pemetaan produk ekowisata pada zona pariwisata di

12
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097 EB-35 PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG MELALUI DESAIN KAWASAN AGRI YANG BERDAYA SAING Iwan Hermawan 1 , Erika Nabila 2 , Sartono 3 , Suharmanto 4 , Agus Suratno 5 Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang 1,2,4,5 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang 3 [email protected] 1 ABSTRACT Tourism sector is the one of economic sector that has a lot of change in developing the economics of Magelang Regency. Beside tourism sector, the agricultural and plantation sector also give big contribution to economic sector because Magelang Regency has a contour area that dominated with hills and mountain also has optimum weather for agricultural so that most of the area has prosperous land. This research uses several analysis methods; there are Location Quotient (LQ) to know about superior commodity in Magelang Regency especially in potential tourism objects. Thus tourism object will developed into agripolitan area competitiveness and could developed ecotourism product from superior commodity in Magelang Regency. Keywords: Ecotourism Product, Agri Location, LQ, Magelang Region ABSTRAK Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang memiliki peluang dalam kegiatan pembangunan perekonomian di Kabupaten Magelang. Selain sektor pariwisata, sektor pertanian dan perkebunan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian karena kondisi geografis Kabupaten Magelang yang memiliki kontur wilayah yang di dominasi perbukitan dan pegunungan serta iklim yang optimal untuk pertanian sehingga sebagian besar lahan wilayah menjadi subur karena abu vulkanik dari gunung merapi yang masih aktif. Wilayah Kabupaten Magelang berbatasan dengan kota Magelang dan Kota Jogjakarta yang relatif modern, sehingga wilayah ini relevan dengan konsep pengembangan Aripolitan. Penelitian pengembngan produk ekowisata ini menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dengan data 2016 untuk mengetahui komoditas unggulan Kabupaten Magelang khususnya di wilayah objek – objek wisata yang potensial. Objek – objek wisata tersebut nantinya dikembangkan menjadi kawasan agropolitan berdaya saing dan mampu mengembangkan produk ekowisata yang berasal dari komoditas unggulan Kabupaten Magelang. Kata Kunci: Produk Ekowisata, Kawasan Agri, LQ, Kabupaten Magelang PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak daerah dengan potensi destinasi kepariwisataan yang bisa dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW). Kekayaan alam, kuliner dan budaya lokal merupakan aspek strategis yang menjadi daya tarik pariwisata Indonesia. Sebagai negara yang berada pada jalur equator, dengan iklim tropis dilengkapi lansekap seperti: gunung, sungai, tundra maupun savana. Sektor pariwisata merupakan sumber perekonomian yang penting di Indonesia, menempati urutan ketiga penerimaan devisa nagara setelah komoditi minyak bumi serta minyak kelapa sawit. Dengan menerapkan manajemen good governance yang mendasarkakan pada potensi kemandirian

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-35

PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG MELALUI DESAIN KAWASAN AGRI YANG

BERDAYA SAING

Iwan Hermawan 1, Erika Nabila 2, Sartono 3, Suharmanto 4, Agus Suratno 5 Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang 1,2,4,5

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang 3 [email protected] 1

ABSTRACT

Tourism sector is the one of economic sector that has a lot of change in developing the

economics of Magelang Regency. Beside tourism sector, the agricultural and plantation sector also give big contribution to economic sector because Magelang Regency has a contour area that dominated with hills and mountain also has optimum weather for agricultural so that most of the area has prosperous land. This research uses several analysis methods; there are Location Quotient (LQ) to know about superior commodity in Magelang Regency especially in potential tourism objects. Thus tourism object will developed into agripolitan area competitiveness and could developed ecotourism product from superior commodity in Magelang Regency.

Keywords: Ecotourism Product, Agri Location, LQ, Magelang Region

ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang memiliki peluang dalam kegiatan pembangunan perekonomian di Kabupaten Magelang. Selain sektor pariwisata, sektor pertanian dan perkebunan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian karena kondisi geografis Kabupaten Magelang yang memiliki kontur wilayah yang di dominasi perbukitan dan pegunungan serta iklim yang optimal untuk pertanian sehingga sebagian besar lahan wilayah menjadi subur karena abu vulkanik dari gunung merapi yang masih aktif. Wilayah Kabupaten Magelang berbatasan dengan kota Magelang dan Kota Jogjakarta yang relatif modern, sehingga wilayah ini relevan dengan konsep pengembangan Aripolitan. Penelitian pengembngan produk ekowisata ini menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dengan data 2016 untuk mengetahui komoditas unggulan Kabupaten Magelang khususnya di wilayah objek – objek wisata yang potensial. Objek – objek wisata tersebut nantinya dikembangkan menjadi kawasan agropolitan berdaya saing dan mampu mengembangkan produk ekowisata yang berasal dari komoditas unggulan Kabupaten Magelang.

Kata Kunci: Produk Ekowisata, Kawasan Agri, LQ, Kabupaten Magelang

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki banyak daerah dengan potensi destinasi kepariwisataan yang

bisa dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW). Kekayaan alam, kuliner dan

budaya lokal merupakan aspek strategis yang menjadi daya tarik pariwisata Indonesia.

Sebagai negara yang berada pada jalur equator, dengan iklim tropis dilengkapi lansekap

seperti: gunung, sungai, tundra maupun savana. Sektor pariwisata merupakan sumber

perekonomian yang penting di Indonesia, menempati urutan ketiga penerimaan devisa

nagara setelah komoditi minyak bumi serta minyak kelapa sawit. Dengan menerapkan

manajemen good governance yang mendasarkakan pada potensi kemandirian

Page 2: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-36

sumberdaya dan sarana infrastuktur yang memadahi akan meningkatkan market value

dari pariwisata Indonesia. Secara kumulatif, kunjungan wisatawan manca negara ke

Indonesia selama tahun 2016 mencapai 11,52 juta kunjungan (naik 10,69%) persen

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan menurut data BPS

Jawa Tengah, wisatawan asing mencapai 3.183 untuk bulan Maret 2017.

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

yang letaknya berbatasan dengan beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo dan

Kota Magelang serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyeksi wisatawan yang

berkunjung ke Magelang pada tahun 2019 mencapai 2 juta kunjungan dengan devisa

sebesar USD 2.000. Secara geografis, kabupaten Magelang terletak antara 110⁰ 01‟ 51”

dan 110⁰ 26‟ 58” Bujur Timur dan antara 7⁰ 19‟ 13” dan 7⁰ 42‟ 16” LS dengan Luas

seluruhnya 1.085,73 km2 yang terbagi menjadi 21 kecamatan. Wilayah Kabupaten

Magelang secara umum merupakan dataran tinggi yang berbentuk “basin” (cekungan)

dengan dikelilingi gunung‐gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing)

dan pegunungan Menoreh. Dua sungai besar mengalir di tengahnya, Sungai Progo dan

Sungai Elo, dengan beberapa cabang anak sungai yang bermata air di lereng gunung-

gunung tersebut. Topografi datar 8.599 ha, bergelombang 44.784 ha, curam 41.037 ha

dan sangat curam 14.155 ha. Ketinggian wilayah antara 153‐3.065 m diatas permukaan

laut. Curah hujan di Kabupaten Magelang cukup tinggi, yaitu sebesar 2.589 mm/thn

yang sering menyebabkan bencana longsor di beberapa lereng dan daerah pegunungan

Kabupaten Magelang memilki berbagai objek unggulan, diantaranya: (a) Candi

Borobudur, (b) Ketep Pass, (c) Watu Tumpang, (d) Gunung Tidar, (e) Gardu Pandang

Mangli, (f) Candi Selo Griyo, (g) Gereja Ayam, (h) Top Selfie Kragilan, (i) Curug

Delimas, (j) Bukit Asri Kertojoyo. Objek – objek tersebut dapat menjadi daya tarik

wisatawan dan memajukan perekonomian Kabupaten Magelang.

Page 3: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-37

Gambar 1: Destinasi Wisata di Kabupaten Magelang

Selain berbagai objek wisata yang menjadi daya tarik wisatawan, Kabupaten

Magelang juga memiliki keunggulan dalam bidang agribisnis. Sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan menjadi sektor utama yang menyumbang kontribusi terbesar

pada Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB). Terbukti dengan luasnya wilayah

yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian maupun perkebunan. Berdasarkan data

penggunaan lahan pada tahun 2015 diketahui Kabupaten Magelang memiliki luas lahan

108.573ha sedangkan 79% atau seluas 86.405ha digunakan sebagai lahan pertanian.

Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi

agribisnis yang perlu untuk dijaga. Salah satu hasil bumi dari kabupaten ini yaitu ubi

jalar, selanjutnya dalam paper ini pendekatan LQ digunakan sebagai kerangka

menentukan komoditas unggulan yang memiliki daya saing. Dalam berbagai penlitian

pendekatan LQ telah banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian dengan

Page 4: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-38

melakuakan identifikasi spesialisasi konsentrasi relatif dalam penetapan sektor unggulan

sebagai leading sector dalam industri berbasis identifikasi wilayah berdasarkan

potensinya. Meskupun dalam sudut padandang lain sebuah metode analisis memiliki

kelebihan dan keterbatasan, metode LQ merupakan metode sederhana, mudah dan tidak

memerlukan pengolahan rumit, sehinga dengan keterbatasan tersebut, pendekatan LQ

dituntut akurasi data.

Berangkat dari brand Magelang kota Gethuk, Kabupaten Mageleang merupakan

penghasil terbesar tanaman ubi jalar berada di lereng Gunung Sumbing tepatnya di Kec.

Muntilan. Ubi diolah oleh masyarakat menjadi jajanan khas yang disebut Gethuk. Setiap

pusat oleh – oleh Kabupaten Magelang pasti menjual Gethuk sehingga tak heran jika

kini Magelang dijuluki sebagai “Magelang Kota Gethuk”. Kendati getuk telah menjadi

ikon produk ekowisata di Kabupaten Magelang, namun sebagi destinasi pariwisata dan

zona agribisis yang subur, Kabupaten magelang memliki banyak potensi keungulan

pangan lainnya yang strategis untuk dipetakan dan dikembangkan sebagi dukungan ikon

ekowisata. Elemen tourism menurut Mill and Morison dalam Iwan Hermawan

menggambarkan tourism sebagai suatu sistem dengan empat elemen yaitu market,

travel, destination, dan marketing. Empat domain tersebut saling berelasi dan

mempengaruhi untuk membuat sistem dapat berjalan dengan baik (2016). Pada sisi lain

peran potensi sumber daya unggulan daerah memberikan kontribusi kuat dalam

membentuk ikon daya tarik brand awareness melalui produk ekowisata. Arah dari paper

ini adalah untuk mencari rumusan rekomendasi produk ekowisata unggulan sehingga

memberikan daya dukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Magelang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbasis data skunder tanaman pangan, objek wisata dan infrastuktur di

Kabupaten Magelang. Metode penelitian yang diterapkan, meliputi:

1. Obyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan obyek

yang diteliti adalah implementasi program agropolitan. Pengembangan produk

ekowisata di Kabupaten Magelang melalui pengembangan kawasan agripolitan berdaya

saing. Hal ini diperuntukan sebagai keberlanjutan dan pengembangan program

pariwisata dan agropolitan di Kabupaten Magelang.

Page 5: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-39

2. Data dan Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian menggunakan data kuantitatif untuk

mengimplementasikan metode analisis LQ dalam menentukan komoditas pertanian dan

perkebunan unggulan di Kabupaten Magelang. Data yang diperoleh merupakan data

primer untuk melengkapi keberadaan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Magelang serta Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah dan

Kabupaten Magelang. Data yang digunakan berisi mengenai hasil panen buah buahan

semusim di Kabupaten Magelang (SPH-BST) tahun 2016 selain itu juga menggunakan

data kepustakaan lain yang relevan dengan tujuan penelitian.

3. Metode Analisa Data

Untuk mendapatkan pemetaan produk ekowisata unggulan di Kabupaten Magelang,

maka diteliti menggunakan beberapa metode analisis data yaitu Analisis Location

Quotient (LQ). Miller and Wright (1991), Isserman (1997), dan Hood (1998)

megemukakan metode LQ untuk mengidentifikasi komoditas unggulan di suatu

wilayah. Metode ini merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model

ekonomi basis sebagai langkah awal dalam memahami sektor kegiatan yang menjadi

pemacu pertumbuhan suatu daerah dan banyak digunakan untuk membahas kondisi

perekonomian mengarah pada identifikasi spesialisasi sektor unggulan. LQ menyajikan

perbandingan relatif antara kemampuan suatu daerah yang diselidiki dengan

kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas. Rumus yang digunakan dalam

analisis LQ adalah sebagai berikut:

LQ =

Keterangan :

LQ = nilai koefisien lokalisasi (Nilai LQ) vi = jumlah roduksi Vi = total produksi vt = jumlah komoditas se-Kabupaten Magelang Vt = jumlah total komoditas se-Kabupaten Magelang

Page 6: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-40

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, maka: Jika nilai LQ > 1,

menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi hasil perkebunan dan pertanian tertentu

atau terjadi surplus produksi komoditas produk perkebunan maupun pertanian pada

suatu kecamatan di Kabupaten Magelang. Jika nilai LQ = 1, maka kecamatan tersebut

memiliki produksi hasil perkebunan dan pertanian pada kecamatan tersebut setara

dengan pangsa total di Kabupaten Magelang. Jika nilai LQ < 1, maka pada kecamatan

tersebut memproduksi hasil perkebunan dan pertanian lebih kecil atau terjadi defisit

produksi di kecamatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskusi dan pembahasan dalam paper ini mengarah kepada produk komoditas unggulan

Kabupaten Magelang khususnya yang berada di wilayah objek wisata berpotensi

sehingga dapat memberikan kesinambungan pertumbuhan ekonomi dan penghasilan

daerah yang berasal dari pemasukan objek wisata serta penjualan produk unggulan

daerah setempat (ekowisata). Berikut ini merupakan data objek wisata beserta lokasinya

Tabel 1 : Data objek wisata dan komoditas agribisnis

No. Kecamatan Obyek Wisata Komoditas Agribisnis 1. Borobudur Candi Borobudur, Gereja

Ayam Jeruk siem/keprok, mangga, petai

2. Sawangan Ketep Pass Ubi jalar, alpukat, ubi kayu,

3. Kaliangkrik Watu Tumpang, Gardu Pandang Mangli

Jambu biji, ubi jalar, jambu air,

4. Mertoyudan Gunung Tidar Pepaya, mangga, jagung 5. Windusari Candi Selo Griyo, Curug

Delimas Nanas, sukun, ubi kayu

6. Pakis Top Selfie Kragilan Jambu biji, pepaya, pisang 7. Tempuran Bukit Asri Kertojoyo Sirsak, ubi kayu, pepaya 8. Kajoran Bukit Buju Durian, pisang, petai

Diketahui dari data tersebut objek-objek wisata yang berpotensi dikembangkan terdapat

di 8 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang. Beberapa dari

kecamatan tersebut memiliki kondisi geografis wilayah yang berbukit dan bergunung

gunung. Berdasarkan kondisi geografis tersebut diketahui lahan di daerah objek wisata

subur dan memiliki suhu yang optimal, mengakibatkan tanaman mudah di budi dayakan

sehingga berpotensi untuk dikembangkan produk ekowisata. Sedangkan hasil

Page 7: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-41

perhitungan nilai LQ sebagai bahan pertimbangan pemilihan produk unggulan. Produk

unggulan di ambil dari nilai LQ tertinggi. Berikut Nilai komoditas di semua kecamatan

dalam wilayah administratif Kabupaten Magelang yang tersaji pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 : Perhitungan Nilai LQ Komoditas Ekowisata Kab. Magelang

NO.

Kecamatan Komoditas Unggulan

Utama

Nilai LQ

(Tertinggi)

1. Salaman Sawo 11,855

2. Borobudur Jeruk siem 22,814

3. Ngluwar Jambu air 45,892

4. Salam Jengkol 7,342

5. Srumbung Salak 1,480

6. Dukun Nangka 15,859

7. Muntilan Ubi jalar 64,556

8. Mungkid Manggis 19,896

9. Sawangan Ubi jalar 25,842

10. Candi mulyo Durian 20,710

11. Mertoyudan Pepaya 12,835

12. Tempuran Ubi kayu 11,215

13. Kajoran Durian 4,083

14. Kaliangkrik Jambu biji 9,910

15. Bandongan Ubi kayu 34,005

16. Windusari Nanas 22,241

17. Secang Pisang 5,209

18. Tegalrejo Kacang tanah 28,250

19. Pakis Jambu biji 7,227

20. Grabag Alpukat 19,482

21. Ngablak Padi 17,817

Dengan memperhitungkan data hasil analisis metode LQ (Location Quotient)

pada panen perkebunan dan pertanian seluruh kecamatan. Adapun ke enam produk

ekowisata tersebut beseta nilai LQ yaitu ubi jalar di Kecamatan Muntilan (64,556),

jambu air di Kecamatan Ngluwar (45,892), ubi kayu di Kecamatan Bandongan

(34,009), kacang tanah di Kecamatan Tegalrejo (28,250), jeruk siem di Kecamatan

Borobudur (22,815) dan nanas di Kecamatan Borobudur (22,241). Sedangkan

berdasarkan lokasi objek wisata dan produk unggulan yang berpotensi ekowisata beserta

produk olahan yang mungkin dapat dihasilkan apabila ditinjau dari nilai LQ adalah

sebagai berikut:

Page 8: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-42

Tabel 3 : Nilai LQ Komoditas Ekowisata

No Kecamatan Obyek Wisata

Bahan Pangan Unggulan

Produk Olahan Turunan

1 Borobudur Candi Borobudur, Gereja Ayam

Jeruk siem/keprok, mangga, petai

Minuman Sari Buah Jeruk, Asinan Mangga, Sambal Petai dalam kemasan.

2 Sawangan Ketep Pass Ubi jalar, alpukat, ubi kayu,

Gethuk, Kripik Ubi, Pudding Alpukat

3 Kaliangkrik Watu Tumpang, Gardu Pandang Mangli

Jambu biji, ubi jalar, jambu air

Gethuk, Kripik Ubi, Kripik Jambu Air, Sirup Jambu

4 Mertoyudan Gunung Tidar Pepaya, mangga, jagung

Manisan Pepaya, Asinan Mangga, Pop corn, Mi jagung,

5 Windusari Candi Selo Griyo, Curug Delimas

Nanas, sukun, ubi kayu

Gethuk, Dodol Nanas, Kripik Sukun, Kripik Ubi

6 Pakis Top Selfie Kragilan

Jambu biji, pepaya, pisang

Sirup Jambu, Kripik Pisang, Manisan Pepaya

7 Tempuran Bukit Asri Kertojoyo

Ubi kayu, Sirsak, pepaya

Gethuk, Kripik Ubi, Manisan Pepaya

8 Kajoran Bukit Buju Durian, pisang, petai

Es krim Durian, Kripik Pisang, Sambal Petai dalam kemasan

Hasil analisis LQ apabila dapat dikaitkan dengan sistem pariwisata dari Mill dan

Marison sehingga dapat merumuskan perencanaan pengembangan kawasan agripolitan

berdaya saing di Kabupaten Magelang. Apabila dikaitkan dengan sistem pariwisata

tersebut maka dapat diketahui jalur infrastruktur dari pengembanganya degan merujuk

pada konsep empat pilar utama Marison dan Mill, berupa pasar, perjalanan dan

destinasi, dan pemasaran dalam rangka pengembangan keppariwisataan yang berdaya

saing.

Page 9: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-43

Gambar 2: Modifikasi Empat Pilar Mill dan Marison

Merujuk pada gambar 2 di atas, selanjutnya pengbangan kajian pilar akan meliputi:

1. Pasar (market), Pasar dalam hal ini mencakup beberpa aspek yang

mempengaruhi target pasar domestik maupun wisatawan asing dengan

penekanan kesiapan kunjungan. Aspek pasar sangat dipengaruhi oleh iklim geo-

politik, isu-isu keamanan, daya beli calon wisatawan, selera, tantangan objek

wisata baru, juga diseminasi informasi daya tarik objek wisata, sehinga hal ini

menjadi variable dalam pengambilan keputusan berwisata ke Kabupaten

Magelang.

2. Pemasaran (marketing), proses pemasaran lebih memfokuskan pada strategi

bagaimana pengelolaan pariwisata merencanakan, mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa kepada wisatawan. Pengelolaan objek wisata

serta terjaganya sumber daya ekowisata menjadi hal yang sangat penting untuk

menjaga kenyamanan serta kepuasan wisatawan, apabila wisatawan tersebut

puas tentu akan menginformasikan kepada yang lain (word of mouth). Aspek

teknologi yang berkembang seperti e-touirsm, katalog virtual dan teknologi

virtual reality (VR). Teknologi ini akan membantu dlaam aspek pemasaran

Teknologi Informasi & Jaringan Global

Page 10: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-44

dengan memberikan ssampel tantangan pada objek destinasi. Dengan VR, calon

wisatawan aka mendapatkan deskripsi visual 360o, megenai kondisi seolah-olah

melihat objek destinasi secara langsung. Dengan perencanaan strategi promosi

yang tepat maka aset wisata daerah Kabupaten Magelang dapat terealisasi.

Promosi saat ini dinilai sangat efektif apabila melalui media online dan iklan

televisi, dapat memanfaatkan jejaring media sosial maupun website untuk

mempromosikan objek – objek wisata di Kabupaten Magelang. Pendistribusian

produk ekowisata dan jasa objek wisata harus ditata secara profesional sehingga

pelaksanaan promosi menjadi lebih efektif dan efisien.

3. Perjalanan (travel), Sistem selanjutnya yaitu membahas mengenai perjalanan

dengan berfokus pada pergerakan wisatawan, moda transportasi, dan segmen

pasar. Jalan di Kabupaten Magelang dibagi menjadi jalan negara, jalan provinsi

dan jalan kabupaten/ kota. Berdasarkan jenis permukaannya sudah berupa jalan

aspal dimana jalan Negara sepanjang 13,15 km, jalan provinsi sepanjang 130,04

km dan jalan kabupaten sepanjang 976,68 km. Berdasarkan kondisi jalannya,

untuk jalan Negara dalam kondisi baik sepanjang 7,59 km. Sedangkan jalan

provinsi dalam kondisi baik sepanjang 60,11 km, kondisi sedang sepanjang

49,83 km dan kondisi rusak berat sepanjang 20,10 km. Lalu untuk jalan

kabupaten dalam kondisi baik sepanjang 692,24 km, kondisi sedang sepanjang

195,66 km, kondisi rusak sepanjang 91,02 km dan rusak berat sepanjang 21,21

km. Kabupaten Magelang dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan

mudah karena kondisi infrastruktur jalan sudah 75 persen beraspal sehingga

dapat di akses berbagai kendaraan. Apabila menggunakan pesawat, wisatawan

dapat melalui bandara terdekat seperti Ahmad Yani (Semarang), bandara Adi

Sumarmo (Solo), dan bandara Adi Sucipto (Yogyakarta) kemudian baru

dilanjutkan melalui perjalan darat. Karena harga tiket masuk sangat terjangkau

serta daya tarik yang bagus maka objek-objek wisata Kabupaten Magelang dapat

menjangkau seluruh pangsa pasar.

4. Destinasi (destination), Destinasi mencakup proses dan prosedur yang dilakukan

oleh pengelola destinasi pariwisata dalam pembangunan dan mempertahankan

keberlanjutan kepariwisataan. Faktor - faktor internal seperti kesiapan

infrastruktur objek wisata, adanya produk ekowisata yang mendukung, dan

Page 11: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-45

sambutan positif masyarakat setempat, (zona masyarakat sadar wisata) menjadi

faktor penting. Kolaborasi dari objek – objek wisata yang dikelola dalam hal ini

adalah Dinas Pariwisata dengan produk unggulan ekowisata berbagis agri yang

dikelola Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Dinas Pasar serta dibantu

Pemerintah Kabupaten Magelang adalah penting, dan secara khusus peran

elemen pemerintahan harus dibarangi dengan inisiatif masyarakat

mengembangkan daerahnya sejalan dengan konsep one village one product.

Gambar 3: Zona Ekowisata Kab. Magelang - Jawa Tengah

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian serta perhitungan yang telah dilaksanakan dengan metode

Location Quotient (LQ) mengenai hasil panen produk perkebunan dan pertanian

Page 12: PEMETAAN PRODUK EKOWISATA PADA ZONA PARIWISATA DI

PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097

EB-46

unggulan di Kabupaten Magelang diketahui ubi jalar menjadi komodits ekowisata

unggulan karena memiliki nilai total LQ lebih tinggi dibandingkan komoditas yang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang memiliki surplus ubi jalar dan

dapat dimanfaatkan sebagai produk ekowisata. Apabila objek-objek wisata dapat terus

berkembang sebagai kawasan agropolitan berdaya saing maka dapat turut

mengembangkan produk ekowisata di Kabupaten Magelang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Ditjen PPM Kemerntrian Ristek DIKTI, P3M

Politeknik Negeri Semarang yang memberikan dukungan pada penelitian Hibah

Bersaing.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang. 2016. Statistik Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang.

Hendayana, Rachmat, Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan, Bogor, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2002

Iwan Hermawan, 2016. Katalog Virtual Reality E-Tourism Berbasis Video 360 Sebagai

Konten Digital Kreatif Bagi Media Simulasi Profil Destinasi Wisata. Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) 1 (2), 12-20.

Luqman Khakim, Mustika Widowati, Iwan Hermawan, Eka Murtiasri and Winarto,

2016. Motivation to Visit a Destination: Tourists’ Perspective on Museum Manusia Purba Sangiran Indonesia. The Social Sciences, 11: 4384-4387. DOI: 10.3923/sscience.2016.4384.4387