analisis kelayakan usaha mie mentah jagung (studi … · fakultas ekonomi dan manajemen . ......
TRANSCRIPT
i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA MIE MENTAH JAGUNG
(Studi Kasus: Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan
Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
MEGA ARI SURYANI
H34070021
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
ii
RINGKASAN
MEGA ARI SURYANI. Analisis Kelayakan Usaha Mi Mentah Jagung (Studi
Kasus: Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota
Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).
Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya yang besar memiliki
aneka jenis pangan sumber karbohidrat, beberapa di antaranya seperti, beras, ubi
kayu, sagu, dan jagung. Namun pada kenyataannya, sumber karbohidrat yang
paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yaitu beras. Salah satu
bahan pangan alternatif non beras yang berpotensi dikembangkan di Indonesia
yaitu jagung. Jagung dapat dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi
aneka panganan olahan. Salah satu produk olahan jagung yang disukai masyarakat
yaitu mi jagung. Mi merupakan makanan pokok selain beras yang biasanya
terbuat dari tepung terigu. Produk mi yang beredar di pasar hampir seluruhnya
menggunakan bahan baku tepung terigu dari gandum yang merupakan produk
impor. Jika ketergantungan Indonesia terhadap tepung terigu tidak segera diatasi,
dikhawatirkan akan membahayakan ketahanan pangan Indonesia.
Jagung dapat digunakan sebagai subtitusi bagi industri mi pengguna
terigu. Salah satu pengrajin mi di Kota Bogor yang berencana mengembangkan
produk mi mentah jagung yaitu Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Ciheuleut,
Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor.
Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengkaji kelayakan
aspek non finansial usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100
persen di lokasi penelitian berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek hukum; 2) Menganalisis
kelayakan finansial usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100
persen; dan 3) Menganalisis switching value usaha mi mentah jagung terhadap
kenaikan harga input dan penurunan produksi output.
Penelitian dilakukan di Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin yang terletak di
Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Pengambilan data di lapangan
dilaksanakan pada bulan April – Mei 2011. Data primer yang terkumpul diperoleh
melalui wawancara dengan Bapak Sukimin selaku pemilik usaha, karyawan-
karyawan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin, dan pemasok. Data sekunder
diperoleh dari studi literatur dari beberapa buku, skripsi, artikel-artikel terkait
yang diperoleh dari internet, dan pengolahan data-data yang didapat dari dinas-
dinas terkait. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek-aspek
nonfinansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial dan lingkungan, dan aspek hukum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk
menganalisis kelayakan finansial usaha mi mentah jagung. Metode yang
digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial berupa
NPV, IRR, Net B/C, Payback period, dan analisis switching value.
Usaha pembuatan mi mentah jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis,
dan aspek sosial dan lingkungan layak untuk diusahakan. Namun dari aspek
manajemen, usaha pembuatan mi mentah belum layak karena belum memiliki
pembukuan dan pencatatan yang jelas atas segala transaksi bisnis yang dilakukan.
iii
Selain itu dari aspek hukum, usaha ini belum memiliki perizinan dari pihak
manapun sehingga dinilai belum layak karena tidak memiliki kekuatan secara
hukum.
Hasil perbandingan analisis finansial usaha mi mentah terigu, mi mentah
jagung 30 persen, dan mi mentah jagung 100 persen menunjukkan bahwa dari
ketiga jenis usaha, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen merupakan
usaha yang paling layak diusahakan. Nilai NPV usaha pembuatan mi mentah
jagung 100 persen yang diperoleh sebesar Rp 1.011.003.777 lebih besar
dibandingkan usaha pembuatan mi mentah terigu maupun mi mentah jagung 30
persen, sehingga usaha mi mentah jagung 100 persen memberikan manfaat bersih
yang lebih besar daripada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30
persen. Nilai Net B/C yang diperoleh juga lebih tinggi yaitu sebesar 3,96. Tingkat
pengembalian investasi juga berbeda cukup besar pada tingkat diskonto 7,47
persen. Namun, nilai IRR yang diperoleh usaha mi mentah terigu memiliki nilai
paling besar dibandingkan kedua usaha yang lain yaitu 39,06 persen. Nilai
payback period usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen memiliki nilai lebih
kecil daripada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 100 persen. Hal ini
berarti waktu yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran investasi adalah paling
singkat dibandingkan umur proyek. Maka, usaha mi jagung 30 persen lebih layak
untuk diusahakan dari segi nilai payback period. Hal ini berdasarkan kriteria
investasi secara keseluruhan, usaha mi mentah jagung 100 persen merupakan
usaha yang paling layak untuk diusahakan karena memiliki nilai NPV dan IRR
yang paling besar.
Analisis switching value pada ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan
yang diakibatkan penurunan penjualan berpengaruh paling besar terhadap
kelayakan usaha dibandingkan dengan perubahan lainnya. Perubahan penurunan
penjualan pada ketiga usaha berkisar antara 16 – 24 persen. Perubahan ini lebih
kecil dibandingkan perubahan peningkatan harga bahan baku tepung yang
berkisar antara 27 – 60 persen. Sedangkan untuk perubahan yang terjadi karena
kenaikan harga bahan baku tepung menjadi variabel yang kurang berpengaruh
terhadap proyeksi aliran kas.
iv
ANALISIS KELAYAKAN USAHA MIE MENTAH JAGUNG
(Studi Kasus: Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan
Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat)
MEGA ARI SURYANI
H34070021
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
v
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Mi Mentah Jagung (Studi Kasus:
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan Tegal Lega,
Kota Bogor, Jawa Barat)
Nama : Mega Ari Suryani
NIM : H34070021
Disetujui,
Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi
NIP. 19650115 199003 2001
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Mi Mentah Jagung (Studi Kasus: Usaha Mi Mentah Bapak
Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat)” adalah karya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Mega Ari Suryani
H34070021
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 17 April 1989.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suparto
Kimin dan Ibu Sukatmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Kebon Pedes I
Bogor dan lulus pada tahun 2001. Sekolah menengah pertama dilalui penulis di
SMPN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
PMDK/ USMI sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kepanitiaan dan
organisasi. Penulis menjadi anggota vocal group COAST FEM (2009) dan
menjadi ketua vocal group COAST FEM (2010). Kepanitiaan yang pernah diikuti
oleh penulis yaitu panitia fieldtrip AGB 44 Goes to Garut-Tasikmalaya sebagai
divisi Dokumentasi (2010), panitia Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen
ORANGE FEM 2009 sebagai divisi Medis (2009), dan kepanitiaan lainnya.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Mi Mentah Jagung (Studi Kasus: Usaha
Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan
mi berbahan baku tepung jagung, baik mi jagung 30 persen maupun mi jagung
100 persen.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Instiut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari sempurna karena keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama
penelitian berlangsung.
Bogor, Oktober 2011
Mega Ari Suryani
ix
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian
skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagi pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu,
dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
2. Dr. Amzul Rifin, SP., MA. selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan saran dan kritik
demi perbaikan skripsi ini.
3. Siti Jahroh, Ph. D. selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
Agribisnis pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis selama masa perkuliahan di Departemen Agribisnis.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis atas, terima kasih atas
segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
6. Pemilik UKM Mi Ayam yaitu Bapak Sukimin beserta keluarga dan seluruh
karyawan atas kesediaan menjadi tempat penelitian penulis, atas waktu,
kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
7. Bapak dan Mama yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan
yang tiada henti kepada penulis, I dedicated this for both of you. Serta adik-
adik tercinta Ibnu dan Novelia yang selalu menyemangati dan mendukung
penulis. Kalian merupakan sumber semangat dan motivasi terbesarku. Semoga
skripsi ini dapat menjadi persembahan terbaik.
8. Keluarga besar baik dari pihak Bapak maupun Mama, yang telah memberikan
cinta, kasih sayang serta dukungan selama penyelesaian skripsi.
9. Saudari Leni Nurul Apriyani selaku pembahas seminar atas masukan dan
saran yang telah diberikan.
x
10. Sahabat-sahabat terbaikku selama di Agribisnis, Anita, Asti, Nunu, Pipito, dan
Tari. Terima kasih atas segala bantuan, diskusi, doa, dan dukungan kalian
selama ini. Semoga persahabatan kita akan terus terjalin.
11. Teman-teman satu bimbingan skripsi Tia, Leni, dan Adi yang telah berbagi
baik suka maupun duka selama penyusunan skripsi.
12. Teman-teman selama Gladikarya di Cibinong, Fia, Feby, Mahardi, dan
Ganjar, terima kasih atas kebersamaan, kenangan, keceriaan yang kita lalui
bersama selama mempelajari komoditi ikan hias.
13. Teman-teman Agribisnis 44, terimakasih atas semangat, dukungan, keceriaan,
dan kebersamaan selama ini. AGB, Growing The Future !!
14. Teman-teman keluarga besar Agribisnis 43 dan 45, terima kasih atas
dukungan semangat yang telah memotivasi penulis.
15. Teman-teman satu kursus Bahasa Korea di UPTB-IPB, Kak Rani, Anisa, Nita,
dan teman-teman lain, terima kasih atas dukungan semangat selama ini.
16. Teman-teman sekamar saat TPB, Hana dan Mar‟ah, terima kasih atas
dukungan yang telah diberikan.
17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Oktober 2011
Mega Ari Suryani
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xvii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………...…………………...…….
1.2. Perumusan Masalah……………...…………………...….
1.3. Tujuan……………………………...………………….....
1.4. Manfaat……………………………...…………………...
1.5. Ruang Lingkup………………………..………………….
1
7
9
10
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diversifikasi Pangan Pokok Selain Beras……………......
2.2. Teknologi Pembuatan Mi……………………………...…
2.2.1. Pembuatan Mi secara Umum………….....………
2.2.2. Teknologi Mi Jagung…………………………….
2.3. Analisis Kelayakan Usaha Produk Pangan Olahan….…..
11
15
15
20
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis………………...…………..
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek………………...………..
3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek………………...………
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi……………...……..
3.1.4. Analisis Switching Value…………………...……
3.1.5. Laporan Laba Rugi………………………..……..
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional……………………......
29
29
30
38
40
40
41
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu……………………………...………...
4.2. Jenis dan Sumber Data…………………………...………
4.3. Metode Pengumpulan Data...…………………………….
4.4. Metode Pengolahan………………..…………………….
4.5. Metode Analisis Data………………………………..…..
4.5.1. Analisis Kelayakan Finansial………………….....
4.5.2. Analisis Sensitivitas……………………………...
4.5.3. Laporan Laba Rugi…………………………..…...
4.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan dalam Penelitian….…..
43
43
43
44
44
44
47
48
48
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan…………………………..
5.2. Profil Perusahaan………………………………………...
5.3. Deskripsi Usaha………………………………………….
51
52
53
VI. ANALISIS NONFINANSIAL
xii
6.1. Aspek Pasar………………………………………………
6.1.1. Permintaan……………………………………….
6.1.2. Penawaran………………………………………..
6.1.3. Bauran Pemasaran………………………………..
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar………………………
6.2. Aspek Teknis……………………………………………..
6.2.1. Lokasi Usaha……………………………………..
6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan……………………….
6.2.3. Kapasitas Produksi……………………………….
6.2.4. Teknologi yang Digunakan………………………
6.2.5. Proses Produksi…………………………………..
6.2.6. Layout Bangunan………………………………...
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis……………………..
6.3. Aspek Manajemen……………………………………….
6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen………………..
6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan……………………………
6.4.1. Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan……….
6.4.2. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan….
6.5. Aspek Hukum……………………………………………
6.5.1. Badan Hukum……………………………………
6.5.2. Perizinan…………………………………………
6.5.3. Hasil Analisis Aspek Hukum…………………….
54
54
55
55
58
58
58
59
61
61
65
70
71
71
72
72
72
73
73
74
74
74
VII. ANALISIS FINANSIAL
7.1. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Terigu…….
7.1.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Terigu……….
7.1.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Terigu……..
7.1.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Terigu…….
7.1.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah
Terigu……………………………………………
7.1.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Terigu…..
7.2. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen….………………………………………………...
7.2.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen….………………………………………...
7.2.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen…….……………………………………...
7.2.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen…….……………………………………...
7.2.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah
Jagung 30 Persen………………………………...
7.2.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen…….……………………………………...
7.3. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100
Persen……………………………………………………
7.3.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 100
Persen……………………………………………
7.3.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 100
75
75
77
80
81
82
82
83
85
88
89
90
91
91
xiii
Persen……………………………………………
7.3.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100
Persen……………………………………………
7.3.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah
Jagung 100 Persen……………………………….
7.3.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung
100 Persen……………………………………….
7.4. Analisis Perbandingan Usaha Mi Mentah Terigu, Mi
Mentah Jagung 30 Persen, dan Mi Mentah Jagung 100
Persen……………………………………………………
93
96
97
98
99
VIII. KESIMPULAN SARAN
8.1. Kesimpulan………………………………………………
8.2. Saran……………………………………………………...
102
103
V. DAFTAR PUSTAKA………………………………………… 104
VI. LAMPIRAN………………………………………………….. 107
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia Tahun 2001-
2006…..………………………………………………….……
2
2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di 10
Provinsi Utama Penghasil Jagung di Indonesia Tahun
2010…………….………………………………………….….
3
3. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung
untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010…............…...…
3
4. Kandungan Gizi Jagung Kuning Pipil dan Beras..........……... 4
5. Perbandingan Nilai Energi Beberapa Bahan Pangan
Pokok…………………………………………………….…...
5
6. Perkembangan Konsumsi Mi Instan Indonesia Tahun 1995-
2001…………………………………………………………...
6
7. Komposisi Kimia Tepung Jagung Varietas Pioneer-21........... 20
8. Fungsi Alat-alat yang Digunakan dalam Produksi Mi
Mentah………………………………………………………...
63
9. Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Terigu per
Tahun…………………………………………………............
76
10. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah
Terigu……………………………………………………...….
77
11. Rician Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah
Terigu…………………………………………………………
79
12. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah
Terigu…………………………………………………………
80
13. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi
Mentah Terigu………………………………………………..
81
14. Rincian Penerimaan Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung
Substitusi……………………………………………………..
84
15. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah
Jagung Substitusi……………………………………………..
85
16. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah
Jagung Substitusi……………………………………………..
87
xv
17. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah
Terigu…………………………………………………………
88
18. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi
Mentah Jagung Substitusi…………………………………….
90
19. Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Jagung
100 Persen per Tahun………………………………………...
92
20. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah
Jagung 100 Persen……………………………………………
93
21. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah
Jagung 100 Persen……………………………………………
95
22. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah
Jagung 100 persen……………………………………………
96
23. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi
Mentah Jagung 100 Persen…………………………………...
98
24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah...
99
25. Perbandingan Nilai Switching Value pada Ketiga Jenis
Usaha…………………………………………………………
100
26. Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh dari Ketiga Jenis
Usaha…………………………………………………………
101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Proses Umum dalam Produksi Mi dan Bihun/Soun..……….. 17
2. Grafik Hubungan antara NPV dan IRR…………………….. 39
3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha
Mi Mentah Jagung pada Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin….
42
4. Saluran Pemasaran Mi Mentah Usaha Mi Ayam Bapak
Sukimin……………………………………………………...
57
5. Mesin Adonan dan Mesin Press Adonan…………………… 62
6. Mesin Kukus Adonan (Steaming Box)……………………..... 62
7. Proses Pembuatan Mi Mentah Terigu………………………. 66
8. Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen.…………... 67
9. Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen………….. 69
10. Layout Ruang Produksi Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
Tahun 2011………………………………………………….
70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuisioner Penelitian………………………………..….…….. 108
2. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Mentah Terigu………... 112
3. Biaya Investasi Usaha Mi Mentah Terigu dan Mi Mentah
Jagung 30 Persen…………………………………….…….....
113
4. Cashflow Usaha Mi Mentah Terigu………………………..… 115
5. Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu - Peningkatan
Harga Tepung Terigu sebesar 27,725 Persen.………………
118
6. Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu - Penurunan
Penjualan sebesar 16,536 Persen……………………....….…
119
7. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu……….…… 120
8. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen…………………………………………………………
122
9. Cashflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen…………….... 124
10. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen -
Peningkatan Harga Tepung Terigu sebesar 42,891 Persen..…
128
11. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen -
Penurunan Penjualan sebesar 17,907 Persen..………………..
129
12. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen... 130
13. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Jagung 100 Persen……. 132
14. Biaya Investasi Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen………. 133
15. Cashflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen………..…… 135
16. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen -
Peningkatan Harga Tepung Jagung sebesar 59,051 Persen….
139
17. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen -
Penurunan Produksi sebesar 23,55 Persen…………………...
140
18. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 100
Persen………………………………………………………..
141
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya yang besar memiliki
aneka jenis pangan sumber karbohidrat, beberapa di antaranya seperti, beras, ubi
kayu, sagu, dan jagung. Namun pada kenyataannya, sumber karbohidrat yang
paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yaitu beras. Ketergantungan
bangsa Indonesia terhadap beras begitu tinggi sehingga ketika kebutuhan beras
dalam negeri tidak tercukupi, Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya untuk mengurangi
ketergantungan terhadap beras dan bahan pangan impor lainnya dengan mencari
alternatif bahan pangan lain yang dapat tumbuh di Indonesia. Kegiatan pencarian
bahan pangan alternatif lain tersebut dikenal dengan diversifikasi pangan
(Fadlillah 2005).
Salah satu bahan pangan alternatif non beras yang berpotensi
dikembangkan di Indonesia yaitu jagung. Jagung memiliki nilai gizi yang cukup
memadai dan di beberapa daerah di Indonesia digunakan sebagai makanan pokok.
Selain itu, Budiyah (2004) menyatakan bahwa di Indonesia, jagung merupakan
komoditas serelia utama setelah beras, sekaligus sebagai bahan baku sumber
karbohidrat utama setelah beras. Jagung berperan penting dalam penyediaan
bahan pangan, bahan baku industri dan pakan. Selain itu, jagung merupakan
bahan pangan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung komposit,
substitusi bagi industri pengguna terigu dan konsumen berpangan pokok beras.
Jagung merupakan salah satu palawija (tanaman pangan non-padi) yang
paling utama dan banyak ditanam di Indonesia. Perkembangan konsumsi jagung
di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat secara konsumsi total. Hal
ini seperti terlihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia Tahun 2001-2006
Tahun
Konsumsi Industri Pangan Industri Pakan Total
Ribu Ton
Persen Ribu Ton
Persen Ribu Ton
Persen Ribu Ton
Persen
2001 4.567 41,76 2.415 22,08 3.955 36,16 10.937 100
2002 4.478 40,11 2.489 22,29 4.197 37,59 11.164 100
2003 4.388 38,53 2.564 22,51 4.438 38,96 11.390 100
2004 4.229 37,01 2.638 22,71 4.680 40,29 11.617 100
2005 4.165 33,13 3.016 23,99 5.390 42,88 12.572 100
2006 4.100 32,54 2.900 23,02 5.600 44,44 12.600 100
Sumber : Departemen Pertanian (2007)
Tabel 1 menunjukkan bahwa selama periode 2001-2006, total penggunaan
jagung untuk konsumsi rumah tangga terus menurun dari tahun ke tahun.
Penurunan konsumsi jagung pada konsumsi rumah tangga kemungkinan besar
disebabkan oleh pergeseran konsumsi jagung dalam bentuk olahan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai konsumsi jagung pada industri pangan yang terus meningkat dari
tahun 2001-2005 yang kemudian turun kembali di tahun 2006. Berlawanan
dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi jagung pada industri pakan terus
mengalami peningkatan pada tahun 2001-2006. Dengan demikian, secara total
dapat dikatakan konsumsi jagung terus meningkat.
Seiring dengan perkembangan ekonomi, saat ini produksi jagung dalam
negeri sangat ditentukan oleh produksi delapan propinsi sentra jagung di
Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo (Siregar 2009).
Pada tahun 2010 posisi produksi jagung Jawa Barat sebagai salah satu
sentra produksi jagung Indonesia berada pada posisi ke-6. Produksi jagung
propinsi-propinsi sentra jagung di Indonesia berdasarkan luas panen,
produktivitas, dan jumlah produksi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di 10 Provinsi Utama
Penghasil Jagung di Indonesia Tahun 2010
No. Provinsi Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Kuintal/Ha)
Produksi
(Ton)
1 Jawa Timur 1.257.721 44,42 5.587.318
2 Jawa Tengah 631.816 48,41 3.058.710
3 Lampung 447.509 47,52 2.126.571
4 Sumatera Utara 274.822 50,13 1.377.718
5 Sulawesi
Selatan
303.215 44,25 1.341.737
6 Jawa Barat 153.778 60,08 923.962
7 Gorontalo 143.833 47,22 679.167
8 Nusa Tenggara
Timur
244.686 26,70 653.410
9 Sulawesi Utara 134.630 36,59 492.614
10 DI Yogyakarta 86.837 39,80 345.576
Sumber: Badan Pusat Statistik, 20101.
Peningkatan produksi jagung juga dapat dilihat pada Tabel 4 yang
menunjukkan perkembangan produksi jagung di Jawa Barat sejak tahun 2006-
2010.
Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung untuk Provinsi
Jawa Barat Tahun 2006-2010
Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton)
2006 115.797 4,951 573.263
2007 113.373 5,094 577.513
2008 118.976 5,378 639.822
2009 136.707 5,761 787.599
2010 153.778 6,008 923.962
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)2.
Berdasarkan data Tabel 3 terlihat bahwa jumlah produksi jagung di Jawa
Barat cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan pada luas panen dan produktivitas jagung di Jawa Barat. Produksi
1 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. http://dds.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=1 [17 Maret
2011] 2 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Tanaman Jagung untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010.
http://dds.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=1 [17 Maret 2011]
4
jagung yang terus meningkat ini menunjukkan bahwa jagung perlu dimanfaatkan
sebaik-baiknya agar dapat mendorong terciptanya diversifikasi pangan selain
beras demi mencapai ketahanan pangan.
Jagung berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan pokok
pengganti beras. Hal ini karena kandungan gizi jagung dapat dikatakan setara
dengan beras. Secara lengkap kandungan gizi jagung dan beras diperlihatkan
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Gizi Jagung Kuning Pipil dan Beras
Kandungan gizi Jagung Beras
Energi (kal) 361 360
Karbohidrat (gr/100 gr) 72 79
Protein (gr/100 gr) 9.0 7.6
Lemak (gr/100 gr) 4.5 0.7
Ca (mg/100 gr) 9 6
P (mg/100gr) 380 147
Fe (mg/100 gr) 4.6 0.8
Sumber: Beti et al. (1990) dalam Kamsiati dan Purwandari (2005)3.
Selama ini, jagung hanya dikonsumsi tanpa adanya pengolahan lebih
lanjut. Jika dikonsumsi langsung, jagung tidak memiliki nilai tambah. Nilai
tambah di mata konsumen dapat dilakukan dengan cara mengolah jagung menjadi
berbagai jenis produk olahan. Produk pangan hasil olahan jagung ini dapat
menjadi sebuah upaya peningkatan konsumsi jagung melalui program
diversifikasi produk olahan jagung, seperti beras jagung instan, tepung jagung,
tortila, emping jagung, dan mi jagung.
Salah satu produk olahan jagung yang disukai masyarakat yaitu mi jagung.
Jagung dapat diolah menjadi tepung jagung yang kemudian dapat digunakan
sebagai subtitusi bagi industri mi pengguna terigu. Mi biasanya terbuat dari
tepung terigu. Terdapat berbagai jenis mi yang ada di pasaran, yaitu mi basah, mi
kering, dan mi instan. Ada dua tipe mi basah yaitu mi basah mentah yang biasa
disebut „mi ayam‟ dan mi basah matang yang biasa disebut „mi kuning atau mi
3 Kamsiati dan Purwandari. 2005. Diversifikasi Pengolahan Jagung dalam Rangka
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kalimantan Tengah.
http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/diversifikasi-jagung.pdf [15 Maret 2011]
5
soto‟. Produk mi yang beredar di pasar hampir seluruhnya merupakan mi dengan
bahan baku tepung terigu dari gandum. Bahan baku lain sulit dibuat karena
karakteristik fungsional protein gluten pada gandum yang tidak dimiliki oleh
sumber bahan yang lain. Produk sejenis mi dari bahan non gandum biasanya
menggunakan pati sebagai basis pembuatannya. Produk mi berbasis pati yang
telah beredar di Indonesia diantaranya adalah soun, bihun dari pati beras, dan
bihun dari pati jagung.
Produk olahan jagung terutama mi jagung dapat menjadi substitusi mi
terigu. Hal tersebut cukup penting dalam usaha lebih memasyarakatkan jagung,
sebab menurut kajian preferensi konsumen terhadap produk-produk pangan non-
beras, mi merupakan produk yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar
konsumen sebagai makanan sarapan maupun sebagai makanan selingan
(Juniawati 2003). Selanjutnya Juniawati (2003) menyatakan berdasarkan kajian
preferensi konsumen terhadap produk-produk asal jagung, dapat diketahui bahwa
semua responden menyukai produk-produk asal jagung. Oleh karena itu,
pengembangan produk asal jagung berupa mi jagung perlu dilakukan dalam upaya
diversifikasi pangan. Keunggulan mi jagung berdasarkan penelitian yang
dilakukan Juniawati (2003) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Nilai Energi Beberapa Bahan Pangan Pokok
No. Bahan Pangan Pokok Nilai Energi (kalori)
1 Mi terigu 471
2 Mi jagung 360
3 Nasi 178
4 Singkong 146
5 Ubi jalar 123
Sumber: Juniawati (2003)
Tingginya nilai energi yang terdapat pada mi jagung menunjukkan bahwa
produk tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pilihan pengganti
nasi. Namun, untuk keseimbangan konsumsi gizi, tetap dibutuhkan bahan pangan
lain yang dapat mencukupi kebutuhan gizi seperti protein hewani, sayuran, dan
buah-buahan. Selain itu, kandungan lemak pada mi jagung (2.27 gram) jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kandungan lemak pada mi terigu (21.4 gram).
Rendahnya lemak (low fat) pada mi jagung dapat menjadi nilai tambah bagi
6
produk tersebut terutama untuk masyarakat tertentu yang menghindari
kegemukan.
Mi dari tepung jagung merupakan salah satu alternatif produk yang perlu
dikembangkan, mengingat kebutuhan mi di Indonesia yang sangat tinggi.
Kebutuhan tersebut meningkat dari tahun ke tahun sampai mendekati 1.000.000
ton pada tahun 20014. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Konsumsi Mi Instan Indonesia Tahun 1995-2001
Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton) Konsumsi (Ton)
1995 650.109,0 15.169,4 572,7 635.512,3
1996 738.320,0 38.537,4 608,8 700.391,4
1997 795.555,6 21.936,1 1.950,5 775.570,0
1998 668.333,3 5.929,8 282,7 662.686,2
1999 730.000,0 19.960,5 631,6 710.671,1
2000 817.149,7 38.522,3 1.052,7 779.680,1
2001 862.449,3 47.933,3 1.391,9 815.907,9 Sumber: Indocommercial No. 294, 2002.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa perkembangan konsumsi mi instan
cenderung meningkat setiap tahun dari tahun 1995 hingga tahun 2001. Hal ini
menunjukkan produk-produk mi seperti mi instan dapat menjadi alternatif
makanan pokok pengganti nasi. Produk mi instan biasa diolah menjadi mi goreng,
mi rebus, atau pelengkap bakso. Produk mi instan dan mi mentah merupakan
produk yang relatif sama. Mi instan juga berawal dari mi mentah yang mengalami
proses penggorengan sehingga memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan
mi mentah. Oleh karena itu, karakteristik mi instan dengan mi mentah adalah
sama.
Meskipun permintaan mi cenderung meningkat, mi yang beredar di
Indonesia hampir seluruhnya berbahan baku terigu yang merupakan produk
impor. Jika ketergantungan Indonesia terhadap tepung terigu tidak segera diatasi,
dikhawatirkan akan membahayakan ketahanan pangan Indonesia.
Mi jagung memiliki keunggulan dibandingkan mi terigu, yaitu tidak perlu
menggunakan bahan pewarna makanan karena warna kuning mi jagung berasal
4 Anonim. 2002. Prospek Industri dan Pemasaran Mie Instant di Indonesia. Majalah
Indocommercial no. 294 Maret 2002.
7
dari pigmen kuning pada jagung, sedangkan warna kuning pada mi terigu
menggunakan pewarna makanan tartrazine (Schmidt, 1991 dalam Budiyah, 2004).
Keunggulan lain dari mi jagung adalah bahan bakunya dapat ditanam di
Indonesia, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor terigu.
Sejak tahun 1998 hingga saat ini, penelitian tentang pengembangan mi
jagung telah dilakukan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and
Technology (SEAFAST) Center yang bekerja sama dengan Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui Riset Unggulan Strategi
Nasional (RUSNAS) Diversifikasi Pangan Pokok. Penelitian pengembangan mi
jagung ini akan menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi para pengrajin mi di
daerah Bogor karena akan mendapat bimbingan langsung dari para peneliti IPB
melalui kegiatan seminar-seminar dan pelatihan. Salah satu pengrajin mi di Kota
Bogor yang berencana mengembangkan produk mi mentah jagung yaitu Usaha Mi
Mentah Bapak Sukimin di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor.
1.2. Perumusan Masalah
Perusahaan Mi Mentah milik Bapak Sukimin merupakan salah satu
perusahaan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang sudah memproduksi mi mentah
berbahan baku tepung terigu selama kurang lebih 30 tahun. Perusahaan Bapak
Sukimin yang berlokasi di Ciheuleut, Kota Bogor ini memiliki kapasitas produksi
sebesar 125 kilogram per hari atau 3.750 kilogram per bulan. Adapun kegiatan
yang akan dikembangkan di Perusahaan Mi Mentah milik Bapak Sukimin adalah
memproduksi mi mentah dengan bahan baku tepung jagung berupa mi mentah
jagung 30 persen atau mi mentah jagung 100 persen.
Selama ini, Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin selalu menggunakan bahan
baku tepung terigu untuk mi yang diproduksinya. Tepung terigu yang beredar di
Indonesia selama ini berasal dari gandum yang harus diimpor dari negara lain. Hal
ini menyebabkan harga tepung terigu menjadi lebih mahal dibandingkan tepung
yang berbahan dasar pangan lokal. Harga tepung terigu per kilogram berkisar
antara Rp. 6.000,00 – Rp. 9.500,00 tetapi harga tepung jagung misalnya, hanya
berkisar antara Rp. 4.000,00 – Rp. 7.000,00. Mahalnya harga bahan baku tepung
terigu ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap biaya produksi yang harus
8
dikeluarkan oleh pengusaha. Maka dari itu, perusahaan perlu mencari alternatif
lain untuk mengatasi masalah bahan baku tersebut.
Pada pengembangan usaha ini, penggunaan tepung jagung sebagai
substitusi bahan baku pembuatan mi mentah memiliki potensi yang cukup besar.
Potensi-potensi tersebut yaitu harga bahan baku tepung jagung yang lebih murah
dibandingkan harga tepung terigu, pasokan tepung jagung yang dapat diperoleh
dari dalam negeri, dan warna kuning alami yang dimiliki tepung jagung.
Selain itu, beberapa alasan dikembangkannya teknologi mi jagung yaitu:
Pertama, produk mi sudah dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat,
mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Namun, mi yang ada di pasaran saat
ini masih berbahan baku utama tepung terigu yang diimpor. Kedua, potensi
produksi jagung yang cukup tinggi di Indonesia, sehingga perlu dikembangkan
produk pangan yang dapat meningkatkan konsumsi produk olahan berbahan baku
jagung. Ketiga, pengolahan jagung menjadi produk mi diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah jagung dan dalam jangka panjang dapat mengurangi
ketergantungan terhadap tepung terigu impor, serta dapat berkontribusi dalam
program ketahanan pangan dan diversifikasi pangan (Kusnandar et al. 2009)
Perusahaan melihat adanya alternatif solusi dalam menangani masalah
bahan baku ini, yaitu dengan memproduksi mi mentah jagung 30 persen atau
memproduksi mi mentah jagung 100 persen. Mi mentah jagung 30 persen
merupakan mie mentah yang terbuat dari kombinasi tepung terigu dan tepung
jagung dengan perbandingan 70:30. Sedangkan mi mentah jagung100 persen
merupakan mi mentah yang 100 persen menggunakan tepung jagung.
Meskipun pengembangan usaha mi mentah jagung ini memiliki banyak
potensi, namun dari segi proses produksi memiliki beberapa perbedaan dengan
proses produksi mi terigu. Pada proses produksi mi terigu dan mi jagung 30
persen jagung, tidak dibutuhkan proses pengukusan adonan sebelum dilanjutkan
ke proses sheeting untuk memperoleh bentuk untaian mi. Sedangkan pada proses
produksi mi jagung 100 persen, sebelum adonan digiling menjadi lembaran mi
melalui proses sheeting, adonan mi jagung harus dikukus terlebih dahulu untuk
menyempurnakan proses gelatinisasi sehingga untaian mi jagung yang dihasilkan
dapat lentur atau elastis seperti mi terigu.
9
Adanya tambahan aktivitas pengukusan adonan pada mi jagung ini
membuat perusahaan perlu melakukan investasi mesin pengukus dan mesin-mesin
lainnya. Karena itu, diperlukan analisis studi kelayakan mengenai Perusahaan Mi
Ayam Bapak Sukimin untuk melihat kelayakan usaha mi mentah dengan alternatif
bahan baku dan penambahan investasi mesin pengukus. Selain menganalisis
kelayakan usaha yang ada saat ini, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis
tentang pengembangan usaha dengan menggunakan bahan baku alternatif tepung
jagung, baik sebagai mi mentah jagung 30 persen maupun mi mentah jagung 100
persen. Selain itu, akan dilihat pula kelayakan usaha dengan melakukan tambahan
investasi mesin pengukus.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini dirumuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:
1) Bagaimanakah kelayakan aspek non finansial usaha mi mentah jagung 30
persen dan mi mentah jagung 100 persen yang meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek hukum?
2) Bagaimanakah kelayakan finansial usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi
mentah jagung 100 persen?
3) Bagaimanakah switching value usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi
mentah jagung 100 persen jika terjadi kenaikan harga input dan penurunan
produksi output?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mengkaji kelayakan aspek non finansial usaha mi mentah jagung 30 persen
dan mi mentah jagung 100 persen di lokasi penelitian berdasarkan aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek
hukum.
2) Menganalisis kelayakan finansial usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi
mentah jagung 100 persen.
3) Menganalisis switching value usaha mi mentah jagung terhadap kenaikan
harga input dan penurunan produksi output.
10
1.4. Manfaat
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini antara lain:
1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha mi tentang
kelayakan usaha dan pembuatan rencana usaha selanjutnya.
2) Sebagai sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi penulis dalam
penerapan teori yang sudah didapat selama kuliah.
3) Memberikan tambahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya dilakukan di Perusahaan Mi Mentah Bapak Sukimin
yang berlokasi di Ciheuleut, Kota Bogor. Penelitian ini membahas mengenai
pengusahaan produksi mi mentah dengan menggunakan bahan baku tepung terigu
dan tepung jagung. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non
finansial dan finansial. Aspek non finansial terdiri atas aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek hukum. Sedangkan aspek
finansial meliputi kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV),
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PBP). Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan
cashflow yang diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Hal
ini dilakukan untuk meneliti kelayakan usaha mi mentah jagung pada perusahaan
yang diteliti.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diversifikasi Pangan Pokok Selain Beras
Penelitian mengenai bahan pangan pokok selain beras sudah banyak
dilakukan oleh peneliti untuk mensukseskan program diversifikasi pangan pokok
di Indonesia. Pengembangan pangan pokok non beras yang dikembangkan antara
lain dalam bentuk mi, roti, atau nasi berbahan dasar sumber karbohidrat lokal
seperti nasi jagung dan nasi tiwul.
Sugiyono et al (2008), Wonojatun (2010), dan Gilang (2008) melakukan
penelitian mengenai pengembangan pangan pokok dalam bentuk mi dengan
menggunakan bahan baku non terigu. Selama ini, mi yang sudah dikenal
masyarakat umumnya berbahan dasar terigu. Namun, bahan baku terigu ini
menggunakan gandum yang hampir seluruh pasokannya berasal dari impor.
Dengan demikian, perlu dicari alternatif bahan baku lain terutama bahan baku
lokal untuk membuat mi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiyono et al (2008) mengembangkan
pangan pokok non beras berbahan dasar sagu. Penelitian ini didasarkan pada
pemikiran bahwa diversifikasi pangan pokok diharapkan dapat menyediakan
berbagai alternatif pilihan produk pangan, sehingga ketergantungan terhadap beras
yang sampai saat ini masih menjadi pangan pokok kebanyakan penduduk
Indonesia dapat dikurangi.
Di Indonesia, tanaman sagu tersebar di Papua, Maluku, Sulawesi, dan
Pulau Mentawai. Tanaman sagu ini kemudian diolah menjadi pati sagu yang
sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku produk pangan pokok sumber
karbohidrat. Sampai saat ini, masyarakat Papua masih menggunakan sagu sebagai
bahan pangan pokok dan mengolahnya menjadi berbagai pangan tradisional
seperti sagu lempeng, bagea, sinoli, kue kering dan sebagainya. Namun demikian,
konsumsi sagu sebagai makanan pokok terus mengalami penurunan karena mulai
tergeser oleh beras. Untuk dapat meningkatkan kembali konsumsi sagu terutama
di wilayah timur Indonesia, diperlukan pengmbangan produk yang dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat.
12
Sagu dapat digunakan untuk bahan baku produk mi yang merupakan
produk yang digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengembangan
produk mi dari sagu diharapkan dapat meningkatkan popularitas sagu yang selama
ini dianggap sebagai pangan inferior. Pati sagu termodifikasi digunakan untuk
membuat mi melalui sebuah studi formulasi dan perbaikan proses produksi.
Formula yang digunakan adalah adanya penambahan STPP (Sodium tripolifosfat
dan guargum).
Aplikasi pati termodifikasi ikatan silang pada formula tersebut dapat
menghasilkan mi dengan berat rehidrasi, cooking loss, dan kelengketan yang lebih
baik. Aplikasi pati termodifikasi HMT (Heat Moisture Treatment) pada produk mi
menghasilkan adonan dengan kualitas yang lebih baik antara lain menurunkan
kelengketan dan memudahkan proses ekstruksi. Selain itu, mi yang dihasilkan
juga memiliki waktu rehidrasi yang lebih singkat dibandingkan dengan mi dari
pati alaminya, yaitu hanya mencapai dua menit.
Wonojatun (2010) melakukan penelitian mengenai pembuatan mi
berbahan dasar tepung sorgum. Sorgum bicolor (L.) Moench merupakan tanaman
serealia yang tergolong dalam famili yang sama dengan padi, jagung, tebu,
gandum, dan barley, yaitu famili Graminae. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan produk mi berbahan dasar sorgum dengan menggunakan
bantuan ekstruder pasta. Sasaran dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi
produk pasta berbasis 100 persen sorgum yang disukai konsumen, sehingga dapat
dijadikan model untuk pengembangan produk pangan non beras atau non gandum
di Indonesia. Bentuk produk mi yang akan dikembangkan adalah snack sorgum
siap santap.
Mi sorgum non sosoh juga memiliki total serat pangan yang lebih besar,
yaitu 16,61 persen, angka ini memenuhi 33 persen pemenuhan AKG serat pangan.
Sementara itu, total serat pangan dalam mi sorgum sosoh sebesar 14,03 persen
memenuhi 28 persen AKG serat pangan, sehingga kedua produk mi sorgum ini
dapat diklaim sebagai pangan tinggi serat. Secara keseluruhan mi sorgum non
sosoh memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan mi sorgum sosoh, yaitu pada
sisi total serat pangan, aktivitas antioksidan dan kandungan mineral Ca.
13
Gilang (2008) meneliti mi dengan bahan baku tepung jagung. Penelitian
ini menunjukkan bahwa teknologi pembuatan mi jagung dalam skala besar akan
membutuhkan peningkatan skala formulasi yang terbaik secara bertahap,
identifikasi terhadap beberapa aliran dan kondisi proses pembuatan mi jagung,
analisis dan spesifikasi alat-alat yang dapat digunakan dalam produksi skala besar.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut, terdapat beberapa hasil yang
dapat digunakan sebagai tahapan produksi skala besar. Dalam proses pembuatan
mi jagung, pencampuran bahan sebaiknya digunakan varimixer yang
menggunakan tipe pengaduk bertipe jari-jari karena akan menghasilkan adonan
yang cukup homogen dan merata. Pembuatan adonan yang dilakukan pada skala
yang lebih besar akan mengalami kesulitan apabila dilakukan terhadap jumlah
adonan mi yang lebih dari satu kilogram. Hal ini dikarenakan proses pencetakan
lembaran dan pencetakan mi jagung harus kontinyu dan berkesinambungan.
Apabila dipaksa dilakukan akan terdapat sebagian lembaran adonan harus
menunggu untuk dilakukan proses selanjutnya. Akibat dari banyaknya jumlah
adonan mi akan menghasilkan lembaran adonan yang kurang baik, patah-patah
dan banyak adonan yang terbuang karena tidak tertekan dan tercetak dengan baik.
Untuk pengukusan dalam penggandaan skala, tidak dapat digunakan alat
pengukus dapur yang biasa dipakai, tetapi harus menggunakan alat steaming yang
berkapasitas besar yang memiliki pengontrolan proses. Hal ini disebabkan
pengukusan yang baik merupakan salah satu parameter proses penting atau titik
kritis dalam pembuatan mi jagung. Pengukusan pertama dan kedua yang cukup
memberikan hasil yang baik yaitu berturut-turut selama 15 menit dan 10 menit.
Proses pembuatan mi basah dari tepung jagung terdiri atas pencampuran
bahan-bahan, pengukusan, pengulian, pencetakan (pressing, slitting, dan cutting)
dan perebusan. Proses pencampuran merupakan tahapan untuk menghomogenkan
bahan-bahan dalam pembuatan mi. Selain itu, proses pencampuran bertujuan
untuk meratakan distribusi air ke dalam tepung sehingga adonan tidak membentuk
gumpalan. Keseragaman distribusi partikel mempengaruhi waktu penetrasi air ke
dalam granula pati. Proses pengukusan bertujuan untuk membentuk pati
tergelatinisasi yang akan berperan sebagai zat pengikat dalam proses
pembentukan lembaran mi. sedangkan proses pembuatan mi jagung kering terdiri
14
dari pencampuran, pengukusan pertama, pengulian, pencetakan, pengukusan
kedua, dan pengeringan.
Selain pengembangan produk pangan pokok non beras dalam bentuk mi,
penelitian lain yang dilakukan Husnah (2010) dan Lisnan (2008) juga turut
mendukung program diversifikasi pangan non beras di Indonesia. Husnah (2010)
melakukan penelitian mengenai pembuatan roti tawar berbahan dasar ubi jalar
ungu. Pemanfaatan ubi jalar ungu dalam pengolahan pangan masih terbatas,
sehingga tujuan penelitian ini adalah mempelajari teknik pembuatan tepung ubi
jalar ungu varietas Ayamurasaki, mengaplikasikannya ke dalam formulasi roti
tawar, mengetahui tingkat substitusi tepung ubi jalar ungu ke dalam formulasi roti
tawar yang dapat diterima dan mengetahui karakteristik fisikokimia roti tawar ubi
jalar ungu.
Pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dapat dilakukan
dengan memodifikasi proses agar diperoleh penampakan warna ungu yang
optimal. Proses pengukusan potongan ubi jalar ungu setebal satu sentimeter
selama tujuh menit sebelum proses penyawutan merupakan salah satu alternatif
untuk memperbaiki penampakan warna ungu yang memudar pada tepung ubi jalar
ungu di pasaran. Teknologi ini lebih tepat jika diterapkan pada industri rumah
tangga atau kecil yang banyak melibatkan tenaga kerja.
Tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dapat diaplikasikan dalam
pembuatan roti tawar. Penggunaannya dalam formulasi roti tawar mampu diterima
oleh panelis hingga substitusi 40 persen dengan nilai tingkat kesukaan agak
disukai hingga disukai secara keseluruhan. Bentuk yang sesuai untuk diterapkan
dalam pembuatan roti tawar ubi jalar ungu adalah bentuk loaf utuh.
Penelitian Lisnan (2008) membahas pembuatan beras artificial berbahan
dasar kombinasi dari ubi kayu dan ubi jalar. Banyaknya sumber daya pangan lain
selain beras yang berpotensi namun kurang dimanfaatkan sebagai makanan pokok
memungkinkan diversifikasi pangan dapat diwujudkan. Komoditi-komoditi
pertanian yang masih dapat dikembangkan dan dimanfaatkan lebih luas antara lain
serealia (jagung, sorgum), umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, kentang, talas, garut),
serta tanaman pohon (sagu, pisang).
15
Penelitian ini bertujuan mengembangkan produk pangan baru berbasis ubi
kayu dan ubi jalar yaitu beras artificial sebagai alternatif pangan pendamping nasi
dan menentukan formula yang tepat dalam pembuatan beras artificial serta
menganalisis sifat fisik, kimia dan sensorinya.
Proses pembuatan beras artificial meliputi pencampuran tepung, pati, dan
air, dilanjutkan dengan proses penghabluran menggunakan ayakan 8 mesh, proses
pembutiran dengan mesin pembutir, penyangraian selama 5-7 menit pada suhu 45-
500C, dan pengeringan menggunakan oven pada suhu 60
0C selama 72 jam. Hasil
rendemen pembuatan beras artificial ubi kayu dan ubi jalar menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah pati dalam rasio formula maka rendemen semakin
meningkat.
Pemilihan formula terbaik dilakukan berdasarkan hasil analisis sensori,
jumlah tepung yang digunakan dalam rasio formula, dan hasil rendemen. Formula
terpilih untuk beras artificial ubi kayu adalah 70:30, sedangkan untuk beras
artificial ubi jalar adalah 80:20 untuk perbandingan tepung:pati. Hasil analisis
kimia beras artificial ubi kayu formula 70:30 meliputi kadar air, kadar abu, kadar
lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, serat larut, serat tidak larut, kadar
amilosa, dan daya cerna pati in vitro berturut-turut 6,0 persen, 0,7 persen (bk), 0,7
persen (bk), 1,9 persen (bk), 96,7 persen (bk), 6,0 persen, 7,1 persen, 29,6 persen,
62,4 persen. Sedangkan analisis kimia beras artificial ubi jalar formula 80:20
meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, serat
larut, serat tidak larut, kadar amilosa, dan daya cerna pati in vitro berturut-turut
adalah 6,3 persen, 1,0 persen (bk), 0,8 persen (bk), 2,3 persen (bk), 95,9 persen
(bk), 4,8 persen, 7,1 persen, 31,7 persen, 54,8 persen.
2.2. Teknologi Pembuatan Mi
2.2.1. Pembuatan Mi secara Umum
Kusnandar (2008) menyatakan bahwa mi merupakan salah satu jenis
produk pasta yang sudah dikenal masyarakat. Produk mi dapat dikelompokkan
menjadi mi mentah, mi matang, mi kering, dan mi instan yang umumnya diproses
dari tepung terigu. Mi mentah adalah mi dari proses pemotongan lembaran adonan
dengan kadar air 35 persen. Mi matang adalah mi mentah yang sebelum
16
dipasarkan mengalami pengukusan lebih dahulu sehingga mengandung kadar air
52 persen. Mi kering adalah mi mentah yang mengalami pengukusan dan
pengeringan (memiliki kadar air sekitar 10 persen), sedangkan mi instan adalah
mi mentah yang telah mengalami pengukusan dan penggorengan.
Perbedaan teknologi proses produksi antara mi mentah, mi kering dan mi
instan dan bihun/soun dapat dilihat pada Gambar 1. Proses produksi mi kering
mencakup tahapan proses formulasi bahan (terigu, garam, air), pembentukan
lembaran adonan (sheeting), pembentukan untaian mi, pengukusan, pemotongan,
dan pengeringan. Untuk produksi mi instan, proses pengeringan diganti dengan
proses penggorengan, sedangkan untuk mi mentah tidak dilakukan proses
pengeringan setelah pembentukan untaian mi, tetapi diberi pupur tepung tapioka.
Mi matang adalah mi mentah yang direbus dan dipupuri dengan minyak. Bihun
dan soun umumnya diproses dari tepung beras atau pati kacang hijau dengan
menggunakan teknologi ekstruksi. Proses pengukusan dilakukan untuk
menggelatinisasi pati agar dapat membentuk untaian bihun/soun pada saat
diekstruksi (Kusnandar 2008).
17
Gambar 1. Proses umum dalam produksi mi dan bihun/soun
Sumber: Kusnandar (2008)
Teknologi produksi mi pada umumnya menggunakan teknologi sheeting.
Secara umum, pembuatan mi dengan teknologi sheeting meliputi tahapan proses
pencampuran, pengistirahatan, pembentukan lembaran (sheeting) dan
Tepung, garam,
air
Formulasi
Pencampuran
Pengistirahatan
campuran bahan Pengukusan
Pembentukan
lembaran
(sheeting) Ekstruksi
Pembentukan
untaian mi
(slitting)
Pengukusan
(steaming)
Pengukusan
(steaming)
Pemupuran
(dusting)
Pemupuran
dengan
minyak Pengeringan
Penggorengan Pengeringan
Bihun/soun Mi
instan
Mi
kering
Mi
matang
Mi
mentah
18
pembentukan untaian mi (slitting), pengukusan (steaming), pemotongan untaian
mi, dan pengeringan (khusus untuk mi kering). Untuk memperoleh produk yang
awet dan mudah dihidangkan, maka setelah pengukusan dilakukan penggorengan
sehingga jadilah mi instan.
Bahan-bahan yang digunakan (tepung, garam alkali, dan air) dicampurkan
hingga homogen. Pencampuran dilakukan dengan mengguanakn dough mixer.
Sebelum pembentukan lembaran, adonan biasanya diistirahatkan untuk memberi
kesempatan penyebaran air dan pembentukan gluten. Pembentukan lembaran
dengan roll press menyebabkan pembentukan serat-serat gluten yang halus dan
ekstensibel.
Untuk mendapatkan adonan yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah jumlah air yang ditambahkan, waktu dan suhu pengadukan. Garam
diperlukan dalam jumlah sedikit karena adonan setelah bercampur air garam akan
memiliki sifat fungsional yang penting, yaitu sebagai pengokoh, tekstur dan
penguat flavor. Protein gandum akan larut sebagian dalam air dan membentuk
massa protein yang lengket.
Jenis protein yang membentuk massa lengket dengan larutan garam yang
sangat encer disebut gliadin. Sebagian protein lain yang tidak larut, yaitu
gluteninakan melemas dan membentuk struktur serat yang kokoh dengan protein
yang larut tersebut, sehingga mampu membentuk adonan yang sangat fleksibel
dan tahan banting.
Air akan menyebabkan serat-serat gluten mengembang karena gluten
menyerap air. Dengan peremasan, serat-serat gluten ditarik, disusun berselang dan
terbungkus dalam pati. Dengan demikian, terbentuklah adonan yang lunak, halus
serta elastis.
Jumlah air yang ditambahkan berkisar antara 28-38 persen, tergantung
jenis terigunya. Lebih dari 38 persen akan menyebabkan adonan menjadi terlalu
lembek. Sebaliknya jika terlalu sedikit, air adonan akan rapuh. Waktu pengadukan
berkisar antara 2-10 menit, dengan suhu adonan yang baik berkisar antara 25-450
C. Jika suhu lebih rendah dari 250 C, adonan menjadi keras, rapuh dan kasar.
Sedangkan jika lebih tinggi dari 450 C, kegiatan enzim akan meningkat dan akan
19
merangsang perombakan gluten dengan akibat menurunnya densitas mi,
sebaliknya akan meningkatkan kelengketan.
Sebelum adonan dibentuk menjadi lembaran, diperlukan waktu untuk
memberi kesempatan adonan untuk beristirahat sejenak. Tujuannya adalah untuk
menyeragamkan penyebaran air dan mengembangkan gluten (terutama bila pH-
nya kurang dari 7,0). Pengistirahatan adonan mi yang lama dari gandum keras
akan menurunkan kekerasan mi setelah direbus.
Dalam proses pembentukan lembaran, adonan dimasukkan ke dalam roll
press dengan tujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten. Dalam roll press,
serat-serat gluten yang tidak beraturan segera ditarik memanjang dan searah oleh
tekanan antara dua roller. Tekanan roller diatur sedemikian rupa sehingga mula-
mula ringan (clearance 4,0 mm), sampai kuat (clerance 1,6 mm) dengan reduksi
clearance rata-rata sebesar 15 persen.
Pada saat adonan mencapai roller terakhir, adonan yang pada awalnya
memiliki ketebalan 1,0 cm dari roll pertama, direntangkan sampai mencapai
lembaran adonan yang tipis yang siap untuk mengalami proses pengirisan
memanjang (slitting), dengan ketebalan 1,0-1,5 mm yang kemudian diikuti
dengan proses pemotongan dengan panjang mi sekitar 50 cm. Pada saat dipotong
menjadi untaian mi, mi dapat dibentuk menjadi kriting dan rapat dengan mengatur
kecepatan putar roller dan konveyor. Setelah dikukus, mi akan nampak kuning
pucat dan bersifat setengah matang. Mi kemudian dipotong-potong menjadi
bentuk segi empat dan dikeringkan hingga kadar air sekitar 10 persen.
Parameter mutu mi dapat dilihat dari mutu fisik, kimia dan organoleptik.
Mi kering yang bermutu baik (sebelum dimasak) memiliki tekstur yang kuat
(tidak rapuh/mudah patah), permukaan yang halus dan warna kuning yang
seragam. Apabila dimasak (direbus dalam air), mi cepat mengalami rehidrasi
(untuk mi instan kurang dari tiga menit), tidak hancur/larut dalam air rebusan
(cooking loss rendah, yaitu kurang dari dua persen), tidak lengket, cukup elastis,
dan tidak terlalu mengembang. Mi terigu instan mengandung kadar air sekitar 7
persen, protein 10 persen, lemak 21 persen, dan karbohidrat 62 persen.
20
2.2.2. Teknologi Mi Jagung
Jagung yang digunakan dalam pembuatan mi jagung adalah jenis jagung
yang berwarna kuning. Setelah melewati proses pengeringan dan pemipilan, biji
jagung kering diolah menjadi tepung jagung dengan ukuran 100 mesh. Tepung
jagung inilah yang kemudian akan diolah menjadi mi jagung, baik sebagai mi
jagung subtisusi maupun mi jagung 100 persen.
Hasil penelitian Kusnandar (2008) menyatakan komposisi kimia tepung
jagung yang dihasilkan dari penggilingan kering yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Kandungan utama dalam tepung jagung adalah karbohidrat sebesar 90,46 persen.
Selain itu, tepung jagung juga mengandung protein yang cukup tinggi yaitu
sebesar 7,24 persen.
Tabel 7. Komposisi Kimia Tepung Jagung Varietas Pioneer-21
No. Komponen Jumlah (%)
1 Kadar air 7.49
2 Protein 7.24
3 Lemak 1.77
4 Abu 0.53
5 Karbohidrat 90.46
Sumber: Kusnandar (2008)
Putra (2008) dalam Kusnandar (2008) menyatakan bahwa tepung jagung
adalah tepung yang diproduksi dari jagung pipil kering dengan cara menggiling
halus bagian endosperma jagung yang mengandung sekitar 86 – 89 persen pati.
Penepungan jagung mencakup tahap proses penggilingan kasar (penyosohan) dari
jagung pipil untuk menghasilkan grits, perendaman untuk memisahkan bagian
endosperma (grits) dari kulit dan lembaga, pengeringan dan penggilingan halus
untuk menghasilkan tepung jagung, dan pengayakan untuk menghasilkan tepung
jagung dengan ukuran 100 mesh.
Tepung jagung dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menggantikan
sebagian atau semua tepung terigu dalam produksi mi. Penggunaan tepung jagung
dalam mi memiliki keunggulan, yaitu: (a) dapat mengurangi biaya bahan baku dan
produksi; (b) mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku terigu; (c)
memberikan keunggulan terhadap mi, yaitu tanpa penggunaan pewarna makanan
21
sintetis dan adanya kandungan beta karoten. Mi jagung yang dihasilkan dari 100
persen tepung jagung berwarna lebih kuning dibandingkan mi terigu atau mi
substitusi, karena kandungan beta karoten dalam mi jagung lebih banyak
(Kusnandar 2008).
Penggunaan tepung jagung dalam mi akan dibatasi oleh karakteristik
fungsional tepung jagung, terutama disebabkan oleh kandungan protein gluten
yang rendah dan karakteristik protein gluten jagung yang juga berbeda dengan
yang ada dalam tepung terigu. Hal ini menyebabkan tepung jagung tidak mampu
membentuk lembaran adonan yang elastik dan kompak sebagaimana tepung
terigu. Pembentukan lembaran adonan tepung jagung dapat terbentuk apabila
dilakukan proses pemanasan (pengukusan) terlebih dahulu untuk menggelatinisasi
sebagian pati yang akan berfungsi sebagai binding agent dalam pembentukan
lembaran adonan. Sebagai konsekuensinya, teknologi proses mi yang sudah ada di
industri mi tidak bisa langsung diadopsi untuk memproduksi 100 persen mi
jagung, karena harus menambah satu tahap proses pengukusan di antara tahap
pencampuran bahan dan proses sheeting. Alternatif lain dari proses produksi mi
jagung adalah dengan teknologi ekstruksi. Teknologi ekstruksi biasanya
digunakan untuk memproduksi bihun atau soun.
Mi jagung dapat diproses dengan memodifikasi teknologi sheeting yang
sudah ada, yaitu dengan melakukan proses pengukusan sebagian tepung jagung
sebelum dilakukan proses pembentukan lembaran adonan. Pengukusan ini
diperlukan untuk mengatasi kesulitan pembentukan lembaran adonan, yaitu
dengan mengandalkan pati jagung tergelatinisasi sebagai perekat (binding agent)
selama proses sheeting. Secara umum, proses produksi mi jagung dengan
teknologi sheeting mencakup tahapan formulasi bahan, pengukusan untuk
menggelatinisasi sebagian tepung jagung (10 persen dari total tepung),
pencampuran antara formulasi bahan yang tidak tegelatinisasi dengan tepung
gelatinisasi (mixing), pembentukan lembaran adonan dan untaian mi (sheeting dan
slitting) sehingga dihasilkan mi mentah. Jika dilanjutkan ke tahap pengukusan dan
pengeringan maka akan dihasilkan mi kering (Kusnandar 2008)
Hasil penelitian Juniawati (2003) menyatakan bahwa mi jagung
mengandung nilai gizi yang baik, yaitu menyumbangkan 360 kalori/kemasan.
22
Tingginya nilai energi yang terdapat pada mi jagung instan menunjukkan bahwa
produk tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pilihan pengganti
nasi. Kandungan lemak mi jagung juga rendah, karena tidak ada proses
penggorengan. Mi jagung tidak menggunakan pewarna sintesis seperti halnya mi
terigu instan, karena warna kuning mi jagung berasal dari pigmen beta karoten,
lutein, dan xianthin yang secara alami terdapat dalam jagung. Keunggulan-
keunggulan tersebut dapat menjadi nilai jual dan promosi mi jagung.
Selanjutnya, Juniawati (2003) dan Budiyah (2005) menjelaskan bahwa
proses pembuatan adonan merupakan tahapan yang sangat kritis dalam pembuatan
mi jagung, karena kualitas adonan akan sangat mempengaruhi karakteristik mi
yang diperoleh. Untuk dapat menghasilkan adonan dan untaian mi yang kuat
(tidak mudah patah), maka perlu ada bagian dari pati yang digelatinisasi. Pati
tergelatinisasi ini berfungsi sebagai pengikat yang diperlukan pada saat
pembentukan lembaran adonan yang kohesif dan cukup elatis untuk dapat
dibentuk untaian mi. Hal ini disebabkan tepung jagung tidak mengandung protein
gliadin dan glutenin sebagaimana pada tepung gandum yang bertindak sebagai
pengikat (binding agent) untuk membentuk tekstur adonan yang elastic-cohesive
bila ditambah air dan diuleni.
Pengukusan adonan dengan menggunakan mesin steam blancher
dilakukan pada suhu 900C selama 15 menit. Pengurangan waktu pengukusan
menyebabkan lembaran yang dihasilkan rapuh dan mudah sobek. Proses
pregelatinisasi yang tepat akan menghasilkan gelatinisasi yang cukup dengan pati
tergelatinisasi menjadi zat pengikat antar granula pati di dalam adonan (Sigit
2008).
2.3. Analisis Kelayakan Usaha Produk Pangan Olahan
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha produk pangan olahan telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan jenis produk yang berbeda-beda.
Manijo (2005), Purnamawati (2007), dan Pramuji (2007) membahas mengenai
kelayakan pembuatan tepung bahan pangan sumber karbohidrat dari sumber daya
lokal. Usaha pembuatan tepung bahan pangan sumber karbohidrat ini akan
23
menjadi awal munculnya beragam produk makanan jadi yang dapat menjadi
substitusi beras.
Manijo (2005) melakukan analisis kelayakan pada proyek Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumedang yang bekerjasama dengan BPPT. Proyek tersebut
yaitu mengembangkan proyek agribisnis unit pengolahan jagung di Kecamatan
Sumedang Selatan yang terdiri dari budidaya jagung, pengolahan jagung menjadi
pati, dan pemasaran pati jagung beserta produk sampingannya yang berupa dedak.
Berdasarkan aspek teknis, daerah Sumedang Selatan layak untuk dijadikan
tempat pengembangan proyek unit pengolahan jagung karena hasil analisis tanah,
iklim, kondisi topografi dan kondisi tanah di lapangan, jumlah tenaga kerja yang
tersedia, serta sarana penunjang dapat disimpulkan bahwa daerah ini memiliki
lingkungan yang mendukung untuk pengembangan komoditas jagung. Hasil
analisis aspek pasar menyatakan usaha unit pengolahan jagung ini memiliki
prospek yang baik yaitu besarnya kebutuhan pati nasional selama ini yang
berkisar anatar 1,5 – 2,0 juta ton per tahun. Dilihat dari aspek sosial, sebagian
besar masyarakat sekitar proyek (90 persen) mendukung didirikannya unit usaha
pengolahan jagung karena diharapkan akan membuka lapangan kerja baru.
Berdasarkan hasil analisis finansial dan ekonomi, diperoleh nilai NPV
pada analisis kelayakan finansial yaitu sebesar Rp 1.111.815.320,78 dan Rp
169.206.001,27 untuk kelayakan ekonomi, sehingga proyek ini layak dilakukan
karena kedua NPV bernilai positif. Nilai Net B/C proyek ini memiliki nilai
sebesar 2,84 untuk finansial dan 1,28 untuk ekonomi, sehingga proyek ini layak
untuk dilaksanakan karena kedua nilai Net B/C telah lebih dari 1. Nilai IRR yang
diperoleh proyek pengolahan pati jagung yaitu sebesar 60,50 persen untuk
finansial dan 34,69 persen untuk ekonomi, dimana kedua nilai IRR ini sudah lebih
besar dibandingkan nilai diskono yang digunakan yaitu 17 persen sehingga proyek
ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai PBP yaitu
sebesar 5,4 tahun untuk finansial dan 9,3 tahun untuk ekonomi, sehingga proyek
ini layak dilaksanakan karena mampu mengembalikan modal sebelum umur
ekonomis habis. Dengan demikian, secara keseluruhan usaha produksi pati jagung
ini layak untuk dilaksanakan.
24
Purnamawati (2007) menganalisis kelayakan usaha pembuatan tepung
talas Safira pada PT. Bogor Agro Lestari. Perusahaan tersebut melihat adanya
peluang untuk memenuhi permintaan Jepang akan tepung talas yang selalu
meningkat setiap tahunnya. Menanggapi permintaan tersebut, PT. Bogor Agro
Lestari akan mendirikan pabrik yang berlokasi di daerah Subang untuk
memproduksi Safira Powder.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek
teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen dan aspek kelembagaan petani-
proyek. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial dengan
menggunakan kriteria investasi yang terdiri atas NPV, IRR, Net B/C, dan PBP.
Kemudian dilakukan analisis sensitivitas sebagai lanjutan atas hasil analisis
finansial untuk melihat tingkat kepekaan investasi usaha Safira Powder terhadap
perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.
Hasil analisis aspek pasar menunjukkan usaha Safira Powder ini layak
untuk diusahakan. Adanya permintaan dari Jepang dan pasar yang telah tersedia
(captive market) merupakan peluang yang baik bagi perusahaan.
Hasil analisis aspek teknis, bahan baku dan kelembagaan petani-proyek
menunjukkan usaha Safira Powder ini layak dilakukan. Lokasi pabrik, teknologi
yang digunakan dan layout pabrik sesuai untuk usaha ini serta mendukung
kelancaran proses produksi dan usaha.penyediaan bahan baku pun telah diatur
dengan baik melalui pengaturan mulai dari tingkat petani, penerimaan dan
penyimpanan di gudang sampai dengan penggunaan bahan baku untuk diolah
lebih lanjut. Selain itu, pola kemitraan yang dibentuk dalam hal pengadaan bahan
baku telah diatur dengan baik melalui perjanjian dan menguntungkan bagi kedua
belah pihak yang bekerja sama.
Analisis aspek manajemen menunjukkan usaha Safira Powder layak untuk
dilakukan. Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini dan
staf. Tugas dan wewenang masing-masing jabatan telah diatur dengan baik
sehingga tidak ada perangkapan jabatan serta tenaga kerja yang dibutuhkan pun
telah terinci dengan baik.
25
Untuk melihat manfaat yang diperoleh dari besarnya biaya yang harus
dikeluarkan pada usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan finansial.
Analisis ini dilakukan pada dua pola, yaitu jika perusahaan menggunakan
kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank, serta jika perusahaan menggunakan
modal sendiri. Hasil analisis aspek finansial pada pola yang menggunakan
kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank menunjukkan usaha Safira Powder
menghasilkan NPV sebesar Rp 11.215.687.963, IRR sebesar 65,57 persen, Net
B/C sebesar 9,69 dan PBP selama 2 tahun 3,2 bulan. Hasil analisis aspek
fianansial pada pola yang menggunakan modal sendiri menunjukkan hasil NPV
sebesar Rp 11.577.961.558, IRR sebesar 46,56 persen, Net B/C sebesar 4,14 dan
PBP selama 2 tahun 5,9 bulan. Berdasarkan hasil yang diperoleh kedua pola ini
menunjukkan usaha Safira Powder layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV,
IRR, Net B/C, dan PBP memenuhi kriteria kelayakan investasi. Berdasarkan
perbandingan hasil kriteria penilaian investasi, penggunaan modal sendiri lebih
baik dibandingkan dengan pola kombinasi penggunaan modal sendiri dan
pinjaman bank. Hal ini terlihat dari nilai NPV pada pola penggunaan modal
sendiri lebih besar dari pada nilai NPV pada penggunaan kombinasi modal sendiri
dan pinjaman bank.
Analisis sensitivitas hanya dilakukan pada pola kombinasi penggunaan
modal sendiri dan pinjaman bank karena kombinasi penggunaan modal ini yang
akan digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas masing-
masing perubahan menunjukkan usaha ini tetap layak dilaksanakan. Usaha ini
sangat sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 10 persen, dan kurang
sensitif terhadap penurunan jumlah bahan baku sebesar 10 persen.
Pramuji (2007) juga meneliti mengenai kelayakan usaha agroindustri ubi
jalar, yaitu pembuatan tepung ubi jalar. Analisis yang dilakukan oleh Pramuji
(2007) mencakup analisis aspek non finansial dan aspek finansial. Hasil analisis
aspek pasar dan bahan baku menunjukkan bahwa usaha pengolahan tepung ubi
jalar ini tidak layak untuk dilaksanakan. Tingginya tingkat harga jual tepung ubi
jalar dibandingkan dengan tepung lainnya dan juga tingkat persaingan dalam
industri tepung yang cukup besar membuat perusahaan mengalami kesulitan
dalam memasarkan produknya. Berbeda dengan penelitian Purnamawati (2007),
26
dimana produk tepung talas Safira sudah memiliki permintaan yang terus
meningkat dari Jepang. Belum adanya kontinuitas suplai bahan baku ubi jalar
membuat proses produksi menjadi terhambat dan ini sangat mengganggu kegiatan
operasional unit pengolahan tepung ubi jalar. Hasil analisis manajemen
menunjukkan bahwa usaha pengolahan tepung ubi jalar ini layak untuk
diusahakan. Struktur pengelola yang telah ada dan pembagian tugas dan
wewenang yang telah diatur sedemikian baik membuat proses pengelolaan dan
manajemen berjalan dengan lancar.
Analisis finansial dilakukan pada dua pola, yaitu jika perusahaan
menggunakan kombinasi modal Pemda Kabupaten Bogor dan pinjaman bank,
serta jika perusahaan menggunakan modal dari Pemda Kabupaten Bogor saja.
Hasil analisis aspek finansial pada pola yang menggunakan kombinasi modal
Pemda Kabupaten Bogor dan pinjaman bank menunjukkan usaha pengolahan
tepung ubi jalar menghasilkan NPV sebesar Rp -102.863.103, Net B/C sebesar
0,24 dan PBP selama 25 tahun 1 bulan. Untuk nilai IRR tidak bisa diperoleh
karena nilai NPV yang negatif. Hasil analisis aspek finansial yang menggunakan
seluruhnya modal dari Pemda Kabupaten Bogor menunjukkan usaha pengolahan
tepung ubi jalar menghasilkan NPV sebesar Rp -172.163.103, Net B/C sebesar
0,16 dan PBP selama 36 tahun 6,1 bulan. Untuk nilai IRR tidak dapat diperoleh
karena nilai NPV yang negatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kedua pola
ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan tepung ubi jalar tidak layak untuk
dilaksanakan karena nilai NPV, IRR, Net B/C, dan PBP tidak memenuhi kriteria
kelayakan investasi.
Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif
terhadap penurunan harga bahan baku sebesar 10 persen dan 40 persen.
Berdasarkan perbandingan hasil analisis sensitivitas, menunjukkan bahwa
penggunaan kombinasi modal dari Pemda Kabupaten Bogor dan pinjaman bank
lebih layak daripada penggunaan modal seluruhnya dari Pemda Kabupaten Bogor.
Hal ini terlihat dari NPV, IRR, dan Net B/C yang lebih besar dan PBP yang lebih
pendek.
Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa penurunan harga bahan
baku sebesar 5,61 persen dan kenaikan harga jual sebesar 3,08 persen pada
27
penggunaan modal yang berasal dari Pemda Kabupaten Bogor dan pinjaman bank
serta penurunan harga bahan baku sebesar 10,34 persen dan kenaikan harga jual
sebesar 5,36 persen pada penggunaan modal yang berasal dari Pemda Kabupaten
Bogor masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi sehingga usaha
pengolahan tepung ubi jalar masih dapat dikatakan layak untuk terus diusahakan.
Penelitian Manijo (2005) dan Purnamawati (2007) menunjukkan bahwa
usaha produksi tepung bahan pangan yang dibahas layak untuk dilaksanakan, baik
secara aspek non finansial maupun finansial. Namun, penelitian Pramuji (2007)
menghasilkan kesimpulan bahwa usaha tepung ubi jalar yang diteliti tidak layak
diusahakan. Hal ini disebabkan oleh harga jual tepung ubi yang terlalu tinggi dan
tidak adanya kontinuitas pasokan bahan baku ubi jalar. Selain itu, analisis
finansial pada kedua skenario dari usaha pembuatan tepung ubi jalar ini
dinyatakan tidak layak karena hasil perhitungan NPV, IRR, Net B/C dan PBP
tidak memenuhi kelayakan kriteria investasi.
Putera (2006) menganalisis kelayakan usaha pada Restoran Mie Kondang
yang berencana untuk berkembang menjadi usaha waralaba sehingga diperlukan
evaluasi menggunakan analisis kelayakan. Berbeda dengan penelitian Manijo
(2005), Purnamawati (2007), dan Pramuji (2007) yang menganalisis kelayakan
usaha dari usaha produksi tepung untuk bahan baku pembuatan makanan,
penelitian Putera (2006) menganalisis usaha yang ingin mengembangkan usaha
makanan jadi yaitu mi ayam.
Hasil analisis kelayakan non finansial seperti aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek pasar menunjukkan bahwa usaha Restoran
Mie Kondang layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh bauran
pemasaran yang dilakukan oleh restoran sudah cukup baik, kemudahan teknologi
yang digunakan sudah tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan, aspek hukum
yang mendukung usaha berupa izin usaha dari pemerintah, dan struktur manajerial
yang ringkas sehingga memudahkan koordinasi antar bagian organisasi.
Hasil analisis aspek finansial pada tingkat diskonto 11,98 persen diperoleh
nilai NPV sebesar Rp 118.810.854,4, Net B/C sebesar 1,427, IRR sebesar 18,50
persen, dan PBP selama 3 tahun 5 bulan 25 hari. Berdasarkan hasil perhitungan
28
aspek finansial, usaha Restoran Mie Kondang ini layak dilaksanakan karena nilai
NPV, IRR, Net B/C, dan PBP sudah memenuhi syarat kelayakan investasi.
Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa Restoran Mie Kondang
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan nilai penjualan produk
makanan dan terhadap perubahan biaya bahan baku. Penurunan nilai penjualan
produk makanan yang melebihi 4,00 persen atau kenaikan biaya bahan baku yang
melebihi 5,43 persen akan menyebabkan usaha yang dilakukan oleh Restoran Mie
Kondang menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat risiko yang relatif tinggi bagi Restoran Mie Kondang dalam menjalankan
usahanya.
Persamaan penelitian dengan penelitian kelayakan usaha terdahulu yaitu
adanya kesamaan pada alat analisis yang digunakan. Studi kelayakan usaha yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digambarkan melalui analisis aspek-aspek non
finansial, sedangkan analisis kuantitatif digambarkan melalui aspek finansial.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah
ada yaitu bahwa penelitian ini akan menganalisis kelayakan usaha dari komoditas
yang berbeda. Penelitian ini akan menganalisis kelayakan usaha dari hasil olahan
tepung jagung yang berupa mi mentah, baik mi mentah 30 persen maupun mi
mentah jagung 100 persen. Penelitian yang akan dilakukan ini menganalisis
kelayakan usaha dari aspek non finansial dan finansial. Selain itu, belum ada
penelitian mengenai kelayakan usaha mi mentah yang berasal dari bahan baku
tepung jagung.
29
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.1. Kerangka Teoritis
3.1.2. Studi Kelayakan Proyek
Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan
investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital
yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah
beberapa periode waktu. Akan tetapi, pada beberapa proyek biaya-biaya produksi
atau pemeliharaan yang telah dikeluarkan diharapkan dapat memberikan
keuntungan atau manfaat secara cepat, kira-kira dalam jangka waktu satu tahun.
Menurut Soeharto (2002) kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu, dan bertujuan untuk menghasilkan produk
(deliverable) yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa proyek memiliki ciri-ciri pokok
seperti (1) Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk
akhir atau hasil kerja akhir, (2) Dalam proses mewujudkan lingkup di atas,
ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu, (3) Bersifat sementara, dalam
arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas dimana titik awal dan akhir ditentukan
dengan jelas, (4) Bersifat non rutin atau tidak berulang-ulang dimana jenis dan
intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
Menurut Suratman (2002) studi kelayakan proyek merupakan suatu studi
untuk menilai proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang. Penilaian yang
dilakukan berupa rekomendasi apakah suatu proyek layak dilaksanakan atau
sebaiknya ditunda dulu. Mengingat kondisi di masa mendatang yang penuh
dengan ketidakpastian, maka studi yang dilakukan meliputi berbagai aspek dan
membutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari tim gabungan berbagai
ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti ekonom, ahli hukum,
psikolog, akuntan, perekayasa teknologi, dan lain sebagainya.
Tujuan dari studi kelayakan proyek adalah untuk mengetahui untung atau
rugi yang akan didapat dari bisnis yang akan dijalankan. Studi kelayakan proyek
dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehingga
30
pemilik proyek dapat mengetahui apakah investasi yang dilakukan akan
menguntungkan.
Suratman (2002) menyatakan bahwa tujuan studi kelayakan proyek adalah
untuk menghindari penyebab kegagalan pyoyek akibat kesalahan dalam
memutuskan dan menilai alternatif investasi. Sehingga tujuan utama dari studi
kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran investasi yang
memakan dana relatif besar yang ternyata justru tidak memberikan keuntungan
secara ekonomi.
Selain itu, Soeharto (2002) menyatakan pengkajian kelayakan atas suatu
usulan proyek bertujuan untuk mempelajari usulan tersebut dari segala segi secara
profesional agar setelah usulan proyek tersebut diterima dan dilaksanakan, betul-
betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya hasil yang jauh dari harapan setelah proyek selesai
dibangun dan dioperasikan.
Dengan demikian, analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan
investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih
alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi.
Dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek-
aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan
mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan
proyek. Sedangkan siklus pelaksanaannya adalah: mengetahui tingkat keuntungan
yang dicapai dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber daya, memilih
alternatif proyek yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi.
Berdasarkan hasil analisis proyek, tingkat keuntungan dapat diketahui,
pemborosan terhadap sumber daya dapat dihindarkan, serta memilih proyek yang
paling menguntungkan di antara berbagai proyek investasi yang ada.
3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek
Studi kelayakan dan analisa proyek yang efektif dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Seluruh
31
aspek-aspek di dalam proyek ini saling berhubungan antara satu dengan lainnya,
dan suatu putusan terhadap satu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan bagi
aspek-aspek yang lain. Seluruh aspek harus selalu dipertimbangkan pada setiap
tahap (stage) dalam perencanaan proyek dan siklus perencanaannya.
Menurut Gittinger (1986), terdapat enam aspek yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan proyek pertanian, yaitu aspek teknis, aspek
institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek komersial atau pasar,
aspek finansial, dan aspek ekonomi. Soeharto (2002) menyatakan terdapat tujuh
aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis proyek, yaitu aspek pasar, aspek
teknis, aspek finansial, aspek sosial-ekonomi, aspek manajemen dan organisasi,
aspek pendanaan proyek, serta aspek analisis dampak lingkungan. Sedangkan
Suratman (2002) menyatakan terdapat lima aspek yang perlu dipertimbangkan,
yaitu aspek pasar, aspek hukum-sosial-budaya, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen, dan aspek keuangan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan terdapat enam aspek
yang perlu dianalisis dalam studi kelayakan proyek, yaitu:
1) Aspek Pasar
Aspek pasar dalam suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang
dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk
kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
Dari segi output, analisa pasar untuk hasil proyek sangat penting
dilakukan untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan pada suatu
harga yang menguntungkan karena produk harus dijual menurut harga pasar.
Dari segi input, rencana-rencana yang cocok harus dibuat untuk
menjamin tersedianya bahan baku yang akan diperlukan dalam menggunakan
teknologi baru atau pola produksi baru. Masalah-masalah seperti ketersediaan
saluran input, kapasitas yang cukup dan ketepatan waktu dari pemasok, dan
pembiayaan bagi penyedia input merupakan masalah-masalah yang juga perlu
dipertimbangkan oleh pemilik proyek karena hal-hal tersebut akan
berpengaruh bagi pelaksanaan proyek.
32
a. Permintaan
Kasmir dan Jakfar (2003) mendefinisikan permintaan sebagai jumlah
barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada
suatu waktu tertentu. Permintaan juga merupakan kegiatan yang didukung
oleh daya beli atau akses untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Hukum permintaan menerangkan bahwa apabila harga suatu komoditas
naik, maka jumlah komoditas yang diminta akan turun, dengan catatan
bahwa variabel-variabel lainnya tetap. Variabel tersebut mencakup
variabel lain yang dapat mempengaruhi jumlah komoditas yang diminta
selain komoditas dimaksud, seperti tingkat pendapatan konsumen, selera
konsumen, harga komoditas lain selain komoditas yang dibicarakan,
jumlah penduduk, advertensi, distribusi, dan lain sebagainya.
b. Penawaran
Kasmir dan Jakfar (2003) mendefinisikan penawaran sebagai jumlah
barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga
pada suatu waktu tertentu. Hukum penawaran menyatakan bahwa apabila
harga suatu komoditas naik, maka jumlah komoditas yang ditawarkan
akan meningkat, dengan catatan bahwa variabel-variabel lainnya tetap
(cateris paribus).
c. Program pemasaran
Program pemasaran terdiri dari empat aspek strategi bauran pemasaran
(marketing mix) yaitu strategi produk (product), strategi harga (price),
strategi lokasi dan distribusi (place), dan strategi promosi (promotion)
(Kasmir dan Jakfar 2003).
Jika suatu usaha memiliki peluang permintaan dan mampu memberikan
penawaran yang sesuai dengan keinginan pasar serta memiliki program bauran
pemasaran yang terencana, maka usaha tersebut layak berdasarkan aspek
pasar.
2) Aspek Teknis
Analisa teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan
produksi output berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Hal ini perlu dibuat
secara jelas dan teliti di dalam kerangka kerja proyek. Aspek-aspek lain dari
33
analisa proyek hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat
dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan proyek
mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti
secara terperinci.
Menurut Soeharto (2002), pengkajian aspek teknis mencakup hal-hal
berikut:
a) Menentukan lokasi
Karena bersifat strategis, maka pemilihan lokasi harus didasarkan atas
pengkajian seksama yang berkaitan dengan unit-ekonomi dari instalasi
spesifik yang hendak dibangun, baik dari segi teknis konstruksi (keadaan
tanah, iklim, gempa bumi) maupun kelangsungan operasi dan produksi di
masa depan.
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan letak geografis lokasi
yaitu mengidentifikasi daerah yang dilakukan berdasarkan faktor seperti
dekat daerah pemasaran, tersedianya bahan baku, tersedianya tenaga kerja,
kondisi iklim, dan gempa bumi. Selanjutnya, daerah pemilihan dapat
dipersempit dengan menentukan lokasi yang pasti di daerah yang dianggap
telah memenuhi persyaratan. Selain itu, faktor-faktor penunjang seperti
utiliti, infrastruktur, fasilitas pelayanan umum, sikap masyarakat terhadap
proyek atau investasi, masalah lingkungan hidup, dan peraturan-peraturan
yang mendukung (pajak, perburuhan, bea masuk) juga perlu diperhatikan.
b) Mencari dan memilih teknologi proses produksi
Proses produksi dapat dikatakan sebagai teknik atau metode yang dipakai
untuk meningkatkan kegunaan barang dan jasa, dimana kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menjanjikan banyak pilihan sekaligus
risiko yang terkandung. Di negara berkembang, proses produksi tidak
menekankan pada efisiensi, tetapi juga memperhitungkan hal-hal lain yang
terjadi di lingkungan sekitar, seperti menciptakan lapangan kerja sehingga
perlu dipertimbangkan teknologi yang padat karya. Di samping perlu
dipertimbangkan hal-hal yang langsung berpengaruh terhadap biaya, juga
perlu dipertimbangkan hal-hal seperti tersedianya bahan baku, teknologi
yang akan dipakai telah terbukti andal berdasarkan pengalaman pabrik-
34
pabrik sejenis, dan sedapat mungkin dipilih teknologi terbaru karena
biasanya lebih efisien dan tidak segera usang.
c) Menentukan kapasitas produksi
Kapasitas produksi memberikan arti batas atas produksi yang dapat dicapai
oleh suatu instalasi, atau batas atas beban yang dapat ditampung oleh suatu
fasilitas hasil proyek. Besarnya kapasitas produksi merupakan parameter
penting yang dapat dipakai sebagai masukan dalam perhitungan aspek
ekonomi-finansial pada studi kelayakan dan sebagai dasar untuk membuat
desain-engineering di tahap-tahap berikutnya. Sedangkan pada masa
operasi dan produksi selalu dikaitkan antara kapasitas dan biaya operasi
untuk menghasilkan per unit produk. Pada umumnya, semakin besar
produksi semakin berkurang biaya produksi per unitnya. Oleh karena itu,
dalam menentukan kapasitas suatu instalasi perlu dikaji seteliti mungkin
berapa besar potensi penyerapan pasar, persediaan bahan baku, dan ongkos
produksi sebelum menentukan angka kapasitas.
d) Menyusun denah atau letak instalasi
Pengaturan secara tepat tata letak instalasi beserta peralatannya atau
disebut juga plant layout merupakan syarat penting karena erat
hubungannya dengan efisiensi dan keselamatan selama operasi. Hal ini
berarti bentuk dan tata ruang bangunan instalasi harus sesuai dengan
maksud kegunaan atau fungsinya. Tujuan ini ditentukan dengan
merancang atau merekayasanya sejak awal sewaktu mengkaji aspek teknis.
Pada dasarnya menyiapkan denah instalasi meliputi kegiatan pengaturan
letak serta hubungan antar fasilitas berikut:
Penampungan dan penyimpanan produk serta bahan baku dan
produk sampingan (by product)
Peralatan untuk melaksanakan proses produksi yang diberikan
alokasi ruang yang cukup, tidak terbatas hanya untuk tempat
kedudukan masing-masing peralatan tetapi juga bagi ruang gerak
operasi dan pemeliharaan
Peralatan dan ruang gerak untuk handling material
35
e) Membuat bangunan instalasi (plant building)
Gedung atau bangunan civil pabrik (plant building) merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari fasilitas instalasi industri dengan fungsi
pokok sebagai tempat kerja, tempat peralatan, produk, dan kadang-kadang
juga bahan baku agar terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat merusak,
seperti panas, dingin, kelembaban, dan lain-lain. Selain itu, gedung ini
berfungsi juga sebagai tempat penyimpanan yang aman, misalnya dari
pencurian. Gedung atau bangunan civil pabrik dapat terdiri dari kantor
pusat administrasi di mana pimpinan pabrik berada, kantor desain-
engineering, bangunan tempat peralatan/mesin produksi disusun, gedung
pusat pengendalian, perbengkelan serta pemeliharaan, gudang, dan lain-
lain.
3) Aspek Manajemen
Masalah-masalah manajerial merupakan hal yang menentukan untuk
rancangan dan pelaksanaan proyek yang baik. Keahlian staf yang ada perlu
disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan di dalam proyek. Bila ternyata
kemampuan manajerial terbatas, maka latihan untuk meningkatkan
kemampuan mereka harus dilakukan.
Soeharto (2002) menyatakan hal-hal pokok yang terkandung dalam
konsep manajemen proyek yaitu:
Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber
daya perusahaan.
Kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Hal ini memerlukan teknik dan metode
pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
Memakai pendekatan sistem (system approach to management).
Mempunyai hierarki horisontal di samping hierarki vertikal.
Sedangkan proses mengorganisir mengikuti urutan sebagai berikut:
Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan; mengidentifikasi lingkup
kegiatan proyek dan operasi yang terdiri dari sejumlah besar pekerjaan
untuk mengetahui seberapa besar volume, macam, dan jenisnya dalam
36
rangka mengetahui sumber daya serta jadwal yang diperlukan sebelum
diserahkan kepada individu yang akan menanganinya.
Mengelompokkan pekerjaan ke dalam unit atau paket yang masing-masing
telah diidentifikasikan biaya, jadwal, dan mutunya.
Menyiapkan organisasi dan personel yang akan menangani pekerjaan,
seperti memilih keterampilan dan keahlian kelompok yang sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan, serta memberitahukan sasaran yang ingin dicapai
yang berkaitan dengan unit atau paket kerja yang akan menjadi tanggung
jawabnya.
Mengetahui wewenang dan tanggung jawab masing-masing peserta proyek
agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, dan untuk menghindari
tumpang tindih dan duplikasi.
Menyusun mekanisme koordinasi agar semua bagian pekerjaan proyek
yang ditangani para peserta yang ikut menangani penyelenggaraan proyek
dapat bergerak maju menuju sasaran secara sinkron.
Jika suatu usaha sudah dapat melaksanakan proses mengorganisir dalam
menjalankan usahanya, maka usaha tersebut sudah layak berdasarkan aspek
manajemen.
4) Aspek Sosial Lingkungan
Kelayakan proyek juga perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan-
kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Selain itu,
implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang disusulkan juga perlu
diteliti secara lebih cermat.
Pertimbangan-pertimbangan sosial lain harus dipikirkan secara cermat
agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap
(responsive) terhadap keadaan sosial tersebut.
Hal lain yang juga penting untuk dipertimbangkan adalah masalah
dampak lingkungan yang merugikan. Dampak bisnis terhadap lingkungan
ekologi seperti adanya polusi udara, air, suara, dan limbah padat perlu dikelola
dengan baik agar tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan. Masalah
seperti air limbah (waste) dari pabrik industri yang dapat merusak sumber-
sumber air masyarakat perlu mendapat perhatian khusus dari analis proyek
37
agar tidak merugikan masyarakat sekitar pabrik. Untuk menjaga kelestarian
alam tersebut akan lebih baik dilakukan melalui rancangan proyek daripada
setelah mengeluarkan biaya untuk penggunaan teknologi yang kurang tepat
atau biaya penggantian tanah tetapi proyek tidak memberikan pengaruh baik
terhadap lingkungan. Jika suatu usaha sudah mengelola limbah yang
dihasilkannya dengan baik atau tidak menghasilkan limbah yang berbahaya
bagi lingkungan, maka usaha tersebut layak berdasarkan aspek lingkungan.
5) Aspek Hukum
Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi (2009) menyatakan aspek hukum
diperlukan untuk mengidentifikasi bentuk badan usaha yang akan digunakan.
Hal ini akan terkait dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya, dan
mempelajari jaminan-jaminan yang dapat disediakan bila akan menggunakan
sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, serta izin. Disamping
hal tersebut, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan
kerjasama dengan pihak lain.
Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan bahwa analisis mengenai aspek
hukum perlu dilakukan secara teliti dan cermat dengan mencari sumber-
sumber informasi yang jelas sampai ke tangan yang memang berkompeten
untuk mengeluarkan surat-surat yang hendak diteliti. Secara ringkas,
dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan untuk analisis aspek hukum dari
sebuah usaha yaitu Badan Hukum, Tanda Daftar Perusahaan, NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak), Surat Izin Usaha, Izin Domisili, Izin Mendirikan
Bangunan, Bukti Diri (KTP atau SIM), dan izin-izin lainnya. Sedangkan
perizinan lain yang dibutuhkan terutama bagi usaha berbasis pangan yaitu
adanya sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas
Kesehatan, dan sertifikasi halal.
6) Aspek Finansial
Aspek finansial bagi perusahaan-perusahaan swasta adalah untuk
menentukan berapa banyak modal yang diperlukan untuk mengembangkan
proyek yang ingin dijalankan, berapa besar hasil yang akan diterima oleh
38
perusahaan dari investasi yang telah ditanamkan, dan apakah besarnya
keuntungan cukup menarik bagi perusahaan (Gittinger 1986).
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto adalah suatu
teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan
datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger 1986).
Kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu usaha menurut Kadariah (1988) adalah Net Present Value (NPV), Net
Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period
(PBP).
Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang penerimaan
dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto tertentu. Proyek akan
menguntungkan jika NPV bernilai positif. NPV dapat diartikan juga sebagai nilai
sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi, sehingga untuk
menghitungnya diperlukan tingkat bunga yang relevan (Nasution 2009).
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) atau Tingkat Pengembalian Internal adalah tingkat
diskonto (discount rate) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yaitu
tingkat bunga atau tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus
manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Tujuan perhitungan IRR adalah untuk
mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan
39
menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika
nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate yang digunakan, maka usaha layak
dijalankan. Grafik hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Hubungan NPV dan IRR
Sumber: Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi (2009)
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit-Cost Ratio merupakan rasio keuntungan per biaya. Rasio ini
merupakan pembanding antara jumlah present value yang bernilai positif dengan
jumlah present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini digunakan untuk
melihat tingkat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.
Payback Period
Payback Period atau Tingkat Pengembalian Investasi merupakan metode yang
mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
menutupi pengeluaran awal (investasi). Periode pembayaran kembali yang
didiskontokan adalah umur dimana tingkat diskonto tertentu, penerimaan bersih
kumulatif sama dengan nol, dan menunjukkan pada umur berapa investasi dapat
dikembalikan. Semakin cepat investasi modal dapat kembali, maka semakin baik
suatu proyek diusahakan karena modal yang kembali dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan lain.
DR1
NPV
Discount Rate (%)
NPV1
IRR
40
3.1.4. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)
Semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap
tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu, kondisi lingkungan yang
selalu berubah akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh, sehingga
terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan dan ketidaktepatan biaya dan
penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan.
Analisis switching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi
kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan
manfaat. Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan
yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan.
Pada analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada
komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria
minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal.
Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). NPV
sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net
B/C sama dengan satu (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek
yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan
penurunan harga atau jumlah output (Gittinger 1986).
3.1.5. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan
laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi
perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger 1986). Laba merupakan apa saja
yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di
dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa (Napitupulu 2009). Laporan
laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah
suatu proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan
kerugian selama proyek berlangsung.
41
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya alternatif penggunaan bahan
baku untuk membuat mi mentah yang selama ini menggunakan tepung terigu,
yaitu dengan menggunakan tepung jagung. Selama ini, produsen mi mentah hanya
menggunakan tepung terigu untuk membuat mi dimana tepung terigu tersebut
berasal dari gandum yang harus diimpor dari luar negeri. Tepung jagung dapat
menjadi alternatif bahan baku untuk pembuatan mi jagung karena selain harganya
lebih murah dibandingkan tepung terigu, tepung jagung merupakan komoditas
lokal yang tidak perlu diimpor karena dapat diperoleh dari dalam negeri. Selain
itu, mi mentah yang menggunakan bahan baku tepung jagung tidak perlu lagi
menggunakan tambahan pewarna makanan karena sudah memiliki warna kuning
alami yaitu dari kandungan beta karoten yang terdapat di dalam jagung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha
mi mentah dengan menggunakan bahan baku tepung jagung. Kelayakan
pengembangan usaha mi mentah jagung ini dinilai melalui beberapa aspek yaitu
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, aspek
hukum, dan aspek finansial. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C
Ratio, Payback Period, dan analisis switching value.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengusaha mi
mentah melalui informasi dan rekomendasi mengenai pengembangan usaha mi
mentah yaitu Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin. Kerangka pemikiran operasional
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
42
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Mi
Mentah Jagung pada Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
Perusahaan Mie Mentah Bapak Sukimin mengolah mi mentah berbahan baku tepung jagung
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non finansial: Aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, aspek hukum
Aspek Finansial:
NPV (Net Present Value)
IRR (Internal Rate of Return)
Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio)
PBP (Payback Period)
Analisis Switching Value karena perubahan harga
input atau output.
Tidak Layak Layak
Perbaikan usaha dengan
reorientasi alokasi sumber
daya Pengembangan usaha
Skenario I
Mi mentah 30 persen jagung
Skenario II
Mi mentah 100 persen jagung
43
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di
Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin
merupakan produsen mi mentah yang sudah sering mengikuti seminar dan
pelatihan tentang mi jagung yang diadakan oleh Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center yang bekerja sama
dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Selain
itu, Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin belum pernah melakukan analisis kelayakan
usaha maka penelitian kelayakan bisnis dilakukan di tempat ini. Pengambilan data
di lapangan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur
usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun
usaha. Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha produksi
mi berbahan dasar tepung jagung. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku,
skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data
yang diperoleh dari dinas-dinas terkait.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang terkumpul diperoleh melalui wawancara dengan Bapak
Sukimin selaku pemilik usaha, karyawan-karyawan Usaha Mi Ayam Bapak
Sukimin, dan pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dari beberapa
buku, skripsi, artikel-artikel terkait yang diperoleh dari internet, dan pengolahan
data-data yang didapat dari dinas-dinas terkait.
44
4.4. Metode Pengolahan
Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai
biaya-biaya dan penerimaan di dalam cashflow diolah menggunakan program
Microsoft Excel 2007. Program ini dipilih karena telah lazim digunakan dan relatif
mudah digunakan. Data kualitatif diolah dengan menggunakan penjelasan secara
deskriptif.
4.5. Metode Analisis Data
Analisis kelayakan usaha pembuatan mi jagung 30 persen dan mi jagung
100 persen dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerugian pada
saat rencana pengembangan usaha sudah berjalan. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dianalisis dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk mengkaji karakteristik dan aspek-aspek kelayakan
usaha mi jagung di tempat penelitian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek hukum.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha mi
mentah jagung. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis
kelayakan finansial dan analisis switching value.
4.5.1. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria-kriteria
investasi yang menyatakan layak atau tidak suatu usaha yang akan dijalankan.
Kriteria-kriteria investasi tersebut yaitu:
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. NPV juga dapat
dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap
tahun kegiatan usaha.
Secara matematis NPV dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina,
Sarianti, dan Karyadi 2009) :
45
Dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3, …, n)
Tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1, tergantung karakteristik bisnis.
i = Tingkat Discount Rate (DR) (%)
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi, yaitu:
1) NPV < 0, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang
dipergunakan sehingga proyek tidak dapat dilaksanakan.
2) NPV = 0, proyek tidak untung dan juga tidak rugi. Proyek menghasilkan
sebesar modal opportunity cost faktor produksi modal, pelaksanaan proyek
tergantung pada penilaian pengambil keputusan.
3) NPV > 0, proyek menguntungkan karena dapat menghasilkan lebih besar
dari modal opportunity cost faktor produksi modal, sehingga proyek dapat
dilaksanakan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada
saat nilai NPV sama dengan nol. Sebuah usaha dapat dikatakan layak
dilakukan jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang
telah ditentukan.
Berikut merupakan rumus IRR (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009) :
Dimana :
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai IRR yang diperoleh tersebut lebih
besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih
46
kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan.
c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit-Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai bersih
yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif
sebagai penyebut. Analisis Net B/C ini digunakan untuk menilai tingkat
efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai (Nurmalina, Sarianti, dan
Karyadi 2009) :
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun
Suatu proyek dikatakan layak jika Net B/C Ratio lebih besar atau sama
dengan satu (Net B/C Ratio ≥ 1). Hal ini berarti proyek tersebut layak untuk
dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net B/C Ratio lebih kecil dari satu (Net
B/C Ratio ≤ 1), maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena
berarti manfaat yang akan diperoleh dari suatu proyek lebih kecil
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek
tersebut.
d. Payback Period
Payback Period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi
pengeluaran awal dengan cara mengukur kecepatan proyek dalam
mengembalikan biaya awal. Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka
usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan.
47
Rumusan Payback period yaitu (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009):
Dimana :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya.
Usaha mi mentah Bapak Sukimin memiliki umur bisnis selama 10 tahun. Hal
ini berdasarkan umur ekonomis dari mesin-mesin produksi mi yang
digunakan dalam usaha. Apabila selama proyek dapat mengembalikan modal
sebelum berakhirnya umur proyek, maka proyek tersebut masih dapat
dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat proyek berakhir dan belum dapat
mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut
tidak dilaksanakan.
4.5.2. Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak terhadap hasil
analisis akibat dari suatu keadaan yang selalu berubah. Tujuan analisis sensitivitas
adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas
ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya
perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu
dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-
proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu
mendatang (Gittinger 1986).
Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas.
Menurut Gittinger (1986), pada analisis sensitivitas secara langsung memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat
menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam
penelitian ini, analisis switching value digunakan untuk mengetahui perubahan
maksimal pada kenaikan harga input atau bahan baku dan penurunan jumlah
penjualan, sehingga usaha ini masih layak untuk dilakukan.
48
4.5.3. Laporan Laba Rugi
Perusahaan menggunakan laporan laba rugi untuk mengetahui
perkembangan usaha dalam periode waktu tertentu. Komponen laba rugi pada
usaha mi jagung 30 persen dan mi jagung 100 persen ini yaitu pendapatan
penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak
penghasilan.
4.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan dalam Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Usaha dilakukan dengan menggunakan modal sendiri.
2) Keadaan ekonomi selama umur bisnis diasumsikan tetap.
3) Terdapat dua skenario rencana usaha yang akan dilakukan. Skenario pertama
adalah usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen (campuran tepung terigu
dan tepung jagung dengan perbandingan 70:30). Skenario kedua adalah mi
mentah jagung 100 persen.
4) Tingkat diskonto yang digunakan adalah berdasarkan rata-rata suku bunga
seluruh bank selama satu tahun terakhir sebesar 7,47 persen untuk deposito 12
bulan.
5) Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan dari usia ekonomis mesin-mesin
produksi mi.
6) Usaha mi mentah terigu merupakan usaha yang sudah berjalan. Oleh karena
itu, penjualan pada usaha ini diasumsikan sudah 100 persen selama umur
bisnis.
7) Usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100 persen
memiliki penjualan pada tahun ke-1 hanya 50 persen dari total penjualan
karena perusahaan masih dalam tahap persiapan pengadaan mesin-mesin dan
peralatan. Sementara pada tahun ke-2, perusahaan mulai melakukan
produksinya menjadi 70 persen karena masih dalam tahap pengenalan produk
kepada konsumen. Pada tahun ke-3 sampai ke-10, perusahaan sudah
melakukan produksi 100 persen karena sudah memiliki pengalaman dan sudah
dikenal oleh konsumen.
49
8) Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang
didapatkan pada saat penelitian.
9) Kegiatan produksi dilakukan setiap hari selama 11 bulan. Satu bulan
diasumsikan terdiri dari 30 hari.
10) Produksi mi mentah dilakukan selama 11 bulan. Sementara pada bulan
Ramadhan, perusahaan hanya berfokus pada produksi jasa penggilingan
pangsit saja.
11) Kapasitas Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin saat ini adalah menghasilkan 140
kilogram mi mentah dan 20 kilogram pangsit per hari.
12) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan April –
Mei 2011 dan konstan selama penelitian. Harga-harga tersebut adalah harga
tepung terigu per bal yang digunakan oleh Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
yaitu terigu Cakra Kembar Rp 167.000, dan tepung jagung Rp 125.000. Harga
bahan-bahan lain yaitu garam Rp 17.000 per bal, tartrazine Rp 80.000 per kg,
soda as Rp 10.000 per kg, STPP Rp 50.000 per kg, dan potasium karbonat
Rp 70.000 per kg.
13) Harga jual mi mentah terigu, mi mentah jagung 30 persen, dan mi mentah
jagung 100 persen yaitu Rp 10.000 per kg, pangsit basah Rp 10.000, pangsit
kering Rp 12.000, dan jasa penggilingan pangsit Rp 4.000 per kilogram terigu.
14) Total produksi adalah jumlah mi dalam satuan kilogram yang dihasilkan
selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi
dengan harga jual.
15) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi mi jagung ini terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun
pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang
telah habis umur ekonomisnya.
16) Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Penyusutan digunakan
untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan merupakan
komponen dari laba rugi dan cash flow.
17) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan penyusutan dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. Nilai sisa
50
didapat dari hasil kali sisa umur ekonomis barang reinvestasi dengan nilai
penyusutannya.
18) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
pasal 17 ayat 2a, yaitu:
Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28 persen.
Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi
25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
51
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin berawal dari keinginan Bapak Sukimin
untuk merubah hidup keluarganya menjadi lebih baik. Pada awalnya, Bapak
Sukimin bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta. Penghasilan yang diterima
sebagai buruh bangunan dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya sehari-hari. Bekerja sebagai buruh bangunan akan sangat bergantung
kepada ada atau tidaknya proyek pembangunan. Jika dalam satu bulan tidak ada
proyek bangunan, maka selama waktu tersebut Bapak Sukimin tidak memperoleh
pendapatan. Oleh karena itu, Bapak Sukimin berusaha mencari alternatif lain
untuk mencari penghasilan.
Pada tahun 1983, Bapak Sukimin bertemu dengan Bapak Tarno yang
merupakan seorang pedagang mi ayam. Bapak Sukimin pun tertarik untuk belajar
menjadi penjual mi ayam. Bapak Sukimin pun berhenti menjadi seorang buruh
bangunan. Dan sejak saat itu, Bapak Sukimin bekerja dengan Bapak Tarno
sebagai penjual mi ayam keliling. Bapak Sukimin memulai usaha mi ayam dengan
membuat sendiri gerobak mi ayam keliling untuk berjualan. Gerobak tersebut
diperoleh dari uang tabungan hasil bekerja sebagai buruh bangunan. Pada saat itu,
pasokan mi masih diperoleh dari Bapak Tarno.
Saat baru memulai membuat mi sendiri, banyak kesulitan yang dialami
oleh Bapak Sukimin. Seringkali mi buatannya tidak memiliki kualitas yang baik
sehingga harus mengulangi produksi. Hal ini tentu saja menyebabkan biaya
produksi yang besar.
Pada tahun 1985, Bapak Sukimin dan keluarga memutuskan untuk pindah
ke Bogor. Bapak Sukimin melihat adanya peluang pasar yang lebih luas untuk
produk mi ayam di Kota Bogor. Pada saat itu, pesaing usaha mi ayam masih
belum banyak. Pada awalnya, usaha ini hanya memiliki satu gerobak mi ayam.
Bapak Sukimin juga membuat gerobak lain untuk pedagang baru yang ingin
berjualan mi ayam keliling. Namun seiring dengan berjalannya usaha, sekarang
sudah ada 35 unit gerobak mi ayam yang digunakan oleh pedagang-pedagang mi
ayam keliling. Keuntungan yang diperoleh akan ditabung untuk kemudian
52
dijadikan modal membuat gerobak mi ayam baru. Begitu seterusnya hingga
mencapai jumlah yang sekarang. Kini, Bapak Sukimin sudah tidak lagi berjualan
mi ayam dan lebih fokus untuk memproduksi mi mentah.
5.2. Profil Perusahaan
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin beralamat di Ciheuleut RT 01 RW 06,
Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Bapak Sukimin
pertama kali memulai usaha ini pada tahun 1984. Usaha mi ayam ini dipimpin
langsung oleh Bapak Sukimin selaku pemilik. Pemilik dibantu oleh seorang
karyawan yang bekerja di bagian produksi dan distribusi produk ke pelanggan.
Selain memproduksi mi mentah, usaha ini juga memproduksi pangsit dan
jasa penggilingan pangsit. Saat ini, Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin memiliki
kapasitas produksi sebesar 125 kilogram tepung terigu setiap hari. Maka dalam
satu bulan, usaha ini dapat memproduksi hingga 3.750 kilogram tepung terigu.
Omset yang diterima usaha ini dengan kapasitas produksi tersebut yaitu sebesar
Rp 1.620.000,00 per hari atau Rp 48.600.000,00 per bulan.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin tergolong ke dalam usaha perorangan
dimana Bapak Sukimin merupakan pemilik tunggal dari usaha ini. Bapak Sukimin
tidak menerapkan perekrutan karyawan secara formal. Bapak Sukimin membuka
kesempatan bagi siapapun yang ingin berjualan mi ayam bersama dengan beliau.
Bapak Sukimin akan menyediakan gerobak lengkap dengan segala perlengkapan
jualan secara gratis kepada penjual, namun dengan beberapa ketentuan yang telah
disepakati bersama. Penjual mi ayam keliling hanya boleh mengambil pasokan mi
mentah dari Bapak Sukimin. Jika penjual mi ayam keliling tersebut mengambil
pasokan mi mentah dari produsen lain, Bapak Sukimin akan menarik kembali
gerobak dan perlengkapan yang beliau pinjamkan di awal. Sistem seperti ini yang
sering diterapkan oleh produsen-produsen mi ayam di Kota Bogor.
Jika ada pedagang baru yang ingin mulai berjualan mi ayam, mereka dapat
datang kepada Bapak Sukimin walaupun tanpa modal. Bapak Sukimin akan
memberikan kemudahan dengan menyediakan perlengkapan untuk berjualan dan
gerobak keliling secara gratis. Gerobak yang dipinjamkan ini dapat dibawa pulang
53
oleh peminjam, sehingga lebih memudahkan dalam proses berjualan. Peminjam
gerobak dapat langsung mempersiapkan usaha mi ayam di rumah.
Pada awal usaha, Bapak Sukimin menerapkan sistem sewa sampai
pedagang baru tersebut mampu membeli barang-barang modalnya sendiri. Bapak
Sukimin juga tidak menerapkan sistem kerja seperti atasan dan bawahan. Mereka
yang datang untuk belajar berjualan mi ayam tidak memiiki ikatan untuk terus
menjadi bawahan atau pegawai Bapak Sukimin. Mereka dapat membuka usaha
sendiri jika merasa sudah mampu berwirausaha sendiri.
5.3. Deskripsi Usaha
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin belum melakukan kegiatan produksi mi
mentah jagung dalam skala komersil. Sejak mengikuti beberapa seminar
mengenai pembuatan mi mentah jagung pada tahun 2008 lalu, Bapak Sukimin
masih melakukan kegiatan percobaan produksi di pabriknya sendiri. Produk yang
dicoba yaitu mi mentah jagung 30 persen. Sementara itu, Bapak Sukimin sudah
melakukan percobaan produksi mi jagung 100 persen saat mengikuti pelatihan
pembuatan mi jagung yang diadakan oleh SEAFAST Center IPB.
Produk-produk yang dihasilkan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
didistribusikan secara langsung kepada para pemesan tanpa melalui distributor.
Bapak Sukimin dan seorang karyawannya mensuplai produk mi mentah ke
pedagang-pedagang mi ayam keliling di daerah sekitar Kota Bogor.
Usaha yang dilakukan oleh Bapak Sukimin secara tidak langsung berada
di bawah binaan Institut Pertanian Bogor. Hal ini karena Bapak Sukimin sering
kali mendapatkan seminar-seminar mengenai sanitasi dan kebersihan dalam
produksi, serta pelatihan-pelatihan mengenai pembuatan mi jagung yang baik.
54
VI ASPEK NON FINANSIAL
Aspek-aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek
hukum.
6.1. Aspek Pasar
Sebelum menjalankan suatu usaha, penting untuk mengkaji aspek pasar
untuk mengetahui adanya potensi pasar bagi suatu produk. Pada penelitian ini
aspek pasar yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran, serta bauran
pemasaran yang terdiri dari aspek produk, harga, distribusi, dan promosi.
6.1.1. Permintaan
Peluang pasar mi mentah masih terbuka karena didukung oleh pergeseran
pola makan masyarakat Indonesia yang mulai mengkonsumsi pangan pokok selain
nasi. Mi mentah yang diolah menjadi mi ayam sudah lazim menjadi makanan
pokok pengganti nasi bagi masyarakat. Hal ini karena mi ayam merupakan
makanan yang mudah ditemukan, mulai dari pusat perbelanjaan hingga di pinggir
jalan.
Berdasarkan kajian perilaku konsumen yang dilakukan oleh Juniawati
(2003) dapat diketahui bahwa mi merupakan produk pangan non beras yang
paling sering dikonsumsi dibandingkan dengan produk pangan non beras lainnya.
Selain itu, tingginya potensi pasar untuk produk mi juga terlihat dari hasil
produksi yang habis terjual. Mi mentah yang dihasilkan oleh perusahaan adalah
sekitar 100 – 125 kilogram mi mentah dalam satu kali produksi.
Mi juga merupakan produk pangan yang memiliki cakupan segmentasi
konsumen yang luas dan berasal dari berbagai kalangan. Produk mi dapat
dinikmati oleh anak-anak hingga orang dewasa dari berbagai latar belakang
ekonomi. Penelitian Juniawati (2003) juga menyatakan bahwa sebanyak 84 persen
panelis menganggap bahwa produk mi jagung instan dapat menggantikan produk
mi instan yang sudah ada. Selain itu, hasil kajian Juniawati (2003) menunjukkan
84 persen panelis berminat untuk membeli produk mi jagung instan apabila telah
55
tersedia di pasaran. Karakteristik produk yang diharapkan oleh konsumen secara
umum terdiri dari kandungan zat gizi, harga terjangkau, tidak berdampak buruk
bagi tubuh, produk bermutu tinggi, praktis untuk dikonsumsi, mudah didapat,
kemasan menarik, dan memiliki beberapa pilihan rasa (Juniawati 2003).
Hasil penelitian Putra (2009) juga menyatakan bahwa sebanyak 85 persen
responden pedagang mi bakso menyatakan bersedia menggunakan mi jagung,
sementara jumlah responden konsumen mi bakso yang bersedia adalah sebesar 87
persen. Penelitian Putra (2009) juga menghasilkan banyak alternatif penggunaan
mi jagung yaitu mi bakso (87 persen), mi ayam (36,4 persen), soto mi (32,6
persen), dan mi goreng (12,4 persen).
6.1.2. Penawaran
Jumlah penawaran industri dapat dilihat dari jumlah produksi perusahaan
karena seluruh hasil produksi perusahaan dijual ke pasar. Berdasarkan data dari
Paguyuban Pedagang Mi Ayam Tunggal Rasa wilayah Bogor terdapat 20 orang
produsen mi mentah di Bogor. Jika diasumsikan setiap produsen memproduksi
rata-rata 50 kilogram mi mentah setiap harinya maka dapat disimpulkan bahwa
penawaran industri di Bogor saja mencapai 1.000 kilogram mi mentah setiap
harinya atau mencapai 30 ton setiap bulannya.
Dalam industri mi mentah di Bogor, setiap produsen menetapkan harga
yang berbeda. Penetapan harga yang berbeda ini juga menunjukkan kualitas mi
yang dijual. Bapak Sukimin menetapkan harga yang sedikit lebih tinggi daripada
produsen lain yaitu Rp 10.000 per kilogram. Harga jual mi mentah yang
ditetapkan oleh produsen lain berkisar antara Rp 8.000 – Rp 9.000 per kilogram.
Bapak Sukimin berani menetapkan harga yang sedikit lebih tinggi karena mi
mentah buatan Bapak Sukimin memiliki daya tahan yang lebih lama. Mi mentah
buatan Bapak Sukimin mampu bertahan selama satu hari penuh tanpa berubah
warna, tidak berbau asam, dan masih tetap kenyal.
6.1.3. Bauran Pemasaran
Strategi bauran pemasaran diperlukan untuk menghadapi persaingan di
pasar. Startegi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Usaha Mi Mentah Bapak
56
Sukimin dalam memasarkan produknya adalah dengan menggunakan strategi 4P
yaitu produk (Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi (Promotion).
a. Produk (Product)
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi,
penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan. Jenis produk yang ditawarkan oleh usaha mi ayam Bapak Sukimin
yaitu mi mentah, pangsit basah, pangsit kering dan jasa penggilingan pangsit. Mi
mentah merupakan produk utama yang terbuat dari tepung terigu dan tepung
jagung. Produk pangsit, baik pangsit basah maupun pangsit kering, merupakan
produk yang biasa digunakan sebagai makanan pelengkap untuk mi ayam atau
dapat juga dikonsumsi sebagai pelengkap batagor. Sedangkan produk jasa
penggilingan pangsit merupakan jasa memproduksi pangsit mentah dimana
bahan-bahan pangsit dibawa sendiri oleh konsumen. Produk jasa penggilingan
pangsit ini biasa dilakukan saat bulan Ramadhan.
Produk yang saat ini dihasilkan oleh Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
adalah mi mentah terigu. Sedangkan produk yang direncanakan untuk diproduksi
yaitu mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100 persen. Produk mi
mentah dipasarkan dalam bentuk kemasan plastik dengan satuan kilogram. Berat
masing-masing kemasan disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Menurut
klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan usaha ini termasuk ke dalam barang
konsumsi tidak langsung. Hal ini karena produk mi mentah dibeli oleh pedagang-
pedagang mi ayam keliling untuk kemudian diolah dan dijual ke konsumen akhir.
b. Harga (Price)
Harga merupakan sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan
manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh
penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Harga yang
ditetapkan untuk produk mi mentah terigu, mi mentah jagung 30 persen dan mi
mentah jagung 100 persen adalah sama yaitu Rp 10.000,00 per kilogram. Harga
jual untuk pangsit basah yaitu Rp 10.000,00 dan pangsit kering yaitu Rp
12.000,00. Harga untuk jasa penggilingan pangsit yaitu Rp 4.000,00 per kilogram
terigu.
57
Harga jual ini ditetapkan berdasarkan perhitungan harga pokok
produksi ditambah dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh oleh
pengusaha. Metode yang digunakan dalam menentukan harga jual produk adalah
metode Cost Plus Pricing. Harga jual ditentukan dengan cara menambah sejumlah
persentase tertentu dari harga pokok produksi pada harga jual produk.
c. Distribusi (Place)
Pemasaran produk mi mentah Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin saat
ini hanya dilakukan di daerah sekitar Kota Bogor. Usaha Bapak Sukimin belum
berencana untuk merambah ke daerah lain di luar Kota Bogor. Hal ini karena,
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin belum dapat memenuhi permintaan yang ada
dari luar Kota Bogor.
Pemasaran produk mi Bapak Sukimin hanya terdapat satu saluran
distribusi yang digunakan. Saluran distribusi yang digunakan yaitu dari
perusahaan langsung disampaikan ke pedagang-pedagang mi ayam keliling di
Kota Bogor. Saluran distribusi Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Saluran Pemasaran Mi Mentah Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
d. Promosi (Promotion)
Sistem promosi yang digunakan yaitu dengan memberikan fasilitas
gerobak komplit dengan perlengkapannya secara gratis bagi siapapun yang ingin
memulai usaha berjualan mi ayam dengan memenuhi syarat tertentu. Syarat
tersebut yaitu harus mengambil pasokan mi dari Bapak Sukimin. Sistem pinjaman
gerobak ini memudahkan jalan usaha bagi calon penjual mi ayam keliling. Sistem
seperti ini akan memperluas jaringan pemasaran melalui pedagang gerobak
keliling sehingga dapat menjangkau konsumen yang lebih banyak.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin sampai sejauh ini masih
menggunakan sistem promosi secara tradisional. Pemilik menawarkan produk
(Perusahaan)
Usaha Mi Mentah Bapak
Sukimin
(Konsumen)
Pedagang mi ayam
keliling
58
kepada relasi-relasinya sehingga promosi dilakukan dengan cara mouth to mouth.
Selain promosi secara langsung, Bapak Sukimin juga kerap mengikuti pameran
pangan berbasis terigu yang dilakukan oleh Bogasari.
Media promosi yang digunakan oeh Bapak Sukimin masih terbatas
pada pemberian kartu nama kepada relasi-relasi dan calon pelanggan. Sampai saat
ini, beliau belum menggunakan media lain untuk mempromosikan usahanya.
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha
pembuatan mi mentah ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena produk mi
yang dihasilkan memiliki harga jual yang cukup tinggi jika dibandingkan harga
yang ditetapkan oleh produsen lain. Namun harga jual yang lebih tinggi ini
sepadan dengan kualitas yang ditawarkan oleh perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis aspek pasar diketahui bahwa potensi pasar bagi
mi mentah masih sangat potensal bagi pemasaran produk tersebut. Strategi
pemasaran meliputi strategi product, price, place, dan promotion yang dilakukan
oleh perusahaan ikut mendukung berjalannya usaha. Dengan demikian,
berdasarkan aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha mi mentah ini layak
untuk dilakukan.
6.2. Aspek Teknis
Aspek teknis adalah suatu aspek yang akan berkenaan langsung dengan
proses berjalannya proyek secara teknis dan pengoperasiannya di lapangan.
Analisis dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, bahan baku dan peralatan,
kapasitas produksi, teknologi yang digunakan, proses produksi, dan layout
bangunan.
6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembuatan mi mentah adalah di Ciheuleut, Kelurahan Tegal
Lega, Kota Bogor. Di Kelurahan Tegal Lega terdapat dua produsen mi mentah,
yaitu Bapak Sukimin dan Bapak Sugi. Kapasitas produksi usaha mi mentah Bapak
59
Sukimin yaitu 125 kilogram per hari. Sedangkan kapasitas produksi mi Bapak
Sugi yaitu 10 kilogram per hari dan untuk kebutuhan penjualan sendiri.
Bapak Sukimin memilih lokasi di Kota Bogor karena lebih dekat dengan
konsumen. Pertimbangan pemilihan lokasi di Kelurahan Tegal Lega karena lokasi
tersebut dekat dengan kampus Universitas Pakuan sebagai target awal pasar mi
ayam Bapak Sukimin. Lokasi ini juga dinilai cukup strategis karena terletak di
pusat kota sehingga lebih memudahkan untuk menjangkau daerah-daerah tujuan
distribusi pesanan mi mentah. Saat ini, sebaran pemasaran mi mentah Bapak
Sukimin yaitu daerah Ciomas, Pasir Kuda, Sukasari, Makam Pahlawan, Tajur,
Ciawi, Merdeka, dan Gunung Batu.
Lokasi ini juga memudahkan pengusaha untuk mendapatkan pasokan
bahan baku tepung terigu yang berasal dari Cilegon melalui gudang yang ada di
Karadenan Kabupaten Bogor, karena lokasinya yang cukup strategis dengan akses
transportasi yang sudah baik. Lokasi ini jauh dari pemasok-pemasok tepung
jagung yang berasal dari Jawa Timur. Namun, terdapat alternatif pemasok tepung
jagung lain yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah walaupun tidak
sebanyak pemasok dari Jawa Timur.
Berdasarkan segi fasilitas, instalasi air, listrik, dan telepon sudah tersedia
dengan baik. Akses jalan menuju lokasi juga sudah terbuka dengan adanya jalur
angkutan umum. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha karena fasilitas
jalan yang dapat diakses hingga kendaraan beroda empat.
6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan
Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi mi mentah cukup
beragam. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu, mi mentah
jagung 30 persen, dan mi mentah jagung 100 persen memiliki perbedaan. Bahan
baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu yaitu tepung terigu. Bahan baku
utama untuk pembuatan mi mentah jagung 30 persen yaitu tepung terigu dan
tepung jagung dengan perbandingan 70:30. Bahan baku utama untuk pembuatan
mi mentah jagung 100 persen yaitu tepung jagung. Bahan baku lain yaitu tepung
tapioka, garam, soda abu, dan bahan pewarna makanan tartrazine.
60
Data perkembangan konsumsi jagung di Indonesia pada tahun 2001-2006
yang terdapat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan konsumsi jagung
pada industri pangan cukup berfluktuasi. Perkembangan konsumsi jagung secara
total memiliki rata-rata peningkatan sebesar 2,9 persen. Sedangkan perkembangan
konsumsi jagung pada industri pangan memiliki rata-rata sebesar 3,8 persen.
Sementara itu, ketersediaan jagung terutama di provinsi Jawa Barat memiliki
perkembangan yang positif. Berdasarkan data produksi tanaman jagung untuk
provinsi Jawa Barat tahun 2001-2011 dapat diketahui bahwa rata-rata
perkembangan produksi jagung di Jawa Barat mencapai 10,35 persen5.
Perkembangan produksi jagung terutama di Jawa Barat yang memiliki nilai lebih
besar dibandingkan perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tepung jagung untuk
memproduksi mi mentah jagung di kemudian hari.
Pada produksi mi mentah terigu, pasokan bahan baku tepung terigu
diperoleh dari gudang terigu di Karadenan Kabupaten Bogor. Pemesanan tepung
terigu dilakukan melalui telepon kemudian terigu diantarkan ke tempat pemesan.
Sedangkan pasokan tepung jagung diperoleh dari Ponorogo, Jawa Timur.
Pengiriman dapat dilakukan dengan sistem paket melalui pengiriman antar kota.
Standar dan spesifikasi bahan baku untuk pembuatan mi mentah yaitu
harus menggunakan tepung terigu dengan kandungan protein sekitar 13 persen.
Sedangkan spesifikasi tepung jagung yang digunakan harus berukuran 100 mesh.
Penggunaan bahan tambahan makanan seperti soda as, STPP, potasium karbonat,
guar gum, dan tartrazine harus disesuaikan dengan proporsi yang aman untuk
dikonsumsi. Berdasarkan pengalaman Bapak Sukimin, kualitas mi mentah yang
baik yaitu mi mentah mampu bertahan selama 12 jam setelah diproduksi. Oleh
karena itu, standar dan spesifikasi bahan baku yang digunakan harus sesuai
dengan yang ditetapkan.
5 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Tanaman Jagung untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2011 (diolah).
http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0 [13 September 2011]
61
6.2.3. Kapasitas Produksi
Usaha produksi mi mentah Bapak Sukimin merupakan sebuah industri
rumah tangga. Namun untuk saat ini, kegiatan produksi mi mentah belum
dilakukan secara optimal. Hal ini karena masih terbatasnya wilayah cakupan
distribusi mi. Saat ini, kapasitas produksi usaha mi ayam Bapak Sukimin pada
hari normal berada pada kisaran 100 kilogram sampai 125 kilogram mi mentah
per satu periode produksi. Satu periode produksi dilakukan dalam satu hari. Maka
dalam satu bulan, kapasitas produksi mi mentah adalah 3.000 kilogram sampai
dengan 3.750 kilogram setiap bulan.
Produksi mi mentah cenderung stabil sepanjang tahun, kecuali pada bulan
Ramadhan produksi mi mentah akan menurun drastis karena banyak pedagang mi
ayam keliling yang libur. Namun, pada bulan Ramadhan produksi jasa
penggilingan pangsit mentah cenderung meningkat. Masyarakat menyukai produk
pangsit ini untuk dijadikan panganan camilan saat berbuka puasa atau camilan
saat Hari Raya.
6.2.4. Teknologi yang Digunakan
Teknologi pembuatan mi mentah dilakukan secara mekanik. Teknologi
yang digunakan dalam pembuatan mi mentah pada Usaha Mi Mentah Bapak
Sukimin menggunakan teknologi calendering. Mesin utama yang digunakan
dalam teknologi calendering ini yaitu mesin sheeting. Mesin sheeting yang
digunakan dalam usaha kini sudah dilengkapi juga dengan mesin potong mi
(slitting).
Teknologi yang digunakan dalam pembuatan mi mentah terigu dan mi
mentah jagung 30 persen adalah sama. Mesin-mesin yang digunakan dalam
pembuatan mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen yaitu mesin adonan
(dough mixer) dan mesin press adonan (sheeting). Sedangkan teknologi yang
digunakan dalam pembuatan mi mentah jagung 100 persen terdiri dari mesin
adonan (dough mixer), mesin pengukusan (steaming box), mesin penggiling
daging (grinder), dan mesin press adonan (sheeting).
62
Gambar 5. Mesin Adonan (kiri) dan mesin press adonan (kanan)
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Setiap mesin yang digunakan dalam pembuatan mi mentah memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Mesin adonan (dough mixer) digunakan untuk
mencampur bahan-bahan hingga homogen. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin
menggunakan dua mesin adonan dengan kapasitas yang berbeda. Mesin adonan
dengan kapasitas 25 kilogram digunakan untuk produksi mi mentah. Sedangkan
mesin adonan dengan kapasitas 15 kilogram digunakan untuk produksi pangsit.
Mesin press adonan (sheeting) digunakan untuk memadatkan dan memipihkan
adonan sehingga terbentuk lembaran. Mesin potong (slitting) yang terdapat dalam
mesin press berfungsi untuk memotong lembaran adonan menjadi untaian mi.
Gambar 6. Mesin kukus adonan (steaming box)
Sumber: Kusnandar F. (2010)6
6 Kusnandar F. 2010. Peluang Bisnis Mi Jagung dan Potensi Pengembangannya.
http://www.bangkittani.com [29 September 2010]
63
Pada pembuatan mi mentah jagung 100 persen terdapat mesin pengukusan
(steaming box) yang berfungsi untuk mengukus sebagian adonan agar mengalami
proses glutenisasi. Mesin penggiling daging (grinder) berfungsi untuk
memampatkan dan menekan adonan agar lebih kompak sebelum diproses ke
dalam mesin press. Rincian fungsi alat-alat yang digunakan dalam usaha
pembuatan mi mentah dapat dilihat pada Tabel 8.
64
Tabel 8. Fungsi Alat-alat yang Digunakan dalam Produksi Mi Mentah.
No. Peralatan Fungsi
1 Mesin adonan 25 kg Mengaduk adonan mi mentah agar homogen.
2 Mesin adonan 15 kg Mengaduk adonan pangsit agar homogen.
3 Mesin sheeting Memipihkan adonan mi dan memotong lembaran
adonan mi menjadi untaian mi.
4 Mesin steaming box Mengukus sebagian adonan mi jagung untuk
menyempurnakan proses gelatinisasi.
5 Mesin grinder
Menggiling adonan mi jagung untuk
memampatkan dan menekan adonan agar lebih
kompak.
6 Meja besar Proses pengemasan mi mentah dan tempat
pemotongan pangsit.
7 Timbangan digital Menimbang berat mi mentah dan pangsit.
8 Timbangan 20 kg Menimbang berat mi mentah dan pangsit.
9 Timbangan 60 kg Menimbang berat mi mentah dan pangsit.
10 Baskom sedang Menyimpan adonan, mi mentah, atau pangsit
mentah.
11 Baskom besar Menyimpan adonan, mi mentah, atau pangsit
mentah.
12 Ember Menampung air untuk bahan baku adonan.
13 Lumpang dan alu Menumbuk bumbu pangsit.
14 Toples besar Menyimpan bahan tambahan makanan.
15 Gentong besar Menyimpan tepung sagu.
16 Centong sagu Mengambil tepung sagu.
17 Pisau Memotong lembaran mi atau lembaran pangsit.
18 Strap besi Membersihkan mesin-mesin mi dari adonan yang
sudah kering.
19 Bangku kecil kayu Tempat duduk saat proses produksi.
20 Bangku kecil plastik Tempat duduk saat proses produksi.
21 Sapu Alat kebersihan ruang produksi.
22 Serokan Alat kebersihan ruang produksi.
23 Celemek Pelindung baju agar tidak kotor terkena adonan.
24 Kain saring Alas adonan tepung jagung saat proses
pengukusan di dalam mesin steam.
25 Motor Alat transportasi untuk distribusi produk.
26 Tas motor Tempat penyimpanan mi mentah siap antar yang
diletakkan di atas motor.
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
65
6.2.5. Proses Produksi
Proses produksi mi mentah terigu melalui beberapa tahap mulai dari
persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses
produksi mi mentah terigu:
Bahan: terigu Cakra Kembar, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium
karbonat, dan air.
Peralatan: timbangan, mesin adonan (dough mixer), mesin sheeting, meja besar,
dan plastik kemasan.
Prosedur proses produksi:
1. Menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi mentah (per 1
kg tepung): tepung terigu, tepung sagu, garam dapur (1 persen), soda as (0,1
persen), STPP (1 persen), potasium karbonat (0,5 persen), dan air (40 persen).
2. Menyiapkan pada tempat terpisah, buat larutan garam dengan cara melarutkan
garam, soda as, STPP, potasium karbonat ke dalam air.
3. Kemudian mencampur tepung tersebut dengan bahan-bahan lain sampai
homogen. Campuran tepung dimasukkan dalam dough mixer dengan ditambah
larutan garam sedikit demi sedikit, selama sekitar 10 menit.
4. Membentuk lembaran adonan dengan menggunakan mesin sheeting.
Pengepressan dilakukan sekitar 10-12 kali, sehingga dapat diperoleh ketebalan
lembaran adonan 1,6 mm.
5. Setelah lembaran merata dengan ketebalan yang diinginkan kemudian
dipotong dengan mesin slitting sehingga diperoleh untaian mi. Melakukan
proses dusting dengan menggunakan tepung sagu selama proses slitting agar
untaian mi tidak saling menempel. Kecepatan roll perlu diatur sehingga
untaian mi berbelok-belok (keriting). Meletakkan mi secara merata di atas
meja kemudian potong mi sesuai ukuran kemasan yang diinginkan.
6. Terakhir mengemas mi mentah terigu dalam plastik dan ditutup rapat.
Bagan urutan proses pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada
Gambar 7.
66
Gambar 7. Proses Pembuatan Mi Mentah Terigu
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Berikut adalah produksi mi mentah jagung 30 persen:
Bahan: tepung jagung ukuran 100 mesh, tepung terigu Cakra Kembar, tepung
sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, guar gum, dan air.
Peralatan: timbangan, mesin adonan (dough mixer), mesin sheeting, meja besar,
dan plastik kemasan.
Prosedur proses produksi:
1. Menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi mentah (per 1
kg tepung): tepung terigu (70 persen) dan tepung jagung (30 persen), garam
dapur (1 persen), soda as (0,1 persen), STPP (1 persen), potasium karbonat
(0,5 persen), guar gum (0,5 persen) dan air (40 persen).
2. Mencampur tepung terigu dan tepung jagung hingga merata. Pada tempat
terpisah, membuat larutan garam dengan cara melarutkan garam, soda as,
STPP, potasium karbonat, guar gum ke dalam air.
3. Kemudian mencampur kering tepung tersebut dengan bahan-bahan lain
sampai homogen. Lalu campuran tepung dimasukkan dalam dough mixer
dengan ditambah larutan garam sedikit demi sedikit, selama sekitar 10 menit.
Tepung terigu
Pencampuran adonan
dengan dough mixer
selama 10 menit
Larutan garam
(Garam, soda as, STPP, potasium karbonat, air)
Pemipihan adonan sebanyak
10-12 kali
(sheeting)
Mi mentah terigu
Pemotongan lembaran adonan
menjadi untaian mi
(slitting)
Pemupuran dengan
tepung sagu (dusting)
Pemupuran dengan
tepung sagu (dusting)
67
4. Membentuk lembaran adonan dengan menggunakan mesin sheeting.
Pengepressan dilakukan sekitar 10-12 kali, sehingga dapat diperoleh ketebalan
lembaran adonan 1,6 mm.
5. Setelah lembaran merata dengan ketebalan yang diinginkan, lembaran
dipotong dengan mesin slitting sehingga diperoleh untaian mi. Mengatur
kecepatan roll sehingga untaian mi berbelok-belok (keriting). Proses dusting
dilakukan dengan menggunakan tepung sagu agar untaian mi tidak saling
menempel. Meletakkan mi secara merata di atas meja kemudian mi dipotong
sesuai ukuran kemasan yang diinginkan.
6. Mengemas mi mentah jagung 30 persen dalam plastik dan ditutup rapat.
Bagan urutan proses pembuatan mi mentah jagung 30 persen dapat dilihat
pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Tepung terigu (70 persen)
Pencampuran adonan dengan
dough mixer selama 10 menit
Larutan garam
(Garam, soda as, STPP,
potasium karbonat, air)
Pemipihan adonan sebanyak
10-12 kali (sheeting)
Mi mentah jagung 30 persen
Pemotongan lembaran
adonan menjadi untaian mi (slitting)
Pemupuran dengan
tepung sagu (dusting)
Pemupuran dengan
tepung sagu (dusting)
Tepung jagung (30 persen)
68
Berikut merupakan proses produksi mi mentah jagung 100 persen:
Bahan: tepung jagung ukuran 100 mesh, tepung sagu, garam, guar gum, dan air
bersih.
Peralatan: timbangan, dough mixer, mesin sheeting, mesin steaming box, grinder,
kain saring, dan plastik kemasan.
Prosedur proses produksi:
1. Menimbang bahan-bahan untuk formulasi kering, yaitu tepung jagung (100
persen), garam (1 persen), guar gum (1 persen), dan air (50 persen). Tepung
jagung dibagi ke dalam 2 wadah, yaitu 70 persen pada wadah pertama dan 30
persen pada wadah kedua.
2. Pada tempat yang terpisah, membuat larutan garam dengan cara melarutkan
garam ke dalam air.
3. Mencampur tepung jagung pada wadah pertama (70 persen) dengan guar gum
dengan dough mixer selama 5 menit. Lalu adonan dicampurkan dengan
larutan garam yang telah dibuat, kemudian dicampur kembali selama 5 menit.
4. Meratakan adonan yang telah dicampur di atas kain saring yang terlebih
dahulu ditempatkan di tray steam (ketebalan sekitar 0,5 cm). Adonan dikukus
pada steaming box pada suhu 900C selama 15 menit (suhu dipertahankan agar
pengukusan konstan).
5. Setelah proses pengukusan selesai, adonan dikeluarkan dari steaming box,
kemudian dicampurkan dengan bagian 30 persen tepung jagung kering (yang
tidak dikukus).
6. Adonan campuran tersebut dimasukkan ke dalam grinder daging berdiameter
0,17 cm sebanyak dua kali. Adonan yang keluar dari grinder akan berbentuk
pipa silinder panjang.
7. Dalam keadaan panas, adonan dilewatkan dalam mesin sheeting. Proses
sheeting dilakukan selama 10-12 kali sehingga diperoleh lembaran adonan
mulai ketebalan 0,2 cm hingga 0,14 cm. Melakukan pemupuran (dusting)
dengan menggunakan tepung jagung kering (12 gram per 1 kg formulasi)
pada saat terbentuk ketebalan adonan sekitar 0,18 cm.
8. Setelah lembaran adonan seragam dengan ketebalan yang diinginkan,
pemotongan dilakukan dengan mesin slitting.
69
9. Setelah semua lembaran adonan selesai dipotong, mi mentah jagung 100
persen dikemas dalam plastik dan ditutup rapat.
Bagan urutan proses pembuatan mi mentah jagung 100 persen dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Tepung jagung (70 persen)
Pencampuran adonan
Tepung jagung dan guar
gum diaduk selama 5 menit
Larutan garam
(Garam, soda as, STPP,
potasium karbonat, air)
Pemipihan adonan
sebanyak 10-12 kali
(sheeting)
Mi mentah jagung 100 persen
Pemotongan lembaran
adonan menjadi untaian mi
(slitting)
Pemupuran dengan
tepung jagung (dusting)
Pemupuran dengan
tepung jagung (dusting)
Pengukusan dengan
steaming box pada suhu
900C selama 15 menit
Aduk kembali adonan
selama 5 menit
Giling adonan dengan
grinder sebanyak 2 kali
Tepung jagung (30
persen)
70
6.2.6. Layout Bangunan
Lokasi produksi terletak menyatu dengan rumah kediaman pemilik usaha
dalam satu bangunan yang sama. Ruangan produksi memiliki luas 4 meter x 5
meter. Ruangan produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi. Ruangan
produksi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian penyimpanan bahan baku
tepung, bagian mesin-mesin produksi, dan bagian pengemasan. Kegiatan
pengolahan mulai dari pengadukan bahan, penggilingan, dan pengemasan
dilakukan dalam satu ruangan yang sama. Setelah proses selesai, produk
ditimbang dan dikemas, kemudian siap untuk didistribusikan. Tata letak ruang
produksi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Layout Ruang Produksi Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin Tahun
2011
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Keterangan :
A : Bahan tambahan makanan
B : Tepung sagu
Penyimpanan tepung
Mesin
adonan
Mesin
sheeting
Meja besar
Meja
besar
A
B
Mesin
adonan
A
71
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, usaha produksi mi mentah dapat
dikatakan layak untuk dilakukan. Hal ini karena, lokasi usaha yang berada di
tengah kota Bogor sehingga mendukung kelancaran proses produksi karena dekat
dengan sumber bahan baku utama yaitu tepung terigu. Selain itu, lokasi yang
strategis ini juga mendukung kemudahan dalam melakukan proses distribusi
produk kepada para pemesan. Hal lain yang juga mendukung kelayakan usaha ini
dari segi aspek teknis yaitu ketersediaan fasilitas dan kemudahan dalam
transportasi. Sedangkan lokasi usaha yang jauh dari bahan baku tepung jagung
tidak terlalu berpengaruh signifikan karena pemenuhan bahan baku tepung jagung
ini dapat diperoleh dengan mengganti pemasok yang semula berasal dari Jawa
Timur menjadi pemasok yang lokasinya lebih dekat dengan lokasi usaha,
misalnya seperti pemasok tepung jagung yang berada di Jawa Tengah atau Jawa
Barat.
6.3. Aspek Manajemen
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan bentuk usaha perorangan.
Usaha ini merupakan sebuah usaha keluarga yang dijalankan secara tradisional.
Hal ini menyebabkan usaha dikelola secara non formal dan belum memiliki
struktur organisasi yang jelas. Pemilik usaha yaitu Bapak Sukimin memegang
kendali penuh atas semua keputusan yang berhubungan dengan usahanya.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin melibatkan dua personil dalam kegiatan
produksi dan pemasaran mi mentah. Kedua personil tersebut yaitu Bapak Sukimin
sendiri dan satu orang pegawai. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin tidak memiliki
pegawai keluarga. Pegawai non keluarga berasal dari Madura atau berasal dari
daerah yang sama dengan pemilik usaha. Pegawai non keluarga ini memperoleh
gaji setiap bulan dan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) saat menjelang
Hari Raya Idul Fitri.
Pegawai tambahan saat bulan Ramadhan diperlukan untuk produksi jasa
penggilingan pangsit. Pegawai tambahan ini berjumlah sekitar delapan orang dan
berasal dari warga sekitar tempat usaha. Pegawai tambahan ini memperoleh upah
di akhir bulan. Selain memberikan THR kepada pegawai tetap, Bapak Sukimin
72
juga memberikan THR kepada para pedagang keliling yang menggunakan
gerobak dari beliau. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan para
pedagang.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin ini tidak memiliki pembagian tugas
yang jelas. Semua pekerjaan dilakukan bersama-sama. Mulai dari proses produksi
hingga proses distribusi dilakukan oleh Bapak Sukimin dan satu pegawainya.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin belum menerapkan sistem pembukuan
dalam menjalankan usahanya. Pencatatan dilakukan hanya untuk pelanggan yang
mempunyai hutang. Sementara pencatatan lain tidak pernah dilakukan secara
terperinci. Pemilik usaha hanya melakukan perkiraan jumlah penjualan
berdasarkan penjualan yang biasa dilakukan setiap hari, sehingga pemilik usaha
tidak memiliki data yang pasti.
6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen
Berdasarkan hasil pembahasan, usaha ini dapat dikatakan kurang layak
untuk dilakukan dari segi aspek manajemen. Usaha pembuatan mi mentah ini
memang belum memiliki struktur organisasi formal tetapi telah memiliki
pembagian tugas yang jelas antara pemilik usaha dengan pegawai. Hal ini karena
usaha mi mentah ini masih tergolong usaha kecil-menengah yang dikelola secara
sederhana. Dari segi administrasi, usaha ini juga belum memiliki pencatatan yang
jelas dan terperinci atas setiap aktivitas usahanya.
6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan
Suatu usaha perlu memperhatikan keadaan lingkungan di sekitarnya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial ekonomi. Usaha yang baik adalah
suatu usaha yang senantiasa memperhatikan keseimbangan lingkungan dalam
setiap tahapan produksinya.
6.4.1. Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan
Usaha mi mentah Bapak Sukimin memberikan dampak sosial yang baik,
yaitu dengan membuka lapangan kerja baru bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat
dari adanya sistem peminjaman gerobak gratis hanya dengan syarat mengambil
73
pasokan mi mentah dari Bapak Sukimin. Terutama saat bulan Ramadhan, saat
pesanan jasa penggilingan pangsit mentah meningkat, perusahaan biasanya akan
merekrut delapan orang dari warga sekitar untuk membantu proses produksi
pangsit.
Usaha mi mentah ini dapat membuka kesempatan kerja bagi penduduk
sekitar maupun bagi penduduk pendatang. Usaha mi mentah ini telah membuka
lapangan kerja terutama untuk tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
Pegawai yang bekerja pada Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin ini tidak hanya
mendapatkan upah atas hasil kerjanya. Para pekerja juga mendapatkan ilmu dan
bimbingan langsung dari pemilik usaha dalam mempelajari pembuatan mi mentah
dan pangsit.
Dari segi keamanan lingkungan, usaha mi mentah Bapak Sukimin tidak
menghasikan limbah yang dapat merusak lingkungan. Hal yang sama juga berlaku
untuk usaha mi mentah jagung jika sudah berjalan nanti. Limbah yang dihasilkan
oleh usaha ini hanya berupa debu dan remah-remah mi mentah yang dapat
langsung dibuang ke tempat sampah. Usaha pembuatan mi mentah ini tidak
menghasilkan limbah berbahaya atau beracun, sehingga aman bagi kesehatan
lingkungan.
6.4.2. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan
Usaha mi mentah ini dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek sosial
dan lingkungan. Dari aspek lingkungan, walaupun usaha mi mentah ini belum
memiliki izin AMDAL yang menyatakan bahwa keseimbangan lingkungan di
daerah sekitar lokasi produksi dapat dijaga namun hal ini dapat diterima dengan
pertimbangan bahwa usaha mi mentah ini tidak menghasilkam limbah dalam
jumlah besar dan limbah yang dihasilkan pun tidak membahayakan masyarakat.
Limbah yang dihasilkan oleh usaha ini dapat dikelola oleh pemilik dengan
membuat penampungan sampah.
6.5. Aspek Hukum
Penelitian mengenai aspek hukum sangat penting dilakukan terhadap suatu
usaha. Sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan
74
dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah dipenuhi.
Hal ini dilakukan agar usaha tersebut memiliki kekuatan hukum yang dapat diakui
oleh pemerintah sehingga mempermudah posisi usaha jika terlibat masalah.
6.5.1. Badan Hukum
Usaha mi mentah Bapak Sukimin merupakan bentuk usaha perorangan
dimana Bapak Sukimin adalah pemiliknya. Modal awal diperoleh dari tabungan
pribadi. Kelebihan dari bentuk usaha perorangan yaitu seluruh keuntungan dapat
dinikmati sendiri. Namun kekurangan dari bentuk usaha perorangan yaitu semua
bentuk kerugian dan beban usaha sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemilik.
6.5.2. Perizinan
Usaha mi mentah Bapak Sukimin belum memiliki surat izin usaha dari
pihak manapun. Izin usaha yang perlu didapat oleh usaha mi mentah ini antara
lain izin usaha dari pemerintah setempat seperti izin usaha dari Kepala Desa
Kelurahan Tegal Lega, izin usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Bogor, dan izin usaha dari pihak-pihak lain yang terkait dengan usaha makanan.
6.5.3. Hasil Analisis Aspek Hukum
Berdasarkan hasil analisis aspek hukum, usaha mi mentah ini masih belum
layak untuk dijalankan. Hal ini karena usaha ini belum memiliki izin usaha dari
pihak manapun. Usaha mi mentah ini tidak memiliki kekuatan secara hukum
sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
75
VII ASPEK FINANSIAL
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu
usaha dari segi keuangan melalui keputusan pengalokasian sumber daya yang
terbatas ke dalam suatu peluang investasi yang ada, sehingga dapat memberikan
keuntungan yang maksimal. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah
satu usaha kecil menengah yang melakukan aktivitas ekonomi yang menggunakan
sumber daya modal dalam menjalankan usahanya, sehingga memerlukan
perhitungan yang tepat untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima.
Analisis kelayakan finansial ini ditujukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback
Periode (PBP).
7.5. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Terigu
Usaha pembuatan mi mentah yang berkembang di berbagai daerah
biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai input produksinya.
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah satu produsen mi mentah
yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utamanya. Skala produksi
untuk analisis usaha ini adalah 140 kilogram mi mentah terigu dalam satu periode
produksi. Selain memperoduksi mi mentah, usaha ini juga memproduksi pangsit
basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit.
7.5.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Terigu
Arus manfaat dari Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan nilai
penjualan total dari produk mi mentah, pangsit basah, pangsit kering, dan jasa
penggilingan pangsit. Selain penerimaan dari hasil penjualan produk dan jasa
tersebut, terdapat nilai sisa dari dari barang-barang investasi.
Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk
dengan harga jual. Karena usaha mi mentah terigu merupakan usaha yang sedang
berlangsung, maka sepanjang umur bisnis jumlah produksi sudah mencapai 100
76
persen. Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10
kilogram pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung
untuk jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-10, total
penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 545,400,000,00. Rincian
penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Terigu per Tahun
Tahun
ke- Produk
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Total
Pendapatan
(Rp)
1-10 Mi mentah 140 10,000 462,000,000
545,400,000
Pangsit basah 10 10,000 33,000,000
Pangsit kering 10 12,000 39,600,000
Jasa
penggilingan
pangsit
90 4,000 10,800,000
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang
modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun
bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan
digital, timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor. Rincian
penyusutan dan nilai sisa barang-barang investasi usaha mi mentah terigu dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000,00 per m2 dengan luas 125 m
2. Lahan
yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan
gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital,
timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang-
barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum
umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan
digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian ulang
untuk timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke-
7, dan ke-10.
Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.502.380. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai
77
awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 20 kg memiliki nilai sisa di akhir proyek
sebesar Rp 50.000. Timbangan 60 kg memiliki nilai sisa pada akhir proyek
sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp
11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek
sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian barang-barang investasi
yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Terigu
No. Uraian Umur Nilai Beli (Rp) Nilai Sisa
1 Lahan - 177.000.000 177.000.000
2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142
3 Timbangan 20 kg 3 75.000 50.000
4 Timbangan 60 kg 3 350.000 233.333
5 Motor 7 10.000.000 11.428.571
6 Tas motor 3 250.000 333.333
Total 189.502.380
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
7.5.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Terigu
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah terigu ini dibagi ke
dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi
merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek. Jika terdapat aset
yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya investasi yang
dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan biaya reinvestasi.
Rincian biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembuatan mi mentah terigu
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari
biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara
berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya
operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
78
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha mi mentah Bapak Sukimin yaitu
biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai, tunjangan hari raya
mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan (PBB), service motor, service mesin-mesin,
dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri atas biaya listrik, air,
upah tenaga kerja tambahan, tepung terigu, tepung sagu, garam, soda as, STPP,
potasium karbonat, tartrazine, bumbu pangsit, plastik kemasan, bahan bakar
transportasi, spidol marker dan tinta spidol. Rincian biaya operasional yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 11.
79
Tabel 11. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
No. Uraian Satuan Jumlah per
Tahun
Harga per Satuan
(Rp)
Nilai per
Tahun (Rp)
A. Biaya Tetap
1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000
2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000
3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000
4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000
5 PBB tahun 1 259.120 259.120
6 Service motor unit 2 150.000 300.000
7 Service mesin-
mesin unit 3 250.000 750.000
8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000
B. Biaya Variabel
9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000
10 Air bulan 12 170.000 2.040.000
11 Upah pegawai
tambahan orang 8 500.000 4.000.000
12 Tepung terigu 25 kg
(zak) 1,650 167.000 275.550.000
13 Sagu 50 kg
(zak) 72 250.000 18.000.000
14 Garam 3 lusin
(bal) 92 17.000 1.564.000
15 Soda As kg 112 10.000 1.120.000
16 STTP kg 22 50.000 1.100.000
17 Potasium
Karbonat kg 12 70.000 840.000
18 Tartrazin kg 6 80.000 480.000
19 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500
20 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000
21 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000
22 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000
23 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000
24 Tinta spidol
marker botol 2 10.000 20.000
25 Bensin
transportasi liter 1,340 4.500 6.030.000
Total biaya Operasioanal 355.693.620
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
80
Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah terigu yaitu
sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan
untuk memproduksi mi mentah terigu sebesar Rp 355.693.620 per tahun.
7.5.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Terigu
Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah ini dapat dilihat dari
beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha mi
mentah terigu ini menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 12. Rincian lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
Kriteria Hasil
NPV Rp 525.134.282
IRR 39,06 %
Net B/C 2,76
PBP 4 tahun 4 bulan
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan
mi mentah terigu akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu
Rp 525.134.282. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah terigu yang
dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp 525.134.282
selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha
ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 39,06 persen di mana IRR tersebut
lehih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 39,06 persen.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah terigu ini
layak untuk dilaksanakan.
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2,76. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,76. Nilai
Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi
mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period (PBP) yang diperoleh
adalah 4,79 tahun atau sama dengan 4 tahun 4 bulan. Nilai Payback Period ini
81
lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback
Period usaha ini layak untuk dijalankan.
7.5.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu
Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan.
Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan
normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR
mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari
sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung terigu dari sisi outflow. Variabel
tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah terigu
ini sangat bergantung kepada tepung terigu sebagai bahan baku utama yang
memiliki harga fluktuatif di pasar. Selain itu, jumlah produksi mi mentah sebagai
produk utama memiliki kemungkinan mengalami penurunan akibat penurunan
penjualan. Variabel tingkat harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai
pengganti. Hal ini karena, harga jual mi mentah tidak pernah mengalami
penurunan. Pemikiran ini berdasarkan fakta dan hasil wawancara di lokasi
penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan mi mentah terigu dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
Perubahan Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
Penurunan
penjualan mi
mentah terigu 16,54 24.676 1,00 7,47
Kenaikan harga
tepung terigu 27,73 25.243 1,00 7,47
Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan-
perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
82
cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
mi mentah terigu sebesar 16,54 persen atau kenaikan harga tepung terigu sebesar
27,73 persen usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk diusahakan
dengan memperoleh keuntungan normal.
Usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk dilaksanakan
apabila penurunan penjualan mi mentah tidak melebihi 16,54 persen. Selain itu,
jika kenaikan harga tepung terigu juga tidak melebihi 27,73 persen, usaha ini
masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha
pembuatan mi mentah terigu ini paling sensitif terhadap penuruna penjualan mi
mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung terigu menjadi variabel
yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.
7.5.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Terigu
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini
terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya
penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari
pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan.
Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak
penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar
25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
Laba rugi usaha pembuatan mi mentah terigu menunjukkan tingkat
keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1 sampai dengan tahun
ke-10, usaha pembuatan mi mentah terigu ini memperoleh keuntungan sebesar Rp
139.208.267. Rincian perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7.
7.6. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Usaha pembuatan mi mentah dapat menggunakan bahan baku campuran
tepung terigu dan tepung jagung sebagai input produksinya. Penggunaan tepung
terigu dan tepung jagung dilakukan dengan proporsi 70:30. Mi mentah yang
83
menggunakan tepung terigu dan tepung jagung sebagai bahan baku utamanya
disebut mi mentah jagung 30 persen. Pada dasarnya proses pembuatan mi mentah
terigu dan mi mentah jagung 30 persen adalah sama saja. Namun, terdapat
beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya.
7.6.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk
dengan harga jual. Pendapatan penjualan diperoleh dari produk mi mentah terigu,
pangsit mentah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1
dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara optimal. Nilai produksi pada
tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini
karena usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga
usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun
ke-10 jumlah produksi sudah mencapai 100 persen. Produksi optimal 100 persen
yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram pangsit basah, 10 kilogram
pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa penggilingan pangsit.
Sedangkan harga yang ditetapkan untuk mi mentah jagung 30 persen sama dengan
mi mentah terigu, yaitu Rp 10.000.
Penetapan harga dan kapasitas produksi pada mi mentah jagung 30 persen
adalah sama dengan mi mentah terigu. Hal ini menyebabkan jumlah penerimaan
mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah terigu adalah sama saat kapasitas
produksinya sudah 100 persen. Pada tahun ke-1, total penerimaan usaha mi
mentah jagung 30 persen adalah sebesar Rp 272.700.000. Pada tahun ke-2 total
penerimaan usaha mi mentah jagung 30 persen adalah sebesar Rp 381.780.000.
Pada tahun ke-3 hingga tahun ke-10, total penerimaan usaha mi mentah jagung 30
persen adalah sebesar Rp 545.400.000. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat
pada Tabel 14.
84
Tabel 14. Rincian Penerimaan Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 persen
Tahun
ke- Produk
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Total
Pendapatan
(Rp)
1 Mi mentah 70 10.000 231.000.000
272.700.000
Pangsit basah 5 10.000 16.500.000
Pangsit kering 5 12.000 19.800.000
Jasa
penggilingan
pangsit
45 4.000 5.400.000
2 Mi mentah 98 10.000 323.400.000
381.780.000
Pangsit basah 7 10.000 23.100.000
Pangsit kering 7 12.000 27.720.000
Jasa
penggilingan
pangsit
63 4.000 7.560.000
3-10 Mi mentah 140 10.000 462.000.000
545.400.000
Pangsit basah 10 10.000 33.000.000
Pangsit kering 10 12.000 39.600.000
Jasa
penggilingan
pangsit
90 4.000 10.800.000
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang
modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun
bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan
digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor.
Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000 per m2. Lahan memiliki luas 125 m
2.
Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat
pembuatan gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor.
Timbangan digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang-
barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum
umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan
digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian
pembelian ulang untuk timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke-
7, dan ke-10.
Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.452.380. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai
85
awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 60 kg memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar
Rp 11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian barang-barang
investasi yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Jagung 30
Persen
No. Uraian Umur Nilai Beli (Rp) Nilai Sisa
1 Lahan - 177.000.000 177.000.000
2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142
3 Timbangan 60 kg 3 350.000 233.333
4 Motor 7 10.000.000 11.428.571
5 Tas motor 3 200.000 333.333
Total 189.452.380
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
7.6.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek. Jika
terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya investasi
yang dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan biaya
reinvestasi.
Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari
biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara
berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya
operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan mi mentah jagung
30 persen ini yaitu biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai,
86
tunjangan hari raya mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan (PBB), service motor,
service mesin-mesin, dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri
atas biaya listrik, air, upah tenaga kerja tambahan saat bulan Ramadhan, tepung
terigu, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, tartrazine, guar
gum, bumbu pangsit, plastik kemasan, bahan bakar transportasi, spidol marker
dan tinta spidol. Rincian biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel dapat dilihat pada Tabel 16.
87
Tabel 16. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30
persen
No. Uraian Satuan Jumlah per
Tahun
Harga per Satuan
(Rp)
Nilai per
Tahun (Rp)
A. Biaya Tetap
1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000
2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000
3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000
4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000
5 PBB tahun 1 259.120 259.120
6 Service motor unit 2 150.000 300.000
7 Service mesin-
mesin unit 3 250.000 750.000
8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000
B. Biaya Variabel
9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000
10 Air bulan 12 170.000 2.040.000
11 Upah pegawai
tambahan orang 8 500.000 4.000.000
12 Tepung terigu 25 kg (zak)
1.155 167.000 275.550.000
13 Tepung jagung 25 kg
(zak) 495 125.000 61.875.000
14 Sagu 50 kg
(zak) 72 250.000 18.000.000
15 Garam 3 lusin
(bal) 92 17.000 1.564.000
16 Soda As kg 112 10.000 1.120.000
17 STTP kg 22 50.000 1.100.000
18 Potasium
Karbonat kg 12 70.000 840.000
19 Guar gum kg 207 18.000 3.726.000
20 Tartrazin kg 6 80.000 480.000
21 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500
22 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000
23 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000
24 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000
25 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000
26 Tinta spidol
marker botol 2 10.000 20.000
27 Bensin
transportasi liter 1.340 4.500 6.030.000
Total biaya Operasioanal 338.629.620
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
88
Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah jagung 30
persen yaitu sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang
dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah terigu sebesar Rp 315.820.500 per
tahun. Pada tahun ke-1, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 50 persen dari
kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 157.910.250. Pada tahun ke-2, biaya variabel
yang dibutuhkan sebesar 70 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp
221.074.350. Sedangkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-10, biaya variabel yang
dikeluarkan yaitu Rp 315.820.500. Maka, setelah kapasitas produksi mencapai
100 persen, total biaya operasional yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp
338.629.620.
7.6.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini
dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value
(NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Hasil
cashflow pada usaha mi mentah jagung 30 persen menunjukkan hasil yang tertera
pada Tabel 17. Rincian lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30
Persen
Kriteria Hasil
NPV Rp 508.680.026
IRR 32 %
Net B/C 2,40
PBP 3 tahun 7 bulan
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan
mi mentah jagung 30 persen akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari
nol, yaitu Rp 508.680.026. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah
jagung 30 persen yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar
Rp 508.680.026 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan
kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 32 persen di mana IRR tersebut
lebih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini
89
menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 32 persen.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah jagung
30 persen ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2,40. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,40. Nilai
Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi
mentah jagung 30 persen ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period (PBP)
yang diperoleh adalah 3,63 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan. Nilai
Payback Period ini lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan
kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.
7.6.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan.
Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan
normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR
mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari
sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung terigu dari sisi outflow. Variabel
tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah jagung
30 persen ini sangat bergantung kepada tepung terigu sebagai bahan baku utama.
Tepung terigu ini dinilai memiliki harga yang berfluktuatif di pasar. Tepung terigu
digunakan sebagai dasar perhitungan dalam analisis switching value ini karena
memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan tepung jagung. Selain itu,
jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan
mengalami penurunan produksi akibat penurunan penjualan. Variabel tingkat
harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga
jual mi mentah tidak pernah mengalami penurunan. Pemikiran ini berdasarkan
90
fakta dan hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value
usaha pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung
30 persen
Perubahan Persentase
(%)
NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
Penurunan
penjualan mi
mentah jagung 30
persen
17,91 12.315 1,00 7,47
Kenaikan harga
tepung terigu 42,89 12.528 1,00 7,47
Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan-
perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
mi mentah jagung 30 persen sebesar 17,91 persen atau kenaikan harga tepung
terigu sebesar 42,89 persen usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini
masih layak untuk diusahakan dengan memperoleh keuntungan normal.
Usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini masih layak untuk
dilaksanakan apabila penuruna penjualan mi mentah tidak melebihi 17,91 persen.
Selain itu, jika kenaikan harga tepung terigu juga tidak melebihi 42,89 persen,
usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini paling sensitif terhadap
penurunan penjualan mi mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung
terigu menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan
usaha.
7.6.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini
terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya
penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari
pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan.
91
Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak
penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar
25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
Laba rugi usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen menunjukkan
tingkat keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1, usaha
pembuatan mi mentah jagung 30 persen memperoleh keuntungan sebesar Rp
57.450.205. Pada tahun ke-2, usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini
memperoleh keuntungan sebesar Rp 91.887.130. Sedangkan pada tahun ke-3
sampai dengan tahun ke-10, usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini
memperoleh keuntungan sebesar Rp 143.542.517. Rincian perhitungan laba rugi
usaha mi mentah jagung 30 persen dapat dilihat pada Lampiran 12.
7.7. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Usaha pembuatan mi mentah yang berkembang di berbagai daerah
biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai input produksinya.
Namun mi mentah juga dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku utama
tepung jagung. Perbedaan dalam menggunakan bahan baku utama ini
menyebabkan perbedaan pada biaya investasi dan biaya variabel yang digunakan
dalam memproduksi mi mentah jagung 100 persen. Perbedaan-perbedaan ini
tentunya akan berpengaruh terhadap perhitungan manfaat dan biaya. Skala
produksi untuk analisis usaha mi mentah jagung 100 persen ini adalah 140
kilogram mi mentah dalam satu periode produksi.
7.7.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Arus manfaat dari Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan nilai
penjualan total dari produk mi mentah, pangsit basah, pangsit kering, dan jasa
penggilingan pangsit. Selain penerimaan dari hasil penjualan produk dan jasa
tersebut, terdapat nilai sisa dari dari barang-barang investasi.
Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk
dengan harga jual. Pendapatan penjualan diperoleh dari produk mi mentah jagung
92
100 persen, pangsit mentah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Pada
tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara optimal. Nilai
produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70
persen. Hal ini karena usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada
konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai
tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi sudah mencapai 100 persen.
Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram
pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa
penggilingan pangsit.
Pada tahun ke-1, total penerimaan usaha mi mentah jagung 100 persen
adalah sebesar Rp 272.700.000. Pada tahun ke-2 total penerimaan usaha mi
mentah terigu adalah sebesar Rp 381.780.000. Pada tahun ke-3 hingga tahun ke-
10, total penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 545.400.000.
Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
per Tahun
Tahun
ke- Produk
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Total
Pendapatan
(Rp)
1 Mi mentah 70 10.000 231.000.000
272.700.000
Pangsit basah 5 10.000 16.500.000
Pangsit kering 5 12.000 19.800.000
Jasa
penggilingan
pangsit
45 4.000 5.400,000
2 Mi mentah 98 10.000 323.400.000
381.780.000
Pangsit basah 7 10.000 23.100.000
Pangsit kering 7 12.000 27.720.000
Jasa
penggilingan
pangsit
63 4.000 7.560.000
3-10 Mi mentah 140 10.000 462.000.000
545.400.000
Pangsit basah 10 10.000 33.000.000
Pangsit kering 10 12.000 39.600.000
Jasa
penggilingan
pangsit
90 4.000 10.800.000
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
93
Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang
modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun
bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan
digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor.
Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000 per m2 dengan luas 125 m
2. Lahan
yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan
gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital,
timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang-barang reinvestasi
karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek
berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan digital dan
motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian pembelian ulang
untuk timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke-7, dan ke-10.
Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.452.380. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai
awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 60 Kg memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar
Rp 11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir
proyek sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian perhitungan nilai
sisa usaha mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 20. Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Jagung 100
Persen
No. Uraian Umur Nilai Beli (Rp) Nilai Sisa
1 Lahan - 177.000.000 177.000.000
2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142
3 Timbangan 60 Kg 3 350.000 233.333
4 Motor 7 10.000.000 11.428.571
5 Tas motor 3 200.000 333.333
Total 189.452.381
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
7.7.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen
ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
94
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek.
Jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya
investasi yang dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan
biaya reinvestasi. Rincian biaya investasi pada usaha pembuatan mi mentah
jagung 100 persen dapat dilihat pada Lampiran 14.
Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari
biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara
berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya
operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha mi mentah Bapak Sukimin yaitu
biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai, tunjangan hari raya
mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan (PBB), service motor, service mesin-mesin,
dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri atas biaya listrik, air,
upah tenaga kerja tambahan saat bulan Ramadhan, tepung terigu, tepung sagu,
garam, soda as, STPP, potasium karbonat, tartrazine, bumbu pangsit, plastik
kemasan, bahan bakar transportasi, spidol marker dan tinta spidol. Rincian biaya
operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada
Tabel 21.
95
Tabel 21. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 100
Persen
No. Uraian Satuan Jumlah per
Tahun
Harga per Satuan
(Rp)
Nilai per Tahun
(Rp)
A. Biaya Tetap
1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000
2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000
3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000
4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000
5 PBB tahun 1 259.120 259.120
6 Service motor unit 2 150.000 30.000
7 Service mesin-
mesin unit 3 250.000 750.000
8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000
B. Biaya Variabel
9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000
10 Air bulan 12 170.000 2.040.000
11 Upah pegawai tambahan
orang 8 500.000 4.000.000
12 Tepung jagung 25 kg (zak)
1.474 125.000 184.250.000
13 Tepung terigu 25 kg (zak)
176 167.000 29.392.000
14 Sagu 50 kg (zak)
72 250.000 18.000.000
15 Garam 3 lusin (bal)
92 17.000 1.564.000
16 Soda As kg 112 10.000 1.120.000
17 STTP kg 22 50.000 1.100.000
18 Potasium Karbonat kg 12 70.000 840.000
19 Guar gum kg 412 18.000 7.416.000
20 Tartrazin kg 6 80.000 480.000
21 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500
22 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000
23 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000
24 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000
25 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000
26 Tinta spidol marker
botol 2 10.000 20.000
27 Bensin transportasi liter 1,340 4.500 6.030.000
28 Kain saring lembar 6 15.000 90.000
Total biaya Operasioanal 355.693.620
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
96
Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah jagung 100
persen yaitu sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang
dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah jagung 100 persen sebesar Rp
278.482.500 per tahun. Pada tahun ke-1, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar
50 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 139.241.250. Pada tahun ke-2,
biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 70 persen dari kapasitas normal, yaitu
sebesar Rp 194.937.750.
7.7.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini
dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value
(NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Hasil
cashflow pada usaha mi mentah jagung 100 persen menunjukkan hasil yang
tertera pada Tabel 22. Rincian lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 22. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah jagung 100
persen
Kriteria Hasil
NPV Rp 1.011.003.777
IRR 38 %
Net B/C 3,96
PBP 3 tahun 11 bulan
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan
mi mentah jagung 100 persen akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari
nol, yaitu Rp 1.011.003.777. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah
jagung 100 persen yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini
sebesar Rp 1.011.003.777 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 38 persen di mana IRR tersebut
lehih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 38 persen.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah jagung
100 persen ini layak untuk dilaksanakan.
97
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 3,96. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,96. Nilai
Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi
mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period (PBP) yang diperoleh
adalah 3,93 tahun atau sama dengan 3 tahun 11 bulan. Nilai Payback Period ini
lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback
Period usaha ini layak untuk dijalankan.
7.7.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan.
Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan
normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR
mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari
sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung jagung dari sisi outflow. Variabel
tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah jagung
ini sangat bergantung kepada tepung jagung sebagai bahan baku utama memiliki
harga yang berfluktuatif di pasar karena belum banyak diproduksi. Selain itu,
jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan
mengalami penurunan akibat penurunan produksi. Variabel tingkat harga jual
tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga jual mi
mentah tidak pernah mengalami penurunan. Pemikiran ini berdasarkan fakta dan
hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value usaha
pembuatan mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Tabel 23.
98
Tabel 23. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung
100 Persen
Perubahan Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
Penurunan
penjualan mi
mentah 23,55 342.040.545 1,87 7,47
Kenaikan harga
tepung jagung 59,05 342.037.670 1,87 7,47
Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan-
perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
mi mentah jagung 100 persen sebesar 23,55 persen atau kenaikan harga tepung
jagung sebesar 59,05 persen usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini
masih layak untuk diusahakan dengan memperoleh keuntungan normal.
Usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini masih layak untuk
dilaksanakan apabila penuruna penjualan mi mentah tidak melebihi 23,55 persen.
Selain itu, jika kenaikan harga tepung jagung juga tidak melebihi 59,05 persen,
usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini paling sensitif terhadap
penuruna penjualan mi mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung
jagung menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan
usaha.
7.7.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini
terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya
penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari
pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan.
Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak
penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar
25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008
99
tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
Laba rugi usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen menunjukkan
tingkat keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1, usaha
pembuatan mi mentah jagung 100 persen memperoleh keuntungan sebesar Rp
70.349.455. Pada tahun ke-2, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini
memperoleh keuntungan sebesar Rp 110.387.080 Sedangkan pada tahun ke-3
sampai dengan tahun ke-10, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini
memperoleh keuntungan sebesar Rp 170.443.517. Rincian perhitungan laba rugi
dapat dilihat pada Lampiran 18.
7.8. Analisis Perbandingan Usaha Mi Mentah Terigu, Mi Mentah Jagung
30 Persen, dan Mi Mentah Jagung 100 Persen
Analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan hasil analisis
kelayakan finansial dari ketiga jenis usaha dengan bahan baku yang berbeda.
Berdasarkan hasi perhitungan analisis kelayakan finansial pada ketiga jenis usaha
tersebut dengan tingkat diskonto 7,47 persen dapat disimpulkan bahwa ketiga
usaha tersebut layak untuk diusahakan.
Tabel 24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah
Kriteria Mi Mentah Terigu Mi Mentah Jagung 30
Persen
Mi Mentah Jagung
100 Persen
NPV Rp 525.134.282 Rp 508.680.026 Rp 1.011.003.777
IRR 39,06 % 32 % 38 %
Net B/C 2,76 2,40 3,96
PBP 4 tahun 4 bulan 3 tahun 7 bulan 3 tahun 11 bulan
Hasil perbandingan yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
24 menunjukkan bahwa dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan mi mentah
jagung 100 persen merupakan usaha yang paling layak diusahakan. Hal ini dapat
dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha pembuatan mi mentah jagung
100 persen lebih besar dibandingkan usaha pembuatan mi mentah terigu dan mi
mentah jagung 30 persen. Hal ini berdasarkan nilai NPV usaha pembuatan mi
mentah jagung 100 persen yang diperoleh sebesar Rp 1.011.003.777 lebih besar
100
dibandingkan usaha pembuatan mi mentah terigu maupun mi mentah jagung 30
persen, sehingga usaha mi mentah jagung 100 persen memberikan manfaat bersih
yang lebih besar daipada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen.
Nilai Net B/C yang diperoleh juga paling tinggi dibandingkan usaha mi mentah
terigu dan mi mentah jagung 30 persen, yaitu sebesar 3,96.
Berdasarkan kriteria IRR, usaha mi mentah terigu memiliki nilai yang
paling besar dibandingkan usaha mi mentah jagung 30 persen dan usaha mi
mentah jagung 100 persen. Usaha mi mentah terigu memiliki nilai IRR sebesar
39,06 persen. Hal ini berarti usaha mi mentah terigu mampu memberikan hasil
yang paling besar dibandingkan tingkat discount factor yang digunakan.
Tingkat pengembalian investasi juga berbeda cukup besar pada tingkat
diskonto 7,47 persen. Nilai payback period usaha pembuatan mi mentah jagung
30 persen memiliki nilai paling kecil daripada usaha mi mentah terigu dan mi
mentah jagung 100 persen, yaitu selama 3 tahun 7 bulan. Hal ini berarti waktu
yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran investasi pada usaha mi mentah
jagung 30 persen adalah paling singkat dibandingkan umur proyek. Maka, usaha
mi jagung 30 persen lebih layak untuk diusahakan dari segi nilai payback period.
Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap ketiga usaha
menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah
penjualan merupakan variabel yang paling sensitif terhadap proyeksi penerimaan.
Sedangkan untuk perubahan yang terjadi karena kenaikan harga bahan baku
tepung menjadi variabel yang kurang berpengaruh terhadap proyeksi aliran kas.
Batas maksimal perubahan yang terjadi pada masing-masing usaha ditampilkan
pada Tabel 25.
Tabel 25. Perbandingan Nilai Switching Value pada Ketiga Jenis Usaha
Perubahan Mi Mentah Terigu
(persen)
Mi Mentah Jagung
30 Persen (persen)
Mi Mentah Jagung
100 Persen
(persen)
Penurunan
penjualan mi
mentah
16,54 17,91 23,55
Kenaikan harga
tepung 27,73 42,89 59,05
101
Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu
memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan yang disebabkan oleh
kedua variabel dibandingkan dengan usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi
jagung 100 persen. Jadi usaha mi mentah terigu lebih peka terhadap perubahan.
Perhitungan laba rugi dari ketiga jenis usaha menunjukkan bahwa usaha
pembuatan mi mentah jagung 100 persen menghasilkan keuntungan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30
persen. Pada tahun pertama, keuntungan yang dihasilkan pada usaha mi mentah
jagung 100 persen sebesar Rp 70.349.455. Keuntungan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan oleh usaha mi mentah terigu
dan mi mentah jagung 30 persen. Begitu pula dengan keuntungan pada tahun-
tahun berikutnya, keuntungan yang dihasilkan oleh usaha mi mentah jagung 100
persen lebih besar daripada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30
persen. Pada tahun kedua, usaha mi mentah jagung 100 persen menghasilkan
keuntungan Rp 110.387.080. Pada tahun ketiga dan selanjutnya, keuntungan yang
dihasilkan dari usaha mi mentah jagung 100 persen adalah sebesar Rp
170.443.517. Keuntungan dari kedua usaha ditampilkan pada Tabel 26.
Tabel 26. Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh dari Ketiga Jenis Usaha
Jenis Mi Mentah
Keuntungan (Rp)
Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3
sampai Ke-10
Mi Mentah
Terigu 139.208.267 139.208.267 139.208.267
Mi Mentah
Jagung 30 Persen 57.450.205 91.887.130 143.542.517
Mi Mentah
Jagung 100
Persen
70.349.455 110.387.080 170.443.517
102
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pembuatan mi
mentah baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Usaha pembuatan mi mentah jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, dan
aspek sosial dan lingkungan layak untuk diusahakan. Namun dari aspek
manajemen, usaha pembuatan mi mentah belum layak karena belum memiliki
pembukuan dan pencatatan yang jelas atas segala transaksi bisnis yang
dilakukan. Selain itu dari aspek hukum, usaha ini belum memiliki perizinan
dari pihak manapun sehingga dinilai belum layak karena tidak memiliki
kekuatan secara hukum.
2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pembuatan mi mentah
terigu layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp
525.134.282, IRR sebesar 39,06 persen, net B/C sebesar 2,76 dan payback
period selama 4 tahun 4 bulan. Sedangkan untuk usaha pembuatan mi mentah
jagung 30 persen juga layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
NPV sebesar Rp 508.680.026, IRR sebesar 32 persen, net B/C sebesar 2,40
dan payback period selama 3 tahun 7 bulan. Usaha pembuatan mi mentah
jagung 100 persen juga layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai NPV sebesar Rp 1.011.003.777, IRR sebesar 38 persen, net B/C sebesar
3,96 dan payback period selama 3 tahun 11 bulan.
3. Analisis switching value pada ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan
yang diakibatkan penurunan penjualan berpengaruh paling besar terhadap
kelayakan usaha dibandingkan dengan perubahan lainnya. Perubahan
penurunan penjualan pada ketiga usaha berkisar antara 16 – 24 persen.
Perubahan ini lebih kecil dibandingkan perubahan peningkatan harga bahan
baku tepung yang berkisar antara 27 – 60 persen.
4. Analisis perbandingan menunjukkan usaha pembuatan mi mentah jagung 100
persen lebih layak diusahakan jika dibandingkan dengan usaha mi mentah
terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Keuntungan yang diperoleh pada
103
usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen pun lebih tinggi dibandingkan
dengan usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen.
8.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Usaha pembuatan mi mentah sebaiknya mulai melakukan pembukuan usaha
yang meliputi data produksi, data pemesanan, data penjualan, dan data
pengeluaran usaha agar diketahui secara pasti angka penjualan, pemasukan
dan pengeluaran dari perusahaan. Pencatatan yang jelas akan memudahkan
pemilik usaha untuk mengontrol usahanya.
2. Usaha pembuatan mi mentah sebaiknya mendaftarkan usahanya pada lembaga
perizinan terkait agar memiliki kekuatan hukum yang jelas dan diakui
keberadaanya oleh pemerintah. Perusahaan dapat memperoleh perizinan
melalui pemerintah setempat dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Hal ini akan memudahkan perusahaan jika di kemudian hari timbul masalah.
3. Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
usaha pembuatan mi mentah jagung agar semakin banyak masyarakat yang
mengetahui usaha mi mentah jagung dan tertarik untuk mengusahakannya.
Pemerintah juga memberikan pembinaan usaha kepada pengusaha mi mentah
untuk memperbaiki manajemen usaha.
104
DAFTAR PUSTAKA
Budiyah. 2005. Pemanfaatan pati dan protein jagung (corn gluten meal) dalam
pembuatan mi jagung instan. [skripsi]. Departemen Teknologi Pertanian
dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Departemen Pertanian. 2008. Indikator Pertanian. Jakarta: Direktorat Tanaman
Pangan.
Fadlillah H. N. 2005. Verifikasi formulasi mi jagung instan dalam rangka
penggandaan skala. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Fardiaz D. 1983. Peningkatan Daya Guna Jagung sebagai Bahan Pembuat Tortila
dalam Rangka Penganekaragaman Makanan. Bogor: Direktorat Pembinaan
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Gittinger J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi kedua.
Jakarta: UI-Press.
Gracecia D. 2005. Profil mi basah yang diperdagangkan di Bogor dan Jakarta.
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Husnah S. 2010. Pembuatan tepung ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
Ayamurasaki) dan aplikasinya dalam pembuatan roti tawar. [skripsi]
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Juniawati. 2003. Optimasi proses pengolahan mi jagung instan berdsarkan kajian
preferensi konsumen. [skripsi]. Departemen Teknologi Pertanian dan Gizi,
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. Jakarta: Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Kotler dan Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12. Jakarta:
Erlangga.
Kusnandar F, et al. 2008. Modifikasi Sifat Fungsional Pati Jagung (Zea mays) dan
Aplikasinya untuk Perbaikan Kualitas Mi Jagung. Laporan Hasil
Penelitian. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Sekretariat
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kusnandar F., Muhandri T., Subarna, Palupi N. S., Syah D. 2009. Penelitian dan
Pengembangan Mi Jagung di Institut Pertanian Bogor (Untuk Mendukung
Program Diversifikasi Pangan). Bogor: Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dan Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
105
Lisnan V. 2008. Pengembangan beras artificial dari ubi kayu (Manihot esculenta
Crant.) dan ubi jalar (Ipomoea batatas) sebagai upaya diversifikasi
pangan. [skripsi]. Bogor:Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Manijo. 2005. Analisis kelayakan usaha pengolahan jagung pada proyek
agribisnis BPPT – Pemda Sumedang di Desa Marga Mekar, Kecamatan
Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. [skripsi].
Bogor: Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Muhandri T. 2006. Karakterisasi Reologis pada Pengolahan Mi Jagung dengan
Proses Ekstruksi Pencetak. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Napitupulu D. 2009. Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing
manis dan jambu biji merah. [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Pramuji I. 2007. Analisis kelayakan usaha agroindustri ubi jalar (Studi kasus pada
Agroindustri unit pengolahan tepung ubi jalar di Desa Giri Mulya,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [skripsi].
Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Purnamawati D. A. 2007. Analisis kelayakan investasi usaha tepung talas Safira
(Safira powder) pada PT. Bogor Agro Lestari. [skripsi]. Bogor: Program
Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Putra G. B. 2009. Analisis preferensi pedagang dan konsumen mi bakso terhadap
mi basah jagung dengan teknologi ekstruksi. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Putera T. D. 2006. Evaluasi kelayakan usaha pada restoran Mie Kondang Jakarta
Selatan. [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sigit. 2008. Optimalisasi formula dan proses pembuatan mi jagung dengan
metode kalendering. [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pertanian
dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Siregar G. S. 2009. Analisis respon penawaran komoditas jagung dalam rangka
mencapai swasembada jagung di Indonesia. [skripsi]. Bogor: Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
106
Soeharto I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiyono, Thahir R., Kusnandar F., Purwani E. Y., Herawati D. 2008.
Peningkatan Kualitas Mi Instan Sagu Melaui Modifikasi Sifat Fisko-Kimia
Pati Sagu dan Optimasi Formulasi serta Proses Produksi. Laporan
Penelitian. Bogor: LPPM Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Malang: Proyek Peningkatan Penelitian
Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional.
Wonojatun. 2010. Formulasi dan analisis nilai gizi produk mi berbasis sorgum
(Sorgum bicolor (L.) Moench.). [skripsi] Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
107
L A M P I R A N
108
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG
Pengrajin Mi
I. IDENTITAS RESPONDEN
No. Pertanyaan Jawaban
1 Nama …
2 Usia … tahun
3 Jenis Kelamin (1) Laki-laki
(2) Perempuan
4 Pendidikan terakhir (1) SD/Sederajat (2) SMP/Sederajat
(3) SMA/Sederajat
(4) Diploma I, II, III (5) Strata I
(6) Strata II
(7) Strata III
(8) …
5 Pengalaman usaha mi
mentah
(1) 1 tahun
(2) 2 tahun
(3) 3 tahun (4) 4 tahun
(5) 5 tahun
(6) > 6 tahun
6 Pelatihan/seminar tentang mi yang pernah diikuti
(1) Tidak pernah (2) Sanitasi dan kebersihan produksi
(3) Seminar UKM
(4) Pelatihan pembuatan mi jagung (5) …
7 Usaha mi mentah menjadi
pekerjaan utama
(1) Ya
(2) Tidak, maka pekerjaan utama : …
8 Alasan memilih melakukan usaha mi mentah
(1) Kemudahan produksi (2) Keuntungan yang lebih besar
(3) …
9 Usaha mi mentah (1) Utama
(2) Sampingan
109
II. INVESTASI
2.1. Modal Awal
No. Pertanyaan Jawaban
1 Modal awal Rp.
2 Sumber kepemilikan modal (1) Pribadi
(2) Pinjaman
(3) Kerjasama
(4) Lainnya, yaitu …
3 Sumber pinjaman (1) Bank
(2) Koperasi
(3) Lainnya, yaitu …
4 Bunga pinjaman … % per tahun
5 Luas lahan yang digunakan … m x … m
6 Status kepemilikan lahan (1) Milik sendiri
(2) Sewa
(3) Lainnya, yaitu …
7 Besarnya biaya sewa lahan Rp.
2.2. Bangunan untuk Produksi Mi
No. Ruang Umur
Produktif
(tahun)
Biaya
Pembuatan
(Rp)
Luas
(m2)
Kapasitas
(sak)
Biaya
Perbaikan
(Rp)
1 Proses produksi
mi
2.3. Peralatan
No. Peralatan Umur
Ekonomis Jumlah
Harga Satuan
(Rp) Nilai (Rp)
Mesin adonan
varimixer
Mesin sheeting
Mesin steaming
box
Mesin grinder
Meja handling
Timbangan
Drum
Bak besar
Baskom sedang
Toples sedang
Gentong besar
Sendok tepung
Gayung
110
Strap besi
Bangku kecil
Pisau
Ember
Pengaduk kayu
Tripleks kayu
Motor
Tas motor
Perizinan
Celemek
Sapu
Serokan
Tempat sampah
III. PENGELUARAN
3.1. Biaya Variabel
No. Variabel Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Tepung terigu
2 Tepung jagung
3 Garam
4 Air
5 Benzoat
6 Soda As
7 Guar gum
8 Sagu
9 Plastik
Total biaya variabel
3.2. Biaya Tetap
No. Variabel Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Upah tenaga kerja
3 Insentif tenaga kerja
(Co: THR)
4 Biaya transportasi
5 Listrik
6 Air
7 Telepon
Total biaya tetap
111
IV. PENERIMAAN
No. Variabel Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Mi mentah
2 Pangsit basah
3 Pangsit kering
4 Jasa penggilingan pangsit
Total penerimaan
112
Lampiran 2. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Mentah Terigu Bapak Sukimin
No. Uraian Umur
Nilai Beli
(Rp)
Penyusutan
per Tahun
Akumulasi
Penyusutan Nilai Sisa
1 Aset Investasi
Lahan - 177.000.000
177.000.000
Gedung 10 87.120.000 8.712.000 87.120.000
Mesin adonan
15 Kg 10 7.500.000 750.000 7.500.000
Mesin adonan
25 Kg 10 11.000.000 1.100.000 11.000.000
Mesin sheeting 10 20.000.000 2.000.000 20.000.000
Lumpang dan
alu 10 200.000 20.000 200.000
Bangku kecil
kayu 10 100.000 10.000 100.000
Tabung gas 10 120.000 12.000 120.000
Meja besar 10 700.000 70.000 700.000
2
Aset
Reinvestasi
Timbangan
Digital 7 800.000 114.285 342.857 457.142
Timbangan 20
kg 3 75.000 25.000 25.000 50.000
Timbangan 60
kg 3 350.000 116.666 116.666 233.333
Baskom sedang 2 30.000 15.000 30.000
Baskom besar 2 50.000 25.000 50.000
Ember 2 25.000 12.500 25.000
Toples besar 5 50.000 10.000 50.000
Gentong besar 5 100.000 20.000 100.000
Centong sagu 5 25.000 5.000 25.000
Pisau 5 25.000 5.000 25.000
Strap besi 5 10.000 2.000 10.000
Bangku kecil
plastik 2 20.000 10.000 20.000
Sapu 2 15.000 7.500 15.000
Serokan 2 15.000 7.500 15.000
Celemek 5 15.000 3.000 15.000
Gerobak 5 3.000.000 600.000 3.000.000
Kepala kompor
gas 2 125.000 62.500 125.000
Regulator 2 85.000 42.500 85.000
Selang 2 75.000 37.500 75.000
Dandang 5 300.000 60.000 300.000
Sendok 5 20.000 4.000 20.000
Garpu 5 20.000 4.000 20.000
Sumpit 5 10.000 2.000 10.000
113
Dandang kecil 5 40.000 8.000 40.000
Mangkok mi 5 45.000 9.000 45.000
Tempat sendok 5 7.500 1.500 7.500
Mangkok
sambal 5 5.000 1.000 5.000
Serokan mi 5 30.000 6.000 30.000
Sendok sayur 5 15.000 3.000 15.000
Motor 7 10.000.000 1.428.571 4.285.714 11.428.571
Tas motor 3 250.000 83.333 83.333 333.333
Total Nilai
Sisa
15.405.357
189.502.380
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Lampiran 3. Tabel Biaya Investasi Usaha Mi Mentah Terigu dan Mi Mentah
Jagung 30 Persen
No. Peralatan Umur Satuan Jumlah
Harga
satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Lahan - m2 125 1.416.000 177.000.000
2 Gedung 10 m2 90 968.000 87.120.000
3 Gerobak 5 Unit 35 3.000.000 105.000.000
4 Mesin Adonan 25 kg
10 Unit 1 11.000.000 11.000.000
5 Mesin
Adonan 15 kg 10 Unit 1 7.500.000 7.500.000
6 Mesin Sheeting
10 Unit 1 20.000.000 20.000.000
7 Meja besar 10 Unit 1 700.000 700.000
8 Timbangan Digital
7 Unit 1 800.000 800.000
9 Timbangan 20
kg 3 Unit 1 75.000 75.000
10 Timbangan 60 kg
3 Unit 1 350.000 350.000
11 Baskom
sedang 2 Unit 3 30.000 60.000
12 Baskom besar 2 Unit 1 50.000 40.000
13 Ember 2 Unit 3 25.000 36.000
14 Lumpang dan
alu 10 Unit 1 200.000 200.000
15 Toples besar 5 Unit 3 30.000 90.000
16 Gentong besar 5 Unit 1 100.000 75.000
17 Centong sagu 5 Unit 1 25.000 25.000
18 Pisau 5 Unit 7 25.000 175.000
19 Strap besi 5 Unit 1 10.000 10.000
20 Bangku kecil
kayu 10 Unit 2 100.000 200.000
21 Bangku kecil 2 Unit 2 20.000 30.000
114
plastik
22 Sapu 2 Unit 1 15.000 12.000
23 Serokan 2 Unit 1 15.000 15.000
24 Celemek 5 Unit 5 15.000 75.000
25 Tabung gas 10 Unit 35 120.000 4.200.000
26 Kepala
kompor gas 2 Unit 35 125.000 4.375.000
27 Regulator 2 Unit 35 85.000 2.975.000
28 Selang 2 Unit 35 75.000 2.625.000
29 Dandang 5 Unit 35 300.000 10.500.000
30 Sendok 5 Lusin 35 20.000 700.000
31 Garpu 5 Lusin 35 20.000 700.000
32 Sumpit 5 10
pasang 35 10.000 350.000
33 Dandang kecil 5 Unit 35 40.000 1.400.000
34 Mangkok mi 5 Lusin 35 45.000 1.575.000
35 Tempat
sendok 5 Unit 35 7.500 262.500
36 Mangkok
sambal 5 Unit 35 5.000 175.000
37 Serokan mi 5 Unit 35 30.000 1.050.000
38 Sendok sayur 5 Unit 35 15.000 525.000
39 Motor 7 Unit 2 10.000.000 20.000.000
40 Tas motor 3 Unit 2 250.000 500.000
Total Biaya Investasi 463.377.500
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
115
Lampiran 4. Cashflow Usaha Mi Mentah Terigu
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Mi mentah 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000
Pangsit basah 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
Pangsit 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
Jasa penggilingan pangsit 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Total nilai penjualan 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,502,380.95
Total Manfaat (Inflow) 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,902,381
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Lahan 177,000,000
Gedung 87,120,000
Gerobak 105,000,000
105,000,000
Mesin Adonan 25 Kg 11,000,000
Mesin Adonan 15 Kg 7,500,000
Mesin Sheeting 20,000,000
Meja besar 1,400,000
Timbangan Digital 800,000
800,000
Timbangan 20 Kg 75,000
75,000
75,000
75,000
Timbangan 60 Kg 350,000
350,000
350,000
350,000
Baskom sedang 90,000
90,000
90,000
90,000
90,000
Baskom besar 50,000
50,000
50,000
50,000
50,000
Ember 75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
Lumpang dan alu 200,000
Toples besar 150,000
150,000
Gentong besar 100,000
100,000
Centong sagu 25,000
25,000
Pisau 175,000
175,000
Strap besi 10,000
10,000
116
Bangku kecil kayu 200,000
Bangku kecil plastik 40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
Sapu 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Serokan 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Celemek 75,000
75,000
Tabung gas 4,200,000
Kepala kompor gas 4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
Regulator 2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
Selang 2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
Dandang 10,500,000
10,500,000
Sendok 700,000
700,000
Garpu 700,000
700,000
Sumpit 350,000
350,000
Dandang kecil 1,400,000
1,400,000
Mangkok mi 1,575,000
1,575,000
Tempat sendok 262,500
262,500
Mangkok sambal 175,000
175,000
Serokan mi 1,050,000
1,050,000
Sendok sayur 525,000
525,000
Motor 20,000,000
20,000,000
Tas motor 500,000
500,000
500,000
500,000
Total Biaya Investasi 463,377,500 - 10,260,000 925,000 27,497,500 105,535,000 11,185,000 20,800,000 10,260,000 925,000
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Gaji pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR mitra usaha 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
b. Biaya Variabel
117
Listrik 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000
Air 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000
Upah pegawai tambahan 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Tepung terigu 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000
Sagu 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Garam 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
Soda As 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
STTP 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Potasium Karbonat 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Tartrazin 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Bumbu pangsit 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 20x35 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 28x50 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Plastik 40x60 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
Spidol Marker 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
Tinta spidol marker 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Bensin transportasi 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000
Total biaya variabel 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500
Total biaya Operasional 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620
Total biaya (Outflow) 819,071,120 355,693,620 365,953,620 356,618,620 383,191,120 461,228,620 366,878,620 376,493,620 365,953,620 356,618,620
Manfaat Bersih sebelum Pajak (273,671,120) 189,706,380 179,446,380 188,781,380 162,208,880 84,171,380 178,521,380 168,906,380 179,446,380 378,283,761
Pajak 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71
Manfaat Bersih setelah Pajak (320,073,876) 143,303,624 133,043,624 142,378,624 115,806,124 37,768,624 132,118,624 122,503,624 133,043,624 331,881,005
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (297,826,254.50) 124,074,540.79 107,184,582.46 106,732,282.44 80,778,406.71 24,513,632.60 79,790,888.43 68,841,598.57 69,567,889.34 161,476,715.87
Jumlah PV positif (+) 822,960,537.21
Jumlah PV negatif (-) (297,826,254.50)
NET B/C 2.76
NPV 525,134,282.71
IRR 39.06%
PBP 4.39 4 Tahun 4 bulan
118
Lampiran 5. Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu - Peningkatan Harga Tepung Terigu sebesar 27,725 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Total nilai penjualan 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,502,380.95
Total Manfaat (Inflow) 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,902,381
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Total Biaya Investasi 463,377,500 - 10,260,000 925,000 27,497,500 105,535,000 11,185,000 20,800,000 10,260,000 925,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Total biaya variabel 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645 402,846,645
Total biaya Operasional 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858 432,089,858
Total biaya (Outflow) 895,467,358 432,089,858 442,349,858 433,014,858 459,587,358 537,624,858 443,274,858 452,889,858 442,349,858 433,014,858
Manfaat Bersih sebelum Pajak (350,067,358) 113,310,143 103,050,143 112,385,143 85,812,643 7,775,143 102,125,143 92,510,143 103,050,143 301,887,523
Pajak 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71
Manfaat Bersih setelah Pajak (396,470,113) 66,907,387 56,647,387 65,982,387 39,409,887 (38,627,613) 55,722,387 46,107,387 56,647,387 255,484,768
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (368,912,359.93) 57,929,472.00 45,637,109.88 49,462,837.40 27,489,633.07 (25,071,157.25) 33,652,626.73 25,910,304.54 29,620,653.80 124,306,123.57
Jumlah PV positif (+) 368,937,603.74
Jumlah PV negatif (-) (368,912,359.93)
NET B/C 1.0001
NPV 25,243.81
IRR 7.47%
119
Lampiran 6. Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu - Penurunan Penjualan sebesar 16,536 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Total nilai penjualan 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,502,380.95
Total Manfaat (Inflow) 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 469,003,680 658,506,061
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Total Biaya Investasi 463,377,500 - 10,260,000 925,000 27,497,500 105,535,000 11,185,000 20,800,000 10,260,000 925,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Total biaya variabel 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500 332,884,500
Total biaya Operasional 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620 355,693,620
Total biaya (Outflow) 819,071,120 355,693,620 365,953,620 356,618,620 383,191,120 461,228,620 366,878,620 376,493,620 365,953,620 356,618,620
Manfaat Bersih sebelum Pajak (350,067,440) 113,310,060 103,050,060 112,385,060 85,812,560 7,775,060 102,125,060 92,510,060 103,050,060 301,887,441
Pajak 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71 46,402,755.71
Manfaat Bersih setelah Pajak (396,470,196) 66,907,304 56,647,304 65,982,304 39,409,804 (38,627,696) 55,722,304 46,107,304 56,647,304 255,484,685
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (368,912,436.69) 57,929,400.57 45,637,043.41 49,462,775.56 27,489,575.52 (25,071,210.79) 33,652,576.90 25,910,258.18 29,620,610.66 124,306,083.43
Jumlah PV positif (+) 368,937,113.44
Jumlah PV negatif (-) (368,912,436.69)
NET B/C 1.0001
NPV 24,676.75
IRR 7.47%
120
Lampiran 7. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
Komponen Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
1. Pendapatan Mi mentah 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000
2. Pendapatan Pangsit basah 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
3. Pendapatan Pangsit 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
4. Pendapatan Jasa penggilingan pangsit 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
TOTAL PENERIMAAN 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
BIAYA VARIABEL
Tepung terigu 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Sagu 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000 275,550,000
Garam 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Soda As 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
STTP 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
Potasium Karbonat 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Tartrazin 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Bumbu pangsit 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Plastik 20x35 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 28x50 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 40x60 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Spidol Marker 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
Tinta spidol marker 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
Bensin transportasi 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
TOTAL BIAYA VARIABEL 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500 321,574,500
LABA KOTOR 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500 223,825,500
BIAYA TETAP
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Gaji pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
121
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR mitra usaha 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
TOTAL BIAYA TETAP 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Biaya Penyusutan 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357 15,405,357
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023 185,611,023
PAJAK 25% 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756 46,402,756
LABA BERSIH 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267 139,208,267
122
Lampiran 8. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Jagung 30 Persen Bapak Sukimin
No. Uraian Umur
Nilai Beli
(Rp)
Penyusutan
per Tahun
Akumulasi
Penyusutan Nilai Sisa
1 Aset Investasi
Lahan - 177.000.000 - - 177.000.000
Gedung 10 87.120.000 8.712.000 87.120.000
Mesin dough
mixer 15 Kg 10 7.500.000 750.000 7.500.000
Mesin dough
mixer 25 Kg 10 11.000.000 1.100.000 11.000.000
Mesin sheeting 10 20.000.000 2.000.000 20.000.000
Lumpang dan alu 10 200.000 20.000 200.000
Bangku kecil
kayu 10 100.000 10.000 100.000
Tabung gas 10 120.000 12.000 120.000
Meja besar 10 700.000 70.000 700.000
2 Aset Reinvestasi
.
Gerobak 5 3000.000 600.000 3.000.000
Timbangan Digital 7 800.000 114.285 342.857 457.142
Timbangan 60 Kg 3 350.000 116.666 116.666 233.333
Baskom sedang 2 30.000 15.000 30.000
Baskom besar 2 50.000 25.000 50.000
Ember 2 25.000 12.500 25.000
Toples besar 5 50.000 10.000 50.000
Gentong besar 5 100.000 20.000 100.000
Centong sagu 5 25.000 5.000 25.000
Pisau 5 25.000 5.000 25.000
Strap besi 5 10.000 2.000 10.000
Bangku kecil
plastik 2 20.000 10.000 20.000
Sapu 2 15.000 7.500 15.000
Serokan 2 15.000 7.500 15.000
Celemek 5 15.000 3.000 15.000
Kepala kompor gas 2 125.000 62.500 125.000
Regulator 2 85.000 42.500 85.000
Selang 2 75.000 37.500 75.000
Dandang 5 300.000 60.000 300.000
Sendok 5 20.000 4.000 20.000
Garpu 5 20.000 4.000 20.000
Sumpit 5 10.000 2.000 10.000
Dandang kecil 5 40.000 8.000 40.000
123
Mangkok mi 5 45.000 9.000 45.000
Tempat sendok 5 7.500 1.500 7.500
Mangkok sambal 5 5.000 1.000 5.000
Serokan mi 5 30.000 6.000 30.000
Sendok sayur 5 15.000 3.000 15.000
Motor 7 10.000.000 1.428.571 4.285.714 11.428.571
Tas motor 3 250.000 83.333 83.333 333.333
Total Nilai Sisa
15.380.357
189.452.380
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
124
Lampiran 9. Cashflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Mi mentah 231,000,000 323,400,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000
Pangsit basah 16,500,000 23,100,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
Pangsit 19,800,000 27,720,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
Jasa penggilingan
pangsit 5,400,000 7,560,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Total nilai penjualan 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,852,381
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Lahan 177,000,000
Gedung 87,120,000
Gerobak 105,000,000
105,000,000
Mesin dough mixer 25 Kg 11,000,000
Mesin dough mixer 15 Kg 7,500,000
Mesin sheeting 20,000,000
Meja besar 1,400,000
Timbangan Digital 800,000
800,000
Timbangan 60 Kg 350,000
350,000
350,000
350,000
Baskom sedang 90,000
90,000
90,000
90,000
90,000
Baskom besar 50,000
50,000
50,000
50,000
50,000
Ember 75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
Lumpang dan alu 200,000
125
Toples besar 150,000
150,000
Gentong besar 100,000
100,000
Centong sagu 25,000
25,000
Pisau 175,000
175,000
Strap besi 10,000
10,000
Bangku kecil kayu 200,000
Bangku kecil plastik 40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
Sapu 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Serokan 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Celemek 75,000
75,000
Tabung gas 4,200,000
Kepala kompor gas 4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
Regulator 2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
Selang 2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
Dandang 10,500,000
10,500,000
Sendok 700,000
700,000
Garpu 700,000
700,000
Sumpit 350,000
350,000
Dandang kecil 1,400,000
1,400,000
Mangkok mi 1,575,000
1,575,000
Tempat sendok 262,500
262,500
Mangkok sambal 175,000
175,000
Serokan mi 1,050,000
1,050,000
Sendok sayur 525,000
525,000
Motor 20,000,000
20,000,000
Tas motor 500,000
500,000
500,000
500,000
Total Biaya Investasi 463,302,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 11,110,000 20,800,000 10,260,000 850,000
2. Biaya Operasional
126
a. Biaya Tetap
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Upah pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR pelanggan tetap 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
b. Biaya Variabel
Listrik 1,620,000 2,268,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000
Air 1,020,000 1,428,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000
Upah pegawai
tambahan 2,000,000 2,800,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Tepung terigu 96,442,500 135,019,500 192,885,000 192,885,000 192,885,000 192,885,000 192,885,000 192,885,000 192,885,000 192,885,000
Tepung jagung 30,937,500 43,312,500 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000
Sagu 9,000,000 12,600,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Garam 782,000 1,094,800 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
Soda As 560,000 784,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
STTP 550,000 770,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Potasium Karbonat 420,000 588,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Guargum 1,863,000 2,608,200 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000
Tartrazin 240,000 336,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Bumbu pangsit 8,793,750 12,311,250 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 20x35 192,500 269,500 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 28x50 248,000 347,200 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Plastik 40x60 200,000 280,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
Spidol Marker 16,000 22,400 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
127
Tinta spidol marker 10,000 14,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Bensin transportasi 3,015,000 4,221,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000
Total biaya variabel
157,910,250
221,074,350
315,820,500
315,820,500
315,820,500
315,820,500
315,820,500
315,820,500
315,820,500
315,820,500
Total biaya Operasional
180,719,370
243,883,470
338,629,620
338,629,620
338,629,620
338,629,620
338,629,620
338,629,620
338,629,620
338,629,620
Total Biaya (Outflow)
644,021,870
243,883,470
348,889,620
339,479,620
348,889,620
461,402,120
349,739,620
359,429,620
348,889,620
339,479,620
Manfaat Bersih sebelum
pajak
(371,321,870)
137,896,530
196,510,380
205,920,380
196,510,380
83,997,880
195,660,380
185,970,380
196,510,380
395,372,761
Pajak 19,150,068.21 30,629,043.21
47,847,505.7
1
47,847,505.7
1
47,847,505.7
1 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71
Manfaat Bersih setelah
Pajak
(390,471,938)
107,267,487
148,662,874
158,072,874
148,662,874
36,150,374
147,812,874
138,122,874
148,662,874
347,525,255
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (363,331,104.
69) 92,873,883.90
119,767,994.
85
118,497,272.
67
103,697,021.
17 23,463,311.42 89,269,174.76 77,618,923.69 77,735,122.16 169,088,426.30
Jumlah PV positif (+) 872,011,130.9
3
Jumlah PV negatif (-) (363,331,104.
69)
NET B/C 2.40
NPV
508,680,026.2
4
IRR 32%
PBP 3.63 3 tahun 7 bulan
128
Lampiran 10. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen - Peningkatan Harga Tepung Terigu sebesar 42,891 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Total nilai penjualan 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,852,381
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Total Biaya Investasi 463,302,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 11,110,000 20,800,000 10,260,000 850,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
b. Biaya Variabel
Total biaya variabel 199,275,403 278,985,564 398,550,805 398,550,805 398,550,805 398,550,805 398,550,805 398,550,805 398,550,805 398,550,805
Total biaya Operasional 222,084,523 301,794,684 421,359,925 421,359,925 421,359,925 421,359,925 421,359,925 421,359,925 421,359,925 421,359,925
Total Biaya (Outflow) 685,387,023 301,794,684 431,619,925 422,209,925 431,619,925 544,132,425 432,469,925 442,159,925 431,619,925 422,209,925
Manfaat Bersih sebelum pajak (412,687,023) 79,985,316 113,780,075 123,190,075 113,780,075 1,267,575 112,930,075 103,240,075 113,780,075 312,642,456
Pajak 19,150,068.21 30,629,043.21 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71
Manfaat Bersih setelah Pajak (431,837,091) 49,356,273 65,932,569 75,342,569 65,932,569 (46,579,931) 65,082,569 55,392,569 65,932,569 264,794,950
DF (6.58%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value 401,821,057.87) 42,733,440.57 53,117,576.36 56,479,576.12 45,990,036.38 (30,232,589.57) 39,305,556.08 31,128,164.71 34,475,832.15 128,835,993.05
Jumlah PV positif (+) 401,833,585.86
Jumlah PV negatif (-) (401,821,057.87)
NET B/C 1.0000
NPV 12,528.00
IRR 7.47%
129
Lampiran 11. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen - Penurunan Penjualan sebesar 17,907 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Total nilai penjualan 231,334,830 323,868,762 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 231,334,830 323,868,762 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 462,669,660 652,122,041
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Total Biaya Investasi 463,302,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 11,110,000 20,800,000 10,260,000 850,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Total biaya variabel 157,910,250 221,074,350 315,820,500 315,820,500 315,820,500 315,820,500 315,820,500 315,820,500 315,820,500 315,820,500
Total biaya Operasional 180,719,370 243,883,470 338,629,620 338,629,620 338,629,620 338,629,620 338,629,620 338,629,620 338,629,620 338,629,620
Total Biaya (Outflow) 644,021,870 243,883,470 348,889,620 339,479,620 348,889,620 461,402,120 349,739,620 359,429,620 348,889,620 339,479,620
Manfaat Bersih sebelum pajak (412,687,040) 79,985,292 113,780,040 123,190,040 113,780,040 1,267,540 112,930,040 103,240,040 113,780,040 312,642,421
Pajak 19,150,068.21 30,629,043.21 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71 47,847,505.71
Manfaat Bersih setelah Pajak (431,837,108) 49,356,249 65,932,534 75,342,534 65,932,534 (46,579,966) 65,082,534 55,392,534 65,932,534 264,794,915
DF (6.58%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (401,821,073.99) 42,733,419.57 53,117,548.44 56,479,550.14 45,990,012.21 (30,232,612.06) 39,305,535.16 31,128,145.24 34,475,814.03 128,835,976.20
Jumlah PV positif (+) 401,833,388.94
Jumlah PV negatif (-) (401,821,073.99)
NET B/C 1.0000
NPV 12,314.95
IRR 7.47%
130
Lampiran 12. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen
Komponen Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
1. Pendapatan Mi mentah 231,000,00
0 323,400,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0 462,000,00
0
2. Pendapatan Pangsit basah 16,500,000 23,100,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
3. Pendapatan Pangsit 19,800,000 27,720,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
4. Pendapatan Jasa penggilingan pangsit
5,400,000 7,560,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
TOTAL PENERIMAAN
272,700,00
0
381,780,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
545,400,00
0
BIAYA VARIABEL
Listrik 1,620,000 2,268,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000
Air 1,020,000 1,428,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000
Upah pegawai tambahan 2,000,000 2,800,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Tepung terigu 96,442,500
135,019,500
192,885,000
192,885,000
192,885,000
192,885,000
192,885,000
192,885,000
192,885,000
192,885,000
Tepung jagung 30,937,500 43,312,500 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000 61,875,000
Sagu 9,000,000 12,600,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Garam 782,000 1,094,800 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
Soda As 560,000 784,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
STTP 550,000 770,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Potasium Karbonat 420,000 588,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Guargum 1,863,000 2,608,200 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000
Tartrazin 240,000 336,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Bumbu pangsit 8,793,750 12,311,250 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 20x35 192,500 269,500 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 28x50 248,000 347,200 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Plastik 40x60 200,000 280,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
131
Spidol Marker 16,000 22,400 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
Tinta spidol marker 10,000 14,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Bensin transportasi 3,015,000 4,221,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000
TOTAL BIAYA VARIABEL
157,910,25
0
221,074,35
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
315,820,50
0
LABA KOTOR
114,789,75
0
160,705,65
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
229,579,50
0
BIAYA TETAP
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Upah pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR pelanggan tetap 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
TOTAL BIAYA TETAP 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Biaya Penyusutan 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357 15,380,357
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK 76,600,273
122,516,17
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
191,390,02
3
PAJAK 25% 19,150,068 30,629,043 47,847,506 47,847,506 47,847,506 47,847,506 47,847,506 47,847,506 47,847,506 47,847,506
LABA BERSIH 57,450,205 91,887,130
143,542,517
143,542,517
143,542,517
143,542,517
143,542,517
143,542,517
143,542,517
143,542,517
132
Lampiran 13. Penyusutan dan Nilai Sisa Usaha Mi Jagung 100 Persen
No Uraian Umur Nilai Beli
(Rp)
Penyusutan
per Tahun
Akumulasi
Penyusutan Nilai Sisa
1 Aset Investasi
Lahan - 177,000,000 - - 177,000,000
Gedung 10 87,120,000 8,712,000 87,120,000
Mesin dough
mixer 15 Kg 10 7,500,000 750,000 7,500,000
Mesin dough
mixer 25 Kg 10
11,000,000
1,100,000
11,000,000
Mesin
sheeting 10 20,000,000 2,000,000 20,000,000
Mesin grinder 10 7,700,000 770,000 7,700,000
Mesin steam 10 7,000,000 700,000 7,000,000
Lumpang dan
alu 10 200,000 20,000 200,000
Bangku kecil
kayu 10 100,000 10,000
100,000
Tabung gas 10 120,000 12,000 120,000
Meja besar 10 700,000 70,000 700,000
2
Aset
Reinvestasi
Gerobak 5 3,000,000 600,000 3,000,000
Timbangan
Digital 7 800,000 114,285 342,857 457,142
Timbangan 60
Kg 3 350,000 116,666 116,666.67 233,333
Baskom sedang 2 30,000 15,000 30,000.00
Baskom besar 2 50,000 25,000 50,000.00
Ember 2 25,000 12,500 25,000.00
Toples besar 5 50,000 10,000 50,000.00
Gentong besar 5 100,000 20,000 100,000.00
Centong sagu 5 25,000 5,000 25,000.00
Pisau 5 25,000 5,000 25,000.00
Strap besi 5 10,000 2,000 10,000.00
Bangku kecil
plastik 2 20,000 10,000 20,000.00
Sapu 2 15,000 7,500 15,000.00
Serokan 2 15,000 7,500 15,000.00
Celemek 5 15,000 3,000 15,000.00
Kepala kompor
gas 2 125,000 62,500 125,000.00
Regulator 2 85,000 42,500 85,000.00
Selang 2 75,000 37,500 75,000.00
Dandang 5 300,000 60,000 300,000.00
Sendok 5 20,000 4,000 20,000.00
Garpu 5 20,000 4,000 20,000.00
133
Sumpit 5 10,000 2,000 10,000.00
Dandang kecil 5 40,000 8,000 40,000.00
Mangkok mi 5 45,000 9,000 45,000.00
Tempat sendok 5 7,500 1,500 7,500.00
Mangkok
sambal 5 5,000 1,000 5,000.00
Serokan mi 5 30,000 6,000 30,000.00
Sendok sayur 5 15,000 3,000 15,000.00
Motor 7 10,000,000 1,428,571 4,285,714 11,428,571
Tas motor 3 250,000 83,333 83,333 333,333
Total Nilai Sisa 16,850,357
189,452,380
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
Lampiran 14. Biaya Investasi Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
No Peralatan
Umur
(tahun) Satuan Jumlah
Harga satuan
(Rp) Nilai (Rp)
1 Lahan
- m2 1
177,000,000
177,000,00
0
2 Gedung 10 m2 1 87,120,000 87,120,000
3 Gerobak
5 Unit 35 3,000,000
105,000,00
0
4 Mesin adonan
25 Kg 10 Unit 1
11,000,000 11,000,000
5 Mesin adonan
15 Kg 10 Unit 1
7,500,000 7,500,000
6 Mesin steam 10 Unit 1 7,000,000 7,000,000
7 Mesin sheeting 10 Unit 1 20,000,000 20,000,000
8 Mesin grinder 10 Unit 1 7,700,000 7,700,000
9 Meja besar 10 Unit 2 700,000 1,400,000
10 Timbangan
Digital 7 Unit 1
800,000 800,000
11 Timbangan 60
Kg 3 Unit 1
350,000 350,000
12 Baskom sedang 2 Unit 3 30,000 90,000
13 Baskom besar 2 Unit 1 50,000 50,000
14 Ember 2 Unit 3 25,000 75,000
15 Lumpang dan
alu 10 Unit 1
200,000 200,000
16 Toples besar 5 Unit 3 50,000 150,000
17 Gentong besar 5 Unit 1 100,000 100,000
18 Centong sagu 5 Unit 1 25,000 25,000
19 Pisau 5 Unit 7 25,000 175,000
20 Strap besi 5 Unit 1 10,000 10,000
21 Bangku kecil 10 Unit 2 100,000 200,000
134
kayu
22 Bangku kecil
plastik 2 Unit 2
20,000 40,000
23 Sapu 2 Unit 1 15,000 15,000
24 Serokan 2 Unit 1 15,000 15,000
25 Celemek 5 Unit 5 15,000 75,000
26 Tabung gas 10 Unit 35 120,000 4,200,000
27 Kepala kompor
gas 2 Unit 35
125,000 4,375,000
28 Regulator 2 Unit 35 85,000 2,975,000
29 Selang 2 Unit 35 75,000 2,625,000
30 Dandang 5 Unit 35 300,000 10,500,000
31 Sendok 5 Unit 35 20,000 700,000
32 Garpu 5 Unit 35 20,000 700,000
33 Sumpit 5 Unit 35 10,000 350,000
34 Dandang kecil 5 Unit 35 40,000 1,400,000
35 Mangkok mi 5 Unit 35 45,000 1,575,000
36 Tempat sendok 5 Unit 35 7,500 262,500
37 Mangkok
sambal 5 Unit 35
5,000 175,000
38 Serokan mi 5 Unit 35 30,000 1,050,000
39 Sendok sayur 5 Unit 35 15,000 525,000
40 Motor 7 Unit 2 10,000,000 20,000,000
41 Tas motor 3 Unit 2 250,000 500,000
Total Biaya Investasi 478,002,50
0
Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin (2011)
135
Lampiran 15. Cashflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Mi mentah jagung 231,000,000 323,400,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000
Pangsit basah 16,500,000 23,100,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
Pangsit 19,800,000 27,720,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
Jasa penggilingan pangsit 5,400,000 7,560,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Total nilai penjualan 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,852,381
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Lahan 177,000,000
Gedung 87,120,000
Gerobak 105,000,000
105,000,000
Mesin adonan 25 Kg 11,000,000
Mesin adonan 15 Kg 7,500,000
Mesin steam 7,000,000
Mesin sheeting 20,000,000
Mesin grinder 7,700,000
Meja besar 1,400,000
Timbangan Digital 800,000
800,000
Timbangan 60 Kg 350,000
350,000
350,000
350,000
Baskom sedang 90,000
90,000
90,000
90,000
90,000
Baskom besar 50,000
50,000
50,000
50,000
50,000
Ember 75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
136
Lumpang dan alu 200,000
Toples besar 150,000
150,000
Gentong besar 100,000
100,000
Centong sagu 25,000
25,000
Pisau 175,000
175,000
Strap besi 10,000
10,000
Bangku kecil kayu 200,000
Bangku kecil plastik 40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
Sapu 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Serokan 15,000
15,000
15,000
15,000
15,000
Celemek 75,000
75,000
Tabung gas 4,200,000
Kepala kompor gas 4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
4,375,000
Regulator 2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
2,975,000
Selang 2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
2,625,000
Dandang 10,500,000
10,500,000
Sendok 700,000
700,000
Garpu 700,000
700,000
Sumpit 350,000
350,000
Dandang kecil 1,400,000
1,400,000
Mangkok mi 1,575,000
1,575,000
Tempat sendok 262,500
262,500
Mangkok sambal 175,000
175,000
Serokan mi 1,050,000
1,050,000
Sendok sayur 525,000
525,000
Motor 20,000,000
20,000,000
Tas motor 500,000
500,000
500,000
500,000
Total biaya Investasi 478,002,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 31,110,000 800,000 10,260,000 850,000
137
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Upah pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR pelanggan tetap 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
b. Biaya Variabel
Listrik 1,620,000 2,268,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000
Air 1,020,000 1,428,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000
Upah pegawai tambahan 2,000,000 2,800,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Tepung jagung 92,125,000 128,975,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000
Tepung terigu 14,696,000 20,574,400 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000
Sagu 9,000,000 12,600,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Garam 782,000 1,094,800 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
Soda As 560,000 784,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
STTP 550,000 770,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Potasium Karbonat 420,000 588,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Guargum 3,708,000 5,191,200 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000
Tartrazin 240,000 336,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Bumbu pangsit 8,793,750 12,311,250 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 20x35 192,500 269,500 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 28x50 248,000 347,200 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Plastik 40x60 200,000 280,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
138
Spidol Marker 16,000 22,400 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
Tinta spidol marker 10,000 14,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Bensin transportasi 3,015,000 4,221,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000
Kain saring 45,000 63,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000
Total Biaya Variabel 139,241,250 194,937,750 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500
Total Biaya Operasional 162,050,370 217,746,870 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620
Total Biaya (Outflow) 640,052,870 217,746,870 311,551,620 302,141,620 311,551,620 424,064,120 332,401,620 302,091,620 311,551,620 302,141,620
Manfaat bersih sebelum
pajak (367,352,870) 164,033,130 233,848,380 243,258,380 233,848,380 121,335,880 212,998,380 243,308,380 233,848,380 432,710,761
Pajak 25% 23,449,818 36,795,693 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506
Manfaat bersih setelah
pajak
(390,802,688)
127,237,437
177,033,874
186,443,874
177,033,874
64,521,374
156,183,874
186,493,874
177,033,874
375,896,255
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (341,818,991.35) 142,022,474.17 188,396,408.36 182,355,478.22 163,116,585.29 78,752,754.16 128,636,897.83 136,728,508.42 122,278,224.97 210,535,437.39
Jumlah PV positif (+) 1,352,822,768.82
Jumlah PV negatif (-) (341,818,991.35)
NET B/C 3.958
NPV 1,011,003,777.47
IRR 38%
PBP 3.93 3 tahun 11 bulan
139
Lampiran 16. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen - Peningkatan Harga Tepung Jagung sebesar 59,051 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Total nilai penjualan 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 734,852,381
OUTFLOW
Total biaya Investasi 478,002,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 31,110,000 800,000 10,260,000 850,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Total Biaya Variabel 193,641,984 271,098,777 387,283,968 387,283,968 387,283,968 387,283,968 387,283,968 387,283,968 387,283,968 387,283,968
Total Biaya Operasional 216,451,104 293,907,897 410,093,088 410,093,088 410,093,088 410,093,088 410,093,088 410,093,088 410,093,088 410,093,088
Total Biaya (Outflow) 694,453,604 293,907,897 420,353,088 410,943,088 420,353,088 532,865,588 441,203,088 410,893,088 420,353,088 410,943,088
Manfaat bersih sebelum pajak (421,753,604) 87,872,103 125,046,913 134,456,913 125,046,913 12,534,413 104,196,913 134,506,913 125,046,913 323,909,293
Pajak 25% 23,449,818 36,795,693 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506
Manfaat bersih setelah pajak (445,203,422) 51,076,410 68,232,407 77,642,407 68,232,407 (44,280,093) 47,382,407 77,692,407 68,232,407 267,094,788
DF (7.47%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (392,438,451.43) 76,081,054.13 100,742,152.63 100,793,874.31 87,224,146.55 8,135,429.57 62,928,025.97 75,586,913.69 65,386,446.12 157,598,079.19
Jumlah PV positif (+) 734,476,122.17
Jumlah PV negatif (-) (392,438,451.43)
NET B/C 1.872
NPV 342,037,670.74
IRR 7.47%
140
Lampiran 17. Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen - Penurunan Produksi sebesar 23,55 Persen
Uraian Tahun Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1. Penjualan
Total nilai penjualan 218,299,500 305,619,300 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 189,452,380.95
Total Manfaat (Inflow) 218,299,500 305,619,300 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 436,599,000 626,051,381
OUTFLOW
Total biaya Investasi 478,002,500 - 10,260,000 850,000 10,260,000 122,772,500 31,110,000 800,000 10,260,000 850,000
2. Biaya Operasional
Total Biaya Tetap 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Total Biaya Variabel 139,241,250 194,937,750 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500
Total Biaya Operasional 162,050,370 217,746,870 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620 301,291,620
Total Biaya (Outflow) 640,052,870 217,746,870 311,551,620 302,141,620 311,551,620 424,064,120 332,401,620 302,091,620 311,551,620 302,141,620
Manfaat bersih sebelum pajak (421,753,370) 87,872,430 125,047,380 134,457,380 125,047,380 12,534,880 104,197,380 134,507,380 125,047,380 323,909,761
Pajak 25% 23,449,818 36,795,693 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506
Manfaat bersih setelah pajak (445,203,188) 51,076,737 68,232,874 77,642,874 68,232,874 (44,279,626) 47,382,874 77,692,874 68,232,874 267,095,255
DF (6.58%) 0.9305 0.8658 0.8056 0.7496 0.6975 0.6490 0.6039 0.5620 0.5229 0.4866
Present Value (392,438,233.93) 76,081,337.47 100,742,529.27 100,794,224.77 87,224,472.65 8,135,733.00 62,928,308.30 75,587,176.40 65,386,690.57 157,598,306.65
Jumlah PV positif (+) 734,478,779.09
Jumlah PV negatif (-) (392,438,233.93)
NET B/C 1.872
NPV 342,040,545.16
IRR 7.47%
141
Lampiran 18. Laba Rugi Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen
Komponen Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Mi mentah jagung 231,000,000 323,400,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000 462,000,000
Pangsit basah 16,500,000 23,100,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000 33,000,000
Pangsit 19,800,000 27,720,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000 39,600,000
Jasa penggilingan pangsit 5,400,000 7,560,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
TOTAL PENERIMAAN 272,700,000 381,780,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000 545,400,000
BIAYA VARIABEL
Listrik 1,620,000 2,268,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000 3,240,000
Air 1,020,000 1,428,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000 2,040,000
Upah pegawai tambahan 2,000,000 2,800,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Tepung jagung 92,125,000 128,975,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000 184,250,000
Tepung terigu 14,696,000 20,574,400 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000 29,392,000
Sagu 9,000,000 12,600,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Garam 782,000 1,094,800 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000 1,564,000
Soda As 560,000 784,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000 1,120,000
STTP 550,000 770,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000
Potasium Karbonat 420,000 588,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Guargum 3,708,000 5,191,200 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000 7,416,000
Tartrazin 240,000 336,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Bumbu pangsit 8,793,750 12,311,250 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500 17,587,500
Plastik 20x35 192,500 269,500 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000 385,000
Plastik 28x50 248,000 347,200 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000 496,000
Plastik 40x60 200,000 280,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
Spidol Marker 16,000 22,400 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000
Tinta spidol marker 10,000 14,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
142
Bensin transportasi 3,015,000 4,221,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000 6,030,000
Kain saring 45,000 63,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000
TOTAL BIAYA VARIABEL 139,241,250 194,937,750 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500 278,482,500
LABA KOTOR 133,458,750 186,842,250 266,917,500 266,917,500 266,917,500 266,917,500 266,917,500 266,917,500 266,917,500 266,917,500
BIAYA TETAP
Telepon 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Upah pegawai 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
THR pegawai 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
THR pelanggan tetap 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000
PBB 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120 259,120
Service motor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Service mesin-mesin 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Pajak motor 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
TOTAL BIAYA TETAP 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120 22,809,120
Biaya Penyusutan 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357 16,850,357
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK 93,799,273 147,182,773 227,258,023 227,258,023 227,258,023 227,258,023 227,258,023 227,258,023 227,258,023 227,258,023
PAJAK 25% 23,449,818 36,795,693 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506 56,814,506
LABA BERSIH 70,349,455 110,387,080 170,443,517 170,443,517 170,443,517 170,443,517 170,443,517 170,443,517 170,443,517 170,443,517