analisis k3

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. K3 memiliki peran penting dalam tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Dengan adanya pengaturan K3 yang benar dan tertata rapi, maka kesejahteraan perusahaan dan pekerja akan lebih terjamin karena terlepas dari resiko kecelakaan kerja yang akan berdampak negatif terhadap kedua belah pihak baik untuk tenaga kerja atau perusahaan itu sendiri.

Upload: muhammadamirfaisol

Post on 16-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS K3

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKeselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.K3 memiliki peran penting dalam tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Dengan adanya pengaturan K3 yang benar dan tertata rapi, maka kesejahteraan perusahaan dan pekerja akan lebih terjamin karena terlepas dari resiko kecelakaan kerja yang akan berdampak negatif terhadap kedua belah pihak baik untuk tenaga kerja atau perusahaan itu sendiri.Peran yang penting sebenanrnya hal yang sederhana dan mudah dilakukan namun tidak bisa diremehkan karena jika terjadi kesalahan, maka akan berdampak besar seperti beberapa kasus yang telah terjadi di beberapa perusahaan, PLTN di Jepang misalnya, hanya karena salah pengertian dalam menghadapi suatu masalah mampu menyebabkan kecelakaan yang berdampak besar.Oleh karena itu, penerapan K3 dalam perusahaan sangat penting untuk dilakukan. Melakukan analisis, identifikasi dan strategi terhadap resiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi merupakan langkah utama dalam penerapan K3 dalam suatu perusahaanB. Rumusan MasalahPerlunya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan yang mudah dicerna dan dilaksanakan oleh setiap bagian dalam perusahaan serta perlunya meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan pentingnya K3.C. Manfaat dan TujuanAdapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah:1. Mengetahui peran penting K3 dalam keberlangsungan perusahaan2. Mampu meningkatkan kesadaran dalam penerapan K3 dalam setiap bagian perusahaan3. Mengetahui cara penerapan K3 yang baik dalam perusahaan

BAB IIPEMBAHASAN

A. Arti Penting K3Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.B. Studi Kasus Kecelakaan Kerja di PLTN Fukushima JepangTanpa daya listrik, sistem pendinginan pascashutdowntidak dapat difungsikan. Akibatnya pertama, pompa air pendingin untuk kondenser pada kolam supresi (containment suppresion chamber) tidak dapat difungsikan sehingga uap yang dilepas ke bejana pengungkung (containment/ drywell)tidak dapat diembunkan. Pelepasan uap akibat kalor dari batang bahan bakar nuklir terus berlangsung sehingga tekanan dalam bejana menjadi naik.Kedua, tidak ada pengembalian air ke bejana reaktor. Penguapan air yang terus berlangsung akan membuat permukaan air dalam bejana semakin menurun. Dengan demikian, bagian atas teras reaktor mulai tidak terendam air. Waktu itu permukaan air setinggi 4,4 meter di atas batang bahan bakar langsung turun drastis. Bejana pengungkung tidak dirancang untuk tekanan sangat tinggi, maka untuk menghindari kerusakan bejana pengungkung, sebagian uap terpaksa dilepaskan (venting) dari penutup bejana (reaktor vessel). Seharusnya venting ini menuju ke saluran cerobong reaktor (lebih dikenal dengan lubang hidung babi), akan tetapi karena suhu gas yang tinggi, diputuskan untuk melakukan venting ke gedung reaktor.Selama tidak terjadi kerusakan pada bahan bakar, maka radiasi yang terbawa bersama uap air hanya partikel akibat aktivasi neutron terhadap material-material yang terbawa air pendingin. Aktivitasi radiasi semacam ini dampaknya kecil. Waktu itu bantuan berupa generator diesel portabel pun tiba di bangunan reaktor nuklir nomor 1. Tapi untuk menghemat tenaga, maka listrik hanya dialirkan ke mesin dan pompa sistem pendingin. Sementara panel-panel dan lampu indikator tetap dibiarkan padam. Barulah diketahui kemudian, bahwa tombol sistem pendingin darurat tetap dalam keadaan non-aktif meskipun listrik sudah pulih.Para petugas yang berpikir sistem telah kembali berjalan normal mulai melakukan aktivitas lainnya. Mereka mengecek kerusakan sistem dan lantai basement bangunan PLTN. Sama sekali tidak terpikir bahwa sistem pendinginan belum pulih.Selama beberapa jam tanpa sistem pendinginan, bahan bakar nuklir mengalami kenaikan suhu karena tidak mendapatkan pendinginan memadai. Di samping itu, sebagai konsekuensi dari venting, maka permukaan air dalam teras menurun sehingga bagian atas bahan bakar tidak terendam air. Kondisi ini akan mempercepat kenaikan suhu bahan bakar.Pada suhu 700C, kelongsong zirkon alloy yang membungkusbahan bakar nuklirmulai berubah fase sehingga menjadi rapuh dan mudah retak. Saat suhu mencapai 1100C, mulai terjadi reaksi antara zirkon dengan uap air yang menghasilkan gas hidrogen. Akumulasi gas hidrogen akan menambah kecepatan peningkatan tekanan. Untuk mencegah kerusakan lebih parah, maka gas hidrogen juga terlepas (venting). Venting gas hidrogen diarahkan ke gedung reaktor.Celakanya, karena gas hidrogen bersuhu cukup tinggi, maka pada saat hidrogen bertemu dengan oksigen di udara akan tersulut sehingga menimbulkan ledakan. Ledakan ini merupakan reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen, bukan ledakan nuklir. Ledakan kimia ini yang kemudian bisa disaksikan dari luar bangunan PLTN Fukushima Reaktor 1. Pada PLTN Fukushima Reaktor 1 hanya melemparkan atap dan dinding gedung sementara kerangka baja gedung masih utuh.Seiring dengan kerusakan parsial pada bahan bakar (akibat tidak terendam air), maka material radioaktif terlepas ke air pendingin dan ikut keluar pada saat venting tidaklah banyak. Perlu dicatat bahwa emisi radioaktif tidak sebesar pada kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl karena kerusakan teras pada reaktor Fukushima adalah kerusakan parsial (sebagian besar teras dalam kondisi utuh), sementara itu kerusakan teras pada reaktor Chernobyl adalah kerusakan total.Sementara itu karena tingginya tekanan udara dalam bangunan reaktor, maka sistem kontrol dan pencatat keadaan juga tidak berjalan semestinya. Menurut laporan yang didapatkan NHK, waktu itu uap air dari lubang hidung babi PLTN Fukushima Reaktor 1 berhasil diobservasi. Ini membuat para petugas di pusat kontrol berpikir sistem pendinginan darurat berjalan normal. Lalu, alat pencatat ketinggian air di bejana reaktor pun tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Alat pencatat menunjukkan tinggi air 2 meter di atas batang bahan bakar nuklir (setengah dari ketinggian normal), padahal kenyataannya air pendingin dalam bejana sudah habis menguap Semua kegagalan operasi dan salah pengertian dari petugas inilah yang menyebabkan bahan bakar di bejana reaktor terus memanas dan akhirnya meleleh ke bagian dasar reaktor (meltdown), tanpa disadari oleh staf petugas TEPCO di PLTN Fukushima Reaktor 1. Waktu itu kecelakaan PLTN Fukushima sesungguhnya telah terjadi. Sumber:http://www.danielnugroho.com/science/kecelakaan-pltn-fukushima-di-jepang/

C. Teori Tentang Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja1. Teori kebetulan Murni (pure chance theory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya.2. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.3. Teori tiga faktor Utama (Three Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.4. Teori Dua Factor (Two Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action). Unsafe actions adalah suatu tindakan berbahaya pada waktu melakukan suatu pekerjaan dimana situasi atau lingkungan kerja rawan kecelakan jika seorang operator suatu mesin melakukan kecerobohan. Unsafe conditions adalah suatu keadaan pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti rawan terjadinya tanah longsor, kejatuhan batu-batuan, tempat pengecoran logam dan lain-lain.5. Teori Faktor manusia (human fctor theory), menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, langsung dan tidak langsung disebabkan kesalahan manusia. Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan faktor manusia ini. Hal itu dikarenakan pekerja (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.Lebih lanjut, teori mengenai terjadinya kecelakaan kerja dapat diupayakan pencegahannya dengan mekanisme terjadinya kecelakaan kerja di uraikan domino seguence berupa berikut ini.1. Ancestry and social enviroment, yakni pada orang yang keras kepala mempunyai sifat tidak baik yang di peroleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati dan banyak membuat kesalahan.2. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungannya, yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.3. Unsafe Actions and or mechanical or Physical hazard, tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.4. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian.5. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera atau luka ringan maupun berat menuju kecacatan dan bahkan kematian.D. Strategi Penerapan K3Strategi pelaksanaan K3 dalam perusahaan yang bisa dilakukan adalah:1. Identifikasi resikoPenyusunan system manajemen yang baik harus bisa mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi dalam suatu proyek pembangunan baik itu dari lingkungan kerja, tenaga kerja, mesin dan peralatan serta berbagai aspek lain yang bisa menyebabkan kecelakaan2. Analisa ResikoResiko kecelakaan yang sudah diidentifikasi kemudian dianalisa penyebab terjadinya kecelakaan tersebut3. Pengendalian ResikoHasil dari identifikasi dan analisa resiko akan bisa menciptakan pengendalian resiko serta langkah-langkah pencegahannya.E. Program Pengendalian Resiko dalam Perusahaan1. Kontrol Mesin dan Peralatan (engineering control) Mengontrol alat-alat pembangunan dalam keadaan baik Penempatan mesin dan alat-alat yang sesuai Pemasangan alat pelindung mesin agar mesin terjaga dan tidak berbahaya2. Administratif Control Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum bekerja Pemberian jaminan asuransi kepada pekerja bangunan Konsumsi para tenaga kerja3. Safety Promotion Pemberian penyuluhan K3 kepada para tenaga kerja Diskusi K3 dengan para tenaga kerja Memakai Alat Pelindung Diri sesuai dengan bagian dan posisiF. Sasaran Kinerja K3 dalam Perusahaan1. Menekan angka kecelakaan kerja bahkan nihil2. Tidak terjadi kasus penyakit akibat kerja3. Kesejahteraan tenaga kerja terpenuhi4. Menguntungkan kedua belah pihakG. Pengukuran dan evaluasi Performance1. Mengetahui keberhasilan penerapan K32. Evaluasi kerja 2 hari sekali dengan mandor dan petugas safety3. Melakukan identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan4. Evaluasi efektifitas penerapan K35. Rapat umum satu minggu sekali guna mengukur kinerja kerja yang telah berjalan6. Rapat umum akhir bulan dalam pembangunan skala besar

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan masusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.Kecelakaan Kerja yang terjadi di PLTN Fukushima Jepang disebabkan oleh kegagalan sistem operasi dan human eror karena salah pengertian dalam menghadapi situasi yang ada sehingga kecelakaan tidak dapat terhindarkan dan menyebabkan kerugian baik materill ataupun lingkungan.Penerapan K3 harus dilakukan secara sistematis dimulai dari ancaman penyebab resiko kecelakaan, strategi K3, pengendalian resiko, sasaran serta evaluasi pelaksanaan dan penerapan K3. Dengan penerapan yang sistematis tersebut dapat mengurangi bahkan menihilkan kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan serta meningkatkan kesejahteranaan tenaga kerja dan perusahaan itu sendiri.B. SaranPeran penting K3 tidak akan berhasil tanpa kerjasama dari semua pihak, baik dari pihak perusahaan ataupun dari tenaga kerja. Dalam penerapannya perusahaan perlu melakukan penyuluhan dan sosialisasi K3 terhadap tenaga kerja agar semua dapat mengerti akan pentingnya K3 dalam suatu sistem usaha, hal ini juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tenaga kerja terhadap resiko kecelakaan kerja sehingga dengan sendirinya akan mematuhi peraturan dan sistem K3 yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, S (1994), Pengelolaan K3 Diperusahaan, Diklat Pengendalian Limbah Industri, Semarang.Sumakmur, (1980), Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, cetakan ke-2 Jakarta.Wentz, Charles, A (1989), Hazardous Waste Management, Mc Graw Hill, Pub, England.

10