analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia di pasar...

187
ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL RIKI PURBAYA NATANEGARA 1110092000054 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Upload: others

Post on 09-Mar-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

RIKI PURBAYA NATANEGARA 1110092000054

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

i

ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

RIKI PURBAYA NATANEGARA

1110092000054

Skripsi� Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M/1437 H

Page 3: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

ii

SURAT PERNYATAAN

Page 4: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

iii

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Februari 2016

Riki Purbaya Natanegara 1110092000054

Page 5: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Riki Purbaya Natanegara Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 6 Mei 1992 Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Puspita raya, blok c3 no 6, Puspita

loka, BSD, Tangerang Selatan No HP : 087820132021 Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2010-2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007-2010 : SMAI Al-Azhar, BSD, Tangerang

Selatan 2004-2007 : SMPI Al-Azhar, BSD, Tangerang

Selatan 1998-2004 : SD Al-Hikmah, Surabaya

Pengalaman Kerja

2013 : Praktek Kerja Lapang di PT. Suryajaya Adiperkasa di bagian pembibitan dan produksi media tanam jamur, budidaya, pengolahan, dan pemasaran

Pengalaman Organisasi

2011 : Pengajar Volunteer di Leading and Empowering Adverse People (LEAP) Indonesia

2013 : Volunteer di Dompet Dhuafa 2012-2014 : Divisi desain di Dapur Seni UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 6: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

v

KATA PENGANTAR

Bissmilahirahmmanirahim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan

hidayah-Nya penyusunan skripsi “Analisis Daya Saing Ubi kayu Olahan

Indonesia di Pasar Internasional” dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini

ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta sebagai salah satu sarana untuk memperdalam

pengetahuan yang telah didapatkan pada masa perkuliahan.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa dan Mama yang tidak henti-hentinya memanjatkan do’a kepada

yang Maha Kuasa demi kebaikan anaknya dan selalu mencurahkan

segala perhatian dan kasih sayang, dorongan dan motivasi kepada penulis

agar dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah.

2. Bapak Dr. Iskandar Andi Nuhung, MS selaku pembimbing 1 dan bapak

Ir. Mudatsir Najamuddin, MM selaku pembimbing 2 yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk membimbing,

memberikan saran dan koreksi serta memberikan arahan sampai

terselesaikannya skripsi ini.

Page 7: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

vi

3. Bapak Dr. Ahmad Riyadi, MM sebagai penguji 1 dan bapak Dr. Iwan

Aminudin, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji 2 dalam sidang

munaqosyah.

4. Dr. Agus Salim, M,Si. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta beserta jajarannya.

5. Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis beserta

jajarannya dan selaku Pembimbing akademik.

6. Kimmy Rizky Septiani Natanegara yang telah memacu penulis agar cepat

menyelesaikan skripsi.

7. Sakinah Aulia yang telah memberikan motivasi dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat Tagor yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan dukungan dan warna dalam hari-hari penulis.

9. Bapak/ Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan

memberikan pengarahan.

10. Teman-teman Agribisnis 2010 A-B yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, mudah-mudahan silaturahmi kita tidak terputus.

11. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi, perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis atas peminjaman buku

dan referensi untuk melengkapi pustaka pada skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dan namanya tidak dapat disebutkan

satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga

Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis, Aamin.

Page 8: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

vii

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2016

Riki Purbaya Natanegara

Page 9: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

viii

RINGKASAN

RIKI PURBAYA NATANEGARA, Analisis Daya Saing Ubi Kayu Olahan Indonesia di Pasar Internasional. Di bawah bimbingan ISKANDAR ANDI NUHUNG dan MUDATSIR NAJAMUDDIN Indonesia merupakan produsen ubi kayu nomor empat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand. Namun selama tahun 2004-2013, impor ubi kayu olahan semakin banyak dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Hal tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan akan komoditas ubi kayu olahan khususnya untuk kebutuhan industri. Kondisi tersebut dapat menyebabkan turunnya daya saing Indonesia untuk komoditas ubi kayu olahan di pasar dunia. Dengan melihat adanya perdagangan bebas atau liberalisasi perdagangan saat ini, penting untuk mengetahui posisi bersaing Indonesia dalam perdagangan komoditas ubi kayu olahan di pasar internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis struktur pasar ubi kayu olahan Indonesia di pasar dunia, 2) menganalisis keunggulan komparatif ubi kayu olahan Indonesia di pasar dunia, 3) menganalisis keunggulan kompetitif ubi kayu olahan Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan lingkup yang meliputi keadaan perdagangan ubi kayu olahan secara nasional dan internasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) 10 tahun mulai tahun 2004 hingga tahun 2013. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, FAO (Food and Agriculture Organization), UN (United Nations) Comtrade, Factfish dan World Bank. Komoditas ubi kayu olahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah komoditas gaplek dengan kode HS 071410, komoditas pati ubi kayu dengan kode HS 110814, dan komoditas tepung tapioka dengan kode HS 110620. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan alat analisis Herfindahl Index (HI) dan Consentration Ratio (CR4) untuk mengidentifikasi struktur pasar serta konsentrasi pasar ubi kayu olahan di pasar internasional, Revealed Compartive Advantage (RCA) untuk mengidentifikasi posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara pengekspor ubi kayu lainnya di pasar internasional, Export Product Dynamics (EPD) untuk mengidentifikasi posisi pasar di negara tujuan ekspor, X-Model untuk mengklusterisasi komoditas yang memiliki potensi di negara tujuan ekspor, Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitif serta tingkat pertumbuhan komoditas ubi kayu olahan dalam perdagangan, dan Diamond Porter untuk mengidentifikasi daya saing kompetitif secara kualitatif dengan melihat kondisi aktual dari setiap komponen diamond porter.

Dari hasil analisis, didapat bahwa struktur pasar komoditas gaplek dan pati ubi kayu dunia berada pada struktur pasar oligopoli yang cenderung bersifat monopoli dengan konsentrasi pasar tinggi, sedangkan untuk komoditas tepung tapioka berada pada struktur pasar oligopoli dengan konsentrasi pasar tinggi. Secara rata-rata Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas gaplek, pati ubi kayu, dan tepung tapioka.

Page 10: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

ix

Namun walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, dari tahun ke tahun kecenderungan perkembangannya menunjukkan hasil yang negatif. Berdasarkan Analisis keunggulan kompetitif, Indonesia memiliki daya saing untuk komoditas Gaplek dan Tepung Tapioka. Sedangkan untuk komoditas pati ubi kayu berdaya saing rendah. Berdasarkan analisis keunggulan kompetitif diamond porter, terdapat beberapa komponen utama daya saing ubi kayu olahan di Indonesia yang tidak saling mendukung. Namun pada komponen peranan pemerintah dan kesempatan, telah mendukung seluruh komponen daya saing ubi kayu olahan Indonesia. Hal tersebut menunjukan adanya peranan pemerintah dan kesempatan akan mampu meningkatkan posisi daya saing ubi kayu olahan Indonesia apabila seluruh stakeholder mengupayakan diri untuk dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kesempatan-kesempatan yang ada.

Page 11: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10

2.1 Ubi Kayu .........……………………………………….……… 10

2.1.1 Manfaat dan Kegunaan Ubi Kayu….……………..…... 12 2.1.2 Agribisnis Pengolahan Ubi Kayu..……………….….... 13

2.2 Teori Perdagangan Internasional.............................................. 15

2.3 Struktur Pasar............................................................................ 18

2.4 Teori Spesialisasi...................................................................... 20

2.5 Daya Saing................................................................................ 21

2.5.1 Keunggulan Komparatif................................................. 22 2.5.2 Keunggulan Kompetitif.................................................. 23

2.6 Penelitian Terdahulu……………………..……….………….. 30

2.6.1 Penelitian Tentang Daya Saing……..……................…. 30 2.6.2 Penelitian Tentang Ubi Kayu………………….........…. 31

2.7 Kerangka Pemikiran……………………….…….……..…….. 31

BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................... 35

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 35

3.2 Jenis dan Sumber Data........................................................... 35

3.3 Metode Analisis Data……………….…......………………... 36

Page 12: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xi

3.3.1 Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl Index (HI).... 37 3.3.2 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)....... 39 3.3.3 EPD (Export Product Dynamic)..................................... 41 3.3.4 X-Model Produk eksport potensial................................. 42 3.3.5 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)............................ 43 3.3.6 Analisis Berlian Porter..................................................... 45

BAB IV. GAMBARAN UMUM UBI KAYU OLAHAN…..…..………. 47

4.1 Gambaran Umum Ubi Kayu...................................................... 47

4.2 Produksi Ubi Kayu Dunia.......................................................... 50

4.3 Negara Penghasil Ubi Kayu Dunia............................................ 51

4.4 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Negara Penghasil Ubi Kayu.................................................................. 52

4.5 Perdagangan Ubi Kayu Olahan Dunia...................................... 53

4.6 Eksportir Ubi Kayu Olahan Dunia........................................... 55

4.7 Harga Ubi Kayu Olahan Dunia.................................................. 59

4.8 Negara Tujuan Ekspor Ubi Kayu Olahan Indonesia................. 60

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………...…………….. 63

5.1 Analisis Struktur Pasar Produk Olahan Ubi Kayu di Pasar Internasional............................................................................ 63

5.2 Analisis keunggulan Komparatif Produk Olahan Ubi Kayu di Pasar Internasional.................................................................... 68

5.3 Daya Saing Indonesia di Negara Tujuan Ekspor...................... 77

5.4 Indeks Spesialisasi Perdagangan............................................... 86

5.5. Analisis keunggulan Kompetitif Diamond Porter .................. 89

5.5.1 Kondisi Faktor (Sumber Daya)....................................... 90 5.5.2 Kondisi Permintaan......................................................... 104 5.5.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung......................... 108 5.5.4 Persaingan, struktur, dan strategi..................................... 116 5.5.5 Peranan Pemerintah......................................................... 118 5.5.6 Peranan Kesempatan........................................................ 120

5.6 Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System........................................................................................ 122

5.7 Keterkaitan Komponen Pendukung Sistem Berlian Porter…... 126

Page 13: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xii

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………...………… 131

6.1 Kesimpulan………………………….……………….……… 131

6.2 Saran…………………………………………….………...... 132

Page 14: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Komposisi Singkong, Tepung Singkong dan Terigu per 100 Gram…...... 4

2. Produksi Rata-rata Ubi Kayu Dunia Tahun 1993-2013………………..... 5

3. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Ubi Kayu Provinsi Indonesia………………………………………………………..………...5

4. Impor Gaplek, Pati Ubi Kayu, dan Tepung Tapioka Dunia……………... 6

5. Jenis-jenis Produk Olahan Ubi Kayu…………………………………….. 15

6. Matriks Posisi Pasar……………………………………………………… 42

7. Data Produksi Ubi Kayu Dunia 2007-2011……………………………… 50

8. Nilai Ekspor Gaplek Dunia……………………………………….…........ 56

9. Nilai Ekspor Pati Ubi Kayu Dunia………………………...……...……... 57

10. Nilai Ekspor Tepung Tapioka Dunia…………………………………….. 58

11. Nilai HI dan CR4 Produk-produk olahan ubi kayu tahun 2004-2013…… 63

12. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Gaplek…...…………..... 70

13. Nilai Ekspor Impor Gaplek Tahun 2004-2013…………………………... 71

14. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Pati Ubi Kayu……......... 72

15. Nilai Ekspor Impor Pati Ubi Kayu Tahun 2004-2013…………………… 73

16. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Tepung Tapioka……..... 74

17. Nilai Ekspor Impor Tepung Tapioka Tahun 2004-2013……………….... 75

18. EPD Gaplek Indonesia di Dunia………………………………………… 77

19. EPD Gaplek Indonesia di Negara Tujuan Ekspor……………………….. 78

20. EPD Pati Ubi Kayu Indonesia di Dunia…………………………….…… 79

21. EPD Pati Ubi Kayu Indonesia di Negara Tujuan Ekspor……....………... 79

Page 15: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xiv

22. EPD Tepung Tapioka Indonesia di Dunia……………………………….. 81

23. EPD Tepung Tapioka Indonesia di Negara Tujuan Ekspor …….………. 81

24. X-Model Produk Export Potensial Gaplek Indonesia…………………..... 83

25. X-Model Produk Export Potensial Pati Ubi Kayu Indonesia……………. 84

26. X-Model Produk Export Potensial Tepung Tapioka Indonesia………….. 85

27. ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan)………………………………….. 87

28. Sentra Produksi Ubi Kayu Tahun 2013……………………………….... 91

29. Luas Panen Ubi Kayu Tahun 2010-2013………………………………… 91

30. Luas lahan Tegal, Ladang, dan Sementara Tidak Diusahakan …………. 93

31. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan ……………………….. 94

32. Lapangan Pekerjaan Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan…………… 95

33. Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan 2014..……..……...... 101

34. Nilai Logistic Performance Index (LPI) 2014…………………………… 102

35. Jumlah Infrastruktur di Indonesia Tahun 2014………………………...... 104

36. Permintaan Ubi kayu 2010-2015…………………………..……………. 105

37. Perkembangan Harga Ubi Kayu Indonesia Tahun 2004-2013…...……… 106

38. Persentase Pemenuhan Gaplek Dunia…………………………………… 107

39. Persentase Pemenuhan Pati Ubi Kayu Dunia……………...…………...... 107

40. Persentase Pemenuhan Tepung Tapioka Dunia…………………………. 108

41. Industri Berbasis Ubi Kayu Skala Besar dan Sedang…………..……...... 111

42. Neraca Ubi Kayu Tahun 2010-2016……………………...……………… 122

43. Keterkaitan Antar Komponen Inti Diamond Porter……...………………. 123

44. Ketertaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Inti Diamond Porter………………………………………………………...... 127

Page 16: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Pohon Industri Ubi Kayu………………………………..……………...... 13

2. Kerangka Pemikiran Teoritis………………………..…………………… 34

3. Bagan X-model Produk Eksport Potensial…………….………………… 43

4. Perdagangan Gaplek Dunia 2004-2013…………………………………. 54

5. Perdagangan Pati Ubi Kayu Dunia 2004-2013……………………..…… 54

6. Perdagangan Tapioka Dunia 2004-2013………………………………… 55

7. Harga Ubi Kayu Dunia 2011-2014………………………………………. 59

8. Pangsa Pasar Rata-rata Gaplek Dunia 2004-2013………………………. 65

9. Pangsa Pasar Rata-rata Pati Ubi Kayu Dunia 2004-2013……………….. 66

10. Pangsa Pasar Rata-rata Tepung Tapioka Dunia 2004-2013…………….. 68

Page 17: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Varietas Unggul Ubi Kayu yang Dianjurkan……………………………. 139

2. Negara Penghasil Ubi Kayu Dunia 2009-2013………………………….. 140

3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Negara Penghasil Ubi Kayu Terbesar di Dunia Tahun 2009-2013…………………………………..... 142

4. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh Provinsi………………………………………………………………...... 144

5. Negara Eksportir Gaplek (US$)……………….…………..…………….. 145

6. Negara Eksportir Pati Ubi Kayu (US$)…………………......…………… 146

7. Negara Eksportir Tepung Tapioka (US$)…………………......………… 147

8. Negara Tujuan Ekspor Gaplek Indonesia (US$)………………………… 148

9. Negara Tujuan Ekspor Pati Ubi kayu Indonesia (US$)………..………… 149

10. Negara Tujuan Eskpor Tepung Tapioka Indonesia…….……………….. 150

11. Perhitungan CR4 dan HI Gaplek………………………………………… 151

12. Perhitungan CR4 dan HI Pati Ubi Kayu……………………………….... 152

13. Perhitungan CR4 dan HI Tepung Tapioka………………………………. 153

14. Perhitungan RCA Gaplek……………………………............................... 154

15. Perhitungan RCA Pati Ubi Kayu………………………………………… 155

16. Perhitungan RCA Tepung Tapioka……………………………………… 156

17. RCA Negara Tujuan Eskpor Gaplek Indonesia……………..…………… 157

18. RCA Negara Tujuan Eskpor Pati Ubi Kayu Indonesia………………….. 159

19. RCA Negara Tujuan Eskpor Tepung Tapioka Indonesia……………....... 161

20. EPD Negara Tujuan Eskpor Gaplek Indonesia…………………….......... 163

21. EPD Negara Tujuan Eskpor Pati Ubi Kayu Indonesia…………………... 165

Page 18: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

xvii

22. EPD Negara Tujuan Eskpor Tepung Tapioka Indonesia………...………. 167

23. Perhitungan ISP………………………………………………………...... 169

Page 19: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis ditandai dengan

adanya dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kondisi iklim

tersebut menjadikan pertanian sebagai salah satu usaha yang sangat menguntungkan

dan dapat dilakukan dengan efisien karena negara Indonesia mempunyai musim yang

mendukung untuk perkembangan pertanian. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari

beberapa subsektor seperti tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan

perikanan. Subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi penting karena

peranannya yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan melalui program

diversifikasi pangan.

Swasembada pangan saat ini sulit dilaksanakan karena adanya sejumlah

kendala. Salah satu kendala realisasi swasembada pangan adalah kesediaan lahan

pertanian yang terbatas. Pada saat ini lahan pertanian banyak yang berubah fungsi

menjadi lahan industri, transportasi, dan pemukiman (Sunarminto, 2010:16). Menurut

data BPS (2013), menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak

238,5 dengan laju perumbuhan 1,38 persen per tahun dan diperkirakan akan menjadi

305,6 juta pada tahun 2035. Semakin bertambahnya jumlah penduduk serta jumlah

lahan untuk pertanian yang semakin berkurang, dapat menyebabkan terjadinya

kerawanan pangan. Terjadinya fenomena kerawanan pangan merupakan saat yang

tepat untuk melakukan revitalisasi tanaman pangan non beras dengan melalui

diversifikasi pangan.

Page 20: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

2

Diversifikasi pangan dapat dicapai dengan mengubah pola konsumsi dengan

lebih banyak jenis pangan yang dapat dikonsumsi, sehingga tidak hanya

mengandalkan beras saja. Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar dalam

ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan

dalam KePres no 15 tahun 2013 tentang ketahanan pangan. Dalam pasal 1 disebutkan

bahwa program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat badan

ketahanan pangan tahun anggaran 2013 salah satunya adalah gerakan percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan.

Salah satu komoditi pangan alternatif sebagai sumber karbohidrat non beras

adalah ubi kayu atau singkong. Tanaman ubi kayu atau singkong (Manihot

esculenta), adalah tanaman semusim, satu famili dengan tanaman karet. Menurut

Damardjati dkk (2000) yang dikutip dari Hafsah (2003:28) mengemukakan bahwa

ubi kayu memiliki keunggulan, yaitu: (1) Mampu beradaptasi pada lahan marginal

dan iklim kering; (2) Biaya produksi lebih murah dibandingkan dengan tanaman biji-

bijian; (3) Mendukung pengembangan sistem tumpangsari dikarenakan pertumbuhan

kanopi yang cepat mulai bulan keempat dan di waktu panen dapat ditunda sampai

empat bulan tanpa menurunkan hasil pati; (4) Hama penyakit relatif sedikit dan

mudah diatasi; (5) Viskositas pati dan tepungnya tinggi sehingga dapat digunakan

sebagai baha baku multi industri; (6) Tahan disimpan dalam bentuk tepung selama 6-

10 bulan dan tidak mengalami kerusakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

sepanjang tahun; (7) Potensi genetiknya tinggi (30-50 ton umbi segar/ha).

Dikutip dari gardjito (2013), bahwa mengkonsumsi ubi kayu lebih murah

daripada beras. Jamil-Musanif (2010) dalam Gardjito dkk (2013:151), membuat

Page 21: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

3

perhitungan sebagai berikut: “bila harga singkong Rp 1.000,-/kg (Rp 1,-/gr), maka

untuk memperoleh nilai kalori yang sama, yaitu 1.800 kal/hari dibutuhkan biaya Rp

2.480,00 bila mengonsumsi beras, tetapi hanya Rp 1.169,- bila mengonsumsi

singkong. Dengan demikian makan singkong lebih ekonomis”. Selain itu, ubi kayu

dapat diolah (dari segi proses) melalui pengembangan industri seperti: (1) Industri

proses dehidrasi dengan produk berupa gaplek, chips, pellet, tapioka, dan onggok; (2)

Industri proses hidrolisis dengan produk berupa gula invert, high fructose syrup

(HFS), dekstrosa, maltosa, sirup glukosa, dan sukrosa; (3) Industri proses fermentasi

dengan produk berupa asam cuka, butanol, aseton, asam laktat, asam sitrat,

monosodium glutamate (MSG), gliserol, dan tepung kasava fermentasi.

Berdasarkan keterangan di atas, didapat bahwa komoditi ubi kayu merupakan

salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan mempunyai potensi yang

besar, karena selain sebagai sumber pangan non beras, juga dapat dimanfaatkan untuk

berbagai hal terutama untuk bahan baku industri dan ekspor, serta produk antara

(intermediate product), sehingga potensial untuk dikembangkan seiring dengan

meningkatnya pembangunan sektor industri. Hampir seluruh bagian dari singkong

dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Daun serta umbinya dapat diolah

menjadi aneka makanan baik sebagai makanan utama maupun selingan. Umbinya

dapat diolah menjadi gula cair (high fructose) dan pakan ternak, serta untuk bahan

bakar yang disebut bioethanol. Umbi dan daun singkong juga dapat digunakan

sebagai pakan ternak. Batangnya selain berguna untuk bibit, dalam keadaan kering

juga dapat digunakan sebagai kayu bakar (Sunarminto, 2010:17).

Page 22: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

4

Sebagai bahan pangan, singkong mempunyai nilai gizi yang cukup baik. Nilai

gizi singkong sebagai makanan tunggal memang memiliki kadar protein dan

karbohidrat yang lebih rendah dibandingkan dengan beras. Akan tetapi, kandungan

zat makanan dalam singkong yang telah diolah mengalami perubahan. Berikut

merupakan perbandingan kandungan gizi antara ubi kayu dengan beras, tepung

singkong, dan terigu. (Tabel 1)

Tabel 1. Komposisi Singkong, Tepung Singkong dan Terigu per 100 Gram

Sumber: Gardjito dkk (2013:152)

Menurut data FAO (2015), produksi ubi kayu di dunia terkonsentrasi di enam

negara, yaitu: Nigeria, Thailand, Indonesia, Brazil, Kongo, dan Ghana. Hingga tahun

2013, produsen ubi kayu paling besar di dunia yakni Nigeria, disusul Brazil,

kemudian Thailand, dan Indonesia pada urutan keempat. (Tabel 2)

Tabel 2. Produksi Rata-rata Ubi Kayu Dunia Tahun 2004-2013 Negara Nilai (Ton)

Nigeria 43802574

Brazil 24893116.9

Thailand 24711668.5

Indonesia 21842924

Democratic Republic of the Congo 15252468.2

Sumber: FAOSTAT 2015 (diolah)

Komponen (g)

Beras Singkong Tepung Singkong Terigu Kalori (g) 360,00 146,00 363,00 365,00 Protein (g) 6,80 1,20 1,19 8,90 Lemak (g) 0,70 0,30 0,50 1,30 Karbohidrat 78,90 34,00 88,20 77,30 Kalsium 6,00 33,00 84,00 16,00 Fosfor (mg) 140,00 40,00 125,00 106,00 Besi (mg) 0,80 0,70 1,00 1,20

Page 23: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

5

Berdasarkan data BPS (2015), produksi ubi kayu nasional pada tahun 2013

mencapai 23,93 juta ton, dan pada tahun 2014 produksi tersebut meningkat menjadi

26,4 juta ton, atau naik sebesar 10,38 % (sebesar 2,48 juta ton). Peningkatan produksi

tersebut disebabkan adanya peningkatan luas panen sebesar 7,83 % (atau tambahan

luas panen sebesar 83,4 ribu hektar, dan peningkatan produktivitas sebesar 2,36 %.

(Tabel 3)

Tabel 3. Luas Panen- Produktivitas-Produksi Tanaman Ubi Kayu Provinsi Indonesia Tahun Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(Ku/Ha) Produksi

(Ton) 2010 1183047 202.17 23918118

2011 1184696 202.96 24044025

2012 1129688 214.02 24177372

2013 1065752 224.6 23936921

2014 1149208 229.91 26421770

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Dari total produksi ubi kayu tersebut, sebagian besar digunakan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri (Hafsah, 2003:31). Menurut Saliem dan Nuryanti

(2011:12), Indonesia hanya pemain kecil di pasar ekspor produk ubi kayu dunia.

Thailand menguasai 81% pasar ekspor gaplek dan 96% pati ubi kayu. Eksportir

utama gaplek yang lain adalah Vietnam yang menguasai 14% ekspor gaplek, disusul

Indonesia (3%).

Perdagangan ubi kayu dewasa ini semakin berkembang yang ditandai dengan

semakin meningkatnya permintaan ubi kayu oleh negara-negara konsumen dan

semakin banyaknya jumlah negara pengekspor ubi kayu di dunia. Permintaan ubi

kayu oleh negara konsumen dapat dilihat dari impor ubi kayu yang dilakukan oleh

Page 24: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

6

negara konsumen. Dalam kurun waktu 2009 sampai dengan 2013, total impor ubi

kayu dunia dalam bentuk olahan berupa gaplek, pati ubi kayu, dan juga tepung

tapioka mengalami fluktuasi namun cenderung naik. (Tabel 4)

Tabel 4. Impor Gaplek, Pati Ubi Kayu, dan Tepung Tapioka Dunia

Tahun Impor Gaplek Dunia Impor pati ubi kayu

dunia Impor tepung tapioka dunia

2009 3897675 1573540 57595 2010 7188762 2094172 56246 2011 6380181 1953517 61889 2012 5855171 2357934 66451 2013 8747705 2891088 96511

Rata-rata 6413898.8 2174050.2 67738.4 Sumber: UN Comtrade, 2015 (Diolah)

Ketidakmampuan ubi kayu lokal untuk memenuhi kebutuhan ubi kayu di

dalam negeri menyebabkan tingginya volume impor ubi kayu. Hal tersebut juga

terjadi di Indonesia, walaupun Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar

komoditas ubi kayu di dunia, namun Indonesia mengimpor ubi kayu dalam jumlah

yang cukup besar. Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, mengingat

potensi untuk meningkatkan produksi ubi kayu di dalam negeri dapat dilakukan.

Berdasarkan potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya manusia, dan

tingkat adaptasi teknologi, maka tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai

daerah di Indonesia. Selain itu, adanya kecenderungan meningkatnya permintaan ubi

kayu setiap tahun merupakan peluang bagi agribisnis ubi kayu lokal untuk dapat

dikembangkan di Indonesia.

Potensi yang cukup besar tersebut dapat menentukan keunggulan dan

kemampuan yang dimiliki komoditi ubi kayu Indonesia dalam menghadapi

Page 25: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

7

liberalisasi perdagangan (perdagangan bebas). Oleh karena itu, penelitian mengenai

daya saing ubi kayu olahan Indonesia perlu dilakukan untuk mengetahui posisi

bersaing Indonesia dalam perdagangan komoditi ubi kayu olahan di pasar

internasional.

1.2 Perumusan Masalah

Saat ini Indonesia memiliki sejumlah wilayah penghasil ubi kayu di 33

provinsi kecuali DKI Jakarta dengan provinsi Lampung sebagai daerah penghasil ubi

kayu terbesar, diikuti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur,

dan DI Yogyakarta (4.2%) (BPS, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi

ubi kayu di tiap provinsi di Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih

maju, namun sampai saat ini laju pertumbuhan produksi belum mampu mengimbangi

laju permintaan, sehingga masih harus melakukan impor. Memasuki era globalisasi

dan perdagangan bebas, mau tidak mau sektor pertanian harus mampu bersaing

dengan menghasilkan produk-produk yang bermutu dan mencukupi keperluan

konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor sehingga dapat memberikan nilai dan

manfaat lebih bagi para pelaku-pelaku yang terlibat dalam pengusahaan ubi kayu

tersebut. Ubi kayu merupakan salah satu komoditas dari tanaman pangan yang dapat

memberikan kontribusi tinggi dalam aspek ekonomi Indonesia, yaitu sebagai sumber

devisa dari proses perdagangan baik lokal maupun ekspor, penyedia lapangan

pekerjaan, dan penyuplai makanan pokok serta bahan baku industri makanan dan

minuman.

Page 26: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

8

Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah :

1) Bagaimana struktur pasar dan persaingan ubi kayu olahan di pasar internasional?

2) Apakah ubi kayu olahan Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar

internasional?

3) Apakah Indonesia memiliki keunggulan kompetitif untuk komoditas ubi kayu

olahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis struktur pasar ubi kayu olahan di pasar dunia.

2) Menganalisis keunggulan komparatif ubi kayu olahan Indonesia di pasar dunia.

3) Menganalisis keunggulan kompetitif ubi kayu olahan Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

berbagai pihak, yaitu :

1) Melatih kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan secara ilmiah.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi

penelitian selanjutnya terutama penelitian tentang komoditi ubi kayu

3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan serta sebagai

bahan informasi baru bagi pembaca yang ingin mengembangkan usaha ubi kayu.

Page 27: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan kondisi

pengembangan daya saing ubi kayu olahan di Indonesia dan daya saing ubi kayu

olahan Indonesia di pasar internasional. Identifikasi perubah-perubah yang dianalisis

mencakup luas areal/panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga,

situasi komoditi ubi kayu olahan di dalam dan di luar negeri.

Page 28: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi kayu

Dikutip dari Plant Database (2006), ubi kayu atau singkong diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta, Crantz.

Ubi kayu (Manihot esculenta) umumnya dikenal dan tersebar luas di

Indonesia, bahkan sudah banyak ditanam di banyak negara di dunia. Di Benua Asia

tersebar di Thailand, Vietnam, India, dan Cina, Di Benua Afrika tersebar di Nigeria,

Kongo, Ghana, Mozambik, Angola, dan Uganda. Di Benua Amerika produksi

terbesar ada di Brasil. Ubi kayu masuk ke Indonesia pada tahun 1852 melalui Kebun

Raya Bogor, dan kemudian tersebar ke seluruh wilayah Nusantara pada saat

Indonesia kekurangan pangan, yaitu sekitar 1914-1918. Dengan demikian, ubi kayu

menduduki posisi sebagai makanan pokok alternatif, selain beras dan jagung

(Gardjito dkk,2013:150).

Page 29: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

11

Ubi kayu dapat hidup di tanah yang relatif tidak subur, tidak memerlukan

banyak pupuk maupun pestisida, serta dapat menghasilkan minimal 7-9 ton per hektar

(Gardjito dkk, 2013:151). Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2009) yang

dikutip dari Gardjito dkk (2013:151) dalam bukunya yang berjudul Pangan

Nusantara: “Hasil yang dicapai per hektar ubi kayu jauh lebih banyak daripada padi

dan gandum. Padi lebi kurang 3,8 ton per hektar, dan gandum 1,8 ton per hektar. Ubi

kayu merupakan tanaman tropik yang menghasilkan umbi besar berpati, mengandung

banyak kalori, berkabohidrat tinggi namun memiliki kandungan protein yang

rendah”.

Dikutip dari Gardjito dkk (2013:154) ubi kayu memiliki sifat atau karakter

sebagai berikut, yaitu: batangnya berbuku-buku (setiap buku batang terdapat mata

tunas), daunnya menjari, dan umbi berasal dari pembesaran sekunder akar adventif,

mengandung air (65%), kadar pati (34,6%), serta sianida (HCN). Berdasarkan kadar

HCN, ubi kayu dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu ubi kayu jenis pahit

dan jenis tidak pahit. Jenis ubi kayu yang tidak pahit, yaitu varietas ubi kayu yang

umumnya dimanfaatkan untuk bahan pangan, dan juga dapat digunakan untuk

keperluan industri. Adapun jenis ubi kayu yang pahit (kadar HCN tinggi) digunakan

untuk keperluan industri saja, setelah melalui proses pengolahan. Dalam tingkatan

kadar HCN, ubi kayu memiliki tiga kategori, yaitu dengan kandungan HCN kurang

dari 50 ppm sebagai jenis yang tidak beracun, antara 50-100 ppm jenis agak beracun,

dan kandungan HCN lebih besar 100 ppm sebagai jenis beracun. Saat ini telah

terdapat berbagai varietas ubi kayu unggul yang telah dilepas oleh Kementerian

Pertanian (Lampiran1)

Page 30: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

12

2.1.1 Manfaat dan Kegunaan Ubi Kayu

Dikutip dari Bancatut (2011), secara tradisi cassava digunakan oleh sebagian

masyarakat sebagai makanan bahan pangan pokok seperti halnya beras dan jagung.

Konsumsi umbi cassava (ubi kayu) sebagai makanan pokok sudah sangat berkurang

sejalan dengan program “berasnisasi” (yaitu konversi bahan pangan pokok ke beras)

pemerintah pada masa orde baru sehingga masyarakat menempatkannya sebagai

makanan kelas dua. Menurut Wagiono dkk (2004) dalam Bancatut (2011), daun

cassava digunakan sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau dapat

juga digunakan untuk keperluan yang lain seperti pakan dan bahan obat-obatan.

Kayunya dapat digunakan sebagai pagar kebun atau kayu bakar untuk memasak.

Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, penggunaan

cassava tidak lagi hanya berorientasi pangan tradisional tapi sudah menjadi bahan

baku industri. Umbi cassava sudah digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula

dan etanol. Produksi gula cair (High Fructose Syrup) sudah banyak dikenal di

berbagai negara termasuk Indonesia. Industri etanol yang selama ini menggunakan

bahan baku molases mulai menggunakan cassava karena berbagai alasan termasuk

harga molases yang semakin naik. Masih banyak produk yang dapat dihasilkan dari

cassava tetapi belum berkembang dengan baik. Macam-macam produk yang dapat

dihasilkan dari ubi kayu ditampilkan pada pohon industri ubi kayu sebagai berikut:

Page 31: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

13

Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu

Sumber: Supriadi (2005:5)

2.1.2 Agribisnis Pengolahan Ubi kayu

Dikutip dari Hafsah (2003:103), prospek pengembangan ubi kayu sebagai

usaha bisnis atau agribisnis berbasis ubi kayu masih terbuka luas sejalan dengan

semakin berkembangnya industri pengolahan berbasis ubi kayu. Bagi kalangan

swasta/perusahaan pengolahan industri ubi kayu yang diperlukan adalah kadar bahan

kering maupun kadar pati tinggi dan bermutu tinggi (putih bersih). Untuk

meningkatkan kadar pati dan mutu yang baik, selain ditentukan oleh varietas, sangat

dipengaruuhi pula oleh proses pengolahan ubi kayu. Kesemuanya ini sangat

Ubikayu

UbikayuSegar

ProdukAntara

TepungGaplek

TepungKasava

TepungTapioka

Produk Makanan(keripik/kerupuk, tape, lemet, dll)

Produk Makanan(tiwul, kue kering, dll)

Produk Makanan(roti, mie, biskuit, dll)

Produk Makanan Tradisional(biji salak, kue lapis, kerupuk, dll)

Produk Makanan Modern(bubur susu instan, tepung bumbu, biskuit/snack,

meat product, dll)

Pati Ter-modifikasi

- Pati Pragelatinisasi- Pati Teroksidasi- Pati Posfat- dll.

HidrolisatPati

- Dekstrin- Maltodekstrin- Sirup Glukosa- High Fructose Syrup (HFS)- Sorbitol- dll.

MonosodiumGlutamat (MSG)

- Roti (Bakery)- Es krim- Meat product- Permen- dll.

- Susu formula- Bubur susu instan- Minuman ringan- Saus- Permen- Jam/jelly- dll.

TepungOyek

Produk Makanan(nasi oyek, dll)

Ubikayu

UbikayuSegar

ProdukAntara

TepungGaplek

TepungKasava

TepungTapioka

Produk Makanan(keripik/kerupuk, tape, lemet, dll)

Produk Makanan(tiwul, kue kering, dll)

Produk Makanan(roti, mie, biskuit, dll)

Produk Makanan Tradisional(biji salak, kue lapis, kerupuk, dll)

Produk Makanan Modern(bubur susu instan, tepung bumbu, biskuit/snack,

meat product, dll)

Pati Ter-modifikasi

- Pati Pragelatinisasi- Pati Teroksidasi- Pati Posfat- dll.

HidrolisatPati

- Dekstrin- Maltodekstrin- Sirup Glukosa- High Fructose Syrup (HFS)- Sorbitol- dll.

MonosodiumGlutamat (MSG)

- Roti (Bakery)- Es krim- Meat product- Permen- dll.

- Susu formula- Bubur susu instan- Minuman ringan- Saus- Permen- Jam/jelly- dll.

TepungOyek

Produk Makanan(nasi oyek, dll)

Page 32: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

14

dipengaruhi oleh teknologi pengolahan hasil, efisiensi, dan alat yang dimiliki serta

manajemen pengolahannya.

Pengolahan ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka

meningkatkan nilai tambah. Dengan mengolah ubi kayu menjadi berbagai produk

makanan dan produk antara untuk bahan baku industri baik industri skala menengah

dan besar ataupun industri skala kecil, dapat tercipta diversifikasi produk olahan yang

digemari masyarakat dan dapat meningkatkan produksi. Dalam skala industri kecil,

ubi kayu umumnya diolah menjadi kerupuk/keripik singkong yang diusahakan pada

rumah tangga (home industry). Sedangkan dalam skala menengah dan besar,

pengolahan ubi kayu menjadi berbagai hasil seperti tepung tapioka telah didukung

oleh berdirinya pabrik-pabrik pengolahan yang tersebar hampir di seluruh tanah air.

Ubi kayu pada umumnya diolah menjadi olahan pangan dan olahan non

pangan (Wargiono, J, 2001 dan budijato dkk, 2002) dalam Hafsah (2003:136). Jenis-

jenis produk olahhan dari ubi kayu dikemukakan pada tabel berikut (Tabel 5).

Page 33: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

15

Tabel 5 Jenis-Jenis Produk Olahan Ubi Kayu Olahan Pangan Olahan Non Pangan

A. Langsung

1. Keripik Singkong

2. Kerupuk Singkong

3. Tape

4. Makanan tradisional dan

mewah

B. Awetan (diawetkan)

1. Tapioka

2. Gaplek

3. Pellet

4. Tepung singkong

5. Tepung gaplek

6. Onggok, makanan ternak

1. Dextrin

2. Glukosa dan Sukrosa

3. Dekstrosa

4. Asam cuka

5. Butanol

6. Aseton

7. Asalam laknak

8. Asam sitrat

9. Monosodium glutamate

10. Gliserol

Sumber: Hafsah (2003:137)

Dari 20 jenis produk olahan tersebut, terdapat produk olahan yang relatif

menonjol yaitu keripik singkong, gaplek, tapioka, tepung singkong, onggok dan

makanan ternak. (Hafsah, 2003:137)

2.2 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Basri dan Munandar (2010:33), “Perdagangan internasional terjadi

karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara yang berdagang karena memiliki

sumber daya yang berbeda satu sama lain. Kedua, negara-negara melakukan

Page 34: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

16

perdagangan dengan tujuan skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi”.

Maksudnya, jika setiap negara memproduksi barang tertentu, negara tersebut dapat

memproduksi barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan lebih efisien

dibandingkan dengan negara yang memproduksi semua barang. Berdasarkan teoritis

dari kedua motif di atas, dapat diperoleh mulai dari teori perdagangan internasional

klasik, modern hingga yang mutakhir.

Perkembangan teori perdagangan internasional dijabarkan sebagai berikut

(Basri dan Munandar, 2010:35).

1. Merkantilisme

Pemikiran merkantilisme pertama kali ditulis oleh Antinio Serra pada

1613. Merkantilisme saat itu belum mengenal dengan adanya konsep keunggulan

komparatif sebagai pola perdagangan dan mempengaruhi struktur produksi serta

distribusi pendapatan. Konsep merkantilisme didasarkan pada banyaknya stok

emas suatu negara sebagai aset kekayaannya. Dalam konsep ini negara berupaya

meningkatkan ekspor setinggi-tingginya dan menekan ekspor serendah mungkin.

Hal ini menjadikan peran negara dalam meningkatkan kesejahteraan dan

pertumbuhan dominan. Karena dianggap tidak produktif, mazhab ini menjadi

pertentangan seiring perkembangan zaman. Salah satu ahli ekonomi yang

menentang mazhab ini adalah Adam Smith yang kemudian melahirkan sebuah

mazhab baru yaitu teori keuntungan absolut.

2. Teori Keuntungan Absolut

Teori keuntungan absolut dilahirkan oleh Adam Smith sebagai bentuk

protesnya terhadap pemikiran merkatntilisme. Teori ini menyatakan bahwa

Page 35: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

17

keuntungan absolut merupakan basis perdagangan internasional suatu negara.

Teori Adam Smith membukakan jalan bagi teori-teori baru lainnya di era

moderen, seperti teori keuntungan komparatif oleh David Ricardo dan teori

Hecksher-Ohlin.Teori

3. Teori Ricardian

Teori ini dirumuskan oleh David Ricardo dimana Ia menyatakan bahwa

perdagangan internasional adalah teori tentang nilai atau value, dimana nilai atau

value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk

memproduksi barang tersebut (labour cost value theory). Perdagangan antar

negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki comparative cost

terkecil. Comparative cost timbul karena adanya perbedaan teknologi antar negara.

Hal ini berarti bahwa berlangsungnya perdagangan internasional merupakan akibat

adanya perbedaaan produktivitas antarnegara

4. Teori Heckscher-Ohlin

Teori Heckscher-Ohlin menekankan bahwa keuntungan komparatif

ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi dan penggunaan faktor

tersebut secara relatif intensif dalam kegiatan produksi barang ekspor. Menurut

Salvatore (2011:112) Ada beberapa asumsi dari teori H-O bagi kedua negara yang

melakukan perdagangan internasional, yaitu:

1. Ada dua negara, dua komoditas, dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan

modal)

Page 36: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

18

2. Negara yang melakukan perdagangan internasional mempunyai karakteristik

yang berbeda terhadap tenaga kerja yang berlimpah dan sebaliknya berlimpah

barang-barang modal.

3. Kedua negara mempunyai kesamaan teknologi.

4. Kedua negara memiliki selera yang sama.

5. Kedua komoditas yang diproduksi diukur dalam skala hasil konstan.

6. Masing-masing negara melakukan spesialisasi produk.

7. Ada persaingan sempurna di kedua komoditas dan pasar faktor produksi di

kedua negara

8. Ada mobilitas faktor yang sempurna di dalam setiap negara, tetapi tidak ada

mobilitas faktor produksi secara internasional

9. Tidak terdapat biaya transportasi, tarif, atau bentuk lainnya yang menghambat

untuk arus bebas perdagangan internasional.

10. Semua sumber daya sepenuhnya digunakan di kedua negara.

11. Perdagangan internasional antara dua negara seimbang

2.3 Struktur Pasar

Menurut Arsyad (2014:337), struktur pasar menggambarkan tingkat

persaingan di suatu pasar barang dan jasa tertentu. Suatu pasar terdiri dari seluruh

perusahaan dan individu yang ingin dan mampu untuk membeli serta menjual produk

tertentu. Karakteristik pasar yang paling penting adalah jumlah dan ukuran distribusi

para pembeli dan penjual serta tingkat diferensiasi produk yang diperjualbelikan di

Page 37: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

19

pasar tersebut. Biasanya, pasar dikelompokkan menjadi 4 macam pasar, yaitu sebagai

berikut:

1. Pasar Persaingan Sempurna

Struktur pasar yang dicirikan oleh jumlah pembeli dan penjual yang

sangat banyak. Jumlah dan nilai transaksi dari setiap individu (pembeli dan

penjual) sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah dan nilai output industri

secara keseluruhan sehingga individu-individu tersebut tidak bisa mempengaruhi

harga produk. Dalam struktur pasar seperti ini, para pembeli dan penjual secara

individual bertindak sebagai penerima harga (price taker). Dalam jangkan

panjang tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas laba normal pada

struktur pasar persaingan sempurna ini.

2. Pasar Monopoli

Struktur pasar yang dicirikan oleh adanya seorang produsen tunggal.

Sebuah perusahaan bisa menentukan harga produk dan jumlah outputnya.

Monopolis sangat mungkin untuk memperoleh laba di atas normal, bahkan dalam

jangka panjang sekalipun.

3. Pasar Persaingan Monopolistik

Struktur pasar yang mirip dengan pasar persaingan sempurna, namun ada

sedikit perbedaan diantara keduanya karena dalam persaingan monopolistik

konsumen mengetahui perbedaan-perbedaan dari produk-produk yang dihasilkan

oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Seperti halnya dalam persaingan

sempurna, dalam pasar persaingan monopolistik laba di atas normal hanya bisa

diperoleh dalam jangka pendek.

Page 38: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

20

4. Pasar Oligopoli

Struktur pasar dimana sebagan besar output dari suatu industri hanya

dihasilkan oleh sejumlah kecil perusahaan. Pasar oligopoli ini dibagi menjadi

oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) dimana produk tidak

terbakukan (unstandardized), dan oligopoli tak terdiferensiasi (undifferentiated

oligopoly) dimana produknya terbakukan. Dalam pasar oligopoli ini, keputuan

penetapan harga dan outputnya dari perusahaan-perusahaan yang ada di pasar

saling tergantung satu sama lain. Ini berarti bahwa jika satu peruhaan mengubah

harganya, maka perusahaan-perusahaan lainnya akan bereaksi dan pada akhirnya

informasi perubahan harga tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan bagi

penetapan harga dan output dari perusahaan-perusahaan terebut.

2.4 Teori Spesialisasi

Menurut Lukman dan Nasarudin (2007:7), salah satu ciri-ciri dari sistem

perekonomian modern adalah berkembangnya teknologi dan spesialisasi untuk

mencapai efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan ekonomi. Penyebab terjadinya

sepesialisasi yaitu:

1. Banyaknya macam barang yang dibutuhkan manusia, sehingga setiap individu

tidak dapat memenuhi dan menghasilkan kebutuhan tersebut sendiri

2. Begitu kompleksnya proses dari beberapa barang, sehingga tidak dihasilkan

sendiri oleh individu

3. Dalam berbagai tingkat proses produksi masing-masing individu tidak mampu

memprosesnya berdasarkan kemampuan

Page 39: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

21

Adapun bentuk-bentuk spesialisasi ada 3, yaitu:

1. Spesialisasi yang terjadi karena adanya perbedaan profesi

2. Spesialisasi yang terjadi karena adanya perbedaan keadaan potensi suatu daerah

3. Spesialisasi yang terjadi disebabkan oleh karena perbedaan tingkatan dalam

produksi

2.5 Daya Saing

Konsep daya saing pada tingkat nasional adalah produktivitas. Produktivitas

adalah nilai output yang diproduksi oleh suatu unit tenaga kerja atau modal.

Produktivitas tergantung baik pada kualitas dan penampilan produk (yang

menentukan harga yang dapat mereka minta) maupun pada efisiensi di mana produk

dihasilkan. Produktivitas adalah penentu utama dari standar hidup negara yang

berjangka panjang, produktivitas adalah akar penyebab pendapatan per kapita

nasional. Produktivitas sumber daya manusia menentukan upah karyawan,

produktivitas dimana modal digunakan, dan return yang diperolehnya untuk para

pemegang sahamnya (Cho dan Moon, 2003:113). Pendekatan yang sering digunakan

untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu

keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.

2.5.1 Keunggulan Komparatif

Konsep keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage)

pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada awal abad ke sembilan belas.

Ricardo menjelaskan bahwa keunggulan komparatif muncul dari perbedaan dalam

produktivitas tenaga kerja (Cho dan Moon, 2003:11). Namun, pada awal abad ke dua

Page 40: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

22

puluh, muncul sebuah teori penting yang baru mengenai perdaganangan internasional,

yaitu model Heckscher dan Ohlin yang dikembangkan oleh dua orang ekonom

Swedia.

Dikutip dari Cho dan Moon (2003:11), Heckers dan Ohlin berpendapat bahwa

keunggulan komparatif muncul dari perbedaan dalam factor endowments, yaitu

faktor-faktor produksi yang mendukung dan melandasi perdagangan internasional

seperti kekayaan alam, tenaga kerja dan modal (didukung dengan teknologi).

Menurut model HO tersebut, terdapat dua ciri-ciri dasar dari negara dan produk, yaitu

negara berbeda satu sama lain menurut faktor produksi yang dimilikinya, sedangkan

barang berbeda satu sama lain menurut faktor yang diperlukan dalam

memproduksinya. Model HO mengatakan bahwa suatu negara akan memiliki

keunggulan komparatif dalam barang yang produksinya relatif intensif dalam hal

faktor yang dimilikinya, dan oleh karena itu akan mengekspornya. Logikanya adalah

bahwa semakin berlebihannya suatu faktor, maka akan semakin rendah biayanya.

Oleh karena itu, perbedaan dalam factor endowments dari berbagai negara dapat

menjelaskan perbedaan dalam biaya faktor, yang mengakibatkan keunggulan

komparatif yang berbeda.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu negara akan

memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain bila negara tersebut

berspesialisasi dalam komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien

(mempunyai keunggulan absolut) dan mengimpor komoditi yang kurang efisien

(mengalami kerugian absolut) (Salvatore, 2014:35).

Page 41: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

23

2.5.2 Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi

perekonomian aktual. Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali

oleh Porter (1990). Menurut Porter dalam Cho dan Moon (2003:81), terdapat empat

faktor utama yang menentukan daya saing suatu industri, yaitu: kondisi faktor sumber

daya, kondisi permintaan, kondisi industri pendukung dan industri terkait serta

kondisi struktur, persaingan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor tersebut

membentuk suatu sistem yaitu “The Diamond of National Advantage" dan

menciptakan suatu lingkungan dimana suatu perusahaan lahir dan belajar bagaimana

bersaing. Setiap poin dalam berlian tersebut mempengaruhi keberhasilan suatu negara

dalam mendapatkan keunggulan bersaing di pasar internasional. Disamping itu,

Porter (1990) dalam Cho dan Moon (2003:142) juga memasukkan dua variable di

luar model, yaitu peranan kesempatan dan peranan pemerintah yang turut akan

mempegaruhi model. Di mana peran pemerintah menjadi faktor penting dalam

meningkatkan keunggulan bersaing. Komponen dalam Sistem Berlian Porter

dijelaskan sebagai berikut (Puspita, 2009)

1. Kondisi Faktor Sumber Daya

Posisi Indonesia berdasarkan sumber daya yang dimiliki merupakan faktor

produksi yang diperlukan untuk memperoleh daya saing. Faktor produksi

digolongkan ke dalam lima kelompok, yaitu:

Page 42: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

24

A. Sumber Daya Fisik atau Alam

Sumber daya fisik atau sumber daya alam yang mempengaruhi daya

saing nasional mencakup biaya, aksestabilitas, mutu dan ukuran lahan

(lokasi), ketersediaan air, mineral, dan energi. Begitu juga kondisi cuaca dan

iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis dan lain-lain.

B. Sumber Daya Manusia

Sumber daya terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia,

kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja

yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral).

C. Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumber daya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar,

pengetahuan teknis dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan

dalam memproduksi ubi kayu baik segar maupun olahan. Begitu juga

ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan

tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi

perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.

D. Sumber Daya Modal

Sumber daya terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia,

jenis pembiayaan (sumber modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi

lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan

keuangan, kondisi moneter, fiskal serta peraturan moneter dan fiskal.

Page 43: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

25

E. Sumber Daya Infrastruktur

Sumber daya infrastruktur terdiri dari ketersediaan, jenis, mutu dan

biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Termasuk

sistem transportasi, komunikasi, pos, giro, pembayaran transfer dana, air

bersih, energi listrik dan lain-lain.

2. Kondisi Pemintaan

Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing,

terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan

sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar

global. Mutu permintaan di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap

perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap mutu

persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang

mempengaruhi daya saing industri nasional yaitu:

A. Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing

industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:

a) Struktur segmen permintaan. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih

mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang

lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit.

b) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi. Hal tersebut akan

meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang

bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu

produk, fitur produk dan pelayanan.

Page 44: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

26

c) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri.

Hal terssebut merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan

bersaing.

B. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat

persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh pembeli bebas, tingkat

pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan

permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih

awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika

industri melakukannya dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman

modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan

peningkatan produktivitas.

C. Internasionalisasi Pemintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan

mendorong daya saing industri nasional, karena dapat membawa produk

tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional

tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong

meningkatnya daya saing produk negeri yang dikunjungi tersebut.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung pada agribisnis ubi

kayu yang telah memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing

industri utamanya. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan memasok

Page 45: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

27

input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik,

pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan

kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki daya

saing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk

industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing

global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk

memperoleh daya saing global.

4. Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan

Struktur industri juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri

yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-

perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang

bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh

terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan

dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan

demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri

yang bersangkutan.

A. Struktur Pasar

Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukkan tipe pasar. Derajat

persaingan struktur pasar (degree of competition of market share) dipakai

untuk menunjukan sejauh mana perusahaan-perusahaan individual

mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan

lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai

Page 46: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

28

sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan

perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk (nature of the product)

adalah dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar. Adapula dimensi

lainnya yaitu mudah atau sulitnya memasuki industri (hambatan masuk pasar),

kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan dan lain-

lain. Beberapa struktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna,

pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni dan pasar oligopsoni.

Biasanya struktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan

oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa

pasar yang ada, dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam

suatu industri.

B. Persaingan

Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu pendorong

bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan

inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor

penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada

perusahaan lain dalam meningkatkan daya saingnya. Perusahaan-perusahaan

yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih

mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat

persaingannya rendah.

Page 47: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

29

C. Strategi Perusahaan

Dalam menjalankan suatu usaha, baik usaha yang berskala besar

maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau

manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya

ke dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu

strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha.

Dalam penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang

dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap

organisasi atau perusahaan tersebut.

5. Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya

peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu

daya saing global. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu

menciptakan daya saing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan

fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri

agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan daya saingnya.

Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap

berbagai sumber daya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumber daya alam,

tenaga kerja, pembentukan modal, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi

serta informasi. Selain itu, Pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat daya

saing melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu daya saing industri,

tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan daya saing global

namun memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi

Page 48: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

30

faktor penentu daya saing, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam

industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif

dan efisien.

6. Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali industri

atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri nasional.

Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya daya saing industri

global nasional adalah penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak

berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang),

meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari

peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor

kesempatan lainnya.

2.6 Penelitian Terdahulu

2.6.1 Penelitian Tentang Daya Saing

Untuk memberikan gambaran terhadap daya saing terdapat beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu: (1) Anneke Rau (2014) berjudul

Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional yang menggunakan RCA,

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), dan juga teori berlian Proter. (2) Riana Ayu

Wulandari (2013) berjudul Analisis Daya Saing Ubi jalar Indonesia di Pasar

Internasional yang menggunakan Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio

(CR), Revealed Comparative Advantage (RCA), dan juga Teori Berlian Porter. (3) Sri

Anna Febriyanthi (2008) berjudul Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh

Page 49: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

31

Indonesia di Pasar Internasional yang menggunakan HI dan CR, RCA, dan juga Teori

Berlian Porter. (4) Altika Ningsih (2013) berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan

Ekspor yang menggunakan RCA, Export Product Dynamic (EPD), X-Model produk

potensial, dan juga regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan minyak atsiri Indonesia. (5) Agnes Aulia Dwi Puspita (2009) berjudul

Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di

Indonesia yang menggunakan analisis Berlian Porter, SWOT, dan Arsitektur

Strategik.

2.6.2 Penelitian Tentang Ubi Kayu

Penelitian tentang ubi kayu sudah pernah dilakukan oleh Putri Suci Asriani

(2011) yang berjudul Analisis Daya Saing Ekspor Ubi kayu Indonesia yang

menggunakan Metode RCA (Revealed Comparative Advantage), ISP (Indeks

Spesialisasi Perdagangan) dan juga AR (Acceleration Ratio). Penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk

komoditas pati ubi kayu, gaplek, dan tapioka. Komoditas gaplek dan tapioka

mempunyai daya saing yang kuat atau Indonesia cenderung sebagai pengekspor dari

komoditas tersebut. Untuk komoditas pati ubi kayu memiliki daya saing yang rendah

atau Indonesia cenderung sebagai pengimpor komoditas tersebut. Komoditas gaplek,

tapioka, dan pati ubi kayu mempunyai pangsa pasar ekspor yang kuat atau Indonesia

dapat merebut pasar ekspor untuk komoditas-komoditas tersebut.

Page 50: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

32

2.7 Kerangka Pemikiran

Konsumsi ubi kayu di Indonesia semakin meningkat karena permintaan

terhadap ubi kayu bukan hanya sebagai sumber pangan, namun juga sebagai bahan

olahan yang merupakan bahan baku utama bagi berbagai macam produk olahan

pangan semakin meningkat. Produk olahan pangan berbahan baku ubi kayu (keripik

singkong, tape, getuk, misro, combro, getuk lindri, dan berbagai macam makanan

lainnya) dikonsumsi hampir di setiap rumah tangga, yang meliputi segala lapisan

masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai atas. Sedangkan kebutuhan ubi kayu

nasional hingga saat ini masih dipenuhi oleh impor walaupun Indonesia merupakan

negara dengan produksi ubi kayu ke empat terbesar di dunia. Padahal berdasarkan

kesesuaian lahan, ubi kayu dapat ditanami di hampir semua daerah di Indonesia.

Untuk itu, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dilakukan pengembangan

agribisnis ubi kayu.

Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi

pengembangan agribisnis dan daya saing ubi kayu saat ini. Oleh karena itu, tahapan

pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis dengan Herfindahl Index (HI) dan

Concentration Ratio (CR) untuk menggambarkan struktur dan pangsa pasar yang

dimiliki oleh komoditas ubi kayu Indonesia di pasar internasional. Lalu menggunakan

Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menjelaskan kekuatan daya saing ubi

kayu secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan

posisi komparatif Indonesia sebagai produsen ubi kayu dibandingkan negara lainnya

dan alat analisis Export Product Dynamic (EPD) dan X-Model Produk ekspor

potensial untuk mengetahui daya saing ubi kayu di tiap negara tujuan eksport.

Page 51: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

33

Pendekatan lain yang digunakan adalah menggunakan analisa Indeks

Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui apakah Indonesia lebih sebagai

eksportir atau importir ubi kayu. Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan

pengkajian potensi, kendala dan peluang komoditas ubi kayu dengan melihat kondisi

ekonomi aktual. Analisis situasi internal dan eksternal ini dilakukan dengan

pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) mengenai keunggulan

bersaing negara-negara. Teori Berlian Porter menganalisis faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu negara, dalam penelitian

ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif ubi kayu

Indonesia.

Page 52: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

34

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Teoritis

Indonesia sebagai produsen ubi kayu terbesar keempat dunia

Indonesia merupakan pengimpor ubi kayu Terbesar di dunia

Indonesia memiliki potensi yang besar

Daya Saing Ubi kayu olahan Indonesia

Analisis Struktur Pasar Ubi kayu Indoenesia

Keunggulan Komparatif Ubi kayu Indonesia

Analis Daya Saing Ubi kayu Indonesia di Negara

Tujuan Ekspor

Daya Saing Kompetitif Ubi kayu Indonesia

RCA (Revealed Comparative Advantage)

EPD (Export Product Dynamics)

X-Model Produk ekspor potensial

ISP (Indeks Spesialisasi Produk)

Analisis Diamond Porter

HI (Herfindahl Index)

Cr4 (Concentration Ratio)

Gambaran Daya Saing Ubi kayu Olahan Indonesia di pasar

Internasional

Page 53: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini membahas tentang struktur pasar ubi kayu olahan di pasar

international, daya saing ubi kayu olahan Indonesia, dan kondisi agribisnis ubi kayu

olahan di Indonesia dengan menganalisis faktor-faktor penentu daya saing agribisnis

ubi kayu olahan di Indonesia. Lingkup penelitian ini meliputi analisis daya saing ubi

kayu olahan Indonesia dengan skala nasional (makro). Penelitian dilakukan dari bulan

Juni hingga September 2015.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data deret waktu (time series) selama sepuluh tahun dari tahun 2004

sampai tahun 2013 karena dengan adanya data selama sepuluh tahun sudah dapat

memberikan gambaran tentang perkembangan dari komoditas ubi kayu tersebut. Data

paling baru yang tersedia untuk komoditas ubi kayu dunia adalah tahun 2013

sehingga data yang diambil adalah data 10 tahun terakhir, yaitu tahun 2001 sampai

dengan tahun 2013. Selain itu, selama sepuluh tahun terakhir Impor ubi kayu untuk

Indonesia semakin banyak dilakukan. Hal tersebut dapat menyebabkan turunnya daya

saing Indonesia untuk komoditas ubi kayu di pasar dunia, yang sebelumnya menjadi

pengekspor ubi kayu malah menjadi pengimpor atau konsumen. Data yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi jumlah produksi ubi kayu Indonesia dan dunia, nilai

ekspor ubi kayu Indonesia, negara-negara produsen, dan eksportir ubi kayu di dunia,

Page 54: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

36

harga, pangsa pasar masing-masing negara, nilai ekspor komoditas di Indonesia, dan

data ekspor seluruh komoditas di dunia. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan

informasi yang berkaitan dengan potensi ubi ubi kayu di Indonesia untuk kajian

keunggulan kompetitif. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Departemen Pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO), dan United

Nation Commodity Trade (UN Comtrade), serta World Bank yang ditelusuri melalui

jaringan internet. Sumber informasi lainya diperoleh dari buku, artikel, jurnal, dan

internet. Dalam penelitian ini juga menggunakan data-data yang berasal dari literatur

dan penelitian-penelitian terdahulu.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini

dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis daya saing secara kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio

(CR), RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic), X-

Model Produk ekspor potensial, dan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan).

Sedangkan untuk analisa secara kualitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan

kondisi faktor penentu daya saing dan faktor strategis dalam menghadapi persaingan

di pasar internasional. Analisis keunggulan kompetitif secara kualitatif dilakukan

menggunakan teori Berlian Porter. Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan software Microsoft Excel. Produk olahan ubi kayu yang dianalisis

yaitu dengan kode HS 071410 untuk komoditas gaplek, HS 110814 untuk komoditas

pati ubi kayu, dan HS 110620 untuk komoditas tepung tapioka.

Page 55: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

37

3.3.1 Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl Index (HI)

Beradasarkan pada Arsyad (2008:362), rasio konsentrasi mengukur besarnya

pangsa perusahaan yang terbesar dalam penjualan industri secara keseluruhan. Rasio

konsentrasi biasa dituliskan dengan CRn dengan n sebagai jumlah perusahaan yang

merupakan proporsi dari jumlah penjualan industri yang disumbang oleh perusahaan

sejumlah n tersebut. Biasanya digunakan rasio-rasio konsentrasi 4 dan 8 perusahaan

yang dituliskan dengan CR4 dan CR8. Dalam penelitian ini nilai rasio konsentrasi

yang digunakan adalah nilai CR4 yaitu empat eksportir ubi kayu terbesar di dunia.

CR4 dipilih karena telah dapat memberikan gambaran dan dapat menunjukkan

pangsa pasar ubi kayu di dunia sehingga dapat diketahui struktur pasarnya.

Ide di balik rasio konsentrasi ini adalah bahwa penjualan industri yang

kompetitif terdistribusi secara merata diantara perusahaan-perusahaan, sedangkan

dalam industri yang monopolistik penjualan hanya terkonsentrasi pada beberapa

perusahaan saja. Dan untuk industri dengan struktur pasar monopoli murni, penjualan

terkonsentrasi hanya pada satu perusahaan. Perhitungan rasio konsentrasi pasar

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Febriyanthi, 2008):

CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4

Dimana:

CR4= nilai konsentrasi pasar empat produsen utama ubi kayu di pasar

internasional

Sij = pangsa pasar negara ke-i penghasil ubi kayu di pasar internasional

Untuk perhitungan pangsa pasar dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Febriyanthi, 2008):

Page 56: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

38

Sij = Xij/TXj

Dimana:

Sij = Pangsa pasar negara ke-i penghasil ubi kayu di pasar internasional

Xij = Nilai ekspor ubi kayu negara ke-i di pasar internasional

TXj = Total nilai ekspor ubi kayu di pasar internasional

Selain itu, untuk mengetahui struktur pasar yang dihadapi oleh suatu industri

dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode HI (Herfindahl Index). Menurut

Arsyad (2008:363), Indeks Herfindahl merupakan penyempurnaan dari rasio

konsentrasi. Untuk menghilangkan beberapa kelemahan rasio konsentrasi, Orris C.

Herfindahl (1959) mengajukan suatu indeks yang memperhatikan distribusi ukuran

seluruh perusahaan. Nilai HI mencerminkan penguasaan pangsa pasar oleh suatu

negara dalam pasar internasional. Indeks tersebut merupakan hasil penjumlahan

kuadrat pangsa pasar tiap-tiap negara dalam pasar internasional. Indeks Herfindahl

didefinisikan sebagai berikut (Arsyad, 2008:364):

HI = Sij12 + Sij22 + Sij32 + … + Sijn2

Dimana:

Sij = Pangsa pasar komoditi i (dalam hal ini adalah ubi kayu) negara j

dipasar internasional

n = Jumlah negara produsen ubi kayu di pasar internasional

Nilai HI yang kecil atau mendekati 0, menunjukkan bahwa terdapat banyak

perusahaan yang berukuran relatif sama. Sedangkan nilai HI yang besar atau

mendekati 1 (1000), menunjukkan bahwa adanya kekuatan monopoli yang lebih besar

serta distribusi pangsa yang sangat tidak merata dalam suatu industri. Dari nilai Rasio

Page 57: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

39

Konsentrasi (CR4) dan Indeks Herfindahl (HI) dapat disimpulkan sebagai berikut

(Febriyanthi, 2008):

1. Konsentrasi pasar yang rendah dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisarantara 0-

50 persen dan HI antara 0-1000. Bentuk pasar yang mungkin adalah pasar

persaingan sempurna atau sekurang-kurangnya adalah pasar persaingan

monopolistik.

2. Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50-80 persen dan

nilai HI yang berkisar antara 1000-1800. Bentuk pasar untuk tingkat konsentrasi

sedang adalah lebih banyak oligopoli.

3. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 80-

100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800-10000. Dalam hal ini

bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi tinggi adalah monopoli atau

sedikit monopoli cenderung oligopoli.

3.3.2 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk untuk

mengetahui posisi keunggulan komparatif komoditas ubi kayu Indonesia diantara

negara-negara produsen lainnya di pasar internasional. Selain itu, indeks ini juga

dapat mengukur apakah industri tersebut cukup tangguh di pasar internasional atau

tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini.

Metode pengukuran Revealed Comparative Advantage (RCA) pertama kali

diperkenalkan oleh Bela Balassa pada tahun 1965 dalam penelitiannya mengenai

pengaruh liberalisasi perdagangan luar negeri terhadap keunggulan komparatif hasil

industri Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara yang tergabung dalam pasar

Page 58: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

40

bersama Eropa (MEE), serta pada tahun 1977 untuk negara yang sama ditambah

Kanada dan Swedia. Balassa menggunakan dua konsep pemikiran, pertama

didasarkan pada rasio impor dan ekspor, dan kedua pada prestasi ekspor relatif.

Kelemahan metode ini adalah pertama, campur tangan pemerintah dan berbagai

macam distorsi pasar cenderung akan membuat nisbah ekspor-impor menjadi bias

untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif suatu komoditas. Kedua,

sebagaimana dikemukakan oleh Donges dan Riedel (1977), pengukuran keunggulan

komparatif dengan nisbah ekspor impor memang bisa menggambarkan pola

perdagangan yang ada, namun ia tak mampu mencerminkan apakah pola tersebut

merupakan yang optimal (Basri & Munandar, 2010:44)

Alasan bahwa impor lebih peka terhadap tingkat perlindungan tarif, dan pada

perkembangan selanjutnya Balassa meninggalkan ukuran yang pertama. Balassa

mengevaluasi prestasi ekspor masing-masing komoditi di negara-negara tertentu

dengan membandingkan bagian relatif ekspor suatu negara dalam ekspor dunia. Dasar

pemikiran yang melandasi metode ini adalah bahwa kinerja ekspor suatu negara

sangat ditentukan tingkat daya saing relatifnya terhadap produk serupa buatan negara

lain, tentu dengan asumsi (cateris paribus) bahwa faktor- faktor lain yang

mempengaruhi pertumbuhan ekspor tetap tidak berubah. Perhitungan dengan metode

RCA dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Basri dan Munandar,

2010:42):

푪 = 푿풊풋/푿풋푿풊풘/푿풘

Page 59: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

41

Dimana:

C = Nilai RCA

Xij = Nilai ekspor komoditas I negara j

Xj = Nilai ekspor total negara j

Xiw = Nilai ekspor total komoditi i dunia

Xw = Nilai ekspor total dunia

Jika nilai RCA lebih dari 1 (RCA>1), maka suatu negara memiliki

keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki

daya saing kuat. Sedangkan Jika nilai RCA kurang dari 1 (RCA<1), maka suatu

negara memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga suatu

komoditi memiliki daya saing lemah. Semakin besar nilai RCA maka semakin besar

daya saing atau keunggulana yang dimiliki suatu negara atas komoditi tersebut.

3.3.2 EPD (Export Product Dynamic)

EPD merupakan salah satu indikator daya saing dengan mengukur posisi

pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Metode ini dapat

mengukur dinamis tidaknya suatu produk di pasar. Kedinamisan ini secara spesifik

mengidentifikasi tingkat pertumbuhan ekspor suatu komoditi. Rumus umum EPD,

yaitu sebagai berikut (Ningsih, 2013:11):

Sumbu x: pertumbuhan pangsa pasar ekspor i =

푿풊풋푾풊풋 풕풙ퟏퟎퟎ%−

풕 ퟏ

푿풊풋푾풊풋 풕 − ퟏ풙ퟏퟎퟎ%

풕 ퟏ푻

Page 60: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

42

Sumbu y: pertumbuhan pangsa pasar produk =

푿풕푾풕 풕풙ퟏퟎퟎ% −

풕 ퟏ

푿풕푾풕 풕 − ퟏ풙ퟏퟎퟎ%

풕 ퟏ푻

Keterangan:

Xij = Nilai ekspor ubi kayu Indonesia di negara tujuan ekspor

Xt = Nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor

Wij = Nilai ekspor ubi kayu dunia di negara tujuan ekspor

Wt = Nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor

T = Jumlah tahun analisis yang dipergunakan

Metode EPD terdiri dari matriks yang menempatkan produk yang dianalisis

ke dalam empat kategori (tabel 6).

Tabel 6. Matriks Posisi Pasar Share of country's export

in world trade (x)

Share of Product in World Trade

Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)

Rising/Competitive Rising star Falling star

Falling/non-competitive Lost opportunity Retreat

Sumber: Estherhuizen (2006) dalam Ningsih (2013)

3.3.3 X-Model Produk ekspor potensial

Metode ini digunakan untuk melakukan klusterisasi produk yang memiliki

potensi pengembangan tinggi di negara tujuan ekspor dengan mempertimbangkan

daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD). Analisis X-model produk ekspor potensial

seperti ditunjukkan pada Gambar berikut (Ningsih, 2013:12):

Page 61: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

43

Gambar 3 Bagan X-Model Produk ekspor Potensial

3.3.4 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu

komoditas. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas, posisi

Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian

tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai berikut (Kemendag, 2014) :

ISP = 푿풊풂 푴풊풂푿풊풂 푴풊풂

Dimana :

Xia = Nilai ekspor komoditas ubi kayu Indonesia

Mia = Nilai impor komoditas ubi kayu Indonesia

Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan 1. Jika nilai ISP

positif diatas 0 sampai 1(0 < 퐼푆푃 ≤ 1), maka negara yang bersangkutan cenderung

sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada

EPD

Rising Stars Falling Stars

Loss Opportunity

Retreat

Rising Stars Falling Stars

Retreat Loss Opportunity

y

RCA<1 RCA>1

Pengembangan pasar optimis

Pengembangan tidak potensial

Pengembangan pasar potensial

Pengembangan pasar kurang

potensial

Page 62: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

44

permintaan domestik). Sebaliknya, jika nilai ISP negatif dibawah 0 hingga -1 (-

1≤ 퐼푆푃 < 0), maka negara tersebut cenderung sebagai pengimpor (suplai domestik

lebih kecil dari permintaan domestik). Apabila nilai ISP mengalami peningkatan,

maka daya saingnya juga akan meningkat dan begitu pula sebaliknya.

Selain itu, Indeks ISP tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan. Menurut kementrian

perdagangan (2014), hal tersebut terbagi ke dalam 5 tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) di negara B impor

produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP dari industri latercomer

ini adalah -1,00 sampai -0,50.

2. Tahap Subtitusi Impor

Nilai indeks ISP naik antara - 0,51 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di

negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat

produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri

tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan

produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri.

Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini negara B lebih banyak

mengimpor daripada mengekspor.

3. Tahap Pertumbuhan

Nilai indeks ISP naik antara 0,01 SAMPAI 0,80, dan industri di negara B

melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya. Di

Page 63: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

45

pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih besar daripada

permintaan.

4. Tahap Kematangan

Nilai indeks berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini produk

yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi yang

dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara net exportir.

5. Tahap Kembali Mengimpor

Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap

ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari

negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri.

3.3.5 Analisis Berlian Porter

Analisis dilakukan pada tiap komponen yang terdapat pada Teori Berlian

Porter (Porter’s Diamond Theory). Komponen tersebut meliputi (Cho dan Moon,

2003:81):

1) Factor Condition (FC), yaitu keadaan faktor–faktor produksi dalam suatu industri

seperti tenaga kerja dan infrastuktur.

2) Demand Condition (DC), yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam

negara.

3) Related and Supporting Industries (RSI), yaitu keadaan para penyalur dan

industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.

4) Firm, Strategy, Structur, and Rivalry (FSSR), yaitu strategi yang dianut

perusahaan pada umumnya, stuktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu

industri domestik.

Page 64: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

46

Selain itu, ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama

tersebut, yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua

faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis komponen penentu

daya saing dapat ditentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan

daya saing agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia. Hasil keseluruhan interaksi antar

komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat

menjadi keunggulan kompetitif dari suatu industri.

Page 65: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

47

BAB IV GAMBARAN UMUM UBI KAYU OLAHAN

4.1 Gambaran Umum Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu bahan pangan utama,

tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan

makanan pokok ke tiga setelah padi dan jagung. Tanaman ubi kayu memiliki banyak

varietas atau klon yang dapat di konsumsi sebagai makanan atau menjadi bahan baku

bagi industri gaplek, pati ubi kayu ataupun tepung tapioka, yang selanjutnya

dipergunakan untuk berbagai industri seperti makanan, makanan ternak, kertas dan

lainnya. Secara teknis tanaman ubi kayu dapat ditanam pada tanah yang kurang

subur, tahan terhadap kekeringan dan mempunyai waktu panen sepanjang tahun.

Berdasarkan potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya manusia dan

tingkat adaptasi tekologi, tanaman ubi kayu bisa dibudidayakan di banyak tempat di

Indonesia sehingga memungkinkan untuk diusahakan oleh para petani secara luas.

Lima provinsi penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia adalah Lampung, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Dengan produksi yang cukup tinggi, yaitu dengan termasuknya Indonesia

sebagai salah satu negara produsen ubi kayu terbesar di dunia, membuat komoditas

ubi kayu memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Saat ini ubi kayu tidak

hanya dimanfaatkan sebagai sumber pangan, bahan baku industri, dan pakan ternak,

tetapi juga sebagai sumber energi alternatif seperti bioethanol. Kondisi ini

menjadikan perhatian untuk mengetahui lebih dalam mengenai kinerja perdagangan

Page 66: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

48

dari ubi kayu.

Ubi kayu biasa diekspor dalam bentuk gaplek, pati ubi kayu, ataupun tepung

tapioka. gaplek atau dried cassava merupakan hasil dari ubi kayu yang mengalami

proses pengeringan. Cara-cara pengeringan di berbagai negara berbeda-beda.

Menurut Koswara (2009:4), di beberapa daerah, pengeringan dilakukan dengan cara

dibelah dua atau dengan sistem gelondongan. Cara pengeringan ini dapat memakan

waktu dari 1 sampai 3 minggu, tergantung dari keadaan cuaca. Karena kadar airnya

masih lebih tinggi dari 20 persen, biasanya gaplek mengalami penjamuran. Gaplek

yang berjamur ini pada umumya mempunyai mutu pasar yang rendah. Pembuatan

gaplek yang bermutu tinggi telah dicoba di berbagai daerah dengan menggunakan

sistem chipping untuk mempercepat proses pengeringan. Berbagai alat chipper telah

dikembangkan di beberapa negara dengan berbagai kapasitas. Pada umumnya alat-

alat tersebut digerakkan dengan mesin.

Singkong untuk dikonsumsi dianjurkan untuk dikupas terlebih dahulu dan

dibebaskan dari tanah dan batu. Sedangkan singkong untuk pakan ternak tidak perlu

dikupas terlebih dahulu. Gaplek yang dibuat dari singkong yang tidak dikupas

mengandung banyak silikat (Si) dan serat-serat kasar yang tinggi, hal tersebut dapat

menyebabkan nilai gaplek sebagai bahan ekspor tidak begitu tinggi. Syarat-syarat

gaplek yang baik adalah berwarna putih, tidak berjamur, dan tidak ada kulit yang

tertinggal

Sedangkan pembuatan pati ubi kayu dilakukan dengan cara memarut

singkong yang telah dikupas dan dicuci. Dengan air yang mengalir, parutan singkong

diperas melalui saringan. Filtrat ditampung dan pemerasan diakhiri bila filtrat yang ke

Page 67: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

49

luar sudah jernih dan larutan dibiarkan mengendap. Endapan dicuci dengan air dan air

pencuci dibuang sampai bersih. Kemudian endapan dikeringkan sampai kering.

Biasanya agar dapat digunakan untuk kebutuhan industri, pati murni terebut diproses

kembali dengan cara memodifikasi dan merubah struktur molekul yang dapat

dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis. Modifikasi tersebut bertujuan untuk

memenuhi standar tertentu agar sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan industri.

Metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifikasi

dengan asam, modifikasi dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi

ikatan silang. Setiap metode modifikasi tersebut menghasilkan pati termodifikasi

dengan sifat yang berbeda-beda. Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati

dengan sifat lebih encer jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya

lebih rendah. Modifikasi dengan enzim, biasanya menggunakan enzim alfa-amilase,

menghasilkan pati yang kekentalannya lebih stabil pada suhu panas maupun dingin

dan sifat pembekuan gel yang baik. Modifikasi dengan oksidasi menghasilkan pati

dengan sifat lebih jernih, kekuatan regangan dan kekentalannya lebih rendah.

Sedangkan modifikasi dengan ikatan silang menghasilkan pati yang kekentalannya

tinggi jika dibuat larutan dan lebih tahan terhadap perlakuan mekanis.

Tepung tapioka biasanya terbuat dari pati ubi kayu yang mengalami

penggilingan kembali. Pati ubi kayu yang akan digiling, disortasi terlebih dahulu

menurut mutunya berdasarkan derajat keputihan serta kadar kotorannya. Kualitas

tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu (Koswara, 2009:7):

1. Warna tepung: tepung tapioka yang baik berwarna putih.

Page 68: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

50

2. Kandungan air: tepung harus dijemur sampai bernar-benar kering sehingga

kandungan airnya rendah.

3. Banyaknya serat dan kotoran: banyaknya serat dan kotoran dalam tepung

diusahakan dapat dikurangi. Untuk itu ubi kayu yang digunakan harus yang

umurnya lebih dari 7 bulan kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya

masih sedikit dan zat patinya masih banyak.

4. Tingkat kekentalan: daya rekat tapioka diusahakan tetap tinggi. Untuk itu perlu

menghindari penggunaan air yang berlebihan dalam proses produksi.

4.2 Produksi Ubi Kayu Dunia

Berdasarkan data, produksi ubi kayu dunia selama tahun 2004 hingga tahun

2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya. (Tabel 7)

Tabel 7. Data Produksi Ubi Kayu Dunia 2007-2011 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%) 2004 204128004 2005 206168160 0.9995 2006 223199404 8.2609 2007 227796512 2.0596 2008 233501371 2.5044 2009 237436347 1.6852 2010 243052520 2.3653 2011 255395702 5.0784 2012 266128406 4.2024 2013 276762059 3.9957

Sumber: Factfish, 2015

Meningkatnya Produksi komoditas ubi kayu dikarenakan semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan ubi kayu, sehingga setiap negara berusaha

Page 69: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

51

meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan komoditas ubi kayu. Selain

itu, kondisi industri berbasis ubi kayu yang semakin berkembang dan penggunaan ubi

kayu sebagai sumber energi alternatif (biofuel) juga turut andil dalam menyebabkan

terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan akan komoditas ubi kayu.

4.3 Negara Penghasil Ubi Kayu Dunia

Ubi kayu berasal dari Benua Amerika, tepatnya dari Brazil. Penyebarannya

hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan masuk

ke Indonesia pada tahun 1852. Ubi kayu berkembang di negara-negara yang terkenal

dengan wilayah pertaniannya. Negara penghasil terbesar ubi kayu adalah Nigeria,

Brazil, Thailand, Indonesia dan Congo. Hal ini dapat terlihat dari total produksi ubi

kayu yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Negara penghasil ubi kayu dunia

tahun 2009 hingga tahun 2013 ditampilan pada lampiran (Lampiran 1).

Berdasarkan data terbut (Lampiran 1), produksi Ubi kayu dunia paling besar

terjadi di benua Afrika dimana mencapai lebih dari 50% produksi ubi kayu di dunia

dengan negara produsen tutamanya yaitu Nigeria dan congo, disusul Asia dengan

produsen utamanya yaitu Thailand dan Indonesia, lalu Amerika dengan negara

produsen utamanya yaitu Brazil. Di Afrika sendiri ubi kayu banyak digunakan

sebagai makanan pokok. Kebanyakan pengkonsumsi komoditas ubi kayu adalah

masyarakat miskin yang tinggal di kota, namun berjuta-juta orang di Afrika, Asia dan

Amerika Latin menggantungkan hidupnya pada ubi kayu sebagai bahan pangan oleh

karena kemudahannya beradaptasi dengan kondisi tanah yang kurang baik dan

berhasil mengatasi ketahanan pangan di berbagai wilayah dunia.

Page 70: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

52

4.4 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Negara Penghasil Ubi

Kayu

Besarnya luas panen dan produktivitas merupakan hal penting yang

mempengaruhi jumlah komoditas ubi kayu yang dihasilkan. Dari tahun 2009 hingga

tahun 2011, di tingkat global komoditas ubi kayu rata-rata menduduki sekitar 20 juta

hektar lahan dengan produksi sekitar 255 juta ton. Sebagai produsen nomor satu ubi

kayu dunia, Nigeria memiliki nilai Luas lahan paling besar, disusul Kongo, Brazil,

Thailand, lalu terakhir Indonesia.

Walaupun Nigeria memiliki nilai luas panen yang paling besar, namun

Nigeria bukanlan negara dengan produktivitas paling besar untuk komoditas ubi

kayu. Negara yang memiliki produktivitas paling besar adalah Thailand. Hal ini

menandakan bahwa Thailand sudah menerapkan teknologi budidaya dan panen yang

baik dibandingkan dengan negara lainnya, disusul Indonesia di peringkat kedua.

Nigeria, Brazil, dan Kongo memiliki nilai produktivitas yang rendah, dengan Kongo

sebagai negara yang memiliki nilai produktivitas paling rendah dibandingkan dengan

negara lainnya.

Rendahnya tingkat produktivitas selain dipengaruhi oleh teknologi budidaya

dan panen yang diterapkan, juga dipengaruhi oleh kondisi lahan dimana komoditas

ubi kayu ditanam. Kurangnya unsur hara membuat produktivitas dari komoditas ubi

kayu semakin rendah. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi,

dimana membuat Kongo yang merupakan negara dengan luas panen terbesar nomor

Page 71: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

53

dua, menjadi negara produsen ubi kayu nomor lima dunia berada di bawah Brazil,

Thailand, dan Indonesia.

Berdasarkan data, nilai produksi untuk komoditas ubi kayu dunia meningkat

setiap tahunnya, sedangkan untuk luas panennya mengalami fluktuatif cenderung

naik. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia dimana nilai luas panennya

setiap tahunnya mengalami penurunan. Dikutip dari ROADMAP ubi kayu (2012:4),

menurunnya luas panen ubi kayu nasional disebabkan luas usahatani semakin terbatas

karena persaingan penggunaan lahan dengan komoditi tanaman pangan lainnya dan

tanaman kayu-kayuan. Komoditi ubi kayu masih dianggap sebagai komoditas

inferior, hal ini disebabkan oleh persaingan penggunaan sumber daya lahan dengan

komoditas lain serta rendahnya minat petani melakukan budidaya ubi kayu akibat

rendahnya insentif yang diperoleh dibandingkan dengan menanam komoditas lain.

Walaupun demikian, nilai produktivitas ubi kayu Indonesia meningkat setiap

tahunnya yang menandakan bahwa pola serta teknologi tanam yang diterapkan

semakin tahun semakin optimal. Data luas areal, produksi, dan produktivitas negara

penghasil ubi kayu terbesar di dunia ditampilkan pada lampiran (Lampiran 2).

4.5 Perdagangan Ubi Kayu Olahan Dunia

Nilai perdagangan ubi kayu dunia baik dalam bentuk gaplek (cassava chips),

Pati ubi kayu (cassava starch), dan tapioka memiliki tren yang fluktuatif, tetapi

cenderung meningkat selama periode 2004 sampai 2013. Meningkatnya nilai

perdagangan ubi kayu dunia, menandakan bahwa minat serta permintaan ubi kayu

terus meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan atau industri. Hal

Page 72: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

54

ini menandakan bahwa komoditas ubi kayu memiliki potensi dan prospek yang baik

untuk terus dikembangkan. Berikut nilai Perdagangan gaplek, pati ubi kayu, dan

tapioka dunia tahun 2004-2013.

Gambar 4. Perdagangan Gaplek Dunia 2004-2013

Sumber: UN Comtrade, 2015

Gambar 5. Perdagangan Pati Ubi Kayu Dunia 2004-2013

Sumber: UN Comtrade, 2015

0

500

1000

1500

2000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Mill

ions

US$

Perdagangan Gaplek Dunia

world export

0

500

1000

1500

2000

2500

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Mill

ions

US$

Perdagangan Pati Ubikayu Dunia

world export

Page 73: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

55

Gambar 6. Perdagangan Tapioka Dunia 2004-2013

Sumber: UN Comtrade, 2015

4.6 Eksportir Ubi Kayu Olahan Dunia

Dilihat dari urutan negara penghasil ubi kayu terbesar di dunia, dapat

dikatakan bahwa Indonesia memiliki potensi dalam memproduksi ubi kayu. Sebagai

negara produsen ubi kayu, ekspor ubi kayu serta olahannya merupakan sasaran utama

dalam memasarkan produk-produk ubi kayu yang dihasilkan. Dalam konteks

perdagangan Internasional, posisi dagang Indonesia di pasar Internasional semakin

baik, bahkan Indonesia telah menjadi salah satu eksportir terbesar ubi kayu

berdasarkan data FAO (2015). Indonesia juga telah mampu bersaing untuk merebut

pangsa pasar ubi kayu dunia. Volume perdagangan tersebut didominasi oleh produk

olahan ubi kayu berupa gaplek, pati ubi kayu, serta tepung tapioka.

Bedasarkan data ekspor negara-negara eksportir ubi kayu olahan di dunia

periode 2004 dampai dengan 2013, menunjukan bahwa Thailand menempati urutan

pertama sebagai negara pengekspor utama dengan nilai ekspor terbesar kecuali untuk

komoditas tepung tapioka. Thailand menjadi eksportir terbesar untuk komoditas

0102030405060708090

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Mill

ions

US$

Perdagangan Tapioka Dunia

world export

Page 74: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

56

gaplek dan pati ubi kayu, disusul Vietnam di peringkat ke dua. Untuk komoditas

tepung tapioka, dilihat dari nilai rata-rata ekspor dari tahun 2004 sampai dengan

2013, Thailand merupakan negara eksportir terbesar untuk komoditas tersebut, namun

pada tahun 2009 sampai dengan 2013 Cina memiliki nilai ekspor paling tinggi.

Tabel 8. Nilai Ekspor Gaplek Dunia

Sumber: UN Comtrade, 2015

Berdasarkan data (Tabel 8), nilai ekspor komoditas gaplek setiap tahunnya

menunjukkan nilai yang cenderung meningkat. Indonesia mengalami penurunan nilai

ekspor yang signifikan pada tahun 2012, yaitu mencapai 63% dari tahun 2011. Pada

tahun tersebut nilai impor Indonesia untuk komoditas gaplek juga terjadi

peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari tahun sebelumnya yang hanya 22ribu

US$ menjadi 3,4 juta US$. Melonjaknya impor ubi kayu lebih banyak disebabkan

oleh meningkatnya kebutuhan ubi kayu dalam negeri.

Thailand Vietnam Costarica Indonesia Belanda Belgium2004 373437370 62858494 34532428 20399518 19919275 2540492005 317127763 61619922 43923103 25441429 8250491 800212006 453966766 139485889 34443034 14836178 8515483 2367862007 556783688 187995554 41075880 31301226 48497790 3742422008 477546872 156923705 65035858 20770234 77527989 11568172009 605198056 323587559 35960286 25229759 13424012 14092332010 814645037 211299224 51006602 32653283 13862635 23389692011 978593112 413360939 64401733 29529600 14759812 55509862012 1095234575 567844459 60572981 11012461 14978816 31646582013 1317645797 386933091 65283410 32111406 13550997 2833107

Rata-rata 699017903.6 251190884 49623531.5 24328509.4 23328730 1739886.8

Tahun Nilai Ekspor ($)

Page 75: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

57

Tabel 9. Nilai Ekspor Pati Ubi Kayu Dunia

Sumber: UN Comtrade, 2015

Berdasarkan data (tabel 9), nilai ekspor komoditas pati ubi kayu Thailand

setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Sedangkan negara lainnya menunjukkan

nilai yang fluktuatif cenderung meningkat. Indonesia mengalami penurunan ekspor

yang signifikan pada tahun 2012 yaitu mencapai 90% dari tahun sebelumnya, dari

yang sebelunya mencapai 49 juta US$ menjadi hanya 4,5 juta US$ pada tahun 2012.

Selain itu, terjadi peningkatan nilai impor mencapai 62% dari tahun sebelumnya pada

tahun 2012. Peningkatan nilai impor disebabkan oleh meningkatnya permintaan

komoditas pati ubi kayu untuk bahan baku industri terutama industri pengolahan

makanan.

Thailand Vietnam Indonesia Hongkong Paraguay Brazil2004 188681534 64474510 32193074 28152384 2300809 43678542005 220447486 77364676 13438239 20566342 2332470 47734422006 348426092 145883836 1184435 19895355 2884473 47991552007 390876142 202306961 7990841 15940155 6970802 69445082008 432210460 205296396 15101144 10776880 7329245 66244492009 475325985 249822221 4583072 8657702 3224727 55764102010 753936286 352801213 12778524 14213983 12185971 38575452011 922290556 525609568 49530223 10711329 17355916 55710092012 983172884 779934742 4549425 8673652 15166157 63087992013 1139138066 706978413 27388143 20263912 5992152 5992152

Rata-rata 585450549.1 331047254 16873712 15785169.4 7574272.2 5481532.3

Tahun Nilai Ekspor ($)

Page 76: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

58

Tabel 10. Nilai Ekspor Tepung Tapioka Dunia

Sumber: UN Comtrade, 2015

Berdasarkan data (tabel 10), nilai ekspor komoditas tepung tapioka Thailand

menunjukkan nilai yang fluktuatif cenderung menurun. Penurunan nilai ekspor

tepung tapioka Thailand terjadi pada tahun 2011 dan berlanjut hingga tahun 2013.

Sedangkan nilai ekspor Cina menunjukkan nilai yang fluktuatif cenderung naik,

sehingga membuat Cina sebagai eksportir terbesar untuk komoditas tepung tapioka

pada periode 2011 hingga 2013 mengalahkan Thailand yang sebelumnya merupakan

eksportir terbesar untuk komoditas tepung tapioka. Indonesia sendiri terjadi

penurunan nilai ekspor pada tahun 2012 berlanjut hingga tahun 2013, selain itu juga

terjadi peningkatan terhadap nilai impor tapioka Indonesia dari yang sebelumnya

hanya 26 ribu US$ pada tahun 2011 menjadi 388 ribu US$ pada tahun 2012. Hal

tersebut menunjukkan bahwa permintaan untuk komoditas tepung tapioka dalam

negeri terjadi peningakatan pada tahun tersebut.

Thailand China Peru Ghana Vietnam Indonesia2004 15684573 1918965 1554072 0 238803 2540492005 13329965 2584007 1952446 1957890 416340 800212006 13310784 2323788 1863981 2111248 348503 2367862007 15442643 2258031 2235332 2448214 1394028 3742422008 18867323 5794898 2865954 1668437 6580161 11568172009 14920748 10643217 3235072 2502833 3706259 14092332010 22566421 15027319 5509611 1645000 3142799 23389692011 15331148 23903546 8276725 13095302 2585304 55509862012 15216274 29528155 9511864 2796674 2863809 31646582013 12595311 20745211 11694670 1710621 7845014 2833107

Rata-rata 15726519 11472713.7 4869972.7 2993621.9 2912102 1739886.8

Tahun Nilai Ekspor ($)

Page 77: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

59

4.7 Harga Ubi Kayu Olahan Dunia

Harga ubi kayu olahan dunia cenderung berfluktuasi, dimana ketersediaan ubi

kayu olahan yang beredar di pasar internasional akan mempengaruhi harga ubi kayu

olahan dunia. Berkurangnya ketersediaan ubi kayu olahan dunia akan menyebabkan

kenaikan harga. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil ubi

kayu olahan mengalami peningkatan, maka harga akan turun. Berikut data harga ubi

kayu olahan dunia tahun 2011-2014.

Gambar 7. Harga Ubi kayu Olahan Dunia 2011-2014

Sumber: Thai Tapioca Development Institute. 2015

Berdasarkan data diatas, harga ubi kayu olahan dunia menunjukkan angka

yang fluktuatif cenderung menurun. Penurunan terjadi paling banyak pada tahun

2012, dimana untuk komoditas pati ubi kayu terjadi penurunan sekitar 10% dari tahun

sebelumnya, yaitu dari 491US$/ton pada tahun 2011 menjadi 439 US$/ton pada tahun

2012. Harga terendah untuk komoditas pati ubi kayu terjadi pada tahun 2014, dimana

pada tahun tersebut terjadi penurunan harga sekitar 8% dari tahun sebelumnya,

dimana sempat terjadi peningkatan harga pada tahun 2013 sekitar 6% dari tahun

0

100

200

300

400

500

600

2011 2012 2013 2014

starch export price (US$/Ton)

chips export prize (US$/Ton)

Page 78: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

60

sebelumnya, yaitu dari 467 US$/ton pada tahun 2013 menjadi 427 US$/ton pada

tahun 2014.

Sedangkan untuk komoditas gaplek, terjadi penurunan sekitar 11% pada

tahun 2012 dari tahun sebelumnya, yaitu dari sekitar 264 US$/ton pada tahun 2011

menjadi sekitar 234 US$/ton pada tahun 2012. Harga terendah untuk komoditas

gaplek terjadi pada tahun 2014, dimana pada tahun tersebut terjadi penurunan harga

sekitar 4% dari tahun sebelumnya, dimana sempat terjadi peningkatan harga pada

tahun 2013 sekitar 0,7% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 236 US$/ton pada tahun

2013 menjadi 426 US$/ton pada tahun 2014.

Menurunnya harga ubi kayu olahan juga membuat permintaan akan

komoditas ubi kayu olahan semakin meningkat. Dengan harga yang lebih rendah dari

biji-bijian membuat permintaan untuk komoditas ubi kayu olahan khususnya gaplek

sebagai bahan pakan ternak juga semakin meningkat, Tingginya nilai jual tepung

jagung juga membuat tepung berbahan dasar ubi kayu semakin diminati. Selain itu, di

beberapa industri tepung terigu, tapioka atau tepung ubi kayu, dan maizena menjadi

komoditas substitusi sehingga apabila salah satu mengalami kenaikan atau penurunan

harga maka akan berdampak pada permintaan komoditas lainnya. Hal ini ditandai

dengan tingginya impor ubi kayu olahan Indonesia terutama pada tahun 2012, dimana

perusahaan-perusahaan banyak yang melakukan impor untuk keperluan industri.

Page 79: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

61

4.8 Negara Tujuan Ekspor Ubi Kayu Olahan Indonesia

Berdasarkan data UN Comtrade, selama periode 2004 sampai dengan 2013,

terdapat 31 negara tujuan ekspor untuk komoditas gaplek Indonesia, 35 negara tujuan

ekspor untuk komoditas pati ubi kayu Indonesia, dan 33 negara tujuan ekspor untuk

komoditas tepung tapioka Indonesia. Selama periode 2004 sampai dengan 2013,

hanya terdapat beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor dimana setiap

tahunnya negara tersebut menjadi tujuan ekspor produk-produk ubi kayu olahan

Indonesia. Sedangakan beberapa negara lainnya hanya mengekspor pada tahun-tahun

tertentu saja dan bahkan ada pula yang sudah tidak menjadi negara tujuan ekspor lagi.

Negara yang menjadi tujuan utama ekspor komoditas gaplek Indonesia adalah

Cina, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, United Kingdom, Hongkong, Belanda,

Singapura, dan Australia. Sedangkan negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia

dengan jumlah yang cukup besar namun tidak terjadi sepanjang tahun yaitu USA,

Jepang, dan Brunei Darussalam. Negara tujuan utama dengan nilai ekspor terbesar

untuk komoditas gaplek adalah Cina dimana nilainya mencapai 76% dari total rata-

rata ekspor gaplek Indonesia dan Korea di posisi ke dua dengan nilai mencapai 18%

dari total rata-rata ekspor gaplek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun

2013.

Untuk komoditas pati ubi kayu, negara yang menjadi tujuan utama ekspor

adalah Malaysia, Taiwan, Cina, dan Filipina. Selain itu, Indonesia juga mengekspor

ubi kayu ke Vietnam dengan nilai yang cukup tinggi walaupun hanya terjadi di tahun

2004, 2011, 2012, dan 2013. Selama lima tahun terakhir, Indonesia rutin mengekspor

pati ubi kayu ke Selandia Baru, Australia, Singapura, dan juga Thailand. Negara

Page 80: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

62

tujuan utama dengan nilai ekspor terbesar untuk komoditas pati ubi kayu adalah

Malaysia dimana nilainya mencapai 32% dari total rata-rata ekspor pati ubi kayu

Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Sedangkan Taiwan dan Cina

yang juga merupakan negara tujuan utama pati ubi kayu Indonesia nilainya masing-

masing mencapai 27% dari total rata-rata ekspor pati ubi kayu Indonesia.

Untuk komoditas tepung tapioka, negara yang menjadi tujuan utama ekspor

adalah Jepang, Malaysia, Singapura, dan Australia. Selain itu, Indonesia juga

mengekspor tepung tapioka ke Cina, Hongkong, Filipina, USA, Taiwan, Korea

Selatan dan juga Thailand walaupun tidak terjadi sepanjang tahun dari tahun 2004

sampai dengan tahun 2013. Sejak 5 tahun tarakhir, Indonesia rutin mengekspor

tepung tapioka ke USA dengan nilai ekspor rata-rata dari tahun 2009 hingga tahun

2014 sebesar 183 ribu US$. Negara tujuan utama dengan nilai ekspor terbesar untuk

komoditas tepung tapioka adalah Jepang dimana nilainya mencapai 48% dari total

rata-rata ekspor tepung tapioka Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013,

namun Indonesia tidak mengekspor tepung tapioka ke Jepang pada tahun 2004.

Sedangkan diposisi kedua adalah Malaysia dengan nilai ekspor mencapai 24% dari

total rata-rata ekspor tepung tapioka Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun

2013. Data negara tujuan ekspor produk olahan ubi kayu Indonesia ditampilkan pada

lampiran. (Lampiran 8-10)

Page 81: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

63

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Struktur Pasar Produk Olahan Ubi Kayu di Pasar Internasional

Struktur pasar komoditas ubi kayu di pasar Internasional dan penguasaan

pangsa pasar masing-masing negara eksportir ubi kayu dapat diukur dengan

menggunakan rumus HI dan CR4. Nilai perhitungan HI dan CR4 untuk produk

olahan ubi kayu dibagi tiga yaitu, gaplek, pati ubi kayu, dan tepung tapioka. Hasil

perhitungan didapat beradasarkan perhitungan (Lampiran11-12) dengan data yang

bersumber dari UN Comtrade. Hasil dari perhitungan HI dan Cr4 ditampilkan pada

tabel berikut.

Tabel 11. Nilai HI Dan CR4 Produk-Produk Olahan Ubi Kayu Tahun 2004-2013

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 11), nilai Herfindahl Index gaplek dunia

selama 2004-2013 berada diantara 3871,493-5528,329. Rasio tingkat konsentrasi

yang ditunjukkan oleh nilai CR4 memperlihatkan kecendrungan dimana empat negara

produsen terbesar menguasai 95,607 % pasar. Dari hasil analisis Herfindahl Index

dan Concentration Ratio dapat disimpukan bahwa struktur pasar gaplek di pasar

internasional merupakan struktur pasar dengan konsentrasi pasar yang tinggi dengan

CR4 HI Exportir CR4 HI Exportir CR4 HI Exportir2004 89.9291 4895.855 62 94.1129 3752.136 56 77.16698 3753.759 712005 95.44918 4855.974 63 94.25529 4456.676 56 76.16821 2871.368 682006 97.24071 5196.543 63 96.64489 4963.602 63 76.05914 2906.733 682007 92.4847 4310.784 61 95.2174 4622.648 64 68.70015 2476.228 722008 94.19485 3871.493 61 94.46049 4649.015 61 73.0001 2079.61 752009 96.87554 4530.432 59 96.05994 4826.363 59 69.68978 1733.801 592010 97.05477 5448.652 70 96.88995 5064.871 63 75.38292 2106.202 632011 97.39549 4871.229 72 96.88406 4622.547 63 76.22278 1728.314 682012 98.02909 4851.462 68 98.10017 4747.923 64 75.39533 2124.37 642013 97.41628 5528.329 71 97.57615 4776.267 65 64.70925 1279.862 77

Gaplek Ubi KayuTahun

Pati Ubi Kayu Tepung Tapioka

Page 82: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

64

jumlah pesaing yang banyak dan cenderung bersifat monopoli, dimana ditunjukkan

dengan nilai HI yang tinggi (lebih dari 1800) serta nilai CR4 yang mendekati 100.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Teguh (2013:89), bila angka Indeks Herfindahl

mendekati 1 (10000) berarti distribusi semakin pincang, yang artinya pasar hanya

terkonsentrasi dan dikuasai oleh satu atau beberapa negara saja.

Selama periode 2004-2013 negara yang mendominasi dalam pasar adalah

Thailand, Vietnam, Belanda, Kosta Rika, Indonesia, dan Belgium. Thailand

merupakan negara dengan pangsa pasar tertinggi di setiap tahunnya, disusul Vietnam,

sedangkan urutan ketiga dan keempat diduduki oleh Kosta Rika, Belanda, Indonesia

dan Belgium secara bergantian. Indonesia termasuk dalam negara yang menguasai

pasar hanya pada tahun 2005, 2009, 2010, 2011, 2013. Dengan demikian, pemimpin

pasar untuk komoditas gaplek adalah Thailand. Berikut adalah nilai pangsa pasar

rata-rata dari tahun 2004-2013 (Gambar 8)

Page 83: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

65

Gambar 8. Pangsa Pasar Rata-Rata Gaplek Dunia 2004-2013

Sumber: UN Comtrade, 2015 (diolah)

Berdasarkan nilai HI dan Cr4, menunjukkan bahwa komoditas gaplek berada

dalam pasar yang cenderung monopoli dimana terdapat negara-negara yang dominan

sehingga negara-negara tersebut mempunyai daya saing yang kuat. Indonesia masih

kalah jauh jika dibandingkan dengan Thailand yang merupakan market leader dari

komoditas gaplek dengan penguasaan pangsa pasar 68%. Hal ini berarti Indonesia

dapat bersaing dalam pasar, namun Indonesia harus meningkatkan ekspor dan juga

meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standard dunia sehingga Indonesia

dapat mengekspor gaplek ke berbagai negara tujuan yang memiliki non tarief barrier.

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 11), nilai Herfindahl Index pati ubi kayu

dunia selama 2004-2013 berada diantara 3752.136-5064.871. Rasio tingkat

konsentrasi yang ditunjukkan oleh nilai CR4 memperlihatkan kecendrungan dimana

empat negara produsen terbesar menguasai 95.978% pasar. Dari hasil analisis

Herfindahl Index dan Consentration Ratio dapat disimpukan bahwa struktur pasar

pati ubi kayu di pasar internasional merupakan struktur pasar dengan konsentrasi

0

10

20

30

40

50

60

70

Thailand Vietnam Costarica Indonesia Netherland Belgium

Pangsa Pasar Gaplek Ubi Kayu

Page 84: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

66

pasar yang tinggi dengan jumlah pesaing yang banyak dan cenderung bersifat

monopoli.

Selama periode 2004-2013 negara yang mendominasi dalam pasar adalah

Thailand, Vietnam, Hongkong, Indonesia, Paraguay, Brazil, dan Belanda. Thailand

merupakan negara dengan pangsa pasar tertinggi di setiap tahunnya, disusul Vietnam,

sedangkan urutan ketiga dan keempat diduduki oleh Hongkong, Indonesia, Paraguay,

Brazil, dan Belanda secara bergantian. Indonesia termasuk dalam negara yang

menguasai pasar hanya pada tahun 2004, 2005, 2007, 2008, 2010, 2011, 2013.

Dengan demikian pemimpin pasar untuk komoditas pati ubi kayu adalah Thailand.

Berikut adalah nilai pangsa pasar rata-rata dari tahun 2004-2013.

Gambar 9. Pangsa Pasar Rata-Rata Pati Ubi Kayu Dunia 2004-2013

Sumber: UN Comtrade, 2015 (diolah)

Berdasarkan nilai HI dan Cr4, menunjukkan bahwa komoditas pati ubi kayu

berada dalam pasar yang cenderung monopoli dan negara-negara tersebut mempunyai

daya saing yang kuat. Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Thailand

yang merupakan market leader. Hal ini berarti Indonesia dapat bersaing dalam pasar,

namun Indonesia harus meningkatkan ekspor dan juga meningkatkan kualitas produk

0

10

20

30

40

50

60

70

Thailand Vietnam Hongkong Indonesia Paraguay Brazil Netherland

Pangsa Pasar Pati Ubi Kayu

Page 85: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

67

agar sesuai dengan standard dunia sehingga Indonesia dapat mengekspor pati ubi

kayu ke berbagai negara tujuan yang memiliki non tarief barrier.

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 11), nilai Herfindahl Index tepung tapioka

dunia selama 2004-2013 berada diantara 1279.862-3753.759. Pasar tepung tapioka

pada tahun 2004-2008, 2010, 2012 berada pada konsentrasi pasar tinggi yang

ditunjukkan oleh nilai HI lebih dari 1800. Sedangkan pada tahun 2009, 2011, 2013

berada pada konsentrasi pasar sedang yang ditunjukkan oleh nilai HI berada pada

nilai 1000-1800. Menurunnya nilai HI disebabkan oleh distribusi pasar yang semakin

merata karena menurunnya nilai ekspor Thailand yang merupakan negara dengan

pangsa pasar terbesar.

Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan oleh nilai CR4 memperlihatkan

kecendrungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai 73.25% pasar.

Berdasarkan nilai CR4 yang berada pada kisaran 50-80%, dapat disimpulkan bahwa

komoditas tepung tapioka berada pada struktur pasar oligopoli. Hal tersebut juga

berdasarkan pendapat stigler dalam teguh (2013:87), bahwa bila 4 perusahaan

menguasai sekitar 60% jumlah penjualan pasar, maka jenis pasar tersebut disebut

oligopoli.

Selama periode 2004-2013 negara yang mendominasi dalam pasar adalah

Thailand, Cina, Peru, Ghana, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia. Berdasarkan rata-

rata dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013, Thailand merupakan negara dengan

pangsa pasar tertinggi. Namun untuk tahun 2011 hingga tahun 2013, pangsa pasar

Cina berhasil mengalahkan Thailand dan menjadikan Cina sebagai market leader

pada tahun tersebut. Indonesia termasuk dalam empat negara penguasa pasar hanya

Page 86: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

68

pada tahun 2012, yang berarti Indonesia lebih banyak sebagai pengikut pasar. Berikut

adalah nilai pangsa pasar rata-rata dari tahun 2004-2013.

Gambar 10. Pangsa Pasar Rata-Rata Tepung Tapioka Dunia 2004-2013

Sumber:UN COMTRADE, 2015 (diolah)

Pasar yang mengarah ke struktur pasar oligopoli harus diantisipasi dengan

baik, sebab jika tidak Indonesia dalam pasar hanya akan berperan sebagai pengikut

pasar. Untuk itu agar Indonesia tetap dapat bersaing dengan negara lain dan juga

negara pemimpin pasar, Indonesia harus terus meningkatkan kualitas serta kuantitas

produk yang diekspor.

5.2 Analisis keunggulan Komparatif Produk Olahan Ubi Kayu di Pasar

Internasional

Untuk mengetahui keunggulan komparatif produk olahan ubi kayu Indonesia

di pasar Internasional, dilakukan pengukuran dengan menggunakan Revealed

Comparatif Advantage (RCA). Pengukuran dilakukan dengan membandingkan posisi

daya saing Indonesia dengan negara pengekspor lainnya di pasar Internasional. Nilai

RCA yang lebih dari satu, menunjukkan bahwa negara yang bersangkutan memiliki

keunggulan komparatif. Semakin tinggi nilai RCA, maka semakin tinggi pula daya

0

10

20

30

40

Thailand China Peru Ghana Vietnam Indonesia Malaysia

Pangsa Pasar Tepung Tapioka

Page 87: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

69

saing yang dimiliki, begitu pula sebaliknya. Jika RCA sama dengan satu, berarti daya

saing komoditas tersebut sama dengan negara lain yang terlibat dalan kegiatan ekspor

komoditas tersebut, dan apabila RCA kurang dari satu maka negara yang

bersangkutan tidak memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah.

Untuk mengetahui nilai RCA, dilakukan dengan membandingkan ekspor

suatu komoditas negara tertentu dengan total ekspor negara tersebut. Maka dari itu,

negara yang jumlah ekspornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya

lebih besar akan mempunyai nilai RCA yang lebih kecil. Oleh karena itu, penting

untuk melihat pangsa pasar negara tersebut untuk menunjukkan bahwa daya saing

negara tersebut kuat atau lemah.

Perhitungan RCA hanya dilakukan untuk negara-negara pengekspor yang

memiliki angka ekspor terbesar dan termasuk ke dalam pemimpin pasar untuk produk

olahan ubi kayu baik dalam bentuk gaplek, pati ubi kayu, dan tepung tapioka. Untuk

produk gaplek, negara yang termasuk adalah Thailand, Vietnam, Belanda, Kosta

Rika, Indonesia, dan Belgium. Untuk produk pati ubi kayu, negara yang termasuk

adalah Thailand, Vietnam, Hongkong, Indonesia, Paraguay, Brazil, dan Belanda.

Untuk produk tepung tapioka, negara yang termasuk adalah Thailand, Cina, Peru,

Ghana, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia. Hasil perhitungan didapat beradasarkan

perhitungan (Lampiran14-16) dengan data yang bersumber dari UN Comtrade. Hasil

dari perhitungan RCA ditampilkan pada tabel berikut.

Page 88: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

70

Tabel 12. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Gaplek Negara Thailand Vietnam Costarica Indonesia Belanda Belgium

2004 63.924 39.102 95.579 4.695 1.032 1.378 2005 62.267 41.058 132.799 6.421 0.510 0.116 2006 62.363 62.826 85.163 2.640 0.381 0.053 2007 54.343 58.026 68.963 4.112 1.522 0.745 2008 51.460 47.453 126.512 2.873 2.692 0.353 2009 47.282 67.522 48.486 2.580 0.371 0.042 2010 54.327 38.099 73.452 2.696 0.367 0.016 2011 49.587 49.459 73.049 1.683 0.323 0.030 2012 46.807 48.639 52.816 0.568 0.265 0.026 2013 55.923 28.424 55.194 1.706 0.230 0.035

Rata-rata 54.828 48.061 81.201 2.997 0.769 0.279 Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan RCA (Tabel 12), menunjukkan bahwa nilai RCA

Indonesia untuk komoditas gaplek tahun 2004-2013 memiliki nilai rata-rata lebih dari

satu yang artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas

gaplek di pasar dunia. Walaupun memiliki keunggulan komparatif, nilai RCA dari

tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan menurun. Bahkan untuk tahun 2012,

Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dimana Indonesia mempunyai nilai

RCA kurang dari satu, berarti Indonesia pada tahun tersebut tidak memiliki

keunggulan komparatif di pasar dunia untuk komoditas gaplek.

Page 89: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

71

Tabel 13 Nilai Ekspor Impor Gaplek Tahun 2004-2013 Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) 2004 20399518 397775 2005 25441429 67285 2006 14836178 47368 2007 31301226 49630 2008 20770234 19200 2009 25229759 335557 2010 32653283 15161 2011 29529600 21915 2012 11012461 3419138 2013 32111406 38380

Sumber: UN Comtrade, 2015

Jika melihat data ekspor (Tabel 13), lemahnya daya saing Indonesia

disebabkan oleh penurunan pangsa pasar komoditas gaplek Indonesia di pasar dunia.

Nilai ekspor Indonesia menurun hingga mencapai 62.71 % pada tahun 2012, dari

29530 (1000US$) menjadi 11012 (1000US$), namun terjadi peningkatan terhadap

total ekspor gaplek dunia yang mencapai 16.25 % dari 1525620 (1000US$) menjadi

1773587 (1000US$). Penurunan terhadap jumlah ekspor Indonesia, disebabkan oleh

peningkatan permintaan dalam negeri sebagai bahan baku utama industri dalam

negeri yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah impor yang sangat signifikan dari

22 (1000US$) menjadi 3149 (1000US$) pada tahun 2012.

Negara yang memiliki nilai RCA paling tinggi untuk komoditas gaplek adalah

Kosta Rika, disusul Thailand, lalu Vietnam, dan Indonesia pada posisi keempat.

Thailand sebenarnya memiliki pangsa pasar terbesar dengan rata-rata sebesar 65.18

%, disusul Vietnam 21.58 %, lalu Kosta Rika 5.25 %, dan Indonesia 2.7 %. Namun

berdasarkan perhitungan RCA, nilai Thailand lebih rendah dari pada Kosta Rika yang

merupakan negara pengekspor terbesar nomor tiga, hal tersebut dipengaruhi oleh total

Page 90: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

72

nilai ekspor Kosta Rika yang lebih kecil dibandingkan dengan Thailand dan negara

lainnya. Berdasarkan hal tersebut, share ekspor gaplek terhadap total ekspornya lebih

besar sehingga membuat nilai RCA nya lebih tinggi, yang artinya Kosta Rika lebih

berspesialisasi terhadap komoditas gaplek dibandingkan Thailand. Walaupun

demikian, keempat negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dan daya daing

yang kuat yang ditandai dengan nilai RCA yang lebih dari satu, kecuali Belanda dan

Belgium yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing lemah

dikarenakan nilai RCA yang kurang dari satu.

Tabel 14. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Pati Ubi Kayu Negara Thailand Vietnam Indonesia Hongkong Paraguay Belanda Brazil

2004 52.963 65.769 12.150 2.864 40.013 0.318 1.221

2005 57.723 68.745 4.523 2.030 40.631 0.142 1.161

2006 58.912 80.873 0.259 1.361 34.550 0.084 0.769

2007 53.104 86.920 1.461 0.952 51.626 0.034 0.902

2008 54.677 72.881 2.453 0.648 36.543 0.454 0.745

2009 49.074 68.888 0.619 0.414 16.031 0.330 0.574

2010 49.125 62.154 1.031 0.451 23.841 0.006 0.249

2011 45.601 61.366 2.754 0.266 25.293 0.262 0.246

2012 40.911 65.046 0.229 0.168 19.922 0.109 0.248

2013 46.389 49.831 1.396 0.352 18.725 0.075 0.230

Rata-rata 50.848 68.247 2.688 0.951 30.718 0.181 0.634

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan RCA (Tabel 14), menunjukkan bahwa nilai RCA

Indonesia untuk komoditas pati ubi kayu tahun 2004-2013 memiliki rata-rata lebih

dari satu yang artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas

pati ubi kayu di pasar dunia. Namun, terjadi penurunan yang sangat signifikan dari

tahun 2004 dan menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun 2005 hingga tahun

2013, bahkan untuk tahun 2006, 2009, dan 2012 Indonesia tidak memiliki daya saing.

Page 91: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

73

Tabel 15. Nilai Ekspor Impor Pati Ubi Kayu Tahun 2004-2013 Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) 2004 32193074 9896803 2005 13438239 24409560 2006 1184435 70116779 2007 7990841 77751873 2008 15101144 57929191 2009 4583072 49576791 2010 12778524 120739381 2011 49530223 211253616 2012 4549425 342844016 2013 27388143 107237001

Sumber: UN Comtrade, 2015

Jika melihat data ekspor pati ubi kayu Indonesia (Tabel 15), lemahnya daya

saing Indonesia disebabkan oleh terjadinya penurunan ekspor pati ubi kayu selama

2005-2013. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi domestik, sehingga

ketersediaan untuk ekspor menurun, bahkan berdasarkan data (Tabel 15), Indonesia

lebih banyak melakukan impor pati ubi kayu dibandingkan dengan ekspor. Hal ini

menekankan bahwa tingkat kebutuhan pati ubi kayu sebagai bahan baku industri

sangat tinggi dan produksi dalam negeri tidak sanggup untuk mencukupi kebutuhan

dalam negeri.

Urutan negara yang memiliki nilai RCA paling tinggi untuk komoditas pati

ubi kayu adalah Vietnam, Thailand, Paraguay, Indonesia, Hongkong, Brazil, lalu

Belanda. Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Paraguay memiliki keunggulan

komparatif dikarenakan nilai RCA yang lebih dari satu, sedangkan untuk Hongkong,

Brazil, dan Belanda tidak memiliki keunggulan komparatif dikarenakan nilai RCA

yang kurang dari satu. Berdasarkan pangsa pasar, Thailand adalah pengekspor

terbesar dengan pangsa pasar rata-rata 60.39 % dibanding dengan Vietnam yang

Page 92: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

74

merupakan pengekspor kedua terbesar dengan pangsa pasar rata-rata 30.45 %. Nilai

RCA thailand lebih rendah dibanding Vietnam dikarenakan nilai total ekspor

Thailand lebih besar, sehingga share ekspor pati ubi kayu terhadap total ekspornya

lebih rendah, yang artinya Vietnam lebih berspesialisasi terhadap komoditas pati ubi

kayu dibandingkan dengan Thailand.

Hal sama terjadi juga dengan Paraguay yang memiliki pangsa pasar lebih

rendah dibandingkan Hongkong dan Indonesia, hal tersebut dikarenakan Paraguay

memiliki total ekspor yang rendah. Sedangkan untuk hongkong, dikarenakan terjadi

penurunan ekspor pati ubi kayu namun total ekspor keseluruhannya semakin

meningkat sehingga membuat nilai RCA semakin kecil dari tahun ke tahun membuat

Hongkong tidak memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas pati ubi kayu.

Tabel 16. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Tepung Tapioka Negara Cina Thailand Vietnam Peru Indonesia Ghana Malaysia

2004 1.115 56.179 3.108 42.098 1.224 0.000 2.687 2005 1.323 47.211 5.004 44.490 0.364 249.542 0.663 2006 1.103 46.878 4.024 36.070 1.080 268.652 0.936 2007 0.768 41.733 11.914 33.032 1.361 287.522 1.214 2008 1.356 35.895 35.131 30.655 2.825 146.558 1.305 2009 2.312 25.540 16.944 31.582 3.157 128.844 1.883 2010 2.312 28.045 10.560 37.988 3.598 76.297 0.535 2011 2.801 14.906 5.935 40.348 6.069 160.544 0.424 2012 3.293 15.144 5.712 47.294 3.804 40.537 0.933 2013 2.062 12.100 13.045 61.318 3.407 29.702 0.527

Rata-rata 1.844 32.363 11.138 40.487 2.689 138.820 1.111 Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan RCA (Tabel 16), menunjukkan bahwa nilai RCA

Indonesia untuk komoditas tepung tapioka tahun 2004-2013 memiliki rata-rata lebih

dari satu, yang artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap

Page 93: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

75

komoditas tepung tapioka di pasar dunia. Indonesia setiap tahunnya memiliki

keunggulan komparatif terhadap komoditas tepung tapioka di pasar dunia kecuali

pada tahun 2005, dimana Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif

dikarenakan nilai RCA yang kurang dari satu.

Tabel 17. Nilai Ekspor Impor Tepung Tapioka Tahun 2004-2013 Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) 2004 254049 128891 2005 80021 190521 2006 236786 2245853 2007 374242 1486554 2008 1156817 404518 2009 1409233 58254 2010 2338969 34314 2011 5550986 62460 2012 3164658 388091 2013 2833107 245041

Sumber: UN Comtrade, 2015

Jika melihat data ekspor tepung tapioka Indonesia (Tabel 17), lemahnya daya

saing Indonesia dikarenakan terjadi penurunan ekspor dari yang sebelumnya

mencapai 254 (1000US$) menjadi 80 (1000US$) pada tahun 2005. Selain itu juga

terjadi peningkatan impor yang sebelumnya hanya 129 (1000US$) menjadi 191

(1000US$). Hal ini berarti pada tahun tersebut kebutuhan akan tepung tapioka

meningkat dan produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam

negeri. Hal tersebut membuat kondisi daya saing tepung tapioka Indonesia pada tahun

tersebut di pasar dunia melemah.

Urutan negara yang memiliki nilai RCA paling tinggi untuk komoditas tepung

tapioka adalah Ghana, Peru, Thailand, Vietnam, Indonesia, Cina, dan terakhir

Malaysia. Semua negara tersebut memiliki nilai RCA lebih dari satu yang berarti

Page 94: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

76

bahwa negara-negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas

tepung tapioka. Ghana memiliki nilai RCA paling tinggi dikarenakan nilai total

ekspornya lebih kecil dibandingkan dengan negara lainnya sehingga share ekspor

tepung tapioka terhadap total ekspornya lebih besar dibandingkan dengan negara

lainnya. Sedangkan walaupun Cina merupakan negara dengan pangsa pasar terbesar

setelah Thailand untuk komoditas tepung tapioka, namun Cina memiliki total ekspor

yang lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya, hal ini membuat share ekspor

terhadap total ekspornya lebih kecil dibandingkan dengan negara lainnya kecuali

Malaysia.

Berdasarkan hasil perhitungan RCA untuk komoditas gaplek, pati ubi kayu,

dan tepung tapioka, Indonesia memiliki nilai RCA lebih dari satu yang berarti

Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau memiliki daya saing untuk

komoditas tersebut. Walaupun memiliki keunggulan komparatif, nilai RCA gaplek

dan pati ubi kayu Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Artinya, harus

diperhatikan faktor kesinambungan tumbuh dan kembangnya, sebab perkembangan

tingkat daya saing dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan menurun, bahkan

Indonesia lebih banyak melakukan impor pati ubi kayu dibandingkan ekspornya.

Untuk komoditas tepung tapioka, kontribusi ekspor tapioka terhadap total

ekspor Indonesia menunjukkan kecenderungan yang positif, baik Indonesia maupun

dunia terjadi kenaikan nilai ekspor, kecuali pada tahun 2005, 2012, dan 2013 terjadi

penurunan nilai ekspor Indonesia (Tabel 17). Walaupun demikian, nilai ekspor

tepung tapioka Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspor gaplek dan ubi

kayu. Selain itu, pangsa pasar Indonesia sangat kecil dengan pangsa pasar rata-rata

Page 95: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

77

hanya 2,73%, bahkan untuk 2004,2005, dan 2006 pangsa pasar Indonesia kurang dari

1%. Kondisi tersebut dapat dimengerti karena pasar tapioka dunia adalah thin market,

hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor dunia untuk tepung tapioka sangat kecil jika

dibandingkan dengan gaplek dan pati ubi kayu.

5.3 Daya Saing Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Metode EPD digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif komoditi

tertentu pada suatu negara. Metode ini juga dapat membandingkan kinerja ekspor di

antara negara-negara di seluruh dunia dengan melihat posisi pangsa pasar yang

dimiliki oleh komoditi tersebut. Dengan menggunakan metode analisis EPD, dapat

diketahui apakah komoditi suatu negara ke negara tujuan kontinyu (dinamis) atau

tidak. Hasil perhitungan didapat beradasarkan perhitungan (Lampiran17-22) dengan

data yang bersumber dari UN Comtrade. Berikut hasil analisis EPD ubi kayu olahan

Indonesia periode 2004-2013.

Tabel 18. EPD Gaplek Indonesia di Dunia Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD

2004 0.000285 0.000061

Rising Star

2005 0.000297 0.000046 4.219853849 -23.79373512 2006 0.000147 0.000056 -50.44314123 20.52349384 2007 0.000274 0.000067 86.3824062 19.67697074 2008 0.000152 0.000053 -44.74345846 -20.92681061 2009 0.000217 0.000084 42.85447499 59.10230037 2010 0.000207 0.000077 -4.428712245 -8.52857634 2011 0.000145 0.000086 -29.88305309 12.3341415 2012 0.000058 0.000102 -60.06463612 18.19453443

2013 0.000176 0.000103 203.5395591 1.14343998

Rata-rata 16.38147699 8.63619542 Sumber: Data diolah, 2015

Page 96: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

78

Berdasarkan Perhitungan EPD periode 2004-2013 (Tabel 18), menunjukkan

bahwa posisi pasar gaplek Indonesia di pasar dunia berada pada posisi Rising Star.

Hal tersebut dikarenakan posisi pasar gaplek Indonesia berada pada pertumbuhan

pangsa pasar (sumbu x) positif dan pertumbuhan pangsa pasar komoditas gaplek

dunia (sumbu y) bernilai positif. Ekspor Gaplek Indonesia yang berada di Rising Star

menunjukkan bahwa ekspor gaplek Indonesia berada di posisi pasar tertinggi

dikarenakan pada posisi ini ekspor gaplek Indonesia mengalami peningkatan dan

pangsa pasar (permintaan) ekspor gaplek di pasar internasional sedang mengalami

peningkatan.

Tabel 19. EPD Gaplek Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Negara Growth X Growth Y EPD Australia 141.2632923 0.304712413 Rising Star Hong Kong 1990.810555 3989.778209 Rising Star Cina 29.88021008 1.995191497 Rising Star Brunei Darussalam 34.20938995 6.618482289 Rising Star Singapura 178.0663764 -25.92508205 Falling Star United Kingdom 19.42580317 2.037426412 Rising Star Belanda 120.22600966 -2.657943151 Falling Star Rep. of Korea 9.914926338 29.97417372 Rising Star Malaysia 37.72087328 91.69005827 Rising Star USA 69.1776889 1.993297943 Rising Star Taiwan 21.82808224 44.24458949 Rising Star Jepang 2586.943672 -3.103004923 Falling Star

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan EPD di negara-negara tujuan ekspor (Tabel 19),

posisi pasar gaplek Indonesia di negara tujuan ekspor juga berada pada posisi Rising

Star, kecuali di Belanda, Singapura, dan Jepang yang berada pada posisi Falling Star.

Hal ini menunjukkan bahwa komoditi gaplek Indonesia di pasar Belanda, Singapura,

dan Jepang terjadi peningkatan pangsa pasar, namun di negara tersebut pertumbuhan

Page 97: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

79

pasar gaplek lambat dan terjadi penurunan permintaan.

Tabel 20. EPD Pati Ubi Kayu Indonesia di Dunia

Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD 2004 0.000450 0.000037

Rising Stars

2005 0.000157 0.000035 -65.11740565 -6.295405679 2006 0.000012 0.000045 -92.50982253 30.58827144 2007 0.000070 0.000048 496.0008212 5.820396877 2008 0.000110 0.000045 57.36966409 -6.243566768 2009 0.000039 0.000064 -64.3081575 41.34399499 2010 0.000081 0.000079 105.89116 23.71523625 2011 0.000243 0.000088 200.5258789 12.48240673 2012 0.000024 0.000105 -90.16403322 18.44983402

2013 0.000150 0.000107 526.6808699 2.635743685

Rata-rata 119.3743306 13.61076795 Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan EPD pati ubi kayu Indonesia periode 2004-2013

(Tabel 20), menunjukkan bahwa posisi pasar pati ubi kayu Indonesia di pasar dunia

berada pada posisi Rising Star. Hal tersebut dikarenakan posisi pasar pati ubi kayu

Indonesia berada pada pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) positif dan pertumbuhan

pangsa pasar komoditas pati ubi kayu dunia (sumbu y) bernilai positif.

Tabel 21. EPD Pati Ubi Kayu Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Negara Groth X Growth Y EPD Australia 30.2534164 1.095926141 Rising Star Cina 2479.435279 17.69382596 Rising Star Malaysia 41321.74847 8.650874213 Rising Star Selandia Baru 35.59971144 -5.71528439 Falling Star Filipina 218.9237961 -1.911776942 Falling Star Singapura 1027.256497 10.0810603 Rising Star Thailand 231.03948673 20.4181172 Rising Star Viet Nam 47737.86822 -5.31569488 Falling Star Israel -38.93408131 5.223209822 Lost Opportunity Sri Lanka -29.04121625 -1.955771477 Retreat Taiwan 7.80136102 -1.855855286 Falling Star

Sumber: Data diolah, 2015

Page 98: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

80

Berdasarkan perhitungan EPD di negara-negara tujuan ekspor (Tabel 21),

posisi pasar pati ubi kayu di Australia, Cina, Malaysia, Singapura, dan Thailand

berada pada posisi Rising Star. Sedangkan Selandia Baru, Filipina, Vietnam, dan

Taiwan berada pada posisi Falling Star, Israel berada pada posisi Lost Opportunity,

dan Sri Lanka berada pada posisi Retreat. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi pati

ubi kayu Indonesia di pasar Selandia Baru, Filipina, dan Vietnam terjadi peningkatan

pangsa pasar, namun di negara tersebut pertumbuhan pasar pati ubi kayu lambat dan

terjadi penurunan permintaan.

Sedangkan pati ubi kayu Indonesia di pasar Israel menunjukkan posisi Lost

Opportunity, hal tersebut merupakan kondisi pasar yang tidak diharapkan

dikarenakan terjadi penurunan pangsa pasar pada komoditas pati ubi kayu Indonesia

di pasar Israel, sedangkan pangsa pasar ekspor untuk komoditas pati ubi kayu di

Israel mengalami peningkatan. Kondisi ini mengakibatkan Indonesia kehilangan

kesempatan pangsa pasar atau jangkauan ekspor. Sedangkan untuk pasar Sri Lanka

menunjukkan posisi Retreat, dimana kondisi pasar tersebut sangat tidak diinginkan

dikarenakan pati ubi kayu Indonesia sudah tidak diinginkan lagi oleh pasar yang

ditunjukkan oleh pertumbuhan pangsa pasar pati ubi kayu Indonesia dan

pertumbuhan pasar pati ubi kayu di negara tujuan bernilai negatif.

Page 99: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

81

Tabel 22. EPD Tepung Tapioka Indonesia di Dunia Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD

2004 0.000004 0.000003

Rising Stars

2005 0.000001 0.000003 -73.67821429 -11.5993092 2006 0.000002 0.000002 151.4636893 -15.19879551 2007 0.000003 0.000002 39.62465258 10.8089774 2008 0.000008 0.000003 157.4042984 24.00774891 2009 0.000012 0.000004 43.26505771 28.21155084 2010 0.000015 0.000004 22.56186163 7.538075166 2011 0.000027 0.000004 84.00852825 9.10630774 2012 0.000017 0.000004 -38.9497456 -2.617398398

2013 0.000016 0.000005 -6.808445844 4.057661007 Rata-rata 42.0990758 6.034979772

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan perhitungan EPD tepung tapioka Indonesia periode 2004-2013

(Tebel 22), menunjukkan bahwa posisi pasar tepung tapioka Indonesia di pasar dunia

berada pada posisi Rising Star. Hal tersebut dikarenakan posisi pasar tepung tapioka

Indonesia berada pada pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) positif dan pertumbuhan

pangsa pasar komoditas tepung tapioka dunia (sumbu y) bernilai positif.

Tabel 23. EPD Tepung Tapioka Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Negara Groth X Growth Y EPD Australia 75.34998945 42.67006272 Rising Star Japan 13.14020324 -17.07318343 Falling Star Filipina 1007.917871 88.04312261 Rising Star Singapura -37.22227861 -13.01151605 Retreat USA 24.70110666 13.84333085 Rising Star Malaysia 182.007833 29.64335799 Rising Star Hong Kong 95.76266425 -21.16249624 Falling Star Cina 916.3148722 -4.925218963 Falling Star Rep. of Korea 99.32745715 55.81206389 Rising Star Thailand 85.22987962 57.26022597 Rising Star Taiwan 160394.4332 50.2731713 Rising Star

Sumber: Data diolah, 2015

Page 100: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

82

Berdasarkan perhitungan EPD di negara-negara tujuan ekspor (Tabel 23),

posisi pasar tepung tapioka di Australia, Filipina, USA, Malaysia, Korea, Thailand,

dan Taiwan berada pada posisi Rising Star. Sedangkan Jepang, Hongkong, dan Cina

berada pada posisi Falling Star dan Singapura berada pada posisi Retreat. Hal ini

menunjukkan bahwa komoditas tepung tapioka Indonesia di pasar Jepang, Hongkong,

dan Cina terjadi peningkatan pangsa pasar, namun di negara tersebut pertumbuhan

pasar untuk komoditas tepung tapioka lambat dan terjadi penurunan permintaan.

Sedangkan tepung tapioka Indonesia di pasar Singapura menunjukkan posisi Retreat,

dimana tepung tapioka Indonesia sudah tidak diinginkan lagi oleh pasar yang

ditunjukkan oleh pertumbuhan pangsa pasar tepung tapioka Indonesia dan

pertumbuhan pasar tepung tapioka di negara tujuan bernilai negatif.

Untuk mengetahui apakah komoditi-komoditi tersebut memiliki potensi atau

tidak, dilakukan pengklusterisasian dengan menggunakan metode X-Model Produk

ekspor potensial. Pengklusterisasian diperoleh dengan mempertimbangkan daya saing

(RCA) dan posisi pasar (EPD). Hasil estimasi analisis X-Model Produk ekspor

potensial ditampilkan pada tabel berikut. (Tabel 24)

Page 101: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

83

Tabel 24. X-Model Produk ekspor Potensial Gaplek Indonesia Negara RCA EPD X-Model Produk Export Potensial

Australia 1.899370864 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Hong Kong 56.2255362 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Cina 1.162105389 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Brunei Darussalam 56.59363569 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Singapura 2.140732241 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial United Kingdom 25.35828706 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Netherlands 1.625113356 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial Rep. of Korea 5.192478751 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Malaysia 14.09685482 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis USA 0.917782487 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Taiwan 11.94524839 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis

Jepang 0.138387869 Falling Star Pengembangan Pasar Kurang Potensial

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 24), nilai RCA gaplek Indonesia di negara

tujuan ekspor lebih besar dari satu kecuali USA dan Jepang. Hal ini berarti gaplek

Indonesia memiliki daya saing di negara-negara tujuan tersebut kecuali di pasar USA

dan Jepang yang berdaya saing lemah. Terjadi Penurunan yang signifikan terhadap

nilai ekspor Indonesia di pasar Jepang sejak tahun 2007, bahkan pada tahun 2013

Indonesia tidak mengekspor gaplek ke Jepang. Berdasarkan nilai RCA dan EPD yang

diperoleh, ekspor gaplek Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki potensi

pengembangan pasar optimis terutama di Cina dan Korea yang merupakan Tujuan

ekspor nomor satu dan dua untuk komoditas Gaplek Indonesia. Sedangkan di

Singapura, Belanda, dan USA ekspor gaplek Indonesia memiliki potensi

pengembangan pasar potensial. Namun, di Jepang pengembangan pasarnya kurang

potensial.

Page 102: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

84

Tabel 25. X-Model Produk Export Potensial Pati Ubi Kayu Indonesia Negara RCA EPD X-Model Produk Export Potensial

Australia 0.144338256 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Cina 0.521569877 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Malaysia 1.046090139 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Selandia Baru 1.965836791 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial

Filipina 0.178850165 Falling Star Pengembangan Pasar Kurang Potensial

Singapura 0.31179896 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Thailand 1.24369747 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Viet Nam 17.97546124 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial

Israel 6.057885051 Lost

Opportunity Pengembangan Pasar Potensial

Sri Lanka 0.87057014 Retreat Pengembangan Pasar Tidak Potensial

Taiwan 2.90696854 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 25), nilai RCA pati ubi kayu Indonesia di

Malaysia, Selandia Baru, Thailand, Vietnam, Israel, dan Taiwan memiliki nilai RCA

lebih dari satu yang berarti pati ubi kayu Indonesia di negara-negara tersebut

memiliki daya saing. Sedangkan untuk Australia, Cina, Filipina, Singapura, dan Sri

lanka memiliki nilai RCA kurang dari satu yang berarti pati ubi kayu Indonesia di

negara-negara tersebut berdaya saing lemah. Berdasarkan nilai RCA dan EPD yang

diperoleh, ekspor pati ubi kayu Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki potensi

pengembangan pasar optimis hanya untuk negara Malaysia yang merupakan tujuan

ekspor nomor satu untuk komoditas pati ubi kayu Indonsia, sedangkan sisanya

memiliki potensi pengembangan pasar potensial. Namun, untuk Filipina potensi

pasarnya kurang potensial dan Sri Lanka potensi pasanya tidak potensial. Pasar pati

ubi kayu untuk Filipina dan Sri Lanka dikuasai oleh Thailand dan Vietnam.

Page 103: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

85

Tabel 26. X-Model Produk Export Potensial Tepung Tapioka Indonesia Negara RCA EPD X-Model Produk Export Potensial

Australia 2.860137455 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Japan 5.122017643 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial Filipina 3.278511083 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis

Singapura 1.039029388 Retreat Pengembangan Pasar Kurang Potensial

USA 1.35463281 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis Malaysia 7.852134454 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis

Hongkong 0.197828313 Falling Star Pengembangan Pasar Kurang Potensial

Cina 2.267842971 Falling Star Pengembangan Pasar Potensial Rep. of Korea 0.261538413 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Thailand 0.380254744 Rising Star Pengembangan Pasar Potensial Taiwan 4.406299549 Rising Star Pengembangan Pasar Optimis

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 26), nilai RCA tepung tapioka di Australia,

jepang, Filipina, Singapura, USA, Malaysia, Cina, dan Thailand memiliki nilai RCA

lebih dari satu yang berarti tepung tapioka Indonesia di negara-negara tersebut

memiliki daya saing. Sedangkan untuk Hongkong, Korea, dan Thailand memiliki

nilai RCA kurang dari satu yang berarti tepung tapioka Indonesia di negara-negara

tersebut berdaya saing lemah. Berdasarkan nilai RCA dan EPD yang diperoleh,

ekspor tepung tapioka Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki potensi

pengembangan pasar optimis hanya untuk Australia, Filipina, USA, Malaysia, dan

Taiwan. Sedangkan Jepang, Cina, Korea, dan Thailand memiliki potensi

pengembangan pasar potensial. Jepang merupakan negara tujuan ekspor nomor satu

untuk komoditas tepung tapioka Indonesia, sedangkan Malaysia nomor dua. Namun,

pertumbuhan pasar untuk komoditas tepung tapioka di negara Jepang berjalan lambat.

Begitu pula dengan Singapura dan Hongkong yang memiliki potensi pasar kurang

potensial.

Page 104: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

86

5.4 Indeks Spesialisasi Perdagangan

Untuk mengetahui posisi suatu negara apakah menjadi negara eksportir atau

importir komoditas pertanian dapat dianalisis menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi

Perdagangan). Indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran,

dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan

domestik, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang

tersebut di pasar domestik dan impor terjadi apabila permintaan akan komoditi pada

suatu negara melebihi kapasitas produksinya. Nilai indeks ini mempunyai kisaran

antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, negara tersebut

cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar

daripada permintaan domestik). Sebaliknya, jika nilainya negatif dibawah 0 sampai 1,

negara tersebut cenderung sebagai pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari

permintaan domestik). Hasil perhitungan ISP didapat beradasarkan perhitungan

(Lampiran 23) dengan menggunakan data nilai ekspor dan nilai impor komoditas

olahan ubi kayu Indonesia yang bersumber dari UN Comtrade. Hasil dari perhitungan

ISP ditampilkan pada tabel berikut. (Tabel 27)

Page 105: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

87

Tabel 27. ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) Tahun Gaplek Pati Ubi Kayu Tepung Tapioka 2004 0.96 0.53 0.33 2005 0.99 -0.29 -0.41 2006 0.99 -0.97 -0.81 2007 1.00 -0.81 -0.60 2008 1.00 -0.59 0.48 2009 0.97 -0.83 0.92 2010 1.00 -0.81 0.97 2011 1.00 -0.62 0.98 2012 0.53 -0.97 0.78 2013 1.00 -0.59 0.84

Rata-rata 0.94 -0.60 0.35 Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (Tabel 27),

komoditas gaplek dan tapioka mempunyai daya saing kuat atau Indonesia cenderung

sebagai pengekspor dari komoditas tersebut yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata ISP

gaplek dan tapioka berinilai positif (0≤ISP≤1), yang berarti produksi dan penawaran

lebih banyak dari pada permintaan. Sedangkan untuk komoditas pati ubi kayu

memliki daya saing yang rendah atau Indonesia cenderung sebagai pengimpor

komoditas tersebut yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata ISP pati ubi kayu bernilai

negatif (0≥ISP≥-1), yang berarti produksi dan penawaran dalam negeri masih lebih

kecil dibandingkan permintaan dalam negeri.

Selain itu, Indeks ISP tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan. Sesuai dengan tahapan

industri menurut Kementerian Perdagangan (2014), komoditas gaplek Indonesia

berada pada tahap kematangan dengan nilai ISP rata-rata yaitu 0.94. Hal tersebut

menunjukkan bahwa Indonesia sudah berada pada standarisasi dalam hal teknologi

yang digunakan. Untuk komoditas tepung tapioka, Indonesia berada pada tahap

Page 106: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

88

pertumbuhan dengan nilai ISP rata-rata yaitu 0.35, dimana Indonesia mulai

melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya, hal

tersebut terlihat dari nilai ekspor yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Namun, tepung tapioka Indonesia sempat pada tahap substitusi Impor pada tahun

2005 sampai dengan tahun 2007.

Sedangkan untuk pati ubi kayu, secara rata-rata Indonesia berada pada tahap

substitusi impor dengan nilai ISP rata-rata yaitu -0.60. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pati ubi kayu Indonesia memiliki daya saing yang lemah dikarenakan tingkat

produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Indonesia

melakukan ekspor dengan kualitas yang kurang bagus dan produksi dalam negeri

untuk komoditas pati ubi kayu masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri.

Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai impor yang lebih tinggi daripada nilai ekspornya.

Namun sangat disayangkan karena komoditas pati ubi kayu Indonesia sempat pada

tahap pertumbuhan atau Indonesia cenderung sebagai pengekspor dan memiliki daya

saing pada tahun 2004.

Menurut Kementerian Perdagangan (2013), Hal tersebut disebabkan oleh

proses pengolahan hasil yang belum sesuai standard GHP (Good Handling Practices)

dan GMP (Good Manufacturing Practices) dan tidak efisien sehingga membuat mutu

produk yang dihasilkan masih rendah dan sangat bervariasi. Di sisi lain, industri

pengolahan makanan dan minuman maupun non pangan berbahan baku pati ubi kayu

di Indonesia cukup berkembang. Kondisi ini telah berdampak pada meningkatnya

impor ubi kayu olaahan seperti starch atau pati ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan

yang ada di Indonesia.

Page 107: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

89

Walaupun jumlah produksi ubi kayu Indonesia yang melimpah dan

merupakan salah satu produsen terbesar ubi kayu dunia, namun jumlah kebutuhan

industri akan pati ubi kayu tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri karena di

samping jumlah industri yang mengolah ubi kayu menjadi produk olahan pati ubi

kayu yang jumlahnya masih terbatas, juga dikarena banyak industri penghasil pati ubi

kayu yang cenderung memasarkannya langsung ke pasar luar negeri dikarenakan

harga jual yang lebih baik dan memilih impor dikarenakan mendapat jaminan

pasokan yang stabil dan dengan harga yang lebih murah. Berdasarkan hasil analisis

ISP, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan daya saing terhadap

komoditas gaplek dan tepung tapioka, namun tidak memiliki daya saing terhadap

komoditas pati ubi kayu.

5.5 Analisis keunggulan Kompetitif Diamond Porter

Teori Berlian Porter digunakan untuk menganalisis faktor internal dan faktor

eksternal suatu negara atau industri. Teori ini bertujuan untuk menganalisis

keunggulan kompetitif guna untuk menjelaskan permasalahan perdagangan produk

olahan ubi kayu Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan

komparatif. Teori Berlian Porter ini merupakan salah satu alat analisis untuk menilai

daya saing komoditi olahan ubi kayu Indonesia di pasar internasional. Teori Berlian

Porter menjelaskan ada empat kondisi faktor yang berpengaruh terhadap daya saing

internasional. Faktor-faktor tersebut adalah faktor sumber daya, kondisi permintaan,

industri terkait dan pendukung, kondisi struktur, persaingan dan strategi dalam

negeri. Keempat faktor tersebut (faktor internal) didukung oleh peranan kesempatan

Page 108: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

90

dan peranan pemerintah (faktor eksternal) dalam meningkatkan keunggulan daya

saing industri nasional.

5.5.1 Kondisi Faktor (Sumber Daya)

Selama tahun 2004-2013 Indonesia merupakan salah satu produsen dan

eksportir utama ubi kayu di dunia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa potensi ubi

kayu Indonesia cukup besar untuk dikembangkan walaupun dalam hal perdagangan

internasional masih jauh di bawah Thailand sebagai produsen sekaligus eksportir

terbesar untuk komoditas olahan ubi kayu. Kondisi faktor sumber daya yang

berpengaruh terhadap daya saing produk olahan ubi kayu Indonesia adalah sumber

daya alam, sumber daya manusia, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi,

sumber daya modal, dan sumber daya infrastruktur. Kelima kondisi faktor sumber

daya tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber daya Alam

Dari tahun 2004 hingga tahun 2013, Indonesia merupakan negara

produsen terbesar keempat untuk komoditas ubi kayu. Hal tersebut dapat diartikan

bahwa potensi ubi kayu Indonesia cukup besar untuk dikembangkan mengingat

hampir seluruh daerah di Indonesia dapat ditanami ubi kayu. Saat ini Indonesia

memiliki sejumlah wilayah penghasil ubi kayu di 33 provinsi kecuali DKI Jakarta

dengan provinsi Lampung sebagai daerah penghasil ubi kayu terbesar, diikuti

Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, dan Nusa

Tenggara Timur (BPS, 2014). Berikut data luas lahan, luas panen, produksi, dan

produktivitas ubi kayu di Indonesia.

Page 109: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

91

Tabel 28. Sentra Produksi Ubi Kayu Tahun 2013

Provinsi Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(Ku/Ha) Produksi

(Ton)

Nusa Tenggara Timur 79164 102.47 811166

Lampung 318107 261.84 8329201

Sumatera Utara 47141 322.06 1518221

DI Yogyakarta 58777 172.44 1013565

Jawa Barat 95505 223.92 2138532

Jawa Tengah 161783 252.79 4089635

Jawa Timur 168194 214.1 3601074

Indonesia 1065752 224.6 23936921 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Tabel 29. Luas Panen Ubi Kayu Tahun 2009-2013 Tahun Luas Panen Peningkatan 2009 1175666 2010 1183047 0.628

2011 1184696 0.139

2012 1129688 -4.643

2013 1065752 -5.660 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah)

Berdasarkan data (Tabel 28), luas panen ubi kayu selama kurun waktu

2009-2013 menunjukkan kecenderungan menurun. Menurunnya areal panen

tersebut antara lain dikarenakan alih fungsi lahan ke non pertanian dan alih fungsi

ke komoditi lain. Petani biasanya menanam ubi kayu sebagai usahatani

sampingan dimana ubi kayu ditumpangsarikan dengan tanaman pangan lainnya

seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan yang umur panennya lebih pendek

dibandingkan dengan ubi kayu.

Namun, potensi pengembangan ubi kayu di Indonesia masih sangat luas

mengingat lahan yang tersedia untuk budidaya ubi kayu masih cukup luas.

Page 110: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

92

Pertanaman ubi kayu di Indonesia sebagian besar berada di lahan kering, baik

lahan kering iklim kering maupun iklim basah dan sebagian kecil lainnya berada

di lahan sawah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014), menunjukkan di

seluruh provinsi di Indonesia masih terdapat potensi lahan kering 31,5 juta hektar

yang terdiri dari lahan tegal/kebun seluas 11,9 juta hektar, lahan ladang/huma 5,3

juta hektar, dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 14,3 juta hektar. Lahan-

lahan tersebut merupakan potensi yang tersedia untuk pengembangan areal

budidaya / usahatani ubi kayu. Potensi lahan kering pada tahun 2012 dapat dilihat

pada tabel berikut. (Tabel 30)

Page 111: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

93

Tabel 30. Luas lahan Tegal, Ladang, dan Sementara Tidak Diusahakan Provinsi 2012

Tegalan Ladang

Sementara tidak diusahakan

Jumlah

Aceh 322336 246801 444341 1013478 Sumatera Utara 556196 313315 254410 1123921 Sumatera Barat 329620 145905 225891 701416 Riau 555915 212632 427139 1195686 Jambi 374557 222270 254272 851099 Sumatera Selatan 396228 197677 720138 1314043 Bengkulu 185050 85073 98099 368222 Lampung 749597 0 45007 794604 Kep. Bangka Belitung

138246 45984 122309 306539

Kep. Riau 40436 32839 159534 232809 DKI Jakarta 1075 75 15 1165 Jawa Barat 546566 216933 13445 776944 Jawa Tengah 741419 13180 1266 755865 DI Yogyakarta 94600 0 795 95395 Jawa Timur 1129772 37800 10474 1178046 Banten 165759 80426 14374 260559 Bali 126713 0 548 127261 Nusa Tenggara Barat

254257 61909 38562 354728

Nusa tenggara Timur

574015 326087 759065 1659167

Kalimantan Barat 651077 403101 1129325 2183503 Kalimantan Tengah 564798 200300 1350471 2115569 Kalimantan Selatan 252175 111374 160982 524531 Kalimantan Timur 221621 164328 1018620 1404569 Sulawesi Utara 206521 109968 36477 352966 Sulawesi Tengah 347134 155486 411068 913688 Sulawesi Selatan 539288 105242 102237 746767 Sulawesi Tenggara 251511 122762 201767 576040 Gorontalo 156858 67895 49062 273815 Sulawesi Barat 127560 85540 74987 288087 Maluku 790394 283277 864759 1938430 Maluku Utara 223757 74823 18965 317545 Papua Barat 6523 662845 2088016 2757384 PAPUA 328153 474234 3155963 3958350 INDONESIA 11949727 5260081 14252383 31462191 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Page 112: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

94

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam upaya mendukung pengembangan agribisnis ubi kayu serta daya saing ubi

kayu Indonesia di pasar internasional. Pada pengusahaan ubi kayu, peran sumber

daya manusia dapat dilihat dari ketersediaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja,

serta kualitas tenaga kerja yang mendukung pengusahaan ubi kayu tersebut.

Tabel 31. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

Lapangan Pekerjaan 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman pangan, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

43536759 43243111 39088271 39590054 39220261

Pertambangan dan Penggalian 1200510 1280889 1434961 1602706 1426454

Industri 12512148 13474059 14541562 15615386 14959804 Listrik, Gas dan Air 244159 240126 234347 251162 252134 Konstruksi 5435909 5485338 6263797 6851291 6349387 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

22094461 22421821 22297686 23517145 24105906

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

6167723 5486719 5006473 5052302 5096987

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

1436137 1664016 2577847 2696090 2898279

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 14442450 16293636 15971365 17328732 18451860

Total 107070256 109589715 107416309 112504868 112761072 Sumber: BPS (Berita Resmi Statistik, 2015)

Komoditas ubi kayu merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman

pangan yang cukup banyak menyerap tenaga kerja, mengingat sektor pertanian

merupakan sektor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia disusul

sektor perdagangan, lalu jasa, dan industri pada posisi keempat (Tabel31). Selama

Page 113: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

95

tahun 2010-2013, kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi hampir di semua

sektor, kecuali sektor pertanian dan sektor jasa kemasyarakatan.

Tabel 32. Lapangan Pekerjaan Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Pertanian

Agustus 2013 Tidak/Belum Pernah Sekolah 2077561 256785 672848 664437 3671631

Tidak Tamat SD 3830050 698765 2439989 1089907 8058711 SD 6654119 1258565 4576115 1693034 14181833 SLTP 2257967 441658 2343113 696170 5738908 SMA 1011016 227315 1269517 257499 2765347 SMK 328267 81776 350347 115585 875975 Diploma I/II/III 44571 14663 45393 13465 118092 Universitas/DIV 58521 13707 81245 27406 180879 Jumlah 16262072 2993234 11778567 4557503 35591376

Sumber: BPS (Berita Resmi Statistik, 2015)

Berdasarkan data pada tahun 2013 (Tabel 32), jumlah petani dan tenaga

kerja yang diserap oleh subsektor tanaman pangan sebesar 16,262,072 jiwa,

paling tinggi dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja di subsektor pertanian

lainnya. Namun, banyaknya jumlah tenaga kerja pada subsektor tanaman pangan

belum sepenuhnya ditunjang dengan kualitas sumber daya manusia yang baik.

Kondisi pelaku agribisnis saat ini, terutama pada usaha tani dan subsektor

tanaman pangan lebih dari 70% tenaga kerja tidak tamat/hanya tamatan SD,

bahkan untuk tenaga kerja yang lulusan perguruan tinggi (diploma/Universitas)

jumlahnya kurang dari 1%. Hal tersebut tentu berdampak negatif terhadap tingkat

kemampuan mereka dalam mengadopsi dan menerima teknologi yang diberikan.

Selain itu, sumber daya penyuluh juga sangat dibutuhkan dalam

pengembangan agribisnis ubi kayu karena penyuluh memiliki fungsi yang

Page 114: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

96

strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat tani.

Berdasarkan data tahun 2014 (Statistik Pertanian, 2014), jumlah penyuluh yang

berstatus PNS sebesar 27.476, angka tersebut mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya (2013) yang berjumlah 28.494. Sedangkan menurut Suswono yang

dikutip dari website Pertanian (2014), jumlah penyuluh pertanian yang berstatus

tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh (THL-TBPP) sebesar 20.479.

Sementara di Indonesia terdapat 75.224 desa yang memiliki potensi pertanian.

Dengan jumlah penyuluh saat ini, jumlah penyuluh pertanian masih kurang dari

yang ditargetkan oleh Kementrian Pertanian untuk memenuhi program satu desa

satu penyuluh yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 pasal

46 tentang Pemberdayaan Petani.

Untuk itu, sumber daya penyuluh harus mendapatkan perhatian terutama

dalam peningkatan kapasitas dan profesionalitas. Sumber daya pengusaha ubi

kayu dan sumber daya manusia pada subsistem jasa pendukung juga telah

tersedia, hal tersebut dapat dilihat dari pengusaha yang bergerak dibidang

pengolahan ubi kayu, lembaga perkreditan baik formal maupun non formal dan

lain sebagainya yang telah tersebar khususnya di daerah sentra produksi.

3. Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Penerapan teknologi sangat erat kaitannya dengan produktivitas.

Berdasarkan data tahun 2013, produktivitas rata-rata ubi kayu di Indonesia adalah

224,6 kuintal per hektar atau 22,4 ton per hektar dan terjadi peningatan

produktivitas pada tahun 2014 menjadi 229,6 kuintal per hektar atau 22,9 ton per

hektar. Angka ini dibawah nilai optimal, dimana berdasarkan pendapat Hafsah

Page 115: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

97

(2003), potensi hasil optimal berkisar antara 25-40 ton per hektar. Hal tersebut

dapat diakibatkan oleh penerapan teknologi produksi petani, khususnya

penggunaan pupuk dan varietas unggul belum sepenuhnya diterapkan. Adanya

panen muda juga mengakibatkan kualitasnya rendah, khususnya pada kandungan

patinya.

Berdasarkan data (Lampiran 4), untuk di berbagai daerah sentra produksi

seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jawa Tengah, dan

Sulawesi Barat memiliki nilai produktivitas yang tinggi yaitu masing-masing

322,06 ku/ha, 397,66 ku/ha, 266,81 ku/ha, 261,84 ku/ha, 252,79 ku/ha, 254,06

ku/ha, dan 254,06 ku/ha. Nilai tersebut sudah memenuhi nilai optimal yang

berarti di daerah-daerah sentra produksi tersebut sudah menerapkan teknologi

pertanian dengan baik. Sedangkan untuk di daerah sentra produksi lain masih

memiliki nilai produktivitas yang rendah, terutama di daerah Papua Barat yang

merupakan daerah sentra produksi yang memiliki tingkat produktivitas paling

rendah dengan nilai produktivitas 112,92 ku/ha. Hal tersebut dikarenakan petani

ubi kayu belum menerapkan pemupukan sesuai anjuran, bahkan tanaman tidak

dipupuk sama sekali padahal ubi kayu merupakan tanaman yang rakus akan unsur

hara. Rendahnya penggunaan pupuk dikarenakan belum adanya jaminan pasar

dan harga yang menguntungkan atau layak dan kondisi sosial-ekonomi pada

petani ubi kayu yang umumnya marginal. Disamping itu, penggunaan varietas

unggul juga masih rendah, sebagian besar petani masih menanam varietas lokal.

Teknologi pengolahan paskapanen produk ubi kayu juga sudah mulai

berkembang. Hal ini terlihat dari berbagai produk hasil olahan ubi kayu yang ada.

Page 116: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

98

Peralatan untuk pengolahan umumnya relatif sederhana dan masih manual.

Beberapa agroindustri menggunakan mesin untuk pengolahan produk, misalnya

mesin pengggilingan pada agroindustri tapioka. Skala usaha agroindustri sangat

menentukan jenis alat yang digunakan. Untuk skala usaha yang relatif kecil, alat

yang digunakan umumnya masih sederhana. Secara teknis jenis peralatan yang

diperlukan mudah diperoleh baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.

Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi kayu ditangani oleh Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) atau Balai

Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen

Pertanian. Selain itu, di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga masyarakat

atau asosiasi yang dibentuk guna memajukan perubi kayuan di Indonesia, salah

satunya yaitu Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) atau yang dikenal juga

dengan Indonesia Cassava Society (ICS).

Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan tinggi, media, dan

jurnal-jurnal penelitian melalui penelitian mengenai ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berkaitan dengan budidaya ataupun aspek sosial ekonomi. Dalam

hal basis data, peranan lembaga statistik seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Departemen Pertanian khususnya tanaman pangan juga penting dan dibutuhkan

dalam mengolah data statistik komoditas kayu.

4. Sumber Daya Modal

Sumber daya Modal dapat diperoleh salah satunya melalui pinjaman bank.

Dua skema kredit perbankan yang hingga kini masih bisa diakses oleh pelaku

bisnis pertanian di dalam negeri adalah Kredit Ketahanan Pangan (KKP) serta

Page 117: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

99

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Pertanian. Pemanfaatan fasilitas KKP yang

diberikan oleh Bank pelaksana adalah dalam rangka intensifikasi ubi kayu. Kredit

KKP tersebut digunakan untuk pengadaan benih/bibit, pupuk, biaya garapan dan

pemeliharaan, biaya panen dan paska panen dengan jaminan kelayakan usaha.

Sedangkan KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan

kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang feasible tapi belum

bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik

dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.

Penyaluran KUR dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langusng yaitu UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di

Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Sedangkan tidak

langsung yaitu usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan

Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya

yang bekerjasama dengan bank pelaksana. Bank pelaksana KUR terdiri dari 33

bank yang tersebar di Indonesia.

Sumber pembiayaan lain yang disediakan pemerintah guna mendorong

pengembangan agribsisnis ubi kayu adalah Kredit Umum Pedesaan atau yang

diesbut juga dengan KUPEDES. Kupedes diberikan kepada perorangan atau

perusahaan yang dinilai layak dengan jaminan yang dibutuhkan untuk

memperoleh kredit tersebut adalah colateral berupa benda bergerak dan tidak

bergerak dengan bank penyalur adalah BRI unit desa. Disamping itu, pemerintah

juga menyediakan kredit SWAMITRA. Kredit ini diberikan kepada pengusaha

perorangan dan anggota koperasi dengan jaminan berupa agunan barang bergerak

Page 118: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

100

maupun tidak bergerak. Bank penyalur kredit SWAMITRA adalah bank Bukopin.

Sumber pembiayaan lain yang disediakan pemerintah adalah Kredit Usaha Kecil.

Kredit ini diberikan kepada pengusaha kecil dengan jaminan berupa agunan

barang bergerak maupun tidak bergerak. Kredit ini dibayai oleh berbagai bank di

Indonesia, yaitu Bank Mandiri, BTN, Bank DKI, dll.

Namun, pada umumnya petani ubi kayu menghadapi kesulitan yakni

keterbatasan dalam modal usaha. Kredit yang tersedia belum dapat dimanfaatkan

secara optimal dikarenakan keterbatasan akses untuk memperolehnya dan belum

adanya kemudahan memanfaatkan modal tersebut. Pendanaan lain yang bisa

dimanfaatkan petani, bersumber dari perusahaan melalui kemitraan usaha yang

telah dijalin antara petani dan pengusaha. Permodalan tersebut adalah milik

perusahaan atau dapat juga dana dari bank yang disalurkan ke petani dimana

perusahaan mitra sebagai avalis atau perantara.

5. Sumber Daya Infrastruktur

Infrastruktur pertanian di Indonesia dalam mendukung perkembangan

agribisnis ubi kayu masih kurang memadai, hal ini disebabkan oleh banyaknya

infrastruktur seperti saluran irigasi, bendungan, dan jalan usaha tani atau jalan

produksi pertanian yang rusak. Ubi kayu memerlukan air yang cukup pada pasa

pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, untuk itu peran jaringan irigasi

sangat penting dalam meningkatkan produksi tanaman ubi kayu.

Page 119: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

101

Tabel 33. Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan 2014 Kewenangan

Kondisi Jaringan

Pusat Provinsi Kab.Kota Total (Ha)

Jaringan baik 1,840,874 515,092 1,500,209 3,856,175 Jaringan Rusak

3,288,993

Rusak Ringan

94,114 181,820 673,340 949,274

Rusak Sedang

326,178 182,575 691,197 1,199,950

Rusak Berat 115,355 225,987 798,427 1,139,769 Total 2,376,521 1,105,475 3,663,172 7,145,168

Sumber: Hadimoeljono, 2015

Berdasarkan data (Tabel 33), dari 7,1 juta saluran irigasi yang terdapat di

Indonesia, 46% mengalami kerusakan yang dikategorikan kedalam rusak ringan,

rusak sedang, dan rusak berat. Prasarana usahatani lain yang sangat dibutuhkan

masyarakat untuk menggerakkan proses produksi dan pemasaran komoditas

pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani dan jalan

produksi pertanian. Jalan usaha tani atau jalan pertanian merupakan prasarana

transportasi pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat dan mesin

pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian, dan

mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat penyimpanan,

tempat pengolahan, atau pasar. Sebagian besar jalan usaha tani masih berupa

tanah atau berlapis kerikil, namun di beberapa tempat sudah ada jalan usaha tani

yang beraspal.

Keterbatasan jalan usaha tani maupun prasarana transportasi dan logistik

pada sentra produksi komoditas ubi kayu mengakibatkan biaya yang tinggi,

terlebih lagi apabila lokasi sentra produksi tersebar dan jauh dari lokasi industri.

Page 120: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

102

Akibatnya komoditas ubi kayu lokal tidak memiliki daya saing dikarenakan harga

yang tinggi sehingga pasar tidak mampu menyerapnya. Padahal, produk tesebut

juga harus bersaing dengan produk impor, khususnya dari Thailand yang

merupakan pengimpor utama ubi kayu untuk Indonesia. Selain itu, membuat para

investor enggan berinvestasi dikarenakan para investor tersebut harus

membangun dan mengeluarkan dana lebih untuk membangun infrastruktur guna

dapat mendistribusikan produknya.

Tabel 34. Nilai Logistic Performance Index (LPI) 2014 Country LPI

Score Customs Infra structure

International shipments

Logistics competence

Tracking & tracing Timeliness

Singapura 4 4.01 4.28 3.7 3.97 3.9 4.25

Malaysia 3.59 3.37 3.56 3.64 3.47 3.58 3.92

Thailand 3.43 3.21 3.4 3.3 3.29 3.45 3.96

Vietnam 3.15 2.81 3.11 3.22 3.09 3.19 3.49

Indonesia 3.08 2.87 2.92 2.87 3.21 3.11 3.53

Sumber: World Bank, 2014

Menurut data Bank Dunia (World Bank) yang dipublikasikan dalam

logistics performance index (LPI) (Tabel 34), kinerja operasional logistik nasional

Indonesia pada tahun 2014 berada pada peringkat 53 dari 155 negara yang

disurvei Bank Dunia. Walaupun terjadi peningkatan peringkat dari tahun

sebelumnya yaitu peringkat 59 pada tahun 2013, namun daya saing logistik

Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti

Singapura yang berada pada peringkat 4, Malaysia pada peringkat 25, Thailand

yang merupakan pengekspor utama komoditas ubi kayu berada pada peringkat 35,

dan juga Vietnam pada peringkat 48.

Page 121: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

103

Menurut Bank Dunia secara keseluruhan kinerja logistik suatu negara

ditentukan oleh enam pilar utama, yaitu:

a. Efisiensi customs dan pengelolaan perbatasan (Customs).

b. Kualitas perdagangan dan infrastruktur transportasi (Infrastructure).

c. Kemudahan mengatur pengiriman dengan harga yang kompetitif (Ease of

arranging shipments).

d. Kompetensi dan kualitas layanan logistik (Quality of logistics services).

e. Kemampuan untuk melacak dan menelusuri kiriman (Tracking and tracing).

f. Frekuensi pengiriman yang tepat waktu (Timeliness).

Salah satu penyebab rendahnya daya saing dan tingginya biaya logistik

disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah kualitas infrastruktur.

Berdasarkan data, kualitas infrastruktur Indonesia masih relatif rendah yaitu

berada pada peringkat 56 dengan nilai 2.92, masih kalah jauh jika dibandingkan

dengan Singapura (2) dengan nilai 4.28, Malaysia (26) dengan nilai 3.56,

Thailand (30) dengan nilai 3.4, dan Vietnam (44) dengan nilai 3.11. Untuk itu,

peningkatan kualitas infrastruktur menjadi faktor penting dalam kinerja

peningkatan daya saing logistik secara nasional. Berikut data infrastruktur

Indonesia tahun 2014 (Tabel 35).

Page 122: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

104

Tabel 35. Jumlah Infrastruktur di Indonesia Tahun 2014 NO Parameter Unit Kondisi 2014 1 Rasio Elektrifikasi Listrik % 81.5 2 Pengambangan Jalan Nasional KM 38570 3 Panjang Jalur Kereta Api KM 5434 4 Pengembangan Pelabuhan Unit 278 5 Jumlah Bandara Unit 237 6 Jumlah Dermaga Penyebrangan Unit 210

Sumber: beritadaerah, 2015

5.5.2 Kondisi Permintaan

Permintaan terhadap ubi kayu akan terus meningkat seiring dengan

peningkatan terhadap jumlah penduduk serta pertumbuhan dan perkembangan

industri pengolahan yang berbahan dasar ubi kayu. Selain itu, seiring dengan

kebutuhan akan energi yang semakin langka, permintaan akan komoditas ubi kayu

juga semakin meningkat dikarenakan ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan

dasar untuk energi alternatif yaitu bioethanol. Karena itu, komoditas ubi kayu

memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan.

Kondisi Permintaan dibagi menjadi dua, yaitu kondisi permintaan domestik

dan juga kondisi permintaan internasional. Berikut data permintaan ubi kayu di

Indonesia tahun 2010-2015 (Tabel 36).

Page 123: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

105

Tabel 36. Permintaan Ubi kayu 2010-2015

Tahun Ketersediaan

Nasional (Ton)

Pakan (Ton)

Diolah untuk industri

Tercecer (Ton)

Total Penggunaan /konsumsi

2010 10,699,953 461,167 12,231,000 491,143 23,883,263 2011 16,302,913 480,892 6,447,000 512,150 23,742,955 2012 11,279,742 483,552 11,898,000 514,983 24,176,276 2013 11,448,121 478,738 11,392,000 509,856 23,828,716

2014* 11,375,154 528,435 11,734,000 562,784 24,200,373 2015* 11,618,398 552,767 12,076,000 588,697 24,835,862

Sumber: Outlook Ubi kayu (2014:45) Keterangan: *) Prediksi Pusdatin

Permintaan ubi kayu di Indonesia dihitung berdasarkan ketersediaan perkapita

untuk konsumsi dikalikan jumlah penduduk, ditambah penggunaan untuk pakan dan

diolah menjadi bahan industri, dan juga yang tercecer atau yang hilang saat panen

maupun paskapanen. Menurut data di atas (Tabel 36), permintaan ubi kayu Indonesia

dari tahun 2010 hingga 2013 berfluktuatif mulai dari 23juta ton hingga 24 juta ton.

Permintaan tertinggi untuk ubi kayu terjadi pada tahun 2012 dimana terjadi

perningkatan yang signifikan terhadap permintaan untuk industri namun terjadi

penurunan terhadap konsumsi dari tahun sebelumnya. Pusdatin memprediksi untuk

tahun 2014 dan 2015 terjadi peningkatan terhadap permintaan komoditas ubi kayu

yang disebabkan oleh peningkatan terhadap permintaan untuk industri dan pakan,

sedangkan perkiraan permintaan ubi kayu untuk konsumsi di tahun 2014 terjadi

penurunan.

Penggunaan ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah dalam

bentuk ubi kayu segar dan produk olahannya seperti tepung dan chips (gaplek). Umbi

dan daun ubi kayu dapat dikonsumsi oleh manusia, yaitu sebagai sumber penting

karbohidrat, protein dan mineral. Saat ini sudah mulai banyak inovasi makanan yang

Page 124: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

106

berbahan dasar ubi kayu. Dengan semakin banyaknya inovasi tersebut, maka

memungkinkan terjadinya peningkatan terhadap permintaan ubi kayu di pasar dalam

negeri maupun Internasional. Selain itu, pemanfaatan ubi kayu di sektor non pangan

dan pakan di pasar global juga mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut

banyak terjadi di pasar cassava starch atau pati ubi kayu. Cassava starch digunakan

sebagai bahan baku berbagai jenis produk pangan dan barang-barang industri,

terutama untuk industri kertas dan bahan-bahan kimia. Semakin tingginya permintaan

terhadap ubi kayu, membuat harga komoditas tersebut semakin membaik. Hal

tersebut ditunjukkan oleh data harga komoditas ubi kayu yang semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Berikut data harga produsen maupun konsumen komoditas ubi

kayu di Indonesia.

Tabel 37. Perkembangan Harga Ubi kayu Indonesia Tahun 2004-2013 Tahun Harga Produsen Harga Konsumen 2004 672 1429 2005 807 1164 2006 974 1361 2007 1148 2223 2008 1481 3019 2009 1800 3356 2010 1928 3917 2011 3011 4503 2012 2310 3391 2013 2525 4601

Sumber: Outlook Ubi kayu, 2014

Secara umum perdagangan ubi kayu dunia adalah dalam bentuk pellet dan

chip untuk kebutuhan pakan (70 persen) dan sisanya dalam bentuk pati dan tepung

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan industri pengolahan pangan.

Page 125: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

107

Ubi kayu yang diperdagangkan dalam bentuk segar persentasenya sangat kecil, hal

tersebut dikarenakan sifat-sifat produk agribisnis yang masih belum diolah memiliki

sifat bulky (bervolume besar) dan perishable (mudah rusak). Untuk mengetahui

permintaan ubi kayu dunia sebagai tujuan ekspor hasil olahan komoditas ubi kayu

Indonesia, dapat dilihat melalui data impor dunia untuk komoditas gaplek, pati ubi

kayu, dan juga tepung tapioka. Berikut data impor dunia untuk komoditas gaplek, pati

ubi kayu, dan juga tepung tapioka tahun 2012.

Tabel 38. Persentase Pemenuhan Gaplek Dunia

Tahun Ekspor Indonesia

(Ton) Impor Dunia

(Ton) Persentase

2009 168062 7188762 2.337843428 2010 145217 6380181 2.276063955 2011 105331 5855171 1.798939775 2012 40550 8747610 0.463555188 2013 127025 8687074 1.462229975

Rata-rata 117237 7371759.6 1.667726464 Sumber: FAOSTAT, 2015 (Diolah)

Tabel 39. Persentase Pemenuhan Pati Ubi kayu Dunia

Tahun Ekspor Indonesia

(Ton) Impor Dunia

(Ton) Persentase

2009 13197 2094172 0.630177464 2010 23814 1953517 1.219032135 2011 90008 2357934 3.817240008 2012 7340 2891088 0.253883659 2013 58654 2705388 2.168043918

Rata-rata 38602.6 2400419.8 1.617675437 Sumber: FAOSTAT, 2015 (Diolah)

Page 126: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

108

Tabel 40. Persentase Pemenuhan Tepung Tapioka Dunia

Tahun Ekspor Indonesia

(Ton) Impor Dunia

(Ton) Persentase

2009 3906 56246 6.944493831 2010 4885 61889 7.893163567 2011 9393 66517 14.1212021 2012 7835 96429 8.125149073 2013 7431 87388 8.503455852

Rata-rata 6690 73693.8 9.117492884 Sumber: FAOSTAT, 2015 (Diolah)

Selama periode 2009 sampai dengan 2013 terlihat ekspor komoditas olahan

ubi kayu Indonesia masih sangat kecil proporsinya dibandingkan dengan permintaan

impor dunia. Berdasarkan data di atas (Tabel 38-40), Permintaan akan komoditas

olahan ubi kayu dunia baik gaplek dan pati ubi kayu mengalami fluktuasi yang

cenderung naik, sedangkan untuk komoditas tepung tapioka mengalami kenaikan

setiap tahunnya. Masih kecilnya kontribusi ekspor Indonesia terhadap impor dunia

ditambah permintaan yang semakin bertambah tinggi setiap tahunnya tersebut tidak

menutup kemungkinan untuk Indonesia memperbesar ekspornya. Tren permintaan

terhadap komoditas olahan ubi kayu dunia yang relatif besar akan menjadi pasar yang

potensial bagi Indonesia dalam memasarkan produk olahan ubi kayu dalam rangka

meningkatkan daya saing dan memajukan agribisnis ubi kayu Indonesia.

5.5.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan mendukung daya saing komoditas ubi kayu di

pasar internasional yang bersifat kompetitif merupakan faktor yang menentukan

keunggulan ubi kayu nasional. Industri yang terkait dan industri pendukung produksi

ubi kayu antara lain pengadaan bibit unggul dan sarana prasarana produksi serta

industri pengolahan. Dalam kenyataanya peran industri tersebut dalam mendukung

Page 127: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

109

pengusahaan ubi kayu di Indonesia masih kurang terutama dalam sektor industri

pengolahan.

1. Pembenihan Ubi kayu

Benih penjenis yang diproduksi Balitkabi secara formal hanya disalurkan ke

Direktorat Perbenihan, yang selanjutnya didistribusikan ke BBI (Balai Benih Induk)

di seluruh Indonesia. Bibit ubi kayu dapat diperoleh malalui produsen bibit ubi kayu

lokal dan juga produsen yang merupakan mitra Binaan Direktorat Tanaman Pangan

yang tersebar di berbagai daerah sentra produksi ubi kayu. Selain itu, dalam rangka

mendukung pembangunan pertanian, Kementerian Pertanian telah meluncurkan

berbagai program yang mendukung upaya diversifikasi pangan dan peningkatan

ketahanan pangan nasional melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL), salah satunya dengan dibentuknya Kebun Bibit Desa (KPD) yang

merupakan kebun tempat produksi dan distribusi benih/bibit milik warga/komunitas

pelaku RPL (Rumah Pangan Lestari), yang pengelolaannya oleh kelembagaan yang

dibentuk oleh warga pelaku RPL. Dengan demikian KBD memiliki peran utama

sebagai produsen benih dan juga berperan sebagai supplier (penyalur) bibit ubi kayu.

Dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya (padi, jagung, kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, dan ubijalar), pembentukan/pelepasan varietas unggul ubi

kayu di Indonesia berjalan lambat, sebab selama ini di samping komoditas ubi kayu

belum memperoleh prioritas, juga karena umur panennya panjang (8–10 bulan).

Tidak banyak swasta yang mau menanamkan investasi di pengusahaan

perbenihan/perbibitan karena memerlukan investasi yang cukup besar sehingga perlu

ada upaya yang serius untuk membangkitkan kelembagaan perbenihan nasional mulai

Page 128: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

110

dari pusat sampai daerah, termasuk peningkatan kapasitas kemampuan penangkar

benih lokal (MAP Ubi kayu, 2012:23).

2. Pengolahan Ubi kayu

Menurut BPS (2008) dalam Haryono dkk (2014:406) terdapat 62 jenis industri

skala sedang dan besar yang menggunakan ubi kayu dan produk olahan antara seperti

tepung tapioka, gaplek dan ampas tapioka. Pemanfaatan ubi kayu untuk industri skala

sedang antara lain untuk industri pengolahan makanan, pati, pakan, roti, gula dan

sirup, minuman, mi, makaroni, kertas, farmasi, dan kayu. Pengolahan ubi kayu

sebagai bahan industri besar antara lain untuk bahan baku (a) dekstrin untuk tekstil,

kertas perekat plywood, dan industri kimia/farmasi, (b) citric acid untuk makanan dan

minuman, (c) monosodium glutamate, (d) sorbitol, (e) campuran pakan, dan (f)

ethanol. Tepung tapioka dan produk turunan yang disebut polyol, merupakan bahan

baku pasta gigi, produk kosmetik, dan vitamin C. Macam-macam industri pangan dan

pakan berskala besar dan sedang yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku

dapat dilihat pada tabel berikut. (Tabel 41)

Page 129: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

111

Tabel 41. Industri Berbasis Ubi kayu Skala Besar dan Sedang

No Jenis Industri kode Jumlah Industri

2010 2011 2012 2013

1 Ind. pengolahan dan pengawetan daging 10130 45 45 49 47

2 Ind. pengalengan ikan dan biota perairan lainnya 10221 56 52 65 83

3 Ind. pengolahan lainnya untuk ikan dan biota perairan 10299 55 62 105 118

4 Ind. pelumatan buah-buahan dan sayuran 10312 55 34 37 49

5 Ind. pengalengan buah-buahan dan sayuran 10320 9 9 8 8

6 Ind. tepung terigu 10617 10 11 10 13 7 Ind. es krim 10531 17 14 17 15

8 Ind. pengupasan dan pembersihan umbi-umbian 10616 6 13 12 12

9 Ind. tepung dari padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah

10618 17 17 23 22

10 Ind. pati ubi kayu (tapioka) 10621 143 154 161 167 11 Ind. berbagai macam pati palma 10622 22 20 16 17 12 Ind. roti, kue kering dan sejenisnya 10710 621 633 639 617 13 Ind. bubuk coklat 10731 7 8 12 13

14 Ind. makanan dari coklat dan kembang gula 10732 64 64 68 66

15 Ind. gula lainnya 10739 7 8 9 8

16 Ind. makaroni, mie, spagheti, bihun, soun dan sejenisnya 10740 295 292 296 269

17 Ind. Makanan dan masakan olahan 10750 84 75 63 52 18 Ind. pengolahan teh 10761 200 205 213 203 19 Ind. Kecap 10771 79 95 96 94

20 Ind. keripik/peyek dari kacang kedele/kacang-kacangan lain 10793 65 71 79 74

21 Ind. berbagai macam kerupuk 10794 884 941 940 863

22 Ind. Bumbu masak dan penyedap masakan 10772 48 61 65 56

23 Ind. Produk makanan lainnya 10799 52 56 62 70 24 Ind. Ransum makanan hewan 10801 58 69 62 71 25 Ind. Konsentrat makanan hewan 10802 33 31 34 33

Sumber: BPS (diolah)

Page 130: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

112

Industri tersebut merupakan industri pangan olahan yang menggunakan ubi

kayu segar maupun produk-produk antara berbasis ubi kayu seperti pati dan tepung

tapioka, tidak termasuk produk turunan lanjut dari ubi kayu seperti glukosa, fruktosa,

maltodekstrin, dan sebagainya. Pati ubi kayu merupakan produk olahan ubi kayu

yang sangat dibutuhkan bagi industri-industri di Indonesia karena memiliki banyak

fungsi salah satunya sebagai bahan tambahan pangan (Food Additives and

Ingredients).

Bahan tambahan pangan (Food Additives and Ingredients) pati ubi kayu

merupakan salah satu produk bahan baku penolong yang banyak bersumber dari

impor, padahal sumber bahan baku komoditas tersebut banyak tersedia di dalam

negeri. Akan tetapi produsen dalam negeri tetap mengutamakan sumber bahan baku

yang berasal dari luar negeri. Pertimbangan untuk mengimpor bahan baku penolong

adalah harga yang lebih murah, spesifikasi yang tidak sesuai, dan tidak adanya

jaminan kontinuitas pasokan bahan baku dari produsen dalam negeri. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Hafsah (2003:144) yang mengatakan bahwa produk-produk

olahan ubi kayu belum sepenuhnya didukung oleh standar mutu. Produk-produk

olahan seperti gaplek, tapioka, pati ubi kayu, dan ampas tapioka yang telah diekspor

mutunya masih kurang baik, disamping kesinambungan suplai yang masih kurang

mendapat perhatian. Hal ini merupakan salah satu penyebab mengapa daya saing

produk tersebut lemah dan harga kurang kompetitif dibandingkan Thailand dan kuota

gaplek ke Negara-negara MEE sulit dipenuhi.

Impor terbesar Indonesia untuk komoditas pati ubi kayu terjadi pada tahun

2012 dan juga menjadikan Indonesia sebagai importir terbesar di dunia untuk

Page 131: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

113

komoditis pati ubi kayu. Industri berbasis pati dan karbohidrat belum berkembang

dengan baik di Indonesia karena pasokan bahan baku sektor pertanian belum mampu

memenuhi kebutuhan industri. Sebagian besar produk pati/karbohidrat di produksi

oleh petani pedesaan yang tingkat kepemilikan tanahnya relatif kecil serta terpencar-

pencar sehingga menyulitkan untuk mengumpulkan hasilnya, yang berakibat

pengiriman untuk kebutuhan industri seringkali mengalami keterlambatan. Selain itu,

Industri hilir yang bahan bakunya membutuhkan pati hanya akan membeli pati dari

para petani bukan dalam bentuk bahan mentah (singkong). Dalam kaitan ini petani

tidak memiliki permodalan dan teknologi pengolahan sehingga tidak dapat memenuhi

permintaan sektor industri hilir berbasis pati.

Dengan jumlah populasi sebesar 240 juta jiwa dan peningkatan pendapatan

perkapita, GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Insonesia)

memprediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman akan terus tumbuh.

Membanjirnya produk impor pati ubi kayu dengan harga relatif murah membuat

industri dalam negeri sulit bersaing. Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain

aspek paska panen dan pengolahan yang masih menggunakan teknologi pengolahan

produk masih tradisional dan belum adanya standarisasi bahan baku, lemahnya aspek

kelembagaan dan jaringan pemasaran produk pati/karbohidrat, kurangnya minat

investor di bidang industri hilir ubi kayu, karena tidak ada jaminan bahan baku, serta

belum adanya insentif dan infrastruktur yang kurang memadai di sentra bahan baku

menuju ke sentra industri atau pemasaran. Perlunya dukungan kebijakan untuk

merangsang investor masuk ke industri ini. (Kemendag, 2013)

Berdasarkan data (Tabel 41), jumlah industri pati ubi kayu atau tapioka pada

Page 132: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

114

tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Bertambahnya industri pati ubi kayu, diharapkan dapat meningkatkan daya saing

komoditas pati ubi kayu Indonesia yang selama ini banyak diimpor guna memenuhi

kebutuhan industri dalam negeri. Selain itu, merupakan peluang untuk petani dalam

memasarkan komoditi ubi kayu yang ditanamnya.

3. Pemasaran

Ubi kayu dipasarkan untuk kebutuhan pangan, kebutuhan industri, dan juga

pakan ternak. Pemasaran komoditas ubi kayu sering terkendala dikarenakan lokasi

budidadaya yang jauh dari lokasi pengolahan dan kondisi infrastruktur yang kurang

memadai, hal ini membuat hasil panen menjadi rusak dikarenakan sifat ubi kayu yang

mudah rusak. Selain itu, lokasi yang jauh dari industri pengolahan, membuat

perusahaan enggan membeli ubi kayu tersebut dikarenakan perusahaan harus

mengeluarkan biaya lebih untuk transportasi dan distribusi yang berdampak terhadap

biaya produksi.

Dalam memasarkan komoditi ubi kayu, banyak melibatkan pelaku yaitu mulai

dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, beberapa industri pengolah dan

pedagang pengecer/distributor, lalu ke pasar atau konsumen akhir. Secara umum,

rantai pasokan umbi kayu adalah sebagai berikut :

a) Petani ubi kayu pada umumnya langsung menjual barangnya kepada para

pengumpul. Disamping itu, terdapat petani yang membentuk kelompok-kelompok

tani. Hasil produksi kelompok tani dijual ke pabrik tepung ubi kayu/singkong.

b) Pedagang pengumpul menjual ke rantai berikutnya yakni pedagang besar. Selain

itu juga menjual ke industri pengolahan seperti industri tapioka, industri gaplek

Page 133: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

115

dan industri makanan yang berbasis ubi kayu atau langsung ke pasar-pasar

tradisional.

c) Pedagang besar, berperan membeli ubi kayu dari pedagang pengumpul (biasanya

skala kecil) untuk dijual ke pasar tradisional atau ke industri pengolahan.

d) Dari Industri pengolahan ubi kayu kemudian dipasarkan ke industri pengolahan

yang membutuhkan hasil olahan ubi kayu sebagai bahan baku seperti pabrik roti,

pabrik macaroni, pabrik mie, pabrik krupuk, dan lain-lain. Pemasaran biasanya

dilakukan oleh lembaga pemasar atau distributor dan juga pedagang pengecer

e) Jangkauan pasar hasil industri pengolahan ubi kayu tidak saja di daerah lokal,

bahkan antar daerah atau sampai luar provinsi dan luar negeri yang biasanya

pemasaaran dilakukan melalui distributor.

Salah satu kendala pemasaran produk olahan ubi kayu terletak pada minimnya

informasi mengenai harga dan jumlah permintaan pasar yang dapat diperoleh

pengusaha. Selain tidak memiliki informasi pasar yang sempurna, belum adanya

regulasi mengenai perdagangan seperti standar produk dan pemasaran juga menjadi

kendala usaha ini (Kemendag,2013). Disamping itu, mutu bahan baku juga

menentukan kualitas hasil produk olahan. Kualitas bahan baku sering tidak selalu

baik, karena masih banyak petani yang menerapkan pola panen singkong yang tidak

optimal, di mana petani sering kali memanen singkong lebih dini dari usia panen

yang seharusnya. Menurunnya kualitas produk olahan tersebut menyebabkan

rendahnya harga jual dan tepung tidak bertahan lama. Untuk mengatasi kendala

tersebut diperlukan kemitraan antara petani dan pengusaha agar ketersediaan dan

kualitas bahan baku tetap terjaga. Dalam hal pemasaran produk diperlukan regulasi

Page 134: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

116

dan pembinaan akses pasar bagi pengusaha industri ubi kayu.

5.5.4 Persaingan, struktur, dan strategi

Berdasarkan data (Tabel 11), selama tahun 2004 hingga tahun 2013, jumlah

eksportir untuk komoditas gaplek, pati ubi kayu dan tapioka fluktuatif cenderung

meningkat dengan munculnya pesaing-pesaing baru. Jumlah eksportir gaplek

terendah berjumlah 59 pada tahun 2009 dan terjadi peningkatan dengan jumlah

tertinggi pada tahun 2011 yaitu 72 negara. Hingga tahun 2013, jumlah eksportir

komoditas gaplek berjumlah 71 negara. Untuk komoditas pati ubi kayu, jumlah

terendah ada pada tahun 2009 dengan jumlah 59 negara dan terus meningkat hingga

tahun 2013 mencapai 65 negara. Sedangkan untuk komoditas tapioka, jumlah

eksportir terendah ada pada 2009 berjumlah 59, paling tinggi terjadi pada tahun 2013

dimana jumlah eksportir mencapai 77 negara.

Pasar Ubi kayu berada pada konsentrasi pasar yang tinggi dengan struktur

pasar monopoli yang sedikit oligopoli, hal tersebut menunjukkan bahwa industri

tersebut terkonsentrasi oleh beberapa negara yang secara signifikan menguasai pasar,

dimana perbedaan pangsa pasar antara penguasa pasar dengan pengikut pasar relatif

besar. Eksportir utama untuk komoditi gaplek adalah Thailand, Vietnam, Kosta Rika

dan Indonesia. Sedangkan Eksportir utama untuk komoditi pati ubi kayu adalah

Thailand, Vietnam, Hongkong, dan Indonesia. Walaupun Indonesia merupakan

pengekspor utama pati ubi kayu, namun Indonesia juga merupakan Negara

pengimpor pati ubi kayu dengan jumlah banyak dan merupakan salah satu Negara

Importir terbesar di dunia setelah Cina dan Jepang. Dan eksportir utama untuk

komoditi tapioka adalah Thailand, Cina, Peru dan Ghana. Pangsa pasar Ekspor

Page 135: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

117

tapioka Indonesia masih berada di bawah Vietnam namun berada diatas Malaysia.

Cassava starch (Pati Ubi kayu) dan tapioka merupakan komoditas

perdagangan yang memiliki kemampuan diversifikasi produk yang luas. Menurut

data FAO, diketahui bahwa lebih banyak importir pati ubi kayu dibandingkan dengan

eksportirnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan pati sebagai bahan baku

industri sangat tinggi. Kegiatan impor terbesar untuk komoditas pati ubi kayu dunia

dilakukan oleh Cina, Jepang, Indonesia, Malaysia, dan juga Filipina (Faostat, 2015).

Saat ini ubi kayu lokal menghadapi persaingan dengan ubi kayu impor.

Kualitas ubi kayu impor dinilai lebih baik dari ubi kayu lokal khususnya bagi industri

pengolahan makanan dan kertas. Meskipun telah tersedia benih-benih unggul yang

dapat menghasilkan ubi kayu lokal dengan kualitas baik namun pada kenyataannya

banyak petani ubi kayu yang belum menggunakan benih unggul tersebut. Berbagai

faktor seperti ketersediaan benih unggul bermutu yang sulit didapat membuat petani

tidak menggunakan benih unggul bermutu sehingga para petani ubi kayu lokal

banyak yang menggunakan benih asalan. Selain bersaing dengan ubi kayu impor,

persaingan lahan juga harus dihadapi ubi kayu lokal dengan tanaman pangan lainnya

seperti padi dan jagung. Untuk itu, perlu adanya insentif dari pemerintah untuk

meningkatkan minat petani dalam membudidayakan ubi kayu.

Dalam mengembangkan industri berbasis ubi kayu di Indonesia, perlu adanya

strategi yang baik. Strategi yang ditempuh Kementerian Pertanian selama periode

2010-2014 adalah melakukan revitalisasi pertanian dengan fokus pada tujuh aspek

dasar yang disebut dengan Tujuh Gema Revitalisasi, yang terdiri dari: (1) lahan, (2)

perbenihan dan perbibitan, (3) infrastruktur dan sarana, (4) sumber daya manusia, (5)

Page 136: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

118

pembiayaan petani, (6) kelembagaan petani, serta (7) teknologi dan industri hilir.

(Kementerian Pertanian, 2014)

5.5.5 Peranan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk mendorong

agroindustri berbasis pangan lokal ubi kayu sangat diperlukan. Pembangunan

infrastruktur yang memadai, seperti jalan raya, jaringan telekomunikasi dan listrik,

akan memperlancar kegiatan pengolahan dan distribusi. Pemberian kredit dengan

bunga lebih murah untuk modal kerja dan pembelian alat bagi agroindustri skala kecil

dan menengah dapat meringankan beban biaya produksi. Kementerian Pertanian telah

menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, meliputi (Kementan, 2014):

1. Melaksanakan kegiatan antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk,

alsintan, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah

Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan pola sekolah lapang lainnya

2. Melakukan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Lembaga

Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD)

dan Penggerak Membangun Desa (PMD), pengembangan desa mandiri pangan,

penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat, dan rekrutmen tenaga

pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di

perdesaan

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan

pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, dan

jalan usahatani

4. Jaminan penguasaan lahan produktif

Page 137: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

119

5. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani

6. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional

7. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan

pendampingan

8. Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga rendah

9. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang

intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif

10. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau

horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi

masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional

11. Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi

kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan mensubstitusi BBM

12. Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung pangan

masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi harga di sentra

produksi

13. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit secara

terpadu

14. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional

15. Penguatan sistem perkarantinaan pertanian

16. Penelitian dan pengembangan berbasis sumber daya spesifik lokasi (kearifan

lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang

berorientasi kebutuhan petani

17. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani

Page 138: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

120

untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka

lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan

ekonomi desa-kota

18. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani

seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan

Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk

bersubsidi

19. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat

generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis

20. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel

dan good governance

Sejak tahun 2013 Kementerian Pertanian telah mengambil kebijakan

pembangunan pertanian dengan fokus komoditas dan lokasi dengan pendekatan

kawasan pertanian. Pendekatan kawasan ini disebut dengan cluster. Pendekatan

cluster dibangun dengan mengembangkan kawasan yang sudah ada dan juga dengan

mengembangkan kawasan baru. Pengembangan cluster ini difokuskan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dengan mengembangkan 40 komoditas

strategis dan unggulan nasional, meliputi 30 komoditas pangan dan sepuluh

komoditas non pangan secara terpadu dan multi-years. Jenis komoditas yang akan

dikembangkan salah satunya adalah tanaman ubi kayu

5.5.6 Peranan Kesempatan

Berdasarkan laporan kegiatan studi pasar ubi kayu global (Global Cassava

Market Study) oleh FAO dan IFAD (2004), diketahui bahwa pasar ekspor ubi kayu

Page 139: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

121

telah memasuki masa pertumbuhan yang mengagumkan, dimana pertumbuhan

tersebut dapat terjadi atas dukungan penuh internasional dengan sedikit intervensi

nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa saat ini merupakan kesempatan

yang tepat bagi Indonesia untuk memasuki pasar ubi kayu ke berbagai negara sasaran

ekspor. Dalam mengembangkan industri berbasis ubi kayu, perlu adanya sinergi dan

tindakan yang saling mendukung antara instansi pemerintah terkait dan asosiasi

pelaku usaha. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin terbukanya pasar

perdagangan ubi kayu dunia, maka tingkat kompetisi pasar yang harus dihadapi

Indonesia juga menjadi semakin tinggi.

Untuk pasar ekspor, beberapa negara maju di Eropa, Amerika, dan Australia

banyak memanfaatkan ubi kayu sebagai sumber bahan baku industri pakan,

sedangkan dibeberapa negara Asia seperti Cina, Jepang, Malaysia, Korea, Philipina,

dan Singapura ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan,

pakan dan energi. Semakin tingginya permintaan terhadap ubi kayu tersebut baik

lokal maupun global, merupakan peluang bagi pelaku industri ubi kayu di seluruh

dunia dalam memasarkan produknya. Peluang tersebut seiring dengan kecenderungan

meningkatnya potensi kuantitas ekspor ubi kayu Indonesia. Besarnya potensi ekspor

tersebut dapat dilihat dari selisih antara kuantitas produksi terhadap pemenuhan

kebutuhan domestik. Berikut data proyeksi surplus/defisit Ubi Kayu Indonesia Tahun

2010-2016

Page 140: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

122

Tabel 42 Neraca Ubi kayu Tahun 2010-2016

Tahun Produksi (Ton) Penggunaan/Konsumsi

(Ton) Surplus/defisit

2010 23058344 23883263 -824919 2011 24044590 23742955 301635 2012 24177583 24176276 1307 2013 23936921 23828716 108205 2014 26421770 24200373 2221397 2015 27638363 24835863 2802500 2016 28466957 25204336 3262621

Sumber: Outlook Ubi kayu (2014:46)

Berdasarkan data diatas (Tabel 42), selisih hasil perhitungan antara

penggunaan dan konsumsi ubi kayu dengan ketersediaan ubi kayu di Indonesia

mencapai surplus kecuali pada tahun 2010. Nilai surplus tersebut diprediksikan oleh

Pusdatin semakin meningkat pada tahun 2016 mencapai 3262621 ton. Tingginya nilai

surplus, merupakan peluang bagi Indonesia dalam meningkatkan ekspor ubi kayu

dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

5.6 Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System�

Dari hasil analisis komponen Porter’s Diamond System pada agribisnis ubi

kayu dapat diketahui keterkaitan antar komponen utama maupun keterkaitan antar

komponen utama dengan komponen penunjang. Keterkaitan antar komponen utama

daya saing ubi kayu Indonesia dapat dilihat tabel berikut (Tabel 43)

Page 141: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

123

Tabel 43. Keterkaitan Antar Komponen Inti Diamond Porter

Komponen A

Komponen B

Keterkaitan antar

komponen Keterangan

1

Persaingan Struktur dan Strategi

Kondisi faktor Sumber daya

Saling Mendukung

1. Adanya Strategi pemerintah berupa Tujuh Gema Revitalisasi sebagai upaya untuk mengembangkan agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia

2. Hasil-hasil penelitian yang merupakan sumber daya IPTEK mendukung strategi yang dilakukan untuk pengembangan agribisnis ubi kayu Indonesia

2

Kondisi faktor Sumber daya

Industri terkait dan industri pendukung

Tidak Saling Mendukung

1. Kondisi faktor sumber daya yang belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri

2. Banyak industri terkait dan industri pendukung menggunakan pati ubi kayu dan tapioka impor

3

Kondisi Permintaan

Industri terkait dan industri pendukung

Saling Mendukung

1. Tingginya permintaan ubi kayu dalam bentuk olahan membuat berkembangnya industri pengolahan ubi kayu di dalam negeri

2. Semakin berkembangnya industri dalam negeri, membuat permintaan akan komoditas ubi kayu olahan Indonesia semakin tinggi

4

Industri terkait dan industri pendukung

Persaingan, struktur dan strategi

Tidak saling mendukung

1. Industri terkait dan industri pendukung mengimpor bahan baku dari negara lain sehingga ubi kayu lokal tersaingi

2. Struktur pasar yang bersifat monopoli dan berkonsentrasi tinggi serta adanya non tariff barrier membuat komoditi ubi kayu Indonesia yang memiliki kualitas rendah sulit bersaing di pasar ekspor

5

Kondisi permintaan

Persaingan, struktur dan strategi

Tidak Saling mendukung

1. Tingginya permintaan untuk industri membuat bahan baku olahan ubi kayu impor semakin deras masuk

2. Strategi yang diterapkan belum mampu mengatasi permintaan terhadap bahan baku olahan ubi kayu dalam negeri

6

Kondisi faktor sumber daya

Kondisi permintaan

Saling mendukung

1. Faktor sumber daya yang dimiliki Indonesia membuat Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar dunia untuk komoditas ubi kayu

2. Kondisi permintaan sudah dapat dipenuhi oleh produksi ubi kayu dalam negeri yang ditandai oleh neraca ubi kayu yang mengalami surplus

Page 142: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

124

Penjelasan mengenai keterkaitan antar komponen utama pada Porter’s

Diamond System sebagai berikut:

1. Persaingan, Struktur dan Strategi dengan Kondisi Faktor Sumber Daya

Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada komponen persaingan,

struktur, strategi dengan komponen faktor sumber daya. Hal ini terlihat pada

adanya strategi “Tujuh Gema Revitalisasi” yang berfokus pada tujuh aspek dasar

yaitu, lahan, perbenihan dan perbibitan, infrastruktur dan sarana, sumber daya

manusia, pembiayaan petani, kelembagaan petani, serta teknologi dan industri

hilir, dimana strategi tersebut mendukung perkembangan sumber daya agribisnis

ubi kayu lokal di Indonesia. Sedangkan untuk faktor sumber daya seperti sumber

daya IPTEK menghasilkan berbagai hasil penelitian yang mampu mendukung

pihak-pihak terkait untuk mengetahui kondisi persaingan serta menentukan

strategi guna memajukan daya saing agribisnis ubi kayu. Berbagai penelitian

tersebut dihasilkan oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi atau sumber

daya IPTEK lainnya. Penelitian yang ada dapat berupa jurnal ilmiah, buletin

buku, seminar, simposium dan lain-lain dan digunakan untuk membantu

pengembangan ubi kayu lokal di Indonesia.

2. Kondisi Faktor Sumber Daya dengan Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keterkaitan yang tidak saling mendukung terdapat pada komponen

kondisi faktor sumber daya dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal

ini dikarenakan sumber daya yang ada belum mampu memasok bahan baku

industri yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri terkait dan industri

Page 143: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

125

pendukung. Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung sendiri tidak

mendukung faktor sumber daya karena sebagian besar industri terkait dan industri

pendukung melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.

3. Kondisi Permintaan dengan Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada kondisi permintaan

domestik dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini dikarenakan

tingginya permintaan ubi kayu dalam bentuk olahan seperti pati ubi kayu dan

tapioka membuat berkembangnya industri pengolahan ubi kayu di dalam negeri.

Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung sendiri mendukung

kondisi permintaan ubi kayu domestik. Hal ini dikarenakan dengan semakin

meningkatnya industri berbasis ubi kayu seperti industri pengolahan makanan,

tekstil, kertas dan lain-lain akan meningkatkatkan permintaan ubi kayu domestik.

4. Industri Terkait dan Industri Pendukung dengan Persaingan, Struktur dan Strategi

Keterkaitan yang saling tidak mendukung lainnya juga terjadi pada

komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur

dan strategi. Hal ini terjadi karena industri terkait dan industri pendukung

mengimpor ubi kayu dari luar sehingga ubi kayu lokal tersaingi dengan adanya

ubi kayu impor. Selain itu struktur pasar ubi kayu dunia yang cenderung bersifat

monopoli dan terkonsentrasi serta adanya non tariff barrier di berbagai Negara

maju seperti pasar eropa membuat industri ubi kayu dalam negeri yang

berkualitas rendah mengalami kesulitan dalam bersaing di pasar ekspor.

Page 144: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

126

5. Kondisi Permintaan dengan Persaingan, Struktur dan Strategi

Kondisi permintaan dengan persaingan, struktur dan strategi memiliki

keterkaitan yang Tidak saling mendukung. Tingginya permintaan ubi kayu untuk

bahan baku industri dalam negeri membuat ubi kayu impor semakin deras masuk.

Selain itu, strategi yang ada belum mendukung kondisi permintaan domestik.

Strategi yang ada belum mampu mengatasi permintaan terhadap bahan baku

olahan ubi kayu dalam negeri dan meminimalisir impor ubi kayu terutama dalam

bentuk pati ubi kayu dan tapioka.

6. Kondisi Faktor Sumber Daya dengan Kondisi Faktor Permintaan

Kondisi faktor sumber daya dengan kondisi faktor permintaan memiliki

keterkaitan yang saling mendukung. Hal ini terlihat pada kondisi faktor sumber

daya yang dimiliki Indonesia sehingga membuat Indonesia menjadi produsen

terbesar nomor empat dunia untuk komoditas ubi kayu. Selain itu, Kondisi

permintaan sudah dapat dipenuhi oleh produksi ubi kayu dalam negeri yang

ditandai oleh neraca ubi kayu yang mengalami surplus sehingga mendukung

Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor untuk memenuhi permintaan ubi kayu

dunia.

5.7 Keterkaitan Komponen Pendukung Sistem Berlian Porter

Keterkaitan antar komponen penunjang dengan komponen utama daya saing

ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut (Tabel 44)

Page 145: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

127

Tabel 44. Ketertaitan Antar Komponen Penunjang Dengan Komponen Inti Diamond Porter

Komponen Penunjang Komponen Utama

Keterkaitan antar

Komponen Keterangan

1 Peranan Pemerintah

1. Kondisi faktor Sumber daya

2. Kondisi Permintaan

3. Industri terkait dan industri pendukung

4. Persaingan, struktur dan strategi

Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung

21. Pemerintah memberikan bantuan bagi kegiatan usahatani serta adanya penelitian dan pengembangan berbasis sumber daya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan tek-nologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani

22. Peningkatan kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta pernguatan lembaga distribusi

23. Penguatan kelembagaan perbenihan serta adanya program pengem- bangan Industri Hilir ubi kayu yang berdaya saing dan Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal

24. Dukungan terhadap kegiatan promosi berupa sosialisasi dan publikasi.

2 Peranan Kesempatan

1. Kondisi faktor Sumber daya

2. Kondisi Permintaan

3. Industri terkait dan industri pendukung

4. Persaingan, struktur dan strategi

Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung

1. Kondisi geografis dan iklim Indonesia yang mendukung Indonesia sebagai negara produsen dan juga eksportir ubi kayu terbesar di dunia

2. Peningkatan jumlah penduduk serta permintaan ubi kayu sebagai bahan baku industri dan energi alternatif bioethanol merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri

3. Semakin berkembangnya industri berbasis ubi kayu merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri

4. Dengan terbukanya perdagangan bebas dan bertumbuhnya pasar ekspor ubi kayu yang pesat, merupakan peluang bagi Indonesia untuk memasuki pasar ubi kayu ke berbagai Negara sasaran ekspor

Page 146: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

128

Penjelasan mengenai keterkaitan antar komponen utama pada Porter’s

Diamond System sebagai berikut:

1. Peran Pemerintah Mendukung Semua Komponen Utama

Peran pemerintah sangat mendukung setiap komponen daya saing

agribisnis gandum lokal melalui kebijakan dan program-program yang telah

dilakukan. Bentuk dukungan pemerintah terhadap kondisi faktor sumber daya

yaitu melalui program-program pengembangan agribisnis ubi kayu lokal melalui

pemberian bantuan bagi kegiatan usahatani serta adanya penelitian dan

pengembangan berbasis sumber daya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai

agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan

petani. Selain itu, karena saat ini aksesibilitas petani terhadap benih ubi kayu

unggul masih sulit maka pemerintah pun berperan pula sebagai penyalur benih

unggul bagi petani.

Bentuk dukungan pemerintah terhadap permintaan berupa peningkatan

kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan

infrastruktur serta pernguatan lembaga distribusi sehingga pendistribusian

komoditi ubi kayu dapat berjalan dengan lancar untuk memenuhi kebutuhan akan

komoditas ubi kayu di berbagai daerah. Kondisi permintaan akan produk olahan

ubi kayu yang semakin meningkat untuk kebutuhan industri dan adanya

perminataan terhadap energi alternatif berupa bioethanol mendorong pemerintah

untuk mengembangkan agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia dengan melalui

penguatan kelembagaan perbenihan serta adanya program pengembangan Industri

Page 147: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

129

Hilir ubi kayu yang berdaya saing dan Pengembangan bio-energi berbasis bahan

baku lokal. Dukungan pemerintah juga diberikan pada komponen persaingan,

struktur dan strategi yaitu melalui dukungan terhadap kegiatan promosi dan

publikasi pengembangan agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia berupa buku,

seminar dan lain-lain.

2. Peran Kesempatan Mendukung Seluruh Komponen Utama

Dari hasil analisis komponen Porter’s Diamond dapat diketahui bahwa

komponen peranan kesempatan memiliki keterkaitan yang saling mendukung

dengan seluruh komponen utama. Peran kesempatan mendukung komponen

sumber daya yaitu, kondisi geografis dan iklim Indonesia yang mendukung

Indonesia sebagai negara produsen dan juga eksportir ubi kayu terbesar di dunia.

Lahan yang tersedia untuk pertanian ubi kayu masih luas sehingga apabila

dikelola dengan baik maka tentunya Indonesia akan mampu memasok kebutuhan

ubi kayu dunia yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk serta

permintaan ubi kayu sebagai bahan baku industri dan energi alternatif bioethanol

merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri

Selain itu, peluang pasar bagi komoditas ubi kayu sangat besar baik

dipasar lokal maupun dunia dengan ditandai semakin banyaknya industri

pengolahan yang berbasis ubi kayu sebagai industri terkait dan industri

pendukung. Dengan terbukanya pasar bebas dan bertumbuhnya perdagangan ubi

kayu yang pesat, merupakan peluang bagi Indonesia untuk memasuki pasar ubi

kayu ke berbagai Negara sasaran ekspor.

Berdasarkan analisis keterkaitan antar komponen, maka dapat disimpulkan

Page 148: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

130

bahwa keterkaitan antar komponen-komponen utama sudah cukup berdaya saing,

karena ada tiga dari enam pasang komponen yang saling mendukung. Namun

daya saing agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia tersebut sangat didukung oleh

komponen pendukungnya. Pada komponen peranan pemerintah, kebijakan yang

diberikan pemerintah terhadap agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia telah

mendukung seluruh komponen dalam agribisnis ubi kayu di Indonesia. Begitu

juga dengan komponen kesempatan yang memberikan dukungan terhadap seluruh

komponen dalam agribisnis ubi kayu di Indonesia. Hal tersebut menunjukan

adanya peranan pemerintah dan kesempatan akan mampu meningkatkan posisi

daya saing agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia apabila seluruh stakeholder

mengupayakan diri untuk dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari

kesempatan-kesempatan tersebut.

Page 149: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

131

BAB VI Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang diperoleh dari

pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Struktur pasar komoditas Gaplek dan Pati ubi kayu dunia berada pada struktur

pasar oligopoli yang cenderung bersifat monopoli dan konsentrasi pasar yang

tinggi. Negara Thailand memiliki kekuatan monopoli terbesar dengan pangsa

pasar lebih dari 60%. Sedangkan untuk komoditas Tepung Tapioka berada pada

Struktur pasar oligopoli dan konsentrasi pasar tinggi.

2. Berdasarkan hasil analisis, secara rata-rata Indonesia memiliki keunggulan

komparatif untuk komoditas gaplek, pati ubi kayu, dan tepung tapioka. Namun

walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, dari tahun ke tahun

kecenderungan perkembangannya menunjukkan hasil yang negatif.

3. Berdasarkan Analisis keunggulan kompetitif. Indonesia memiliki daya saing

untuk komoditas Gaplek dan Tepung Tapioka. Sedangkan untuk komoditas pati

ubi kayu berdaya saing rendah. Namun, pada komponen peranan pemerintah,

kebijakan yang diberikan pemerintah telah mendukung seluruh komponen daya

saing ubi kayu Indonesia. Begitu juga komponen kesempatan yang mendukung

pertumbuhan daya saing ubi kayu Indonesia.

Page 150: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

132

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan bagi pengembangan ubi kayu lokal di

Indonesia diantaranya:

1. Untuk meningkatkan daya saing ubi kayu Indonesia di pasar dunia, perlu adanya

peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor, sehingga dapat meningkatkan pangsa

pasar dan dapat bersaing dengan pengekspor utama ubi kayu lainnya. Hal tersebut

dapat dilakukan salah satunya melalui perbaikan terhadap aspek teknologi

pengolahan, terutama untuk komoditas pati ubi kayu dan tapioka, agar Indonesia

mampu mengekspor komoditas yang telah terstandarisasi sesuai dengan

permintaan pasar ekspor. Selain itu, perlunya pengembangan pasar ubi kayu di

Negara-negara yang memiliki potensi pengembangan pasar yang potensial.

2. Dalam mengembangkan industri berbasis ubi kayu, perlu adanya sinergi dan

tindakan yang komprehensif antara instansi Pemerintah dan pelaku usaha. Hal

tersebut dikarenakan dengan semakin terbukanya pasar perdagangan ubi kayu

dunia, maka tingkat kompetisi pasar yang harus dihadapi Indonesia juga menjadi

semakin tinggi. Selain itu, perlu adanya insentif dari pemerintah untuk

meningkatkan minat petani dalam membudidayakan ubi kayu salah satunya

dengan cara memperlancar petani dalam memperoleh sumber permodalan dan

juga memperlancar saluran pemasaran. Disamping itu, petani ubi kayu juga harus

mendapat pendampingan dan bimbingan dari pihak-pihak tenaga ahli dari

Departemen Pertanian maupun Lembaga pendidikan agar ubi kayu yang

dihasilkan memiliki kualitas yang baik untuk kebutuhan industri dalam negeri dan

Page 151: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

133

tidak ada lagi panen muda yang kerap dilakukan oleh petani yang berpengaruh

terhadap kualitas pati dan tepung yang dihasilkan.

3. Infrastruktur Indonesia diharapkan dapat ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya

sesuai dengan kebutuhan dalam pengelolaan dan pendistribusian agribisnis ubi

kayu, karena untuk menghadapi pasar bebas, infrastruktur adalah bagian yang

sangat penting yang harus mendapat perhatian mendalam khususnya pelabuhan

dan jalan untuk sarana transportasi.

4. Untuk dapat mengembangkan agribisnis ubi kayu Indonesia, diperlukan

komitmen dari seluruh stake holder dan konsistensi kebijakan pemerintah

terhadap pengembangan agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia serta pemanfaatan

terhadap kesempatan-kesempatan yang terjadi di pasar ubi kayu lokal maupun

dunia.

5. Saran bagi yang ingin berusaha di bidang ubi kayu olahan, komoditi pati ubi kayu

memiliki peluang yang besar untuk diusahakan karena saat ini pemenuhan

kebutuhan pati ubi kayu di Indonesia sendiri masih banyak didapat dari impor.

Hal ini terlihat dari nilai impor yang lebih besar dari ekspornya, yang berarti pasar

komoditi pati ubi kayu untuk kebutuhan industri dalam negeri masih sangat besar.

Dan dalam memilih lokasi sebaiknya di tempat yang dekat dengan sentra

produksi ubi kayu, karena selain mempermudah dalam memperoleh pasokan

bahan baku, diharapkan para pengusaha juga dapat memberdayakan petani sekitar

sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan baik pihak pengusaha

maupun pihak petani ubi kayu sendiri.

Page 152: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

134

6. Dalam melakukan analisis daya saing agribisnis ubi kayu Indonesia, penulis

belum mampu melakukan analisis secara mendalam pada setiap subsistem yang

terlibat dalam sistem agribisnis ubi kayu Indonesia. Oleh karena itu diharapkan

dalam penelitian selanjutnya dilakukan penelitian secara khusus yang membahas

masing-masing subsistem agribisnis ubi kayu lokal di Indonesia sehingga dapat

diketahui potensi serta permasalahan yang belum mampu peneliti ungkap. Selain

itu, untuk mendukung pengembangan agribisnis ubi kayu di Indonesia disarankan

untuk meneliti tentang pengaruh setiap komponen dalam agribisnis ubi kayu

terhadap produksi ubi kayu nasional.

Page 153: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

135

DAFTAR PUSTAKA

Asriani, Putri Suci. 2011. Analisis Daya Saing Ekspor Ubi kayu Indonesia. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Anonim, Berbagai Tahun. United Nation Statistics Division-comodity Trade Statistics Database (UN-COMTRADE). Didapat dari http://comtrade.un.org/

Bantacut, Tajuddin. 2011. Penelitian dan Pengembangan untuk Industri Berbasis Cassava (Research And Development For Cassava Based Industry). IPB, Bogor. Didapat dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/45676

Arvis , Jean-Franc ois, Daniel Saslavsky, Lauri Ojala, Ben Shepherd, Christina Busch, Anasuya Raj. 2014. Connecting to Compete 2014 Trade Logistics in the Global Economy: The Logistics Performance Index and Its Indicators. Washington: WorldBank

Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional. Jakarta: Kencana

[BPS] Badan Pusat Statistik. Berbagai Tahun. Data Statistik Pertanian Ubi kayu. Didapat dari www.bps.go.id.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2013. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Pertanian 2014. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2012. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2014. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2011. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection) 2010-2035. Jakarta: BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Industri Sedang dan Besar Tahun 2010. Jakarta: BPS

Page 154: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

136

Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon. 2003. Evolusi Teori Daya Saing. Jakarta: Salemba Empat

Dewanto, Fadjar Ari. 2015. Menggenjot Pembangunan Infrastruktur Indonesia 2015-2019. Didapat dari http://beritadaerah.co.id/2015/03/10/menggenjot-pembangunan-indonesia-2015-2019/

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Road Map Peningkatan Produksi Ubi kayu 2010 – 2014. Jakarta: Kementan

International Fund For Agricultural Development (IFAD) dan Food And Agriculture Organization Of The United Nations (FAO). 2004. Global cassava market study: Business opportunities for the use of cassava. Didapat dari http://www.fao.org/docrep/007/y5287e/y5287e00.HTM

Febriyanthi, Sri Anna. 2008. Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh Indonesia Di Pasar Internasional. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

FAO dan IFAD. 2004. Global Cassava Market Study. FAO IFAD. Didapat dari http://www.fao.org/docrep/007/y5287e/y5287e00.HTM

Gardjito, Murdijati, Anton Djuwardi, dan Eni Harmayani. 2013. Pangan Nusantara: Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Hafsah, Mohammad jafar. 2003. Bisnis Ubi kayu Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hadimoeljono. 2015. Peningkatan Ketahanan Air Sebagai Dukungan Terhadap Pencapaian Kedaulatan Pangan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Haryono, Effendi Pasandaran, Kedi Suradisastra, Mewa Ariani, Nono Sutrisno, Sulusi Prabawati, M. Prama Yufdy, dan Agung Hendriadi. 2014. Memperkuat Daya Saing Produk Pertanian. Jakarta: IAARD PRESS

Kementrian Perdagangan. 2014. Indeks spesialisasi Perdagangan (ISP). Diakses 24 juli, 2015. http://www.kemendag.go.id/addon/isp/

Kementerian Perdagangan. 2013. Analisis Kebijakan Impor Komoditas Food Additives And Ingredients Dalam Mengurangi Defisit Neraca Perdagangan. Jakarta: Kemendag

Kementerian Pertanian. 2013. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Jakarta: Kementan

Page 155: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

137

Kementerian Pertanian. 2014. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi kayu. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Imformasi Pertanian Kementan

Kementerian Pertanian. 2014. Indonesia Butuh Tambahan 27.269 Penyuluh Pertanian. diakses 20, September, 2015. http://www.pertanian.go.id/ap_posts/ detil/89/2014/08/27/16/13/26/Indonesia%20Butuh%20Tambahan

Koeswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Singkong (Teori dan Praktek). Jurusan Ilmu Dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Lukman dan Indoyama Nasarudin. 2007. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Press

Ningsih, Altika. 2013. Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia Di Negara Tujuan Ekspor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Puspita, Agnes Aulia Dwi. 2009. Analisis Daya Saing Dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal Di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press Harvard

Plant Database. 2006. Classification for kingdom Plantae down to genus Manihot Crantz. diakses 23, juli, 2015. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=maes

Rau, Anneke. 2014. Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar Internasional. Jurusan Agribisnis. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Saleh, Nasir, St.A. Rahayuningsih dan M.Muchlis Adie. 2011. Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian. Malang: Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi)

Saliem, Handewi P dan Sri Nuryanti. 2011. Analisis Kebijakan Pertanian: Perspektif Ekonomi Global Kedelai dan Ubi kayu mendukung Swasembada. Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian (Kementan). Didapat dari http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2011_4_10.pdf

Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasional. Edisi 9. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Page 156: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

138

Sukesi, Heni. Tanpa Tahun. Kajian Rantai Pasokan Dan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Produk Umbi-Umbian: Studi Kasus Jawa Barat. Didapat dari http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-1366875381. pdf.

Sunarminto, Bambang Hendro. 2010. Pertanian Terpadu untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional. Yogyakarta: BPFE

Supriadi, Herman. 2005. Potensi, Kendala Dan Peluang Pengembangan Agroindustri Berbasis Pangan Lokal Ubi kayu. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Teguh, Muhammad. 2013. Ekonomi Industri. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Thohari, Endang S. Tanpa Tahun. Sumber-Sumber Pembiayaan untuk Agribisnis. Jakarta: Ditjen Bina Sarana Pertanian. Didapat dari http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/probklu03-3.pdf? secure =1

Wulandari, Riana Ayu. 2013. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar Internasional. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Page 157: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

139

Lampiran 1. Varietas Unggul Ubi Kayu yang Dianjurkan No Varietas Tahun

Dilepas Umur

(Bulan) Potensi Hasil

(Ton/Ha)

Rasa Keunggulan

1 Adira 1 1978 7-10 22 sedang Agak tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)

Tahan terhadap bakteri hawar daun, Pseudomonas solanacearum, dan Xanthomonas manihotis

2 Adira 2 1978 8-10 21 Sedang Cukup tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)

Tahan terhadap Pseudomonas solanacearum

3 Adira 4 1986 10,5-11,5 35 Agak pahit

Cukup tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)

Tahan terhadap Pseudomonas solanacearum dan Xanthomonas manihotis

4 Malang 1 1992 9-10 36,5 Manis Toleran tungau merah (Tetranichus bimaculatus)

Toleran bercak daun (Cercospora sp.)

Adaptasi cukup luas 5 Malang 2 1992 8-10 31,5 Manis Agak peka tungau merah

(Tetranichus bimaculatus) Toleran bercak daun (Cercospora

sp.) 6 Malang 4 2001 9 39,7 Pahit Agak tahan tungau merah

(Tetranichus sp.) Adaptif terhadap hara suboptimal

7 Malang 6 2001 9 36,41 Pahit Agak tahan tungau merah (Tetranichus sp.)

Adaptif terhadap hara suboptimal 8 Darul

Hidayah 1998 8-10 102 Kenyal Agak peka tungau merah

(Tetranichus sp.) Agak peka busuk jamur (Fusarium

sp.) 9 UJ-3 2000 8-10 20-35 Pahit Agak tahan CBB (Cassava

Bacterial Blight) 10 UJ-5 2000 8-10 25-38 Pahit Agak tahan CBB (Cassava

Bacterial Blight) Sumber: Balitkabi dalam Saleh dkk (2011)

Page 158: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

140

Lampiran 2. Negara Penghasil Ubi Kayu Dunia 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013

World 237436347 243052520 255395702 266128406 276762059

Africa 123076301 134400753 141248569 146421881 157718952

Nigeria 36822250 42533180 46190250 50950291 53000000

Democratic Republic of Congo

15054450 15013710 15024172 16000000 16500000

Ghana 12230600 13504086 14240867 14547279 15989940

Angola 12827580 13858681 14333509 10636400 16411674

Mozambique 5670000 9738066 10093619 10051364 10000000

Tanzania 5916440 4547940 4646523 5462454 4755160

Uganda 5179000 5282000 4757800 4924560 5228000

Malawi 3823236 4000986 4259301 4692202 4813699

Benin 3787918 3444950 3645924 3295785 3695514

Cameroon 3340562 3808239 4082903 4287177 4596383

Rwanda 2019741 2377213 2579000 2716421 2948121

Madagascar 3019966 3008886 3490300 3621309 3114578

Côte d'Ivoire 2262170 2306839 2359015 2412371 2436495

Lain-lain 11122388 10975977 11545386 12824268 14229388

Amerika 32800543 33457370 33382620 30445851 30496273

Brazil 24403981 24967052 25349542 23044557 21484218

Paraguay 2610000 2624084 2453837 1685600 2800000

Colombia 2250233 2082440 1870699 1968207 2226798

Kosta Rika 178927 130150 195100 147375 144960

Lain-lain 3357402 3653644 3513442 3600112 3840297

Asia 81345012 74951543 80511635 89010266 88283261

Thailand 30088024 22005740 21912416 29848000 30228000

Page 159: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

141

Lanjutan Lampiran 2

Asia 2009 2010 2011 2012 2013

Indonesia 22039148 23918118 24044025 24177372 23936921

Vietnam 8530500 8595600 9897913 9745546 9757681

India 9623000 8059800 8076000 8746500 7236600

Cina, mainland 4500000 4550000 4500000 4560000 4585000

Kamboja 3497306 4247419 8033843 7613697 8000000

Filipina 2043719 2101454 2209684 2223144 2360528

Malaysia 68508 37187 33206 77854 81747

Lain-lain 954807 1436225 1804548 2018153 2096784

Oceania 214491 242854 252878 250408 263572

Sumber: FAO, 2015

Page 160: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

142

Lampiran 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Negara Penghasil Ubi kayu Terbesar di Dunia Tahun 2009-2013. Negara Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Hg/Ha) Produksi (ton)

Dunia 2009 19391201 122445 237436347

2010 19641013 123747 243052520

2011 20587923 124051 255395702

2012 22897764 116225 266128406

2013 20392815 135715 276762059

Rata-rata 20582143.2 124436.6 255755006.8

Nigeria 2009 3129030 117679 36822250

2010 3481900 122155 42533180

2011 4120166 112108 46190250

2012 6401996 79585 50950291

2013 3800000 139474 53000000

Rata-rata 4186618.4 114200.2 45899194.2

Brazil 2009 1760578 138613 24403981

2010 1789769 139499 24967052

2011 1733541 146230 25349542

2012 1692986 136118 23044557

2013 1525918 140795 21484218

Rata-rata 1700558.4 140251 23849870

Thailand 2009 1326743 226781 30088024

2010 1168454 188332 22005740

2011 1135388 192995 21912416

2012 1362080 219135 29848000

2013 1385120 218234 30228000

Rata-rata 1275557 209095.4 26816436

Indonesia 2009 1175666 187461 22039148

Page 161: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

143

Lanjutan Lampiran 3 Negara Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Hg/Ha) Produksi (ton)

Indonesia 2010 1183047 202174 23918118

2011 1184696 202955 24044025

2012 1129688 214018 24177372

2013 1065752 224601 23936921

Rata-rata 1147769.8 206241.8 23623116.8

Republik Kongo 2009 1852902 81248 15054450

2010 1854754 80947 15013710

2011 1860000 80775 15024172

2012 1980000 80808 16000000

2013 2050000 80488 16500000

Rata-rata 1919531.2 80853.2 15518466.4

Sumber: FAO, 2015

Page 162: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

144

Lampiran 4. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh Provinsi

Provinsi Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

Indonesia 1075784 228.29 24558778

Aceh 2543 128.63 32711

Sumatera Utara 43134 329.36 1420658

Sumatera barat 5502 381.3 209790

Riau 4133 290.63 120118

Jambi 2005 152.43 30563

Sumatera Selatan 10870 187.6 203920

Bengkulu 4645 170.28 79096

Lampung 372858 260.83 9725345

Bangka Belitung 991 182.16 18052

Kepulauan Riau 741 125.33 9287

DKI Jakarta 0 0 0

Jawa Barat 96718 235.07 2273575

Jawa Tengah 152595 251.38 3835936

DI Yogyakarta 56151 156.87 880860

Jawa Timur 158963 208.55 3315183

Banten 5728 152.26 87217

Bali 8376 169.61 142067

Nusa Tenggara Barat 4408 176.41 77761

Nusa Tenggara Timur 64235 101.78 653807

Kalimantan Barat 13132 149.3 196064

Kalimantan Tengah 3471 120.13 41696

Kalimantan Selatan 4215 185.69 78269

Kalimantan Timur 3043 200.97 61155

Kalimantan Utara 1956 206.6 40411

Sulawesi Utara 3521 124.8 43942

Sulawesi Tengah 3874 203.25 78739

Sulawesi Selatan 19312 194.38 375390

Sulawesi Tenggara 8703 202.64 176354

Gorontalo 300 128.77 3863

Sulawesi Barat 2189 201.38 44083

Maluku 5252 198.32 104160

Maluku Utara 8388 181.31 152086

Papua Barat 1206 111.11 13400

Papua 2626 126.5 33220 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Page 163: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

145

Lampiran 5. Negara Eksportir Gaplek (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Thailand 373437370 317127763 453966766 556783688 477546872 605198056 814645037 978593112 1095234575 1317645797 699017904Vietnam 62858494 61619922 139485889 187995554 156923705 323587559 211299224 413360939 567844459 386933091 251190884Costarica 34532428 43923103 34443034 41075880 65035858 35960286 51006602 64401733 60572981 65283410 49623531.5Indonesia 20399518 25441429 14836178 31301226 20770234 25229759 32653283 29529600 11012461 32111406 24328509.4Belanda 19919275 8250491 8515483 48497790 77527989 13424012 13862635 14759812 14978816 13550997 23328730Belgium 25737609 1798851 1081929 21447655 8775230 1307732 498335 1237132 1203310 1871988 6495977.1Kamboja 6930 69966 0 575345 493178 941258 420125 2253374 8010993 13502229 2627339.8Equador 968069 3248106 680664 2393996 4003446 2288541 986568 1621671 1255197 1237764 1868402.2Sri Lanka 665030 641418 914097 1084146 1364348 2045806 1551640 2893813 1383422 1663504 1420722.4Fiji 1091170 1083382 1195832 1539600 1377176 1515900 1611403 1607112 1544714 1353471 1391976Filipina 947953 746048 790336 1156872 1231962 1300876 1317338 1557208 966291 679999 1069488.3Nicaragua 553200 745650 601848 573842 1390037 1015467 603525 1409494 1008140 1338204 923940.7Mexico 23902 135183 186789 16881 981074 1243051 3057138 1310271 476772 264721 769578.2United Kingdon 362319 292786 417694 596707 992881 1745916 831332 546216 707237 1027166 752025.4Paraguay 0 126312 197820 251800 172300 0 2556018 1804500 1228241 1064900 740189.1India 71331 571 39527 379189 340858 351836 1199883 1516919 1235958 1943225 707929.7USA 186181 247580 290285 619744 665376 551593 567863 628951 779190 1079821 561658.4France 747441 760232 579967 1130692 569395 291758 438761 314435 248908 156268 523785.7Portugal 1179530 740820 126748 246195 350642 99495 127871 993080 266737 1086105 521722.3Honduras 209510 193056 471069 537779 0 974897 891900 984816 449059 0 471208.6Italy 197090 136570 32656 28245 0 23350 282589 1540544 907745 1152551 430134Colombia 128293 229225 205741 150654 898324 1095040 57251 511359 458060 552313 428626spain 428457 334614 383583 302989 361805 187913 355965 336269 160671 219905 307217.1Brazil 237008 472664 258508 463516 1111887 111573 53804 31015 17483 25639 278309.7Nigeria 0 0 0 3266 11822 0 972 193711 24925 1943467 217816.3Malaysia 199555 191035 199736 185402 190881 74337 95336 45387 111334 427064 172006.7

TahunNegara Rata-rata

Page 164: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

146

Lampiran 6. Negara Eksportir Pati Ubi Kayu (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Thailand 188681534 220447486 348426092 390876142 432210460 475325985 753936286 922290556 983172884 1139138066 585450549Vietnam 64474510 77364676 145883836 202306961 205296396 249822221 352801213 525609568 779934742 706978413 331047254Indonesia 32193074 13438239 1184435 7990841 15101144 4583072 12778524 49530223 4549425 27388143 16873712Hongkong 28152384 20566342 19895355 15940155 10776880 8657702 14213983 10711329 8673652 20263912 15785169.4Paraguay 2300809 2332470 2884473 6970802 7329245 3224727 12185971 17355916 15166157 18978639 8872920.9Brazil 4367854 4773442 4799155 6944508 6624449 5576410 3857545 5571009 6308799 5992152 5481532.3Netherland 3748471 1718749 1516404 772900 11141738 9033059 241389 12269016 6335268 4578393 5135538.7Germany 1962000 1455000 2453000 4740000 3939000 4528000 6081826 7005636 6027427 7598379 4579026.8Kamboja 1501675 929794 4788214 4324366 1592156 4835132 2453787 2998423 3580428 1050214 2805418.9USA 1181160 1450535 650464 758343 917859 1256856 1714034 1321947 1483710 2090512 1282542Singapore 227651 220727 146303 162440 1777715 1951160 1947725 1066997 463295 220064 818407.7United Kingdon 1181160 226549 830655 520262 440327 412656 515332 451919 0.024 818133 539699.302China 151859 181586 211084 306541 243960 238873 136609 405694 1349231 989241 421467.8Colombia 520098 522347 109977 829523 11121 66003 256830 616754 112919 246281 329185.3Hungary 0 0 0 0 0 0 453000 607000 602000 746911 240891.1France 155458 145576 144364 185247 194715 170887 396343 235131 214603 430328 227265.2Japan 62772 139056 75454 171349 221688 140038 337949 245286 150421 120872 166488.5Uganda 21340 0 17267 51482 62002 16524 117700 361601 202904 64197 91501.7portugal 28114 19519 24720 56546 37470 27647 264296 56996 32150 315970 86342.8Malaysia 5815 62311 73761 69518 64213 32600 57947 47973 193146 90217 69750.1Japan 62772 139056 75454 171349 221688 37083 337949 245286 245286 120872 165679.5South Africa 13407 63799 49932 108889 78159 13795 132750 77226 147195 228622 91377.4Taiwan 968741 1579193 1519796 1359852 1680313 2019466 2128413 1595096 1175373 899585 1492582.8Sweden 15677 11522 2716 92998 38956 102526 112740 150165 169155 173670 87012.5Spain 1092 0 0 17022 19547 27856 33917 44965 66885 123443 33472.7Belgium 22728 30736 18106 473807 1175742 85284 308327 188109 34015 25106 236196Austria 75636 68062 115311 102139 91943 102528 87274 152080 5005 31850 83182.8Denmark 154502 190615 233485 371658 312817 448295 402951 538024 0 0 265234.7equador 19692 83283 63255 219161 92143 139810 212851 52668 163893 71114 111787India 12341 157698 4261 199362 772633 11013 296480 259682 138759 17736 186996.5Czech Rep. 8953 15531 7757 463550 41665 77171 1282 1837 12194 27179 65711.9Canada 793392 2526189 651827 30647 46829 52495 0 152422 2762 2783 425934.6

TahunNegara Rata-rata

Page 165: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

147

Lampiran 7. Negara Eksportir Tepung Tapioka (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Thailand 15684573 13329965 13310784 15442643 18867323 14920748 22566421 15331148 15216274 12595311 15726519China 1918965 2584007 2323788 2258031 5794898 10643217 15027319 23903546 29528155 20745211 11472713.7Peru 1554072 1952446 1863981 2235332 2865954 3235072 5509611 8276725 9511864 11694670 4869972.7Ghana 0 1957890 2111248 2448214 1668437 2502833 1645000 13095302 2796674 1710621 2993621.9Vietnam 238803 416340 348503 1394028 6580161 3706259 3142799 2585304 2863809 7845014 2912102Indonesia 254049 80021 236786 374242 1156817 1409233 2338969 5550986 3164658 2833107 1739886.8Brazil 927737 726345 971662 1328161 1788967 1642668 1791659 1805849 1693001 2737822 1541387.1Nigeria 0 0 0 1521286 1660787 1568186 955250 990703 424928 4749507 1187064.7USA 627022 405706 633785 495200 617509 685657 956451 1093644 1708447 3901324 1112474.5Hongkong 620764 710393 580539 608349 798204 881332 989357 1074448 848386 1136791 824856.3Malaysia 987005 240934 326843 514578 774998 1134007 438237 432581 928475 547901 632555.9Singapore 523612 526886 299697 196938 351367 345313 133391 541950 1234708 375235 452909.7Netherland 119434 141778 66586 102962 347765 512069 500020 705080 881790 1055985 443346.9India 118457 226874 252059 310009 643556 574418 508447 495295 533929 628714 429175.8Côte d'Ivoire 83719 200170 389606 374796 295768 254056 153108 513597 766406 633197 366442.3Filipina 195235 183993 160554 121798 140404 116151 113179 202023 655556 1525048 341394.1Germany 19000 38000 36000 11000 61000 151000 230553 210511 219477 1710621 268716.2Costa Rica 448437 460286 67407 150099 224953 142365 97849 141795 161442 182373 207700.6Portugal 532759 122622 357227 278243 56301 43531 183251 95564 175450 132405 197735.3Mexico 220682 23990 33114 45168 27830 193810 225590 80053 125842 728053 170413.2italy 56749 47459 66935 350154 467456 286376 346549 21337 9418 33016 168544.9Korea 2765 0 0 0 22015 31722 1345232 70422 156828 41215 167019.9Uganda 1545 0 17019 687983 156408 0 181970 152745 23350 367035 158805.5United Kingdom 3318 12918 69226 35754 22490 108786 43084 188441 292334 715166 149151.7Spain 88956 91819 57112 69363 76745 89785 92457 144618 143542 271005 112540.2France 50990 78387 86618 75471 89982 77802 163044 136348 100709 218968 107831.9Brunei 0 0 0 0 0 0 0 0 95182 982250 107743.2benin 128530 69534 78419 103984 63624 100362 68370 94029 38817 155026 90069.5Japan 124361 46992 37456 83908 21354 70185 103132 88150 65508 67670 70871.6Togo 907 0 0 77317 41015 52084 96171 128239 64513 138494 59874Canada 5758 52707 152604 39903 18868 19382 25238 57268 115169 17476 50437.3Sri lanka 35102 0 40264 35382 59334 27029 21287 32806 45881 37948 33503.3

Negara Rata-rataTahun

Page 166: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

148

Lampiran 8. Negara Tujuan Ekspor Gaplek Indonesia (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 Australia 6900 5003 1172 1072 7281 12762 7289 23099 114553 118198 29732.9 0.1222142282 Brunei Darussalam 5612 113 11818 20668 48193 102197 137190 114704 159599 66677.1111 0.2740698583 China 14166949 19750558 12657777 23214102 15566315 19632415 25473826 22284133 7815846 26706142 18726806.3 76.974737714 Hongkong 4341 130035 10569 6979 866 5764 555808 886 756 912 71691.6 0.2946814325 Hungary 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1250 125 0.00051386 Rep. of Korea 5390943 5038193 1286259 6426572 3781936 4948336 5707700 6397111 1866934 3502287 4434627.1 18.228108547 Malaysia 158212 168085 238296 121975 366040 84664 49245 108073 245114 233219 177292.3 0.7287429628 Other Asia, nes 2690 9629 5732 925292 408572 58654 11862 29113 36840 55143 154352.7 0.6344519419 Oman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 56 5.6 2.30183E-05

10 Netherlands 7061 7921 8890 13729 18847 23703 8999 58471 114302 165902 42782.5 0.17585335511 New Zealand 0 0 0 0 0 0 0 5720 34966 96707 13739.3 0.05647407212 Pakistan 0 0 0 0 0 0 0 0 4498 8922 1342 0.00551616213 Saudi Arabia 0 1050 0 0 2115 1331 1363 0 24365 1154 3137.8 0.01289762514 Singapore 40766 12266 53637 30402 53868 69432 81679 4008 34927 28109 40909.4 0.16815415715 Viet Nam 312000 19341 0 0 0 0 0 0 0 2775 33411.6 0.13733517116 United Arab Emirates 0 824 13010 0 0 0 0 0 20423 4910 3916.7 0.01609921917 United Kingdom 141609 159342 215909 312709 353376 154133 152576 240595 293841 320896 234498.6 0.96388396118 USA 16800 0 0 146406 178173 176058 384098 208971 181971 705225 199770.2 0.8211362119 Belgium 0 0 0 0 3190 0 0 18176 28373 0 4973.9 0.02044473820 Canada 0 0 0 0 0 0 0 86 45 0 13.1 5.38463E-0521 Japan 145635 126900 326552 86598 189 1005 92854 11878 70699 0 86231 0.35444423922 Mauritus 0 0 0 0 0 0 0 0 9304 0 930.4 0.0038243223 germany 0 4676 18375 0 1 0 0 20 0 0 2307.2 0.00948352424 filipina 0 5665 0 3572 7961 3656 23387 2070 0 0 4631.1 0.01903569225 South africa 0 0 0 0 0 0 400 0 0 0 40 0.00016441626 kuait 0 0 0 0 0 4509 0 0 0 0 450.9 0.00185338127 Maldives 0 0 0 0 404 48 0 0 0 0 45.2 0.0001857928 Papua 0 0 0 0 0 525 0 0 0 0 52.5 0.00021579629 Qatar 0 0 0 0 0 4571 0 0 0 0 457.1 0.00187886630 Vanuatu 0 0 0 0 432 0 0 0 0 0 43.2 0.00017756931 India 0 1828 0 0 0 0 0 0 0 0 182.8 0.000751382

Total 20399518 25441429 14836178 31301226 20770234 25229759 32653283 29529600 11012461 32111406 24328509.4 100

No NegaraTahun

Rata-rata Pangsa Pasar

Page 167: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

149

Lampiran 9. Negara Tujuan Ekspor Pati Ubi Kayu Indonesia (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 Malaysia 8451541 5437769 58785 3548766 6275837 240886 5747736 10526587 9349 14480111 5477736.7 32.463139712 Taiwan 8975579 3810526 998055 2746277 6012253 3066053 4012420 8387138 3804757 4941509 4675456.7 27.708524953 China 11036504 1418821 91000 1392057 2660016 1188800 2234690 22133004 40780 4043567 4623923.9 27.403122094 Viet Nam 467100 0 0 0 0 0 0 5363985 1559 3146750 897939.4 5.3215285415 Philippines 1767042 593185 20664 303715 133860 14306 60549 553695 439470 407392 429387.8 2.5447145246 Singapore 180572 904186 0 0 0 5430 284924 1857230 0 160487 339282.9 2.0107188037 Japan 905210 992300 0 26 0 0 0 24228 0 0 192176.4 1.1389100398 New Zealand 0 0 0 0 0 38998 104857 109110 45990 77760 37671.5 0.2232555599 Spain 0 0 0 0 0 0 0 259127 0 0 25912.7 0.153568462

10 Italy 21858 175204 0 0 0 0 0 0 0 0 19706.2 0.11678639511 Sri Lanka 13096 23900 15866 0 7371 0 0 74400 39300 11520 18545.3 0.10990646312 South Africa 29941 0 0 0 0 0 128193 22005 0 0 18013.9 0.10675718513 Brazil 142080 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14208 0.08420198214 Australia 0 0 0 0 7350 9156 15908 29595 47240 27060 13630.9 0.08078186915 Bangladesh 15200 21353 0 0 0 0 0 0 95460 0 13201.3 0.07823589716 Russian Federation 93955 15675 0 0 0 0 0 0 0 0 10963 0.06497088517 Thailand 0 15557 0 0 0 0 55307 1500 20045 6309 9871.8 0.05850402118 USA 42682 0 0 0 0 0 0 25942 0 9361 7798.5 0.04621686119 Chile 11993 11993 0 0 0 13835 17445 19847 0 0 7511.3 0.04451480520 Dominican Republic 0 0 0 0 0 0 0 73575 0 0 7357.5 0.04360332821 Canada 0 0 0 0 0 10 67756 0 0 0 6776.6 0.04016069522 Israel 0 0 0 0 0 0 28140 18450 0 18171 6476.1 0.03837981823 India 0 0 0 0 0 0 18050 0 0 31500 4955 0.02936520424 Maldives 35391 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3539.1 0.02097404525 Netherland 0 0 0 0 0 0 0 19620 0 7890 2751 0.01630346726 Mauritania 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18540 1854 0.01098750527 Guatemala 3330 5605 0 0 0 5598 0 0 0 0 1453.3 0.00861280628 United Arab 0 0 0 0 0 0 1960 9810 0 0 1177 0.00697534729 senegal 0 0 0 0 0 0 0 10925 0 0 1092.5 0.00647456830 Gambia 0 0 0 0 0 0 0 10450 0 0 1045 0.00619306531 Korea 0 0 65 0 4457 0 0 0 5475 0 999.7 0.005924632 El Salvador 0 9945 0 0 0 0 0 0 0 0 994.5 0.00589378333 Colombia 0 2220 0 0 0 0 0 0 0 0 222 0.00131565634 Egipt 0 0 0 0 0 0 589 0 0 0 58.9 0.00034906435 Saudi Arabia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 216 21.6 0.00012801

Total 32193074 13438239 1184435 7990841 15101144 4583072 12778524 49530223 4549425 27388143 16873712 100

TahunNo Negara Pangsa PasarRata-rata

Page 168: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

150

Lampiran 10. Negara Tujuan Ekspor Tepung Tapioka Indonesia (US$)

Sumber: UN Contrade, 2015

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 Australia 3764 720 87071 1056 2960 18645 69701 65181 29274 76077 35444.9 2.0371957532 Sri Lanka 5480 0 0 0 0 10746 0 0 39000 60240 11546.6 0.6636408763 China 78220 20675 77 30364 7560 398478 599061 0 35335 129974.444 7.4702816554 China, Hong Kong SAR 6122 5054 3037 5152 1064 0 3592 5115 1718 9333 4018.7 0.2309747975 Italy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 554 55.4 0.0031841156 Japan 0 963 93200 155792 482746 695220 1107776 2391206 1956275 1427183 831036.1 47.763802797 Rep. of Korea 0 16 14939 102253 11200 83527 38122 21815 33984 1.9532305218 Malaysia 74858 591 32917 140961 406184 312334 176078 2001203 553618 483431 418217.5 24.03705239 Other Asia, nes 5540 19190 0 0 20173 24 109650 26 78753 25928.4444 1.490237436

10 Philippines 58110 13545 0 0 2100 1339 68807 70500 235100 300230 74973.1 4.30907918811 Timor-Leste 20 4 6 0 0 0 0 14993 32733 31877 7963.3 0.45769069612 Senegal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 1.5 8.62125E-0513 Singapore 18373 18770 458 32722 103220 258941 20103 37370 5265 4708 49993 2.87334785214 Spain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13500 1350 0.07759125515 Switzerland 0 0 0 0 111 0 300 0 0 496 90.7 0.00521298316 Thailand 0 0 0 1158 0 0 0 27200 125600 149800 30375.8 1.74584921317 Trinidad and Tobago 0 0 0 0 0 0 0 0 23220 2580 0.14828550918 United Kingdom 0 2 0 8820 0 1560 330 0 0 2540 1325.2 0.07616587519 USA 0 0 0 0 0 95092 368600 224800 114075 114000 91656.7 5.26796915820 Bangladesh 0 0 0 0 0 0 0 0 17010 0 1701 0.09776498121 Germany 392 0 0 0 0 0 0 0 1113 0 150.5 0.00864998822 Suriname 0 0 0 0 0 0 0 0 15729 0 1572.9 0.09040243323 Maldives 0 0 5492 5922 5642 4190 1868 1218 0 0 2433.2 0.13984817924 Denmark 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 5 0.00028737525 Germany 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 5 0.00028737526 American Samoa 0 0 0 0 0 0 0 202 0 0 20.2 0.00116099527 Pakistan 0 0 0 0 0 3582 2486 29210 0 0 3527.8 0.20276031828 Guinea 0 0 6100 0 0 0 0 0 0 677.777778 0.0389552829 Netherland 1500 0 1578 1620 0 0 0 0 0 0 469.8 0.02700175730 Saudi Arabia 0 10500 0 0 0 0 0 0 0 1166.66667 0.06705417131 India 140 0 2450 0 0 0 0 0 0 0 259 0.01488602632 Nigeria 1530 105 0 0 0 0 0 0 0 0 163.5 0.00939716333 Tonga 0 386 0 0 0 0 0 0 0 0 38.6 0.002218535

Total 254049 80021 236786 374242 1156817 1409233 2338969 5550986 3164658 2833107 1739886.8 100

TahunNegaraNO Rata-rata Pangsa Pasar

Page 169: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

151

Lampiran 11. Perhitungan CR4 dan HI Gaplek Tahun World s1 s2 s3 s4 Lainnya CR4 HI

1 2 3 4 5 ((2+3+4+5)/1)*100 ((2/1)2+(3/1)2+(4/1)2+(5/1)2

+…..+(n/1)2)*100 2004 546239003 373437370 62858494 34532428 20399518 55011193 90.906 4895.855 2005 469477279 317127763 61619922 43923103 25441429 21365062 95.449 4855.974 2006 660969978 453966766 139485889 34443034 14836178 18238111 97.241 5196.543 2007 902152354 556783688 187995554 48497790 41075880 67799442 92.485 4310.784 2008 824922439 477546872 156923705 77527989 65035858 47888015 94.195 3871.493 2009 1021904698 605198056 323587559 35960286 25229759 31929038 96.876 4530.432 2010 1143276263 814645037 211299224 51006602 32653283 33672117 97.055 5448.652 2011 1525620285 978593112 413360939 64401733 29529600 39734901 97.395 4871.229 2012 1773586552 1095234575 567844459 60572981 14978816 34955721 98.029 4851.462 2013 1849766578 1317645797 386933091 65283410 32111406 47792874 97.416 5528.329

Page 170: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

152

Lampiran 12. Perhitungan CR4 dan HI Pati Ubi Kayu Tahun World s1 s2 s3 s4 Lainnya CR4 HI

1 2 3 4 5 ((2+3+4+5)/1)*100 ((2/1)2+(3/1)2+(4/1)2+(5/1)2

+…..+(n/1)2)*100 2004 333112160 188681534 64474510 32193074 28152384 19610658 94.113 3752.136 2005 352040450 220447486 77364676 20566342 13438239 20223707 94.255 4456.676 2006 537022130 348426092 145883836 19895355 4799155 18017692 96.645 4963.602 2007 648110614 390876142 202306961 15940155 7990841 30996515 95.217 4622.648 2008 702674487 432210460 205296396 15101144 11141738 38924749 94.460 4649.015 2009 773307758 475325985 249822221 9033059 8657702 30468791 96.060 4826.363 2010 1170121363 753936286 352801213 14213983 12778524 36391357 96.890 5064.871 2011 1563504033 922290556 525609568 49530223 17355916 48717770 96.884 4622.547 2012 1821553791 983172884 779934742 15166157 8673652 34606356 98.100 4747.923 2013 1940810808 1139138066 706978413 27388143 20263912 47042274 97.576 4776.267

Page 171: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

153

Lampiran 13. Perhitungan CR4 dan HI Tepung Tapioka Tahun World s1 s2 s3 s4 Lainnya CR4 HI

1 2 3 4 5 ((2+3+4+5)/1)*100 ((2/1)2+(3/1)2+(4/1)2+(5/1)2

+…..+(n/1)2)*100 2004 26105225 15684573 1918965 1554072 987005 5960610 77.167 3753.759 2005 26027011 13329965 2584007 1957890 1952446 6202703 76.168 2871.368 2006 25782306 13310784 2323788 2111248 1863981 6172505 76.059 2906.733 2007 32582490 15442643 2448214 2258031 2235332 10198270 68.700 2476.228 2008 46723683 18867323 6580161 5794898 2865954 12615347 73.000 2079.610 2009 46642846 14920748 10643217 3706259 3235072 14137550 69.690 1733.801 2010 61348317 22566421 15027319 5509611 3142799 15102167 75.383 2106.202 2011 79512610 23903546 15331148 13095302 8276725 18905889 76.223 1728.314 2012 76159822 29528155 15216274 9511864 3164658 18738871 75.395 2124.370 2013 81719707 20745211 12595311 11694670 7845014 28839501 64.709 1279.862

Page 172: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

154

Lampiran 14. Perhitungan RCA Gaplek

Sumber: UN Comtrade, 2015

Sumber: UN Comtrade, 2015

Thailand Vietnam Costarica Indonesia Netherland Belgium Dunia1 2 3 4 5 6 7

2004 373437 62858 34532 20400 19919 25738 5462392005 317128 61620 43923 25441 8250 1799 4694772006 453967 139486 34443 14836 8515 1082 6609702007 556784 187996 41076 31301 48498 21448 9021522008 477547 156924 65036 20770 77528 8775 8249222009 605198 323588 35960 25230 13424 1308 10219052010 814645 211299 51007 32653 13863 498 11432762011 978593 413361 64402 29530 14760 1237 15256202012 1095235 567844 60573 11012 14979 1203 17735872013 1317646 386933 65283 32111 13551 1872 1849767

NegaraEkspor Gaplek (1000US$)

Thailand Vietnam Costarica Indonesia Netherland Belgium Dunia8 9 10 11 12 13 14

2004 96247901 26485035 5952582 71582468 318040303 307690420 89996052742005 110110034 32447129 7150688 85659948 349813023 335691778 101499676402006 130580046 39826223 7254866 100798616 400685883 366835492 118565981212007 153571126 48561343 8927619 114100873 477640554 431743843 135222096432008 175907915 62685130 9744538 137020424 545853405 471797820 156369352932009 152497203 57096274 8836345 116509992 431502452 370879194 121750978062010 195311520 72236665 9044841 157779103 492645872 407595914 148911353522011 228823973 96905674 10222241 203496619 530575759 475957504 176893269262012 229544513 114529171 11250804 190031839 554677907 446854421 173988220672013 228527440 132032854 11472064 182551754 571246855 511505015 17941000882

NegaraEkspor seluruh Komoditas (1000US$)

Thailand Vietnam Costarica Indonesia Netherland Belgium(1/8)/(7/24) (2/9)/(7/14) (3/10)/(7/14) (4/11)/(7/14) (5/12)/(7/14) (6/13)/(7/14)

2004 63.92 39.10 95.58 4.70 1.03 1.382005 62.27 41.06 132.80 6.42 0.51 0.122006 62.36 62.83 85.16 2.64 0.38 0.052007 54.34 58.03 68.96 4.11 1.52 0.742008 51.46 47.45 126.51 2.87 2.69 0.352009 47.28 67.52 48.49 2.58 0.37 0.042010 54.33 38.10 73.45 2.70 0.37 0.022011 49.59 49.46 73.05 1.68 0.32 0.032012 46.81 48.64 52.82 0.57 0.26 0.032013 55.92 28.42 55.19 1.71 0.23 0.04

Rata-rata 54.83 48.06 81.20 3.00 0.77 0.28

NegaraNilai RCA

Page 173: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

155

Lampiran 15. Perhitungan RCA Pati Ubi Kayu

Sumber: UN Comtrade, 2015

Sumber: UN Comtrade, 2015

Thailand Vietnam Indonesia Hongkong Paraguay Netherland Brazil World1 2 3 4 5 6 7 8

2004 188682 64475 32193 28152 2301 3748 4368 3331122005 220447 77365 13438 20566 2332 1719 4773 3520402006 348426 145884 1184 19895 2884 1516 4799 5370222007 390876 202307 7991 15940 6971 773 6945 6481112008 432210 205296 15101 10777 7329 11142 6624 7026742009 475326 249822 4583 8658 3225 9033 5576 7733082010 753936 352801 12779 14214 12186 241 3858 11701212011 922291 525610 49530 10711 17356 12269 5571 15635042012 983173 779935 4549 8674 15166 6335 6309 18215542013 1139138 706978 27388 20264 5992 4578 5992 1927824

NegaraEkspor Pati Ubikayu (1000$)

Thailand Vietnam Indonesia Hongkong Paraguay Netherland Brazil World9 10 11 12 13 14 15 16

2004 96247901 26485035 71582468 265605542 1553515 318040303 96677246 89996052742005 110110034 32447129 85659948 292118674 1655111 349813023 118528688 101499676402006 130580046 39826223 100798616 322668792 1843244 400685883 137806190 118565981212007 153571126 48561343 114100873 349385575 2817188 477640554 160648870 135222096432008 175907915 62685130 137020424 370241819 4463309 545853405 197942443 156369352932009 152497203 57096274 116509992 329421935 3167021 431502452 152994743 121750978062010 195311520 72236665 157779103 400692015 6504798 492645872 197356436 148911353522011 228823973 96905674 203496619 455573380 7763530 530575759 256038702 176893269262012 229544513 114529171 190031839 492907472 7271300 554677907 242579776 173988220672013 228527440 132032854 182551754 535186743 9432252 571246855 242178054 17941000882

NegaraEkspor Seluruh Komoditas (1000$)

Thailand Vietnam Indonesia Hongkong Paraguay Netherland Brazil(1/9)/(8/16) (2/10)/(8/16) (3/11)/(9/16) (4/12)/(9/16) (5/13)/(9/16) (6/14)/(9/16) (7/15)/(9/16)

2004 52.96 65.77 12.15 2.86 40.01 0.32 1.222005 57.72 68.74 4.52 2.03 40.63 0.14 1.162006 58.91 80.87 0.26 1.36 34.55 0.08 0.772007 53.10 86.92 1.46 0.95 51.63 0.03 0.902008 54.68 72.88 2.45 0.65 36.54 0.45 0.742009 49.07 68.89 0.62 0.41 16.03 0.33 0.572010 49.13 62.15 1.03 0.45 23.84 0.01 0.252011 45.60 61.37 2.75 0.27 25.29 0.26 0.252012 40.91 65.05 0.23 0.17 19.92 0.11 0.252013 46.39 49.83 1.40 0.35 5.91 0.07 0.23

Rata-rata 50.85 68.25 2.69 0.95 29.44 0.18 0.63

NegaraNilai RCA

Page 174: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

156

Lampiran 16. Perhitungan RCA Tepung Tapioka

Sumber: UN Comtrade, 2015

Sumber: UN Comtrade, 2015

China Thailand Vietnam Peru Indonesia Ghana Malaysia World1 2 3 4 5 6 7 8

2004 1919 15685 239 1554 254 0 987 261052005 2584 13330 416 1952 80 1958 241 260272006 2324 13311 349 1864 237 2111 327 257822007 2258 15443 1394 2235 374 2448 515 325822008 5795 18867 6580 2866 1157 1668 775 467242009 10643 14921 3706 3235 1409 2503 1134 466432010 15027 22566 3143 5510 2339 1645 438 613482011 23904 15331 2585 8277 5551 13095 433 795132012 29528 15216 2864 9512 3165 2797 928 761602013 20745 12595 7845 11695 2833 1711 548 81720

NegaraEkspor Tepung Tapioka (1000$)

China Thailand Vietnam Peru Indonesia Ghana Malaysia World9 10 11 12 13 14 15 16

2004 593325581 96247901 26485035 12726497 71582468 2450543 126639701 89996052742005 761953410 110110034 32447129 17114289 85659948 3059743 141624046 101499676402006 968935601 130580046 39826223 23764897 100798616 3613994 160669231 118565981212007 1220059668 153571126 48561343 28084585 114100873 3533792 175961863 135222096432008 1430693066 175907915 62685130 31288212 137020424 3809919 198702475 156369352932009 1201646758 152497203 57096274 26738260 116509992 5070533 157194832 121750978062010 1577763751 195311520 72236665 35205068 157779103 5233390 198790691 148911353522011 1898388435 228823973 96905674 45636085 203496619 18146653 226992682 176893269262012 2048782233 229544513 114529171 45946180 190031839 15761184 227449500 173988220672013 2209007280 228527440 132032854 41871689 182551754 12643899 228316107 17941000882

NegaraEkspor Seluruh Komoditas (1000$)

China Thailand Vietnam Peru Indonesia Ghana Malaysia(1/9)/(8/16) (2/10)/(8/16) (3/11)/(9/16) (4/12)/(9/16) (5/13)/(9/16) (6/14)/(9/16) (7/15)/(9/16)

2004 1.11 56.18 3.11 42.10 1.22 0.00 2.692005 1.32 47.21 5.00 44.49 0.36 249.54 0.662006 1.10 46.88 4.02 36.07 1.08 268.65 0.942007 0.77 41.73 11.91 33.03 1.36 287.52 1.212008 1.36 35.90 35.13 30.66 2.83 146.56 1.312009 2.31 25.54 16.94 31.58 3.16 128.84 1.882010 2.31 28.05 10.56 37.99 3.60 76.30 0.542011 2.80 14.91 5.94 40.35 6.07 160.54 0.422012 3.29 15.14 5.71 47.29 3.80 40.54 0.932013 2.06 12.10 13.04 61.32 3.41 29.70 0.53

Rata-rata 1.84 32.36 11.14 40.49 2.69 138.82 1.11

NegaraNilai RCA

Page 175: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

157

Lampiran 17. RCA Negara Tujuan Eskpor Gaplek Indonesia

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA Australia 2009 13 1065 3264224 142224066 0.522240753

2010 7 1211 4244397 171656158 0.243379108

2011 23 1131 5582530 211191126 0.77243084 2012 115 1259 4905413 223470700 4.145195924

2013 118 1501 4370482 211698639 3.813607695 1.899370864

Hong Kong 2009 6 7 2111839 380491321 141.024361 2010 556 1002 2501411 496973295 110.2402638

2011 1 47 3215405 588559974 3.460288557 2012 1 7 2633861 638188049 25.88748156

2013 1 467 2693254 709882301 0.515286104 56.2255362

China 2009 19632 896307 11499327 849317209 1.617762027 2010 25474 1026755 15692611 1156983421 1.82919126

2011 22284 1380890 22941005 1395344303 0.981534787 2012 7816 1608101 21659503 1395803024 0.313211925

2013 26706 1653982 22601487 1496112015 1.068826944

1.162105389

Brunei Darussalam 2009 48 48 74862 2322017 30.90831768

2010 102 105 60964 2907520 46.60349818 2011 137 138 81689 5801633 70.55523743

2012 115 115 81755 5883334 71.80560654

2013 160 160 122696 7766201 63.09551865

56.59363569

Singapore 2009 69 708 10262665 201169870 1.922810809

2010 82 340 13723266 248806890 4.358855778 2011 4 321 18443890 293821380 0.199017092

2012 35 269 17135025 297849527 2.25584741

2013 28 258 16686239 301629568 1.967130117

2.140732241

United Kingdom 2009 154 3084 1459347 506801977 17.35739909

2010 153 4550 1693164 567494595 11.24000228 2011 241 3385 1719718 657440291 27.17150959

2012 294 3056 1696755 644886011 36.54352548

2013 321 3679 1634805 646193720 34.47899888

25.35828706

Netherlands 2009 24 5741 2909075 451673370 0.641065414

2010 9 5218 3722455 535767990 0.248242854 2011 58 7325 5132477 628959585 0.978164863

2012 114 6238 4664301 631864526 2.482109608

2013 166 6734 4105967 629306195 3.77598404 1.625113356

Rep. of Korea 2009 4948 44681 8145208 258969439 3.521143906 2010 5708 13415 12574641 343943773 11.63797564

2011 6397 20477 16388801 409640485 7.808614055 2012 1867 46073 15049860 411148127 1.106995341

Page 176: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

158

Lanjutan Lampiran 17

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA Rep. of Korea 2013 3502 66928 11422476 412041820 1.887664812

5.192478751 Malaysia 2009 85 97 6811824 128321496 16.47612068

2010 49 534 9362332 169230804 1.667415942

2011 108 109 10995847 193667096 17.53987876 2012 245 287 11280285 205245229 15.52405393

2013 233 247 10666609 217692382 19.27680479

14.09685482 USA 2009 176 32278 10889079 1412177580 0.707380632

2010 384 42225 14301876 1736716531 1.104614252

2011 209 50710 16497616 1967852075 0.491544104 2012 182 53364 14910181 2031990895 0.464723551

2013 705 50407 15741132 2048441352 1.820649895

0.917782487

Taiwan 2009 59 1975 3382103 272444873.4 2.392832701

2010 12 100 4837568 479659914.7 11.8160141 2011 29 190 6584867 604220268 14.086793

2012 37 592 6242528 478424106 4.767869135 2013 55 170 5862446 482371042.6 26.66273301

11.94524839 Jepang 2009 1 4235 30135107 422294643 0.003325652

2010 93 4192 27086259 535195229 0.437613755 2011 12 7798 25781814 649614684 0.038378744

2012 71 6561 33714696 665260950 0.212621192

2013 0 4649 18574730 636357751 0 0.138387869

Page 177: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

159

Lampiran 18. RCA Negara Tujuan Eskpor Pati Ubi Kayu Indonesia

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA Australia 2009 9 8205 3264224 142224066 0.048622784

2010 16 5869 4244397 171656158 0.109627108

2011 30 6877 5582530 211191126 0.162800987 2012 47 7790 4905413 223470700 0.276277336

2013 27 10540 4370482 211698639 0.124363065 0.144338256

China 2009 1189 355280 11499327 849317209 0.247135657 2010 2235 568969 15692611 1156983421 0.289574486

2011 22133 730154 22941005 1395344303 1.843718484 2012 41 910753 21659503 1395803024 0.002885508

2013 4044 1192085 22601487 1496112015 0.224535252 0.521569877

Malaysia 2009 241 52380 6811824 128321496 0.086632515 2010 5748 96192 9362332 169230804 1.080068587

2011 10527 121414 10995847 193667096 1.527027903 2012 9 124973 11280285 205245229 0.001361143

2013 14480 116560 10666609 217692382 2.535360549

1.046090139

New Zealand 2009 39 2421 349462 21533236 0.992464258

2010 105 2781 396247 26129969 2.485954232 2011 109 2918 371708 31091500 3.128134294

2012 46 2513 441010 31791736 1.319260491

2013 78 2802 469513 32206504 1.90337068

1.965836791

Philippines 2009 14 32147 2405864 57244903 0.010588808

2010 61 28010 3180743 76379391 0.051908225 2011 554 34391 3699027 84333689 0.367059543

2012 439 46191 3707633 91633100 0.235141463

2013 407 44086 3816963 94817627 0.229552784

0.178850165

Singapore 2009 5 13959 10262665 201169870 0.00762493

2010 285 18469 13723266 248806890 0.279700894 2011 1857 25251 18443890 293821380 1.171704629

2012 0 21374 17135025 297849527 0

2013 160 29021 16686239 301629568 0.099964347

0.31179896

Thailand 2009 0 141 3233813 105222276 0

2010 55 464 4566569 149008061 3.89197652 2011 2 509 5896687 175038396 0.087436063

2012 20 353 6635141 189720815 1.62580108

2013 6 313 6061870 184628286 0.613273685 1.24369747

Vietnam 2009 0 5141 1454234 71067182 0 2010 0 14740 1946221 91541390 0

2011 5364 11543 2354191 115474950 22.79444454 2012 2 7877 2273693 124949298 0.010875887

Page 178: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

160

Lanjutan Lampiran 18

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA Vietnam 2013 3147 3009 2400880 153977744 67.07198579

17.97546124 Israel 2009 0 726 78013 44551400 0

2010 28 844 107755 56404418 17.45989625

2011 18 1571 159611 68395012 5.033397073 2012 0 942 183956 68025846 0

2013 18 1073 145957 67188516 7.796131927

6.057885051 Sri Lanka 2009 0 1328 246252 8740043 0

2010 0 1616 297804 12782506 0

2011 74 1109 376488 17070586 3.04075664

2012 39 1792 341564 15421014 0.989924738

2013 12 1583 390926 17309485 0.322169321

0.87057014

Taiwan 2009 3066 95631 3382103 272444873 2.582693766

2010 4012 145917 4837568 479659915 2.726512302 2011 8387 165907 6584867 604220268 4.638699043

2012 3805 150629 6242528 478424106 1.935844904

2013 4942 153369 5862446 482371043 2.651092686

2.90696854

Page 179: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

161

Lampiran 19. RCA Negara Tujuan Eskpor Tepung Tapioka Indonesia

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA Australia 2009 19 350 3264224 142224066 2.320522308

2010 70 627 4244397 171656158 4.494942468

2011 65 819 5582530 211191126 3.011618676 2012 29 661 4905413 223470700 2.018863307

2013 76 1501 4370482 211698639 2.454740518 2.860137455

Japan 2009 695 7090 18574730 422263623 2.229182816 2010 1108 8883 25781814 535266813 2.589032236

2011 2391 6439 33714696 649981061 7.159786165 2012 1956 7507 30135107 665327051 5.753145242

2013 1427 4199 27086259 627885322 7.878941756 5.122017643

Philipinnes 2009 1 2595 2405864 57244903 0.012275508 2010 69 1309 3180743 76379391 1.262285087

2011 71 564 3699027 84333689 2.847356769 2012 235 4041 3707633 91633100 1.437834318

2013 300 688 3816963 94817627 10.83280373

3.278511083

Singapore 2009 259 1214 10262665 201169870 4.180966456

2010 20 1231 13723266 248806890 0.296190264 2011 37 1106 18443890 293821380 0.538409515

2012 5 958 17135025 297849527 0.095580841

2013 5 1013 16686239 301629568 0.083999866

1.039029388

USA 2009 95 9572 10889079 1412177580 1.288363946

2010 369 14972 14301876 1736716531 2.989570597 2011 225 21568 16497616 1967852075 1.243242887

2012 114 28577 14910181 2031990895 0.544022262

2013 114 20955 15741132 2048441352 0.707964358

1.35463281

Malaysia 2009 312 1292 6811824 128321496 4.552672433

2010 176 769 9362332 169230804 4.139782067 2011 2001 2327 10995847 193667096 15.14617887

2012 554 1012 11280285 205245229 9.95013751

2013 483 1803 10666609 217692382 5.471901393

7.852134454

Hongkong 2009 0 5578 2111839 380491321 0

2010 4 7146 2501411 496973295 0.099865077 2011 5 5798 3215405 588559974 0.161467675

2012 2 4552 2633861 638188049 0.091457875

2013 9 3866 2693254 709882301 0.63635094 0.197828313

China 2009 8 3617 11499327 849317209 0.154381591 2010 398 6687 15692611 1156983421 4.393386025

Page 180: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

162

Lanjutan Lampiran 19

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA China 2011 599 5805 22941005 1395344303 6.277183897

2012 0 5698 21659503 1395803024 0 2013 35 4548 22601487 1496112015 0.514263343

2.267842971 Korea 2009 0 869 8145208 258969439 0

2010 11 1768 12574641 343943773 0.173232993

2011 84 3409 16388801 409640485 0.612430387 2012 38 2647 15049860 411148127 0.393513787

2013 22 6123 11422476 412041820 0.128514899

0.261538413 Thailand 2009 0 1037 3233813 105222276 0

2010 0 2749 4566569 149008061 0

2011 27 7140 5896687 175038396 0.113076212 2012 126 3502 6635141 189720815 1.025532034

2013 150 5982 6061870 184628286 0.762665475

0.380254744

Taiwan 2009 0 801 3382103 272444873 0.00241344

2010 110 554 4837568 479659915 19.62731478 2011 0 638 6584867 604220268 0.014380787

2012 0 963 6242528 478424106 0.002068654

2013 79 2717 5862446 482371043 2.385320085

4.406299549

Page 181: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

163

Lampiran 20. EPD Negara Tujuan Eskpor Gaplek Indonesia

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD Australia 2009 0.00000391 0.00000749

Rising Star

2010 0.00000172 0.00000706 -56.07485858 -5.745817051

2011 0.00000414 0.00000536 140.9406913 -24.08390829

2012 0.00002335 0.00000563 464.3763075 5.167927702 2013 0.00002704 0.00000709 15.81102896 25.88064729

Rata-rata 141.2632923 0.304712413 Hong Kong 2009 0.00000273 0.00000002

Rising Star

2010 0.00022220 0.00000202 8040.976427 10314.30743

2011 0.00000028 0.00000008 -99.87598953 -96.04918878 2012 0.00000029 0.00000001 4.167189345 -86.07633839

2013 0.00000034 0.00000066 17.97459479 5826.930932

Rata-rata 1990.810555 3989.778209 China 2009 0.00170727 0.00105533

Rising Star

2010 0.00162330 0.00088744 -4.918138898 -15.90828813 2011 0.00097137 0.00098964 -40.16099855 11.51614792 2012 0.00036085 0.00115210 -62.85124957 16.41571691

2013 0.00118161 0.00110552 227.4512274 -4.042810707

Rata-rata 29.88021008 1.995191497 Brunei Darussalam 2009 0.00064376 0.00002083

Rising Star 2010 0.00167635 0.00003597 160.4005737 72.70256465 2011 0.00167941 0.00002380 0.182490228 -33.82696068

2012 0.00140302 0.00001954 -16.45782159 -17.91256259

2013 0.00130077 0.00002062 -7.287682567 5.510887774

Rata-rata 34.20938995 6.618482289 Singapore 2009 0.00000677 0.00000352

Falling Star

2010 0.00000595 0.00000137 -12.02618496 -61.19233784 2011 0.00000022 0.00000109 -96.34891251 -20.0341856

2012 0.00000204 0.00000090 837.9967771 -17.24733255 2013 0.00000168 0.00000086 -17.35617401 -5.226472195

Rata-rata 178.0663764 -25.92508205 United Kingdom 2009 0.00010562 0.00000608

Rising Star 2010 0.00009011 0.00000802 -14.68010329 31.75544465 2011 0.00013990 0.00000515 55.25375024 -35.7763874

2012 0.00017318 0.00000474 23.78381427 -7.961997282 2013 0.00019629 0.00000569 13.34575144 20.13264567

Rata-rata 19.42580317 2.037426412 Netherlands 2009 0.00000815 0.00001271

Falling Star

2010 0.00000242 0.00000974 -70.33008386 -23.38004192

2011 0.00001139 0.00001165 371.2471827 19.59512136 2012 0.00002451 0.00000987 115.1065958 -15.22948331 2013 0.00004041 0.00001070 64.88034396 8.382631268

Rata-rata 120.2260097 -2.657943151

Page 182: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

164

Lanjutan Lampiran 20

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD Rep. of Korea 2009 0.00060752 0.00017253

Rising Star

2010 0.00045391 0.00003900 -25.28487206 -77.39446055

2011 0.00039033 0.00004999 -14.00540281 28.16653766 2012 0.00012405 0.00011206 -68.21956868 124.1753995 2013 0.00030661 0.00016243 147.1695489 44.94921833

9.914926338 29.97417372 Malaysia 2009 0.00001243 0.00000075

Rising Star

2010 0.00000526 0.00000315 -57.68028936 318.1708007

2011 0.00000983 0.00000056 86.85746455 -82.23652971 2012 0.00002173 0.00000140 121.0851191 149.7933982

2013 0.00002186 0.00000113 0.62119884 -18.96743603

Rata-rata 37.72087328 91.69005827 USA 2009 0.00001617 0.00002286

Rising Star

2010 0.00002686 0.00002431 66.10565495 6.371905771 2011 0.00001267 0.00002577 -52.8354401 5.989767039

2012 0.00001220 0.00002626 -3.649400276 1.911274211

2013 0.00004480 0.00002461 267.089941 -6.299755248

Rata-rata 69.1776889 1.993297943 Taiwan 2009 0.00001734 0.00000725

Rising Star

2010 0.00000245 0.00000021 -85.86095751 -97.13673639 2011 0.00000442 0.00000031 80.30554049 51.24044258

2012 0.00000590 0.00000124 33.48092919 294.3728668 2013 0.00000941 0.00000035 59.38681679 -71.49821498

Rata-rata 21.82808224 44.24458949 Jepang 2009 0.00000003 0.00001003

Falling Star

2010 0.00000343 0.00000783 10179.17526 -21.88325853

2011 0.00000046 0.00001200 -86.5606501 53.24222953 2012 0.00000210 0.00000986 355.1600801 -17.84227991 2013 0.00000000 0.00000731 -100 -25.92871079

2586.943672 -3.103004923

Page 183: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

165

Lampiran 21. EPD Negara Tujuan Eskpor Pati Ubi Kayu Indonesia

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD Australia 2009 0.00000280 0.00005769

Rising Star

2010 0.00000375 0.00003419 33.62070437 -40.73536454

2011 0.00000530 0.00003256 41.44502782 -4.753591117

2012 0.00000963 0.00003486 81.65486356 7.043131228 2013 0.00000619 0.00004979 -35.70693015 42.829529

Rata-rata 30.2534164 1.095926141 China 2009 0.00010338 0.00041831

Rising Star

2010 0.00014240 0.00049177 37.7481297 17.56033835

2011 0.00096478 0.00052328 577.49462 6.407327381 2012 0.00000188 0.00065249 -99.80484898 24.69332824

2013 0.00017891 0.00079679 9402.303215 22.11430985

Rata-rata 2479.435279 17.69382596 Malaysia 2009 0.00003536 0.00040819

Rising Star

2010 0.00061392 0.00056841 1636.05941 39.24966846 2011 0.00095732 0.00062692 55.93591684 10.29365278 2012 0.00000083 0.00060889 -99.91342626 -2.87534707

2013 0.00135752 0.00053543 163694.912 -12.06447731

Rata-rata 41321.74847 8.650874213 New Zealand 2009 0.00011159 0.00011244

Falling Star 2010 0.00026463 0.00010645 137.131147 -5.330442233 2011 0.00029354 0.00009384 10.92552576 -11.84656595

2012 0.00010428 0.00007905 -64.47348734 -15.76212329

2013 0.00016562 0.00008701 58.81566037 10.07799391

Rata-rata 35.59971144 -5.71528439 Philippines 2009 0.00000595 0.00056157

Falling Star

2010 0.00001904 0.00036673 220.1335682 -34.69565024 2011 0.00014969 0.00040780 686.3299254 11.19991728

2012 0.00011853 0.00050408 -20.81383483 23.61085608 2013 0.00010673 0.00046496 -9.954474179 -7.762230894

Rata-rata 218.9237961 -1.911776942 Singapore 2009 0.00000053 0.00006939

Rising Star

2010 0.00002076 0.00007423 3824.026144 6.972930118

2011 0.00010070 0.00008594 384.9998419 15.77567089

2012 0.00000000 0.00007176 -100 -16.49749912 2013 0.00000962 0.00009621 0 34.0731393

Rata-rata 1027.256497 10.0810603 Thailand 2009 0.00000000 0.00000134

Rising Star

2010 0.00001211 0.00000311 0 132.9814811

2011 0.00000025 0.00000291 -97.8996429 -6.508364497 2012 0.00000302 0.00000186 1087.606893 -36.13015028

2013 0.00000104 0.00000170 -65.54930292 -8.670497521

Rata-rata 231.0394867 20.4181172

Page 184: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

166

Lanjutan Lampiran 21

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD Vietnam 2009 0.00000000 0.00007234

Falling Star

2010 0.00000000 0.00016102 0 122.5935358

2011 0.00227848 0.00009996 0 -37.92343871 2012 0.00000069 0.00006304 -99.96990679 -36.92855131 2013 0.00131067 0.00001954 191051.4428 -69.00432534

Rata-rata 47737.86822 -5.31569488 Israel 2009 0.00000000 0.00001630

Lost Opportunity

2010 0.00026115 0.00001496 0 -8.249795734

2011 0.00011559 0.00002297 -55.73632524 53.5422614 2012 0.00000000 0.00001385 -100 -39.68451542

2013 0.00012450 0.00001597 0 15.28488905

Rata-rata -38.93408131 5.223209822 Sri Lanka 2009 0.00000000 0.00015189

Retreat

2010 0.00000000 0.00012641 0 -16.77730342 2011 0.00019762 0.00006499 0 -48.58766972

2012 0.00011506 0.00011623 -41.77652521 78.84533117

2013 0.00002947 0.00009147 -74.38833978 -21.30344393

Rata-rata -29.04121625 -1.955771477 Taiwan 2009 0.00090655 0.00035101

Falling Star

2010 0.00082943 0.00030421 -8.507300133 -13.33337269 2011 0.00127370 0.00027458 53.56329909 -9.739299686

2012 0.00060949 0.00031484 -52.14804387 14.66353665 2013 0.00084291 0.00031795 38.29748898 0.985714587

Rata-rata 7.80136102 -1.855855286

Page 185: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

167

Lampiran 22. EPD Negara Tujuan Eskpor Tepung Tapioka Indonesia

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD Australia 2009 0.00000571 0.00000246

Rising Star

2010 0.00001642 0.00000365 187.5018077 48.42333648

2011 0.00001168 0.00000388 -28.90043665 6.118496781

2012 0.00000597 0.00000296 -48.88874619 -23.75531025 2013 0.00001741 0.00000709 191.6873329 139.8937279

Rata-rata 75.34998945 42.67006272 Japan 2009 0.00003743 0.00001679

Falling Star

2010 0.00004297 0.00001660 14.79917022 -1.156758895

2011 0.00007092 0.00000991 65.06661865 -40.31067592 2012 0.00006492 0.00001128 -8.470850792 13.90797705

2013 0.00005269 0.00000669 -18.8341251 -40.73327593

Rata-rata 13.14020324 -17.07318343 Philipinnes 2009 0.00000056 0.00004534

Rising Star

2010 0.00002163 0.00001714 3786.8207 -62.20132767 2011 0.00001906 0.00000669 -11.89558515 -60.9417091 2012 0.00006341 0.00004410 232.7010654 558.8510364

2013 0.00007866 0.00000726 24.04530546 -83.53550922

Rata-rata 1007.917871 88.04312261 Singapore 2009 0.00002523 0.00000603

Retreat

2010 0.00000146 0.00000495 -94.19419104 -18.04628484 2011 0.00000203 0.00000376 38.31432595 -23.91041474

2012 0.00000031 0.00000321 -84.83497773 -14.57501091 2013 0.00000028 0.00000336 -8.174271623 4.485646308

Rata-rata -37.22227861 -13.01151605 USA 2009 0.00000873 0.00000678

Rising Star

2010 0.00002577 0.00000862 195.1273684 27.18597824

2011 0.00001363 0.00001096 -47.12957675 27.1351435

2012 0.00000765 0.00001406 -43.85224037 28.3133202 2013 0.00000724 0.00001023 -5.341124652 -27.26111854

Rata-rata 24.70110666 13.84333085 Malaysia 2009 0.00004585 0.00001007

Rising Star

2010 0.00001881 0.00000454 -58.98287991 -54.89194626

2011 0.00018200 0.00001202 867.701546 164.4940048 2012 0.00004908 0.00000493 -73.03330901 -58.95108738

2013 0.00004532 0.00000828 -7.654025254 67.92246081

Rata-rata 182.007833 29.64335799 Hongkong 2009 0.00000000 0.00001466

Falling Star

2010 0.00000144 0.00001438 0 -1.911298813 2011 0.00000159 0.00000985 10.77932972 -31.48482329 2012 0.00000065 0.00000713 -58.99655052 -27.60894907

2013 0.00000347 0.00000545 431.2678778 -23.64491379

Rata-rata 95.76266425 -21.16249624

Page 186: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

168

Lanjutan Lampiran 22

Negara Tahun Xij/Wij Xt/Wt Growth X Growth Y EPD China 2009 0.00000066 0.00000426

Falling Star

2010 0.00002539 0.00000578 3762.422471 35.72377271

2011 0.00002611 0.00000416 2.837017358 -28.02461704

2012 0.00000000 0.00000408 -100 -1.874113742 2013 0.00000156 0.00000304 0 -25.52591778

Rata-rata 916.3148722 -4.925218963 Korea 2009 0.00000000 0.00000336

Rising Star

2010 0.00000089 0.00000514 0 53.1763252

2011 0.00000510 0.00000832 472.2124187 61.85687697 2012 0.00000253 0.00000644 -50.29918593 -22.65000664

2013 0.00000191 0.00001486 -24.60340411 130.86506

Rata-rata 99.32745715 55.81206389 Thailand 2009 0.00000000 0.00000986

Rising Star

2010 0.00000000 0.00001845 0 87.12212633 2011 0.00000461 0.00004079 0 121.128716

2012 0.00001893 0.00001846 310.3728717 -54.75186696

2013 0.00002471 0.00003240 30.54664679 75.54192849

Rata-rata 85.22987962 57.26022597 Taiwan 2009 0.00000001 0.00000294

Rising Star

2010 0.00002267 0.00000115 319316.3253 -60.72351231 2011 0.00000002 0.00000106 -99.93300053 -8.557174351

2012 0.00000000 0.00000201 -72.57416189 90.65787477 2013 0.00001343 0.00000563 322433.9146 179.7154971

Rata-rata 160394.4332 50.2731713

Page 187: ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU OLAHAN INDONESIA DI PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52861... · 2020. 10. 9. · analisis daya saing ubi kayu olahan indonesia

169

Lampiran 23. Perhitungan ISP

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ekspor x 20399518 25441429 14836178 31301226 20770234 25229759 32653283 29529600 11012461 32111406Impor y 397775 67285 47368 49630 19200 335557 15161 21915 3419138 38380

Nilai ISP (X1-X2)/(X1+X2) 0.96 0.99 0.99 1.00 1.00 0.97 1.00 1.00 0.53 1.00

Gaplek Ubikayu

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ekspor x 32193074 13438239 1184435 7990841 15101144 4583072 12778524 49530223 4549425 27388143Impor y 9896803 24409560 70116779 77751873 57929191 49576791 120739381 211253616 342844016 107237001

Nilai ISP (X1-X2)/(X1+X2) 0.53 -0.29 -0.97 -0.81 -0.59 -0.83 -0.81 -0.62 -0.97 -0.59

Pati Ubikayu

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20131 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ekspor x 254049 80021 236786 374242 1156817 1409233 2338969 5550986 3164658 2833107Impor y 128891 190521 2245853 1486554 404518 58254 34314 62460 388091 245041

Nilai ISP (X1-X2)/(X1+X2) 0.33 -0.41 -0.81 -0.60 0.48 0.92 0.97 0.98 0.78 0.84

Tepung Tapioka