analisis kritis daerah alir sungai (das) situ...

123
ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi) Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S-1) Oleh: MOH. RANGGARA NUGROHO 2040.9300.2656 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAKARTA 2010 M / 1431 H UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Upload: phungphuc

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi) Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh:

MOH. RANGGARA NUGROHO 2040.9300.2656

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JAKARTA 2010 M / 1431 H

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 2: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

i

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU

GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MOH. RANGGARA NUGROHO 2040.9300.2656

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JAKARTA 2010 M / 1431 H

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 3: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

ii

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU

GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh MOH. RANGGARA NUGROHO

2040.9300.2656

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764

Zainul Arham, M.Si NIP. 19740730 200710 1 002

NIP.

Mengetahui,

NIP.

Ketua Program Studi Sistem Informasi

A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 150 411 252

Page 4: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Analisis Kritis Daerah Alir Sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan” telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 06 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi.

Jakarta, September 2010

Tim Penguji,

Penguji I, Penguji II,

Zulfiandri, S.Kom,MMSI

Ditdit N.Utama, MMSI,M.Com

NIP. 19700130 200501 1 003

NIP. 19741129 200801 1 006

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir.Bakri La Katjong MT ,M.Kom NIP.470 035 764

Mengetahui,

Zainul Arham ,M.si NIP. 19740730 200710 1 002

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Sistem Informasi

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 150 411 252

Page 5: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2010

Moh. Ranggara Nugroho 2040.9300.2656

Page 6: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

v

ABSTRAK Moh. Ranggara Nugroho, Analisis Kritis Daerah Alir Sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan (Studi Kasus : Situ Gintung). (Dibawah Bimbingan Bakri La katjong dan Zainul Arham).

Sistem Informasi Geografi adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah dan menganalisis dan menghasilkan data yang bereferensi geografis atau geospatial untuk pengambilan keputusan. SIG menampilkan data berupa peta-peta digital sehingga data mudah dianalisis dan tidak mudah rusak hal ini tentu berbeda dengan data yang berupa lembaran kertas atau peta-peta non digital. Hal ini tentu saja memudahkan si pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Pada penelitian ini peneliti membuat analisis areal lahan di Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan dengan menampilkan peta jarak aman, lahan Existing baik peta jalan, pemukiman, lahan hijau dan jenis tanah di wilayah Situ Gintung. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi sistem informasi geografis areal lahan Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan adalah : studi pustaka, observasi, dan metode pengembangan SIG yang meliputi konsep, analisis, pengumpulan materi, pemetaan area lahan, dan implementasi. Dalam hal ini SIG bertujuan membantu menginformasikan kepada masyarakat agar mereka dapat mengetahui areal Situ Gintung, jarak bebas pembangunan pemukiman menurut peraturan pemerintah dan penggunaan lahan eksisting.

Kata Kunci :Analisi Kritis, Daerah Alir Sungai (DAS), Situ Gintung, Ciputat

Tangerang Selatan Referensi :10 Buku (1993 – 2007) V Bab + 86 halaman + 25 gambar + 4 tabel + 4 lampiran

Page 7: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Penguasa alam jagat raya

ini yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan Maha Penyayang yang sayangnya

tiada akan pernah terbilang. Dan berkat kasih sayangNya pulalah penulis dapat

mengerjakan skripsi ini. Shalawat serta salam kecintaan hanya tercurahkan kepada

insan budiman manusia pilihan, Nabi besar kita Muhammad SAW. Semoga kita

semua mendapatkan syafaatnya baik didunia maupun diakherat kelak. Amin.

Setelah berusaha keras akhirnya atas izin Allah SWT penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Meskipun demikian, penulis sadar bahwa dalam

mengerjakan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi.

2. Bapak Bakri La Katjong, MT, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing satu.

3. Bapak Zainul Arham, M.Si, selaku Pembimbing dua.

4. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom sebagai Ketua Program Studi Sistem

Informasi

5. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI sebagai Sekretaris Progam Studi Sistem

Informasi, beserta staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Herlino Nanang, MT, selaku Sekretaris Teknis Program Non

Reguler Fakultas Sains dan Teknologi.

Page 8: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

vii

7. Papa (Alm) dan Mama serta kedua abangku tercinta dan ponakanku yang

lucu, yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan semangat

yang tiada henti-hentinya.

8. Buat temen–temen SI’04B angkatan 2004 beserta teman-teman

seperjuangan lainnya dan semua pihak yang telah membantu penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang

terdapat dalam skripsi ini. Atas dasar itulah penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang berkenan

dihati. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Jakarta, September 2010

Peneliti

Page 9: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul.................................................................................................. i

Halaman Persetujuan Pembimbing.................................................................. ii

Halaman Pengesahan Ujian............................................................................ iii

Halaman Pernyataan........................................................................................ iv

Abstrak............................................................................................................. v

Kata Pengantar................................................................................................. vi

Daftar Isi........................................................................................................... viii

Daftar Tabel...................................................................................................... xi

Daftar Gambar.................................................................................................. xii

Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 4

1.3 Batasan Masalah...................................................................... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 5

1.4.1 Tujuan............................................................................ 5

1.4.2 Manfaat.......................................................................... 5

1.5 Metodologi Penelitian............................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 7

Bab II Landasan Teori ............................................................................... 9

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi.............................................. 9

2.1.1 Pengertian Sistem.......................................................... 9

2.1.2 Pengertian Informasi..................................................... 11

2.2 Sistem Informasi Geografi...................................................... 12

2.2.1 Definisi Sistem Informasi Geografis............................. 12

Page 10: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

ix

2.2.2 Data Raster.................................................................... 17

2.2.3 Data Vektor.................................................................. 18

2.2.4 Definisi Buffering........................................................ 19

2.2.5 Geomorologi................................................................ 23

2.2.6 Lahan Potensial dan Lahan Kritis............................... 27

2.2.7 Persebaran Lahan Potensial dan Lahan Kritis............. 36

Bab III Metodologi Penelitian..................................................................... 53

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 53

3.2 Bahan dan Alat………………………………………………. 53

3.2.1 Bahan.............…………………………………………. 53

3.2.2 Alat...................................…………………………….. 54

3.3 Populasi dan Sampel................……………............................. 54

3.4 Metode Yang Digunakan…………………………………….. 55

3.4.1 Metode Penelitian..…………………………………….. 55

3.4.2 Metode Pelaksanaan.…………………………………… 57

Bab IV Hasil dan Pembahasan...................................................................... 59

4.1 Profil Instani…………………………...................................... 59

4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane (Permen No. 13/PRT/M/2006)........

59

4.1.2 Sejarah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane..........................................................................

60

4.1.3 Visi dan Misi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane..........................................................................

62

4.1.4 Tujuan dan Sasaran......................................................... 63

4.1.5 Strategi dan Kebijakan.................................................... 64

4.1.6 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane..........................................................

65

Page 11: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

x

4.2 Wilayah Situ Gintung................................................................. 66

4.3 Pembahasan............................................................................... 68

4.3.1 Pengolahan Area Situ Gintung dan Jarak Bebas............ 68

4.3.2 Lahan Existing............................................................... 78

4.4 Rencana Pembangunan.............................................................. 84

Bab V Penutup 85

5.1 Kesimpulan.............................................................................. 85

5.2 Saran........................................................................................ 85

Daftar Pustaka.................................................................................................. 86

Lampiran Lampiran 1 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Skripsi Pada

Dinas Pekerjaan Umum.....................................................

xv

Lampiran 2 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Skripsi Pada

Kelurahan Cireundeu.........................................................

xvi

Lampiran 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.................................. xvii

Lampiran 4 Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing............ xxxvi

Page 12: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kelas Kemampuan Lahan, Sifat, dan Resiko Ancaman........ 29

Tabel 2.2 Butir Batuan dan Diameternya….…..................................... 31

Tabel 2.3 Kemiringan Lereng ……………………………………….. 38

Tabel 2.4 Nilai-Nilai Tipikal Sudut Gesek............................................ 49

Page 13: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Komponen-Komponen GIS............................................. 14

Gambar 2.2 Sumber Data Sistem Informasi Geografis....................... 16

Gambar 2.3 Profil Tanah……………….............................................. 27

Gambar 2.4 Kemiringan Lereng Potensial.......................................... 34

Gambar 2.5 Kemiringan Lereng Kritis................................................ 36

Gambar 2.6 Penyebab terjadinya lahan kritis..................................... 47

Gambar 2.7 Cara-cara pengawetan tanah (konservasi tanah)............ 48

Gambar 3.1 Flowchart Kegiatan Pelaksanaan Skripsi........................ 57

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane….................................................….

65

Gambar 4.2 Batas Administrasi Kelurahan Cireundeu….………….. 66

Gambar 4.3 Menu Add Theme………………………………………. 69

Gambar 4.4 Peta Areal Situ Gintung.................................................. 70

Gambar 4.5 View (Properties).…………………………………….. 71

Gambar 4.6 Menu View Properties................................................... 72

Gambar 4.7 Line Yang Sudah Berubah Warna................................. 73

Gambar 4.8 Create Buffers…………………………..…................. 74

Gambar 4.9 Create Buffers “the features of a theme”...................... 75

Gambar 4.10 Create Buffers “at a specified distance”......................... 75

Gambar 4.11 Create Buffers “a new theme”...................................... 76

Gambar 4.12 Hasil Buffers.................................................................. 77

Gambar 4.13 Lahan Existing ”jalan ”................................................... 78

Gambar 4.14 Lahan Existing ”Pemukiman/Lahan Hijau”................. 79

Page 14: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xiii

Gambar 4.15 Hasil Buffering Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Tahun 1993 pasal 10 bagian a…………………

80

Gambar 4.16 Hasil Buffering Menurut Topografi.………………….. 81

Gambar 4.17 Potongan Situ Gintung....………................................... 82

Gambar 4.18 Jenis Tanah.................................................................... 83

Gambar 4.19 Rencana Pembutan Gorong-gorong ............................. 84

Page 15: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah merambah di semua aspek kehidupan di

seluruh dunia, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan

komputer dalam dunia pendidikan dan kerja yang sudah tidak asing lagi.

Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi si

pengguna dalam memenuhi kebutuhan akan informasi. Salah satu contoh

kemajuan teknologi informasi di bidang geografi adalah Sistem Informasi

Geografi (SIG).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang

digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan, memeriksa,

mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-

data yang berhubungan dengan posisi di permukaan bumi.

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem dapat diubah

dari sistem konvensional menjadi sebuah sistem berbasis geografis atau

gambar, yang dimaksud dengan sistem konvensional adalah sistem yang

hanya dapat menampilkan data-data atribut saja, sedangkan sistem yang

berbasis geografis adalah sistem yang dapat menampilkan gambaran dari

situasi dan data atribut seperti yang ditampilkan pada sistem konvensional

(Yousman, 2004) .

Page 16: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

2

Perkembangan teknologi saat ini telah banyak membantu manusia

dalam mengerjakan pekerjaan mereka sehingga menjadi lebih mudah,

cepat dan hasil yang memuaskan.

Situ Gintung sebagai bagian dari sistem aliran Sungai Ciliwung

Cisadane di bangun sejak tahun 1932 hingga 1933 oleh Belanda

Pemanfaatan Situ Gintung adalah untuk kebutuhan air masyarakat,

perikanan, pengendali banjir dan wisata.

Tetapi pada tanggal 27 Maret 2009 tanggul Danau gintung jebol

dengan kronologi sebagai berikut:

Berawal pada tanggal 26 Maret 2009 mulai jam 16.00 hingga 19.00

wib, hujan lebat dan disertai angin kencang dan petir melanda kawasan

Ciputat dan sekitarnya membuat permukaan air danau Situ Gintung

meningkat dan melebihi kapasitas. Akibatnya tanggul Situ yang berada di

Kelurahan Cirendeu Ciputat jebol dan air meluap ke pemukiman warga

yang berada di belakang tanggul tersebut. Ratusan pemukiman warga

mengalami luluhlantah dan puluhan rumah dan bangunan lainnya

mengalami kerusakan cukup parah. Ratusan rumah penduduk hancur luluh

merata dengan tanah, puluhan penduduk meninggal dunia dan ratusan

penduduk dinyatakan hilang.

Page 17: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

3

Tanggal 26 maret 2009 :

1. Pukul 14.00 WIB turun hujan deras disertai angin.

2. Pukul 16.00 WIB hujan makin deras disertai butiran es melanda

wilayah selatan Jakarta yang mengakibatkan air Situ Gintung

penuh.

3. Pukul 23.00 WIB warga mulai mendengar suara gemuruh dari arah

tanggul di Situ Gintung dan sejumlah warga mulai berbenah karena

takut tanggul akan jebol.

Tanggal 27 maret 2009 :

1. Pukul 00.00 WIB – 01.00 WIB tanggul di sisi utara mulai retak.

2. Pukul 03.00 WIB – 04.00 WIB tanggul yang dijadikan jembatan

yang dibangun Belanda tahun 1930-an tidak mampu menahan air

dan akhirnya jebol. Air bah menerjang RT.02, RT.03, RT.04 yang

berada di RW.08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cireundeu,

Ciputat, Tangerang.

3. Pukul 04.00 WIB air mulai bertambah tinggi, warga mengungsi,

ada yang naik ke atap rumah. (sumber BBMG Wilayah II

Kampung Utan Ciputat)

Saat ini lahan di sekitar Situ Gintung telah berubah seakan sebuah

lahan tidur yang tentu saja memerlukan penataan ulang, untuk

menghindari terulangnya kejadian yang sama maka pada kesempatan ini

Page 18: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

4

saya tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS KRITIS

DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU GINTUNG CIPUTAT

TANGERANG SELATAN” untuk sebagai bahan informasi untuk

mendukung penataan lahan Situ Gintung bagi pemerintah kota Tangerang

khususnya Dinas PU (Pekerjaan Umum)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah yang

akan penulis lakukan kemukakan adalah:

1. Bagaimana merancang GIS yang bisa menggambarkan kondisi fisik

areal Situ Gintung dan sekitarnya.

2. Bagaimana GIS tersebut dapat menjadi penataan lahan di sekitar Situ

Gintung berupa lokasi-lokasi peruntukan:

- Areal Situ Gintung.

- Jarak bebas pembangunan pemukiman terhadap

pemukiman menurut peraturan pemerintah.

- Penggunaan lahan eksisting.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan supaya penelitian yang dilakukan lebih

terarah dan dengan menimbang keterbatasan yang ada, maka penelitian

hanya menekankan pada:

Page 19: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

5

1. Layout hasil aplikasi pada ArcView

2. Informasi yang di tampilkan hanya sebatas hasil buffering yang

terdapat disekitar Situ Gintung.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan

Tujuan dilaksanakan skripsi ini adalah:

- Menghasilkan GIS penggunaan lahan pemukiman yang

menggunakan ketentuan jarak bebas yang ditentukan oleh

peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) no. 63 tahun

1993 pasal 10 bagian a, berdasarkan kemiringan topografi,

pemukiman dan vegetasi.

1.4.2. Manfaat

a. Manfaat untuk mahasiswa adalah:

1. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu

sistem informasi.

2. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS)

yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di

Fakultas Sains Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jurusan Sistem Informasi.

3. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.

Page 20: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

6

4. Membandingkan teori yang didapat di perkuliahan

dengan masalah yang sebenarnya dilapangan.

b. Manfaat untuk Masyarakat adalah :

1. Menyediakan informasi bagi masyarakat dalam hal

pembangunan sekitar areal Situ Gintung.

2. Menyediakan informasi mengenai data tata lahan

maupun laporan yang dibutuhkan baik tingkat

masyarakat.

c. Manfaat untuk Universitas adalah :

1. Mengetahui seberapa jauh mahasiswa menguasai

materi yang diberikan.

2. Mengetahui seberapa jauh mahasiswa menerapkan

ilmu-ilmu yang bersifat teori dan sebagai evaluasi

terhadap materi yang telah diberikan.

1.5. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi

1. Lokasi Penelitian: Situ Gintung

2. Pengumpulan data:

b. Data Primer, meliputi: wawanacara dengan key-person,

participant observation, dan cognitive mapping.

b. Data Sekunder, meliputi dokumentasi peta Situ Gintung, dan peta

Page 21: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

7

digital.

3. Modelling dan Overlay dengan menggunakan program GIS ArcView

3.3

4. Studi kepustakaan, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang

berhubungan dengan teori-teori atau konsep-konsep yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyajikan dalam 5

bab yang digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang,

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, sistematika penulisan dan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan secara singkat teori yang mendukung

penyusunan dan penulisan tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai pemaparan metode yang

penulis pakai dalam pencarian data maupun perancangan sistem

yang dilakukan pada penelitian.

Page 22: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

8

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisa kebutuhan sistem,

perancangan sistem serta implementasi sistem yang dibuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah

dibahas pada bab sebelumnya dan memberikan saran untuk

pengembangan sistem yang lebih baik lagi.

Page 23: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai

suatu tujuan. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam

suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

Sistem menurut para ahli (Barus dan Wiradisastra, 1996):

a. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam

suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan

lingkungan.

b. Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat

hubungan satu sama lain.

c. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang

terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu

sama lainnya.

Page 24: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

10

Syarat-syarat sistem :

1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.

2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.

3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.

4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material)

lebih penting dari pada elemen sistem.

5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

Secara garis besar, sistem dapat dibagi dua:

a. SISTEM FISIK (PHYSICAL SYSTEM ):

Kumpulan elemen-elemen/unsur-unsur yang saling berinteraksi

satu sama lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara

nyata tujuan-tujuannya.

Contoh:

- Sistem transportasi, elemen : petugas,mesin, organisasi

yang menjalankan transportasi

- Sistem Komputer, elemen : peralatan yang berfungsi

bersamasama untuk menjalankan pengolahan data.

b. SISTEM ABSTRAK (ABSTRACT SYSTEM):

Page 25: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

11

Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan

ide, dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat

diuraikan elemen-elemennya.

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi adalah suatu jaringan perangkat keras dan lunak yang dapat

menjalankan operasi-operasi dimulai dari perencanan pengamatan dan

pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan dan analisis data, termasuk

penggunaan informasi yang diturunkan ke beberapa proses pembuatan

keputusan. Kualitas dari suatu informasi (quality of nformation) tergantung

dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya

(timeliness) dan relevan (relevance).

a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan

dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus

jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena

dari sumber informasi sampai ke penerima informasi

kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat

merubah atau merusak informasi tersebut.

b. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada

penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang

Page 26: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

12

tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan

landasan di dalam pengambilan keputusan, apabila terlambat

dalam pengambilan keputusan, maka akan berakibat fatal.

Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus

cepatnya informasi tersebut untuk didapat, sehingga diperlukan

teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah

dan mengirimkannya.

c. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk

pemakainya. Relevan informasi untuk tiap-tiap orang satu

dengan yang lainnya berbeda.

Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif

dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan

bahwa informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi geografis

umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak

memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada

suatu masalah yang tertentu dengan biaya untuk memperolehnya, karena

sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam

perusahaan. Lebih lanjut sebagian besar informasi tidak dapat persis ditaksir

keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai

efektivitasnya (Prahasta, 2002).

Page 27: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

13

2.2 Sistem Informasi Geografi

2.2.1 Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG)

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi

Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk

memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan

menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan

penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota,

dan pelayanan umum lainnya.

Dan merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang

menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasinya tentang peta

tersebut (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah,

memanipulasi, analisa, memperagakan dan menampilkan data spatial untuk

menyelesaikan perencanaan, mengolah dan meneliti permasalahan. Dengan

definisi ini , maka terlihat bahwa aplikasi SIG dilapangan cukup luas terutama

bagi bidang yang memerlukan adanya suatu sistem informasi tidak hanya

menyimpan, menampilkan, dan menganalisa data atribut saja tetapi juga unsur

geografisnya seperti PT. Telkom, Pertamina, Departemen Kelautan,

Kehutanan, Bakosurtanal, Marketing, Perbankan, Perpajakan.

Page 28: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

14

Geografi berasal dari bahasa Yunani, gabunagan dari dua suku kata,

yaitu Geo yang berarti bumi dan Graphien yang berarti lukisan. Dengan

demikian jika diartikan, maka geografi berarti lukisan bumi. Sedangkan secara

luas, yatiu suatu ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas

dalam hubungannya dengan keruangan (Prahasta, 2002).

Gambar 2.1. Komponen-komponen GIS (Prahasta, 2002)

1. Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan,

mengembangkan bahkan memperoleh Manfaat dari sistem. Kategori

orang yang menjadi bagian dari SIG ini ada beragam, misalnya

operator, analis, programmer, database administrator bahkan

stakeholder.

Page 29: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

15

2. Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan

untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan,

klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable

dan sebagainya.

3. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data

atribut.

4. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi

fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim

berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari

interpretasi data-data tersebut.

5. Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei,

data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat

disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya

basisdata yang lazim disebut sebagai basisdata spasial

(spatialdatabase).

6. Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus

dan memiliki kemampuan Pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan,

analisis dan penayangan data spasial. Ada pun merk perangkat lunak

ini cukup beragam, misalnya Arc/Info, ArcView, ArcGIS, Map Info,

TNT Mips (MacOS, Windows, Unix, Linux tersedia), GRASS, bahkan

ada Knoppix GIS dan masih banyak lagi.

Page 30: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

16

7. Perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat

mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan.

Dalam perangkat keras ini juga termasuk didalamnya scanner,

digitizer, GPS, printer dan plotter.

INPUT DATA

- Data Spatial - Data Tabular - Data Raster

PROSES DATA

- Pengolahan - Analisis

OUTPUT DATA

- Tabel - Grafik - Peta

Gambar 2.2. Sumber Data Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2002)

Data-data pada Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diperoleh dari

beberapa sumber yaitu:

Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas, dan sebagainya yang

menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya; denah;

representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat

seperti batas daerah, sifat permukaan. Peta dalam arti luas adalah sebuah alat

peraga, bisa berupa gambar tentang tinggi rendahnya suatu daerah (topografi),

penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi), penyebaran

jens tanah dan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukan dalam

Page 31: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

17

ruang. Sedangkan pengertian peta dalam arti sempit (konvensional) adalah

gambar dari permukaan bumi, dalam skala tertentu dan digambarkan di atas

bidang datar melalui sistem proyeksi.

Adapun fungsi dari peta adalah :

a. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi.

b. Memperlihatikan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah

dan jarak di atas permukaan bumi.

c. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan

bumi.

d. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah.

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data

spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang

dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial

merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya

berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi

menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.

Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data

vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat

(grid/sel) sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data

Page 32: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

18

yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan

dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area

(Prahasta, 2002)

2.2.2 Data Raster

Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data

spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang

membentuk grid. Kumpulan pixel-pixel yang menggambar suatu obyek

spasial dapat disebut sebagai dataset obyek. Setiap pixel dalam dataset raster

mempunyai informasi atau sekumpulan data yang unik. Informasi yang

terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data

atribut (informasi mengenai obyek, misal: sawah, kebun, dan pemukiman) dan

koordinat data yang menunjukkan posisi geometris dari data tersebut. Data

spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan

dengan unsur-unsur obyek spasialnya (peta). Akurasi model data ini

tergantung pada resolusi atau ukuran dari pixelnya (sel/grid) yang mewakili

luasan di permukaan bumi. Memori yang digunakan untuk model raster ini

cukup besar. Data berbentuk raster terdiri dari citra satelit, foto udara, dan

gambar. Data gambar sebelum disimpan kemodel raster harus dikonversi

Page 33: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

19

kebentuk digital dahulu dengan menggunakan scanner atau perangkat lain

(Prahasta, 2002).

2.2.3 Data Vektor

Data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan,

menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis

atau area (polygon). Bentuk-bentuk tersebut didefinisikan oleh sistem

koordinat cartesian dua dimensi (x,y). Representasi vektor suatu obyek

spasial merupakan suatu usaha menyajikan obyek sesempurna mungkin.

Untuk itu, dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu (tidak

dikuantisasi sebagaimana pada model data raster) yang memungkinkan semua

posisi, panjang dan dimensi didefinisikan dengan presisi. Data vektor tidak

memerlukan memori yang besar. Data model vektor terdiri dari peta-peta dan

peta tersebut harus dikonversikan dahulu kedalam bentuk digital dengan

menggunakan scanner (Prahasta, 2002).

Faktor-faktor penunjang kesuksesan SIG antara lain :

a. Set data, digunakan untuk merepresentasikan sesuatu tentang

dunia nyata pada suatu saat.

b. Organisasi data, mengorganisasikan data ke dalam suatu

bentuk database.

Page 34: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

20

c. Pemilihan model, menggambarkan obyek atau fenomena yang

ada di dunia dan memprediksi bagaimana suatu kejadian alam

terjadi.

d. Kriteria, digunakan untuk mengevaluasi model yang nantinya

menunjukkan tingkat kegunaan dari user untuk membuat

keputusan

2.2.4 Definisi Buffering

Buffering merupakan salah satu analisis spatial yang sering digunakan

dalam SIG. Buffer biasanya digunakan untuk mewakili suatu jangkauan

pelayanan ataupun luasan yang diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu

kepentingan analisis spasial. Buffer dapat dilakukan untuk tipe feature

polygon, polyline maupun point. Pembuatan buffer membutuhkan penentuan

jarak dalam satuan yang terukur (meter atau kilometer). Fungsi buffer sering

digunakan untuk membuat penyangga dengan suatu jarak tertentu pada feature

titik, garis maupun polygon yang diseleksi. Hasil dari bufer ini dapat berupa

garis atau feature polygon. Feature yang dipilih untuk dibuffer dapat lebih dari

satu layer dan dapat lebih dari satu tipe feature. Jika lebih dari satu feature di

pilih untuk dibuffer maka buffer yang terpisah akan dibentuk untuk setiap

pilihan feature (Nuarsa, 2004).

a. Kelebihan dari metode ini diantaranya yaitu:

Page 35: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

21

1. Mudah dilakukan pembuatan buffering berdasarkan feature

yang diseleksi.

2. Memberikan banyak manfaat dan kegunaan untuk berbagai

aplikasi.

3. Proses buffering tidak membutuhkan waktu yang lama.

b. Kekurangan dari metode ini yaitu:

1. Buffering tidak dapat dilakukan untuk beberapa layer secara

langsung, sehingga proses buffering dilakukan satu per satu.

2. Hasil dari beberapa buffering membutuhkan penyusunan atau

pengaturan agar layer tidak tumpang tindih, dalam hal ini tidak

terjadi secara otomatis.

c. Aplikasi Buffering dan Manfaatnya

1. Menentukan batas kewenangan kabupaten yaitu 3 mil dari

garis pantai serta batas kewenangan propinsi yaitu 12 mil agar

tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatan sumberdaya serta

tidak menimbulkan konflik baik dalam masyarakat atau

pemerintah terkait dengan pemanfaatan ganda.

2. Membuat zona inti, zona penyangga atau zona pemanfaatan

berdasarkan suatu jarak untuk suatu kawasan Daerah

Perlindungan Laut atau daerah konservasi. Dengan demikian

Page 36: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

22

masyarkat dapat mengetahui daerah yang diperuntukan untuk

perlindungan dan pemanfaatan.

3. Memprediksi daerah yang rawan banjir sehingga dapat segera

mengevakuasi warga berada pada kawasan rawan banjir.

4. Mengetahui penyebaran bahan pencemar dari daerah pesisir

atau bahan berbahaya dan beracun dengan mengestimasi jarak

atau radius dari bahan pencemar yang telah tersebar di

perairan. Sehingga dapat menghasilkan keputusan secara cepat

dalam mencegah warga untuk tidak mengkonsumi ikan di

daerah tersebut.

5. Mengestimasi luasan tumpahan minyak kapal tanker dengan

suatu radius tertentu sehingga dapat diketahui daerah mana

yang terkena tumpahan minyak.

6. Melakukan ekspansi sektor di suatu kawasan baik di pesisir

dan laut sehingga tidak terjadi konflik pemanfaatan ruang

ganda antara dua kepentingan yang berbeda.

7. Menghitung luas kerusakan mangrove dengan misalnya

mangrove ditebang pada radius 100 meter dari garis pantai

yang ada dengan mengimplementasikan fungsi bufer yang ada

pada aplikasi GIS pada masing-masing garis pantai yang

dievaluasi.

Page 37: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

23

8. Mengestimasi daerah yang rawan atau berpotensi terkena

tsunami dengan menerapkan fungsi bufer misalnya pada radius

50 km dari garis pantai sehingga dapat merencanakan

permukiman penduduk yang aman dari tsunami.

2.2.5 Geomorfologi

Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang

terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos

(knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut,

maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-

bentuk permukaan bumi. Namun, Geomorfologi bukan hanya mempelajari

bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari material dan

proses.

Berdasarkan pada pengertian Geomorfologi diatas, secara singkat

dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi membicarakan tentang bentuk lahan

dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan material, air

dan drainase serta faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik.

Secara singkat berikut ini disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi

yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:

Page 38: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

24

1) Menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang bentuk

lahan.

2) Dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi mengenai

bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses

perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.

3) Disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan

tentang bentuk lahan.

4) Menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi yang

menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi

pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara

bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.

5) Bentuk lahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan

hanya daratan tetapi juga yang terdapat di dasar laut (lautan).

Dengan demikian obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan

definisi-definis tersebut adalah bentuklahan, bukan hanya sekedar

mempelajari bentuk-bentuk yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan

bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang

mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya, dalam

mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang

ada di permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta

mengukur bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan

Page 39: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

25

menganalisa bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus berhati-

hati, karena pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar

belakang pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda

sekali. Umpamanya suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi karena

pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi

yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relief permukaan bumi yang

bervariasi, dan penyebab lainnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dijelaskan bahwa Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform),

proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami

oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang

terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan

dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan

lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan mengkaji bentuklahan secara

deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses alamiah dan ulah

manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara

pemanfaatannya secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Konsep Dasar Geomorfologi

Page 40: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

26

Dalam mempelajari geomorfologi secara baik diperlukan secara baik

dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi

serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses

dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka

bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic

cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh tenaga dari dalam bumi

(endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau tenaga

eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi),

dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya

merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam sekala waktu sangat lama.

Geomorfologi bukan hanya sekedar mempelajari bentuklahan yang

tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa

terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka

bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan

pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang

dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera

serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam

tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Jadi proses-proses

geomorfologi mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas

batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Dengan

demikian bahwa dalam mempelajari geomorfologi terkait pada geologi,

Page 41: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

27

fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat

diabaikan dalam perubahan bentuklahan. Konsep dasar Geomorfologi perlu

dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu

mengenal dan menganilasa kenampakan bentuklahan di permukaan bumi,

sehingga pada akhirnya dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif

maupun secara empiris, terutama nanti dalam melakukan klasifikasi

bentuklahan.

Geomorfologi mempunyai peran dan terapan dalam survei dan

pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan,

keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis

medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen (Suprapto,

2001).

Analisis

Analisis didefinisikan bagaimana memahami dan menspesifikasi dengan

detail apa yang harus dikerjakan oleh sistem (Al Fatta, 2007).

2.2.6 LAHAN POTENSIAL DAN LAHAN KRITIS

Page 42: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

28

Selama ini orang beranggapan bahwa tanah sama pengertiannya

dengan lahan. Padahal menurut konsep geografi, lahan dan tanah memiliki

perbedaan yang mendasar.

Tanah dalam bahasa Inggris disebut Soil. Tanah adalah suatu benda

fisis yang berdimensi tiga, terdiri dari lebar, panjang, dan dalam, merupakan

bagian paling atas dari kulit bumi. Sedangkan lahan dalam bahasa Inggrisnya

land. Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan

dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup

manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air.

Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia. Jadi

kesimpulannya, pengertian lahan lebih luas dari tanah. Tanah mempunyai

susunan lapisan tanah atau disebut juga propil tanah.

Gambar 2.3. Profil tanah (Hardjowigeno, 2002).

Page 43: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

29

Horison O merupakan horison organik. Terdapat pada tanah

bervegetasi. padat (hutan primer) yang belum diganggu oleh kegiatan

manusia.

Horison A merupakan campuran mineral dan organik. Disebut

horison eluviasi (pencucian), karena pada horison ini banyak mineral

dan organik yang tercuci.

Horison B disebut juga horison iluviasi (penimbunan), karena tempat

penimbunan mineral dan organik dari horison A.

Horison C, lapisan batuan induk yang belum banyak mengalami

proses pelapukan.

Horison R, batuan induk yang sama sekali belum mengalami proses

pelapukan.

1. Pengertian Lahan Potensial

Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Dalam arti sempit lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian,

yaitu lahan yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun

dengan biaya pengelolaan yang rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial

dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga

potensial tidaknya suatu lahan diukur sampai sejauh mana lahan tersebut

memberikan manfaat secara optimal bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh,

Page 44: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

30

suatu lahan tidak potensial untuk lahan pertanian tetati potensial untuk

permukiman, pariwisata, atau kegiatan lainnya.

2. Pengertian Lahan Kritis

Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara

fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis.

Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan

tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat

dari besarnya resiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan

tersebut (Sitanala, 2006).

Berikut ini disajikan tabel yang menghubungkan, kelas kemampuan lahan dan

resiko ancaman/hambatan.

Tabel 2.2: Kelas kemampuan lahan, sifat, dan resiko ancaman (Hardjowigeno, 2002).

Kelas Topografi Sifat Lahan Resiko Ancaman

I Hampir Datar Pengairan baik, mudah diolah, kemampuan menahan air baik, subur dan respon terhadap pupuk.

Ancaman erosi kecil, tidak terancam banjir

II Lereng Landai Struktur tanah kurang baik, pengolahan harus hati-hati, mengandung garam Natrium

Ada ancaman erosi, terancam banjir.

III Lereng Miring

Bergelombang

Untuk tanaman semusim tanahnya padat, kemampuan menahan air rendah, kandungan garam natrium sedang

Mudah tererosi

Page 45: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

31

IV Lereng Miring

Dan Berbukit

Lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah, kandungan garam natrium tinggi

Sangat mudah tererosi dan sering banjir

V Datar Tidak cocok untuk pertanian, tanahnya berbatu-batu

Selalu tergenang air

VI Lereng Agak

Curam

Tanah berbatu-batu, mengandung garam natrium sangat tinggi

Erosi kuat, tidak cocok untuk pertanian

VII Lereng Curam Tanah berbatu, hanya untuk padang rumput

Erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal

VII Lereng Sangat Curam

Berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah

Tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami)

1. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari sudut Pertanian

(Hardjowigeno, 2002).

a. Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian

1) Tingkat Kesuburan Tinggi

Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak

mengandung mineral untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat

tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk tanaman biji-

bijian banyak membutuhkan mineral posfor, untuk tanaman sayuran

membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbi-umbian

membutuhkan mineral alkali. Jadi agar lahan dapat berproduksi secara

Page 46: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

32

optimal harus disesuaikan, antara jenis mineral yang dikandung lahan

dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.

2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik

Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air

dan sirkulasi udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini

ditunjukkan oleh tekstur dan struktur tanahnya. Tekstur tanah adalah

sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel pembentuk

tanah. Partikel utama pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu), dan

lempung (tanah liat). Berasarkan ukuran partikel batuan, perhatikan

tabel 2.3. Tekstur tanah berpengaruh terhadap daya serap dan daya

tampung air. Tanah lempung teksturnya sangat halus, mudah

menampung air tetapi daya serapnya kecil. Sebaliknya tanah pasir

mudah menyerap air, tetapi sukar menampungnya. Tekstur tanah yang

ideal untuk pertanian adalah geluh, yaitu tanah yang lekat. Tekstur

tanah geluh terdiri dari dua macam tanah, yaitu tanah lanau (20%

lempung, 30-50% lanau dan 30-50% pasir) dan tanah lanau berpasir

(20-50% lanau/lempung, 50-80% pasir). Struktur tanah adalah sifat

fisis tanah yang dikaitkan dengan cara partikel-partikel tanah

berkelompok. Struktur tanah ini berpengaruh terhadap pengaliran air

dan sirkulasi udara di dalam tanah.

Page 47: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

33

Tabel 2.3. Butir batuan dan diameternya (Hardjowigeno, 2002).

No. Nama Butir Batuan Diameter (dalam mm)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bongkah

Berangkal

Kerakal

Kerikil

Pasir

Lanau

Lempung

Lebih dari 256 mm

Antara 64 – 256 mm

Antara 4 – 64 mm

Antara 2 – 4 mm

Antara 0.053 – 2 mm

Antara0,002 – 0.053 mm

Kurang dari 0.002 mm

3) Belum Terjadi Erosi

Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya

lahan potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami

erosi, tingkat kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling

atas terkelupas. Sisanya tinggal tanah yang tandus, bahkan sering

merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat sering

dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang

laut) dan di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin

tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep

(tanah merayap).

Page 48: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

34

b. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian

1) Tidak Subur

Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak

subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi

dan banjir).

2) Miskin Humus

Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan

lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur. Tanah Humus adalah

tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah

membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang

tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang

miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau

jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya

rusak.

2. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari Sudut

Permukiman (Hardjowigeno, 2002).

a. Ciri-ciri Lahan Potensial untuk Permukiman

Page 49: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

35

B

C A

y

x

z

5 m

4 m

1) Daya Dukung Tanah Besar

Artinya memiliki kemampuan untuk menahan beban dalam ton tiap

satu meter kubik. Jadi bila didirikan bangunan di atasnya tidak amblas.

2) Fluktuasi Air Baik

Artinya memiliki kedalaman air tanah yang sedang. Fluktuasi air

berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya dangkal

maka keadaan di atasnya lembab dan jika air tanahnya dalam maka

keadaan di atasnya gersang (kering/tandus).

3) Kandungan Lempung cukup

Kandungan lempung berpengaruh terhadap kembang kerutnya

tanah. Hal ini erat kaitannya dengan pembuatan

pondasi,pembangunan jalan, saluran air, dan sebagainya.

4) Topografi

Topografi yang ideal untuk permukiman adalah yang

kemiringan lahannya antara 0% sampai 3%. Kemiringan

merupakan perbandingan antara jarak vertikal dan jarak

horisontal dikali 100%.

Page 50: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

36

Gambar 2.4 Kemiringan Lereng Potensial

Kemiringan lereng gambar di atas adalah :

z = y x 100 % x

Kemiringan lereng 0% berarti tanahnya rata, dan kemiringan lereng

100% berarti sudut kemiringannya 45% (sangat curam). Topografi erat

kaitannya dengan kenyamanan hunian (tempat tinggal) dan keamanan dari

ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan sebagainya.

b. Ciri-ciri Lahan Kritis untuk Permukiman

1) Daya dukung tanah rendah, artinya tidak mampu menahan

beban dalam ton tiap satu meter kubik. Sehingga bila didirikan

bangunan di atasnya, bangunan tersebut akan roboh (amblas).

2) Fluktuasi air tidak baik, artinya air tanahnya terlalu dangkal

atau terlalu dalam. Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan

kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut.

3) Topografi

Page 51: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

37

Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang

kemiringannya lebih dari 3%. Karena topografi dengan

kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman bencana alam seperti

tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu

kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

Gambar 2.5 Kemiringan Lereng Kritis

Untuk mengetahui suatu lahan potensial atau kritis untuk pemukiman dapat dilihat dari kemiringan lerengnya yaitu perbandingan antara jarak vertikal (y) dan jarak horisontal (x) dikalikan 100% atau

y x 100% x

2.2.7 PERSEBARAN LAHAN POTENSIAL DAN LAHAN KRITIS

1. Persebaran Lahan Potensial

Lahan potensial tersebar di daerah dataran rendah, pegunungan, dan

pantai. Tetapi lahan potensial biasanya banyak terdapat di dataran rendah,

karena dataran rendah merupakan daerah endapan dengan tingkat kemiringan

dan erosi yang kecil. Berikut ini akan dijelaskan persebaran lahan potensial di

daerah pantai, dataran rendah, dan pegunungan (Hardjowigeno, 2002).

Page 52: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

38

a. Lahan Potensial di Kawasan Pantai

Lahan potensial di kawasan pantai memiliki ciri-ciri:

- kemiringan 0 - 3%.

- perbedaan tinggi 0 - 5 m dari permukaan laut.

Kemiringan dan perbedaan tinggi yang rendah, menyebabkan lahan

potensial di daerah pantai terletak pada kawasan pasang surut air laut.

Kawasan ini banyak di tumbuhi tanaman bakau (mangrove), fungsi tanaman

bakau mengurangi abrasi dan mencegah perembasan air laut sampai jauh ke

pedalaman. Lahan potensial kawasan pantai di Indonesia terdapat di pantai

Timur Sumatera, pantai Barat, dan Selatan Kalimantan.

b. Lahan Potensial di Dataran Rendah

Mulai dataran pantai sampai ketinggian 400 meter dari permukaan laut

termasuk wilayah dataran rendah. Lahan potensial di dataran rendah memiliki

ciri-ciri:

- kemiringan 3 - 15%.

- perbedaan tinggi 5 - 10 m dari permukaan laut.

- umumnya merupakan endapan alluvial (endapan yang dibawa oleh

air sungai).

Page 53: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

39

Pengikisan di daerah ini masih relatif kecil dan tata airnya cukup baik.

Karena merupakan endapan alluvial hasil erosi yang diangkut sungai yang

berhulu di daerah vulkanis (gunung api). Sehingga kawasan ini memiliki

kesuburan yang cukup tinggi. Lahan potensial dataran rendah di Indonesia

antara lain terdapat di Utara Jawa Barat (Indramayu).

c. Lahan Potensial di Daerah Pegunungan/Perbukitan

Lahan potensial di daerah pegunungan/perbukitan memiliki ciri-ciri:

- kemiringan 15 - 30%.

- perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut.

- kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat

pelapukan.

Erosi di daerah yang rendah relatif kecil, makin tinggi dan miskin

tumbuhan (vegetasi) tingkat erosi makin besar. Jika tanahnya terbentuk dari

hasil vulkanis (letusan gunung api), maka tanahnya subur. Pada kawasan

dataran rendah antara dua pegunungan (inter-mountain plain) dapat terbentuk

endapan alluvial yang subur. Lahan potensial kawasan pegunungan di

Indonesia banyak dijumpai pada kawasan pegunungan yang hutannya masih

baik (belum rusak). Hubungan antara kemiringan dengan topografi, dapat

Anda lihat pada tabel 2.4.

Page 54: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

40

Tabel 2.4. Kemiringan lereng (Hardjowigeno, 2002).

Simbol Kemiringan Lereng Topografi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kurang dari 3%

3 – 5%

15 - 30%

30 - 50%

50 - 80%

80 - 100%

100 - 150%

150% - ke atas

Datar

Berombak

Bergelombang

Berbukit

Curam

Sangat curam

Terjal

Sangat terjal

2. Persebaran Lahan Kritis

a. Lahan Kritis di Kawasan Pantai

Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan

pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan

lapisan sedimen (endapan) akan hancur dan lenyap. Peristiwa ini terjadi pada

muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar,

seperti di daerah muara sungai Progo (DI. Yogyakarta) dan muara sungai

Cimanuk (Jawa Barat).

b. Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah

Page 55: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

41

Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan

air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah

yang subur. Genangan air terjadi karena tanahnya lebih rendah dari daerah

sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan air menggenang.

Lahan kritis di dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak

(jawa Tengah), Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).

c. Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan

Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya longsor,

erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang paling atas (top

soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan

padas (keras). Hal ini sering terjadi di kawasan pegunungan dengan lereng

terjal dan miskin tumbuhan penutup. Lahan kritis di kawasan pegunungan

banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya telah rusak. Lahan kritis

kawasan pegunungan di Indonesia antara lain di pegunungan Kendeng Utara

(Jawa Timur) dan sekitar gunung Ciremai (Jawa Barat).

Pemanfaatan Lahan Potensial dan Kendalanya

Sampai saat ini, belum seluruh lahan di permukaan bumi dimanfaatkan

seara optimal oleh manusia. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala

(hambatan), misalnya gurun pasir dengan amplitudo suhu (perbedaan suhu)

Page 56: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

42

yang tinggi, lereng terjal, daerah yang sangat tinggi atau daerah yang tertutup

salju. Selama ini manusia hanya memanfaatkan lahan yang memungkinkan

untuk hidup sesuai dengan tingkat kebudayaannya.

1. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Pantai

Lahan potensial di daerah pantai ternyata memiliki arti ekonomi yang

cukup tinggi. Pemanfaatan lahan potensial di daerah pantai antara lain:

a. Untuk Usaha Tambak Udang dan Bandeng

Kendala (hambatan) yang dihadapi adalah adanya pasang surut yang

perbedaannya cukup besar. Cara mengatasinya dengan membuat sistem

saluran yang dilengkapi dengan pintu air, untuk mengatur pergantian air agar

pH (tingakat keasaman) nya tetap.

b. Untuk Usaha Pembuatan Garam

Kendala utama yang dihadapi dalam usaha ini adalah cuaca (curah

hujan) yang tidak teratur.

c. Untuk Wisata Bahari (Wisata Laut)

Kendala yang dihadapi daerah pantai yang dijadikan tempat wisata

antara lain kurangnya sarana transportasi, penerangan (listrik), adat istiadat

masyarakat, dan keamanan.

Page 57: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

43

2. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Dataran Rendah

Lahan potensial pada kawasan dataran rendah dimanfaatkan untuk

pertanian. Di sini juga ada kendala yang dihadapi seperti pada daerah pantai.

Kendala yang dihadapi terutama terjadinya genangan air yang cukup lama

setelah banjir, sehingga dapat mengurangi bahkan menggagalkan hasil

pertanian (panen).

3. Pemanfaatan Lahan Potensial di Kawasan Pegunungan/Perbukitan

Lahan potensial di kawasan pegunungan, umumnya dimanfaatkan

untuk perkebunan, perhutanan, dan wisata pegunungan. Kendalanya antara

lain, terjadinya tanah longsor, erosi, dan soil creep (tanah merayap). Hal ini

disebabkan lahan potensial di kawasan pegunungan memiliki kemiringan

yang relatif besar dibandingkan dengan lahan potensial di pantai maupun di

dataran rendah.

Cara Pelestarian Lahan Potensial

Agar lahan potensial dapat memberikan daya dukung terhadap

kehidupan manusia dalam waktu yang relatif lama, maka harus dilakukan

upaya pelestarian. Usaha pelestarian lahan ini berkaitan erat dengan usaha

pengawetan tanah atau pengontrolan erosi. Secara garis besar usaha

pelestarian/pengawetan tanah dibagi menjadi dua, yaitu (Hardjowigeno,

2002):

Page 58: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

44

1. Metode Vegetatif

Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara

menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini

sangat efektif (tepat) dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara

mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:

a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali lahan gundul dengan jenis

tanaman tahunaan. Jenis tanamannya antara lain, akasia,angsana,

flamboyan. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan

kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan

bawah.

b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis

tanaman keras. Jenis tanamannya antara lain, pinus, jati, rasamala,

dan cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil hasilnya

(kayunya).

c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanam

tanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk

menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke

dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan

kemiringan 3 - 8%.

Page 59: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

45

d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam

lahan dengan tumbuhan keras (pinus, jati, cemara). Fungsinya

untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan,

memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.

e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu

melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris

(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air

atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman

diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman

dipersempit. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan

mempertahankan kesuburan tanah.

f. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman

secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya

disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar

kesuburan tanah tidak berkurang.

2. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui tehnik-

tehnik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran air. Beberapa cara

yang umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:

Page 60: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

46

a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu

pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur. Fungsinya untuk

menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.

b. Pembuatan tanggul/pematang/guludan bersaluran Pembuatan

tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat

tertampung dan meresap dalam tanah. Pada tanggulnya dapat

ditanami palawija.

c. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tangga-

tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya

untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air

dan mengurangi erosi.

d. Pembuatan saluran air (drainase) Saluran pelepasan air ini dibuat

untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek.

Sehingga aliran air dapat diperlambat dan mengatur aliran air

sampai ke sungai.

Metode pengawetan tanah atau pengontrolan erosi menjadi sangat

efektif apabila metode mekanik dipadukan atau dikombinasikan dengan

metode vegetatif, misalnya terrassering dan bufering.

Cara Pelestarian Lahan Potensial Di Pantai, Dataran Rendah, dan Pegunungan

(Hardjowigeno, 2002).

Page 61: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

47

1. Pelestarian Lahan Potensial di kawasan Pantai

Untuk menjaga kelestarian lahan potensial di kawasan pantai antara

lain:

a. Tidak melakukan pengeringan rawa di kawasan pantai atau

pengrusakan hutan bakau (mangrove).

b. Membuat sistem saluran air yang dilengkapi dengan pintu air

untuk mengatur pergantian air agar pH nya tetap.

2. Pelestarian Lahan Potensial di Dataran Rendah

Pelestarian lahan potensial di dataran rendah antara lain dengan:

a. Pembuatan/perbaikan saluran air (drainase)

b. Penggunaan lahan secara teratur disesuaikan dengan kondisi

fisisnya.

c. Pemupukan tanah dalam jumlah seimbang, untuk menghindari

keracunan atau kejenuhan tanah terhadap pupuk.

d. Melakukan sistem pergiliran tanaman (crop rotation).

3. Pelestarian Lahan Potensial di Pegunungan/Perbukitan

Usaha pencegahan terjadinya lahan kritis di pegunungan anatara lain:

Page 62: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

48

a. Penanaman pohon pelindung (tanaman penutup tanah) Fungsinya

untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan.

Jenis tanaman yang paling cocok adalah tanaman reboisasi (pinus,

jati, rasamala, dan cemara).

b. Penanaman secara kontur yaitu melakukan penanaman searah

dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan

aliran air dan memperbesar resapan air.

c. Penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik yaitu pengolahan

tanah menurut garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran

air.

d. Pembuatan teras. (terrassering) Fungsinya untuk mengurangi

panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.

e. Pembuatan tanggul/guludan bersaluran fungsinya agar air hujan

dapat tertampung dan meresap dalam tubuh.

Page 63: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

49

Gambar 2.3 dan 2.4 menggambarkan beberapa penyebab terjadinya lahan kritis dan usaha pelestarian lahan.

Gambar 2.6 Penyebab terjadinya lahan kritis (Hardjowigeno, 2002)

Page 64: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

50

Keterangan gambar:

a. Pergiliran tanaman (crop

rotation)

b. Pengendalian penggem-

balaan

c. Reboisasi

d. Bendungan alami kecil

e. Memperkuat pinggir sungai

f. Pengolahan tanah menurut

garis kontur.

Gambar 2.7 Cara-cara pengawetan tanah (Hardjowigeno, 2002).

Iklim

Di daerah beriklim basah, faktor iklim yang mempengaruhi adalah

hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan

kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran

permukaan serta tingkat kerusakan yang terjadi. Besarnya curah hujan adalah

volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Oleh karena itu besarnya

curah hujan dapat dinyatakan dalam m³ per satuan luas, atau secara lebih

Page 65: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

51

umum dinyatakan dalam tinggi kolom air yaitu mm. Besarnya curah hujan

dapat dimaksud untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per

hari, per bulan, per musim atau per tahun. Intensitas hujan menyatakan

besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang singkat yaitu 5, 10, 15

atau 30 menit, yang dinyatakan dalam mm jam¹־ atau cm jam¹־. Kekuatan

perusakan air yang mengalir di permukaan tanah akan semakin besar dengan

semakin curamnya dan panjangnya lereng permukaan tanah (Arsyad, 2006).

Topografi

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik

yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng

10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman lereng 45º. Selain

dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curam lereng juga

memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian

memperbesar energi angkut aliran permukaan. Selain dari pada itu, dengan

semakin miringnya lereng, maka jumlah butir-butir tanah yang terpecik

kebagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan, semakin banyak

(Arsyad, 2006).

Tabel 2.5 Nilai-nilai tipikal sudut gesek (Hardiyatmo, 2006)

Page 66: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

52

Jenis Tanah Nilai Sudut

KERIKIL

Ukuran sedang

Berpasir

40º - 55 º

35º - 50 º

PASIR

Kering dan tidak padat

Jenuh dan tidak padat

Kering dan padat

Jenuh dan padat

-

-

43º - 50º

43º - 50º

LANAU atau PASIR BERLANAU

Tidak padat

Padat

27º - 30º

30º - 35º

LEMPUNG 20º - 42º

Tanah

Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan yang berbeda-beda.

Kepekaan tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi adalah fungsi

berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat yang

mempengaruhi adalah : 1. sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi,

permeabilitas dan kapasitas menahan air, dan 2. sifat-sifat tanah yang

mempengaruhi ketahanan sturktur tanah terhadap disperse dan penghancuran

Page 67: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

53

agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad,

2006).

Vegetasi

Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer

dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal

atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi

terhadap erosi. Vegetasi mempengaruhi siklus hidrologi melalui pengaruhnya

terhadap air hujan yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi, ke tanah dan

batuan di bawahnya. Oleh karena itu ia mempengaruhi volume air yang

masuk ke sungai dan danau, ke dalam tanah dan cadangan air bawah tanah.

Bagian vegetasi yang ada di atas permukaan tanah, seperti daun dan batang,

menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap

tanah, sedangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah, yang terdiri atas

sistem perakaran, meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Arsyad, 2006).

Manusia

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang di

usahakannya akan rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan

Page 68: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

54

produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusi akan

memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana

sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang tinggi untuk

jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 2006)

Daerah Alir Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah kawasan lahan di mana semua

air, dari hujan maupun salju, mengalir ke bawah menuju suatu penampung air

seperti kali, sungai, danau atau rawa-rawa. DAS juga disebut kawasan

tangkapan (catchment) karena lahan di bagian atas dan kawasan hulu

“menangkap” seluruh air dan selanjutnya air tersebut mengalir ke bawah dan

ke kawasan hilir.

DAS bisa sangat luas, mencakup kawasan yang mencakup ribuan

kilometer persegi, atau bisa juga hanya selebar sebuah lembah. Di dalam

kawasan DAS yang sangat luas, di mana air mengalir dari bukit-bukit tinggi

ke lembah-lembah yang rendah (seperti di daerah pegunungan), ada banyak

DAS kecil (seperti sumber-sumber air kecil dan sungai kecil yang mengalir ke

bawah menuju sungai yang lebih lebar dan laut).

DAS yang sehat mampu melindungi pasok air, menaungi hutan,

tanaman dan satwa liar, menjaga tanah tetap subur dan mendukung

Page 69: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

55

komunitas yang mandiri, perubahan besar dan mendadak pada DAS, seperti

pembabatan pohon dan semak-semak, penimbunan sampah, atau

pembangunan jalan raya, perumahan dan bendungan dapat merusak DAS

dan sumber-sumber airnya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan tanah

untuk mendukung komunitas yang sehat dan mendatangkan masalah-masalah

kesehatan, kelaparan dan perpindahan penduduk. Perencanaan yang

menyangkut perubahan bagaimana air mengalir melalui DAS dan bagaimana

air dan lahan akan dikembangkan dan dimanfaatkan, dapat mencegah

munculnya masalah-masalah di masa depan.

Page 70: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS CC) Jalan Infeksi Saluran Tarun

Barat, No. 58 Jakata Timur (khususnya subbidang perancangan dan program)

dan Kantor Kelurahan Cireundeu Jalan Cireundeu Raya, Ciputat Timur

Tangerang Selatan 15419. Waktu penelitian ini mulai bulan 30 Oktober 2009

– 30 November 2009

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan adalah peta dasar digital Situ Gintung

Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi

Banten dalam bentuk vektor dengan skala 1 : 10.000 yang diterbitkan oleh

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

Cibinong dalam format shapefile dengan extention .shp, jarak aman wilayah

Page 71: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

57

konservasi disekitar area lahan sekitar Situ Gintung yang dikeluarkan oleh

Kementerian Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang terjadi di Situ Gintung

Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi

Banten.

Letak geografis Situ Gintung berada di antara 106 Bujur Timur dan

06 Lintang Selatan.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu buah PC dengan

spesifikasi sebagai berikut :

1. Perangkat Lunak : Microsoft windows xp profesional SP2, ArcView

3.3 dengan ekstensi JPEG (JFIF) Image Support, Spatial Analyst untuk

pemasukkan data spasial maupun data atribut serta pengolahan peta.

2. Perangkat Keras : Pentium IV 2.16 GHz, Memori 896 MB DDR,

Harddisk 2.17 GHz.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi sekaligus sampel pada penelitian ini adalah area lahan sekitar

Situ Gintung Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten

Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Page 72: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

58

3.4 Metode yang digunakan

3.4.1 Metode Penelitian

1. Metode Studi Pustaka

Pada metode Studi Pustaka, peneliti mengumpulkan dan mempelajari

buku – buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam

Pengembangan tata lahan pada Situ Gintung ini yang merupakan bagian data

– data, yaitu :

a. Buku Sistem Informasi Geografi dengan MapInfo Profesional

karya Yeyep Yousman.

b. Buku Analisis dan Perancangan Sistem Informasi karya Hanif Al

Fatta.

c. Buku Sistem Informasi Geografi karya Baba Barus dan U. S

Wiradisastra

d. Buku Menganalisa Data Spatial dengan ArcView GIS 3.3 karya

I Wayan Nuarsa.

Tulisan dan artikel dari internet dan buku-buku lain untuk

selengkapnya dapat dilihat pada daftar pustaka.

2. Metode Wawancara

Page 73: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

59

Melakukan wawancara mengenai data area Situ Gintung, jarak aman

pembangunan pemukiman dan koordinat Situ Gintung dilakukan dengan

pihak Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Cisadane (Sub Bidang Perencanaan

dan Program) Jalan infeksi tarun barat no.58 Jakarta Timur berdasarkan UU

SDA No. 7 tahun 2004. Dari wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa

Sungai lintas propinsi dan Danau yang berada dialiran Sungai Ciliwung

Cisadane berada dibawah wewenang pemerintah pusat yaitu Departemen

Pekerjaan Umum, Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane Ciliwung. Selain itu

wawancara juga dilakukan dengan Kantor Kelurahan Cireundeu Jalan

Cireundeu Raya, Ciputat Timur Tangerang Selatan 15419. Dari wawancara ini

diperoleh informasi berkaitan dengan batas-batas administrasi Kelurahan

Cireundeu dimana Situ Gintung terletak disana.

Page 74: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

60

3.4.2 Metode Pelaksanaan

Gambar 3.1 Flowchart Kegiatan Pelaksanaan Skripsi

Flowchart (diagram alir) tersebut menunjukkan kegiatan yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian skripsi secara keseluruhan. Adapun

penjelasan pelaksanaan proses Skripsi sesuai flowchart adalah :Langkah awal

Page 75: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

61

penulis membuat proposal untuk mengajukan penelitian dan pengambilan data

di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane (BBWS CC) Jalan Infeksi Saluran Tarun Barat, No. 58 Jakata Timur

selama 1 bulan terhitung dari bulan Oktober – November. Setelah diterima

penulis mulai melakukan penelitian dan pengambilan data di Dinas Pekerjaan

Umum (PU) Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS CC)

dengan melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan peta Situ

Gintung, jarak aman pembangunan yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Setelah mendapat data-data yang dibutuhkan penulis melakukan

analisa data, kemudian penulis melakukan pengolahan data menggunakan

tehnik Buffering di Arcview, yang pada akhirnya akan didapatkan hasil output

seperti : layout keadaan penataan lahan di sekitar Situ Gintung berupa lokasi-

lokasi peruntukan

- Areal Situ Gintung.

- Jarak bebas pembangunan pemukiman terhadap pemukiman

menurut peraturan pemerintah.

- Penggunaan lahan eksisting.

Page 76: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Instansi

4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane (Permen No. 13/PRT/M/2006)

Tugas Pokok Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah :

1. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah unit pelaksana

teknis di Bidang Konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan Pengendalian

daya rusak air pada wilayah sungai Ciliwung Cisadane yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Dirjen SDA melalui Direktur

terkait.

2. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dipimpin seorang Kepala

dan dibantu oleh satu Kabag TU dan 3 Kepala Bidang.

3. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan SDA yang meliputi perencanaan, pelaksanaan

Konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi SDA,

pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air pada wilayah

sungai Ciliwung Cisadane.

Page 77: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

63

Fungsi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah

menyelenggarakan:

1. Penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA pada wilayah sungai

Ciliwung Cisadane.

2. Penyusunan rencana dan pelaksana pengelolaan kawasan lindung sumber

air pada wilayah sungai ciliwung cisadane.

3. Pengelolaan SDA pada wilayah sungai Ciliwung Cisadane.

4. Penyiapan rekomendasi yeknis dalam rangka pemberian ijin atas

penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan SDA pada wilayah

sungai ciliwung cisadane.

5. Operasi dan pemeliharaan SDA pada wilayah sungai ciliwung cisadane.

6. Pengelolaan sistim hidrologi pada wilayah sungai ciliwung cisadane.

7. Penyelenggaraan data dan informasi SDA wilayah sungai ciliwung

cisadane.

8. Fasilitas kegiatan koordinasi pengelolaan SDA wilayah sungai ciliwung

cisadane.

9. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA pada wilayah sungai

ciliwung cisadane.

10. Pelaksanaan ketatausahaan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane.

Page 78: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

64

4.1.2 Sejarah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane

1. Tahun 1965 dibentuk Komando Proyek Banjir (Kopro Banjir)

yang khusus menangani masalah banjir di Jakarta.

1. Tahun 1984 berubah menjadi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta

Raya dan sekitarnya.

2. Tahun 1994 berubah menjadi Proyek Induk Pengembangan

Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane atau PIPWS Cilcis.

a. Program:

- Pengelolaan sumber air dan pengendalian banjir;

- Pengembangan dan konservasi sumber air.

b. Wilayah Kerja:

- Wilayah Jabodetebek,

- Batas Sungai Cimanceuri di Barat dan Cikarang di Timur.

1. Tahun 2005 dibentuk Induk Pelaksana Pengembangan Wilayah

Sungai Ciliwung Cisadane (IPK PWSCC ).

2. Tahun 2007 menjadi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane (BBWSCC) dengan tugas pokok dan program

pengelolaan Sumber Daya Air (SDA):

a. Konservasi,

Page 79: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

65

b. Pendayagunaan Sumber Daya Air,

c. Pengendalian Daya Rusak Air.

4.1.3 Visi dan Misi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane

a. Visi

- Terwujudnya pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) wilayah

sungai Ciliwung Cisadane yang layak bagi kesejahteraan

rakyat dan berkelanjutan di wilayah jabodetabek.

b. Misi

- Melaksanakan Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane yang berkelanjutan.

- Mendayagunakan Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane secara adil serta memenuhi persyaratan kualitas

untuk berbagai kebutuhan masyarakat di wilayah Jabodetabek.

- Mengendalikan daya rusak air di wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane.

- Mengurangi masalah banjir yang akan terjadi dengan upaya

struktural.

Page 80: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

66

- Memperdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Ciliwung

Cisadane.

- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal

rekomendasi teknis untuk perijinan di dalam Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane.

4.1.4 Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

- adalah untuk mendukung terjadinya kesejahteraan sosial dan

pertumbuhan Ekonomi Jabodetabek yang berkesinambungan.

b. Sasaran

- Tercapainya peningkatan jaringan irigasi, rehabilitasi irigasi,

pengoperasian dan pemeliharaan seluruh jaringan irigasi

terbangun.

- Menurunnya luas kawasan yang berpotensi terkena bencana

banjir.

- Meningkatnya jumlah wadah air berupa waduk dan rehabilitasi

Situ sebagai penyedia air baku air minum dan irigasi.

Page 81: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

67

4.1.5 Strategi dan Kebijakan

1. SDA adalah Sistem yang sangat kompleks.

2. Wilayah SDA dapat berupa satu bagian dari wilayah

administrasi pemerintahan atau lintas wilayah administrasi.

3. Keterkaitan tak terpisahkan antara rencana tata ruang dan

rencana pengelolaan wilayah sungai.

4. Adanya batas teknis antara DAS dan CAT yang ada selalu

berdempetan secara tepat.

5. Batasan teknis tidak selamanya sama dengan batasan

administrasi.

6. Sistem SDA dapat dipandang debagai bagian infrastruktur ke

airan.

7. Pengelolaan bisa dilihat dari segi fungsi, misalnya untuk

irigasi, drainase sumber air dan sebagainya.

8. Pengelolaannya harus dilihat sebagai suatu sistem yang

terintegrasi, komprehensif, dan saling ketergantungan satu

sama lainnya.

Page 82: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

68

4.1.6 STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR WILAYAH

SUNGAI CILIWUNG CISADANE

Sesuai SK. Menteri PU Nomor : 384/KPTS/M/2006, Nomor :

135/KPTS/M/2008 Tanggal, 09 Januari 2008 dan SK. Dirjen.SDA No.

39/KPTS/D/2008 Tgl, 21 Februari 2008

Gambar 4.1. STRUKTUR ORGANISASI BBWS CC

Page 83: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

69

4.2 Wilayah Situ Gintung

Gambar 4.2 Batas Administrasi Kelurahan Cireundeu

Pada Gambar 4.2 di atas dijelaskan bahwa Situ Gintung adalah Situ

buatan yang terletak di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dalam konstelasi Jakarta, letak geografis

Situ Gintung berada di sekitar 106 Bujur Timur dan 06 Lintang Selatan.

Awalnya Situ Gintung sebagai waduk yang menjadi tempat penampungan air

hujan dan pengairan ladang pertanian di sekitarnya. Situ ini dibangun oleh

Page 84: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

70

Belanda antara tahun 1932-1933. Luas awal situ itu ± 31 ha dengan

kedalaman rata-rata 10 meter. Kapasitas penyimpanan air mencapai 2,1 juta

meter kubik. Tetapi pendataan Tahun 2008, luas situ tinggal ± 21,4 ha.

Kapasitas penyimpanan air pun berkurang menjadi hanya ± 1,5 juta m3.

Penduduk Cireundeu ± 23.451 jiwa yang terbagi atas 12 rw dan 52 rt. Situ

Gintung adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan yang

termasuk salah satu sungai utama di Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Di

tengah Situ Gintung terdapat pulau kecil yang menyambung sampai ke tepi

daratan. Luas pulau kecil yang diberi nama Pulau Situ Gintung itu, sekitar ±

1,5 ha. Dalam perkembangannya, situ ini telah berubah fungsi, selain sebagai

tempat penampungan air hujan, tempat wisata alam dan wisata air, juga

tempat olah raga dan taman atau ruang terbuka. Selain itu di sekitar Situ

Gintung tumbuh dan berkembang kawasan permukiman baik di hulu, sekitar

situ, dan hilir. Secara geografis Situ Gintung berbatasan dengan :

1. Utara : berbatasan dengan Rempoa

Disebelah utara situ gintung terdapat pemukiman penduduk yang

cukup padat perumahan.

2. Timur : berbatasan dengan Kampung Pisangan Timur

Dibagian timur situ gunung kepadatan pemukiman tidak begitu

terlihat, tetapi cukup banyak terdapat lahan kosong atau lahan

hijau.

Page 85: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

71

3. Selatan : berbatasan dengan Kampung Pisangan Barat.

Pada sebelah selatan Situ Gintung keadaan geografisnya hampir

seimbang, karena cukup banyak lahan hijau dan cukup banyak

juga pemukiman penduduk yang dibangun diselatan Situ Gintung.

4. Barat : berbatasan dengan Cempaka Putih.

Batas administrasi Situ Gitung dibagian barat hampir sama dengan

keadaan geografisnya diwilayah utara Situ Gintung, yaitu padat

akan pemukiman penduduk dan dilalui jalan yang menghubungkan

antara Propinsi Banten dan Propinsi DKI Jakarta.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengolahan Area Situ Gintung dan Jarak Bebas

Pengolahan data dilakukan dengan mengolah data sekunder dari Dinas

PU Balai Besar Wilayah Ciliwung Cisadane yang telah terkumpul

Data – data tersebut adalah :

Jarak bebas menurut Peraturan Menteri PU No. 63 Tahun 1993

Data spasial

Page 86: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

72

Di bawah ini adalah langkah-langkah pengolahan data :

1. Buka ArcView 3.3

2. Buka view baru, dengan mengklik new pada toolbox view.

3. Klik atau Add Theme lalu cari file K1209-4234.shp, C1209-

4234.shp, B1209-4234.shp, H1209-4234.shp, Pemukiman.shp,

Lahan_hijau.shp.

Gambar 4.3 Menu Add Theme

Page 87: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

73

4. Cek list layer H1209-4234.shp maka akan muncul Gambar 4.4. yang

merupakan areal Situ Gintug

Gambar 4.4 Peta Dasar Areal Situ Gintung

Page 88: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

74

5. Lalu klik View (Properties)

Gambar 4.5 View (Properties)

Page 89: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

75

6. Selanjutnya akan keluar menu View Properties, pada menu Map Units

dan Distance Units ganti santuannya menjadi meter OK

Gambar 4.6 Menu View Properties

7. Langkah selanjutnya klik atau Select Feature

Page 90: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

76

8. Kemudian klik bagian line yang akan di buffers hingga berubah warna

Gambar 4.7 Line Yang Sudah Berubah Warna

Page 91: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

77

9. Selanjutnya klik menu Theme setelah itu pilih Create Buffers lihat

Gambar 4.8 dibawah

Gambar 4.8 Create Buffers

Page 92: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

78

10. Maka akan keluar Gambar 4.9 Klik menu the features of a theme pilih

H1209-4234.shp Next

Gambar 4.9 Create Buffers “the features of a theme”

11. Maka akan keluar Gambar 4.10 seperti dibawah ini, pada menu at a

specified distance ketik nominalnya menjadi 50, number of rings

menjadi 1, distance between rings 50 dan distance units are Meters

next

Gambar 4.10 Create Buffers “at a specified distance”

Page 93: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

79

12. Selanjutnya akan keluar Gambar 4.11 seperti dibawah ini, pada menu

ini pilih in a new theme dan kemudia simpan di folder yang diinginkan

kemudian klik finis.

Gambar 4.11 Create Buffers “a new theme”

Page 94: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

80

13. Hasil Buffers pada Gambar 4.12 berikut adalah areal Situ Gintung

dengan jarak bebas 50 meter yang sesuai dengan pasal 10 bagian a

yang berisi untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter kearah darat. Pasal ini

terdapat dalam Peraturan Menteri (permen) PU No.63 Tahun 1993.

Gambar 4.12 Hasil Buffers

Page 95: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

81

4.3.2 Lahan Existing

Gambar 4.13 Lahan Existing (jalan)

Dari Gambar 4.13 di atas dijelaskan bahwa terdapat nama-nama jalan

yang ada didaerah areal Situ Gintung.

Page 96: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

82

Gambar 4.14 Lahan Existing (Pemukiman / Lahan Hijau)

Pada Gambar 4.14 diatas dijelaskan terdapatnya lahan pemukiman

penduduk atau bangunan lainnya, dapat dilihat juga padatnya pemukiman

warga hampir berbatasan dengan Situ Gintung, hal ini dapat membahayakan

warga yang tinggal atau membangun bangunan perumahan di sekitar Situ

Gintung dan juga terdapat lahan hijau atau lahan kosong yang ada disekitar

Situ Gintung

Page 97: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

83

Gambar 4.15 Hasil Buffering Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Tahun 1993 pasal 10 bagian a

Di Gambar 4.15 ini dijelaskan bahwa areal Situ Gintung bagian Barat

banyak terdapat pemukiman warga yang seharusnya dipindahkan dan

sebagian besar terdapat dikomplek UI yang cenderung dominan dipindahkan

karena dianggap tidak aman atau memasuki batas rawan pembangunan

pemukiman yang ditetapkan oleh pemerintah menurut keputusan Menteri

Pekerjaan Umum tahun 1993 pasal 10 bagian a, kemudian pemukiman

diwilayah jalan ISCI juga mengalami titik kerawanan pembangunan

pemukiman dan ini berlaku hingga daerah pemukiman disekitar jalan Kerta

Mukti. Di bagian Utara areal Situ Gintung sendiri dapat dilihat, pinggiran

Page 98: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

84

jalan Ir H. Juanda hampir memasuki areal tidak aman menurut keputusan

Menteri Pekerjaan Umum. Hal ini juga berlaku dijalan Setu / H. Dalih

memasuki daerah rawan pembangunan pemukiman, daerah pemukiman yang

rawan terdapat juga dijalan Pelayang hingga jalan masuk menuju jalan

Gunung Raya Dalam dan jalan Gunung Indah Raya, untuk dibagian Timur

Situ Gintung terdapat sedikit sekali pemukiman warga yang memasuki daerah

rawan pembangunan yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah

dikarenakan didaerah ini banyak terdapat lahan hijau atau lahan kosong.

Gambar 4.16 Hasil Buffering Menurut Topografi

Page 99: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

85

Gambar 4.16 ini menjelaskan topografi yang tidak cocok untuk

dibangun pemukiman penduduk, karena kondisi contur yang begitu curam

yaitu 10 meter antara dasar Situ hingga pinggiran Situ, untuk tanah Lempung

sendiri memiliki sudut 20º kemiringannya, sedangkan dari tekstur tanah

Lempung sendiri kurang dari 0.002 mm, dapat dilihat pada Gambar 4.17

dibawah ini, perpotongan Situ Gintung, disitu dapat dilihat banyaknya

pemukiman warga yang dibangun dan ini sangat membahayakan kalau dilihat

berdasarkan karakteristik tanah yang ada di Situ Gintung

Gambar 4.17 Potongan Situ Gintung

Berikut ini rumus penghitungan jarak aman berdasarkan topografinya :

Tangen 20º = 0.364

Page 100: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

86

Jadi, menurut perhitungan rumus diatas jarak aman berdasarkan

topografi kemiringan areal Situ Gintung sejauh 27 meter dari bibir Situ

Gintung. Perhitungan berdasarkan sudut kemiringan 20º dan kedalaman Situ

10 meter.

Gambar 4.18 Jenis Tanah

Pada Gambar 4.17 diatas menjelaskan jenis tanah yang terdapat diareal

Situ Gintung, hampir keseluruhan tanah yang terdapat diareal Situ Gintung

yaitu jenis tanah lempung yang mempunyai diameter kurang dari 0.002 mm,

tanah lempung ini teksturnya sangat halus, mudah menampung air tetapi daya

serapnya kecil, kelembaban tinggi dan dapat diurai menggunakan tangan,

Page 101: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

87

untuk bagian Utara dan Timur sendiri terdapat jenis tanah timbunan, lempung,

kelembaban tinggi dan lunak.

4.4 Rencana Pembangunan

Gambar 4.19 Rencana Pembutan Gorong-gorong

Gambar 4.19 diatas menunjukan rencana kedepan pada Situ Gintung,

dimana line yang berwarna biru rencana pembuatan gorong-gorong dengan

lebar di sisi kanan-kiri masing-masing 10 m, dimana di sisi kanan-kiri tersebut

difungsikan sebagai jalur hijau atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan jalan

Page 102: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

88

inspeksi yang juga berfungsi sebagai jalur evakuasi, rencana pembangunan

gorong-gorong ini dibuat dari Situ Gintung (line berwarna Biru) hingga Kali

Pesanggrahan (line berwarna kuning) yang ± 1 km dan lebar gorong-

gorongnya sendiri ± 6 Meter.

Page 103: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

89

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dengan hasil laporan skripsi ini dapat dilihat mengenai bentuk fisik

Situ Gintung.

2. Dengan adanya skripsi ini, dapat diketahui batas bebas pembangunan

pemukiman areal kritis diSitu Gintung berdasarkan keputusan Menteri

Pekerjaan Umum Tahun 1993 pasal 10 bagian a dan berdasarkan

topografinya.

3. Dapat diketahui mengenai letak administrasi, dimana disebalah Timur

banyak terdapat lahan hijau atau lahan kosong, sedangkan dibagian

Utara, Selatan, Barat banyak sekali terdapat pemukiman penduduk dan

hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah Dinas Pekerjaan Umum

(PU) pusat.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk Departemen Pekerjaan Umum pusat agar

memberi tanda secara nyata mengenai batas areal kritis pembangunan

pemukiman diareal Situ Gintung agar masyarakat disekitar dapat

mengetahui mengenai jarak aman secara langsung.

Page 104: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

86

DAFTAR PUSTAKA

Al Fatta, Hanif. 2007, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Untuk Keunggulan

Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Barus, Baba. And Wiradisastra, U. S. 1996. Sistem Informasi Geografi. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hardiyatmo, Chrstady Hary. 2006. Mekanika Tanah 1. Gadjah Mada University Press.

Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Penerbit Akademik Pressindo. Jakarta

Nuarsa, I.W. 2004. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3

untuk Pemula. Jakarta.

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit

Informatika. Bandung

Peraturan Menteri PU No.63 Tahun 1993

Suprapto, Dibyosaputro. 2001, Geomorfologi Dasar, Yogyakarta

Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Profesional.

Yogyakarta

http://bbwsciliwungcisadane.com/index.php?option=com_content&task=view&id=142&

Itemid=1

Senin 12 Oktober 2009 jam 15:46wib

http://www.scribd.com/doc/19333723/DEFINISI-TANAH

minggu 23 mei 2010 22:24wib

Page 105: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xvii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Peraturan Menteri PU No. 63 Tahun 1993

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR: 63/PRT/1993

TENTANG

GARIS SEMPADAN DAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH

PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

MENIMBANG : a. bahwa sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi

yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat,

perlu dijaga kelestarian dan kelangsungan fungsinya dengan

mengamankan daerah sekitarnya.

b. bahwa berdasarkan pasal 4, pasal 5 dan pasal 6 Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai, dalam rangka

penguasaan sungai Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pengairan diberi wewenang untuk mengatur lebih lanjut hal-hal

yang menyangkut penetapan garis sempadan sungai, pengelolaan

dan pemanfaatan lahan pada daerah manfaat sungai, daerah

penguasaan sungai dan bekas sungai

Page 106: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xviii

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dan sebagai pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 perlu ditetapkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Garis Sempadan

Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguaasaan Sungai dan

Bekas Sungai.

MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata

Pengaturan Air;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

4. Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 1974 tentang Pokok

pokok Organisasi Departemen;

5. Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 1981 tentang Susunan

Organisasi Departemen;

6. Keputusan Presiden RI Nomor 64/M/1988 tentang Kabinet

Pembangunan V;

7. Keputusan Presiden RINomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung;

8. Peraturan Menteri P.U Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian

Wilayah Sungai;

9. Peraturan Menteri P.U Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan

atas Air dan atau Sumber Air;

Page 107: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xix

10. Peraturan Menteri P.U Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Izin Penggunaan Air atau Sumber Air.

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG

GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI,

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan

Umum;

2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan

Umum

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I/Daerah Khusus/Daerah

Istimewa;

4. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I/Kepala

Daerah Khusus/Kepala Daerah Istimewa;

Page 108: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xx

5. Pejabatyang berwenang adalah Direktur Jenderal Pengairan atas nama Menteri

atau Gubenur Kepala Daerah;

6. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan

Umum pada Propinsi yang bersangkutan;

7. Dinas adalah Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Tingkat I atau Dinas Pekerjaan

Umum Pengairan Propinsi di Daerah Tingkat I;

8. Badan Hukum tertentu adalah Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 4

Undang-undang No. 11 Tahun 1974, yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik

Negara dibawah pembinaan Menteri PU, dan mempunyai tugas pokok

mengembangkan dan mengusahakan air dan atau sumber air untuk digunakan

bagi kesejahteraan masyarakat dengan menjaga kelestarian kemampuan

lingkungan hidup;

9. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kana dan kirinya sepanjang

pengalirannya oleh garis sempadan;

10. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai;

11. Daerah sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai

buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi sungai;

12. Daerah sempadan danau/waduk adalah sepanjang kiri kanan sungai termasuk

sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi danau/waduk;

Page 109: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxi

13. Daerah manfaat sungai adalha mata air, palung sungai dan daerah sempadan yang

telah dibebaskan;

14. Daerah penguasaan sungai adalh dataran banjir, daerah retensi; bantaran atau

daerah sempadan yang tidak dibebaskan;

15. Bekas sungai adalah sungai yang tidak berfungsi lagi;

16. Tepi sungai adalha batas luar palung sungai yang mempunyai variasi bentuk

seperti tergambar dalam lampiran peraturan ini;

17. Kawasan perkotaan adalah Wilayah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebgai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, layanan social

dan kegiatan ekonomi;

18. Tanggul adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan persyaratan

teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpasan air

sungai;

19. Banjir rencana adalah banjir yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu

tertentu.

Bagian Kedua

Lingkup Pengaturan

Pasal 2

Lingkup pengaturan yang tercantum pada Peraturan Menteri ini

terdiri dari:

a. Penetapan garis sempadan sungai termasuk danai dan waduk;

Page 110: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxii

b. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan pada daerah manfaat sungai;

c. Pemanfaatan lahan pada daerah penguasaan sungai;

d. Pemanfaatan lahan pada bekas sungai.

BAB II

GARIS SEMPADAN SUNGAI

Bagian Pertama

Maksud dan Tujuan

Pasal 3

1) Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan

perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya

yang ada pada sungai termsuk danau dan awaduk dapat dilaksanakan sesuai

dengan tujuannya.

2) Penetapan garis sempadan sungai bertujuan:

a. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh

aktifitas yang berkembang di sekitarnya;

b. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber

daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus

menjada fungsi sungai;

c. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.

Page 111: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxiii

Bagian Kedua

Tata Cara Penetapan

Pasal 4

1) Penetapan garis sempadan sungai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk sungai-sungai yang menjadi kewenangan Menteri batas garis

sempadan sungai ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan

Direktur Jenderal;

b. Untuk sungai- sungai yang dilimpahkan kewenangannya kepada

Pemerintah Daerah, batas garis sempadan sungai ditetapkan dengan

Peraturan Daerah berdasarkan usulan dari Dinas;

c. Untuk sungai-sungai yang dilimpahkan kewenangan pengelolaannya

kepada Badan Hukum tertentu, batas garis sempadan sungai ditetaplan

dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan dari Badan Hukum tertentu

yang bersangkutan.

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan survei;

b. Menentukan dimensi penampang sungai berdasarkan rencana pembinaan

sungai yang bersangkutan, dari hasilsurvei sebagaimana dimaksud dalam

butir bagi sungai-sungai yang tidak jelas tepinya;

c. Penetapan batas garis sempadan sungai dimaksud dalam butir b

berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai dengan

Pasal 10.

Page 112: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxiv

3) Garis sempadan sungai telah ditetapkan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang

tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.

4) Penetapan garis sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila

dipandang perlu dapat disempurnakan setiap lima tahun.

Bagian Ketiga

Kriteria

Pasal 5

Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari:

a. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;

b. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;

c. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;

d. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.

Pasal 6

1) Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut:

a. Garis sempadan sungai bertanggunl di luar kawasan perkotaan, ditetapkan

sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan,

ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang

kaki tanggul.

2) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dapat diperkuat, diperlebar, dan ditinggikan yang dapat

berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai.

Page 113: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxv

3) Kegiatan lahan yang berstatus Negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak

tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksudn

dalam ayat (2) harus dibebaskan.

Pasal 7

1) Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luas kawasan perkotaan

diperkotaan didasarkan pada kriteria:

a. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas 500 (lima ratus)Km2 atau lebih;

b. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas kuran dari 500 (lima ratus) Km2.

2) Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan

pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah

pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.

3) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai

besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus)m, sedangkan pada sungai

kecil sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan.

Pasal 8

Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggunl di dalam kawasan perkotaan

didasarkan pada kriteria:

Page 114: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxvi

a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi

sungai pada waktu ditetapkan.

b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20

(dua puluh)meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15 (lima belas)

meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

c. Sungai yang mempunyao kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter,

garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Pasal 9

1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi

bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan

harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai sertai bangunan sungai.

2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terpenuhi, maka

segaka perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan sungai

menjadi tanggung jawab pengelola jalan.

Pasal 10

Penetapan garis sempadan danau, waduk, mata air, dan sungai yang terpengaruh pasang

surut air laut mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dalam Keputusan RI Nomor 32

Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sebagai berikut:

Page 115: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxvii

a. Untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 200 (dura ratus)

meter di sekitar mata air.

c. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan

sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai

jalur hijau.

Bagian Keempat

Pemanfaatan Daerah Sempadan

Pasal 11

1) Pemanfaatan lahan di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk

kegiatan-kegiatan tertentu sebagai berikut:

a. Untuk budidaya pertanian, dengan jenis tanaman yang diizinkan;

b. Untuk kegiatan niaga, penggalian, dan penimbunan;

c. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan,

serta rambu-rambu pekerjaan;

d. Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air

minum;

e. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik

umum maupun kereta api;

Page 116: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxviii

f. Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan

lemasyarakatan yang tidal menimbulkan dampak merugikan bagi

kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai;

g. Untuk pembangunan prasarana lalu lintak air dan bangunan pengambilan

dan pembuangan air.

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperoleh

izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk

olehnya, serta memenuhi syart-syarat yang ditentukan.

3) Pejabatyang berwenang dapat menetapkan suatu ruas di daerah sempadan untuk

membangun jalan inspeksi dan/atau bangunan sungai yang diperlukan, dengan

ketentuan lahan milik perorangan yang diperlukan diselesaikan melalui

pembebasan tanah.

Pasal 12

Pada daerah sempadan dilarang:

a. Membuang sampah, limbah padat atau cair;

b. Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.

Page 117: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxix

BAB III

DAERAH MANFAAT SUNGAI

Bagian Pertama

Umum

Pasal 13

1) Pengelolaan dan pembinaan pemanfaatan sungai dilaksanakan oleh Direktur

Jenderal, Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum tertentu, sesuai

denganwewenang dan tanggung jawab masing-masing terhadap wilayah sungai

yang bersangkutan.

2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan

inventarisasi yang mencakup:

a. Mata air, memuat informasi antara lain mengenai nama, lokasi, dan debit air;

b. Palung sungai, memuat informasi antara lain mengenai nama, lokasi, panjang,

dan kapasitas;

c. Daerah sempadan yang dibebaskan, memuat informasi antara lain mengenai

lokasi, luas, tahun pembebasan dan sumber dana.

3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh

Direktorat Jenderal, Dinas dan Badan Hukum tertentu.

4) Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dilaporkan sekurang-

kurangnya setiap 5 (lima) tahun kepada Direktur Jenderal.

Page 118: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxx

Bagian Kedua

Pemanfaatan

Pasal 14

1) Maysarakat dapat memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;

b. harus dengan izin pejabat yang berwenang;

c. mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pasal 11 dan Pasal 12;

d. tidak menganggu upaya pembinaan sungai.

2) Izin pemanfaatan lahan di daerah manfaat sungai yang berada pada wilayah

sungai yang pembinaannya menjadi kewenangan Menteri, diberikan oleh Direktur

Jenderal atas nama Meneti dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari

Kepala Kantor Wilayah yang terkait.

3) Izin pemanfaatan lahan di daerah manfaat sungai yang berada pada wilayah

sungai yang wewenang pembinaannya dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah,

diberikan oleh Gubenur Kepala Daerah dengan rekomendasi teknis dari Dinas

setelah berkonsultasi dengan Kepala Kantor Wilayah;

4) Izin pemanfaatan lahan di daerah manfaat sungai yang berada pada wilayah

sungai yang wewenang pembinaannya dilimpahkan kepada Badan Hukum

tertentu dilengkapi dengan rekomendasi teknis dari Badan Hukum tertentu, dan

izin diberikan oleh:

- Gubernur Kepala Daerah dalam hal sungai yang bersangkutan mengalir pada

satu Propinsi;

Page 119: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxxi

- Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam hal sungai yang bersangkutan

mengalir pada lebih dari stu Propinsi.

5) Masyrakat yang memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai, dapat dikenakan

kontribusi dlam rangka pemeliharaan daerah manfaat sungai, yang dapat berupa

uang dan tenaga.

BAB IV

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI

Bagian Pertama

Umum

Pasal 15

1) Penetapan daerah penguasaan sungai dimaksud agar pejabat yang berwenang

dapat melaksanakan upaya pembinaan sungai seoptimal mungkin bagi

keselamatan umum.

2) Batas daerah penguasaan sungai yang berupa daerah retensi ditetapkan 100

(seratus) meter dari evelasi banjir rencana di sekeliling daerah genangan,

sedangkan yang berupa dataran banjir ditetapkan berdasarkan debit banjir rencana

sekurang-kurangnya periode ulang 50 (lima puluh) tahunan.

3) Pejabat yang berwenang mengatur rencana peruntukan daerah penguasaan sungai

dengan memperhatikan kepentingan instasi lain yang bersangkuta.

Page 120: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxxii

Bagian kedua

Pemanfaatan

Pasal 16

1) Masyarakat dapat memanfaatkan lahan di daerah penguasaan sungai untuk

kegiatan/keperluan tertentu sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 dan Pasal 15 ayat (3).

2) Izin pemanfaatan lahan di daerah penguasaan sungai yang berada di daerah

sempadan, diberikan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).

3) Izin pemanfaatan lahan di daerah pengusaan sungai yang berada di luar daerah

sempadan, diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB V

BEKAS SUNGAI

Pasal 17

1) Lahan bekas sungai merupakan inventaris kekayaan milik negara yang berada di

bawah pembinaan Direktur Jenderal atas nama Menteri.

2) Pemanfaatan lahan bekas sungai diprioritaskan untuk:

a. Mengganti lahan yang terkena alur sungai baru;

b. Keperluan pembangunan prasarana pengairan;

c. Keperluan pembangunan lainnya, dengan cara tukar bangun;

d. Keperluan budidaya dengan syarat tertentu

Page 121: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxxiii

3) Permohonan pemanfaatan lahan bekas sungai diajukan kepada Direktur Jenderal.

4) Direktorat Jenderal melakukan inventarisasi lahan bekas sungai dan mengadakan

pemuktahiran data inventarisasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.

BAB VI

PENGAWASAN

Pasal 18

1) Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan di dalam Peraturan ini

dilakukan oleh satuan kerja atau Badan Hukum tertentu yang menangani sungai

yang bersangkutan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

2) Laporan atas hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

disampaikan kepada:

a. Direktur Jenderal untuk pengawasan pada wilayah sungai yang menjadi

kewenangan Menteri atau Badan Hukum tertentu.

b. Dinas, untuk pengawasan pada wilayah sungai yang menjadi kewenganan

Pemerintah Daerah atau Badan Hukum tertentu.

3) Pengusutan ata pelanggaran ketentuan di dalam Peraturan ini dapat dilakukan

oleh:

a. Pihak kepolisian dalam hal belum terbentuk Penyidik Pegawai Negeri Sipoil

(PPNS), atau

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk selanjutnya diteruskan kepada

pihak kepolisian.

Page 122: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxxiv

Pasal 19

1) Masyarakat wajib menaati ketentuan-ketentuan pemanfaatan daerah sempadan,

daerah manfaatkan sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai yang

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

2) Masyarakat wajib ikut serta secara aktif dalam usaha pelestarian dan pengamanan

baik fungsi maupun fisik sungai.

BAB VII

SANKSI

Pasal 20

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pasal 11 ayat (2), Pasal

12, Pasal 14 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 19 Peraturan ini dapat dikenakan sanksi

sebagai berikut:

a. Sanksi pidana sebagaimana ditetabpkan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun

1974 tentang Pengairan, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 tentang

Sungai, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sanksi administrative sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 123: ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2162/1/MOH... · Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi)

xxxv

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

1) Dengan berlakunya Peraturan ini, maka peraturan yang telah dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini masih tetap

berlaku, sampai digantikan dengan yang baru.

2) Bagi para pemanfaat lahan di daerah sempadan, daerah manfaat sunngai, daerah

penguasaan sungai, dan bekas sungai yang belum mengikuti ketentuan-ketentuan

dalam Peraturan ini, agar dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya

daerah sempadan segera menyesuaikan

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini akan ditetapkan

dengan keputusan tersendiri.

3) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada yang bersangkutan untuk diketahui

dan atau dilaksanakan.

DITETAPKAN : JAKARTA

PADA TANGGAL : 27 Februari 1993

MENTERI PERKERJAAN UMUM

ttd

RADINAL MOOCHTAR