analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3

79
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS (FMEA) dan FAULT TREE ANALYSIS (FTA) (Studi Kasus di Bengkel Bina Karya) SKRIPSI Oleh: Azizur Rahman 1410024425006 TEKNIK INDUSTRI YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

Upload: others

Post on 03-Feb-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN dan KESEHATAN

KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE and

EFFECT ANALYSIS (FMEA) dan FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(Studi Kasus di Bengkel Bina Karya)

SKRIPSI

Oleh:

Azizur Rahman

1410024425006

TEKNIK INDUSTRI

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2018

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN dan KESEHATAN

KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE

and EFFECT ANALYSIS (FMEA) dan FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(Studi Kasus di Bengkel Bina Karya)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Gelar sarjana teknik industri

Oleh:

Azizur Rahman

1410024425006

TEKNIK INDUSTRI

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2018

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)

Nama : Azizur Rahman

NPM : 1410024425006

Program Studi : Teknik Industri

Padang, Juli 2018

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Riko Ervil, MT H. Abd Latif, MM

NIDN. 1014057501 NIDN. 0001055608

Ketua Prodi, Ketua STTIND Padang,

Tri Ernita, ST, MP Riko Ervil, MT

NIDN. 1028027801 NIDN. 1014057501

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODA FAILURE MODE

AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE

ANALYSIS (FTA)

Nama : Azizur Rahman

NPM : 1410024425006

Dosen Pembimbing 1 : Riko Ervil, MT

Dosen Pembimbing 2 : Ir. H. Abd Latif, MM

ABSTRAK

Risiko kecelakaan kerja selalu menimbulkan kerugian terhadap perusahan,

sehingga perlu dilakukan usaha untuk meminimalisasi terjadinya dampak pada

risiko dominan yang terjadi di perusahaan. Tidak semua kecelakaan kerja

menimbulkan luka-luka, namun ada juga yang mengakibatkan kerusakan material,

peralatan dan lingkungan. Namun dalam hal ini kecelakaan kerja yang

mengakibatkan luka-luka menjadi perhatian agar dapat mengurangi jumlah korban

jiwa akibat kecelakaan kerja. Pengidentifikasian bahaya sebelum dan sesudah

bahaya terjadi merupakan inti dari sebuah kegiatan pencegahan kecelakaan. Akan

tetapi identifikasi ini bukan ilmu pasti. Hal ini merupakan kegiatan subjektif,

dimana bahaya yang teridentifikasi bisa saja berbeda antara satu orang dengan

yang lainnya. Selanjutnya dari inspeksi sebelumnya dapat dibandingkan atau

dikembangkan menjadi bahan acuan untuk tindakan korektif agar kecelakaan

yang sama tidak terulang lagi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kejadian risiko K3

yang terjadi pada Bengkel Bina Karya. Setelah itu dilakukan penilaian terhadap

kejadian risiko yang muncul, kemudian dicari faktor risiko yang dominan untuk

meminimalisasi dampak terjadinya risiko tersebut dengan metode Failure Mode

and Effect Analysis (FMEA), Sedangkan identifikasi kejadian risiko dari nilai

RPN tertinggi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA).

Hasil dari analisis FMEA mendapati bahwa kejadian kecelakaan kerja

paling tinggi yang pernah terjadi pada Bengkel Bina Karya adalah kaki dan tangan

luka akibat gerinda lepas dengan nilai RPN sebesar 106,87. Selanjutnya dilakukan

wawancara dengan pihak Bengkel Bina Karya untuk mengetahui potensi-potensi

penyebab terjadinya kecelakaan kaki dan tangan luka akibat gerinda lepas yang

kemudian disusun menggunakan metode FTA sehingga menghasilkan 13

kombinasi penyebab kecelakaan.

Kata Kunci : Risiko, kecelakaan kerja, FMEA, FTA

WORK SAFETY AND HEALTH SAFETY ANALYSIS USING

FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FAEA) AND

FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

Name : Azizur Rahman

Student ID : 1410024425006

Supervisor : Riko Ervil, MT

Co-Supervisor : Ir. H. Abd Latif, MM

ABSTRACT

The accidents usually cause harms to the company, it needs evaluation to

minimize the impact on the main risk that occurs in the company.Not all

occupational accidents cause injuries, but others also cause material, equipment

and environmental damage. However, in this case, the accidents have to be

concerned in order to reduce the number of casualties due to workplace

accidents. The identification, before and after accident occurrences is the main

prevention activity. But this identification is not scientifically. This is a subjective

activity, in which the identified danger may vary based on individuality.

Furthermore, from the previous inspection can be compared or developed into a

reference material for corrective action so that the same accident does not happen

again.

The purpose of this study is to identify the potential occurrence of

Occupational Health and Safety Risk (K3) occurring in Bina Karya Workshop.

Afterward, an assessment of the risk event had been evaluated, then the factor of

dominant risk being identified to minimize the impact of risk occurrence with the

method of Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) while the risk event

identification of the highest RPN value is used Fault Tree Analysis (FTA ) method.

The results of FMEA analysis show the highest occupational accidents

occurring in Bina Karya Workshop was body parts wounded due to grinding

wheel unfastened with RPN scores of 106.87. Furthermore, interviewed with Bina

Karya Workshop show the potential causes of body part injury accident due to

grinding wheel unfastened which is arrange using FTA method resulting 13

combinations of causes of accidents.

Keywords: Risk, Accident, Workshop, FMEA, FTA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas

segalanya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya , Shalawat beserta

salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode Failure Mode and Effect

Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)” sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Starata S1 pada Prodi Tenik Industri STTIND

Padang.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini. Adapun pihak-pihak

itu adalah:

1. Bapak dan Ibu, adik-adik, dan keluarga tercinta atas perhatian, motivasi,

dan doa serta kasih sayang yang tiada terbalas. Semoga bahagia dan selalu

dalam lindungan Allah SWT.

2. Bapak Riko Ervil, MT, selaku dosen pembimbing I, dan sebagai Ketua

sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah

memberikan waktu, tenaga, pikiran, serta dorongan dalam membimbing

penulis.

3. Bapak Ir. H. Abd Latif, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan waktu, tenaga, pikiran, serta dorongan dalam membimbing

penulis.

4. Bapak Dilla Harzon S.pd selaku kepala Mekanik Bengkel Bina Karya

yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian Tugas

akhir ini.

5. Teman-teman mahasiswa STTIND Padang terutama dari jurusan Teknik

Industri yang telah memberikan saran, masukan, bantuan, dorongan dan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Buat seseorang yang selalu memberikan motifasi, semangat, dorongan dan

doanya kepada penulis.

7. Terakhir saya ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman kos yang

selalu memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis.

Penulis berdoa semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan

mendapat balasan pahala dari Allah SWT, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya

kepada kita.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun.

Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,

terutama bagi penulis dan lingkungan prodi Teknik Industri STTIND Padang,

Amin.

Padang, Juli 2018

Penulis

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 4

1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 5

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 7

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............................ 7

2.1.2 Kecelakaan Akibat Kerja ............................................................... 14

2.1.3 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja ............................................... 15

2.1.4 Definisi Bahaya ............................................................................. 18

2.1.5 Jenis Bahaya .................................................................................. 18

2.1.6 Definisi Risiko ............................................................................... 19

2.1.7 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja .......................................................... 20

2.1.8 Identifikasi Risiko .......................................................................... 21

2.1.9 Populasi .......................................................................................... 24

2.1.10 Sampel .......................................................................................... 25

2.1.11 Kuesioner ..................................................................................... 25

2.1.12 Metode Failure Mode and Effect Analysis ..................................... 26

2.1.13 Metode Fault Tree Ananlysis ......................................................... 33

2.1.14 Simbol-Simbol Fault Tree Analysis ................................................ 35

2.2 Kerangka Konseptual ................................................................................ 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 39

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................... 39

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 39

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 40

3.5 Data, Jenis Data Dan Sumber Data ........................................................... 40

3.5.1 Data .................................................................................................. 40

3.5.2 Jenis Data ......................................................................................... 40

3.5.3 Sumber Data ..................................................................................... 40

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 40

3.7 Kerangka Metodologi ................................................................................ 42

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data .................................................................................. 44

4.1.1 Data Kecelakaan Kerja .................................................................. 44

4.1.2 Data Penilaian Risiko Berdasarkan Saveriti .................................. 45

4.1.3 Data Penilaian Risiko Berdasarkan Occurancei ............................ 46

4.1.4 Data Penilaian Risiko Berdasarkan Detection ............................... 47

4.2 Pengolahan Data ....................................................................................... 48

4.2.1 Kejadian Risiko K3 di Areal Bengkel.............................................. 48

4.2.2 Tahap Penilaian Risiko .................................................................... 49

4.2.3 Faktor Risiko Dominan ................................................................... 51

4.2.4 Model FTA ................................................................................... 53

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisis Kejadian Risiko .......................................................................... 55

5.2 Penilaian Kejadian Risiko ....................................................................... 55

5.3 Analisis Faktor Risiko K3 Dominan ........................................................ 56

5.4 Analisis Penggambaran FTA .................................................................... 56

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57

6.2 Saran ........................................................................................................ 57

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

LEMBARAN KONSULTASI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................................. 38

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian ................................................................ 42

Gambar 4.1 Perbandingan Kejadian Risiko K3 Dominan Paling Tinggi ......................... 52

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelaakan Kerja ..................................................................................... 3

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner ......................................................... 26

Tabel 2.2 Skala Severity ................................................................................................. 30

Tabel 2.3 Skala Occurance ............................................................................................ 31

Tabel 2.4 Skala Detection .............................................................................................. 32

Tabel 2.5 Skala Risk Priority Number (RPN) ................................................................. 33

Tabel 2.6 Simbol-Simbol Gerbang FTA ........................................................................ 36

Tabel 2.7 Simbol-Simbol Kejadian FTA ........................................................................ 37

Tabel 4.1 Data kecelakaan kerja Bengkel Bina Karya ................................................... 44

Tabel 4.2 Data Penilaian Risiko Berdasarkan Saveriti ................................................... 45

Tabel 4.3 Data Penilaian Risiko berdasarkan Occurance ................................................ 46

Tabel 4.4 Data Penilaian Risiko Berdasarkan Detection ................................................. 47

Tabel 4.5 Kejadian Risiko K3 Pada Bengkel Bina Karya ............................................... 48

Tabel 4.6 Faktor Risiko K3 berdasarkan Kejadian Risiko K3 ......................................... 49

Tabel 4.7 RPN Hasil Penilaian Kejadian Risiko K3........................................................ 50

Tabel 4.8 Rangking Faktor Risiko Berdasarkan Nilai Tertinggi .................................... 51

Tabel 4.9 Kejadian Risiko Kecelakaan Tertinggi ............................................................ 53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Penyebab Kecelakaan

Lampiran 2 Hasil Dari Penggambaran FTA

Lampiran 3 Rekapitulasi Kuesioner

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu

usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko

kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,

perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Sumber-sumber bahaya perlu

dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk

mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka sumber-sumber bahaya harus

ditemukan dan dilakukan identifikasi terhadap sumber bahaya potensial ditempat

kerja.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970

tentang keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak

mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Begitu juga dengan dengan setiap orang lain yang berada di tempat kerja juga

harus terjamin keselamatannya.

Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan dimana besarnya

risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta

pengendalian terhadap risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Disamping itu, semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka

semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

pengoperasian dan pemeliharaan agar tidak menimbulkan dampak negatife bagi

manusia dan kecelakaan. Kecelakaan kerja secara garis besar disebabkan oleh dua

faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHAS 18001 menyebutkan

risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau

paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan

oleh kejadian atau paparan tersebut.

Tidak semua kecelakaan kerja mengakibatkan luka-luka namun ada juga

yang mengakibatan kerusakan material, peralatan dan lingkungan. Namun dalam

hal ini kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka menjadi perhatian agar

dapat mengurangi jumlah korban jiwa akibat kecelakaan kerja. Pengidentifikasian

bahaya sebelum atau sesudah bahaya terjadi merupakan inti dari sebuah kegiatan

pencegahan kecelakaan. Akan tetapi, identifikasi ini bukan ilmu pasti. Hal ini

merupakan kegiatan subjektif, dimana bahaya yang teridentifikasi bisa saja

berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Selanjutnya dari inspeksi

sebelumnya dapat dibandingkan atau dikembangkan sehingga menjadi bahan

acuan untuk tindakan korektif agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

Bengkel Bina Karya adalah salah satu industri tersier yang bergerak

dibidang layanan jasa Tune Up mobil bensin dan solar, transmisi, gardan, cat

body, perawataan mobil lainnya serta perbaikan alat berat dan rental alat berat.

Bengkel Bina Karya berdiri pada tahun 1967 terletak di Jl. Cupak Solok, dan telah

mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Tempat Usaha

(SITU) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan memiliki jumlah karyawan

sebanyak 15 orang. Selama proses pelayanan tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mendukung kegiatan operasional seperti manusia, mesin, dan metode kerja.

Berbagai potensi sumber bahaya mudah dijumpai dalam lingkungan bengkel

terutama pada saat proses perbaikan excavator, pihak manajemen bengkel perlu

melakukan identifikasi potensi bahaya dan mencari akar penyebab kecelakaan

kerja.

Namun, dibalik sebuah pencapaian akan selalu ada konsekuensi yang

harus ditanggung. Berdasarkan data yang ada pada Bengkel Bina Karya, sejak

November 2017 hingga April 2018 tercatat ada 14 kasus kecelakaan kerja yang

terjadi dan telah menyebabkan cacat dan cedera. Dari penjabaran diatas Bengkel

Bina Karya belum menerapkan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja

sehingga mengakibatkan tingginya angka kecelakaan kerja yang disebabkan

karena para pekerja tidak melengkapi alat pelindung diri (APD) dan di dalam

lingkungan kerja terdapat berbagai peralatan dan mesin-mesin yang digunakan

dalam proses operasionalnya.

Berdasarkan data kecelakaan kerja pada Bengkel Bina Karya tercatat

dimulai dari bulan November 2017 hingga April 2018 terdapat 14 kali kecelakaan

kerja, dimana 1 orang mengalami jari putus akibat terjepit rood excavator, 1 orang

terkena cairan carburator spray atau Carburator cleaner pada bagian mata, 2

orang terkena air panas radiator, tangan terkena gerinda sebanyak 2 orang,

terjepit mesin mobil sebanyak 2 orang, 1 orang kesentrum listrik , 1 orang terkena

kipas mobil dibagian keningnya, 2 orang jatuh dari alat berat, tangan terbakar

percikan las sebanyak 1 orang dan 1 orang mengalami luka terkena gerinda lepas

dibagian kaki. Berikut tabel data kecelakan kerja:

Tabel 1.1

Data Kecelakaan Kerja

No

Jenis Kecelakaan

Bulan

Jml

(orang)

Nov-

2017

Des-

2017

Jan-

2018

Feb-

2018

Ma-

2018

Apr-

2018

1 Jari tangan putus akibat

terjepit rood excavator

-

1

-

-

-

-

1

2 Mata terkena cairan

carburator spray

-

-

1

-

-

-

1

3 Terkena Air panas/air

radiator

1

-

-

1

-

-

2

4 Tangan dan kaki

terkena gerinda lepas

- - - - 1 1 2

5 Tangan terjepit mesin

1

-

-

-

1

-

2

6 Kesentrum listrik

-

-

1

-

-

-

1

7 Kening terkena kipas

mobil

-

1

-

-

-

-

1

8 Jatuh dari alat berat - - 1 1 2

9 Tangan terbakar

percikan api las

-

-

1

-

-

-

1

10 Mata terkena pasir

atau debu

-

-

-

-

-

1

1

Total Kecelakaan 14

Sumber: Bengkel Bina Karya, 2018

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa potensi bahaya serta risiko

kecelakaan kerja di Bengkel Bina Karya Solok, dari contoh kasus yang ada

menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan cukup tinggi dan perlu dikaji lagi

sehingga bisa ditemukan upaya dan solusi yang tepat sasaran agar angka

kecelakaan kerja tersebut bisa diturunkan. Dengan demikian, kerugian bengkel

akibat kasus kecelakaan kerja bisa dikurangi, efektifitas kerja bertambah dan

produktivitas bengkel akan dapat meningkat. Untuk menyelesaikan masalah diatas

digunakan metode failure mode and effect analysis (FMEA) dan fault tree

analysis (FTA). Metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi tingkat risiko

kecelakaan diukur dari aspek dampak, peluang kejadian dan pencegahannya

dilakukan, sedangkan metode FTA digunakan untuk mengidentifikasi potensi

penyebab kecelakaan.

Berdasarkan data dan penjabaran di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode Failure Mode and Effect

Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)” Studi kasus di Bengkel Bina

Karya Cupak Solok, dengan harapan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja

yang ada saat ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yang ada yaitu:

1. Bengkel Bina Karya belum menerapkan Sistem Kesehatan dan

Keselamatan Kerja sehingga mengakibatkan tingginya angka kecelakaan

kerja.

2. Adanya kasus kecelakaan kerja yang terjadi dan telah menyebabkan

kecacatan dan cedera.

3. Para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)

4. Belum teridentifikasi potensi bahaya dan akar penyebab kecelakaan kerja.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menyederhanakan permasalahan agar nantinya masalah mengarah

pada tujuan yang akan dicapai, maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu:

1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi berdasarkan persepsi

responden (pekerja di bengkel).

2. Risiko yang diteliti adalah kegiatan-kegiatan yang berpotensi berbahaya

pada kegiatan operasional di bengkel perbaikan excavator dan perbaikan

mobil.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengetahui kejadian risiko dan penilaian risiko

kecelakaan kerja yang ada pada Bengkel Bina Karya dengan metode

FMEA?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi sumber penyebab risiko kecelakaan

kerja yang ada pada Bengkel Bina Karya dengan metode FTA?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kejadian risiko dan penilaian risiko kecelakaan kerja dengan

menggunakan metode FMEA.

2. Mengetahui penyebab risiko kecelakaan kerja dominan dengan

menggunakan metode FTA.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan dalam menentukan penjadwalan produksi yang tepat.

2. Bagi STTIND

Hasil penyusunan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam memecahkan permasalahan yang sejenis dan dapat

menambah wawasan bagi pembaca.

3. Bagi Penulis

Untuk mengetahui cara kemampuan dalam membuat penjadwalan

produksi dan menambah wawasan tentang pentingnya penjadwalan dalam

dunia industri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Berdasarkan judul yang telah ditentukan, bahwa “Analisis Risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode Failure Mode and

Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)” merupakan teori yang

diambil dari metode pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dari

landasan teori ini, dapat didefinisikan beberapa yang akan dijelaskan sebagai

berikut.

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh

pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja.

Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari

penderitaan, kerusakan dan kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan

merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, korsleting listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kebutaan, tuli, dan lain sebagainya. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada

kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang

disebabkan oleh lingkungan kerja (Anwar, 2013). Keselamatan kerja adalah

membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman,

penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk

dan memelihara fasilitas air yang baik (Anwar, 2013). Pendapat lain menyebutkan

bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur

operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Pitasari, 2014).

Pasaribu (2017) menyebutkan, keselamatan kerja merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan seseorang, dan tujuan utama keselamatan

kerja di perusahaan adalah mencegah kecelakaan atau cedera yang terkait dengan

pekerjaan. Zulkarnaini (2014) menjelaskan tujuan keselamatan kerja untuk

menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan yang disebabkan kecelakaan,

dan selanjutnya menyelamatkan pekerja serta mencegah terjadinya kecelakaan di

tempat kerja, dengan cara menciptakan keamanan menyeluruh di tempat kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-

fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang

disediakan oleh perusahaan (Anwar, 2013). Jika perusahaan menjalankan

tindakan-tindakan kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif, maka lebih

sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit, sebagai akibat dari pekerjaan

mereka di perusahaan tersebut.

Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja,

seperti kehilangan nyawa, anggota badan, cedera akibat gerakan yang rutin dan

berulang, penyakit yang disebabkan zat-zat kimia berbahaya, dan lain sebagainya.

Kondisi psikologis diakibatkan stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang

berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap apatis, penarikan diri

dari pergaulan kantor, menonjolkan diri secara berlebihan, memiliki pandangan

yang sempit, pelupa, konflik, frustasi, suka menunda pekerjaan, kurang perhatian

dan focus, mudah putus asa dan lain sebagainya (Anwar, 2013). Kesehatan adalah

faktor sangat penting bagi produktivitas karyawan. Pekerjaan yang menuntut

produktivitas tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki

kesehatan prima. Sebaliknya, jika karyawan sakit, maka karyawan akan kurang

produktif dan pekerjaannya pun tertunda atau bahkan terhenti sama sekali. Untuk

dapat bekerja produktif, maka pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan

pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Lingkungan kerja merupakan aspek yang dapat dikendalikan (controllable) oleh

perusahaan, sedangkan cara bekerja yang sehat dan selamat merupakan aspek

yang juga controllable dilakukan oleh tenaga tenaga kerja (Pasaribu, 2017).

Dalam lingkungan perusahaan, banyak sekali sumber-sumber yang bisa

mengganggu atau bisa menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja.

Syafi’i (2008) mengelompokkan beberapa faktor sebagai berikut:

1. Keadaan tempat lingkungan kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang

diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya

2. Pengaturan udara/suhu

a. Pergantian/sirkulasi udara di ruang kerja yang tidak baik

b. Ruang kerja kotor, berdebu, lembab, dan berbau

c. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya

3. Pengaturan penerangan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat

b. Ruang kerja yang kurang cahaya (remang-remang)

4. Pemakaian peralatan kerja

a. Pengaman peralatan kerja sudah using, aus atau rusak

b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang tepat

5. Kondisi fisik dan mental karyawan

a. Kerusakan panca indera

b. Stamina karyawan tidak stabil

c. Emosi pegawai labil

d. Kepribadian pegawai rapuh

e. Cara berpikir dan presepsi yang lemah

f. Motivasi kerja rendah

g. Sikap pegawai ceroboh

h. Kurang cermat

i. Kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja

Menurut Syafi’i (2008), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai

upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat

hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang

dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat

kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja

dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,

yang tercantum pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja

(Pitasari, 2014).

Anwar (2013) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan

kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:

1. Moral

Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan

penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan.

Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan

keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Hukum

Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang

mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap

pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda,

dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas

kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi

Adanya ulasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi

cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.

Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk memberi ganti rugi

kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Menurut Roehan (2014), secara umum program keselamatan dan

kesehatan kerja dapat dikelompokkan:

1. Telaahan Personal

Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan

tertentu yang diperkirakan rawan dan berpotensi mengalami kecelakaan

dan penyakit kerja:

a. Faktor usia, apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih

aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya.

b. Ciri-ciri fisik karyawan, seperti potensi pendengaran dan penglihatan

yang cenderung berhubungan dengan derajat kecelakaan karyawan

yang kritis.

c. Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya

pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan dan penyakit kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat

memprediksi siapa saja karyawan yang potensial untuk mengalami

kecelakaan dan penyakit kerja, lalu sejak dini perusahaan dapat

menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.

2. Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan

karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar unit

tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam kurun waktu tertentu,

misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan

kecelakaan dan penyakit kerja sampai titik terendah akan diberikan

penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir bagi para karyawan

yang mampu menekan kecelakaan dan penyakit kerja bagi dirinya atau

bagi kelompok karyawan di unitnya.

3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan

oleh perusahaan. Fokus pelatihan pada umumnya pada segi-segi bahaya

atau risiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan dan kesehatan

kerja, perilaku kerja yang aman dan berbahaya.

4. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan

aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh

karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk

bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai

keselamatan dan kesehatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan

beberapa kelalaian kerja yang dapat menimbulkan bahaya individu dan

kelompok karyawan serta tempat kerja.

Anwar (2013) mengatakan, prosedur penerapan program K3 perlu dikuasai

oleh semua pihak di dalam organisasi kerja, karena ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan, antara lain:

1. Bahaya pada area kerja dikenali dan dilakukan tindakan pengontrolan yang

tepat.

2. Kebijakan yang sah pada tempat kerja dan prosedur pengontrolan risiko

diikuti.

3. Tanda bahaya dan peringatan dipatuhi.

4. Pakaian pengamanan digunakan sesuai dengan SI (Standar Internasional).

5. Teknik dan pengangkatan/pemindahan secara manual dilakukan dengan

tepat.

6. Perlengkapan dipilih sebelum melakukan pembersihan dan perawatan

secara rutin.

7. Metode yang aman dan benar digunakan untuk pembersihan dan

pemeliharaan perlengkapan.

8. Peralatan dan area kerja dibersihkan/dipelihara sesuai dengan keamanan,

jadwal pemeliharaan berkala, tempat penerapan dan spesifikasi pabrik.

Menurut Roehan (2014) terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan

dalam penyelenggaraan program K3, yaitu:

1. Seberapa serius keselamatan dan kesehatan kerja hendak

diimplementasikan dalam perusahaan.

2. Pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak

melaksanakan program K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat

pekerja dalam pelaksanaan program K3 di tempat kerja.

3. Kualitas program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai srana

sosialisasi.

Tujuan dari keselamatan kerja itu sendiri adalah sebagai berikut: (Socrates,

2013)

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya, dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

dan efisien.

Kecelakan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan juga dapat

menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan kerja,

terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja. Keselamatan kerja

adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai

akibat kecelakaan kerja.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam Undang-

Undang keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (Undang-Undang K3

pasal 3 ayat 1, tahun 1970):

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis

i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

dan barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.1.2 Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Socrates (2013), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak

terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang

peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan,

sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil

ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling

berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan

kerja atau sedang melakukan pekerjaan di suatu tempat kerja. Ruang lingkup

kecelakaan akibat kerja terkadang diperluas meliputi kecelakaan tenaga kerja yang

terjadi saat perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Menurut Syafi’i (2008) kecelakaan kerja adalah kejadian tidak diharapkan

yang mengakibatkan kesakitan (cedera atau korban jiwa) pada orang, kerusakan

pada properti dan kerugian dalam proses yang terjadi saat pekerjaan dilakukan.

Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena adanya kontak dengan bahan atau

sumber energi (bahan kimia, suhu tinggi, kebisingan, mesin, listrik, dan lain-lain)

di atas nilai ambang batas kemampuan tubuh manusia untuk dapat menerimanya,

yang kemungkinan dapat menyebabkan terpotong, terbakar, luka lecet, patah

tulang, dan terjadi gangguan fungsi fisiologis alat tubuh.

2.1.3 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu

sekejap mata. Socrates (2013) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian

kecelakaan kerja, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni

faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan, dan faktor

manusia. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak

sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua

golongan penyebab antara lain (Syafi’i, 2013):

1. Tindak perbuatan manusia yang tidak mematuhi keselamatan (unsafe

human act)

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

Faktor penggerak di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja yaitu:

(Socrates, 2013)

a. Faktor manusia

1. Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian

kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecendrungan

yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja

dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda

pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini

mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa.

Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja

usia muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan

pekerja yang lebih tua. Pekerja usia muda biasanya kurang

berpengalaman dalam pekerjaannya. (ILO, 1989)

2. Jenis kelamin

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi

daripada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan

kekuatan fisik laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja

perempuan rata-rata sebesar 30% lebih rendah daripada laki-laki.

Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai

waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan, baik gerakan kaki,

tangan dan lengan. (www.depkes.go.id)

3. Pengalaman kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk

kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan

usia, masa kerja atau lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian

dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai

dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja.

4. Tingkat pendidikan

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola piker seorang dalam

menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu

pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap

pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan

keselamatan kerja. Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan

yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti

Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di

lapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi

terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat

mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pendidikan adalah

pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat

berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan

formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga

dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya.

5. Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri.

Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup

lagi untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan

adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada

organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal,

antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa

variasi, lingkungan kerja yang buruk, serta adanya konflik.

b. Faktor lingkungan

1. Lokasi/tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha,

dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya

bahaya kerja di tempat itu. Disain dari lokasi kerja yang tidak

ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat yang baik

apabila lingkungan kerja aman dan sehat.

2. Perlengkapan/peralatan

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah

penting dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan

perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang diproduksinya. Pada

dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang

dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:

a. Bagian-bagian fungsional

b. Bagian-bagian operasional

Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan

mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan

perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja, antara

lain:

a. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan

b. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif

c. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu

rendah

d. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia

berbahaya

e. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi

f. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung,

dll.

3. Shift kerja

Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift

kerja adalah bekerja diluar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat

termasuk hari libur dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai dengan

jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak

menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang,

tetapi shift kerja pagi-siang tidak menutup kemungkinan dalam

menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

2.1.4 Definisi Bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manuisa, kerusakan atau

gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian

agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. (Syafi’i, 2008)

Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat,

sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan api, secara alamiah mengandung sifat

panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan

kerusakan atau cidera.

2.1.5 Jenis Bahaya

Ditempat umum banyak terdapat sumber bahaya seperti perkantoran,

tempat rekreasi, mal, jalan raya, sarana olahraga dan lain-lain. Di tempat kerja

juga banyak jenis bahaya seperti di pertambangan, pabrik kimia, kilang minyak,

pengecoran logam dan lainnya. Kita tidak dapat mencegah kecelakaan jika tidak

dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Jenis bahaya dapat

diklasifikasikan antara lain (Syafi’i, 2008):

a. Bahaya mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun

dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa,

pengaduk dan lain-lain.

b. Bahaya listrik

Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan arus pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang

menggunakan energi listrik.

c. Bahaya kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kadungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahan kimiawi.

d. Bahaya fisik

Bahaya yang berasal dari faktor fisik diantaranya: karena getaran, tekanan,

gas, kebisingan, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan, radiasi dari

bahan radioaktif.

2.1.6 Definisi Risiko

Risiko adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak pasti, jika terjadi,

memiliki efek positif atau negatif pada tujuan proyek. Risiko pada umumnya

dipandang sebagai sesuatu yang negatif seperti kecelakaan, kehilangan, bahaya

dan konsekuensi lainya. Namun kerugian tersebut merupakan bentuk ketidak

pastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi

sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai positif dan mendukung

pencapaian tujuan organisasi. Oleh sebab itu dibutuhkan manajemen risiko

kecelakaan yang baik agar keruguian dari risiko kecelakaan dapat dikurangi atau

dihindari.

2.1.7 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Bentuk kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi bermacam-

macam dan merupakan dasar dari penggolongan atau pengklasifikasian jenis

kecelakaan. Menurut Pasaribu (2017) jenis-jenis kecelakaan kerja dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Terbentur (struck by)

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau

ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya terkena

pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal material.

2. Membentur (struck against)

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau

bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan – bahan kimia.

3. Terperangkap (caught in, on, between)

Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki

pekerja tersangkut di antara papan – papan yang patah di lantai. Contoh

dari cought on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja

terkena pagar kawat, sedangkan contoh dari cought between adalah

kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut

dalam bagian mesin yang bergerak.

4. Jatuh dari ketinggian (fall from above)

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari ketinggian dari tempat yang

lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau

atap.

5. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa

tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

6. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan

pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang

dilakukan diluat batas kemampuan.

7. Terkena aliran listrik (electrical contact)

Luka yang ditimbulkan akibat pekerjaan ini terjadi akibat sentuhan

anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.

8. Terbakar (burn)

Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak

dengan percikan, bunga api atau dengan zat kimia yang panas.

2.1.8 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah suatu proses yang sifatnya berulang, sebab

risiko–risiko baru kemungkinan baru diketahui ketika proyek sedang berlangsung

selama siklus proyek. Frekuensi pengulangan dan siapa personel yang terlibat

dalam setiap siklus akan sangat bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain.

Identifikasi harus mencakup semua risiko, baik yang ada atau tidak dalam

organisasi, tujuannya untuk menghasilkan daftar risiko yang komprehensif dari

suatu peristiwa yang dapat memberikan pengaruh terhadap setiap struktur elemen.

Untuk melakukan proses identifikasi risiko dapat menggunakan tools dan teknik

antara lain (Pasaribu, 2017):

1. Brainstroming

Tujuan brainstorming adalah untuk mendapatkan daftar yang

komperehensif risiko proyek. Brainstorming dilakukan dengan cara

mengundang beberapa orang dan dikmpulkan dalam suatu ruangan untuk

berbagi ide tentang risiko proyek. Ide tentang risiko proyek dihasilkan

dengan bantuan dan kepemimpinan seorang fasilitator.

2. Delphie Technique

Delphie technique adalah cara mencapai konsensus dari para ahli. Para ahli

dalam bidang risiko proyek berpartisipasi tampa nama atau anonumously

dan difisilitasi dengan suatu kuisioner untuk mendapatkan ide tentang

risiko proyek yang dominan. Respon yang ada diringkas, kemudian

disirkulasi ulang kepada para ahli untuk komentar lebih lanjut. Konsensus

mungkin dicapai didalam beberapa kali putaran proses. Delphi technique

sangat membantu untuk mengurangi bias pada data dan menjaga untuk

tidak dipengaruhi oleh pendapat yang tidak semestinya.

3. Interviewing

Interviewing atau wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan data

tetang risiko proyek. Wawancara dilakukan terhadap anggota tim proyek

dan stakeholder lainnya yang telah berpengalaman dalam risiko proyek.

4. Root Cause Identification

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui penyebab risiko yang esensial dan

yang akan mempertajam definisi risiko, kemudian dibuat kedalam grup

berdasarkan penyebab.

5. Strength, Weaknerss, Opportunities and Threats (SWOT) analysis

Teknik ini dilakukan berdasarkan perspektif SWOT untuk meningkatka

pemahaman risiko yang lebih luas. Hasil utama dari proses identifikasi

risiko adalah adanya daftar risiko (risk register) yang harus

didokumentasikan sebagai bagian dari rencana manajemen proyek (project

management plan).

Selanjutnya proses identifikasi yang biasa dilakukan dapat berupa:

1. Cheklist safety

Cheklist safety biasa digunakan sebagai langkah awal atau tinjauan dari

aspek keselamatan dalam suatu situasi. Cheklist dapat diterapkan setiap

melakukan tinjauan. Dapat digunakan selama evaluasi setiap bagian

peralatan.

2. Job Safety Analaysis (JSA)

Job Safety Analaysis (JSA) adalah sebuah teknik analisis bahaya yang

digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang ada pada pekerjaan

seseorang dan untuk mengembangkan pengendalian yang tepat untuk

mengurangi risiko. JSA umumnya tidak digunakan untuk melakukan

peninjauan desain atau memahami bahaya dari suatu proses kompleks.

JSA merupakan suatu analisis yang menghasilkan sebuah rekomendasi

dari tinjauan proses hazard yang lebih detail. Hasil dari JSA ini harus

dituliskan dalam bentuk formal yaitu berupa prosedur untuk setiap

pekerjaan.

3. What if

What if merupakan teknik analisis dengan metode brainstorming untuk

menentukan hal-hal apa saja yang mungkin salah dan risiko dari setiap

situasi.

Tujuan teknik ini adalah mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian

yang tidak diinginkan dan menimbulkan suatu konsekuensi serius. Melalui

teknik ini dapat dilakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya

penyimpangan rancang bangun, konstruksi atau modifikasi dari yan

diinginkan.

4. Hazard And Operability Analaysis (HAZOP)

Hazard And Operability Analysiis (HAZOP) merupakan teknik

identifikasi bahaya yang digunakan untuk industri proses seperti industri

kimia, petrokimia dan kilang minyak. Metode ini sebaiknya dilakukan

oleh orang yang tepat. Penilaian dilakukan dengan menggunakan kata-kata

kunci.

Teknik HAZOP merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis

sehingga dapat menghasilan kajian yang komprehensif. Kajian HAZOP

juga bersifat multidisiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan

rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang, disiplin dan

keahlian.

5. Event Tree Analysis (ETA)

Event Tree Analysis (ETA) menunjukkan dampak yang mungkin terjadi

diawali dengan mengidentifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap

tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Sehingga dalam ETA

perlu diketahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau

prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah

perbaikan yang ditimbulkan oleh pemicu kejadian.

6. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) ditunjukkan untuk menilai

potensi kegagalan dalam proses. Metode ini digunakan untuk manajemen

risiko. FMEA adalah suatu tabulasi dari sitem, peralatan pabrik dan pola

kegagalan serta efek terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai

bagaimana suatu peralatan dapat mengalami kegagalan.

FMEA sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai tingkat

kerawanan dari suatu komponen atau sub sistem atau dapat membantu

dalam menentukan skala prioritas dalam program pemeliharaan,

penyediaan komponen dan pengoperasiaan suatu alat, menenkan biaya

operasi dan pemeliharaan fasilitas.

7. Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis (FTA) menggunakan analisis yang bersifat deduktif.

Dimulai dengan menetapkan kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari

kejadian puncak diidentifikasi dalam bentuk pohon logika kearah bawah.

FTA merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui

bagaimana suatu kecelakaan spesifik dapat terjadi.

2.1.9 Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau satuan-satuan tertentu sebagai

anggota atau himpunan dalam suatu kelas/golongan tertentu. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi, dibawah ini akan diberikan contoh

dari populasi, yakni sebagai berikut:

1. Semua mahasiswa-mahasiswi yang terdaftar di universitas tertentu.

2. Semua perbankan yang ada di Indonesia.

3. Semua saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, dll.

2.1.10 Sampel

Teori sampel dan sampling menurut Sugiyono (2011: 118-127): sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel

dilakukan jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi. Teknik sampling, adalah teknik penganbilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan.dalam penelitian, terdapat macam-

macam teknik sampling yaitu probability sampling dan non probability sampling:

1. Probability sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang

sama kepada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel.

2. Non probability sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau

kesempatan sama setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi , sampling sistematis,

kuota, incidental, purposive, jenuh, snowball.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling jenuh, adalah teknik

menentukan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal

ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil yakni kurang dari 30 orang.

2.1.11 Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik

secara lansung maupun tidak lansung.

2.1.11.1 Jenis Kuesioner

1. Kuesioner Terbuka: Daftar pertanyaan yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menuliskan pendapat mengenai pertanyaan yang

diberikan penelitian.

2. Kuesioner Tertutup: Daftar pertanyaan yang alternatif jawabannya telah

disediakan oleh peneliti.

3. Kuesioner Campuran: Perpaduan antara bentuk kuesioner terbuka dan

tertutup.

2.1.11.2 Keuntungan dan Kelebihan Kuesioner

Berikut ini adalah keuntungan dan kelemahan dari kuesioner:

Tabel 2.1

Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner

Keuntungan Kelemahan

1. Tidak memerlukan kehadiran

peneliti

2. Waktu fleksibel, bergantung

waktu senngang responden

3. Dapat dibagikan ssecara

bersama-sama lepada seluruh

responden

4. Identitas responden dapat

dibuat anonym

1. Responden sering tidak teliti

dalam mengisi angket

2. Responden sering tidak jujur

meskipun anonym

3. Responden dengan tingkat

pendidikan tertentu kemungkinan

kesulitan dalam mengisi kuesioner

2.1.12 Metode Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

Menurut Pasaribu (2017), Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

merupakan teknik analisa risiko secara sirkulatif yang digunakan untuk

mengidentifikasi bagaimana suatu peralatan, fasilitas/sistem dapat gagal serta

akibat yang dapat ditimbulkannya. Hasil FMEA berupa rekomendasi untuk

meningkatkan kehandalan tingkat keselamatan fasilitas, peralatan/sistem. Dalam

konteks Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), kegagalan yang dimaksudkan

dalam definisi ini merupakan suatu bahaya yang muncul dari suatu proses.

Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara mengontrol

terjadinya kecelakaan kerja yang mempunyai risiko tinggi baik dalam hal

akibatnya, kemungkinan terjadinya dan kemudahan pendeteksiannya. Berdasarkan

hal itu FMEA merupakan metode yang tepat untuk dilakukan karena metode

FMEA mengukur tingkat risiko kecelakaan kerja secara konvensional berdasarkan

tiga parameter yaitu keparahan/Severity (S), kejadian/Occurance (O) dan

deteksi/Detection (D).

Disamping keunggulan dan kemudahan metode FMEA, terdapat beberapa

kelemahan yang tidak dapat dihindarkan. Menurut Xu et al. (2002) dan Yeh dan

Hsieh (2007) yang dikutip oleh Pasaribu (2017), beberapa kelemahan metode

FMEA antara lain:

1. Pernyataan dalam FMEA sering bersifat subjektif dan kualitatif sehingga

tidak jelas dalam bahasa ilmiah

2. Ketiga parameter (keparahan, kejadian dan deteksi) biasanya memiliki

kepentingan yang sama padahal seharusnya ketiga parameter tersebut

memiliki kepentingan yang berbeda

3. Nilai RPN yang dihasilkan dari perkalian S, O, dan D sering sama,

padahal sebenarnya mempersentasikan nilai risiko yang berbeda. Demi

mengatasi kelemahan yang dimiliki metode FMEA tersebut, biasanya

metode ini digabungkan dengan metode lainnya seperti metode-metode

khusus dalam bidang keselamatan kerja yaitu Fault Tree Analysis (FTA)

dan Job Safety Analysis (JSA).

Meskipun demikian, kedua metode tambahan tersebut tidak dapat

menghasilkan data yang benar-benar kuantitatif (nilai rill) sebagai dasar

pertimbangan pengambilan keputusan.

Dalam hal ini ada tiga hal yang membantu menentukan dari gangguan

antara lain:

1. Frekuensi (Occurrence)

Dalam menentukan occurrence ini dapat ditentukan seberapa banyak

gangguan yang dapat menyebabkan sebuah kegagalan pada operasi

perawatan dan kegiatan operasional pabrik.

2. Tingkat kerusakan (Severity)

Dalam menentukan tingkat kerusakan (severity) ini dapat ditentukan

seberapa serius kerusakan yang dihasilkan dengan terjadinya ke gagalan

proses dalam hal operasi perawatan dan kegiatan operasional pabrik.

3. Tingkat deteksi (Detection)

Dalam menentukan tingkat deteksi ini dapat menentukan bagaimana

kegagalan tersebut dapat diketahui sebelum terjadi, tingkat deteksi juga

dapat dipengaruhi dari banyaknya kontrol yang mengatur jalannya proses,

semakin banyak kontrol dan prosedur yang mengatur jalannya sistem

penanganan operasional perawatan dan kegiatan operasional pabrik maka

diharapkan tingkat deteksi dari kegagalan dapat semakin tinggi.

Berikut ini merupakan tujuan yang akan dicapai oleh suatu perusahaan

dengan penerapan Metode FMEA:

a. Untuk mengidentifikasi mode kegagalan dan tingkat keparahan efeknya

b. Untuk mengidentifikasi karakteristik kritis dan karakteristik signifikan.

c. Untuk mengurutkan pesanan disain potensial dan defisiensi proses.

d. Untuk membantu focus engineer dalam mengurangi perhatian terhadap

produk dan proses, dan membantu mencegah timbulnya permasalahan.

Dari penerapan FMEA pada perusahaan maka akan dapat diperoleh

keuntungan – keuntungan yang sangat bermanfaat untuk perusahaan, antara lain:

a. Meningkatkan kualitas, keandalan, dan keamanan produk.

b. Membantu meningkatkan kepuasan pelanggan

c. Meningkatkan citra baik dan daya saing perusahaan

d. Mengurangi waktu dan biaya pengembangan produk

e. Memperkirakan tindakan dan dokumen yang dapat mengurangi risiko

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama bertujuan untuk

mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek

pembangunan gedung. Tahap kedua bertujuan untuk menilai tingkat risiko

kecelakaan kerja yang dilakukan dengan metode FMEA dengan menghitung nilai

Risk Priority Number (RPN) dari tiap risiko kecelakaan kerja. Nilai RPN

merupakan perkalian dari nilai S, O, dan D seperti yang telah diuraikan di atas.

Tahap ketiga bertujuan untuk mengidentifikasi kombinasi-kombinasi penyebab

potensi kecelakaan yang terjadi.

a. Identifikasi potensi kecelakaan kerja (Tahap I)

Pada tahap awal ini dilakuan identifikasi potensi kecelakaan kerja yang

dapat terjadi di bengkel bina karya. Selanjutnya kecelakaan kerja yang

potensial terjadi disusun dalam bentuk kuisioner, setelah itu

dikonfirmasikan kepada semua pekerja. Kuisioner ini digunakan untuk

konfirmasi nilai potensi bahaya kecelakaan kerja secara umum. Tujuan

dari konfirmasi ini adalah mendapat kepastian kemungkinan timbulnya

potensi kecelakaan kerja berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Potensi kecelakaan kerja kemudian di cross-check dengan kecelakaan

kerja yang telah terjadi pada pekerjaan yang sudah dilaksanakan di

bengkel yang menjadi obyek penilitian ini.

b. Penentuan nilai Severity (S), Occurrence (O) dan Detection (D) metode

FMEA (Tahap II)

Setelah diperoleh item risiko maka langkah berikutnya adalah penentuan

tingkat keparahan/Severity (S), kemungkinan terjadinya/Occurrence (O)

dan deteksi/Detection (D). Penentuan rating didapatkan melalui proses

brainstorming dengan para pekerja di bengkel tersebut. Penentuan rating

tersebut akan sangat menentukan proses memprioritaskan daftar

risiko/penentuan risiko kritis. Risiko kritis ini yang akan dianalisis lebih

lanjut menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA).

1. Severity (S)

Saverity menunjukkan tingkat keseriusan akibat yang ditimbulkan.

Skala/ranking yang digunakan pada penilitian ini berdasarkan standar

incident severity scale. Standar ini memberi dampak dari potensi

kecelakaan kerja mengenai luka, penyakit, bahaya sosial dan

psychological serta bahaya terhadap mesin atau peralatan. Penelitian

ini hanya melihat dampak yang ditimbulkan dari potensi kecelakaan

kerja berupa luka yang ditimbulkan. Skala untuk severity dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2

Skala Severity

Tingkat Dampak Akibat luka

10 Kehilangan nyawa atau

merubah kehidupan

individu

Kematian beberapa individu (masal)

9 Kematian individu (seseorang)

8

Perlu perawatan serius dan menimbulkan

cacat permanen

7

Berdampak besar pada

individu sehingga tidak

ikut lagi dalam aktivitas

Dirawat lebih dari 12 jam, dengan luka

pecah pembuluh darah, hilang ingatan

hebat, kerugian besar, dll

6

Dirawat lebih dari 12 jam, patah tulang,

tulng bergeser, radang dingin, luka

bakar, susah bernafas dan lupa ingatan

sementara, jatuh/terpeleset.

5

Dampak yang diterima

sedang (individu hanya 1

sampai 2 hari tidak ikut

dalam aktivitas)

Keseleo/terkilir, retak/patah ringan,

keram atau kejang

4

Luka bakar ringan, luka gores/tersayat,

frosnip (radang dingin/panas)

3

Dampak diterima kecil

(individu masih dapat

ikut dalam aktivitas)

Melepuh, tersengat panas, keseleo

ringan, tergelincir atau terpeleset ringan

2

Tersengat matahari, memar, teriris

ringan, tergores

1

Tidak berdampak

(individu tidak mendapat

dampak yang terasa)

Terkena serpihan, tersengat serangga,

tergigit serangga

Sumber: National incident database report, 2011 dan Wang, et al (2009)

2. Occurance (O)

Occurance merupakan frekuensi dari penyebab kegagalan (potensi

kecelakaan kerja) secara spesifik dari suatu proyek yang terjadi dan

menghasilkan bentuk kegagalan. Skala yang digunakan dari satu (hampir

tidak pernah) sampai dengan sepuluh (hampir sering). Skala untuk

Occurance dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3

Skala Occurance

Probabilitas kejadian Tingkat kejadian Nilai

Sangat tinggi dan tidak bisa dihindari > 1 in 2 10

1 in 3 9

Tinggi dan sering terjadi 1 in 8 8

1 in 20 7

Sedang dan kadang terjadi 1 in 80 6

1 in 400 5

Rendah dan relatif jarang terjadi 1 in 2.000 4

1 in 15.000 3

Sangat rendah dan hampir tidak pernah terjadi 1 in 150.000 2

1 in 1.500.000 1 Sumber: Y.M. Wang, et al (2009)

Berikut ini merupakan penjelasan tabel diatas : Apabila aktifitas kerja

yang dilakukan sedikit dan menimbulkan satu insiden, maka peluang terjadinya

kecelakaan tinggi, memperoleh nilai yang lebih besar. Sedangkan semakin banyak

aktifitas kerja yang dilakukan dan menimbulkan satu insiden maka peluang

kecelakaan kerja semakin kecil, dan memperoleh nilai yang lebih rendah.

3. Detection (D)

Detection merupakan pengukuran terhadap kemampuan mendeteksi

atau mengontrol kegagalan (potensi kecelakaan kerja) yang bisa terjai.

Skala yang digunakan dari satu (alat bisa mengontrol atau mendeteksi

kegagalan), skala untuk detection dapat diliat pada table dibawah ini :

Tabel 2.4

Skala Detection

Deteksi Kemungkinan Terdeteksi Ranking

Hampir tidak

mungkin

Tidak ada alat pengontrol yang mampu

mendeteksi 10

Sangat jarang Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi

bentuk dan penyebab kegagalan 9

Jarang 8

Sangat rendah

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab sangat rendah 7

Rendah

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab rendah 6

Sedang

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab sedang 5

Agak tinggi

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab sedang sampai tinggi 4

Tinggi

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab tinggi 3

Sangat tinggi

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab sangat tinggi 2

Hampir pasti

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk dan penyebab hampir pasti 1 Sumber: Y.M. Wang, et al (2009)

Untuk menentukan nilai S,O,D digunakan kuisioner. Maka diperoleh nilai

S,O,D untuk tiap potensi risiko. Selanjutya melakukan perhitungan Risk Priority

Number (RPN) merupakan bagian penting dalam FMEA karena dari nilai RPN

akan diketahui prioritas risiko yang termasuk risiko kritis. Nilai RPN dihitung

dengan mengalikan nilai Severity (S), Occurrence (O), dan Detection (D).

Kemudian barulah ditentukan skala Risk Priority Number(RPN) sesui

dengan tingkatan Prioritas seperti pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2.5

Skala Risk Priority Number (RPN)

Nilai Rpn Kondisi

RPN : 95-125 Priority pertama untuk dilakukan Control Proses

RPN : 61-94 Priority kedua untuk dilakukan Control Proses

RPN : 27-60 Priority ketiga untuk dilakukan Control Proses

RPN : 1-26 Risiko yang masih dapat diterima berdasarkan

kondisi pasti selama tidak ada perubahan pada

parameter RPN

2.1.13 Metode Fault Tree Analysis (FTA)

Menurut Thomas Pyzdek, (2002) dalam Pasaribu (2017), Fault Tree

Analysis (FTA) suatu model diagram yang terdiri dari beberapa kombinasi

kesalahan (fault) secara pararel dan secara berurutan yang mungkin menyebabkan

awal dari failure event yang sudah ditetapkan. Secara sederhana FTA dapat

diuraikan sebagai suatu teknik analitis dimana suatu status yang tidak diinginkan

menyangkut kesalahan suatu sistem yang dianalisa dalam konteks operasi dan

lingkungannya untuk menemukan semua cara yang dapat dipercaya dalam

peristiwa yang tidak diinginkan dapat terjadi. FTA bersifat top-down, artinya

analisa yang dilakukan dimulai dari kejadian umum (kerusakan secara umum)

selanjutnya penyebabnya (khusus) dapat ditelusuri ke bawahnya. Sebuah fault tree

mengilustrasikan keadaan dari komponen-komponen sistem (basic event) dan

hubungan antara basic event dan top event. Simbol diagram yang dipakai untuk

menyatakan hubungan tersebut disebut gerbang logika (logic gate). Output dari

sebuah gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk ke gerbang tersebut.

Istilah – istilah dalam FTA:

1. Event

Penyimpanan yang tidak digunakan/diharapkan dari suatu keadaaan

normal pada suatu komponen dari system.

2. Top event

Kejadian yang tidak dikehendaki pada puncak yang akan diteliti lebih

lanjut kea rah kejadian dasar lainnya dengan menggunakan gerbang-

gerbang logika untuk menentukan penyebab dan kekerapannya.

3. Logic gate

Hubungan secara logika antara input (kejadian yang dibawah). Hubungan

logika ini dinyatakan dengan gerbang AND (dan) atau gerbang OR (atau).

4. Transferred event

Segitiga yang digunakan transfer. Symbol ini menunjukkan bahwa uraian

lanjutan kejadian berada dihalaman lain.

5. Undeveloped event

Kejadian dasar (basic event) yang tidak akan dikembangkan lebih jauh

karena sudah tersedianya informasi.

6. Basic event

Kejadian yang tidak diharapkan yang dianggap sebagai penyebab dasar

sehingga tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut.

Manfaat metode Fault Tree Analysis (FTA):

1. Dapat menentukan faktor penyebab yang kemungkinan besar

menimbulkan kegagalan.

2. Menentukan tahapan kejadian yang kemungkinan besar sebagai penyebab

kegagalan.

3. Menganalisa kemungkinan sumber-sumber risiko sebelum kegagalan

timbul.

4. Menginvestigasi suatu kegagalan.

Metode ini dapat dikembangkan secar lanjut dengan metode probabilitas

dari setiap akar permasalahan dan dihitung berapa persen kemungkinan

pengaruh Basic Event terhadap Top Event.

Kelebihan dari metode fault tree analysis adalah :

1. Mudah menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab untuk

menghasilkan kerugian.

2. Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa dimengerti.

3. Dapat membuat tindakan pencegahan yang dapat untuk mengeliminir

penyebab dasar sehingga kerugian yang sama tida akan muncul lagi.

4. Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari kerugian.

Hasil analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) diperoleh nilai RPN

tertinggi. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama pekerja di Bengkel Bina

Karya untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi pada kegiatan tersebut.

Dari hasil wawancara tersebut akan diketahui jenis kecelakaan yang terjadi di

bengkel tersebut.

2.1.14 Simbol-Simbol Fault Tree Analysis (FTA)

Simbol-simbol dalam FTA dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Simbol-simbol gerbang (gate)

Simbol gate digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kejadian

dalam sistem. Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi atau

bersama-sama menyebabkan kejadian lain muncul. Adapun simbol-simbol

hubungan yang digunakan dalam FTA dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 2.6

Simbol-Simbol Gerbang FTA

Sumber: Blanchard, 2004

2. Simbol-simbol kejadian (event)

Simbol kejadian digunakan untuk menunjukkan sifat dari setiap kejadian

dalam sistem. Simbol-simbol kejadian ini akan lebih memudahkan dalam

mengidentifikasi kejadian yang terjadi. Adapun simbol-simbol kejadian

yang digunakan dalam FTA seperti yang dicantumkan pada tabel dibawah

ini.

Tabel 2.7

Simbol-Simbol Kejadian FTA

Sumber: Blanchard, 2004

Selanjutnya setiap fault ini akan saling berhubungan secara horizontal

dengan hubungan “and” atau “or”. Jika hubungan yang terjadi antara dua

kejadian adalah “and” berarti kejadian diatasnya baru dapat terjadi jika kedua

kejadian dibawah terjadi, namun jika penghubungnya adalah “or” maka kejadian

diatasnya dapat terjadi jika salah satu kejadian dibawahnya terjadi.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang merupakan cara berfikir yang logis dan

sistematis dengan melihat hubungan setiap variable yang telah diidentifikasi

sebelumnya yang digunakan dalam menganalisis masalah penelitian sehingga

pemaparan dari konsep penelitian lebih mudah dipahami. Kerangka konseptual

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Masalah dalam penelitian ini, Bengkel Bina Karya belum menerapkan

Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja sehingga mengakibatkan tingginya

angka kecelakaan kerja, adanya kasus kecelakaan kerja yang terjadi dan telah

menyebabkan kecacatan dan cedera, para pekerja tidak melengkapi alat pelindung

diri (APD) dan di dalam lingkungan kerja terdapat berbagai peralatan dan mesin-

mesin yang digunakan, belum teridentifikasi potensi bahaya dan akar penyebab

kecelakaan kerja.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan analisis risiko

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat mengetahui potensi kecelakaan

kerja dan penyebab dari risiko kecelakaan kerja tersebut.

1. Wawancara dan

kuesioner

2. Kejadian Risiko

K3

3. Faktor Risiko K3

INPUT PROSES OUTPUT

1. Metode FMEA:

a.Mengidentifikasi

kejadian Risiko K3

b. Menentukan nilai

severity(S),occurance(O),

detection(D)

c. menghitung nilai RPN=

SxOxD

d. Tentukan Faktor risiko

dominan daru kejadian

risiko dengan tabel RPN

2. Metode FTA :

Mengidentifikasi potensi

penyebab kejadian Risiko

kecelakaan dalam bentuk

pohon kesalahan yang di

ambil dari nilai RPN

tertinggi.

1. Kejadian risiko

dan penilaian

risiko kecelakaan

kerja dengan

metode FMEA

2. Penyebab risiko

kecelakaan kerja

dengan metode

FTA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat

deskriptif analitik. Penelitian deskriptif analitik merupakan penelitian yang

berusaha mendeskripsikan dan mengintrepentasikan sesuatu, misalnya kondisi

atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecendrungan yang tengah

berlangsung.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Bina Karya Jl. Cupak Solok.

Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan mei sampai dengan Juni

2018.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

(Notoatmojo, 2012). Sedangkan Sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmojo, 2012).

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Bengkel Bina

Karya yang berjumlah 15 orang.

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling jenuh, adalah

teknik menentukan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Karena hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relative kecil yakni

kurang dari 30 0rang.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua karyawan bengkel Bina Karya

yang menjadi populasi berjumlah 15 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah risiko K3 terhadap pekerja di Bengkel Bina

Karya yang nantinya akan didapatkan bentuk kejadian risiko K3 dan penyebab

kejadian risiko K3.

3.5 Data, Jenis Data dan Sumber Data

3.5.1 Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data jumlah karyawan,

data kecelakaan kerja selama bulan November 2017 sampai dengan April 2018

serta melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.5.2 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa

wawancara, maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil

pengujian (benda).

2. Data sekunder

Data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung

yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang

dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan secara umum.

3.5.3 Sumber Data

Data yang dikumpulkan merupakan data-data yang diperoleh dari

dokumen di bengkel, tanya jawab dengan pembimbing di lapangan dan kuesioner

yang disebar kepada pekerja.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Mengidentifikasi Risiko K3

Untuk melakukan analisis kecelakaan kerja di Bengkel Bina Karya

dilakukan beberapa langkah-langkah pengolahan data. Pengolahan data diawali

dengan mengidentifikasi kejadian risiko K3 dengan cara melakukan wawancara

lansung dilapangan dan menggunakan kuesioner untuk mendapatkana gambaran

kejadian risiko K3 yang di alami sebanyak 15 pekerja bengkel.

3.6.2 Memberikan penilaian risiko

Kejadian risiko K3 itu diberikan penilaian risiko dengan menggunakan

metode FMEA (Failure Mode Effect and Analysis). Penilaian yang diberikan

terdiri dari S (Saverity) berdasarkan Tingkat keparahan dengan nilai yang dapat

diberikan 1-10, O (Occurance) berdasarkan tingkat Keseringan, nilai yang dapat

diberikan juga 1-10, dan D (Detection) berdasarkan deteksi atau pencegahan yang

ada saaat ini, dengan nilai dapat diberikan 1-10 juga untuk masing-masing

kejadian risiko yang sudah teridentifikasi. Kemudian dicari nilai Risk Priority

Number (RPN) dari masing-masing kejadian risiko dengan mengalikan Nilai S, O

dan D

RPN = SxOxD

Nilai RPN kemudian di urutkan berdasarkan nilai tertinggi (sumber;

Sugiarto, 2009). Faktor risiko yang memiliki kejadian risiko dengan nilai RPN

tertinggi, ditetapkan sebagi faktor risiko dominan.

3.6.3 Menggambarkan model FTA

Untuk membuat model FTA dari RPN tertinggi maka kita perlu

Mengidentifikasi Variabel risiko intermediate event dan basic even, maka

dilakukan wawancara dengan pihak bengkel untuk mendapatkan kesepakatan

potensi penyebab kecelakaan menurut pakar yang dianggap mempunyai

pengalaman.

Wawancara disini dialakukan tiga tahapan, tahapan I untuk menentukan

intermediate event, tahapan II untuk menentukan basic event dan tahap III untuk

membentuk hubungan antara top event, intermediate event dan basic event.

3.7 Kerangka Metodologi

Kerangka metodologi merupakan cara berpikir penulis dalam melakukan

penelitian atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan proposal.

Adapun kerangka metodologi yang dimaksut dapat dilihat pada gambar berikut:

Mulai

Penelitian pendahuluan Studi Literatur

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kejadian risiko dan penilaian risiko kecelakaan kerja dengan

menggunakan metode FMEA.

2. Mengetahui penyebab risiko kecelakaan kerja dengan menggunakan metode

FTA.

Pengumpulan Data

Data jumlah kecelakaan kerja, Wawancara, Penyebaran Kuesioner, Jumlah

karyawan, Kejadian Risiko K3, Faktor Risiko K3

Identifikasi Masalah

1. Bengkel bina karya belum menerapkan sistem kesehatan dan keselamatan

kerja sehingga mengakibatkan tingginya angka kecelakaan kerja.

2. Adanya kasus kecelakaan kerja yang terjadi dan telah menyebabkan

kecacatan dan cedera.

3. Para pekerja tidak memakai alat pelindung diri (APD)

4. Belum teridentifikasi potensi bahaya dan akar penyebab dari kecelakaan

kerja.

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian

Pengolahan Data

1. Metode FMEA:

a.mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja

b. Menentukan nilai severity(S),occurance(O),detection(D)

c. menghitung nilai RPN= SxOxD

d. tentukan Faktor risiko dominan daru kejadian risiko denagan tabel RPN

2. Metode FTA:

a. Menentukan top event, intermediate event, dan basic event dari nilai RPN

tertinggi.

b. Membuat Diagram FTA

Analisa Hasil Perhitungan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka

dilakukan pengumpulan data yang digunakan dalam Analisis Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode Failure Mode and Effect

Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA) seperti data kecelakaan kerja,

data faktor penyebab resiko, kejadian resiko dan rekapitulasi kuesioner.

Berikut ini data-data yang digunakan dalam penelitian penulis:

4.1.1 Data Kecelakaan Kerja

Berdasarkan data kecelakaan kerja pada Bengkel Bina Karya tercatat

dimulai dari bulan November 2017 hingga April 2018 terdapat 14 kali kecelakaan

kerja.

Berikut ini adalah data kecelakaan kerja Bengkel Bina Karya:

Tabel 4.1

Data Kecelakaan Kerja Bengkel Bina Karya

Nofember 2017 Desember 2017 Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018 April

1 Jari tangan putus akibat terjepit rood

excavator- 1 - - - - 1

2 Mata terkena cairan carburator

spray - - 1 - - - 1

3 Terkena Air panas/air radiator 1 - - 1 - - 2

4 Tangan dan kaki terkena gerinda

lepas- - - - 1 1 2

5 Tangan terjepit mesin 1 - - - 1 - 2

6 Kesentrum listrik - - 1 - - - 1

7 Kening terkena kipas mobil - 1 - - - - 1

8 Jatuh dari alat berat - - 1 - 1 - 2

9 Tangan terbakar percikan api las - - 1 - - - 1

10 Mata terkena pasir atau debu - - - - - 1 1

14Total

BulanNo Jenis Kecelakaan Jumlah (Orang)

4.1.2 Data Penilaian Resiko Berdasarkan Saverity

Penilaian yang diberikan terdiri dari S (Saverity) berdasarkan Tingkat

keparahan dengan nilai yang dapat diberikan 1-10.

Berikut ini adalah data penilaian resiko berdasarkan severity:

Tabel 4.2

Data Penilaian Resiko Berdasarkan Severity No

Jenis kejadian risiko

Responden Rata

–rata K

1

K

2

K

3

K

4

K

5

K

6

K

7

K

8

K

9

K

10

K

11

K

12

K

13

K

14

K

15

1 Kaki dan tangan

luka akibat

gerinda lepas

5 5 4 5 4 6 2 5 5 5 5 6 5 6 5 4.86

2 Tangan terbakar

percikan api las

4 4 5 5 5 2 3 2 6 6 4 4 5 4 4 4.20

3 Jari tangan putus

akibat terjepit

rood excavator

4 4 5 4 5 2 3 2 5 4 4 4 4 5 5 4.00

4 Jatuh dari alat

berat

2 2 2 4 1 9 4 2 3 5 2 7 3 3 2 3.33

5 Mata terkena

cairan carburator

sprai

6 6 6 4 1 1 6 5 5 7 6 6 6 6 6 5.46

6 Tangan terjepit 1 2 3 4 5 8 7 6 7 4 1 5 1 1 2 3.80

7 Terkena air

panas atau air

radiator

1 1 3 5 3 6 4 2 6 1 1 1 2 2 3 4.10

8 Kening terkena

kipas mobil

3 3 3 6 7 9 4 6 1 2 3 1 3 3 3 3.80

9 Mata terkena

pasir atau debu

1 1 3 8 2 1 6 4 3 5 1 3 1 4 2 3.60

10 Kesentrum listrik 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1.46

4.1.3 Data Penilaian Resiko Berdasarkan Occurance

Penilaian resiko Occurance didapatkan berdasarkan tingkat Keseringan,

nilai yang dapat diberikan juga 1-10.

Berikut ini adalah data penilaian resiko berdasarkan occurance:

Tabel 4.3

Data Penilaian Resiko Berdasarkan Occurance No

Jenis kegiatan Responden Rata

–rata K

1

K

2

K

3

K

4

K

5

K

6

K

7

K

8

K

9

K

10

K

11

K

12

K

13

K

14

K

15

1 Kaki dan tangan

luka akibat

gerinda lepas

1 2 3 2 2 5 6 4 2 8 1 6 1 1 1 3.00

2 Tangan terbakar

percikan api las

1 3 1 2 5 6 6 4 4 6 1 5 1 2 2 3.26

3 Jari tangan putus

akibat terjepit

rood excavator

1 1 1 1 5 6 6 4 3 5 1 3 2 1 1 3.41

4 Jatuh dari alat

berat

5 6 5 4 3 8 4 2 6 5 5 6 5 6 6 5.06

5 Mata terkena

cairan carburator

sprai

1 2 2 2 1 7 4 2 4 7 1 5 1 2 2 2.86

6 Tangan terjepit 3 5 3 3 2 5 6 6 5 6 3 3 3 3 3 3.93

7 Terkena air

panas atau air

radiator

1 2 1 4 1 2 8 6 2 1 1 1 1 1 2 2.26

8 Kening terkena

kipas mobil

3 4 3 6 4 2 7 5 6 1 3 1 3 3 3 3.60

9 Mata terkena

pasir atau debu

3 3 3 5 4 6 4 2 8 2 4 2 3 3 3 3.66

10 Kesentrum listrik 3 3 4 3 2 3 6 1 2 3 3 2 3 3 3 2.53

4.1.4 Data Penilaian Resiko Berdasarkan Detection

Penilaian resiko Detection didapatkan berdasarkan deteksi atau

pencegahan yang ada saaat ini, dengan nilai dapat diberikan 1-10.

Berikut ini adalah data penilaian resiko berdasarkan detection:

Tabel 4.4

Data Penilaian Resiko Berdasarkan Detection No

Jenis kegiatan Responden Rata

–rata K

1

K

2

K

3

K

4

K

5

K

6

K

7

K

8

K

9

K

10

K

11

K

12

K

13

K

14

K

15

1 Kaki dan

tangan luka

akibat gerinda

lepas

9 9 8 9 7 6 6 8 4 5 9 9 4 9 8 7.33

2 Tangan

terbakar

percikan api

las

4 4 9 4 6 3 6 7 5 7 4 8 4 5 8 5.60

3 Jari tangan

putus akibat

terjepit rood

excavator

4 5 9 4 6 3 6 7 4 6 4 7 4 4 4 5.13

4 Jatuh dari alat

berat

2 8 3 6 9 5 5 3 4 6 4 5 6 4 5 5.00

5 Mata terkena

cairan

carburator

spray

4 5 6 5 4 5 4 8 3 5 4 2 5 4 3 4.46

6 Tangan

terjepit

4 6 4 2 3 5 3 5 6 5 3 5 5 3 4 4.20

7 Terkena air

panas atau air

radiator

6 6 4 1 7 6 6 4 4 10 6 10 7 7 6 6.00

8 Kening

terkena kipas

mobil

6 8 8 6 6 1 5 4 2 9 6 7 7 6 6 5.80

9 Mata terkena

pasir atau

debu

6 8 6 8 7 1 9 6 3 8 7 9 8 8 8 6.80

10 Kesentrum

listrik

1 2 1 1 3 8 3 2 5 4 1 3 1 1 1 2.46

4.2 Pengolahan Data

Adapun pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari

beberapa tahapan sebagi berikut :

4.2.1 Kejadian Risiko K3 di Area Bengkel

Berdasarkan hasil wawancara dengan sebanyak 15 pekerja tersebut di

lapangan, di dapat sebanyak 15 potensi kejadian risiko K3 yang terdapat di dua

unit kerja tersebut. Kelima belas kejadian risiko K3 tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.5

Kejadian Risiko K3 Pada Bengkel Bina Karya

No Unit Kerja Kejadian Risiko K3

1 Perbaikan excavator Jari tangan putus terjepit rood excavator

Terkena air panas atau air radiator

Kesentrum listrik

Jatuh dari alat berat

Tangan terbakar percikan api las

Kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas

Mata terkena pasir atau debu

2 Perbaikan Mobil Mata terkena cairan carburator spay

Terkena air panas / air radiator

Terjepit mesin mobil

Kesentrum listrik

Kening terkena kipas mobil

Tangan terbakar percikan api las

Kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas

Mata terkena pasir atau debu

Sumber data : Bengkel Bina Karya

Dari lima belas kejadian risiko K3 tersebut, sebagian jawaban diantaranya

mempunyai kesamaan, sehingga dilakukan perampingan. Perampingan dilakukan

dengan cara mencari jenis kejadian risiko K3 yang lebih dari satu, hanya akan di

ambil diantaranya, untuk mewakili kejadian risiko K3 tersebut, hasil perampingan

itu didapatkan sebanyak 10 kejadian risiko yang dikelompokkan berdasarkan

faktor risiko K3 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Faktor Risiko K3 berdasarkan Kejadian Risiko K3

No Faktor Risiko K3 Kejadian Risiko

1 Terbakar Tangan terbakar percikan api las

2 Luka/memar/terpeleset Jari tangan putus terjepit rood excavator

Tangan terjepit

Jatuh dari alat berat

Kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas

Kening terkena kipas mobil

Terkena air panas / air radiator

3 Gangguan Pada Mata Mata terkena cairan carburator spray

Mata terkena pasir atau Debu

4 Kesentrum Kesentrum listrik

Sumber data : Bengkel Bina Karya

Pada tabel di atas seluruh kejadian risiko K3 sudah teridentifikasi menurut

potensi faktor risiko K3.

4.2.2 Tahap Penilaian Risiko

Sepuluh kejadian risiko K3 lalu diberikan tiga tahapan penilaian Severity

(S), Occurance (O), Detection (D) sesui metoda pendekatan FMEA (Failure

Mode Effect and Analysis) yang disajikan dalam bentuk kuesioner (lihat lampiran)

yang dibagikan kepada 15 pekerja di areal Bengkel Bina Karya Cupak Solok.

Kemudian untuk menentukan nilai Risk Priority Number (RPN) pada masing –

masing kejadian Risiko K3 nilai S dikalikan nilai O dan dikalikan nilai D. hasil

perkalian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.7

RPN Hasil Penilaian Kejadian Risiko K3

Faktor

risiko K3

NO Kejadian Risiko K3 S O D RPN

Terbakar 1

Tangan terbakar

percikan api las

4.20 3.26 5.60 76.67

Luka/memar/

terpeleset

2

Jari tangan putus

akibat terjepit rood

excavator

4.00 3.41 5.13 69.97

3 Tangan terjepit 3.80 3.93 4.20 62.72

4 Jatuh dari alat berat 3.33 5.06 5.00 84.24

5

Kaki dan tangan luka

akibat gerinda lepas

4.86 3.00 7.33 106.87

6 Kening terkena kipas

mobil

3.80 3.60 5.80 79.34

7 Terkena air panas atau

air radiator

4.10 2.26 6.00 55.59

Gangguan

pada mata

8

Mata terkena cairan

carburator spray

5.46 2.86 4.46 69.64

9

Mata terkena pasir

atau debu

3.60 3.66 6.80 89.59

Kesentrum 10

Kesentrum listrik 1.46 2.53 2.46 9.08

(Sumber : diolah sendiri)

Dari tabel di atas terlihat faktor risiko K3 di ikuti risiko kejadian K3

beserta dengan penilaiannya. Pada tabel tersebut juga terlihat perbedaan kejadian

risiko K3 memiliki nilai yang berbeda lalu nilai tersebut kemudian di urutkan

mulai dari nilai terbesar hingga nilai terkecil.

Tabel 4.8

Ranking Faktor Risiko Berdasarkan Nilai Tertinggi Hingga Terendah

(Sumber data : diolah sendiri)

4.2.3 Faktor Risiko K3 Dominan

Setelah diketahui Risk Priority Number (RPN) dari kejadian risiko K3

yang di identifikasi maka langkah selanjutnya adalah menentukan persentase dari

masing - masing kejadian risiko tersebut. Berdasarkan perbandingan kejadian

risiko K3 trsebut dapat dilihat pada gambar berikut :

No Faktor Risiko Kejadian Risiko Nilai RPN

1 Luka/Memar/Terpeleset Kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas 106.87

2 Gangguan Pada Mata Mata terkena pasir atau debu 89.59

Jatuh dari alat berat 84.24

Kening terkena kipas mobil 79.34

4 Terbakar Tangan terbakar percikan api las 76.67

5 Luka/Memar/Terpeleset Jari tangan putus akibat terjepit rood excavator 69.97

6 Gangguan Pada Mata Mata terkena cairain carburator spray 69.64

Tangan terjepit 62.72

Terkena air panas atau air radiator 55.59

8 Kesentrum Kesentrum listrik 9.08

Total 703.71

Luka/Memar/Terpeleset

Luka/Memar/Terpeleset7

3

Sumber data : diolah sendiri

Gambar 4.1 Perbandingan Kejadian Risiko K3 Dominan Paling Tinggi

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa kejadian risiko K3 tertinggi

adalah kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas dengan persentase 15 persen

dengan nilai Risk Priority Number (RPN) sebesar 106.87. kejadian risiko K3

tersebut terdapat pada Faktor risiko K3 luka/memar/terpeleset ini adalah faktor

risiko K3 dominan.

Berikut perhitungan untuk mendapatkan nilai persentase kejadian risiko

K3 dominan dengan Rumus :

15.19%

12.73%

11.97%

11.27% 10.90%

9.94%

9.90%

8.91%

7.90%

1.29%

Persentase Kejadian Risiko K3 Dominan

Kaki dan tangan luka terkenagerinda lepasMata terkena pasir ataudebuJatuh dari alat berat

Kening terkena kipas mobil

Tangan terbakar percikan apilasJari tangan putus akibatterjepit rood excavatorMata terkena cairaincarburator sprayTangan terjepit

Terkena air panas atau airradiatorKesentrum listrik

4.2.4 Model FTA (Fault Tree Analysis)

Hasil analisis Failure Mode and Effect analysis (FMEA) diperoleh nilai

RPN tertinggi Pada faktor risiko luka/memar/terpeleset dengan kejadian risiko

kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas dengan nilai 106.87. Dengan demikian

kejadian risiko ini merupakan kejadian risiko kecelakaan kerja tertinggi pada

suatu pekerjaan di Bengkel Bina Karya yang dijadikan objek penelitian ini.

Selanjutnya dilakukan wawancara bersama pihak Bengkel Bina Karya

untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi pada kegiatan tersebut. Dari hasil

wawancara diketahui bahwa, jenis kecelakaan yang terjadi pada bagian tersebut

adalah kecelakaan berupa “ kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas”. Potensi

penyebab terjadinya kecelakaan “kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas”

pada faktor risiko luka/memar/terpeleset, ditinjau dari faktor manusia/perilaku,

faktor karakteristik/lingkungan, faktor metode kerja yang dirangkul dari hasil

wawancara. Berdasarkan kesepakatan narasumber maka diperoleh 13 potensi yang

merupakan basic event yaitu:

Tabel 4.9

Kejadian Resiko Kecelakaan Kerja Tertinggi

Selanjutnya digambarkan diagram alir penyebab kecelakaan terkena

gerinda pada kejadian risiko kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas. Lihat

pada lampiran 1.

No Kejadian Resiko K3 Item Basic Event

1 Kurang Koordinasi

2 Kurang Enak Badan

3 Kurang Konsentrasi

4 Kurang Semangat Kerja

5 Bercanda Berlebihan

6 Tidak Memperhatikan Situasi

7 Ruang Kerja Terbatas

8 Lantai Kerja Licin

9 Lingkungan kerja Yang Berantakan

10 Tidak Nyaman Menggunakan APD

11 APD tidak tersedia

12 Kurang Perhatian

13 Kurang Pengalaman

Kaki dan tangan terluka akibat gerinda lepas

Langkah selanjutnya adalah melakukan penggambaran pohon kesalahan

atau FTA. Penggambaran dilakukan dengan pihak bengkel Bina Karya agar

diperoleh alur yang logis sesui dengan kejadian yang terjadi dilapangan.

Penggambaran dimulai dari top event, kemudian intermediate event sampai

dengan basic event. Penggambaran juga menentukan gerbang logika (logig gate).

Gerbang logika adalah suatu model yang digambarkan dalam bentuk simbol and

gate dan or gate yang menghubungkan kejadian pada konstribusi pertama, kedua

dan seterusnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara top even,

dengan intermediate event dengan basic event. Hasil dari penggambaran FTA

dapat dilihat pada lampiran 2.

BAB V

ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan

terhadap kejadian risiko K3, penilaian risiko K3 serta faktor risiko K3 dominan,

dan penggambaran pohon kesalahan atau FTA didapatkan analisis penyebab risiko

K3 tersebut menimpa para pekerja.

5.1 Analisis Kejadian Risiko

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data, maka diketahui kejadian

risiko K3 yang ada pada Bengkel Bina Karya mulai dari unit perbaikan Excavator

dan perbaikan mobil terdapat sebanyak 10 jenis kejadian risiko K3 yang ada pada

Bengkel Bina Karya. Setelah dilakukan pengelompokan , sepuluh kejadian risiko

K3 tersebut terbagi sebnyak empat faktor risiko K3. Keempat faktor risiko K3 itu

adalah terbakar, luka/memar/terpeleset/, gangguan pada mata, kesentrum.

Kejadian risiko K3 yang ada dilingkungan kerja Bengkel Bina Karya tersebut

disebabkan minimnya ketersediaan APD dan kurangnya kesadaran dan

pemahaman para pekerja untuk menggunakan alat Pelindung Diri (APD) sehingga

memungkinkan untuk terjadinya bahaya pada setiap tahapan kerja yang dijalani

para pekerja. Selain itu kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja.

Ini bisa mengakibatkan bisa terjadinya risiko K3. Karena itu diperlukan ketelitian

dan kehati-hatian pekerja dalam menjalankan tugasnya yang bertujuan untuk lebih

meminimalisir dampak dari kejadian risiko K3 yang akan ditimbulkan.

5.2 Penilaian kejadian Risiko

Setelah dialakukan penilaian dan dan pengurutan nilai Risk Priority

Number (RPN) mulai dari jumlah terbesar hingga jumlah terkecil dari 2 unit kerja

yang ada pada Bengkel Bina Karya, diketahui kejadian risiko K3 kaki dan tangan

luka terkena gerinda lepas memiliki nilai sebesar 106.87 atau sebesar lima belas

persen. Ini adalah Risk Priority Number (RPN) yang tertinggi jika dibandingkan

dengan Risk Priority Number (RPN) dari kejadian lainnya.

Kejadian risiko K3 tersebut terjadi akibat kurangnya kewaspadaan dari

pekerja dalam menjalankan tugasnya. Selain itu juga disebabkan pekerja tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti baju kerja, sarung tangan, sepatu

boot, pelindung kepala, kaca mata sewaktu menjalani tugasnya. Sedangkan untuk

kejadian risiko K3 kesentrum listrik memiliki nilai Risk Priority Number (RPN)

terendah dengan nilai 9.08 atau sebesar satu persen. Kejadian risiko K3 ini

disebabkan karena pekerja tidak menggunakan APD, selain itu belum adanya

ketersediaan alat pelindung seperti sarung tangan dan sepatu dari pihak bengkel.

Sehingga peluang tersentrum juga ada, disamping kurangnya kewaspadaan para

pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

5.3 Analisis Faktor Risiko K3 Dominan

Dari sepuluh jenis kejadian risiko K3 yang ada di Bengkel Bina Karya,

diketahui jika kejadian Risiko K3 kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas

merupakan nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi yakni sebesar 106.87 atau

sebesar 15 persen. Nilai Risk Priority Number (RPN) untuk kejadian risiko K3

yang terdapat pada faktor Risiko K3 luka /memar/terpeleset tersebut merupakan

faktor sisiko K3 paling dominan, jika dibandingkan dengan Faktor risiko K3

lainnya di Bengkel Bina karya Solok.

5.4 Analisis Penggambaran FTA

Dari hasil wawancara diketahui bahwa, jenis kecelakaan yang terjadi pada

bagian tersebut adalah kecelakaan berupa “kaki dan tangan luka terkena gerinda

lepas”. Berdasarkan hasil pengangambaran pohon kesalahan atau FTA penyebab

kecelakaan terkena gerinda ditemukan kejadian risiko terkena gerinda yang

menghasilkan 13 kombinasi basic event.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

menggunakan metoda FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan FTA (Fault

Tree Analysis) diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat 10 kejadian risiko K3 pada dua unit kerja Bengkel Bina Karya.

Sepuluh kejadian risiko K3 tersebut terbagi dalam empat faktor risiko

Kerja yaitu terbakar, luka/memar/terpeleset, gangguan pada mata,

kesentrum. Dari hasil analisis Failure Mode and Effect analysis (FMEA)

diperoleh nilai RPN tertinggi Pada faktor risiko luka/memar/terpeleset

dengan kejadian risiko kaki dan tangan luka terkena gerinda lepas dengan

nilai 106.87 atau sebesar 15 persen.

2. Hasil FTA penyebab terjadinya kecelakaan kaki dan tangan luka akibat

gerinda lepas pada faktor risiko menghasilkan 13 kombinasi basic event.

Kombinasi-kombinasi tersebut adalah kurang koordinasi,kurang enak

badan, kurang konsentrasi, kurang semangat kerja, bercanda berlebihan,

tidak memperhatikan situasi, ruang kerja terbatas, lantai kerja licin,

lingkungan kerja berantakan, tidak nyaman menggunakan APD, APD

tidak tersedia, kurang pelatihan, kurang pengalaman

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian Analisis Risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan

metode FTA (Fault Tree Analysis) disarankan :

1. Bengkel Bina Karya disarankan untuk menyediakan sarana dan prasarana

atau alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan para pekerja dalam

menjalankan tugasnya di lantai kerja, seperti helm, baju khusus kerja,

sarung tangan, kacamata, sepatu boot, dan lainnya, serta juga memberikan

kesempatan kepada para karyawan untuk mengikuti pelatihan kerja guna

untuk menambah wawasan pekerja tentang peranan K3.

2. Para pekerja disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan dan

meningkatkan kesadaran dan memahami pentingnya penggunaan alat

pelindung diri (APD) dalam bekerja sehingga tidak menimbulkan dampak

kerugian baik terhadap pekerja maupun terhadap bengkel.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anwar, Armen. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pada Karyawan di PT. Waskita Guna Jaya.

Pekanbaru. 2013

Ervil, Riko H, MT dkk. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi. Sekolah

Tinggi Teknologi Industri (STTIND). Padang. 2015.

Herman, Gerry Tri Virgin. Teknik Pengambilan Sampel Dalam Metodologi

Penelitian. http://gerrytri.blogspot.co.id, 2013

Notoadmodjo, S, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2012.

Pasaribu, Haryanto Pandapotan, Harijanto Setiawan, Wulfram I. Ervianto. Metode

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis

(FTA) Untuk Mengidentifikasi Potensi dan Penyebab Kecelakaan Kerja

Pada Proyek Gedung. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. 2017

Pitasari, Gia Pratiwi, Caecilia Sari Wahyuning, Arie Desrianty. Analisis

Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya Menggunakan

Metode Hazard and Operability dan Fault Tree Analysis. Institut

Teknologi Nasional (Itenas). Bandung. 2014

Roehan, Kiki Rizki Amir, Yuniar, Arie Desrianty. Usulan Perbaikan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Menggunakan

Metode Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA). Institut

Teknologi Nasional (Itenas). Bandung. 2014

Socrates, Muhammad Fil. Skripsi Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Dengan Metode Hirarc (Hazard Identification, Risk Assessment

and Risk Control) Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi di

Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT. Indocement Tunggal Prakarsa.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2013

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

2011

Syafi’i, M. Fauzi. Skripsi Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Karyawan (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PG.

Rajawali I Unit PG. Krebet Baru Bululawang Malang. Universitas

Islam Negeri (UIN) Malang. Jawa Timur. 2008

Zulkarnaini. Skripsi Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND). Padang. 2014

KUESIONER PENELITIAN

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden

Dengan hormat,

Dalam rangka penelitian Tugas Akhir yang berjudul Analisis Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode Failure Mode and Efect

Analysis dan Faultree Analysis, maka dengan ini saya:

Nama : Azizur Rahman

NPM : 1410024425006

Jurusan: Teknik Industri – Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang

Mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam penelitian ini, untuk

mengisi kuesioner berikut ini. Harapan kami, kuisioner ini diisi dengan jawaban

yang objektif dan jujur tanpa ada pengaruh dari pihak manapun. Seluruh hasil

jawaban kuisioner ini hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian dan

dijamin kerahasiaannnya.

Demikianlah kuisioner ini saya buat, besar harapan saya Bapak/Ibu/Sdr/i

bersedia mengisi kuisioner ini. Atas kesediaan dari Bapak/Ibu/Sdr/i kami ucapkan

terima kasih.

Hormat

saya,

Azizur

Rahman

Nama Responden :

Bagian :

Umur :

BAGIAN I

Kuesioner Penentuan Nilai Severity Potensi Kegagalan pada FMEA

Petunjuk Pengisian Pada bagian ini, anda diminta untuk memberi penilaian Severity, dari

modus potensi kecelakaan kerja pada proses perbaikan di Bengkel Bina Karya. Beri

penilaian menggunakan angka pada tempat yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.

Tingkat Dampak Akibat luka

10

Kehilangan nyawa atau

merubah kehidupan individu

Kematian beberapa individu (masal)

9 Kematian individu (seseorang)

8 Perlu perawatan serius dan menimbulkan

cacat permanen

7

Berdampak besar pada

individu sehingga tidak ikut

lagi dalam aktivitas

Dirawat lebih dari 12 jam, dengan luka pecah

pembuluh darah, hilang ingatan hebat,

kerugian besar, dll

6

Dirawat lebih dari 12 jam, patah tulang, tulng

bergeser, radang dingin, luka bakar, susah

bernafas dan lupa ingatan sementara,

jatuh/terpeleset.

5

Dampak yang diterima

sedang (individu hanya 1

sampai 2 hari tidak ikut

dalam aktivitas)

Keseleo/terkilir, retak/patah ringan, keram

atau kejang

4

Luka bakar ringan, luka gores/tersayat,

frosnip (radang dingin/panas)

3

Dampak diterima kecil

(individu masih dapat ikut

dalam aktivitas)

Melepuh, tersengat panas, keseleo ringan,

tergelincir atau terpeleset ringan

2 Tersengat matahari, memar, teriris ringan,

tergores

1

Tidak berdampak (individu

tidak mendapat dampak

yang terasa)

Terkena serpihan, tersengat serangga, tergigit

serangga

Disini Saverity menunjukkan tingkat keseriusan akibat yang ditimbulkan.

Skala/rankking yang digunakan pada penilitian ini berdasarkan standar incident severity

scale. Standar ini memberi dampak dari potensi kecelakaan kerja mengenai luka,

penyakit, bahaya sosial dan psychological serta bahaya terhadap mesin atau peralatan.

Isilah kuesioner dibawah ini berdasarkan pedoman tabel di atas, Skala

penilaian dimulai dari 1 – 10

1. Tangan terbakar percikan api las

2. Jari tangan putus akibat terjepit rood excavator

3. Tangan terjepit

4. Jatuh dari alat berat

5. Kaki dan tangan luka akibat gerinda lepas

6. Kening terkena kipas mobil

7. Terkena air panas atau air radiator

8. Mata terkena cairan carburetor spray

9. Mata terkena pasir atau debu

10. kesentrum listrik

BAGIAN II

Kuesioner Penentuan Nilai Occurance Potensi Kegagalan pada FMEA

Petunjuk Pengisian Pada bagian ini, anda diminta untuk memberi penilaian Occurance,

dari modus potensi kecelakaan kerja pada proses perbaikan di Bengkel Bina Karya. Beri

penilaian menggunakan angka pada tempat yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.

Probabilitas kejadian Tingkat kejadian Nilai

Sangat tinggi dan tidak bisa dihindari > 1 in 2 10

1 in 3 9

Tinggi dan sering terjadi 1 in 8 8

1 in 20 7

Sedang dan kadang terjadi 1 in 80 6

1 in 400 5

Rendah dan relatif jarang terjadi 1 in 2.000 4

1 in 15.000 3

Sangat rendah dan hampir tidak pernah terjadi 1 in 150.000 2

1 in 1.500.000 1

Occurance merupakan frekuensi dari penyebab kegagalan (potensi kecelakaan

kerja) secara spesifik dari suatu proyek yang terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan.

Skala yang digunakan dari satu (hampir tidak pernah) sampai dengan sepuluh (hampir

sering).

Berikut ini merupakan penjelasan tabel diatas : Apabila aktifitas kerja

yang dilakukan sedikit dan menimbulkan satu insiden, maka peluang terjadinya

kecelakaan tinggi, memperoleh nilai yang lebih besar. Sedangkan semakin banyak

aktifitas kerja yang dilakukan dan menimbulkan satu insiden maka peluang

kecelakaan kerja semakin kecil, dan memperoleh nilai yang lebih rendah.

Isilah kuesioner dibawah ini berdasarkan pedoman tabel di atas, Skala

penilaian dimulai dari 1 – 10

1. Tangan terbakar percikan api las

2. Jari tangan Putus akibat terjepit rood excavator

3. Tangan terjepit

4. Jatuh dari alat berat

5. Kaki dan tangan luka akibat gerinda lepas

6. Kening terkena kipas mobil

7. Terkena air panas atau air radiator

8. Mata terkena cairan carburator spray

9. Mata terkena pasir atau debu

10. Kesentrum listrik

BAGIAN III

Kuesioner Penentuan Nilai Detection Potensi Kegagalan pada FMEA

Petunjuk Pengisian Pada bagian ini, anda diminta untuk memberi penilaian Detection,

dari modus potensi kecelakaan kerja pada proses perbaikan di Bengkel Bina Karya. Beri

penileian menggunakan angka pada tempat yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.

Deteksi Kemungkinan Terdeteksi Ranking

Hampir tidak

mungkin

Tidak ada alat pengontrol yang mampu

mendeteksi 10

Sangat jarang Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi

bentuk dan penyebab kegagalan

9

Jarang 8

Sangat rendah Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab sangat rendah 7

Rendah Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab rendah 6

Sedang Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab sedang 5

Agak tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab sedang sampai tinggi 4

Tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab tinggi 3

Sangat tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab sangat tinggi 2

Hampir pasti Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk

dan penyebab hampir pasti 1

Disini Detection merupakan pengukuran terhadap kemampuan mendeteksi atau

mengontrol kegagalan (potensi kecelakaan kerja) yang bisa terjai. Skala yang digunakan

dari satu (alat bisa mengontrol atau mendeteksi kegagalan), skala untuk detection.

Isilah kuesioner dibawah ini berdasarkan pedoman tabel di atas, Skala

penilaian dimulai dari 1 – 10

1. Tangan terbakar Percikan api las

2. Jari tangan Putus akibat terjepit rood excavator

3. Tangan terjepit

4. Jatuh dari alat berat

5. Kaki dan tangan luka akibat gerinda lepas

6. Kening terkena Kipas mobil

7. Terkena air panas atau air radiator

8. Mata terkena cairan carburator spray

9. Mata terkena pasir atau debu

10. Kesentrum listrik

SURAT BUKTI PENGAMBILAN DATA

NAMA : Azizur Rahman

NPM : 1410024425006

JURUSAN PROGRAM STUDI : Teknik Industri

TEMPAT PENELITIAN : Bengkel Bina Karya Cupak Solok

DATA YANG DIAMBIL : Kousioner Analisis Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

PEMBIMBING I : Riko Ervil, MT

PEMBIMBING II : Ir. H, Abd Latif, MM

Yang bersangkutan telah mengambil data diatas pada proses pekerjaan

pada Bengkel Bina Karya Cupak Solok untuk keperluan penulisan Tugas Akhir di

Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Padang, Juli 2018

Dilla Harzon, Spd

Kepala Bengkel

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Azizur Rahman

NPM : 1410024425005

Pogram Studi : Teknik Industri

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :

“Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan Metode

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari

skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut prediket kelulusan

dan gelar sarjana saya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, maka dapat di pergunakan

sebagaimana mestinya.

Padang, Juli 2018

Pembuat pernyataan

Azizur Rahman

NPM: 1410024425006

BIODATA WISUDAWAN

No. Urut : -

Nama : Azizur Rahman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tgl Lahir : Sungai Nanam / 09 Oktober

1994

NPM : 1410024425006

Program Studi : Teknik Industri

Tanggal Lulus : 18 Desember 2017

IPK : 3, 57

Predikat Lulus : Dengan Pujian

Judul Skripsi : Analisis Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)

Menggunakan Metode Failure

Mode and Effect analysis

(FMEA) dan Fault Tree Analysis

(FTA)

Dosen Pembimbing : 1. Riko Ervil, MT

2. Ir. H. Abd Latif, MM

Asal SMA : SMK Muhammadiyah Solok

Nama Orang Tua : Ayah : Yono Herman

Ibu : Erma Liswarti

Alamat / Tlp / Hp : Jl. Syeh Kaciek, Jorong Taratak

Pauh, Kenagarian Sungai

Nanam, Kec, Lembah Gumanti

Kab. Solok / 082386494858