analisis masalah umi
DESCRIPTION
analisi umi 2TRANSCRIPT
Mengapa anggota gerak ikut terasa berat?
Kelemahan pada otot-otot pada miastenia gravis dan meningkatnya kelemahan otot pada
saat melakukan kegiatan fisik adalah disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor asetilkolin pada
neuromuscular junction. Pada orang normal waktu untuk kegiatan fisik adalah lebih lama
dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan kekuatan otot atau istirahat, sebaliknya
pada miastenia gravis justru waktu yang dibutuhkan untuk istirahat adalah lebih lama
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan fisik1.
Mekanisme imunogenik memegang peranan yang sangat penting pada patofisiologi
miastenia gravis. Observasi klinik yang mendukung hal ini mencakup timbulnya kelainan
autoimun yang terkait dengan pasien yang menderita miastenia gravis, misalnya autoimun
tiroiditis, sistemik lupus eritematosus, arthritis rheumatoid, dan lain-lain. Sejak tahun 1960, telah
didemonstrasikan bagaimana autoantibodi pada serum penderita miastenia gravis secara
langsung melawan konstituen pada otot. Hal inilah yang memegang peranan penting pada
melemahnya otot penderita dengan miastenia gravis. Tidak diragukan lagi, bahwa antibodi pada
reseptor nikotinik asetilkolin merupakan penyebab utama kelemahan otot pasien dengan
miastenia gravis. Autoantibodi terhadap asetilkolin reseptor (anti-AChRs), telah dideteksi pada
serum 90% pasien yang menderita acquired myasthenia gravis generalisata. Mekanisme pasti
tentang hilangnya toleransi imunologik terhadap reseptor asetilkolin pada penderita miastenia
gravis belum sepenuhnya dapat dimengerti. Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai “penyakit
terkait sel B”, dimana antibodi yang merupakan produk dari sel B justru melawan reseptor
asetilkolin. Peranan sel T pada patogenesis miastenia gravis mulai semakin menonjol. Timus
merupakan organ sentral terhadap imunitas yang terkait dengan sel T. Abnormalitas pada timus
seperti hiperplasia timus atau thymoma, biasanya muncul lebih awal pada pasien dengan gejala
miastenik. Pada pasien miastenia gravis, antibodi IgG dikomposisikan dalam berbagai subklas
yang berbeda, dimana satu antibodi secara langsung melawan area imunogenik utama pada
subunit alfa. Subunit alfa juga merupakan binding site dari asetilkolin. Ikatan antibodi reseptor
asetilkolin pada reseptor asetilkolin akan mengakibatkan terhalangnya transmisi neuromuskular
melalui beberapa cara, antara lain : ikatan silang reseptor asetilkolin terhadap antibodi anti-
reseptor asetilkolin dan mengurangi jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction
dengan cara menghancurkan sambungan ikatan pada membran post sinaptik, sehingga
mengurangi area permukaan yang dapat digunakan untuk insersi reseptor-reseptor asetilkolin
yang baru disintesis5.
Bagaimana cara pemeriksaan reflex patologis?
babinski (-)
Pemeriksa menggores bagian lateral telapak kaki dengan ujung palu refleks.
Reaksi : Dorsofleksi ibu jari kaki disertai plantarfleksi dan gerakan melebar jari-jari lainnya
chaddock (-)
Pemeriksa menggores dibawah dan sekitar maleolus eksterna ke arah lateral dengan palu refleks
ujung tumpul.
Reaksi : sama dengan babinski sign
Apa WD pada kasus?
Miastenia Gravis
Apa definisi WD pada kasus?
Miastenia gravis adalah suatu keadaan yang ditandai oleh kelemahan atau kelumpuhan otot-otot
lurik setelah melakukan aktivitas dan akan pulih kekuatannya setelah beberapa saat yaitu dari
beberapa menit sampai jam.
Bagaimana etiologi pada kasus?
Miastenia gravis adalah suatu penyakit autoimun yang berhubungan dengan penyakit-
penyakit lain seperti : tirotoksikosis, miksedema, artritis rematoid dan lupus eritematosus
sistemik. Dulu di katakan bahwa IgG autoimun antibodi merangsang pelepasan thymin, suatu
hormon dari kelenjar timus yang mempunyai kemampuan mengurangi jumlah asetilkolin.
Sekarang dikatakan bahwa miastenia gravis disebabkan oeh kerusakan reseptor asetilkolin
neuromuscular junction akibat penyakit autoimun1. Pada penyakit miastenia gravis yaitu
kelemahan otot yang berbahaya telah ditemukan adanya antibodi yang menduduki reseptor
acetylcholine dari motor end plate sehingga ia tidak dapat menggalakkan serabut-serabut otot
skeletal. Antibodi tersebut dikenal sebagai antiacetylcholine reseptor antibodi ayng terbukti
dibuat oleh kelenjar timus yang dihasilkan oleh proses imunologik. Ketepatan konsep itu telah
dikonfirmasi oleh tindakan operatif menyingkirkan timus (timektomi) untuk melenyapkan
penyakit miastenia gravis. Membran postsinaptik dari sinaps itu menjadi atrofik akibat reaksi
imunologik, karena itu penyerapan acetylcholine sangat menurun. Lagipula jarak antar membran
ujung terminal akson motoneuron dan membran motor end plate menjadi lebih panjang sehingga
cholinesterase mendapat kesempatan yang lebih besar untuk menghancurkan lebih banyak
acetylcholine sehingga potensial aksi postsinaptik yang dicetuskan menjadi lebih kecil. Dalam
pada itu kontraksi otot skeletal pertama-tama berlalu secara normal, tetapi kontraksi-kontraksi
berikutnya menjadi semakin lemah dan berakhir pada kelumpuhan total. Setelah istirahat,
kontraksi otot pulih kembali untuk kemudian melemah dan lumpuh lagi. Kelemahan yang
bergelombang seperti itu dikenal sebagai kelemahan miastenik. Otot-otot yang paling sering
dilanda kelemahan mistenik adalah otot-otot okuler dan otot-otot penelan. Otot-otot anggota
gerak dan pernafasan dapat terkena juga pada tahap lanjut miastenia gravis4.
Pada miastena gravis ciri-ciri imunologik lebih lengkap daripada penyakit otot lainnya.
Gejala tunggal utama adalah kelemahan otot setelah mengeluarkan tenaga yang sembuh kembali
setelah istirahat. Walaupun kelumpuhan khas itu dapat timbul pada setiap otot terutama otot-otot
okuler dan saraf kranial motorik yang sering terkena juga adalah otot wajah dan otot penelan.
Pembuktian etiologi auto-imunologiknya diberikan oleh kenyataan bahwa glandula timus
mempunyai hubungan yang erat. Pada 80% dari penderita mistenia gravis didapati glandula
timus yang abnormal. Kira-kira 10% dari mereka memperlihatkan struktur timoma dan pada
penderita lainnya terdapat infiltrat limfosit pada pusat germinativa di glandula timus seperti juga
ditemukan pada penderita lupus eritematosus sistemik, tirotoksikosis, miksedema, penyakit
Addison dan anemia hemolitik eksperimental pada tikus. Gambaran histologik otot yang terkena
terdiri dari reaksi CMI. Antibodi dan faktor rheumatoid kedua-duanya ditemukan pada
maworitas penderita miastenia gravis. Kombinasi dengan arthritis rheumatid, lupus, anemia
pernisiosa, sarkoidosis, Hodgkin dan tiroidits sering dijumpai pada beberapa penderita
miastenia gravis4.