bab 1. pengantar k3 - astti.or.idastti.or.id/sites/default/files/k3 - pengantar k3.pdf · a....

12
1 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/ BAB 1. PENGANTAR K3 Oleh : Agung Wahyudi B*. A. Sejarah K3 Sejarah Gerakan K3 di Dunia Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia di bumi, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia diharuskan untuk bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa. Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok kecil maka usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit, namun hal tersebut segera berubah, saat revolusi industri dimulai. Gambar 1. Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) arti dan maknanya terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Arti dari simbol tersebut : 1. Palang : Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). 2. Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani. 3. Warna Putih : Bersih dan suci. 4. Warna Hijau : Selamat, Sehat dan Sejahtera. 5. Sebelas gerigi roda : Sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut: Zaman Pra-Sejarah

Upload: dinhthuy

Post on 27-Apr-2019

364 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

1 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

BAB 1. PENGANTAR K3

Oleh : Agung Wahyudi B*.

A. Sejarah K3

Sejarah Gerakan K3 di Dunia Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia di bumi,

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia diharuskan untuk bekerja. Pada saat bekerja

mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya

mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa. Selama pekerjaan masih

dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok kecil maka usaha pencegahan

tidaklah terlalu sulit, namun hal tersebut segera berubah, saat revolusi industri dimulai.

Gambar 1. Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) arti dan maknanya terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Arti dari simbol tersebut :

1. Palang : Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). 2. Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani. 3. Warna Putih : Bersih dan suci. 4. Warna Hijau : Selamat, Sehat dan Sejahtera. 5. Sebelas gerigi roda : Sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern

sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:

Zaman Pra-Sejarah

2 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Pada zaman batu dan goa (Paleolithikum dan Neolithikum) dimana manusia yang hidup

pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta

tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka

buat umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak atau

ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak

memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan

cukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak

membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak

Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak

membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah

mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka.

Dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500

Sm. Pada tahun 3400 SM masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan

batu bata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat

sudah membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 SM

muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi

pekerja.

Zaman Mesir Kuno

Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali dilakukan pekerjaan-

pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500

SM khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari

Mediterania ke Laut Merah. Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk

membangun “temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses

II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.

Zaman Yunani Kuno

Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates

berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.

Zaman Romawi

Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan

kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan

kerja seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung

sudah dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

3 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami

kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah

mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang

bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.

Abad ke-16

Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus

Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus

mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang dialama oleh pekerja

tambang. Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica

bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan

dengan menerapkan prinsip ventilasi.

Abad ke-18

Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714) dari

Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the

diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3

sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang

melihat hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat

pada saat dia mendiagnosa seseorang yaitu “What is your occupation?”. Ramazzini melihat

bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang

ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan

janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).

Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :

1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang

baru ditemukan sebagai sumber energi.

2. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya

bidang industri kimia dan logam).

4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar

berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.

4 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

Era Industrialisasi (Modern Industrialization)

Sejak era revolusi industri sampai dengan pertengahan abad 20 maka penggnaan teknologi

semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan

pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya

juga turut berkembang.

Era Manajemen dan Manjemen K3

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang.

Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab

kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor

kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada era ini berkembang sistem automasi

pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor

manusia. Namun sistem automasi menimbulkan masalahmasalah manusiawi yang akhirnya

berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak

terintegrasi dengan masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari

International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss

Causation Model yang menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang

penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut

serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20

berkembanglah suatu konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada

koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja

seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga

menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini

ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000

dan ISO 18000.

5 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Gambar 2. Slogan baru K3

Gambar 2 diatas adalah slogan K3, dimana pada tanggal 16 Oktober 2012 oleh

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia, Muhaimin Iskandar, slogan K3

menjadi icon baru untuk mensosialisasikan budaya kerja, dalam menerapkan Sistem

Manajemen K3 secara nasional baik bagi perusahaan maupun berbagai kegiatan

sehingga selamat dari berbagai ancaman kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Seperti Sistem Manajemen K3 belum sepenuhnya diberlakukan/ belum maksimal

penerapannya di Indonesia. Padahal seperti yang kita ketahui, Pelaksanaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak

dasar dan perlindungan tenaga kerja/pekerja guna meningkatkan harkat, martabat

dan harga diri para tenaga kerja/pekerja.

B. Definisi dan Perundangan K3

Resiko kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja. Untuk itu, kesadaran mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi sangat diperlukan. Undang-Undang No.

1/1970 dan No. 23/1992 mengatur mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

6 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang

bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang

sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat

dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan

kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan

atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja

dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban

memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang

baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat

pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara

berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri

(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23

Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap

pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena

itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit

akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

7 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi dengan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga

mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait

penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang

Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas

Bumi

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas

Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan

Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang

Timbul Akibat Hubungan Kerja

Keselamatan dan Kesehataan Kerja itu diperuntukkan untuk siapa?

Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu

diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di

darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada

di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap

pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

Apa yang menjadi kewajiban dan hak dari tenaga kerja berkaitan dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja

8 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan

kesehatan yang diwajibkan

Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan

dan kesehatan yang diwajibkan

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-

jawabkan.

Tugas pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja adalah :

Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas merupakan orang yang

mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang

berdiri sendiri. Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang – Undang No. 1 tahun

1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab

untuk :

1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari

tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai

dengan sifat – sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara

berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh

Direktur

3. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

4. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam

tempat kerjanya

5. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam

semua tempat kerjanya

6. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

7. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya

9 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

8. Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan

kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam

pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.

9. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

10. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua

syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan

semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang

bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja

Dalam Perjanjian Kerja Bersama akan dikaji hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan upah, keselamatan dan kesejahteraan karyawan. Perusahaan dan

setiap pekerja harus sadar sepenuhnya bahwa K3 adalah kewajiban dan tanggung

jawab bersama. PKB biasanya akan mengatur mengenai hak dan kewajiban dari

para karyawan dalam hal K3 sebagai mana PKB juga akan mengatur mengenai hak

dan kewajiban perusahaan. Dalam Perjanjian Kerja Bersama juga tertulis sanksi-

sanksi yang diberikan apabila salah satu dari kedua belah pihak melanggar PKB.

Kendala-kendala yang biasa dihadapi dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama

dalam hal penerapan K3 :

1. Pemahaman karyawan mengenai isi Perjanjian Kerja Bersama.

Cara mengatasi perlunya pembinaan atau koordinasi dan sosialisasi antara

pengurus Serikat Pekerja dengan para pekerja melalui musyawarah

2. Penanganan keselamatan kerja tidak optimal

Cara mengatasi adalah apabila terjadi kecelakaan berarti tindakan pecegahan tidak

berhasil, maka pihak manajemen perusahaan mempunyai kesempatan untuk

mempelajari apa yang salah.

3. Kebijakan perusahaan yang tidak tegas.

10 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Cara mengatasi adanya tindakan yang tegas apabila terjadi ketidakdisiplinan

pegawai dalam bekerja

C. Jenis-jenis kecelakaan di sektor Industri

Beberapa industri nampaknya harus lebih hati-hati dan memperhatikan keselamatan

kerja para pegawainya, karena beberapa industri di bawah ini adalah industri yang

mempunyai tingkat kecelakaan kerja cukup tinggi. Dalam beberapa kasus yang di

temukan, jenis kecelakaan kerja di sektor industri di bawah ini adalah yang paling

sering terjadi.

Jenis-jenis kecelakaan yang dapat terjadi di sektor industri antara lain :

Elektronik (manufaktur)

Teriris, terpotong

Terlindas, tertabrak

Berkontak dengan bahan kimia atau bahan berbahaya lainnya

Kebocoran gas

Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan

Produksi metal (manufaktur)

Terjepit, terlindas

Tertusuk, terpotong, tergores

Jatuh terpeleset

Terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan non-metal

11 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Petrokimia (minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet,

produksi plastik)

Terjepit, terlindas

Teriris, terpotong, tergores

Jatuh terpeleset

Tertabrak

Terkena benturan keras

Terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan hidrokarbon dan abu, gas,

uap steam, asap dan embun yang beracun

Rawan dengan bahan bakar yang mudah terbakar.

Konstruksi

Kemungkinan jatuh dari ketinggian

Kejatuhan barang dari atas

Terinjak

Terkena barang yang runtuh, roboh

Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin, lingkungan yang beradiasi

pengion dan non pengion, bising

Terjatuh, terguling

Terjepit, terlindas

Tertabrak

Terkena benturan keras

Editor :

Agung Wahyudi B., MT. (Ketua Div. Diklat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI). Dosen FT,

Teknik Mesin Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta)

Daftar Pustaka :

12 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/

Busyairi1, Tosungku, L., & Oktaviani, Ayu. (2014). Pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, 112-124.

Kaligis R. S. V., Sompie, B. F., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. (2013). Pengaruh

implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja. Jurnal Sipil Statik Vol 1, 219-225.

Suma’mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.

Toko Gunung Agung.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

http://safetynet.asia/pentingnya-arti-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-bagi-perusahaan/

http://www.safetyshoe.com/jenis-jenis-kecelakaan-yang-dapat-terjadi-di-sektor-industri/