model penggilingan padi terpadu untuk meningkatkan nilai

16
315 A R T I K E L ABSTRAK Penggilingan padi merupakan titik sentral dari agroindustri padi. Penggilingan padi yang berkembang saat ini tidak dirancang dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu tetapi dengan teknologi penggilingan padi yang masih sederhana. Lebih dari itu, peralatan penggilingan sudah berumur tua (lebih dari 15 tahun) menyebabkan mutu dan rendemen beras yang diperoleh juga rendah. Untuk meningkatkan mutu dan rendemen beras diperlukan upaya perbaikan kinerja penggilingan padi dengan meningkatkan penggunaan kapasitas terpasang, mengurangi biaya, meningkatkan nilai tambah produk yang memberi dampak positif pada usaha jasa penggilingan padi dan petani padi serta memantapkan kelembagaannya. Untuk mencapai ini perlu strategi usaha penggilingan padi secara terpadu atau terintegrasi yaitu beras menjadi bentuk keuntungan dan pendapatan dari hasil samping serta limbah yang terolah minimal dapat menutup biaya operasional proses produksi. Penerapan sistem manajemen mutu pada penggilingan padi berguna untuk menjaga konsistensi produksi, kualitas dan efisiensi proses penggilingan beras. Untuk membangun sistem penggilingan padi terpadu diperlukan fasilitas yang memadai untuk memproduksi beras berkualitas dan mengolah hasil samping menjadi produk bernilai komersial. Kelengkapan fasilitas untuk penggilingan padi terpadu dapat dikelompokkan sesuai skala usaha untuk memproduksi beras premiun, hasil samping berupa tepung beras, produk bihun, pakan ternak, dan briket arang sekam. kata kunci : padi, model penggilingan padi terpadu, nilai tambah ABSTRACT Rice milling is the central point of the rice agro-industry. At present, rice milling has been operated by simple and old-age equipment, so that the yield is relatively low. To improve the yield and quality, concerted efforts are needed by improving the utilization of existing capacity, reducing costs, increasing value-added products that makes a positive impact on the benefit of the business and rice farmers, as well as strengthening the business institution. To achieve this necessary business strategy, an integrated rice milling should produce milled rice as the form of profits, while the revenue from the by product is capable of covering the costs of processing. Implementation of quality and management system in rice mills is needed to maintain production consistency especially in quality as well as cost and process efficiency. To establish an integrated rice milling system, it is necessary to improve facilities to produce high quality rice and process by- product into valuable commercial products. Complete facilities for integrated rice milling may be grouped according to the scale of business to produce premium quality rice, rice flour, vermicelli, charcoal products, feed, charcoal briquettes. keywords : paddy, milled rice, integrated rice milling, value added Naskah diterima : 19 Juli 2011 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330 *[email protected] Revisi Terakhir : 24 Oktober 2011 Revisi Pertama : 19 Septemberi 2011 Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ridwan Rachmat a* dan Suismono b ab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jalan Tentara Pelajar 12, Cimanggu-Bogor 16114

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

315

A R T I K E L

ABSTRAK

Penggilingan padi merupakan titik sentral dari agroindustri padi. Penggilingan padiyang berkembang saat ini tidak dirancang dengan pendekatan sistem agribisnis yangterpadu tetapi dengan teknologi penggilingan padi yang masih sederhana. Lebih dariitu, peralatan penggilingan sudah berumur tua (lebih dari 15 tahun) menyebabkan mutudan rendemen beras yang diperoleh juga rendah. Untuk meningkatkan mutu danrendemen beras diperlukan upaya perbaikan kinerja penggilingan padi denganmeningkatkan penggunaan kapasitas terpasang, mengurangi biaya, meningkatkan nilaitambah produk yang memberi dampak positif pada usaha jasa penggilingan padi danpetani padi serta memantapkan kelembagaannya. Untuk mencapai ini perlu strategiusaha penggilingan padi secara terpadu atau terintegrasi yaitu beras menjadi bentukkeuntungan dan pendapatan dari hasil samping serta limbah yang terolah minimal dapatmenutup biaya operasional proses produksi. Penerapan sistem manajemen mutu padapenggilingan padi berguna untuk menjaga konsistensi produksi, kualitas dan efisiensiproses penggilingan beras. Untuk membangun sistem penggilingan padi terpadudiperlukan fasilitas yang memadai untuk memproduksi beras berkualitas dan mengolahhasil samping menjadi produk bernilai komersial. Kelengkapan fasilitas untuk penggilinganpadi terpadu dapat dikelompokkan sesuai skala usaha untuk memproduksi beras premiun,hasil samping berupa tepung beras, produk bihun, pakan ternak, dan briket arang sekam.

kata kunci : padi, model penggilingan padi terpadu, nilai tambah

ABSTRACT

Rice milling is the central point of the rice agro-industry. At present, rice milling hasbeen operated by simple and old-age equipment, so that the yield is relatively low. Toimprove the yield and quality, concerted efforts are needed by improving the utilizationof existing capacity, reducing costs, increasing value-added products that makes apositive impact on the benefit of the business and rice farmers, as well as strengtheningthe business institution. To achieve this necessary business strategy, an integrated ricemilling should produce milled rice as the form of profits, while the revenue from the byproduct is capable of covering the costs of processing. Implementation of quality andmanagement system in rice mills is needed to maintain production consistency especiallyin quality as well as cost and process efficiency. To establish an integrated rice millingsystem, it is necessary to improve facilities to produce high quality rice and process by-product into valuable commercial products. Complete facilities for integrated rice millingmay be grouped according to the scale of business to produce premium quality rice,rice flour, vermicelli, charcoal products, feed, charcoal briquettes.

keywords : paddy, milled rice, integrated rice milling, value added

Naskah diterima : 19 Juli 2011

PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330*[email protected]

Revisi Terakhir : 24 Oktober 2011Revisi Pertama : 19 Septemberi 2011

Model Penggilingan Padi Terpadu UntukMeningkatkan Nilai TambahRidwan Rachmata* dan Suismonob

abBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen PertanianJalan Tentara Pelajar 12, Cimanggu-Bogor 16114

Page 2: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

316 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

I. PENDAHULUAN

enggilingan padi merupakan industri paditertua dan tergolong terbesar di Indonesia,

yang mampu menyerap lebih dari 10 jutatenaga kerja, menangani lebih dari 40 juta tongabah menjadi beras giling per tahun.Penggilingan padi merupakan titik sentralagroindustri padi, karena dari sinilah diperolehproduk utama berupa beras dan bahan bakuuntuk pengolahan lanjutan produk pangan danindustri (Thahir, dkk., 2008 dan Patiwiri, 2004).

Jumlah penggilingan padi di Indonesiasebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133Penggilingan Padi Besar (PPB), 39.425Pengilingan Padi Kecil (PPK), 35.093 RiceMilling Unit (RMU), 1.630 unit penggilinganpadi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah inisekaligus menggambarkan potensi usahapenggilingan padi yang cukup besar.Penggilingan padi yang ada tersebut, telahmengolah puluhan juta ton padi hasil produksipetani setiap tahunnya dari lahan padi sawahdan ladang seluas kurang lebih 11,5 juta hektar(Thahir, 2009). Diperkirakan kapasitaskumulatifnya mencapai 109,5 juta ton gabahkering giling pertahun (Patiwiri, 2006). MenurutBPS (2008), produksi gabah mencapai 60,3juta ton, yang setara dengan 39,2 juta tonberas bila faktor konversinya 65 persen. Halini menunjukkan bahwa banyak penggilinganpadi yang bekerja di bawah kapasitasterpasangnya.

Penggilingan padi yang berkembang padasaat ini tidak dirancang dan dioperasikandengan pendekatan sistem terpadu, teknologipenggilingan yang digunakan pada umumnyamasih sederhana dengan konfigurasi mesinterdiri dari husker dan polisher saja dan sudahberumur tua, serta belum mempunyai jaringanpemasaran yang luas. Faktor ini turutmendorong penggilingan padi bekerja di bawahkapasitas terpasangnya. Peningkatan nilaitambah gabah basah menjadi beras gilingberkisar Rp. 3.400 – 4.200/kg (Kemtan, 2010),dimana nilai marjin ini masih dibebani denganbiaya perontokan, pengeringan, pembersihan,sortasi, penyosohan, grading dan pengemasan.Nilai tambah ini lebih banyak dinikmati oleh

sektor perdagangan hilir dibandingkan petanidan usaha jasa penggilingan padi sendiri,mengingat rangkaian proses yang harusdibiayai.

Pembangunan usaha tani padi yang telahmendapat prioritas pemerintah, masih terbataspada pemenuhan pangan, belum secaraoptimal melakukan upaya pemanfaatan danpeningkatan nilai tambah dan pendapatan.Disisi lain kehilangan hasil panen padi masihterjadi, walaupun telah mengalami penurunan.Kementerian Pertanian mentargetkanpenurunan kehilangan hasil padi sebesar 1-1,5 persen per tahun dan melakukanpeninjauan metode pengukurannya setiap limatahun sekali (Ditjen P2HP, 2010). Besarnyatingkat kehilangan hasil pada saat panen danpascapanen gabah/beras pada tahun 1996sekitar 20,51 persen sementara pada tahun2008 menurun menjadi 10,82 persen. Jikakehilangan itu dikonversi ke rupiah per tahun,maka nilainya mencapai Rp 5 triliun (SinarTanion line, 2010). Penurunan tingkat kehilanganpada tingkat penggilingan padi dari 16kabupaten di Jawa Barat dalam kurun waktulima tahun belakangan ini, tidak terlalu besaryaitu 1,93 persen pada tahun 2005 menjadi1,69 persen pada tahun 2009 (Ditjen P2HP,2010)

Uraian di atas memberi gambaran bahwaperlu dilakukan upaya perbaikan kinerjapenggilingan padi yang dapat meningkatkanpenggunaan kapasitas terpasang, mengurangibiaya penggilingan, meningkatkan nilai tambahpenggilingan yang memberi dampak positifpada usaha jasa penggilingan padi dan petanipadi, serta memantapkan kelembagaanproduksi bersama dengan pemasarannya.Tulisan ini membahas rancangan modelpenggilingan padi terpadu (integrated ricemilling) untuk peningkatan nilai tambahdimaksud.II. STRATEGI PENINGKATAN NILAI

TAMBAHStrategi yang dapat ditempuh untuk

peningkatan nilai tambah industri beras adalah:perbaikan mutu produk, pemanfaatan hasilsamping dan limbah, dan penerapan sistemmanajemen mutu. Uraian berikut menjelaskan

P

Page 3: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

secara rinci aspek penting dan strategiyang dapat dilakukan.2.1. Acuan Mutu

Standar mutu yang telah menjadi acuansaat ini adalah beras giling harus bebas darihama (pest) dan bibit penyakit yangmembahayakan, bahan kimia, dedak, dan bauyang tidak normal. Di dalam standar nasional(SNI 6128-2008), mutu beras dibagi atas limatingkat dapat dilihat pada Tabel 1. Dari ke limatingkat mutu tersebut, kadar air maksimumyang diperbolehkan adalah 14 persen, derajatsosoh serendah-rendahnya 95 persen,maksimum butir patah, menir, benda asing(impurities) dan butir gabah masing-masing35 persen; 5 persen; 0,2 persen; 2 persen (per100 gram).

Saat ini, usaha jasa penggilingan padididominasi oleh penggilingan padi skala kecilyang pada umumnya tidak memiliki peralatanyang lengkap. Sebagian besar penggilinganpadi kecil hanya melakukan penyosohan satupass sehingga sukar untuk dapat memenuhi

persyaratan derajat sosoh dan beras patahdapat dilihat pada Tabel 2. Peralatanpenggilingan padi yang digunakan juga telahtua, 32 persen di antaranya berumur lebih dari15 tahun, sehingga rendemen beras gilingyang diperoleh juga rendah dibandingkandengan kinerja maksimum yang dapat dicapai(Thahir, dkk., 2008, Thahir, 2009; Tjahjohutomo, dkk., 2004). Untuk meningkatkanmutu dan rendemen beras giling diperlukanperbaikan konfigurasi peralatan ataumodernisasi penggilingan padi yang ada.2.2. Pemanfaatan Produk Samping dan

LimbahPada umumnya, petani dan pengusaha

kecil hanya mengutamakan hasil beras gilingsebagai produk utama penggilingan padi,sedangkan hasil samping (dedak dan menir)serta limbah (sekam) kurang diperhatikan.Untuk meningkatkan nilai tambah bagi usahajasa penggilingan dan petani padi, makadiperlukan suatu pendekatan sistemagroindustri padi terpadu yang menerapkan

317

Sumber : Tjahjohutomo dkk., 2004

Tabel 2. Rata-rata Rendemen Giling Berdasarkan Skala Usaha

Sumber : Ditjen P2HP, 2009

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI 6128-2008.

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 4: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

teknologi dan rekayasa prosespengolahan beras serta hasil samping yangbernilai komersial. Sentuhan teknologipengolahan hasil samping (by product) danlimbah (waste) menjadi produk bernilaikomersial, akan memberi dampak peningkatannilai tambah. Strategi yang dikembangkandalam usaha penggilingan padi terpadu adalah bahwa hasil beras menjadi bentuk keuntungandan pendapatan dari hasil samping sertalimbah yang terolah minimal menjadi penutupbiaya operasional proses produksi. Usahadalam penggilingan padi terpadu pada Gambar1 dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu usahapenggilingan padi dan usaha pengolahan hasilsamping (by product) serta limbah (waste).Secara umum kegiatan tersebut memerlukanteknologi yang meliputi penggilingan padimenjadi beras, hasil samping dan limbah.2.3. Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Berbasis Penggilingan PadiPenerapan sistem manajemen mutu pada

penggilingan padi diharapkan dapat menjamin

mutu produk melalui penataan produksi berassecara konsisten, pengendalian mutu berasdan perbaikan efisiensi proses. Adanya jaminanmutu akan memberikan kepuasan kepadapelanggan/kosumen, sehingga pelanggan akanmenghargai produk yang dihasilkan produsen.Produsen beras pada umumnya belummenerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM),namun beberapa komponen persyaratanmanajemen dan teknis telah dilaksanakan.Oleh karena itu perlu diperbaiki dan dilengkapimelalui pembinaan lebih lanjut.

Petani padi dibina mulai sejak pertanaman,panen , penanganan pascapanen ,pengolahan/penggilingan sampai pemasaran.Aspek manajemen meliputi penyamaanpersepsi tentang sistem manajemen mutu,penyusunan Panduan Mutu dan petunjukteknis/SOP GAP (Good Agriculturing Practices)dan GMP (Good Manufacturing Practices).Aspek teknis meliputi Pembinaan lapang danidentifikasi GAP, serta optimalisasi teknologipenggilingan padi (identifikasi penggilingan,

318 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

Gambar 1. Aliran Proses dan Produk dalam Penggilingan Padi Terpadu

Page 5: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

319

pemasangan peralatan giling, penataanruangan dan uji coba penggilingan), serta ujipreferensi konsumen serta pemasaran dananalisis mutu gabah dan beras.

Penggilingan yang melaksanakan SistemManajemen Mutu (SMM) adalah penggilinganyang menerapkan prinsip-prinsip GMP. Bahanbaku gabah berasal dari petani yangmelaksanakan GAP. Proses penggilinganmenggunakan ayakan beras pecah kulit agartidak mengandung butir gabah Alat penyosohIchi N120 – N70 dioperasikan. Denganmenerapkan SOP GMP, maka dapat dihasilkanberas berkualitas SNI dan bila ada masalahteknis dapat ditelusuri.

III. TEKNOLOGI PENGOLAHAN PADITERPADU

Untuk mendapatkan gambaran mengenaiaplikasi teknologi penggilingan padi terpadu,maka berikut ini adalah pembahasan tentangkomponennya, yaitu : teknologi pengolahanberas, teknologi penepungan beras danteknologi pemanfaatan sekam dan dedak(bekatul).

3.1. Teknologi Pengolahan Beras

Pengembangan teknologi pengolahanpadi terpadu dimulai dengan memberdayakanteknologi yang sudah ada, yaitu teknologipengolahan gabah kering giling menjadi berassosoh melalui proses giling dua pass danperlakuan pemolesan yang dikombinasidengan teknik pengabutan (mist sprayer). Linepenggilingan terdiri dari : (i) dua unit mesinhusker (mesin pemecah kulit), (ii) dua mesinpolisher (penyosoh) masing-masing tipe friksidan abrasive model N-120, (iii) satu unitpemoles (refiner). Proses penggilingan duapass ditujukan untuk mendapatkan mutu berasgiling yang memenuhi SNI, sedangkanteknologi pengabut di tujukan untukmendapatkan nilai tambah beras giling menjadiberas poles, seperti jenis beras kristal, yangtidak perlu pencucian saat akan ditanak. Melaluiteknologi pengolahan beras dan teknik

pengabutan akan dihasilkan minimal dua jenisberas, yaitu beras slip dan beras kristal.

3.1.1. Beras Slip

Pembuatan beras slip dilakukan denganproses pemecah kulit gabah kering giling kadarair 14 persen (GKG). Pemecah kulit dilakukandalam dua kali proses untuk mendapatkanberas pecah kulit yang utuh. Gabah yang tidakterkupas dipisahkan dengan alat pemisah(paddy separator) agar diperoleh beras pecahkulit murni. Selanjutnya beras pecah kulit inidi sosoh dengan menggunakan penyosohabrasif dan friksi, menghasilkan beras slip.

Beras slip hasil dari mesin penyosohabrasive merupakan campuran antara beraskepala, beras pecah, dan menir. Mutu berasini dapat ditingkatkan dengan cara memilahkanberas pecah dan menir dari beras kepaladengan menggunakan indented sieve drumgrader atau Trieur.

3.1.2. Beras Kristal

Beras kristal adalah olahan lanjut dariberas yang dipoles dengan teknologipengabutan sehingga memperoleh nilaitambah lebih dari beras slip, yang mempunyaipenampakan bersih dan cemerlang, dikenaljuga dengan istilah beras mutiara. Beras hasilpenggilingan konvensional pada umumnyamempunyai penampakan kusam dan berdebukarena pada permukaan endosperm masihterdapat sisa-sisa aleuron. Denganmenggunakan mesin pemoles khusus yangdilengkapi dengan mist sprayer, supaya sisaaleuron tersebut dapat dihilangkan. Pembuatanberas kristal dapat meningkatkan nilai tambahberas giling sekitar Rp. 200 - 400,-/kg (Thahir,dkk., 2006).

3.2. Teknologi Pengolahan Hasil Samping(by-product)

3.2.1. Teknologi Pengolahan TepungBeras

Beras patah adalah beras yang berukurankurang dari 0,75 sampai 0,5 panjang rata-rataberas utuh dan mencapai 18-25 persen dari

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 6: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

320 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

total beras giling (Damardjati, dkk., 1991).Beras patah, khsususnya beras patah kecildapat digolongkan menjadi hasil sampingpenggilingan padi. Pembuatan tepung berasdapat dilakukan melalui proses kering denganmenggunakan alat penepung tipe hummer milldisertai perendaman sebelum digiling selama15 menit dan pengeringan matahari(penjemuran). Rendemen pengolahan tepungberas berkisar antara 90-95 persen (Suismono,dkk., 2001).

Pemanfaatan hasil samping beras patahdan menir akan memberikan nilai tambahdibanding menggunakan bahan dari berasgiling utuh. Dengan harga beras patah/menirsebesar Rp.1.100,-/kg dan harga tepung berasdi pasaran Rp. 4.000,-/kg akan memberikeuntungan sebesar Rp.2.047,-/kg (B/C rasio2 ,04) . Pembuatan tepung denganmenggunakan bahan baku beras giling utuhakan menghasilkan tepung yang lebih halusdibanding dengan menggunakan beras patahatau menir, namun biayanya lebih besar.Derajat putih tepung beras ditentukan olehvarietas atau jenis beras dan tipe alatpenepung. Untuk beras dengan tekstursemakin pera, maka tepung yang dihasilkanakan semakin halus dan semakin putih.Demikian juga penggunaan hummer mill akandihasilkan tepung yang lebih putih dibandingmenggunakan tipe disk mill (Suismono, dkk., 2001).3.2.2. Teknologi Pemanfaatan SekamA. Sekam Segar

Sekam dalam keadaan segar dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar untukkeperluan rumah tangga dan pengolahan hasilpertanian. Pemanfaatan untuk keperluanrumah tangga dapat dilakukan denganmenggunakan kompor sekam skala rumahtangga, sedangkan untuk pengolahan hasilpertanian dapat digunakan pada tungku mesinpengering dengan Bahan Bakar Sekam (BBS)tipe flat bed. Agar supaya pengering BBS inidapat mencapai suhu pengeringan maksimum60°C, diperlukan empat buah tungku dengankemampuan mengeringkan gabah 5 ton sekitar7-8 jam.

Untuk dapat menggunakan sekam denganmudah, memang diperlukan kompor sederhanatanpa sumbu, yang kemudian diberi namaKOMSEKAR dapat dilihat pada Gambar 2.Hasil pengujiannya menunjukkan bahwasekam dengan kompor sederhana tersebutdapat digunakan untuk memanaskan air,memasak, menggoreng, dan menanak nasidengan nyala api biru sedikit kemerahan dansedikit berasap. Asap memang sulit dihindarisama sekali. Saat ini, perbaikan model padaKOMSEKAR telah dilakukan. Evaluasid i lakukan secara sederhana untukmendidihkan 6 liter air dan dibandingkandengan kompor minyak tanah dan kompor gaselpiji dapat lihat pada tabel 3. Hasilnyamenunjukkan bahwa kompor sekam cukupprospektif sebagai pengganti kompor minyaktanah untuk digunakan pada skala rumahtangga petani/perdesaan atau warung makan,karena sekam tersedia melimpah danpenggunaannya mudah, serta hanya

*) Gas : Rp. 6.500/kg; M. tanah: Rp. 8.000/liter; Sekam: Rp. 3.000,-/20 kg ( disesuaikandengan harga tahun 2011)

Sumber : Rachmat, dkk., 1989 (untuk Data waktu dan Bahan bakar)

Tabel 3. Perbandingan Biaya Bahan Bakar untuk Mendidihkan 6 Liter Air *)

Page 7: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

321

memerlukan kompor sederhana yangmurah harganya.

Kompor sekam telah didemontrasikankepada para petani, penyuluh dan pemda dibeberapa daerah seperti Desa Tempuran danTelagasari Kabupaten Karawang, danKecamatan Pakenjeng di Kabupaten GarutJawa Barat dan mendapat perhatian dengankeinginan untuk dapat mengadopsinya. Untukitu dilakukan uji coba pendahuluan denganlima buah kompor oleh kelompok tani diKarawang. Jika minat masyarakat Karawangsemakin tinggi akan dibuat kerjasamapemanfaatan sekam, baik untuk rumah tanggaatau pada skala yang lebih besar.

Desain dan prototipe Kompor Sekam(KOMSEKAR) mulai dikembangkan padatahun 1990 (Rachmat, dkk., 1991) dengannama tungku sekam untuk rumah tangga.K o m p o r s e k a m t e r s e b u t p e r n a hdisosialisasikan kepada para petani didaerahpengrajin makanan tradisional (Opak) diKarawang dan bahkan telah mengirim satuunit ke IRRI Los Banos. Namun kurangmendapat respon karena pada saat itu hargaminyak tanah masih sangat terjangkau. Padakurun waktu berikutnya IRRI memperkenalkankompor sekam yang diduga merupakanmodifikasi dari kompor sekam tersebut, tetapi

penggunaannya untuk pemanas padapengering benih padi LCD (Low Cost Dryer).Peneliti Instalasi Karawang mengembangkanlebih lanjut desain kompor sekam tersebut.

B. Arang Sekam

Pembuatan arang sekam dengan sistemcerobong kapasitas 15 kg/jam, yaitu dengancara sekam segar kering diletakkan/dicurahkandi sekitar cerobong yang di dalamnya sudahdiberi bara api. Api di dalam cerobong akanmerambat membakar sekam di sekitarnya.Pembakaran terjadi tanpa menimbulkan api,sehingga akan terbentuk arang dapat dilihatpada gambar 4 (Anonim, 2003; Setiawati danR. Thahir, 1989). Cara ini membutuhkan waktuyang singkat (2 jam) untuk menghasilkanarang. Hasil pembakaran sekam berupa arangsekam dengan kadar sekam yang tidakterbakar 5 persen dengan kadar abu hanya 1persen dan rendemen tinggi (75,45 persen),dan arang sekam yang dihasilkan mutunyabaik.

C. Briket Arang Sekam

Arang sekam sebagai bahan bakar harusdibuat briket, karena bila dipakai seperti halnyasekam segar yaitu dalam keadaan curah sulituntuk mampu membangkitkan bara apalaginyala dalam waktu yang cukup untuk keperluan

Gambar 2. Kompor Sederhana KOMSEKAR

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 8: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

322 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

Gambar 3. Tungku Pembuatan Arang Sekam

Gambar 4. Briket Arang Sekam

rumah tangga seperti mendidihkan air,memasak, dan sebagainya.

Untuk membuat briket arang, dibutuhkanbahan perekat supaya briket tidak mudahhancur. Bahan perekat yang biasa digunakandalam pembuatan briket arang yaitu lumpurtanah dan pati ubi kayu (aci). Pemakaian pati6 persen menghasilkan briket dengan biayayang murah. Kadar air briket arang sekam(6,44 persen), lebih rendah dibandingkandengan kadar air arang sekamnya (7,35persen). Jika dilihat dari lamanya atauketahanan nyala bara api, briket dengancampuran aci 12 persen dapat bertahan lebihlama, sehingga dapat mendidihkan air lebih

cepat. Makin besar persentase perekat padapembuatan briket arang sekam akanmenghasilkan briket dengan tekstur yang lebihkuat dan tahan pecah, tetapi biaya pembuatanlebih mahal. Dengan adonan 6 persen patikanji akan dihasilkan briket arang sekam yangcukup kompak dengan daya bakar yang baikseperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Keuntungan atau kelebihan bahan bakarbriket arang sekam dapat dilihat pada Tabel 4antara lain cocok digunakan untuk rumahtangga dan warung, ramah lingkungan, biayapembuatan arang Rp. 142/Kg. Harga pokokbriket arang sekam Rp. 1.333/Kg.

Page 9: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

323

Jika sekam dapat dimanfaatkan untukbahan bakar rumah tangga dan warung diperdesaan dengan kompor sederhana dandibuat briket arang sekam agar dapatdigunakan oleh rumah tangga lain yang jauhdari sumber sekam, maka terdapat keuntunganberupa pemanfaatan limbah yang sekaligusmengurangi konsumsi minyak tanah/kayu danmengatasi gangguan lingkungan akibatgunungan sekam.

IV. IMPLEMENTASI PENGGILINGAN PADI TERPADU

4.1. Sarana dan Peralatan PenggilinganPadi

Untuk membangun sistem penggilinganpadi terpadu, maka diperlukan fasilitas untuk memproduksi beras berkualitas prima danmengolah hasil samping menjadi produkbernilai komersial, sehingga dibutuhkaninvestasi yang meliputi bangunan, peralatan,

tenaga penggerak dan instalasi peralatan sertapengadaan pengelola yang trampil. Peralatanutama dalam penggilingan padi dapat dilihatpada Gambar 5.

Teknologi proses penggilingan perlumeminimalkan tekanan dan friksi terhadapbutir gabah yang digiling. Penggilingan padipada kadar air sekitar 14 persen dapatmemberikan keuntungan baik terhadap mutuberas yang dihasilkan maupun nilai jualnya.Tata letak seperti telihat pada Gambar 5 dapatdiperbaiki dengan mengacu pada sistempenggilingan modern yaitu dengan mengurangisatu unit husker dan menggantinya denganpembersih gabah (paddy cleaner). Penataanmesin dengan cara tersebut dapat menurunkangabah yang tidak terkupas menjadi sekitar10 persen. Penggunaan satu unit husker dapatmenurunkan biaya untuk penggantian roll karet(rubber roll) dan menghasilkan beras denganmutu fisik yang lebih baik (Thahir, R., 2009).

Tabel 4. Hasil Analisis Ekonomi Pembakaran Briket Sekam

Sumber : Sudaryono dkk., 2003

Gambar 5. Diagram Proses Unit Proses Penggilingan Padi

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 10: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

324 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

4.2. Model Penggilingan Padi TerpaduModel penggilingan padi terpadu dapat

dikelompokkan menjadi 5 model, tergantungdari skala produksi beras di t ingkatpenggilingan.

Model I : menghasilkan beras pecah kulitdan hasil limbahnya berupa sekam. Model inibanyak dikembangkan di Jepang, dimanapenggilingan padi sengaja memproduksi beraspecah kulit. Agar tidak cepat rusak, makaberas pecah kulit dilapisi lilin dan dikemassecara vakum pada kemasan 5 kg untuk skalarumah tangga. Proses penyosohan dilakukandi rumah tangga dengan alat Mini Polisher.

Model II : menghasilkan beras giling danbanyak dikembangkan pada Penggilingan PadiKecil (PPK) dan Penggilingan Padi Menengah(PPM). Hasil samping dan limbah berupasekam dan dedak.

Model III : menghasilkan produk utamaberas kepala, hasil samping berupa beraspatah, menir dan dedak, serta limbah sekam.Model ini sering dilakukan pada penggilingan

Padi Skala Besar (PPB).Model IV : menghasilkan produk utama

beras kristal, hasil samping berupa beraspatah, menir dan dedak, serta limbah sekam.Model ini dapat dilakukan pada penggilinganpadi skala menengah (PPM) dan skala besar(PPB). Pada skala menengah menggunakanalat pengkabut sederhana (sistem grafitasi),sedang pada skala besar menggunakan alatpengkabut dilengkapi kompresor (sistem udaratekan). Model ini banyak dilakukan di Thailanddan Malaysia menjadi sistem kluster.Panggilingan padi sistem kluster adalah adanyakerjasama antara penggilingan padi kecil danmenengah sebagai kluster menghasilkan berasgiling dan dibeli oleh Inti untuk diproses ulangmenjadi beras berkualitas lebih tinggi.

Model V : merupakan model penggilinganpadi terpadu yang memanfaatkan hasilsamping untuk meningkatkan nilai tambah danmenerapkan sistem manajemen mutu. Modelini hanya dilakukan pada penggilingan skalabesar dan untuk ekspor. Rincian model inidapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Model Penggilingan Padi Terpadu

Page 11: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

325

4.3. Pengembangan Penggilingan PadiTerpaduPenggilingan padi terpadu adalah sistem

penggilingan padi yang mempunyai rangkaianproses pemecah kulit, pemisah gabah, pemutihberas, pengolahan butir patah, pengolahandedak dan limbah sekam secara terintegrasidalam satu kesatuan. Sistem ini dikembangkanuntuk meningkatkan daya saing penggilinganpadi melalui peningkatan pendapatan dari nilaitambah pengolahan hasil sampingnya. Ilustrasiketerpaduan dapat dilihat pada Gambar 6.

Analisis produksi dari 10 ton penggilinganGKG terlihat pada gambar 6 diperoleh hasilutama 6.442 kg beras utuh atau 6.184 kg beraskristal, 96 kg beras pecah/menir menjadi 92kg tepung beras atau 76 kg legendar dan 1.048kg dedak menjadi 971 kg dedak awet, 2.386

kg sekam menjadi 1.632 kg arang sekam(Sudaryono dkk., 2003).

Produk utama dan samping ini membukapeluang usaha baru berbasis pengolahanberas. Dari hasil yang telah diperoleh ini, masihpe r l u d i kembangkan l eb ih l an j u tpenyempurnaan teknologi dedak awet danpeningkatan nilai kalor arang sekam. Padatahun 2003, investasi yang diperlukan untukmembangun model penggilingan padi terpaduseperti dalam gambar 6 sekitar Rp. 250 jutadengan bangunan semi permanen di atastanah ukuran 200 m2, peralatan produksi,tenaga penggerak dan instalasi peralatan sertasistem transmisi. Peralatan utama yangdiperlukan mulai dari unit proses pembuatanberas sampai pada pengolahan hasil sampingdapat dilihat pada tabel 6.

Gambar 6. Ilustrasi Neraca Bahan Penggilingan Padi Terpadu dengan 10 Ton Padi GKG/hari

Sumber : Sudaryono dkk., 2003

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 12: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

326 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

4.4. Nilai Tambah

Nilai tambah yang akan didapatkan petanidi tingkat penggilingan akan meningkatbi lamana produksi di tempat usahapenggilingannya tidak hanya beras saja, tetapi

juga produk lain yang memiliki nilai ekonomisdan sekaligus nilai tambah dapat dilihat padaTabel 7. Padi dengan hasil sampingnya dapatmenghasilkan berbagai produk seperti yangterkompilasi dalam pohon industri padi.

Tabel 6. Spesifikasi Peralatan pada Penggilingan Padi Terpadu Skala 10 ton GKG/hari

Sumber : Sudaryono dkk., 2003

Tabel 7. Harga Komponen Produk Padi per Ha (6 ton)

Sumber : Thahir dkk., 2008 (data diolah kembali)

Pengolahan Hasil Samping

Page 13: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

327

Secara grafis dapat dilihat pada gambar7 bahwa nilai tambah yang mungkin dapatdiperoleh dengan menerapkan secaramaksimal teknologi tepat guna adalah berkisar16 juta per ha. Sedangkan potensi pengem-bangan pemanfaatan padi dan hasil sampingdengan estimasi perolehan nilai tambahdiperlihatkan dalam pohon industri sepertipada Gambar 8.

Gambar 7. Ragam Pemanfaatan Padi dan Hasil Samping dengan Estimasi Perolehan NilaiTambah

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 14: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

328 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330

Gam

bar

8. R

agam

Pem

anfa

atan

Pad

i dan

Has

il S

ampi

ng

Page 15: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

329

V. KESIMPULAN

Pemanfaatan hasil samping dan limbahpenggilingan padi untuk industri dapatmempercepat peningkatan pendayagunaanlimbah padi khususnya jerami, sekam dandedak secara komersial dengan dukunganteknologi yang sepadan. Keterkaitan bahanbaku dengan aplikasi teknologi yang semakinberkembang memungkinkan produk limbaholah tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.Eksplorasi teknologi pengolahan limbah padiyang efisien dan tepat terap merupakantantangan masa kini dan akan datang terutamadalam rangka mengeliminir persepsi bahwalimbah merupakan sumber polusi lingkunganmenjadi sumber bahan baku yang bernilai.

Untuk membangun sistem penggilinganpadi terpadu diperlukan fasilitas untukmemproduksi beras berkualitas dan mengolahhasil samping menjadi produk bernilaikomersial. Model penggilingan padi terpadudapat dikelompokkan menjadi 5 model yaitumodel I untuk skala rumah tangga (produkberas PK), model II untuk PPK dan PPM(produk beras giling), model III PPB (beraskualitas premium), model IV PPB (beras kristal)dan model 5. Model yang terakhir adalah modelpenggilingan padi terpadu dengan produknyaberupa beras premiun, hasil samping berupatepung beras, produk bihun, pakan ternak,briket dan arang sekam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Laporan Hasil Penelitian AgroindustriPadi. Laporan Tahunan. Balai Besar LitbangPascapanen Pertanian. Bogor.

Anonim, 2004. Pengembangan Kemitraan TeknologiAgroindustri Padi. Laporan Tahunan. BalaiBesar Litbang Pascapanen Pertanian. Bogor.

Artika, I. M. 1987. Pengaruh Perendaman dalamPembuatan Tepung Beras. Skripsi. Fateta IPB.Bogor.

Ahmad, A., 1989. Domestic Used of Rice Hull andDevelopment of Pyrolitic Conventor. PaperWorkshop on Apropriate Technologies on Farmand Village Level Postharvest Grain Handling.Jogya.

Beagle, E. C. 1978. Rice Husk Conversion to EnergiRome, Italy : Food and Agricultural Organizationof the United Nations.

BPS. 1997. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik.Jakarta.

BPS, 2008. Luas Panen, Laju Produksi dan ProduksiPadi per Provinsi tahun 2008. http://bps.go.id/.[Diakses tanggal 2 Juni 2009]

Damardjati, D.S. dan Purwani E.Y. 1991. PermintaanKonsumen terhadap Mutu Beras di Indonesia.Prosiding Konvensi Nasional Standardisasidan Penerapan Pengendalian Mutu. LIPI.Jakarta.

Ditjen P2HP. 2009. Penekanan Susut danPeningkatan Rendemen Gabah/Beras.h t t ps : / /www.ag r i b i sn i s .web . i d /d i sp -informasi/1/1/0674/penekanan_susut_dan_peningkatan.html [Diakses 29 November 2009]

Ditjen P2HP, 2010. Data Hasil Pengamatan TingkatKehilangan Hasil Padi di Jawa Barat selama5 Tahun (http://agribisnis.net/index.php?files=Berita_Detail&id=61). [Diakses tanggal15 Agustus 2010].

Hubeis, M. 1984. Pengantar Pengolahan TepungSerealia dan Biji-bijian. Jur. Tek. Pangan danGizi. Fateta. IPB. Bogor.

Indrasari, S.D., Suismono, Jumali dan Setyono.2000. Perakitan Teknologi Tepat Guna ProdukPangan Siap Saji dari Tepung Beras KompositMelalui Proses Teksturisasi. Laporan Tahunan.Balitpa. Sukamandi.

Juliano, B.O., 1985. Rice Chemistry and Technology.Second Ed. The American Association ofCereal Chemist. Ins. St. Paul, Minnesota, USA.774p.

Kemtan. 2010. Laporan harian harga gabah danberas di Kabupaten sentra produksi.http://www.deptan.go.id/index1.php. [Diaksestanggal 27 Agustus 2010].

Luh B.S. and Y.K. Liu. 1983. Rice Flour in Baking.Dalam B.S. Luh (ed). Rice : Production andUtil ization. AVI Publishing Company.Connectitut. USA.

Munarso, S.J., 1995. Karakteristik dedak padisebagai bahan pangan. Prosiding KonasPeragi/X/KPIG 1995. Jakarta. Hal. 469-478.

Patiwiri, A.W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai Tambah (Ridwan Rachmat dan Suismono)

Page 16: Model Penggilingan Padi Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai

Rachmat, T., R. Thahir dan J. Setiawati, 1989.Teknologi pemanfaatan limbah biomassa.Makalah Disampaikan pada Latihan TeknikPenelitian Pascapanen dan Benih. BalittanSukamandi, 14 Agustus – 8 September 1989.

Rahmat R., Ridwan Thahir, dan Jetty Setyawaty.1991. Tungku Sekam untuk Rumah Tangga.Buletin Mekanisasi Pertanian AGRIMEK. ISSN-0215-8191. Vol.3. no.1. hal 30-34.

Reza, H. 2004. Penerapan standar pada pengolahandan mutu beras di Indonesia. LokakaryaNasional :”Upaya Peningkatan Nilai TambahPengolahan Padi”,. 20-21 Juli 2004. PerumBULOG. Jakarta.

Setiawati, J. dan R. Thahir. 1989. Pembuatan danpemanfaatan tungku arang sekam. LaporanHasil Penelitian. Laboratorium Karawang.Balittan Sukamandi. http://www.seputar-indonesia.com/ edisicetak/ragam/menyulap-sekam-padi-menjadi-silika-3.html

Sinar Tani on line: http://www.sinartani.com/nasional/tingkat-kehilangan-hasil-padi-menurun-205-menjadi-108-1246853319.htm.Diakses Selasa, 24 Agustus 2010)

Sudaryono, Sutrisno, S. Lubis, Ari Jatiharti, A.Hasanuddin, dan R. Thahir, 1998. Perbaikanmodel penggilingan beras dengan sistempengabut uap. Balitpa kerjasama denganARMP-II , Badan Li tbang Pertanian.

Sutrisno. 2004. RPC sebagai Suatu AlternatifPeningkatan Mutu dan Nilai Tambah Beras.Lokakarya Nasional :”Upaya Peningkatan NilaiTambah Pengolahan Padi”, 20-21 Juli 2004.Perum BULOG. Jakarta.

Sunarya, 2001. Cara Bertani yang Baik dalam PolaManjemen Mutu. Pelatihan Manajemen MutuBidang Pertanian, Sukamandi. 24-25 Agustus2001.

Suismono, S.Joni Munarso, Jumali, Pahim danSarlan Abdulrahman. 2001. Studi PenyusunanTeknologi Produksi padi Unggul Mutu. Di dalamLaporan akhir : Studi penyusunan SistemStandardisasi Mutu Hasil Tanaman pangan.Balai Penelitian Tanaman Padi-Sukamnadi.

Setiawati, J. dan R. Thahir. 1989. Pembuatan danpemanfaatan tungku arang sekam. LaporanHasil Penelitian. Laboratorium Karawang.Balittan Sukamandi.

Soemangat. 1989. Design and development of corn

cob furnace for direct heat drying. PaperWorkshop on Apropriate Technologies on Farmand Village Level Postharvest Grain Handling.Yogyakarta.

Sutrisno, Jumali, Suismono dan S. Joni Munarso.2001. Studi Penyusunan TeknologiPenggilingan Padi Unggul Mutu. Di dalamLaporan Akhir : Studi Penyusunan SistemStandardisasi Mutu Hasil Tanaman Pangan.Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi

Sutrisno, S. Widowati, A. Setyono dan A.M. Fagi.1992. Pengembangan Paket Peralatan untukMenunjang Agroindustri.

Thahir, R., S. Nugraha, Sunarmani dan Yulianingsih.2006. Pengaruh Penyosohan Terhadap MutuFisik dan Cemaran Logam pada Beras Giling. Jurnal Enjiniring Pertanian IV(1):1-25.

Thahir, R. 2009. RevitalisasiPenggilingan PadiMelalui Inovasi Penyosohan, MendukungSwasembada Beras dan MenghadapiPersaingn Global. Orasi Pengukuhan ProfesorRiset, Badan Litbang Pertanian. 68p.

Thahir, R., R. Rachmat dan Suismono. 2008.Pengembangan Agroindustri Padi. DalamSuyamto dkk (Ed). Buku 1: Padi InovasiTeknologi dan Ketahanan Pangan. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanPangan, Sukamandi.: 34-76.

Tjahjohutomo, R., Handaka, Harsono dan TeguhWikan Widodo. 2004. Pengaruh KonfigurasiMesin Penggilingan Padi Rakyat TerhadapRendemen dan Mutu Beras Giling. JurnalEnjiniring Pertanian II(1):1-23.

BIODATA PENULIS

Ridwan Rachmat, dilahirkan di Bandung padatanggal 24 Oktober 1962. Saat ini beliau bekerjasebagai Peneliti Madya dan Kepala BidangProgram dan Evaluasi pada Balai Besar LitbangPascapanen, Badan Penel i t ian danPengembangan Kementrian Pertanian.Menyelesaikan pendidikan S1 di FakultasTeknologi Pertanian IPB, Bogor pada tahun1987. Memperoleh S2 bidang teknologi prosesdi Kyoto University, Kyoto, Jepang pada tahun1996 dan S3 bidang Bio Exploration andUtilization di Mie University, Jepang pada tahun1999.

330 PANGAN, Vol. 20 No. 3 September 2011: 315-330