analisis jurnal dm tugas individu

9
Isi Jurnal Nilai diagnostic dari Glycated Haemoglobin (HbA 1C ) untuk deteksi dini diabetes pada individu dengan resiko tinggi. Dalam upaya untuk deteksi dini diabetes pada tingkat awal penyakit dan sebagai upaya preventif terhadap komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit diabetes, maka American Diabetes Association (ADA) menurunkan patokan diagnostik untuk kadar glukosa plasma puasa (FPG) dari 7.8mmol/l menjadi 7.0mmol/l, dan merekomendasikan tes kadar gula puasa sebagai pilihan utama. Walaupun WHO merekomendasikan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) untuk tetap dipakai sebagai pilihan utama tes diagnostik diabetes mellitus, namun ADA tidak merekomendasikannya dikarenakan beberapa alasan, seperti tingginya biaya, rangkaian tes yang rumit dan susah untuk dilakasaakan, dsb. Namun ternyata banyak individu dengan diabetes tahap awal mempunyai kadar FPG dibawah kriteria, sehingga TTGO mungkin merupakan pilihan tes diagnostik yang lebih cocok dalam upaya deteksi dini diabetes pada individu dengan resiko tinggi diabetes. Glycated haemoglobin (HbA 1c ) tidak memerlukan persiapan yang spesial untuk menggambarkan kadar rata-rata glukosa plasma, dan tes ini diterima sebagai gold standard dalam menilai kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes. Namun HbA 1c tidak direkomendasukan sebagai tes skrining untuk diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai validitas tes HbA 1c sebagai tes skrining dalam mendiagnosis diabetes. Para peneliti bertekad

Upload: anita-kusuma

Post on 23-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Isi JurnalNilai diagnostic dari Glycated Haemoglobin (HbA1C) untuk deteksi dini diabetes pada individu dengan resiko tinggi.Dalam upaya untuk deteksi dini diabetes pada tingkat awal penyakit dan sebagai upaya preventif terhadap komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit diabetes, maka American Diabetes Association (ADA) menurunkan patokan diagnostik untuk kadar glukosa plasma puasa (FPG) dari 7.8mmol/l menjadi 7.0mmol/l, dan merekomendasikan tes kadar gula puasa sebagai pilihan utama. Walaupun WHO merekomendasikan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) untuk tetap dipakai sebagai pilihan utama tes diagnostik diabetes mellitus, namun ADA tidak merekomendasikannya dikarenakan beberapa alasan, seperti tingginya biaya, rangkaian tes yang rumit dan susah untuk dilakasaakan, dsb. Namun ternyata banyak individu dengan diabetes tahap awal mempunyai kadar FPG dibawah kriteria, sehingga TTGO mungkin merupakan pilihan tes diagnostik yang lebih cocok dalam upaya deteksi dini diabetes pada individu dengan resiko tinggi diabetes.Glycated haemoglobin (HbA1c) tidak memerlukan persiapan yang spesial untuk menggambarkan kadar rata-rata glukosa plasma, dan tes ini diterima sebagai gold standard dalam menilai kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes. Namun HbA1c tidak direkomendasukan sebagai tes skrining untuk diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai validitas tes HbA1c sebagai tes skrining dalam mendiagnosis diabetes. Para peneliti bertekad untuk mengkombinasikan FPG dan HbA1c dalam mempertinggi pengukuran deteksi diabetes pada individu yang mempunyai faktor resiko yang tinggi.Data diambil dari the Bundang CHA General Hoispital dengan identifikasi pada 392 pasien yang menjalani tes TTGO antara bulan Agustus 2003 sampai Desember 2006. Rincian dari 392 pasien adalah 149 laki-laki dan 243 perempuan, 172 pasien mempunyai kadar glukosa plasma yang abnormal antara 7.0-11.1 mmol/l, 191 pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional dengan barat badan bayi >4kg, 29 pasien adalah pendrita obesitas dengan indeks massa tubuh >30kg/m2.Masing-masing sampel darah yang didapatkan kemudian diproses dengan tiga tes yaitu tes kadar glukosa puasa, TTGO, dan HbA1c. Kriteria ADA dipakai untuk mengklasifikasikan status toleransi glukosa pasien dengan rincian sebagai berikut: toleransi glukosa normal apabila kadar FPG