analisis ekonomi usaha jasa produk pariwisata: studi
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA :
STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RAHADIAN SEPTIADI
F0106066
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA :
STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Surakarta, 24 Januari 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si) NIP. 196705231994031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, Februari 2011
Dr. Agustinus Suryantoro, M.S. ( .................................. ) NIP. 195909111987021001 Ketua
Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si ( .................................. ) NIP. 196705231994031002 Pembimbing Lukman Hakim, SE, M.Si. ( .................................. ) NIP. 196805182003121002 Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali
mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya...”
QS Ar Ra’d 13:11
“Hidup begitu lengkap ketika kita bisa melengkapi kehidupan orang lain...”
Iklan Toyota Kijang Innova
“Kegagalan merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda…”
anonim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
· Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan
restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih cita-
cita.
· Adik-adikku (Indra dan Angga) tersayang
· My lovely Retno Ningrum, yang selalu menginspirasi untuk berkarya dan
memberi support disaat susah maupun senang
· Mbah putri dan Mbah kakung, Semua Om dan Tanteq, serta Adik-adik
sepupuku Andi, Icha, Fauzan, dan Reyhan
· Semua sahabat-sahabat terbaikku Raka, Tino, Dimas, Apri, Mario, Site,
Indro, Riza, Ita, Tia, Windi, Alfi.
· Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi dengan judul “Analisis Ekonomi Usaha Jasa Produk Pariwisata
: Studi Kasus Kereta Uap Jaladara Di Kota Surakarta” penulis susun
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada objek wisata “Sepur Kluthuk
Jaladara” di Kota Surakarta untuk menganalisis dampak ekonomi yang
ditimbulkan adanya objek wisata tersebut.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.
Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah,
kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung
maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut
ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Perhubungan Surakarta.
7. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pariwisata Surakarta.
8. Pimpinan dan seluruh staff PT Aqsa International Tour & Leasure.
9. Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis.
10. Teman-teman EP, Manajeman, dan Akuntansi angkatan 2005, 2006, 2007.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan
sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
ABSTRAK ...................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
D. Manfaat ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dasar ....................................................................... 9
1. Pengertian Kereta Api ........................................................ 9
2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha .................................. 11
a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value) ....................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
b. Arus Kas Usaha (Cash Flow) ....................................... 13
c. Biaya Modal (Cost of Capital) ..................................... 15
d. Ukuran Kelayakan Usaha ............................................. 15
e. NPV, IRR, atau Payback Period? ................................ 16
3. Aspek Umum dan Organisasi ............................................. 17
a. Gambaran Umum Usaha .............................................. 17
1) Tujuan pendirian usaha ........................................... 17
2) Perizinan ................................................................. 18
3) Kegiatan usaha ........................................................ 19
4) Bentuk hukum badan usaha .................................... 19
5) Permodalan ............................................................. 19
b. Organisasi dan Personalia ............................................. 20
4. Aspek Pemasaran ................................................................ 20
5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek ................................. 21
a. Pengertian Proyek ......................................................... 21
b. Pengertian Kelayakan Proyek ....................................... 24
c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan ........................... 26
d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi ....................... 28
e. Analisis Biaya dan Manfaat .......................................... 31
f. Manfaat Proyek ............................................................ 32
1) Manfaat langsung ................................................... 32
2) Manfaat tidak langsung .......................................... 32
g. Biaya Proyek ................................................................ 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
h. Umur Proyek ................................................................ 37
i. Kriteria Investasi .......................................................... 38
1) Net Present Value (NPV) ....................................... 38
2) Internal Rate of Return (IRR) ................................. 39
3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ............................ 40
4) Profitability Ratio (PV/K) ....................................... 40
5) Payback Period (PBP) ........................................... 41
B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 42
C. Kerangka Teoritis ..................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 47
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 47
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 48
D. Definisi Operasional Variabel .................................................. 49
E. Alat Analisis Data ..................................................................... 49
1. Net Present Value (NPV) ................................................... 50
2. Internal Rate of Return (IRR) ............................................. 50
3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ........................................ 51
4. Payback Period (PBP) ....................................................... 51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................... 53
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 53
1. Letak Geografis .................................................................. 53
2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif ........................ 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Keadaan Alam .................................................................... 54
4. Aspek Demografi ................................................................ 55
5. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................... 57
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...... 57
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......... 57
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................... 58
6. Aspek Pariwisata ................................................................ 59
a. Wisata budaya dan sejarah ............................................. 60
b. Wisata seni ..................................................................... 60
c. Wisata taman .................................................................. 62
d. Wisata museum dan bangunan bersejarah ..................... 63
e. Wisata belanja ................................................................ 64
f. Wisata kuliner ................................................................ 66
B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara ................................. 68
C. Analisis Data dan Pembahasan ................................................. 69
1. Aspek Umum dan Pengelolaan .......................................... 69
a. Latar Belakang Usaha .................................................... 69
b. Maksud dan Tujuan ........................................................ 71
c. Sifat Usaha ..................................................................... 71
d. Pengelolaan .................................................................... 71
2. Aspek Pemasaran ................................................................ 72
a. Potensi Pasar .................................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
b. Strategi Pemasaran ......................................................... 75
1) Produk ...................................................................... 75
2) Harga jual (price) ..................................................... 77
3) Promosi .................................................................... 77
4) Target pasar .............................................................. 78
3. Aspek Keuangan ................................................................. 78
a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal .......................... 78
b. Biaya operasional ........................................................... 79
c. Biaya dan Estimasi Pendapatan/Manfaat ....................... 79
1) Biaya ....................................................................... 79
2) Estimasi pendapatan/manfaat ................................. 80
d. Payback Period (PBP) ................................................... 85
4. Simulasi Aspek Finansial dengan Alternatif Investasi ....... 86
a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun ................. 87
b. Perhitungan kelayakan usaha ......................................... 88
1) Net Present Value (NPV) ......................................... 89
2) Internal Rate of Return (IRR) .................................. 90
3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ................................ 92
4) Payback Periods ...................................................... 94
5. Analisis Ekonomi ............................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 98
A. Kesimpulan ............................................................................... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 100
C. Saran ........................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
Menurut Pintu Masuk Bandara Tahun 1997-2009 ................................ 2
1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta
Tahun 2003-2008 ................................................................................... 3
4.1 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan
Di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................................................. 54
4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008 .................. 55
4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2004-2008 ................................................................................... 56
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................... 56
4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut
Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................. 57
4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................... 58
4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 ............. 59
4.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta .................................... 73
4.9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta
Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC .................. 74
4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari
Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan ................ 84
4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta
melalui pajak dan retribusi .................................................................... 85
4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat
Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan .............................................. 86
4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari
Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta ...................................... 86
4.14 Perhitungan Pendapatan Pemkot Surakarta Selama 1 Tahun ................ 88
4.15 Perhitungan Net Present Value .............................................................. 90
4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) ........................................... 91
4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio ............................................................. 93
4.18 Perhitungan Payback Periods ................................................................ 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Siklus Suatu Proyek ................................................................................ 23
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Rahadian Septiadi F0106066
Penciptaan sebuah atraksi pariwisata merupakan upaya untuk memajukan sektor pariwisata di kota Surakarta. Sebagai kota budaya, maka atraksi wisata baru yang diciptakan juga kental akan nuansa budaya. Objek wisata baru tersebut harus memiliki sebuah keunikan yang dapat menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mendatangkan wisatawan dari luar daerah maupun dari luar negeri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi objek wisata baru yang dimiliki kota Solo yaitu kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara, mengetahui dan menganalisis manfaat yang ditimbulkan dari adanya kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara, serta mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang didalamnya terdapat data primer dan data sekunder dan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kelayakan usha dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, penulis menggunakan metode kriteria investasi yang terdiri dari NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Return), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara dapat menarik wisatawan dari luar Solo karena memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Usaha kereta uap wisata ini dapat dianggap layak bila ditinjau dari manfaat multiplier effect yang ditimbulkan bagi kota Solo secara keseluruhan sedangkan bila dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima pemkot Solo maka usaha pariwisata ini tidak layak, karena uang yang dikeluarkan dari APBD tidak dapat terbayar kembali. Dari hasil simulasi kelayakan finansial, usaha kereta ini dapat menguntungkan bagi pemkot Solo dan layak untuk dijalankan jika dilakukan investasi untuk beberapa tahun ke depan, bukan secara sewa bulanan. Key Word : Usaha pariwisata, Manfaat, Biaya, Kelayakan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas
untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang dilakukan
sekarang ini pada hakekatnya adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Salah
satu bentuk pembangunan yang ditempuh adalah pembangunan di bidang
industri pariwisata. Sektor pariwisata diyakini tidak hanya sekedar mampu
menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk
pembangunan yang sekarang sedang giat-giatnya dilakukan pemerintah,
industri pariwisata juga digunakan sebagai pendorong perkembangan
perekonomian suatu daerah.
Harapan bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti
pemasok devisa utama setelah Migas bukanlah harapan kosong semata, dalam
kenyataannya Indonesia memang memiliki potensi alam dan budaya yang luar
biasa melimpah dan benar-benar layak untuk dibanggakan sebagai sumber
industri pariwisata yang masih luas dan belum banyak terjamah oleh tangan
manusia. Sektor pariwisata diharapkan akan dapat menciptakan produk-
produk yang memang berkualitas dengan keragaman alam dan budaya ini.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Bandara 1997-2009
Tahun Jumlah
Wisatawan 1997 5,185,243 1998 4,606,416 1999 4,727,520 2000 5,064,217 2001 5,153,620 2002 5,033,400 2003 4,467,021 2004 5,321,165 2005 5,002,101 2006 4,871,351 2007 5,505,759 2008 6,234,497 2009 6,323,730
Sumber : www.bps.go.id
Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 dan 2009 jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui pintu masuk bandara
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 4
juta sampai 5 juta menjadi 6.234.497 orang pada tahun 2008 dan 6.323.730
pada tahun 2009. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa perkembangan
pariwisata di Indonesia mulai tahun 2008 meningkat.
Pembangunan di bidang industri pariwisata sendiri tidak terlepas dari
pemilihan penciptaan suatu bentuk atraksi wisata sebagai daya tarik utama
sehingga diharapkan dengan adanya atraksi wisata baru akan meningkatkan
kedatangan wisatawan sehingga akan tercipta sinergi antara sektor pariwisata
dengan sektor lainnya, seperti sektor ekonomi (sumber devisa dan pajak),
sektor sosial (penciptaan lapangan kerja baru), dan sektor kebudayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(memperkenalkan kebudayaan setempat kepada wisatawan). Pada aspek
ekonomi, diharapkan akan tercipta peningkatan perekonomian masyarakat.
Salah satu kota di Jawa tengah yang menjadi tujuan wisata baik
domestik maupun mancanegara yaitu kota Surakarta atau lebih dikenal dengan
sebutan kota Solo, karena kota Solo merupakan kota budaya dan pusat
kesenian jawa serta keberadaan industri batik tulisnya yang sampai saat ini
masih tetap dilestarikan. Dalam hal ini kota Surakarta harus mampu mengolah
budayanya sendiri sehingga menjadi penopang bagi perkembangan industri
pariwisata. Upaya-upaya membangkitkan industri pariwisata di Surakarta ini
tidak akan bisa apabila hanya dikerjakan oleh orang-orang pariwisata saja,
tetapi peran masyarakat dan sektor lain akan sangat dibutuhkan.
Perkembangan pariwisata di Kota Solo dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke kota Solo yang
selalu meningkat.
Tabel 1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta 2003-2008
Tahun Wisatawan
Mancanegara (Wisman)
Wisatawan Nusantara (Wisnus)
Jumlah Wisman
Dan Wisnus 2003
2004
2005
2006
2007
2008
7.629
7.585
9.649
10.626
11.922
13.859
737.025
722.890
760.685
904.984
960.625
1.029.003
744.654
730.475
769.744
915.610
972.547
1.042.862
Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dari tabel 1.2, terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah wisatawan yang
berkunjung ke kota Solo mengalami penurunan tapi pada tahun 2005 sampai
2008 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan yang cukup
signifikan terjadi pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008
terdapat event berskala internasional yang digelar di Surakarta seperti Solo
Batik Carnival (SBC) dan Solo International Ethnic Music (SIEM). Melihat
jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke
kota Surakarta selalu bertambah berarti permintaan akan jasa pariwisata pun
bertambah. Pariwisata di Surakarta ini masih dapat dikembangkan lagi dengan
memanfaatkan potensi-potensi yang ada, salah satunya dengan cara
menciptakan suatu event atau atraksi wisata dari potensi yang dimiliki kota
Surakarta. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik
bagi wisatawan datang pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu natural
attraction (seperti pemandangan, danau, air terjun, agro wisata, flora dan
fauna, dan sebagainya) build attraction (seperti bangunan yang menarik,
rumah adat, dan lain-lain), cultural attraction (diantaranya peninggalan
sejarah, cerita-cerita rakyat, kesenian tradisional, museum, festival kesenian,
dan semacamnya), dan social attraction (meliputi tata cara hidup suatu
masyarakat, ragam bahasa, upacara perkawinan, khitanan, dan kegiatan sosial
lainnya) (Yoeti, 2009: 167-168).
Produk pariwisata di Kota Surakarta tidak akan lepas dari hal yang
berkaitan dengan budaya. Sebagai wujud kepedulian pemerintah kota
Surakarta dalam menyediakan produk atraksi wisata yang bercorak budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bagi masyarakat umum dalam suasana yang menyenangkan serta tidak
terlepas dari nilai-nilai kearifan Pemkot Surakarta, maka pada Selasa tanggal
20 Oktober 2009 dirut PT KA Ignasius Jonan dan pemeritah kota Solo Joko
Widodo telah sepakat dan menandatangani perjanjian kerja sama operasional
Lokomotif Uap untuk operasional kereta uap wisata di Loji Gandrung Solo.
Pengoperasian kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” ini diresmikan oleh
menteri perhubungan (Menhub) Jusman Syafi’i Djamal. Menhub Jusman
Syafi’i Djamal, dalam sambutannya mengungkapkan pengoperasian kereta
wisata uap kuno itu merupakan terobosan yang sangat berani dari Pemerintah
Kota (Pemkot) Solo dalam bidang perhubungan dan pariwisata. Menhub
berharap langkah inovatif semacam itu bisa diikuti oleh daerah-daerah lain,
khususnya yang memiliki keistimewaan berupa rel kereta api di tengah kota
agar memberdayakan potensi tersebut (Solopos.com 27 September 2009).
Makna dari diaktifkannya kereta uap tersebut yaitu untuk
melestarikan benda bersejarah heritage milik PT KA tidak hanya dilakukan
dalam wujud monumen yang statis akan tetapi dapat dilakukan dalam bentuk
monumen yang dinamis, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat ataupun
wisatawan yang berkunjung ke kota Solo. Kota Solo telah mendeklarasikan
diri sebagai kota pusaka dan kota budaya maka keberadaan lokomotif uap
kuno ini selain mendukung pelestarian heritage, juga sebagai salah satu upaya
mem-branding kota.
Kereta uap wisata ini beroperasi di jalur kereta api Stasiun
Purwosari hingga Stasiun Solo Kota, jalur yang melintas menelusuri Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi
hingga berakhir di Stasiun Sangkrah (Solo Kota). Apabila menggunakan KA
melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah Kota
Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan
jalan utama di tengah Kota Solo.
Rencananya, KA Uap akan dioperasionalkan pada hari Sabtu dan
Minggu. Sementara pada hari lain, akan disewakan untuk tur. Sepanjang jalur
kereta bisa berhenti di Solo Grand Mall, Loji Gandrung, Sriwedari, Museum
Radyapustaka, Museum Batik, Pasar Ngarsapura, dan Gladak atau tergantung
pesanan (Prasetyo, 2009). Tarif kereta api wisata yang ditarik dengan loko
ketel uap "Sepur Kluthuk Jaladara" yaitu Rp 150.000,00 untuk wisatawan luar
Solo dan Rp 30.000,00 untuk masyarakat yang memiliki KTP Solo.
Masyarakat menilai harga tiket yang ditawarkan cukup tinggi dan dengan
harga tiket setinggi itu, tentu kereta ini menjadi ekslusif karena hanya
kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Biaya operasional lokomotif uap
kuno ini memang cukup mahal, sebab menggunakan bahan bakar kayu jati
yang kini sudah mulai langka sehingga sekali pengoperasian (PP) dari Stasiun
Purwosari hingga Sangkrah sepanjang 5,6 KM menelan biaya Rp 3,2 juta,
belum lagi menyangkut biaya perawatan padahal kapasitas dua gerbong yang
disediakan hanya 80 penumpang. Pada awal kedatangan KA itu, Wali Kota
menyatakan optimistis bahwa pengoperasian kereta uap ini akan bisa
mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD) (Prasetyo, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Penciptaan dan biaya operasional event atau atraksi wisata ini
memerlukan biaya yang tidak sedikit, padahal daya tampung gerbong hanya
berkapasitas sekitar 80 orang akibatnya untuk menutup biaya operasional,
harga tiket yang ditawarkannya pun tergolong tinggi untuk masyarakat yang
berpenghasilan menengah sehingga tidak menutup kemungkinan akan
menghadapi suatu kegagalan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih
mendalam untuk menganalisa secara ekonomi usaha jasa pariwisata kereta uap
wisata “Jaladara” ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara?
2. Bagaimanakah manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha
kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara?
3. Bagaimanakah kelayakan usaha produk pariwisata kereta uap wisata
“Sepur Kluthuk Jaladara” di kota Surakarta ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
2. Mengetahui dan menganalisis manfaat ekonomi pariwisata yang
ditimbulkan dari usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata Sepur
Kluthuk Jaladara.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan atau keputusan,
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Surakarta pada khususnya dan
Pemperintah Kota Surakarta pada umumnya.
2. Sebagai acuan / referensi bagi penelitian berikutnya.
3. Menambah studi kepustakaan dalam bidang analisis ekonomi sebuah
usaha jasa pariwisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dasar
1. Pengertian Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api
merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif
(kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian
kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu
memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya
sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama
angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009).
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kereta api dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009) :
a. Dari segi propulsi (tenaga penggerak)
propulsi kereta api dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Kereta api uap
Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap
air yang dibangkitkan/dihasilkan dari ketel uap yang
dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara ataupun minyak
bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai kereta
api dan terbawa sampai sekarang. Sejak pertama kali kereta api
dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang telah memakai
lokomotif uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan
Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda. Paling banyak
ialah buatan Jerman.
2) Kereta api diesel
Lokomotif diesel adalah jenis lokomotif yang bermesin diesel
dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada
dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel
hidraulik dan kereta api diesel elektrik.
3) Kereta api listrik
Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang
bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia,
kereta rel listrik terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
merupakan kereta yang melayani para komuter (lihat KRL
Jabotabek). Kereta rel listrik berbeda dengan lokomotif listrik.
b. Dari segi rel
1) Kereta api rel konvensional
Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum
dijumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi
yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki
tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang
diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan
lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.
2) Kereta api monorel
Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api
yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai.
Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta
api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena
efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota
khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip
seperti jalan layang.
2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha
Dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan manajemen secara luas,
studi kelayakan bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Studi ini
merupakan bidang terapan dari berbagai disiplin ilnu manajemen,
ekonomi, dan berbagai ilmu sosial lainnya. Secara lebih khusus, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
melakukan studi kelayakan usaha digunakan peralatan analisis yang ada
dalam bidang ilmu manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
manajemen sumber daya manusih, manajemen operasi, dan manajemen
um1im (general nrunagement). Di samping itu, juga diperlukan
peralatan analisis ilmu ekonomi (mikoekonomi, seperti struktur pasar dan
persaingan, dan makroekonomi, seperti kecenderungan inflasi, tingkat
bunga, dan kurs).
Sebelum masuk ke dalam suatu bidang usaha, pemodal (investor)
akan menilai terlebih dahulu apakah kas yang dikeluarkannya untuk
membangun dan mengoperasikan usaha tersebut dapat menghasilkan
kas yang lebih besar. Kas yang dihasilkan oleh perusahaan akan
diperoleh dalam beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu arus kas di
masa yang akan datang tersebut dinilai saat ini (present value). ltulah
sebabnya, perhitungan kelayakan suatu usaha yang paling utama
didasarkan atas kriteria yang disebut Net Present Value (NPV). Inti dari
konsep NPV, sesuai dengan namanya, adalah nilai bersih dari arus kas
masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini, atau periode nol (Zubir,
2005: 5).
a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value)
Dalam teori capital budgeting kita berhadapan dengan konsep
nilai waktu dari uang (time value of money). Uang sebesar Rp100,00
saat ini lebih tinggi nilainya dibanding uang sejumlah sama jika
diterima setahun kemudian. Uang yang kita miliki saat ini, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diinvestasikan atau didepositokan di bank dengan tingkat bunga
10% per tahun akan menjadi Rp110,00 pada akhir tahun pertama. Jika
pada tahun kedua tingkat bunga tetap l0%, maka pada akhir tahun
kedua investasi atau deposito tersebut akan bernilai Rp121,00.
Dengan demikian, uang yang diterima sebesar Rp100,00 saat ini
setara nilainya dengan Rp110,00 jika uang tersebut diterima
setahun kemudian atau Rp121,00 jika diterima dua tahun kemudian
(Zubir, 2005: 6).
b. Arus Kas Usaha (Cash Flow)
Arus kas usaha terdiri dari arus kas keluar (cash outfow) dan
arus kas rnasuk (cash inflow) antara keduanya disebut sebagai arus
kas bersih (net cash flow). Dalam praktik dikenal dua macam arus
kas, yaitu arus kas operasional dan arus kas proyek. Arus kas
operasi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dalam operasi
perusahaan sehari-hari. Arus kas operasional dinyatakan dalam
laporan arus kas, baik dalam bentuk langsung (direct method),
maupun tidak langsung (indirect method). Pada umumnya manajer
keuangan lebih banyak menggunakan laporan arus kas dalam bentuk
langsung karena berkaitan langsung dengan penerimaaan,
pengeluaran, dan saldo kas setiap akhir periode. Laporan arus kas
langsung menginformasikan besarnya kas yang tersedia pada akhir
periode Sedangkan arus kas tak langsung dapat kita jumpai pada
laporan keuangan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(KAP). Laporan ini dimaksudkan untuk menjelaskan penggunaan
setiap rupiah uang perusahaan selama satu periode yang tercantum
dalam neraca dan laporan rugi-laba perusahaan tersebut. Laporan arus
kas tak langsung pada akhirnya akan memberikan besarnya perubahan
kas selama satu periode (Zubir, 2005: 7).
Arus kas kelayakan usaha merupakan proyeksi beberapa tahun
ke depan yang terdiri dari arus kas keluar dan arus kas masuk. Selisih
antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas bersih.
Besarnya arus kas masuk suatu usaha berasal dari laba operasi setelah
dikurangi dengan pajak atas laba operasi tersebut setiap periode,
kemudian ditambah dengan biaya penyusutan, nilai sisa harta tetap dan
modal kerja bersih pada akhir periode proyeksi. Arus kas keluarnya
adalah untuk pembelian barang modal (harta tetap) dan penambahan
modal kerja setiap periode (incremental working capital). Dalam
perhitungan arus kas usaha tersebut tidak dimasukkan pembayaran
bunga, deviden, dan cicilan. Pembayaran bunga dan deviden tidak
dimasukkan sebagai arus kas keluar karena keduanya merupakan
imbalan atas modal patungan para pemilik proyek (investor dan
kreditur/bank). Demikian pula, pembayaran cicilan juga tidak
diperhitungkan dalam arus kas keluar karena cicilan juga merupakan
pengembalian terhadap modal dari kreditur/bank sebagai pemilik
proyek itu sendiri (Zubir, 2005: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Biaya Modal (Cost of Capital)
Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan, baik pinjaman
maupun modal sendiri, menanggung beban yang disebut sebagai biaya
modal (cost of capital). Biaya pinjaman disebut sebagai cost of debt
dan biaya modal sendiri disebut cost of equity. Biaya usaha yang
menggunakan modal pinjaman dan modal sendiri adalah rata-rata
tertimbang dari cost of debt dan cost of equity dengan pembobotnya
adalah porsi masing-masing sumber dana yang digunakan (Zubir,
2005: 21).
d. Ukuran Kelayakan Usaha
Ukuran kelayakan usaha yang umum digunakan adalah net
present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period
(Zubir, 2005: 30-32)
1) Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari arus kas usaha pada masa yang
akan datang yang didiskontokan dengan biaya modal rata-rata yang
digunakan kemudian dikurangi dengan nilai investasi yang telah
dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa suatu usaha akan diambil jika
NPV lebih besar atau sama dengan nol. Namun demikian, proyek
yang mempunyai NPV positif perlu dicermati lebih lanjut dengan
menguji sensitivitas NPV tersebut terhadap besaran beberapa
asumsi yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Internal Rate Of Return (IRR)
IRR adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang
(present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha.
Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan
NPV sama dengan nol.
3) Payback Period (PBP)
Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh
investor adalah payback period, yaitu jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan
dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin
cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha
tersebut untuk dipilih.
e. NPV, IRR, atau Payback Period?
Pada umumnya, dalam menilai suatu usulan investasi ketiga
kriteria tersebut dapat ditampilkan. Jika investor hanya menekankan
pada payback period saja, karena adanya keterbatasan waktu yang
harus dipenuhi oleh setiap investasi yang diambil, misalnya,
investasi disuatu usaha tidak boleh lebih dari tiga tahun, maka usaha
yang akan dipilih adalah yang mempunyai payback period di bawah
tiga tahun, tanpa memperhatikan bahwa ada usaha tersebut akan
mernberikan arus kas bersih yang besar pada tahun selanjutnya dan
NPV yang lebih besar pula daripada usaha yang dipilih. Sehingga
pilihan investasi tersebut tidak rnemberikan nilai tambah maksimum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bagi investor. Manajer keuangan lebih suka mernilih usaha
berdasarkan IRR karena lebih menekankan pada return (dinyatakan
dalam persentase) sebagai hasil relatif terhadap investasi yang
dikeluarkan. NPV merupakan pendekatan terbaik dikaitkan dengan
tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai atau kekayaan
perniliknya. NPV rnenggarnbarkan nilai tambah bagi pemilik yang
diciptakan oleh suatu usaha dengan cost of capital yang realistis.
Dalam kenyataannya, perhitungan ketiga kriteria investasi tersebut
ditampilkan untuk mendukung suatu usulan (proposal) usaha baru.
3. Aspek Umum dan Organisasi
a. Gambaran Umum Usaha
Gambaran umum usaha ini meliputi latar belakang pendirian
usaha, kegiatan usaha, bentuk badan hukum, izin-izin yang diperlukan,
dan sumber-sumber permodalannya (Zubir, 2006:45-47).
1) Tujuan pendirian usaha
Tujuan pendirian perusahaan biasanya dinyatakan dalam akta
pendiriannya. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan,
maka dalam studi kelayakannya sering juga dicantumkan sejarah
berdirinya perusahaan tersebut sampai mencapai kondisi saat ini
dan rencana di masa yang akan dating, biasanya dinyatakan dalam
bentuk perkembangan operasi dan keuangannya. Jika usaha baru
tersebut berbeda dari kegiatan induknya, atau bukan perluasan
usaha dan belum mempunyai akta, maka pendirian perusahaan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
disebut sebagai diversifikasi usaha dari perusahaan yang
bersangkutan. Dalam tujuan pendirian atau perluasan usaha dapat
pula dinyatakan manfaat langsung dan tidak langsung dari proyek
tersebut, baik terhadap pemilik maupun terhadap lingkungannya.
Pada intinya, tujuan perusahaan tersebut adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan masyarakat di sekitarnya.
2) Perizinan
Dokumen-dokumen perizinan harus sudah diperoleh sebelum
usaha tersebut siap dioperasikan. Dalam tahap perencanaan proyek
sudah diperhitungkan segala macam jenis perizinan yang akan
harus dipenuhi. Misalnya, surat izin penanaman modal dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal, khususnya untuk penanaman modal
asing, surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan Surat Tanda Daftar
Perusahaan dari Departemen Perdagangan, Surat Daftar Rekanan,
Surat Keterangan Domisili, dan Surat Izin Mendirikan Bangunan
dari Pemerintah Daerah, Nomor Pokok Wajib Pajak, Angka
Pengenal Impor Terbatas (APIT) untuk keperluan mengimpor
barang-barang modal, bahan baku, dan lain-lain. Jika usaha
tersebut merupakan proyek perluasan maka surat-surat izinnya
akan mengikuti surat-surat izin perusahaan yang sudah ada, kecuali
beberapa surat izin baru yang harus diperoleh, yaitu IMB untuk
memperluas bangunan dan surat izin penanaman modal dari
BKPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Kegiatan usaha
Dalam bagian ini akan dijelaskan lokasi usaha dan bidang kegiatan
yang akan dilaksanakan, termasuk juga segment pasar dan daerah
atau wilayah yang akan dilayani. Disamping itu, diuraikan pula
manfaat yang akan diberikan oleh usaha tersebut terhadap
lingkungan dan perekonomian sekitarnya. Pada umumnya, manfaat
yang diberikan oleh usaha baru tersebut dinyatakan secara
kualitatif. Pada proyek-proyek pemerintah atau public service
perhitungan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dari segi
social juga merupakan variable utama yang menjadi dasar
pertimbangan dibangunnya suatu usaha.
4) Bentuk hukum badan usaha
Bentuk hukum dan badan usaha sesuai dengan akta pendiriannya.
Pada umumnya berbentuk perseroan terbatas (PT) atau koperasi.
Usaha baru mungkin saja tidak memiliki akta tersendiri karena
usaha tersebut bernaung sebagai unit usaha dibawah induknya. Jika
badan usaha tersebut dijadikan suatu badan usaha tersendiri maka
harus dilengkapi dengan perizinan atau persyaratan yang berlaku
sesuai dengan bentuk hukum badan usahanya.
5) Permodalan
Dalam bagian ini dijelaskan kebutuhan modal dan sumber
pendanaannya (modal pemilik, pinjaman bank, dan lain-lain). Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
usaha tersebut didirikan oleh beberapa orang, maka komposisi atau
porsi modal masing-masing pemilik sudah dinyatakan di dalam
akte pendiriannya. Kebutuhan dana yang dicantumkan dalam
bagian ini disesuaikan dengan harapan pemilik dan peraturan
perbankan dalam pembiayaan investasi tersebut. Jika usaha
tersebut merupakan proyek perluasan, sumber permodalannya
dapat pula berasal dari dana yang disisihkan dari kekayaan
perusahaan (sumber dana internal) atau modal cadangan dan dana
pensiun karyawan.
b. Organisasi dan Personalia
Dalam aspek organisasi dibahas komposisi pengurus (komisaris
dan direksi), struktur organisasi, jabatan-jabatan dan uraian tugasnya,
serta jumlah kebutuhan tenaga kerja dan penggajian. Organisasi
perusahaan disusun sesuai dengan bentuk usaha dan besarnya kegiatan
yang akan dilakukan, sehingga pengoperasiannya dapat berjalan
dengan lancar (Zubir, 2006:47).
4. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
posisi permintaan dan penawaran produk atau jasa yang sama yang sudah
ada saat ini serta perkembangannya di masa yang akan datang. Jika
permintaan terhadap produk atau jasa yang ada serta prospeknya di masa
yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya, maka pembangunan
proyek yang menghasilkan produk yang sama dan teknologi yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya, jika tersedia market space, maka perlu
diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan
mampu menampung proyek baru tersebut. Selain itu, perlu diingat bahwa
market space yang cukup besar akan menarik pesaing untuk masuk ke
dalam usaha yang sama atau memperluas kapasitas yang sudah ada.
Atas dasar hal-hal tersebut maka yang dibahas dalam aspek
pemasaran adalah sebagai berikut (Zubir, 2006:55) :
a. Produk (barang/jasa) yang ditawarkan
b. Perkembangan permintaan dan prospeknya
c. Perkembangan penawaran dan prospeknya
d. Market space dan market share
e. Program pemasaran yang meliputi :
1) Daerah pemasaran dan pengembangannya
2) Kebijakan harga jual dan sistem pembayaran
3) Saluran distribusi
4) Promosi.
5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek
a. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu keseluruhan rangkaian aktivitas (activity)
yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunakan sumber-
sumber (input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil
(return) di masa yang akan datang. Aktivitas proyek ini mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
saat mulai (starting point) dan saat berakhir (ending point) (Kadariah,
1999:1).
Pengertian proyek menurut Gray yaitu kegiatan-kegiatan yang
dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan
dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.
(Gray, 2002:1)
Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan
dan dapat dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit).
Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objective) yang mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu
titik akhir (ending point) (Kadariyah, 1999:1).
Sumber-sumber (input) dalam pelaksanaan suatu proyek, yang
dapat dipergunakan antara lain yang berbentuk barang-barang modal,
tanah, barang setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan
waktu. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat
dianggap sebagai barang dan jasa konsumsi yang dikorbankan dari
penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar
di masa datang.
Suatu proyek, baik proyek publik maupun proyek swasta
biasanya dimulai dengan timbulnya suatu gagasan pengusutan dari
seseorang atau lembaga, kemudian dari gagasan tersebut,proyek akan
melalui tahapan (Gray, 2002 : 3-4 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.1 Siklus Suatu Proyek
Sumber : Gray (2002)
a. Identifikasi
Tahap pertama yang dilakukan adalah identifikasi, yaitu
menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk
dilaksanakan.
b. Formulasi
Mengadakan persiapan dengan mengadakan pra studi kelayakan
dengan meneliti sejauh mana calon – calon proyek tersebut dapat
dilaksanakan menurut aspek – aspek teknis,institusional,social,dan
eksternalitas.Setelah mempertimbangkan aspek – aspek tersebut
barulah studi kelayakan dapat disusun.
c. Analisis
Mengadakan evaluasi terhadap laporan – laporan studi kelayakan
yang ada.Studi kelayakan proyek tersebut dianalisis untuk memilih
I Identifikasi
II
Formulasi
III Analisis
IV Implementasi
VI Evaluasi
V Operasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang
ada,berdasarkan suatu ukuran tertentu.
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan proyek tersebut.Pada
tahap ini,tanggung jawab dari para perencana serta penilaian
proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final desaign-nya.
e. Operasi
Tahap operasi ini dipertimbangkan metode – metode pembuatan
laporan atas pelaksanaan operasinya.Laporan tersebut diperlukan
untuk tahap selanjutnya.
f. Evaluasi Hasil
Tahap yang terakhir yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan
serta operasi proyek,berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada
tahap-tahap sebelumnya.Di sini dibandingkan antara apa yang
direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan
untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau
untuk mengembangkan gagasan satu dalam memilih proyek –
proyek baru.
b. Pengertian Kelayakan Proyek
Studi kelayakan atau feasibility study pada hakekatnya adalah
metode penjajagan dari suatu gagasan proyek tentang kemungkinan
layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Studi Kelayakan Proyek adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)
dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin
bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam
artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian
yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh
pihak swasta yang terutama lebih berminat tentang manfaat ekonomis
suatu investasi sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non
profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif.
Mungkin dipertimbangkan berbagai manfaat bagi masyarakat luas
yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber
daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya (Husnan,
2000:4).
Studi kelayakan proyek atau yang juga dikenal dengan evaluasi
proyek adalah penilaian proyek berdasarkan efisiensi operasional
secara teknis, ekonomis, maupun manajerial. Inti dari evaluasi proyek
adalah dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut,
apabila manfaat proyek tersebut lebih besar dari biaya yang digunakan
maka proyek dikatakan efisien dan sebaliknya apabila manfaat proyek
tersebut lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut tidak
efisien. Oleh karena itu evaluasi proyek merupakan alat bantu yang
penting bagi penentu kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan
Umumnya investasi memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu studi kelayakan terhadap proyek yang
akan dilaksanakan. Studi kelayakan perlu dilakukan agar investasi
yang terlanjur ditanamkan mampu menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi
kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil
apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang
menyangkut investasi dalam jumlah yang sangat besar (Husnan,
2000:7).
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut
tiga aspek, yaitu (Husnan, 2000:4-5):
1) Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri
(sering juga disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti
apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila
dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara tempat proyek
itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara.
3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek
tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk
dilakukan.
Dalam pengevaluasian proyek suatu proyek terdapat 6 aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu (Kadariah, 1999:1) :
1) Aspek teknis, meliputi evaluasi tentang input dan output dari
barang dan jaa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh produsen.
2) Aspek manajerial dan administratif, menyangkut kemampuan staf
proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran
besar (large scale activities).
3) Aspek organisasi, perhatian utamanya ditujukan pada hubungan
antara administrasi proyek dengan bagian administrasi pemerintah
lainnya dan untuk melihat apakah hubungan antara masimg-masing
wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas.
4) Aspek komersial, menyangkut penawaran barang dan jasa (input)
yang diperlukan proyek baik pada saat membangun proyek
maupun pada saat proyek sudah diproduksi dan menganalisa
pemasaran output yang akan diproses oleh produsen.
5) Aspek finansial, menyangkut terutama perbandingan antara
pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek
itu terjamin dana yang diperlukannya, apakah proyek mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
membayar kembali dana itu akan berkembang sedemikian rupa
sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
6) Aspek ekonomis, diperlukan dalam rangka apakah proyek tersebut
akan memberikan sumbangan atau memiliki peranan positif dalam
pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranan tersebut
cukup besar untuk membenarkan penggunaan sumber-sumber
langka yang dibutuhkan.
d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi
Perhitungan manfaat (benefit) dan biaya (cost) proyek pada
dasarnya dapat dilakukan lewat dua macam pendekatan, tergantung
pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu
perhitungan dikatakan sebagai analisis privat atau analisis finansial,
bila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek
adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai
benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan
swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut.
Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau
perhitungan ekonomi apabila yang berkepentingan langsung dalam
manfaat dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara
keseluruhan. Menurut pendekatan ini yang dihitung sebagai benefit
adalah seluruh manfaat yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari
proyek, tanpa melihat siapa yang menerima hasil dari proyek tersebut
dan siapa mengorbankan sumber-sumber tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis
ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray,
2002:8-11) :
1) Harga
Harga di dalam analisis finansial yang digunakan adalah harga-
harga pasar baik untuk sumber-sumber yang dipergunakan dalam
proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara
dalam analisis ekonomi yang dipergunakan adalah shadow prices
atau accounting prices, yaitu hatga-harga yang disesuaikan
sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang
sebenarnya dari suatu barang atau jasa tersebut.
2) Pajak
Pajak di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang
dibayarkan kepada pemerintah sehingga akan mengurangi benefit.
Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer,
yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi
tidak mengurangi benefit.
3) Subsidi
Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan
dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti
pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek,
sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis
ekonomi subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dari masyarakat yang digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu
subsidi yang diterima oleh proyek merupakan beban masyarakat,
jadi jika dilihat dari segi ekonomi tidak mengurangi proyek.
4) Biaya investasi dan pelunasan pinjaman
Biaya investasi pada permulaan proyek dalam analisis finansial
hanyalah yang dibiayai dengan modal saham si penanam modal itu
sendiri. Namun arus pelunasan pinjaman serta bunganya yang
berlaku pada tahap produksi menjadi beban penanam modal.
Sementara pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi, apakah
dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar
negeri, dengan modal saham / pinjaman dianggap sebagai biaya
proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi pelunasan pinjaman yang
digunakan untuk membiayai sebagian investasi diabaikan guna
menghindari penghitungan ganda (double counting). Pengecualian
terjadi bila bagian yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang
diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Sehingga dana
tersebut tidak dapat diperuntukkan untuk membiayai proyek lain.
5) Bunga
Bunga atas pinjaman dari dalam atau luar negeri dalam analisis
finansial, merupakan biaya proyek sedangkan dalam analisis
ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan
sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal
masyarakat sehingga bunganya saja dapat dianggap sebagai bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang
timbul karena adanya kegiatan operasi hanyalah merupakan
transfer paymens dari satu pihak kepada pihak lain.
Apabila investasi proyek tersebut dibiayai oleh pemerintah
dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat
analisis adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability),
yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut
kepada perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berarti, seandainya
suatu rencana investasi pemerintah ditinjau dari segi finansialnya
menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan benefit dan
cost-nya adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1), tetapi ditinjau dari
manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan
perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut akan dilaksanakan
(Khotimah, 2002: 17-18).
e. Analisis Biaya dan manfaat
Tujuan dari studi kelayakan proyek atau evaluasi proyek adalah
membandingkan antara manfaat dengan biaya yang dikeluarkannya.
Suatu proyek dianggap layak (feasible) apabila manfaatnya lebih besar
dari biaya atau pengorbanannya.
Manfaat (benefit) adalah apa saja yang dapat menambah
pendapatan nasional atau yang secara langsung maupun tidak
menambah persediaan barang-barang konsumsi. Sedangkan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengrangi persediaan
barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
f. Manfaat Proyek.
Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau
hasil. Manfaat yang dihasilkan suatu proyek dapat dibagi dalam
(Khotimah: 35-37) :
1) Manfaat langsung
Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan
yang ditangani proyek. Manfaat ini berupa :
a) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-
hal berikut ini :
(1) Kenaikan dalam produksi fisik
(2) Perbaikan mutu produk (quality improvement)
(3) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan
(4) Perubahan dalam bentuk (grading and processing)
b) Penurunan biaya dapat berupa :
(1) Keuntungan dari mekanisasi
(2) Penurunan biaya pengangkutan
(3) Penurunan atau penghindaran kerugian
2) Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul atau dirasakan
di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga
macam manfaat tidak langsung, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang
biasanya disebut multiplier effect dari proyek.
b) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar
(economics of scale).
c) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder
dinamik (dynamic secondary effect).
3) Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible
benefits) adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti:
a) Perbaikan lingkungan hidup
b) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah
c) Perbaikan distribusi pendapatan
d) Integrasi nasional
e) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya.
g. Biaya Proyek
Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah (Gray, 2002:
15-18) :
1) Modal
Opportunity cost modal adalah benefit yang dapat diperoleh bila
modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marjinal. Shadow
price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal tersebut
yang besarnya sama dengan tingkat bunga sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Tanah
Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah
untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat
dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar
tiap tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang
perhitungannya dilakukan tiap tahun.
3) Bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi
Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang
digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut
social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit
tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya
untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia
(tradeable goods, barang-barang yang diimpor atau dapat
diekspor), digunakan harga-harga lepas pantai (border price)
sebagai shadow price yaitu harga-harga f.o.b untuk barang-barang
yang dapat diekspor dan harga-harga c.i.f untuk barang-barang
yang diimpor.
4) Tenaga kerja
Menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja
yang terdidik/terlatih (skilled labor) dan tenaga kerja yang tidak
terdidik/terlatih (unskilled labor), sebab yang biasa dinilai dengan
tingkat upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja
yang tidak terdidik/terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bahwa shadow wage tenaga kerja tidak terdidik/terlatih adalah nol.
Ini didasarkan asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga kerja
tidak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity cost-
nya sama dengan nol, atau walaupun di desa asal mereka dianggap
bekerja, produktifitas marginal mereka di desa sama dengan nol.
Namun apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tidak
terdidik/terlatih tidak sama dengan nol maka pendapatan dan
tingkat konsumsi mereka (tenaga kerja tidak terdidik/terlatih) akan
bertambah. Pertambahan konsumsi ini akan mengurangi jumlah
investasi masyarakat. dengan kata lain tenaga kerja tidak
terdidik/terlatih yang dipekerjakan di proyek mempunyai social
opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh
seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.
5) Pelunasan utang dan bunga
Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri
dan pinjaman dari luar negeri melalui pool dana pemerintah yang
penggunaanya dipengaruhi oleh pemerintah setempat termasuk
bantuan luar negeri yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti
Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini
dapat digunakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi,
penggunaan dana pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban
sosial berupa social opportunity cost di berbagai alternatif lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Oleh sebab itu pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai
investasi, artinya bersifat biaya.
Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaanya
terikat pada suatu proyek tertentu. Artinya, bila proyek tersebut
tidak jadi dilaksanakan maka pinjaman dibatalkan. Jadi,
penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut, dana
pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost.
Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan
pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman
diperhitungkan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap
tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam
hal ini pelunasan pinjaman beserta bunganya termasuk kedalam
biaya proyek.
6) Penyusutan
Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan
tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa
sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya
modal.
7) Sunk cost
Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam / dikeluarkan yang
menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek
tersebut diambil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
8) Salvage values
Salvage values adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak
habis terpakai selama umur ekonomis proyek.
9) Negative externalities
Negative externalities sukar untuk diukur atau dinilai dengan
satuan mata uang. Idealnya akibat-akibat yang timbul dari negative
externalities ini sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu
dimasukkan sebagai bagian dari biaya (benefit) proyek.
h. Umur Proyek
Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur
proyek, antara lain (Pudjosumarto, 1995: 18-19) :
1) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu)
yang kira-kira sama dengan umur ekonomis daripada proyek. Yang
dimaksudkan umur ekonomis sesuatu asset ialah jumlah tahun
selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya
tahunan dari padanya.
2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar
sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur tekhnis daripada
unsur-unsur pokok investasi. Di dalam hal ini perlu diingat bahwa
untuk proyek-proyek tertentu umur teknis daripada unsur-unsur
pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh
lebih pendek karena absolescence (ketinggalan jaman karena
penemuan teknologi baru yang lebih efisien). Keadaan ini banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terdapat pada proyek-proyek industri dan pengangkutan, tetapi
jarang terdapat dalam proyek-proyek pertanian.
3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun
dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika
didiscount dengan discount rate sebesar 10% ke atas, maka present
value-nya sudah kecil sekali (misalnya pada rate 10 present value
of an annuity factor untuk seluruh jangka waktu mulai tahun ke-26
sampai dengan tahun ke 100 hanya sebesar 0,923 yakni kurang dari
nilai nominal annuity tersebut dalam satu tahun saja).
i. Kriteria Investasi
Dalam analisis proyek terdapat babarapa kriteria yang sering
dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan
proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan
proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria
investasi tersebut adalah sebagai berikut (Gray, 2002: 64-78) :
1) Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan
cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan. Dalam mengkaji
usulan suatu proyek dengan menggunakan metode NPV apabila
hasil yang di dapat dari perhitungan menggunakan metode ini
positif (NPV ≥ 0) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.
Sebaliknya bila hasil yang didapat negatif (NPV < 0) maka proyek
tersebut dianggap tidak layak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dimana :
= Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
= Cost sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek
= tingkat bunga (social discount rate)
2) Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa
antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost
(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol.
Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek
untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang
akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati
besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang
berlaku (i).
Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih
apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social
discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.
Dimana :
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative
= NPV positif
= NPV negatif
3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit – Cost Ratio merupakan perbandingan antara benefit
yang telah dipresent-valuekan dengan biaya yang telah dipresent-
valuekan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila
B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak.
Dimana :
Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t
Ct = cost sosial bruto proyek pada tahun t
= social discount rate
= tahun yang bersangkutan
4) Profitability Ratio (PV/K)
Profitability Ratio menunjukkan perbandingan antara
penerimaan (benefit) dikurangi biaya rutin (EPt) dengan biaya
modal (Kt) yang digunakan setelah dipresent-valuekan. Kedua
unsure biaya EPt dan Kt merupakan bagian dari biaya Ct yang
terkait dengan investasi lainnya, yaitu EPt + Kt = Ct.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Profitability Ratio lebih mendekati B/C Ratio sehingga suatu
proyek akan diterima apabila PV/K > 1, sebaliknya apabila PV/K <
1 maka proyek akan ditolak.
Dimana :
Bt = benefit bruto dalam tahun t yang sudah didiscount-
faktorkan
EPt= Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada
tahun t yang sudah didiscountfactorkan
Kt = biaya modal pada tahun t
n = umur ekonomis proyek
i = social discount rate
5) Payback Period (PBP)
Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan
untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya
yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam
hal ini, biasanya yang dijadikan pedoman untuk menentukan suatu
proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling
cepat mengembalikan biaya investasi. Semakin cepat
pengembaliannya maka semakin baik dan kemungkinan besar akan
dipilih. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
payback period dan belum memperhatikan time value of money
(Pudjosumarto, 1995:51-52).
Dimana :
I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
= benefit bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya
B. Penelitian Terdahulu
Brown dan Kwansa (1999) melakukan sebuah penelitian dengan judul
Menggunakan Model IRR dan NPV Untuk Menilai Biaya Sosial dari Proyek-
proyek Pariwisata di Negara-negara Berkembang. Penelitian ini membahas
beberapa biaya sosial yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di negara-
negara berkembang, dengan menggunakan teori ekonomi pembangunan.
Meskipun nilai sosial dari suatu investasi pariwisata harus melebihi biaya
sosial tapi teknik penilaian yang digunakan untuk memperkirakan biaya-biaya
selama proses keputusan investasi tidak sepenuhnya dikembangkan. Dengan
menggunakan model Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value
(NPV) sebagai alat ukur mungkin dapat dipertimbangkan dalam kriteria
investasi untuk membantu mengatasi masalah ini. Para pembuat kebijakan
dapat menggabungkan model ini ke dalam studi dari keseluruhan proyek
pariwisata. Jika NPV > 0 dan IRR > country’s cost of capital maka proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
layak untuk dijalankan dan jika NPV < 0 dan IRR < country’s cost of capital
maka proyek tidak layak untuk dijalankan.
Suthanaya (2009) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis
Kinerja Dan Kelayakan Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal
Trans Sarbagita Di Provinsi Bali. Hasil yang diperoleh adalah dari kajian
finansial menunjukkan hasil yang tidak layak, namun secara ekonomi layak
untuk diterapkan. Hal ini antara lain karena besarnya tarif ditentukan
berdasarkan kemampuan masyarakat dan bukan dari biaya operasional
kendaraan (BOK). Untuk menutupi BOK tersebut diperlukan adanya subsidi
dari pemerintah.
Supriyadi, Bambang, Ismiyati (2002) telah melakukan penelitian
dengan judul Analisa Pelayanan Angkutan Kota di Kota Purwokerto. Hasil
yang diperoleh adalah untuk trayek F2 (rute Sokaraja - Kebondalem) dan K
(rute Karanglewas – Kebondalem) usaha angkutan umum masih
menguntungkan. Hal ini dapat teridentifikasi dari analisis finansial yang telah
dilakukan pada kedua rute menunjukan angka yang positif atau
menguntungkan pada sisi pengusaha menurut parameter yang digunakan, yaitu
: NPV, IRR, dan B/C ratio dimana menunjukan nilai NPV > 0 (F2 :
16.262.018, K : 1.243.279 ), BCR > 1 (F2 : 1,81 , K : 1,06 ), IRR > sosial
discount rate : 18 % (F2 : 0,19, K : 0,28 ). Sementara untuk trayek F1 (rute
Patikraja – Kebondalem) usaha angkutan umum merugi, hal ini dapat
teridentifikasi dari analisa finansial yang telah dilakukan pada trayek F1
menunjukan angka yang negatif atau rugi pada sisi pengusaha menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
parameter yang digunakan, yaitu NPV <0 (F1 : - 17.508.035), BCR <1 ( F1 :
0,08 ) sementara IRR < 18% (F1 : 0,12).
Syahrani (2003), telah melakukan penelitian dengan judul Analisis
Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan Dengan Tanaman Buah
Durian (Durio Zibethis Murr) di Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi
Kalimantan Timur. Hasil yang diperoleh adalah Pengusahaan kebun hutan
dengan tanaman buah durian layak untuk dilakukan dengan jangka waktu
usaha 52 tahun, dengan Net Present Value sebesar Rp. 7.982.175 dan
Net B/C Ratio sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15%, sedangkan
dengan model Internal Rate of Return, diperoleh nilai IRR sebesar
20,95%.
Ratnayanti, Bernardinus, dan Yudhistira (2006) telah melakukan
penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Pada Rumah Sakit X Di
Cimahi. Hasil yang diperoleh adalah pembangunan Rumah Sakit ‘X’
merupakan invetasi yang layak. Hal ini dapat dilihat dari : Net Present Value
(NPV) : Rp 6.187.604,321 > 0 menunjukkan investasi yang layak, Internal
Rate of Return (IRR) = 9,75 % > MARR (Minimum Attractive Rate of Return)
= 7%, menunjukkan investasi yang layak, Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,31 >
1, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan Payback Period (jangka waktu
pengembalian investasi) = 9 tahun 3 bulan, sehingga proyek dapat dikatakan
layak untuk dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. Kerangka Teoritis
Untuk mempermudah dan membantu pelaksanaan dan penganalisaan
maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa munculnya
usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” merupakan pertemuan
permintaan dan penawaran wisata yang terjadi di Kota Surakarta. Dalam hal
ini Pemerintah Kota merespon permintaan pariwisata tersebut dengan
diwujudkannya sebuah atraksi wisata yang sekaligus dapat memperkuat citra
kota Surakarta sebagai World Heritage City atau kota warisan budaya dunia.
Selanjutnya untuk mewujudkannya diperlukan investasi. Setiap investasi suatu
Usaha Kereta Uap Wisata “Sepur
Kluthuk Jaladara”
Penawaran wisata
Investasi
Analisis Ekonomi
Layak Tidak Layak
GO (Diteruskan)
Permintaan wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
usaha tentunya akan melibatkan suatu resiko tertentu. Dengan dasar itulah
maka diperlukan suatu analisis ekonomi untuk mengetahui suatu usaha layak
atau tidak baik dari segi ekonomi maupun finansial. Bilamana berkategori
layak maka usaha tersebut dijalankan. Namun bila tidak layak maka perlu
dikaji ulang pembentukan usaha tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis ekonomi usaha dan yang
dianalisis adalah usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam penelitian ini
adalah :
1. Data Primer
Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data primer
adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual
terjadinya peristiwa.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan wawancara
langsung kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang Angkutan
Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai Pengelola
Kereta Jaladara.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Data Sekunder
Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Data tersebut
diperoleh dari:
a. Dinas Perhubungan Surakarta
b. Dinas Pariwisata
c. Surakarta Dalam Angka 2008, BPS Kota Surakarta
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang
Angkutan Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai
Pengelola Kereta Jaladara.
2. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang
diperlukan berupa data dan teori yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti. Data tersebut diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota
Surakarta, Dinas Pariwisata, Pengelola Kereta Jaladara, dan Badan Pusat
Statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Definisi Operasional Variabel
1. Capital (modal)
Capital adalah modal awal yang digunakan untuk investasi proyek kereta
uap yang diukur dalam satuan rupiah.
2. Benefit (manfaat)
Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Dari
kegiatan suatu proyek yang diukur dalam satuan rupiah. Manfaat langsung
yang diterima berupa pendapatan dari retribusi tiket. sedangkan manfaat
tidak langsung meliputi pendapatan masyarakat yang memanfaatkan
adanya kereta uap wisata tersebut.
3. Cost (biaya)
Cost adalah pengeluaran yang dikeluarkan pada saat pengadaan kereta dan
biaya operasional yang diukur dalam satuan rupiah.
4. Discount rate (tingkat bunga)
Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada
saat dilakukan investasi awal. Diukur dalam satuan persen (%).
E. Alat Analisis Data
Untuk melakukan analisis ekonomi dan melakukan simulasi alternatif
cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha,
digunakan metode kriteria investasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kriteria Investasi yang digunakan sebagai formula perhitungan yaitu:
1. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost
(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan (Gray, 2005:65).
Dimana :
= Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
= Cost sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek
= tingkat bunga (social discount rate)
Investasi dianggap layak (feasible) apabila NPV > 0
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa
antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost
(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol (Gray,
2005:69).
Dimana :
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative
= NPV positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
= NPV negative
Investasi dianggap layak (feasible) bila IRR > tingkat bunga
3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio merupakan perbandingan antara benefit yang telah
dipresent-valuekan dengan biaya yang telah dipresent-valuekan (Gray,
2005:75).
Dimana :
Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t
Ct = cost sosial bruto proyek pada tahun t
= social discount rate
= tahun yang bersangkutan
Investasi dianggap menguntungkan (profitable) bila B/C Ratio > 1
Untuk mengetahui kapan investasi awal dapat terbayar kembali, maka
digunakan alat sebagai berikut:
4. Payback Period (PBP) (Pudjosumarto, 1995:51-52)
Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar
kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di
dalam investasi suatu proyek. Metode ini tidak memperhitungkan periode
setelah periode payback period dan belum memperhatikan time value of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
money (perhitungan payback period terhadap nilai sekarang dengan tanpa
memperhitungkan nilai waktu dari uang).
Dimana :
I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
= benefit bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah.
Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo”
terletak antara 110o 45’ 15” – 110o 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7o 36’
00” – 7o 56’ 00” Lintang Selatan, merupakan dataran rendah yang terletak
di cekungan lereng pegunungan lawu dan pegunungan Merapi dengan
ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut.
Batasan fisik Kota Surakarta meliputi :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar.
2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 4.404,0593 ha yang secara
administrative terdiri dari 5 Kecamatan yang terbagi atas 51 Kelurahan.
Jumlah Rukun Warga (RW) tercatat sebanyak 595 dan jumlah Rukun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tetangga (RT) sebanyak 2.669. Dengan jumlah Keluarga sebanyak
134.811 KK. Maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 50 KK.
Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta
tahun 2008 terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2008
Sumber: BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan
Banjarsari merupakan Kecamatan terluas di Kota Surakarta dengan luas
14,81 km2 atau menempati 33,63 persen dari seluruh wilayah Kota
Surakarta. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008
mencapai 12.849 jiwa/km2. Pada tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.899
jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan
Banjarsari sebesar 10.945 jiwa/km2. Dengan tingkat kepadatan yang tinggi
akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan,
kesehatan, dan juga tingkat kriminalitas.
No. Kecamatan Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Tingkat Kepadatan (jiwa/km2)
1.
2.
3.
4.
5.
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Jebres
Banjarsari
8,64
3,19
4,82
12,58
14,81
109.930
63.558
87.980
142.292
162.093
12.723
19.899
18.272
11.311
10.945
Jumlah 44,04 565.853 12.849
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Keadaan Alam
Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 24,7oC –
27,9 oC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 64% sampai dengan
85%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari dengan jumlah hari
hujan sebanyak 25. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 699 mm
jatuh pada bulan Oktober. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari
hujan terbesar jatuh pada bulan Nopember sebesar 33,1 mm per hari hujan.
4. Aspek Demografi
Penduduk merupakan salah satu unsur penting untuk terciptanya
suatu negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah
penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia yang produktif dan
potensial bagi terwujudnya pembagunan.
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008
Tahun Jumlah
Penduduk (jiwa)
Pertambahan Jiwa dari kurun waktu sebelumnya
(jiwa)
Pertumbuhan Penduduk
(%) 2004
2005
2006
2007
2008
510.711
534.540
512.898
515.372
522.935
13.477
23.829
-21.642
2.474
7.563
2,71
4,66
-4,05
0,48
1,47
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008
penduduk Kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk sebesar
1,47% dari tahun 2007 yaitu mengalami pertambahan penduduk sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
7.563 jiwa. Dampak dari pertumbuhan penduduk salah satunya adalah
tingkat kepadatan penduduk yang semakin meningkat.
Pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 2004-2008 yang
tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 4,66 persen atau
mengalami pertambahan penduduk sebesar 23.829 jiwa. Sedangkan
pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2006 yang mengalami
penurunan jumlah penduduk sebesar 21.642 jiwa atau 4,05 persen.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2008
Tahun Jenis Kelamin
Jumlah Rasio Jenis
Kelamin Laki-laki Perempuan 2004
2005
2006
2007
2008
249.278
250.868
254.259
246.132
247.245
261.433
283.672
258.639
269.240
275.690
510.711
534.540
512.898
515.372
522.935
95,35
88,44
98,31
91,42
89,68
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan hasil Estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005)
tahun 2008 penduduk Kota Surakarta mencapai 522.935 jiwa dengan rasio
jenis kelamin sebesar 89,68 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk
perempuan terdapat sebanyak 89 penduduk laki-laki.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
54.164 31.263 43.172 70.466 80.259
55.766 32.295 44.808 71.826 81.834
109.930 63.558 87.980
142.292 162.093
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Jumlah 279.324 286.529 565.853 Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 162.093 jiwa dengan jumlah laki-
laki sebanyak 80.259 jiwa dan perempuan 286.529 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terkecil berada di kecamatan serengan yaitu sebesar 63.558
jiwa.
5. Aspek Sosial Ekonomi
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang
ditempuh, dalam hal ini adalah pendidikan formal. Komposisi
penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 di
bawah ini.
Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Tingkat
Pendidikan 2007 2008
Perkembangan
Prosentase
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah
30.090 83.364 77.830 77.029 28.018 49.199 12.468
35.639 71.143
101.351 98.118 44.051 66.799 32.192
5.549 -12.221 23.521 21.089 16.033 17.600 19.724
18,44 -14,66 30,22 27,38 57,22 35,77
158,20 Jumlah 357.998 449.293
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan jumlah
penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Pada
tahun 2009 jenis pekerjaan penduduk Kota Surakarta ada berbagai
macam, seperti terlihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Mata Pencaharian 2007 2008 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Petani Sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Angkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-lain
450 438
8.752 74.655 63.114 32.710 15.347 26.445 16.974
162.526
456 429
8.254 70.034 62.759 32.374 15.776 26.424 22.683
162.290 Jumlah 401.411 401.479
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator pembangunan perekonomian
suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan
berarti dalam perhitungan telah dihilangkan pengaruh-pengaruh
terhadap merosotnya nilai mata uang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 (Juta Rupiah).
No. Lapangan Usaha 2007 2008
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Penggalian
Industri pengolahan
Listrik, gas, dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, hotel, dan restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
Jasa-jasa
2.899,10
1.828,17
1.173.422,60
96.867,33
528.770,39
1.126.471,69
428.864,77
425.590,18
519.573,14
2.866,18
1.905,23
1.200.606,83
103.020,58
583.069,88
1.211.208,49
449.973,94
449.992,44
546.699,38
Produk Domestik Regional Bruto 4.304.287,37 4.549.342,95
Penduduk Pertengahan Tahun (orang) 515.372 522,935
PDRB Per Kapita 8.351.806,79 8.699.633,71
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
6. Aspek Pariwisata
Solo merupakan salah satu kota yang menjadi tempat tujuan wisata
di Jawa Tengah dan mampunyai atraksi wisata yang dapat menarik
wisatawan dari dalam atau luar negeri. Kota Solo memiliki slogan “Solo,
The Spirit of Java”. Slogan tersebut merupakan salah satu upaya kota Solo
untuk mencitrakan kota Solo sebagai kota pusat kebudayaan Jawa. Objek
wisata yang terdapat di Kota Solo kental dengan nuansa budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Objek wisata yang terdapat di Kota Solo antara lain (Sari, 2010):
a. Wisata Budaya dan Sejarah :
1) Karaton Kasunanan Solo
Karaton Kasunanan dibangun pada tahun 1745. Di halaman istana
terdapat Panggung Sanggabuwana yang konon sebagai tempat
bertemu Raja dengan Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Laut
Selatan. Di dalam keratin terdapat galeri seni dan museum dengan
pusaka-pusaka kerajaan, kereta kerajaan, keris, dan benda-benda
bersejarah lainnya.
2) Pura Mangkunegaran
Karaton ini terletak di pusat kota Solo. Karaton ini terdiri atas dua
bangunan utama yaitu Pendapa sebagai tempat menerima tamu dan
nDalem yang dikelilingi oleh tempat tinggal para keluarga Raja.
Bagian timur disebut Bale Peni, tempat tinggal putra/pangeran.
Bagian barat dinamakan Bale Warni, tempat tinggal para putri. Di
keraton ini terdapat naskah-naskah Jawa kuno, sebagian besar dari
zaman Majapahit (1293-1478) dan Mataram (1586-1755).
b. Wisata Seni
1) Kampung Batik Kauman
Masyarakat kauman bisa menghasilkan karya batik dengan motif-
motif batik yang sering dipakai oleh keluarga keraton. Hal ini
dikarenakan masyarakat kauman telah dibekali keahlian oleh
keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
perkembangannya, batik Kauman dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu batik tulis, batik murni cap, dan model kombinasi antara tulis
dan cap. Di kampung tersebut terdapat puluhan home industry
kerajinan batik yang telah memiliki pelanggan lokal dan wisatawan
mancanegara, yaitu dari Jepang, Eropa, Asia Tenggara, dan
Amerika Serikat. Di kampung batik Kauman, wisatawan bisa
berbelanja sambil mengetahui secara langsung proses pembuatan
batik.
2) Kampung Batik Laweyan
Kampung batik Laweyan sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang
tahun 1546M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi
oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai
sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan. Kampung batik
Laweyan telah di desain sebagai kampung batik terpadu untuk
menciptakan suasana wisata dengan konsep fungsi ganda sebagai
showroom sekaligus rumah produksi. Di kampung ini juga terdapat
Makam Kyai Ageng Henis (tokoh yang menurunkan raja-raja
Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Henis dan Sutawijaya
(Panembahan Senopati), bekas pasar laweyan, makam Jayengrana
(Prajurit Untung Suropati), dan rumah H. Samanhudi pendiri
Sarekat Dagang Islam. Laweyan juga terkenal dengan bentuk
bangunan rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur
tradisional Jawa, Eropa, China, dan Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
c. Wisata Taman
1) Taman Balekambang
Taman Balekambang terletak di Jl. Ahmad Yani, di sisi belakang
Stadion Manahan dan Kantor Kepolisian Kota Besar Surakarta.
Tempat ini dahulu bernama “Partinah Bosch” yang dibangun oleh
kerabat Mangkunegara. Sekarang disebut Taman Balekambang
karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam dan di samping
kolam terdapat sebuah balai pertemuan. Keasyikan berada di
Balekambang adalah tempatnya yang sejuk karena dinaungi oleh
pohon-pohon besar di atas rumput hijau yang kini terawat dengan
sangat baik. Taman yang luas tersebut di dalamnya juga tampak
berkeliaran rusa-rusa yang jinak dan angsa yang berenang di kolam.
2) Taman Sriwedari
Taman Sriwedari pada mulanya berfungsi sebagai tempat rekreasi
dan peristirahatan bagi keluarga kerajaan. Tempat ini dibangun oleh
Paku Buwono X. Taman ini pada awalnya terletak di sebuah lokasi
yang dinamakan Kebon Rojo atau Taman Raja. Taman Sriwedari
pada saat ini telah memiliki beberapa fasilitas hiburan untuk anak
berupa bom-bom car, mini jet coaster, water park, komidi putar,
rumah hantu, dan permainan tunggangan. Kompleks taman hiburan
ini di dalamnya terdapat restoran-restoran kecil, sementara di sisi
luar terdapat beberapa kios penjualan souvenir. Pertunjukan musik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
yang membawakan lagu-lagu kenangan juga sering digelar di
komplek taman ini.
3) Taman Satwa Jurug
Taman rekreasi ini berada di Jl. Ir Sutami atau terletak di tepi
Bengawan Solo. Pengunjung bisa bersantai di bawah pepohonan
sambil menikmati keindahan Bengawan Solo dan menyaksikan
satwa-satwa yang saat ini ada 60 jenis. Terdapat pula monument
“Gesang” sang maestro keroncong pencipta lagu Bengawan Solo.
d. Wisata Museum dan Bangunan Bersejarah
1) Monumen Pers Nasional
Bangunan yang terletak di Jl. Gajahmada ini didirikan untuk
memperingati Hari Jadi Pers, yaitu hari pertemuan para wartawan
seluruh Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946. Monumen
ini di dalamnya tersimpan naskah dan dokumen kuno yang
merupakan bukti-bukti sejarah perjalanan pers nasional dan
perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda,
Jepang, Kemerdekaan, hingga zaman pemerintahan saat ini.
2) Museum Radya Pustaka
Museum yang terletak di Jl Slamet Riyadi ini memiliki koleksi
beragam benda bersejarah bernilai tinggi seperti keris, gamelan,
patung-patung batu dan perunggu, wayang kulit, dan berbagai
koleksi keramik. Terdapat juga perpustakaan naskah-naskah Jawa
Kuno dan naskah-naskah zaman kolonial belanda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
e. Wisata Belanja
1) Pasar Klithikan Notoharjo Solo
Pasar Notoharjo lebih dikenal dengan nama Pasar Klithikan karena
pasar tersebut merupakan tempat bagi para pedagang kaki lima yang
menjual berbagai barang bekas, seperti elektronik, pakaian, ponsel,
spare part kendaraan mobil-motor, dan barang-barang lainnya.
Berdirinya pasar ini merupakan kebijakan Pemkot Solo untuk
menampung pedagang kaki lima di sekitar Taman Monumen 45
Banjarsari yang terkena proyek relokasi. Pasar ini terletak di
Kalurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, di
atas lahan seluas 1.800 m2.
2) Pasar Kembang Solo
Pasar Kembang terletak di jalan Dr. Rajiman, Kelurahan Sriwedari,
Kecamatan Laweyan, Solo. Pasar tersebut diperuntukkan bagi
pedagang yang memiliki jenis dagangan bunga (kembang).
Terutama bunga tabor beserta perangkat (uba rampe) untuk orang
yang meninggal dunia. Semula lokasi pasar ini adalah taman, pada
tahun 1963 mulai bermunculan banyak pedagang di sebelah utara
taman tersebut karena jumlah pedagang semakin banyak, maka pada
tahun 1970 didirikan sebuah pasar yang bernama Pasar Kembang.
3) Pasar Legi Solo
Pasar Legi merupakan pasar bersejarah karena didirikan pada masa
pemerintahan Mangkunegara I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
yang memiliki luas ± 16.640 m2 ini terletak di kelurahan Stabelan,
Kecamatan Banjarsari, Solo. Pasar Legi merupakan pasar induk
hasil bumi terbesar di Surakarta. Pasokan hasil bumi berasal dari
berbagai daerah baik dari wilayah sekitar Solo maupun dari luar
Solo.
4) Pasar Gedhe Hardjonegoro Solo
Pasar ini terletak di jalan Urip Sumoharjo, kelurahan Sudiroprajan,
kecamatan Jebres, Solo. Pasar tersebut dibangun oleh Sinuhun Paku
Buwono X pada tahun 1930. Arsitektur pasar Gedhe merupakan
perpaduan antara gaya Eropa dengan gaya tradisional. Pasar ini
didesain oleh arsitek Belanda bernama Thomas Karsten.
5) Pasar Malam Ngarsopuro
Pasar mala mini berkonsep seperti Galabo (Gladak Langen Boga)
tetapi barang yang dijual bukan makanan melainkan non makanan
seperti handycraft, souvenir, garmen, makanan kering hasil
produksi dari UKM (Usaha Kecil Menengah). Fasilitas yang
disediakan antara lain tenda, meja, dan seragam. Adapun jumlah
pedagang di pasar ini sebanyak 344 pedagang.
6) Pasar Singosaren
Awalnya tempat ini hanya sebuah pasar tradisional yang dikenal
dengan Pasar Singosaren. Seiring perkembangannya tempat ini
menjadikan perpaduan antara pasar tradisional dan modern.
Dikatakan demikian karena meskipun dibangun Plaza Singosaren
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yang di dalamnya terdapat supermarket, bioskop, pusat penjualan
telepon seluler, kebutuhan sandang, dan lain-lain, tapi pasar
tradisional yang menjual kebutuhan pangan itu masih ada di sisi lain
dalam Plaza Singosaren ini.
7) Solo Square dan Solo Grand Mall
Solo Square dan Solo Grand Mall adalah mall berkelas menengah
keatas dengan desain modern dan elegan. Lokasinya sangat strategis
dan sangat mudah dijangkau karena berada di pusat kota, keduanya
terletak di Jl. Slamet Riyadi.
f. Wisata Kuliner
1) Sate Buntel
Sate buntel adalah sate kambing khas Solo yang terbuat dari
cincangan daging kambing, dengan bumbu bawang, merica, kecap,
irisan cabe rawit, bawang merah, irisan kol, tomat, dan rempah-
rempah. Kekhasan sate ini adalah pada tampilan dan rasanya karena
dibungkus dengan lemak kambing.
2) Pecel nDeso Solo
Pecel nDeso adalah nasi pecel yang berasal dari beras merah, di
atasnya diberi sayuran jantung pisang, daun petai cina, bunga turi,
dan kacang panjang. Biasanya, warung ini juga menyediakan
hidangan pendamping seperti misalnya belut goreng, wader, telur
mata sapi, sosis solo, hingga iso goreng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Timlo Solo
Timlo adalah makanan berkuah bening yang di dalamnya terdapat
ayam suwir atau potong dadu, telur pindang, dan irisan hati /
rempela ayam. Menu ini disantap dengan nasi putih yang ditaburi
bawang goreng. Berbeda dengan daerah lain, Timlo Solo tidak
memakai soup dan jamur.
4) Nasi Liwet
Nasi liwet merupakan makanan khas Solo yang terkenal. Nasi liwet
terdiri dari nasi yang terbuat dari beras yang dimasak dengan kaldu
ayam sehingga terasa gurih, sedikit asin, dan terkesan pulen, diatas
nasi tersebut dibubui sayur labu bumbu pedas, telur rebus, daging
ayam yang disuwir, dan kuah santan kental. Biasanya nasi liwet
disajikan dengan memakai daun pisang.
5) Gladag Langen Bogan
Kota Solo sangat terkenal akan wisata kuliner, bahkan salah satu
potensi wisata terbesar kota ini adalah wisata kuliner. Gladag
Langen Bogan (Galabo) merupakan salah satu tempat wisata kuliner
terbaik di Solo. Galabo adalah sebuah terobosan yang dilakukan
pemerintah kota Solo dengan menggabungkan semua objek wisata
kuliner di kota Solo dalam satu kawasan yaitu di daerah Gladag,
Solo. Kini, wisatawan kuliner dapat dengan mudah menikmati
kelezatan kuliner kota Solo dengan hanya mengunjungi satu
kawasan. Keunikan dari tempat wisata kuliner ini adalah lokasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang terletak di jalan raya. Wisatawan kuliner dapat menikmati
makanan di tengah jalan yang bersih dan telah ditutup bagi
kendaraan. Mengunjungi dan mencoba langsung kenikmatan kuliner
unggulan Solo yang beragam memang sangat mudah dilakukan
dengan adanya Galabo ini, mulai dari tengkleng pasar klewer, sate
kere, Yu Rebi, bebek goreng Pak Slamet, gudheg ceker Bu Kasno,
dan masih banyak lagi.
Lokasi : Gladhag – depan PGS (Pusat Grosir Solo) / BTC (Beteng
Trade Center).
6) Srabi Notosuman
Makanan ini terbuat dari bahan tepung beras yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menjadikan srabi ini begitu diminati.
Bahkan dapat dikatakan makanan ini diminati banyak kalangan atas
maupun bawah. Makanan ini selain enak juga dapat digunakan
sebagai pengganti makanan pokok. Kita dapat dengan mudah
menjumpai makanan ini di sepanjang kota Solo, siang ataupun
malam hari.
B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara
Kereta uap wisata Jaladara ini merupakan sebuah objek wisata baru di
Kota Surakarta. Kereta Wisata Sepur Klutuk Jaladara adalah kereta uap yang
dijalankan dengan kayu bakar, kayu yang digunakan untuk bahan bakar adalah
kayu Jati. Kereta wisata Sepur Klutuk Jaladara didatangkan Pemerintah Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Surakarta dan PT Kereta Api dari Museum Ambarawa, Semarang, Jawa
tengah ke Stasiun Jebres Surakarta dengan menggunakan tiga truk. Kereta
wisata Sepur Klutuk ini buatan Jerman tahun 1896 dengan nomor loko C
1218. Kereta ini mampu membawa dua gerbong, dengan nomor seri TR 144
dan TR 16 dan memiliki daya tampung mencapai 80 penumpang. Kereta ini
diperkirakan berusia 113 tahun, kondisi kereta ini masih sangat terawat baik,
berwarna hitam legam, berat kereta ini sekitar 45 ton. Plakat lainnya
bertuliskan Hohenzollern A.G Lokomotiv Bau, Dusseldorf, 1927, tertempel di
sisi kiri dan kanannya. Lokomotif berbahan bakar kayu itu, dulunya berada di
Cepu. Oleh karena tidak sering digunakan, akhirnya dipindahkan ke
Ambarawa. Di Ambarawa pun ternyata lokomotif uap itu jarang digunakan
(www.solosteamloco.com).
Kereta Jaladara ini diresmikan pada tanggal 29 September 2009 oleh
Menteri Perhubungan Syafei Jamal bersama walikota dan seluruh jajaran
Pemkot Kota Solo. Sebuah paket wisata dikemas dalam setiap kali kereta
Jaladara ini berjalan dan diharapkan mampu membuai wisatawan baik
domestik maupun asing untuk menikmati sajian kereta wisata ini.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Aspek Umum dan Pengelolaan
a. Latar Belakang Usaha
Kota Solo memiliki objek wisata yang sangat beraneka ragam.
Objek wisata di Kota Surakarta banyak berupa wisata budaya. Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Solo memiliki objek wisata budaya yang sangat kental dan yang
terbaru di Kota Solo adalah Kereta Wisata Sepur Klutuk Jaladara.
Upaya Pemkot Surakarta dalam pengembangan pariwisata Kota
Surakarta hanya terbatas pada penciptaan sebuah event tahunan seperti
Solo Batik Carnival, SIEM serta pengembangan dalam hal
pembangunan tempat-tempat wisata yang sudah ada tanpa bisa
menciptakan sebuah atraksi wisata baru yang dikarenakan Kota
Surakarta sudah tidak memiliki lahan baru yang dapat mendukung
diciptakannya sebuah atraksi wisata baru (interview Kabid Angkutan
Dishub Kota Surakarta).
Kota Solo memiliki jaringan kereta api dengan 4 bangunan
stasiun kereta api yang melayani perjalanan kereta api antar kota.
Keempat stasiun itu adalah Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Balapan,
Stasiun Solo Kota (Stasiun Sangkrah) dan Stasiun Jebres. Jalur ini
dibangun pada tanggal 1 April 1923 dan kemudian dioperasikan oleh
Netherlands Indische Spoorwage (NIS), sebuah perusahaan kereta api
swasta Pemerintah Hindia Belanda. Panjang jalur 33 Km hingga
Wonogiri, sebagian darinya melintasi di tengah kota Solo. Jalur yang
melintasi menelusuri kota Solo itu sepanjang 5,8 Km tepat bersisihan
dengan Jalan Slamet Riyadi. Kota di Indonesia yang memiliki jalur
kereta api di tengah kota sangat jarang, maka dari sinilah timbul
gagasan dari Pemkot Surakarta untuk memanfaatkan jalur kereta api
tersebut untuk menciptakan sebuah atraksi wisata baru berupa Kereta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Uap kuno. Wisata baru ini memiliki keunikan tersendiri karena
merupakan satu-satunya di Indonesia atau bahkan di dunia, sebuah
kereta uap yang melintas di sepanjang jalan di pusat kota (interview
Kabid Angkutan Dishub Surakarta).
b. Maksud dan Tujuan
Maksud penciptaan atraksi wisata berupa Kereta Uap Jaladara
ini yaitu dalam rangka pengoperasian kereta api (kereta uap wisata) di
Surakarta sehingga dapat mendukung upaya pelestarian sarana alat
transportasi (heritage trail dan loko uap) guna mendukung Kota
Surakarta sebagai kota pusaka.
c. Sifat Usaha
Usaha Kereta uap wisata ini bukan bersifat profit oriented
melainkan public oriented karena tidak akan mungkin terjadi payback
periods dengan hasil penjualan tiket kereta ini. Tujuan atraksi kereta
wisata ini lebih kepada branding kota sebagai Heritage City dan
pengembangan pariwisata Kota Surakarta yang diharapkan memiliki
multiplier effect kepada semua kalangan (interview Kabid Transportasi
Dishub Surakarta).
d. Pengelolaan
Pengelolaan kereta wisata ini diserahkan kepada sebuah Event
Organizer (EO) swasta yaitu PT Aqsa International dengan masa
kontrak selama 3 tahun. PT Aqsa International akan menerima
sejumlah 8 kali perjalanan per bulan atau 96 kali perjalanan kereta uap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
wisata selama setahun. Dalam setiap perjalanan kereta uap ini, PT
Aqsa International diwajibkan menyerahkan setoran kepada Dinas
Perhubungan senilai Rp 3.200.000,00 per perjalanan. Semua biaya
baik beban operasional untuk paket wisata yang dirancang serta semua
biaya promosi Sepur Kluthuk Jaladara merupakan tanggung jawab EO
(Aqsa Travel & Leisure, 2010).
2. Aspek Pemasaran
a. Potensi Pasar
Kebutuhan terhadap jasa pariwisata akan terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sebuah hiburan. Di kota-
kota besar di Indonesia permintaan pariwisata didorong pula oleh
kejenuhan pikiran dalam kesibukan beraktivitas sehari-hari. Kejenuhan
setelah sibuk bekerja selama sekian waktu mendorong masyarakat
selalu memanfaatkan hari libur baik weekend ataupun hari libur
nasional untuk me-refresh diri dengan melakukan perjalanan wisata.
Hal ini tampak pada setiap hari libur semua tempat wisata selalu ramai
dikunjungi terutama tempat-tempat wisata yang memiliki keunikan dan
tidak ditemukan di daerah lain. Pada Tabel 4.8 tampak bahwa selama
periode 2005-2009, jumlah kunjungan wisatawan ke objek dan daya
tarik wisata (ODTW) di Surakarta mengalami pertumbuhan setiap
tahun. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan kunjungan wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sebesar 18,9% sedangkan pada tahun 2009 hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 3,59% dari tahun 2008.
Tabel 4.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta
No Tahun Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan
Domestik Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
2005
2006
2007
2008
2009
9.649
10.625
11.922
13.859
26.047
760.095
904.984
960.625
1.029.003
1.054.283
769.744
915.610
972.547
1.042.862
1.080.330
Naik 18,9%
Naik 6,2%
Naik 7,2%
Naik 3,59%
Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta, 2010
Pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sampai pada tahun 2009
Kota Surakarta memiliki sejumlah objek wisata unggulan yang
ditawarkan kepada wisatawan. Hampir semua objek wisata tersebut
merupakan wisata budaya. Terlihat bahwa objek yang paling banyak
dikunjungi wisatawan domestik pada tahun 2009 yaitu Taman Satwa
Taru Jurug sebanyak 451.776 orang dan THR Sriwedari sebanyak
403.107 orang. Para wisatawan mancanegara lebih menyukai objek
wisata yang berbau budaya, hal ini terlihat pada jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara yang paling banyak di objek wisata Keraton
Mangkunegaran sebanyak 15.791 orang dan Keraton Kasunanan
Surakarta sebanyak 5.205 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC
NO. OBYEK WISATA WISATAWAN WISATAWAN
JUMLAH ASING DOMESTIK
1 Krt. Mangkunegaran 15,791 36,104 51,895 2 Krt. Kasunanan 5,205 123,867 129,072 3 THR Sriwedari 76 403,107 403,183 4 Satwa Taru Jurug 0 451,776 451,776 5 M. Radya Pustaka 1,360 9,191 10,551 6 Museum Batik 801 30,238 31,039 7 TIC 2,814 0 2,814
Jumlah 26,047 1,054,283 1,080,330 Sumber: Dinas Pariwisata 2010
Melihat permintaan dan penawaran produk pariwisata di Kota
Surakarta berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan ke ODTW pada
tabel 4.8 dan tabel 4.9 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tahun ke
tahun jumlah kunjungan wisatawan di Kota Surakarta selalu meningkat
baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Wisatawan Mancanegara dan wisatawan dari luar daerah Kota
Surakarta lebih cenderung memilih mengunjungi objek wisata budaya
karena memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri yang tidak dimiliki
dan tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Kecenderungan permintaan
pariwisata yang bersifat budaya diperkirakan akan semakin meningkat
seiring semakin langkanya penawaran produk pariwisata bersifat
budaya. Oleh karena itu, peluang inilah yang digunakan Pemkot
Surakarta untuk menciptakan sebuah atraksi wisata bersifat budaya
guna menarik wisatawan dari luar daerah Surakarta dan juga dari
mancanegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Strategi Pemasaran
1) Produk
Produk atraksi wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara
ini akan beroperasi sebanyak delapan kali dalam satu bulan. Kereta
uap wisata ini dikemas dalam sebuah konsep wisata yang menarik.
Konsep (Aqsa Travel & Leisure, 2010):
· Kemasan dalam setiap perjalanan Sepur Kluthuk Jaladara
· Sajian berupa welcome drink jamu, putra-putri Solo, Guide,
Sitter/sinden akan senantiasa hadir setiap kali sepur beroperasi
· Pemberhentian di berbagai titik seperti Loji Gandrung,
Ngarsopuro, Kauman, Galabo, dan Museum Batik Danarhadi
· Setiap pemberhentian akan diadakan traditional / contemporer
art performer
· Bekerjasama dengan travel stakeholder.
Wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara ini juga
menawarkan dua pilihan paket wisata terhadap wisatawan, yaitu:
· Regular / Personal Package
- Start dari stasiun Purwosari pukul 09.00 dan Finished di
stasiun Purwosari pukul 11.30.
- Include:
ü welcome drink jamu
ü guide
ü art performance @ loji gandrung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ü solo kota/sangkrah
ü jajanan kampung
ü kampoeng batik kauman visit – museum
ü shopping & workshop
ü sinden on train
ü train steward
ü samir as souvenir
· Group Package
Group Package ini dirancang untuk para wisatawan dari luar
daerah yang jauh dari kota Surakarta dan para wisatawan
mancanegara. Dalam paket ini wisatawan akan berangkat dari
kota Jakarta.
- Term :
ü min. 30 pax
ü 3 hari 2 malam
ü berangkat menggunakan KA Nusantara/Bali/Toraja
ü kembali menggunakan Pesawat
ü Hotel **** (Best Western, Novotel, Lor In, Sunan,
Sahid)
ü Termasuk Bis, Makan, Atraksi Seni di padepokan
Gedhong Putih
Selain kedua paket wisata yang ditawarkan tersebut, para
wisatawan juga dapat menikmati kereta uap wisata ini dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menyewa kepada pengelola dan merancang sendiri paket
wisatanya. Masyarakat juga dapat menyewa kereta uap wisata ini
misalnya untuk keperluan pernikahan.
2) Harga jual (Price)
Harga jual atau price untuk regular / personal package
yaitu Rp. 150.000,00/pax, dan anak-anak di bawah 5 tahun
Rp. 75.000,00/pax, sedangkan bagi yang memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Surakarta Rp. 30.000,00/pax. Sementara untuk
group package harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 2.300.000 –
Rp. 3.500.000/pax tergantung paket wisata yang dipilih.
Harga jual bagi yang akan menyewa kepada pengelola bisa
melakukan negosiasi harga langsung dan besarnya biaya akan
sangat tergantung pada paket wisata yang akan dibuat.
3) Promosi
Kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan atau
mengenalkan Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini yaitu :
- Roadshow ke DTW yang menjadi Target Market.
- Mengajak beberapa tokoh menikmati sepur kluthuk.
- Membuat website dan brosur atau sarana promosi lainnya.
- TV coverage, liputan acara-acara TV nasional / internasional
- Koran, liputan berita di Koran nasional / regional /
internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
- Majalah, diutamakan majalah travel dan gaya hidup
- Mengundang berbagai reporter menikmati Sepur Kluthuk dan
Kota Solo.
4) Target Pasar
Target pasar untuk kereta uap wisata ini adalah wisatawan
domestik dari luar Surakarta dan wisatawan mancanegara.
· Wisatawan Domestik
- Jakarta - Surabaya
- Bandung - Yogya
- Semarang - Makasar
- Medan - Bali
· Wisatawan Asing
- Singapore - Malaysia
- Jepang - China
- Rusia
3. Aspek Keuangan
a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal
Total dana yang dibutuhkan untuk menyewa barang modal
sebuah kereta uap wisata beserta dua gerbong dari PT KAI adalah
Rp. 174.744.088,00 (seratus tujuh puluh empat juta tujuh ratus empat
puluh empat ribu delapan puluh delapan rupiah) per bulan sudah
termasuk biaya operasional, meliputi biaya operasi langsung, biaya
operasi tidak langsung, dan biaya umum. Biaya sewa Kereta dari PT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kereta Api (Persero) ini sesuai dengan perjanjian kerjasama antara PT
Kereta Api (Persero) dengan Pemerintah Kota Surakarta tentang
pengoperasian Kereta Api (Kereta Uap Wisata) di Kota Surakarta
Nomor : HK.213/X/6/KA-2009 Nomor : 55/4390. Biaya investasi yang
digunakan untuk pengadaan Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk
Jaladara ini keseluruhan berasal dari APBD Kota Surakarta.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya-biaya administratif di luar
kegiatan teknis kereta untuk mendukung kegiatan operasi kereta
wisata, termasuk di dalamnya biaya promosi dan pemasaran.
Keseluruhan biaya operasional merupakan tanggung jawab pengelola
yaitu PT Aqsa International. Pemkot Surakarta tidak mengeluarkan
dana untuk biaya operasional ini.
c. Biaya dan Estimasi Pendapatan atau Manfaat
Estimasi biaya dan pendapatan yang dihitung merupakan biaya
yang dikeluarkan oleh Pemkot Surakarta selaku pemilik atraksi wisata,
sedangkan estimasi pendapatan dihitung dari pendapatan multiplier
effect di Kota Surakarta yang ditimbulkan dari setiap perjalanan wisata
Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
1) Biaya
Dalam penelitian ini, biaya yang digunakan untuk pengadaan
Kereta Wisata Jaladara ini berasal dari APBD Kota Surakarta yaitu
sebesar Rp. 174.744.088,00 per bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Estimasi Pendapatan atau Manfaat
Pendapatan yang dihitung adalah manfaat dapat
dirupiahkan. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat multiplier
effect di Kota Surakarta yang ditimbulkan dari setiap perjalanan
wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara baik manfaat langsung
bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surakarta dan manfaat
tidak langsung yang diterima masyarakat Surakarta.
a) Pendapatan langsung
Pendapatan langsung ini berasal dari setoran dari EO kepada
Pemerintah Kota Surakarta setiap Kereta Beroperasi, yaitu
sebesar Rp. 3.200.000,00 per perjalanan.
b) Pendapatan tidak langsung
Pendapatan tidak langsung ini merupakan pendapatan
multiplier effect dari adanya atraksi kereta wisata ini seperti
pendapatan hotel, kuliner, dan lain-lain.
c) Pendapatan hotel
Asumsi :
· Harga per kamar hotel bintang 4 Rp. 500.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan setiap paket perjalanan :
Rp. 500.000,00 X 80 = Rp. 40.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
d) Pendapatan kuliner
(1) Pecel solo
Asumsi :
· Harga per porsi Rp. 40.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan setiap paket perjalanan :
Rp. 40.000,00 X 80 = Rp. 3.200.000,00
(2) Soga resto
Asumsi :
· Harga per orang Rp. 80.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 80.000,00 X 80 = Rp. 6.400.000,00
(3) Soto gading
Asumsi :
· Harga per porsi Rp. 40.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 40.000,00 X 80 = Rp. 3.200.000,00
(4) Padepokan Gedong Putih
Asumsi :
· Harga per orang Rp. 250.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 250.000,00 X 80 = Rp. 20.000.000,00
(5) Susu “Si Jack”
Asumsi :
· Harga per rombongan Rp. 1.500.000,00
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 1.500.000,00 X 1 = Rp. 1.500.000,00
(6) Gala Dinner Hotel
Asumsi :
· Harga per orang Rp. 150.000,00
· Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 150.000,00 X 80 = Rp. 12.000.000,00
e) Pendapatan Oleh-oleh
(1) Gunawan Setiawan
Asumsi :
· Dalam setiap kunjungan Rp. 20.000.000,00
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 20.000.000,00 X 1 = Rp. 20.000.000,00
(2) Orion
Asumsi :
· Dalam setiap kunjungan Rp. 15.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 15.000.000,00 X 1 = Rp. 15.000.000,00
f) Pendapatan rent a car
(1) Bus
Asumsi :
· Harga sewa 1 unit bus Rp. 2.000.000,00
· Dalam satu kali jalan terdapat 2 unit bis yang di sewa
· Bus disewa selama 2 hari
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 2.000.000,00 X 2 X 2 = Rp. 8.000.000,00
(2) Innova
Asumsi :
· Harga sewa 1 unit Rp. 600.000,00
· Dalam satu kali jalan terdapat 1 unit yang di sewa
· Mobil disewa selama 2 hari
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 600.000,00 X 1 X 2 = Rp. 1.200.000,00
g) Lain-lain
(1) Kesenian Sepur Kluthuk
Asumsi : Harga sekali perjalanan Rp. 3.500.000,00
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan :
Rp. 3.500.000,00 X 1 = Rp. 3.500.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Estimasi total pendapatan atau manfaat multiplayer effect
yang diterima Kota Surakarta dari adanya kereta uap wisata Sepur
Kluthuk Jaladara dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan
No. Perincian Jumlah Manfaat
(Rp) 1 Manfaat langsung a. Setoran 3,200,000 2 Manfaat tidak langsung
a. Hotel 40,000,000 b. Kuliner 1). pecel solo 3,200,000 2). soga resto 6,400,000 3). soto gading 3,200,000 4). gedong putih 20,000,000 5). susu si 'jack 1,500,000 6). gala dinner hotel 12,000,000 c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 20,000,000 2). Orion 15,000,000 d. Rent a car 1). Bus 8,000,000 2). Innova 1,200,000
e. Kesenian sepur kluthuk 3,500,000
Jumlah 137,200,000 Sumber : Data diolah, 2010
Pendapatan langsung yang diterima Pemkot Surakarta
melalui pajak dan retribusi dapat dilihat pada tabel 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi
No. Perincian Jumlah
pendapatan Oleh Pemkot
1 Manfaat langsung a. Setoran 3,200,000 2 Manfaat tidak langsung
a. Hotel 4,000,000 b. Kuliner 1). pecel solo 320,000 2). soga resto 640,000 3). soto gading 320,000 4). gedong putih 2,000,000 5). susu si 'jack 300 6). gala dinner hotel 1,200,000 c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 2,000,000 2). Orion 1,500,000 d. Rent a car 1). Bus 0 2). Innova 0 e. Kesenian sepur kluthuk 0
Jumlah 15,180,300 Sumber : Data diolah, 2010
d. Payback Period (PBP)
Payback period usaha produk wisata kereta uap Sepur Kluthuk
Jaladara ini dapat dilihat pada tabel 4.12. PBP usaha kereta uap Sepur
Kluthuk Jaladara ini bila dilihat dari manfaat yang diterima secara
keseluruhan bagi kota Surakarta akan tercapai pada perjalanan paket
wisata ke-2 pada setiap bulan investasinya. Selanjutnya pada
perjalanan ke-2 sampai dengan perjalanan ke-8 setiap bulannya akan
mengalami laba. Pada tabel 4.13 dapat diketahui apabila dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
keuntungan Pemkot Surakarta (dari setoran, pajak, dan retribusi)
sebagai pemilik usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”
maka PBP tidak akan terjadi selama 8 kali perjalanan dalam sebulan.
Pemkot Surakarta masih mengalami kerugian sebesar Rp
53.301.688,00 setelah 8 kali perjalanan.
Tabel 4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan
Perjalanan Benefit Cash flow
0 -174,744,088 -174,744,088 1 137,200,000 -37,544,088 2 137,200,000 99,655,912
Sumber : Data diolah, 2010
Tabel 4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta
Perjalanan Benefit Cash flow
0 -174,744,088 -174,744,088 1 15,180,300 -159,563,788 2 15,180,300 -144,383,488 3 15,180,300 -129,203,188 4 15,180,300 -114,022,888 5 15,180,300 -98,842,588 6 15,180,300 -83,662,288 7 15,180,300 -68,481,988 8 15,180,300 -53,301,688
Sumber : Data diolah, 2010
4. Simulasi Aspek Finansial Dengan Alternatif Investasi
Model investasi Pemkot Surakarta dengan sistem bulanan yang
mencapai Rp. 174.744.088,00 per bulan dengan kerugian mencapi
Rp 53.301.688,00 per bulannya dinilai terlalu memberatkan APBD Kota
Surakarta, maka dari itu penulis mencoba menghitung kelayakan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” apabila Pemkot melakukan
investasi dengan menyewa kereta uap tersebut langsung selama 20 tahun
dengan perkiraan investasi Rp. 15.000.000.000,00.
a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun
1) Estimasi investasi
Investasi yang dikeluarkan pemkot Surakarta untuk menyewa
kereta uap wisata tersebut selama 20 tahun diasumsikan Rp.
15.000.000.000,00
2) Estimasi biaya (cost)
Biaya operasional yang dikeluarkan pemkot per tahun diasumsikan
sebesar 1% dari total investasi yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00
karena semua biaya perawatan ditanggung PT KAI dan biaya
operasional telah ditanggung oleh EO.
3) Estimasi Pendapatan
Estimasi pendapatan pemkot Surakarta dari setoran, pajak, dan
retribusi dengan asumsi selama satu tahun kereta berjalan sebanyak
96 kali dengan rincian 92 kali perjalanan paket wisata dan 4 kali
perjalanan regular serta setiap perjalanan diasumsikan dinaiki oleh
80 orang wisatawan. Pajak hotel yang ditetapkan yaitu 10% (Perda
Nomor: 9 Tahun 2002) dan pajak restoran yang ditetapkan yaitu
10% (Perda Nomor: 10 Tahun 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 4.14 Perhitungan Pendapatan Pemkot Surakarta Selama 1 Tahun
No. Perincian Jumlah pendapatan
Pemkot 1 Manfaat langsung a. Setoran 307,200,000 2 Manfaat tidak langsung
a. Hotel 368,000,000 b. Kuliner 1). pecel solo 29,440,000 2). soga resto 58,880,000 3). soto gading 29,440,000 4). gedong putih 184,000,000 5). susu si 'jack 27,600 6). gala dinner hotel 110,400,000 c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 184,000,000 2). Orion 138,000,000 d. Rent a car 1). Bus 0 2). Innova 0 e. Kesenian sepur kluthuk 0
Jumlah 1,409,387,600 Sumber : Data diolah, 2010
b. Perhitungan kelayakan usaha
Beberapa analisis pokok yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha yaitu Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
dan Pay Back Periods (PBP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
1) Net Present Value (NPV)
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat discount
factor 12%, diperoleh NPV sebagai berikut:
= Rp 759.602.538,-
Perhitungan Net Present Value (NPV) selama 20 tahun
perjalanan menunjukan hasil sebesar Rp. 759.602.538,- yang
berarti bahwa NPV > 0. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”
secara ekonomis layak untuk dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 4.15 Perhitungan Net Present Value
Th Benefit Cost Net Benefit DF NPV 12%
(Rp) (Rp) (Rp) 12% (Rp) 0 0 15,000,000,000 -15,000,000,000 1.0000 -15,000,000,000 1 1,409,387,600 150,000,000 1,259,387,600 0.8929 1,124,453,214 2 1,508,044,732 150,000,000 1,358,044,732 0.7972 1,082,624,946 3 1,613,607,863 150,000,000 1,463,607,863 0.7118 1,041,767,168 4 1,726,560,414 150,000,000 1,576,560,414 0.6355 1,001,932,645 5 1,847,419,643 150,000,000 1,697,419,643 0.5674 963,161,491 6 1,976,739,018 150,000,000 1,826,739,018 0.5066 925,482,837 7 2,115,110,749 150,000,000 1,965,110,749 0.4523 888,916,305 8 2,263,168,501 150,000,000 2,113,168,501 0.4039 853,473,316 9 2,421,590,296 150,000,000 2,271,590,296 0.3606 819,158,234
10 2,591,101,617 150,000,000 2,441,101,617 0.3220 785,969,389 11 2,772,478,730 150,000,000 2,622,478,730 0.2875 753,899,968 12 2,966,552,241 150,000,000 2,816,552,241 0.2567 722,938,808 13 3,174,210,898 150,000,000 3,024,210,898 0.2292 693,071,083 14 3,396,405,661 150,000,000 3,246,405,661 0.2046 664,278,918 15 3,634,154,057 150,000,000 3,484,154,057 0.1827 636,541,920 16 3,888,544,841 150,000,000 3,738,544,841 0.1631 609,837,647 17 4,160,742,980 150,000,000 4,010,742,980 0.1456 584,142,018 18 4,451,994,989 150,000,000 4,301,994,989 0.1300 559,429,665 19 4,763,634,638 150,000,000 4,613,634,638 0.1161 535,674,248 20 5,097,089,063 150,000,000 4,947,089,063 0.1037 512,848,720
759,602,538 Sumber : Data diolah, 2010
2) Internal Rate of Return (IRR)
Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa pada tingkat
discount factor 12% diperoleh NPV sebesar 759.602.538
sedangkan pada tingkat discount factor 13% diperoleh NPV
sebesar - 452.264.103. Kemudian dengan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
= 12,62680374 dibulatkan 12,63%
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai IRR
sebesar 12,63% , nilai IRR > social discount rate (12%). Ini
berarti usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”
secara ekonomis layak untuk dilaksanakan.
Tabel 4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)
Th Benefit Cost Net Benefit DF NPV 12% DF NPV 13%
(Rp) (Rp) (Rp) 12% (Rp) 0.13 (Rp) 0 0 15,000,000,000 -15,000,000,000 1.0000 -15,000,000,000 1.0000 -15,000,000,000 1 1,409,387,600 150,000,000 1,259,387,600 0.8929 1,124,453,214 0.8850 1,114,502,301 2 1,508,044,732 150,000,000 1,358,044,732 0.7972 1,082,624,946 0.7831 1,063,548,228 3 1,613,607,863 150,000,000 1,463,607,863 0.7118 1,041,767,168 0.6931 1,014,353,667 4 1,726,560,414 150,000,000 1,576,560,414 0.6355 1,001,932,645 0.6133 966,934,027 5 1,847,419,643 150,000,000 1,697,419,643 0.5674 963,161,491 0.5428 921,291,377 6 1,976,739,018 150,000,000 1,826,739,018 0.5066 925,482,837 0.4803 877,416,595 7 2,115,110,749 150,000,000 1,965,110,749 0.4523 888,916,305 0.4251 835,291,240 8 2,263,168,501 150,000,000 2,113,168,501 0.4039 853,473,316 0.3762 794,889,171 9 2,421,590,296 150,000,000 2,271,590,296 0.3606 819,158,234 0.3329 756,177,957
10 2,591,101,617 150,000,000 2,441,101,617 0.3220 785,969,389 0.2946 719,120,093 11 2,772,478,730 150,000,000 2,622,478,730 0.2875 753,899,968 0.2607 683,674,051 12 2,966,552,241 150,000,000 2,816,552,241 0.2567 722,938,808 0.2307 649,795,185 13 3,174,210,898 150,000,000 3,024,210,898 0.2292 693,071,083 0.2042 617,436,513 14 3,396,405,661 150,000,000 3,246,405,661 0.2046 664,278,918 0.1807 586,549,378 15 3,634,154,057 150,000,000 3,484,154,057 0.1827 636,541,920 0.1599 557,084,016 16 3,888,544,841 150,000,000 3,738,544,841 0.1631 609,837,647 0.1415 528,990,044 17 4,160,742,980 150,000,000 4,010,742,980 0.1456 584,142,018 0.1252 502,216,865 18 4,451,994,989 150,000,000 4,301,994,989 0.1300 559,429,665 0.1108 476,714,012 19 4,763,634,638 150,000,000 4,613,634,638 0.1161 535,674,248 0.0981 452,431,436 20 5,097,089,063 150,000,000 4,947,089,063 0.1037 512,848,720 0.0868 429,319,742
759,602,538 -452,264,103 Sumber : Data diolah, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
Dari tabel 4.16. dapat diketahui bahwa pada tingkat discount
factor 12%, diperoleh Benefit Cost Ratio sebagai berikut :
= 1,047120528 dibulatkan 1,05
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh Benefit Cost Ratio
sebesar 1,05 < 1, artinya secara ekonomis usaha kereta uap
wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio
Sumber : Data diolah, 2010
Th Benefit Cost DF PV B PV C
(Rp) (Rp) 12% (Rp) (Rp) 0 0 15,000,000,000 1.0000 0 15,000,000,000 1 1,409,387,600 150,000,000 0.8929 1,258,381,786 133,928,571 2 1,508,044,732 150,000,000 0.7972 1,202,204,027 119,579,082 3 1,613,607,863 150,000,000 0.7118 1,148,534,205 106,767,037 4 1,726,560,414 150,000,000 0.6355 1,097,260,356 95,327,712 5 1,847,419,643 150,000,000 0.5674 1,048,275,519 85,114,028 6 1,976,739,018 150,000,000 0.5066 1,001,477,505 75,994,668 7 2,115,110,749 150,000,000 0.4523 956,768,688 67,852,382 8 2,263,168,501 150,000,000 0.4039 914,055,800 60,582,484 9 2,421,590,296 150,000,000 0.3606 873,249,737 54,091,504
10 2,591,101,617 150,000,000 0.3220 834,265,374 48,295,985 11 2,772,478,730 150,000,000 0.2875 797,021,384 43,121,416 12 2,966,552,241 150,000,000 0.2567 761,440,072 38,501,264 13 3,174,210,898 150,000,000 0.2292 727,447,212 34,376,129 14 3,396,405,661 150,000,000 0.2046 694,971,890 30,692,972 15 3,634,154,057 150,000,000 0.1827 663,946,359 27,404,439 16 3,888,544,841 150,000,000 0.1631 634,305,897 24,468,249 17 4,160,742,980 150,000,000 0.1456 605,988,669 21,846,651 18 4,451,994,989 150,000,000 0.1300 578,935,604 19,505,939 19 4,763,634,638 150,000,000 0.1161 553,090,264 17,416,017 20 5,097,089,063 150,000,000 0.1037 528,398,734 15,550,015
Total Present Value 16,880,019,082 16,120,416,544 B/C Ratio 1.047120528
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4) Payback Periods
Tabel 4.18 Perhitungan Payback Periods
Th Net Benefit Cash Flow 0 -15,000,000,000 -15,000,000,000 1 1,259,387,600 -13,740,612,400 2 1,358,044,732 -12,382,567,668 3 1,463,607,863 -10,918,959,805 4 1,576,560,414 -9,342,399,391 5 1,697,419,643 -7,644,979,748 6 1,826,739,018 -5,818,240,731 7 1,965,110,749 -3,853,129,982 8 2,113,168,501 -1,739,961,481 9 2,271,590,296 531,628,816
10 2,441,101,617 2,972,730,433 11 2,622,478,730 5,595,209,163 12 2,816,552,241 8,411,761,404 13 3,024,210,898 11,435,972,303 14 3,246,405,661 14,682,377,964 15 3,484,154,057 18,166,532,021 16 3,738,544,841 21,905,076,863 17 4,010,742,980 25,915,819,843 18 4,301,994,989 30,217,814,832 19 4,613,634,638 34,831,449,471 20 4,947,089,063 39,778,538,533
Sumber : Data diolah, 2010
Dari perhitungan tabel 4.17. dapat diketahui aliran kas yang
belum lunas setelah akhir tahun ke-8 adalah
Rp. 1.739.961.481,00 sedangkan aliran kas tahun operasional
ke-9 sebesar Rp. 531.628.816,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Hal ini berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk
memperoleh dana sebesar Rp. 1.739.961.481,00 dalam tahun
operasional ke-9 adalah sebagai berikut :
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa payback
period investasi yang dilakukan pada awal penciptaan usaha
kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat terbayar
kembali setelah 8 tahun 9 bulan.
5. Analisis Ekonomi
Kereta Jaladara ini secara ekonomi dapat memberikan banyak
manfaat bagi kota Surakarta. Manfaat tersebut merupakan manfaat
multiplier effect yang diterima masyarakat Surakarta seperti dari
pendapatan oleh-oleh, makanan, dan lain-lain. Selain itu, kereta Jaladara
ini menjadi sebuah ikon wisata yang dapat memperkuat branding kota
Surakarta sebagai kota budaya, sehingga meskipun dari sisi finansial
penciptaan atraksi wisata ini mengalami kerugian, tapi pemerintah kota
Surakarta terus melakukan subsidi guna mendukung berjalannya kereta
wisata ini (sesuai dengan hasil penelitian dari Suthanaya (2009) dengan
judul Analisis Kinerja dan Kelayakan Pengembangan Sistem Angkutan
Umum Massal Trans Sarbagita di Provinsi Bali dengan hasil meskipun
tidak layak tetapi tetapi tetap dijalankan dengan subsidi dari pemerintah
karena proyek tersebut memiliki manfaat ekonomi bagi masyarakat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Dalam menilai kelayakan usaha kereta Jaladara ini hanya melihat
pada payback period saja karena tidak memungkinkannya untuk
menggunakan kriteria investasi yang lain seperti npv, irr, b/c ratio karena
investasi yang dilakukan berupa sewa bulanan.
Kriteria investasi digunakan untuk melakukan penilaian kelayakan
pada simulasi alternatif investasi agar usaha kereta Jaladara tersebut layak
dijalankan dan pemkot Surakarta tidak perlu melakukan subsidi. Kriteria
investasi yang digunakan yaitu npv, irr, b/c ratio, dan payback period
(sesuai dengan alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan
proyek dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi (2002), Syahrani
(2003), dan Ratnayanti (2006). Hasil yang diperoleh yaitu dengan simulasi
investasi tersebut kereta Jaladara layak untuk dijalankan baik secara
ekonomi maupun finansial karena memiliki npv > 0, irr > discount rate,
b/c ratio > 0 dan biaya investasi yang dilakukan dapat terbayar kembali
sebelum umur kontrak berakhir (sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menghasilkan npv > 0, irr > discount rate, b/c ratio > 0 yang berarti
usaha tersebut layak untuk dijalankan; sesuai dengan penelitian terdahulu
dari Brown dan Kwansa (1999) jika NPV yang dihasilkan > 0 dan IRR >
country’s cost of capital maka proyek usaha pariwisata tersebut layak
untuk dijalankan).
Untuk menilai kelayakan sebuah proyek pariwisata menurut Brown
dan Kwansa (1999) menggunakan model NPV dan IRR yang telah
dimodifikasi dengan memasukkan biaya dan manfaat sosial agar penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
kelayakan sebuah proyek pariwisata lebih komprehensif dan efektif. Jika
hasil yang diperoleh NPV > 0 maka proyek tersebut layak untuk
dijalankan. Begitu juga jika nilai IRR > country’s cost of capital maka
proyek tersebut layak untuk dijalankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah
diuraikan dalam Bab IV, secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara merupakan sebuah atraksi
wisata yang diciptakan pemkot Surakarta dengan menggabungkan nuansa
klasik yaitu kereta uap itu sendiri dengan nuansa modern, yaitu melintas di
tengah kota Surakarta yang bernuansa modern. Sebuah paket wisata
dikemas dalam setiap kali kereta Jaladara beroperasi melewati sepanjang
Jl. Slamet Riyadi dari stasiun Purwosari sampai stasiun Sangkrah (Solo
Kota). Kereta Jaladara ini menjadi sebuah uniqueness yang diharapkan
menjadi salah satu pendukung brand image kota Solo sebagai The Spirit of
Java dan The Heritage City.
2. Usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat memberikan
manfaat multiplier effect kepada kota Solo. Hal ini terlihat dari besarnya
manfaat langsung yang diterima dari setiap kereta ini beroperasi yaitu
Rp. 137.200.000,00.
3. Usaha kereta ini lebih bersifat ke public oriented karena lebih
mementingkan kepada manfaat keseluruhan bagi kota Solo melalui usaha
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pariwisata. Pendapatan pemkot Surakarta yang ditimbulkan adanya kereta
wisata ini dari setoran, pajak, dan retribusi hanya sebesar
Rp. 15.180.300,00 setiap kereta beroperasi tidak akan menutupi
pengeluaran pemkot untuk menciptakan sebuah atraksi wisata ini yang
besarnya mencapai Rp 174.744.088,00 per bulan.
4. Usaha kereta wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini dianggap layak dan dapat
terus dijalankan bila melihat manfaat secara keseluruhan yang ditimbulkan
bagi kota Surakarta, sedangkan dapat dianggap tidak layak jika melihat
dari sisi pendapatan Pemkot Surakarta sebagai pemilik usaha kereta wisata
ini.
5. Dari aspek finansial, usaha kereta ini dapat lebih menguntungkan pemkot
Surakarta jika dilakukan investasi secara langsung beberapa tahun ke
depan daripada melakukan sewa per bulan. Dari penelitian di atas, penulis
mengasumsikan investasi yang dilakukan untuk 20 tahun ke depan sebesar
Rp 15.000.000.000,00 dengan discount factor sebesar 12% dan setiap
tahunnya pendapatan naik 7% diperoleh hasil secara ekonomis usaha
kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan
dengan NPV = Rp 759.602.538,00 yang berarti layak dilaksanakan karena
NPV > 0. Nilai IRR sebesar 12,63% , nilai IRR > social discount rate
(12%) yang berarti secara ekonomis layak dilaksanakan. Benefit Cost
Ratio sebesar 1,05 < 1, artinya secara ekonomis usaha kereta uap wisata
“Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan. Payback period
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
investasi yang dilakukan pada awal penciptaan usaha kereta uap wisata
“Sepur Kluthuk Jaladara” dapat terbayar kembali setelah 8 tahun 9 bulan.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa kelemahan dan
keterbatasan sebagai berikut:
1. Terbatasnya data yang diperoleh peneliti baik dari Dinas Perhubungan
maupun dari PT Aqsa International sebagai pengelola Kereta Jaladara.
2. Manfaat ekonomi yang dihitung hanya berupa setoran yang diterima
pemkot Solo dan banyaknya uang yang dikeluarkan oleh para wisatawan
yang menaiki Kereta Jaladara.
3. Hanya menghitung manfaat yang diperoleh dari group package saja,
sementara dari personal package / regular hanya dihitung setoran dari EO
ke pemkot saja.
4. Hanya melakukan satu kali simulasi kelayakan investasi usaha dengan satu
kali investasi untuk 20 tahun kedepan saja.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat
penulis berikan sebagai saran, antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Surakarta perlu melakukan evaluasi dalam sistem
pembayaran sewa dan pengelolaan usaha kereta wisata ini.
2. Pengelola kereta wisata ini sebaiknya dapat mengoperasikan kereta ini
secara rutin dua kali dalam seminggu atau minimal satu kali dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
seminggu untuk paket regular sehingga ada jadwal yang tetap bagi
wisatawan umum yang akan menikmati kereta ini.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah memasukkan
variabel-variabel manfaat yang lain selain jumlah uang yang dikeluarkan
wisatawan.