kapita selekta ekonomi pertanian

Upload: febbry-andari

Post on 11-Jul-2015

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian pada sektor pertanian terutama pada masyarakat pedesaan yang mempunyai ikatan kekeluargaan yang kuat dalam kehidupan bersama. Gotong royong dan tolong menolong mewarnai kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan satu kesatuan dalam bidang ekonomi yang homogen. Mayoritas petani sebagai mata pencaharian utama mewarnai keadaan masyarakat di pedesaan. Ekonomi pertanian merupakan ilmu ilmu ekonomi yang berusaha mengungkapkan masalahmasalah pembangunan pertanian yang diharapkan dapat memberi alternatif-alternatif baru agar pertanian di Indonesia bisa lebih maju dan berkembang. Pembangunan ekonomi masyarakat desa perlu diutamakan karena kita tahu bahwa banyak sumbangan masyarakat desa bagi perekonomian negara baik dari potensi SDM maupun dari SDA-nya bagi pendapatan nasional dan pembangunan nasional. Sedangkan dari usahatani yang dijalankan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan terutama padi dan palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Keadaan perekonomian masyarakat desa yang mayoritas petani cukup menarik untuk dikaji, apalagi dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini merupakan hal menarik untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian di desa menjadikan pertanian sebagai sektor utama penopang kehidupan. Mahasiswa perlu mengetahui secara langsung keadaan petani secara menyeluruh baik dari segi ekonominya maupun dari segi kegiatan pertaniannya. Dalam upaya mendapatkan suatu pengtahuan atau informasi yang dibutuhkan tidak hanya mengandalkan teori yang kita peroleh dalam suatu perkuliahan tetapi informasi atau pengetahuan tersebut akan lebih kuat kebenarannya apabila kita melakukan praktek lapangan. Oleh karena itu maka dilaksanakan praktikum Kapita Selekta Ekonomi Pertanian yang diadakan di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, khususnya kelompok kami yang melaksanakan praktikum di desa Gerdu, dusun Popongan. Praktikum ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi social ekonomi desa, pola kehidupan masyarakat desa dan sebagainya. Mahasiswa dituntut untuk mengerti dan memahami bagaimana pola kehidupan masyarakat pedesaan baik ekonomi, pola konsumsi maupun pekerjaan. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah. Sehingga kita sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa pertanian dapat mengerti pola kehidupan masyarakat desa, perekonomian desa, karakteristik desa, dan rumah tangga pedesaan. B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Kapita Selekta Ekonomi Pertanian 1. Tujuan praktikum Kapita Selekta Ekonomi Pertanian a. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan dan penghidupan rumah tangga podesaan, serta diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik desa dan karakteristik rumah tangga pedesaan. b. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi pendapatan rumah tangga dari berbagai sumber pendapatan, konsumsi serta peluang menabung dan investasi. 2. Kegunaan praktikum a. Bagi pemerintah daerah, sebagai sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi pedesaan dengan rumah tangga yang ada di dalamnya. b. Bagi fakultas, sebagai kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian. c. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Kapita Selekta Ekonomi Pertanian semester 3.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pedesaan Desa sebagai suatu perhimpunan dari keluarga-keluarga dan merupakan masyarakat terbanyak di negeri ini, menurut penelitian dan pengamatan para ahli masih berada di bawah garis kehidupan yang sejahtera. Jangankan sejahtera, ditingkat hidup wajar saja masih belum terpenuhi. Beberapa ahli malah menyatakan bahwa masih banyak penduduk desa yang berada di bawah garis kemiskinan (Sastrosupono dan Pangripto, 1994). Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di sekitar lokasi itu, misalnya di dekat pantai diusahakan usaha perikanan seperti usaha tambak ikan. Di dataran rendah mungkin dapat diklasifikasikan menjadi dataran rendah yang beririgasi dan tidak beririgasi atau lahan tegalan di dataran rendah (Dummairy, 1997). Di dalam masyarakat pedesaan yang berdasarkan cocok tanam, orang biasa bekerja keras dalam masa-masa tertentu tetapi mengalami kelegaan bekerja dalam masa-masa yang lain dalam rangka satu satu lingkaran pertanian. Di dalam masa yang paling sibuk tenaga keluarga batih atau keluarga luas biasanya tidak cukup untuk dapat menyelesaikan segala pekerjaan di lading atau di sawah sendiri. Dimasa-masa serupa itu orang dapat menyewa tenaga tambahan atau meminta bantuan tenaga dari sesama warga desa (Sajogyo, 1992). B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani Transformasi pertanian tradisional di negara-negara sedang berlangsung melalui bebberapa tahap, dalam tahap pertama kita biasanya melihat usaha pertanian subsistensi yang tahap-tahap ini para petani memproduksi kebutuhan konsumsi mereka sendiri. Sasaran utama produksi adalah memperbesar peluang untuk tetap hidup. Dalam tahap kedua dapat disaksikan tumbuhnya usaha pertanian campuran dimana para petani memproduksi sebagian untuk keluarga dan sebagian untuk pasar (Gerardo, 1991). Rendahnya produksi pertanian tidak hanya disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk dibandingkan luas tanah yang tersedia., tetapi juga karena teknologi yang dipergunakan di sektor pertanian di negara-negara berkembang itu sering kali masih rendah atau bahkan primitif. Organisasi atau pengelolaannya juga buruk dan hal ini diperburuk lagi dengan masih sangat terbatasnya kualitas input modal fisik dan manusia. Keterbelakangan teknologi itu sendiri disebabkan pertanian Dunia Ketiga hanya digarap oleh petani-petani kecil non komersial (Todaro, 1998). Kesuburan lahan dapat dipertahankan dengan irigasi dan drainase, dengan pergiliran tanam dan pemerasan dan dengan pemupukan sudah barang tentu. Usaha-usaha serupa itu adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan perbaikan mutu lahan dan mungkin sudah terangkum dalam pengertian modal. Bila hasil yang diperoleh dari lahan tinggi maka modal yang ditanam untuk kegiatan tersebut banyak dilakukan tidak saja untuk melestarikan lahan yang sudah ada dan yang ini ditanami, melainkan juga untuk membuka lahan baru walaupun kesuburannya lebih rendah untuk dijadikan lahan pertanian (Sicat dan Arndt, 1992). C. Pendapatan Penduduk Pedesaan Ada dua cara menghabiskan pendapatan yang siap dibelanjakan. Pertama, pembelanjaannya untuk barang konsumsi. Kedua, tidak membelanjakan atau ditabung. Menabung dapat berarti

menyimpan pendapatan (Sicat dan Arndt, 1992). Pendapatan kotor usaha tani adalah nilai produk total usaha tani dalam waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual dengan istilah lain bahwa pendapatan kotor usaha tani merupakan penerimaan kotor usaha tani. Dalam interaksi pendapatan faktor semua komponen produk yang dengan harga pasar (Soekartawi et.al, 1994). Pada umumnya keluarga petani mempunyai penghasilan yang tidak berwujud uang, jauh lebih besar daripada keluarga dari yang bukan pertanian. Kenyataan hampir semua keluarga petani mengkonsumsi hasil yang diproduksi di pertanian itu (Biskop dan Toussaint, 1999). D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsimsi digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu konsumsi untuk bahan makanan dan konsumsi untuk bukan bahan makanan, alokasi pengeluaran untuk makanan, untuk kalangan petani pengeluaran konsumsi untuk makanan lebih besar disbanding pengeluaran untuk kelompok bukan makanan (Soekartawi, 1993). Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60 % pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan pangan, dimana padi-padian merupakan 23 % dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan 11 % bagi rumah tangga perkotaan. Telaah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40 % penduduk berpendapatan terendah masih sangat menonjol, yaitu 30 % dari total pengeluaran (Anwar et.al, 1993). Tabungan merupakan unsur penting proses pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tabungan kemungkinan terjadinya penanaman modal. Penanaman modal memperbesar kapasitas produksi pertanian. Tabungan menyediakan sumbangan yang membuka peluang berlangsungnya penanaman modal (Sicat dan Arndt, 1992). 1. METODOLOGI E. Penentuan Sampel 1. Sampel Desa Penentuan desa praktikum secara purposive (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa yang ada dalam kecamatan terpilih, yaitu Dusun Popongan, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 2. Sampel Responden Dalam hal ini penentuan responden dengan cara purposive sampling yaitu diambil beberapa dusun yang dipilih secara sengaja yang dianggap mewakili karakteristik desa yaitu dusun Popongan, Pakel dan Ngroto. B. Data yang Dikumpulkan 3. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden atau petani sample, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian. 4. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu instansi misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian, Kantor Statistik, Kecamatan, dan lain-lain. F. Metode Analisis Data Analisis yang digunakan pada praktikum Kapita Selekta Ekonomi Pertanian ini adalah: 1. Analisis prosentase yaitu data dibagi dalam beberapa kelompok yang dinyatakan atau diukur dalam prosentase. Dengan cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya atau sebaliknya.

2. Tabulasi silang yaitu merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara variable satu dengan yang lainnya. 3. Angka rata-rata yaitu merupakan angka untuk mengetahui tafsiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik. III. HASIL DAN ANALISIS DATA A. Karakteristik Desa 1. Penduduk a. Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga Tabel 4.1.1.1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Keterangan Jumlah 1. Penduduk 2969 2. Kepala Keluarga Sumber : Monografi Desa Gerdu Dari data tersebut dapat diketahui jumlah penduduk Desa Gerdu pada tahun 2003/2004 sebanyak 2969 jiwa sedang jumlah kepala rumah tangganya tidak diketahui karena tidak tercantum didalam data monografi desa Gerdu. b. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin Tabel 4.1.1.2. Jumlah Penduduk Desa Gerdu Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2003/2004 Klasifikasi No. Jenis Kelamin Jumlah % Umur Pria Wanita 1 0-14 539 541 1080 36,37 2 15-65 888 915 1803 60,72 3 65 ke atas 37 49 86 2,91 Jumlah 1464 1505 2969 100 Sumber : Data Sekunder Dari data diatas dapat diketaahui jumlah penduduk anak- anak ( 0 14 ) sebanyak 1080 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk dewasa ( 14 < ) sebanyak 1889 jiwa. Dari data di atas dapat dicari angka beban tanggungan tahun 2003/2004. ABT ( Angka Beban Tanggungan ) adalah ukuran umur yang digunakan untuk menentukan angka ketergantungan atau depency ratio . Angka ini didapat dari hasil bagi antara jumlah mereka yang tergantung dari oleh jumlah mereka yang menghasilkan , rumusan angka ketergantungan adalah : ABT = Usia nonproduktif 100 % Usia produktif ABT = 1080+86 X 100 % 1803 ABT = 1166 X 100 % 1803 ABT = 64,66 % 65 % Hal ini berarti setiap 100 golongan usia produktif menanggung 65 golongan usia nonproduktif. Selain itu dari data diatas dapat pula diketahui angka Sex Ratio yaitu merupakan perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita, rumusan untuk angka

Sex Ratio adalah : Sex ratio = penduduk pria penduduk wanita = 1464 X 100 % 1505 = 97,27 % Hal ini berarti dalam 100 orang penduduk wanita terdapat 97 orang penduduk pria. c. Jumlah penduduk menurut pendidikan Tabel 4.1.1.3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah % Pria Wanita 1 Sekolah Dasar 1825 61 2 SLTP 261 8 3 SLTA 75 3 Perguruan 4 12 1 Tinggi/Akademi Tidak sekolah dan 5 796 27 belum sekolah Jumlah 2969 100 Sumber : Data Sekunder Dari data diatas dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Gerdu dapat digolongkan rendah, ini terbukti dari jumlah lulusan SD yang menempati porsentase yang tinggi yaitu sebesar 61 % sebanyak 1825 orang kemudian disusul oleh tidak bersekolah dan belum bersekolah dengan porsentase 27 % sebesar 796 orang. d. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Tabel 4.1.1.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Mata Pencaharian Jenis Kelamin Jumlah % Pria Wanita 1 Petani sendiri 467 25 2 Buruh tani 846 45 3 Buruh bangunan 37 2,5 4 Buruh pabrik 5 Buruh lainnya 6 Pedagang/bakul 58 3 7 Tukang ojek 8 Sopir/kenek 25 1 9 PNS/ABRI 25 1 10 Pensiunan 11 0,5 11 Lainnya 420 22 Jumlah 1889 100 Sumber : Data Sekunder Di desa Gerdu ini mayoritas penduduknya dapat digolongkan bermata pencaharian sebagai petani baik sebagai petani pengarap lahannya sendiri ataupun sebagai buruh tani, dengan porsentase yang bekerja di lahan sendiri 25 % sebesar 467 orang dan yang X 100 %

bekerja sebagai buruh tani dengan porsentase 45 % sebesar 846 orang.

2. Tata guna lahan Tabel 4.1.2. Tata Guna Lahan Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) % 1 Sawah 921.140 24 2 Tegalan 1.435.750 37,3 3 Pekarangan 1.490.570 38,7 Luas Seluruhnya 3.847.460 100 Sumber : Data sekunder Tata guna lahan di desa Gerdu terdapat 3 jenis macam garapan tanah yaitu sawah, tegal, dan pekarangan. Penggunaan terbesar adalah pekarangan yaitu 1.490.570 ha atau sekitar 38,7 %, sedangkan penggunaan terkecil adalah untuk lahan sawah yaitu 921.140 ha atau sekitar 24 %. 3. Pertanian a. Jenis tanaman, luas panen dan produksi lahan pertanian umum Tabel 4.1.3.1. Jenis Tanaman, Luas Panen dan Luas Produksi Lahan Pertanian Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Luas No. Jenis Tanaman Uraian Seluruhnya % (Ha) Luas Jumlah Panen Produksi (Ha) (ton) 1 Padi sawah 92 2 Jagung 87 3 Ubi kayu 78 Jumlah 257 Sumber : Data sekunder Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa Gerdu lebih banyak menanam padi di sawah, menanam jagung dan ubi kayu pada lahan tegal dan pekarangan. b. Pekarangan dan penggunaannya Dari seluruh penduduk yang ada, baik keluarga miskin dan yang tidak miskin hampir semuanya memiliki pekarangan yang seluruhnya seluas 1.490.570 ha. Pekarangan tersebut biasanya ditanami palawija seperti ubi kayu dan jagung, dan sayuran juga tanaman obat-obatan. Namun tidak seluruhnya dari pekarangan yang dimiliki ditanami tanaman yang menghasilkan. Ada juga yang memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman hias dan tanaman buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri. c. Peternakan Tabel 4.1.3.2. Jenis dan Jumlah Ternak yang Diusahakan di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Ternak Jumlah % 1 Sapi 193 4,5 2 Kambing 1258 29,2 3 Ayam kampung 2853 66,3

Jumlah 4304 100 Sumber : Data sekunder Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk lebih banyak memelihara ayam kampung daripada ternak yang lain yang ditunjukan melalui porsentase sebesar 66,3 % dengan jumlah 2853 ekor. Hal ini dikarenakan pemeliharaan ayam kampung cukup mudah dan sifatnya hanya sebagai sampingan. Selain ternak tersebut berumur pendek bila dibandingkan dengan ternak yang lain dan pemeliharaannya pun lebih mudah. Sehingga ayam kampung lebih cepat dijual untuk kebutuhan yang sifatnya mendadak atau sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 4. Kegiatan sosial ekonomi pertanian a. Pasar, kios/toko/warungan dan bakul keliling Tabel 4.1.4.1. Jumlah Pasar, Kios dan Sarana Perekonomian di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah % 1 Toko 1 100 Jumlah 1 100 Sumber : Monografi Desa Gerdu Berdasarkan tabel di atas sarana perekonomian hampir tidak ada, disini hanya tercantum 1 buah toko. Keberadaan toko ini hanya menyediakan barang-barang tahan lama karena untuk barang yang tahannya harian seperti sayur, buah biasanya ada pedagang sayur keliling yang berasal dari luar desa atau biasanya tercukupi dari lahan pekarangan petani sendiri. Tidak adanya pasar pada desa ini menyebabkan petani harus pergi ke pusat kota untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari atau untuk menjual hasil pertanian. b. Prasarana dan sarana transportasi Tabel 4.1.4.2. Prasarana dan Sarana Transportasi di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Prasarana dan Sarana Jarak % Transportasi (km) 1 Jalan desa aspal 5 100 Jumlah 5 100 Sumber : Monografi Desa Gerdu Berdasarkan data di atas maka kita dapat melihat bahwa jalan-jalan di desa Gerdu sudah diaspal walaupun tidak begitu bagus pengaspalannya. Namun dari pengamatan praktikan jalan-jalan pedesaan dan jalan-jalan lain sudah cukup baik. Pada desa Gerdu juga dapat ditemui adanya jembatan yang berjumlah 5 dan sungai-sungai. c. Komunikasi Tabel 4.1.4.3. Jumlah Sarana Komunikasi di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Alat Komunikasi Jumlah % 1. Handphone 17 16,66 2. Televisi 47 46,07 3. Radio 38 37,27 Jumlah 102 100 Sumber : Monografi Desa Gerdu Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah alat komunikasi di desa Gerdu yang paling banyak adalah televisi dengan porsentase sebesar 46,07 % sebanyak 47 buah disusul dengan kepemilikan radio dengan porsentase sebesar 37,27 % sebesar 38 buah. Sedangkan kepemilikan Hp masih sangat sedikit, hal ini disebabkan karena sebagian besar yang memilikinya adalah keluarga mampu yang menggunakannya untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari. d. Pendidikan dan kesehatan

Tabel 4.1.4.4. Jumlah dan Sarana Pendidikan di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Sarana Pendidikan Jumlah % 1 SD 2 100 2 Lain Jumlah 2 100 Sumber : Monografi Desa Gerdu Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan di desa Gerdu ini masih sangat terbatas. Sarana pendidikan yang tersedia hanya SD yang berjumlah 2. untuk sarana pendidikan yang lain berada di kecamatan sehingga anak usia sekolah harus sekolah jauh dari luar desa dan harus mengeluarkan biaya transportasi sehingga biaya pendidikan pun semakin besar. Tabel 4.1.4.5. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah % 1. Polindes 1 33,33 2. Puskesmas 1 33,33 3. Bidan 1 33,33 Jumlah 3 100 Sumber : Monografi Desa Gerdu Dari data di atas dapat dilihat bahwa di desa Gerdu terdapat satu Puskesmas yang merupakan sarana kesehatan utama bagi masyarakat setempat khususnya yang masuk kategori miskin karena dinilai lebih murah dan cocok. Bagi masyarakat yang tidak cocok dengan pelayanan puskesmas harus pergi keluar desa untuk mencari dokter karena tidak adanya praktek dokter di desa Gerdu. Adanya bidan juga menjadi sarana kesehatan bagi masyarakat setempat. e. Penyediaan sarana produksi pertanian Berdasarkan data monografi desa dan hasil pengamatan, di desa Gerdu tidak terdapat saprotan. Hal ini karena desa Gerdu tidak berlaku sebagai pusat kegiatan ekonomi antar dusun. Karena alasan inilah tidak ditemukan saprotan di dusun ini. Dan para petani memperoleh sarana pertaniannya dari toko yang ada diluar desa atau di kecamatan Karangpandan. f. Upaya pengentasan kemiskinan Sejak tahun 1998 pemerintah telah memberi bantuan pada penduduk yang tidak mampu berupa beras untuk keluarga miskin (Raskin) untuk masing-masing KK sebesar 2-3 kg dengan harga Rp. 1.000,00 tiap kg dengan tujuan membantu penduduk yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain bantuan beras miskin, penduduk desa Gerdu juga menerima bantuan air secara gratis dengan program P3IDT dari pemerintah. B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 1. Identitas responden a. Status rumah tangga dan jumlah anggota keluar Tabel 4.2.1.1.. Status Rumah Tangga dan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Status Rumah Tangga Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1 Kuli Kenceng 1 10 5 50 2 Kenceng 7 70 1 10 3 Magersari 2 20 4 40 Jumlah 10 100 10 100 Sumber : Analisis Data Primer

Dari table di atas dapat diketahui bahwa status rumah tangga responden di dusun Popongan kebanyakan berstatus setengah kenceng yang berjumlah 8 responden (dari responden miskin dan tidak miskin). Yang berarti mereka mempunyai rumah dan pekarangan tetapi mereka tidak mempunyai lahan utama usaha tani. Sedangkan status lain yaitu kuli kenceng berjumlah 6 responden (dari data miskin dan tidak miskin) dan magersari juga berjumlah 6 responden (dari data miskin dan tidak miskin). Hal ini dapat disimpulkan bahwa status rumah tangga di dusun Popongan kebanyakan mempunyai rumah dan pekarangan tetapi tidak mempunyai sawah atau tegal. Tabel 4.2.1.2. Jumlah Anggota Keluarga Rumah Tangga Responden Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Miskin Tidak Miskin Anak Anak Anak Sua Anak lakiIstri Perempua Suami Istri Laki- Perempua mi laki n laki n 9 10 17 8 10 10 10 10 X 0.9 1 1,7 0,8 1 1 1 1 Sumber : Analisis Data Primer Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada keluarga miskin di desa Gerdu ratarata memiliki anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuannya, hal ini terlihat dari jumlah anak laki-laki sebesar 17 orang dan anak perempuan yang hanya 8 orang. Sedangkan pada keluarga tidak miskin jumlah anak laki-laki dan anak perempuan berimbang yaitu rata-rata masing-masing satu untuk tiap keluarga. b. Umur suami (KK) dan umur istri Tabel 4.2.1.3. Umur Suami dan Umur Istri Responden Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Interval Umur Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1 25-35 5 25 2 10 2 36-40 2 10 2 10 3 41-45 5 25 11 55 4 46-50 1 5 4 20 5 51-55 1 5 1 5 6 56-60 4 20 7 61-65 1 5 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa umur pasangan suami-istri pada responden miskin paling banyak berada pada interval umur 25-35 dan 41-45 hal ini ditunjukkan dengan porsentase sebesar 25 % sebanyak 5 orang untuk masing-masing interval umur. Sedangkan pada responden tidak miskin paling banyak pada interval umur 41-45 denagn porsentase sebesar 55 %. Hal ini berarti lebih banyak terdapat pasangan yang berusia tua pada responden tidak miskin. c. Pendidikan suami dan istri Tabel 4.2.1.4. Pendidikan Suami dan Istri Responden Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Tingkat Pendidikan Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1. Tidak Sekolah 8 40 2. SD 12 60 4 20 3. SLTP 1 5 4. SLTA 6 30 5. Perguruan Tinggi 9 45

Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel dapat dilihat bahwa pada responden miskin, pendidikan suami istri yang paling banyak hanya sampai tingkat Sekolah Dasar sebesar 60 % sebanyak 12 orang, sehingga dapat kita simpulkan bahwa tingkat pendidikan pada keluarga miskin masih sangat rendah. Sedangkan pada keluarga tidak miskin kebanyakan mereka mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi yang ditunjukkan dengan jumlah porsentase sebesar 45 % sebanyak 9 orang. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan keluarga tidak miskin sangat tinggi karena mereka memiliki cukup uang untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. d. Lama menikah dan pengalaman menggarap tanah Tabel 4.2.1.5. Lama Menikah dan Pengalaman Menggarap Lahan Rumah Tangga Responden Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Interval Tahun Miskin Tidak Miskin Lama Pengalaman Lama Pengalaman Menikah Menggarap Menikah Menggarap 1. 10 20 5 2 6 2. 21 30 3 4 4 1 3. 31 40 2 1 4. 41 50 3 Jumlah 10 10 10 1 Sumber : Analisis Data Primer Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada responden miskin, usia pernikahan mereka paling banyak pada interval 10-20 tahun sebanyak 5 responden dan pengalaman menggarap sawah pada interval 21-30 tahun sebanyak 2 responden. Hal ini berarti bahwa petani (suami) mulai menggarap lahan sawah sejak mereka belum menikah dan melanjutkannya usaha pertaniannya setelah mereka menikah. Sedangkan pada responden tidak miskin, didapat data bahwa usia pernikahan yang paling banyak adalah pada interval 10-20 tahun sebanyak 6 responden dan didapatkan pengalaman menggarap sawah hanya 1 orang yaitu pada interval 21-20 tahun.

e. Jenis pekerjaan yang menghasilkan Tabel 4.2.1.6. Jenis Pekerjaan Rumah Tangga Responden yang Menghasilkan di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 N Jenis Miskin Tidak Miskin o. Pekerjaan a b c d e a b c d e 1. Dilahan usaha tani utama a.lahan utama 6 7 3 1 1 2 1 b.menyakap 1 1 ternak c.buruh tani 4 1 1 2. Diluar usaha tani a.bakul 1 warungan b.buruh 1 1 bangunan c.PRT di 1 desa/kota d.PNS/ 7 4 pensiunan/ ABRI e.perangkat 1 desa f.sopir/kenek 3. Lainnya 2 2 2 2 2 Jumlah 13 11 5 1 2 11 9 2 1 Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : a : Suami b : Istri c : Anak Laki-laki d : Anak Perempuan e : Lainnya Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden miskin bekerja di lahan usaha tani utama walaupun mereka hanya bekerja sebagai buruh tani. Sedangkan pada responden tidak miskin hampir seluruhnya bekerja di pemerintahan sebagai pegawai negeri sipil.

2. Penguasaan aset rumah tangga a. Luas sawah, tegal, pekarangan dan bangunan Tabel 4.2.2.1. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan, Tanah dan Bangunan Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Aset Rumah tangga Miskin Tidak Miskin Luas rataLuas (ha) Luas rata-rata Luas (ha) rata 1. Sawah 0,087 0,0087 4,492 0,4492 2. Tegal 0,2385 0,02385 0,175 0,0175 3. Pekarangan 0,4415 0,04415 0,03102 0,03102 4. Bangunan 0,1343 0,01343 0,04642 0,04642 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada responden keluarga miskin kebanyakan memiliki lahan tegal yaitu seluruhnya seluas 0,2385 ha dan kebanyakan ditanami sendiri. Pada responden keluarga tidak miskin luas yang paling besar adalah lahan sawah sebesar 4,492 ha dimana 2,5 ha-nya dikuasai oleh satu pemilik yaitu Pak Siswogiyanto sedangkan sisanya dimiliki keluarga lain untuk digarap sendiri dan disewakan pada pihak lain dengan membayar pada awal sewa. Untuk lahan tegal dan pekarangan tidak digunakan sebagai sumber pendapatan utama, kebanyakan hanya dibiarkan bero (keadaan tidak ditanami) atau ditanami palawija untuk konsumsi seharihari.

b. Keadaan bangunan rumah Tabel 4.2.2.2. Keadaan Bangunan Rumah Responden Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Jenis Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin 1. Kerangka: a. Kayu Jati 9 b. Kayu tahun 9 1 c. Bambu 1 2. Dinding: a. Kayu jati b. Kayu tahun 2 c. Bambu d. Tembok 8 10 e. Lain Atap: a. Genting 10 10 3. b. Seng c. Asbes d. Lain Lantai: a. Ubin 2 4. b. Plester 7 1 c. Kayu d. Tanah 3 e. Keramik 7 Jumlah 42 40 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden keluarga miskin menggunakan kayu tahunan sebagai kerangka rumah karena dinilai lebih murah. Sedangkan dindingnya sebagian besar sudah terbuat dari tembok dan beratap genting dengan lantai yang kebanyakan sudah diplester. Pembangunan rumah bagi responden miskin ini dengan sistem sambatan yaitu dimana bagi penduduk yang tidak mampu dibantu dalam pembangunan rumahnya oleh warga dalam satu desanya dengan dana yang berasal dari masyarakat desa tersebut. Namun pembangunan rumah ini hanya sekedar dibantu dalam membangun tembok rumahnya saja. Sedangjan pada responden keluarga tidak miskin kerangka sudah terbuat dari kayu jati dan hanya satu yang masih menggunakan kayu tahunan. Dinding sudah permanen dari tembok dan beratap genting dengan lantai yang sebagian besar sudah berkeramik. c. Pemilikan radio, TV, kamar utama dan kursi tamu Tabel 4.2.2.4. Pemilikan Radio, TV, Kamar Utama dan Kursi Tamu Rumah Tangga Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004

Punya Tidak Punya Jumlah Jumlah % Jumlah % Radio 6 60 4 40 10 TV 5 50 5 50 10 Kamar utama 9 90 1 10 10 Kursi tamu 10 100 10 Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kelompok KK miskin juga berminat pada kepemilikan alat komunikasi seperti radio dan televisi. Dengan sarana komunikasi yang cukup memadai ini penduduk dapat dengan mudah memantau segala informasi yang berasal dari kedua alat komunikasi tersebut. Kepemilikan kamar utama dan kursi tamu juga menandakan bahwa kelompok KK miskin telah berusaha memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam jenis kebutuhan tersier, tapi terdapat satu responden yang tidak memiliki kamar urama ini dikarenakan beban tanggungan keluarga yang sangat besar disanping ketidakmamouan kepala keluarga dalam menjalankan tugasnya. Tabel 4.2.2.5. Pemilikan Radio, TV, Kamar Utama dan Kursi Tamu Rumah Tangga Tidak Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Punya Tidak Punya Jumlah Jumlah % Jumlah % TV 10 100 0 10 Radio 10 100 0 10 Kamar utama 10 100 0 10 Kursi tamu 10 100 0 10 Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat diketahui bahwa kelompok KK tidak miskin sangat peduli terhadap kepemilikan alat komunikasi seerti radio dan televisi, selain itu kepemilikan televisi dan radio menandakan tingkat kesejahteraan mereka yang telah mencukupi kebutuhan tersier rumah tangga. Kepemilikan kamar utama dan kursi tamu membuktikan adanya pengorganisasian tata ruang untuk berkumpulnya anggota keluarga ataupun untuk menjamu tamu. d. Bahan bakar memasak dan penerangan rumah Tabel 4.2.2.6. Bahan Bakar Memasak dan Penerangan Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Jenis Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % Bahan Bakar Kayu Bakar 10 50 2 7,1 Minyak Tanah 0 10 35,7 Gas 0 6 21,4 Penerangan Listrik 9 45 10 35,8 Minyak Tanah 1 5 Jumlah 20 100 28 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada kelompok KK miskin sangat tergantung pada kayu bakar sebagai bahan bakar dalam rumah tangganya, hal ini disebabkan oleh mudah dan murahnya dalam mendapatkan kayu bakar, tapi kepemilikan listrik hampir pada semua responden mempunyainya kecuali pada satu KK yang memang kondisi rumah tangganya tidak memungkinkan untuk pengadaan sarana listrik dalam rumah tangganya, pada kelompok KK tidak miskin penggunaan bahan yang digunakan sebagai bahan bakar dapur mencapai porsentase lebih dari 100%, ini memungkinkan karena memang pada kelompok KK tidak miskin menggunakan satu

Keterangan

atau lebih bahan bakar, sedangkan pengadaan listrik pada kelompok KK tidak miskin dapat dikatakan 100% yang memang pada kelompok KK tidak miskin mampu untuk memenuhi kebutuhan sarana tersebut.

e. Pemilikan sumur, kamar mandi, WC dan kondisinya Tabel 4.2.2.7. Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC dan Kondisinya pada Rumah Tangga Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Ada Tidak Permanen Sederhana Jumlah % Jumlah % Sumur 3 7 3 100 Kamar Mandi 10 10 50 WC 10 10 50 Jumlah 23 7 3 100 20 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat diketahui bahwa hampir semua KK miskin mempunyai kamar mandi dan WC sendiri meskipun masih sederhana dengan porsentase sebesar 50 %, tetapi tidak semua KK mempunyai sumur karena memang di desa Gerdu ini sarana air bersih didapatkan dengan bantuan dari pemerintah. Tabel 4.2.2.8. Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC dan Kondisinya pada Rumah Tangga Tidak Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Ada Tidak Permanen Sederhana Jumlah % Jumlah % Sumur 5 5 20 Kamar Mandi 10 10 40 - 0 WC 10 10 40 0 Jumlah 25 5 25 100 5 100 Sumber : Analisis Data Primer Data diatas menyebutkan bahwa kelompok KK tidak miskin semuanya telah mempunyai kamar mandi dan WC sendiri dalam bentuk permanen dengan porsentase sebesar 40 %, sedangkan untuk pengadaan sumur permanen kelompok KK tidak miskin hanya sebagian saja dengan jumlah porsentase sebesar 20 %, umumnya mereka percaya pada penggunaan sarana air bersih dari PAM dan bantuan air dari pemerintah. f. Kepemilikan alat transportasi atau kendaraan Tabel 4.2.2.9. Kepemilikan Alat Transportasi Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Jenis Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % Sepeda 0 6 24 Sepeda motor 0 17 68 Mobil 0 2 8 Jumlah 0 25 100 Sumber : Analisis Data Primer Dengan data diatas dapat disimpulkan bahwa responden miskin tidak mampu mencukupi kepemilikan alat transportasi, biasanya mereka mengunakan jasa transportasi angkutan. Sedangkan untuk responden tidak miskin kepemilikan alat transportasi dapat dikatakan bahwa semua responden memiliki alat transportasi bahkan lebih dari satu sarana transportasi dengan porsentase untuk kepemilikan sepeda sebesar 24 % sebanyak

6 buah, sepeda motor 68 % sebanyak 17 buah dan mobil 8 % sebanyak 2 buah.

g. Kepemilikan aset rumah tangga Tabel 4.2.2.10. Kepemilikan Aset Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Status Harta Miskin Tidak Miskin a b c d a b c d 1. Bawaan suami 0,0875 0,2385 0,04415 - 4,492 0,4175 2. Bawaan istri - 3. Gono gini - 0,05582 4. Lainnya Jumlah 0,0875 0,2385 0,04415 - 4,492 0,4175 0,05582 Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : a. sawah b. tegal c. pekarangan d. lainnya Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pada responden miskin, seluruh kepemilikan aset rumah tangga merupakan bawaan suami baik itu sawah, tegal ataupun pekarangannya yaitu sebesar 0,0875 ha; 0,2385 ha dan 0,04415 ha. Sedangkan pada responden tidak miskin, untuk aset sawah dan tegal merupakan bawaan suami sebesar 4,492 ha dan 0,4175 ha. Aset pekarangan merupakan aset gono gini dimana aset tersebut merupakan milik berdua (pasangan suami istri) dengan luas sebesar 0,05582 ha. 3. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan Tabel 4.2.3.1. Akses Terhadap Pendidikan Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun2003/2004 Tingkat pendidikan Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % SD 16 69,6 5 25 SLTP 6 26 5 25 SMU 1 4,4 5 25 PT/AKADEMI 5 25 Jumlah 23 100 20 100 Sumber : Analisis Data Primer Dengan adanya data diatas dapat kita simpulkan bahwa orientasi terhadap pendidikan pada responden miskin adalah mereka tetap berusaha menyekolahkan anak- anak mereka agar pandai tapi karena terbentur pada biaya biasanya hanya pada jenjang pendidikan dasar dengan porsentase yang paling besar yaitu sebesar 69,6 %; sedangkan pada responden tidak miskin selain agar anak- anak pandai mereka berorientasi pada pendidikan demi masa depan anak- anaknya agar lebih berpeluang dalam meningkatkan kesejahteraan anak- anak mereka kelak di kemudian hari dengan porsentase masing-masing 25 % untuk tiap jenjang pendidikan.

Tabel 4.2.3.2. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1. Puskesmas 9 69,2 2. Dokter 3 23 10 100 3. Bidan 1 7,8 Jumlah 13 100 10 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa pada responden miskin lebih memilih jasa puskesmas atau bidan dibandingkan dengan dokter, karena memang biaya yang ditanggung pada puskesmas atau bidan lebih murah,hal ini ditunjukkan dengan porsentase berobat ke puskesmas sebesar 69,2 %. Sedangkan pada responden yang tergolong tidak miskin mereka seluruhnya lebih mempercayakan pada dokter karena lebih terpecaya dan cepat dalam pelayanan dengan porsentase sebesar 100 %. 4. Pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga responden Tabel 4.2.4.1. Pemanfaatan Tenaga Kerja Rumah Tangga Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Jenis Kegiatan Jam Kerja / Minggu a % b % c % d % e % 1. Bekerja di lahan tani utama 113 30,3 126 85,7 76 54,6 42 46,1 28 36,8 2. Buruh tani 164 43 14 9,5 14 10 3. Buruh bangunan 45 12 49 35,4 48 63,2 4. PRT di desa/kota 49 53,9 5. Lainnya 51 14,7 7 4.8 Jumlah 373 100 147 100 139 100 91 100 76 100 Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : a. suami b. istri c. anak laki-laki d. anak perempuan e. lainnya Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar waktu dari kepala keluarga responden keluarga miskin yaitu suaminya dihabiskan untuk bekerja sebagai buruh tani dengan porsentase sebesar 43 % dan sisanya digunakan untuk mengurus lahan utama tani yang dimiliki dengan porsentase sebesar 30,3 %. Sedangkan untuk istri, waktunya lebih banyak digunakan untuk mengurus lahan utama tani dengan porsentase sebesar 85,7 %. Sehingga ketika suami sedang bekerja sebagai buruh, lahan utama tani mereka dikerjakan oleh istri. Untuk anak laki-laki, anak perempuan, dan anggota keluarga yang lain seperti anak mantu lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di luar usaha tani utama dan bekerja di luar desanya.

Tabel 4.2.4.2. Pemanfaatan Tenaga Kerja Rumah Tangga Tidak Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Jenis Kegiatan Jam Kerja / Minggu a % b % c % d % e % 1. Bekerja di lahan tani utama 25 6,3 63 19,8 7 5 2. PNS/Pensiunan/ABRI 310 78,6 171 53,7 3. Lainnya 59 15,1 84 26,5 132 95 Jumlah 394 100 318 100 139 100 - Sumber : Analisis Data Primer Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50 % responden tidak miskin bekerja sebagai PNS baik suami ataupun istri yaitu sebesar 78,6 % untuk suami dan 53,7 % untuk istri. Sedangkan yang bekerja di sektor lahan tani utama hanya sedikit hanya 6,3 % untuk suami 19,8 % dan 5 % masingmasing untuk istri dan anak laki-laki. Dan sisanya bekerja sebagai perangkat desa, pegawai yayasan, membuka toko, usaha batik, montir dan swasta. 5. Pola pangan pokok dan frekuensi makan keluarga Masyarakat desa Gerdu seluruhnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya walaupun frekuensi makannya ada yang 2x dalam satu harinya terutama bagi keluarga yang tidak mampu yang penghasilannya sangat minim. Namun demikian bagi keluarga tidak mampu, makan 3x sehari sudah merupakan kebutuhan mereka. Untuk keluarga yang sudah mampu, mereka mengkonsumsi beras 3x dalam satu harinya. C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga 1. Penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani sendiri Tabel 4.3.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri Rumah Tangga Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Sawah (Rp) Tegal (Rp) Pekarangan (Rp) Penerimaan 652.000 2.461.000 1.353.000 Biaya 190.000 382.800 168.000 Pendapatan 462.000 2.078.200 1.185.000 Jumlah Pendapatan 3.263.200 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan yang paling besar di dapatkan dari tegalnya sebesar Rp.2.078.200,00. Karena pada umumnya mereka jarang memiliki sawah sehingga mereka lebih memaksimalkan mengolah lahan tegal dan pekarangannya untuk ditanami tanaman yang menghasilkan misalnya jagung, ubi kayu, tanaman obatobatan dll. Tabel 4.3.2. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri Rumah Tangga Tidak Miskin di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Sawah (Rp) Tegal (Rp) Pekarangan (Rp) Penerimaan 27.440.000 1.865.000 525.000 Biaya 8.916.000 1.089.000 86.150 Pendapatan 18.524.000 776.000 438.850 Jumlah Pendapatan 19.738.350 Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel dapat kita lihat bahwa pendapatan responden tidak miskin sebagian besar berasal dari lahan sawahnya yaitu sebesar Rp.18.524.000,00. Dari responden rumah tangga tidak miskin ini hanya 3 rumah tangga yang menggarap lahan pertaniannya jadi tabel di atas menunjukkan jumlah pendapatan usaha tani dari ketiga rumah tangga tersebut. Mereka ingin mengelola lahan itu sendiri karena mereka sudah berpengalaman menggarap lahan pertanian sebelumnya. 2. Pendapatan dari bekerja pada usahatani lain Tabel 4.3.3. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Ternak di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Miskin Tidak Miskin Sapi Kambing Ayam Jumlah Sapi Kambing Ayam Jumlah Penerimaan 1.500.000 Biaya Pendapatan 1.500.000 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel, hanya keluarga miskin saja yang bekerja pada usahatani ternak (hanya satu rumah tangga) dan itu hanya menyakap dengan sistem maro (bagi dua). Sehingga pendapatan yang diterima sebesar Rp 750.000,00 Tabel 4.3.4. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Kayu-kayuan dan Buruh Tani Rumah Tangga Responden di Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Keterangan Miskin Tidak Miskin Fisik Rupiah Fisik Rupiah Kayu kayuan Buruh Tani 748 kali 9.113.000 Jumlah 748 kali 9.113.000 - Rata-rata 74,8 kali 911.300 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel hanya responden miskin yang bekerja sebagai buruh tani di desa sendiri dan di dalam kecamatan. Pekerjaan sebagai buruh tani itu merupakan pekerjaan yang tidak tetap artinya mereka bekerja jika ada orang yang membutuhkan tenaga mereka untuk menggarap lahan. Rata-rata satu rumah tangga miskin bekerja sebagai buruh sebanyak 75 kali dalam setahun. 3. Pendapatan dari luar pertanian Tabel 4.3.5. Pendapatan dari Luar Usaha Tani Rumah Tangga Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Jenis Pekerjaan Suami (Rp) Istri (Rp) Anak (Rp) Total 1. B 3.600.000 4.050.000 7.650.000 ur 600.000 500.000 uh 4.025.900 1.700.000 5.725.900 ba ng un an 2. P R T di

de sa 3. Lainnya Jumlah 7.625.900 1.700.000 4.650.000 12.920.800 Rata rata 762.590 170.000 465.000 1.292.080 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel diketahui bahwa pendapatan luar usahatani responden rumah tangga miskin terbesar berasal dari buruh bangunan. Umumnya mereka bekerja di proyek-proyek pembangunan yang ada di kota. Mereka bekerja di luar usahatani karena ingin mendapatkan pendapatan lebih untuk mencukupi kebutuhan hidup. Rata-rata pendapatan luar usahatani untuk satu rumah tangga miskin sebesar Rp 1.292.080,00 per tahun.

Tabel 4.3.6 Pendapatan dari Luar Usaha Tani Rumah Tangga Tidak Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Total Jenis Pekerjaan Suami (Rp) Istri (Rp) Anak (Rp) 1. PNS/Pens 82.800.000 63.222.000 - 146.022.000 iunan 41.160.000 41.400.000 4.200.000 86.760.000 2. Lainnya Jumlah 123.960.000 104.622.000 4.200.000 232.782.000 Rata rata 12.396.000 9.322.000 420.000 23.278.200 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel diketahui bahwa pendapatan luar usaha responden rumah tangga tidak miskin terbesar dari PNS/Pensiunan. Pendapatan luar usahatani ini merupakan pekerjaan utama mereka. Rata-rata pendapatan utama responden rumah tangga tidak miskin sebesar Rp 22.078.000,00 per tahun. 4. Total pendapatan rumah tangga responden Tabel 4.3.7 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden Rumah Tangga Miskin DesaTahun 2003/2004 No. Uraian Jumlah Pendapatan 1. Dari Usahatani pangan dan tanaman keras 3.263.200 2. Dari Usahatani Ternak 750.000 3. Dari Usahatani Kayu-kayuan dan Buruh 9.113.000 4. Tani 12.920.800 5. Dari Usaha di Luar Usahatani Dari Usaha Lainnya Jumlah 26.509.000 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel diatas pendapatan 10 responden rumah tangga miskin terbesar didapat dari usaha di luar usahatani yaitu sebesar Rp 12.920.800,00 dari total pendapatan sebesar Rp 26.509.000,00. Tabel 4.3.8 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden Rumah Tangga Tidak Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Uraian Jumlah Pendapatan 1. Dari Usahatani pangan dan tanaman keras 19.738.350 2. Dari Usaha Ternak -

3. 4. 5.

Dari Usaha Kayu-kayuan dan Buruh Tani Dari Usaha di Luar Usaha Tani Dari Usaha Lainnya

232.782.000 -

Jumlah 253.220.350 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas pendapatan 10 responden rumah tangga tidak miskin terbesar didapat dari usaha di luar usahatani yaitu sebesar Rp 232.782.000,00 dari total pendapatan sebesar Rp 253.220.350,00. Dimana pendapatan ini merupakan pendapatan utama 5. Konsumsi rumah tangga responden Tabel 4.3.9 Konsumsi Rumah Tangga Responden Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 Konsumsi Jumlah (Rp) Rata-rata (Rp) % 1. Bahan makanan 16.182.600 1.618.260 61,44 2. Bukan makanan 1.622.500 162.250 6,16 3. Papan, pakaian, dll 8.680.000 868.000 32,4 Jumlah 26.335.300 2.633.530 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel kita ketahui bahwa pengeluaran konsumsi terbesar pada konsumsi bahan makanan yaitu total sebesar Rp 16.182.600,00 dengan porsentase sebesar 61,44 %. Untuk kebutuhan lain pengeluarannya lebih kecil dengan selisih yang sangat mencolok dibanding untuk kebutuhan konsumsi bahan makanan dan hal ini membuktikan bahwa pada keluarga miskin khususnya keluarga petani miskin lebih memprioritaskan kebutuhannya pada kebutuhan bahan makanan. Tabel 4.3.10 Konsumsi Rumah Tangga Responden Tidak Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004. Konsumsi Jumlah (Rp) Rata-rata (Rp) % 1. Bahan makanan 48.670.500 4.867.050 41,15 2. Bukan makanan 34.634.000 3.463.400 29,28 3. Papan, pakaian, dll 34.968.100 3.496.810 29,57 Jumlah 118.272.600 12.999.190 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel dapat kita ketahui bahwa pengeluaran konsumsi terbesar pada konsumsi bahan makanan yaitu total sebesar Rp 48.670.500,00 dengan porsentase sebesar 41,15 %. Untuk kebutuhan lain pengeluarannya lebih kecil dengan selisih yang tidak begitu mencolok dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi bahan makanan. Hal ini membuktikan bahwa pada keluarga tidak miskin tidak hanya memprioritaskan kebutuhan pangannya saja tapi juga kebutuhan sekunder dan tersiernya. 6. Pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi Tabel 4.3.11 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah Tangga Responden Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Keterangan Jumlah Rata-rata % 1. Total Pendapatan 26.509.000 2.650.900 100 2. Pengeluaran a. Bahan Makanan 16.182.600 1.618.260 11,73 b. Bukan Makanan 1.622.500 162.250 6,12 c. Papan, pakaian, dll 8.680.000 868.000 81,49 Total Pengeluaran 26.335.300 2.633.530 (99,34) 3. Tabungan a. Uang 173.700 17.370 0,66

b. Barang Total Tabungan 173.700 17.370 0,66 4. Investasi Sumber : Analisis Data Primer Dari data diatas dapat dilihat bahwa sisa pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dimasukkan sebagai tabungan sebesar Rp.173.700,00 dan tidak ada yang di investasikan.

Tabel 4.3.12 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah Tangga Responden Tidak Miskin Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Keterangan Jumlah Rata-rata % 1. Total Pendapatan 253.220.350 25.322.025 100 2. Pengeluaran a. Bahan Makanan 48.670.500 4.867.050 19,22 b. Bukan Makanan 34.634.000 3.463.400 13,67 c. Papan, pakaian, dll 34.968.100 3.496.810 13,81 Total Pengeluaran 118.272.600 11.827.260 (46,70) 3. Tabungan a. Uang 134.947.750 13.494.775 53,30 b. Barang Total Tabungan 134.947.750 13.494.775 53,30 4.. Investasi Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden keluarga tidak miskin mempunyai jumlah tabungan yang cukup besar yaitu sebesar Rp.134.947.750,00. dari sisa tersebut tidak ada yang di investasikan. 7. Strategi bertahan hidup rumah tangga Tabel 4.3.13 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden Desa Gerdu Tahun 2003/2004 No. Keterangan Miskin Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1. Aktif bekerja di luar pertanian 8 16,6 9 21,4 2. Memanfaatkan bantuan pemerintah 10 20,8 8 19 3. Memanfaatkan bantuan pihak lain 4. Menyesuaikan pengeluaran 10 20,8 10 23,8 5. Menghemat produk 7 14,5 4 9,5 6. Memetik tanaman saudara 7. Berhutang 10 23,8 8. Tidak menyekolahkan anak ke 8 16,6 1 2,3 jenjang lebih tinggi

Menunggu kiriman Memanfaatkan lingkungan 10 20,8 Jumlah 48 100 42 100 Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada responden miskin mempunyai strategi bertahan hidup antara lain dengan aktif bekerja di luar pertanian, memanfaatkan bantuan pemerintah, menyesuaikan pendapatan dengan pengeluaran, menghemat produk/tanaman sendiri, tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi dan memanfaatkan lingkungan. Pada responden tidak miskin juga memiliki strategi bertahan hidup yang sama dengan responden tidak miskin, hanya bedanya responden tidak miskin juga berhutang kepada pihak lain.

9 10.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil dan analisis hasil pengamatan praktikum Kapita Selekta Ekonomi Pertanian di Dusun Popongan Desa Gerdu Kecamatan Karanganyar didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Responden miskin lebih banyak bekerja di lahan usaha tani sendiri dan buruh tani. 2. Responden tidak miskin lebih banyak bekerja di pemerintahan sebagai PNS dan bekerja wiraswasta. 3. Responden miskin lebih banyak memiliki lahan tegal sedangkan yang memiliki lahan sawah hanya sedikit dan luasnya sempit 4. Responden tidak miskin memiliki tabungan dengan jumlah cukup besar, sedangkan rumah tangga miskin hanya memiliki sedikit. B. Saran 1. Hendaknya aparat desa lebih memperhatikan keadaan penduduk desa khususnya bagi penduduk desa yang tidak mampu dengan lebih adil dalam pemberian bantuan khususnya bantuan raskin. 2. Perlunya penyuluihan pertanian serta program sapta usahatani yang intensif untuk meningkatkan produksi pertanian. 3. Perlunya investasi dalam pertanian khususnya sarana dan prasarana alat-alat pertanian

DAFTAR PUSTAKA Anwar, M.A, Faisal H dan Mohammad Iksan. 1992. Prospek Ekonomi Indonesia dalam Jangka Pendek. PT Gramedia. Jakarta. Bishop, C danToussaint, W. D. 1999. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Mutiara. Jakarta. Dummairy.1997.Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta