科 ○

Sym plocos odoratissim a (Bl.) Choisy Sym plocaceae ハイノキ科 ○

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科 ○ ○ ○ ○

C aryota rum phiana Bl. ex M art. Arecaceae ヤシ科 ○

Ficus fistulosa Reinw . ex B l. M oraceae クワ科 ○ ○

Eurya acum inata DC . Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○

M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○

M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科 ○ ○

Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科 ○

Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○

G lochidion arborescens  Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

M acaranga rhizinoides (Bl.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○

Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen Fabaceae マメ科 ○

Pinanga javana Bl. Arecaceae ヤシ科 ○

C hrom olaena odorata (L.) R.M . King & H. Robinson C om positae キク科 ○

Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam . Zingiberaceae ショウガ科 ○

Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科 ○

Ilex cym osa Bl. Aquifoliaceae モチノキ科 ○

Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ科 ○

Arthrophyllum diversifolium  Bl. A raliaceae ウコギ科 ○

Figure: G PS W P N um ber/ A ltitude [m ]O n:O en areadf:Forest disturbed by hum an activity

National Park A rea

Species Fam ily J-Fam ily

 

Page 33: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 33/85

  33

 

Gb. IV. 12. Peta penutupan lahan kawasan G. Salak

Gb. IV. 11. Peta fisiognomi kawasan G. Salak

Page 34: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 34/85

  34

BAB V

ANALISIS VEGETASI

Studi ekologi hutan dilakukan dengan menggunakan metoda baku, dimana data vegetasi yang

terkumpul kemudian dianalisis menurut cara yang umum dilakukan dalam kajian ekologi hutan, sehingga

diperoleh parameter-parameter frekuensi, dominansi, kerapatan, indeks keanekaragaman, kekayaan jenis,

kemerataan jenis dan dominasi jenis. Parameter tersebut selanjutnya dilakukan analisis ordinansi dan

stratifikasi hutan untuk mengetahui lapisan kanopi hutan. Pencuplikan data vegetasi hanya dilakukan pada

1 dari 3 jalur pengamatan, sehingga hasil yang diperoleh belum dapat menggambarkan kondisi hutan

gunung Salak secara lengkap. Namun demikian dalam sekala kecil sudah terlihat adanya pengelompokan

vegetasi berdasarkan ketinggian tempat maupun kondisi medan. Dengan demikian diharapkan hasil ini

dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.

Komposisi floristik

Dalam 12 petak pencuplikan data tercatat sebanyak 59 jenis pohon dengan diameter batang > 5 cm,

yang terdiri atas 44 marga dan 26 suku (Lampiran 3). Ini relatif sangat rendah dibandingkan dengan

dengan kekayaan jenis yang diperkirakan terdapat di kawasan gunung Salak. Namun demikian tingkat

heterogenetitas secara umum tercatat cukup tinggi, ditandai dengan banyaknya jenis dengan frekuensi <

25 % (Gambar V.1).

Gambar V.1. Persebaran kelas frekuensi jenis dalam 12 petak pencuplikan data (A= 0-20 %; B= 20-30 %;

C= 30-40 %; D= 40-50 %; E= 50-60 %)

0

10

20

30

40

50

A B C D E

Kelas frekuensi (%)

    J   u   m    l   a    h    j    e   n    i   s    (    %    )

Page 35: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 35/85

  35

Hanya beberapa jenis diantaranya Cyathea contaminans, Ardisia javanica, Eurya acuminata dan

 Dysoxylum densiflorum yang tersebar cukup merata. Dari 26 suku yang tercatat, Fagaceae, Cyatheaceae,

Theaceae dan Lauraceae merupakan suku-suku tumbuhan yang paling utama di daerah penelitian (Tabel

V.1). Suku-suku tersebut dengan jumlah jenis, jumlah individu dan luas bidang dasar yang relatif 

tertinggi.

Tabel V.1. Luas bidang dasar (LBD= m2/ha), kerapatan (K= individu/ha), jumlah jenis (JJ) dan nilai

 penting suku (NPS) suku-suku pohon yang tercatat di daerah penelitian.

Suku LBD K JJ NPS

Fagaceae 9.58 108 4 53.73

Cyatheaceae 0.86 192 2 25.90

Theaceae 2.26 100 4 25.33

Lauraceae 1.05 78 6 21.95

Meliaceae 1.83 75 2 17.82

Rutaceae 1.53 48 3 15.68Moraceae 0.48 19 7 15.58

Euphorbiaceae 0.93 25 5 14.48

Myrtaceae 1.11 50 3 14.28

Saxifagraceae 1.54 47 1 12.22

Myrsinaceae 0.36 65 2 11.28

Melastomataceae 1.74 22 1 10.46

Rubiaceae 0.28 39 3 10.07

Suku-Suku Lain (13) 2.98 128 16.00 51.20

Jumlah 26.52 996 59.00 300.00

 

Berdasarkan nilai penting rata-rata jenis pohon (NPR > 7,5) ditentukan jenis-jenis pohon yang palingutama di daerah penelitian (Tabel V.2). Jenis-jenis tersebut paling tidak tercatat sebagai jenis dominan di

satu petak pencuplikan data. Dilain pihak 19 jenis lainnya dengan NPR yang rendah dan hanya terdapat

 pada 1 petak pencuplikan data. Tingginya nilai penting jenis Cyathea contaminans terutama karena

 persebarannya yang luas, yaitu terdapat di semua petak pencuplikan data. Dengan kata lain bahwa di

setiap tempat dapat dijumpai adanya jenis Cyathea contaminans, yang merupakan salah satu ciri khas

hutan pegunungan.

Struktur hutan Kerapatan pohon secara umum tercatat tidak terlalu tinggi dan dengan luas bidang dasar yang rendah

 pula. Dalam petak dengan luas luas total 1.08 ha (12 petak) hanya tercacah sebanyak 996 individu pohon

(diameter > 5 cm), dengan total luas bidang dasar 26,52 m2/ha. Rendahnya luas bidang dasar 

menunjukkan bahwa banyak diantara pohon yang tercacah berukuran kecil (Gambar V. 2).

Page 36: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 36/85

  36

Tabel V. 2. Nilai penting jenis-jenis rata-rata (NPR) pohon dan di setiap petak pencuplikan data

Jenis / Petak P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 NPR 

Cyathea

contaminans18.1 16.9 34.7 27.0 51.1 37.9 27.0 69.8 38.9 52.1 32.4 14.6 35.0

 Lithocarpus

sundaicus 3.2 46.8 23.4 28.5 21.7 42.5 29.5 15.8 34.8 28.3 24.6 24.9Castanopsis

 javanica68.1 25.0 48.8 5.6 73.9 13.4 29.9 22.0

 Dysoxylum

densiflorum4.4 31.0 52.3 13.5 46.6 58.8 6.5 17.7

Polyosma

illicifolia22.9 9.0 22.0 43.3 22.8 29.1 7.4 6.9 3.7 9.5 12.4 15.7

 Ardisia

 javanica11.2 13.7 20.9 24.6 24.2 9.7 13.1 4.2 30.0 5.3 13.1

 Astronia

spectabilis9.6 43.9 23.3 6.0 31.6 8.6 21.9 12.1

 Eurya

acuminata5.9 3.6 3.0 51.1 76.0 3.8 12.0

 Acronichyalaurifolia

22.7 61.5 5.6 6.9 18.3 9.8 9.0 11.2

Symplocos

 fasciculata7.5 14.7 11.5 16.0 4.8 16.6 15.9 43.2 10.8

Syzygium

 fascigiatum6.1 25.5 16.1 22.3 7.9 3.7 4.8 3.9 24.0 9.5

Schima

wallichii22.5 21.1 10.0 3.5 42.0 10.6 9.1

Cinamomum

sintoc41.1 35.4 3.5 4.0 9.7 7.8

Jenis-jenis

lain (45)68.6 62.7 85.8 111.8 88.8 104.0 78.0 103.2 132.1 116.9 80.7 154.5 98.9

Jumlah 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300

Dari seluruh individu yang tercacah, sebagian besar (81,4 %) berukuran kecil (diameter < 20 cm) dan

hanya sekitar 1.8 % diantaranya yang mencapai ukuran > 60 cm. Tiga pohon terbesar (diameter > 100

cm) yang tercuplik hanya diwakili oleh 1 jenis yaitu Castanopsis javanica, dan beberapa pohon lain yang

 berukuran cukup besar (diameter 80-100 cm) diwakili oleh jenis-jenis Lithocarpus spicatus, Gynotroches

axillaries dan Lithocarpus sundaicus.

Berdasarkan nilai luas bidang dasar relatif, dapat dikatakan bahwa daerah penelitian didominasi oleh

Castanopsis javanica dan Lithocarpus sundaicus, diikuti oleh Astronia spectabilis, Schima wallichii dan

 Dysoxylum densiflorum, Acronychia laurifolia dan Polyosma illicifolia (Tabel V. 3). Namun demikian

dominasi jenis-jenis tersebut nampak bervariasi di masing-masing petak, yang menunjukkan adanya

 persebaran yang khas dari masing-masing jenis.

Page 37: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 37/85

  37

 

Gambar V. 2. Persebaran diameter pohon yang tercacah dalam 12 petak pencuplikan data.

Tabel V. 3. Jenis-jenis dominant yang tercacah di daerah penelitian.

Jenis P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 DR  

Castanopsis

 javanica42.1 10.9 33.7 0.5 61.7 7.7 20.4 14.7

 Lithocarpus

sundaicus0.5 27.4 14.3 18.2 13.0 23.0 12.2 9.9 20.7 8.3 10.4 13.2

 Astronia

spectabilis4.1 28.0 15.1 3.5 17.2 2.2 14.8 7.1

Schima wallichii 12.6 13.0 5.7 0.3 30.4 4.6 5.6

 Dysoxylum

densiflorum

1.8 7.9 13.2 3.0 13.7 18.1 1.8 5.0

 Acronichya

laurifolia8.3 26.6 0.4 0.4 12.4 5.9 4.3 4.9

Polyosma

illicifolia21.0 10.5 9.6 0.9 2.4 0.3 2.5 5.5 4.4

Jenis-jenis lain 32.4 33.0 41.1 45.7 37.1 41.6 9.1 72.3 86.4 34.9 51.6 57.6 45.2

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

 

0

10

20

30

40

50

60

< 10 < 20 < 30 < 40 < 50 < 60 < 70 < 80 > 80

Kelas diameter (cm)

   J  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d  u   (   %   )

Page 38: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 38/85

  38

Pola komunitas

Hasil analisis ordinasi menunjukkan adanya pengelompokan petak menjadi 4 kelompok (Gambar V.

3), yaitu: Kelompok 1: terdiri atas petak-petak 1, 2, 3, 4 dan 5; kelompok 2: terdiri atas petak-petak 6, 7,

10 dan 11; kelompok 3: terdiri atas petak 8 dan 9; dan kelompok 4: petak 12. Nampak bahwa petak 12

terpisah dari yang lain karena terdapat pada kondisi habitat dan ketinggian yang sangat berbeda.

Gambar V. 3. Pengelompokan petak-petak pencuplikan data berdasarkan analisis ordinasi (PCA) dengan

 parameter nilai dominansi jenis.

Kelompok 1 terdapat pada jalur ke arah puncak Salak-1, dengan ketinggian antara 1400 dan 1700 m

dpl. Secara keseluruhan dalam kelompok ini dapat ditentukan sebagai komunitas Castanopsis – Polyosma

dengan jenis-jenis dominan Castanopsis javanica, Polyosma illicifolia,  Lithocarpus sundaicus,  Astronia

spectabilis, Acronichya laurifolia dan Schima wallichii. Kondisi hutan dari komunitas ini disajikan dalam

Gambar V. 4.

Kelompok 2 terdapat pada daerah sekitar Pondok Bajuri ke arah Puncak Salak-1, Kawah Ratu dan

Cangkuang; pada ketinggian antara 1300 dan 1400 m dpl. Komunitas dalam kelompok-2 ini dapat

ditentukan sebagai komunitas Castanopsis – Lithocarpus, dengan Castanopsis javanica,  Lithocarpus

sundaicus,  Dysoxylum densiflorum, Schima wallichii,  Astronia spectabilis dan  Lithocarpus spicatus

merupakan jenis-jenis dominan. Gambar V. 5. menunjukkan kondisi hutan dari komunitas ini.

5

7

116

104

2

3

1

8

9

12

-0.5

0

0.5

-1 0 1

 Axis -1

     A

    x     i    s  -

Page 39: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 39/85

  39

 

Gambar V. 4. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Castanopsis – Polyosma

Gambar V. 5. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Castanopsis – Lithocarpus

Page 40: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 40/85

  40

 

Gambar V. 6. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Eurya - Ficus

Kelompok-3 terdapat pada daerah jalur ke arah Kawah Ratu pada ketinggian antara 1.400 dan 1.450

m dpl. Kelompok-3 ini dapat ditentukan sebagai komunitas Eurya – Ficus (Gambar V. 6); dengan jenis-

 jenis dominan diantaranya  Eurya acuminate, Ficus padana,  Evodia latifolia, Casearia velutina, 

 Lithocarpus sundaicus dan Vernonia arborea. Kelompok-4 terdapat di daerah sekitar Pos Kancil pada

ketinggian 1209 m dpl. Komunitas di daerah ini nampak berbeda dengan komunitas lainnya, yang

kemungkinan karena perbedaan ketinggian ataupun pengaruh gangguan. Komunitas di daerah ini

ditentukan sebagai komunitas Symplocos – Castanopsis, dengan Castanopsis javanica, Symplocos

 fasciculate, Glochidion rubrum, Ilex cymosa dan Lithocarpus sundaicus merupakan jenis-jenis dominan.

Berdasarkan pengelompokan tersebut diatas dapat dikatakan ketinggian tempat merupakan faktor utama,

meskipun lokasi (posisi geografi) juga ikut berperan.

Struktur hutan diantara 3 komunitas tersebut nampak bervariasi, yang terlihat dari persebaran

horisontal dan persebaran vertikal. Gambar V.7., menunjukkan adanya perbedaan stratifikasi hutan

diantara ke 3 komunitas tersebut. Komunitas Castanopsis – Polyosma menunjukkan lapisan yang menerus

dengan tinggi total pohon mencapai > 35 m. Pohon-pohon tertinggi dalam komunitas ini antara lain

Schima wallichii, Castanopsis javanica dan Lithocarpus sundaicus. Begitu pula komunitas Castanopsis – 

Lithocarpus menunjukkan lapisan kanopi yang cukup menerus, tetapi dengan tinggi pohon kurang dari 30

m. Castanopsis javanica, Gynotroches axillaris, Astronea spectabilis dan Lithocarpus sundaicus tercatat

Page 41: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 41/85

  41

sebagai jenis-jenis tertinggi dalam komunitas ini. Dilain pihak komunitas Eurya – Ficus pohon-pohon

tertinggi hanya mencapai 19,5 m yang terdiri atas jenis-jenis  Ilex cymosa, Symplocos fasciculata,

Castanopsis javanica dan Polyosma illicifolia. Stratifikasi hutan dalam komunitas ini, dengan lapisan

kanopi yang tidak menerus, yang menunjukkan banyaknya rumpang (daerah terbuka).

Komunitas Castanopsis-Polyosma

0

10

20

30

40

0 10 20 30

   T   i  n  g  g   i   t  o   t  a   l   (  m   )

Komunitas Castanopsis-Lithocarpus

0

10

20

0 10 20

 Tinggi cabang (m)

Komunitas Eurya-Ficus

0

5

10

15

20

0 5 10 15

 

Gambar V. 7. Stratifikasi hutan pada setiap tipe komunitas

Gambar V. 8. Persebaran diameter pohon pada setiap tipe komunitas

0

20

40

60

80

<20 <30 <40 <50 <60 <70 <80 <90 >100

Kelas diameter (cm)

   J  u  m   l  a   h  p  o   h  o  n   (   %   )

Kom-Castanopsis-Polyosma

Kom-Castanopsis-Lithocarpus

Kom-Eurya-Ficus

Page 42: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 42/85

  42

Perbedaan fase diantara ke 3 komunitas tersebut juga terlihat dari perbedaan ukuran diameter pohon

(Gambar V. 8). Pada komunitas Castanopsis-Polyosma dan komunitas Castanopsis-Lithocarpus tercatat

 bahwa pohon dengan diameter > 50 cm mencapai lebih dari 5 % dari pohon yang tercacah, sedangkan

 pada komunitas Eurya-Ficus tercatat kurang dari 2 %.

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat dikatakan bahwa komunitas Eurya-Ficus masih dalam fase

suksesi setelah mengalami gangguan. Di lain pihak dua komunitas lainnya, khususnya komunitas

Castanopsis-Polyosma, sudah menuju ke arah fase klimaks ditandai dengan persebaran vertikal dan

horisontal yang nampak menerus. Akan tetapi hasil ini kemungkinan belum menunjukkan kondisi hutan

kawasan gunung Salak secara menyeluruh, karena pencuplikan data yang relatif sangat terbatas. Namun

demikian diharapkan hasil yang telah terkumpul dapat dipakai sebagai acuan penelitian lebih lanjut.

Page 43: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 43/85

  43

BAB VI

PEMANFAATAN TUMBUHAN

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di dalam petak, diketahui bahwa mereka mengenal 36

 jenis dan 28 famili dari tumbuhan yang dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat (Tabel VI.1).

Sedangkan di desa Cidahu dan desa Girijaya, saat dikonfirmasi mengenai nama tumbuhan yang terdapat

dalam petak, pengetahuan mereka tentang tumbuhan yang dimanfaatkan tidak jauh berbeda. Berdasarkan

hasil wawancara terhadap masyarakat desa Cidahu dan desa Girijaya, diketahui terdapat penambahan 44

 jenis yang tidak terdapat dalam petak. Jenis-jenis tersebut terbagi dalam 30 family dari tumbuhan yang

diketahui kegunaannya sebagai obat tradisional (Tabel VI.2).

Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang

terdapat di dalam petak, paling banyak digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan (furniture),

teknologi tradisional, makanan, pakan ternak, dan kayu bakar (Gambar VI.1). Berdasarkan grafik di

 bawah dapat dilihat bahwa pemanfaatan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat terhadap

sumberdaya alam yang terdapat di dalam petak adalah sebagai bahan bangunan, hal ini dikarenakan

tumbuhan yang terdapat di dalam petak didominasi oleh pohon. Sedangkan tumbuhan bawah dan

merambat dimanfaatkan sebagai obat, makanan, atau pakan ternak. Namun demikian, terdapat juga pohon

yang dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Seperti kulit batang dari kiteja ( Neolitsea javanica) yang

dimanfaatkan sebagai pengganti obat nyamuk.

Gambar V.1. Persentase pemanfatan jenis tumbuhan yang terdapat di dalam plot.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

      P     e     r     s     e     n      t     a     s     e

Kerajinan Obat Bahan

Bangunan

Makanan Pakan

 Ternak

Kayu bakar Alat

tradisional

Jenis kegunaan

Kegunaan tumbuhan dalam petak

Page 44: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 44/85

  44

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di desa Cidahu dan Girijaya, diketahui bahwa

masyarakat mengenal dan memanfaatkan tumbuhan dengan berbagai macam cara pemanfaatannya.

Jumlah jenis tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat Cidahu dan Girijaya sebagai

obat-obatan tradisional lebih banyak dari pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Kasepuhan yang

hanya mengetahui 40 jenis tumbuhan (Harada 2006).

Perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Cidahu dan Girijaya terkait dengan akses

informasi yang lebih terbuka. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan di desa Cidahu dan Girijaya tidak 

terpusat pada satu tokoh, melainkan menyebar pada individu-individu. Hal ini karena pengetahuan

tersebut yang ada tidak saja berasal dari pewarisan melainkan juga dari adanya interaksi dengan

masyarakat lain. Berbeda dengan masyarakat Kasepuhan yang masih “terpusat” pada satu tokoh.

Masyarakat memiliki beragam cara pemanfaatan, ada satu jenis tumbuhan yang memiliki ragam

 pemanfaatan, atau yang hanya memiliki satu jenis pemanfaatan, ada yang digunakan sebagai bagian dari

campuran jamu atau dimanfaatkan secara tersendiri, serta ada juga ada juga yang dimanfaatkan sebagai

tindakan darurat. Namun umumnya, masyarakat mengenal berbagai macam kegunaan dari satu jenis

tumbuhan.

Dalam pemanfaatannya, masyarakat melakukannya dengan berbagai cara: (1) langsung dimakan

untuk keadaan darurat, seperti Begonia robusta yang digunakan sebagai pertolongan pertama bagi orang

yang keracunan (terasa pusing) akibat menghisap uap belerang terlalu banyak. (2) pemanfaatan tersendiri

yang tidak memiliki manfaat lain, seperti Kicantung bila akar dan buahnya direbus diyakini sebagai obat

kuat bagi laki-laki.  Areuy (Ficania cordata) yang digunakan sebagai kerajinan tangan, untuk gelang.

Kirinyuh (Clibadium surinamense) yang digunakan sebagai obat cacar atau luka di telinga. (3) satu jenis

tumbuhan yang dapat digunakan dengan berbagai macam cara, seperti  Harendong bulu (Clidermia hirta) 

selain digunakan sebagai campuran dalam godogan, daunnya dapat juga digunakan sebagai obat sakit gigi

dengan cara daunnya diperes kemudian air yang keluar dari perasan diteteskan pada gigi yang sakit. Daun

harendong bulu dapat juga digunakan sebagai penghilang rasa pahit dalam makanan yang direbus,

 penggunaannya dengan direbus secara bersama-sama.

Dalam pemanfaatan tumbuhan untuk jamu godogan, masyarakat mengenal berbagai macam

komposisi godogan, tergantung pada tujuan pemanfaatan godogan tersebut. Bila ingin menghilangkan

 pegal linu, menambah tenaga dan nafsu makan, maka komposisi jenis godogan yang sering dilakukan

oleh masyarakat adalah cecenet (Physalis minima L.), akar eurih (Imperata cylindrica Pers.), kumis

kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq ), daun sembung (Blumea balsamifera (L.) Dc.), meniran

(Phyllanthus niruri L.), kulit jirak (Symplocos fasciculata Zoll.), harendong (Melastoma malabatrichum),

daun klewih (Artocarpus comunnis), iwung koneng (Bambusa vulgaris), kembang puspa (Schima

Page 45: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 45/85

  45

wallichii (DC) Korth.), kulit sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) dan akar tekokak (Solanum torvum

Swartz.).

Bila ingin menciptakan obat kuat, maka ramuan jenis tumbuhan yang digunakan adalah akar bambu,

kiurat, jukut bau, dan pinang. Ramuan ini diyakini dapat digunakan sebagai obat kuat. Bila hendak 

mengobati sakit disekitar lutut, maka ramuan yang dibuat adalah jukut bau (Ageratum conyzoides). Untuk 

mengobati kencing kurang lancar dan darah tinggi maka komposisi tumbuhannya adalah  jumput bau

(Ageratum conyzoides), cecenet (Physalis minima), dan daun alpukat (Persea americana). Sedangkan

untuk penyakit liver (koneng) ramuan yang dibuat adalah rebusan daun alpukat dan daun sukun. (4) satu

 jenis tumbuhan yang memiliki berbagai macam pemanfaatan. Seperti pakis (Cyatea contansminan). yang

memiliki ragam pemanfaatan, seperti, batang lapuk digunakan sebagai media tanaman hias, ruyung atau

 batangnya dapat juga digunakan sebagai tiang bangunan pondok di sawah atau kebun, daunnya dapat juga

sebagai sayuran, daun dari pakis ini memiliki mitos tersendiri, namun bukan pada pemanfaatannya.

Masyarakat tidak berani menggunakan daun dari pakis ini sebagai alas tidur ketika berada di hutan,

karena menurut anggapan masyarakat pada masa lalu harimau bila menyimpan makanannya ditutupi

dengan daun ini, sehingga dengan menjadikan daun pakis sebagai alas ada keyakinan manusia

menyerahkan dirinya sebagai korban harimau.

Untuk pohon-pohon besar, masyarakat umumnya mengenal pemanfaatannya sebagai bahan

 bangunan, bahan furniture, papan, atau kusen. Diantara jenis pohon yang memiliki pemanfaatan selain

 jenis-jenis diatas adalah Saninten (Castanopsis argentea), merupakan  jenis pohon besar yang banyak 

manfaatnya, batangnya berkualitas terbaik untuk dibuat bahan bangunan Selain itu  jirak (Simplocos

 psticulata), dan sintok  (Cinnamomum sintok) kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan campuran jamu

godogan. Beberapa contoh tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar taman nasional disajikan

 pada Gambar VI. 2.

Page 46: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 46/85

  46

 

Gambar VI. 2. Beberapa jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Cidahu dan desa

Girijaya.

Kipait (Paspalum conjugatum) sebagai obat luk a

Tempuyung (Sonchus arvensis)sebagai obat ginjal Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

sebagai obat sakit kencing batu dan ginjal 

Cente (Lantana camara)sebagai obat bisul atau bengkak

 Sntrong (Erectitus valerianifolia)sebagai obat darah tinggi dan

penawar racun 

 Antanan (Centella asiatica)sebagai obat kesemutan

Plantago major Sebagai obat batu ginjal

dan obat kuat Takokak (Solanum torvum)

Sebagai obat kuat dan darah

tinggi, l alapan Harendong (Melastoma malabatrichum)

sebagai obat sakit perut

Page 47: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 47/85

  47

Tabel V. 1. Tumbuhan Bermanfaat yang terdapat di dalam Petak Penelitian.

No. Nama

Lokal

Jenis Suku Kegunaan

1 Kirujug  Acronychia laurifolia Bl.  Rutaceae Bahan bangunan

2 Karag  Acronychia pedunculata (L.)Miq  

Rutaceae Furniture, Bahan Bangunan(kusen)

3 Kiajag  Ardisia crispa (Thunb) DC.  Myrsinaceae Kulit batang digerus lalu campur 

dengan minyak kelapa buat obat

koreng

4 Kikeyep  Ardisia lurida Bl.  Myrsinaceae Furniture, Bahan Bangunan

(kusen)

5 Ramu kuya  Argostema montanum Bl. Ex

DC. 

Rubiaceae Buat pakan ternak 

6 Pakis buah  Blechnum orientale L.  Blechnaceae Daun muda buat lalap.

7 Rotan lilin Calamus javanica Bl.  Arecaceae Buat anyaman.

8 Kimerak  Calliandra calothyrsus Meissn  Fabaceae Bahan bangunan, furniture, kusen

9 Jara anak  Castanopsis javanica (Bl.) DC.  Fagaceae Bahan bangunan, furniture, kusen

10 Sintok  Cinnamomum sintoc Bl.  Lauraceae Kulit batang direbus, airnya

diminum obat sakit pinggang/obat

kuat.

11 Harendong

 bulu

Clidemia hirta (L.) D. Don  Melastomataceae Sebagai obat

12 Pakis

 benyeur 

 Diplazium esculenta Sw.  Athyriaceae Daun muda dimakan buat obat

diare.

13 Kiwates  Eurya acuminata DC.  Theaceae Tiang bangunan

14 Kisampang  Evodia latifolia Dc.  Rutaceae Buat kayu bakar.

15 Kigember  Ficus sp. Moraceae Getahnya diminum buat obatdiare.

16 Tandang

tanah

Freycinetia angustifolia Bl.  Pandanaceae Buat tali.

17 Kitiwu Gynotroches axillaris Bl.  Rhizophoraceae Kayu buat bahan bangunan danfurniture.

18 Tenung  Helicia robusta (Roxb.) R.Br.

Ex Wall 

Proteaceae Bahan Bangunan, kusen, balok,

 papan, dan kulitnya ditumbuk,

airnya diminum buat obatdiare/radang lambung.

19 Pining  Horntedtia pininga (Bl.) Val.  Zingiberaceae Akar direbus, airnya diminumuntuk obat kuat.

19 Kisaoh  Ilex cymosa Blume  Agnifoliaceae Bahan bangunan

20 Kibeusi  Lindera bibracteata (Nees)

Boerl. Lauraceae Kayu bakar, alat tradisional,

 balok 

21 Pasang  Lithocarpus sp.  Fagaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.22 Manglit  Manglietia glauca Bl.  Magnoliaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.

23 Areuy  Mikania cordata Asteraceae Bahan kerajinan (gelang)

24 Kiteja  Neolitsea javanica Bl.  Lauraceae Kulit kayu buat bahan obat

nyamuk, kayunya buat bahan

 bangunan.

25 Karemi Omalanthus populneus (Geisl)

 pax. Euphorbiaceae Kayu bakar, bahan bangunan

Page 48: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 48/85

  48

26 Kibonteng Platea latifolia Bl.  Icacinaceae Furniture

27 Kihujan Poliosma ilicifolia Bl.  Saxifragaceae Bahan bangunan

28 Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm.  Rosaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.

29 Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm.  Rosaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.

30 Ramu giling Schefflera lucida (Bl.) Frodin Araliaceae Kayu bakar, air dalam batang buat obat, bunganya sebagaihiasan

31 Puspa Schima Wallichii (DC) Korth.  Theaceae Bahan bangunan, furniture, kusen

32 Canar  Smilax zeylanica L.  Smilacaceae Buah buat bahan manisan.

33 Jirak  Symplocos fasciculata Zoll.  Symplocaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.

34 Kisireum Syzygium lineatum (Dc.) 

Merr.& Perry 

Myrtaceae Obat luka, daun digerus lalu

ditempelkan pada tempat yang

luka. Bahan Bangunan

35 Hamirung Vernonia arborea Buch.Ham  Asteraceae Bahan bangunan, dan furniture

36 Peris Weinmannia blumei Planch  Cunnoniaceae Kayu buat bahan bangunan dan

furniture.

Tabel V. 2. Tumbuhan Bermanfaat yang Diketahui Masyarakat sebagai Obat.

No. Nama Lokal Jenis Familia Kegunaan

1. Harendong  Melastoma malabatrichum Melastomataceae Daun muda di makan untuk obatsakit perut.

2. Cangkoreh  Dinochloa scandens Poaceae Batangnya di potong, airnya

diteteskan pada mata buat obat

trachum / rabun.

3. Pacar   Impatiens platypetala Lindl.  Balsaminaceae Daun muda di gerus ditempelkan pada dahi buat obat demam /

kompres.

4. Alpukat Persea americana Lauraceae Daun di rebus, airnya di minum

 buat obat darah tinggi.

5. Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae Daun di rebus, airnya di minum

 buat obat diabet.

6. Salam Syzygium polyantha Myrtaceae Daun di rebus, airnya di minum,

 buat obat darah tinggi.

7. Cangkudu  Morinda citrifolia L.  Rubiaceae Buah masak di juss lalu di minum

 buat obat darah tinggi, asam urat.

8. Jambu batu Psidium guajava L.  Myrtaceae daun di gerus, perasan airnya diminum buat obat diare, buah yang

masak jambu merah buat obatdemam berdarah.

9. Urang aring  Eclipta alba (L.) Hassk.  Asteraceae Daun di gerus di pakai keramas,

 buat menghitamkan danmenyuburkan rambut.

10. Cecenet Physalis minima L.  Solanaceae Seluruh bagian tanaman direbus,

airnya diminum, buat obat darah

tinggi dan sakit pinggang.

Page 49: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 49/85

  49

11. Tangkur   Lopatherum gracile Poaceae Umbi akar di rebus, airnya

diminum buat obat kuat.

12. Sembung  Blumea balsamifera (L.) Dc.  Asteraceae Daun di rebus, airnya di minum

 buat obat nafsu makan dan obat

 perawatan sehabis melahirkan.

13. Jukut bau  Ageratum conyzoides L.  Asteraceae daun di gerus ditempelkan pada

yang luka buat obat luka, jikaairnya di saring lalu diminum buat

obat mah.

14. Harega  Bidens biternata Asteraceae daun digerus ditempelkan di

uluhati / dada obat sesak napas,seluruh bagian tanaman direbus

airnya diminum buat obat pegal-

 pegal.

15. Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus Bold.  Labiatae Daunnya di rebus, airnya diminum

 buat obat sakit kencing.

16. Sidagori Sida rhombifolia L.  Malvaceae Obat luka/bisul, daun digerus

kemudian ditempelkan padatempat yang sakit, seluruh bagian

tanaman direbus, airnya diminum buat obat memperlancar peredarandarah

17. Sintrong  Erechtites valerianifolia Asteraceae daun dilalap buat obat darah tinggi

dan penawar racun.

18. Jotang Spilanthes iabadicensis Asteraceae Daun dan batang di rebus airnyadiminum buat obat darah tinggi

19. Pungpurutan Triumfetta rhomboidea Malvaceae daun direbus, airnya diminum obat

diare

20. Takokak  Solanum torvum Swartz.  Solanaceae Akar dan daun direbus, airnya

diminum untuk obat kuat, buah

dilalap buat obat darah tinggi.

21. Tempuyung Sonchus arvensis L.  Asteraceae Daun dan batangnya direbus,

airnya diminum buat obat batuginjal.

22. Cente  Lantana camara L.  Verbenaceae Obat bisul/bengkak, daun digerus

ditempel kebagian yang sakit.

23. Randu Ceiba pentandra (L.) Gaerth.  Bombacaceae Daun digerus, airnya diperas laludiminum buat obat tajam/berak 

darah.

24. Kikumat Polygala paniculata Polygalaceae daun diremas

digosokkan/dibalurkan keperut

untuk obat masuk angin.

25. Kipait Paspalum conjugatum Berg.  Poaceae Obat luka, daun digerus lalu

ditempelkan pada bagian yang

luka.

26. Eurih  Imperata cylindrica Pers.  Poaceae akar direbus, airnya diminum

untuk obat sakit pinggang.

27. Rane Selaginella plana Selaginellaceae Obat luka, daun digerus laluditempelkan kebagian yang luka,

daun dikeringkan lalu digodog

airnya, diminum buat obat setelahmelahirkan

28. Meniran Phyllanthus niruri L.  Euphorbiaceae Seluruh bagian tanaman direbus,

airnya diminum buat obat pegal-

Page 50: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 50/85

  50

 pegal.

29. Keji beling Sericocalyx crispus Acanthaceae Daun direbus, airnya diminum

 buat obat batu ginjal.

30. Ki urat Plantago mayor L.  Plantaginaceae Seluruh bagian tanaman direbus,

airnya diminum buat obat batu

ginjal dan obat kuat.31. Lampuyang  Zingiber aromatica Val.  Zingiberaceae Umbi akar digerus, airnya diperas

kemudian diminum buat obat nafsu

makan.

32. Suji Pleomele angustifolia Liliaceae Daun digerus, airnya diperas lalu

diminum obat panas dalam/muntah

darah.

33. Tapak dara Catharanthus roseus Apocynaceae Direbus bersama adas dan

 pulosari, airnya diminum untuk obat kanker dan diabet.

34. Tapak liman  Elephantopus scaber L.  Asteraceae Seluruh bagian tanaman direbus,

airnya diminum obat tambah darah

dan diabet.

35. Katuk  Sauropus androgynus (L.) Merr.  Euphorbiaceae Daun disayur buat memperbanyak ASI (Air Susu Ibu)

36. Paria  Momordica charantiaca L.  Cucurbitaceae Buah disayur untuk obat diabet

dan darah tinggi.

37. Calincing Oxalis corniculata L.  Oxalidaceae Daun muda dan buah dimakan buat obat sariawan.

38. Pacing Costus speciousus (Koen.) J.E. Smith Zingiberaceae Obat eksim, umbi akar 

diparut/digerus lalu ditempelkan

ketempat yang luka.

39. Reunde Staurogyne elongata Acanthaceae daun direbus, airnya diminum obat

 pegal-pegal/sakit pinggang.

40. Gedang

gandul

Carica papaya Caritaceae Daun dan akar digerus, kemudian

dicampur dengan air, lalu

dibiarkan sampai satu malam,diminum pada pagi hari ketika

 baru bangun tidur. Sebagai obar 

rematik 

41 Begonia  Begonia robusta Begoniaceae Batangnya sebagai obat keracunan

 belerang

42 Limo  Litsea cubeba (Lour) Pers Lauraceae Batang kayunya yang harussebagai penolak ular 

43 Daun Saga  Abrus precatorius L. Fabaceae Daun dikunyah, sarinya sebagaiobat sariawan

44 Antanam Centella asiatica Apiaceae Direbus seluruh bagian sebagai

obat kesemutan

Page 51: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 51/85

  51

BAB VII

PENUTUP

Pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan menunjukkan adanya saling keterkaitan yang

erat antara masyarakat dan lingkungan. Tumbuhan, disamping bernilai secara ekonomis, bermanfaat bagi

masyarakat untuk mengobati penyakit, juga memiliki nilai-nilai kultural. Dalam tumbuhan terkandung

mitos tentang masa lalu kehidupan masyarakat. Dengan demikian, ketidakterpisahkan masyarakat dengan

tumbuhan yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak patut menjadi pertimbangan kebijakan

 pengelolaan Taman Nasional. Tanpa mempertimbangkan hal tersebut, menghilangkan kearifan lokal dan

tujuan dari keberadaan Taman Nasional tidak akan tercapai.

Bagi masyarakat desa Girijaya, gunung, terutama gunung Salak adalah tempat istimewa. Di tempat

ini legenda, sejarah, dan mitos yang ada di masyarakat membaur menjadi satu. Gunung Salak juga

menjadi saksi atas proses yang ada di masyarakat, proses islamisasi dan akulturasi budaya Islam dan

Hindu-Budha. Hal ini dilihat dari versi dan “perebutan” mitos yang ada di Gunung Salak. Bagi

masyarakat yang masih berpegang teguh pada tradisi, tempat-tempat yang ada di Gunung Salak di

asosiasikan dengan mitos Hindu, seperti tentang Dewa-dewa atau juga tokoh-tokoh dalam legenda Hindu.

Sedangkan bagi masyarakat Islam namun masih kuat tradisi “Sunda”nya tempat-tempat yang

diasosiasikan dengan legenda Hindu diganti dengan sosok atau pun juga tokoh penyebar agama Islam di

wilayah itu. Sedangkan bagi kelompok yang lain, Gunung Salak hanya dimaknai sebagai “titipan” dari

Tuhan yang harus dirawat dengan baik.

Perebutan dan negosisi kelompok yang ada di masyarakat juga ditunjukkan dari tafsiran mereka

tentang suatu tempat peninggalan sejarah. Seperti di  petilasan Eyang santri, sebagian besar masyarakat

menganggap tempat ini sebagai tempat bersemedinya Eyang Santri, namun ada juga yang berpendapat

 bahwa tempat ini merupakan  petilasan dari Sanghyang Guru Resi (Kakek dari Guru Minda dalam

dongeng Lutung Kasarung).

Gunung salak memiliki nilai penting bagi masyarakat Sunda secara umum dan masyarakat yang

tinggal di sekitar gunung Salak. Bagi masyarakat, gunung Salak tidak saja sebagai daerah tangkapan air 

yang menyimpan dan menyediakan kebutuhan masyarakat akan air bersih melainkan juga di gunung

Salak tersimpan sejarah, harapan, dan ketergantungan akan kehidupan.

Di samping itu, berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki

 pengetahuan dan kearifan dalam memanfaatkan keanekaragaman yang terdapat di gunung Salak. Di

samping pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan, masyarakat desa Cidahu dan desa Girijaya yang

tinggal di kaki gunung Salak mempunyai inisitif yang berbeda dalam menjaga kelestarian gunung Salak.

Page 52: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 52/85

  52

Perbedaan ini menambah keragaman tradisi masyarakat. Perlu upaya yang lebih serius untuk mendorong

inisitif pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat dengan mengupayakan kesejahteraan bagi mereka.

Saran

Dari hasil survey diperoleh beberapa catatan penting yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan

TN selanjutnya. Dimana pembagian kawasan ini sangat penting, setiap kawasan memiliki peranan yang

cukup berarti sehingga masing-masing perlu dipertahankan atau dilestarikan. Pembagian ini antara lain:

(1) Kawasan hutan pegunungan bawah dan atas merupakan hutan primer dan harus dipertahankan untuk 

menjadi area inti sebagai preservasi hewan dan tumbuhan liar. (2) Kawasan hutan pegunungan atas

(>1800 dpl) yang tidak terlalu luas di gunung Salak mempunyai vegetasi yang sangat spesifik sehingga

keberadaan kawasan ini menjadi sangat penting bagi T.N. Gunung Halimun-Salak. (3) Kawasan hutan

 pegunungan rendah berfungsi sebagai habitat hidupan liar seperti leopard dan gibbon. (4) Hutan tanaman,

dapat digunakan sebagai buffer zone antara habitat yang essensial dan daerah luar.

Informasi di buku ini masih kurang dari sempurna, karena waktu penjelajahan relatif singkat,

sehingga perlu adanya studi ekologi lebih lanjut di beberapa lokasi terutama rute Cimalati dan Rute Pasir 

Reungit untuk melengkapi data. Pembuatan plot permanen untuk monitoring berkurang dan hilangnya

keanekaragaman hayati juga diperlukan untuk mengetahui pengaruh pemanasan global.

Ucapan Terimakasih

Survey flora gunung Salak ini adalah atas dukungan dan kerjasama antara JICA, TNG Halimun – 

Salak project dengan Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Ucapan terimakasih kepada seluruh staff JICA dan

Staff TNG Halimun – Salak yang memberikan banyak informasi tentang kondisi Gn Salak, memberikan

dukungan dan kerjasama selama berlangsungnya survey ini. Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak 

Kepala Pusat dan Kepala Bidang Botani di Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Kepala T. N.Gunung Halimun-

Salak, atas diperkenankannya mengadakan penelitian di Kawasan T. N. Gunung Halimun-Salak. Bpk.

Ismirza, Bpk. Undang, Bpk Iwan, Bpk Agus, Bpk Tatang, Bpk. Endang, Bpk. Madani dan Bpk. Emad 

yang mendampingi selama dilapangan serta tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ika S.P. dan

Bpk. Anhar yang mendukung terlaksananya proyek kerjasama ini. Terimakasih juga kami ucapkan

kepada Bpk. Aden Muhidin, Bpk. Wardi, Bpk Hamzah dan Bpk. Nurdin atas kerjasamanya selama survey

dilapangan. Ucapan terimakasih ini juga kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu yang mendukung dan

membantu kami memberikan informasi tentang pemanfaatan flora dan informasi lainnya tentang Gn.

Salak di Desa Giri Jaya dan Desa Cidahu, tanpa mereka tidak lengkaplah buku ini.

Page 53: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 53/85

  53

Bibliografi

Abdillah, M., 2001. Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Paramadina.

Adimiharja, K., 2007. Leuweung Titipan: Hutan Keramat Warga Kasepuhan di GunungHalimun. Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam

Konservasi Keanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.Anonim., 2006. Mengenal 21 Taman Naional Model di Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat

Informasi Konservasi Alam.

Anonim., 2007. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Periode 2007-

2026. Bogor: JICA.

Anonim., 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak: Menyingkap Kabut Gunung Halimun-

Salak. Bogor: Dephut dan JICA.

Anonim., 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak: Menyingkap Kabut Gunung Halimun-Salak. Bogor: Backer, C.A. & Bakhuizen vd Brink Jr. 1963-68. Fl, Java (3 vols) . Noord.

Batavia.

Cox,G.W. 1967. Laboratory Manual of General Ecology. M.C. Crown, Iowa.

Geertz, C., 1966. Religion as a Cultural System, Dalam Michael Banton, Anthropological

Approaches to the Study of Religion. London: Tavistock.

Greigh-Smith, P. 1964. Quantitative Plant Ecology. Second Edition. Butterworths, London.

Harada, K, Mulyati Rahayu, Anwar Ibrahim., 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung

Halimun, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Halimun-Salak National Park Management

Project, Departemen Kehutanan dan JICA.

Imron, M. Henny Warsilah, Dede Wardiat, Ari Wahyono., 2005. Gerakan Sosial untuk Konservasi Daerah Resapan Air di Kawasan Daerah Aliran Sungai Cisadane di

JABOPUNJUR. Jakarta: LIPI Press.

Iskandar, J., 2007. Pelestarian Daerah Mandala dan Keanekaragaman Hayati oleh Orang Badui.

Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam KonservasiKeanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.

Kartawinata, K. 1975. The ecological zone of Indonesia. Paper presented in the Symposium of 

Pasific Ecosystem, 13th Pasific Science Congress, Vancouver, August 1975.

Kartawinata, K,, S. Riswan, E, Mirmanto & S. Prawiroatmodo. 1985. Structure and composition

of montane rain forest in Awibengkok area, G. Salak. Unpublished report.

Kodiran., 1996. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mangunjaya, F.M., 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.

Mangunjaya, F.M., 2007. Keramat Alami dan Kontribusi Islam dalam Konservasi Alam.

Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam KonservasiKeanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.

Mirmanto, E. 1991. Struktur dan komposisi hutan DAS Cisadane hulu. Dalam: Witjaksono, RM

Marwoto & EK Supardiyono (eds). Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH, Puslitbang

Biologi-LIPI. Bogor, 15 Mei 1991. hal. 33-41.

Page 54: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 54/85

  54

Muller-Dombois, D & H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John

Wiley, New York.

Munandar, A.A., 2007a. Situs Sindang Barang Bukti Kegitan Keagamaan Masyarakat KerajaanSunda (Abad ke-13-15 M): Laporan Penelitian awal. Bogor: Padepokan Giri Sunda Pura.

Munandar, A.A., 2007b. Pemukiman Kuna di Bogor: Tinjauan Berdasarkan Data Tertulis dan

Tinggalam Arkeologis. Makalah dalam Seminar Kesejarahan Kota Bogor 6 September 

2007. Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor.

Rais, S, Dkk., 2007. Kawasan Konservasi Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan DirektoratJenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Resosudarmo, I.A.P. dan Carol J Pierce Colfer (Peny)., 2003. Ke mana Harus Melangkah:

Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor 

Indonesia.

Schmidt & JHA Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesiawith WesternNew Guinea. Kementrian Perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Geofisic,

Jakarta. Verhandelingen, No.42.H, Mohammad Fathi Royyani, Vera Budi Lestari, dan Asep Sadeli., 2007. Penelitian ke Cagar 

Biosfer Cibodas, Propinsi Jawa Barat. Laporan Perjalanan. Bogor: Puslit-Biologi LIPI.

Steenis, C.G.G.J, van, 1972. Mountain Flora of Java. Brill,

Steenis, C.G.G.J van., 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor; Puslit-Biologi LIPI.

Wallace, A.R., 2000. Menjelajah Nusantara: Ekspedisi Alfred Russel Wallace Abad ke-19.

(Diterjemahkan oleh A.S. Nasution dan Mahyuddin Mendim. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Wiriadinata, H. 1997. Floristic study of Gunung Halimun National Park. In: M. Yoneda, H.

Simbolon & J. Sugardjito (eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia,Vol. II. The Inventory of Ntural Resources in Gunung Halimun National Park. LIPI-PHPA-

JICA. Hal. 7-13.

Yogaswara, H., 2007. Situs Keramat Alami sebagai Alternatif Pengakuan Hak-Hak Masyarakat

Adat: Kasus Kasepuhan Cibedug, Banten. Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami:Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB

Indonesia.

Page 55: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 55/85

 

Page 56: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 56/85

 

Lampiran 1. Land data of Gunung Salak (Cimalati route) G nung S alak vegetationR oute

D ate 2008/3/6, 11M em b Ichikaw a, Ism ail, Iw an

W P A lt Forest type Forest HightSpecies Fam ily J-Fam ily

5 890 Plantation 5 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . R ich. A raucariaceae ナンヨウスギ科

960 Plantation 5 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . R ich. A raucariaceae ナンヨウスギ科

1025 Plantation 7 C alliandra callothyrsus M eissn. F abaceae マメ科

15 1058 Plantation 10 C alliandra callothyrsus M eissn. F abaceae マメ科

Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

C yathea contam inans (W all.) C opel. C yatheaceae ヘゴ科

Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科

17 1111 N atural disturbed 4 Perrotteia alpestris B l.) Loes C elastraceae ニシキギ科

Piper aduncum  L. Piperaceae コショウ科

Helicia robusta (R oxb.) R.B r. ex W all. Proteaceae ヤマモガシ科

19 Prim ary 20 C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科

G lochidion rubrum  B l. Euphorbiaceae トウダイグサ科

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

20 1209 N atural disturbed 20 Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科

Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Pternandra azurea (B l.) B urck. M elastom ataceae ノボタン科

Beilschm iedia m adang (Bl.) Bl. Lauraceae クスノキ科

21 1252 Prim ary 25-30 Fagraea elliptica Roxb. Loganiaceae マチン科

Lithocarpus daphnoides (B l.) A. C am us Fagaceae ブナ科Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科

C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

Urophyllum arboreum  (R einw . ex B l.) Korth. Rubiaceae アカネ科

22 1301 Prim ary 25-30 C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

C im alati

Page 57: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 57/85

 

Lampiran 1. (lanjutan)

W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily

Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科

Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ

Litsea resinosa B l. Laulaceae クスノキ科

Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科

Antidesm a tetrandrum  B l. Euphorbiaceae トウダイグサ科

23 1354 N atural disturbed 20-25 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ科

Sym plocos cochinchinensis (Lour.) M oore Sym plocaceae ハイノキ科

M anglietia glauca B l. M agnoliaceae モクレン科

Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科

Eurya acum inata D C . Loganiaceae マチン科

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科Ficus fulva R einw . M oraceae クワ科

Ficus fistulosa R einw . ex B l. M oraceae クワ科

M acaranga triloba (R einw . ex B l.) M uell. A rg. Lauraceae クスノキ科

1404 Prim ary 35-40 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科

C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

24 Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

Syzygium  sp. M yrtaceae フトモモ科

C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

32 1450 Prim ary 20-25 Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科

  Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Page 58: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 58/85

 

Lampiran 1. (lanjutan)

W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily

Prunus javanica (T. & B .) M iq. R osaceae バラ科Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科

Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ

Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科

M elicope latifolia (D C .) T.G . H artley Rutaceae ミカン科

C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

33 1520 Prim ary 25-35 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科

Acer laurinum  H assk. Aceraceae カエデ科

Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科

Parkia interm edia H assk. F abaceae マメ科

Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科

C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

Lindera bibracteata (B l.) B oerl. Laulaceae クスノキ科34 1615 Prim ary 25-30 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科

Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科

Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科

Syzygium rostratum  (B l.) DC . M yrtaceae フトモモ科

Lithocarpus elegans (B l.) H atus. ex Soepadm Fagaceae ブナ科

Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科

Elaeocarpus sphaericus (G aertn.) K. Schum . Elaeocarpaceae ホルトノキ科

Podocarpus neriifolius D . D on Podocarpaceae マキ科

Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科

Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科

Payena leerii (T. & B .) Kurz. Sapotaceae アカテツ科

Page 59: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 59/85

 

Lampiran 1. (lanjutan)

W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily

C astanopsis javanica (B l.) DC .Fagaceae ブナ科

Vaccinium  sp. Ericaceae ツツジ科

Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科

35 1705 Prim ary 20-30 Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ

Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科

Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科

Acer laurinum  H assk. Aceraceae カエデ科

Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科

O lea javanica (B l.) Knobl. O leaceae モクセイ科

M anglietia glauca B l. M agnoliaceae モクレン科

Litsea noronhae B l. Laulaceae クスノキ科

Saurauia bracteosa D C . A ctinidiaceae マタタビ科

Psychotria robusta B l. Rubiaceae アカネ科36 1825 Prim ary 20 Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科

Podocarpus neriifolius D . D on Podocarpaceae マキ科

Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科

Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科

C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ

M astixia pentandra B l. Cornaceae ミズキ科

G ynotroches axillaris B l. R hizophoraceae ヒルギ科

Vaccinium bancanum  M iq. Ericaceae ツツジ科

Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科

Daphne com posita (L.f.) G ilg. Thym elaeaceae ジンチョウゲ科

Lasianthus laevigatus B l. Rubiaceae アカネ科

Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科

Page 60: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 60/85

 

Lampiran 2. Land data of Gunung Salak (Pasir reungit route)

G nung Salak vegetationR outeD ate

M em b

W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily

25 Plantation 5-10 Pinus m erkusii Jungh. & D e V riese P inaceae マツ科

26 N atural disturbed 10-15 Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科

W einm annia blum ei P lanch. C unoniaceae クノニア科

Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科

M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ

Elaeocarpus stipularis B l. Elaeocarpaceae ホルトノキ科

Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科

C yathea contam inans (W all.) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科

C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科

27 1150 N atural disturbed 15 Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科

Lithocarpus elegans (B l.) H atus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科

Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科

Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科

C astanopsis javanica (B l.) D C . Fagaceae ブナ科

C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

M edinilla speciosa R einw .ex B l. M elastom ataceae ノボタン科

Agalm yla parasitica (Lam k) O .K. G esneriaceae イワタバコ科

Agiopteris evecta H offm . M arattiaceae ナンヨウス

28 1200 N atural disturbed 10-15 M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ

Antidesm a tetrandrum  B l. Euphorbiaceae トウダイグサ

G ynotroches axillaris B l.R hizophoraceae ヒルギ科

C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科

Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科

Persea rim osa (B l.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科

Saurauia bracteosa D C . A ctinidiaceae マタタビ科

Ficus padana B urm .f. M oraceae クワ科

Pasir reungit2008/3/7

Ichikaw a, Ism ail, Iw an

Page 61: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 61/85

 

Lampiran 2. (lanjutan)

W P Alt Forest type Forest HightSpecies Fam ily J-Fam ily

29 1250 Prim ary forest 20 Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科

Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科

Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科

Antidesm a tetrandrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科

Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科

C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科

30 1300 Prim ary 20-25 C astanopsis javanica (Bl.) D C . Fagaceae ブナ科

G lochidion rubrum  Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ

M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科

Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科

Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科31 1360 Natrural disturbed 10-15 Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) M ez M yrsinaceae ヤブコウジ科

Litsea cubeba (Lour.) Pers. Laulaceae クスノキ科

Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科

Ficus deltoidea Jack M oraceae クワ科

M elastom a sylvaticum  Bl. M elastom ataceae ノボタン科

Page 62: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 62/85

 

Lampiran 3. Land data of Gunung Salak (Cang Kaung route) G nung Salak vegetationRoutDateM em Ichikawa, Ism ail, Iwan

W P Alt Forest type Forest Hight Species Fam ily J-Fam ily

37 1127 NP G ate

38 1165 Javana Spa

39 1221 G rassland 15-20 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ

Schim a wallichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

Arthrophyllum diversifolium  Bl. Araliaceae ウコギ科

Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科

40 1250 G rassland W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科

Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科

Ficus padana Burm .f. Aquifoliaceae モチノキ科

M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ

Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam . Zingiberaceae ショウガ科

M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科

C hrom olaena odorata (L.) R.M . King & H. Robinso C om positae キク科

41 1304 Natural disturbed M acaranga rhizinoides (Bl.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ

M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ

W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

Ficus fistulosa Reinw . ex Bl. M oraceae クワ科

Schim a wallichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科

Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen Fabaceae マメ科

G lochidion arborescens  Euphorbiaceae トウダイグサ

Pinanga javana Bl. Arecaceae ヤシ科

42 1358 Natyral disturbed W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科

Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科

Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科

C ang Kuang2008/3/12

Page 63: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 63/85

 

 Lampiran 3. (lanjutan)

W P Alt Forest type Forest Hight Species Fam ily J-Fam ily

Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキAstronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科

Ficus fistulosa Reinw . ex Bl. M oraceae クワ科

Saurauia bracteosa D C . Actinidiaceae マタタビ科

C aryota rum phiana Bl. ex M art. Arecaceae ヤシ科

M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグ

M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科

Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科

43 1382 Prim ary 20-25 Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科

C astanopsis tungurrut (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科

C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科

Schim a wallichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科

G ynotroches axillaris  Rhizophoraceae ヒルギ科D ysoxylum densiflorum  (Bl.) M iq. M eliaceae センダン

Sym plocos odoratissim a (Bl.) C hoisy Sym plocaceae ハイノキ

O m alanthus populneus (G eisel) Pax Euphorbiaceae トウダイグ

Acer laurinum  Hassk. Aceraceae カエデ科

Sloanea sigun (Bl) K. Schum . Elaeocarpaceae トウダイグ

44 1403 Natural disturv 30-35 C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科

Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科

Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシ

Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科

D ysoxylum densiflorum  (Bl.) M iq. M eliaceae センダン

M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科

Ardisia fuliginosa Bl. M yrsinaceae ヤブコウ

C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科

Page 64: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 64/85

  64

Lampiran 4. The location of ground survey point

acc: The accuracy of GPS data were usually 10 15m. Since the satellite condition, Altitude data of WP 32-35 were

measured by barometer.

C im alati

AltDate tim e W P D M S D M S acc

2008/3/6 9:53 5 890 6 44 33.6 106 45 262008/3/6 10:35 15 1058 6 44 7.9 106 45 92008/3/6 10:46 17 1111 6 44 1.5 106 45 3.62008/3/6 11:09 19 1171 6 43 57.1 106 44 57.12008/3/6 11:23 20 1209 6 43 55 106 44 55.92008/3/6 11:38 21 1252 6 43 50.8 106 44 53.62008/3/6 12:00 22 1301 6 43 45.6 106 44 47.32008/3/6 12:52 23 1354 6 43 43.5 106 44 452008/3/6 13:11 24 1404 6 43 40.4 106 44 43.6

2008/3/11 9:23 32 1450 6 43 35.7 106 44 39.1 *2008/3/11 9:53 33 1519 6 43 30.6 106 44 35.7 *2008/3/11 10:29 34 1615 6 43 25.2 106 44 30.2 *

2008/3/11 11:09 35 1705 6 43 20.2 106 44 25.9 *2008/3/11 12:08 36 1825 6 43 16.8 106 44 19.7

Pasir reungit

AltDate tim e W P D M S D M S acc

2008/3/7 9:57 25 1045 6 41 6.9 106 41 34.52008/3/7 10:26 26 1101 6 41 48.3 106 41 39.22008/3/7 10:46 27 1150 6 42 1 106 41 47.22008/3/7 11:34 28 1200 6 42 13.1 106 42 10.42008/3/7 12:07 29 1247 6 42 27.1 106 42 20.12008/3/7 12:55 30 1302 6 42 32.3 106 42 24.6

C ang Kuang

AltDate tim e W P D M S D M S acc

2008/3/12 8:27 37 1127 6 44 46.1 106 42 52.12008/3/12 9:02 38 1165 6 44 40.3 106 42 54.82008/3/12 9:20 39 1221 6 44 25.4 106 42 48.52008/3/12 9:31 40 1250 6 44 17.8 106 42 40.82008/3/12 9:45 41 1304 6 44 11.8 106 42 35.82008/3/12 10:03 42 1358 6 44 0.7 106 42 292008/3/12 10:25 43 1382 6 43 49.9 106 42 23.9

2008/3/12 11:38 44 1403 6 43 50.7 106 42 30.5

Lat Lon

LonLat

Lat Lon

Page 65: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 65/85

  65

 Lampiran 5. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat di kawasan gunung Halimun dan

gunung Salak. Ket.: 1) Mirmanto, E. & H. Wiriadinata (19); 2) Tim JICA dan tim Puslit Biologi; 3)

Plot gunung Salak; 4)

SUKU Species Halimun 1 Salak2 Plot3 Dimanfaatkan 4 

 ACANTHACEAE  Agrostema boragineum +

Dflugossa filiformis (Bl.) Bremek. +

Gendarussa vulgaris Nees +

Hemigraohis javana +

Pseudoranthenum acuminatissimum (Miq.) Radlk. +

Sericocalyx crispus (L.) Bremek. + +

Straurogyne bibracteata Bl. + +

Straurogyne elongata (Bl.) O.K

Strobilanthes blumei Bremek + +

Strobilanthes cernua Bl. +

Strobilanthes paniculata (Nees) Miq. +

Strobilanthes repanda Bl. + ACERACEAE  Acer laurinum Hassk. + +

 ACTINIDACEAE Saurauia bracteosa DC. +

Saurauia cauliflora DC +

Saurauia nudiflora DC + +

Saurauia pendula Bl. +

Saurauia reinwardtiana Bl. +

 AGAVACEAE Cordyline fructicosa (L.) A. Chev. +

 ALANGIACEAE  Alangium chinense (Lour.) Rehder +

 Alangium javanicum + Alangium rotundifolium (Hassk.) Bloem. +

 AMARANTHACEAE  Achyranthes aspera L. +

Cyathula prostrata (L.) Bl. +

 ANACARDIACEAE Buchanania arborescens (Bl.) Bl. +

Gluta renghas L. +

Mangifera foetida Lour. +

Mangifera indica L. +

Semecarpus heterophylla Bl. + ANNONACEAE Goniothalamus macrophyllus (Bl.) Hook.f.&

Thoms. + +

Orophea hexandra Bl. +Polyalthia lateriflora (Bl.) King +

Polyalthia subcordata (Bl.) Bl. +

 APIACEAE Centela asiatica (L.) Urb. + +

 Alstonia scholaris (L.) R.Br. +

 Alstonia spectabilis + +

 APOCYNACEAE

 Alyxia reinwardtii Bl. +

Page 66: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 66/85

  66

  Chilocarpus suaveolens Bl. + APOCYNACEAE  Kopsia arborea +

Melodinus orientalis Bl. +

Tylophora villosa Bl. +

Voacanga grandiflora +

Willubeia apiculata +

 AQUIFOLIACEAE Ilex cymosa Bl. + + +

 ARACEAE  Alocasia longiloba Miq. +

 Anadenrum microstachyum (Miq.) Back. +

 Anthurium andreanum Linden +

 Arisaema filiformis Bl. +

 Arum sp. +

Caladium bicolor (W. Ait) Vent. +

Homalomena cordata Schott. +

Homalomena humilis (Jack) Hook.f +

Homalomena pendula +Pothos sp. +

Raphidophora korthalsii Schott. +

Raphidophora montana (Bl.) Schott. +

Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Mor. +

Scindapsus hederaceus (Zoll. & Mor.) Miq. +

Scindapsus pictus Hassk. +

Typonium sp. +

 ARAL IACEAE  Arthrophyllum diversifolium Bl. + + +

Macropanax concinnus Miq. +

Macropanax dispermum (Bl.) O.K. + +

Polyscias nodosa (Bl.) Seem.

Schefflera aromatica (Bl.) Harms. + + +

Schefflera fascigiata (Miq.) Miq. +

Schefflera lucida (Bl.) Frodin + + +

Trevesia sundaica Miq. +

 ARAUCARIACEAE  Agathis dammara (Lamb.) L.C. Rich + + ARECACEAE Calamus adspersus Bl. +

Calamus ciliaris Bl. +

Calamus heteroides Bl. +

Calamus javensis Bl. + + +

Calamus reinwardtii Bl. +Calamus rhomboideuss Bl. +

Caryota mitis Lour. +

Caryota rumphiana Bl. + + +

Daemonorops melanochaetes Bl. +

Licuala spinosa Thun. +

Nenga pumila (Mart.) Wendl. +

Page 67: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 67/85

  67

  Pinanga coronata Bl. ex Mart) Bl. +

 ARECACEAE Pinanga javana Bl. +

Plectocomia elongata Mart.ex Bl + +

 ARISTOLOCHIACEAE  Aristolochia sp. +

 ASCLEPIADACEAE Discidia punctata (Bl.) Decne +

Discidia rumularifolia +

Discidia truncata Decne +

Hoya + +

Hoya macrophylla Bl. +

Hoya multiflora Bl. +

 ASTERACEAE  Ageratum conyzoides L. +

Bidens biternata +

Blumea balsamifera (L.) D.C. + +

Blumea lacera (Burm.f.) D.C. +

Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H.Robinson +

Clibadium surinamense L. + +

Crossocephalum crepidioides (Bth.) S. Moore +

Eclipta alba (L.) Hassk. +

Elephantopus scaber L. +Erechtites valerianifolia +

Erigeron sumatrensis Retz.

Eupatorium inulifolium H.B.K. +

Eupatorium odoratum + +

Eupatorium riparium Reg. +

Eupatorium triplinerve Vahl +

Mikania micranta + + +Sonchus arvensis L. +

Sphaeranthus indicus L. +

Spilanthes acmella +

Spilanthes iabadicensis +

Vernonia arborea Buch-Ham + + + +

 ATHYRIACEAE Diplazium bantamense +

Diplazium cordifolium + +

BALANOPHORACEAE Balanophora globosa Jungh. +

BALSAMINACEAE Impatien chonoceras Hassk. + +

Impatien javensis (Bl.) Steud. +

Impatien platypetala Lindl. +

Impatien walleriana Hook.f. +

BEGONIACEAE Begonia bracteata Jack +

Begonia isoptera Dryand. +

Begonia longifolia Bl. +

Begonia multangula Bl. + +

Page 68: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 68/85

  68

 Begonia muricata +

BEGONIACEAE Begonia robusta Bl. + +

BLECHNACEAE Blechnum orientale L. + +

BOMBACACEAE Neesia altisima (Bl.) Bl. +

BURMANIACEAE Burmania lutescens Becc. +BURSERACEAE Canarium denticulatum +

CAMPANULACEAE Lobelia angulata Forst.f. +

CAPPARACEAE Capparis cantoniensis Lour. +CAPRIFOLIACEAE

Viburnum coriaceum Bl. +

Viburnum lutescens Bl. +

Viburnum sambucinum Bl. +CELASTRACEAE

Euonymus javanicus Bl. +

Perrottetia alpestris (Bl.) Loes. + +CHLORANTACEAE

Chloranthus elatior R.Br. ex Link +Sarcandra glabra +

CLUSIACEAECalophyllum soulattri +

Garcinia celebica L. +

Garcinia diodica Bl. +

Garcinia sp. +

COMBRETACEAE Terminalia microcarpa Decne +COMMELINACEAE

Commelina diffusa Burm.f. + +

Commelina paludosa Bl + +

Forrestia mollissima (Bl.) Kds. +Pollia hasskarlii Rolla Rao +

CONVOLVULACEAEIpomoea aquatica Forsk +

Merremia umbellata (L.) Hall.f. +CORNACEAE

Mastixia pentandra Bl. +

Mastixia trichotoma Bl. +

Nyssia javana (Bl.) Wang. +CUCURBITACEAE

Sechium edule (Jacq.) Swat +

Trichosantes ovigera Bl. +

Trichosantes quinquangulata A.Gray +Trichosantes sumatrana Cogn. +

Trichosantes tricuspidata Lour. +

Trichosantes villosa Bl. +

Zehneria indica +

CUNNONIACEAE Weinmania blumei Planch. + + +

Page 69: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 69/85

  69

CYATHEACEAECyathea contaminans (Wall.) Copel. + +

Cyathea junghuhniana (Kuntze) Copel. + +

Cyathea rachiborskii +CYPERACEAE

Carex baccan Nees +

Cyperus kyllinga Endl. +Fimbristylis sp. +

Gahnia javanica Zoll ex Mor. +

Hypolytrum humile (Steud.) Burck. +

Hypolytrum nemorum (Vahl) Spreng. +

Kylinga monocephala Rottb. +

Scleria laevis Retz. +

Scleria melanostema +

Scleria pubescens +

Scleria pubescens + +DAPHNIPHYLLACEAE Daphniphyllum glaucescens Bl. + +DILLENIACEAE

Dillenia javanica +

Tetracera indica +DIOSCOREACEAE

Dioscorea alata L. +

Dioscorea numularia Lmk. +

DIPTEROCARPACEAE Dipterocarpus hasseltii +

EBENACEAE Diospyros buxifolia +

ELAEAGNACEAE Elaeagnus latifolia L. +ELAEOCARPACEAE

Elaeocarpus ascronodia Master  +Elaeocarpus oxypyren K. & V. +

Elaeocarpus petiolatus (Jack) Wall. +

Elaeocarpus sphaericus (Gaertn.) K. Schum. + +

Elaeocarpus stipularis Bl. +

Sloanea sigun (Bl.) K.Schum + + +ERICACEAE

Rhododendron javanicum (Bl.) Benn. +

Rhododendron malayanum Jack + +

Rhododendron sp. +EUPHORBIACEAE

 Antidesma minus Bl. + + + Antidesma montanum Bl. +

 Antidesma tetandrum Bl. + + +

 Aporusa frutescens +

 Aporusa sphaeridophora Merr. +

Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz. +

Breynia microphylla (T. & B.) M.A. +

Page 70: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 70/85

  70

EUPHORBIACEAEBridelia glauca Bl. +

Bridelia minutiflora Hook. f. +

Claoxylon glabrifolium Miq. +

Claoxylon polot (Burm.f.) Merr. +

Croton laevifolius Bl. +Glochidion arborescens Bl. + +

Glochidion molle Bl. + + +

Glochidion philippicum +

Glochidion rubrum

Glochidion rubrum Bl. + + +

Glochidion sericeum (Bl.) Hook.f. +

Macaranga rhizinoides

Macaranga rhizinoides (Bl.) MA + + +

Macaranga tanarius (L.) M.A. +Macaranga triloba (Reinw. ex Bl.) M.A. + + +

Mallotus paniculatus (Lamk) Muell. Arg. +

Omalanthus populneus Zoll. & Mor. + + + +

Ostodes panniculata Bl. + + +

Phyllanthus niruri L. +

Phyllanthus urinaria L. +

Pimeleodendron pavorioides +Sapium seliferum (L.0 Roxb. +Sauropus androgynus (L.) Merr.

+FABACEAE  Abrus precatorius L. +

 Albizia falcataria (L.) Fosberg + +

 Archidendron clypearia (Jack) Niels. +

 Archidendron fagifolium +

Calliandra calothyrsus Meissn + + +

Calliandra tetragona +

Dalbergia tamarindifolia +

Erythrina orientalis +

Milletia dehiscens +Milletia sericea +

Mimosa pigra +

Mimosa pudica +

Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen +

Parkia intermedia Hassk. +

Pithecellobium ellipticum (Bl.) Hassk. +

Page 71: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 71/85

  71

FABACEAEPterocarpus indicus Willd. +

Sphatolobus ferruginensis Bth. +

Sphatolobus littoralis Hassk. +FAGACEAE

Castanopsis acuminatissima (Bl.) A.D.C. +

Castanopsis argentea (Bl.) DC + +Castanopsis javanica (Bl.) DC. + + + +

Castanopsis tungurrut (Bl.) DC. + +

Lithocarpus daphnoides (Bl.) A. Camus +

Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo +

Lithocarpus spicatus + +

Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. + + +

Lithocarpus teijsmanii (Bl.) Rehd. +

Quercus gemelliflora Bl. + + +

Quercus lineata + + +Quercus pyriformiv Steen. +

FERNSOleandra pistilaris +

Pteridium aquilinum +FLACOURTIACEAE

Casearia tuberculata Bl. +

Casearia velutina + +

Flacourtia rukam Zoll. & Mor. +

Pangium edule Reinw. +

GENTIANACEAE Gentiana quadrifaria Bl.

GESNERIACEAE Aesynanthus horsfieldii R.Br. + + Aesynanthus radicans Jack +

 Agalmyla parasitica (Lamk) O.K. +

Cyrtandra coccinea +

Cyrtandra glabra +

Cyrtandra oblongifolia Bth. ex Hk. +

Cyrtandra pendula Bl. +

Cyrtandra picta Bl. +

Cyrtandra rostrata Bl. +

Cyrtandra sandei De Vr. +Cyrtandra sulcata Bl. +

Didymocarpus asperifolia (Bl.) Bakh.f. +

Didymocarpus zollingeri (Clarke) O.K. +

GNETACEAE Gnetum cuspidatum +

HAMAMELIDACEAE  Altingia excelsa Noronha +

HYPERICACEAE Cratoxylum sumatranum

Page 72: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 72/85

  72

HYPOXIDACEAE Curculigo orchimoides Gaertn. + +ICACINACEAE

Gomphandra javanica (Bl.) Val. + + +

Platea excelsa Bl. + + + +

Platea latifolia Bl. +

Stemonurus secundiflorus Bl. +IRIDACEAE Trimeza martinicensis (L.) Herb.

JUGLANDACEAE Engelhardia spicata Lesch. ex Bl. +LAMIACEAE  Anisomeles indica (L.) O.K. +

Orthosiphon grandiflorus Bold. +Plectranthus galeatus +Scutellaria discolor  +

LAURACEAEBeilschmiedia madang (Bl.) Bl. +

Cinnanomum sintoc Bl. + + +

Lindera bibracteata (Nees) Boerl. + + + +Litsea accendens + +

Litsea cubeba (Lour.) Pers. + + +

Litsea diversifolia Bl. +

Litsea elliptica Bl. +

Litsea ferruginea Bl. +

Litsea grandis +

Litsea javanica Bl. +

Litsea mappacea (Bl.) Boerf. +

Litsea noronhae Bl. + +Litsea resinosa Bl. + +

Litsea tomentosa Bl. +

Litsea tuberculata (Bl.) Boerl. +

Neolitsea cassia (L.) Kosterm. + +

Neolitsea trilivervia (Bl.) Merr  + + +

Nothaphoebe coriacea + +

Persea rimosa (Bl.) Kosterm. + +

LECYTHIDACEAE Planchonia valida (Bl.) Bl. +LEEACEAE

Leea indica Burm.f  + +Leea rubra Bl. +

LILIACEAE Dianella javanica (Bl.) Kth. +Disporum cantoniense (Lour.) Merr. +Molineria capitulata (Lour.) Herb. +Molineria latifolia Herb. ex Kurz +Pleomele angustifolia +

Page 73: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 73/85

  73

LILIACEAE Pleomele elliptica +LOBELIACEAE Lobelia sp. +

LOGANIACEAE Fagraea elliptica Roxb. +

Fagraea fragrans Bl. + +

Fagraea lanceolata Bl. +Geniostoma arborescens (Reinw.) O.K. +

MAGNOLIACEAEMagnolia candolii Bl. +

Manglietia glauca Bl. + + + +

Michelia montana Bl. +

MALPHIGIACEAE Hiptage benghalensis (L.) Kurz +MALVACEAE

Sida acuta +Sida rhombifolia L. +Triumfetta rhomboidea +Urena lobata

+MARANTHACEAE Donax cannaeformis (G.Forst.) K.Schum. +

Marantha arundinacea Tuss. +

 Agiopteris evecta Hoffm. +MELASTOMATACEAE

 Astronia spectabilis Bl. + + +

Clidemia hirta D. Don. + + +

Creochiton bibracteata (Bl.) Bl. +

Dissochaeta gracillis (Jack) Bakh.f. + +

Dissochaeta leprosula (Bl.) Bl. +

Dissochaeta reticulata Bl. +Marumia muscosa Bl. +

Medinella exima Bl. +

Medinella laurifolia Bl. + +

Medinella sp. +

Medinilla speciosa Reinw.ex Bl. + +

Melastoma affine D. Don +

Melastoma malabathricum L. + +

Melastoma normale D. Don +

Melastoma polyanthum +Melastoma sylvaticum Bl. + +

Memecylon excelsum Bl. +

Memecylon myrsinoides Bl. +

Memecylon oleaefolium Bl. +

Omphalopus fallax (Jack) Naud. +

Pachycentria sp. +

Page 74: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 74/85

  74

MELASTOMATACEAEPternandra azurea (Bl.) Burck. + +

Rhodamnia sp. +

Sonerilla heterophylla Jack +MELIACEAE

 Aglaia sp. +

Dysoxylum alliaceum Bl. + + +Dysoxylum densiflorum (Bl.) Miq. + + +

Dysoxylum excelsum Bl. +

Melia azedarach +

Sandoricum koetjapi (Burm.f.) Merr. +

Toona sureni (Bl.) Merr. +MENISPERMACEAE

Fibraurea chloroleuca +

Perycampylus cauliflora (Miers) Diels +

Perycampylus glaucus (Lam.) Merr. +

Stephania capitata (Bl.) Spreng. +Stephania corymbosa (Bl.) Spreng. +

Stephania japonica var. discolor  +

MONIMIACEAE Kibara coriacea +MORACEAE

 Artocarpus elasticus Reinw. ex Bl. +

 Artocarpus gemeziana Wall. ex Trec. +

 Artocarpus integra +

Ficus alba Reinw. ex Bl. + + +

Ficus ampelas + +

Ficus aspericula +Ficus deltoidea Jack +

Ficus elastica Nois ex Bl. +

Ficus fistulosa Reinw. Ex Bl. + + +

Ficus fulva Reinw. +

Ficus fulva Reinw. ex Bl. +

Ficus globosa Bl. +

Ficus grosullarioides +

Ficus involucrata Bl. +

Ficus lepicarpa Bl. +Ficus montana Burm.f. +

Ficus padana Burm.f. + + +

Ficus pisocarpa +

Ficus ribes Reinw. Ex Bl. + + +

Ficus sagitata Vahl. +

Ficus sinuata Thunb. + + +

Page 75: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 75/85

  75

MORACEAEFicus variegata Bl. + + +

Poikilospermum suaveolens (Bl.) Merr. + +MUSACEAE

Musa acuminata Colla + +

Musa salaccensis Zoll. +MYRISTICACEAE

Horsfieldia glabra (Bl.) Warb. +Horsfieldia irya +

Knema cinerea (Poir) Warb. +

Knema laurina (Bl.) Warb. +

Myristica guatteriifolia DC +MYRSINACEAE  Ardisia crispa (Thunb) DC. + +

 Ardisia fuliginosa Bl. +

 Ardisia javanica +

 Ardisia laevigata Bl. +

 Ardisia odotophylla + Ardisia pendula Mez + + +

 Ardisia sanguinolenta DC + + +

Labisia pumila (Bl.) F.Vill. +

Maesa latifolia (Bl.) D.C. +

Maesa ramentacea Wall. +

Myrsine avensis (Bl.) D.C. +

Myrsine hasseltii Bl. ex Scheff  +

Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) Mez +MYRTACEAE

Cleistocalyx operculata Merr. & Perry +Decaspermum fruticosum J.R.& G.Forst +

Eugenia densiflora (Bl.) Duthie +

Eugenia fascigiata + +

Eugenia pycnantum + +

Syzygium antisepticum (Bl.) Merr & Perry +

Syzygium gracilis (Korth.) Amsh. +

Syzygium lineatum (Bl.) Merr & Perry + + + +Syzygium polyanthum +

Syzygium racemosum (Bl.) D.C. +Syzygium rostratum (Bl.) D.C. + +

Syzygium sp. +

Syzygium suringarianum (K.&V.) Amsh. +

Syzygium syzygioides (Miq.) Amrh. +Tristania sp. +

NEPENTHACEAE Nepenthes gymnophora Reinw. ex Nees + +

Page 76: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 76/85

  76

OLEACEAEChionanthus montanus Bl. +

Chionanthus ramiflorus +

Jasminum multiflorum (Burm.f.) Andr. +

Olea javanica (Bl.) Knobl. +

ONAGRACEAE Ludwigia linifolia Vahl. +ORCHIDACEAE

 Agrostophyllum bicuspidatum +

 Agrostophyllum denbergii +

 Agrostophyllum laxum J.J.Sm. +

 Apostasia nuda +

 Appendicula alba +

 Appendicula buxifolia +

 Appendicula congenera +

 Appendicula cornata +

 Appendicula cristata + Appendicula pendula +

 Appendicula ramosa Bl. +

 Appendicula reflexa +

 Arundina graminifolia + +

Bulbophyllum

Bulbophyllum absonditum J.J.S +

Bulbophyllum aliifolium +

Bulbophyllum cernuum (Bl.) Lindl. +

Bulbophyllum elongatum +Bulbophyllum flavescens +

Bulbophyllum flavidiflorum +

Bulbophyllum lobbii Lindl. +

Bulbophyllum macranthum +

Bulbophyllum obtusipetalum +

Bulbophyllum odoratum +

Bulbophyllum ovalifolium +

Bulbophyllum pahudii +

Bulbophyllum petiolatum +Bulbophyllum scotifolium +

Bulbophyllum stelis +

Bulbophyllum unguiculatum +

Bulbophyllum violaceum +

Bulbophyllum xylocarpi +

Calanthe abbreviata +

Page 77: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 77/85

  77

 ORCHIDACEAE Calanthe orchimoides +

Ceratochilus biglandulosus Bl. +

Ceratostylis capitata +

Ceratostylis subulata +

Chelonistele sulphurea (Bl.) Pfitz. +Coelogyne fuliginosa +

Coelogyne longifolia Lindl. +

Coelogyne miniata +

Coelogyne simplex +

Coelogyne speciosa +

Corybas pictus (Bl.) O.K. +

Cryptostylis arachnites +

Cymbidium ensifolium +

Cymbidium lancifolium Hook. +Cymbidium pubescens Lindl. +

Dendrobium aloifolium +

Dendrobium crumenatum +

Dendrobium excavatum +

Dendrobium hymenophyllum Lindl. +

Dendrobium lobulatum +

Dendrobium mutabile +

Dendrobium pandaneti +

Dendrobium paniferum +Dendrobium reflexitepalum J.J.S. +

Dendrobium spathilingue +

Dendrobium tenellum (Bl.) Lindl. +

Dendrobium tetraede +

Dendrochilum aurantiacum Bl. +

Dendrochilum brachyotum +

Dendrochilum cornutum Bl. +

Dendrochilum exalatum +

Dendrochilum pallideflavens +Dilochia wallichii Lindl. +

Dipodium scandens +

Disperis javanica +

Eria biflora +

Eria erecta (Bl.) Lindl. +

Eria flavescens (Bl.) Lindl. +

Page 78: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 78/85

  78

 ORCHIDACEAE Eria junghunii +

Eria lobata +

Eria oblitterata +

Eria robusta +

Eria tenuiflora +Erythrodes brevicalcar  +

Eulophia nuda Lindl. +

Flickingeria fimbricata +

Goodyera reticulata (B.) Bl. +

Lecanorchis javanica +

Lecanorchis multiflora +

Lepidogyne longifolia +

Liparis bilobulata J.J.S. +

Liparis compressa +Liparis gibbosa +

Liparis pallida (Bl.) Lindl. +

Liparis rheedii +

Macodes petola (Bl.) Lindl. +

Malaxis koordersii +

Malaxis ridleyi +

Micropera callosa +

Microsaccus affinis +

Nephelaphyllum pulchrum +Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. +

Oberonia imbricata +

Oberonia microphylla +

Oberonia similis +

Octarrhena parvula +

Phaius flavus (Bl.) Lindl. +

Phaius tankervillae (W. Ait.) Bl. +

Pholidota globosa (Bl.) Lindl. +

Pholidota imbricata +Pholidota pallida +

Plocoglottis javanica Bl. +

Podochilus muricatus +

Podochilus serpyllifolius (Bl.) Lindl. +

Podochilus tenuis +

Polystachya concreta +

Page 79: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 79/85

  79

 ORCHIDACEAE Pteroceras compressum +

Pteroceras fraternum +

Renanthera matutina +

Robiquetia spathulata +

Saccolobium rantii +Saccolobium sigmoideum +

Sarcostoma javanica +

Schoenorchis juncifolia Bl. +

Spathoglottis aurea +

Spathoglottis plicata Bl. +

Spiranthes sinensis +

Tainia elongata J.J.S. +

Thrixspermum anceps +

Thrixspermum conigerum +Thrixspermum pensile +

Thrixspermum purpurascens +

Thrixspermum squarrosum J.J.S. +

Trichotosia ferox +

Trichotosia pauciflora +

Vanda tricolor Lindl. +OXALIDACEAE Oxalis corniculata L. + +PANDANACEAE

Freycinetia angustifolia Bl. + + +

Freycinetia insignis Bl. +Freycinetia javanica Bl. + +

Freycinetia sp. + +

Pandanus furcatus Roxb. + +

Pandanus nitidus +

Pandanus tectorius Soland. ex Park. +PASSIFLORACEAE

Passiflora edulis Sims. +

Passiflora foetida L. +

Passiflora quadrangularis L. +

PINACEAE Pinus merkusii Jungh. & De Vriese + +PIPERACEAE

Peperomia laevifolia (Bl.) Miq. +

Peperomia tetraphylla (Forst.f.) Hook. ex Arn. + +

Piper aduncum L. + + +

Piper caninum Bl. +

Piper nigrescens +

Piper retrofaractum +

Page 80: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 80/85

  80

PITTOSPORACEAEPittosporum moluccanum (Lmk.) Miq. +

Pittosporum ramiflorum (Z.&M.) Zoll. ex Miq. +PLANTAGINACEAE Plantago mayor L. +POACEAE

 Axonophus compressus +

Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl. +Dendrocalamus asper (Schult.f.) Back. ex Heyne +

Digitaria sanguinalis Scov. +

Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.K. + +

Eleusine indica (L.) Gaertn. +

Gigantochloa apus (Bl.ex Schult.f.) Kurz +

Gigantochloa atroviolacea Widjaja +Gigantochloa hasskarliana (Kurz) Backer exHeyne +

Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja +

Gigantochloa robusta Kurz +

Imperata cylindrica var major C.E. Hubb. +

Isachne alben +

Isachne pangerangensis Z. & M. +

Lopathorium gracile +

Oplismenus compositus +

Paspalum conjugatum Berg. + +

Paspalum longifolium Roxb. +

Pogonatherum paniceum (LamHack.k) +

Schizostachyum blumei Nees +

Schizostachyum brachycladum Kurz +

Schizostachyum ireten Steudel +

Setaria palmifolia (Willd.) Stapf. + +

Thysanolaena maxima (Roxb.) O.K. +PODOCARPACEAE

Dacrycarpus imbricatus (Bl.) de Laub. +

Podocarpus imbricatus Bl. +

Podocarpus neriifolius D.Don + +

Prumnopytis amara (Bl.) de Laub +

POLYGALACEAE Polygala paniculata L. + +Polygala venenosa Juss. ex Poir  +

Xanthophyllum excelsum +POLYGONACEAE

Polygonum chinensis L. + +PROTEACEAE

Helicia robusta (Roxb.) R.Br. ex Wall + +

Helicia roxbughii (R.Br.) Bl. +

Page 81: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 81/85

  81

PROTEACEAE Helicia serrata (R.Br.) Bl. +

RANUNCULACEAE Thalictrum javanicum Bl. +RHAMNACEAE

Maesopsis enemii +

Ziziphus javanensis Bl. +

RHIZOPHORACEAE Gynotroches axillaris Bl. + + +ROSACEAE

Prunus arborea (Bl.) Kalkm. + + + +

Prunus gricea (C. Muell.) Kalkm. +

Prunus javanica (T. & B.) Miq. +

Pygeum latifolium Miq. +

Rubus elongatus Smith +

Rubus mollucanus L. + +

Rubus rosaefolius J.E. Smith +RUBIACEAE

 Argostemma borragineum Bl. ex DC + +

 Argostemma montanum Bl. ex DC + + + Argostemma uniflorum Bl. ex DC + +

Borreria laevis (Lamk) Griseb. +

Diodia ocymifolia Bremek +

Geophila repens +

Hedyotis rigida +

Hypobathrum frutescens Bl. +

Ixora javanica + +

Ixora salisifolia +

Lasianthus constrictus Wight. +Lasianthus inodorus Bl. +

Lasianthus laevigatus Bl. + +

Lasianthus lucidus Bl. +

Lasianthus oculuscati Bl. +

Lasianthus purpureus Bl. + +

Lasianthus reticulatus Bl. +

Lasianthus rhinocerotis Bl. +

Lasianthus stercorarius Bl. + + +

Maschalocorymbus corymbosus (Bl.) Brem. +Musaenda frondosa L. + +

Mycetia cauliflora +

Mycetia javanica (Bl.) Reinw. ex Korth. +

Neocauclea clycina (Bartl. ex DC.) Mrr. +

Neonauclea obtusa (Bl.) Merr. +

Nertera granadense +

Page 82: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 82/85

  82

 RUBIACEAE Ophiorrhiza junghunii +

Pavetta indica L. +

Pavetta montana Reinw.ex Bl. +

Psychotria curviflora Wall. +

Psychotria montana Bl. +Psychotria robusta Bl. +

Psychotria sarmentosa Bl. + +

Randia schoemannii (T. & B.) Bakh +

Randia wallichii Hook. f. +

Saprosoma arboretum Bl. +

Tarenna fragrans (Bl.) K. & V. + + +

Timonius seriaceus (Desf.) K. Sch. +

Timonius timon (Spreng) Merr. +

Uncaria gambir Roxb. + +Uncaria glabrata (Bl.) DC +

Uncaria pedicelata +

Urophyllum arboreum (Reinw. ex Bl. ) Korth + +

Urophyllum corymbosum +

Urophyllum glabrum Wall. + + +

Wendlandia glabrata DC + +RUTACEAE

 Acronychia laurifolia Bl. + + + +

 Acronychia pedunculata (L.) Miq + + +

Euodia glabra (Bl.) Bl. +Euodia latifolia DC + + + +

Melicope latifolia (DC.) T.G. Hartley +

Ruta oppositifolia +

SABIACEAE Meliosma lanceolata Bl. +SAPINDACEAE

 Arytera Sp. +

Lepisanthes tetraphylla +

Mischocarpus frutescens Bl. +

Mischocarpus sundaicus Bl. +

Nephelium juglandifolium Bl. +Otophora alata Bl. +

Pometia pinnata formaglabra (Bl.) Jacobs +

Pometia pinnata forma tomentosa  +SAPOTACEAE

Payena leerii (T. & B.) Kurz. +

Planchonella nitida + +

Page 83: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 83/85

  83

SAXIFAGRACEAEPolyosma illicifolia Bl. + + + +

Polyosma integrifolia Bl. +SCROPHULARIACEAE Lindernia sp. +

Picria felterrae Lour. +Torenia asiatica

+SELAGINELLACEAE Selaginella plana +SMILACACEAE

Smilax leucophylla Bl. + +

Smilax macrocarpa Bl. + +

Smilax zeylanica L. + + +SOLANACEAE

Lysianthes laevis +

Lysianthes lysimachioides +Physalis minima L. + +

Solanum verbascifolium Bl.

STAPHYLIACEAETurpinia montana (Bl.) Kurz. +Turpinia sphaerocarpa Hassk. +

STEMONACEAE Stemona javanica (Kth.) Engl. +STERCULIACEAE

Commersonia bartramina +

Sterculia coccinea Jack +

Sterculia subpeltata +SYMPLOCACEAE

Symplocos cochichinensis (Lour.) S. Moore + + +

Symplocos fasciculata Zoll. + + + +

Symplocos odoratissima (Bl.) Chaisy + +THEACEAE

Eurya acuminata DC. + + + +Eurya glabra (Bl.) Korth. +

Gordonia excelsa (Bl.) Bl. +

Laplacea integerrima Miq. +

Pyrenaria serrata Bl. +

Schima wallichii (DC.) Korth. + + + +

Ternstroemia japonica (Thun.) Thun. + + +

Ternstroemia lanceolata + + +

Thea lanceolata (Bl.) Piere + + +THYMELAEACEAE

Daphne composita (L.f.) Gilg. +Gonystyllus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw +

ULMACEAECeltis timorensis Span. +

Gironniera subaequalis Planch. +

Trema orientalis (L.) Bl. + +URTICACEAE

Elattostema nigrescens Miq. + +

Elattostema sinuatum (Bl.) Hassk. +

Page 84: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 84/85

  84

 URTICACEAE Laportea stimulans (L.f.) Gaud. Ex Miq. +

Pilea angulata (Bl.) Bl. +

Pilea melastomoides (Poir.) Bl. +

Pipturus sp. +

Procris frutescens Bl. +Procris pedunculata (Forst. f.) Wedd.. +

Villebrunea rubescens Bl. +VACCINIACEAE

Vaccinium bancanum Miq. +

Vaccinium laurifolium (Bl.) Miq. +

Vaccinium lucidum (Bl.) Miq. +

Vaccinium sp. +

Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. +VERBENACEAE Callicarpa longifolia Lamk. +

Cayratia geniculata (Bl.) Gagn.+

Cayratia japonica +Clerodendrum laevifolium +

Lantana camara L. + +VITACEAE  Ampelocissus thyrsiflora +

Cissus discolor Bl. +Pterisanthes cissoides Bl. +Tetrastigma glabratum (Bl.) Planch. +Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch. +Tetrastigma papilissum (Bl.) Planch.

+Vitex trifoliata L. +

ZINGIBERACEAE Achasma foetus Val. +

 Alpinia galanga (L.) Swartz +

 Alpinia javana Bl. +

 Alpinia robusta +

 Alpinia scabra Bl. +

 Amomum compactum Soland. ex Maton +

 Amomum pseudopoetens Val. +Brachychilum horsfieldii (R.Br. Ex Wall.) O.G.Peters. +Costus speciousus (Koen.) J.E. Smith + +

Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam. +

Etlingera punicea (RSm.oxb.) R.M. +

Etlingera solaris +

Globba marantina L. +

Page 85: Merajut Pesona Gunung Salak

7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak

http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 85/85

 ZINGIBERACEAE  Globba pendula +

Hedichyum conorarium + +

Hornstedtia paludoa (Bl.) Val. +

Hornstedtia pininga (Bl.) Val. + + +

Nicolaia solaris (Bl.) Horan. +Zingiber aromatica Val. +