makalah asistensi ekonomi pertanian

38
MAKALAH ASISTENSI PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN “PEMBUDIDAYAAN HUTAN NON KAYU” DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 BAGUS ISWAHYUDI (05071281320023) DWI YULITA (05071381320008) E. TIARA SWITHA (05071381320005) FERRA APRIADI (05071381320025) FIQHSAN R (05071381320061) HARRY PERDINAND APSAL (05071381320055) MAYA TRIMADONA (05071381320030) RIA HARIANI (05071381320045) YUDHA UTAMA (05071381320058) ZAHARA DWI ASMARA (05071381320026) JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: ferrapriadi

Post on 29-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asitensi perhutanan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

MAKALAH ASISTENSI

PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

“PEMBUDIDAYAAN HUTAN NON KAYU”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

BAGUS ISWAHYUDI (05071281320023)

DWI YULITA (05071381320008)

E. TIARA SWITHA (05071381320005)

FERRA APRIADI (05071381320025)

FIQHSAN R (05071381320061)

HARRY PERDINAND APSAL (05071381320055)

MAYA TRIMADONA (05071381320030)

RIA HARIANI (05071381320045)

YUDHA UTAMA (05071381320058)

ZAHARA DWI ASMARA (05071381320026)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2013

Page 2: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul

“PEMBUDIDAYAAN HUTAN NON KAYU” Makalah ini berisikan tentang

informasi mengenai definisi hutan secara luas , jenis jenis hutan serta budidaya hutan

non kayu atau kayu. Dan bagaimana cara pemanfaatannya .Diharapkan Makalah ini

dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang budidaya kehutanan.

 Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu harapkan kepada dosen

pembimbing dan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 15 Oktober 2013

                               

Penyusun

Page 3: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................I

DAFTAR ISI..............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1. 1 Latar Belakang...........................................................................................1

1. 2 Rumusan Masalah......................................................................................2

1. 3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2. 1 Tinjauan Pustaka........................................................................................3

2.1.1 Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan....................................................3

BAB III ISI..............................................................................................................6

3.1 Definisi Hutan............................................................................................6

3.2 Macam-Macam Hutan...............................................................................6

3.3 Tipe-Tipe Hutan........................................................................................10

3.4 Definisi Hutan Non-Kayu..........................................................................14

3.5 Klasifikasi HHBK......................................................................................15

3.6 Peranan HHBK..........................................................................................19

BAB IV PENUTUP.................................................................................................24

4.1 Kesimpulan................................................................................................24

4.2 Saran..........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

Page 4: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan

manusia untuk menghasilkan bahan pangan, baku industri, atau sumber energi, serta

untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pada saat ini, kita sering mendengar teknik

bertanam dengan sistem monokultur atau penanaman tunggal dan dengan sistem

tumpang sari atau menanam dua jenis tanaman atau lebih pada satu lahan dan waktu

yang sama. Pertanian memiliki cabang yang sesuai dengan objek yang dikelolanya

yaitu hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, perhutanan, perikanan, serta

perternakan. Kegiatan usaha sektor pertanian tidak hanya dilahan tetapi juga ada

yang berlangsung di luar lahan.Seperti pembenihan, produksi pupuk, dan obat obatan

pertanian.

Pengertian Kehutanan adalah ilmu mengelola sumber daya hutan untuk

kepentingan manusia. Praktek kehutanan membantu menjaga pasokan yang cukup

dari kayu untuk kayu pertukangan, kayu lapis, kertas, dan produk kayu lainnya.

Selain itu juga pengertian kehutanan mencakup pengelolaan nilai sumber daya hutan

seperti air, satwa liar, daerah penggembalaan, dan daerah rekreasi.

Secara umum, hutan memberikan manfaat maksimal ketika dikelola dengan

tujuan memberikan beberapa keuntungan sekaligus. Konsep ini disebut "multiple use

forest management" atau pengelolaan hutan dengan manfaat ganda. Selain

menghasilkan produk kayu, hutan-hutan ini dapat menyediakan air bersih bagi

masyarakat, makanan dan tempat tinggal bagi satwa liar; lahan penggembalaan

ternak, dan tempat rekreasi untuk berkemah, pejalan kaki, dan piknik.

Page 5: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah untuk:

a. Apa definisi hutan ?

b. Apa saja jenis jenis hutan ?

c. apa saja yang termasuk budidaya hutan non kayu ?

d. Bagaimana cara pengelolaan budidaya hutan non kayu dengan benar ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk:

a. Mengetahui definisi hutan.

b. Bagaimana cara membudidayakan hasil dari perhutanan

c. Mengetahui berbagai jenis hutan , pemanfaatannya serta pemeliharaannya.

d. Mengetahui cara pengelolaan budidaya hutan non kayu dengan benar

Page 6: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka.

2.1.1. Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan.

Berdasarkan Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan

mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi hutan

di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputinya yaitu:

a. Suatu kesatuan ekosistem;

b. Berupa hamparan lahan;

c. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya; dan

d. Mampu memberi manfaat secara lestari.

Pengertian degradasi hutan memiliki arti yang berbeda dan bervariasi

tergantung pada suatu kelompok masyarakat. Sebagian mengatakan bahwa hutan

yang terdegradasi adalah hutan yang telah mengalami kerusakan sampai pada suatu

point/titik dimana penebangan kayu maupun non kayu pada periode yang akan

datang menjadi tertunda atau terhambat semuanya. Sedangkan sebagian lainnya

mendefinisikan hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan dimana fungsi

ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi.

Page 7: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

Pembagian Hutan Menurut Departemen Kehutanan, berdasarkan fungsi hutan

yaitu :

a. Hutan lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah.

b. Hutan produksi

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

Hutan produksi dapat dibagi lagi menjadi:

1.) Hutan produksi dengan penebangan terbatas,

Hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih,

2.) Hutan produksi dengan penebangaan bebas,

Hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan cara tebang pilih

maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau

dengan pembibitan buatan.

c. Hutan suaka alam

Hutan suaka alam yaitu kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas

diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya.

Perlindungan alam hayati antara lain dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

1.) Cagar alam

Hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas,

termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi

untukkepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang selanjutnya

2.) Suaka margasatwa

Hutan suaka alam yang ditetapkaan sebagai suatu tempat hidup

margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan

kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional yang

kemudian disebut

.

Page 8: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

d. Hutan wisata

Hutan wisata ialah hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan

dipelihara guna kepentingan pariwisata atau perburuan, yaitu :

1.) Taman wisata

Hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik keindahan nabati,

keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri memiliki corak

yang khas untuk dimanfaatkan demi kepentingan rekreasi dan

kebudayaan.Hutan seperti ini disebut sebagai.

2.) Taman buru

Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan

diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi yang

selanjutnya disebut. (Suparmoko : 1997 ; 239)

Page 9: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

BAB III

ISI

3.1 Defini Hutan

Hutan adalah masyarakat tumbuhan yang kompleks, terdiri dari pepohonan,

semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah dan hewan.Suatu lapangan yang

ditumbuhi pepohonan dikatakan sebagai hutan apabila minimum lapangan yang

ditumbuhi pohon sekitar ¼ hektar.

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang

luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide

sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan

merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran

rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama

pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

3.2 Macam Macam Hutan

Rimbawan (Peneliti Hutan) berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai

dengan ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia

dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan,

kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari,

bahkan terus berkembang.

Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam

pula. Misalnya:

Page 10: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

a. Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji

dan tunas.

1) Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan

yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai

umur lebih lanjut.

2) Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan

sebaliknya.

3) Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.

Penggolongan lain menurut asal adalah

1) Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah

dibuka oleh manusia.

2) Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah

ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan

sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa

gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan

sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder

akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.

b. Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan

buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga

pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh

angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan buatan berarti manusia sengaja

menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan kembali hutan.

Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis sebelumnya.

Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering

tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin.

Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap

tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di

Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan

Page 11: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya

meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan

kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap

melayang-layang terbawa angin.

c. Menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan

campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian

besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu.

Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang

sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam

(pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah

terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat

juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama

yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan

HTI (hutan tanaman industri).

Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum

(konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara)

umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar

(seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.

d. Menurut Umur

Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur

sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya

merupakan hutan tidak seumur. Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau

hutan tidak seumur.

Page 12: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

e. Berdasarkan Letak Geografisnya:

1) hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa.

2) hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang

23,5º - 66º).

3) hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

f. Berdasarkan Sifat-Sifat Musimannya:

1) hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.

2) hutan selalu hijau (evergreen forest).

3) hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest).

4) hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya

panjang. Dll.

g. Berdasarkan ketinggian tempatnya:

1) hutan pantai (beach forest)

2) hutan dataran rendah (lowland forest)

3) hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)

4) hutan pegunungan atas (mountain forest)

5) hutan kabut (mist forest)

6) hutan elfin (alpine forest)

h. Berdasarkan keadaan tanahnya:

1) hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)

2) hutan rawa gambut (peat swamp-forest)

3) hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)

4) hutan kerangas (heath forest)

5) hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya

Page 13: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

i. Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:

1) hutan alam (natural forest)

2) hutan buatan (man-made forest), misalnya:

a) hutan rakyat (community forest)

b) hutan kota (urban forest)

3) hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation)

j. Berdasarkan tujuan pengelolaannya:

1) hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan

bukan kayu (non-timber forest product)

2) hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air

a) Taman Nasional

3) hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman

hayati atau keindahan alam

a) Cagar alam

b) Suaka alam

4) hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat

dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.

5) Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan

membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran

rendah (lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan

(hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk

campuran antara tanaman-tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian

jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest.

3. 3 Tipe-Tipe Hutan

a. Berdasarkan Biogeografi

Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan

antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus

Page 14: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

saling mendekat. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri

kepulauan ini.

Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu

menghasilkan tiga kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea,

dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari

sebaran bentuk kehidupan berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya.

1) Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)

Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan

Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace . Garis Wallace

merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan

Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke

selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis

ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858,

memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan,

Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia.

2) Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)

Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan

Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis

Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di

Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari

utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa

Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber

yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di kawasan

ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia.

3) Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah)

Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace

dan Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil

(Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak

merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan,

tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga

memiliki unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan

Page 15: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Es

sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan

berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora fauna Asia tetap lebih banyak

terdapat di bagian barat dan jenis flora fauna Australia di bagian timur, hal ini

dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat

dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

b. Berdasarkan iklim

Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis.

Namun, posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim

kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering

terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:

1) Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara

Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau

Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau

Sulawesi.

2) Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei

dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini

mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.

3) Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya,

sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa

Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling

ujung selatan Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan

tropis, dan hutan muson.

1) Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur

Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar

pantai selatan Papua.

2) Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini

menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku

Utara, dan Papua. Di bagian barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan

Page 16: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus,

Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili

Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bagian timur,

genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan

Kalappia.

3) Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku,

dan sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati

(Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus

alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).

c. Berdasarkan sifat tanahnya

Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan

mangrove, dan hutan rawa.

1) Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak

landai, seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang

(Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina

equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius).

2) Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang

pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan

pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus

Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria.

3) Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan,

dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium

leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

Page 17: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

d. Berdasarkan pemanfaatan lahan

Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel

berikut: Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas

(Hektar) 1950 162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta

Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang

mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai

berikut:

1) Hutan tetap   : 88,27 juta ha

2) Hutan konservasi   : 15,37 juta ha

3) Hutan lindung   : 22,10 juta ha

4) Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha

5) Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha

6) Hutan produksi yang dapat dikonversi   : 10,69 juta ha.

7) Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.

8) Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh

Kalimantan (28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha),

Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan

Nusa Tenggara (2,7 juta ha).

3.4 Defini Hutan Non Kayu

Pengertian dan Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu atau Hasil Hutan Non Kayu

Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), adalah hasil-hasil biologi selain kayu yang

diperoleh dari hutan. Terdapat banyak istilah yang dipakai seperti hasil hutan ikutan,

hasil hutan sekunder, hasil hutan special, dll. Beberapa contoh yang dimaksudkan

dengan hasil hutan bukan kayu adalah hasil-hasil yang dapat dimakan (seperti

kacang-kacangan, jamur, buah, herba, bumbu dan rempah-rempah, tanaman

beraroma, dan satwa), serat (yang digunakan untuk konstruksi, mebel, pakaian dan

perkakas), damar, resin, serta hasil tanaman dan binatang yang digunakan untuk obat,

kosmetik dan kepentingan budaya.

Page 18: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

Hasil Hutan Bukan Kayu mencakup semua keanekaragaman biologi selain kayu

yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. Hasil-hasil hutan ini termasuk

makanan, obat-obatan, bumbu-bumbu, damar, karet, tanaman hias, hewan dan

produk-produk yang dihasilkan oleh hewan (misalnya sarang burung walet, madu,

dan lainnya), rotan, bambu dan serat-serat (mis: pandan yang dapat dianyam menjadi

tikar).  Food and Agricultural Organization (FAO) mendefinisikan HHBK sebagai

produk selain kayu yang berasal dari bahan biologis, diperoleh dari hutan dan

pepohonan yang tumbuh di sekitar hutan.  Semua HHBK mempunyai karakteristik

yang sama yaitu digali oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan dengan

menggunakan teknologi yang sederhana.

Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan

kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU

Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHBK adalah hasil hutan

hayati maupun non hayati. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu

hasil hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan

No. 35 tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani

beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

Beragam manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dapat diperoleh dari keberadaan

HHBK ini. Sementara ini ada 558 komoditas HHBK yang menjadi urusan

Departemen Kehutanan.

3.5.   Klasifikasi HHBK

Klasifikasi yang dipergunakan disini sederhana saja, yaitu pemanfaatan hutan

oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan dengan menggunakan teknologi yang

sederhana. Beberapa produk yang diklasifikasikan sebagai HHBK adalah:

Page 19: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

a. Produk-produk yang dapat dimakan

1).  Makanan

Biasanya hampir semua bentuk-bentuk tanaman di hutan dapat dimakan,

baik yang dapat dimakan langsung begitu diambil (seperti pisang, jeruk,

durian, dll), atau melalui beberapa proses (seperti sagu).

Tepung sagu ketika diproses dapat dibuat menjadi makanan pokok dan

makanan sampingan, misalnya bihun, bakso dan biskuit. Selain sebagai

bahan makanan sagu juga bisa menjadi bahan baku lem untuk industri kayu

lapis, dan produk-produk kayu atau kertas lainnya.           

2).  Minyak-Minyakan yang Dapat di Makan

Kacang-kacangan dan biji-bijian adalah sumber-sumber utama minyak-

minyakan yang dapat dimakan. Tengkawang dan kemiri adalah contoh

kacang-kacangan yang dapat dimakan. Di daerah terpencil, tengkawang

diolah menjadi  minyak goreng. Sedangkan di beberapa daerah yang lebih

maju, tengkawang dapat diolah dan menjadi bahan baku untuk produk

kosmetik, margarine dan pengganti bubuk coklat. Selain itu juga sebagai

makanan ternak yang kaya karbohidrat dan protein. 

Kemiri bisa ditemukan di seluruh Indonesia, dan berlimpah di Sulawesi

Selatan, Jawa, Maluku dan Sumatera Utara. Kemiri biasanya ditanami

orang, tetapi juga bisa diperoleh di hutan.            

3).  Rempah-Rempah

Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah, dimana rempah ini

selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan, minuman ringan juga

digunakan sebagai bahan baku obat-obatan.

Beberapa contoh rempah-rempah adalah kayu manis, pala, kapulaga dan

sebagainya.

b. Produk-produk hewan yang dapat dimakan

1).  Hewan buruan

Binatang yang biasa diburu untuk diambil dagingnya seperti babi hutan,

rusa, buaya dan jenis binatang lainnya. Bagian kulit, tulang dan gigi

Page 20: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

binatang buruan bisa dijadikan kerajinan tangan seperti tas dan kalung. 

Perburuan harus memperhatikan keseimbangannya agar dapat dimanfaatkan

secara berkesinambungan sehingga perlu aturan yang tegas, terutama hukum

adat yang sangsinya lebih ditakuti dari sangsi hukum negara (pemerintah).

2).  Produk-produk yang berasal dari binatang

Salah satu produk eksotis yang dihasilkan dan dapat dimakan adalah

sarang burung walet. Meskipun tidak dikonsumsi oleh penduduk lokal,

sarang burung tersebut merupakan salah satu komoditas berharga yang

dijual kebanyakan kepada orang Cina, baik di pasar lokal maupun ekspor.

Produk lainnya adalah madu berkualitas tinggi yang diambil langsung

dari hutan. Kita dapat menjumpai madu  tersebut di Kalimantan dan

Sumatera. Selain diambil madunya, sarang dan larva lebah juga biasanya

diambil untuk obat, meningkatkan stamina dan bahan baku lilin.

c. Produk Obat-Obatan

Untuk produk obat-obatan agak sedikit susah untuk mengidentifikasi produk

yang benar-benar hanya untuk obat, karena biasanya produk-produk yang sudah

disebutkan diatas selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari juga

dipergunakan untuk bahan pembuat obat, misalnya rempah-rempah, damar,

sarang burung walet, dan sebagainya.

d. Tanaman yang tidak dapat dimakan

1).  Rotan

Rotan adalah salah satu komoditi HHBK yang tumbuh merambat dengan

bentuk batangnya yang bulat dengan panjang kira-kira 10 sampai 60 meter. 

Karena sifat-sifatnya yang kuat, panjang, lentur dan tahan lama membuat

rotan menjadi bahan baku yang serbaguna. Rotan utuh biasanya dijadikan

perabot, peralatan rumah tangga dan aksesori lainnya. Sedang kulit rotan

bisa dijadikan produk kerajinan tangan seperti keranjang, tas, tikar, dll. 

2).  Bambu

Page 21: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

Sebelas jenis bambu (mis: Bambusa, Debdrocalamus, Gigantochloa,

Schizostachyum) yang terdiri dari 35 spesies ditemukan di Indonesia.

Kesebelas spesies tersebut merupakan tanaman endemik di Indonesia dan

tigabelas spesies lainnya bisa ditanam di desa-desa.

Meskipun sifat-sifatnya tidak seperti rotan, namun bambu banyak juga

dimanfaatkan untuk membuat perabot, barang-barang kerajinan tangan,

rumah di pedesaan, jembatan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.

3).  Tanaman Hias

Tanaman Hias biasanya digunakan untuk hiasan rumah, bunga dipakai

juga untuk bahan baku parfum, juga untuk pewarna (untuk mencelup kain).

Bunga yang paling banyak kita jumpai dan bernilai tinggi diantaraya adalah

berbagai jenis anggrek, yang dikagumi karena keindahannya. Juga berbagai

jenis tanaman pakis. Namun banyak juga jenis anggrek yang sudah

terancam punah, diantaranya anggrek hitam yang berasal dari Papua. Untuk

itu harus diperhatikan betul-betul tanaman yang hendak di ambil, jangan

sampai tanaman tersebut punah. Setelah diambil dari hutan, tanaman

anggrek biasanya dapat dibudidayakan di halaman rumah atau kebun

anggrek.

4).  Komponen-komponen Kimia

Untuk menghasilkan bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan-

bahan kimia, ada beberapa cara, namun yang lebih umum ada dua, yaitu

dengan Cara menyadap langsung dari pohon dan kemudian diambil cairan

yang keluar (biasanya berupa getah). Cara lainnya adalah dengan menyuling

atau mencampur dengan bahan pelarut.

Contoh produk ini adalah damar, kamper, gaharu, dan lain-lain.

5).  Serat dan Lainnya

Tanaman yang biasanya dijadikan serat adalah pandan. Kegunaannya

banyak sekali, diantaranya untuk membuat tikar, keranjang, tempat beras,

dan lain-lain.

Selain serat dari pandan, kulit kayu yang telah diolah sedemikian rupa

sehingga seperti kain juga banyak dijadikan sebagai bahan pembuat tas,

Page 22: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

keranjang, topi dan lain-lain.

Secara Umum, HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk

dimanfaatkan oleh masyarakat, dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai

berikut :

1.   Getah-getahan  : Getah jelutung, getah merah, getah balam, getah

karet alam dll.

2.    Tanin : Pinang, Gambir, Rhizophora, Bruguiera, dll

3.    Resin : Gaharu, Kemedangan, Jernang, Damar mata kucing,

Damar batu, Damar rasak, Kemenyan dll.

4.    Minyak atsiri : Minyak gaharu, Minyak kayu putih, Minyak

Keruing,Minyak lawang, Minyak kayu manis

5.    Madu : Apis dorsata, Apis melliafera

6.    Rotan dan Bambu : Segala jenis rotan, Bambu dan Nibung

7.    Penghasil Karbohidrat : Sagu, Aren, Nipah, Sukun dll

8.    Hasil Hewan : Sutra alam, Lilin lebah, Aneka hewan yang tidak

dilindungi

9.    Tumbuhan Obat dan Tanaman Hias : Aneka tumbuhan obat dari hutan, anggrek

hutan, palmae, pakis dll

3.6. Peranan HHBK

Peranan HHBK dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pelestarian

lingkungan (termasuk mencegah bencana banjir dan tanah longsor di musim

penghujan serta kekeringan dan kebakaran hutan/lahan di musim kemarau) adalah:

a. HHBK dapat menyediakan berbagai kebutuhan untuk menunjang kehidupan

masyarakat lokal.

b. Pengusahaan HHBK menimbulkan dampak terhadap lingkungan hutan yang

jauh lebih kecil dibandingkan dengan pembalakan hutan (pemanenan kayu),

sehingga memberikan model pengelolaan hutan yang lebih menunjang upaya

pelestarian.

Page 23: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

c. Peningkatan nilai komersial HHBK akan berdampak pada peningkatan nilai

hutan baik pada masyarakat lokal maupun skala nasional.

Secara umum peranan HHBK dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Peranan HHBK terhadap aspek ekologis

Dalam ekosistem hutan, HHBK merupakan bagian dari ekosistem hutan.

Beberapa hasil HHBK diperoleh dari hasil pohon, misalnya getah-getahan, tanin

resin dan minyak atsiri. Sedangkan selebihnya dari palm, hasil satwa ataupun

anggrek. Untuk pohon seperti gaharu (Aquilaria malaccensis), dalam ekosistem

memiliki peranan sebagai pohon dominan dengan ketinggian mencapai 30 – 40

m. Palm berupa sagu, nipah, dll merupakan bagian dari ekosistem yang

berfungsi menjaga abrasi oleh sungai atau laut.

b. Peranan HHBK terhadap ekonomi rumah tangga

HHBK dapat menjaga adanya kestabilan pendapatan dan resiliensi

(kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi di luar sistem hutan rakyat.

Resiliensi adalah suatu tingkat kelenturan dari sumber pendapatan terhadap

adanya perubahan pasar. Contohnya adanya perubahan nilai tukar mata uang.

Pada saat terjadi krisis moneter, HHBK memiliki peran yang besar terhadap

pendapatan rumah tangga dan devisa negara, karena HHBK tidak menggunakan

komponen import dalam memproduksi hasil.

c. Peranan HHBK terhadap pembangunan wilayah

Dengan pengaturan terhadap HHBK baik dari proses produksi, pengolahan

dan pemasaran, semua dapat dilakukan oleh masyarakat, sehingga income

(pendapatan) dari kegiatan tersebut masuk dalam wilayah produsen. HHBK

seperti getah damar, telah dapat menjadi sektor basis. Dengan adanya kegiatan

produksi dan pengolahan maka terjadi penyerapan tenaga kerja yang besar

Bab IV

PENUTUP

Page 24: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpukan bahwa :

a. Hutan adalah masyarakat tumbuhan yang kompleks, terdiri dari pepohonan,

semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah dan hewan.

b. Hutan terbagi dari beberapa jenis

c. Definisi Hasil Hutan Non Kayu adalah hasil-hasil biologi selain kayu yang

diperoleh dari hutan.

d. Contoh yang dimaksudkan dengan hasil hutan bukan kayu adalah hasil-hasil

yang dapat dimakan (seperti kacang-kacangan, jamur, buah, herba, bumbu

dan rempah-rempah, tanaman beraroma, dan satwa), serat (yang digunakan

untuk konstruksi, mebel, pakaian dan perkakas), damar, resin, serta hasil

tanaman dan binatang yang digunakan untuk obat, kosmetik dan kepentingan

budaya.

e. Peranan HHBK dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pelestarian

lingkungan (termasuk mencegah bencana banjir dan tanah longsor di musim

penghujan serta kekeringan dan kebakaran hutan/lahan di musim kemarau)

adalah

4. 2 Saran

Hutan merupakan salah satu unsur penopang kehidupan bagi seluruh makhluk hidup

di bumi, jadi sebaiknya kita sebaiknya memanfaatkannya dengan sebaik baiknya

terutama membudidayakan hasil hutan non kayu untuk meningkatkan komoditi

ekspor bagi negara .

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Makalah Asistensi Ekonomi Pertanian

Departemen Kehutanan (DEPHUT). 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun

2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web

%20HHBK Diakses 19 Oktober 2013

Djajapertjunda, S., dan L.Sumardjani, 2001.  Hasil Hutan Non-Kayu : Gambaran Masa

Lampau untuk Prospek Masa Depan. Makalah Untuk Kongres Kehutanan Indonesia

III.

Ngakan, P.O. dan A.Achmad, 2005.  Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap

Penghidupan Masyarakat Hutan : Studi Kasus Di Dusun Pampli Kabupaten Luwu

Utara.  Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sudarmalik. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan

Sumatera Barat. Fakultas Kehutanan IPB dan The Ford Foundation. Bogor

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 199-219