analisis masalah skenario a blok 19
DESCRIPTION
analisis masalah skenario a blok 19 mata 2015TRANSCRIPT
1. Bagaimana anatomi mata?
Gambar 1. Anatomi mata
Gambar 2. Anatomi mata
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
berwarna putih dan relatif kuat.
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak
mata dan bagian luar sklera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian
belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui
saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visuil dari retina ke otak.
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara
lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus
siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan
di depan retina (mengisi segmen posterior mata)
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur
jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup,
seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar
gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di
sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran
pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup
iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa
memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek
yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi
lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang
jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis
dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi
kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang
sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian
retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung
saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang
tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik
yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya.
Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma
optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).
Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh
cairan:
1) Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi
humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur
mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2
bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik
posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan
normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari
bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2) Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang
sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga
bentuk bola mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot
bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga
mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di
dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh
kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain
dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri
dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena
oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar
melalui mata bagian belakang.
2. Bagaimana cara pemeriksaan oftalmologi pada kasus?
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Cara memeriksa visus ada beberapa tahap :
1. Menggunakan chart membaca chart dari jarak yang ditentukan,
biasanya 5 atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena
pada jarak tersebut mata normal akan relaksasi dan tidak
berakomodasi. Kartu yang digunakan ada beberapa macam :
Snellen chart kartu bertuliskan beberapa huruf dengan
ukuran yang berbeda untuk pasien yang bisa membaca.
E-chart kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah
kakinya berbeda-beda.
Cincin Landolt kartu dengan tulisan berbentuk huruf ‘c’,
tapi dengan arah cincin yang berbeda-beda.
Cara memeriksa :
a. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan
posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5
meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata
normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat
melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 meter, berarti visus
normalnya 6/6.
b. Pastikan cahaya harus hidup.
c. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kirir harus
ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
d. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus
5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris
berikutnya visus normal.
Bila pasien tidak bisa membaca pada baris tertentu di atas
visus normal, cek pada 1 baris tersebut,
- Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dengan false 1.
- Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak
pada baris tersebut dengan false 2.
- Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah
huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat
diatas baris yang tidak dapat dibaca.
- Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya
terdapat di baris atasnya.
Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan
menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada
penglihatan pasien).
- Bila visus tetap berkurang berarti bukan kelainan
refraksi,
- Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya berarti
ada kelainan refraksi.
2. Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari.
Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan kartu Snellen
chart 5 atau 6 m.
- Dapat menghitung jari pada jarak 6 meter visusnya 6/60.
- Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka maju 1
meter dan lakukan penghitungan jari. Bila pasien dapat
membaca, visusnya 5/60.
- Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 meter,
dimajukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan pasien.
3. Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka
dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan.
Lambaian tangan dilakukan tepat 1 meter di depan pasien. Dapat
berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas dan bawah. Bila
passien dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300.
4. Bila tiak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan
penyinaran, dapat menggunakan pen light.
Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/ ∞. Tentukan arah
proyeksi :
- Bila pasien dapat menyebutkan darimana arah sinar yang
datang, maka visusnya 1/∞ dengan proyeksi baik. Proyeksi
sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui
apakah angkapan retina masih bagus di 4 sisi tersebut;
temporal, nasal, superior, inferior.
- Bila pasien tak dapat menyebutkan dari mana arah datang
sinar, berarti visusnya 1/∞ dengan proyeksi salah.
5. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0.
- Pemeriksaan tekanan intraokuler
Pemeriksaan tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri.
Ada 3 macam tonometri :
1. Tonometri Digital
Pengukuran berdasarkan perasaan kedua jari dan keahlian dokter.
Cara pemeriksaan : penderita melihat ke bawah tanpa menutup
matanya, kemudian kita letakkan kedua jari telunjuk di atasnya,
dengan satu jari menekan sedangkan jari yang lain menahan
secara bergantian. Tinggi rendahnya dicatat dengan:
Tio : Tensi intraokuler = N (Normal)
Tio : N +1 (agak tinggi)
Tio : N -1 (agak rendah), dsb.
2. Tonometri Schiotz
Alat ini dapat dibawa kemana-mana. Hasil pembacaaan bisa
terlalu rendah, jika pada miopia. Cara pemeriksaan : penderita
berbaring tanpa batal, matanya ditetesi pantokain 1-2% satu kali.
Suruh penderita melihat lurus ke atas dan letakkan tonometer
dipuncak kornea. Jarum tonometer akan bergerak diatas skala dan
menumpuk pada satu angka diatas skala tersebut. Tonometer ini
mencatat tahapan terhadap timbangan tertentu, yang
menimbulkan tekanan pada kornea. Anak timbangannya yang
dipakai 5,5 gr, 7,5 gr, 10gr, 15gr. Misalnya; angka geseran di
skala 5, timbangan yang dipakai 5,5gr, maka Tio = 5/5,5, yang
menurut tabel menunjukkan 17,3 mmHg.
3. Tonometri Aplanasi-Glodman
Alat ini memerlukan slitlamp dan diakui standar internasional. Dengan alat
ini kekakuan sklera dapat diabaikan, sehingga hasil pengukuran lebih
cermat.
- Blefarospasme : kedipan kelopak mata yang keras dan hilang waktu
tidur. Dapat dilihat berupa tindakan memejamkan mata dengan kuat
yang tidak disadari,dapat berlangsung beberapa detik sampai
beberapa jam.
- Subkonjungtiva bleeding
- Bilik mata depan terdapat darah
Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade
(Sheppard) :
1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
(20%)
3. Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)
4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)
- Edema kornea
Menggunakan senter yang diarahkan ke kornea untuk menilai
refleks cahaya pada permukaan kornea yang berbentuk bintik
cahaya.
Interpretasi :
Cerah/mengkilat : kornea jernih dan jaringan parut (putih)
Suram : erosi kornea,radang kornea atau edema kornea.
Uji Placido : untuk melihat kelengkungan kornea.
Dipakai papan placido dengan gambaran lingkaran konsentris
putih hitam yang menghadap ke sumber cahaya dan pasien
berada di belakang cahaya. Melalui lubang kecil di tengah
plasidoskop dapat dilihat gambaran bayangan plasido pada
kornea.
Interpretasi :
Normalnya bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran
konsentris
Lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea
Garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme irregular
akibat adanya infiltrat ataupun parut kornea
Gambaran kurang tegas mungkin akibat edema kornea
- Iris
Pemeriksaan menggunakan senter yang diarahkan ke mata.
Interpetasi :
Iris yang baik memiliki cekungan-cekungan radier (kripti).
Untuk menilai kejernihan Bilik Mata Depan (BMD) perhatikan
kripti iris.
Kripti iris terlihat jelas : jernih
Kripti iris tidak jelas : keruh
Kedalaman BMD : sinari iris dari samping,lalu perhatikan luasnya
permukaan iris yang mendapat penyinaran.
Sebagian kecil permukaan iris yang mendapat sinar : BMD
dangkal
Seluruh/sebagian besar permukaan iris tersinari : BMD dalam
- Pupil
Perhatikan bentuk pupil yaitu bulat konsentris. Pupil yang tidak
bulat/tidak teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea
(sinekkia).
Nilai besarnya pupil dalam mm : isokor (kedua pupil sama
besar),anisokor (kedua pupil tidak sama besar).
Refleks pupil : miosis (<2 mm) dan midriasis (>5 mm)
- Lensa
Sinari pupil dari depan. Perhatikan warna pupil.
Shadow test. Ubah sinar dari samping (45◦) dan sinari iris.
Interpretasi :
a. Bila bayangan iris terlihat besar dan letaknya jauh terhadap
pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya katarak
immatur
b. Bila bayangan iris terlihat kecil dan dekat terhadap pupil
berarti lensa sudah keruh seluruhnya katarak matur
- Segmen posterior : menggunakan oftalmoskop untuk menilai
gambaran vitreus,nervus optikus,retina,makula dan papil.
3. Apa WD pada kasus?
Seorang anak laki-laki, umur 10 tahun mengalami hifema dengan
komplikasi glaukoma sekunder sudut tertutup akut et causa perdarahan iris
dan badan siliar karena trauma tumpul oculi dextra.
4. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus?
- Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan
epifora (pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi) dan
blefarospasme (kelopak mata berkedip tidak terkendali) .
- Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun
- Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila
jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
- Terjadi peningkatan tekanan intraocular
- Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam
penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi
lensa (Putusnya penggantung lensa menyebabkan lensa masuk kedalam
badan kaca atau vitreus), ablasio retina (kelainan retina dimana lapisan
kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel pigmen), oedem
macula (pembengkakan pada makula, daerah dekat pusat retina mata).
- Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan
mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan
jaringan kornea.
- Kadang-kadang terlihat iridoplegia (kelumpuhan sphincter dari iris
sehingga pupil menjadi lebar/ midriasis) dan iridodialisis (keadaan
dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat
dan pada pangkal iris terdapat lubang).
Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda,
edema palpebra, midriasis (dilatasi atau pelebaran pupil berlebihan),
anisokor pupil (perbedaan diameter pupil kanan dan kiri) dan sukar
melihat dekat.
Gambaran klinik dari penderita dengan hifema traumatik adalah : adanya
anamnesa trauma, terutama mengenai matanya, ditemukan perdarahan
pada bilik depan bola mata (diperiksa dengan flashlight) kadang-kadang
ditemukan gangguan tajam penglihatan. ditemukan adanya tanda-tanda
iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, penderita mengeluh nyeri pada
mata, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), sering disertai
blepharospasme, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu lethargia,
disorientasi, somnolen.
5. Apa SKDI pada kasus?
Pendarahan subkonjungtiva : standar kompetensi 4A
Hifema dan Glaukoma sekunder : standar kompetensi 3A
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/4/Chapter
%20II.pdf
https://kumahasia.files.wordpress.com/2010/06/human-eye-anatomy-
diagram.jpg