analisis finansial usaha penggilingan padi (studi …repository.utu.ac.id/699/1/bab i_v.pdf ·...

60
ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI (STUDI KASUS PADA KP. NADINDA DI DESA PASI JAMBU KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT) SKRIPSI OLEH M. RAIS 09C10404086 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI(STUDI KASUS PADA KP. NADINDA DI DESA

    PASI JAMBU KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT)

    SKRIPSI

    OLEH

    M. RAIS09C10404086

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH-ACEH BARAT2013

  • ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI(STUDI KASUS PADA KP. NADINDA DI DESA

    PASI JAMBU KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT)

    M. RAIS09C10404086

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH-ACEH BARAT2013

  • ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI(STUDI KASUS PADA KP. NADINDA DI DESA

    PASI JAMBU KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT)

    DISUSUNOLEH

    M. RAISNIM : 09C10404086

    Skripsi Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

    Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH-ACEH BARAT2013

  • LEMBARAN PENGESAHAN

    Judul Skripsi : Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi (Studi Kasus

    Pada KP. Nadinda Di Desa Pasi Jambu Kecamatan Kaway

    XVI Kabupaten Aceh Barat).

    Nama : M. Rais

    NIM : 09C10404086

    Program Studi : Agribisnis

    Menyetujui,

    Pembimbing Ketua

    Yoga Nugroho, SP,. MM

    Pembimbing Anggota

    Agustiar, SPNIDN : 01-2908-6702

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Diswandi Nurba, S.TP,. M. SiNIDN : 01-2804-8202

    Ketua Prodi Agribisnis

    Yoga Nugroho, SP,. MM

    Tanggal Kelulusan : 23 September 2013

  • LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI

    Skripsi/sebagai tugas akhir dengan judul :

    ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI (STUDI KASUS

    PADA KP. NADINDA DI DESA PASI JAMBU KECAMATAN KAWAY

    XVI KABUPATEN ACEH BARAT)

    Yang disusun oleh :

    Nama : M. Rais

    NIM : 09C10404086

    Fakultas : Pertanian

    Program Studi : Agribisnis

    Telah diperhatikan didepan dewan penguji pada tanggal 23 September 2013 dan

    dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

    SUSUNAN DEWAN PENGUJI

    1. Yoga Nugroho, SP,. MM

    (Dosen Pembimbing Ketua) ………………

    2. Agustiar, SP

    (Dosen Pembimbing Anggota) ………………

    3. Ir. Said Mahjali, MM

    (Dosen Penguji I) ………………

    4. Dahniel Muljadi, SP

    (Dosen Penguji II) ………………

    Alue Peunyareng, 23 September 2013

    Ketua Program Studi Agribisnis

    Yoga Nugroho, SP., MM

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia dengan penduduk yang mayoritas mengkonsumsi beras, harus

    dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara ketersediaan cadangan pangan

    nasional khususnya beras dengan jumlah konsumsi beras masyarakat setiap

    tahunnya. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah, seperti mencetak lahan

    tidur menjadi lahan-lahan sawah baru yang dapat ditanami padi dan termasuk juga

    yang paling penting adalah dengan mengintensifkan peran lumbung padi nasional

    untuk menghasilkan gabah setiap tahunnya. Hal ini demi mewujudkan target

    pemerintah dalam mencapai Surplus Dua Juta Ton Beras di Sulawesi Selatan pada

    Tahun 2013 atau Surplus Nasional Sepuluh Juta Ton Beras pada Tahun 2014.

    Industri penggilingan padi setiap tahun menggiling lebih dari 60 juta ton

    gabah kering giling (GKG) dan akan terus meningkat. Tahun 2010 saja ada 65

    juta ton1 GKG yang digiling dengan nilai perdagangan gabah lebih dari Rp 195

    triliun. Jumlah itu jauh melebihi nilai perdagangan industri garmen, tekstil, dan

    unggas. Besarnya nilai perdagangan ini baru menghitung perdagangan gabah yang

    diolah industri penggilingan. Bagaimana kalau diolah menjadi beras Jika harga

    beras rata-rata Rp 6.000 per kilogram, dan sangat berpeluang besar mencapai Rp

    8.000, nilai perdagangannya bisa naik menjadi Rp 259 triliun dan berpotensi

    mencapai Rp 370 triliun per tahun. Selain itu hasil lain yang diperoleh seperti

    menir, katul dan sekam, menir untuk industri makanan, sedangkan katul untuk

    1Mursidi, dkk. 2011. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas UsahaPenggilingan Padi. Jurnal Kemandirian Edisi Agustus 2011-.http://internationaljournalpps.wordpress.com/2013/04/16/jurnal-kemandirian-edisi-agustus-2011. Diakses tanggal 21 Mai 2013.

  • 2

    industri pakan ternak. Produksi katul nasional setiap tahun mencapai 10 sampai 15

    persen dari total gabah yang digiling. Dengan harga katul rata-rata Rp 2.000 per

    kilogram dan industri penggilingan tahun 2010 menggiling 65 juta ton beras, nilai

    tambah dari katul mencapai Rp 19,5 triliun setiap tahun. Belum lagi penjualan

    sekam untuk campuran industri bata atau untuk alas kandang ternak.

    Industri penggilingan padi juga menyerap banyak tenaga kerja. Dengan

    rata-rata setiap unit penggilingan padi mempekerjakan lima tenaga kerja, 110.452

    unit penggilingan menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja. Belum lagi pekerja di

    penggilingan menengah dan besar yang bisa lebih dari 10 orang per unit. Potensi

    perkembangan industri penggilingan padi juga masih terbuka.

    Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 267 juta jiwa dan laju

    pertumbuhan penduduk 1,49 persen2, kebutuhan beras akan terus meningkat.

    Ekonomi yang terus berkembang dan membawa orang ke kesejahteraan yang

    lebih baik mendorong konsumsi beras berkualitas bagus meningkat. Di tengah

    perkembangan industri penggilingan padi di Indonesia, ada masalah cukup serius

    yang terjadi, yaitu kinerja industri penggilingan padi yang tidak efisien terutama

    pada industri kecil. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP)

    mengemukakan bahwa revitalisasi harus dilakukan secara menyeluruh sehingga

    penggilingan padi mempunyai pilar yang kokoh.

    Perberasan hingga saat ini masih merupakan persoalan yang cukup rumit

    dan belum dapat terselesaikan secara tuntas. Padahal Indonesia pernah tercatat dan

    2Mursidi, dkk. 2011. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas UsahaPenggilingan Padi. Jurnal Kemandirian Edisi Agustus 2011-.http://internationaljournalpps.wordpress.com/2013/04/16/jurnal-kemandirian-edisi-agustus-2011. Diakses tanggal 21 Mai 2013.

  • 3

    dikenang dunia atas pencapaian swasembada beras sekitar 3 kali periode, yaitu

    pada tahun 1984, 2004, dan 2008.Saat ini, Indonesia masuk daftar panjang

    sebagai salah satu negara yang mengimpor beras, bahkan dilakukan sejak era

    reformasi. Selama 1998-2003, Indonesia dan Filipina bergantian menempati

    negara pengimpor beras terbesar.

    Di Daerah Aceh sudah banyak sekali kilang padi yang sudah tutup atau

    gulung tikar disebabkan karena sudah sedikitnya padi di masyarakat karena lahan

    untuk untuk menanami padi sudah sedikit karena sudah banyak lahan padi yang

    beralih ke tanaman lain atau berdirinya bangunan-bangunan di lahan-lahan

    persawahan, kendala lain yang dirasakan oleh masyarakat adalah masih

    kurangnya pemerintah dalam menangani permasalahan yang ada di masyarakat

    seperti irigasi, ketetapan harga gabah dan lainnya yang ke semua itu merupakan

    sebuah kendala besar yang dirasakan oleh masyarakat sehingga banyak lahan

    yang tidur dan bisa membuat masyarakat banyak yang malas dalam menanam

    padi sehingga banyak yang beralih ke profesi lain dalam bekerja.

    Kecamatan Kaway XVI merupakan sebuah kecamatan yang

    masyarakatnya itu banyak yang bekerja disektor pertanian khususnya dalam

    menanam padi karena lahan persawahan didaerah tersebut masih banyak. Menurut

    data 2011 yang didapatkan dari kantor camat Kaway XVI luas lahan di masing-

    masing desa dapat dilihat pada tabel 1 adalah sebagai berikut :

  • 4

    Tabel 1. Luas Lahan Dirinci Menurut Desa Dan Jenis Penggunaan DalamKecamatan Kaway XVI, Tahun 2010

    No Nama Desa Sawah(Hektar)

    No Nama Desa Sawah(Hektar)

    1. Marek 78 23. Pasi Meugat 4472. Pasi Teungoh 429 24. Puuk 3153. Pasi Jambu 280 25. Meunasah Gantung 4364. Alue Tampak 110 26. Pungkie 2505. Tumpok Ladang 206 27. Babah Meulaboh 606. Meunasah Ara 94 28. Meunuang Tanjong 2807. Meunasah Rayeuk 698 29. Tanjong Meulaboh 1638. Meunasah Buloh 206 30. Blang Dalam 759. Padang Mancang 148 31. Alue Peudeng 35010. Kampung Mesjid 613 32. Pasi Ara 8311. Keude Aron 15 33. Keude Tanjong 9312. Peunia 436 34. Pucok Pungkie 11813. Simpang 95 35. Pasi Kumbang 45014. Beureugang 590 36. Teupin Panah 20015. Blang Geunang 310 37. Drien Caleu 12516. Muko 120 38. Alue Lhei 9617. Tanjong Bunga 35 39. Teuladan 5418. Putim 50 40. Sawang Teubei 6019. Meunasah Rambot 750 41. Alue Lhok 3520. Alue On 428 42. Padang Sikabu 521. Pasi Jeumpa 131 43. Keuramat 4022. Palimbungan 397 44. Batu Jaya -

    Jumlah 9.954Sumber : BPS ; Aceh Barat, Pendataan April 2011

    Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah lahan persawahan di masing-

    masing desa yang ada dalam ruang lingkup Kecamatan Kaway XVI berjumlah

    9.954 Hektar. Dari sekian luas lahan persawahan yang ada di Kecamatan Kaway

    XVI ini sangat berpeluang besar bagi pengusaha kilang padi untuk

    mengembangkan usahanya.

    Adapun jumlah kilang padi dalam Kecamatan Kaway XVI menurut data

    yang didapatkan dari kantor camat Kaway XVI dapat dilihat pada tabel 2 adalah

    sebagai berikut :

  • 5

    Tabel 2. Jumlah Kilang Padi Di Kecamatan Kaway XVI, Tahun 2013No Nama Desa Jumlah Mesin

    Kilang PadiSatuan

    1. Marek 1 Unit2. Pasi Jambu 1 Unit3. Meunasah Buloh 1 Unit4. Padang Mancang 1 Unit5. Penia 1 Unit6. Simpang 1 Unit7. Meunasah Rayeuk 1 Unit8. Meunasah Ara 1 Unit9. Tumpok Ladang 1 Unit10. Pasi Teungoh 1 Unit11. Bergang 1 Unit12. Pasi Jempa 1 Unit13. Kedee Tanjoung 1 Unit14. Teping Panah 1 Unit15. Pucok Pungki 1 Unit16. Pungki 1 Unit17. Palimbungan 1 Unit

    Jumlah 17 UnitSumber : Kantor Camat Kecamatan Kaway XVI, 2013

    Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa jumlah kilang padi yang ada di

    Kecamatan Kaway XVI yang terdiri dari beberapa desa berjumlah 17 unit, kalau

    dilihat dari jumlah luas lahan persawahan yang ada di Kecamatan Kaway XVI ini

    sangat berpeluang besar bagi setiap kilang padi untuk mengembangkan usahanya

    karena sumber bahan bakunya ada disekitar daerah tersebut.

    Desa Pasi Jambu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat termasuk

    sebuah desa yang memiliki lahan persawahan yang sangat berpotensi untuk

    mengembang usahanya dibidang persawahan karena dari data yang didapatkan

    dari Sekretariat Desa tersebut data tahun 2013 lahan persawahan ±105 hektar,

    kalau kita lihat dari luasnya areal persawahan di Desa ini sangat berpeluang besar

    bagi kilang padi KP. Nadinda ini untuk mengembangkan usaha karena bahan baku

  • 6

    untuk pengoperasionalnya ada di lingkungannya walaupun ada juga yang dibeli di

    daerah-daerah lain.

    Kilang padi KP. Nadinda ini didirikan pada tahun 2001, pada mulanya

    kilang padi ini hanya kilang padi untuk menggiling padi masyarakat setelah itu

    pada tahun 2003 kilang padi itu sudah mulai berkembang besar dengan

    memperluas lokasi tempat kerja dan mesin-mesin banyak yang ditambah sehingga

    mulai saat itu kilang padi ini tidak menggiling padi masyarakat lagi tapi hanya

    menggiling padi yang dibeli sama masyarakat dan beras itu dijual ke bulog dan

    sebagian dijual ke pasar-pasar yang ada di ruang lingkup Kabupaten Aceh Barat

    ini.

    Penelitian ini ingin melihat sejauh mana kelayakan usaha penggilingan

    padi pada KP. Nadinda yang sampai sekarang kilang padi tersebut masih

    beroperasi.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis dapat

    merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah kelayakan usaha penggilingan padi pada KP. Nadinda di

    Desa Pasi Jambu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

    berdasarkan 5 kriteria investasi ?

    2. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh usaha penggilingan padi pada KP.

    Nadinda dalam memperoleh keuntungan ?

  • 7

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka penelitian

    ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi pada KP. Nadinda

    di Desa Pasi Jambu Kec. Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha penggilingan padi

    pada KP. Nadinda dalam memperoleh keuntungan.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat berguna sebagai berikut:

    1. Bagi pemilik kilang padi sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang

    dapat digunakan sebagai dasar membuat kebijaksanaan mengenai

    pengembangan usaha selanjutnya.

    2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam

    memperhatikan kilang padi yang ada di Kabupaten Aceh Barat khususnya

    di Kecamatan Kaway XVI untuk bisa dibina supaya tidak ada kilang padi

    yang tutup atau bangkrut.

    3. Untuk memperluas pengetahuan, memahami serta sarana berfikir dan

    berlatih dalam menghadapi masalah untuk kemudian pemecahannya serta

    sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang

    akan melakukan pengkajian masalah yang relavan dengan ilmu yang

    dipelajari dikampus atau di bangku kuliah.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kilang Padi

    Kilang padi adalah suatu tempat pengolahan gabah menjadi beras, kilang

    padi juga merupakan tempat penampungan gabah atau padi yang berasal dari

    hasil panen masyarakat dijualnya kepada agen pengumpul yang kemudian

    dijualnya kepada kilang padi tersebut sesuai dengan harga setempat.

    Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa

    penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut1:

    a. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling

    (huller atau husker)

    b. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)

    c. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)

    d. Mesin pengayak bertingkat (shifter)

    e. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung).

    Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk

    memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah

    gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14 persen basis

    basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih

    kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah

    yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip

    1Departemen Pertanian. 2001 .Teknologi Penanganan Pascapanen Padi.http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Penangananpadi.htm. Diakses 21 Mai 2013.

  • 9

    kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat

    kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan.

    Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan

    dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu

    rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir,

    sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase

    gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan

    dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan

    hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang

    disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.

    Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2

    memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang diumpankan ke

    dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya

    persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian

    yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk

    diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan

    dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat

    menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.

  • 10

    Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber : PT Agrindo)

    Gambar 2. Aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber

    : PT Agrindo)

    Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang

    dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil

    dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak.

    Mesin penyosoh yang umum digunakan di indonesia adalah mesin tipe friksi

    jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong

    memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya

    terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak

  • 11

    rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan

    dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron)

    yang berwarna kecoklatan terkikis.

    Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel

    pada permukaan beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat

    menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin penyosoh tipe jetpeller

    dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang

    berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari

    permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih

    dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga

    berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan

    sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking pada

    beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah. Gambar 3 memperlihatkan

    mesin penyosoh beras.

    Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller (Sumber : PTAgrindo)

    Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut

    kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras

    patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan

  • 12

    dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah

    (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali

    dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras

    dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung

    plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula

    penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa

    bantuan alat penjahit portabel. Gambar 4 memperlihatkan cara kerja mesin

    pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya.

    Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat dan hasil prosespemisahannya (Sumber : PT Agrindo).

    Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi

    menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP).

    Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan

    aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang

    lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin

    pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses

    penyosohan.

  • 13

    2.1.1.Rice Milling Unit

    Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi

    generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan

    gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).

    RMU rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0

    ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat

    fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya

    memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang

    kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal.

    Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi

    memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan

    BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang

    berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke

    pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak,

    dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik

    beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi

    tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan

    mudah digunakan. Salah satu bentuk RMU diperlihatkan dalam Gambar 5,

    sedangkan skema penanganan bahan dalam penggilingan padi yang menggunakan

    RMU diperlihatkan dalam Gambar 5.

  • 14

    Gambar 5. Bentuk RMU (rice milling unit) yang kompak

    Gambar 6. Alur perlakuan dalam proses penggilingan gabah/beras

    2.1.2.Rice Milling Plant

    Pada prinsipnya, RMU dan RMP (Rice Milling Plant) adalah dua nama

    yang sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin penggilingan padi

    yang berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi beras putih yang siap untuk

    dikonsumsi. Bila RMU merupakan satu mesin yang kompak dengan banyak

    fungsi, maka, RMP merupakan jenis mesin penggilingan padi yang terdiri dari

    beberapa unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-masing fungsinya

    dalam proses penggilingan beras. Karena terpisah, unit-unit pada RMP dapat

    memiliki kapasitas yang berbeda, sehingga waktu operasional tiap unit tidak sama

    untuk jumlah padi yang sama. Hal ini bukan merupakan masalah, hanya

    memerlukan penjadwalan yang lebih baik untuk operasional dan perawatan unit-

  • 15

    unit yang terpisah tersebut. Namun demikian aliran bahan dapat dijalankan secara

    otomatis bila mesin-mesin dari RMP merupakan satu set mesin yang sama, dari

    industri manufaktur yang sama.

    Perbedaan lain yang lebih penting pada RMP dibandingkan dengan RMU

    terletak pada kapasitas gilingnya. RMP biasanya memiliki kapasitas giling yang

    lebih besar daripada RMU yaitu antara 1.0 hingga 5.0 ton/jam. Perbedaan

    kapasitas giling ini menjadi penting sebab akan meningkatkan efisiensi

    penggunaan mesin-mesin penggiling (Pujosumarto, 1998 ; Gitinger, 1986).

    Untuk menggiling padi dengan jumlah dan lama waktu giling yang sama,

    akan dibutuhkan jumlah mesin berkapasitas giling kecil yang lebih banyak

    dibandingkan dengan mesin berkapasitas gilingbesar. Pada umumnya, bila faktor-

    faktor lainnya sama, lebih murah membeli sebuah mesin berkapasitas giling besar

    dibanding jika membeli sejumlah mesin dengan kapasitas giling yang kecil, baik

    ditinjau dari segi biaya pembelian maupun perawatan. Akan tetapi penggunaan

    mesin dengan kapasitas giling besar juga tidak akan efisien bila padi yang akan

    digiling tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Dengan demikian

    pemilihan kapasitas mesin giling harus disesuaikan dengan jumlah padi yang akan

    digiling dalam waktu tertentu, agar mesin penggilingan dapat beroperasi optimal

    dan ongkos giling per kg beras dapat ditekan.

    Rangkaian mesin-mesin pengolahan gabah yang lengkap (RMP) dan

    diagram alir pengolahan gabah menjadi beras diperlihatkan dalam Gambar 7.

  • 16

    Gambar 7. Rangkaian mesin-mesin pengolahan gabah yang lengkap (Sumber : PTAgrindo)

    sedangkan alur perlakuan dalam proses penggilingan gabah/beras pada rice

    milling plant diperlihatkan dalam Gambar 8.

    Gambar 8. Alur perlakuan dalam proses penggilingan gabah/beras pada rice

    milling.

    2.2. Studi Kelayakan

    Ibrahim (2003:4) mengatakan, studi kelayakan bisnis merupakan

    “gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun secara terperinci

    dan teratur serta kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan manfaat di

  • 17

    samping dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknis maupun

    operasional”.

    Menurut Umar (2005: 8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian

    terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak

    bisnis dibangun, tetapi juga pada saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka

    pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

    Siagian dan Asfaliani (1997:231), mengatakan bahwa analisis kelayakan

    bisnis merupakan suatu analisis formal (resmi) terhadap suatu rencana investasi

    dari suatu peluang usaha yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat

    investasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan biayanya.Menurut

    Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis

    bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi.

    Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan

    pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan

    transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas

    suatu perusahaan selama satu periode Bambang Riyanto (2004 : 114)

    Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas

    yaitu :

    a. Cash inflow

    Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

    melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash

    inflow) terdiri dari:

    Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.

    Penagihan piutang dari penjualan kredit.

  • 18

    Penjualan aktiva tetap yang ada.

    Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan

    terbatas.

    Pinjaman/hutang dari pihak lain.

    Penerimaan sewa dan pendapatan lain.

    Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan

    penjualan adalah “Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang

    dibebankan kepada langganan/mereka yang menerima”.Pendapatan adalah

    pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama jarak

    waktu tertentu”.

    Nilai sisa adalah nilai yang digunakan untuk menetukan nilai harta tanah yang

    mempunyai potensipembangunan. Setelah tanah dan bangunan selesai dibangun,

    harta tanah tersebutdapat dipindah tangankan/milik dengan nilai yang lebih tinggi.

    Selisih antara nilaitanah yang telah dibangun dengan biaya pembangunan disebut

    nilai sisa.

    b. Cash outflow

    Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

    mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow)

    terdiri dari :

    Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik

    lain-lain.

    Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.

    Pengeluaran biaya investasi.

    Pembayaran hutang-hutang perusahaan.

  • 19

    Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.

    Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain

    Menurut Suad Husnan (2000:11), investasi adalah penanaman sumber

    daya yang mendapatkan hasil di masa yang akan datang.

    Menurut Abdul Halim (2005:4), investasi pada hakikatnya merupakan

    penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

    keuntungan di masa mendatang.

    Ikatan Akuntan Indonesia (1984), Biaya tetap atau juga disebut fixed

    cost adalah biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap

    tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada

    kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia.

    Biaya variabel atau juga disebut variable cost adalah biaya yang umumnya

    berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan anda,

    makin besar pula biaya yang harus anda keluarkan.

    Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan

    aktivitas bisnis.Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap semua unit

    yang diproduksi.

    2.3. Kriteria Investasi

    Menurut Halim (2005: 4) investasi pada hakikatnya merupakan

    penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

    keuntungan di masamendatang. Analisis kriteria investasi membantu para

    pengusaha untuk menilai sejauhmana suatu kegiatan atau suatu proyek layak atau

    tidak dilakukan. Evaluasiproyek dapat digunakan sebagai alat untuk menilai suatu

  • 20

    kegaiatn yang ada ataupun yang akan dilaksanakan layak atau tidak bila

    diusahakan.

    Ibrahim (2003:141) mengatakan bahwa “tujuan dari pehitungan kriteria

    investasi adalah untuk mengetahui sejauhmana gagasan usaha (proyek) yang

    direncanakan atau dijalankan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat

    dari financial benefit maupun sosial benefit.”

    Konsep cost of capital (biaya modal) dimaksudkan untuk menentukan

    berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai dalam

    investasi. Aspek finansial merupakan suatu gambaran yang bertujuan untuk

    menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan atau tidak dijalankan dengan

    melihat dari 5 kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio, PBP dan BEP

    yang dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Net Present Value (NPV)

    Menurut Kasmir (2003:157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih

    sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi

    selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal

    dengan Net Present Value (NPV). Sedangkan menurut Ibrahim (2003:142) Net

    Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah di diskon dengan

    menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.

    Apabila hasil perhitungan dari Net Present value (NPV) lebih besar dari

    nol maka dapat dikatakan usaha atau proyek tersebut feasible atau layak untuk

    dijalankan dan jika Net Present Value (NPV) kecil dari nol maka tidak layak

    untuk dijalankan. Hasil perhitungan NPV sama dengan nol ini berarti proyek atau

  • 21

    usaha tersebut berada dalam keadaan break event point (BEP) di mana TR = TC

    dalam bentuk present vulue.

    2. Internal Rate of Return (IRR)

    Menurut Ibrahim (2003:140) memberikan dcfinisi Internal Rate of Return

    (IRR) sebagai " tingkat bunga yang dapat membuat Net Present Value dari sebuah

    usaha sama dengan nol, karena present value dari cash in flow pada tingkat bunga

    tersebut sama dengan internal investasinya".

    Selanjutnya, Suharto (1992:54) mengatakan "Internal Rate of Return

    (IRR) sebagai tingkat bunga yang menyamakan antara nilai sekarang dengan

    aliran kas keluar yang diharapkan".

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila hasil perhitungan

    Internal Rate of Return (IRR) dari usaha tersebut lebih besar dari bunga pinjaman

    maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dan sebaliknya apabila Internal

    Rateof Return (IRR) yang diperoleh lebih kecil dari pada bunga pinjaman yang

    berlaku dalam masyarakat maka usaha tersebut tidak layak untuk diteruskan

    karena akan mendatangkan kerugian bagi pelaksananya.

    3. Net Benefit Cost Ratio (N B/C ratio)

    Ibrahim (2003:49) menyatakan Net Benefit Cost Ratio (N B/C ratio)

    merupakan hasil nilai perbandingan antara net benefit yang telah di discountpositif

    dengan net benefit yang telah di discount negatif (-).

    Selanjutnya, Suharto (1992) mengatakan Net Benefit Cost Ratio (N B/C

    ratio) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif

    dengan net benefit yang telah di discount negatif (-).

    Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

  • 22

    4. Break Event Point (BEP)

    Ibrahim (2003:22) menyatakan Break Event Point (BEP) adalah titik

    pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost.

    5. Pay Back Period (PBP)

    Menurut Ibrahim (2003:154) Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu

    tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan cash in flows. Kasmir

    (2003:163) menyebutkan Pay back period (periode pengembalian) merupakan

    jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui

    penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari proyek/usaha yang dijalankan.

  • 23

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1.Lokasi, Waktu dan Ruang Lingkup

    Lokasi penelitian adalah pada KP. Nadinda yang bertempat di Desa Pasi

    Jambu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, dengan alasan daerah

    tersebut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan usaha

    penggilingan.

    Penelitian ini akan dilaksanakanpada bulan Juni sampai dengan Agustus

    2013 . Adapun ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada kelayakan usaha

    kilang padi dari sisi finansial (biaya investasi, modal, tenaga kerja dan biaya-biaya

    operasional lainnya yang dikeluarkan oleh kilang padi tersebut).

    3.2.Desain Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan

    pendekatan studi kasus. Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh fakta dari

    gejala yang ada, mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau unit

    (Nasution, 2006). Sumber data diperoleh dari Data Primer dan Data Sekunder.

    Data primer dikumpulkan langsung dari responden yaitu pelaku usaha

    penggilingan, pedagang dan seluruh stakeholder. Sedangkan data sekunder

    diperoleh dari hasil dokumentasi dan kajian-kajian yang telah dibuat sebelumnya.

    3.3.Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka pengumpulan data

    dilakukan melalui wawancara dan penelusuran dokumen yang relevan dari

    instansi terkait usaha penggilingan padi.

  • 24

    3.4.Analisis Data

    Model analisis yang digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh dari

    hasil pengumpulan data adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif

    yang akan disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan penelitian adalah sebagai

    berikut:

    1. Analisis keuntungan usaha yaitu analisis yang menghitung besarnya

    penerimaan dan keuntungan yang diperoleh petani dengan adanya sistem

    agribisnis selama proses produksi yang dihitung sebagai berikut

    (Soekartawi, 2003);

    3.4.1. Analisis Keuntungan Usaha :

    π = TR – TC……………………………………….. (Mulyadi, 2004)

    Dimana :

    π = Keuntungan

    TR = Total Revenue (total penerimaan)

    TC = Total cost (total biaya).

    Analisis untuk aspek-aspek yang mendukung kelayakan usaha berdasarkan

    kriteria investasi (Pasaribu dkk, 2005), adalah sebagai berikut :

    3.4.2. Net Present Value (NPV)

    Merupakan manfaat bersih tambahan (nilai kini bersih) yang diterima

    bisnis selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu.Dalam

    menentukan kelayakan menggunakan IRR (Internal rate of return)

    maupun NPV (Net present value) dalam studi kelayakan usaha (feasibility

    study) tentunya harus menghitung terlebih dahulu discount rate, yang

  • 25

    disebut Weighted Average Cost of Capital (WACC) yaitu biaya modal

    rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut :

    WACC = Wd . Kd (1-T) + Ws . Ks…………… (Wahyu Endrian.2008)

    Dimana :

    Wd = Persentase total hutang dari total modal

    Kd = Tingkat biaya modal hutang

    T = Tingkat pajak

    Ws = Persentase modal sendiri dari total modal

    Ks = Biaya modal sendiri

    Rumus NPV yaitu NPV = selisih antara Present Value dari benefit dan

    Present Value dari biaya

    n Bt-CtNPV = ∑ ————……………………… (Kasmir, 2003)

    t= 1 (1+i)t

    Dimana :

    Bt = Benefit / Penerimaan kotor yang diperoleh pada tahun t

    Ct = Cost / biaya yang dikeluarkan pada tahun t

    i = Tingkat bunga modal (%)

    n = umur ekonomi proyek (tahun)

    Suatu proyek apabila nilai NPV > 0, maka proyek tersebut layak

    dijalankan

    Jika NPV < 0, ditolak

  • 26

    3.4.3. Net B/C Ratio

    n Bt-Ct∑ ————

    t=1 (1+i)t

    Net B/C= —————…………………….. ……... (Ibrahim, 2003)n Ct-Bt

    ∑ ————t=1 (1+i)t

    Net B/C ratio menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan

    diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

    Dimana :

    Net B/C = adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan

    jumlah NPV negative

    ∑ PV (+) = jumlah nilai PV Net Benefit positif

    ∑ PV (-) = jumlah nilai PV Net Benefit negative

    Jika Net B/C > 1, usaha tersebut layak.

    Gross B/C merupakan perbandingan antara Present Value

    Benefit dengan Present Value Cost. Apabila Gross B/C > 1, proyek layak

    untuk dilaksanakan. Sebaliknya Gross B/C < 1, proyek tidak layak untuk

    dilaksanakan.

    n Bt∑ ————

    t=1 (1+i)t

    Gross B/C= —————………………………...... (Ibrahim, 2003)n Ct∑ ————

    t=1 (1+i)t

    Indikator Gross B/C :

    Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan

    Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak (not go) untuk dilaksanakan

  • 27

    3.4.4. Internal Rate of Return (IRR)

    IRR = suatu kriteria investasi untuk mengetahui persentase keuntungan

    dari suatu proyek tiap-tiap tahun.

    IRR = alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga

    pinjaman.

    NPV’IRR = i’ + ——————— X (i” - i’) …….. (Ibrahim, 2003)

    NPV’ + NPV”Keterangan :

    NPV’ = NPV yang positif

    NPV” = NPV yang negatif

    i’ = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

    i” = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

    Jika IRR > biaya modal rata-rata tertimbang, berarti usaha tersebut layak

    dikembangkan.

    3.4.5. Break Event point (BEP)

    Analisa BEP adalah alat yang digunakan untuk menentukan besaran harga

    dan anggaran yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk mencapai

    BEP. Dalam melakukan analisa BEP, perusahaan akan meperoleh volume

    produksi, penjualan, dan keuntungan yang akan diperoleh, serta waktu

    yang diperlukan untuk mencapai BEP.

    n n∑ TCi - ∑Bi cp -1

    t=1 i=1BEP = Tp-1 + ————————————……. (Ibrahim, 2003)

    Bp

  • 28

    Dimana :

    BEP = Break even point

    Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP

    TCi = Jumlah total cost yang telah di discount.

    Bicp = Jumlah benefit yang telah di discount sebelum BEP.

    Bp = Jumlah benefit pada BEP berada.

    3.4.6. Pay back Period (PBP)

    n n∑ Ii - ∑Bi cp -1

    t=1 i=1PBP = Tp-1 + ————————————…… (Ibrahim, 2003)

    Bp

    Dimana :

    PBP = Pay Back Period

    Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP

    Ii = Jumlah investasi yang telah di discount

    Ii =Jumlah benefit yang telah di discount sebelum payback period

    Bp =Jumlah benefit pada payback period berada.

    3.5. Definisi Operasional

    Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada

    Keuntungan adalah selisih margin yang diperoleh dari total penerimaan usaha tani

    (TR) dengan total pengeluaran (TC).

    1. Biaya adalah terdiri dari biaya tetap/investasi (dapat digunakan berulang

    kali) dan biaya variabel (hanya untuk sekali proses produksi).

    2. NPV (Net Present Value) yaitu menunjukkan kelebihan Benefit (manfaat)

    dibandingkan dengan cost (biaya).

  • 29

    3. Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah

    NPV negative.

    4. Gross B/C merupakan manfaat yang diterima proyek dari setiap satu

    satuan biaya yang dikeluarkan.

    5. IRR adalah untuk mengetahui sebagai alat ukur kemampuan usaha

    penggilingan padi dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga

    keuangan yang membiayai usaha tersebut.

    6. Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

    sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah

    proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus

    penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan

    biaya pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.

    7. PBP (Pay back Period) Metoda ini mencoba mengukur seberapa cepat

    investasi bisa kembali.

    3.6. Asumsi-Asumsi Yang Digunakan

    Kilang padi KP. Nadinda beroperasi hanya 26 hari dalam sebulan dan

    6 bulan dalam setahun karena harus menunggu hasil panen selanjutnya

    dari masyarakat.

    Modal usaha KP. Nadinda ini berasal dari modal sendiri dan sebagian dari

    pinjaman bank. Modal sendiri sebesar Rp 200.000.000,- dan modal dari

    pinjaman bank sebesar Rp 200.000.000,-

    Bunga bank sebesar 13 persen pertahun, hal ini sesuai dengan tingkat suku

    bunga yang dibebankan oleh bank terhadap pinjaman KP Nadinda.

    Harga gabah yang dibeli di masyarakat pada harga saat dibeli Rp 3.900/kg.

  • 30

    Harga beras yang dijual ke bulog dengan harga yang ditentukan oleh

    Perum Bulog Rp 6.600/kg.

    Harga beras yang dijual ke pasar dengan harga yang ditentukan oleh pihak

    KP. Nadinda sebesar Rp 7.000/kg.

    Dalam satu hari, penggilingan padi pada KP. Nadinda rata-rata dapat

    menggiling 7.8 ton gabah kering menjadi 4.8 ton beras.

    Gabah yang digiling oleh KP. Nadinda ini hanya gabah yang dibeli dari

    masyarakat dan tidak menerima jasa penggilingan padi masyarakat.

    Gabah yang digiling oleh KP. Nadinda ini dijual ke bulog yang ada di

    Kec. Johan Pahlawan rata-rata diperkirakan dalam sehari sebesar 3.8 ton

    dan sisanya dijual ke pasar rata-rata 1 ton.

    Pajak penghasilan usaha KP. Nadinda sebesar 15 persen, sesuai dengan

    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perpajakan.

  • 31

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Usaha KP. Nadinda

    Usaha Kilang padi KP. Nadinda didirikan pada tahun 2001, pada awal

    berdirinya kilang padi ini hanya menggiling padi masyarakat, kemudian pada

    tahun 2003 kilang padi ini mulai membesar sehingga tidak menerima lagi

    penggilingan padi masyarakat, gabah yang mereka giling itu adalah gabah yang

    mereka beli dari masyarakat pada setiap panennya, kemudian gabah itulah yang

    digiling dan kemudian dijual keberbagai tempat penampungan seperti perum

    bulog dan pasar-pasar yang ada sekitar Aceh Barat. Kilang padi KP. Nadinda

    beroperasi hanya 26 hari dalam satu bulan dan enam bulan dalam setahun atau

    setara dengan 156 hari. Hal ini dikarenakan harus menunggu hasil panen

    selanjutnya dari masyarakat.

    Kilang padi KP. Nadinda ini memiliki luas areal tanah mencapai 1400

    meter2 dan luas bangunan 286 meter. Adapun lokasi kilang padi KP. Nadinda ini

    bertempat di Desa Pasi Jambu Kec. Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, jarak

    kilang padi KP. Nadinda ini dari ibukota Kabupaten Aceh Barat sekitar ± 8 km

    dan jarak dari ibukota kecamatan Kaway XVI itu ± 5 km.

    4.2. Arus Masuk (Inflow)

    Kilang padi KP. Nadinda mempunyai dua arus kas masuk sebagai berikut :

    a. Pendapatan Penjualan

    Sumber pendapatan penjualan yang didapatkan oleh KP. Nadinda ada dua

    yaitu berasal dari penjualan beras dan penjualan dedak.Untuk pendapatan dari

    penjualan beras, KP. Nadinda menghasilkan 4.800 kg/perhari, beras tersebut

  • 32

    dijual ke bulog dan ada yang dijual disekitar Aceh Barat. Jumlah beras yang

    dijual ke bulog dalam satu hari berkisar 3.800 kg, sedangkan dalam sebulan

    98.800 kg dan juga setahun hanya enam bulan kerja maka jumlah produksi

    beras 592.800 kg karena harus menunggu hasil panen selanjutnya, harga beras

    yang dijual ke bulog itu Rp.6.600,- jadi selama enam bulan kerja kilang padi

    KP. Nadinda mendapatkan pendapatan penjualan sebesar Rp.3.912.480.000,-.

    Beras yang dijual ke pasar dalam satu hari berkisar 1000 kg, 26.000 kg

    perbulan dan 156.000 kg pertahun, beras dijual kepasar dengan harga

    Rp.7.000/kg, jadi selama enam bulan kilang padi KP. Nadinda mendapatkan

    pendapatan penjualan dari besar yang dijual ke pasar sebesar

    Rp.1.092.000.000,-.

    Kedua pendapatan penjualan dedak, dedak yang didapatkan dalam satu

    hari mencapai 720 kg/hari, 18.720 kg/bulan dan selama enam bulan mencapai

    112.320 kg/tahun, harga dedak dalam per/kg rata-rata harganya Rp.2.000,-

    dedak ini dijual selama 10 hari sekali, jadi pendapatan penjualan dedak selama

    enam bulan dalam setahun Rp.224.640.000,-.

    b. Nilai Sisa

    Untuk mengetahui nilai sisa usaha KP. Nadinda dapat dlihat pada tabel 3

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 3. Nilai Sisa Usaha KP. Nadinda, Tahun 2013NO Nama Barang Harga

    PerolehanUmur

    EkonomisPenyusutan

    PertahunNilai sisa Akhir

    Tahun Ke 51. Mesin Peddy Husker 16.800.000 5 3.360.000 02. Mesin Peddy Husker 81.900.000 5 16.380.000 03. Mesin Rice Polisher 12.968.000 8 1.621.000 4.863.0004. Mesin DieselTypeTF300 H 40.950.000 8 5.118.750 15.356.2505. Mesin Destoner Machine 38.220.000 5 7.644.000 06. Timbangan duduk 2.205.000 5 441.000 07. Alat perlengkapan 22.575.000 5 4.515.000 08. Mobil L300 bekas 80.000.000 8 10.000.000 30.000.000

    Total 193.043.000 49.079.750 50.219.250

    Sumber : Data primer (diolah, 2013)

  • 33

    Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa jumlah harga perolehan

    dari harga mesin-mesin, mobil, timbangan duduk serta alat perlengkapanusaha

    KP. Nadinda sebesar Rp.193.043.000,-, jumlah penyusutan pertahun setelah

    dibagi umur ekonomis sebesar Rp.49.079.750,- dan jumlah nilai sisa pada akhir

    tahun ke 5 sebesar Rp.50.219.250,-.

    Untuk lebih jelas dalam melihat arus kas masuk usaha penggilingan padi

    KP. Nadinda ini dapat dilihat dalam Tabel 4 adalah sebagai berikut :

    Tabel 4. Arus Kas Masuk (Inflow) KP. Nadinda, Tahun 2013

    Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa pendapatan terbesar dari arus

    kas masuk usaha KP. Nadinda adalah pada penjualan beras ke bulog sebesar

    Rp.3.912.480.000,- sedangkan pendapatan penjualan beras ke pasar sebesar

    Rp.1.092.000.000,- dan yang paling sedikit adalah pada penjualan dedak sebesar

    Rp.224.640.000,- jugapada nilai sisa sebesar Rp.50.219.250,-.

    4.3. Penggunaan Tenaga kerja

    Dalam pengoperasional usaha KP. Nadinda mempunyai tujuh orang tenaga

    kerja yang terdiri dari bidang atau tugas masing-masing dalam mnegerjakannya

    dapat dilihat pada tabel 5 adalah sebagai berikut :

    No Nama Pertahun (6 bulan)A. Pendapatan penjualan (Rp)

    1. ePendapatan penjualan beras ke bulog 3.912.480.0002. Pendapatan penjualan beras ke pasar 1.092.000.0003. Penjualan Dedak 224.640.000

    B. Nilai nisa 50.219.250Total 5.279.339.250

  • 34

    Tabel 5. Penggunaan T. Kerja Pada Usaha KP. Nadinda, Tahun 2013NO Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja1. Penjemuran padi 22. Pengangkutan 13. Penggilingan 24. Penjahitan karung 15. Penyusunan beras 16. Jumlah 7

    Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa jumlah tenaga kerja pada usaha

    KP. Nadinda berjumlah 7 orang, ketujuh orang tersebut mempunyai tugas

    masing-masing dalam mengerjakan pekerjaannya ada yang bagian penjemuran 2

    orang,pengangkutan 1 orang, penggilingan 2 orang, penjahitan karung 1 orang dan

    penyusunan beras 1 orang.

    4.4. Arus Keluar (Outflow)

    4.4.1. Biaya Investasi

    Jumlah biaya investasi pada usaha KP. Nadinda ini sebesar

    Rp.400.000.000,-, adapun rincian penggunaan dananya adalah sebagai berikut :

    1. Tanah

    Biaya pembelian tanah dengan luas areal tanah 1400 meter2 adalah

    Rp.20.000.000,-.

    2. Bangunan

    Biaya pembuatan bangunan dengan luas 13x22 meter adalah

    Rp.60.000.000,-.Dengan umur ekonomis 12 tahun.

    3. Rumah mesin

    Biaya pembuatan rumah mesin yaitu sebesar Rp.20.000.000,-. Dengan

    umur ekonomisnya 12 tahun.

  • 35

    4. Mobil L300 bekas

    Mobil L300 ini dibeli untuk membawa beras yang dijual ke pasar dan

    sebagian ke bulog, harga mobil Rp.80.000.000,-. Dengan umur ekonomis

    8 tahun.

    5. Mesin penggilingan

    Mesin yang dipergunakan oleh usaha penggilingan KP. Nadinda untuk

    membantu proses pengolahan gabah menjadi beras ada 7 unit mesin dan

    ditambah beberapa alat perlengkapan yang masing-masing harganya itu

    berbeda beda adalah sebagai berikut :

    - Mesin Paddy Husker yaitu mesin pemecah kulit padi, mesin ini dibeli

    seharga Rp.16.800.000,-. Dengan umur ekonomis ± 5 tahun.

    - Mesin Peddy Husker yaitu mesin yang berfungsi untuk pengupas kulit

    dengan beras, mesin ini berharga Rp.81.900.000,-. Dengan umur

    ekonomis ± 5 tahun.

    - Mesin Rice Polisher yaitu mesin pemoles beras, mesin ini berharga

    Rp.12.967.500,-. Dengan umur ekonomis berkisar 8 tahun.

    - Mesin diesel Type TF300 H yaitu mesin penggerak diesel, mesin ini

    berharga Rp.40.950.000,-. Dengan umur ekonomis ± 8 tahun.

    - Mesin jahit karung yaitu mesin untuk menjahit karung beras, mesin ini

    berharga Rp.2.835.000,-. Dengan umur ekonomis± 1 tahun.

    - Mesin Rice Destoner Machine yaitu mesin yang berfungsi untuk

    pemisah beras dengan batu kecil, mesin ini berharga Rp.38.220.000,-.

    Dengan umur ekonomis ± 5 tahun.

  • 36

    - Timbangan duduk, timbangan ini dipergunakan untuk menimbang padi

    dan beras yang sudah dimasukkan kedalam karung, timbangan ini

    berharga Rp.2.205.000,-. Dengan umur ekonomis timbangan ini ± 5

    tahun.

    - Alat perlengkapan

    Alat perlengkapan untuk alat mesin kilang padi ini yaitu as tengah,

    talis kipas, lahar, poli 4 buah harganya keseluruhannya Rp.8.925.000,-

    kemudian alat alipator 4 inci 2 buah dengan harga Rp.13.650.000,-.

    Dengan umur ekonomisnya itu 5 tahun.

    Untuk lebih jelas tentang biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 6 adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 6. Rincian Biaya Investasi KP. Nadinda, Tahun 2013No Nama Jumlah Harga perolehan

    (Rp)Umur

    ekonomisA. Biaya investasi1. Tanah 1.400 meter2 20.000.0002. Bangunan 286 meter 60.000.000 12 tahun3. Rumah mesin 5 unit 20.000.000 12 tahun4. Harga mesin & alat

    pelengkap- Mesin Paddy Husker 1 unit 16.800.000 5 tahun- Mesin Peddy Husker 1 unit 81.900.000 5 tahun- Mesin Rice Polisher 1 unit 12.967.500 8 tahun- Mesin diesel Type TF300 H 1 unit 40.950.000 8 tahun- Mesin jahit karung 1 unit 2.835.000 1tahun- Mesin Rice Destoner

    Machine1 unit 38.220.000 5 tahun

    - Timbangan duduk 1 unit 2.205.000 5 tahun- Alat perlengkapan 9 unit 22.575.000 5 tahun5. Mobil L300 bekas 1 unit 80.000.000 8 tahun6. Biaya lain-lain 1 unit 1.547.500

    Total 400.000.000Sumber : Data primer (diolah, 2013)

  • 37

    Dari tabel 6diatas dapat dilihat bahwa biaya investasi yang terbesar itu

    pada pembelian mesin penggilingan padi, kemudian pada pembelian mobil L300

    serta pembelian tanah, bangunan serta perlengkapan lainnya yang dibutuhkan

    dalam pengoperasional usaha tersebut, jumlah biaya keseluruhannya sebesar

    Rp.400.000.000,-.

    4.4.2. Biaya Operasional

    Jumlah biaya operasional dalam usaha KP. Nadinda sebesar

    Rp.4.923.920.000,-, adapun biaya operasional dalam usaha KP. Nadinda ini dapat

    dibagi dalam dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, untuk lebih

    jelasnya dapat dirincikan sebagai berikut :

    a. Biaya Tetap

    Yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah :

    1. Biaya tenaga kerja

    Tenaga kerja yang tetap dalam usaha penggilingan padi KP. Nadinda ini

    berjumlah tujuh orang dengan biaya upah dalam satu hari Rp 80.000,- jadi

    biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam sehari untuk tujuh

    orang berkisar Rp 560.000,- sedangkan dalam satu bulan Rp 14.560.000,-

    dan dalam enam bulan Rp 87.360.000,-.

    2. Biaya sopir 1 dan 2

    Dalam satu hari gaji supir diperkirakan Rp.75.000,- per orang, jadi dua

    orang yang harus dibayar ke supir dalam satu hari Rp.150.000,- jadi dalam

    sebulan Rp.3.900.000,- dan setahun Rp.23.400.000,-.

  • 38

    3. Biaya pembelian gabah

    Secara keseluruhan gabah yang dibeli oleh kilang padi KP. Nadinda

    selama enam bulan dalam setahun ini berjumlah 1.216.800 kg, dengan

    harga per/kg Rp.3.900-, jadi harga keseluruhannya adalah

    Rp.4.745.520.000,-.

    b. Biaya Tidak Tetap

    Yang termasuk ke dalam biaya tidak tetap adalah :

    1. Uang makan tenaga kerja

    Uang makan untuk 7 orang tenaga kerja usaha penggilingan padi KP.

    Nadinda ini diperkirakan dalam satu hari Rp 100.000,- dalam satu bulan

    Rp 2.600.000,- dan dalam selama enam bulan Rp 15600.000,-.

    2. Minyak mesin penggilingan padi

    Dalam satu hari untuk minyak mesin penggilingan padi ini menghabiskan

    27 liter dengan harga pe liter Rp.6.500,- jadi dalam satu hari uang untuk

    pembelian minyak mesin ini Rp.175.500,- dalam sebulan mencapai

    Rp.3.900.000,- dan selama enam bulan pengoperasional untuk minyak

    mencapai Rp.27.378.000,-.

    3. Biaya listrik

    Biaya listrik dalam satu bulan rata-rata Rp.85.000,- dan selama enam

    bulan kerja diperkirakan Rp.510.000,-.

    4. Biaya ganti oli mesin penggerak Diesel

    Dalam pengoperasional rutin mesin penggerak ini perlu dilakukan

    pergantian oli untuk menjaga keseimbangan tenaga mesin, oli mesin

    penggerak diesel ini diganti setiap satu bulan sekali dengan sekali ganti 6

  • 39

    liter oli dengan harga Rp.162.000,- jadi selama enam bulan dalam setahun

    biayanya Rp.972.000,-.

    5. Biaya bbm mobil

    Dalam satu hari untuk bbm mobil ini menghabiskan 20 liter dengan harga

    pe liter Rp.6.500,- jadi dalam satu hari uang untuk pembelian minyak

    mobil ini Rp.130.000,- dalam sebulan mencapai Rp.3.380.000,- dan

    selama enam bulan pengoperasional untuk minyak mencapai

    Rp.20.280.000,-.

    6. Biaya Izin Usaha

    Biaya pengurusan izin usaha KP. Nadinda pada saat pengurusan itu

    sebesar Rp.1.300.000,-

    7. Biaya Pemeliharaan

    Biaya pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan oleh usaha KP.

    Nadinda dalam setahun sekali sebesar Rp.1.000.000,-

    8. Biaya Telepon

    Biaya telepon yang dipakai oleh usaha KP. Nadinda dalam sebulan sebesar

    Rp.100.000,- sedangkan selama enam bulan Rp.600.000.000,-

    Untuk lebih jelas tentang biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 7.

  • 40

    Tabel 7. Rincian Biaya Operasinonal KP. Nadinda, Tahun 2013No Nama Pertahun (6 bulan)A. Biaya operasional (Rp)1. Biaya tenaga kerja 87.360.0002. Uang makan tenaga kerja 15.600.0003. Minyak mesin penggilingan padi 27.378.0004. Biaya sopir 1 dan 2 23.400.0005. Biaya listrik 510.0006. Biaya ganti oli mesin penggerak Diesel 972.0007. Biaya minyak mobil 20.280.0008. Biaya pembelian gabah 4.745.520.0009. Biaya izin usaha 1.300.000

    10. Biaya pemeliharaan 1.000.00011. Biaya telepon 600.000

    Total 4.923.920.000Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    Berdasarkan dari tabel 7 diatas jumlah keseluruhan dari rincian biaya

    operasional sebesar Rp.4.923.920.000,-, pengeluaran terbesar pada biaya

    operasional adalah pada biaya pembelian gabah sebesar Rp.4.745.520.000,- biaya

    tersebut dihitung dalam bentuk pinjaman lunak dari petani dalam bentuk gabah,

    sedangkan biaya operasional yang paling sedikit adalah pada biaya listrik sebesar

    Rp.510.000,-.

    4.5. Sumber Modal

    Sumber modal usaha KP. Nadinda itu ada tiga seperti yang terlihat pada

    Tabel 8 dibawah ini adalah sebagai berikut :

    Tabel 8. Sumber Modal Usaha KP. Nadinda, Tahun 2013No Sumber Dana Uraian (Rp)

    1. Pinjaman Bank 200.000.0002. Modal Sendiri 200.000.0003. Pinjaman Lunak Dari Petani Dalam Bentuk Gabah 4.745.520.000

    Total 5.145.520.000Sumber : Data Primer (diolah, 2013)

    Dari tabel 8 diatas terlihat bahwa sumber modal usaha KP. Nadinda yaitu

    bersumber dari modal sendiri dan juga berasal dari pinjaman bank, modal sendiri

  • 41

    berjumlah ± Rp.200.000.000,- sedangkan yang berasal dari pinjaman bank

    berjumlah Rp.200.000.000,- selama lima tahun ansuran dengan suku bunga bank

    13 persen dan pinjaman lunak dari petani dalam bentuk gabah sebesar

    Rp.4.745.520.000,- dengan batas waktu pengembalian satu minggu atau

    pengembalian jangka pendek dan tidak berbunga.

    Untuk mengetahui nilai biaya modal rata-rata tertimbang bisa didapatkan

    nilainya dengan memakai rumus WACC (Weighted Average Cost of Capital).

    Untuk melihat lebih jelas tentang nilai biaya modal rata-rata tertimbang dapat

    dilihat pada tabel 9 adalah sebagai berikut :

    Tabel 9. Rincian Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang, Tahun 2013NO Sumber dana % Bunga1. Bank 200.000.000 50 % (wd) 13 % (kd)2. Pribadi 200.000.000 50 % (ws) 20 % (ks)

    Total 400.000.000Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    WACC = Wd.Kd (1-T) + Ws.Ks

    = 50 %.13 % (1-0) + (50%.20%)

    = 6.5% + 10 %

    = 16.5%

    Dibulatkan menjadi 17%.

    Hasil dari perhitungan rumus WACC ini nilainya akan menjadi nilai

    discont faktor (df) pada perhitungan NPV, IRR BEP dan PBP.

    Dalam perhitungan rumus WACC nilai modal pinjaman lunak dari petani

    dalam bentuk gabah tidak dimasukkan karena dia hanya pinjaman jangka pendek

    dan tidak berbunga.

  • 42

    4.6. Perkiraan Pengembalian Dana Pinjaman

    Jumlah pinjaman dari bank sebesar Rp 200.000.000,- dengan tingkat

    bunga 13 persen per tahun, dimajemukkan setiap tahun selama 5 tahun, maka

    cicilannya pertahun adalah :

    Tabel 10. Rencana Perlunasan Pinjaman

    Tahun CicilanBunga13%

    PengembalianPokok

    Pinjaman

    Jumlahpengembalian

    (Rp)

    SisaPinjaman

    (Rp)

    0 0 0 0 0 200.000.000

    1 56.862.909 26.000.000 30.862.909 30.862.909 169.137.091

    2 56.862.909 21.987.822 34.875.087 65.737.995 134.262.005

    3 56.862.909 17.454.061 39.408.848 105.146.844 94.853.156

    4 56.862.909 12.330.910 44.531.998 149.678.842 50.321.158

    5 56.862.909 6.541.751 50.321.158 200.000.000 0,01Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    Berdasarkan hasil perhitungan tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa

    pembayaran cicilan ke bank dalam setahun sebesar Rp.56.862.909,-, bunga bank

    dalam setahun sebesar Rp.26.000.000,-, sedangkan pengembalian pokok pinjaman

    dalam setahun setelah cicilan dikurangi bunga sebesar Rp.30.862.909,-.

    1 - (1+i)-n

    IR = An

    1 - (1+0,13)-5

    0,13= 200.000.000

    = 200.000.000 x 0,284314543

    = Rp.56.862.909

  • 43

    4.7. Prospek Usaha Penggilingan Padi KP. Nadinda

    4.7.1. Perkiraan Biaya Investasi

    Jumlah biaya investasi yang di investasikan adalah sebesar Rp

    400.000.000,-. Pengeluaran investasi terbesar adalah untuk pembelian alat mesin

    kilang padi sebesar Rp.193.672.500,-. Sedangkan pengeluaran investasi lainya

    adalah pembelian tanah dengan luas 1400 m2 sebesar Rp.20.000.000,-, biaya

    bangunan dengan luas 286 m2 sebesar Rp.60.000.000,- dan juga biaya pembuatan

    rumah mesin berjumlah 5 unit sebesar Rp.20.000.000,-, biaya pembelian

    timbangan duduk sebesar Rp.2.205.000,-, biaya perlengkapan alat mesin kilang

    padi berjumlah 9 unit sebesar Rp.22.575.000,- dan biaya pembelian mobil L300

    bekas sebesar Rp.80.000.000,-, sedangkan biaya lain-lainnya atau disebut dengan

    biaya tidak diduga sebesar Rp.1.547.500,-.

    Perhitungan biaya investasi tersebut berdasarkan harga yang berlaku di

    pasaran dalam hal ini khususnya harga yang berlaku di daerah penelitian.

    Pengeluaran biaya tersebut berubah setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan

    perkembangan usaha. Semakin berkembang suatu usaha maka biaya-biaya yang

    dikeluarkan akan semakin meningkat.

    4.7.2. Perkiraan Biaya Operasional

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan biaya operasional adalah

    biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional dalam hal ini biaya

    modal kerja selama setahun. Berdasarkan hasil penelitian, maka yang termasuk

    biaya operasional pada usaha penggilingan padi pada KP. Nadinda ini adalah

    seperti tampak pada tabel 11 berikut:

  • 44

    Tabel 11. Perkiraan Biaya Operasional Pada Penelitian Usaha PenggilinganPadi Pada KP. Nadinda, Tahun 2013

    No Uraian Jumlah Satuan Biaya total (Rp)I Biaya Tetap1. Biaya Gaji 6 bulan 87.360.0002. Biaya sopir 1 dan 2 6 bulan 23.400.0003. Biaya pembelian gabah 6 bulan 4.745.520.000

    Jumlah 4.856.280.000II Biaya Tidak Tetap1 Uang makan tenaga kerja 6 bulan 15.600.0002 Minyak mesin penggiling padi 6 bulan 27.378.0003 Biaya listrik 6 bulan 510.0004 Biaya pemeliharaan 6 bulan 1.000.0005 Biaya izin usaha 1 unit 1.300.0006 Biaya ganti oli mesin penggerak 6 bulan 972.0007 Biaya minyak mobil 6 bulan 20.280.0008 Biaya telepon 6 bulan 600.000

    Jumlah 67.640.000III Jumlah Keseluruhan 4.923.920.000

    Sumber : Data primer (diolah, 2013)

    Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa perkiraan biaya

    operasional terdiri dari dua biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya

    tetap usaha KP. Nadinda sebesar Rp.4.856.280.000,-, sedangkan biaya tidak tetap

    sebesar Rp.67.640.000,-, jadi jumlah keseluruhannya sebesar Rp.4.923.920.000,-.

    4.7.3. Analisa Perkiraan Benefit

    Suatu permasalahan dalam operasionalnya secara umum selalu

    memproduksikan barang dan jasa untuk dipasarkan atau ditawarkan kepada

    konsumen yang tujuan akhirnya adalah dalam memperoleh keuntungan dari

    usahanya untuk menaikkan nilai tambah dari suatu produk, untuk mengetahui

    nilai perkiraan benefit ini dapat dilihat pada lampiran 2.

  • 45

  • 46

  • 47

    Berdasarkan tabel 12 diatas terlihat bahwa benefit didapatkan dalam

    setahun sebesar Rp.248.337.091, nilai Benefit didapatkan dari jumlah Gross

    Benefit atau pendapatan kotor dalam setahun sebesar Rp.5.229.120.000,-

    dikurangi dengan jumlah Total Cost dalam setahun Rp.4.980.782.909,-, setelah

    dikurangi nilai itulah yang menjadi nilai Benefit.

    4.8. Analisa Kriteria Investasi

    Untuk mengetahui bagaimana prospek penggilingan padi pada usaha KP.

    Nadinda maka dapat dilihat hasilnya dengan mempergunakan rumus IRR dan Net

    B/C. Hasil akhir dari analisa kriteria investasi ini akan menentukan apakah usaha

    penggilingan padi KP. Nadinda tersebut layak untuk terus dikembangkan atau

    tidak.

    Berikut ini akan disajikan tabel perhitungan Internal rate of Return (IRR)

    dan Net Benefit Cost ratio (Net B/C):

    Tabel 13. Perhitungan IRR dan Net B/C Pada Penggilingan Padi Usaha KP.Nadinda, Tahun 2013

    TahunKe

    TahunNet Benefit

    (Rp)DF 17 %

    Present Value(Rp)

    DF 48%Present Kredit

    (Rp)

    0 2013 (400.000.000) 1,0000 (400.000.000) 1,000 (400.000.000)

    1 2014 216.086.528 0,8547 184.689.340 0,676 146.004.411

    2 2015 216.086.528 0,7305 157.854.137 0,457 98.651.629

    3 2016 216.086.528 0,6244 134.918.066 0,308 66.656.506

    4 2017 216.086.528 0,5337 115.314.586 0,208 45.038.180

    5 2018 273.838.665 0,4561 124.900.869 0,141 38.564.366

    Jumlah 317.676.997 (5.084.909,32)Sumber : Data Primer (Diolah), 2013

    Berdasarkan hasil perhitungantabel 13 diatas terlihat bahwa nilai

    NetBenefit itu didapatkan dari hasil nilai benefit dikurangi pajak pada perhitungan

  • 48

    NPV, nilai Present Value didapatkan dari perkalian antara Net Benefit dengan

    discount factor (df) 17 persen, sedangkan nilai Present Kredit didapatkan dari

    perkalian antara Net Benefit dengan df 48 persen.

    IRR =

    IRR = 0,17 + 0,31

    IRR = 0,48 = 48%

    Net B/C =. .. .

    Net B/C = 1,79 > 1

    Net B/C >1 (lebih besar dari 1)

    Untuk Mengetahui Analisis Break Event Point (BEP) dan Pay Back

    Period (PbP) maka dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Perhitungan

    BEP dan PbP dapat dlihat dibawah ini:

    BEP = 3 +. . . . .. .

    BEP = 3 + 113,08

    BEP = 116,08 x 12

    BEP = 1.393,01

    BEP = 0.393 x 30

    1221

    11 )(

    iiNPVNPV

    NPViIRR

    n

    ii

    i

    n

    i

    BN

    BNCNetB

    1

    1

    )(

    )(/

    p

    n

    iicp

    n

    ii

    pB

    BTCTBEP

    1

    11

    1

    )17,048,0(32,909.084.520,997.676.317

    20,997.676.31717,0

    x

  • 49

    BEP = 11,79

    BEP = 3 tahun, 1 bulan, 12 hari

    PbP = 2 +. . . .. .

    PbP = 2 + 0,04PbP = 0,04 x 12PbP = 0,49 x 30PbP = 14,7PbP = 2 Tahun, 15 hari

    4.9. Analisa NPV, IRR, Net B/C , PbP dan BEP

    4.9.1. Net Present Value (NPV)

    Nilai NPV dihitung sebagai selisih antara nilai sekarang atas benefit

    (penerimaan) yang akan diterima dikurangi dengan nilai sekarang atas biaya (cost)

    yang dikeluarkan selama umur proyek. Berdasarkan hasil perhitungan pada

    Discount Factor (df) sebesar 17 persen selama umur 5 tahun (2013 - 2018), maka

    nilai NPV sebesar Rp.317.676.997,20berarti penggilingan padi sangat

    menguntungkan, dan dapat dilihat pada Lampiran 2.

    4.9.2. Internal Rate of Return

    Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga (discount

    rate) yang mempersamakan nilai sekarang, jumlah benefit dengan nilai sekarang

    jumlah biaya. Berdasarkan hasil hitungan selama masa 5 tahun, diperoleh nilai

    IRR penggilingan padi sebesar 48 persen. Berarti penggilingan padi KP. Nadinda

    menunjukkan tingkat pengembalian suku bunga sudah mencapai nilai yang baik,

    p

    n

    iicp

    n

    ii

    p B

    BITPBP

    1

    11

    1

  • 50

    karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku sebesar 13

    persen pertahun (Lampiran 3).

    4.9.3. Net Benefit Cost Ratio (NBC Ratio)

    Net benefit merupakan nilai perbandingan antara present value positif

    dan present value negatif. Berdasarkan perhitungan pada df 17 persen selama

    masa 5 tahun, maka diperoleh NBCR penggilingan padi KP. Nadinda sebesar

    1,79, berarti penggilingan padi KP. Nadinda sudah mendekati efisien atau layak

    diusahakan (Lampiran 3).

    4.9.4. Payback Periode (PbP)

    Payback Periode (PbP) merupakan lamanya usaha yang dilakukan dapat

    mengembalikan investasi. Semakin cepat atau banyak padi yang digiling oleh

    usaha KP. Nadinda dalam pengembalian biaya investasi, maka semakin baik

    penggilingan padi KP. Nadinda tersebut dalam perputaran modal. Dari hasil

    perhitungan Payback periode didapat sebesar 2,04 artinya hasil penggilingan padi

    KP. Nadindaini terjadi pada tahun ke 2, dan hari ke 15. Dapat dilihat pada

    Lampiran 4.

    4.9.5. Break Event Point (BEP)

    Break Even Point (BEP) merupakan waktu terjadinya keseimbangan

    antara nilai sekarang benefit dengan nilai sekarang biaya. Berdasarkan hasil

    perhitungan selama umur 5 tahun pada df=17 persen, maka BEP terjadi pada

    umur penggilingan padi memasuki tahun ke 3, bulan 1, dan hari ke 12. Dengan

    demikian dapat dikatakan bahwa penggilingan padi KP. Nadinda ini sudah layak.

    Dapat dilihat padaLampiran 5.

  • 51

    Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh hasil NPV lebih besar

    daripada 0, yaitu sebesar Rp.317.676.997,20dan IRR sebesar 48 persen , WACC

    yang ditetapkan 17 persen, ini berarti IRR lebih besar dari WACC (Weighted

    average Cost of Capital). Sedangkan hasil perhitungan Net B/C diperoleh hasil

    sebesar 1,79yaitu lebih besar dari 1, maka usaha tersebut feasible atau layak

    diusahakan karenanilainya lebih besar dari 1, dan dikembangkan dimasa yang

    akan datang.

  • 52

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    a. Jumlah Biaya investasi usaha ini sebesar Rp.400.000.000,-. Sumber

    modal untuk membiayai usaha ini direncanakan Rp.200.000.000,-, 50

    persen merupakan pinjaman dari bank sedangkan sisanya 50 persen

    merupakan modal sendiri. Pinjaman dari bank dihitung dengan tingkat

    bunga 13 persen pertahun dan dimajemukkan selama 5 tahun.

    b. Biaya operasional dalam usaha ini dapat di bagi dalam dua jenis yaitu

    biaya tetap dan biaya tidak tetap, total seluruh biaya operasional sebesar

    Rp. 4.923.920.000,-.

    c. Analisa yang di gunakan dalam hasil penelitian ini adalah analisa kriteria

    dimana hasil yang di peroleh NPV lebih besar dari pada 0, yaitu sebesar

    Rp. 317.676.997,20 dan IRR sebesar 48 persen. WACC yang ditetapkan

    17 persen, ini berarti IRR lebih besar dari WACC (Weighted Average Of

    Cost Capital). Sedangkan hasil perhitungan Net B/C diperoleh hasil

    sebesar 1,79 yaitu lebih besar dari pada 1, maka usaha tersebut feasible

    atau layak karena lebih besar 1, dan dikembangkan dimasa yang akan

    datang.

    d. Dari hasil keterangan dari pemilik usaha KP. Nadinda bahwa usaha

    tersebut sama sekali tidak ada kendala-kendala yang menghambat usaha

    tersebut didalam memperoleh keuntungan dan kalaupun ada itu hanya

    dalam ruang lingkup kecil dan tidak berpengaruh besar pada proses

    produksi dan keuntungan.

  • 53

    e. Melihat Perkembangan Usaha Penggilingan padi pada KP.Nadinda

    dilihat dari hasil yang di peroleh bahwa kilang padi KP. Nadinda

    mempunyai tingkat prospek yang cerah dan cukup baik untuk di

    kembangkan di masa yang akan datang.

    5.2. Saran – Saran

    Dalam hal ini penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

    a. Untuk dapat meningkatkan Penggilingan padi di harapkan kepada pihak

    pemerintah untuk bisa menstabilkan harga beras baik dari pihak

    penampungan beras seperti Perum Bulog maupun dipasar supaya pihak

    pengusaha kilang padi tidak terjadinya kerugian.

    b. Untuk Meningkatkan Penggilingan padi di harapkan kepada pemilik usaha

    KP. Nadinda untuk mencari pasar yang bisa menampung harga beras yang

    lebih mahal karna kalau ditinjau dari harga beras yang ditampung oleh

    Perum Bulog masih sangat rendah.

  • 54

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi. Jakarta:Salemba Empat.

    Anonim. 2010. Pedoman Teknis Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. Anonim[Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian] Kementerian Pertanian RI.

    Arsyad, M. 2011. Diktat Mata Kuliah Analisis Kelayakan Agribisnis PPs UMPAR[SMS IV]. Parepare: Umpar Press.

    Mursidi, dkk. 2011. Analisis Kelayakan dan SensitivitasUsahaPenggilingan Padi. Jurnal Kemandirian Edisi Agustus 2011.

    http://internationaljournalpps.wordpress.com/2013/04/16/jurnal-kemandirian-edisi-agustus-2011. Diakses tanggal 21 Mai 2013.

    Bambang Riyanto, 2004 : 114. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.Yogyakarta :BPFE.

    Departemen Pertanian. 2001. Teknologi Penanganan Pascapanen Padi.http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Penangananpadi.htm. Diakses 21 Mai 2013.

    Husein Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3.Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

    Husnan, Suad. 2000. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. EdisiKedua. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.

    Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

    Ibrahim, Yacob. 2003.Studi Kelayakan Bisnis.Jakarta : Rineka.

    Ikatan Akuntan Indonesia.1984. Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: RinekaCipta.

    Mulyadi. 2004. Akuntasi Biaya, edisi ke-6.Yogyakarta: STIE YKPN.

    Nasution,S. 2006. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

    Kasmir. 2003.Studi Kelayakan Bisnis.Jakarta:Rineka.

    Pudjosumarto, M. 1998. Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi BrawijayaMalang.Yogyakarta: Edisi Kedua. Liberty.

  • 55

    Pasaribu, A.M. 2005. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Perikanan. Makassar:Hasanuddin University Press.

    Rangkuti,F.1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (ReorientasiKonsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21).Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.

    Suharto, Imam. 1992.Manajemen Proyek Industri.Jakarta: Erlangga.

    Siagian dan Asfaliani. 2001.Studi Kelayakan Bisnis.Jakarta:Nusa Buana.

    Soekartawi. 2003. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

    Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi. Jakarta : Peneribit RajaGrafindo Persada.

    Umar,H.2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

    Wahyu Endrian. 2008. Rumus Weighted Average Cost of Capital (WACC)diposkan di.http://belajarstudikelayakan.blogspot.com/2008/11/menghitung-wacc-dengan-ms-excel.html.

    COVER SKRIPSI,K.PENGANTAR, L. PENGESAHAN,ABSTRAK.BAB I rais 'BAB II rais 'BAB III rais 'bahan skripsi sidang BAB IVBAB V rais 'DAFTAR PUSTAKA(1)