analisis risiko k3 bekerja di ketinggian pada teknisi

48
ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI PASANG BARU DI PT TELKOM AKSES RIAU KEPULAUAN SKRIPSI Oleh: Mayanti Ratna Sari Br Simbolon 160410136 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK & KOMPUTER UNIVERSITAS PUTERA BATAM TAHUN 2021

Upload: others

Post on 28-Dec-2021

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN

PADA TEKNISI PASANG BARU DI PT TELKOM AKSES

RIAU KEPULAUAN

SKRIPSI

Oleh:

Mayanti Ratna Sari Br Simbolon

160410136

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK & KOMPUTER

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

TAHUN 2021

Page 2: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN

PADA TEKNISI PASANG BARU DI PT TELKOM

AKSES RIAU KEPULAUAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar sarjana

Oleh:

Mayanti Ratna Sari Br Simbolon

160410136

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK & KOMPUTER

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

TAHUN 2021

Page 3: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI
Page 4: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN

PADA TEKNISI PASANG BARU DI PT TELKOM

AKSES RIAU KEPULAUAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar sarjana

Oleh:

Mayanti Ratna Sari Br Simbolon

160410136

Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal

Seperti tertera di bawah ini

Batam, 23 July 2021

Sri Zetli, S.T, M.T.

Pembimbing

Page 5: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

i

ABSTRAK

Pasang baru merupakan salah satu unit di PT Telkom Akses untuk memasang akses

internet di pelanggan dengan memasang kabel fiber optik dan peralatan

pendukungnya. Proses pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar teknisi pasang

baru adalah pekerjaan di ketinggian seperti tiang listrik, plafon dan atap rumah,

dekat dengan resiko jatuh, terpeleset dan tersengat listrik. Perusahaan telah

menetapkan pengendalian seperti memberikan pelatihan APD dan K3, namun

upaya pengendalian tersebut belum maksimal. Hal ini dikarenakan kurangnya

kepatuhan dan kesadaran menggunakan APD dan mengetahui tentang daerah yang

tidak aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko

pekerjaan di daerah ketinggian menggunakan metode JSA, menghitung dan

menganalisis nilai risiko, serta memberikan rekomendasi kepada perusahaan. Data

penelitian diperoleh dengan cara dokumentasi, observasi, wawancara dan diskusi

dengan pakar dan pakar K3. Hasil penelitian diperoleh tujuh struktur kerja, 33

tahapan pekerjaan dan 59 sumber risiko. Bentuk risiko tersebut antara lain sengatan

listrik pada tiang dan plafon, jatuh dari ketinggian 4M lebih, kecelakaan lalu lintas,

goresan, terjepit alat kerja, anggota badan terkilir, sengatan hewan dan kerugian

waktu. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perbaikan sistem, penyediaan alat,

peningkatan keterampilan dan pengetahuan K3.

Keywords: OHS, PPE, Fiber Optic, JSA

Page 6: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

ii

ABSTRACT

Pasang baru is an unit in PT Telkom Akses to install internet access in customer's

by instaling fiber optic cable and supporting equipment. The work process that most

pasang baru technicians do is work at heights like utility poles, ceilings and

rooftops, close to the risk of falling, slipping and electrocution. The company has

established controls like providing PPE and OHS training, but these control efforts

have not been maximal. This because the lack of compliance and awareness of using

PPE and knowing about unsafe areas. The purpose of this study is to identify the

risk of work in the altitude area using the JSA method, calculate and analyze the

risk value, and provide recommendations to the company. The research data get by

documentation, observation, interviews and discussions with experts and OHS

experts. The results of the study obtained seven of work structures, 33 stages of

work and 59 sources of risk. The forms of risk include electric shock on poles and

ceilings, falling from a height of 4M more, traffic accidents, scratches, pinched by

work tools, sprained limbs, animal shock and time losses. Recommendations from

this research are improving the system, providing tools, upgrading skills and OHS

knowledge.

Keywords: OHS, PPE, Fiber Optic, JSA

Page 7: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir

yang merupakan salah satu syarat wajib untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)

pada program Teknik Industri Universitas Putera Batam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,

kritik dan sarannya akan senantiasa penulis terima dengan senang hati. Dengan

segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Nur Elfi Husda, S.Kom., M.SI selaku Rektor Universitas Putera

Batam.

2. Bapak Welly Sugianto, S.T., M.M Dekan selaku Fakultas Teknik dan

Komputer Universitas Putera Batam serta Pembimbing Akademik pada

Program Studi Teknik Industri Universitas Putera Batam.

3. Ibu Nofriani Fajrah, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Industri

Universitas Putera Batam.

4. Ibu Sri Zetli, S.T., M.T selaku Pembimbing Skripsi pada Program Studi

Teknik Industri Universitas Putera Batam.

5. Dosen dan Staff Universitas Putera Batam.

6. Vivia Vayuni selaku HRD PT Telkom Akses Riau Kepulauan.

7. Keluarga besar Teknik Industri Angkatan 2016, yang selalu membantu,

saling menyemangati dan mendoakan.

8. Dayat Syuhada selaku pacar yang senantiasa memberikan dukungan,

semangat dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, membalas kebaikan dan selalu

mencurahkan hidayah serta taufik-Nya, Amin.

Batam, 23 July 2021

Mayanti Ratna

Page 8: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR RUMUS ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 5

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 6

1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar ............................................................................................... 8

2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................................... 8

2.1.2 Peraturan Perundang-undangan ........................................................ 8

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi K3 ............................................ 9

2.1.4 Kecelakaan Kerja ............................................................................ 11

Page 9: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

v

2.1.5 Standar Operasional Prosedur K3 ................................................... 14

2.1.6 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................. 15

2.1.7 Risiko Pekerjaan di Ketinggian ....................................................... 16

2.1.8 JSA (Job Safety Analysis) ............................................................... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 18

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 25

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 27

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27

3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 28

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................................. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 35

4.1.1 Struktur Kerja Pasang Baru ............................................................. 35

4.1.2 Data Kecelakaan Kerja .................................................................... 48

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 48

4.2.1 Penilaian Risiko .............................................................................. 48

4.2.2 Hasil Identifikasi Level Risiko........................................................ 77

4.2.3 Rekomendasi Penelitian .................................................................. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 92

5.2 Saran ....................................................................................................... 95

Page 10: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

vi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pendukung Penelitian

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4. Hasil Turnitin

Lampiran 5. Link Jurnal

Page 11: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ..................................... 12

Gambar 2. 2 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................. 15

Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 24

Gambar 3. 1 Desain Penilitian ............................................................................. 26

Gambar 4. 1 Topologi Jaringan Akses Fiber Optic ............................................. 35

Gambar 4. 2 Kotak ODP (a) dan Struktur Bangunan Tiang Utilitas (b) ............. 37

Gambar 4. 3 Tangga Lipat Teleskopik 4,4M....................................................... 37

Gambar 4. 4 Palang L .......................................................................................... 41

Gambar 4. 5 Instalasi Kabel Rumah Sisa Luar (a) Sisi Dalam (b) ...................... 45

Gambar 4. 6 Diskusi Penilaian Risiko Bersama Dua Orang Site Manager dan

Empat Orang Supervisor Lapangan ...................................................................... 49

Page 12: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu............................................................................ 18

Tabel 3. 1 Lembar Kerja JSA Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja ................... 29

Tabel 3. 2 Tabel Tingkat Konsekuensi Analisis Semi Kuantitatif ....................... 29

Tabel 3. 3 Tabel Tingkat Paparan Analisis Semi Kuantitatif ............................... 31

Tabel 3. 4 Tabel Tingkat Kemungkinan Analisis Semi Kuantitatif ..................... 31

Tabel 3. 5 Tabel Penilaian Konsekuensi, Kemungkinan, Paparan ....................... 32

Tabel 3. 6 Tabel Kategori Risiko Analisis Semi Kuantitatif ................................ 33

Tabel 3. 7 Lembar Kerja Hasil Evaluasi Risiko ................................................... 33

Tabel 3. 8 Jadwal Penelitian ................................................................................. 34

Tabel 4. 1 Identifikasi Tahapan Tugas Pengecekan ODP .................................... 38

Tabel 4. 2 Identifikasi Tahapan Tugas Validasi ODP .......................................... 40

Tabel 4. 3 Identifikasi Tahapan Tugas Perbaikan ODP ....................................... 42

Tabel 4. 4 Identifikasi Tahapan Tugas Memasang Kabel Drop Core di Tiang ODP

............................................................................................................................... 43

Tabel 4. 5 Identifikasi Tahapan Tugas Memasang Kabel Drop Core di Tiang Antara

............................................................................................................................... 44

Tabel 4. 6 Identifikasi Tahapan Tugas Instalasi Kabel Dropcore di Rumah........ 46

Tabel 4. 7 Identifikasi Tahapan Tugas Instalasi Kabel Dropcore di Gedung ...... 47

Tabel 4. 8 Data Kecelakaan Kerja ........................................................................ 48

Tabel 4. 9 Penilaian Risiko Pekerjaan Pengecekan ODP ..................................... 50

Tabel 4. 10 Penilaian Risiko Pekerjaan Validasi ODP......................................... 55

Tabel 4. 11 Penilaian Risiko Pekerjaan Validasi ODP......................................... 59

Tabel 4. 12 Penilaian Pemasangan Kabel Drop Core di Tiang ODP ................... 63

Tabel 4. 13 Penilaian Pemasangan Kabel Drop Core di Tiang Antara ................ 67

Tabel 4. 14 Penilaian Instalasi Kabel Drop Core di Rumah ................................ 71

Tabel 4. 15 Penilaian Instalasi Kabel Drop Core di Gedung ............................... 75

Tabel 4. 16 Leve Risiko Pengecekan ODP .......................................................... 78

Tabel 4. 17 Level Risiko Validasi ODP ............................................................... 79

Tabel 4. 18 Level Risiko Perbaikan ODP ............................................................ 80

Tabel 4. 19 Level Pemasangan Kabel di Tiang ODP ........................................... 81

Tabel 4. 20 Level Risiko Pemasangan Kabel di Tiang Antara ............................. 82

Page 13: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

ix

Tabel 4. 21 Level Risiko Instalasi Kabel Drop Core di Rumah ........................... 83

Tabel 4. 22 Level Risiko Instalasi Kabel Drop Core di Gedung .......................... 84

Tabel 4. 23 Rekomendasi Penelitian Risiko Level Very High ............................. 86

Tabel 4. 24 Rekomendasi Penelitian Risiko Level Priority 1 .............................. 88

Tabel 4. 25 Rekomendasi Penelitian Risiko Level Substantial ............................ 89

Tabel 4. 26 Rekomendasi Penelitian Risiko Level Priority 3 .............................. 90

Tabel 4. 27 Rekomendasi Penelitian Risiko Level Acceptable ............................ 91

Page 14: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

x

DAFTAR RUMUS

Rumus 3. 1 Penilaian Level Risiko ...................................................................... 32

Page 15: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan K3 yang ada di lingkungan kerja bukan semata-mata akibat

dari interaksi antara pekerja, pekerjaan dan peralatan yang digunakan. Ditemukan

bahwa faktor perilaku pekerja atau manusia saat bekerja lebih mendominasi

menjadi penyebab terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Karenanya,

arah perkembangan K3 dimasa yang akan datang lebih ditekankan kepada aspek

perilaku dengan kata lain setiap orang di setiap aktivitas mereka sudah siap

menerapkan prinsip-prinsip K3 (Dra. Sri Larasati, 2020, pp. 25–27).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian di tempat kerja yang tidak

diinginkan dan tidak terduga yang dapat mengakibatkan kerugian fisik, harta benda,

dan kematian. Kecelakaan kerja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu unsafe

action (88%), unsafe condition (10%), dan hal-hal lain di luar kemampuan kontrol

manusia (2%). Hal ini menggambarkan bahwa faktor manusia adalah faktor

penyebab kecelakaan paling besar (Siti Riptifah Tri Handari, 2019).

Kecelakaan kerja bisa dikurangi dengan cara mengidentifikasi bahaya

sebelum terjadinya sebuah kecelakaan, salah satu metode yang digunakan untuk

menganalisa bahaya sebelum hal tersebut terjadi adalah JSA (Job Safety Analysis).

Tujuan dari metode ini untuk menghilangkan atau mencegah bahaya ditempat kerja

sehingga membuat metode kerja menjadi lebih efektif. Tahapan pelaksanaan JSA

terdiri dari empat langkah yakni, memilih pekerjaan yang akan dianalisa, mengurai

Page 16: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

2

perkerjaan, mengindentifikasi bahaya dan menentukan prosedur pengendalian

untuk mengurangi bahaya tersebut (Dana, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Mawazirul Akbar di Proyek Pembangunan

Jembatan Sikatak yang terletak di Universitas Diponegoro setelah dilakukan

identifikasi bahaya K3 mengunakan metode JSA didapatkan bahwa memakai APD,

penyediaan prosedur pelaksanaan pekerjaan dan sering mengadakan briefing safety

talk, safety induction, safety patrol, evaluasi meeting, penyediaan rambu yang jelas

dan penataan peralatan kerja yang rapi, merupakan salah satu upaya penerapan dan

pengendalian K3 diarea proyek (Muhammad Ilham Mawazirul Akbar, Riska Dwi

Anggara, Kartono Wibowo, Djoko Susilo Adhy, 2020). Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Jounne Porawouw di PT Meares Soputan Mining (MSM) Likupang

dengan menggunakan JSA maka upaya dalam aspek pengendalian untuk

mengurangi risiko kecelakaan kerja dan mengendalikan potensi bahaya yang terjadi

dengan memakai APD, administrasi control dan melakukan breafing sebelum

bekerja (Porawouw et al., 2020).

PT Telkom Akses merupakan anak perusahaan PT Telekomunikasi

Indonesia, Tbk (Telkom). Perusahaan ini berdiri pada tahun 2012 dan memiliki

wilayah kerja diseluruh Indonesia. PT Telkom Akses wilayah Riau Kepulauan

beralamat di JL. Jaksa Agung R. Suprapto SH, Sungai Harapan, Kecamatan

Sekupang, Kota Batam. Perusahaan di wilayah Riau Kepulauan ini memiliki 246

karyawan.

Page 17: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

3

Pasang baru adalah unit kerja di perusahaan PT Telkom Akses yang

melayani permintaan pelanggan baru terhadap kebutuhan internet. Instalasi pasang

baru artinya memberikan akses internet kepada pelanggan dengan menginstalasi

alat pendukung dan melakukan penarikan kabel fiber optic dari sentral Telkom

menuju tempat pelanggan. Teknisi pasang baru adalah yang mengerjakan instalasi

pasang baru. Teknisi pasang baru di PT Telkom Akses saat ini berjumlah delapan

orang, untuk memenuhi target, perusahaan ini juga kerja sama dengan 10 mitra

vendor dengan total teknisi dari seluruh vendor adalah 177 teknisi. Demikian

terdapat 185 teknisi pasang baru yang saat ini bekerja di lingkungan PT Telkom

Akses Riau Kepulauan.

Proses kerja yang banyak dilalui teknisi adalah aktivitas kerja di area tinggi.

Tiang utilitas sebagai media penopang kabel fiber optic, kegiatan penarikan kabel

dari tiang satu ke tiang lainnya, serta instalasi kabel di plafon, rooftop rumah atau

gedung adalah lingkungan kerja dilalukukan teknisi. Dalam aktivitas operasional

ini erat dengan risiko terjatuh, tergelincir dan tersetrum listrik. Menyadari hal

tersebut, perusahaan telah membentuk pengendalian K3 bekerja di ketinggian

diantaranya seperti menyediakan APD (alat perlindung diri) serta membekali

teknisi dengan pelatihan K3 saat proses awal masuk kerja. Namun upaya

pengendalian K3 tersebut belum maksimal mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Terbukti dari beberapa kasus, masih sering terjadi kecelaakaan kerja dalam kategori

ringan hingga berat. Hal ini terjadi karena kurangnya kepatuhan dan kesadaran

teknisi menggunakan APD, serta pengetahuan tetang bekerja di area yang tidak

aman.

Page 18: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

4

Kasus kecelakaan kerja yang pernah dialami teknisi area Riau Kepulauan

yang penulis dapat dari data HR perusahaan antara lain, Pada Januari 2016 lokasi

Tanjung Pinang kecelakaan kerja berupa pengendara motor tersangkut kabel drop

core adapun akibat dari kecelakaan tersebut kecelakaan lalu lintas. Pada Juni 2017

lokasi Tanjung Pinang kecelakaan kerja berupa setrum listrik saat pengecekan

ODP adapun akibat dari kecelakaan tersebut terjatuh dan koma karena pada saat

kejadian teknisi tidak menggunakan APD. Pada Februari 2018 lokasi Batam

kecelakaan kerja berupa tergelincir dari tangga adapun akibat dari kecelakaan

tersebut terjatuh dan tangan keseleo karena pada saat kejadian teknisi tidak

menggunakan APD. Pada Juli 2018 lokasi Batam kecelakaan kerja berupa tangga

jatuh karena permukaan tanah licin adapun akibat dari kecelakaan tersebut terjatuh

dan tertimpa tangga pada saat kejadian teknisi tidak menggunakan APD. Pada

Desember 2018 lokasi Batam kecelakaan kerja berupa setrum listrik saat instalasi

di plafon rumah adapun akibat dari kecelakaan tersebut terjatuh dan patah kaki.

Pada Maret 2019 lokasi Tarempa kecelakaan kerja berupa setrum listrik saat

instalasi di plafon rumah adapun akibat dari kecelakaan tersebut cacat kaki dan luka

permanen. Pada Januari 2021 lokasi Batam kecelakaan kerja berupa terjatuh

karena tangga patah adapun akibat dari kecelakaan tersebut keseleo. Pada Juni 2021

lokasi Batam kecelakaan kerja berupa setrum listrik saat di atas plafon gedung

adapun akibat dari kecelakaan tersebut terjatuh dan tertimpa alat kerja.

Berdasarkan uraian tersebut penulis akan melakukan penelitian analisa

risiko K3 di perusahaan PT Telkom Akses Riau Kepulauan agar kecelakaan seperti

uraian di atas dapat dihindari dan tidak terjadi kembali oleh setiap bagian dari unit

Page 19: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

5

pasang baru. Untuk itu penulis menuangkan penelitian ini kedalam skripsi berjudul

“ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

PASANG BARU DI PT TELKOM AKSES RIAU KEPULAUAN”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Banyaknya kasus kecelakaan kerja teknisi pasang baru pada aktivitas

instalasi di ketinggian.

2. Kurangnya kepatuhan teknisi mentaati peraturan penggunaan APD serta

kurangnya pengetahuan dan kesadaran bahaya bekerja di area yang tidak

aman.

3. Upaya pengendalian K3 Perusahaan PT Telkom Akses untuk mencegah

kecelakaan kerja di ketinggian belum maksimal.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan

terarah kerangka analisannya, maka perlu adanya pembatasan permasalahan,

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di unit pasang baru PT Telkom Akses Area Riau

Kepulauan pada pekerjaan area ketinggian yakni, kegiatan pada tiang

utilitas dan instalasi kabel rumah atau gedung.

2. Analisis dan penilaian risiko K3 menggunakan metode JSA, analisis risiko

semi kuantitatif berdasarkan penilaian risiko AS/NZS 4360:2004.

Page 20: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

6

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana identifikasi risiko K3 pekerjaan teknisi pasang baru di area

ketinggian?

2. Bagaimana nilai risiko K3 pada pekerjaan teknisi pasang baru di area

ketinggian?

3. Apa rekomendasi untuk perusahaan agar memaksimalkan upaya

pengendalian K3 perusahaan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi risiko K3 pekerjaan teknisi pasang baru di area ketinggian.

2. Menghitung dan menganalisa nilai risiko K3 yang terjadi pada pekerjaan

tersebut menggunakan metode JSA.

3. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk memaksimalkan upaya

pengendalian K3.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan acuan untuk menambah

pengetahuan mengenai Analisis Risiko K3 Bekerja Di Ketinggian Pada

Page 21: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

7

Teknisi Pasang Baru Di PT Telkom Akses Riau Kepulauan dengan

menggunakan metode JSA.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam wawasan tentang teori K3

serta menjadikan sarana pengetahuan yang secara teori sudah didapatkan

dengan kenyataan yang ada.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perusahaan PT Telkom Akses Rikep

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada

perusahaan untuk memaksimalkan upaya pengendalian K3.

2. Bagi Universitas Putera Batam

Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi dan acuan bagi

mahasiswa Universitas Putera Batam yang memiliki kepentingan dan minat

serta bakat di bidang Teknik Industri dan dapat menjadi referensi serta

memberikan nilai yang lebih dalam pengembangan penelitian selanjutnya

dimasa yang akan datang. Sebagai salah satu wahana terjadinya hubungan

antara perguruan tinggi dengan dunia industri terutama dalam usaha

menyesuaikan perkembangan yang terjadi di dunia industri dengan ilmu

pengetahuan yang didapat dari perkuliahan sehingga dapat menerapkan

teori-teori yang didapat, serta dapat membantu dalam pemecahan masalah

yang dihadap oleh dunia industri.

Page 22: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

K3 merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha

sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat

kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila kecelakaan dan penyakit

kerja (Nissa & Amalia, 2018). Adapun tujuan pelaksanaan K3 diuraikan sebagai

berikut (Basuki, 2019):

1. Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada tenaga kerja Ketika

melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas yang

tinggi.

2. Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada setiap orang lain yang

berada di tempat kerja dan lingkungannya dari proses pekerjaan atau

kegiatan proyek.

3. Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi, peralatan, serta bahan

kerja sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.

2.1.2 Peraturan Perundang-undangan

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 mengenai keselamatan kerja,

bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dan keselamatan dalam

melakukan pekerjaan di tempat kerja yang perlu terjamin keselamatannya, sehingga

Page 23: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

9

kewajiban dalam menerapkan K3 dalam sebuah instansi ataupun perusahaan

hukumnya wajib (Asilah & Yuantari, 2020)

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi K3

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 adalah yang pertama perilaku yaitu

kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu kelompok

yang akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut

kebudayaan. Selanjutnya perilaku itu dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang

sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang kedua adalah pengetahuan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca inda manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang ketiga adalah persepsi adalah

perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari dorongan diri sendiri atau

berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain. Persepsi ini lebih merekat

kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa. Persepsi dan pemahaman

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah faktor esensial bagi keberhasilan

keselamatan dan kesehatan kerja. Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur

penentu kemajuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut

ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi

Page 24: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

10

penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang lebih

besar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang keempat adalah sikap adalah

kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi

secara konsisten. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu

objek atau situasi tertentu yang dapat memperlihatkan kesukaaan atau kesenangan

(like), sebaliknya orang yang memiliki sikap negatif dia dapat memperlihatkan

ketidaksukaan atau ketidaksenangan (dislike).

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang kelima adalah tingkat

pendidikan menggambarkan seseorang telah menjalani kegiatan belajar secara

formal di suatu instansi pendidikan dengan memperoleh tanda tamat pada setiap

jenjangnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan

semakin banyak pengetahuan berarti mengenai berbagai macam paham ilmu.

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menjalani

pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Selain itu, pendidikan juga dapat

mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka

melaksanakan pekerjaan atau K3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang keenam adalah adalah

pengalaman kerja. Luasnya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan

penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan kecelakaan akibat kerja

bertambah baik sejalan dengan pertumbuhan usia dan lamanya kerja di tempat kerja

yang bersangkutan.

Page 25: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

11

Faktor-faktor yang mempengaruhi K3 yang ketujuh adalah usia. Golongan

usia tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan

akibat kerja dibandingkan dengan golongan usia muda karena usia muda

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun usia muda pun sering

mengalami Kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin terjadi akibat

kecerobohan, kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati dan

suka tergesa-gesa (Kristiawan, 2018).

2.1.4 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak

terkendali, dan tidak dikehendaki (unplanned, uncontrolled, and undesired) pada

saat bekerja, yang disebabkan, baik secara langsung atau tidak langsung, oleh

tindakan tidak aman, sehingga terhentinya kegiatan kerja (Budiyanto & Abdullah,

2019).

Ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan yaitu

(Kristiawan, 2018):

1. Kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang

mengakibatkan kecelakaan. Yang termasuk dalam kondisi yang tidak aman

adalah peralatan yang tidak diamankan dengan baik, peralatan yang rusak,

pengaturan atau prosedur yang berbahaya, di sekitar mesin-mesin atau

peralatan.

Page 26: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

12

2. Tindakan yang tidak aman (Unsafe A ction)

Kategori dari tindakan yang tidak aman adalah tidak mengamankan

peralatan, tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung

tubuh, membuang benda sembarangan, bekerja dengan kecepatan yang

tidak aman, terlalu cepat atau lambat, menyebabkan tidak berfungsinya alat

pengaman dengan memindahkan, menyesuaikan atau memutuskan.

Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan,

mencampur atau mengkombinasi, menggunakan peralatan yang tidak aman

dalam memuat, menempatkan, mencampur atau mengkombinasi,

mengambil posisi yang tidak aman dibawah beban yang tegantung,

mengangkat barang dengan ceroboh. Mengganggu, menggoda, bertengkar,

bermain.

Gambar 2. 1 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Pengklasifikasian kecelakaan kerja di Indonesia terbagi atas tiga bagian

yaitu (Kristiawan, 2018). Meninggal akibat kecelakaan kerja, bila korban

meninggal dalam tempo 24 jam terhitung mulai saat terjadinya kecelakaan kerja

tersebut. Luka berat, bila korban kecelakaan tidak dapat bekerja lebih dari tiga

minggu. Luka ringan, bila korban tidak bisa bekerja kurang dari tiga minggu.

Page 27: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

13

Klasifikasi menurut jenis kecelakaan, yakni: Terjatuh, tertimpa atau

kejatuhan benda atau objek kerja. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada

benda, terjepit antara dua benda. Terpapar dengan benda panas atau suhu tinggi.

Terkena arus listrik. Terpapar dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

Klasifikasi menurut agen penyebabnya, yakni: Mesin-mesin, seperti; mesin

penggerak kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-

mesin pertambangan, mesin- mesin pertamina, dan lain-lain. Peralatan lain seperti,

bejana tekan, tanur atau dapur peleburan, instalasi listrik, termasuk motor listrik,

alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah dan lain-lain. Bahan-bahan

berbahaya dan radiasi, seperti; bahan mudah meledak, debu, gas, cairan, bahan

kimia, radiasi dan lain-lain. Lingkungan kerja, seperti; tekanan panas dan tekanan

dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah, dan lain-lain.

Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya, yakni: Patah tulang, Keseleo

atau terkilir, Geger otak dan luka bagian. Amputasi dan enukleasi (mengeluarkan

organ tubuh atau mengeluarkan karena merusak inti sel). Luka tergores dan luka

terluar lainnya. Memar dan retak. Keracunan. Sesak nafas. Efek terkena arus listrik.

Efek terkena paparan radiasi. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh, dan lain-

lain.

Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka, yakni: Kepala, Leher,

Badan. Anggota gerak atas. Anggota gerak bawah.

Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan 4 E yaitu: education, engineering, enforcement, emergency respon

Page 28: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

14

(Dra. Sri Larasati, 2020, p. 78). Pendekatan education adalah pekerja harus dibekali

dengan pendidikan dan pelatihan K3 secara berjenjang dan berkelanjutan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab dalam usaha pencegahan bahaya ditempat kerja.

Pendekatan engineering adalah pencegahan dapat dilakukan melalui riset

teknologi, sebagai contoh: pemasangan encinerator pada tangki bahan kimia,

pemasangan savety valve pada bencana tekan, pemasangan alat pemadam otomatis

dan memberdayakan robot. Pendekatan enforcement dilakukan dengan cara

penegakan peraturan K3, sanksi harus dilakukan secara tegas terhadap pelanggaran

dan penerapan K3 harus konsisten dan konsekuen. Pendekatan emergency respon

adalah karyawan atau orang lain yang memasuki area kerja yang memiliki potensi

bahaya besar harus memahami langkah-langkah penyelamatan bila terjadi keadaan

darurat, contoh: kebocoran tangka bahan kimia, kebakaran, bencana alam dan lain-

lain.

2.1.5 Standar Operasional Prosedur K3

Agar implementasi K3 dapat berjalan baik, maka perlu adanya standar

pelaksanaan K3 yang menyesuaikan jenis pekerjaan, ruang lingkup dan tempat

kerja. Adapun standar operasional prosedur K3 secara umum yakni: Memakai

pakaian kerja yang bersih dan aman sesuai dengan pekerjaan yang ditangani.

Memeriksa peralatan kerja sebelum melaksanakan pekerjaan. Mengikuti prosedur

kerja yang telah ditetapkan ditempat kerja. Mempersiapkan diri baik fisik maupun

mental sebelum melaksanakan kerja. Mengembalikan prosedur pemakain peralatan

kerja (Dra. Sri Larasati, 2020, p. 21).

Page 29: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

15

2.1.6 Alat Pelindung Diri (APD)

Sesuai peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI No Per.

08/Men/VII/2010 (6 Juli 2010) tentang Alat Pelindung Diri.

Gambar 2. 2 Alat Pelindung Diri (APD)

Helm Pelindung

Melindungi kepala dari

benturan, kejatuhan benda atau

terpukul benda tajam/keras

yang melayang atau meluncur

dari udara, paparan panas, api

percikan cairan kimia, mikro

organisme dan suhu ekstrim.

Sarung Tangan

Melindungi tangan dan jari dari

pajanan suhu panas, suhu dingin,

api, radiasi elktromagnetik, radiasi

mingion, arus listrik, kimia,

benturan, goresan, infeksi zat

patogen (bakteri dan virus), jasad

renik

Body Harnest

Membatasi gerak ke

tempat yang berpotensi

jatuh, menjaga dari posisi

gantung/miring, menahan

dari keadaan terjatuh.

Sepatu Pelindung

Melindungi kaki dan jari dari

tertimpa atau benturan benda

berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas dan dingin,

uap panas, suhu ekstrim, kimia

berbahaya, licin dan keseleo

Page 30: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

16

2.1.7 Risiko Pekerjaan di Ketinggian

Bekerja di ketinggiaan adalah bekerja pada suatu tempat tinggi yang dapat

berisiko membuat pekerja mengalami cidera jika jatuh dari tempat tersebut. Undang

Undang No. 1 tahun 1970 menyatakan bahwa salah satu kegiatan kerja yang perlu

mendapat perhatian dari sisi keselamatan kerja adalah kegiatan kerja yang

dilakukan pada ketinggian, yaitu kegiatan yang mempunyai potensi bahaya jatuh

bagi pekerja yang melakukannya kegiatan itu dapat dilakukan pada ketinggian

Banyak masalah yang timbul ketika pekerja bekerja di ketinggian misalnya pekerja

tidak menggunakan alat pelindung diri (full body harness), pekerja tidak mematuhi

prosedur yang ada, dan kurangnya sistem pangamanan yang tersedia di tempat

kerja. Risiko kecelakaan kerja di ketinggian yang dapat memicu terjadinya

kecelakaan antara lain ialah: terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan

(Nurhijrah, 2018).

2.1.8 JSA (Job Safety Analysis)

JSA merupakan suatu cara mengidentifikasi bahaya pada suatu lingkungan

kerja sekaligus upaya pengendalian dan penanggulangan guna mencegah penyakit

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan

(Ilmansyah et al., 2020).

Manfaat awal dari pengembangan JSA terlihat jelas pada tahapan persiapan.

JSA dapa mengidentifikasi bahaya yang sebelumnya tidak terdeteksi dan

menambah pengetahuan pekerjaan akan bahaya, dampak bahaya dan cara

melakukan kontrol yang tepat. JSA berfungsi untuk meningkatkan kesadaran

Page 31: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

17

karyawan akan keselamatan dan kesehatan, meningkatkan intensitas dan kualitas

komunikasi antara pekerja dan pengawas. JSA yang baik juga dapat menjadi dasar

terbentuknya kontak rutin antara pengawas dan pekerja dan secara tidak langsung

menjadi media pengajaran dan pelatihan kerja awal (pre-job training) dan sebagai

panduan singkat untuk pekerjaan yang bersifat non-rutin (on the job training).

Selain manfaat tersebut diatas, secara khusus JSA dapat digunakan sebagai standar

untuk inspeksi dan membantu menyelesaikan investigasi kecelakaan komprehensif

(Pipit Marfiana et al., 2019).

Untuk mendapatkan hasil laporan JSA yang baik dan komprehensif, tahapan

membuat JSA adalah memilih pekerjaan, membagi pekerjaan menjadi tahapan

tugas, mengidentifikasi potensi bahaya dan menentukan langkah-langkah

pencegahan (Pipit Marfiana et al., 2019).

Analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan

informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa besar konsequensi,

kemungkinan dan paparan dari kejadian yang ditimbulkan. Menurut AS/NZS

4360:2004: risk management (Australian Standard/New Zealand Standard

4360:2004) terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko

di tempat kerja. Pertama analisis risiko kualitatif adalah metode ini menggunakan

bentuk matriks risiko dengan dua parameter, yaitu konsekuensi dan kemungkinan.

Kedua analisis risiko semi kuantitatif yang mempertimbangkan konsekuensi serta

dua elemen, yaitu kemungkinan dan paparan interaksi pekerja dengan sumber risiko

sebagai frekuensi. Ketiga analisis risiko kuantitatif merupakan analisis risiko yang

mendefinisikan kemungkinan outcome yaitu total risiko dari semua potensi risiko

Page 32: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

18

yang mungkin terjadi (Atyanti Dyah Prabaswari, Maharani Maulda, Amarria Dila

Sari, 2017).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

1. Nama dan Tahun (Atyanti Dyah Prabaswari, Maharani Maulda, Amarria

Dila Sari, 2017)

Judul Penelitian Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada Bagian Pengemasan Minipack Menggunakan

Metode Job Safety Analysis (JSA)

Hasil Penelitian Berdasarkan metode Job Safety Analysis (JSA) dan

perhitungan analisis risiko semi kuantitatif

menggunakan AZ/NZS 4360 (1999), pekerjaan yang

memiliki nilai risiko kecelakaan kerja tertinggi adalah

pekerjaan mengatur volume dan pemasangan kemasan

minipack dengan skor 270 dan identifikasi risiko

menggunakan JSA diketahui bahwa tiap pekerjaan pada

bagian minipack telah mempunyai pengendalian risiko

tetapi belum optimal. Pengendalian risiko yang dapat

dilakukan untuk mengurangi kecelakaan kerja dengan

membentuk P2K3 dan menerapkan Behavior Based

Safety (BBS) bagi keseluruhan pekerja.

2. Nama dan Tahun (Tengor et al., 2017)

Page 33: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

19

Judul Penelitian Analisis Potensi Bahaya Kerja dengan Metode Job

Safety Analysis (JSA) pada Pekerja Open Area di

Perusahaan Tepung Kelapa Desa Lelema

Hasil Penelitian Dari hasil JSA yang dilakukan pada enam pekerjaan,

pada tahapan tujuh potensi kecelakaan ringan, delapan

potensi kecelakaan sedang dan satu potensi kecelakaan

berat serta tujuh potensi terjadinya penyakit akibat

kerja. Potensi bahaya kerja yang didapati yaitu

tersengat listrik, jatuh dari tangga, terpeleset karena

lantai licin, tangan tergores, jari terjepit, teriris dan

terpotong, serta trauma mata, bising dari mesin, juga

nyeri punggung. Pengendalian yang bisa dilakukan

dengan hirarki pengendalian yaitu rekayasa atau

perancangan, administrasi, dan APD.

3. Nama dan Tahun (Girsang et al., 2020)

Judul Penelitian Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko Kerja

pada Penarik Becak Mesin dengan Metode Job Safety

Analysis (JSA)

Hasil Penelitian Menunjukkan pelaksanaan identifikasi bahaya dan

penilaian risiko dilakukan oleh peneliti di lapangan

dengan bantuan tabel identifikasi bahaya dan tabel

penilaian risiko dengan metode JSA menghasilkan 8

Page 34: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

20

jenis potensi bahaya dan 8 jenis risiko dengan tingkat

risiko rendah sebanyak satu jenis risiko, tingkat risiko

sedang sebanyak empat jenis risiko, tingkat risiko

tinggi sebanyak dua jenis risiko dan tingkat risiko

sangat tinggi sebanyak satu jenis risiko. Pengendalian

yang bisa dilakukan pada penarik becak mesin agar

lebih memperhatikan kelengkapan APD, baik dan

benar, cara kerja yang ergonomic, dan cara kerja yang

baik agar bahaya dan risiko dapat dihindar.

4. Nama dan Tahun (Jeferson Bawang, Paul A. T. Kawatu, Ribka Wowor,

2019)

Judul Penelitian Analisis Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode

Job Safety Analysis di Bagian Pengapalan Site Pakal PT

Aneka Tambang Tbk. UBPN Maluku Utara

Hasil Penelitian Dari hasil JSA yang dilakukan bahaya yang terdapat

pada tahap proses treaming ore di eto buli yaitu

tertimpa, terjepit, tersengat listrik dan bising. Jenis-

jenis bahaya yang terdapat pada tabrakan, unit

tersandung batu, unit tergelincir, unit terjatuh batu, unit

menabrak tanggul, dan rump door patah. Jenis bahaya

yang terdapat pada tahap penataan material di tongkang

pekerja tersengat listrik, kebisingan, dan unit tergelincir

Page 35: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

21

dari tumpukan ore. Saran yang diberikan adalah

pengawasan terhadap proses kerja harus lebih di

tingkatkan agar pekerja tidak melakukan hal-hal yang

menyimpang dari ketentuan yang telah diberikan

seperti mematuhi rambu tanda kecepatan kendaraan,

memberikan pelatihan K3 dan penggunaan APD.

5. Nama dan Tahun (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016)

Judul Penelitian Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Bagian Produksi PT Berkat Manunggal Jaya

Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan Metode Job

Safety Analysis (JSA) dan penilaian risiko

menggunakan metode analisis semikuantitatif

berdasarkan AZ/NZS 4360:2004 (Australian/New

Zealand Standard) diperoleh lima risiko tertinggi, yaitu

bahaya dari bau cat yang menyengat ke pernapasan dan

paru-paru dengan nilai risiko 270, mata terkena serbuk

besi dengan nilai risiko 180, operator tertimpa material

berat dengan nilai risiko 75, seling atau selendang dari

crane putus atau lepas dengan nilai risiko 75 serta jari

operator putus terkena blender potong dengan nilai

risiko 75. Untuk mengurangi kecelakaan kerja maka

perlu adanya pre job safety briefing yang dilakukan

Page 36: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

22

setiap waktu oleh kepala departemen fabrication

sebelum memulai pekerjaan serta memberikan sanksi

kepada operator yang tidak menggunakan APD.

6. Nama dan Tahun (Dana, 2015)

Judul Penelitian Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Pekerja pada Bagian Produksi Pengolahan Kayu

dengan Metode JSA (Job Safety Analysis) PT.

Kharisma Jaya Gemilang

Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan Metode Job

Safety Analysis (JSA) dan analisis semikuantitatif

berdasarkan AZ/NZS 4360:2004 (Australian/New

Zealand Standard). Hasil analisis tingkat risiko

tertinggi adalah tubuh kejatuhan log kayu, mata terkena

serpihan kayu, gangguan pernapasan akibat debu dan

serbuk kayu, kebisingan serta tertabrak forklift. Untuk

mendapatkan rekomendasi proses pengambilan

keputusan berdasar prioritas pengendalian risiko untuk

mewujudkan zero accident pada bagian produksi.

7. Nama dan Tahun (Rosdiana et al., 2017)

Judul Penelitian Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja Pada Area

Produksi Proyek Jembatan dengan Metode Job Safety

Analysis

Page 37: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

23

Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode JSA, dan

menghitung besarnya risiko berdasarkan penilaian

risiko semikuantitatif W.T. Fine J yang mengacu pada

table risiko standar AZ/NZS 4360:2004

(Australian/New Zealand Standard) didapatkan risiko

tertinggi yang ditemukan di lima area dianalisis yaitu

area fabrikasi adalah menghirup asap las CO2 dengan

nilai risiko 180 level risiko substantial dan debu gram

terhirup dengan nilai risiko 180 level risiko substantial,

area komponen plate adalah menghirup asap cutting

plasma dengan nilai risiko 180 level risiko substantial,

area komponen profile adalah tangan terpotong mesin

cutting dengan nilai risiko 75 level risiko substantial,

area H-beam menghirup debu gram dengan nilai risiko

180 level risiko substantiali, area trial adalah terjatuh

dari ketinggian dengan nilai risiko 75 level risiko

substantial.

Page 38: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

24

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran

Page 39: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada desain penelitian ini ditentukan tahapan-tahapan penelitian data agar

langkah penelitian lebih sistematis dan terarah. Berikut gambar 3.1

mendeskripsikan alur penelitian:

STUDI PENDAHULUAN

Melakukan observasi & wawancara tidak struktur di lingkungan PT Telkom Akses

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Banyaknya kasus kecelakaan kerja teknisi pasang baru pada aktivitas instalasi di

ketinggian.

2. Kurangnya kepatuhan teknisi mentaati peraturan penggunaan APD serta

pengetahuan dan kesadaran bekerja di area yang tidak aman.

3. Upaya pengendalian K3 Perusahaan PT Telkom Akses untuk mencegah kecelakaan

kerja di ketinggian belum maksimal.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi risiko K3 pekerjaan teknisi pasang baru di area ketinggian.

2. Menghitung dan menganalisa nilai risiko K3 yang terjadi pada pekerjaan tersebut menggunakan

metode JSA (Job Safety Analysis).

3. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk memaksimalkan upaya pengendalian K3.

PEMBATASAN MASALAH

Penelitian dilakukan di unit pasang baru PT Telkom Akses Area Riau Kepulauan, kegiatan pada

tiang utilitas dan instalasi kabel rumah dan gedung. Analisis serta penilaian risiko K3

menggunakan metode JSA analisis risiko semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004.

Page 40: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

26

Gambar 3. 1 Desain Penilitian

PENGUMPULAN DATA

1. Profile perusahaan PT Telkom Akses Riau Kepulauan.

2. Data historis kecelakaan kerja pada tahun 2017-2021.

3. Struktur pekerjaan pasang baru.

4. Tahapan tugas pekerjaan pasang baru.

5. Resiko K3 pada tahapan tugas dan pengendalian yang sudah ada dari perusahaan.

STUDI PUSTAKA

Buku & jurnal ilmiah STUDI LAPANGAN

1. Observasi di area kerja.

2. Wawancara & diskusi.

PENGOLAHAN DATA

HASIL AKHIR

Mendapatkan rekomendasi untuk perusahaan agar

meningkatkan dampak pengendalian K3 mencegah terjadinya

kecelakaan kerja

Mengidentifikasi pekerjaan

Identifikasi risiko K3 menggunakan metode JSA

(Job Safety Analysis)

Menghitung nilai risiko yang terjadi berdasarkan metode analisis

risiko Semi Kuantitatif AS/NZS 4360:2004 (konsekuensi,

paparan, kemungkinan)

Level risiko = konsekuensi × paparan × kemungkinan

Evaluasi kategori risiko berdasarkan level risiko

Analisis pengendalian risiko berdasarkan prioritas risiko tertinggi

Page 41: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

27

3.2 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau independent adalah

aktivitas teknisi pasang baru yang dilakukan di area ketinggian. Lokasi atau area

masing-masing aktivitas kerja seperti di tiang utilitas, instalasi rumah dan instalasi

gedung dalam kategori aman atau berbahaya. Selanjutnya perilaku teknisi terkait

kepatuhan terhadap peraturan perusahaan dalam upaya pengendalian K3 saat ini

yakni, konsistensi dan kesadaran penggunaan alat pelindung diri (APD).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau dependen yaitu tingkat

risiko bekerja di ketinggian pada teknisi pasang baru.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pada unit pasang baru,

yaitu satu orang manager, dua orang assistant manager, empat orang supervisor

lapangan dan 185 orang teknisi pasang baru. Seluruh populasi berjumlah 192 orang.

Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling dengan

pendekatan purposive sampling dimana penulis melakukan wawancara dan diskusi

tidak dengan semua teknisi, melainkan dengan dua orang assistant manager sebagai

ahli bidang dan ahli K3 serta empat orang supervisor lapangan sebagai ahli bidang

dan senior di unit pasang baru.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mencakup teknik observasi,

teknik dokumentasi, teknik wawancara dan diskusi. Teknik observasi yaitu dengan

Page 42: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

28

melakukan pengamatan ke area kerja, mengamati proses kerja serta melihat struktur

bangunan tiang utilitas Telkom dan jalur atau penempatan kabel fiber optic.

Teknik dokumentasi yaitu melakukan pencatatan dan foto dokumen

terhadap data yang dibutuhkan pada penelitian. Penulis juga melakukan pendekatan

kepada HRD perusahaan untuk mendapatkan data history kecelakaan kerja yang

telah terjadi baik itu di area Riau Kepulauan atau area kerja Kota lainnya.

Teknik wawancara penulis lakukan untuk mengidentifikasi proses kerja

pasang baru dan rincian dari masing-masing proses pekerjaan tersebut atau disebut

juga tahapan tugas. Penulis juga mengulik sumber bahaya dari kemungkinan risiko

tersebut bisa terjadi dan pengendalian K3 perusahaan yang sudah ada.

Diskusi adalah langkah akhir dari pengumpulan data, diskusi berupa

lanjutan dari wawancara yang sudah dilakukan, tujuannya adalah untuk

mengevaluasi kategori dari risiko pada setiap tahapan tugas pekerjaan pasang baru.

Adapun kegiatan wawancara dan diskusi dilakukan secara virtual menggunakan

aplikasi zoom meeting mengikuti aturan protokol kesehatan Covid-19.

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini agar data yang diperoleh menjadi sebuah informasi yang

jelas, dilakukan identifikasi dan analisis data dengan metode JSA (Job Safety

Analysis). Adapun data yang penulis perlukan yakni, proses pekerjaan pasang baru,

tahapan tugas, sumber risiko, potensi risiko kecelakaan kerja dan pengendalian K3

perusahaan. Tahapan analisis data penulis tuang dalam uraian di bawah ini:

Page 43: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

29

1. Data yang penulis peroleh kemudian dituang dalam lembar kerja JSA mengacu

pada tabel risiko standar AS/NZS 4360:2004 (Australian/ New Zealand

Standard) seperti dalam tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3. 1 Lembar Kerja JSA Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja

No Pekerjaan Tahapan

Tugas

Sumber

Risiko Risiko

Pengendalian

Saat Ini

Sumber : (Rosdiana et al., 2017)

2. Identifikasi risiko kecelakaan kerja yang sudah penulis peroleh sesuai tabel 3.1

selanjutnya dianalisa menggunakan pendekatan penilaian risiko semi

kuantitatif mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004, dimana penilaian

dilihat dari tingkat consequence, exposure dan likelihood Australia, 2005, pp.

44–45 (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016).

3. Konsekuensi (consequence) adalah nilai yang menggambarkan suatu

keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh risiko pada setiap tahapan tugas.

Tingkat konsekuensi metode analisis semi kuantitatif menurut standar AS/NZS

4360:2004 dibagi dalam beberapa kategori, yakni catastrophic, disaster, very

serious, important dan noticeable. Tabel 3.2 dibawah ini menjelaskan deskripsi

dan skor setiap kategori konsekuensi.

Tabel 3. 2 Tabel Tingkat Konsekuensi Analisis Semi Kuantitatif

Faktor Kategori Deskripsi Skor

Konsekuensi

(Consequence) Catastropic

Kerusakan yang fatal dan sangat

parah, terhentinya aktivitas dan 100

Page 44: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

30

terjadinya kerusakan lingkungan

yang sangat parah.

Disaster

Kejadian yang berhubungan dengan

kematian dan kerusakan permanen

yang kecil terhadap lingkungan.

50

Very Serious

Cacat atau penyakit yang permanen

dan kerusakan sementara terhadap

lingkungan.

25

Serious

Cidera yang serius tapi bukan

penyakit parah yang permanen dan

sedikit berakibat buruk bagi

lingkungan.

15

Important

Cidera yang membutuhkan

penanganan medis, terjadi emisi

buangan di luar lokasi tetapi tidak

menimbulkan kerusakan.

5

Noticeable

Cidera atau penyakit ringan, memar

bagian tubuh, kerusakan kecil,

kerusakan ringan dan terhentinya

proses kerja sementara waktu tetapi

tidak menyebabkan pencemaran di

luar lokasi.

1

Sumber : (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016)

4. Paparan (exposure) adalah tingkat frekuensi interaksi antara risiko yang

terdapat di area kerja dengan pekerja dan menggambarkan kesempatan yang

terjadi. Menurut standar AS/NZS 4360:2004 tingkat frekuensi ditentukan

kedalam kategori tingkat paparan yang mempunyai nilai skor yang berbeda,

yakni continuously, frequently, occasionally, infrequent, rare dan very rare.

Tabel 3.3 dibawah ini menjelaskan deskripsi dan skor setiap kategori paparan.

Page 45: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

31

Tabel 3. 3 Tabel Tingkat Paparan Analisis Semi Kuantitatif

Faktor Kategori Deskripsi Skor

Paparan

(Exposure)

Continously Terjadi terus-menerus setiap hari 10

Frequently Terjadi sekali setiap hari 6

Occasionally Terjadi sekali seminggu sampai

dengan sekali sebulan 3

Infrequent Terjadi sekali sebulan sampai

dengan sekali setahun 2

Rare Pernah terjadi, tetapi jarang

diketahui kapan terjadinya 1

Very Rare Sangat jarang, tidak diketahui

kapan terjadinya 0.5

Sumber : (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016)

5. Kemungkinan (likelihood) merupakan nilai yang menggambarkan

kecenderungan terjadinya konsekuensi dari risiko pada setiap tahapan tugas.

Kemungkinan tersebut ditentukan kedalam nilai skor berbeda-beda menurut

standar AS/NZS 4360:2004, yakni almost certain, likely, unusual, remotely

possible, conceivable dan practically impossible. Tabel 3.4 dibawah ini

menjelaskan deskripsi dan skor setiap kategori kemungkinan.

Tabel 3. 4 Tabel Tingkat Kemungkinan Analisis Semi Kuantitatif

Faktor Kategori Deskripsi Skor

Kemungkinan

(Likelihood)

Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi. 10

Likely Kemungkinan terjadi 50%-50%. 6

Unusually Mungkin saja terjadi tetapi jarang. 3

Remotely

Possible

Kejadian yang sangat kecil

kemungkinannya untuk terjadi. 1

Page 46: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

32

Conceivable

Mungkin saja terjadi, tetapi belum

pernah terjadi, meskipun dengan

paparan yang bertahun-tahun.

0.5

Practically

Impossible

Tidak mungkin terjadi atau sangat

tidak mungkin terjadi. 0.1

Sumber : (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016)

6. Identifikasi terhadap penilaian risiko yang penulis peroleh dari diskusi bersama

ahli bidang dan ahli K3 kemudian dituang dalam lembar kerja JSA mengacu

pada tabel penilaian risiko standar AS/NZS 4360:2004 seperti dalam tabel 3.5

dibawah ini.

Tabel 3. 5 Tabel Penilaian Konsekuensi, Kemungkinan, Paparan

No Pekerjaan Tahapan

Tugas

Sumber

Risiko Risiko Konsekuensi Kemungkinan Paparan

Sumber : (Rosdiana et al., 2017)

7. Kategori dari konsekuensi, kemungkinan dan paparan risiko hasil diskusi yang

diperoleh bersama ahli bidang dan ahli K3 kemudian dikonversikan kedalam

skor angka kategori masing-masing penilaian. Skor penilaian konsekuensi,

kemungkinan dan paparan masing-masing tahapan tugas dikali dan hasil kali

merupakan skor dari level risiko.

Rumus 3. 1

Penilaian

Level Risiko

8. Skor level risiko yang telah diperoleh selanjutnya dikonversi kedalam kategori

risiko. Menurut standar AS/NZS 4360:2004 kategori risiko metode semi

𝑳𝒆𝒗𝒆𝒍 𝑹𝒊𝒔𝒊𝒌𝒐 = 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒌𝒖𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒙 𝑲𝒆𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒙 𝑷𝒂𝒑𝒂𝒓𝒂𝒏

Page 47: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

33

kuantitatif dibagi dalam beberapa kategori, yakni very high, priority 1,

substantial, priority 3 dan acceptable. Tabel 3.6 dibawah ini menjelaskan

deskripsi dan level setiap kategori risiko.

Tabel 3. 6 Tabel Kategori Risiko Analisis Semi Kuantitatif

Level

Risiko Kategori Tindakan

>350 Very High

Aktivitas dihenatikan sampai risiko bisa

dikurangi hingga mencapi batas yang

diperbolehkan atau diterima

180 - 350 Priority 1 Perlu pengendalian segera mungkin

70 - 180 Substantial Mengharuskan adanya perbaikan secara

teknis

20 - 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara

berkesinambungan

<20 Acceptable Intesitas yang menimbulkan risiko dikurangi

seminimal mungkin

Sumber : (Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, 2016)

9. Hasil analisis penilaian risiko yang telah penulis kerjakan selanjutnya

membuahkan tindakan pengendalian yang selanjutnya menjadi rekomendasi

yang diperlukan dalam mengambil keputusan untuk memaksimalkan upaya

pengendalian K3 perusahaan demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Rekomendasi tersebut penulis tuang dalam lembar kerja hasil evaluasi risiko

seperti yang ditunjukan tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3. 7 Lembar Kerja Hasil Evaluasi Risiko

No Tahapan Tugas Risiko Level Risiko Kategori Risiko Rekomendasi

Sumber : (Rosdiana et al., 2017)

Page 48: ANALISIS RISIKO K3 BEKERJA DI KETINGGIAN PADA TEKNISI

34

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan kerja PT Telkom Akses area Riau

Kepulauan, unit kerja pelayanan pasang baru. Adapun alamat kantor perusahaan

yakni, Kantor Telkom Indonesia JL. Jaksa Agung R. Suprapto SH, Sungai Harapan,

Kecamatan Sekupang, Kota Batam. Jadwal penelitian penulis tuangkan dalam tabel

3.8 dibawah ini.

Tabel 3. 8 Jadwal Penelitian