analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi … · dan sumberdaya (eps), departemen sosial ekonomi...

130
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR Oleh : MARIA YUNITASARI NRP A 14303015 DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: dinhdieu

Post on 16-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN

EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA

PROPINSI JAWA TIMUR

Oleh :

MARIA YUNITASARI

NRP A 14303015

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

RINGKASAN MARIA YUNITASARI. Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur. Di Bawah Bimbingan HERMANTO SIREGAR.

Kebijakan pembangunan ekonomi pada pemerintahan orde baru yang berorientasi pada peranan uang (capital centered development), telah berhasil meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun keberhasilan pada masa tersebut tidak berlangsung lama. Masa pemulihan perekonomian Indonesia akibat krisis lebih lambat dibandingkan dengan Korea, Jepang, dan Thailand. Peringkat Indonesia ke-111 dari 175 negara di dunia, menunjukkan rendahnya kualitas manusia Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, rendahnya kualitas manusia Indonesia disebabkan oleh rendahnya perhatian dan kebijakan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia. Kenyataan tersebut mendorong dilakukannya perubahan paradigma pembangunan, dimana pembangunan dilakukan dengan pendekatan ekonomi yang dihumaniskan (people center development) dengan menjadikan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan, bukan sebagai alat pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pembangunan manusia tidak akan bertahan lama (sustainable). Agar berjalan positif dan berkelanjutan harus ditunjang oleh kebijakan sosial yang pro pembangunan manusia. Selama ini, PDRB dipercaya sebagai ukuran utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Dengan adanya perubahan paradigma pembangunan, UNDP mengajukan IPM sebagai indikator yang dianggap lebih baik guna mengukur keberhasilan pembangunan. UNDP menunjukkan bahwa wilayah yang mempunyai PDRB tinggi, belum tentu memilki IPM yang tinggi pula. Namun, wilayah yang IPMnya rendah, belum tentu PDRBnya juga rendah. Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan PDRB yang tinggi namun IPM yang rendah. Pada tahun 1999, PDRB Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-3, namun pembangunan manusianya menduduki peringkat ke-22. Selain itu, Propinsi Jawa Timur juga tercatat sebagai propinsi dengan angka kemiskinan yang tinggi dan PDRB per kapita yang rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur dan melihat seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi pembangunan manusia di Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari BPS dan situs-situs yang menyediakan data-data yang terkait dengan peneltian ini (Sistem Informasi Keuangan Daerah-Departemen Keuangan, UNDP, dan World Bank).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan membaca tabel dan grafik untuk melihat kecenderungan dari perkembangan data-data komponen atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik estimasi menggunakan data panel atau pooled data (kombinasi data time series dan cross section). Dengan unit cross section adalah 29 kabupaten dan 8 kota di Propinsi Jawa Timur, dan tahun 1996, 1999, dan 2002 sebagai unit time series-nya.

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel dan Eviews 4.1. Sedangkan estimasi dengan data panel dilakukan melalui uji kesesuaian model (pooled least square, fixed effect, dan random effect) untuk mengetahui model mana yang terbaik dalam mengestimasi model dan uji evaluasi model.

Analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur diestimasi dengan menggunakan 6 (enam) variabel penjelas, yaitu variabel PDRB per kapita, kemiskinan, peran perempuan, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, dan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan. Untuk menunjukkan adanya kebijakan desentralisasi politik, administratif, dan fiskal, dimasukkan dummy otonomi daerah ke dalam model.

Uji kesesusuaian model dari teknik estimasi data panel dilakukan dengan Chow Test dan Hausman Test. Dari uji tersebut, dihasilkan bahwa model fixed effect lebih baik digunakan untuk melakukan analisis hubungan antara kinerja ekonomi dan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur. Kemudian, setelah dibandingkan antara model fixed effect PLS (tanpa pembobotan) dengan model fixed effect GLS (cross secton weighted), disimpulkan bahwa hasil estimasi dengan model fixed effect GLS menghasilkan lebih banyak variabel yang signifikan dibandingkan dengan model fixed effect PLS.

Hasil estimasi model dengan fixed effect GLS menghasilkan adjusted-R2 sebesar 0,9999, artinya 99,99 persen model dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Pada taraf nyata 5 persen, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia adalah variabel PDRB per kapita, kemiskinan, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan otonomi daerah. Sedangkan variabel yang berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pembangunan manusia adalah peran perempuan.

PDRB per kapita mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien 0,008. Kemiskinan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien sebesar -0,04. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien 0,019. Pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien sebesar -0,006. Kebijakan otonomi daerah mempunyai pengaruh positif dan signfikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien 0,018. Sedangkan peran perempuan, yang dalam hal ini diwakili oleh indeks pemberdayaan jender (IDJ) mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembangunan manusia dengan nilai koefisien 0,005.

Pelaksanaan pembangunan seharusnya dilakukan dengan pendekatan secara sektoral dan regional. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap pembangunan manusianya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui kegiatan UMKM, Corporate Social Responbility (CSR), proyek usahatani, serta bantuan kredit dan pemberdayaan masyarakat pesisir (nelayan).

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI

DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA

PROPINSI JAWA TIMUR

Oleh :

MARIA YUNITASARI

A 14303015

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

Judul Skripsi : ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN

EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA

PROPINSI JAWA TIMUR

Nama : Maria Yunitasari

NRP : A 14303015

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. NIP. 131 803 656

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP .131 124 019

Tanggal lulus :

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN

PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN. UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-

BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK

LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN

DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2007

Maria Yunitasari

NRP A 14303015

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur pada

tanggal 1 November 1984. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara

dari pasangan Bapak Mardjuki dan Ibu Siti Wahyuni.

Penulis mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi pada

tahun 1992. Pendidikan Sekolah Dasar Penulis diselesaikan di SD Negeri

Baleharjo II Pacitan pada tahun 1997. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan

di SLTP Negeri 1 Pacitan pada tahun 1997-2000. Pendidikan tingkat atas dapat

Penulis selesaikan di SMU Negeri 1 Pacitan tahun 2000-2003.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI

pada tahun 2003. Di IPB penulis diterima pada program studi Ekonomi Pertanian

dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam himpunan profesi

Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilm Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA)

periode 2003/2004 sebagai staf pada Departemen Kewirausahaan.

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan

Ekonomi dengan Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur” dapat

diselesaikan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada

kesempatan ini Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hermanto

Siregar, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berusaha mengerjakan dan menyajikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Namun demikian, Penulis menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan

dan kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Penulis berharap semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

Maria Yunitasari NRP A 143030315

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang

turut andil dan berkontribusi. Segala bentuk bimbingan, bantuan, dukungan, dan

doa merupakan nikmat yang akan selalu Penulis syukuri. Untuk itu, sebagai salah

satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, Penulis ingin mengucapan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang

denga penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, dan

motivasi kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak A. Faroby Falatehan, S.P., ME. selaku penguji utama dan Ibu Eva

Anggraini, S.P., M.Si. selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan yang

telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang ikhlas,

doa yang tulus, dorongan moril dan materiil, serta Mas Aan yang

senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi.

4. Pak Budi, Kak Ary, Kak Hendi, Mas Roni, atas segala bantuannya.

5. Mbak Pini yang selalu memberikan semangat dan keceriaan.

6. Evy Fachraini Winniasri dan Roy Syahputra Ginting yang terus bersama-

sama berjuang dalam penelitian ini.

7. Teman-teman EPS ’40 yang ceria dan kompak.

8. Teman-teman Edelweiss yang selalu memberi keceriaan, kebersamaan,

dan semangat.

9. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu

per satu.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dan

ridho dari Allah SWT. Amin.

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiv

BAB

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Manusia .........................................................................11

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ..........................................................................13

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia .............................15

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................18

III. KERANGKA BERPIKIR

3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................25

3.1.1 Indeks Pembangunan Manusia ...................................................25

3.1.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto ........................................26

3.1.3 Kemiskinan ..................................................................................26

3.1.4 Indeks Pemberdayaan Jender ......................................................27

3.1.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah ...................................................28

3.1.6 Otonomi Daerah ..........................................................................30

3.1.7 Analisis Panel Data .....................................................................31

3.2 Kerangka Operasional ...........................................................................35

3.3 Hipotesis Penelitian ...............................................................................38

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................40

4.2 Jenis dan Sumber Data ..........................................................................40

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ..................................................41

4.3.1 Spesifikasi Model Analisis Panel Data .......................................42

4.3.2 Uji Kesesuaian Model .................................................................44

4.3.3 Evaluasi Model ............................................................................47

4.4 Definisi Operasional ..............................................................................49

V. GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA TIMUR

5.1 Kondisi Geografis .................................................................................51

5.2 Administrasi Pemerintah .......................................................................52

5.3 Kependudukan dan Sosial .....................................................................52

5.4 Perekonomian dan Sektor Lapangan Usaha ..........................................53

5.5 Tipologi Kabupaten/Kota ......................................................................56

VI. PEMBANGUNAN MANUSIA, PERTUMBUHAN EKONOMI,

TINGKAT KEMISKINAN, INDEKS PEMBERDAYAAN JENDER,

DAN PENGELUARAN SOSIAL PEMERINTAH

6.1 Indeks Pembangunan Manusia ..............................................................60

6.2 Pendaptan Domestik Regional Bruto per Kapita ...................................64

6.3 Tingkat Kemiskinan ..............................................................................66

6.4 Indeks Pemberdayaan Jender ................................................................70

6.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah .............................................................73

VII. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA EKONOMI DENGAN

PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR

7.1 Uji Kesesuaian Model ...........................................................................78

7.2 Evaluasi Model ......................................................................................78

7.3 Analisis Hubungan Antara Kinerja Ekonomi dengan

Pembangunan Manusia .........................................................................82

7.3.1 Variabel yang Signifikan Mempengaruhi Pembangunan

Manusia ........................................................................................83

7.3.2 Variabel yang Tidak Signifikan Mempengaruhi

Pembangunan Manusia ................................................................91

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ..........................................................................................92

8.2 Saran ....................................................................................................93

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................95

LAMPIRAN ..........................................................................................................98

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Pengeluaran untuk Sektor Kesehatan dan Pendidikan di

Beberapa Negara ASEAN .........................................................................2

2. Peringkat Propins i di Indonesia Berdasarkan PDRB dan PDRB

per Kapita (dalam ribu rupiah), serta IPM Tahun 1999 ............................5

3. Jumlah Kabupaten/Kota Menurut Persentase Penduduk Miskin

Tahun 1996, 1999, dan 2002 ....................................................................69

4. Realisasi Pengeluaran Pembangunan Kabupaten/Kota

di Propinsi Jawa Timur Tahun 1996, 1999, dan 2002 .............................73

5. Hasil Estimasi Panel Data dengan model Fixed Effect GLS ...................80

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan

Pembangunan Manusia .........................................................................16

2. Bagan Kerangka Operasional ................................................................38

3. Perkembangan IPM Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur

Tahun 1996, 1999, dan 2002 .................................................................62

4. Perkembangan PDRB per Kapita ADHK 1993 Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 1996, 1999, dan 2002.......................................65

5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

se- Jawa Timur Tahun 1996, 1999, dan 2002 ........................................68

6. Perkembangan Indeks Pemberdayaan Perempuan Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 1996, 1999, dan 2002.......................................72

7. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan

Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 1996, 1999,

dan 2002 ................................................................................................75

8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan

Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 1996, 1999,

dan 2002 ................................................................................................77

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa

Timur Tahun 1996, 1999, dan 2002 ....................................................99

2. Data Mentah Olahan Untuk Estimasi Data Panel .............................101

3. Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Pooled Least Square ............104

4. Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Fixed Effect ..........................105

5. Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Random Effect ......................106

6. Uji Kesesuaian Model .......................................................................108

7. Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Fixed Effect GLS .................110

8. Peta Propinsi Jawa Timur ..................................................................112

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh pada masa lalu

ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pada

masa pemerintahan orde baru, pembangunan berorientasi di bidang ekonomi

dengan menitikberatkan pada peranan uang (capital centered development).

Kemajuan dalam kegiatan perekonomian pada masa itu telah berhasil

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Namun keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama akibat terjadinya

krisis ekonomi. Pengalaman selama krisis menunjukkan bahwa negara-negara

yang mempunyai kualitas sumber daya manusia yang lebih baik lebih cepat

bangkit dari krisis yang melandanya. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara

seperti Korea, Jepang, Thailand, dan negara-negara lainnya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa secara langsung maupun tidak langsung, kualitas sumber

daya manusia mempunyai peran yang paling utama dan sangat menentukan dalam

pembangunan ekonomi.

Pada tahun 2003, Indonesia termasuk dalam kategori menengah dalam

pembangunan manusia dengan peringkat ke-111 dari 175 negara1. Indonesia

berada satu peringkat di atas Vietnam namun jauh di bawah Singapura, Malaysia,

Thailand, dan Filipina. Peringkat Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun.

Hal ini diduga sebagai akibat dari rendahnya perhatian pemerintah pada aspek

pembangunan manusia.

1 www.tpkri.org Kongres Pembangunan Manusia Indonesia (2006)

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

2

Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia tercatat sebagai negara dengan

alokasi anggaran untuk kesehatan dan pendidikan yang paling rendah. Jika dilihat

pada Tabel 1 di bawah ini, pengeluaran masyarakat dan pemerintah pada bidang

pendidikan dan kesehatan di Indonesia paling kecil di kawasan ASEAN. Padahal

potensi sumber daya manusia di Indonesia adalah paling besar di Asia Tenggara.

Tabel 1. Pengeluaran untuk Sektor Kesehatan dan Pendidikan Beberapa Negara

ASEAN Tahun 2000

Negara Persentase dari

Pengeluaran Pemerintah Persentase dari Pengeluaran Masyarakat (% dari PDB)

Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan Indonesia 9 3 1,7 0,7 Malaysia 23 6 5,3 1,4 Singapura 20 3 2,2 1,3 Filipina 19 7 3 1,3 Thailand 22 9 4,2 1,4 Vietnam - - 7 1,1

Sumber : UNICEF dalam Remi (2006)

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa persentase pengeluaran pemerintah

dan masyarakat Indonesia untuk sektor pendidikan dan kesehatan, paling rendah

jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Dari data tersebut,

dapat dilihat target pemerintah untuk mengalokasikan anggaran untuk sektor

pendidikan sebesar 20 persen dari APBN/APBD di luar belanja rutin, juga belum

tercapai.

Menurut World Bank (2000), jika dibandingkan dengan rata-rata negara-

negara di Asia Timur dan Pasifik, pembiayaan pemerintah Indonesia untuk sektor

kesehatan 20 persen lebih rendah dan manfaatnya cenderung dirasakan oleh

kelompok orang kaya. Sekitar 20 persen orang miskin hanya menggunakan

delapan persen untuk pelayanan kesehatan dasar dibandingkan 39 persen yang

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

3

dinikmati oleh 20 persen orang kaya. Oleh karena itu, diperlukan political will

yang kuat dari pemerintah untuk meningkatkan anggaran pembangunan manusia.

Ketimpangan regional, krisis multidimensional, kemiskinan, dan ancaman

disintregasi nasional memaksa terjadinya perubahan paradigma pembangunan.

Pada orde reformasi, pembangunan dilakukan dengan pendekatan ekonomi yang

dihumaniskan (people centered development) dengan memasukkan aspek sosial,

kesejahteraan, dan lingkungan. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang dicapai

akan menjadi “pelayan” bagi pemenuhan berbagai aspek kebutuhan masyarakat

secara berkeadilan (UNDP dalam Ilmalia, 2005).

Perubahan paradigma pembangunan pada dasarnya adalah menjadikan

manusia sebagai tujuan akhir pembangunan, bukan sebagai alat pembangunan.

Pembangunan manusia menekankan terpenuhinya kehidupan yang layak bagi

manusia. Pertumbuhan ekonomi dapat menunjang pemenuhan hak dan kebebasan,

serta mempromosikan simbiosis antara pembangunan ekonomi dan keadilan

sosial; antara ekonomi yang maju dan politik yang sehat; serta antara

kesejahteraan masyarakat dan individu.

Pembangunan yang menjamin keberlanjutan hidup manusia dan

berkeadailan sosial, merupakan kewajiban negara untuk memenuhi kewajibannya

terhadap hak atas pembangunan bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu, program

pembangunan harus diarahkan untuk pemerataan dan pengurangan pemiskinan

melalui komitmen visi pembangunan nasional, dan diimplementasikan melalui

konsep pembangunan yang berpihak kepada orang miskin (pro-poor development)

serta berbasis pada keadilan gender (being based on justice of gender).

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

4

Dengan demikian, keberadaan pembangunan manusia sebagai indikator

kesejahteraan dan sosial masyarakat, sangat penting bagi bangsa Indonesia karena

: (1) Pembangunan pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia, (2)

Pembangunan manusia Indonesia masih sangat tertinggal bila dibandingkan

dengan negara-negara lain, dan (3) Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan

kesehatan, yang notabene berpengaruh pada kualitas SDM, masih sangat rendah.

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi penting bagi pembangunan manusia. Pertumbuhan

ekonomi yang tidak memperhatikan pembangunan manusia tidak akan bertahan

lama. Agar berjalan positif dan berkelanjutan harus ditunjang oleh kebijakan

sosial yang pro pembangunan manusia. Dengan kata lain, economic development

is not and should not be defined as social development. Walaupun pembangunan

ekonomi dan manusia berhubungan, hubungan itu masih memerlukan intervening

variable, yakni kebijakan sosial yang menopang beroperasinya hubungan itu2.

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) selama ini dipercaya

sebagai salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan ekonomi. Kemudian UNDP mengajukan indikator lain yang

dianggap lebih baik guna mengukur keberhasilan pembangunan yaitu Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan IPM

dan pembangunan ekonomi khususnya pembangunan ekonomi di daerah maka

dalam Tabel 2 diperlihatkan angka-angka PDRB, PDRB per kapita, dan IPM

menurut propinsi.

2 Edi Suharto, Ph.D. “Modal Sosial dan Kebijakan Sosial”

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

5

Tabel 2. Peringkat Propinsi Berdasarkan PDRB dan PDRB per Kapita (dalam

ribu rupiah) serta IPM Tahun 1999

Propinsi PDRB Peringkat PDRB/kapita Peringkat IPM Peringkat Aceh 11.463.291 9 2.906 5 70,1 12 Sumatera Utara 23.714.738 5 2.097 8 71,7 5 Sumatera Barat 7.609.545 11 1.733 14 69,6 15 Riau 19.808.076 6 4.882 3 71,6 6 Jambi 3.145.342 21 1.279 19 70,3 11 Sumatera Selatan 13.521.163 8 1.824 10 70,4 10 Bengkulu 1.693.619 25 1.157 21 70,7 9 Lampung 6.914.210 14 1.106 23 69,8 13 Jakarta 66.164.802 2 7.083 2 77,5 1 Jawa Barat 68.243.530 1 1.701 15 69,6 16 Jawa Tengah 41.862.204 4 1.401 16 69,8 14 Yogyakarta 5.111.563 17 1.754 13 74,0 2 Jawa Timur 61.752.469 3 1.810 11 65,8 22 Bali 7.141.773 12 2.442 6 71,0 7 NTT 3.195.295 20 0.862 25 58,9 26 NTB 2.685.357 23 0.738 26 62,1 24 Kalimantan Barat 6.714.068 15 1.799 12 64,7 23 Kalimantan Tengah 4.036.155 18 2.394 7 72,0 4 Kalimantan Selatan 5.956.571 16 2.012 9 68,0 19 Kalimantan Timur 19.792.193 7 8.147 1 71,0 8 Sulawesi Utara 3.574.698 19 1.331 18 73,3 3 Sulawesi Tengah 2.212.649 24 1.108 22 67,7 21 Sulawesi Selatan 9.485.863 10 1.233 20 67,8 20 Sulawesi Tenggara 1.561.002 26 0.950 24 68,9 18 Maluku 2.981.248 22 1.392 17 69,4 17 Papua 6.944.927 13 3.437 4 61,2 25

Sumber : UNDP dalam Remi (2006)

Dari Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa suatu propinsi yang tertinggi

PDRB-nya tidak selalu memperlihatkan IPM yang tertinggi pula, demikian pula

sebaliknya. Deskripsi tersebut menunjukkan terjadinya ketimpangan antara

pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia antar daerah di Indonesia yang

sangat berpengaruh pula terhadap kemiskinan.

Hingga saat ini, Indonesia masih dalam tahap pemulihan akibat krisis

ekonomi. Namun proses pemulihan melalui restrukturisasi di bidang ekonomi,

sosial dan politik, selama ini berlangsung tidak merata. Selain masalah

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

6

kesenjangan pendapatan masyarakat, kesenjangan ini juga terjadi dalam

pencapaian IPM antardaerah. Berdasarkan penghitungan terakhir yang dilakukan

oleh BPS, pencapaian 20 IPM terbaik tahun 2004 masih didominasi oleh kota-

kota besar, seperti Jakarta, Yogyakarta, Padang, dan Makasar.

Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang berhasil

mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara nasional. Hal

tersebut dapat dilihat berdasarkan pada informasi Tabel 1. Pada tahun 1999 PDRB

Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-3 setelah Propinsi Jawa Barat dan

Jakarta. Hal ini mengingat Kota Surabaya sebagai Ibukota Propinsi Jawa Timur,

merupakan kota industri dan metropolitan kedua setelah DKI Jakarta.

Namun, tingkat kesejahteraan manusia di Jawa Timur dalam hal

pendapatan, kecukupan pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, atau

perumahan (komponen kebutuhan dasar manusia yang diagregatkan ke dalam

ukuran IPM) masih menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Hal

tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa sebagian besar kabupaten/kota di

Jawa Timur tergolong sebagai daerah dengan angka kemiskinan yang tinggi,

penerimaan fiskal per kapita yang rendah, dan PDRB per kapita yang rendah3.

Pada tahun 1999 IPM Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-22

dari 26 propinsi di Indonesia. Akibat krisis ekonomi, pada tahun 1999 IPM Jawa

Timur menurun dari 65,5 pada 1996 menjadi 61,8 kemudian meningkat menjadi

62,64 pada tahun 2002. Meskipun mengalami peningkatan, IPM Jawa Timur

menurun ke posisi 25. Hal tersebut sangat kontradiktif dibandingkan dengan

perkembangan dari aspek ekonomi.

3 www.worldbank.org

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

7

Sejak 1 Januari 2001 diberikan kewenangan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah otonom. Dengan kewenangan otonomi daerah, masing-masing

pemerintah daerah menyusun perencanaan pembangunan dan anggaran

keuangannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakatnya. Oleh karena itu, selain untuk membiayai pembangunan sektor-

sektor ekonomi, pemerintah daerah perlu merealokasi pembelanjaan publik untuk

sektor pendidikan dan kesehatan. Investasi dalam modal manusia (human capital),

yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kebijakan populasi, dapat secara

langsung memperbaiki kualitas hidup. Investasi itu juga dapat memperbaiki

insentif investasi melalui efek angkatan kerja yang lebih sehat dan lebih terdidik

terhadap produktivitas modal. Hal itu akan menggeser tekanan lebih ke arah

modal manusia yang dapat mempromosikan pertumbuhan yang lebih pesat dalam

jangka panjang (World Bank, 2001).

Berdasarkan latar belakang dan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan, antara lain :

1. Bagaimana gambaran pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi,

kemiskinan, peran perempuan, dan pengeluaran sosial pemerintah di Jawa

Timur ?

2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia Jawa

Timur ?

3. Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pembangunan

manusia Jawa Timur ?

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi,

kemiskinan, peran perempuan, dan pengeluaran sosial pemerintah di Jawa

Timur.

2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia

Jawa Timur.

3. Menganalisis besarnya pengaruh faktor- faktor yang mempengaruhi

pembangunan manusia Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan

arahan dan sebagai dasar pertimbangan, antara lain :

1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

perumusan dan perencanaan kebijakan pembangunan daerah, baik

pembangunan ekonomi maupun pembangunan manusia.

2. Sebagai pedoman dalam penetapan kebijakan yang terkait dengan alokasi

dana pembangunan dari APBD sehingga dapat lebih efektif dan efisien,

sesuai dengan visi dan misi pembangunan wilayah suatu daerah.

3. Sebagai informasi bagi studi pustaka dan penelitian selanjutnya,

khususnya tentang kajian pembangunan wilayah, otonomi daerah, dan

analisis kebijakan fiskal.

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur.

Pembangunan manusia dalam penelitian ini ditunjukkan oleh IPM, sedangkan

pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh besarnya PDRB per kapita Atas Dasar

Harga Konstan (ADHK) tahun 1993. Hubungan tersebut juga ditunjukkan oleh

pengaruh dari faktor-faktor lain, seperti tingkat kemiskinan, peran perempuan, dan

kebijakan pengeluaran sosial pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan,

serta pengaruh dari adanya kebijakan otonomi daerah.

Kelengkapan data dari setiap kabupaten dan kota sebagai komponen cross

section menjadi salah satu faktor dalam pemilihan lokasi penelitian. Selain itu,

komponen time series yang digunakan hanya tahun 1996, 1999, dan 2002 karena

data-data mengenai capaian pembangunan manusia dari BPS-Bappenas-UNDP

diterbitkan setiap 4 tahun sekali. Selain itu, keterbatasan data juga berlaku pada

variabel pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Setelah

tahun 2002 format APBN/APBD berubah menjadi anggaran berbasis kinerja

(performance budgeting system), sehingga tidak dapat diketahui alokasi

pengeluaran pemerintah per sektor.

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Manusia

Tujuan dasar pembangunan adalah untuk memperbesar spektrum pilihan

manusia. Pada dasarnya pilihan-pilihan tersebut tidak terbatas dan senantiasa terus

berubah. Manusia sering menghargai capaian-capaian yang tidak terlihat dalam

angka pendapatan dan pertumbuhan ekonomi seperti akses yang lebih besar

terhadap pendidikan, kesehatan, kehidupan yang lebih terjamin, jaminan yang

lebih besar bagi keamanan terhadap kriminalitas dan kekerasan, pemanfaatan

waktu senggang, kebebasan politik dan budaya, serta ikut serta dalam kegiatan

sosial masyarakat (Firdausy, 1998).

Konsep pembangunan manusia lebih luas, mencakup hampir seluruh aspek

kehidupan manusia, dari kebebasan mengungkapkan pendapat sampai dengan

kesetaraan jender, lapangan kerja, gizi anak, sampai angka melek huruf orang

dewasa (BPS-Bappenas-UNDP, 2001). Konsep pembangunan manusia lebih luas

dari teori konvensional dan konsep pembangunan ekonomi. Pada model

pertumbuhan ekonomi titik beratnya lebih menekankan pada peningkatan

pembangunan daripada perbaikan kualitas hidup manusia.

Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan sebagai proses

untuk memperbesar pilihan yang dimiliki manusia (a process of enlarging

people’s choices), kebebasan memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana

mereka akan menjalani hidup. Manusia harus bebas untuk melakukan apa yang

menjadi pilihannya di dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik (BPS-

Bappenas-UNDP, 2001).

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

11

Konsep pembangunan manusia yang direkomendasikan oleh UNDP pada

tahun 1991 mencakup 4 (empat) komponen, yaitu : Pertama, kesetaraan (equality)

yang merujuk pada kesamaan dalam memperoleh akses ke sumber daya ekonomi

dan politik yang menjadi hak dasar warga negara. Ini mensyaratkan sejumlah hal

yaitu : (i) Distribusi aset-aset ekonomi produktif secara adil; (ii) Distribusi

pendapatan melalui perbaikan kebijakan fiskal; (iii) Menata sistem kredit

perbankan untuk memberi kesempatan bagi kelompok kecil dan menengah dalam

mengembangkan usaha; (iv) Menata sistem politik demokratis guna menjamin

hak dan kebebasan politik; dan (v) Menata sistem hukum guna menjamin

tegaknya keadilan.

Kedua, produktivitas (productivity) yang merujuk pada usaha-usaha

sistematis yang bertujuan meningkatkan kegiatan ekonomi. Upaya ini

mensyaratkan investasi di bidang sumber daya manusia, infrastruktur, dan

finansial guna mendukung pertumbuhan ekonomi, yang berdampak terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Agar kapasitas produksi maksimal, maka

investasi lebih difokuskan pada upaya peningkatan mutu SDM, yang ditandai oleh

peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan teknologi. SDM

berkualitas memainkan peranan sentral dalam proses pembangunan suatu bangsa.

Ketiga, pemberdayaan (empowerment) yang merujuk pada setiap upaya

membangun kapasitas masyarakat dengan cara melakukan transformasi potensi

dan kemampuan, sehingga mereka memiliki kemandirian, otonomi, dan otoritas

dalam melaksanakan pekerjaan dan mengatasi permasalahan sosial. Dalam

konteks ini, pembangunan menempatkan manusia sebagai pusat segala perhatian

yang bertujuan bukan saja meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan, melainkan

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

12

juga memperluas pilihan-pilihan publik (public choices) sehingga manusia

mempunyai peluang mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.

Keempat, berkelanjutan (sustainability) yang merujuk pada strategi dalam

mengelola dan merawat modal pembangunan: fisik, manusia, finansial, dan

lingkungan agar bisa dimanfaatkan guna mencapai tujuan utama pembangunan,

yaitu kesejahteraan rakyat. Untuk itu, penyegaran, pembaruan, dan pelestarian

modal pembangunan sangat penting dan perlu guna menjaga kesinambungan

proses pembangunan di masa depan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai

disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat

luas seperti kebebasan politik, ekonomi, sosial, sampai kepada kesempatan untuk

menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan

harkat pribadi dan jaminan hak-hak asazi manusia merupakan bagian dari

paradigma tersebut.

Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi.

Sisi pertama berupa formasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan,

pendidikan, dan ketrampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka

untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial, dan politik. Jika

kedua sisi itu tidak seimbang, maka hasilnya adalah frustasi masyarakat (UNDP

dalam Soebeno, 2005).

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih luas

dari pada teori-teori pembangunan ekonomi, pendekatan SDM, pendekatan

kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan dasar manusia. model pertumbuhan

ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP).

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

13

Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses

produksi (sebagai suatu sarana, bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat

manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai agen perubahan dalam

pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan

barang dan jasa kebutuhan hidup.

Hal penting dari konsep pembangunan manusia antara lain : (i)

pembangunan bertujuan akhir meningkatkan harkat dan martabat manusia; (ii)

mengemban misi pemberantasan kemiskinan; (iii) mendorong peningkatan

produktivitas secara maksimal dan meningkatkan kontrol atas barang dan jasa;

(iv) memelihara konservasi alam (lingkungan) dan menjaga keseimbangan

ekosistem; (v) memperkuat basis civil society dan institusi politik guna

mengembangkan demokrasi; dan (vi) merawat stabilitas sosial politik yang

kondusif bagi implementasi pembangunan.

Oleh karena itu, paradigma pembangunan manusia kini menjadi tema

sentral dalam wacana perdebatan mengenai isu- isu pembangunan. Orientasi

pembangunan pun bergeser dari sekadar mencapai tujuan makroekonomi seperti

peningkatan pendapatan nasional dan stabilitas fiskal, ke upaya memantapkan

pembangunan sosial (societal development).

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (1998), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai

suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat

sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar.

Sedangkan menurut Salvatore (1997), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

14

dimana PDB riil per kapita meningkat secara terus menerus melalui kenaikan

produktivitas per kapita. Sasaran berapa kenaikan produksi riil per kapita dan taraf

hidup (pendapatan riil per kapita) merupakan tujuan utama yang perlu dicapai

melalui penyediaan dan pengarahan sumber-sumber produksi.

Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak

jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh

sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis negara yang bersangkutan (Jhingan, 1992).

Teori klasik juga membahas pertumbuhan ekonomi dengan penekanan

pada akumulasi kapital yang dapat meningkatkan output. Asumsinya bahwa

fleksibilitas harga dan upah akan menciptakan kesempatan kerja penuh. Model

pertumbuhan klasik didasari oleh dua faktor utama, yaitu pertumbuhan output

total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith mengatakan bahwa peningkatan

output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu

peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja, dan penggunaan mesin

untuk meningkatkan produkivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan,

maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi.

Fungsi dasar dari semua kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah untuk

menyediakan sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna menghindari segala

kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan keamanan. Atas dasar tersebut dapat dinyatakan

bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi itu merupakan prasyarat bagi

membaiknya kualitas kehidupan.

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

15

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting

dalam pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja

ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa “social

development is economic development” (Mubyarto, 2004)1. Menurut Todaro

(1997), sumber daya manusia dari suatu bangsa, bukan modal fisik atau sumber

daya material, merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan

pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa bersangkutan.

Laporan tahunan UNDP secara konsisten menunjukkan bahwa

pembangunan manusia mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

ekonomi yang tidak memperhatikan pembangunan manusia tidak akan bertahan

lama (sustainable). Agar berjalan positif dan berkelanjutan harus ditunjang oleh

kebijakan sosial (social policy) pemerintah yang pro pembangunan manusia

(sosial).

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia dapat

dijelaskan melaui 2 (dua) jalur seperti yang tergambarkan pada Gambar 1. Jalur

pertama adalah melalui kebijakan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini,

faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial

yang meliputi prioritas dalam pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya

pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya komitmen pemerintah terhadap

pembangunan manusia.

1 www.jurnalekonomirakyat.com “Kualitas Manusia Indonesia”. Mubyarto (2004)

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

16

Gambar 1. Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi

dengan Pembangunan Manusia

Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal

ini, faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah

tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarganya,

biaya pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar, serta untuk kegiatan lain yang

serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan

antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek

ini sangat penting merupakan “jembatan” yang mengkaitkan antara keduanya

(UNDP dalam Soebeno, 2006).

Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersihnya

untuk barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan

manusia, seperti makanan, air, pendidikan, dan kesehatan, tergantung dari

sejumlah faktor seperti tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan antar rumah

tangga dan juga pada siapa yang berperan dalam kehidupan dan mengontrol

alokasi pengeluaran dalam rumah tangga.

Pertumbuhan ekonomi

Kebijakan dan

pengeluaran pemerintah

Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan

Pengeluaran rumah tangga

untuk kebutuhan

dasar

Rasio tingkat pendidikan, pelayanan kesehatan,

pelayanan air bersih, dan

sanitasi

Pembangunan Manusia

Rasio Pengeluaran

Sosial Pemerintah

Sumber : Soebeno, 2005 (dimodifikasi)

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

17

Secara umum diketahui bahwa sebagian besar porsi pendapatan penduduk

miskin dihabiskan untuk konsumsi dibandingkan dengan penduduk kaya.

Sementara, perempuan cenderung memiliki andil yang tidak kecil dalam mendidik

anak, merawat keluarga, serta mengatur kebutuhan dan pengeluaran rumah

tangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan, akan semakin positif bagi

pembangunan manusia.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia ditentukan

bukan hanya oleh tingkat dan distribusi pendapatan. Melainkan juga oleh peran

perempuan dalam rumah tangga dan peran pemerintah dalam kebijakan

pengeluarannya. Alokasi sumber daya untuk pembangunan manusia dari sisi

pemerintah tersebut merupakan fungsi dari tiga hal, yaitu total pengeluaran sektor

pemerintah, berapa banyak yang dialokasikan ke sektor-sektor pembangunan

manusia, dan bagaimana anggaran tersebut dialokasikan ke sektor sosial tersebut.

Dengan kata lain, pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan

ekonomi akan lebih meyakinkan jika memang ada kebiasaan untuk mendukung

pendidikan yang baik, yang mana tergantung pada tahapan pembangunan itu

sendiri. Selain itu, pengaruh positif juga jika terdapat tingkat investasi yang tinggi,

distribusi pendapatan yang lebih merata, dukungan untuk modal sosial yang lebih

baik, serta kebijakan ekonomi yang lebih memadai.

Akan tetapi, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

manusia secara empiris terbukti tidak bersifat otomatis. Banyak wilayah yang

mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat tanpa diikuti oleh pembangunan

manusia yang seimbang, begitu pula sebaliknya. Bukti tersebut tidak berarti

bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting bagi pembangunan manusia.

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

18

Hipotesa trickle down pada teori konvensional berpendapat bahwa

pertumbuhan ekonomi yang cepat akan memberi sumbangan pada pembangunan

manusia. Sedangkan pertumbuhan endogenous memberi suatu kerangka alternatif

yaitu dengan perbaikan dalam tingkat kematian bayi dan pencapaian pendidikan

dasar, akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (BPS-Bappenas-

UNDP, 2001).

Pertumbuhan ekonomi justru merupakan sarana utama bagi pembangunan

manusia, terutama pertumbuhan ekonomi yang merata secara sektoral dan

kondusif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hubungan yang tidak otomatis ini

sesungguhnya merupakan tantangan bagi pelaksanaan pemerintah untuk

merancang kebijakan yang mantap sehingga hubungan keduanya bersifat saling

memperkuat.

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Aisyah (2004) melakukan penelitian tentang Keterkaitan Antara Indikator

Pembangunan Ekonomi (PDRB) dan Indikator Pembangunan Manusia (IPM)

dalam Perekonomian Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1)

Melihat gambaran ketimpangan antarwilayah dari berbagai indikator

pembangunan ekonomi dan IPM, dan (2) Menganalisis keterkaitan antar indikator

pembangunan ekonomi dan IPM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang kaya akan sumber daya

alam dan daerah-daerah kantong-kantong industri, perdagangan, dan jasa

memiliki nilai PDRB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

lain yang tidak mempunyai kelebihan-kelebihan tersebut. IPM daerah yang

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

19

pembangunan ekonominya tinggi cenderung sama dengan daerah lain yang

pembangunan ekonominya sedang. Hubungan pembangunan ekonomi dan

indikator IPM pada tahun penelitian mempunyai nilai yang positif dan signifikan.

Hubungan pembangunan ekonomi dan pengeluaran riil per kapita bernilai positif

dan signifikan. Sedangkan hubungan antara pembangunan ekonomi dan rata-rata

lama bersekolah bernilai negatif dan tidak signifikan.

Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan kualitas manusia

Indonesia, maka kebijakan pemerataan yang diambil sebaiknya kebijakan yang

berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas manusia secara

beriringan. Selain itu, kebijakan tersebut harus dapat memberikan suatu standar

kesejahteraan minimal yang disepakati bersama sebagai komitmen nasional (a

minimum level of national standard of basic needs). Hal ini diperlukan untuk

menjamin adanya kesempatan yang sama (equal opportunity) bagi semua warga

negara Indonesia.

Rahmanta (2006) juga melakukan penelitian tentang Dampak Pengeluaran

Pemerintah terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan di Sumatera Utara

dengan Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Tujuan dari

penelitian ini adalah menganalisis : (1) Dampak pengeluaran pemerintah terhadap

sektor produksi institusi rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi, (2)

Distribusi pendapatan antarrumah tangga, (3) Keterkaitan antarsektor, (4) Jalur

struktural sektor pemerintahan, dan (5) Simulasi kebijakan.

Hasil analisis pengganda menunjukkan bahwa setelah desentralisasi fiskal

pengeluaran pemerintah memberikan dampak yang lebih besar terhadap sektor

produksi, rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi dibandingkan sebelum

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

20

desentralisasi fiskal. Distribusi pendapatan menunjukkan terjadinya pengurangan

ketimpangan pendapatan di antara golongan rumah tangga. Keterkaitan ke depan

sektor pemerintahan lebih besar dibandingkan keterkaitan ke belakang. Analisis

jaringan struktural pada sektor pemerintahan menunjukkan jalur melalui faktor

produksi tenaga kerja memperoleh dampak yang lebih besar terhadap golongan

rumah tangga dibandingkan melalui jalur modal.

Hasil simulasi menujukkan bahwa pengeluaran rutin, pengeluaran

pembangunan, dan dana dekonsentrasi memberikan dampak positif terhadap

sektor produksi, institusi rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi. Artinya

peningkatan pegeluaran pemerintah diikuti peningkatan kinerja perekonomian

daerah. Simulasi peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi

swasta (investasi) untuk sektor tanaman bahan makanan memberikan dampak

terhadap pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pemerataan pendapatan.

Simulasi peningkatan investasi untuk sektor perkebunan memberikan

dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi belum memberikan pemerataan

pendapatan antar rumah tangga. Sedangkan sektor perikanan memberikan dampak

terhadap pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan belum mampu menjadikan

sektor ini sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Simulasi subsidi

langsung tunai ke rumah tangga miskin memberikan dampak peningkatan

pendapatan rumah tangga miskin dan pertumbuhan ekonomi (pro poor growth).

Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak menganalisis

aspek IPM dan kaitannya dengan pengelolaan pengeluaran pemerintah. Hal ini

perlu mendapat perhatian mengingat isu pembangunan manusia sekarang menjadi

krusial akibat krisis ekonomi. Oleh karena itu, perlu penelitian lanjutan dengan

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

21

memasukkan aspek IPM sehingga dampak pengeluaran pemerintah terhadap

variabel ekonomi dan non ekonomi dapat tergambar lebih jelas.

Ilmalia (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Peranan Sektor

Pendidikan terhadap Perekonomian Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah :

(1) Melihat peranan sektor pendidikan terutama jasa pendidikan pemerintah

terhadap perekonomian Indonesia dari sisi output, pendapatan, dan penyerapan

tenaga kerja, dan (2) Menganalisis dampak kenaikan pengeluaran pemerintah di

sektor jasa pendidikan pemerintah terhadap pembentukan output, pendapatan, dan

penyerapan tenaga kerja.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000, alokasi

output sektor pendidikan terutama jasa, pengeluaran pemerintah lebih banyak

digunakan untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan keperluan produksi.

Sektor pendidikan memerlukan lebih banyak input dalam bentuk input primer

(upah dan gaji), daripada input antara dan input yang diimpor. Dilihat dari nilai

multipliernya, sektor jasa pengeluaran pemerintah cukup memiliki kemampuan

untuk meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor ekonomi lain.

Simulasi kenaikan anggaran di sektor jasa pendidikan pemerintah menunjukkan

bahwa sektor jasa pendidikan pemerintah ternyata mampu meningkatkan

pembentukan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja dalam

perekonomian Indonesia.

Hasil penelitian ini hanya mengkaji dampak kenaikan pengeluaran

pemerintah di sektor jasa pendidikan pemerintah terhadap perekonomian tahun

2005. Penelitian ini belum menggambarkan dampak kenaikan anggaran terhadap

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

22

peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kontribusinya bagi pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang.

Riyanto (2003) melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak

Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan

Pembangunan Wilayah di Indonesia. Aliran dana perimbangan dari pemerintah

pusat secara signifikan meningkatkan APBD, tetapi tidak berdampak secara

signifikan dalam peningkatan perekonomian daerah. Hal ini disebabkan oleh

masih cukup besarnya belanja rutin dalam komponen APBD, kualitas SDM yang

rendah di daerah, dan tidak efisiennya birokrasi pemerintah, kelembagaan

pemerintah yang lemah, serta tidak efektifnya proses perencanaan pembangunan

di daerah karena derajat partisipasi masyarakat masih rendah.

Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa dana perimbangan dapat

memperbaiki pemerataan pembangunan antarwilayah walaupun secara aktual

pemerataan pembangunan wilayah pada tahun 2001 belum membaik. Pemerataan

pembangunan wilayah tersebut akan lebih baik jika Dana Alokasi Umum (DAU)

diterapkan secara konsisten dengan mengurangi peranan faktor penyeimbang

(faktor politik).

Salah satu rekomendasi atau saran dari penelitian ini adalah bahwa

pemerintah daerah seharusnya menciptakan iklim investasi yang kondusif sehinga

dapat menarik investor dan meningkatkan perekonomian yang pada gilirannya

dapat menyerap tenaga lokal sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas SDM lokal dengan

meningkatkan anggaran sektor pendidikan.

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

23

Penelitian di Propinsi Jawa Timur terkait dengan pembangunan manusia

pernah dilakukan oleh Soebeno (2005) dengan judul Analisis Pembangunan

Manusia dan Penentuan Prioritas Pembangunan Sosial di Jawa Timur. Tujuan dari

penelitian ini adalah (1) Mengkaji tingkat pembangunan manusia di wilayah Jawa

Timur dan menelaah implikasi pembangunan di wilayah Jawa Timur serta

mengidentifikasi ketimpangan relatif antarwilayah terhadap pembangunan sosial;

(2) Mengkaji potensi sumberdaya wilayah (human, natural, man-made, dan social

capital) di wilayah Jawa Timur terhadap pembangunan sosial; dan (3)

Menentukan prioritas pembangunan sosial (manusia) berdasarkan hasil analisis

dengan memperhitungkan perkembangan, hierarki, dan potensi sumberdaya

wilayah.

Periode 1996-1999, terjadi kemunduran pembangunan manusia di Jawa

Timur karena dalam pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi. Namun kemudian

mengalami peningkatan pada tahun 1999-2002. Pembangunan manusia

kabupaten/kota di Jawa Timur masih cukup rendah, karena status pembangunan

manusia kabupaten/kota digo longkan pada tingkat menengah yang rendah.

Sedangkan potensi sumberdaya di sebelah pantai utara Provinsi Jawa Timur,

terutama wilayah Tapal Kuda yang relatif dekat dengan Kota Surabaya,

merupakan wilayah yang mempuyai tingkat pembangunan manusia yang

memprihatinkan dibandingkan dengan wilayah selatan.

Penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan permasalahan, keterbatasan,

dan saran dari penelitian-penelitian sebelumnya. Propinsi Jawa Timur merupakan

salah satu propinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun

tingkat pembangunan manusianya masih tergolong rendah. Rendahnya

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

24

pembangunan manusia tersebut ditunjukkan oleh masih banyaknya penduduk

miskin dan wilayah tertinggal yang tersebar di kabupaten/kota di Jawa Timur.

Oleh karena itu, dalam penelitian yang berjudul Analisis Hubungan Antara

Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur ini,

akan dibahas hubungan dan besarnya pengaruh dari pertumbuhan ekonomi dan

tingkat kemiskinan terhadap pencapaian pembangunan manusianya. Mengingat

peran penting dari perempuan dalam kehidupan rumah tangga, maka akan dilihat

hubungan dan besar pengaruhnya terhadap pembangunan manusia Jawa Timur.

Selain itu, berdasarkan saran dari penelitian terdahulu, akan dilihat pula

hubungan dan besarnya pengaruh dari pengeluaran sosial pemerintah terhadap

pembangunan manusia Jawa Timur. Dalam hal ini adalah pengeluaran

pembangunan untuk sektor pendidikan dan kesehatan dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Serta dengan

adanya kebijakan otonomi daerah mulai 1 Januari 2001, akan dilihat hubungan

dan besar pengaruhnya terhadap pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur.

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konseptual

3.1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index

(HDI) mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit, hanya mengukur sebagian

dari keadaan pembangunan manusia yang meliputi indeks pendidikan, indeks

kesehatan, dan indeks daya beli. Indikator tersebut dijadikan sebagai indikator

indikator yang paling layak untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan

jangka panjang (BPS-Bappenas-UNDP, 2001).

Pembangunan manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai

input bagi proses produksi yang didekati secara bersama-sama dari produksi dan

distribusi komoditas, serta peningkatan pemberdayaan manusia. Oleh karena itu,

IPM mempunyai korelasi yang lebih tinggi terhadap masing-masing indikator

sosial dan ekonomi secara individual daripada konsep-konsep lain yang telah

digunakan sebelumnya (PDB/PDRB).

Apabila IPM hanya dilihat dari pendapatan per kapita saja, berarti hanya

melihat kemajuan atau status ekonomi negara berdasarkan pendapatan per tahun.

Sedangkan apabila melihat pada sisi sosial (pendidikan dan kesehatan), maka

akan dapat dilihat dimensi yang jauh lebih beragam berkenaan dengan kualitas

hidup masyarakat. Secara tidak langsung, IPM yang tinggi selalu berkorelasi

dengan kesejahteraan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

26

3.1.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB sebagai indikator pembangunan ekonomi disebut juga dengan

Pendapatan Regional. Lipsey (1995) menyatakan bahwa pendapatan suatu negara

atau wilayah dapat diukur melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi,

pendapatan, dan pengeluaran. Manfaat PDRB adalah sebagai petunjuk atau

indikator kemampuan sumber daya ekonomi, tingkat pendapatan penduduk, laju

pertumbuhan ekonomi, dan strukur perekonomian yang menggambarkan peranan

sektor ekonomi dalam suatu wilayah.

PDRB dihitung dengan 2 (dua) cara yaitu berdasar harga berlaku dan

berdasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap

tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah dari

masing-masing sektor ekonomi dinilai atas dasar harga tetap pada tahun dasar.

Karena penggunaan harga tetap, maka perkembangan nilai tambah dari

tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil dan bukan karena

kenaikan harga. Oleh karena itu, melalui PDRB per kapita dapat dilihat rata-rata

pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk yang tinggal di suatu daerah

selama periode waktu tertentu. PDRB per kapita atas dasar harga konstan dapat

menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang sebenarnya.

3.1.3 Kemiskinan

Menurut Bappenas dalam Papalaya (2004), kemiskinan mencakup unsur-

unsur: (a) ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, kerentanan,

ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan menyalurkan aspirasinya. Komite

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

27

Penganggulangan Kemiskinan dalam Papalaya (2004), mendefinisikan cir i-ciri

masyarakat miskin, yaitu tidak mempunyai daya/kemampuan untuk : (a)

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (basic need deprivation); (b) melakukan

kegiatan usaha produktif; (c) menjangkau akses sumber daya sosial dan ekonomi

(inaccessibility); (d) menentukan nasibnya sendiri; dan (e) membebaskan diri dari

mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan

harga diri yang rendah.

Menurut Asian Development Bank dalam Papalaya (2004), kemiskinan

adalah ketiadaan aset-aset dan kesempatan esensial yang menjadi hak setiap

manusia. Kemiskinan lebih baik diukur dengan ukuran seperti pendidikan dasar,

rawatan kesehatan, gizi, air bersih, dan sanitasi; di samping pendapatan,

pekerjaan, dan upah. Ukuran ini digunakan untuk mewakili hal-hal yang tidak

berwujud, seperti rasa ketidakberdayaan dan ketiadaan kebebasan untuk

berpartisipasi. Sedangkan definisi kemiskinan menurut Bank Dunia (2004) adalah

tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan pendapatan $ 1 perhari.

Pengurangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas utama dalam

pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang tidak dikaitkan dengan masalah

kemiskinan akan membuka peluang munculnya permasalahan-permasalahan

jangka pendek dan jangka panjang yang akan membahayakan proses dan

keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

3.1.4 Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ)

Pencapaian dalam IPM tidak memasukkan tingkat ketidakseimbangan

gender dalam pencapaian-pencapaian pembangunan manusia. Oleh karena itu,

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

28

diperkenalkan konsep pembangunan dan pemberdayaan jender untuk meihat

ketidaksetaraan pencapaian antara laki- laki dan perempuan (BPS-Bappenas-

UNDP). Konsep tersebut memfokuskan pada peranan, hubungan dan tanggung

jawab sistem sosial ekonomi jender pada tingkat makro (nasional dan

internasional), tingkat intermediate (sektor), dan tingkat mikro (masyarakat atau

keluarga /rumah tangga).

Upaya pengarusutamaan jender akan mempengaruhi IPM, dengan asumsi

bahwa perubahan intervensi pembangunan yang tidak bias jender akan

meningkatkan nilai kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Dengan

pengukuran ini dapat dilihat peran dan tanggung jawab perempuan pada kualitas

hidupnya sendiri karena beban dan perannya sebagai pemelihara kesehatan

keluarga, pengatur keuangan rumah tangga, kebebasan mengembangkan diri

karena dibebani tanggung jawab pengasuhan anak, serta rasa aman dari kekerasan

dalam rumah tangga.

Indeks pemberdayaan jender (IDJ) mengukur partisipasi perempuan di

bidang ekonomi (perempuan dalam angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor

non-pertanian), politik (perempuan di parlemen) dan pengambil keputusan

(perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi, dan manajer). Adanya

ketimpangan IDJ memperlihatkan masih rendahnya partisipasi perempuan dalam

pengambilan keputusan di ranah publik.

3.1.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal untuk

mencapai keseimbangan dan stabilitas dalam perekonomian negara secara makro

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

29

yang dinamis dan berkembang. Dalam tinjauan ekonomi publik, belanja publik

(public expenditure) merupakan instrumen untuk penyelenggaraan aktivitas

pemerintahan dan pengadaan barang dan jasa publik. APBD merupakan belanja

publik yang berfungsi untuk mengatasi kegagalan pasar dalam penyediaan barang

dan jasa publik (Stiglitz dalam Riyanto, 2005).

Menurut Jhingan (2003), investasi pembangunan manusia pada overhead

sosial dapat dikategorikan sebagai pengeluaran sosial oleh pemerintah. Oleh

karena inti dari pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan, maka

alokasi pengeluaran pemerintah seharusnya difokuskan pada pembangunan sosial

kedua sektor tersebut.

Berdasarkan UUD 1945 dan UU 20/2003 tentang Sisdiknas, dana

pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi

minimal 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan daerah

(APBN dan APBD). Sedangkan berdasar GBHN Tahun 2002, diamanatkan

bahwa alokasi anggaran untuk sektor kesehatan sebesar 15 persen dari APBN.

Bahkan organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan besarnya alokasi

pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan 5 persen dari Produk Domestik

Bruto4. Selain itu, dalam "Inisiatif 20:20" di Kopenhagen tahun 1995, mewajibkan

semua negara kaya dan berkembang menggunakan 20 persen dari bantuan

pembangunan atau anggaran belanja negara bagi kebutuhan pendidikan dan

kesehatan5.

Permasalahan dalam pengalokasian anggaran, selain tidak berimbangnya

alokasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan, juga ketidaktepatan dalam

4 www.kompas.com Pelayanan Kesehatan, Advokasi, dan Governance Reform (6 Mei 2007) 5 www.kompas.com Pajak Sosial Pendidikan, Mengapa Tidak (5 Agustus 2004)

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

30

alokasi anggaran terhadap sektor-sektor yang seharusnya mendapatkan prioritas

dalam pembangunan. Dari sisi kepentingan publik, pengalokasian tersebut

dirasakan kurang adil dan kurang memihak pada kepentingan masyarakat. Hal

tersebut akan menyebabkan inefisiensi sehingga tujuan pembangunan yang

diharapkan tidak tercapai. Kebijakan pemerintah yang tepat dalam pengalokasian

anggaran adalah lebih menitikberatkan pada belanja pembangunan (investasi)

publik yang dapat menciptakan nilai tambah di dalam perekonomian wilayah.

3.1.6 Otonomi Daerah

Otonomi daerah (kebijakan desentralisasi) mulai berlaku sejak 1 Januari

2001 dengan berdasarkan UU 22/1999 jo UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

dan UU 25/1999 jo UU 33/ 2004 tentang Keuangan Pemerintahan Pusat dan

Daerah. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang sangat luas bagi daerah

dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar

negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, dan bidang agama.

Desentralisasi (politik, administratif dan fiskal) adalah penyerahan

kekuasaan, kewenangan, sumberdaya, keuangan dan tanggung jawab dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah daerah mempunyai “hak” jika

berhadapan dengan pusat, sebaliknya ia mempunyai “tanggung jawab” mengurus

barang-barang publik untuk dan kepada rakyat. Secara teoretis tujuan antara

desentralisasi adalah menciptakan pemerintahan yang efektif-efisien, membangun

demokrasi lokal dan menghargai keragaman lokal. Tujuan akhirnya adalah

menciptakan kesejahteraan rakyat.

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

31

Menurut Riyanto (2003), desentralisasi fiskal dapat mendorong

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah sehingga kesejahteraan masyarakat

meningkat dan lebih merata. Dalam konteks pembangunan, kinerja pemerintah

daerah ditentukan oleh kemampuan mendorong laju pertumbuhan ekonomi

daerah. Keberhasilannya akan berdampak pada pencapaian tujuan pembangunan

daerah, seperti peningkatan kualitas kehidupan, penurunan angka kemiskinan,

peningkatkan daya beli masyarakat, tercapainya kemandirian perekonomian

daerah, pengoptimalan pelayanan masyarakat, serta dalam mengurangi

ketergantungan fiskal dan kesenjangan antarwilayah. Dengan berbagai macam

keterbatasan sumber pendapatan untuk melaksanakan pembangunan dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah maka perlu dikembangkan sistem

anggaran yang mengacu pada kepentingan publik.

3.1.7 Analisis Panel Data

Data panel (pooled data) atau yang disebut juga sebagai data longitudinal

merupakan gabungan antara data cross section dan time series. Data cross section

adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu.

Sedangkan data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke

waktu terhadap suatu individu. Metode data panel merupakan suatu metode yang

digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika

hanya menggunakan data time series maupun cross section (Gujarati, 2003).

Proses menggabungkan data cross section dan time series disebut dengan pooling.

Kelebihan penggunaan data panel (Baltagi, 2003) antara lain :

1. Dapat mengendalikan keheterogenan individu atau unit cross section.

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

32

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas di

antara variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien.

3. Panel data lebih baik untuk studi dynamics of adjustment.

4. Dapat lebih baik untuk mengidentifikasikan dan mengukur efek yang tidak

dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series.

5. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioral

models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section

atau time series.

Terdapat tiga metode pada teknik estimasi model menggunakan data

panel, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap

(fixed effect), dan metode efek random (random effect).

1. Metode Pooled Least Square

Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah

dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data

yang berbentuk pool. Misalkan terdapat persamaan berikut ini (Baltagi, 2001) :

Yit = α +β j xjit + ε it untuk i = 1, 2, . . . , N dan t = 1, 2, . . ., T

Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah

periode waktunya. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan

kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk

setiap unit cross section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan regresi

cross section sebagai berikut:

Yi1 = α + β j xjit + ε i1 untuk i = 1, 2, . . . , N

yang akan berimplikasi diperolehnya persamaan sebanyak T persamaan yang

sama. Begitu juga sebaliknya, kita juga akan dapat memperoleh persamaan deret

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

33

waktu (time series) sebanyak N persamaan untuk setiap T observasi. Namun,

untuk mendapatkan parameter α dan β yang konstan dan efisien, akan dapat

diperoleh dalam bentuk regresi yang lebih besar dengan melibatkan sebanyak NT

observasi.

2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Masalah terbesar dalam pendekatan metode pooled least square adalah

asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik

antar individu maupun antar waktu yang mungkin tidak beralasan. Generalisasi

secara umum sering dilakukan adalah dengan memasukkan variabel boneka

(dummy variable) untuk menghasilkan nilai parameter yang berbeda-beda baik

lintas unit cross section maupun antar waktu (Baltagi, 2001).

Secara umum, pendekatan fixed effect dapat dituliskan dalam persaman

sebagai berikut :

yit = αi +β j xjit + eit

dimana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang berubah-ubah antar cross section unit

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

β j = parameter untuk variabel ke j

eit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Dengan menggunakan pendekatan ini akan terjadi degree of freedom

sebesar sebesar NT-N-K. Keputusan memasukkan variabel boneka ini harus

didasarkan pada pertimbangan statistik. Tidak dapat kita pungkiri, dengan

melakukan penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

34

degree of freedom yang pada akhirnya akan mempengaruhi keefisienan dari

parameter yang diestimasi.

Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot

(no weighted) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dan dengan pembobot

(cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya

pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.

3. Metode Efek Random (random effect)

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak

dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan

variabel boneka akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of

freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang

diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan

ketiga yaitu model efek acak (Baltagi, 2001).

Bentuk model efek acak ini dijelaskan pada persamaan berikut ini :

Yit = α1ι +β j xjit + uit

dimana α1ι diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai intersep (α1).

Nilai intersep untuk masing-masing individu dapat dituliskan:

α1ι = α1+ειt ι=1,2...N

dimana α1 adalah rata-rata dari seluruh intersep, ει adalah random error (yang

tidak bisa diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing-masing

individu.

Bentuk model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus:

Yit = α1 +β j xjit +ειt + uit

Yit = α1 +β j xjit +ωιt

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

35

dimana : ωιt=ειt + uit

Bentuk ωιt terdiri dari dua komponen error term yaitu ε i sebagai

komponen cross section error dan uit yang merupakan gabungan dari komponen

time series error dan komponen error kombinasi.

Bentuk model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan rumus:

Yit = α1 +β j xjit +ωιt dengan

ωit = ε i + v t + w it

Dimana : ε i ∼N(0, δε2) = komponen cross section error

vt ∼N(0, δ v2) = komponen time series error

wit∼ N(0, δ w2) = komponen error kombinasi.

Asumsinya adalah bahwa error secara individua l tidak saling berkorelasi begitu

juga dengan error kombinasinya.

Dengan menggunakan model efek acak, maka dapat menghemat

pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang

dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan

hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.

3.2 Kerangka Operasional

Konsep pembangunan selama ini hanya menekankan pada pertumbuhan

ekonomi (economic growth). Padahal, pencapaian kesejahteraan masyarakat tidak

cukup hanya dengan menekankan pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur

fisik, melainkan juga dengan pembangunan manusia (human development).

Adanya pergeseran paradigma pembangunan memerlukan interaksi antara

pembangunan ekonomi dengan pembangunan manusia. Oleh karena itu,

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

36

keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari besarnya PDRB tetapi juga

ditunjukkan oleh capaian IPM.

Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan PDRB yang tinggi. Namun keberhasilan dalam perekonomian di

Jawa Timur tidak diikuti dengan kemajuan dalam pembangunan manusia. Selain

itu, rendahnya PDRB per kapita dan tingginya angka kemiskinan menunjukkan

belum berhasilnya kinerja pemerintah dalam mensinergiskan antara pembangunan

ekonomi dengan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur.

Pelaksanakan pembangunan manusia harus ditangani melalui pendekatan

multidimensi, baik itu ekonomi, politik, sosial-budaya, kesehatan dan pendidikan.

Hak dasar warga merupakan public goods dimana pemerintah wajib

menyelenggarakannya. Dengan demikian, instrumen pembangunan manusia tidak

hanya terdiri atas instrumen keuangan, tetapi juga meliputi instrumen

kelembagaan, SDM, serta instrumen kebijakan dan perundangan.

Keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasyarat bagi

membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara

berkesinambungan (sustainable), maka realisasi potensi manusia tidak mungkin

berlangsung. Dengan demikian, kenaikan pendapatan per kapita, pengentasan

kemiskinan absolut, penambahan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan,

merupakan hal-hal yang harus ada (necessary conditions) bagi pembangunan, tapi

tidak akan memadai tanpa adanya faktor-faktor positif yang lainnya (not sufficient

conditions).

Dengan adanya perbaikan IPM, pembangunan ekonomi yang

dihumaniskan dengan pembangunan manusia juga dapat ditunjukkan dengan

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

37

berkurangnya angka kemiskinan. Menurut Yudhoyono (2004), angka kemiskinan

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal, dan tingkat upah.

Walaupun tidak mempengaruhi secara langsung, IPM yang baik dapat mendukung

usaha dalam mengurangi angka kemiskinan.

Selain itu, pembangunan manusia juga terkait dengan peran perempuan

dalam kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik, dari tingkat makro hingga

rumah tangga. Kualitas hidup perempuan, mempunyai andil dalam perannya

sebagai pendidik anak, perawat keluarga, pengatur kebutuhan dan pengeluaran

rumah tangga.

Keberhasilan pembangunan manusia juga didukung oleh kebijakan

pengeluaran pemerintah (expenditure policy) yang dialokasikan untuk subsektor

sosial yang meliputi pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran

tersebut mengindikasikan besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan

manusia. Peningkatan anggaran dapat meningkatkan rasio tingkat pendidikan dan

kesehatan, pelayanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi rumah tangga. Apabila

kesemuanya itu berjalan dengan baik, maka pembangunan manusia yang

ditunjukkan oleh peningkatan kemampuan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan,

ataupun kualitas gizi dapat tercapai.

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka teori

sebelumnya, kerangka operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2

di bawah ini.

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

38

Gambar 2. Bagan Kerangka Operasional Penelitian

3.3 Hipotesis

Hipotesis dari variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi

pembangunan manusia dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, peran

perempuan, dan pengeluaran sosial untuk sektor pendidikan dan kesehatan

mengalami penurunan pada kurun waktu 1996-1999 karena adanya krisis

Analisis Panel Data

Hasil Analisis

Perubahan paradigma pembangunan : Interaksi antara pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur

Pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur masih rendah (secara nasional)

masih rendah rata-rata

Pengeluaran Sosial

Pemerintah

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat Kemiskinan

Analisis Deskriptif

Random Effect

Fixed Effect

Pooled Least Square

Peran Perempuan

Rekomendasi

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

39

ekonomi, dan membaik sejalan dengan masa pemulihan ekonomi pada

kurun waktiu 1999-2002.

2. Pertumbuhan ekonomi, peran perempuan, pengeluaran pemerintah untuk

sektor pendidikan, pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan

kebijakan otonomi daerah mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang

positif dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi kontribusi dari

faktor- faktor tersebut, akan meningkatkan indeks pembangunan manusia.

3. Kemiskinan mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang negatif

dengan pembangunan manusia. Semakin rendah tingkat kemiskinan, maka

semakin besar peluang suatu individu untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya yang pada akhirnya dapat mendukung pembangunan manusia.

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi

dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat Propinsi Jawa Timur merupakan

salah satu propinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

namun capaian pembangunan manusianya (IPM) masih di bawah rata-rata capaian

pembangunan manusia secara nasional. Penelitian ini dilakukan selama kurang

lebih 5 (enam) bulan, mulai bulan Januari hingga Mei 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-

data yang diperlukan dalam penelitian ini, seperti data PDRB, jumlah penduduk,

tingkat kemiskinan, IPM, dan IDJ dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Pusat dan BPS Propinsi Jawa Timur. Sedangkan data pengeluaran pemerintah dari

APBD tiap kabupaten/kota diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan

Pemerintah-Departemen Keuangan.

Selain itu, fasilitas internet juga banyak digunakan dalam pencarian data.

Beberapa situs yang menjadi sumber utama dalam pencarian data yaitu situs

Badan Pusat Statistik, Sistem Informasi Keuangan Daerah-Departemen Keuangan,

United Nation Development Programme (UNDP), dan World Bank. Serta hasil

penelitian terdahulu, jurnal-jurnal, serta bahan literatur lainnya, untuk melengkapi

data-data yang diperlukan.

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

41

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang digunakan untuk menghasilkan seluruh analisis

dalam penelitian ini menggunakan program software Microsoft Excel dan E-Views

4.1. Hasil pengolahan data disajikan pada bagian lampiran. Untuk menjelaskan

hasil analisis, dikutip beberapa bagian dan dituliskan dalam bab hasil dan

pembahasan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis, yaitu

analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan,

peran perempuan, dan pengeluaran sosial (sektor pendidikan dan kesehatan)

pemerintah Propinsi Jawa Timur. Analisis deskriptif dilakukan dengan membaca

tabel dan grafik untuk melihat kecenderungan dari perkembangan data-data

komponen atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Karena data-data yang diperlukan dalam penelitian ini mengalami

keterbatasan, analisis kuantitatif yang digunakan sebagai metode pengolahan data

adalah teknik estimasi model dengan menggunakan data panel atau pooled data

(pooling cross section-time series regression). Dengan unit cross section adalah

29 kabupaten dan 8 kota yang terdapat di Propinsi Jawa Timur dan tahun analisis

pada 1996, 1999, dan 2002 sebagai unit time series-nya.

4.3.1 Spesifikasi Model Panel Data

Perumusan model estimasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

pembangunan manusia didasarkan pada alur hubungan antara kedua hal tersebut,

seperti yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka dan tergambar pada Gambar 1.

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

42

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia dapat dijelaskan melalui 2 (dua) jalur

yaitu kebijakan pengeluaran sosial pemerintah dan besarnya pengeluaran rumah

tangga untuk kebutuhan dasar.

Pengeluaran sosial pemerintah ditunjukkan dengan besarnya pengeluaran

pemerintah untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan dari total pengeluaran

pembangunan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sedangkan pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar, meliputi pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan kebutuhan

non makanan (pendidikan kesehatan, air bersih, dan sanitasi rumah tangga).

Diketahui bahwa dalam rumah tangga, perempuan mempunyai peran dan

kontribusi besar dalam mengatur, merawat, dan mengelola rumah tangganya.

Sehingga tingkat kemampuan perempuan dapat mempengaruhi kepandaiannya

dalam mengatur keuangan dan pengeluaran rumah tangga, mendidik anak, dan

merawat kesehatan keluarganya.

Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, maka besarnya peran

perempuan dalam rumah tangga dalam penelitian ini, digunakan proxy Indeks

Pemberdayaan Jender (IDJ) yang mengukur besarnya peran dan partisipasi

perempuan dalam kehidupan politik, sosial, dan ekonomi, dari tingkat makro

sampai mikro (rumah tangga). Diasumsikan bahwa semakin tinggi IDJ,

perempuan semakin pandai dalam mengatur kebutuhan dan pengeluaran rumah

tangganya.

Berkaitan dengan berlakunya masa otonomi daerah sejak 1 Januari 2001,

maka pengelolaan sektor pendidikan dan sektor kesehatan, baik itu pengelolaan

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

43

atau administrasi, keuangan, maupun manajemen kebijakannya, diserahkan

sepenuhnya kepada daerah. Sebelum otonomi, anggaran yang ditujukan untuk

sektor pendidikan dialokasikan kepada Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas). Sedangkan anggaran untuk sektor kesehatan dialokasikan kepada

Departemen Kesehatan (Depkes). Dengan otonomi tersebut, daerah dapat

menetapkan kebijakan dan mengelola anggaran belanjanya, khususnya untuk

sektor pendidikan dan kesehatan, secara efektif, efisien, dan tepat sasaran.

Berdasarkan kerangka operasional yang dikemukakan sebelumnya, maka

analisis data dibatasi pada 7 (tujuh) variabel, yaitu variabel pembangunan manusia

(IPM), pertumbuhan ekonomi (PDRB), tingkat kemiskinan (K), peran perempuan

(IDJ), pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan (PPP), dan pengeluaran

pemerintah untuk sektor kesehatan (PPK). Untuk menunjukkan adanya kebijakan

desentralisasi fiskal, politik, dan administrasi, dimasukkan variabel dummy

otonomi daerah (Dotda).

Secara ekonometrika, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur dapat dianalisis dengan

menggunakan persamaan berikut ini.

ln IPMit = a + ß1 ln PDRBit + ß2 ln Kit + ß3 ln IDJit + ß4 ln PPPit + ß5 ln PPKit

+ ß6 Dotdait + uit

Dimana :

ln = Logaritma Natural

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

PDRB = Pendapatan Domestik Regional Bruto per Kapita (rupiah)

K = Tingkat Kemiskinan (persen)

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

44

IDJ = Indeks Pemberdayaan Jender

PPP = Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor Pendidikan (persen)

PPK = Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor Kesehatan (persen)

Dotda = Dummy Otonomi Daerah

0 = masa sebelum Otonomi Daerah

1 = masa Otonomi Daerah

u = Variabel pengganggu (error term)

i = Individu ke- i

t = Periode waktu ke-t

4.3.2 Uji Kesesuian Model

Untuk menguji kesesuaian atau kebaikan model dari ketiga metode pada

teknik estimasi model dengan data panel digunakan Chow Test dan Hausman

Test. Chow Test digunakan untuk menguji kesesuaian model antara model yang

diperoleh dari metode pooled least square dengan model yang diperoleh dari

metode fixed effect. Selanjutnya dilakukan Hausman Test terhadap model terbaik

yang diperoleh dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh dari metde

random effect .

1. Chow Test

Chow Test (Uji Chow) atau beberapa buku menyebutnya pengujian F-

statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan pooled

least square atau fixed effect. Pada beberapa ha l, asumsi bahwa setiap unit cross

section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

45

dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda.

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model pooled least square

H1 : Model fixed effect

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol adalah dengan menggunakan

rumus F-statistik biasa, yang dapat dituliskan seperti berikut (Ramanathan, 1998) :

)/()1/()(

2

21,1 KNNTESS

NESSESSF KNNTN −−

−−=−−−

Dimana:

ESS1 = Error Sum Square dari model pooled least square

ESS2 = Error Sum Square dari model fixed effect

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel bebas

Statitik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik yaitu FN-1, NT-N-K. Jika

nilai Chow Statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup

bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang

digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut

sebagai Chow Test karena kemiripannya dengan Chow Test yang digunakan untuk

menguji stabilitas dari parameter (stability test).

2. Hausman Test

Hausman Test (Uji Hausman) adalah pengujian statistik sebagai dasar

pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model

random effect. Penggunaan model fixed effect mengandung suatu unsur trade off

yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel dummy. Namun,

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

46

penggunaan metode random effect pun harus memperhatikan ketiadaan

pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.

Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model random effects

H1 : Model fixed effects

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol, maka digunakan statistik Hausman

dan membandingkannya dengan tabel chi square derajat bebas K.

Statistik hausman dirumuskan dengan :

( ) ( ) ( )bMMbm −−−= − ββ 110

' ( )2~ X K

Dimana :

β = vektor untuk statistik variabel fixed effect

b = vektor statistik variabel random effect

)( 0M = matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect

)( 1M = matriks kovarians untuk dugaan model random effect

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari chi square (?2) tabel, maka

cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model

yang lebih baik digunakan adalah model fixed effect, begitu pula sebaliknya.

4.3.3 Evaluasi Model

Untuk menghasilkan model yang efisien dan konsisten, maka perlu

dieavaluasi berdasarkan kriteria ekonomi apakah hasil estimasi terhadap model

regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan

autokorelasi. Selain itu juga perlu dilihat seberapa bagus model dalam

mengestimasi, dengan melihatnya dari nilai koefisien determinasi.

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

47

1. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)

Koefisien determinasi berfungsi untuk menunjukkan seberapa baik model

yang diperoleh bersesuaian dengan data aktual (goodness of fit), mengukur berapa

persentase variasi dalam peubah terikat mampu dijelaskan oleh informasi peubah

bebas. Kisaran nilai koefisien determinasi adalah 0 = R2 = 1. Model dikatakan

semakin baik apabila nilai R2 mendekati 1 atau 100 persen.

2. Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah var(ui) = s2 (konstan),

semua error yang mempunyai variasi yang sama. Hateroskedastisitas membuat

varians residual dari variabel tidak konstan (tidak homoskedastisitas). Sehingga

menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten.

Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan dan ada masalah heteroskedastisitas

maka hasil regresi akan terjadi missleading (Gujarati, 1995). Untuk

menghilangkan masalah heteroskedastisitas digunakan uji White

Heteroskedasticity yang terdapat dalam program Eviews 4.1.

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linier yang kuat antara variabel-

variabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Jika nilai R2 yang diperoleh

tinggi (antara 0,7-1) tetapi tidak terdapat atau hanya sedikit sekali koefisien

dugaan yang berpengaruh nyata pada taraf nyata tertentu dan tanda regresi dugaan

tidak sesuai teori, maka model yang digunakan berhubungan dengan masalah

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

48

multikolinearitas (Gujarati, 1997). Multikolinearitas dalam pooled data dapat

diatasi dengan memberi perlakuan pembobotan (cross section weights) atau GLS,

sehingga paramater dugaan pada taraf uji tertentu (t-statistik maupun F-hitung)

menjadi signifikan.

3. Autokorelasi

Autokorelasi ditemukan jika error dari periode waktu (time series) yang

berbeda saling berkorelasi. Pada analisis seperti yang dilakukan pada model, jika

ditemukan masalah autokorelasi maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak

bias dan konsisten. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari model (d) dengan DW-tabel.

Jika d < dL, maka tidak terjadi autokorelasi. Jika d > 4-dL, maka tidak ada

autokorelasi. Dan jika dU < d < 4-dU, maka tidak signifikan sehingga tidak ada

autokorelasi.

4.4 Definisi Operasional

1. Indeks Pembangunan Manusia = Indikator capaian pembangunan manusia

yang dihitung dari komponen indeks pendidikan, indeks harapan hidup,

dan indeks daya beli.

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto per Kapita = Besarnya pendapatan

yang diterima oleh setiap penduduk yang tinggal di suatu daerah selama

periode waktu tertentu, yang tergantung pada besarya nilai tambah dari

sektor ekonomi yang berkembang pada suatu wilayah (rupiah).

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

49

3. Tingkat kemiskinan = Jumlah penduduk miskin dimana perhitungannya

menggunakan batas garis kemiskinan dan Pendekatan Kemiskinan

Indikator Baru (PKIB) yang membedakan antara penduduk yang

mendekati miskin (near poor), miskin (poor), dan sangat miskin (poorest)

diantara jumlah penduduk total (persen).

4. Indeks Pemberdayaan Jender = Indikator yang menilai peran, hubungan,

dan tanggung jawab perempuan pada sistem sosial, politik, dan ekonomi

dari tingkat makro hingga rumah tangga.

5. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan = Pengeluaran

pemerintah untuk sektor pendidikan dari total penge luaran pembangunan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (persen).

6. Pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan = Pengeluaran pemerintah

untuk sektor kesehatan dari total pengeluaran pembangunan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (persen).

7. Otonomi daerah = Penyerahan wewenang (desentralisasi administrasi,

fiskal, dan politik) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri dalam bidang pekerjaan umum,

kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri

dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan,

koperasi dan tenaga kerja.

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB V

GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Geografis

Propinsi Jawa Timur terletak pada 110°54 BT sampai 115°57 BT dan

5°371 LS sampai 8°48 LS. Batas wilayah Propinsi Jawa Timur adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Laut Bali dan Selat Bali

Sebelah Barat : Propinsi Jawa Tengah

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Luas wilayah Propinsi Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang terdiri atas

dataran seluas 47.042,17 km2, lautan 110.000,00 km2, dengan jumlah pulau dan

pulau kecil sebanyak 74 pulau. Lahan di Propinsi Jawa Timur sebagian besar telah

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan industri. Selain itu, wilayah ini

memiliki sumber daya kelautan, kehutanan, dan pertambangan yang potensial

untuk dikembangkan, yang dewasa ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah dengan beragam topografi

berupa pegunungan, perbukitan, dan kepulauan, yang sebagian besar berada pada

ketinggian antara 0-400 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki

perairan umum berupa danau, sunga i, dan waduk. Iklim daerah Jawa Timur

termasuk tropis lembab dengan curah hujan rata-rata 2.100 milimeter setiap tahun.

Suhu udara beragam antara 18° Celsius-35° Celsius. Wilayah Jawa Timur

mempunyai beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana, seperti gempa bumi,

letusan gunung api, dan banjir.

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

52

5.2 Administrasi Pemerintahan

Secara administratif Propinsi Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten daerah

tingkat II, dan 8 (delapan) kotamadya daerah tingkat II. Dalam wilayah Daerah

Tingkat I Jawa Timur terdapat dua kota administratif (kotif) yaitu Kotif Jember

dan Batu, 615 wilayah kecamatan, serta 660 Kelurahan; dan 7.740 desa.

Selanjutnya Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota

dilengkapi dengan dinas-dinas daerah sebagai unsur pelaksana di bidang otonomi

daerah Sekertaris Wilayah/Daerah sebagai unsur staf/pembantu pimpinan,

sekretaris DPRD sebagai unsur staf/pembantu pimpinan DPRD. Perangkat

pemerintah Propinsi Jawa Timur juga dilengkapi dengan instansi- instansi vertikal

sebagai aparat dekosentrasi ya itu Kantor Wilayah Departemen dan Kantor

Wilayah Direktorat Jendral dan sebagainya.

5.3 Kependudukan dan Sosial

Jumlah penduduk propinsi Jawa Timur pada tahun 1996 adalah

33.128.957 jiwa yang kemudian meningkat menjadi 34.534.014 jiwa pada tahun

1999 dan 35.314.897 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk selama setahun adalah

1,49 persen pada tahun 1996; 1,08 persen pada tahun 1999; dan 0,87 persen pada

tahun 2002. Mengikuti perkembangan jumlah penduduk yang semakin meningkat,

kepadatan penduduk pun semakin meningkat, yaitu 708 jiwa per km2 pada tahun

1996; 725 jiwa per km2 pada tahun 1999 dan 752,7 jiwa per km2 pada tahun 2002.

Dilihat dari jumlah penduduk yang cukup besar, berarti Jawa Timur

potensial akan tersedianya tenaga kerja dan hal ini akan mendukung program-

program pembangunan yang ada. Tingkat Patisipasi Angakatan Kerja (TPAK)

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

53

Jawa Timur pada tahun 1996 sebesar 67,37 persen. Kemudian meningkat menjadi

67,44 persen pada tahun 1999 dan 65,83 persen pada tahun 2002. Sedangkan

Incremental Labour Output Ratio (ILOR) menunjukkan angka 0,03 pada tahun

1996; 0,04 pada tahun 1999; dan 0,05 pada tahun 2002.

5.4 Perekonomian dan Sektor Lapangan Usaha

Perekonomian Jawa Timur didominasi oleh sektor industri pengolahan

(29,6 persen), sektor perdagangan, hotel & restoran (26,7 persen) serta sektor

pertanian (17,5 persen). Dominasi sektor manufaktur dan perdagangan terutama

terjadi di wilayah perkotaan dan dominasi sektor pertanian terjadi di wilayah

pedesaan. Dalam 10 tahun terakhir peran sektor perdagangan makin dominan,

sementara peran sektor pertanian dan industri pengolahan cenderung menurun.

Beberapa wilayah di Jawa Timur memiliki kemiripan karakter, baik akibat

kedekatan geografis, tatanan ekonomi maupun historis. Oleh karena itu, Jawa

Timur dikelompokkan dalam 4 koridor, yaitu koridor Utara Selatan, Barat Daya,

Timur dan Utara, yaitu :

a. Koridor Utara-Selatan, mencakup dataran tinggi bagian tengah merupakan

wilayah subur dan berkembang, yaitu : Gresik, Surabaya, Sidoarjo,

Mojokerto, Pasuruan, Malang, dan Blitar.

b. Koridor Utara, mencakup dataran rendah bagian utara merupakan wilayah

dengan kesuburan sedang dan tingkat perkembangan sedang, yaitu :

Ngawi, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan,

dan Sumenep.

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

54

c. Koridor Barat Daya, mencakup wilayah pegunungan kapur selatan

merupakan wilayah tandus, tidak subur dan belum begitu berkembang,

yaitu : Jombang, Madiun, Magetan, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, dan

Tulungagung.

d. Koridor Timur merupakan wilayah kepulauan, merupakan wilayah yang

kemudahan hubungannya kurang dan belum berkembang, yaitu :

Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan

Banyuwangi.

Koridor Utara kuat di sektor pertambangan-minyak dan galian dengan

kontribusi terhadap perekonomian Jawa Timur sebesar 41,80 persen. Koridor

Timur kuat di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 28,05 persen. Koridor

Barat Daya kuat di sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,46

persen. Sementara koridor Utara Selatan kuat di banyak sektor antara lain sektor

industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor

keuangan dan sektor jasa-jasa.

Saat ini, Jawa Timur berperan sebagai penyangga utama stok pangan

nasional, terutama untuk komoditi padi, jagung, kedelai, unggas (telur dan

daging), hewan ternak (daging), ikan dan buah-buahan serta bumbu. Potensi besar

di sektor pertambangan dan galian juga dimiliki Jawa Timur, terutama di koridor

Utara. Sekalipun saat ini kontribusi koridor Utara baru 11 persen, di masa

mendatang akan meningkat ketika eksploitasi minyak Blok Cepu dan

pengoperasian Lamongan Industrial Shorebase direalisasi.

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

55

Potensi Jawa Timur yang dapat dikembangkan masih banyak dan

beragam. Salah satunya pengembangan Kawasan Jatim Selatan, yang akan makin

meningkatkan potensi ekonomi Jawa Timur. Dukungan dan pengelolaan yang

tepat akan membuat seluruh potensi yang dimiliki Jawa Timur akan terus

berkembang dan memantapkan posisi Jawa Timur sebagai penggerak utama

perekonomian nasional.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur merupakan pangsa

ketiga terbesar setelah daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rata-rata pangsa

sekitar 15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Dilihat dari pangsa

sektoralnya, perekonomian Jawa Timur secara umum didominasi oleh empat

sektor dominan utama, yakni sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-

hotel-restoran, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa, yang sudah menguasai

pangsa 77 persen dari total PDRB Jawa Timur.

Dilihat dari sisi keterbukaan ekonomi regional, Jawa Timur merupakan

propinsi yang sangat terbuka sehingga dipengaruhi secara signifikan oleh berbagai

kondisi luar negeri maupun oleh kondisi propinsi lainnya, khususnya propinsi di

Indonesia Timur. Rasio ekspor dan impor Jawa Timur dibandingkan dengan

PDRB mencapai 136 persen rata-rata selama 10 tahun terakhir.

Sebelum krisis (1991-1996), ekspor Jawa Timur menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan rata-rata hampir 6 persen setiap

tahunnya, disusul konsumsi (4 persen) dan investasi (2,6 persen). Sesudah krisis

(1999-2000), berdasarkan data BPS, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

bergeser ke perubahan stok investasi dan konsumsi dengan sumbangan masing-

masing sebesar 6,4 persen dan 3,6 persen. Dampak krisis ekonomi moneter telah

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

56

menggeser pola kegiatan ekonomi Jawa Timur dilihat dari komposisi PDRB

menurut penggunaan.

Rasio konsumsi terhadap PDRB rata-rata mencapai 66 persen dan dalam

periode (1990-2000) meningkat menjadi rata-rata 71 persen karena menurunnya

kegiatan investasi dan kegiatan ekspor dan impor. Namun, meningkatnya kegiatan

konsumsi ini kurang sustainable dalam jangka panjang, dan dampaknya terhadap

penyerapan tenaga kerja relatif kecil. Besarnya capital outflows (modal swasta

dan foreign direct investment) yang telah terjadi akibat krisis ekonomi moneter

telah menurunkan rasio-rasio investasi menjadi sekitar 20 persen dalam tahun

1999-2000, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio sebelum krisis sebesar

27 persen.

Sifat perekonomian Jawa Timur yang terbuka antara lain telah mendorong

nilai ekspor Jawa Timur tahun 2001 tumbuh jauh lebih baik (3,5 persen)

dibandingkan ekspor nonmigas nasional yang mengalami penurunan sebesar 6,8

persen. Menurut data yang dikelola oleh Bank Indonesia Surabaya, nilai ekspor

nonmigas melalui pelabuhan di Jawa Timur tahun 2001 adalah 4,69 milyar dollar

AS atau mengalami kenaikan sebesar 3,56 persen dibandingkan periode sama

tahun sebelumnya.

5.5 Tipologi Kabupaten/Kota

Tipologi kabupaten/kota menunjukkan karakteristik beberapa

kabupaten/kota yang berada dalam satu kelompok yang sama. Berdasarkan

pengklasifikasian dari beberapa aspek perkembangan kabupaten/kota, seperti

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

57

aspek demografi, kesehatan, pendidikan, sosial, dan fisik, kabupaten/kota di

Propinsi Jawa Timur dibedakan menjadi beberapa kelompok tipologi, yaitu :

1. Kelompok kabupaten/kota tipologi resource base

Kelompok kabupaten/kota ini merupakan wilayah resource base industry

dengan tipe wilayah yang mempunyai karakteristik potensi sumberdaya alam

yang cukup baik terutama pada wiayah barat yang dominan pada aspek pertanian

dan selatan yang menonjol pada aspek pertanian. Kabupaten/kota tipe ini

merupakan wilayah dengan perkembangan kemajuan yang sedang dan tersebar di

bagian barat dan selatan wilayah propinsi, antara lain : Kabupaten Gresik,

Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertosusilo), Trenggalek,

Tulungagung, Blitar, Kediri, Jombang, Nganjuk, Magetan, dan Bojonegoro, serta

Kota Surabaya, Kediri, dan Blitar.

2. Kelompok kabupaten/kota tipologi human capital yang rendah.

Kelompok kabupaten/kota ini merupakan wilayah dengan tipe wilayah

mempunyai karakteristik seperti tingkat kerawanan kesehatan masih perlu

perhatian, tingkat rata-rata pendidikan yang rendah. Faktor kemiskinan yang

menonjol, pengeluaran rumah tangga masih dominan untuk keperluan makanan,

angka ketergantungan anak yang cukup tinggi. Kabupaten/kota tipe ini merupakan

wilayah dengan perkembangan manusia yang rendah dan tersebar di wilayah

pulau Madura dan wilayah pantai utara sebelah timur propinsi, antara lain :

Kabupaten Sumenep, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Pasuruan, Probolinggo,

Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

58

3. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah kota sedang.

Kelompok kabupaten/kota tipe ini mempunyai karakteristik wilayah

perkotaan dengan ciri pembangunan manusia yang sedang dan merupakan kota

yang mempunyai tingkat pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur yang

cenderung semi-kota. Wilayah tipe ini berada di wilayah selatan propinsi Jawa

Timur, antara lain : Madiun, Mojokerto, Ngawi, dan Bojonegoro.

4. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah penyangga.

Kelompok kabupaten/kota tipe ini mempunyai karakteristik wilayah

penyangga industri bagi Propinsi Jawa Timur dengan ciri potensi industri yang

cukup tinggi, terutama industri pakan ternak, produksi telur dan daging. Pekerja

yang bekerja pada industri rumah tangga juga cukup tinggi. Wilayah tipe ini salah

satunya adalah Kabupaten Sidoarjo yang mempunyai karakteristik kota dan

sebagai penyangga kota Surabaya. Sedangkan wilayah yang lainnya adalah Kota

Malang merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Surabaya.

5. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah main industry

Kelompok kabupaten/kota ini mempunyai karakteristik wilayah perkotaan

dengan pencirian cukup tinggi. Potensi industri besar/sedang yang tinggi sehingga

terdapat jalan tol untuk menunjang kemajuan industri. Wilayah tipe ini merupakan

pendorong perkembangan ekonomi sektor industri, yaitu Kabupaten Sidoarjo,

Kabupaten Gresik, dan Kota Surabaya, yang biasa disebut sebagai “Extended

Surabaya”

6. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah khusus utara

Kabupaten dengan tipe ini memiliki karakteristik dengan tingkat

kerawanan sosial yang cukup menonjol, kualitas rumah yang kurang memadai,

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

59

pengeluaran rumah tangga masih dominan untuk kebutuhan makanan, angka

ketergantungan anak yang cukup tinggi, dan tingkat kerawanan kesehatan yang

sangat rawan.

Kabupaten tipe ini merupakan daerah yang perkembangan kemajuan

sedikit berkembang. Hal ini dicirikan dengan pertumbuhan dan kemajuan wilayah

yang sedikit berkembang. Namun pada kabupaten ini, tersebar fasilitas sekolah

agama yang baik, fasilitas tempat ibadah yang cukup baik, dan luas wilayah desa

per kabupaten yang cukup baik. Kabupaten Sampang merupakan daerah yang

partisipasi sekolah penduduknya cenderung cukup tinggi pada sekolah agama

(pesantren).

7. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah khusus selatan barat

Kabupaten tipe ini memiliki karakteristik tingkat kerawanan sosial yang

cukup menonjol, kualitas rumah yang kurang, pengeluaran rumah tangga yang

masih dominan untuk kebutuhan makanan, angka ketergantungan anak yang

cukup tinggi, tingkat kerawanan kesehatan sangat rawan. Kabupaten Pacitan

merupakan wilayah yang minus di pantai selatan yang lebih berkiblat pada wiayah

Propinsi Jawa Tengah, karena akses jalan ke Surabaya dibutuhkan waktu yang

lama. Komunikasi masyarakat cenderung ke Kabupaten Wonogiri dan Kota Solo.

8. Kelompok kabupaten/kota tipologi wilayah khusus timur

Kabupaten tipe ini memiliki karakteristik dengan tingkat kesehatan dan

pendidikan yang baik, fasilitas infrastruktur pendidikan dan kesehatan semi kota.

Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah ujung timur Jawa Timur dengan

potensi perikanan yang baik, terdapat kapal feri penyeberangan ke Propinsi Bali,

sehingga komunikasi masyarakat cenderung ke wilayah Bali.

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB VI

GAMBARAN PEMBANGUNAN MANUSIA, PERTUMBUHAN

EKONOMI, KEMISKINAN, PERAN PEREMPUAN,

DAN PENGELUARAN SOSIAL PROPINSI JAWA TIMUR

Pembangunan adalah proses perubahan terbuka dan terkait dengan

aktivitas rakyat secara terencana untuk mencapai tujuan bersama dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan bersama. Pembangunan

daerah Jawa Timur mengupayakan peningkatan pendapatan rakyat, mewujudkan

ekonomi kerakyatan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta dapat

mewujudkan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat Jawa Timur. Hal itu

merupakan syarat bagi rakyat Jawa Timur untuk menyelenggarakan proses

pembangunan yang efektif dan berkelanjutan.

Pelaksanaan pembangunan daerah melibatkan secara proaktif seluruh

rakyat dan pemerintah, yang secara bersama-sama melakukan perubahan dalam

segala bidang. Pelaksanaan tersebut dilakukan untuk merespon dan mengatasi

berbagai permasalahan kehidupan dan pembangunan. Untuk mencapai tujuan

pembangunan manusia tersebut, sangat perlu usaha memberdayakan rakyat

sehingga pembangunan dapat berjalan secara efektif dan optimal.

6.1 Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur

Berdasarkan ketetapan UNDP, IPM digunakan untuk mengidentifikasi

kinerja pembangunan manusia dari sisi pendidikan, kesehatan, dan daya beli

masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan atau penurunan IPM sangat dipengaruhi

oleh perubahan pada ketiga komponen tersebut. Meningkatnya IPM dapat

disebabkan karena meningkatnya ketiga komponen tersebut secara bersama-sama

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

61

atau dapat juga karena meningkatnya satu atau dua dari komponen-komponen

tersebut, dan begitu pula sebaliknya.

Propinsi Jawa Timur masuk dalam jajaran propinsi-propinsi di Indonesia

mempunyai indeks yang kurang menggembirakan, terutama dalam hal

pembangunan manusia. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997

ternyata berdampak pada pembangunan manusia di Jawa Timur. Hal ini terlihat

dari besaran IPM Jawa Timur yang mengalami penurunan dari tahun 1996 yang

sebesar 65,5, menjadi 61,8 pada tahun 1999. Kemudian tahun 2002, kinerja

pemerintah sudah menunjukkan adanya perbaikan dalam hal pembangunan

manusia meskipun belum sama dengan kondisi sebelum 1999. Hal ini ditunjukkan

dengan meningkatnya IPM Jawa Timur pada tahun 2002 menjadi 62,64 persen.

Berdasarkan perkembangan IPM seperti yang tergambar pada Grafik 3,

dapat dilihat bahwa rata-rata semua kabupaten/kota mengalami penurunan IPM

pada tahun 1996-1999. Penurunan yang paling rendah adalah Kota Pasuruan dan

yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Bojonegoro. Tinggi rendahnya penurunan

tersebut disebabkan karena perubahan komponen-komponen IPM yang bervariasi

antar kabupaten/kota.

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

62

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

63

Perbandingan komponen IPM antar kabupaten/kota untuk tahun 1996-

1999 disajikan dalam Lampiran 1. Berdasarkan lampiran tersebut, terlihat bahwa

pada periode 1996-1999, dua komponen IPM yaitu Angka Harapan Hidup (AHH)

dan Pendidikan mengalami kenaikan untuk semua kabupaten/kota kecuali

Kabupaten Tulungagung yang mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Secara rata-rata untuk Jawa Timur, terjadi perubahan sebesar 25,26 persen.

Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa seluruh kabupaten/kota

mengalami perubahan pada indeks daya belinya. Perubahan terbesar terjadi di

Kabupaten Bojonegoro, sedangkan yang terendah terjadi di Kota Surabaya.

Dengan demikian, dapat diyakini bahwa penyebab menurunnya IPM dalam kurun

waktu 1996-1999 adalah menurunnya indeks daya beli yang disebabkan

keterpurukan kondisi ekonomi sebagai akibat terjadinya krisis.

Sedangkan pada kurun waktu 1999-2002, hampir semua kabupaten/kota di

Jawa Timur cenderung mengalami peningkatan dalam IPM. Hal tersebut ditandai

dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan

indeks daya beli. Kecuali Kabupaten Pacitan, indeks daya belinya menurun dari

51,49 menjadi 47,49. Oleh karena itu, penurunan dalam indeks daya beli

menyebabkan IPM Kabupaten Pacitan juga mengalami penurunan.

Secara keseluruhan, IPM tertinggi adalah Kabupaten Bojonegoro dengan

rata-rata IPM sebesar 72,1. Sedangkan IPM terendah adalah Kabupaten Pasuruan

dengan rata-rata IPM sebesar 48,4. Tinggi rendahnya IPM pada kedua kabupaten

ini dapat dilihat dari tipologi wilayahnya dimana Kabupaten Bojonegoro

merupakan kabupaten dengan ciri pembangunan manusia yang baik dan didukung

oleh infrastruktur pendidikan dan kesehatan semi kota yang memadai. Sedangkan

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

64

Kota Pasuruan dikenal sebagai salah satu kabupaten di Tapal Kuda dengan tingkat

kerawanan kesehatan masih perlu perhatian, tingkat rata-rata pendidikan yang

rendah. Faktor kemiskinan yang menonjol, pengeluaran rumah tangga masih

dominan untuk keperluan makanan, dan angka ketergantungan anak yang cukup

tinggi, sehingan perkembangan manusianya masih rendah.

6.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

pertumbuhan yang disebabkan karena adanya peningkatan produksi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Untuk dapat melihat pertumbuhan ekonomi yang

sebenarnya, maka dimasukkan perhitungan tingkat perkembangan jumlah

penduduk. Dengan menggunakan PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) tahun 1993 sehingga dapat dilihat peningkatan atau penurunan riil dari

pendapatan rata-rata penduduk Jawa Timur. Selama kurun waktu 1996-2002,

pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB per kapita semakin lebih baik karena

pertumbuhan jumlah penduduk yang sedikit.

Berdasarkan Grafik 4 tentang perkembangan PDRB per Kapita ADHK

1993 menurut kabupaten/kota di Jawa Timur, pada kurun waktu 1996-1999,

PDRB per kapita hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin melemahnya kegiatan

perekonomian sebagai akibat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998. Namun

keadaan tersebut puliha kembali pada kurun waktu 1999-2002 yang ditunjukkan

oleh semakin meningkatnya PDRB per kapita tiap kabupaten/kota.

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

65

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

66

Jika dilihat secara rata-rata per kabupaten/kota, PDRB per kapita terendah

adalah Kota Blitar dan tertinggi adalah Kota Surabaya. Rendahnya PDRB per

kapita Kota Blitar disebabkan karena adanya pemekaran wilayah. Sedangkan

PDRB per kapita Kota Surabaya yang tinggi disebabkan karena posisi Kota

Suarabaya sebagai ibukota propinsi dan pusat kegiatan perekonomian, terutama

industri dan perdagangan, di Jawa Timur.

Grafik 4 di atas juga menunjukkan adanya distribusi pendapatan antar

kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak merata. hal ini juga dipengaruhi oleh

penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap kabupaten/kota yang berbeda-

beda. Kabupaten/kota yang menerima PAD paling tinggi adalah Kota Surabaya,

sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Sampang. Hal tersebut

menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Jawa

Timur.

Secara tidak langsung PAD tidak digunakan dalam perhitungan PDRB,

namun peranan PAD dapat dilihat dari perspektif lain dalam membiayai kegiatan

operasional pemerintah. Sehingga dapat dilihat seberapa besar kebijakan

pemerintah dalam meningkatkan perekonomian. Kebijakan yang berdampak

positif terhadap perekonomian tidak terlalu berhubungan kuat dengan besarnya

anggaran. Namun, perekonomian yang meningkat akan memberikan dampak pada

peningkatan PDRB.

6.3 Tingkat Kemiskinan

Upaya yang dilakukan pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam kebijakan

pembangunannya adalah dengan melakukan pendataan jumlah penduduk miskin.

Penghitungan jumlah penduduk miskin pada tahun 1996-1999 dilakukan dengan

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

67

menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam memenuhi

kebutuhan makanan dan non makanan. Pendekatan ini bersifat makro karena

menghitung penduduk miskin sampai pada tingkat kabupaten/kota.

Batas kemiskinan yang digunakan pada perhitungan jumlah penduduk

miskin pada tahun 1996 adalah Rp 40.950 per kapita/bulan untuk daerah

perkotaan dan Rp 30.126 per kapita/bulan untuk daerah pedesaan. Sedangkan

pada tahun 1999, batas kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar Rp 90.924 per

kapita/bulan dan Rp 73.432 per kapita/bulan.

Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada tahun 1999 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin

pada tahun 1996, yaitu dari 22,13 persen menjadi 29,48 persen. Persentase

perubahan jumlah penduduk miskin kurang lebih sebesar 7,34 persen. Sedangkan

pendataan penduduk miskin pada tahun 2002 menggunakan Pendekatan

Kemiskinan dengan Indikator Baru (PKIB). Berdasarkan pendataan tersebut,

jumlah penduduk miskin Propinsi Jawa Timur pada tahun 2002 adalah sebesar 28

persen.

Perhitungan kemiskinan berdasarkan PKIB didasarkan pada 11 indikator,

yaitu (1) Frekuensi beli pakaian setahun; (2) Fasiltas air bersih; (3) Proporsi

pengeluaran untuk makanan; (4) Status kepemilikan rumah; (5) Jenis dinding; (6)

Jenis lantai; (7) Fasilitas jamban; (8) Sumber penerangan; (9) Partisipasi sekolah

anggota rumah tangga 6-15 tahun; (10) Sumber keuangan rumah tangga; dan (11)

Fasilitas pelayanan kesehatan. Perkembangan jumlah penduduk miskin tiap

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur pada tahun 1996-1999 dapat dilihat pada

Grafik 5 berikut ini.

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

68

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

69

Berdasarkan Grafik 5 tersebut, tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan

penduduk miskin di Jawa Timur pada kurun waktu 1996-1999, seluruh

kabupaten/kota mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diduga disebabkan

oleh menurunnya daya beli penduduk akibat krisis ekonomi. Sedangkan pada

tahun 2002, jumlah penduduk miskin pada kabupaten/kota bervariasi, ada yang

mengalami peningkatan dan penurunan.

Tabel 3. Jumlah Kabupaten/Kota Menurut Persentase Penduduk Miskin

Tahun 1996-2002

Tahun

Rata-rata Persentase

Penduduk Miskin Jawa Timur

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase di

Bawah Rata-Rata Jawa Timur

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase di

Atas Rata -Rata Jawa Timur

1996 22,13 19 18 1999 29,79 19 18 2002 28,11 17 20

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, 2002

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari sisi jumlah kabupaten/kota,

kondisi penduduk di Jawa Timur dari tahun ke tahun dapat dikatakan relatif sama.

Gambaran ini dapat dilihat dari jumlah kabupaten/kota dengan persentase

penduduk miskin di bawah rata-rata persentase penduduk miskin di Jawa Timur

dari tahun ke tahun jumlahnya relatif tidak berbeda. Meskipun pada tahun 2002

rata-rata persentase jumlah penduduk miskin di Jawa Timur menurun, namun

jumlah penduduk miskin kabupaten/kota yang berada di atas rata-rata penduduk

miskin Jawa Timur meningkat.

Menurunannya jumlah penduduk miskin pada beberapa kabupaten/kota

diduga disebabkan karena di beberapa daerah sudah mulai membaik kondisi

perekonomian meskipun tingkat inflasi masih cukup tinggi. Namun beberapa

daerah lain masih sedang dalam proses perbaikan sehingga yang menyebabkan

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

70

penurunan daya beli penduduk. Secara rata-rata, jumlah penduduk miskin paling

rendah adalah di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan yang paling tinggi adalah

Kabupaten Sampang.

Meskipun demikian, dari tahun ke tahun, 13 kabupaten di Jawa Timur

cenderung masih memiliki penduduk miskin yang persentasenya lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata persentase penduduk miskin Jawa Timur. Ketiga

belas kabupaten tersebut adalah Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek,

Madiun, Magetan, Bojonegoro, Tuban, Lumajang, Jember, Bondowoso,

Probolinggo, Sampang, dan Sumenep.

Rendahnya penduduk miskin di Kabupaten Sidoarjo dikarenakan

banyaknya industri yang berkembang termasuk pula industri rumah tangga.

Dengan berkembangnya industri rumah tangga tersebut, setidaknya dapat

mengangkat ekonomi rumah tangga dan penduduk di Kabupaten Sidoarjo.

Sedangkan tingginya penduduk miskin di Kabupaten Sampang dikarenakan

pertumbuhan dan kemajuan wilayah yang sulit berkembang dan tidak didukung

oleh kualitas sumber daya manusia yang baik.

6.4 Indeks Pemberdayaan Jender

Peran perempuan dalam pembangunan manusia mempunyai posisi yang

cukup penting. Perempuan ikut terlibat dalam tingkatan makro bahkan

internasional, sampai dengan rumah tangga. Dalam lingkup makro, perempuan

terlibat dalam pembuat kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan dalam lingkup

keluarga, salah satu peran perempuan adalah sebagai pengatur keuangan keluarga.

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

71

Besarnya peran perempuan salah satunya ditunjukkan oleh Indeks

Pemberdayaan Jender (IDJ) dalam bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi

(perempuan dalam angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non pertanian), dan

pengambil keputusan (perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi, manajer,

dan ketatalaksanaan).

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa banyaknya perempuan yang

bekerja menunjukkan keinginan mereka untuk meningkatkan pendapatan

keluarga. Dalam hal ini, semakin banyak perempuan yang bekerja, khususnya

yang bekerja sebagai pegawai, menunjukkan tingat kemampuan (kepandaian)

perempuan. Semakin pandai perempuan, maka perempuan itu juga pandai dalam

mengatur sega la keperluan dan pengeluaran rumah tangga.

IDJ Propinsi Jawa Timur menunjukkan banyaknya perempuan yang

bekerja, berdasarkan 3 komponen pembentuk IDJ. Perkembangan peran

perempuan menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur, yang dalam

penelitian ini ditunjukkan oleh IDJ, dapat dilihat dalam Grafik 6 berikut ini.

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

72

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

73

Dari Grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan peran perempuan

sebelum dan sesudah krisis bervariasi menurut kabupaten/kota. Bahkan secara

rata-rata, pada masa setelah krisis, peran perempuan banyak yang meningkat, baik

itu di sektor politik, sosial, ataupun ekonomi. Secara rata-rata, IDJ paling tinggi

adalah di Kabupaten Blitar, sedangkan IDJ yang paling rendah di Kabupaten

Bondowoso.

6.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah

Pengeluaran pembangunan pemerintah yang termasuk ke dalam sektor

sosial meliputi pengeluaran untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan.

Berdasarkan format Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sektor

pendidikan terdiri dari subsektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olahraga. Sedangkan sektor

kesehatan juga terdiri dari subsektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan

Wanita, Anak, dan Remaja.

Tabel 4. Realisasi Pengeluaran Pembangunan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa

Timur Tahun 1996-2002

Pengeluaran

Rata-rata pengeluaran 1996 1999 2002

Milyar Rupiah % Milyar

Rupiah % Milyar Rupiah %

Pembangunan 726.352,34 973.464,44 3.520.160,74

Pendidikan 67.235,08 9,26 82.395,99 8,46 361.997,95 10,28

Kesehatan 30.081,55 4,14 47.242,88 4,85 249.574,33 7,09

Pendidikan dan

Kesehatan 97.316,63 13,4 129.638,87 13,31 611.572,28 17,37

Sumber : www.sikd.djpkd.go.id (data diolah)

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

74

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa alokasi pengeluaran

pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur pada kurun waktu 1996-2002,

masih banyak digunakan untuk sektor-sektor di luar bidang sosial. Pengeluaran

sosial pada tahun 1996 sebesar 13,4 persen dari total pengeluaran pembangunan.

Kemudian mengalami penurunan sebesar 0,09 persen pada tahun 1999 dan

meningkat lagi menjadi 17,37 persen pada tahun 2002.

Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan pada tahun 1996

mencapai 9,26 persen. Akibat krisis, pada tahun 1999 menurun menjadi 8,46

persen dan meningkat kembali menjadi 10,28 persen pada tahun 2002. Meskipun

mengalami peningkatan, persentase pengeluaran tersebut tidak mencapai 20

persen dari total pengeluaran pembangunan dalam APBN dan APBD, sesuai

target yang telah dianggarkan oleh pemerintah.

Perkembangan pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur

yang dialokasikan untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan dapat

digambarkan seperti pada Grafik 7 berikut ini. Berdasarkan grafik tersebut, pada

tahun 1999 pengeluaran pemerintah kabupaten/kota untuk sektor pendidikan

cenderung mengalami penurunan, yang kemudian meningkat pada tahun 2002.

Secara rata-rata, selama kurun waktu 1996-2002, pengeluaran pemerintah untuk

sektor pendidikan yang paling tinggi adalah Kabupaten Bangkalan dan yang

paling rendah adalah Kabupaten Ngawi.

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

76

Sedangkan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dari tahun

1996-1999 cenderung meningkat. Pada tahun 1996, rata-rata persentase

pengeluaran pemerintah untuk sektor sebesar 4,14 persen. Kemudian meningkat

menjadi 4,85 persen pada tahun 1999 dan 7,09 persen pada tahun 2002. Jika

dibandingkan dengan GBHN 2002 yang mengamanatkan alokasi anggaran untuk

sektor kesehatan sebesar 15 persen dari APBN, angka-angka tersebut masih belum

terpenuhi. Jumlah tersebut makin jauh jika dibandingkan dengan standard yang

dianjurkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) sebesar 5 persen dari PDB.

Sama halnya dengan pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan,

berdasarkan Grafik 7 di atas, pada tahun 1999 pengeluaran pemerintah menurut

kabupaten/kota untuk sektor kesehatan cenderung mengalami penurunan, yang

kemudian meningkat kembali pada tahun 2002. Secara rata-rata, selama kurun

waktu 1996-2002, pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan yang paling

tinggi adalah Kabupaten Blitar dan yang paling rendah adalah Kabupaten

Bondowoso.

Penurunan pengeluaran pemerintah baik untuk sektor pendidikan maupun

sektor kesehatan pada kurun waktu 1996-1999 dikarenakan terjadinya krisis

ekonomi. Sehingga untuk memulihkan kondisi perekonomiannya, kabupaten/kota

di Jawa Timur cenderung memfokuskan pengeluarannya untuk keperluan

pembangunan di sektor-sektor ekonomi dibandingkan untuk sektor sosial

(pendidikan dan kesehatan).

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

Grafik 3. Perkembangan IPM Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur (1996-2002)

01020304050607080

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITARKEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGO

PASURUAN

SIDOARJO

MOJOKERTOJOMBANG

NGANJUKMADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALANSAMPANG

PAMEKASANSUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASURUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

Inde

ks P

emba

ngun

an M

anus

ia

1996

1999

2002

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

0

3.500

7.000

10.500

14.000

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITAR

KEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGO

PASU

RUAN

SIDOARJO

MOJOKERTO

JOMBANG

NGANJUK

MADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALAN

SAMPA

NG

PAMEKASA

N

SUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASU

RUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

PDR

B p

er K

apit

a A

DH

K 1

993

(rup

iah)

1996

1999

2002

Grafik 4. Perkembangan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 1993 Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur

(1996-2002)

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

010

203040506070

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITARKEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGO

PASURUAN

SIDOARJO

MOJOKERTO

JOMBANG

NGANJUKMADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALAN

SAMPANG

PAMEKASANSUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASURUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

Jum

lah

Pend

uduk

Mis

kin

(per

sen)

1996

1999

2002

Grafik 5. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur (1996-2002)

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

010203040506070

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITARKEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGO

PASURUAN

SIDOARJO

MOJOKERTOJOMBANG

NGANJUKMADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALAN

SAMPANG

PAMEKASANSUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASURUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

Inde

ks P

embe

rday

aan

Jend

er

1996

1999

2002

Grafik 6. Perkembangan Indeks Pemberdayaan Jender Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur (1996-2002)

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

02468

101214161820

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITARKEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGO

PASURUAN

SIDOARJO

MOJOKERTO

JOMBANG

NGANJUKMADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALANSAMPANG

PAMEKASANSUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASURUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

Peng

elua

ran

Pem

erin

tah

Untu

k Se

ktor

Pen

didi

kan

(per

sen)

1996

1999

2002

Grafik 7. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur

Tahun 1996-2002

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

77

02468

10121416

PACITAN

PONOROGO

TRENGGALEK

TULUNGAGUNGBLITARKEDIRI

MALANG

LUMAJANGJEMBER

BANYUWANGI

BONDOWOSO

SITUBONDO

PROBOLINGGOPASURUAN

SIDOARJO

MOJOKERTOJOMBANG

NGANJUKMADIUN

MAGETANNGAWI

BOJONEGOROTUBAN

LAMONGANGRESIK

BANGKALANSAMPANG

PAMEKASANSUMENEP

KOTA KEDIRI

KOTA BLITAR

KOTA MALANG

KOTA PROBOLINGGO

KOTA PASURUAN

KOTA MOJOKERTO

KOTA MADIUN

KOTA SURABAYA

Kabupaten/Kota

Peng

elar

an P

emer

inta

h Un

tuk

Sekt

or

Kese

hata

n (p

erse

n)199619992002

Grafik 8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota se-Jawa Timur (1996-2002)

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB VII

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI

DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR

Analisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia

Propinsi Jawa Timur diestimasi dengan menggunakan data panel dengan 29

kabupaten dan 8 kota sebagai komponen cross section. Sedangkan, sebagai

komponen time series digunakan data 4 tahunan dari Laporan Pembangunan

Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2001 dan 2004.

Analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan

manusia Propinsi Jawa Timur dilakukan dengan menggunakan variabel Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel terikatnya, yang dihubungkan

dengan beberapa variabel bebas (penjelas) yang terdiri dari variabel pertumbuhan

ekonomi (PDRB), kemiskinan (K), peran perempuan (IDJ), pengeluaran

pemerintah untuk sektor pendidikan (PPP), dan pengeluaran pemerintah untuk

sektor kesehatan (PPK). Untuk melihat adanya kebijakan, ditambahkan variabel

dummy otonomi daerah ke dalam model. Analisis dilakukan dengan model pooled

least square, fixed effect, dan random effect

7.1 Uji Kesesuaian Model

Berdasarkan hasil estimasi model menggunakan data panel dengan pooled

least square, fixed effect, dan random effect dilakukan pengujian terhadap

kesesuaian model dengan Chow Test dan Hausman Test. Pengujian kesesuaian

model tersebut dilakukan untuk mengetahui metode terbaik dalam mengestimasi

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

79

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia di

Propinsi Jawa Timur.

7.1.1 Hasil Chow Test

Chow Test dilakukan untuk menentukan metode mana yang lebih baik

antara model pooled least square dan fixed effect dalam menganalisis hubungan

antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur.

Hasil Chow Test dari model pooled least square dan fixed effect menghasilkan

nilai Chow Test hitung dengan derajat bebas (N-1) dan (NT-N-K) sebesar 32,014.

Nilai F tabel yang diperoleh dengan derajat bebas (K-1) dan (N-K) pada taraf

nyata 5 persen adalah 2,49. Berdasarkan hasil perhitungan Chow Test tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect merupakan model yang lebih

sesuai untuk menganalisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan

pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur.

7.1.2 Hasil Hausman Test

Untuk menentukan model yang terbaik dalam menganalisis hubungan

antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur,

dilakukan Hausman Test terhadap model fixed effect dan random effect. Statistik

uji Hausman yang diperoleh antara model fixed effect dan random effect pada taraf

nyata 5 persen adalah sebesar 17,42.

Berdasarkan nilai statistik Hausman Test yang lebih kecil dari nilai kritis

sebaran chi square ?2 yang terdistribusi dengan derajat bebas 6 atau sebesar 12,59

maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih sesuai untuk menganalisis

hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa

Timur daripada dengan model random effect. Dengan demikian, berdasarkan hasil

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

80

uji kesesuaian model yang meliputi Chow Test dan Hausman Test, diketahui

bahwa dari ketiga model yang telah dilakukan dalam pengolahan data panel,

metode yang terbaik adalah metode fixed effect .

Pengolahan dengan model fixed effect secara umum dilakukan dengan

metode Pooled Least Square (PLS) atau tanpa pembobot (no weighted) atau

dengan pembobot (cross section weighted) atau Generalized Least Square (GLS).

Setelah dibandingkan antara model fixed effect PLS dengan model fixed effect

GLS, disimpulkan bahwa hasil estimasi dengan model fixed effect GLS

menghasilkan lebih banyak variabel yang signifikan dibandingkan dengan model

fixed effect PLS.

Output dari pengolahan dengan menggunakan model fixed effect GLS

menghasilkan estimasi seperti yang tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Estimasi Panel Data dengan Fixed Effect GLS

Variabel Elastisitas Standar Error t-stitistik Probablitas

Log (PDRB) 0,008065 0,002897 2,783585 0,0070*

Log (K) -0,039634 0,002837 -13,96889 0,0000*

Log (IDJ) 0,004980 0,007442 0,669208 0,5056

Log (PPP) 0,018955 0,001515 12,50993 0,0000*

Log (PPK) -0,005997 0,002487 -2,411019 0,0186**

D otda 0,018184 0,002267 8,022196 0,0000*

Adjusted R2 0,999976

ESS 0,043684

DW 3,122502

Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 1 persen ** signifikan pada taraf nyata 5 persen

Koefisien dari setiap cross section menunjukkan besarnya rata-rata

perubahan IPM pada masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.

Page 99: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

81

Kabupaten yang mempunyai rata-rata perubahan tertinggi adalah Kabupaten

Bojonegoro sebesar 4,30 dan yang paling rendah adalah Kota Pasuruan sebesar

3,87. Pembangunan manusia yang baik di Kabupaten Bojonegoro didukung oleh

infrastruktur pendidikan dan kesehatan semi kota yang memadai. Sedangkan Kota

Pasuruan dikenal sebagai salah satu wilayah di Tapal Kuda, tingkat kesehatannya

masih rawan, tingkat rata-rata pendidikan masih rendah, masih banyak desa dan

penduduk yang miskin, pengeluaran rumah tangga masih dominan untuk

keperluan makanan, dan angka ketergantungan anak yang cukup tinggi, sehingga

perkembangan manusianya masih rendah.

7.2 Evaluasi Model

Model fixed effect GLS pada tabel di atas harus memenuhi asumsi klasik

regresi. Untuk masalah multikolinearitas, menunjukkan tidak terdapat masalah

multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai adjusted-R2 model sebesar 0,9999

yang menunjukkan bahwa 99,99 persen variasi pembangunan manusia dapat

dijelaskan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model.

Selain itu, dari 6 variabel yang diestimasi, terdapat 5 variabel yang

siginifikan pada taraf nyata 5 persen mempengaruhi pembangunan manusia Jawa

Timur. Variabel pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, peran perempuan,

pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, variabel pengeluaran

pemerintah untuk sektor kesehatan, dan otonomi daerah menunjukkan hasil yang

berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Jawa Timur

pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan variabel yang berpengaruh secara tidak

signifikan pada taraf nyata 5 persen adalah peran perempuan (IDJ).

Page 100: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

82

Model fixed effect harus memenuhi beberapa asumsi klasik regresi. Untuk

mengatasi masalah heteroskedastisitas (karena menggunakan data cross section),

maka perlu diestimasi dengan uji white heteroskedasticity. Dari hasil pengolahan

dengan uji white heteriscedasticity pada model fixed effect GLS, diperoleh hasil

bahwa ESS weigthed statistic (fixed effect GLS) lebih kecil daripada ESS

unweigthed statistic (fixed effect PLS).

Hasil estimasi dengan menggunakan metode fixed effect GLS secara teori

ditemukan masalah autokorelasi yang ditunjukkan oleh nilai Durbin Watson

sebesar 3,12 (lebih dari 2). Namun karena estimasi dengan fixed effect tidak

membutuhkan asumsi terbebasnya model dari serial korelasi, maka masalah

autokorelasi dalam model dapat diabaikan (Nachrowi dan Hardius, 2006). Dengan

demikian uji asumsi klasik untuk estimasi model hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia dapat terpenuhi.

7.3 Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan

Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur

Dari hasil pengolahan data dengan model fixed effect GLS, diketahui

bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi pembangunan manusia

Propinsi Jawa Timur pada taraf 5 persen adalah variabel PDRB per Kapita, tingkat

kemiskinan, pengeluaran pemerintah untuk sektor pend idikan, pengeluaran

pemerintah untuk sektor kesehatan, dan kebijakan otonomi daerah. Sedangkan

variabel yang secara tidak signifikan mempengaruhi pembangunan manusia pada

taraf nyata 5 persen adalah variabel peran perempuan.

Page 101: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

83

7.3.1 Variabel Yang Signifikan Mempengaruhi Pembangunan Manusia

Propinsi Jawa Timur

7.3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Variabel pertumbuhan ekonomi, yang dalam hal ini menggunakan

indikator Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, berpengaruh

secara signifikan dengan pembangunan manusia di Jawa Timur pada taraf nyata 5

persen. Nilai koefisien regresi dari variabel PDRB sebesar 0,008 dengan nilai

probabilitas (p-value) sebesar 0,007. Artinya, jika PDRB per kapita meningkat

sebesar 1 persen, maka nilai IPM di Jawa Timur meningkat sebesar 0,008 persen.

Semakin tinggi PDRB per kapita Jawa Timur, maka semakin tinggi IPM Jawa

Timur, cateris paribus.

Hubungan positif dan signifikannya variabel pertumbuhan ekonomi

(PDRB per kapita) dengan pembangunan manusia (IPM) Jawa Timur telah sesuai

dengan teori dan hipotesis yang telah dibuat. Pembangunan ekonomi diyakini

harus sejalan dengan pembangunan sosial sehingga pertumbuhan ekonomi dapat

menyumbang langsung terhadap peningkatan kualitas kesejahteraan sosial; dan

sebaliknya, pembangunan sosial dapat menyumbang langsung terhadap

pembangunan ekonomi.

Salah satu strategi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah adalah

berupaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan memacu pertumbuhan

sektor-sektor dominan. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut mendorong

tersedianya kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan

memeratakan distribusi pendapatan antar anggota masyarakat. Sehingga akan

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 102: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

84

Pertumbuhan ekonomi merupakan prasayarat tercapainya pembangunan

manusia. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi akan terjamin peningkatan

produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja.

Hal tersebut sesuai dengan teori atau proses penetasan ke bawah (trickle down

effect). Dalam bidang ekonomi, pembangunan lebih ditekankan pada peningkatan

yang bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita sehingga

akan mendongkrak daya beli untuk dapat memenuhi segala kebutuhan

masyarakat.

Namun, elastisitas dari variabel PDRB per kapita bernilai kurang dari satu

(inelastis). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari adanya pertumbuhan

ekonomi tidak membawa perubahan pada capaian pembangunan manusia secara

langsung. Pertumbuhan ekonomi diakibatkan karena adanya peningkatan pada

sektor-sektor perekonomian. Namun peningkatan tersebut tidak secara langsung

dapat meningkatkan pemerataan pembangunan, mengurangi angka pengangguran,

menurunkan angka kemiskinan, ataupun masalah sosial ekonomi masyarakat

lainnya.

7.3.1.2 Tingkat Kemiskinan

Variabel kemiskinan, yang dalam hal ini menggunakan persentase jumlah

penduduk miskin, berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia

Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen. Hasil estimasi hubungan antara

pembangunan manusia dan kemiskinan diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

0,04 dengan probabilitas (p-value) sebesar 0,000. Artinya, setiap 1 persen

penurunan persentase jumlah penduduk miskin, maka nilai IPM akan meningkat

Page 103: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

85

sebesar 0,04. Semakin rendah tingkat kemiskinan, semakin tinggi IPM Jawa

Timur, cateris paribus.

Hubungan negatif dan signifikannya variabel persentase jumlah penduduk

miskin terhadap variabel pembangunan manusia telah sesuai dengan hipotesis dan

teori. Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mempunyai kapabilitas untuk

melakukan sesuatu, bukan karena tidak memiliki sesuatu. Dengan demikian,

tingkat kemampuan seseorang untuk mengakses sumber daya sangat

mempengaruhi tingkat kesejahteraannya.

Jika individu tidak berada dalam kondisi miskin, maka segala kebutuhan

dasarnya akan terpenuhi. Selain dapat mencukupi kebutuhan makannya,

kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan juga dapat

terpenuhi. Penduduk miskin dapat melanjutkan sekolahnya, berobat ke dokter atau

puskesmas, mendapatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

Pemenuhan kebutuhan tersebut akan meningkatkan kualitas penduduk yang pada

akhirnya dapat meningkatkan IPM.

Meskipun tidak mempengaruhi secara langsung, perbaikan IPM melalui

pendidikan dan kesehatan terhadap orang miskin di suatu wilayah akan

berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan/atau peningkatan

produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat

dan melepaskannya dari lingkaran kemiskinan.

Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh elastisitas variabel kemiskinan yang

secara absolut bernilai 0,03. Besarnya elastisitas variabel kemiskinan

dibandingkan dengan variabel lainnya, menunjukkan bahwa kemiskinan

mempunyai efek atau pengaruh secara langsung terhadap masalah pencapaian

Page 104: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

86

pembangunan manusia. Dengan melalui program-program pengentasan

kemiskinan, secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas manusia.

7.3.1.3 Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan (PPP)

Variabel pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan menunjukkan

persentase jumlah pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dari jumlah

total penge luaran pembangunan APBD pada tahun anggaran tertentu. Nilai

koefisen regresi yang diperoleh adalah sebesar 0,019 dengan nilai probabilitas (p-

value) sebesar 0,000 sehingga signifkan pada taraf nyata 5 persen. Artinya, jika

pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan meningkat sebesar 1 persen,

maka nilai IPM diduga akan meningkat sebesar 0,019. Semakin tinggi

pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, semakin tinggi IPM Jawa

Timur, cateris paribus.

Hubungan positif dan signifikannya variabel pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan dengan pembangunan manusia di Jawa Timur telah

sesuai dengan hipotesis dan teori yang ada. Dengan anggaran tersebut, pemerintah

dapat meningkatkan pelayanan dan fasilitas- fasilitas pendidikan seperti bangunan

sekolah, buku-buku, kebutuhan laboratorium, ataupun beasiswa untuk murid yang

tidak mampu. Dengan demikian, kebijakan pengeluaran pemerintah untuk sektor

pendidikan, merupakan investasi yang secara langsung dapat memperbaiki

kualitas manusia.

Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian

kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan

akan melahirkan berbagai problem krusial seperti masalah pengangguran,

Page 105: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

87

kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi

beban sosial politik bagi pemerintah. Selain itu, investasi di bidang pendidikan

secara nyata berhasil mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan

kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah untuk sektor

pendidikan yang merupakan investasi jangka panjang harus didukung dengan

pembiayaan yang memadai dan merata.

Dalam APBD, sektor pendidikan pada umumnya mendapat alokasi

terbesar sebagai cerminan dari prioritas untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Indonesia dan sesuai dengan amanat konstitusi. Dengan pengalokasian

yang baik dan tepat sasaran, investasi untuk sektor pendidikan dapat

meningkatkan kualitas manusia yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian

kemajuan sosial (berkurangnya angka kemiskinan) dan pertumbuhan ekonomi.

7.3.1.4 Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan (PPK)

Variabel pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan menunjukkan

persentase jumlah pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan dari jumlah

total pengeluaran pembangunan dari APBD tahun anggaran tertentu. Pengujian

dilakukan pada taraf nyata 5 persen menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -

0,006 dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,019. Artinya setiap

pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan turun sebesar 1 persen, maka nilai

IPM Jawa Timur meningkat sebesar 0,006, cateris paribus.

Hubungan negatif dan signifikannya variabel pengeluaran pemerintah

untuk sektor kesehatan dengan pembangunan manusia di Jawa Timur tidak sesuai

dengan teori dan hipotesis yang dibuat dalam pene litian ini. Hal tersebut dapat

dijelaskan dengan beberapa kemungkinan. Pertama, peningkatan dalam

Page 106: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

88

pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan banyak dinikmati oleh golongan

orang kaya dibandingkan golongan orang miskin. Anggaran tersebut cenderung

tidak memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatan kualitas pelayanan

kesehatan untuk orang miskin. Banyak orang miskin yang tidak mampu

membiayai pengobatannya di rumah sakit. Sehingga banyak yang memillih

berobat ke klinik swasta yang menggunakan fasilitas pengobatan yang sederhana

dan cenderung kekurangan dalam persediaan obat-obatan.

Kedua, adanya penambahan pengeluaran pemerintah untuk sektor

kesehatan lebih banyak digunakan untuk batas penggunaan tertentu (khusus) yang

tidak bersifat meluas. Anggaran tidak merata digunakan untuk program dan

kegiatan yang bersifat kuratif, prefentif, dan operasional. Dan ketiga, meskipun

ada peningkatan anggaran sektor kesehatan untuk jasa pelayanan, program-

program kesehatan, maupun suplai obat dan alat-alat kesehatan, namun tidak

diikuti oleh fasilitas tambahan seperti infrastruktu jalan, puskesmas, dan lain- lain.

Sehingga hal ini hanya sedikit atau bahkan tidak memberikan pengaruh terhadap

kualitas kesehatan dan pembangunan manusia.

Hal serupa telah dilaporkan dalam Kajian Pengeluaran Publik Indonesia

2007 (World Bank, 2007) yang menyebutkan bahwa hingga saat ini belum pernah

ada publikasi yang melaporkan adanya hubungan positif antara pengeluaran

pemerintah untuk sektor kesehatan terhadap tingkat kematian ibu dan bayi yang

melahirkan. Meskipun ada kenaikan anggaran untuk sektor kesehatan, dalam

penggunaannya tidak sesuai dengan masalah dan keadaan riil di lapang.

Page 107: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

89

7.3.1.5 Otonomi Daerah

Variabel otonomi daerah merupakan variabel dummy yang digunakan

untuk membedakan sebelum dan masa berlakunya kebijakan desentralisasi pada

setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Variabel dummy otonomi daerah

mempunyai koefisisen regresi sebesar 0,018 dengan nilai probabilitas (p-value)

sebesar 0,0000 pada taraf nyata 5 persen. Artinya, pada masa otonomi daerah,

nilai IPM Jawa Timur meningkat sebesar 0,018 dibandingkan dengan masa

sebelum otonomi daerah.

Hubungan positif dan signifikannya kebijakan otonomi daerah dengan

pembangunan manusia di Jawa Timur, yang telah sesuai dengan hipotesis,

didasarkan pada tujuan dari kebijakan otonomi daerah itu sendiri. Melalui

desentralisasi politik, fiskal, dan administrasi ini, pemerintah daerah mempunyai

kewenangan untuk mengatur segala hal yang menyangkut kemajuan daerah dan

kesejahteraan masyarakatnya, pemerataan pembangunan, dengan tetap menjaga

hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, antar daerah.

Secara ekonomi, desentralisasi fiskal merubah pola alokasi dan distribusi

sumber-sumber perekonomian, khususnya barang-barang publik. Dengan adanya

otonomi daerah, fungsi alokasi dan distribusi banyak beralih kepada daerah

kabupaten/kota. Hal ini berarti, kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh kinerja

pemerintah kabupaten/kota. Daerah otonom memiliki kewenangan dan

kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan

menggunakannya sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah.

Berkaitan dengan pembangunan manusia, maka sektor pendidikan dan

sektor kesehatan yang telah didesentralisasikan ke pemerintah daerah, membawa

Page 108: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

90

kemajuan bagi IPM daerah. Daerah lebih memahami kondisi, karakter, dan

permasalahan di daerahnya serta keragaman keadaan masyarakatnya. Oleh karena

itu, setiap kebijakan yang diambil tentu akan lebih menyentuh kepentingan dan

sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Dengan kewenangan yang dimilikinya

daerah akan lebih leluasa dalam menyusun dan menetapkan kebijakan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Secara tidak langsung, keberhasilan pembangunan manusia dapat meningkatkan

keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan kebijakan otonominya, sehingga

dapat semakin memajukan dan memakmurkan daerah itu sendiri.

7.3.2 Variabel Tidak Signifikan Mempengaruhi Pembangunan Manusia

Propinsi Jawa Timur

Variabel peran perempuan, yang dalam penelitian ini menggunakan proxy

Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ), mempengaruhi secara tidak signifikan

terhadap pembangunan manusia pada taraf nyata 5 persen. Hasil estimasi

hubungan antara pembangunan manusia dan peran perempuan diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0,005 dengan probabilitas (p-value) sebesar 0,5056.

Penggunaan variabel IDJ bertujuan untuk melihat kontribusi perempuan

sebagai pengatur pengeluaran rumah tangga yang dapat menentukan prioritas

pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hubungan positif dan tidak

signifikannya IDJ dalam estimasi diduga karena kurang tepatnya pemakaian

variabel IDJ sebagai proxy dari peran perempuan dalam rumah tangga. Meskipun

perempuan mempunyai kemampuan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan

politik, namun hal tersebut belum tentu menunjukkan kemampuannya dalam

mengatur kebutuhan dan keuangan rumah tangga. Sehingga pengeluaran rumah

Page 109: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

91

tangga masih dominan dipegang oleh kaum laki- laki dengan perannya sebagai

kepala rumah tangga.

Di lain hal, diskriminasi jender dalam kehidupan sehari-hari masih tetap

ada. Hal ini membuat kaum perempuan tidak mampu mengakses sumber daya

ekonomi maupun politik, sama halnya dengan kaum laki- laki. Secara sempit,

perempuan hanya diberi tugas reproduksi (melahirkan), mengasuh anak, dan

pekerjaan-pekerjaan domestik yang tidak pernah dihitung nilainya.

Page 110: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertumbuhan ekonomi (PDRB per

kapita), dan tingkat kemiskinan, serta pengeluaran sosial pemerintah untuk

sektor pendidikan dan kesehatan pada kurun waktu 1996-1999 mengalami

menurun akibat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998. Kemudian pada

kurun waktu 1999-2002, mulai membaik bersamaan dengan masa

pemulihan ekonomi. Namun peran perempuan dalam mengatur kebutuhan

dan pengeluaran (keuangan) rumah tangga yang ditunjukkan oleh Indeks

Pemberdayaan Jender (IDJ), justru cenderung mengalami peningkatan

pada kurun waktu 1996-1999 dan menurun pada kurun waktu 1999-2002.

Meningkatnya peran perempuan pada kurun waktu 1996-1999

menunjukkan meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja untuk

meningkatkan pendapatan rumah tangganya.

2. Hasil estimasi dengan menggunakan metode fixed effect GLS

menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap

IPM Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen adalah PDRB per kapita,

tingkat kemiskinan, pengelua ran pemerintah untuk sektor pendidikan,

pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan kebijakan otonomi

daerah. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap IPM Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen adalah peran

perempuan (IDJ).

Page 111: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

93

3. Pembangunan manusia Jawa Timur secara signifikan dipengaruhi oleh

peningkatan PDRB per kapita sebesar 0,008 persen, penurunan

kemiskinan mempengaruhi pembangunan Jawa Timur sebesar 0,04 persen;

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan sebesar

0,019 persen; penurunan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan

sebesar 0,006 persen; dan kebijakan otonomi daerah sebesar 0,018 persen;

cateris paribus. Sedangkan peran perempuan mempengaruhi

pembangunan manusia Jawa Timur secara tidak signifikan sebesar 0,005

persen.

8.2 Saran

1. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penentu dan

pengambil kebijakan hendaknya menentukan prioritas pembangunan pada

daerah dan sektor yang yang perlu mendapat penanganan dan perhatian

khusus. Sehingga diperlukan koordinasi antara pemerintah propinsi dan

kabupaten/kota untuk menyamakan visi dan misi pembangunannya dalam

rangka untuk mencapai kemajuan pembangunan ekonomi dan

pembangunan manusia yang merata.

2. Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel pertumbuhan ekonomi yang

ditunjukkan oleh PDRB per kapita, memberikan pengaruh yang sangat

kecil terhadap pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur. Oleh karena

itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan

distribusi pendapatan di antara anggota masyarakat. Diantaranya dengan

pemberdayaan masyarakat miskin melalui kegiatan Usaha Mikro Kecil

Page 112: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

94

Menengah (UMKM); Corporate Social Responbility (CSR) di mana

perusahaan mempunyai kewajiban membantu menyelesaikan masalah

sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat; kegiatan usaha tani pada

daerah-daerah pertanian; serta bantuan kredit dan pemberdayaan

masyarakat pesisir (nelayan) untuk meningkatkan hasil tangkapnya.

3. Dalam penelitian ini belum dibahas mengenai peranan infrstruktur sosial,

baik itu dari pemerintah maupun swasta, seperti rumah sakit, puskesmas,

sekolah, dan lain- lain terhadap capaian pembangunan manusia. Oleh

karena itu, perlu dilakukan analisis lanjutan mengenai peranan dan

dampak infrastruktur sosial terhadap pembangunan manusia.

Page 113: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. 2004. Keterkaitan antara Indikator Pembangunan Ekonomi dengan Indikator Pembangunan Manusia dalam Perekonomian Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2002. Ana lisis dan Pembahasan Data Makro Sosial dan

Ekonomi Jawa Timur Tahun 1998-2002. Badan Pusat Statistik. Jawa Timur.

------------------------- 2002. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 1998-

2002. Badan Pusat Statistik. Jawa Timur. ------------------------- 2004. Evaluasi Kinerja Renstrada Propinsi Jawa Timur

Tahun 2003. Pacitan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Pacitan. ------------------------ 1996. Jawa Timur Dalam Angka Tahun 1996. Jawa Timur. ------------------------ 2000. Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2000. Jawa Timur. ------------------------ 2002. Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2002. Jawa Timur. Baltagi, H.B. 2001. Economics Analysis of Panel Data. Great Britain, Biddles

Ltd. Bappenas. 2005. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Millenium

Indonesia. Bappenas. Jakarta. Firdausy, C.M. 1998. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Berkelanjutan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Gujarati, D.N. 1999. Basic Econometrics. Third Edition. Mc. Graw Hill. New

York. Ilmalia. 2005. Analisis Peranan Sektor Pendidikan Terhadap Perekonomian

Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo

Pustaka. Jakarta. Mangkoesoebroto, G. 2001. Ekonomi Publik. BPFE-UGM. Yogyakarta. Nachrowi, D.N. dan Hardius, U. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika : Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 114: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

96

Papalaya, E. 2004. Rekonstruksi Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pindyck dan Rubinfeld. 1998. Econometric Models and Economic Forecasts

Fourth Edition. Mc Graw-Hill Comp. Singapura. Rahmanta. 2006. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan dan

Distribusi Pendapatan di Sumatera Utara : Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramanathan, R. 1998. Introductory Econometrics Fourth Edition. The Dryden

Press. Forth Worth. Remi, S.S. 2006. Korelasi Pembangunan Ekonomi, Manusia, dan Kemiskinan di

Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik. Vol. 7 No. 1. Jakarta. Riyanto. 2003. Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap

Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta. Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta. Soebeno, A. 2005. Analisis Pembangunan Manusia dan Penentuan Prioritas

Pembangunan Sosial di Jawa Timur. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suparmoko, M. 2003. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta. Suryawardana, M.I. 2006. Analisis Keterkaitan Sektor Unggulan dan Alokasi

Anggaran untuk Penguatan Kinerja Pembangunan Daerah di Propinsi Jawa Timur. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga.

Jakarta. UNDP. 2001. Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2001 : Menuju Dua

Konsensus Baru. BPS, Bappenas, UNDP. Jakarta. -------- 2004. Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2004 : Pembiayaan

Pembangunan Manusia. BPS, Bappenas, UNDP. Jakarta. Yudhoyono, S.B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sebagai Upaya

Mengatasi Kemiskinan, Pengangguran : Analisis Ekonomi – Politik

Page 115: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

97

Kebijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

World Bank 2000. 2001. The Quality of Growth : Kualitas Pertumbuhan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ---------------. 2007. Indonesia Public Expenditure Review. World Bank.

Washington.

Page 116: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

L A M P I R A N

Page 117: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

Lampiran 1. KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 1996, 1999, dan 2002

Kabupaten/Kota 1996 1999 2002

AHH MYS LIT PPP IPM AHH MYS LIT PPP IPM AHH MYS LIT PPP IPM PACITAN 68,2 5 77,7 586,5 67,1 69,8 5,3 80,8 582,8 63,9 70,0 6 82 594,0 65,7 PONOROGO 66,0 5 73,6 581,7 64,5 66,6 5,3 75,7 575,7 60,4 66,9 6 76,8 593,4 62,6 TRENGGALEK 68,9 5,1 82,5 579,0 68,2 69,4 5,7 87,2 579,7 65,2 69,8 6,3 88 608,0 68,2 TULUNGAGUNG 70,0 5,8 86,6 593,0 71,1 70,1 6,1 85 586,5 65,9 70,3 6,6 87,7 594,4 67,6 BLITAR 66,9 5,2 82,5 591,1 67,9 68,5 5,7 82,4 581,9 63,8 68,9 6,2 85 913,8 67,4 KEDIRI 66,2 5,5 79,3 588,1 72,4 67,8 6,3 85,6 577,2 68,9 68,1 6,6 87,5 591,0 71 MALANG 64,6 5,1 80,9 587,0 66,8 66,3 5,5 84,2 577,4 64,2 66,6 6,4 86,4 595,6 65,2 LUMAJANG 63,2 4,6 72,6 591,8 71,8 64,9 5,2 77,2 575,0 68,6 65,1 5,6 78,7 586,9 70,8 JEMBER 58,8 4,4 68,9 581,9 65,9 59,7 4,4 72,5 570,4 62,4 59,9 5,5 77,9 585,7 65,2 BANYUWANGI 62,6 5,2 81,4 592,9 71,1 64,2 5,6 81,9 583,2 68 64,5 6 82,8 591,3 71,4 BONDOWOSO 57,2 3,7 56,1 589,9 63,2 58,8 4,3 63,8 583,2 59,7 59,0 4,7 65,3 583,3 61,4 SITUBONDO 59,6 4,3 63,2 595,4 59,1 61,3 4,4 64,4 582,3 54,9 61,5 4,5 66,6 590,6 58,1 PROBOLINGGO 56,8 3,9 65,8 586,2 65,4 58,5 4,1 68,3 580,7 61,3 59,3 4,9 73,4 591,7 62,6 PASURUAN 59,6 4,7 76,1 584,4 55,4 61,3 5,3 83 571,6 53,4 61,5 6,1 87,4 585,2 54,1 SIDOARJO 66,3 8,3 93,3 591,4 59,2 67,9 8,8 95,4 587,9 54,8 68,2 9,4 96 612,5 56,2 MOJOKERTO 65,9 5,6 84,7 591,0 57,2 67,5 6,2 87,5 580,1 53,8 68,1 6,6 89,4 606,4 56,8 JOMBANG 65,0 6,2 85,4 591,7 69,5 66,6 7 88,5 582,7 65,1 66,9 7,1 88,4 591,5 67,7 NGANJUK 65,3 5,7 80,6 588,6 61,5 67,0 6,1 85,1 576,9 58,9 67,3 6,5 84,4 590,0 61,5 MADIUN 65,2 5,2 76,3 590,9 67,5 66,8 5,6 79,7 589,8 63,6 67,3 6,4 81,1 592,1 67,7 MAGETAN 69,3 5,5 79,2 585,9 72,3 69,6 6 81,5 585,4 69,1 69,9 7,1 86,6 593,2 71,7 NGAWI 65,3 4,6 74,5 593,1 68,1 67,0 5,3 79,4 580,5 64,6 67,3 5,7 78,3 582,1 67,7 BOJONEGORO 63,9 4,7 74,7 578,0 74,9 65,5 5,4 78,6 560,5 68,6 65,6 5,5 77 579,4 72,8 TUBAN 64,2 4,2 65,8 585,1 68,3 65,8 4,8 73,8 579,3 65,1 65,9 5,2 76,9 585,7 66 LAMONGAN 64,8 4,9 76,2 583,3 66,8 66,4 5,7 80,3 577,4 63,4 66,5 6,3 83,1 589,6 64,7 GRESIK 65,7 6,3 86,1 587,9 65,6 67,3 7,6 91,3 580,1 62,8 68,1 7,4 90,7 615,8 64,2

Page 118: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

100

100

BANGKALAN 59,2 3,2 56,1 575,0 73,6 60,9 3,7 63 563,6 68,7 61,4 5 73,6 584,1 70,7 SAMPANG 55,0 2,1 44 562,3 68,3 56,7 2,5 54,9 564,3 64,7 57,5 2,9 56,2 580,0 67,4 PAMEKASAN 59,4 4,2 65 579,6 65 61,1 4,6 72,7 565,4 61,9 61,7 5,3 73,8 588,5 62,3 SUMENEP 60,5 3,5 61,2 598,5 63,1 60,9 3,7 66,8 583,8 59,4 61,2 4,1 69,6 592,5 60,6 KOTA KEDIRI 66,7 8 92,2 588,7 61,5 68,4 8,5 92,9 588,8 59,5 68,6 9,3 95,3 600,6 61,1 KOTA BLITAR 68,7 7,4 89,3 595,6 64,5 69,6 8,2 92,3 588,0 61,8 70,1 9 95,2 596,0 63,9 KOTA MALANG 64,5 8,4 90,8 595,0 68,6 66,2 8,6 94,4 590,0 66,4 66,6 10 94,9 616,0 69,3 KOTA PROBOLINGGO 65,8 6,7 84,1 605,0 55 67,5 7,1 86,2 581,7 52,4 68,0 7,2 88,2 604,8 57,6 KOTA PASURUAN 62,5 6,5 85,8 596,2 48,2 64,1 7,1 87,7 583,0 47,3 64,7 8,1 91,9 608,9 49,7 KOTA MOJOKERTO 69,7 8,2 92,1 605,1 58,2 70,0 8,4 93,5 575,7 55,5 70,3 9,6 96,1 609,3 58,3 KOTA MADIUN 68,4 8,3 91 599,8 58,9 69,1 8,7 91,7 585,3 54,7 69,3 9,9 94 593,0 56,5 KOTA SURABAYA 66,6 8,7 93,2 583,1 72,1 68,3 9 93,8 589,4 69,3 68,6 9,8 95,9 609,5 72

Page 119: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

101

101

Lampiran 2. Data Mentah Olahan Untuk Estimasi Data Panel

Kabupaten/Kota Tahun IPM PDRB K IDJ PPP PPK Dotda

PACITAN 1996 67,1 580,26 33,14 48,5 3,1 3,78 0 1999 63,9 378,97 35,76 51,6 7,55 1,88 0 2002 65,7 409,05 38,00 41,7 11,93 6,66 1

PONOROGO 1996 64,5 766,14 35,78 49,2 4,42 3,43 0 1999 60,4 641,03 49,87 52,4 15,72 13,3 0 2002 62,6 726,98 40,08 45,0 7,8 4,71 1

TRENGGALEK 1996 68,2 620,59 35,01 52,9 9,93 3,65 0 1999 65,2 391,73 51,95 53,9 10,67 4,36 0 2002 68,2 436,30 36,57 47,1 2,28 14,6 1

TULUNGAGUNG 1996 71,1 1.407,15 18,02 47,5 5,84 3,33 0 1999 65,9 1.148,39 27,00 49,8 6,73 10,4 0 2002 67,6 1.331,36 23,29 45,6 4,58 3,79 1

BLITAR 1996 67,9 758,30 22,11 46,3 10,94 8,73 0 1999 63,8 755,65 30,92 48,7 15,31 7,5 0 2002 67,4 849,65 27,36 48,2 3,45 10,6 1

KEDIRI 1996 72,4 1.062,56 25,81 44,2 14,41 9,36 0 1999 68,9 1.352,58 35,28 45,0 6,6 0,93 0 2002 71 1.508,12 23,67 40,5 9,45 7,46 1

MALANG 1996 66,8 1.058,65 22,62 49,7 11,96 8,12 0 1999 64,2 2.314,76 37,59 44,8 8,71 5,94 0 2002 65,2 2.400,36 27,78 53,5 11,48 6,03 1

LUMAJANG 1996 71,8 1.077,16 29,64 46,4 11,95 2,25 0 1999 68,6 896,30 34,09 43,6 5,15 6,18 0 2002 70,8 983,85 20,09 47,2 9,72 9,72 1

JEMBER 1996 65,9 839,82 39,43 38,2 8,6 3,26 0 1999 62,4 1.811,05 45,40 41,9 3,64 6,87 0 2002 65,2 2.042,44 29,66 39,4 8,8 8,36 1

BANYUWANGI 1996 71,1 1.273,95 22,94 45,5 11,69 4,93 0 1999 68 1.680,76 23,64 49,5 14,51 8,23 0 2002 71,4 1.854,00 25,73 38,0 9,37 4,44 1

BONDOWOSO 1996 63,2 908,83 31,97 40,1 11,4 2,22 0 1999 59,7 582,68 36,39 35,6 6,79 0,96 0 2002 61,4 645,60 49,69 39,6 12,41 1,12 1

SITUBONDO 1996 59,1 1.252,45 17,23 40,7 7,22 1,83 0 1999 54,9 698,12 22,55 42,3 7,87 0,84 0 2002 58,1 773,44 30,87 32,4 18,42 6,3 1

PROBOLINGGO 1996 65,4 1.327,34 27,90 34,1 9,86 2,97 0 1999 61,3 1.187,12 34,70 32,2 8,13 6,19 0 2002 62,6 1.287,20 36,26 27,7 11,04 9,69 1

PASURUAN 1996 55,4 2.121,17 13,37 48,3 16,8 5,73 0 1999 53,4 2.461,31 26,43 47,7 7,42 5,56 0 2002 54,1 2.756,62 26,12 47,6 9,53 7,36 1

SIDOARJO 1996 59,2 3.933,38 2,60 42,5 6,44 2,44 0 1999 54,8 4.580,67 8,17 44,1 5,12 4,47 0 2002 56,2 5.204,76 10,38 41,6 8,72 4,91 1

MOJOKERTO 1996 57,2 1.427,29 17,77 48,1 9,4 1,77 0 1999 53,8 1.078,83 21,79 43,6 7,24 4,77 0 2002 56,8 1.190,88 20,88 51,6 17,13 11,8 1

Page 120: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

102

102

JOMBANG 1996 69,5 959,28 20,14 45,9 9,33 5,8 0 1999 65,1 956,07 28,92 49,0 5,59 2,22 0 2002 67,7 1.060,77 30,38 37,4 9,3 3,35 1

NGANJUK 1996 61,5 863,39 20,82 40,7 14,32 3,23 0 1999 58,9 753,87 21,14 44,3 5,82 0,83 0 2002 61,5 828,62 34,83 45,2 12,32 7,37 1

MADIUN 1996 67,5 857,46 31,27 46,2 7,56 8,12 0 1999 63,6 502,82 34,18 47,5 5,52 7,59 0 2002 67,7 551,31 30,39 43,9 4,95 9,99 1

MAGETAN 1996 72,3 989,45 23,63 44,5 12,6 4,5 0 1999 69,1 568,52 32,83 46,6 8,21 4,59 0 2002 71,7 640,12 24,24 45,0 8,91 3,59 1

NGAWI 1996 68,1 861,45 27,14 46,6 7,51 9,27 0 1999 64,6 649,69 32,30 45,8 1,37 8,9 0 2002 67,7 714,80 27,72 47,0 3,03 8,19 1

BOJONEGORO 1996 74,9 812,24 24,81 38,2 13,06 3,21 0 1999 68,6 861,74 37,90 39,6 8,09 2,61 0 2002 72,8 934,31 43,41 40,9 18,47 8,01 1

TUBAN 1996 68,3 1.743,09 28,05 40,9 15,2 3,99 0 1999 65,1 1.539,10 32,63 43,5 5,53 1,38 0 2002 66 1.742,47 43,41 34,0 8,56 5,24 1

LAMONGAN 1996 66,8 806,09 12,31 39,8 12,38 6,04 0 1999 63,4 905,17 17,57 42,4 14,3 5,38 0 2002 64,7 1.003,36 26,56 41,8 12,78 6,81 1

GRESIK 1996 65,6 3.831,37 9,39 43,5 5,67 2,76 0 1999 62,8 3.117,48 15,11 44,2 9,09 4,36 0 2002 64,2 3.629,24 20,00 46,3 9,24 6,67 1

BANGKALAN 1996 73,6 867,74 33,77 46,7 18,22 4,9 0 1999 68,7 629,62 34,56 48,8 13,39 6,13 0 2002 70,7 666,93 33,61 43,9 17,85 7,85 1

SAMPANG 1996 68,3 881,54 47,73 45,2 18,02 3,84 0 1999 64,7 628,93 57,98 45,4 13,78 3,69 0 2002 67,4 679,76 62,83 30,8 11,1 13,4 1

PAMEKASAN 1996 65 778,84 29,92 39,5 14,19 2,59 0 1999 61,9 482,18 47,77 42,4 17,29 3,04 0 2002 62,3 514,39 32,35 38,5 11,15 8,94 1

SUMENEP 1996 63,1 933,28 29,55 47,2 14,77 2,98 0 1999 59,4 906,99 40,99 48,1 14,12 7,89 0 2002 60,6 885,50 24,97 30,5 10,55 10,6 1

KOTA KEDIRI 1996 61,5 5.574,42 5,90 50,5 7,08 4,85 0 1999 59,5 4.857,80 11,01 52,5 0,81 1,7 0 2002 61,1 4.603,47 22,72 58,2 14,49 5,1 1

KOTA BLITAR 1996 64,5 288,29 16,72 46,4 5,47 3,58 0 1999 61,8 243,02 23,29 47,2 10,83 0,89 0 2002 63,9 276,93 21,51 45,8 10,42 6,33 1

KOTA MALANG 1996 68,6 3.238,02 3,33 53,9 7,12 4,03 0 1999 66,4 2.075,77 12,83 55,7 6,93 1,93 0 2002 69,3 2.243,72 14,27 52,4 13,92 11,3 1

KOTA PROBOLINGGO 1996 55 471,87 3,98 49,7 16,19 9,24 0 1999 52,4 516,38 10,99 47,2 11,99 6,38 0 2002 57,6 564,38 18,26 48,3 17,73 11 1

Page 121: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

103

103

KOTA PASURUAN

1996 48,2 223,53 5,81 48,2 5,97 8,86 0 1999 47,3 315,58 16,60 40,3 16,29 4,7 0 2002 49,7 362,98 16,59 50,0 13,56 10,3 1

KOTA MOJOKERTO 1996 58,2 427,29 9,40 43,7 2,16 5,43 0 1999 55,5 287,86 18,78 45,4 0,56 0,42 0 2002 58,3 343,38 24,11 46,5 10,5 3,85 1

KOTA MADIUN 1996 58,9 602,01 8,20 45,1 2,5 2,61 0 1999 54,7 396,61 17,25 42,5 11,8 7,93 0 2002 56,5 454,29 18,13 49,7 6,53 2,62 1

KOTA SURABAYA 1996 72,1 10.306,74 5,25 47,8 3,67 2,26 0 1999 69,3 11.903,85 10,28 49,1 2,68 2,52 0 2002 72 13.458,73 17,81 51,2 6,98 6,17 1

Page 122: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

104

104

Lampiran 3. Estimasi dengan menggunakan Model Pooled Least Square

Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: Pooled Least Squares Date: 05/11/07 Time: 03:54 Sample: 2000 2002 Included observations: 3 Number of cross-sections used: 37 Total panel (balanced) observations: 111 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.764523 0.270172 13.93378 0.0000 LOG(PDRB?) 0.037400 0.014082 2.655884 0.0092

LOG(K?) 0.076764 0.023946 3.205653 0.0018 LOG(IDJ?) -0.029649 0.044270 -0.669732 0.5045 LOG(PPP?) -0.005439 0.011338 -0.479700 0.6324 LOG(PPK?) 0.006728 0.011953 0.562893 0.5747

DOTDA? -0.010160 0.020077 -0.506033 0.6139

R-squared 0.174627 Mean dependent var 4.152241 Adjusted R-squared 0.127009 S.D. dependent var 0.094522 S.E. of regression 0.088315 Sum squared resid 0.811157 F-statistic 3.667270 Durbin-Watson stat 0.547830 Prob(F-statistic) 0.002414

Page 123: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

Lampiran 4. Estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effect

Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: Pooled Least Squares Date: 05/11/07 Time: 03:51 Sample: 2000 2002 Included observations: 3 Number of cross-sections used: 37 Total panel (balanced) observations: 111 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(PDRB?) 0.008935 0.005770 1.548508 0.1261 LOG(K?) -0.038760 0.007353 -5.271393 0.0000

LOG(IDJ?) 0.001205 0.013867 0.086878 0.9310 LOG(PPP?) 0.015658 0.004024 3.890663 0.0002 LOG(PPK?) -0.003862 0.004240 -0.910876 0.3656

DOTDA? 0.019230 0.004805 4.002010 0.0002 Fixed Effects

_PCT--C 4.230879 _PNG--C 4.183519 _TGL--C 4.263224 _TUL--C 4.246817 _BLI--C 4.226267

_KDR--C 4.282947 _MLG--C 4.202888 _LUM--C 4.282812 _JEM--C 4.208237

_BANY--C 4.265447 _BON--C 4.155578 _SIT--C 4.065406

_PRO--C 4.176089 _PAS--C 4.001826 _SID--C 3.997064 _MOJ--C 4.034630 _JOM--C 4.237247 _NGA--C 4.125789 _MDN--C 4.239587 _MAG--C 4.290318

_NGAW--C 4.252432 _BOJ--C 4.309451 _TUB--C 4.226284 _LAM--C 4.180265 _GRE--C 4.154135

_BANG--C 4.292640 _SAM--C 4.253241 _PAM--C 4.179537 _SUM--C 4.139621 _KKDR--C 4.091030 _KBLI--C 4.169146

_KMLG--C 4.194491 _KPRO--C 3.986219 _KPAS--C 3.876712 _KMOJ--C 4.079137 _KMDN--C 4.045854 _KSBY--C 4.242960

R-squared 0.954015 Mean dependent var 4.152241 Adjusted R-squared 0.925612 S.D. dependent var 0.094522 S.E. of regression 0.025780 Sum squared resid 0.045193 F-statistic 33.58908 Durbin-Watson stat 2.827224 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 124: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

94

Lampiran 5. Estimasi dengan menggunakan Model Random Effect

Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: GLS (Variance Components) Date: 05/10/07 Time: 16:00 Sample: 2000 2002 Included observations: 3 Number of cross-sections used: 37 Total panel (balanced) observations: 111

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.147519 0.112683 36.80709 0.0000 LOG(PDRB?) 0.010970 0.007775 1.410897 0.1613

LOG(K?) -0.025700 0.010241 -2.509449 0.0136 LOG(IDJ?) -0.006008 0.021470 -0.279856 0.7801 LOG(PPP?) 0.014200 0.006318 2.247391 0.0267 LOG(PPK?) -0.003009 0.006049 -0.497425 0.6199

DOTDA? 0.015376 0.007143 2.152596 0.0337 Random Effects

_PCT--C 0.050273 _PNG--C 0.004726 _TGL--C 0.082247 _TUL--C 0.071165 _BLI--C 0.052342

_KDR--C 0.104900 _MLG--C 0.025553 _LUM--C 0.103532 _JEM--C 0.027816

_BANY--C 0.088609 _BON--C -0.023262 _SIT--C -0.102065

_PRO--C -0.001399 _PAS--C -0.165555 _SID--C -0.156665 _MOJ--C -0.131655 _JOM--C 0.060820 _NGA--C -0.043819 _MDN--C 0.060778 _MAG--C 0.113928

_NGAW--C 0.073155 _BOJ--C 0.126226 _TUB--C 0.045362 _LAM--C 0.012143 _GRE--C -0.013951

_BANG--C 0.112609 _SAM--C 0.066879 _PAM--C 0.000959 _SUM--C -0.035514 _KKDR--C -0.073255 _KBLI--C 0.001560

_KMLG--C 0.032961 _KPRO--C -0.167742 _KPAS--C -0.277448 _KMOJ--C -0.084815 _KMDN--C -0.114897 _KSBY--C 0.073499

GLS Transformed Regression

R-squared 0.918899 Mean dependent var 4.152241 Adjusted R-squared 0.914220 S.D. dependent var 0.094522 S.E. of regression 0.027684 Sum squared resid 0.079704 Durbin-Watson stat 1.752909

Page 125: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

95

Unweighted Statistics including Random

Effects

R-squared 0.951652 Mean dependent var 4.152241 Adjusted R-squared 0.948863 S.D. dependent var 0.094522 S.E. of regression 0.021375 Sum squared resid 0.047515 Durbin-Watson stat 2.940423

Page 126: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

96

Lampiran 6. Uji Kesesuaian Model

1. Chow Test

Uji Chow dapat dilakukan dengan perhitungan berdasarkan rumus uji F

sebagai berikut :

)/()1/()(

2

21,1 KNNTESS

NESSESSF KNNTN −−

−−=−−−

( ) ( )

( )01426966,32

637111/045193,0137/045193,0811157,0

68,36 =−−

−−=F

Hipotesa pengujian model pada Chow Test adalah :

H0 : Model pooled least square

H1 : Model fixed effect

Dari perhitungan di atas, besarnya F hitung adalah 32,014. Sedangkan

nilai F tabel dengan derajat bebas N-1 dan NT-N-K sebesar 2,49 maka tolak

H0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih

sesuai digunakan daripada metode pooled least square.

2. Hausman Test

Uji Hausman dilakukan dengan menggunakan sofware Eviews 4.1 dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Estimasi model fixed effect pada pool01 dan ikuti langkah- langkah berikut

vector beta = pool01.@coefs

matrix covar = pool01.@cov

2) Estimasi model random effect pada pool02 dan ikuti langkah berikut.

vector alpha = pool02.@coefs

matrix covarian = pool02.@cov

vector b_gls = @subextract (alpha,2,1,7,1)

matrix cov_gls = @subextract (covarian,2,2,7,7)

matrix b_diff = beta - b_gls

matrix cov_diff = covar - cov_gls

3) Hitung statistik uji Hausman

matrix qform = @transpose(b_diff)*@inverse(cov_diff)*b_diff

Page 127: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

97

Hipotesa pengujian model pada Hausman Test adalah :

H0 : Model random effects

H1 : Model fixed effects

Dari proses perhitungan di atas, diperoleh nilai statistik uji Hausman

sebesar 17,41574. Karena nilai statistik uji Hausman lebih besar dari nilai

kritis sebaran ?2 yang terdistribusi dengan derajat bebas 6 atau sebesar

12,5916 maka tolak H0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa estimasi

menggunakan metode fixed effect lebih konsisten dan lebih sesuai.

Page 128: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

98

Lampiran 7. Estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effect GLS

Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/10/07 Time: 20:39 Sample: 2000 2002 Included observations: 3 Number of cross-sections used: 37 Total panel (balanced) observations: 111 One-step weighting matrix White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(PDRB?) 0.008065 0.002897 2.783585 0.0070 LOG(K?) -0.039634 0.002837 -13.96889 0.0000

LOG(IDJ?) 0.004980 0.007442 0.669208 0.5056 LOG(PPP?) 0.018955 0.001515 12.50993 0.0000 LOG(PPK?) -0.005997 0.002487 -2.411019 0.0186

DOTDA? 0.018184 0.002267 8.022196 0.0000 Fixed Effects

_PCT--C 4.223271 _PNG--C 4.175037 _TGL--C 4.255516 _TUL--C 4.239763 _BLI--C 4.217680

_KDR--C 4.273538 _MLG--C 4.194813 _LUM--C 4.275001 _JEM--C 4.201163

_BANY--C 4.256600 _BON--C 4.145009 _SIT--C 4.054023

_PRO--C 4.167812 _PAS--C 3.993485 _SID--C 3.989093 _MOJ--C 4.025071 _JOM--C 4.228476 _NGA--C 4.114479 _MDN--C 4.233165 _MAG--C 4.280330

_NGAW--C 4.248236 _BOJ--C 4.300562 _TUB--C 4.217859 _LAM--C 4.169847 _GRE--C 4.146025

_BANG--C 4.282458 _SAM--C 4.244455 _PAM--C 4.169921 _SUM--C 4.130470 _KKDR--C 4.084203 _KBLI--C 4.157733

_KMLG--C 4.185016 _KPRO--C 3.975607 _KPAS--C 3.867354 _KMOJ--C 4.071452 _KMDN--C 4.036661 _KSBY--C 4.237211

Weighted Statistics

R-squared 0.999985 Mean dependent var 5.959861 Adjusted R-squared 0.999976 S.D. dependent var 5.135279 S.E. of regression 0.025346 Sum squared resid 0.043684 F-statistic 107511.7 Durbin-Watson stat 3.122502

Page 129: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

99

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.953579 Mean dependent var 4.152241 Adjusted R-squared 0.924906 S.D. dependent var 0.094522 S.E. of regression 0.025902 Sum squared resid 0.045622 Durbin-Watson stat 2.940650

Page 130: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI … · dan Sumberdaya (EPS), Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa,Penulis aktif dalam himpunan

100

Lampiran 8 : Peta Propinsi Jawa Timur